PR Gas Lift 6 - Resume Kuliah

21
RESUME KULIAH #1 – 13 FEBRUARI 2007 KOMPONEN SISTEM SUMUR GAS LIFT Suatu sumur produksi yang semakin lama akan mengalami penurunan tekanan hingga pada akhirnya tenaga dorong sumur tersebut sangat lemah akibat rendahnya tekanan reservoir. Hal tersebut menyebabkan laju alir fluida sangat kecil. Dan tenaga pendorong yang lemah juga akan sulit mendorong fluida yang memiliki Gas Liquid Ratio (GLR) kecil, yang artinya minyak semakin berat. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan cara untuk melakukan pengangkatan buatan untuk meningkatkan kembali laju alir fluida dan untuk mendapatkan produksi yang maksimal. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan sistem sumur gas lift. Sistem ini banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah dapat digunakan untuk sumur dengan rate produksi yang tinggi, dapat digunakan untuk sumur bertekanan sangat tinggi maupun tekanan sangat rendah, dapat digunakan pada sumur directional, dan tidak terlalu terganggu oleh masalah kepasiran. Namun sistem ini juga memiliki beberapa kekurangan. Disamping sistem ini membutuhkan biaya yang cukup besar, sistem ini memiliki resiko yang besar apabila gas yang diinjeksikan mengandung CO 2 atau H 2 S. Sistem Sumur Gas Lift Sistem ini bertujuan mempermudah pengangkatan fluida (minyak) dengan menambahkan gas melalui tubing, yang menyebabkan fluida jadi mudah terangkat. Gas yang diinjeksi akan mendorong fluida sehingga terangkat ke atas. Sistem sumur gas lift secara umum terbagi menjadi dua komponen. Komponen pertama yaitu komponen produksi yang meliputi formasi, tubing, wellhead, flowline, manifold dan separator. Komponen kedua adalah komponen injeksi yang meliputi kompresor, gas injection line, tubing luar dan gas lift

description

berisi resume kuliah teentang gas lift

Transcript of PR Gas Lift 6 - Resume Kuliah

Page 1: PR Gas Lift 6 - Resume Kuliah

RESUME KULIAH #1 – 13 FEBRUARI 2007KOMPONEN SISTEM SUMUR GAS LIFT

Suatu sumur produksi yang semakin lama akan mengalami penurunan tekanan hingga pada akhirnya tenaga dorong sumur tersebut sangat lemah akibat rendahnya tekanan reservoir. Hal tersebut menyebabkan laju alir fluida sangat kecil. Dan tenaga pendorong yang lemah juga akan sulit mendorong fluida yang memiliki Gas Liquid Ratio (GLR) kecil, yang artinya minyak semakin berat.

Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan cara untuk melakukan pengangkatan buatan untuk meningkatkan kembali laju alir fluida dan untuk mendapatkan produksi yang maksimal. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan sistem sumur gas lift.

Sistem ini banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah dapat digunakan untuk sumur dengan rate produksi yang tinggi, dapat digunakan untuk sumur bertekanan sangat tinggi maupun tekanan sangat rendah, dapat digunakan pada sumur directional, dan tidak terlalu terganggu oleh masalah kepasiran.

Namun sistem ini juga memiliki beberapa kekurangan. Disamping sistem ini membutuhkan biaya yang cukup besar, sistem ini memiliki resiko yang besar apabila gas yang diinjeksikan mengandung CO2 atau H2S.

Sistem Sumur Gas Lift

Sistem ini bertujuan mempermudah pengangkatan fluida (minyak) dengan menambahkan gas melalui tubing, yang menyebabkan fluida jadi mudah terangkat. Gas yang diinjeksi akan mendorong fluida sehingga terangkat ke atas.

Sistem sumur gas lift secara umum terbagi menjadi dua komponen. Komponen pertama yaitu komponen produksi yang meliputi formasi, tubing, wellhead, flowline, manifold dan separator. Komponen kedua adalah komponen injeksi yang meliputi kompresor, gas injection line, tubing luar dan gas lift valve. Ada beberapa parameter dalam sistem gas lift, yaitu tekanan discharge kompresor, tekanan injeksi wellhead, laju injeksi gas, dan pressure drop pada tubing.

