Resume Pengukuran Teknik - Ardy Lololau
description
Transcript of Resume Pengukuran Teknik - Ardy Lololau
Universitas Nusa Cendana
Fakultas Sains dan Teknik
Jurusan Teknik Mesin
Kupang
2014
RESUME PENGUKURAN TEKNIK
Nama: Ardy L. Lololau
NIM: 1306023042
1. Pengukuran Linear, Angular, dan Anjakan
A. Pengukuran Linear
Sebagian besar pengukuran geometris benda ukur dalam metrology industri adalah
menyangkut pengukuran linier atau pengukuran panjang (jarak), diameter poros, tebal gigi,
tinggi, lebar, kedalaman, perhitungan sudut dengan metode sinus atau tangent,
kesemuanya itu merupakan contoh dari dimensi panjang (linier) dari benda ukur yang
memangme mpunyai variasi bentuk panjang yang bermacam-macam. Berdasarkan cara
mengukurnya maka dapat dibedakan dua jenis pengukuran yaitu : pengukuran linier
langsung dan pengukuran linier tak langsung.
Pegukuran langsung adalah pengukuran yang hasil pengukurannya dapat langsung
dibaca pada skala ukur dari alat ukur yang digunakan. Dengan demikian alat ukur yang
digunaka juga alat ukur yang mempunyai skala yang bisa langsung dibaca skalanya. Alat ukur
linier langsung yang banyak digunakan dalam praktek sehari-hari dapat digolongkan menjadi
tiga golongan besar yaitu :
Mistar ukur dengan berbagai macam bentuk.
Mistar ingsut (jangka sorong) dengan berbagai bentuk.
Mikrometer dengan berbagai bentuk.
Pegukuran tak langsung adalah pengukuran yang hasil pengukurannya tidak dapat
langsung dibaca pada skala ukur dari alat ukur yang digunakan.. Pengukuran ini dibutuhykan
saat pengukuran tidak dapat dilakukan secara langsung misalnyapengukuran yang
memerlukan kecermatan yang tinggi ataupun karena bentuk benda ukur yang tidak
memungkinkan untuk diukur dengan alat ukur langsung. Untuk keadaan ini maka biasanya
dilakukan pengukuran tak langsung, dalam hal ini adalah pengukuran linier. Untuk
melakukan pengukuran linier tak langsung ada dua jenis alat ukur yang biasa digunakan
yaitu:
Alat ukur standar dan
Alat ukur pembanding.
B. Pengukuran Panjang
Pengukuran panjang yaitu membandingkan panjang sesuatu dengan panjang sesuatu
yang panjangnya sudah diketahui yang dijadikan sebagai patokan Pengukuran adalah
membandingkan suatu ukuran dengan suatu ukuran yang lain yang sejenis sebagai patokan
Panjang didefiniskan sebagai besaran yang menyatakan jarak dua titik. Besaran panjang
memiliki banyak nama diantaranya tebal, tinggi, lebar, dan kedalaman. Satuan besaran
panjang adalah meter.
Satuan pengukuran panjang Penghitungan dalam diagram satuan panjang tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut: km Naik 1 tingkat/tangga dibagi 10 hm dam m Turun1
tingkat/tangga dikali 10 dm cm mm.
Alat ukurnya antara lain :
- Mistar yang merupakan alat ukur panjang yang memiliki skala terkecil 1 mm. Mistar
ini memiliki ketelitian 0,5 mm yaitu setengah skala terkecil. HASIL PENGUKURAN: =
2,5 cm + 0,5 mm = 2,55 cm.
- Rol meter meteline penggaris.
- Jangka sorong
- Mikrometer Sekrup
C. Pengukuran Luas
Menghitung luas dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung daerah yang
diukur. Luas wilayah dapat diukur dengan berbagai cara antara lain:
Dengan pembuatan kisi atau kotak (square method)
Dengan pembuatan garis potong (srtipped method)
Dengan menggunakan cara segitiga (triangle method)
Dengan alat pengukur luas (planimeter)
Luas adalah faktor penting dalam penentuan PBB. Salah satu cara untuk melakukan
penentuan luas adalah dengan identifikasi luas objek PBB melalui citra satelit. Penelitian
terdahulu mengenai studi akurasi citra Quick Bird maupun Ikonos dalam
pengukuran/penentuan luas objek PBB telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan hasil
Citra Quick Bird dan Citra Ikonos dapat digunakan oleh Direktorat PBB dan BPHTB untuk
penentuan luas objek PBB. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan dan tuntutan
peningkatan kualitas data spasial SIG PBB, maka sebelum dilakukan pemetaan perlu
diketahui nilai akurasi citra QuickBird dan citra Ikons dalam penentuan lugs secara bersama-
sama. Dengan mengetahui nilai akurasinya maka dapat dilakukan pilihan terhadap citra
satelit beresolusi tinggi yang dipakai dalam penentuan luas objek PBB secara efektif dan
efisien.
