Resume PKT Kelompok 1 Dan 2
-
Upload
puspa-trcah -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
description
Transcript of Resume PKT Kelompok 1 Dan 2
KELOMPOK 3
Anggota: Hana Fera Indriana (1309045013)
Tri Cahyo Puspa Ningrum (1309045020)
Winda Aprini (1309045022)
Dian Rubyanti (1309045027)
Eviana (1309045033)
RESUME MATERI PRESENTASI KELOMPOK 1 DAN 2
RESUME MATERI PRESENTASI KELOMPOK 1 TENTANG TEKNOLOGI
PENGENDALIAN PENCEMARAN LAHAN SAWAH
a. Pencemaran Pada Lahan Sawah
1. Bahan Agrokimia
Pupuk “P” yang digunakan dalam budi daya pertanian dapat menyebabkan
pencemaran tanah karena pupuk tersebut mengandung logam berat. Dalam
pertumbuhannya, tanaman menyerap unsur hara dari dalam tanah, termasuk logam
berat, sehingga produk atau hasil pertanian dapat mengandung logam berat. Belum
ada nilai ambang batas konsentrasi logam berat di dalam tanah yang aman bagi
produk pertanian yang dihasilkan.
2. Limbah Industri
Pencemaran pada lahan pertanian atau sawah oleh limbah yang mengandung logam
berat sampai tingkat tertentu, biasanya tidak menyebabkan berkurangnya hasil
tanaman, kecuali untuk unsur logam berat yang berperan sebagai unsur hara mikro.
b. Pencemaran Pada Tanah Sawah
1. Limbah Industri Tekstil
Pencemaran oleh limbah industri tekstil berasal dari tempat dibuangnya limbah
tersebut. Permasalahan ini dikarenakan sungai yang terkontaminasi tersebut akan
mengalir ke sawah yang sebagian akan meresap ke tanahdan sebagian lainnya
digunakan untuk fotosintesis.
2. Limbah industri penyepuhan logam (electroplating) telah mencemari tanah sawah
yang terdapat di sekitar industri kerajinan rumah tangga di Kecamatan Juwana,
Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah. Kandungan Co, Cr, Mn, dan Ni. Limbah
industri penyepuhan logam memilii nilai bataskritis unsur-unsur limbah yang lebih
rendah.
3. Limbah Bekas Pertambangan
Pertambangan yang dilakukan secara terbuka (open mining) sangat merusak
lingkungan, karena untuk memperoleh bahan atau bijih tambang, tanah lapisan atas
harus dikupas, dan tanah dibawahnya digali termasuk bahan induk/batu-batuan
tanah yang menutupi lapisan/endapan tambang, sehingga menyebabkan perubahan
bentang alam. Untuk memperoleh atau melepaskan biji tambang dari batu-batuan
atau pasir seperti dalam pertambangan emas, para penambang umumnya
menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya yang dapat mencemari tanah, badan
air atau sungai dan lingkungan.
c. Dampak Ekonomi Kerusakan Lahan Sawah
Pencemaraan limbah industri tekstil yang terjadi pada lahan persawahan
menyebabkan menurunnya hasil gabah secara drastis, terutama di musim kemarau.
Hal ini mengakibatkan turunnya kualitas padi, menurunnya kuantitas padi yang
dipanen, serta sering menyebabkan petani gagal panen.
d. Penanggulangan Secara Fisik
- Penanggulangan pencemaran secara fisik dilakukan agar pengaruh B3 dan
logam berat yang terkandung dalam tanah berkurang. Upaya-upaya yang dapat
dilakukan, diantaranya adalah dengan teknik pemanasan dan penyerapan
menggunakan arang aktif, zeolit, dan bentonit, ataupun penggunaan limbah
pertanian.
- Lahan sawah yang terkena pencemaran limbah pengeboran minyak bumi dapat
diatasi atau ditanggulangi dengan pencucian dan penggunaan bahan organik.
e. Pengendalian Secara Biologi
Untuk menanggulangi pencemaran lahan sawah secara biologi dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai jenis vegetasi atau tanaman yang ditanam pada tanah
yang tercemar. Cara tersebut disebut fitoremediasi, yang diharapkan mampu
mengurangi atau menyerap logam berat dan B3 dari dalam tanah. Selain itu, cara lain
untuk mengurangi dampak negatif logam berat dan B3 pada tanah sawah yang
tercemar limbah industri adalah dengan penerapan teknologi bioremediasi.
