Resume Teknik Lingkungan

4
Pengolahan limbah Padat Limbah padat secara fisik berbentuk padat,sering disebut sampah. Bentuk, jenis dan komposisi sampah tergantung sumbernya. Secara garis besar sampah diklarifikasikan sbb : Sampah domestik (domestic waste), yaitu limbah padat yang berasal dari rumah tangga Sampah industri (industrial waste), berasal dari buangan industri. Jenis buangan industri tergantung pada proses industri. Pada pabrik sepeda motor, banyak limbah logam Sampah pertanian berasal dari kegiatan pertanian yang meliputi perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan Sampah komersial, berasal dari lingkungan perdagangan Masalah limba padat dapat dipisahkan menjadi 3 langkah, yaitu : Pengumpulan dan transportasi limbah padat Recovery reaksi yang beragam dari bahan ini Disposal residu ke dalam lingkungan Reuse, Recycling dan Recovery Bahan (maksimal) dari sampah Pemisahan bahan bahan dilakukan pada sumber limbah. Pemisahan minyak jenis jenis bahan yang berbeda dan pengumpulan yang selanjutnya dikembalikan ke sektor publik disebut Recycling. Pemisahan sumber merupakan langkah awal recycling yang meliputi pengumpulan, transport dan akhirnya dijual ke industri yang menggunakan bahan. Contoh : botol gelas dapat dipisahkan dari sampah, dikumpulkan dan diproduksi kembali menjadi botol gelas yang baru. Pada recycling produk dapat digunakan kembali. Pada recovery bahan, bahan diproses menjadi produk yang sederhana dan murah. Pengolahan Gas Buang ; - Sorpsi - Penyaringan Baghouse Filter Umumnya digunakan untuk menangkap partikel sebelum dibuang melalui cerobong ke atmosfer. Baghouse filter digunakan untuk mengolah gas buangan ke atmosfer Limbah Bahan Berbahya Dan Beracun (B3) Adalah jenis limbah buatan manusia (tidak terjadi secara alamiah) umumnya merupakan hasil samping suatu industry. Karakteristik limbah B3 ini adalah mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif (mudah bereaksi), beracun, menyebabkan infeksi dan bersifat korosif. Limbah B3 dapat berupa padat, cair, atau gas. Pengolahan yang salah terhadap limbah B3 seperti menimbun atau mengbur dalam tanah, membakar tanpa kendali ataupun membuang langsung ke badan air, akan berdampak negative terhadap lingkungan maupun kesehatan Dampak Pembakaran Limbah B3 Yang Tidak Terkendali Produk samping hasil pembakaran limbah B3 adalah gas beracun. Limbah B3 yang dibakar pada suhu yang tidak sesuai dengan titik hancurnya (destruction temperature) dapat menjadi senyawa lain yang lebih beracun. Contoh : Limbah minyak trafo dan tfansformator yang mengandung PCB (Poli Chlorinated Bipheryl). Pembakaran PCB dibawah suhu 1200˚C tidak memusnahkan menjadi H2O, CO2 dan HCl melainkan akan membentuk dioksin yang lebih beracun dan sangat mematikan. Dampak Penimbunan Limbah B3 Yang Tidak Terkendali Polutan-polutan beracun yang terkdang dalam limbah B3 yang ditimbun cepat ataupun lambat akan tercuci oleh air tanah ataupun air hujan. Polutan beracun yang terbawa air tanah ini akan menyebar didalam tanah, sehingga akan meracuni sumber air bawah tanah serta sumur-sumur penduduk sekitar. Akibat pencemaran limbah industry yang hanya dibuang dan ditimbun yang mengakibatkan penyakit yang berbahaya adalah didaerah love canal, Amerika Serikat. Pembuangan didaerah ini tahun 1930-1947. Dampak Pembuangan Limbah B3 Ke Perairan Beberapa jenis limbah industry ada yang dibuang ke perairan seperti sungai, danau, karena limbah tidak dapat dibakar maupun ditimbun karena terbatasnya lahan. Dampak yang timbul dapat spontan terjadi perubahan fisik/kimia dari perairan yang tercemar, dan dapat pula bersifat kronis / jangka panjang. Contoh pencemaran yang bersifat kronis adalah pencemaran mercuri (Hg) di teluk Minamoto, Jepang. Contoh diatas merupakan damak penanganan limbah B3 yang tidak sebagaimana mestinya mulai terasa beberapa tahun kemudian. Upaya Pencegahan Pencemaran Limbah B3 Pengolahan limbah B3 harus dilakukan secara baik dan benar untuk mencegah terjadinya turunnya kualitas suatu lingkungan. Upaya Penghasil Limbah Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pihak industriuntuk meniadakan atau mengurangi dampak negative limbah B3 adalah dengan cara “minimalisir Limbah” (waste minimization) langkah ini dikenal dengan 3R, yaitu - Reduce (pengurangan jumlah limbah yang dihasilkan) - Reuse (penggunaan ulang limbah) - Recycle ( daur ulang limbah) Jika Upaya 3R ini dilakukan dan limbah masih tetap dihasilkan maka upaya terakhir adalah pengolahan dan pembuangan limbah. Pengolahan dan pembuangan limbah diatur oleh Peraturan Pemerintah dan keputusan BAPEDAL Penimbunan / Pembuangan Residu Pengolahan Penimbunan dalam tanah Penimbunan ke badan air Pembuangan ke Udara Kep-04/BAPEDAL/ 09/1995 Kep-03/ MENKLH/1995 Kep-03/BAPEDAL/ 09/1995 Pengolahan Limbah B3 secara resifikasi kimia (Pengendapan) Resifikasi kimia adalah proses dimana polutan terlarut dikonversikan menjadi senyawa tidak larut baik dengan reaksi kimia ataupun dengan merubah komposisi pelarut sehingga mengurangi daya larut polutan tersebut Pengolahan Secara Evaporasi Teknologi evaporasi saat ini banyak digunakan untuk mengolah limbah B3 yang berpa cairan. Untuk industry yang menghasilkan limbah cair engan jumlah besar namun konsentrasinya rendah. Teknik ini biasa digunakan untuk memekatkan polutan yangn akan diolah lebih lanjut. Teknologi ini umumnya relative lebih mahal disbanding dengan teknologi IPAL biasa. IPAL= Teknologi Pengolahan Limbah. Proses Peleburan Gelas banyak digunakan dan dijual secara komersial untuk mobilisasi limbah B3 proses ini dapat memusnahkan polutan beracun dalam limbah B3 yang terkungkung dalam gelas. Proses peleburan gelas ini dioperasikan engan pemanas Joule yang menggunakan electrode untuk mengahantarkan arus listrik ke dalam

