Resume Geokimia

14
TUGAS 2 GEOKIMIA DASAR Karakteristik Sifat Fisik Kembang Susut Lumpur Sidoarjo dan Implikasinya Terhadap Potensi Bencana Amblesan Berikut Mitigasinya di Kecamatan Porong dan Sekitarnya, Kabupaten Sidoarjo, Propinsi Jawa Timur Oleh : KELOMPOK – 1 FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS PADJAJARAN

description

Tugas Geokimia meresume paper tentang kebencanaan yang berhubungan dengan ilmu Geokimia.

Transcript of Resume Geokimia

Page 1: Resume Geokimia

TUGAS 2

GEOKIMIA DASAR

Karakteristik Sifat Fisik Kembang Susut Lumpur Sidoarjo dan Implikasinya

Terhadap Potensi Bencana Amblesan Berikut Mitigasinya di Kecamatan Porong

dan Sekitarnya, Kabupaten Sidoarjo, Propinsi Jawa Timur

Oleh :

KELOMPOK – 1

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI

UNIVERSITAS PADJAJARAN

Jalan Raya Bandung - Sumedang Km 21

Jatinangor

2015

Page 2: Resume Geokimia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semburan lumpur berbahaya yang sudah menggenangi Kecamatan Porong dan

sekitarnya, Kabupaten Sidoarjo, Propinsi Jawa Timur telah menuebabkan ribuan orang

mengungsi dan menyebabkan kerugian ekonomi mencapai 4 miliar dollar AS atau Rp

47,9 triliun (Kompas, 17 Desember 2013). Semburan ini kurang lebih mencapai seluas 5

km2 dan telah menggenangi kawasan pemukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga

kecamatan di sekitarnya, serta mempengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur.

Lumpur tersebut tersusun dari kerikil, pasir, lanau, serta lempung plastis dan air. Menurut

penelitian, lumpur atau mud vulcano yang menjadi komposisi lumpur tersebut terbentuk sejak

jutaan tahun yang lalu dan semburannya ke permukaan disebabkan oleh tekanan tektonik.

Lumpur di Porong tersebut adalah bagian dari Blok Brantas yang berada pada jalur active mud

volcano. Menurut Kadar dkk. (2007) dalam Anonim (Agustus, 2013), keberadaan fenomena

semburan lumpur merupakan bagian dari gunung lumpur yang sebarannya membentuk suatu

kelurusan. Kelurusan gunung-gunung lumpur diperkirakan dikontrol oleh keberadaan Sesar.

Berdasarkan informasi fenomena tersebut, dihasilkan endapan yang mencapai jarak

beradius 500 m dari titik pusat, dengan ketebalan lebih dari 5 m. Hasil penggalian pada endapan

tersebut digunakan untuk mengurug lahan. Selain menghasilkan bentukan pengangkatan (uplift),

lumpur tersebut berpotensi membentuk amblesan. Amblesan diakibatkan oleh besarnya volume

semburan lumpur yang dikeluarkan. Sifat semburan lumpur tergolong aktif dan sangat rawan

meluber sehingga berada dalam kondisi waspada mengingat kondisi tanggul yang ada dapat

sewaktu-waktu berpotensi jebol.

Karakteristik sifat kembang susut lumpur dipengaruhi oleh sifat ekspansif dari lempung

penyusun lumpur tersebut yang berinteraksi oleh keberadaan air. Oleh karena itu keberadaan

potensi amblesan dan pembumbungan lumpur ataupun lempung di Kecamatan Porong,

Kabupaten Sidoarjo, Propinsi Jawa Timur menarik untuk diteliti, karena hingga kini belum

teridentifikasi karakteristik sifat kembang susut lumpur tersebut oleh peran kontrol geologi secara

spesifik.

Page 3: Resume Geokimia

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa ciri dan karakteristik sifat kembang susut lumpur Sidoarjo di Kecamatan Porong,

Kabupaaten Sidoarjo, Propinsi Jawa Timur?

2. Apa peran pengaruh kontrol geologi pada semburan lumpur tersebut?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui ciri dan karakteristik sifat kembang susut lumpur Sidoarjo di Kecamatan

Porong, Kabupaaten Sidoarjo, Propinsi Jawa Timur.

2. Mengetahupi peran pengaruh kontrol geologi pada semburan lumpur tersebut.

3. Memberikan info kepada pembaca tentang implikasi sifat kembang susut terhadap

potensi bencana di Sidoarjo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Propinsi Jawa

Timur.

1.4 Manfaat Penulisan

Penelitian ini bermanfaat untuk membantu masyarakat dalam menyikapi

dan menghadapi sebagai bagian dari upaya memitigasi potensi bencana amblesan.