RESUME MATERI PRESENTASI KELOMPOK 2 TENTANG TINJAUAN
YURIDIS PENCEMARAN LIMBAH SOLAR DI HOTEL RADJA KOTA
SAMARINDA
Pembangunan hotel Radja yang terletak di Jalan Imam Bonjol RT 10 No.3 Kelurahan
Pelabuhan Kecamatan Samarinda Kota menimbulkan pencemaran Bahan Bakar berupa
solar yang menyebabkan bau pada sumur dan parit warga sekitar hotel tersebut dan di
khawatirkan terjadinya kebakaran akibat solar tersebut. Padahal tujuan Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sudah tercantum pada Undang-undang No. 32
Tahun 2009.
Terjadi juga kebocoran oli pada hotel tersebut yang telah diakui pihak hotel karena
penampungan oli generator hotel bocor dan berjanji akan segera memperbaiki. Namun
sampai kini, luberan oli masih terjadi. Padahal pada pasal 5 Peraturan Daerah
dijelaskan setiap orang, badan usaha, dan atau kegiatan lainnya dilarang melakukan
pencemaran air. Sedangkan dalam sanksi perdata sesuai dengan pasal 22 Peraturan
Daerah tersebut dijelaskan wajib membayar ganti kerugian atau melakukan tindakan
tertentu. Dari kejadian tersebut dapat diketahui bahwa masih kurangnya penerapan dari
aturan yang telah berlaku seperti AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)
sehingga terdapat kecenderungan terjadi kasus pencemaran lingkungan di Indonesia
terutama di Samarinda.
Peraturan yang menyangkut pada kasus pencemaran solar di Hotel Radja, meliputi:
1. UU Lingkungan Hidup No.32 Tahun 2009 pasal 1 butir 13 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. UU Lingkungan Hidup No.32 Tahun 2009 pasal 20 ayat 2 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. UU Lingkungan Hidup No.32 tahun 2009 pasal 69 ayat 1 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
4. UU Lingkungan Hidup No.32 tahun 2009 pasal 112 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
5. UU Lingkungan Hidup No.32 tahun 2009 pasal 70 ayat 2 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
6. UU Lingkungan Hidup No.32 tahun 2009 pasal 65 ayat 5 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
7. UU Lingkungan Hidup No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
8. Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2012 pasal 3 ayat 1tentang izin Lingkungan
9. Peraturan Pemerintah Daerah Kota Samarinda No.30 tahun 2003 pasal 5 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dalam Wilayah Kota
Samarinda
10. UU Lingkungan Hidup No.32 tahun 2009 pasal 72 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
11. UU Lingkungan Hidup No.32 tahun 2009 pasal 74 ayat 1 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
12. UU Lingkungan Hidup No.32 tahun 2009 pasal 71 ayat 3 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Dampak yang terjadi akibat melubernya kolam penampungan solar dan oli milik Hotel
Radja:
1. Mencemari kolam ikan milih H.M. Busrie warga RT. 10 Gang 10 Jalan Imam
Bonjol
2. Lokasi tempat atau rumah genset terdapat saluran air yang mengarah ke drainase
utama Jalan Imam Bonjol
3. Terlihat tumpukan sampah campuran (organik dan anorganik) yang diletakkan di
lokasi terbuka dekat tempat atau rumah genset, tumpukan cukup banyak dan tidak
ada tanggul penahan sehingga jika dalam waktu lama tidak ditangani akan
menyebabkan bau menyengat
4. Mencemari sumur beberapa warga RT. 10 Gang 10 di Jalan Imam Bonjol
Pihak Badan Lingkungan Hidup sebagai mediator melakukan mediasi dengan warga
dan pihak dari Hotel Radja, dan menghasilkan kesepakatan yang mewajibkan pihak
dari Hotel Radja membenahi kolam penampungan limbah solar dan oli bekas serta
memberikan dana konpensasi kepada warga di RT. 10 Gang 10 Jalan Imam Bonjol
yang mengalami kerugian, dan BLH Samarinda telah melakukan pengawasan dalam
kasus pencemaran oli dan solar yang meluber ke kawasan pemukiman penduduk.
Berdasarkan UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, warga yang mengalami kerugian dapat mengajukan ganti rugi sesuai dengan
kerugian yang dialami. Proses ganti rugi terhadap warga, dan mewajibkan pihak Hotel
Radja untuk melapor baku mutu kolam penampungan limbah solar dan oli sebelum
dibuang ke lingkungan. BLH kota Samarinda seharusnya lebih memperhatikan badan
usaha yang menggunakan B3 untuk mengelola limbahnya terlebih dahulu sebelum di
buang ke lingkungan.
