Resume Muamalat2
-
Upload
apep-gojali -
Category
Documents
-
view
58 -
download
8
Transcript of Resume Muamalat2
MUKADDIMAH
A. Pengertian FIqh Muamalah
Fiqh muamalah adalah ilmu tentang hokum-hukum syara yang mengatur
hubungan atau interaksi antara manusia dengan manusia yang lain dalam
bidang kegiatan ekonomi
B. Objek Pembahasan Fiqh Muamalah
Dari definisi yang dikemukakan di atas dapat diketahui bahwa objek
pambahsan fiqh muamalat adalah hubungan antara manusia dengan manusia
lain yang berkaitan dengan benda atau mal.
C. Prinsip-Prinsip Muamalat
1. Muamalat adalah urusan duniawi
2. Muamalat harus didasarkan kepada persetujuan dan kerelaan kedua belah
pihak
3. Adat kebiasaan dijadikan dasar hokum
4. Tidak boleh merugikan diri sendiri.
HAK DAN PEMBAGIANNYA
A. Pengertian Hak
Hak adalah suatu ikhtishash (fasilitas) yang ditetapkan oleh syara sebagai
kekuasaan atau beban (perintah)
B. Pembagian Hak
1. Ditinjau dari segi pemliknya (subjeknya)
a. Hak Allah
b. Hak Manusia
c. Hak campuran (musytarak)
2. Ditinjau dari segi objeknya
a. Hak maliyah dan ghair maliyah
b. Hak syahshi dan goer syakshi
c. Hak mujarrad dan goer mujarrad
HARTA BENDA HAK MILIK
A. Harta dan Pembagiannya
1. Pengertian harta
Menurut Hanafiyah harta adalah segala sesuatu yang mungkin diambil
dan dikuasai serta dimanfaatkan menurut adat kebiasaan.
Menurut Jumhur Fuqaha harta adalah segala sesuatu yang bernilai
yang mewajibkan kepada orang yang merusakanya untuk menggantinya.
2. Pembagian Harta
a. Ditinjau dari segi boleh diambil manfaatnya atau tidak, harta terbagi
kepada dua bagian :
1) Al-Mal Mutaqawwim
2) Al-Mal Ghair Al-Mutaqawwim
b. Ditinjau dari segi tetap dan tidaknya, harta terbagi menjadi dua bagian
1) Al-Mal Al-Aqar ( benda tetap)
2) Al-Mal Al-Manqul (benda bergerak)
c. Ditinjau dari segi ada padanannya atau tidak, harta dapat dibagi kepada
dua bagian :
1) Al-Mal Al-Mitsli
2) Al-Mal Al-Qimi
d. Ditinjau dari masih tetapnya atau habis setelah dipakai, harta terbagi
menjadi :
1) Al-Mal Al-Istihlaki
2) Al-Mal Al-Isti’mali
B. Hak milik dan Pembagiannya
Hak milik adalah merupakan hubungan antara manusia dan harta yang
ditetapkan oleh syara, yang memberikan kekhususan yang memungkinkan
untuk mengambil manfaat atau melakukan tasarruf atas harta tersebut
menurut cara-cara yang dibenarkan dan ditetapkan oleh syara’.
Hak milik terbagi pada dua bagian :
a. Hak milik yang sempurna (Al-Milk At-Tam)
b. Hak milik yang tidak sempurna (Al-Milk An-Naqish)
AKAD (PERJANJIAN)
Akad adalah kesepakatan dua kehendak untuk menimbulkan akibat-
akibat hokum, baik berupa menimbulkan kewajiban, memindahkannya,
mengalihkan, maupun menghentikan.
Untuk membentuk akad maka akan meliputi dua hal, pertama : Rukun
akad dan unsur-unsurnya. Kedua : Kehendak Akad. Rukun akad menurut
Imam Hanafiyah hanya Ijab dan Qabul sedangkan menurut Jumhur Ulama
ada tiga : orang yang melakukan ‘aqad (‘Aqid), objek aqad (‘Aqad), Shigat.
