Resume KMB Ayu

15
Nama : Rahayu Rahmawati NIM : 22020114210030 Periode Stase : 24 November – 28 Desember 2014 RESUME PENGELOLAAN PASIEN DENGAN KARSINOMA NASOFARING DENGAN KELUHAN UTAMA SUARA SERAK 1. KASUS Ny.S 45 tahun datang ke RSUP Dr. Kariadi untuk melakukan control post kemoterapi ke-5 3 minggu yang lalu. Klien mengeluh suara klien serak dan merasa kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang lain. Klien diprogramkan akan melakukan kemoterapi ke-6. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan kepada klien, tekanan darah 110/80, HR: 76 kali/menit, RR: 22 kali/menit dan suhu: 36 o C. Sebelum dilakukan kemoterapi klien dilakukan pemeriksaan laboratorium dan menunjukkan hasil bahwa hemoglobin, hematrokit, eritrosit dan leukosit klien bernilai rendah. Klien mengatakan bahwa klien merasa bosan dan stress menunggu jadwal kemoterapi yang belum jelas kapan akan dilaksanakan. Klien terlihat kesulitan dalam mengeluarkan suara dan tak jarang beberapa orang tidak memahami perkataan klien sehingga klien merasa kesal dan memilih untuk diam. Klien mengatakan hanya berjalan-jalan sendiri di sekitar ruangan ketika klien merasa bosan menunggu jadwal kemoterapi. Hasil pemeriksaan laringoskopi

description

ghjfhfhfjfhj

Transcript of Resume KMB Ayu

Page 1: Resume KMB Ayu

Nama : Rahayu Rahmawati

NIM : 22020114210030

Periode Stase : 24 November – 28 Desember 2014

RESUME PENGELOLAAN PASIEN DENGAN KARSINOMA NASOFARING

DENGAN KELUHAN UTAMA SUARA SERAK

1. KASUS

Ny.S 45 tahun datang ke RSUP Dr. Kariadi untuk melakukan control post

kemoterapi ke-5 3 minggu yang lalu. Klien mengeluh suara klien serak dan merasa

kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang lain. Klien diprogramkan akan

melakukan kemoterapi ke-6. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan kepada klien,

tekanan darah 110/80, HR: 76 kali/menit, RR: 22 kali/menit dan suhu: 36oC. Sebelum

dilakukan kemoterapi klien dilakukan pemeriksaan laboratorium dan menunjukkan

hasil bahwa hemoglobin, hematrokit, eritrosit dan leukosit klien bernilai rendah. Klien

mengatakan bahwa klien merasa bosan dan stress menunggu jadwal kemoterapi yang

belum jelas kapan akan dilaksanakan. Klien terlihat kesulitan dalam mengeluarkan

suara dan tak jarang beberapa orang tidak memahami perkataan klien sehingga klien

merasa kesal dan memilih untuk diam. Klien mengatakan hanya berjalan-jalan sendiri

di sekitar ruangan ketika klien merasa bosan menunggu jadwal kemoterapi. Hasil

pemeriksaan laringoskopi menunjukkan yaitu terdapat paresis plika ariepglotika

sinistra.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan defek anatomis: paresis plika

ariepglotika sinistra.

b. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan krisis situasional:

ketidakpastian jadwal kemoterapi dan radioterapi

c. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakefektifan pertahanan sekunder

3. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

Tindakan keperawatan selama di rawat di RS yang sudah dilakukan kepada klien

adalah pada diagnose pertama yaitu communication enhancemen (memberikan metode

Page 2: Resume KMB Ayu

komunikasi alternative seperti menggunakan tulisan atau isyarat tangan, mengajarkan

klien untuk berbicara perlahan dan tenang, memberikan reinforcing positif bila klien

mampu mengucapkan kalimat dengan jelas). Pada diagnose kedua tindakan yang sudah

dilakukan adalah coping enhancement, relaxation therapy (mengajarkan teknik

relaksasi SEFT dan nafas dalam pada klien) dan untuk diagnose ketiga tindakan

keperawatan yang dilakukan adalah infection control (memberikan pendidikan

kesehatan pada keluarga dank lien tentang mencuci tangan, menganjurkan kepada klien

untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dengan menggunakan sabun,

menggunakan prosedur aseptic pada semua prosedur invasive, menganjurkan untuk

menjaga personal hygiene dan oral hygiene, melakukan pemeriksaan darah rutin,

memberikan antibiotic sesuai indikasi, memonitor TTV)

