Laporan Praktikum geokimia

31
3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Gorontalo terletak antara 0 o 19’ – 1° 15’ Lintang Utara dan 121° 23’ – 125° 14’ Bujur Timur. Luas Provinsi Gorontalo secara keseluruhan adalah 12.435,00 km 2 (Badan Pusat Statistik, Gorontalo Dalam Angka 2012). Provinsi Gorontalo memiliki berbagai jenis potensi pertambangan baik bahan tambang logam, seperti emas, perak, tembaga,dan pasir besi, dan bahan tambang nonlogam seperti slag pasir, batu, pasir-batu (sirtu), kerikil, besi andesit, batu makora, basalt, batu gamping, toseki, granit, dan lain-lain.( Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Potensi Pertambangan dan Energi). Salah satu yang banyak dimanfaatkan masyarakat adalah batu gamping. Salah satu daerah pertambangan batugamping di Provinsi Gorontalo adalah Kelurahaan Buliide, Kecamatan Kota Barat, Provinsi Gorontalo. Batu gamping atau masyarakat luas menyebutnya batu kapur merupakan salah satu bahan galian industri non logam yang sangat besar potensinya dan tersebar hampir diseluruh wilayah Indonesia termasuk Gorontalo. Sejauh ini batu kapur banyak dimanfaatkan untuk keperluan

description

geokimia

Transcript of Laporan Praktikum geokimia

Page 1: Laporan Praktikum geokimia

3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Provinsi Gorontalo terletak antara 0o 19’ – 1° 15’ Lintang Utara dan 121°

23’ – 125° 14’ Bujur Timur. Luas Provinsi Gorontalo secara keseluruhan adalah

12.435,00 km 2 (Badan Pusat Statistik, Gorontalo Dalam Angka 2012). Provinsi

Gorontalo memiliki berbagai jenis potensi pertambangan baik bahan tambang

logam, seperti emas, perak, tembaga,dan pasir besi, dan bahan tambang

nonlogam seperti slag pasir, batu, pasir-batu (sirtu), kerikil, besi andesit, batu

makora, basalt, batu gamping, toseki, granit, dan lain-lain.( Badan Penanaman

Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Potensi Pertambangan dan Energi).

Salah satu yang banyak dimanfaatkan masyarakat adalah batu gamping.

Salah satu daerah pertambangan batugamping di Provinsi Gorontalo adalah

Kelurahaan Buliide, Kecamatan Kota Barat, Provinsi Gorontalo. Batu gamping

atau masyarakat luas menyebutnya batu kapur merupakan salah satu bahan galian

industri non logam yang sangat besar potensinya dan tersebar hampir diseluruh

wilayah Indonesia termasuk Gorontalo. Sejauh ini batu kapur banyak

dimanfaatkan untuk keperluan bahan bangunan seperti tiang untuk plester, adukan

pasangan bata, dalm industri kaca, industri gula, dan lain-lain.

Akan tetapi, pengetahuan masyarakat mengenai batu gamping masih

sangatlah kurang sehingga harga penjualan batu gamping di daerah Gorontalo

sangatlah rendah. Dalam industri bahan bangunan, industri kaca,pertanian,

industri pembuatan gula, dan lain-lain, batu gamping yang digunakan mempunyai

spesifikasi tertentu. Dari permasalahan di atas, maka kami melakukan penelitian

untuk mengetahui kandungan yang terdapat pada batu gamping dan manfaatnya

dengan mengambil sampel batuan dari Desa Tanjung Kramat dan Kelurahan

Buliide.

Page 2: Laporan Praktikum geokimia

3

1.2. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

- Apa jenis batugamping yang terdapat di daerah Tanjung Kramat dan Buliide?

- Unsur apa saja yang terdapat dalam batu gamping yang terdapat di daerah

Tanjung Kramat dan Buliide?

- Apa kegunaan dari batu gamping yang terdapat di daerah Tanjung Kramat

dan Buliide?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

- Mengetahui jenis batu gamping yang terdapat di daerah Tanjung Kramat dan

Buliide.

- Mengetahui unsur apa saja yang terdapat pada batugamping yang terdapat di

daerah Tanjung Kramat dan Buliide.

- Mengetahui kegunaan dari batugamping yang terdapat di daerah Tanjung

Kramat dan Buliide.