KELOMPOK 2
Pembangunan hotel Radja yang terletak di Jalan Imam Bonjol RT 10 No.3 Kelurahan
Pelabuhan Kecamatan Samarinda Kota menimbulkan pencemaran Bahan Bakar berupa
solar yang menyebabkan bau pada sumur dan parit warga sekitar hotel tersebut dan di
khawatirkan terjadinya kebakaran akibat solar tersebut. Padahal tujuan Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sudah tercantum pada Undang-undang No. 32
Tahun 2009.
Terjadi juga kebocoran oli pada hotel tersebut yang telah diakui pihak hotel karena
penampungan oli generator hotel bocor dan berjanji akan segera memperbaiki. Namun
sampai kini, luberan oli masih terjadi. Padahal pada pasal 5 Peraturan Daerah
dijelaskan setiap orang, badan usaha, dan atau kegiatan lainnya dilarang melakukan
pencemaran air. Sedangkan dalam sanksi perdata sesuai dengan pasal 22 Peraturan
Daerah tersebut dijelaskan wajib membayar ganti kerugian atau melakukan tindakan
tertentu. Dari kejadian tersebut dapat diketahui bahwa masih kurangnya penerapan dari
aturan yang telah berlaku seperti AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)
sehingga terdapat kecenderungan terjadi kasus pencemaran lingkungan di Indonesia
terutama di Samarinda.
Peraturan yang menyangkut pada kasus pencemaran solar di Hotel Radja, meliputi:
1. UU Lingkungan Hidup No.32 Tahun 2009 pasal 1 butir 13 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. UU Lingkungan Hidup No.32 Tahun 2009 pasal 20 ayat 2 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. UU Lingkungan Hidup No.32 tahun 2009 pasal 69 ayat 1 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
4. UU Lingkungan Hidup No.32 tahun 2009 pasal 112 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
5. UU Lingkungan Hidup No.32 tahun 2009 pasal 70 ayat 2 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
6. UU Lingkungan Hidup No.32 tahun 2009 pasal 65 ayat 5 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
7. UU Lingkungan Hidup No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
8. Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2012 pasal 3 ayat 1tentang izin Lingkungan
9. Peraturan Pemerintah Daerah Kota Samarinda No.30 tahun 2003 pasal 5 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dalam Wilayah
Kota Samarinda
10. UU Lingkungan Hidup No.32 tahun 2009 pasal 72 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
11. UU Lingkungan Hidup No.32 tahun 2009 pasal 74 ayat 1 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
12. UU Lingkungan Hidup No.32 tahun 2009 pasal 71 ayat 3 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Dampak yang terjadi akibat melubernya kolam penampungan solar dan oli milik
Hotel Radja:
1. Mencemari kolam ikan milih H.M. Busrie warga RT. 10 Gang 10 Jalan
Imam Bonjol
2. Lokasi tempat atau rumah genset terdapat saluran air yang mengarah ke
drainase utama Jalan Imam Bonjol
3. Terlihat tumpukan sampah campuran (organik dan anorganik) yang
diletakkan di lokasi terbuka dekat tempat atau rumah genset, tumpukan
cukup banyak dan tidak ada tanggul penahan sehingga jika dalam waktu
lama tidak ditangani akan menyebabkan bau menyengat
4. Mencemari sumur beberapa warga RT. 10 Gang 10 di Jalan Imam Bonjol
Pihak Badan Lingkungan Hidup sebagai mediator melakukan mediasi dengan warga
dan pihak dari Hotel Radja, dan menghasilkan kesepakatan yang mewajibkan pihak
dari Hotel Radja membenahi kolam penampungan limbah solar dan oli bekas serta
memberikan dana konpensasi kepada warga di RT. 10 Gang 10 Jalan Imam Bonjol
yang mengalami kerugian, dan BLH Samarinda telah melakukan pengawasan dalam
kasus pencemaran oli dan solar yang meluber ke kawasan pemukiman penduduk.
Berdasarkan UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, warga yang mengalami kerugian dapat mengajukan ganti rugi sesuai dengan
kerugian yang dialami. Proses ganti rugi terhadap warga, dan mewajibkan pihak Hotel
Radja untuk melapor baku mutu kolam penampungan limbah solar dan oli sebelum
dibuang ke lingkungan. BLH kota Samarinda seharusnya lebih memperhatikan badan
usaha yang menggunakan B3 untuk mengelola limbahnya terlebih dahulu sebelum di
buang ke lingkungan.