Resume Materi Kuliah Ahp2 Antosianin
Click here to load reader
-
Upload
poppy-nazmi-christanti -
Category
Documents
-
view
234 -
download
2
Transcript of Resume Materi Kuliah Ahp2 Antosianin
RESUME MATERI KULIAH
ANTOSIANIN
TUGAS
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Analisis Hasil Pertanian 2
Oleh:
POPPY NAZMI CHRISTANTI
NIM 091710101045
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
A. Pengenalan Antosianin
Antosianin merupakan pigmen warna merah-ungu yang banyak terdapat
pada buah dan sayuran. Antosianin pada buah dan sayur dapat muncul dalam
warna merah, oranye, ungu, atau biru, tergantung pada derajat keasaman (pH)nya.
Antosianin merupakan senyawa polifenol kelompok flavonoid yang penting bagi
tanaman. Antosianin termasuk dalam pigmen yang bersifat larut air dan memilki
turunan senyawa yaitu antosianidin. Antosianidin adalah aglikon antosianin yang
terbentuk bila antosianin dihidrolisis dengan asam. Berikut struktur dasar
antosianin pada gambar 1 dan antosianidin yang umum terdapat pada bahan
pangan ditunjukkan oleh gambar 2.
Gambar 1. Struktur dasar antosianin
Gambar 2. Antosianidin yang umum ada di bahan pangan
Antosianin telah digunakan secara luas sebagai pewarna alami produk
pangan. Antosianin telah banyak digunakan oleh industri makanan untuk
mewarnai makanan yang dihasilkan seperti pada produk minuman, makanan,
salad, biskuit serta produk pangan lainnya. Beberapa bahan pangan sudah
digunakan secara komersial di Amerika Serikat sebagai bahan baku pewarna
alami berbasis antosianin seperti kulit anggur dan kubis merah. Selain sebagai
pewarna, antosianin juga memiliki peranan penting untuk kesehatan manusia.
Konsumsi bahan pangan dan minuman yang mengandung antosianin dapat
mengurangi resiko dari beberapa penyakit degeneratif seperti aterosklerosis,
penyakit jantung, kanker, dan diabet. Antosianin dikenal sebagai senyawa
penangkap (scavenger) radikal bebas karena adanya senyawa antioksidan.
B. Stabilitas Antosianin
Antosianin relatif bersifat tidak stabil walaupun pada pH netral ataupun
basa. Namun lebih stabil dalam kondisi asam. Warna dan stabilitas antosianin
sangat dipengaruhi oleh gugus gula dan asil pada aglikon. Degradasi antosianin
tidak hanya terjadi selama proses ekstraksi antosianin dari bahan dan masa
penyimpanan. Karena kondisi penyimpanan antosianin mempengaruhi stabilitas
antosianin, meliputi: pH, suhu, penyinaran, sinar, dan oksigen. Antosianin dapat
dijumpai dalam bentuk kimia yang berbeda pada berbagai nilai pH. Hal tersebut
ditunjukkan pada gambar 3 sebagai berikut:
Gambar 3. Struktur antosianin pada berbagai nilai pH
Dalam medium cair kemungkinan antosianin berada dalam empat bentuk
struktur yang tergantung pada pH. Struktur tersebut adalah basa quinoidal (A),
kation flavilium (AH+), basa karbinol yang tidak berwarna (B), dan khalkon tidak
berwarna (C) pada gambar 3 tersebut. Pada pH rendah (pH 1) warna antosianin
adalah merah (AH+), sedangkan jika pH ditingkatkan terjadi 2 kemungkinan
pathway yaitu deprotonisasi menghasilkan senyawa biru (A) atau terjadi hidrasi
menghasilkan karbinol (B) dan membentuk kesetimbangan menjadi struktur
khalkon (C). Semakin tinggi suhu dapat memepercepat degradasi antosianin yang
mengakibatkan warna menjadi memudar atau pucat. Suhu dan pH saling memiliki
keterkaitan, bahwa suhu naik pada pH 2-4. Suhu tinggi dapat menyebabkan
colorant pada antosianin menjadi tidak stabil. Dalam bentuk aglikon zat warna
antosianin lebih tidak stabil dibanding dengan bentuk glikosidanya. Degradasi
antosianin berdasarkan suhu mengikuti kinetika orde satu. Selain itu degradasi
antosianin juga dipengaruhi oleh adanya sinar atau cahaya dalam penyimpanan
antosianin. Sebab antosianin tidak stabil terhadap penyinaran tampak ataupun UV.