D. Pengukuran Anguler
Kecepatan anguler atau yang biasa disebut kecepatan sudut adalah berapa sudut
yang telah ditempuh sebuah benda (yang bergerak melingkar) dalam tiap satuan waktu.
Satuannya adalah radian per detik, dengan rumus
Sedangkan kecepatan linier dari sebuah gerak melingkar adalah :
Kombinasi 2 rumus diatas di dapatkan
V = w . r
Untuk lebih memahaminya, kita simak gambar berikut ini :
skema penjelasan kecepatan anguler untuk velg roda
Penjelasan :
A adalah titip pusat lingkaran, dalam hal ini titik tengah roda/ban
B adalah jari-jari lingkaran atau dalam aplikasi nyatanya ukuran ring velg
ditambah tebal ban
C adalah titik awal pengukuran linier pada garis lingkaran (luar), dalam hal ini
titik pengukuran pada ujung ban yang menempel pada aspal.
D adalah titik akhir pengukuran linier pada garis lingkaran (luar) dalam hal ini
titik akhir pengukuran pada ujung ban yang menempel pada aspal
jarak tempuh adalah garis linier dari C hingga D
c dan d adalah titik pengukuran speedo yg ada pada garis lurus A dan C atau A
dan D.
Kecepatan sudut c-d dan C-D adalah sama, sedangkan kecepatan liniernya
berbeda.
Satu putaran penuh lingkaran adalah 2π radian (baca dua fi radian).
Kecepatan sudut adalah berapa besar sudut yang telah ditempuh dari c ke d,
atau dari C ke D, tiap satuan waktu.
2. Pengukuran Waktu dan Kecepatan
A. Pengukuran Waktu
Pengukuran waktu (time study) ialah suatu usaha untuk menentukan lama kerja yg
dibutuhkan seorang operator dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik pada
tingkat kecepatan kerja yang NORMAL dalam lingkungan kerja yang TERBAIK pada saat
itu. Teknik Pengukuran Waktu Kerja Terbagi 2:
1. SECARA LANGSUNG
Pengukuran jam henti (stopwatch time study)
Sampling pekerjaan (work sampling)
2. SECARA TAK LANGSUNG
Data waktu baku (standard data)
Data waktu gerakan (predetermined time system)
B. Pengukuran Kecepatan
Konsep dasar pengukuran kecepatan secara sederhana adalah membagi jarak
yang ditempuh dengan waktu tempuh.
Pengukuran kecepatan putar dengan menggunakna incremental rotary incoder
perlu memperhatikan beberapa hal pennting senagai berikut ini:
- Resolusi encoder. tinggi rendahnya resolusi sebuah encoder yang
dibutuhkan disesuaikan dengan kebutuhan dari aplikasi yang hendak
diterapkan.
- Kecepatan putar suatu motor. kecepatan putar suatu motor tidak boleh
melebihi maksimum respons frekuensi yang dapat didukung oleh encoder.
hal ini dapat menyebabkan tidak dapat diukurnya keluaran sinyal pulsa
dari encoder.
- Frekuensi keluaran encoder. frekuensi keluaran encoder yang digunakan
sebagai masukan pada gerbang-gerbang counter harus di bawah nilai
frekuensi masukan yang diizinkan oleh counter agar counter dapat men-
scanning frekuensi masukan tersebut dengan akurat.
3. Pengukuran Daya, Torsi, Frekuensi, dan Noise
A. Pengukuran Daya dan Torsi
Pengukuran torsi dan daya yang digunakan sebagai parameter uji pada
sepeda motor dapat dilakukan dengan berbagai macam metode diantaranya
testbench dan prony breake. Prinsip kerja test bench adalah torsi atau daya yang
akan diuji digunakan untuk memutar suatu silinder beban sehingga silinder
tersebut berputar dengan kecepatan sudut dan percepatan sudut tertentu.