description

Rangkuman Teknik Lingkungan

Transcript of Resume Teknik Lingkungan

Pengolahan limbah Padat

Limbah padat secara fisik berbentuk padat,sering disebut sampah. Bentuk, jenis dan komposisi sampah tergantung sumbernya. Secara garis besar sampah diklarifikasikan sbb :

Sampah domestik (domestic waste), yaitu limbah padat yang berasal dari rumah tangga

Sampah industri (industrial waste), berasal dari buangan industri. Jenis buangan industri tergantung pada proses industri. Pada pabrik sepeda motor, banyak limbah logam

Sampah pertanian berasal dari kegiatan pertanian yang meliputi perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan

Sampah komersial, berasal dari lingkungan perdagangan

Masalah limba padat dapat dipisahkan menjadi 3 langkah, yaitu :

Pengumpulan dan transportasi limbah padat

Recovery reaksi yang beragam dari bahan ini

Disposal residu ke dalam lingkungan

Reuse, Recycling dan Recovery Bahan (maksimal) dari sampah

Pemisahan bahan bahan dilakukan pada sumber limbah. Pemisahan minyak jenis jenis bahan yang berbeda dan pengumpulan yang selanjutnya dikembalikan ke sektor publik disebut Recycling.

Pemisahan sumber merupakan langkah awal recycling yang meliputi pengumpulan, transport dan akhirnya dijual ke industri yang menggunakan bahan. Contoh : botol gelas dapat dipisahkan dari sampah, dikumpulkan dan diproduksi kembali menjadi botol gelas yang baru. Pada recycling produk dapat digunakan kembali. Pada recovery bahan, bahan diproses menjadi produk yang sederhana dan murah.