4. EVALUASI

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diperoleh evaluasi pada

diagnose pertama yaitu klien mengatakan lebih nyaman berbicara perlahan-lahan dan

tenang, Ny.S terlihat menggunakan gerakan tangan untuk berkomunikasi dengan orang

lain. Pada diagnose kedua, evaluasi yang ditemukan adalah klien mampu melakukan

terapi SEFT secara mandiri, klien mengatakan perasaan lebih tenang setelah

melakukan SEFT, ekspresi wajah klien juga tampak lebih rileks. Sedangkan pada

diagnose ketiga evaluasi yang diperoleh yaitu klien mengatakan bahwa lebih menjaga

kebersihan diri, klien mengatakan sudah mencuci tangan dengan sabun sebelum dan

sesudah makan, kuku klien tampak bersih.

Page 3: Resume KMB Ayu

RESUME PENGELOLAAN PASIEN DENGAN COMBUSTIO ELEKTRIK DENGAN

KELUHAN UTAMA NYERI

1. KASUS

Pada kasus yang terjadi pada Tn.N, 24 tahun, klien datang ke RSUP Dr.Kariadi

karena rujukan dari RS Soewondo Pati pada tanggal 2 November 2014 dengan

diagnosa medis yaitu Combustio Elektrik. Keluarga klien mengatakan bahwa 1 bulan

yang lalu ketika klien sedang bekerja di proyek di daerah banjarnegara, klien

mengalami kecelakaan kerja yaitu kepala klien tersetrum kabel listrik tegangan tinggi.

Tn.N dilakukan pengkajian pada tanggal 1 Desember 2014 dan diperoleh hasil

bahwa keluhan utama klien adalah nyeri pada daerah luka. Nyeri timbul karena adanya

luka bakar post debridement + STSG H+7, klien mengatakan nyeri terasa tajam sampai

ke tulang pada daerah kaki dan terasa terbakar (perih) pada daerah kepala. Terdapat

luka di daerah kepala, kaki kanan dan kiri, skala nyeri 6 dari 10, dan klien mengatakan

nyeri timbul ketika kaki digerakkan, tersenggol, dan kaki tidak diberi penyangga

bantal. Pada daerah kepala nyeri timbul secara terus menerus. Data dari pemeriksaan

fisik TD : 140/100mmHg, HR : 100x/menit, RR : 26x/menit, S : 36,5˚C. Klien terdapat

luka bakar 4,5% di daerah kepala bagian atas post debridement, luka berwarna merah

dan mengeluarkan darah, kedalaman luka ± 0,5cm. Kemudian terdapat luka di daerah

leher bagian belakang, luka berwarna putih berbintik merah. Di daerah dada terdapat

luka jahitan STSG H+7, luka berwarna putih berbintik merah.

Bagian ekstremitas atas kanan kekuatan otot 4, tangan klien tidak dapat

menggenggam kuat benda yang dipegang, jari tangan terlihat kaku. Bagian ekstremitas

atas kiri kekuatan otot juga 4, terpasang infus RL 20 tpm, tangan klien tidak dapat

menggenggam kuat benda yang dipegang, jari tangan terlihat kaku. Sedangkan untuk

ekstremitas bawah kanan terdapat luka post debridement H+7 berwarna merah, telapak

kaki dan jari-jari klien tidak dapat merasakan sensasi nyeri, kekuatan otot 2 dan untuk

ekstremitas bawah kiri terdapat luka post debridement pada betis dan post STSG pada

paha, luka berwarna merah dan mengeluarkan darah, terdapat 1 jari kaki yang

diamputasi, kekuatan otot 2. Klien dalam kondisi bed rest total. Hasil pemeriksaan X-