Seluruh subsistem dalam sistem sumur gas lift terhubung satu sama lain, dan harus terhubung dengan baik. Parameter sistem gas lift yang penting adalah yang merupakan titik pertemuan antara dua subsistem. Ada satu titik yang sulit, yaitu pada GLV (Gas Lift Valve), yang merupakan pertemuan tiga titik yaitu anullus, tubing bawah, dan tubing atas yang memiliki perbedaan GLR.

Kompresor

Kompresor merupakan inti dari sistem. Harus dipilih satu kompresor yang tepat karena akan dipakai seterusnya. Kompresor harus memiliki efisiensi tinggi dari keadaan awal maupun akhir. Sehingga pada keadaan awal, reservoir tidak diproduksikan maksimal (peak production). Ini juga supaya menghindari rusaknya kompresor. Karena

Page 2: PR Gas Lift 6 - Resume Kuliah

Pwf semakin lama akan semakin turun sehingga gas yang diinjeksikan juga makin lama makin turun. Hal ini dapat merusak kompresor.

Gas dari separator yang masuk ke dalam kompresor harus benar-benar kering agar tidak terjadi perubahan tekanan yang dapat menyebabkan ketidakstabilan tekanan intake. Bila gas masih mengandung minyak, maka minyak tersebut dapat berubah menjadi gas sehingga menambah volume gas. Umur kompresor tak akan lama jika memompakan gas yang tidak kering, dimana gas akan mengalami perubahan fasa.

Maintenance pada kompresor adalah dengan cara menjaga tekanan discharge, yang dapat dilakukan dengan mengatur RPM kompresor. Sedangkan tekanan intake biasanya tidak jauh berbeda dengan tekanan kerja separator, apabila jarak antara kompresor dan separator juga tidak terlalu jauh.

Wellhead

Wellhead memiliki 3 subsistem. Ada yang tidak terkait yaitu gas injection dengan production flowline. Jika Pwh harus kecil karena tuntutan Pwf, maka dapat dipasang kompresor kecil pada wellhead untuk mendorong fluida ke separator.

Gas Lift Valve (GLV)

Komponen ini merupakan penghubung antara kompresor dengan tubing produksi. Ada dua hal penting ketika gas injeksi masuk ke dalam tubing. Pertama, gas injeksi harus mempunyai rate tertentu sesuai dengan rate liquid dalam tubing. Rate tersebut diatur dalam valve (diameter choke). Kedua, tekanan casing (gas) harus lebih besar dari tekanan tubing (fluida). Jika Pcasing = Ptubing, maka gas tidak akan masuk. Perbedaan tekanan ini juga yang dapat dijadikan dasar pemilihan diameter.

Tekanan tubing pada GLV ditentukan dari property tubing, rate produksi dan GLR formasi. Jika GLV diletakkan lebih dalam, maka akan makin banyak zona yang terinjeksi dalam tubing yang menyebabkan pressure drop antara tubing dan wellhead kecil dan Pwf

menurun.Beberapa hal yang menyebabkan produksi menurun adalah karena GLR menurun.

Kemungkinan lainnya disebabkan karena adanya penyumbatan di flowline, kerusakan pada valve, atau berkurangnya gas yang diinjeksi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam men-design GLV adalah banyaknya gas yang diinjeksi, letak kedalaman valve (letak titik injeksi) dan diameter valve.

Wahish A.I. – 122 04 013 1

Page 3: PR Gas Lift 6 - Resume Kuliah

RESUME KULIAH #2 – 20 FEBRUARI 2007KOMPONEN SISTEM SUMUR GAS LIFT (LANJUTAN)

Gas Lift Valve

Gas lift valve adalah tempat masuknya gas yang akan dinjeksikan ke dalam tubing. Letak kedalaman gas lift valve harus didesain sedemikian rupa agar sesuai dengan laju produksi yang kita inginkan dan gas yang akan diinjeksikan harus masuk ke dalam tubing. Parameter-parameter pada gas lift valve : Tekanan gas injeksi pada casing Tekanan aliran fluida produksi dalam tubing Laju gas injeksi Luas penampang port valve Temperatur pada kedalaman valve

