Resume Terapi Cairan IV
-
Upload
mira-andriyani -
Category
Documents
-
view
28 -
download
0
description
Transcript of Resume Terapi Cairan IV
1. Jenis-jenis Cairan Intravena
Cairan dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkatan kepekatannya yaitu :
1. Isotonik (245-340 mOsm/L)
Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas sama atau mendekati
osmolalitas plasma. Batas osmolaritas cairan tubuh normalnya yaitu 280-295
mOsm/L (Phillips, 2005). Cairan isotonik digunakan untuk mengganti volume
ekstrasel, misalnya kekurangan cairan setelah muntah yang berlangsung lama.
Larutan isotonis bekerja dengan cara menjaga keseimbangan cairan dalam
pembuluh darah karena konsentrasinya yang hampir mendekati plasma darah.
Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh,
sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload
(kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan
hipertensi.
Contoh cairan isotonik yaitu NaCl 0,9 %, ringer laktat, komponen-komponen
darah (Albumin 5 %, plasma), dextrose 5 % dalam air (D5W).
2. Hipertonik (>375 mOsm/L)
Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas lebih tinggi daripada
osmolaritas plasma sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel
ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan
produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif
dengan cairan hipotonik. Pemberian larutan hipertonik yang cepat dapat
menyebabkan kelebihan dalam sirkulasi dan dehidrasi. Perpindahan cairan dari sel
ke intravaskuler, sehingga menyebabkan sel-selnya mengkerut. Cairan ini
dikontraindikasikan untuk pasien dengan penyakit ginjal dan jantung serta pasien
dengan dehidrasi.
Contoh cairan hipertonik yaitu D 5% dalam saline 0,9 %, D 5 % dalam RL,
Dextrose 10 % dalam air, Dextrose 20 % dalam air, Albumin 25. Cairan
hipertonik contohnya dekstrosa 5% dalam air diberikan untuk membantu
memenuhi kebutuhan kalori. Larutan salin juga tersedia dalam konsentrasi
osmolar yang lebih tinggi daripada CES. Larutan-larutan ini menarik air dari
kompartemen intraseluler ke ekstraseluler dan menyebabkan sel-sel mengkerut.
Jika diberikan dengan cepat dan dalam jumlah besar, dapat menyebabkan
kelebihan volume ekstraseluler dan mencetuskan kelebihan cairan sirkulatori dan
dehidrasi.
3. Hipotonik (<245 mOsm/L)
Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih
rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan
osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke
jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke
osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada
keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis)
dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi)
dengan ketoasidosis diabetik.
Cairan ini dikontraindikasikan untuk pasien dengan risiko peningkatan TIK.
Pemberian cairan hipotonik yang berlebihan akan mengakibatkan deplesi cairan
intravaskuler, penurunan tekanan darah, edema seluler, kerusakan sel. Komplikasi
yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh
darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan
intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Karena larutan ini dapat
menyebabkan komplikasi serius, klien harus dipantau dengan teliti.
Contoh cairan hipotonik, yaitu dextrose 2,5 % dalam NaCl 0,45 %, NaCl 0,45
%, dan NaCl 0,2 %.
Cairan dapat diklasifikasikan berdasarkan kelompoknya yaitu :
1. Cairan Koloid
Koloid adalah zat yang berdiamater 1 mm. Koloid adalah larutan yg
mengandung sel-sel, protein, atau makro molekul sintetik yang tidak siap melewati
membran kapiler/ membran sel semipermeabel karena ukuran molekulnya cukup
besar.
Kegunaannya adalah menjaga tekanan onkotik koloid plasma dan sebagian
besar tetap berada di intravascular (hipertonik), dan dapat menyebabkan perpindahan
osmotic cairan dari interstitium ke dalam ruang intravaskuler.
Contoh cairan koloid yaitu darah, albumin, dan plasma, histeril, hidroksi.
2. Cairan Kristaloid
Kristaloid adalah zat yang berdiameter kurang dari 1 mm. Larutan kristaloid
hanya mengandung elektrolit dan glukosa, substansi yang tidak dibatasi pada ruang
intravaskuler. Karenanya, larutan ini akan menyebar ke seluruh ruang esktraseluler.