1.4. Kesampaian Daerah

Penelitian ini dilakukan di dua titik stasiun yaitu Desa Tanjung Kramat,

Kecamatan Hulonthalangi, Kota Gorontalo dan Kelurahan Buliide, Kecamatan

Kota Barat, Kota Gorontalo. Daerah ini tergambar pada peta topografi lokasi

penelitian skala 1 : 50.000 dan masuk dalam peta geologi lembar Kotamobagu

skala 1: 250.000. Lokasi penelitian ini dapat ditempuh melalui jalan darat baik

dengan kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat.

Page 3: Laporan Praktikum geokimia

3

Gambar 1.1. Peta Lokasi Penelitian (sumber : BAKOSURTANAL)

Page 4: Laporan Praktikum geokimia

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Geologi Regional

2.1.1. Fisiografi dan Morfologi

Daerah penelitian merupakan bagian dari Lengan Utara Sulawesi.

Sebagian besar daerah ini ditempati oleh batuan gunungapi Tersier. Di wilayah

tengah bagian timur daerah penelitian dijumpai dataran rendah yang terbentuk

memanjang, terbentang dari danau Limboto ke Lembah Paguyaman yang diduga

semula merupakan danau.

Daerah yang dipetakan dapat dibedakan menjadi tiga satuan morfologi;

satuan pegunungan berlereng terjal, perbukitan menggelombang, dan satuan

dataran rendah. Satuan pegunungan berlereng terjal terutama menempati bagian

tengah dan udara Lembar dengan beberapa puncaknya antara lain G.

Tentolomatinan (2.207 m), G. Bondalo (918 m), G. Pentolo (2.051 m), G. Bian

Gambar 2.1. Peta Geologi Praktikum Lapangan Geokimia

Page 5: Laporan Praktikum geokimia

3

(1.620 m), G. Pomonto (1.490 m), G. Lemuli (1.920 m), G. Boliohuto (2.065 m),

serta G. Dolokapa (1.770 m). Satuan morfologi ini terutama ditempati oleh batuan

gunungapi Tersier dan batuan plutonik.

2.1.2. Stratigrafi

1. Ql ( Batugamping Terumbu)

Batugamping terumbu terangkat dan batugamping klastik, dengan

komponen utama koral, setempat berlapis, terutama dijumpai di daerah pantai

selatan dan setempat Panong, daerah pantai utara.

2. Qpl (Endapan Danau)

Satuan ini dikuasai oleh batulempung kelabu, setempat mengandung sisa

tumbuhan dan lignit. Batupasir berbutir halus sampai kasar, serta kerikil dijumpai

di beberapa tempat. Satuan ini termampatkan lemah, tebalnya menurut data bor

mencapai 94 meter.

3. TQpv ( Batuan Gunung Api Pinogu )

Tuf, tuf lapili, breksi, dan api. Breksi gunungapi di Peg. Bone, G.

Mongadalia, dan Pusian bersusunan andesit, piroksen, dan dasit. Tuf yang

tersingkap di G. Lemibut dan G. Lolombulan umumnya berbatuapung, kuning

muda, berbutir sedang sampai kasar, diselingi oleh lava bersusunan menegah,

sampai basa. Tuf dan tuf lapili di sekitar S. Bone, bersusunan dasitan. Lava

berwarna kelabu muda, hingga kelabu tua, pejal,bersusunan andesit piroksen.

Satuan ini secara umum termampatkan lemah sampai sedang, umumnya diduga

Pliosen-Plistosen.

4. Tmb (Diorit Bone)

Diorit kuarsa, diorit, granodiorit, dan granit. Diorit kuarsa banyak

dijumpai di daerah S. Taludaa, dengan keragaman diorit, granodiorit, dan granit.

Sedangkan granit, utamanya dijumpai di daerah S. Bone. Satuan ini menerobos

batuan gunungapi Bilungala dan Formasi Tinombo. Umumnya, umur satuan ini

Miosen akhir.

Page 6: Laporan Praktikum geokimia

3

2.2. Geokimia dan XRF

2.2.1. Geokimia Secara Umum

Geokimia adalah suatu bidang ilmu sains yang titik berat mempelajari

kimia bumi. Tugas utama ilmu geokimia mempelajari sebagai berikut:

1) Menentukan banyaknya unsur dan species atom (isotop) secara mutlak dan

relative di dalam bumi,

2) Mempelajari penyebaran dan pemindahan unsur-unsur individu dibeberapa

bagian bumi ini (atmosfer, hidrosfer, kerak bumi dll) dan didalam mineral

dan batuan, dengan tujuan memenuhi prinsip-prinsip penyebaran dan

pemindahan.