Foto thoracolumbal AP-Lateral dan X-Foto Cervikal AP/Lateral. Kemudian hasil X-

Page 4: Resume KMB Ayu

foto thoracolumbal Ap-lateral, kulvatura vertebra lumbalis kurang lordotik, tak tampak

kelainan lain pada x-foto thoracolumbal. Sedangkan hasil x-foto servikal Ap-lateral

didapatkan hasil airway space baik

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik : combustio elektrik

b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera termal : aliran listrik

c. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot,

kelemahan

3. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

Tindakan keperawatan selama dirawat di RS yang sudah dilakukan kepada klien

untuk masalah klien yang pertama yaitu nyeri dengan pain management (mengkaji

nyeri (PQRST), mengajarkan klien teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri

(nafas dalam dan dzikir) dan kolaborasi pemberian analgetik). Masalah yang kedua

yaitu kerusakan integritas kulit dengan melakukan perawatan luka/wound care

(mengkaji karakteristik luka, memonitor TTV klien, melakukan perawatan luka setiap

hari dengan teknik aseptik, menganjurkan klien untuk memperbanyak asupan cairan,

dan kolaborasi pemakaian antibiotic). Masalah klien yang ketiga yaitu hambatan

mobilitas fisik dengan melakukan excercise therapy : joint mobility dengan,

mengajarkan dan dukung klien dalam latihan rentang pergerakan sendi pasif dan aktif

serta menganjurkan dan membantu klien untuk ubah posisi setiap 2 jam.

4. EVALUASI

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24, masalah utama nyeri

dilakukan pain management dan hasil evaluasi yang didapatkan setelah 3 hari

pengelolaan klien mengatakan bahwa nyeri sudah lumayan berkurang bahkan pada

bagian kaki dan dada hanya terasa nyeri ketika disentuh saja. Pada bagian kepala, klien

mengatakan nyeri masih terasa terus tetapi sudah tidak begitu nyeri. Klien mengatakan

bahwa ketika nyeri timbul klien melakukan nafas dalam dan dzikir untuk mengurangi

nyeri. P : Luka bakar post debridement, Q : Nyeri terasa tajam pada bagian kepala, R :

Kepala, kaki kanan dan kiri, S : Skala 4 dari sebelumnya 6, kaki kanan dan kiri 3 dari

sebelumnya 5, T : Kepala terasa terus menerus, kaki apabila disentuh. Ekspresi wajah

Page 5: Resume KMB Ayu

klien terlihat rileks. Sehingga intervensi untuk pain management tetap dipertahankan

yakni dengan terus mengaji karakteristik nyeri, mengobservasi tanda ketidaknyamanan

verbal dan non verbal, dan melanjutkan kolaborasi pemberian analgetik.

Untuk masalah yang kedua yaitu kerusakan intergritas kulit, setelah dilakukan

tindakan keperawatan perawatan luka aseptik dan menganjurkan untuk memperbanyak

minum, klien mengatakan nyeri ketika luka dibersihkan terutama pada bagian kepala.

Klien mengatakan sudah memperbanyak minum. Klien mengatakan dalam 1 hari klien

mampu menghabiskan 2 liter air minum. Luka pada kaki kiri berwarna merah,

mengeluarkan darah hanya sedikit sekali, kedalaman luka ± 2 cm, panjang ± 10cm, dan

lebar ± 3 cm. Luka sudah cukup kering tidak mengeluarkan darah, kedalaman luka

sampai pada bagian tulang, panjang luka ± 15cm, diameter ± 6 cm. Pada bagian kepala

kedalaman luka ± 0,5cm, luka berwarna merah dan sedikit mengeluarkan darah. Pada

bagian dada luka sudah kering, terdapat benang jahitan sebanyak 6 jahitan, luka

berbintik merah, tidak mengeluarkan darah. TD : 130/90mmHg, HR : 90x/menit, RR :

23x/menit, S : 36˚C. Intervensi keperawatan yang perlu dipertahankan yakni tetap

melakukan perawtan luka dengan teknik aseptik, mengkaji karakteristik luka, dan

monitor TTV.