Tekanan gas injeksi pada casing merupakan fungsi dari kedalaman. Semakin dalam letak gas lift valve maka semakin besar tekanan gas injeksi pada casing. Tekanan ini dapat dihitung menggunakan persamaan:

Dimana:Pi = Tekanan injeksi di permukaanγg = Specific Gravity gasD = kedalaman gas lift valveT = Temperatur rata-rata pada valveZ = Faktor kompressibilitas gas

Z faztor harus diiterasi karena merupakan fungsi dari tekanan. Langkah-langkah menentukan adalah: Asumsi kedalaman valve dan Hitung Prata-rata serta Trata-rata:

dan

Dari Prata-rata dan Trata-rata, tentukan Z:

Hitung yang baru dan ulangi langkah-langkah di atas

Tekanan aliran fluida produksi dalam tubing adalah tekanan pada kedalaman valve di dalam tubing. Tekanan ini dapat dihitung dengan pressure loss dalam tubing antara kedalaman total dengan kedalaman valve.

Perlu diketahui bahwa tekanan gas injeksi pada casing harus lebih besar daripada tekanan aliran fluida produksi dalam tubing agar gas yang diinjeksikan bisa masuk ke dalam tubing dan tidak terjadi back pressure.

Wahish A.I. – 122 04 013 2

Page 4: PR Gas Lift 6 - Resume Kuliah

Laju gas yang diinjeksikan akan menentukan GLR total dalam tubing. GLR total ini perlu diperhitungkan agar tekanan yang terjadi pada kepala sumur sesuai dengan yang kita harapkan berdasarkan laju produksi yang kita inginkan. Oleh karena itu, pemilihan diameter port sangat penting agar tercapai laju injeksi gas yang diinginkan.

Temperatur pada kedalaman valve tergantung pada letak valve. Jika valve berada di dalam tubing maka temperaturnya mengikuti gradient flowing temperatur dalam tubing. Jika valve di luar tubing maka temperaturnya mengikuti gradient temperatur formasi.

Jika laju gas injeksi tiba-tiba menurun, maka hal yang perlu diperiksa pertama di surface sehubungan dengan injeksi gas apakah jumlahnya berkurang, apakah choke tersumbat, dan apakah efisiensi kompresor turun. Kemudian hal yang perlu kita perhatikan di subsurface sehubungan dengan gas lift valves dan skin, kita juga dapat membandingkan yang terjadi dengan peramalan IPR. Penurunan laju yang disebabkan formasi biasanya karena penurunan GLR formasi.

Dasar Sumur

Parameter yang penting adalag tekanan dasar sumur (Pwf). Harga Pwf ini ditentukan dari Inflow Performance Relationship (IPR) untuk laju produksi yang kita inginkan. Pemilihan IPR yang akan digunakan tergantung pada keadaan lapisan formasi. Misalnya, ada atau tidaknya skin, berapa besar water cut, berapa fasa fluida yang terproduksi.

Kita harus menentukan laju produksi maksimum untuk lapisan tersebut. Untuk itu, perlu diketahui tekanan reservoir, Pwf-test serta qtest-nya. Pwf-test dan qtest biasanya diperoleh saat test awal produksi. Harga Pwf ini penting untuk menentukan berapa besarnya tekanan dalam tubing pada kedalaman letak gas lift valve.

Gas Lift Design – Penentuan titik injeksi

Wahish A.I. – 122 04 013 3

Page 5: PR Gas Lift 6 - Resume Kuliah

1. Tentukan tekanan injeksi di permukaan dengan persamaan Weymouth atau Panhandle. Tekanan ini akan sedikit lebih kecil daripada tekanan discharge compressorPersamaan Weymouth:

, dengan

Persamaan Panhandle:

2. Hitung tekanan gas injeksi pada casing di kedalaman valve.3. Hubungkan kedua titik dengan garis. Kedalaman valve diasumsikan terlebih

dahulu.4. Hitung Pwf dengan IPR sesuai Q yang diinginkan.5. Hitung tekanan tubing pada kedalaman valve dengan pressure loss berdasarkan

GLR formasi dan Q yang diinginkan.6. Perpotongan garis dari no.2 dan no.4 merupakan Point of Balance (titik

keseimbangan) dimana tekanan casing sama dengan tekanan tubing.7. Letak titik injeksi biasanya digeser dengan tekanan tertentu agar Pcasing > Ptubing.