Sehingga ketahap tertentu, lingkup ilmu giokimia sudah dibuktikan oleh

sejarah perkembangan ilmu geologi terutama yang berhubungan dengan

mineralogi dan petrologi. Kajian geokimia sangat penting untuk mengetahui

keberadaan dan jumlah unsur-unsur dipermukaan bumi.

Ilmu geokima telah berkembang dengan pesat seiring dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolgi khususnya bidang kimia dan

geologi. Sebetulnya geokimia sudah lama diperkenalakan oleh seorang ilmuwan

kimia berkebangsaan Swiss yang bernama Schonbein (penemu gas ozon) pada

tahun 1838. Pada dasarnya geokima mepelajari unsure-unsur kimia yang terdapat

dalam alam semesta. Konsep modern tentang unsure-unsur telah diperkenalkan

oleh Lavoiser dalam bukunya “Traite elementaire de Chemie” pada tahun 1789.

Lavoiser telah memperkenalkan 31 jenis unsure antara lain sebagai berikut :

O,N,H,S,P,Cl,E,B,Sb,Ag,As,Bi,Co,Cu,Sn,Fe,Mn,Hg,Mo,Ni,Au,Pt,Pb,W,Zn,Ca,M

g,Ba,Al,Si, beberapa unsure lain sudah diketahui sejak jaman purba antara lain:

Au,Ag,Cu,Fe,Pb,Sn,Hg,S dan C. ( Marzani, Hand Out Prinsip-Prinsip Geokimia)

Page 7: Laporan Praktikum geokimia

3

2.2.2. Geokimia Batuan Karbonat

Dalam dunia karbonat, ada beberapa mineral penting dan umum didapati

dalam batuan karbonat, atau dalam bahasa lainnya batugamping. Mineral-mineral

yang terdapat dalam batugamping adalah sebagai berikut.

1. Aragonite (CaCO3)

Kristal Orthorombik, mineral karbonat yang paling labil, berbentuk jarum

atau serabut, umumnya diendapkan secara kimiawi langsung dari presipitasi air

laut.

2. Kalsit (CaCO3)

Kristal Hexagonal, mineral batuan karbonat yang lebih stabil, biasanya

merupakan hablur kristal yang bagus dan jelas. Dijumpai sebagai hasil dari

rekristalisasi Aragonite, serta sebagai semen pengisi ruang antar butir dan

rekahan. Sangat umum dijumpai dalam batugamping.

3. Dolomit (CaMg (CO3)2)

Mineral ini mirip banget sama mineral kalsit, namun secara petrografis

memiliki indeks refraksi yang berbeda. Mineral ini bisa terjadi langsung karena

presipitasi air laut, tepi lebih seringnya karena replacement mineral kalsit.

4. Magnesit (MgCO3)

Kristal Hexagonal, dapat terjadi akibat pergantian mineral kalsit dan

dolomit, namun sering terjadi akibat dari rombakan batuan yang memiliki

kandungan magnesiun silikat.

Ada juga beberapa mineral-mineral karbonat lainnya yang sengaja tidak

dijelaskan karena kurang memiliki arti penting, yaitu: Siderit, Ankerit,

Rodokrosit, dan sebagainya.

Terdapat beberapa istilah penting yang penting untuk diketahui tentang

batugamping atau karbonat:

Page 8: Laporan Praktikum geokimia

3

1. Endapan Karbonat (“Carbonate Deposite”)

“Carbonate Deposite” merupakan endapan karbonat yang belum

terkonsolidasi, terbentuk secara insitu oleh organik dan presipitasi inorganik dari

larutan atau terjadi dari akumulasi partikel-pertikel rombakan karbonat.

2. Batugamping (“Limestone”)

Batuan karbonat yang hampir seluruhnya kalsium karbonat (CaCO3), atau

secara spesifik adalah batuan karbonat yang mengandung lebih dari 95% kalsit

dan kurang dari 5% dolomit.

3. Batugamping Dolomit (“Dolomitic Limestone”)

Batugamping yang mengandung 10-50% dolomit dan 50-90% kalsit.