Pengolahan Gas Buang ;

Sorpsi

Penyaringan

Baghouse Filter

Umumnya digunakan untuk menangkap partikel sebelum dibuang melalui cerobong ke atmosfer. Baghouse filter digunakan untuk mengolah gas buangan ke atmosfer

Limbah Bahan Berbahya Dan Beracun (B3)

Adalah jenis limbah buatan manusia (tidak terjadi secara alamiah) umumnya merupakan hasil samping suatu industry. Karakteristik limbah B3 ini adalah mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif (mudah bereaksi), beracun, menyebabkan infeksi dan bersifat korosif. Limbah B3 dapat berupa padat, cair, atau gas. Pengolahan yang salah terhadap limbah B3 seperti menimbun atau mengbur dalam tanah, membakar tanpa kendali ataupun membuang langsung ke badan air, akan berdampak negative terhadap lingkungan maupun kesehatan

Dampak Pembakaran Limbah B3 Yang Tidak Terkendali

Produk samping hasil pembakaran limbah B3 adalah gas beracun. Limbah B3 yang dibakar pada suhu yang tidak sesuai dengan titik hancurnya (destruction temperature) dapat menjadi senyawa lain yang lebih beracun. Contoh : Limbah minyak trafo dan tfansformator yang mengandung PCB (Poli Chlorinated Bipheryl). Pembakaran PCB dibawah suhu 1200C tidak memusnahkan menjadi H2O, CO2 dan HCl melainkan akan membentuk dioksin yang lebih beracun dan sangat mematikan.

Dampak Penimbunan Limbah B3 Yang Tidak Terkendali

Polutan-polutan beracun yang terkdang dalam limbah B3 yang ditimbun cepat ataupun lambat akan tercuci oleh air tanah ataupun air hujan. Polutan beracun yang terbawa air tanah ini akan menyebar didalam tanah, sehingga akan meracuni sumber air bawah tanah serta sumur-sumur penduduk sekitar. Akibat pencemaran limbah industry yang hanya dibuang dan ditimbun yang mengakibatkan penyakit yang berbahaya adalah didaerah love canal, Amerika Serikat. Pembuangan didaerah ini tahun 1930-1947.

Dampak Pembuangan Limbah B3 Ke Perairan

Beberapa jenis limbah industry ada yang dibuang ke perairan seperti sungai, danau, karena limbah tidak dapat dibakar maupun ditimbun karena terbatasnya lahan. Dampak yang timbul dapat spontan terjadi perubahan fisik/kimia dari perairan yang tercemar, dan dapat pula bersifat kronis / jangka panjang. Contoh pencemaran yang bersifat kronis adalah pencemaran mercuri (Hg) di teluk Minamoto, Jepang. Contoh diatas merupakan damak penanganan limbah B3 yang tidak sebagaimana mestinya mulai terasa beberapa tahun kemudian.

Upaya Pencegahan Pencemaran Limbah B3

Pengolahan limbah B3 harus dilakukan secara baik dan benar untuk mencegah terjadinya turunnya kualitas suatu lingkungan.

Upaya Penghasil Limbah

Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pihak industriuntuk meniadakan atau mengurangi dampak negative limbah B3 adalah dengan cara minimalisir Limbah (waste minimization) langkah ini dikenal dengan 3R, yaitu

Reduce (pengurangan jumlah limbah yang dihasilkan)

Reuse (penggunaan ulang limbah)

Recycle ( daur ulang limbah)

Jika Upaya 3R ini dilakukan dan limbah masih tetap dihasilkan maka upaya terakhir adalah pengolahan dan pembuangan limbah. Pengolahan dan pembuangan limbah diatur oleh Peraturan Pemerintah dan keputusan BAPEDAL

Penimbunan / Pembuangan Residu Pengolahan

Penimbunan dalam tanah

Penimbunan ke badan air

Pembuangan ke Udara

Kep-04/BAPEDAL/09/1995

Kep-03/MENKLH/1995

Kep-03/BAPEDAL/09/1995

Pengolahan Limbah B3 secara resifikasi kimia (Pengendapan)

Resifikasi kimia adalah proses dimana polutan terlarut dikonversikan menjadi senyawa tidak larut baik dengan reaksi kimia ataupun dengan merubah komposisi pelarut sehingga mengurangi daya larut polutan tersebut

Pengolahan Secara Evaporasi

Teknologi evaporasi saat ini banyak digunakan untuk mengolah limbah B3 yang berpa cairan. Untuk industry yang menghasilkan limbah cair engan jumlah besar namun konsentrasinya rendah. Teknik ini biasa digunakan untuk memekatkan polutan yangn akan diolah lebih lanjut. Teknologi ini umumnya relative lebih mahal disbanding dengan teknologi IPAL biasa. IPAL= Teknologi Pengolahan Limbah.