Syarat-syarat akad juga dibicarakan dalam buku ini, yang mana dalam
topic ini ada 4empat macam :
1. Syarat in’iqad
2. Syarat sah
3. Syarat nafadz, dan
4. Syarat Lujum
AKAD JUAL BELI
A. Definisi Jual Beli dan Dasar Hukumnya
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ulama mazhab di
dalam buku ini dapat diambil intisari bahwa
1) Jual beli adalah akad mu’awadhah, yakni akad yang dilakukan oleh dua
pihak, di mana pihak pertama menyerahkan barang dan pihak kedua
menyerahkan imbalan, baik berupa uang maupun barang.
2) Syafi’iyah dan Hanabilah mengemukakan bahwa objek jual beli bukan
hanya barang (benda), tetapi juga manfaat, dengan syarat tukar menukar
berlaku selamanya, bukan untuk sementara. Dengan demikian, ijarah
(sewa-menyewa) tidak termasuk jual beli karena manfaat digunakan
untuk sementara, yaitu selama waktu yang ditetapkan dalam perjanjian.
Demikian pula i’arah yang dilakukan timbal balik (saling pinjam), tidak
termasuk jual beli, karena pemanfaatannya hanya berlakusementara
waktu.
B. Rukun Jual Beli
Rukun jual beli ada tiga :
1) Ijab qabul
2) ‘Aqid (penjual dan pembeli)
3) Ma’qud ‘Alaih ( objek akad jual beli)
C. Syarat-syarat Jual Beli
Ada empat syarat yang harus dipenuhi dalam akad jual beli, yaitu
1) Syarat in’iqad (terjadinya akad)
2) Syarat syahnya akad jual beli
3) Syarat kelangsungan jual beli (syarat nafadz)
4) Syarat mengikat (syarat luzum)
KHIYAR
A. Definisi Khiyar
Khiyar adalah pilihan untuk melanjutkan jal beli atau
membatalkannya, karena ada cacat pada barang yang dijual, atau ada
perjanjian pada waktu akad, atau karena sebab yang lain.
B. Macam-Macam Khiyar
Hanafiyah menyebutkan bahwa khiyar ada enam belas macam.
Menurut Malikiyah, khiyar itu ada dua macam. Menurut Syafi’iyah, khiyar
ada dua macam. Menurut Hanabilah, khiyar ada delapan macam.
Dari jenis dan macam-macam khiyar dari masing-masing pendapat
imam mazhab, yang paling penting untuk dibahas lebih lanjut hanya empat
macam saja, yaitu :
1) Khiyar majelis
2) Khiyar syarat
3) Khiyar ‘aib
4) Khiyar ru’yah
AKAD SALAM
A. Definisi Salam
Salam adalah salah satu bentuk jual beli dimana uang harga barang
dibayarkan secara tunai, sedangkan barang yang dibeli belum ada, hanya
sifat-sifat, jenis, dan ukurannya sudah disebutkan pada waktu perjanjian
dibuat.
B. Rukun Dan Syarat-Syarat Salam
Rukun salam menurut Hanafiyah adalah ijab dan qabul. Sedangkan
menurut jumhur ulama, seperti halnya jual beli, rukun salam itu meliputi :
a. ‘Aqid
b. Ma’qud ‘Alaih
c. Ijab Qabul
Secara umum ulama mazhab sepakat bahwa ada enam syarat yang
harus dipenuhi agar salam menjadi sah, yaitu :
a. Jenis muslin fih harus diketahui
b. Sifatnya diketahui
c. Ukuran atau kadarnya diketahui
d. Masanya tertentu
e. Mengetahui kadar (ukuran) ra’s al-mal (modal/harga)
f. Menyebutkan tempat pemesanan/penyerahan.