Masalah hambatan mobilitasi fisik juga sudah teratasi sebagian. Klien

mengatakan ketika sore hari klien sering melatih tangan dan kakinya secara mandiri.

Klien mengatakan sudah melakukan alih baring sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

Tangan klien mampu melakukan gerakan ROM aktif. Kaki klien pad bagian kiri hanya

pada bagian telapak kaki dan jari kaki yang dapat dilakukan ROM pasif, sedangkan

pada kaki bagian kanan dapat dilakukan ROM pasif pada seluruh bagian kaki.

Kekuatan ekstremitas atas 5, ekstremitas bawah 2. Sehingga perlu mempertahankan

intervensi untuk mengatasi masalah hambatan mobilitas fisik Tn. N dengan

mengajarkan dan mendampingi latihan pergerakan sendi baik aktif maupun pasif serta

menganjurkan dan membantu klien untuk alih baring setiap 2 jam.

Page 6: Resume KMB Ayu

RESUME PENGELOLAAN PASIEN DENGAN CA LARING

DENGAN KELUHAN UTAMA SESAK NAFAS

1. KASUS

Tn.K 59 tahun datang ke ruang rajawali IB untuk melakukan operasi

laringektomi.pada tenggorokkan klien terpasang trakeostomi. Klien mengatakan bahwa

2 bulan yang lalu klien pernah mengalami sesak nafas dan kemudian dilakukan operasi

trakeostomi karena terdapat massa di saluran pernapasan klien yang membuat klien

sulit bernafas. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 8 Desember 2014

diperoleh hasil bahwa klien mengatakan batuk berdahak dan susah mengeluarkan

dahak, klien mengatakan bahwa saluran nafas yang berada ditenggorokannya terasa

sesak karena banyak dahak yang menumpuk pada lubang pipa trakeostominya. Lubang

trakeostomi berdiameter 1 cm, terdapat sputum pada lubang trakea berwarna putih

kental, RR : 18x/menit, kapilari refill < 2 detik. Selain itu klien mengatakan bahwa

klien mengalami nyeri pada gigi geraham bawah. P: karies gigi, Q : nyeri terasa tajam,

R: gigi geraham bagian bawah, S: 3 dari 10, T: ketika makan. Hasil rontgen panoramic

tampak karies gigi 1.1, 2.2, 3.7, 3.8 dan 4.8. Selain itu klien mengatakan cemas dan

bingung akan tindakan pengobatan yang akan dilakukan pada dirinya. Klien

mengatakan belum mengetahui kemoterapi dan laringektomi yang akan dilakukan pada

klien.

2. DIAGNOSA

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi sekret

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis: karies gigi

c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional: kemoterapi

3. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

Tindakan keperawatan selama Tn.K di rawat di RS untuk diagnose yang pertama

adalah airway management yang terdiri dari, memposisikan klien semi fowler,

auskultasi suara nafas, monitor RR, monitor adanya tanda-tanda dyspnea, sianosis,

ajarkan klien untuk batuk efektif, kolaborasi pemberian terapi O2 dan bronkodilator

serta melakukan suction berkala. Pada diagnose yang kedua tindakan keperawatan

yang telah dilakukan adalah Oral health promotion (menginstruksikan kepada klien

Page 7: Resume KMB Ayu

untuk melakukan pembersihan gigi dan mulut secara teratur dan mengajarkan menyikat

gigi yang benar, mendiskusikan dengan klien tentang makanan penyebab karies gigi)

dan paint management (mengkaji karakteristik nyeri dan mengajarkan teknik relaksasi

nafas dalam dan dzikir untuk mengurangi nyeri). Pada diagnose ketiga tindakan yang

dilakukan adalah menjelaskan prosedur tindakan kepada klien, mendorong klien untuk

mengukapkan perasaannya, melibatkan keluarga untuk memberikan dukungan mental

dan spiritual dan mengajarkan teknik relaksasi dzikir untuk mengurangi kecemasan

4. EVALUASI

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam doperoleh evaluasi pada

diagnose yang pertama yaitu dahak klien dapat keluar stelah melakukan batuk efektif,

sputum berwarna putih kental, klien mengatakan sudah tidak sesak nafas, RR= 20 rpm,