RESUME KULIAH #3 – 6 MARET 2007

Wahish A.I. – 122 04 013 4

Page 6: PR Gas Lift 6 - Resume Kuliah

GAS LIFT DESIGN (LANJUTAN)

Setelah menentukan titik injeksi, maka kita menentukan q sesuai harapan, dengan syarat q tersebut harus memenuhi kriteria sebagai berikut: Lebih kecil dari Lebih kecil dari kapasitas separator Drawdown tidak lebih dari 60% agar pasir atau air tidak ikut terproduksi

Kemudian kita tentukan Pwf-test dan qtest dari pressure drawdown test. Jika setelah komplesi, sumur diproduksi sampai konstan (steady state) disebut drawdown test. Jika kemudian sumur ditutup disebut Build Up Test.

Hitung Pwf dengan IPR, hitung Ptubing dengan ∆P pada tubing Hitung surface injection pressure gunakan persamaan sesuai diameter pipa (gas

line) dari kompresor ke wellhead (untuk 2 inch cocok menggunakan persamaan Weymouth)

Pada awal pemasangan gaslift valve, valve ditutup agar gas tidak masuk ke annulus. Kemudian saat valve dibuka, maka tekanan gas sangat tinggi (dari kompresor ke wellhead) sampai suatu ketika tekanan konstan, yang disebut dengan PID.

Kickoff pressure yaitu tekanan saat keran belum dibuka. Penurunan ketika keran dibuka tergantung pada kedalaman dan diameter casing, dan lain-lain.

Seperti terlihat pada gambar di bawah ini :

Setelah diketahui kedalaman valve, berarti ada pressure drop yang ditentukan oleh GLR. Dari Pwh dan P di valve, kita dapat menentukan berapa jumlah gas yang ditambahkan:

Besar injeksi gas diatur menggunakan valve (choke) yang ada di wellhead.

Wahish A.I. – 122 04 013 5

Page 7: PR Gas Lift 6 - Resume Kuliah

Dari berbagai rate didapat beberapa Pwf, lalu lakukan Nodal Analysis.Pada grafik rate vs gas liquid ratio (yang merupakan Gas Lift Performance Curve) terdapat garis lurus yang menandakan bahwa telah melewati produksi maksimum (slope = 0)

Faktor-faktor yang membuat Gas Lift Performance Curve tidak berlaku seumur hidup sumur adalah:- Tekanan reservoir yang dapat berubah- Water Cut yang dapat berubah- Well PI dapat berubah- GLR formasi dapat berubah- Adanya stimulasi

Pada perhitungan Nodal Analysis yang diubah yaitu pada tubing (dua perhitungan antara tubing atas dan tubing bawah, karena ada perbedaan gas liquid ratio menghasilkan perbedaan gradien tekanan)

Jika gas liquid ratio formasi turun dan water cut naik, maka agar menghasilkan rate yang sama maka gas injeksi harus ditambah lagi. Apabila persediaan gas injeksi di lapangan terbatas, maka kita dapat menurunkan titik valve injeksi.

RESUME KULIAH #4 – 15 MARET 2007

Wahish A.I. – 122 04 013 6

Page 8: PR Gas Lift 6 - Resume Kuliah

PARAMETER SISTEM SUMUR GAS LIFT

Parameter berpengaruh terhadap kebutuhan Gas Injeksi

Laju produksi yang direncanakanDengan mengetahui laju produksi yang direncanakan maka kita dapat menghitung jumlah gas yang akan kita injeksikan.

Ketersediaan Gas InjeksiKetersediaan gas injeksi merupakan suatu variable yang penting karena kita tidak memaksakan produksi dengan laju tertentu yang memerlukan gas injeksi melebihi dari gas yang tersedia.