4. Dolomit Kalsit (“Calcitic Dolomite”)

Batuan Dolomit yang mengandung 10-50% kalsit dan 50-90% dolomit.

5. Dolomit (batuan sedimen) atau Dolostone (istilah yang tidak diusulkan)

Batuan sedimen karbonat yang dominan mengandung mineral dolomit

(lebih dari 50%); secara spesifik merupakan batuan sedimen karbonat yang

mengandung lebih dari 90% mineral dolomit dan kurang dari 10% mineral kalsit.

6. Batugamping Kristalin (“Crystaline limestone”)

Batugamping yang dominan terdiri dari kristal.

7. Tufa (“Calcareous Tufa; Calc Tufa”)

Merupakan suatu spongi, batuan karbonat yang porous, diendapkan

sebagai lapisan tipis di permukaan, di dekat mata air (Springs) dan sungai (rivers).

(Arie,2009,Komposisi Kimia dan Mineralogi Batuan Karbonat (online))

Page 9: Laporan Praktikum geokimia

3

Adapun kegunaan batu gamping adalah sebagai berikut.

1. Batu bangunan

2. Bahan bangunan

Syarat : CaO+ MgO min 95 %, SiO2+Al2O3 + Fe2O3 max 5%, CO2 3

%, 70 % lolos ayakan 0,85 mm.

3. Industri kaca

Berfungsi sebagai Galian fluks    dgn kadar 0,96% SiO2, 0,04 Fe2O3, 0,14

% Al2O3, 0,15% MgO, 55,8% CaO.

4. Industri bata silika

Syarat : 90% CaO,    max 4,5% MgO,    maks 1,5% Fe2O3+Al2O3, maks

55,8% CO2.

5. Industri semen

Syarat: 50-55% CaO,    maks 2% MgO, viskositas 3200    cp (40% H2O),

2,47 % Fe2O3, 0,95% Al2O3.

6. Pembuatan karbit

Syarat: min 92% caO, mk1,75 % MgO, maks 1% Fe2O3 + Al2O3. untuk

kokas maks 5% Fe2O3, maksimal    0,2% S, maka 0,02 % P, hilang pijar 4 % maks

2% SiO2. Khusus    kokas kada r a  rang padat > 86%. Kadar abu maks 12%, tdk

rapuh, kadar air rendah.

7. Pembuatan refraktori

Sebagai Galian    bahan baku     adalah high    calcium lime yg

mengandung 95% CaCO3, 5 % dolomit. Dpt juga high magnesium    lime

mengandung 50-90% CaCO3,    10-50% dolomit,    sebagai galian    bahan

tambahan     adalah clay, air.

Page 10: Laporan Praktikum geokimia

3

8. Pelicin tablet

Syarat: berukuran –200mesh, kandungan  CaCO3 98,5% sehingga

merupakan serbuk hablur putih tdk berbau dan tidak berasa, tdk mengandung

arsen dan logam berat lainnya, susut kering tdk melebihi 1% tdk mengganggu

bahan aktif.

9. Peleburan baja

Syarat: CaO min 52%, SiO2 maks 4%, Al2O3+Fe2O3 3%, MgO maks 3,5%,

P mak 0,1%, Fe2O3 maks 0,65%.

10. Bahan pemutih kertas,pulp, dan karet

Syarat : 98% CaCO3 dan PH > 7,8 dgn kehalusan 325 mesh mpy daya

serap terhadap minyak warna putih.

11. Industri gula

Biasanya untuk 1000 kw tebu = 100 kg kapur tohor dengan syarat 0,2%

H2), 0,2% HCl, 55% CaO, 0,1% SiO2, 0,1% Al2O3, 0,4% ,MgO, 43,6% CO2, 0,3%

Na2OK2O. (Akhmad Nafarin,Pengertian Batu Gamping (online))

2.2.3. XRF (X-Ray Fluorescens)

XRF merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis komposisi kimia

beserta konsentrasi unsur-unsur yang terkandung dalam suatu sample dengan

menggunakan metode spektrometri.

Teknik fluoresensi sinar x (XRF) merupakan suatu teknik analisis yang

dapat menganalisa unsur-unsur yang membangun suatu material Teknik ini juga

dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi unsur berdasarkan pada panjang

gelombang dan jumlah sinar x yang dipancarkan kembali setelah suatu material

ditembaki sinar x berenergi tinggi. Berikut kelebihan dan kekurangan XRF.