Larutan ini tidak mengandung protein.
Kegunaan adalah mengisi sejumlah volume cairan (volume expanders) ke
dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang
memerlukan cairan segera.
Contoh cairan kristaloid yaitu Nacl (0.9%), glukosa (dektrosa), normal saline,
ringer laktat.
2. JENIS-JENIS CAIRAN INFUS
a. ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam
berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
- Na+ 130 mEq
- K+ 4 mEq
- Cl- 109 mEq
- Ca 3 mEq
- Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
- Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami
gangguan hati
- Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonatus
- Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi
dengan isofluran
- Mempunyai efek vasodilator
- Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA,
dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko
memperburuk edema serebral.
b. KA-EN 1B
Indikasi:
- Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
- < 24 jam pasca operasi
- Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya
300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
- Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam
Komposisi: Na+, Cl-, glukosa
c. KA-EN 3A
Indikasi:
- Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral
terbatas
- Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
- Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
Komposisi:
Na+ 50 mEq/l
K+ 20 mEq/l
Dextrose 100 gr
Laktat 20 mEq/l
c. KA-EN 3B
Indikasi :
- Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral
terbatas
- Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
- Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
Komposisi :
- Na+ 50 mEq/l
- K+ 20 mEq/l
- Dextrose 24 gr
- Cl- 50 mEq/l
d. KA-EN MG3
Indikasi :
- Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral
terbatas
- Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
- Mensuplai kalium 20 mEq/L
- Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L
Komposisi :
Na+ 60 mEq/l
Cl- 50 mEq/l
e. KA-EN 4A
Indikasi :
- Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
- Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai
kadar konsentrasi kalium serum normal
- Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
- Na 30 mEq/L
- K 0 mEq/L
- Cl 20 mEq/L
- Laktat 10 mEq/L
- Glukosa 40 gr/L
f. KA-EN 4B
Indikasi:
- Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun
- Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia
- Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
- Na 30 mEq/L
- K 8 mEq/L
- Cl 28 mEq/L
- Laktat 10 mEq/L
- Glukosa 37,5 gr/L
g. NaCl (Otsu-NS)
Indikasi/ rasional:
- Untuk resusitasi
- Kehilangan Na > Cl, misal diare
- Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi
adrenokortikal, luka bakar)
- Menggantikan Natrium dan atau Klorida yang hilang dari tubuh.
Komposisi:
- Na+ 154 meq
- Cl- 154 meq
Komplikasi : Hipernatremia, hipokalemia.
h. Otsu-RL
Indikasi:
- Resusitasi
- Suplai ion bikarbonat
- Asidosis metabolik
Komposisi : Na+, K+, Cl-, Ca, Asetat
i. MARTOS-10
Indikasi:
- Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik.
- Untuk menyediakan tambahan air dan karbohidrat sebelum dan sesudah operasi.
- Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat,
stres berat dan defisiensi protein.
- Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam.
- Mengandung 400 kcal/L.
Komposisi : Maltosa
j. AMIPAREN
Indikasi:
- Stres metabolik berat
- Luka bakar
- Infeksi berat
- Kwasiokor
- Pasca operasi
- Total Parenteral Nutrition
- Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
Komposisi :
- L-leucine 4 gr
- Lisoleusine 8 gr
- L-trigosine 0,5 gr
- L-Methionine 3,9 gr
k. AMINOVEL-600
Indikasi:
- Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
- Penderita GI yang dipuasakan
- Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)
- Stres metabolik sedang
- Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
l. PAN-AMING
Indikasi:
- Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan
- Nitrisi dini pasca operasi
- Tifoid
Komposisi: asam amino
Implikasi Keperawatan Larutan Intravena
Jenis/ Contoh Keterangan / implikasi keperawatan
Larutan isotonik
NaCl 0,9% (salin normal)
Ringer Laktat (larutan elektrolit yang
seimbang)
Dextrose 5 % dalam air (D5W)
Larutan isotonik seperti salin normal dan
ringer laktat pada awalnya tetap berada di
kompartemen vaskuler, memperbanyak
volume vaskuler. Kaji tanda-tanda
hipervolemia pada klien secara cermat seperti
denyut nadi yang keras dan napas yang
pendek.