Harapan ke depannya adalah penelitian ini dapat bermanfaat memberi arahan

rekomendasi akan mitigasi bencana yang ditimbulkan oleh fenomena gunung lumpur di

Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu tahapan studi pustaka,

penelitian di lapangan, analisis di laboratorium / studio dan pembuatan laporan. Data

yang telah terkumpul kemudian disintesa guna mendapat kesimpulan dan saran. Masing-

masing tahap tersebut akan diuraikan sebagai berikut. Untuk mendapatkan informasi

terkini dan data sekunder, penulis melakukan studi pustaka dengan mengeksplorasi data

sekunder berupa meninjau publikasi penelitian terdahulu dan kajian teoretik, terutama

tentang lumpur Sidoarjo di Kecamatan Porong dan sekitarnya, Kabupaten Sidoarjo,

Propinsi Jawa Timur. Data dari peta-peta peneliti terdahulu yang dibutuhkan berupa peta

geologi dan peta rupa bumi. Peta geologi dimanfaatkan guna menelaah peran geologi

Page 4: Resume Geokimia

sebagai pengontrol pembentukan dan sebaran lumpur di daerah penelitian. Pemanfaatan

peta rupa bumi dilakukan untuk mengetahui luasan dan penggunaan lahan, batas-batas

wilayah administrasi, dan jalur transportasi akses pencapaian lokasi penelitian di

Kecamatan Porong dan sekitarnya, Kabupaten Sidoarjo, Propinsi Jawa Timur.

Data primer sifat fisik lumpur baik dari lapangan maupun analisis laboratorium

disertai dengan data sekunder menghasilkan data hasil sintesa. Sintesa data digunakan

untuk pendekatankonsep teori geologi berupa pemodelan kondisi geologi pengontrol sifat

fisik lumpur, mineral penyusun lumpur dan implikasi dari sifat fisiknya. Atas hasil

analisis dan ataupun sintesa data diperoleh kesimpulan yang dapat dirumuskan arahan

rekomendasi rekayasa hasil penelitian. Lokasi penelitian berada di daerah Porong yang

secara administrasi sebagian besar merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Porong,

sebagian kecil bagian dari wilayah Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo,

Propinsi Jawa Timur. Lokasi penelitian berada kurang lebih 12 kilometer di sebelah

selatan pusat Kota Sidoarjo atau berlokasikan 23 kilometer dari Surabaya. Posisi

astronomis lokasi penelitian berada pada posisi koordinat 7°30’40,16” LS 112°42’29,77”

BT - 7°31’19,39” LS112°43’45,78” BT dan 7°32’20,70” LS 112°42’17,10” BT -

7°32’20,76” LS 112°43’03,92” BT.

Page 5: Resume Geokimia

BAB II

ISI

Morfologi Porong dan sekitarnya merupakan dataran aluvial. Pada arah barat laut Proong,

morfologi berupa perbukitan bagian Gunung Penanggungan. Menurut Santosa dan Suwarti

(1992) dalam Suprapto, dkk. (2007), Porong merupakan bagian pemetaan geologi regional

Lembar Surabaya dan Sapulu serta Lembar Malang dengan litologi endapan aluvial. Beberapa

kilometer di selatan Porong merupakan lereng kaki Gunung Penanggungan dan Gunung Arjuna

dengan litologi didominasi endapan gunungapi Kuarter yang sampai saat ini masih aktif.

Berdasarkan informasi dari penduduk sekitar lokasi penelitian, pada lokasi semburan

lumpur juga terdapat semburan gas, keluarnya lumpur ataupun gas sejak awal semburan pada 29

Mei 2006 telah mengalami beberapa kali perpindahan. Berbagai upaya penutupan lubang

semburanpun berakhir sia-sia, bahkan sumber semburan semakin bartambah banyak. Gas yang

keluar dapat melalui lantai rumah penduduk.

Secara fisiografi regional, Porong termasuk ke dalam Zona Randublatung di Jawa Timur

bagian dari pertemuan dua zona yaitu Zona Rembang dan Zona Kendeng (Bemmelen, 1949).

Sebagai bagian pertemuan Zona Rembang dan Zona Kendeng, maka secara struktur bawah

permukaan Zona Randublatung terindikasikan sebagai zona segitiga (triangle zone) yang diapit

zona-zona sesar yang mempunyai arah dan kemiringan yang saling berlawanan. Menurut

Suprapto, dkk. (2007), Porong berada pada Zona Randublatung yang dikontrol oleh pertemuan

Zona Rembang dan Zona Kendeng dimana Zona Rembang merupakan daerah paparan dan slope

yang dicirikan dengan dominasi sesar naik yang mengarah (vergency) ke selatan, sedangkan

Zona Kendeng merupakan slope dan bathyal dengan dominasi sesar naik ke arah utara.