Proses Peleburan Gelas banyak digunakan dan dijual secara komersial untuk mobilisasi limbah B3 proses ini dapat memusnahkan polutan beracun dalam limbah B3 yang terkungkung dalam gelas. Proses peleburan gelas ini dioperasikan engan pemanas Joule yang menggunakan electrode untuk mengahantarkan arus listrik ke dalam lelehan gelas. Oksida-oksida yang berasal dari limbah cair akan terkungkung dalam gelas secara permanen dan stabil.

Teknologi Penyimpanan Limbah B3

Proses pengolahan limbah secara fisika, kimia, ataupun termal untuk mengkonversi limbah B3 menjadi limbah yang tidak/kurang beracun. Produk pengolahan limbah B3 yang berupa gas harus memenuhi baku mutu emisi udara sebelum dibuang kelingkungan. Baku mutu untuk emisi gas dari ingenerasi (pembakaran) diatur oleh keputusan kepala Bapedal No.Kep.03/BAPEDAL/09/1995.

Produk Pengolahan B3 berupa cair harus memenuhi baku mutu air sebelum residu pengolahan Limbah berupa cair tersebut dibuang kebadan air seperti sungai, danau, laut. Baku mutu limbah cair tersebut diatur oleh keputusan menteri kependudukan dan lngkungan hidup No Kep.13/MENKLH/1993 limbah B3 berupa padat atau lumpur. Produk pengolahan diatur oleh keputusan kepala badan pengendalian dampak lingkungan No.Kep.04/BAPEDAL/09/1995.

Produk pengolahan limbah B3 ini harus ditimbun dalam suatu secure Landfill dimana sebelum penimbunan limbah tersebut harus memenuhi kriteria laju penelitian unsur2.

Pemilihan Lokasi Landfill

Penimbunan limbah B3 harus dilakukan disuatu lokasi yang tepat dan benar serta memenuhi persyaratan lingkungan. Persyaratan lokasi tempat penimbunan dan pembuangan limbah B3 adalah lokasi landfill 1 lokasi landfill harus suatu daerah yang bekas banjir yang selama seratus tahunan.

Geologi Lingkungan

Lokasi Landfill tidak bioleh mempunyai potensi bencana alam seperti longsor, letusan gunung api, gempa bumi dan patahan aktif. Tanah ini harus bersifat kedap air.

Hidrologi

Lokasi landfill sedapat mungkin tidak berada diatas lapisan tanah.

Lokasi landfill bukan daerah genangan air jarak minimum 500m dari lingkungan aliran sungai yang mengalir sepanjang tahun.

Curah hujan diutamakan kecil/ daerah kering.

Kecepatan angin tidak mengarah ke daerah penduduk landfill tidak menggunakan tanah pertanian yang subur.

Pengolahan Limbah Radioaktif

Limbah radioaktif mengandung unsur-unsur yang tidak stabil dan memencarkan sinar radioaktif (, , ). Sinar bahaya jika masuk kedalam tubuh -> Capek. Gaya ronisasi yang besar -> jangkauan pendek. Lama kelamaan unsur radioaktif itu berubah menjadi unsur stabil (tidak radioaktif). Waktu perubahan bervariasi tergantung umur paruh dari unsur radioaktif.

Senyawa atau bahan beracun akan tetap beracun selamanya. Sifat racun akan hilang jika senyawa tersebut diubah menjadi senyawa lain. Secara fisik limbah radioaktif dapat berupa padat, cair, dan gas. Limbah radioaktif padat dapat diolah insenerator. Limbah Radioaktif gas diolah dengan filter dan scrubber (penyerap dengan air).

Pengolahan Limbah Radioaktif berdasarkan tas tujuan disposal maka digolongkan menjadi :

1. Limbah aktifitas rendah yang mengandung sedikit radio nuklida / bahan radioaktif pemancar & dan sedikit atau tidak mengandung pemancar .