Oleh sebab itu, penyimpanan antosianin lebih efektif pada suhu dingin dan tempat
gelap.
C. Analisis Antosianin
a. Ekstraksi Antosianin
Ekstraksi dengan pelarut aseton dan partisi menggunakan kloroform.
Antosianin diekstraksi dari tanaman dengan pelarut aseton selanjutnya dilakukan
pemisahan (partisi) dengan kloroform sehingga dihasilkan bagian aqueous yang
didalamnya terdapat antosianin, fenolik, gula, asam-asam organik dan senyawa
larut air lainnya dan bulk phase (lipid, karoten, klorofil, dan senyawa non polar).
Ekstraksi dengan pelarut metanol. Ekstraksi antosianin dilakukan secara
maserasi dengan pelarut metanol yang mengandung asam mineral (seperti HCl)
berkonsentrasi rendah (0.01%). Ekstraksi menggunakan pelarut metanol diperoleh
filtrate yang kurang murni karena adanya senyawa ikutan selain antosianin.
b. Purifikasi Antosianin
Hasil ekstraksi antosianin masih mengandung beberapa senyawa ikutan
selain antosianin yang dapat mempengaruhi analisis individu antosianin, seperti
pada analisis dengan KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi).
c. Analisis Individu Antosianin
Karakterisasi antosianin dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(KCKT). Pemisahan individu antosianin menggunakan kolom C18 (fase
diam/stasioner). Sampel yang akan diuji mengandung antosianin dalam bentuk
ekstrak atau ekstrak terpurifikasi.
d. Analisis Total Antosianin
Analisis total antosianin menggunakan metode pH-differential
(perbedaan pH). Pengukuran dilakukan pada pH 1 dan 4.5 menggunakan buffer
KCl dengan pH 1 dan buffer Na-asetat dengan pH 4,5. Prinsip pengukuran dengan
metode ini yaitu struktur antosianin berubah (reversible) dengan berubahnya pH.
Kation flavilium berwarna merah dominan pada pH 1 dan semakin pH
ditingkatkan maka warna menjadi memudar hingga antosianin tidak berwarna
(khalkon).
D. Kopigmentasi Antosianin
Stabilitas antosianin dapat diperbaiki dengan kopigmentasi baik secara
intramolekular dan intermolekular. Kopigmentasi antosianin dapat memberikan
warna lebih cerah, kuat, dan stabil. Reaksi kopigmentasi dapat terjadi melalui
interaksi intramolekuler. Asam organik (gugus asil aromatik) atau flavonoid atau
kombinasi keduanya berikatan dengan antosianin, serta berinteraksi
intermolekuler dimana senyawa flavonoid atau senyawa fenolik lain misalnya
asam fenolik berikatan secara hidrofobik dengan antosianin. Kopigmentasi secara
intramolekular lebih efektif menstabilkan warna antosianin dibandingkan
kopigmentasi intermolekular sebab kekuatan ikatannya. Dan faktor yang
mempengaruhi kopigmentasi adalah tipe dan konsentrasi antosianin, tipe dan
konsentrasi kopigmen, pH, suhu, dan logam.
Reaksi kopigmentasi dapat dideteksi melalui efek hiperkromik (ΔA),
terjadi peningkatan absorbans spektra pada λvis-maks dan pergeseran batokromik
(Δλvis-maks), terjadi pergeseran panjang gelombang (nm) lebih tinggi pada
absorbans spektra maksimum (λvis-maks). Berikut mekanisme stabilisasi
antosianin melalui kopigmentasi intramolekular dan intermolekular tersaji pada
gambar 4 dan mekanisme stabilisasi antosianin terasilasi (kopigmentasi
intramolekuler), mono- dan diasil pigmen pada gambar 5.
Gambar 4. Mekanisme stabilisasi antosianin melalui kopigmentasi intramolekular
dan intermolekular
Gambar 5. Mekanisme stabilisasi antosianin terasilasi (kopigmentasi
intramolekuler), mono- dan diasil pigmen
E. Prinsip-Prinsip Pendugaan dan Pengendalian Masa Kadaluarsa (Shelf
Life) Produk Pangan
Umur simpan ini artinya lamanya masa penyimpanan pada kondisi normal
atau sesuai anjuran, produk masih dapat diterima konsumen dan memiliki daya
guna seperti yang dijanjikan oleh produsen serta aman.