AKAD ISTISHNA’
Akad Istishna’ adalah suatu akad antara dua pihak di mana pihak
pertama (orang yang memesan/konsumen) meminta kepada pihak kedua
(orang yang membuat/produsen) untuk dibuatkan suatu barang, seperti
sepatu, yang bahannya dari pihak kedua. Rukun istishna’ ada tiga yaitu :
‘Aqid, Ma’qud ‘Alaih, Ijab qabul.
Adapun syarat-syarat Istishna’ adalah sebagai berikut
1. Menjelaskan tentang jenis barang yang dibuat, macam, kadar, dan sifatnya
karena barang tersebut adalah barang yang dijual (objek akad).
2. Barang tersebut harus berupa barang yang berlaku muamalat di antara
manusia
3. Tidak ada ketentuan mengenai waktu tempo penyerahan barang yang
dipesan.
RIBA
A. Definisi Riba
Riba adalah suatu kelebihan yang terjadi dalam tukar menukar barang
yang sejenis atau jual beli barter tanpa disertai dengan imbalan, dan kelebihan
tersebut disyaratkan dalam perjanjian.
Menurut jumhur ulama riba terbagi kepada dua bagian :
1. Riba Fadhal
2. Riba Nasi’ah
UTANG PIUTANG (AL-QARDH)
Qardh diartikan sebagai perbuatan memberikan sesuatu kepada pihak
lain yang nanti harus dikembalikan, bukan sesuatu (mal/harta) yang diberikan
itu.
Rukun qardh menurut jumhur ulama ada tiga yaitu : ‘aqid, ma’qud
‘alaih, dan ijab qabul
GADAI (AR-RAHN)
Gadai adalah menjadikan suatu barang sebagai jaminan atas utang,
dengan ketentuan bahwa apabila terjadi kesulitan dalam pembayarannya
maka utang tersebut bisa dibayar dari hasil penjualan barang yang dijadikan
jaminannya itu.
Rukun gadai menurut jumhur ulama ada empat yaitu : ‘aqid, shighat,
marhun, marhun bih.
SEWA MENYEWA
Ijarah atau sewa menyewa adalah akad atas manfaat dengan imbalan.
Dengan demikian objek sewa menyewa adalah manfaat atas suatu barang
(bukan barang).
Menurut jumhur ulama, rukun ijarah itu ada empat, yaitu :
a. Aqid, yaitu mu’jir (orang yang menyewakan) dan musta’jir (orang
yang menyewa)
b. Shighat, yaitu ijab qabul,
c. Ujarah (uang sewa atau upah), dan
d. Manfaat, manfaat dari suatu barang yang disewa atau jasa dan
tenaga dari orang yang bekerja.
Adapun syarat-sayarat ijarah adalah :
a. Syarat terjadinya akad (syarat in’iqad)
b. Syarat nafadz (berlangsungnya akad)
c. Syarat sahnya akad, dan
d. Syarat mengikatnya akad (syarat lujum)
Macam-macam ijarah ada dua :
a. Ijarah atas manfaat
b. Ijarah atas pekerjaan
PERKONGSIAN (SYIRKAH)
Syirkah adalah suatu akad atau perjanjian anatara dua pihakatau lebih
untuk bekerja sama dalam suatu kegiatan usaha, di mana modal dan
keuntungan dimilki oleh dan dibagi bersama kepada semua pihak yang
berserikat.
Secara garis besar syirkah terbagi kepada dua bagian :
1. Syirkah Al-Amlak
2. Syirkah Al-‘Uqud
MUDHARABAH
Mudharabah adalah suatu akad atau perjanjian antara dua orang atau
lebih, di mana pihak pertama memberikan modal usaha, sedangkan pihak lain
menyediakan tenaga dan keahlian, dengan ketentuan bahwa keuntungan
dibagi di antara mereka sesuai dengan kesepakatan yang mereka tetapkan
bersama.