2. Limbah aktifitas tinggi yang banyak mengandung radionuklida pemancar & dan sedikit pemancar .

3. Limbah transuranium : banyak mengandung pemancar , tanpa & .

Proses Imobilisasi / Solidifikasi

Adalah proses pencampuran limbah hasil olahan dengan bahan matriks tertentu sehingga diperoleh bentuk produk yang mengandung unsur unsur limbah. Jika hasil imobilisasi tersebut kena air, maka unsur unsur tersebut akan tertindih (terlucut) oleh air dan terlepas

ke lingkungan. Unsur unsur yang telah di mobilisasi dalam bahan matriks, sukar terbuat dari air.

Dampak hasil olahan antara lain :

Folk / lumpur hasil pengolahan secara kimia.

Konsentrat evaporator.

Resin bekas dan zeolit bekas.

Abu hasil insenerasi (pembakaran)

Bahan matriks yang digunakan untuk imobilisasi :

Semen

Bitumen / aspal

Polimen

Gelas / keramik

Untuk limbah industri biasanya digunakan semen karena murah. Alternatif yang lain adalah polimen eksotermis (polimer yang jika direaksikan menghasilkan panas). Proses tersebut pembuatannya sederhana dan tahan terhadap air. Sedangkan kekurangan semen adalah jangka lama (300 tahun) akan mengalami degradasi / kerusakan.

Aspal lebih tahan lama dibanding semen, tetapi lebih mahal dan pembuatannya perlu panas. Jadi semen lebih banyak digunakan.

Proses pengolahan sebelum imobilisasi (pengolahan secara kimia, penukar ion, evaporasi, dan insenerasi) disebut reduksi volume, karena memngurangi volume limbah

Ekosistem

Kegiatan industri mengakibatkan adanya polusi yang berpengaruh terhadap masalah lingkungan.

Beberapa masalah lingkungan yaitu :

1. Efek Rumah Kaca

Adanya karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fossil meliputi minyak bumi, batubara. Jika kadar CO2 tinggi, maka akan terjadi CO2 di udara sangat banyak. Gas CO2 ini merupakan penyerap panas, sehingga terjadi kenaikan suhu di atmosfer. Kenaikan suhu global ini yang disebut efek rumah kaca. Efek rumah kaca juga meningkatkan suhu air sampai 4,5 C dan kenaikan permukaan air laut sampai + 4,5 cm.

2. Hujam Asam

Hujan asam merupakan hujan yang mengandung asam sulfate (H2SO4), asam klorida (HCl), HNO3

Dalam pembakaran bahan bakar fossil dihasilkan belerang oksida (SOx) gas HCl dan nitrogen oksida (NOx)

Belerang oksida diantaranya :

* Belerang dioksida (SO2)

* Belerang trioksida (SO3), jika bereaksi dengan air akan menghasilkan asam sulfat

Sedangkan nitrogen dioksida jika bereaksi dengan air akan menghasilkan asam nitrat (HNO3) Gas gas tersebut dibawa air hujan akan menjdi asam yang jatuh di tanah. Hujan asam ini

mengakibatkan korosi konstruksi,dan mematikan organisme air.

3. Pengikisan Lapisan Ozon

Ozon ini dihasilkan dari reaksi hydrocarbon dan NO2 yang berasal dari pembakaran bahan bakar fossil dengan bantuan sinar matahari. Hydrocarbon merupakn senyawa C dan H sedangkan karbohidrat adalah C H dan O. Reaksi nitrogen oksida dan Hydrocarbon menghasilkan ozon dan peroxyacil nitrat (PAN). Ozon dan PAN merupakan komponen utama kabut. Gas polutan lain yang berdampak negatif terhadap atmosfer adalah Chloroflurocarbon (CFC). Bahan CFC ini digunakan sebagai bahan refrigerant, pembuat plastik busa dan bahan isolator. Bahan CFC juga mengakibatkan penipisan lapisan ozon di atmosfer bumi. Pada lapisan atmosfer terendah ozon mengganggu kesehatan, sedangkan pada lapisan atmosfer atas ozon melindungi makhluk hidup dari radiasi si ar ultraviolet. Oleh karena reaksi ozon

CFC yang berbahaya maka produksi CFC di dunia dihentikan.

Globalisasi Masalah Lingkungan

Adalah adanya keterkaitan masalah lingkungan dengan pembangunan dunia. Pembangunan seharusnya dilakukan untuk menyelesaikan masalah lingkungan, namun pada negara berkembang pembangunan menimbulkan masalah lingkungan. Ini disebabkan pada negara

berkembang, pembangunan dilakukan dengan mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan untuk menutupi biaya pembangunan dan pembayaran hutang.