Pertemuan tersebut membentuk Zona Randublatung yang berupa zona yang sangat

sempit, memanjang dan sangat dalam, berupa subsided triangle zone dengan subthrust structure

di bawah zona sesar naik. Menurut Billings (1954), struktur kekar dapat terbentuk sebagai

struktur penyerta di sepanjang zona sesar naik yang terbentuk. Perpindahan lokasi semburan

lumpur dan gas diinterpretasikan melalui zona lemah yang dikontrol oleh keberadaan struktur

geologi berupa jalur struktur sesar utama berikut rekahan-rekahan bentukan kekar penyertanya.

Semburan lumpur masih aktif. Tanggul yang diuat pada awal semburan telah ambles karena

getaran dari semburan lumpur. Menurut Suprapto, dkk. (2007), fenomena suhu lumpur yang

Page 6: Resume Geokimia

panas mendekati 100°C dipengaruhi oleh faktor gradien geotermis dan aktivitas vulkanik.

Letusan gas yang terjadi bersamaan keluarnya lumpur dari bagian cekungan sedimenter,

diperkirakan juga dikontrol oleh proses magmatic, hal ini ditinjau dar keadaan sekitar dimana

terdpat gunung api kuarter di selatan semburan sejauh 2 km.

Sampel lumpur (disturb sample) di daerah penelitian merupakan lempung dengan

berwarna hitam keabu-abuan, berukuran butir dominan lempung (96%) sisanya berukuran butir

lanau hingga pasir sangat halus. Lumpur tersebut merupakan tanah kohesif dengan ukuran butir

lempung bersifat plastisitas yang tinggi. Umumnya lumpur pada lokasi luapan tanggul bagian

utara telah mengering dan kondisi keairannya tidak jenuh air. Berdasarkan data ploting pada

Google Earth (Keyhole, 14 Oktober 2013), teramati sebaran lumpur di daerah tersebut telah

menjadi lempung kering dan pecah (dry cracked mud) pada posisi koordinat 7°31’02,13” LS

112°42’42,01” BT. Sifat plastisitas yang kurang atau cenderung kaku di permukaan lempung

disebabkan pengurangan kadar air oleh pengaruh cuaca akibat proses penguapan akibat kenaikan

temperatur oleh pengaruh cuaca.

Perbedaan nilai dalam kisaran nilai parameter berat dan kerapatan lempung yang

dijumpai pada sampel diperkirakan karena pengaruh faktor temperatur saat pengujian sifat

indeks berat dan kerapatan lempung dilakukan. Perubahan nilai berat dan kerapatan untuk

kondisi kejenuhan air yang berbeda diperkirakan karena adanya keberadaan air pada lempung.

Keberadaan air di lapangan selain oleh air yang keluar bersamaan semburan lumpur juga banyak

dipengaruhi oleh air hujan. Berdasarkan hasil analisis difraksi sinar X, menunjukkan lempung

mempunyai mineral penyusun yang didominasi smectite (montmorillonite). Menurut Grim

(1968) dan Chen (1975), keaktifan mineral montmorillonite untuk mengembang dipengaruhi

oleh kemampuannya dalam menyerap air yang dikontrol oleh konfigurasi struktur kimiawi dan

luas permukaan mineral tersebut. Sifat kejenuhan air dan keberadaan mineral lempung tersebut

diduga turut mempengaruhi penambahan berat dan kerapatan lempung.

Menurut Santosa dan Suwarti (1992) dalam Suprapto, dkk. (2007), pada Zona

Randublatung terdapat serpihan napalan dan sedimen calcareous sebagaimana yang terbentuk

pada Zona Kendeng. Zona Ranublatung berprospek minyak dan gas dikarenakan adanya batuan

karbonat Formasi Kujang. Struktur geologi yang berkembang merupakan pertemuan Zona

Rembang dan Zona Kendeng berupa subsided triangle zone dengan subthrust structure dibawah

zona sesar naik. Sidat penyusun litologi batuan karbonat memungkinkan terjadinya pelarutan dan

Page 7: Resume Geokimia

keberadaan struktur geologi yang komplek menjadi faktor pembentuk batuan dasar yang lemah.

Peningkatan beban lumpur secara vertical akan berpotensi amblesan yang besar.

Page 8: Resume Geokimia

BAB III

KESIMPULAN

Semburan lumpur pada tanggal 29 Mei 2006 di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc di

Dusun Balongnongo, Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo dalam kurun

waktu satu tahun telah menggenangi daerah di wilayah Kecamatan Porong, Kecamatan

Tanggulangin dan Kecamatan Jabon, kurang lebih mencapai seluas 5 km2. Lumpur tersebut

tersusun dari kerikil, pasir, lanau serta lempung plastis dan air. Material tersebut berasal dari

batuan fasies lempung Formasi Pucangan atau Formasi Lidah berumur Plistosen dari kedalaman

750 hingga 1900 meter (Sudarsono dan Sujarwo, 2008B).

Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian semburan lumpur sidoarjo dibagi

menjadi empat tahapan, yaitu tahapan studi pustaka, penelitian di lapangam, analisis di

laboratorium dan pembuatan laporan. Hal yang pertama dilakukan adalah studi pustaka, studi

pustaka adalah mengeksplorasi data sekunder lumpur sidoarjo berupa meninjau publikasi

penelitian terdahulu dan kajian teoritik. Penelitian di lapangan meliputi pengambilan data posisi

lokasi, data litologi dan keairan. Sampel tanah berupa lumpur diambil dari lokasi dekat titik

keluar semburan lumpur dan tepi luapan lumpur. Pada tiap lokasi pengambilan sampel dilakukan

pengambilan sampel jenis terganggu (disturb sample) hingga kedalaman antara 20 hingga 40 cm

dari permukaan lumpur. Di lokasi pengambilan sampel, diamati sifat fisik lumpur, seperti:

warna, ukuran butir, sifat liat, vegetasi, kondisi keairan, kadar air, dan komposisi mineral

penyusun lumpur. Penelitian di laboratorium/studio dilakukan guna menganalisis sifat

karakteristik lumpur dan mineral penyusun lumpur. Pada analisis sifat karakteristik lumpur

seperti: warna, distribusi butir, kadar air dan berat jenis,

Lumpur di Porong tersebut merupakan bagian dari Blok Brantas berada pada jalur active

mud volcano yang membentang dari Purwodadi, Cepu, Bojonegoro hingga Porong. Selain di

Porong, fenomena gunung lumpur juga didapati di Sangiran, Kuwu Purwodadi, Tuban, Koneng,

Bangkalan, Gunung Anyar di Rungkut Surabaya, Gedangan Sidoarjo, Banjarpanji fase erupsi

besar, sebelah utara Probolinggo, sebelah utara Bali sampai sebelah utara Lombok (NTB). Tiga

lokasi terakhir ini semuannya di bawah permukaan laut. Menurut Kadar dkk. (2007) dalam

Anonim (Agustus, 2013), keberadaan fenomena semburan lumpur merupakan bagian dari

gunung lumpur yang sebarannya membentuk suatu kelurusan. Kelurusan gunung-gunung lumpur

Page 9: Resume Geokimia

diperkirakan dikontrol oleh keberadaan Sesar. Watukosek yang terindikasi dengan adanya gawir

sesar di Desa Watukosek dan rembesan minyak di Desa Carat. Gugusan gunung-gunung lumpur

mulai dari Kalang Anyar, Pulungan, dan Gunung Anyar (masih aktif)yang terdapat di sekitar

bandara Juanda, Waru, Sidoarjo. Struktur ini berliniasi menerus ke arah timur laut melewati Selat

Madura sampai ke Bangkalan, Pulau Madura dengan ditemukannya gunung lumpur Geger.

Lumpur hasil semburan di Porong merupakan lempung kohesif bersifat kembang susut

yang teridentifikasikan dari sifat fisik dan indeks berupa sifat plastisitas, perubahan berat dan

kerapatan lempung. Sampel lumpur (disturb sample) di daerah penelitian merupakan lempung

dengan berwarna hitam keabu-abuan, berukuran butir dominan lempung (96%) sisanya

berukuran butir lanau hingga pasir sangat halus. Lumpur tersebut merupakan tanah kohesif

dengan ukuran butir lempung bersifat plastisitas yang tinggi, dimana lempung tersebut ketika

digulung hingga diameter gulungan lempung 3mm, lempung tersebut tidak retak.

Penambahan berat lempung yang berbanding lurus dengan penjenuhan air akibat sifat

aktivitas mineral montmorilonit terhadap air dapat meningkatkan beban lumpur. Sifat jenuh air

akibat penambahan volume air dipengaruhi oleh hujan dan air yang keluar bersamaan semburan

lumpur dari bawah permukaan.

Potensi amblesan dapat beresiko terjadi seiring dengan peningkatan beban lumpur ke

arah vertikal. Resiko terjadinya amblesan dapat semakin bertambah jika batuan dasar

pengendapan lumpur mengalami keruntuhan. Keruntuhan terjadi dikarenakan batuan dasar

tersebut rentan menjadi zona lemah akibat keberadaan struktur geologi berupa kekar dan sesar

serta litologi penyusun batuan karbonat yang bersifat mudah mengalami pelarutan.

Page 10: Resume Geokimia

DAFTAR PUSTAKA

http://www.repository.kprind.ac.idhttp://www.bpls.go.id http://www.digilib.its.ac.id