Menurut jumhur ulama, rukun mudharabah ada tiga, yaitu :
a. ‘agid, yaitu pemilik modal dan pengelola (‘amil/mudharabah),
b. Ma’qud alaih, yaitu modal, tenaga (pekerjaan) dan keuntungan,
c. Shighat, yaitu ijab dan qabul
Mudharabah terbagi kepada dua bagian :
a. Mudharabah mutlaq
b. Mudharabah muqayyad
MUZARA’AH DAN MUSAQAH
Muzara’ah adalah suatu akad kerja sama antara dua orang, di mana
pihak pertama yaitu pemilik tanah menyerahkan tanahnya kepada pihak
kedua yaitu penggarap, untuk diolah sebagai tanah pertanian dan hasilnya
dibagi di antara mereka dengan perimbangan setengah setengah, atau
sepertiga dua pertiga atau lebih kecil atau lebih besar dari nisbah tersebut,
sesuai dengan hasil kesepakatan mereka.
Rukun muzara’ah ada tiga yaitu :
a. ‘aqid, yaitu pemilik tanah dan penggarap,
b. Ma’qud alaih atau objek akad, yaitu manfaat tanah dan pekerjaan
penggarap, dan
c. Ijab qabul
Musaqah adalah suatu akad antara dua orang di mana pihak pertama
memberikan pepohonan dalam sebidang tanah perkebunan untuk diurus,
disiramidan dirawat, sehingga pohon tersebut menghasilkan buah-buahan,
dan hasil tersebut dibagi di antara mereka berdua.
Menurut jumhur ulama rukun musaqah ada tiga, yaitu :
1. ‘aqidain (pemilik kebun dan perkebunan)
2. Objek akad, yaitu pekerjaan dan buah
3. Sighat, yaitu ijab qabul
WAKALAH (PEMBERIAN KUASA)
Wakalah adalah suatu akad di mana pihak pertama menyerahkan
kepada pihak kedua untuk melakukan suatu perbuatan yang bisa digantikan
oleh orang lain pada masa hidupnya dengan syarat-syarat tertentu.
Jumhur ulama selain Hanafiyah berpendapat bahwa rukun wakalh ada
empat, yaitu :
a. Muwakkil atau orang yang mewakilkan
b. Muwakkil atau wakil
c. Muwakkil fih atau perbuatan yang diwakilkan, dan
d. Shigat atau ijab qabul
KAFALAH (PERTANGGUNGAN)
Kafalah atau dhaman adalah suatu akad antara dua pihak, di mana
pihak pertama menanggung beban dan tanggung jawab pihak kedua untuk
menyelesaikan utang, atau menuntut harta atau menghadirkan orang yang
bermasalah dengan pihak kedua.
Menurut ulama Hanafiah, rukun kafalah hanya satu, yaitu ijab dan
qabul. Akan tetapi, menurut ulama-ulama yang lain, rukun kafalah ada lima,
yaitu : shighat, dhamin atau kafil, madhmun atau makful lahu (pemilik hak),
madhmun atau makful ‘anhu, dan madhmun atau makful (makful bih).
HIWALAH
Hiwalah adalah pemindahan hak berupa utang dari orang yang
berutang (al-mudin) kepada orang lain yang dibebani tanggungan
pembayaran utang tersebut.
Menurut Hanafiyah rukun hiwalah ada satu yaitu ijab dan qabul.
Menurut Malikiyah ada empat yaitu : muhil (ornag yang memindahkan),
muhal bih, muhal alaih (orang yang dipindahi hutang), dan shighat Syafi’iyah
dan Hanabilah menambahkan dua rukun lagi, yaitu dua utang, utang muhal
kepada muhil, dan hutang muhil kepada muhal ‘alaih.
WADI’AH (TITIPAN)
Wadi’ah adalah suatu akad antara dua orang (pihak) di mana pihak
pertama menyerahkan tugas dan wewenang untuk menjaga barang yang
dimilikinya kepada pihak lain, tanpa imbalan. Barang yang diserahkan
tersebut merupakan amanah yang harus dijaga dengan baik, meskipun ia tidak
menerima imbalan.