Aliran Energi dan Bahan dalam Ekosistem

Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekologi dapat dikatakan sebagai ekonomi alam dalam bentuk materi dan energi. Agar kesatuan dalam ekosistem teratur, dibutuhkan arus materi dan energi yang terkendali. Keteraturan ekosistem dicapai bila ekosistem berada dalam kondisi kesetimbangan dinamis.

Bahan / Materi sebagai Penyusun Tubuh Mnusia, Hewan dan Tumbuh Tumbuhan (C, H, O, N, P)

Unsur unsur tersebut menyusun air (H2O), glukosa (C6 H12 O6), gula (C12 H22 O11) karbohidrat, lemak, dan protein. Materi tidak ada habisnya. Dari siklus rantai makanan, materi mengalir dari tubuh makhluk hidup yang satu ke yang lain.

Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha. Energi tidak dapat dilihat, yang dapat dilihat adalah perubahan karena energi.

Contoh : benda didorong oleh manusia, makan benda tersebut bergerak / berpindah tempat Energi ini berubah dari bentuk satu ke bentuk yang lain. Semua kehidupan berasal dari energi matahari. Bahan makanan, tumbuh tumbuhan diantranya H2O pada proses fotosintesis

terjadi reaksi sbb :

Bahan makanan + CO2 + E (energi makanan) molekul energi tinggi + O2 (karbohidrat, lemak, protein)

Dalam kondisi tertentu tanaman dan hewan mati tidak membusuk, dalam jangka lama akan menjadi bahan bakar fossil (batubara dan miyak bumi). Makhluk hidup ini perlu energi untuk melakukan aktifitasnya (pembiakan, pertumbuhan, gerakan). Energi ini diambil dari molekul energi tinggi. Bahan baku dibakar menghasilkan energi pembakaran dalam sel yg disebut Respirasi sbb :

Molekul energi tinggi + O2 CO2 + bahan makanan + energi

Tanaman karena memproduksi energi tinggi, disebut produsen. Binatang menggunakan molekul energi tinggi disebut konsumen. Tanaman dan hewan menghasilkan limbah dan akhirnya mati membentuk bahan organik yang masih mengandung energi. Di dalam ekosistem, organisme yang menggunakan bahan organik / energi sisa disebut Dekomposen.

Energi mengalir satu arah dan tidak mengalami siklus, sedangkan bahan mkann mengalmi siklus.

Pengaruh Manusia Pada Ekosistem

Penggunaan DTT untuk mematikan hama yang merusak tanaman. DTT sangat sukar terurai disimpan dalam jaringan lemak binatang yang siap dipindahkan dari satu organisme ke organisme lain melalui rantai makanan. Jenis gangguan yang ditimbulkan oleh DTT pada manusia adalah keracunan dengan gejala pening, nafsu makan berkurang, gangguan fungsi hati hiper aktifitas.

Limbah

Merupakan hasil kegiatan yang tidak digunakan lagi. Limbah dikelompokn menjadi :

1. Limbah Domestik. Buangan dari kamar mandi, dapur, apotek, RS, rumah makan dibuang kesaluran dan berakhir ke sungai. Pembakaran pada limbah padat menimbulkan adap sehingga menurunkan kualitas udara.

2. Limbah Non Domestik. Industri, pertambangan, pertanian, peternakan, perikanan dan transportasi termasuk limbah non domestik. Pencemaran karena limbah industri mengndung bahan berbahya dan beracun (B3)

Sumber Polusi

Yaitu fasilitas / instalasi yang menghasilkan polutan. Contoh : Pembangkit tenaga listrik yang menggunakan bahan bakar fossil menghasilkan polutan berupa SO3 (bereaksi dengan air hujan membentuk H2SO4. Mengakibatkan hujan asam.

Polutan yaitu unsur atau bahan kimia yang berada dalam lingkungan (tanah, air, udara) yang melewati batas unsur / bahan kimia secara alami.