Variabel-variabel dalam sistem sumur gas lift (Pwh, Pso, Psep, T, Valve Depth, dll)Variable – variable itu merupakan hal yang harus diperhatikan dalam menentukan jumlah gas yang diinjeksikan.

Kapasitas KompresorDengan adanya kapasitas kompresor maka kita punya suatu batasan dalam meninjeksi gas kedalam formasi. Besar gas yang diinjeksi tidak boleh melebihi kapasitas dari kompresor yang digunakan.

Cara menghitung Q optimum yang didapat dari gas yang diinjeksikan

Gambar diatas didapat dengan mencari hubungan antara Q yang diproduksi dengan GLR total. Dari gambar kita bisa mendapat GLR optimum dimana dengan bertambahnya GLR total atau gas yang diinjeksi, Q produksi tidak memberikan peningkatan yang signifikan. Maka GLR pertama dimana Q produksi mulai konstan disebut Q optimum.

Operasi Pemasangan Gas Lift Valve

Wahish A.I. – 122 04 013 7

Page 9: PR Gas Lift 6 - Resume Kuliah

Sebelum memasang GLV, sumur harus dimatikan terlebih dahulu karena production tubing harus diangkat. Karena jika aliran tidak dihentikan, tidak ada yang menampung hidrokarbon.

Menginjeksikan killing fluidsAliran fluida dihentikan dengan menginjeksikan ‘killing fluids’ dengan tekanan

hidrostatik yang lebih besar daripada tekanan formasi. Fluida ini nantinya akan dikeluarkan kembali apabila GLV telah terpasang, yaitu pada proses unloading. Fluida yang sering digunakan sebagai killing fluids adalah solar, karena solar tidak menyebabkan damage pada formasi. Dan apabila solar tersebut masuk ke dalam formasi (karena tekanan hidrostatiknya lebih besar daripada tekanan formasi), solar tidak akan menyebabkan penyumbatan. Solar juga mudah dipisahkan ketika akan dikeluarkan nanti di separator.

Proses UnloadingSetelah tubing yang sudah dilengkapi dengan GLV dimasukkan ke lubang sumur,

kita harus mengeluarkan killing fluids.

Pada gambar (1), tubing produksi yang memiliki 4 katup terbuka terpasang di lubang sumur. Tiga katup teratas merupakan katup unloading dan katup terbawah merupakan katup operasi. Killing fluids sekarang menempati anullus diluar tubing. Setelah tubing terpasang, gas mulai diinjeksikan dan mulai mendorong killing fluids di anullus menuju ke bawah. Lalu killing fluids akan keluar melalui tubing menuju permukaan.

Pada gambar (2), permukaan killing fluids telah turun melewati dua katup teratas dan dua katup teratas akan tertutup. Dan pada gambar (3), anullus telah terisi penuh oleh gas injeksi dan yang terbuka hanya katup terbawah. Gas tersebut juga mulai memasuki tubing. Dan pada gambar (4), killing fluids telah habis dan produksi dapat diteruskan. Selama melakukan produksi dengan menginjeksikan gas, hanya katup terbawah yang terbuka.

RESUME KULIAH #5 – 12 APRIL 2007

Wahish A.I. – 122 04 013 8

Page 10: PR Gas Lift 6 - Resume Kuliah

PENENTUAN LETAK GAS LIFT VALVE UNTUK PROSES UNDLOADING

Pada proses unloading untuk mendesak killing fluid kedalam tubing dan keluar menuju permukaan diperlukan tekanan gas sebesar tekanan gas pada titik point of balance, namun kondisi tekanan operasional di lapangan yang sering fluktuatif dan alokasi tekanan kompressor (karena melibatkan alokasi tekanan untuk sumur-sumur gas lift yang lain), akan menyebabkan ketidak efisiennya suatu operasi gas lift. Oleh karena itulah perlu didesain valve tambahan diatas valve injeksi yang telah direncanakan. Sehingga dengan adanya valve tersebut kita hanya memerlukan tekanan kompresor yang lebih kecil dari yang seharusnya.