D5W adalah larutan yang bersifat isotonik
pada pertama kali pemberian tetapi
memberikan air bebas saat dextrose
dimetabolisme, memperbesar volume cairan
intrasel dan ekstrasel. D5W tidak diberikan
pada klien yang berisiko mengalami
peningkatan tekanan intrakranial karena
dapat meningkatkan edema serebral
Larutan Hipotonik
NaCl 0,45% (setengah konsentrasi salin
normal)
NaCl 0,33% (sepertiga konsentrasi salin
normal)
Larutan hipotonik digunakan untuk
memberikan air bebas dan menangani
dehidrasi seluler. Larutan ini meningkatkan
eliminasi zat sisa oleh ginjal. Jangan berikan
pada klien yang berisiko mengalami
peningkatan tekanan intrakranial karena
dapat meningkatkan edema serebral
Larutan Hipertonik
Dextrose 5% dalam salin normal (D5NS)
Dextrose 5% dalam NaCl 0,45% (D51/2NS)
Dextrose 5% dalam RL (D5RL)
Larutan hipertonik menarik cairan keluar dari
kompartemen intrasel dan interstisial ke
dalam kompartemen vaskuler, memperbesar
volume vaskuler. Jangan berikan pada klien
yang mengalami penyakit ginjal atau jantung
atau pada klien yang mengalami dehidrasi.
Perhatikan tanda-tanda hipervolemia.
3. Cara menghitung kebutuhan cairan pada kondisi normal maupun dengan
gangguan (defisit maupun overload cairan) dan perhitungan tetesan cairan
intravena
Kebutuhan cairan normal yaitu BB x (30-35) ml
Kebutuhan cairan ketika defisit yakni monitoring pengkajian fisik dan
diagnostik, monitoring BB, monitoring TTV, monitoring efek penggunaan
jenis cairan, monitoring input-output, BB x (30-35) ml untuk penggantian
cairan
Kebutuhan cairan ketika overload yakni identifikasi adanya overload
cairan, monitoring input-output, monitoring lab value, monitoring BB,
observasi tanda gejala kelebihan cairan, Diet Natrium, tidak mengacu berat
badan karena BB bercampur antara lemak, protein dan cairan.
Tipe cairan terapi Jumlan cairan Rata-rata kecepatan aliran
Terapi pemeliharaan 1500-2000 62-83mljam tau 1-1,5 ml/menit
(jika diberikan 24jam)
Terapi penggantian dn
pemeliharaan cairan
2000-3000 83-125 ml/jam atau 1,5-2
ml/menit (tergantung BB
individu)
Terapi Hidrasi 1000-3000 60-120 ml/jam atau 1-2
ml/menit
Menghitung tetesan cairan IV
Kebutuhan cairan x Faktor tetes = .... tetesan/menit
Waktu (jam) x 60 menit
Ketika menghitung kebutuhan cairan pasien, ada 3 unsur yang perlu dipertimbangkan :
1) Penggantian
2) Pemeliharaan
3) Kerugian yang sedang berlangsung
Penggantian dihitung berdasarkan tingkat dehidrasi. Dehidrasi didasarkan
pada penilaian klinis setiap pasien. Paling umum, turgor kulit digunakan untuk
penilaian. Untuk menghitung jumlah yang diperlukan untuk penggantian dalam waktu 24
jam, persentase dehidrasi digunakan dalam perhitungan berikut.
Replacement = % Dehydration x Bodyweight (kg) x 10
Maintainance adalah tingkat dasar yang pasien memerlukan selama periode 24
jam. Hal ini umumnya dihitung sebagai 50ml / kg / 24 jam, atau 2ml / kg / jam.