Page 11: Laporan Praktikum geokimia

3

- Kelebihan

Akurasi yang relatife tinggi

Dapat menentukan unsur dalam material tanpa adanya standar (bandingkan

dg. AAS)

Dapat menentukan kandungan mineral dalam bahan biologis maupun dalam

tubuh secara langsung.

- Kekurangan

Tidak dapat mengetahui senyawa apa yang dibentuk oleh unsur-unsur yang

terkandung dalam material yang akan kita teliti.

Tidak dapat menentukan struktur dari atom yang membentuk material itu.

2.2.3.1. Prinsip Kerja

- Saat vakansi terbentuk di kulit L, elektron dari kulit M or N turun untuk

mengisi vakansi tersebut sambil melepaskan Sinar X yang khas.

Gambar 2.2. Orbital Elektron

Page 12: Laporan Praktikum geokimia

3

- Spektrometri XRF memanfaatkan sinar-X yang dipancarkan oleh bahan yang

selanjutnya ditangkap detector untuk dianalisis kandungan unsur dalam

bahan.

Gambar 2.3 Proses-proses yang terjadi pada saat analisis XRF

Gambar 2.4. Skema Kerja Alat

Page 13: Laporan Praktikum geokimia

3

Gambar 2.5. Instrumen Alat

Page 14: Laporan Praktikum geokimia

3

BAB III

METODE DAN TAHAPAN PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara eksploratif yaitu penelitian yang

dilaksanakan untuk menggali data dan informasi tentang topik atau isu-isu baru

yang ditujukan untuk kepentingan pendalaman atau penelitian lanjutan dengan

cara terjun langsung ke lapangan dan mengeksplor langsung lokasi yang menjadi

daerah penelitian. Setelah itu, dilanjutkan dengan penelitian secara eksperimen,

yitu menganalisis sampel dari batuan yang telah diambil di dalam laboratorium

yang dilakukan dengan XRF ( X-Ray Fluorensces ).

3.2. Tahapan Penelitian

1) Tahap Persiapan

Tahap persiapan ini meliputi studi literatur yaitu berupa kajian awal

tentang geologi regional daerah penelitian dan petrologi batuan sedimen khusunya

batuan karbonat. Persiapan selanjutnya berupa pengurusan segala administrasi

menyangkut penyediaan dana untuk keperluan penelitian baik transportasi

maupun konsumsi. Persiapan selanjutnya adalah penyediaan segala peralatan dan

bahan yang diperlukan selama penelitian seperti kompas, GPS, palu geologi,

kantung sampel, HCL 0,1 M, alat tulis, dan buku lapangan.

2) Tahap Praktikum

Tahap praktikum ini berupa penentuan lokasi yang akan diteliti ( stasiun ),

melakukan pengamatan dan pencatatan tentang unsur-unsur geologi yang ditemui

di lokasi penelitian, dan pengambilan sampel dan dokumentasi.

3) Tahap Analisis Laboratorium

Tahap analisis laboratorium ini meliputi deskripsi petrologi tentang batuan

yang ditemui di lokasi,analisis sampel menggunakan XRF, dan analisis hasil data

XRF.

Page 15: Laporan Praktikum geokimia

TAHAP PERSIAPAN

STUDI LITERATUR

PENGURUSAN ADMINISTRASI

PENYIAPAN ALAT DAN BAHAN

TAHAP PRAKTIKUM

PENENTUAN LOKASI/ STASIUN

OBSERVASI DAN PENCATATAN UNSUR-

UNSUR GEOLOGI

PENGAMBILAN SAMPEL &

DOKUMENTASI

TAHAP ANALISIS LABORATORIUM

DESKRIPSI PETROLOGI

BATUAN

ANALISIS SAMPEL

DENGAN XRF

ANALISIS DATA HASIL

XRF

TAHAP PELAPORAN

LAPORAN AKHIR GEOKIMIA

3

4) Tahap Pelaporan

Tahap pelaporan ini meliputi pembuatan laporan akhir hasil penelitian.

Gambar 3.1. Bagan Tahapan Penelitian

Page 16: Laporan Praktikum geokimia

3

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL PENELITIAN

4.1.1. DESKRIPSI PETROLOGI

1. Stasiun 1

- Lokasi : Desa Tanjung

Kramat, Kec.