Batas batas berbagai unsur dlam air tanah atau udara sudah tertentu. Jika melebihi batas tersebut maka disebut polutan (pencemar). Air, tanah, udara yang mengandung polutan sering disebut terkena polusi. Bentuk polutan perlu diketahui karena berpengaruh terhadap metode pengolahannya. Contoh : Buangan plastik mengakibatkan polusi tanah. Untuk menghindarinya dilakukan daur ulang. Pencegahan polutan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara yang paling disukai yaitu reduksi pada sumbernya. Reduksi dilakukan dengan modifikasi proses, pengurangan jumlah bahan baku, perbaikan bahan, kualitas bahan, menaikkan efisiensi. Tingkat pencegahan polusi dari yang paling kekurang diinginkan yaitu reduksi sumber, recycling, pemekatan dan pemisahan limbah, pertukaran limbah, rekorefikaan, disfusel (penyimpanan dalam tanah)

4. Nitrogen

Nitrogen adalah unsur yang penting dalam reaksi biologi. Nitrogen dapat diikat dalam senyawa energi tinggi seperti asam amino, dan amina dan dalam bentuk nitrogen yang dikenal dengan nitrogen organik. Satu dari senyawa intermediate yang dibentuk selama metabolisme biologi adalah nitrogen amonia. Bersama dengan nitrogen orgnik, amonia dianggap sebagai indikator polusi. Dua bentuk nitrogen ini sering dikombinasi ke dalam satu ukuran yang dikenal sebagai nitrogen Kjeldahl.

Dekomposisi aerobik menghasilkan nitrite (NO2) dan akhirnya bentuk nitrogen nitrate (NO3). Semua bentuk nitrogen dapat diukur secara analysis dengan teknik Kolorimetri.

Dasar kolorimetri adalah ion dalam larutan bergabung dengan beberapa senyawa dan membentuk warna. Senyawa dalam keadaan berlebihan sehingga intensitas warna sebanding dengan konsentrasi ion yang diukur.

5. Pengukuran Bakteri

Dari kesehatan masyarakat, kualitas bakteri air adalah sama penting dengan kualitas kimia. Pengukur dapat dipindahkan oleh air yaitu tifus dan kolera. Oleh karena itu air harus tidak terkontaminasi pathogen (penyakit yang disebabkan organisme). Untuk mengukur kualitas bakteri digunakan konsep organisme indikator. Indikator yang paling sering digunakan adalah group mikroba yang disebut koliform. Metode yang paling sederhana untuk mengukur koliform adalah menyaring contoh melalui filter steril, yang banyak menangkap koliform.

Filter kemudian diletakkan dalam piringan yang mengandung agar agar steril yang membasahi filter dan mengembangkan pertumbuhan koliform. Banyaknya kilauan titik biru hijau gelap, menunjukkan kolom koliform yang kemudian dihitung.

PARAMETER PENCEMARAN AIR

Zat atau bahan pencemaran adalah zat atau bahan dalam bentuk cair, gas, atau partikel tersuspensi dalam kadar tertentu di lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh tumbuhan dan atau benda. Parameter pencemaran air meliputi :

1. Fisika yang meliputi suhu, warna, bau, rasa, kekeruhan, zat padat tersuspensi.

2. Kimia yang meliputi pH, bahan organik termasuk minyak, bahan anorganik yang dibedakan menjadi logam dan bukan logam.

3. Bakteriologi.

4. Radioaktivitas.

5. Pestisida.

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

Pada awal proses pengolahan partikel partikel besar dalam air disaring dengan saringan

saringan pasir untuk menahan zat padat atau kotoran kotoran sehingga tidak merusak

peralatan pada proses berikutnya. Selanjutnya ion ion atau partikel partikel yang larut diolah dengan cara :

1. Pengolahan secara kimia (koagulasi flokulasi). Air buangan ditambah koagulan, kemudian diaduk dengan cepat maka akan terbentuk butir butir halus. Dengan pengadukan yang lambat, maka butir butir halus akan bersatu membentuk butir besar yang disebut flok sludge. Flok ini mengikat partikel partikel atau logam yang larut sehingga air menjadi jernih. Flok (lumpur hasil pengolahan secara kimia) dipisahkan dari air bersih. Jenis koagulan yang ditambahkan tergantung jenis logam yang terlarut. Contoh koagulan : tawas, natriumbisulfit (untuk logam berat). Sedimentasi merupakan menurunnya flok ke dasar Clarifier yang merupakan alat pengolahan secara kimia. Desinfektasi dilakukan dengan menambah klor untuk mematikan bakteri. (gambar

sama david)