Kerugian berkelanjutan dihitung berdasarkan jumlah cairan diprediksi hilang oleh
pasien dalam waktu 24 jam. Kerugian umum meliputi muntah dan diare. Hal ini sering
membantu untuk memprediksi pola kerugian. Pada beberapa pasien mungkin tidak ada
kerugian yang berkelanjutan dan langkah ini dapat dilewati. Untuk menghitung
kebutuhaan cairan, perhitungan berikut digunakan.
Ongoing losses = Amount per loss (ml/kg) x Bodyweight (kg) x No. of losses
Perhitungan ini kemudian ditambahkan bersama-sama untuk memungkinkan
total kebutuhan cairan dalam waktu 24 jam. Hal ini penting untuk menilai persyaratan
ini setiap hari sebagai kerugian dapat ditingkatkan / reduceed misalnya. Kebutuhan
cairan dihitung dikalikan dengan berat badan pasien individu untuk memberikan jumlah
total cairan yang diperlukan untuk pasien sebagai ml / periode 24 jam. Hal ini
kemudian lebih lanjut dihitung tergantung pada apakah pompa infus digunakan atau
tingkat cairan disesuaikan secara manual seperti yang ditunjukkan di bawah ini :
Requirement per hour (ml/hr) = Requirement per day (ml/24hr) ÷ 24
Requirement per minute (ml/min) = Requirement per hour (ml/hr)
÷ 60
Requirement per second (ml/s)= Requirement per minute(ml/min)
÷ 60
Drops per second = Requirement per second (ml/s)x Giving Set
Factor
Misalnya pada kasus kebutuhan Cairan pada Luka Bakar
1. Resusitasi Cairan.
Sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka bakar,
pemberian cairan intravena yang adekuat harus dilakukan. Tujuan utama resusitasi
cairan adalah untuk menjaga dan mengembalikan perfusi jaringan tanpa
menimbulkan edema. Kehilangan cairan terbesar adalah pada 4 jam pertama
terjadinya luka dan akumulasi maksimum edema adalah 24 jam pertaama setelah
luka bakar. Prinsip dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam
ekstraseluler dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel – sel tubuh.
Formula yang dapat digunakan :
o Rumus Parkland
24 jam petama. Cairan Ringer Laktat : 4 ml/kgBB/% luka bakar
o Rumus Evans
Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumlah NaCl / 24 jam
Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumlah plasma / 24 jam
(Kedua cara diatas merupakan penggantian cairan yang hilang akibat edema)
o Rumus Baxter % x BB X 4 cc
Kisaran kebutuhan cairan harian berdasarkan usia dan berat badan
Usia Berat Badan Rata-rata (kg) mL/ 24 jam
3 hari 3,0 250 sampai 300
1 tahun 9,5 1.150 sampai 1.300
2 tahun 11,8 1.350 sampai 1.500
6 tahun 20,0 1.800 sampai 2.000
10 tahun 28,7 2.000 sampai 2.500
14 tahun 45,0 2.200 sampai 2.700
18 tahun
(orang dewasa)
54,0 2.200 sampai 2.700
Referensi
Potter, P.A & Perry, A.G. (2006). Fundamental of Nursing: Concept, Process and Practice.
Fourth Edition. Volume 2. St.Louis: Mosby Year Book Inc
Sherwood, L. (2004). Human Physiology: from Cells to System. Fifth Edition. California:
Thomson Learning.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2001). Brunner & Suddart’s Textbook of Medical-Surgical
Nursing. Philadelphia : Lippincott Inc
Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC
Tamsuri, A. (2009). Klien dengan Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Jakarta:
EGC
Kee, Joyce Le Fever., Paulanka Betty J., Polek Carolee. 2010. Handbook of Fluid,
Electrolytte and Acid Base Imbalance (3rd Ed). USA : Delmar
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3038406/ diakses dan diunduh 10
Desember 2014 pukul 09.15
http://www.nursingtimes.net/nursing-practice/specialisms/accident-and-emergency/
fluid-resuscitation-in-burns-patients-1-using-formulas/1060595.article diakses dan
diunduh 10 Desember 2014 pukul 09.29
https://med.uth.edu/graymatter/fluids-electrolytes/ diakses dan diunduh 09 Desember
2014 pukul 20.33