HR= 80 rpm, sedangkan untuk diagnose kedua diperoleh hasil evaluasi yaitu nyeri

sedikit berkurang, P=karies gigi, Q= terasa tajam, R=gigi geraham bawah, S= skala 2

dari 10, awalnya 3, T= ketika mengunyah makanan. Klien juga sudah dapat

mempraktekan cara menggosok gigi yang benar dan menyebutkan makanan yang dapat

menyebabkan karies gigi. Pada diagnose yang ketiga diperoleh evaluasi yaitu: klien

mengatakan sudah memahami tindakan kemoterapi dan laringektomi, klien sudah tidak

begitu cemas, klien juga mengatakan akan melaksanakan relaksasi dzikir untuk

mengurangi kecemasan.

Page 8: Resume KMB Ayu

RESUME PENGELOLAAN PASIEN DENGAN CHF

DENGAN KELUHAN UTAMA SESAK NAFAS

1. KASUS

Tn.B 72 tahun kurang lebih 1 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit

mengeluh sesak nafas disertai dengan nyeri dada bagian kiri, sesak nafas terasa terus

menerus sepanjang hari. Klien mengatakan sesak bertambah ketika klien berjalan agak

jauh. Karena alasan itulah klien di bawa ke RSUP Dr. Kariadi dan dirawat di Rajawali

5 B. Klien masuk pada tanggal 15 Desember 2014 dan baru dilakukan pengkajian pada

tanggal 22 Desember 2014. Klien mengatakan bahwa kurang lebih 3 bulan yang lalu

juga pernah dirawat di RS ini dengan keluhan yang sama disertai dengan diabetes dan

hipertensi. Hasil pengkajian diperoleh data yaitu klien mengatakan sesak, batuk dan

sulit untuk mengeluarkan dahak, klien mengatakan sesak nafas bertambah ketika klien

melakukan aktivitas sedang. RR= 24x/menit, TD= 150/100 mmHg, HR= 80x/menit.

Hasil pemeriksaan fisik terdapat peningkatan JVP +3cm H2O, ictus cordis teraba di IC

5, 2 cm lateral LICS, konfigurasi jantung bergeser ke caudallateral, hasil foto rotngen

menunjukkan bahwa klien mengalami cardiomegaly dan hasil ecocardiografi

menunjukkan LA dilatasi, LVH ekstrinsik, Global normokinetik, dengan penurunan

fungsi sistolik LV global, disfungsi diastolic grade II.

2. DIAGNOSA

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi sekret

b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dengan

kebutuhan oksigen

3. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada diagnose pertama adalah memposisikan

klien semi fowler, mengauskultasi suara nafas, memonitor status respirasi, ajarkan

klien batuk efektif, melakukan fisioterapi dada: postural drainage dan pemberian

nebulizer per 8 jam. Pada diagnose yang kedua tindakan keperawatan yang dilakukan

adalah memonitor TTV, mengkaji aktivitas klien, mengkaji daerah perifer terhadap

tanda-tanda hipoksia, memantau EKG. Pada diagnose yang ketiga tindakan keperwatan

Page 9: Resume KMB Ayu

yang dilakukan adalah mengidentifikasi kemampuasn aktivitas klien, memonitor

respon tubuh klien saat melakukan aktivitas, menjelaskan kepada klien tentang latihan

aktivitas bertahap dan memantau frekuensi, irama jantung dan perubahan TD sebelum

dan sesudah aktivitas.

4. EVALUASI

Evaluasi yang diperoleh pada diagnose pertama yaitu klien mengatakan sudah tidak

mengalami sesak nafas, suara nafas vesikule, RR=22x/menit. Pada diagnose kedua

diperoleh hasil evaluasi yaitu kapilary refill klien < 2 detik, perifer hangat, TD=

130/100 mmHg, Nadi= 86 x/menit, sedangkan pada diagnose yang ketiga diperoleh

hasil evaluasi yaitu klien mengatakan sudah tidak sesak nafas lagi ketika berdiri dan

berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, klien sudah tidak mengalami sesak nafas.