Menurut Hanafiyah rukun wadi’ah hanya satu, yaitu ijab dan
qabul.sedangkan menurut jumhur ulama, rukun wadi’ah itu ada empat : benda
yang dititipken, ahighat, orang yang menitipkan, orang yang dititipi.
AL-‘ARIYAH (PINJAMAN)
‘Ariyah adalah suatu hak untuk memanfaatkan suatu benda yang
diterimanya dari orang lain tanpa imbalan dengan ketentuan barang tersebut
tetap utuh dan pada suatu saat harus dikembalikan kepada pemiliknya.
Jumhur ulama termasuk Syafi’iyah berpendapat bahwa rukun ‘ariyah
itu ada empat, yaitu : orang yang meminjamkan, orang yang meminjam,
barang yang dipinjamkan, shighat.
ASH-SHULH (PERDAMAIAN)
Shulh adalah suatu akad atau perjanjian antara dua orang atau lebih
yang tujuannya untuk menyelesaikan perselisihan diantara mereka.
Perdamaian disini adalah perdamaian dalam masalah muamalat antara
manusia, bukan perdamaian antara orang kafir dan muslim, bukan
perdamaian antara pemerintah dan pemberontak, serta bukan pula perdamaian
antara suami istri ketika terjadi syiqaq.
BANK MENURUT KONSEP HUKUM ISLAM
Bank adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan
dengan tiga bentuk kegiatan, yaitu : menghimpun dana dari masyarakat,
menyalurkan dan kepada masyarakat, memeberikan jasa-jasa yang lainnya.
Kegiatan industri perbankan merupakan suatu kegiatan yang mencari
keuntungan. Dalampraktikperbankan di Indonesia sekarang ini, ada dua
macam model keuntungan. Untuk bank Konvensional, keuntungan diperoleh
dari bunga pinjaman, sedangkan untuk bank syari’ah keuntungan diperoleh
dari bagi hasil. Dalam pandangan Islam, bunga uang sama dengan riba, yakni
dilarang.
Sedangkan bank Islam adalah lembaga perbankan sebagaimana yang
diatur dalam perundang-undangan, tetapi dalam kegiatan operasinya di
sesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat islam, yang isinya adalah : larangan
riba, mengutamakan dan mempromosikan perdagangan dan jual
beli,kebersamaan dan tolong menolong.
ASURANSI MENURUT KONSEP HUKUM ISLAM
Asuransi adalah suatu perjanjian anatara dua pihak atau lebih, di mana
pihak penanggung menerima premi asuransi dari tertanggung, dengan
Imbalan kewajiban untuk menanggung kerugian atau kerusakan yang diderita
oleh tertanggung.
Konsep perjanjian asuransi (akad at-ta’min) merupakan jenis akad
baru yang belum pernah ada pada masa permulaan perkembangan fiqh Islam.
Oleh karena itu, masalah ini menimbulkan perdebatan di kalangan ulama
masa kini. Secara garis besar para ulama terbagi kepada dua kelompok, yaitu
kelompok yang mengharamkan dan kelompok yang membolehkan.
Sedangkan asuransi menurut konsep Islam adalah usaha saling
melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui
investasi dalam bentuk asset dan/atau tabarru’ yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan)
yang sesuai dengan syari’ah.
PASARA MODAL
Pasar modal adalah tempat dilakukannya kegiatan penawaran,
penjualan dan pembelian surat-surat berharga yang diterbitkan oleh
perusahaan, yang jangka waktunya lebih dari satu tahun.
Dalam buku ini penulis menyimpulkan bahwa pasar modal beserta
seluruh mekanisme kegiatannya dipandang sesuai dengan syari’ah apabila
ketentuan-ketentuan umum yang berlaku dalam syari’ah telah dipenuhi.
KARTU KREDIT, MLM, WARALABA, DAN PEGADAIAN
Hakikat kartu kredit berkaitan dengan utang, bukan kepercayaan.