2. Pengolahan Secara Sorpsi. (Resin Penukar Ipn). Air kotor dilewatkan kolom yang mengandung resin penukar ion (zeolit), maka ion ion akan terikat pasir / zeolit dan air yang keluar kolom menjadi bersih. Zeolit merupakan bahan alami yang mempunyai sifat sebagai penyaring logam berat. Zeolit dapat diubah sebagai penukar anion yang akan mengikat ion ion negatif (anion). Lama kelamaan kemampuan zeolit untuk mengikat logam berat atau kation (ion yang bermuatan positif akan berkurang sehingga akhirnya tidak mampu lagi. Oleh karena itu zeolit yang digunakan harus diganti secara berkala.

(gambar sama david)

3. Pengolahan Secara Evaporator. Limbah cair dialihkan ke dalam evaporator. Di dalam evaporator terdapat pemanas yang akan memanaskan air menjadi uap. Air pekat (konsentrat) akan menetap di dasar evaporator, sedangkan uap air mengalir keluar evaporator melalui kondensor menjadi air bersih.

Flok / Sludge (kumfour), resin / zeolit bekas, atau konsentrat (larutan pekat) dari proses sebelumnya, kemudian melalui proses imobilisasi / solidifikasi (dengan semen, bitumen, polimer, atau gelas). Setelah itu dilakukan proses disposal (penyimpanan dalam tanah). Selanjutnya untuk mencegah terjadinya pencemaran lebih lanjut, dilakukan pemantauan lingkungan terhadap air lingkungan (air sumir, air sungai, air laut) di sekitar daerah disposal.

(gambar sama david)

SOAL UAS:

1. Apa yang disposal dan apa persyaratan lokasi untuk disposal?

Jawab :

Disposal Adalah tempat/lokasi yang dirancang/direncanakan untuk menampung material buangan overburden / pembuangan akhir limbah B3. Persyaratan lokasi disposal adalah lokasi landfill harus suatu daerah yang bekas banjir yang selama seratus tahunan.Lokasi Landfill tidak boleh mempunyai potensi bencana alam seperti longsor, letusan gunung api, gempa bumi dan patahan aktif. Tanah ini harus bersifat kedap air.

Lokasi landfill sedapat mungkin tidak berada diatas lapisan tanah.

Lokasi landfill bukan daerah genangan air jarak minimum 500m dari lingkungan aliran sungai yang mengalir sepanjang tahun.

Curah hujan diutamakan kecil/ daerah kering.

Kecepatan angin tidak mengarah ke daerah penduduk landfill tidak menggunakan tanah pertanian yang subur.

2. Apa beda limbah B3 dan Limbah Radioaktif?

Jawab:

Limbah B3 Adalah jenis limbah buatan manusia (tidak terjadi secara alamiah) umumnya merupakan hasil samping suatu industry. Sedangkan Limbah Radioaktif adalah jenis limbah yang mengandung atau terkontaminasi radionuklida pada konsentrasi atau aktivitas yang melebihi batas yang diijinkan (Clearance level) yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir serta sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi.

3. Jelaskan Pengolahan Limbah yang anda ketahui?

Jawab:

Pengolahan Limbah B3 secara resifikasi kimia (Pengendapan)

Resifikasi kimia adalah proses dimana polutan terlarut dikonversikan menjadi senyawa tidak larut baik dengan reaksi kimia ataupun dengan merubah komposisi pelarut sehingga mengurangi daya larut polutan tersebut.

4. Apa yang dimaksut reuse & recycle, dalam pengolahan limbah B3 dan beri contohnya?

Jawab:

Reuse adalah penggunaan kembali limbah B3 dengan tujuan yang sama tanpa melalui proses tambahan secara kimia, fisika, biologi, dan/atau secara termal. Contoh : Ampas tahu yang bisa langsung digunakan untuk pakan ternak, kertas yang digunakan bolak-balik akan mengurangi limbah kertas, gunakan wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang, gunakan baterai yang dapat di- charge kembali.

Recycle adalah mendaur ulang komponen-komponen yang bermanfaat melalui proses tambahan secara kimia, fisika, biologi, dan/atau secara termal yang menghasilkan produk yang sama ataupun produk yang berbeda. Contoh : botol air mineral yang dijadikan hiasan ruangan, Koran bekas yang dijadikan pembungkus nasi.