Langkah – langkah dalam menentukan letak valve unloading

1. Penentuan titik keseimbangan antara garis tubing intake dengan GLR formasi dan garis gas injeksi dan buat garis sebagai metode pendekatan garis gradien aliran dalam tubing (dengan GLR total)

2. Membuat garis gradien statik killing fluid dan menentukan perpotongannya dengan gradien gas injeksi

Wahish A.I. – 122 04 013 9

Page 11: PR Gas Lift 6 - Resume Kuliah

3. Buat garis sejajar gradien gas injeksi yang kurang 25-50 psi dari gradien sebenarnya dan buat titik perpotongan baru dan Tarik ke garis depth untuk mengetahui kedalaman valve pertama tersebut

4. Untuk valve kedua, mulai dari kedalaman valve satu, tarik garis sejajar dengan gradien garis statik killing fluid, lalu ulangi langkah diatas seterusnya hingga valve terakhir didapat.

Wahish A.I. – 122 04 013 10

Page 12: PR Gas Lift 6 - Resume Kuliah

RESUME KULIAH #6 – 17 APRIL 2007PENENTUAN TEST RACK OPENING PRESSURE

Pada gas lift valve kita perlu mengeset tekanan dome sehingga Dome pada Gas Lift Valve, diisi gas Nitrogen sejumlah mole tertentu, sehingga dapat memberikan tekanan tutup valve yang sesuai.

Gaya – gaya yang bekerja pada gas lift valve adalah: Gaya membuka katup :

Gaya menutup katup :

Pada keadaan seimbang :, sehingga berlaku:

, dimana

Langkah – langkah yang harus dilakukan untuk mencari Ptro adalah: Tentukan gradien geothermal. Dari tiap titik valve, tentukan temperatur dengan cara:

- Jika valvenya retrievable (sebagian di dalam tubing), atau dialiri fluida, maka gradien geothermal harus dikoreksi terhadap dari grafik.

- Jika valvenya non-retrievable atau conventional (di luar tubing), gunakan gradien normal.

Tentukan

Untuk setiap titik, tentukan

Tentukan ukuran port dengan input , , (tabel 5-2),

default Tentukan dan berdasarkan ukuran port. Hitung dengan cara:

Hitung , makin besar T, makin besar .

Hitung

Ukuran port atau perbandingan Ap/Ab bisa didapat dari tabel literature namun bisa juga dengan menggunakan rumus :

RESUME KULIAH #7 – 3 MEI 2007DISTRIBUSI GAS INJEKSI

Wahish A.I. – 122 04 013 11

Page 13: PR Gas Lift 6 - Resume Kuliah

Alokasi Gas Injeksi

Di lapangan, kompresor tidak hanya menginjeksi ke satu sumur namun ke banyak sumur, sehingga kita tidak selalu bisa mendapatkan rate yang maksimum dari tiap sumur. Untuk itu kita harus men-design berapa tekanan injeksi masing-masing sumur agar kita mendapat rate yang optimum dengan tekanan kompresor yang ada.

Gas Lift Performance Curve

Untuk mengetahui hubungan gas injeksi, digunakan kurva Gas Lift Performance Curve (GLPC), yaitu plot antara rate liquid terhadap rate gas injeksi.

Kurva GLPC hanya berlaku pada saat tertentu. Karena apabila tekanan reservoir turun, maka IPR juga akan berubah sehingga akan mengubah rate yang dihasilkan oleh suatu harga .

Metode Penentuan Alokasi Gas Injeksi

Untuk menentukan alokasi gas injeksi ke masing-masing sumur, dilakukan metode ”Equal Slope”.

Pertama, kita buat plot pada GLPC, dalam selang yang sama, lalu hitung slope untuk masing-masing selang:

Dapat terlihat bahwa slope akan bernilai positif sebelum mencapai optimum dan akan bernilai negatif setelah mencapai optimum. Dan pada slope sama dengan nol merupakan titik optimum.

Wahish A.I. – 122 04 013 12

Page 14: PR Gas Lift 6 - Resume Kuliah

(gambar 1) (gambar 2)

Setelah slope masing-masing selang dihitung, lalu plot slope terhadap rate gas injeksi, sehingga didapat gambar seperti di atas (gambar 1).