Sehingga torsi dapat ditentukan dari perkalian momen inersia massa yang dimiliki
oleh silinder uji dengan percepatan sudut, sedangkan daya dapat diketahui dengan
mengalikan torsi dengan kecepatan sudut yang terjadi.
B. Pengukuran Frekuensi
Frekuensi adalah jumlah getaran yang terjadi dalam waktu satu detik atau
banyaknya gelombang/getaran listrik yang dihasilkan tiap detik. Frekuensi
dilambangkan dalam huruf f. Periode adalah lamanya waktu yang diperlukan untuk
melakukan satu getaran sempurna suatu gelombang listrik. Periode dilambangkan
dengan huruf T. Hubungan antara frekuensi dan periode adalah berbanding terbalik,
berarti semakin besar frekuensinya periodenya akan semakin kecil. Secara matematis
dapat dituliskan :
Dimana :
F : frekuensi, dalam siklus per detik atau Herz (Hz)
T : periode, dalam detik (s).
Jika kecepatan perputaran sudut dinyatakan dengan ω, maka frekuensinya
sama dengan kecepatan sudut dibagi dengan besarnya sudut satu putaran penuh
(2π) atau dapat ditulis :
Dengan pengertian ω adalah kecepatan sudut dalam Radial/detik (Rad/s).
Pengukuran frekuensi dapat dilakukan dengan cara mempergunakan alat ukur
penunjuk dan alat ukur elektronis
ALAT UKUR FREKUENSI
• Type lidah-lidah bergetar. Bila sejumlah kepingan baja yg tipis
membentuk batang batang lidah bergetar, dan masing masing mempunyai
perbedaan2 frekuensi getarnya yang relatip tidak jauh satu sama lainnya dibariskan
dan kepadanya diberikan medan magnit arus bolak-balik, maka salah satu dari lidah-
lidah getar akan beresonansi dan memberikan defleksi yang besar bila frekuensi
getarnya adalah sama dgn frekuensi medan magnit bolak-balik tersebut.
C. Pengukuran Noise
Polusi suara sekarang diakui di seluruh dunia sebagai masalah utama
untuk kualitas hidup di perkotaan. Efek kebisingan termasuk sebagai dampak
negative seperti pengaruh pada sikis, fisik kesehatan dan gangguan aktivitas
sehari-hari (dapat mempengaruhi tidur, ercakapan, menyebabkab jengkel,
menyebabkan gangguan pendengaran, dan masalah antung) Dengan
munculnya permasalahan di atas, sehingga membuat orang melakukan
penelitian tentang kebisingan dan pengukuran, yang akhrinya tercipta sebuah
alat pengukur noise yaitu, sound power level. Dimana dengan alat tersebut
memungkinkan setiap orang tuk mengukur noise dimana saja. Pada proyek
akhir kali ini akan dibuat sebuah visualisasi tingkat kebisingan di lingkungan
PENS. Untuk pengukuran kebisingannya, proyek akhir ini menggunakan
software untuk menghitung energy sinyal dan energy decibel(dB) atau biasa
disebut intensitas suara. Hasil perhitungan tingkat kebisingan tersebut akan
visualisasikan sesuai dengan pemetaan lingkungan di PENS, untuk informasi
relatif aman atau tidak kebisingan di lingkungan tersebut.
Tingkat tekanan suara dapat dinyatakan sebagai nilai-nilai puncak dari
perubahanperubahan tekanan, atau sebagai perubahan tekanan rata-rata di
sekitar tingkat tekanan barometer. Satuan tekanan suara sebagai satuan
tingkat kebisingan, karena daerah pendengaran manusia memiliki jangkauan
yang sangat lebar (2x10-5 Pa sampai 200 Pa) dan respon telinga manusia tidak
linier terhadap tekanan suara, tetapi bersifat logaritmis.Berdasarkan alasan ini
maka ukuran tingkat kebisingan biasanya dinyatakan dalam skala tingkat
tekanan suara (Sound Pressure Level) dengan satuan desibel (dB). Berikut
persamaan tingkat tekanan suara tersebut :
SPL = 10 log (P/P0)2
= 20 log (P/P0)
dimana :
SPL : tingkat tekanan suara (dB)
P : tekanan suara (Pa)
P0 : (2x10-5 Pa)