Artinya baik pembayaran transaksi maupun uang tunai yang ditarik dengan
kartu tersebut kedua-duanya merupakan utang (talangan) yang harus dilunasi
pada waktu yang telah ditentukan.
MLM adalah sebuah system pemasaran modern melalui jaringan
distribusi yang dibangun secara permanen dengan memposisikan pelanggan
perusahaan sekaligus sebagai tenaga pemasaran.
MLM ini menurt syari’at islam termasuk dal kategori muamalat yang
hukumnya sah dan boleh dilakukan, tetapi Islam juga memeberikan batasan-
batasan yang harus diperhatikan oleh setiap pelaku MLM.
Waralaba adalah salah satu bentuk format bisnis dimana pihak
pertama disebut pemberi waralaba memberikan hak kepada pihak kedua yang
disebut penerima waralaba, untuk mendistribusikan barang/ jasa dalam
lingkup area geografis dan periode waktu tertentu dengan mempergunakan
merek, logo, dan system operasi yang dimiliki dan dikembangkan oleh
pemberi waralaba.
Dilihat dari sudut pandang syari’ah (fiqh), perjanjian ini termasuk
kepada kelompok syirkah, dan hukumnya dibolehkan.
Selanjutnya penulis membahas tentang perbedaan antara pegadaian
konvensional dengan pegadaian syariah yang terletak dalam pengenaan
biayanya. Menurut Sunarto, yang dikutip oleh Muhammad Firdaus, N.H. dan
kawan-kawan, pegadaian konvensional memungut biaya dalam bentuk bunga
yang bersifat akumulatif dan berlipat ganda, sedangkan dalam Islam bunga
termasuk riba dan hukumnya haram. Oleh karena itu, biaya yang dipungut
tidak berbentuk bunga, melainkan biaya penitipan, pemeliharaan, penjagaan,
dan penaksiran.
RESUME
BUKU FIQH MUAMALAT
Drs. H. Ahmad Wardi Muslich
Diajukan sebagai tugas mandiri pada mata kuliah Fiqh Muamalah
Dosen : Ii Sumantri
Penulis : Nurdin
Nim : 1210304016
Jurusan : Perbandingan Madzhab Dan Hukum
Semester : III (tiga)
Fakultas : Syari’ah dan Hukum
PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM
SYARIAH DAN HUKUM
UIN SGD BANDUNG
A5.04.113FIQH MUAMALAT
Penulis :Drs. H. Ahmad Wardi Muslich
Diterbitkan oleh AMZAHJl. Sawo Raya No. 18
Jakarta 13220www.bumiaksara.co.id
e-mail: [email protected]
cetakan pertama, juli 2010design cover, Kreasindo Media Cita
dicetak oleh Sinar Grafika Offset
ISBN 978-602-8689-09-0
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR REKTOR INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN ~ v
PRAKATA ~ ix
MUKADDIMAH ~ 1
A. Pengertian Fiqh Muamalat
B. Objek Pembahasan Fiqh Muamalat ~ 2
C. Prinsip-Prinsip Muamalat ~ 3
D. Fiqh Muamalat dan Hukum Perdata Barat 13
E. Sistematika Pembahasan ~ 16
BAGIAN PERTAMA : ASAS-ASAS MUAMALAT ~ 17
BAB 1 HAK DAN PEMBAGIANNYA ~ 19
A. Pengertian Hak ~ 19
B. Pembagian Hak ~ 23
C. Hukum-Hukum Berkaitan Dengan Hak ~ 31
D. Shahibul Hak (Subjek Hak)
BAB 2 HARTA BENDA DAN HAK MILIK ~ 54
A. Harta Dan Pembagiannya ~ 54
B. Hak Milik Dan Pembagiannya ~ 69
BAB 3 AKAD/PERJANJIAN ~ 109
A. Definisi Akad ~ 109
B. Pembentukan Akad ~ 113
C. Syarat-Syarat Akad ~ 150
D.