Dari grafik dapat terlihat bahwa sumur yang performance-nya paling bagus (GLPC paling atas) akan mendapatkan alokasi gas yang paling besar pada slope yang sama.

Langkah selanjutnya adalah rate gas injeksi masing-masing sumur pada tiap slope tertentu dijumlahkan dan diplot terhadap rate gas injeksi (gambar 2), dan didapat grafik master slope.

Dengan gambar ini, kita bisa mengetahui jumlah alokasi gas untuk tiap-tiap sumur berdasarkan jumlah gas injeksi total yang tersedia pada kompresor. Dengan memasukkan kemampuan injeksi pada gambar (2), kita dapat mengetahui besar slopenya. Lalu nilai slope tersebut dimasukkan ke gambar (1) dan didapat distribusi gas injeksi untuk masing-masing sumur.

RESUME KULIAH #8 – 13 FEBRUARI 2007GAS LIFT INTERMITTENT

Wahish A.I. – 122 04 013 13

Page 15: PR Gas Lift 6 - Resume Kuliah

Pada pembahasan sebelumnya, metoda ini telah dijelaskan bagaimana untuk menaikkan produksi dan mempertahankan laju produksi agar tetap konstan dilakukan pengangkatan oleh gas yang diinjeksikan melalui casing yang kemudian dialirkan lewat tubing untuk kemudian dapat mendorong minyak sampai ke permukaan. Pada prinsipnya proses aliran dalam tubing adalah akibat adanya perbedaan tekanan antara reservoir dan well head yang dalam hal ini mampu mengalahkan tekanan hidrostatik fluida sehinga fluida dapat terdorong ke permukaan.

Sistem Intermitten gas lift, tak jauh berbeda dengan system pengangkatan buatan sebelumnya. Pengangkatan ini dilakukan dengan menginjeksikan gas secara periodik dan dalam jumlah gas tertentu. Ketika tekanan reservoir hanya mampu mengangkat fluida hingga pada batas tertentu, intermitten gas lift ini dilakukan sehingga fluida mampu mengalir ke well head. Dengan demikian untuk menambah tekanan dalam tubing ditambahkan gas. Gas ini diinjeksikan secara berkala sampai fluida mencapai kedalaman tertentu. Gas yang diinjeksikan akan mengangkat fluida yang berada diatasnya, hal ini dilakukan secara berulang ulang.

Pada gambar (1) dapat dilihat bahwa ketika fluida diproduksikan dengan Pwh

tertentu, fluida tak mampu mencapai permukaan karena turunnya tekanan reservoir. Perbedaan tekanan antara Pwh dan Pr sudah tidak bisa lagi melawan tekanan hidrostatik yang dihasilkan kolom fluida. Agar fluida tetap dapat mencapai permukaan, diperlukan gaya dorong tambahan, yaitu gas yang diinjeksikan lewat casing kedalam tubing.

Pendorongan ini dilakukan dengan menginjeksi gas dalam jumlah besar sehingga membentuk ruang kolom gas yang besar dan dapat mendorong fluida yang ada diatasnya. Proses ini dilakukan secara berulang-ulang dan disesuaikan dengan kebutuhan.

Wahish A.I. – 122 04 013 14

Page 16: PR Gas Lift 6 - Resume Kuliah

Mekanisme pendorongan harus dengan gas yang membentuk ruang, jangan sampai gas terpecah sehingga bergerak keatas tanpa ada efek pendesakan.

Untuk mengatasi keterbatasan gas di lapangan, gas diinjeksikan frekuentatif, dan akan diinjeksikan kembalai apabila tekanan gas sudah lebih kecil daripada tekanan hidrostatis kolom fluida.

Selain itu, ada kemungkinan terjadi liquid fall back, yaitu fluida (dalam hal ini adalah minyak) yang akan jatuh kembali saat proses pendorongan oleh gas. Persentase liquid fall back adalah 7% tiap 100 feet. Hal ini diperlukan dalam perhitungan sehingga kita dapat menentukan waktu untuk melakukan injeksi.

Wahish A.I. – 122 04 013 15