Tanggal kadaluarsa merupakan batas jaminan produsen terhadap kualitas
produk. Sebelum mencapai tanggal kadaluarsa, kualitas produk dijamin oleh
produsen sepanjang kemasannya belum terbuka dan penyimpanannya sesuai
dengan yang seharusnya. Setelah mencapai tanggal kadaluarsa, kualitas produk
tidak dijamin oleh produsen.
Salah satu kendala yang sering dihadapi industri pangan dalam penentuan
masa kedaluwarsa produk adalah waktu penetapan. Pada prakteknya, ada lima
pendekatan yang dapat digunakan untuk menduga masa kedaluwarsa, yaitu: 1)
nilai pustaka (literature value), 2) distribution turn over, 3) distribution abuse
test, 4) consumer complaints, dan 5) accelerated shelf-life testing (ASLT). Nilai
pustaka digunakan sebagai pembanding dan referensi metode penentuan masa
kadaluarsa produk pangan. Distribution turn over adalah cara menentukan masa
kadakuarsa produk pangan berdasarkan informasi produk sejenis yang terdapat di
pasaran. Pendekatan ini dapat digunakan pada produk pangan yang memiliki
beberapa aspek sama dengan produk sejenis di pasaran yang telah ditentukan
expiraed datenya. Distribution abuse test adalah cara penentuan umur simpan
produk berdasarkan hasil analisis produk selama penyimpanan dan distribusi di
lapangan. Abuse test adalah uji penentuan umur simpan produk dengan cara
mempercepat proses penurunan mutu yang dilakukan dengan penyimpanan pada
kondisi ekstrim. Consumer complaints adalah penentuan umur simpan produk
berdasarkan keluhan konsumen, produsen menghitung nilai umur simpan
berdasarkan komplain atas produk yang didistribusikan hingga diterima
konsumen. ASLT adalah metode penentuan umur simpan produk dalam skala
laboratorium dan lebih efisien waktu.
Penilaian tentang umur simpan dapat dilakukan pada kondisi dipercepat
(accelerated shelf life test) yang selanjutnya dapat dihitung umur simpan yang
sebenarnya. Metode ini dapat dilakukan dengan mengondisikan bahan pangan
pada suhu dan RH tinggi sehingga titik kritis cepat tercapai. Penentuan umur
simpan biasanya menggunakan metode Arrhenius dengan simulasi kondisi.
Dalam penentuan umur simpan, metode Arrhenius sangat baik diterapkan
dalam penyimpanan produk pada suhu penyimpanan yang relatif stabil dari waktu
ke waktu. Selanjutnya laju penurunan mutu ditentukan dengan persamaan
Arrhenius dengan rumus:
keterangan :
k = Konstanta penurunan mutu
ko = Konstanta (tidak tergantung pada suhu)
k = ko.e-Ea/RT
Ea = Energi aktivasi (kal/mol)
T = Suhu mutlak (K)
R = Konstanta gas (1,986 kal/mol K)
Upaya memperpanjang masa simpan dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu meningkatkan nilai mutu dan memperlambat laju penurunan mutu.
Peningkatan nilai mutu awal produk dapat dilakukan dengan memilih dan
menggunakan bahan baku yang bermutu baik. Perlambatan laju penurunan mutu
produk dapat dilakukan dengan memperbaiki kemasan, faktor penyimpanan,
faktor penanganan distribusi atau faktor penanganan lainnya.
F. Kromatografi Gas (GC)
Gas kromatografi merupakan salah satu teknik spektroskopi yang
menggunakan prinsip pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan
migrasi komponen-komponen penyusunnya. Gas kromatografi biasa digunakan
untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang terdapat pada campuran gas dan
juga menentukan konsentrasi suatu senyawa dalam fase gas. Kromatografi gas
termasuk dalam salah satu alat analisa (analisa kualitatif dan analisa kuantitatif),
kromatografi gas dijajarkan sebagai cara analisa yang dapat digunakan untuk
menganalisa senyawa-senyawa organik.
Untuk lebih mudah memahami prinsip kromatografi dapat dilihat pada
gambar 6.
Gambar 6. Sistem peralatan kromatografi gas