Hulonthalangi,

Kota

Gorontalo

- Cuaca : Cerah

- Koordinat : N 0° 29’ 45”,

E 123° 2’ 41”, elevasi 17 mdpl

- Deskripsi singkapan : Terdapat kontak dengan breksi vulkanik yang

tersisipi tuf dengan strike/dip N 800 E / 110 SE.

Tinggi singkapan 4,88 m. Berdasarkan arah dip,

dapat dilihat bahwa umur singkapan batugamping

lebih muda dari singkapan breksi vulkanik.

- Deskripsi sampel :

Warna : Putih keabu-abuan

Jenis batuan : Batugamping terumbu

Tekstur :

- Ukuran butir : Pasir halus (25-50 mm)

- Derajat kebundaran : Angular

- Derajat pemilahan : Buruk

- Kemas : Terbuka

- Matriks : Gamping ukuran pasir

- Semen : Karbonat

- Fragmen : Molusca

Lingkungan pengendapan: Laut dangkal

Nama batuan : Packstone ( Dunham,1962 )

Gambar 4.1. Singkapan pada stasiun 1

Page 17: Laporan Praktikum geokimia

3

2. Stasiun 2

- Lokasi : Desa

Buliide,

Kec. Kota

Barat,

Kota

Gorontalo

- Cuaca : Cerah

- Koordinat : N 0° 32’ 53.7”, E 123° 2’ 10.8”, elevasi 9 mdpl

- Deskripsi singkapan : singkapan batugamping berwarna putih segar dan

merupakan lokasi tambang batu kapur masyarakat

setempat.

- Deskripsi sampel :

Warna : Putih segar

Jenis batuan : Batugamping terumbu

Tekstur :

- Ukuran butir : Pasir halus (25-50 mm)

- Derajat kebundaran : Angular

- Derajat pemilahan : Buruk

- Kemas : Terbuka

- Matriks : Gamping ukuran pasir

- Semen : Karbonat

- Fragmen : Molusca

Lingkungan pengendapan: Laut dangkal

Nama batuan : Packstone ( Dunham,1962 )

Gambar 4.2. Singkapan pada stasiun 2

Page 18: Laporan Praktikum geokimia

3

4.1.2. Hasil Analisis XRF02004006001000200030004000500060007000800090001100013000

Cps

Ca KA1

Ca KB1

Ca KA1

Ca KB1

Sr KA1

Sr KB1

Sr LA1 Sr LB1

Fe KA1

Fe KB1

Fe LA1 Fe LB1

0.6

0.8

12

34

56

78

910

1112

1314

1516

1718

1920

2122

2324

2526

2728

2930

3132

Ke

V

G a m ba

r 4. 3.

Gr

afi

k

Pe

rs en tas

e K an

Page 19: Laporan Praktikum geokimia

3

02004006001000200030004000500060007000800090001100013000

Cps

Ca KA1

Ca KB1

Zr KA1

Zr KB1

Zr LA1 Zr LB1

Fe KA1

Fe KB1

Fe LA1 Fe LB1

Sr KA1

Sr KB1

Sr LA1 Sr LB1

0.6

0.8

12

34

56

78

91

01

11

21

31

41

51

61

71

81

92

02

12

22

32

42

52

62

72

82

93

03

13

2

Ke

V

Ga

mb

ar

4.4.

Gr

afi

k

Per

sen

tas

e Ka

nd

un

g

an

Un

sur

Dal

Page 20: Laporan Praktikum geokimia

3

Formula

Z Concentration

Ca 20 55.20%

O 8 25.90%

Sr 38 17.21%

Fe 26 1.69%

Formula

Z Concentration

Ca 20 59.29%O 8 26.80%Sr 38 11.47%Fe 26 2.13%Zr 40 0.24%

Tabel 4.1. Persentase Jumlah Unsur Dan Senyawa Dalam Sampel 1

Tabel 4.2. Persentase Jumlah Unsur Dan Senyawa Dalam Sampel 2

Formula

Z Concentration

CaO 20 77.24%

SrO 38 20.35%

Fe2O3 26 2.41%

Formula Z Concentration

CaO 20 82.96%

SrO 38 13.57%

Fe2O3 26 3.04%

ZrO2 40 0.33%

Page 21: Laporan Praktikum geokimia

3

4.2. Pembahasan

4.2.1.Klasifikasi Batu Gamping

Dilihat dari jenisnya, kedua sampel yang berada di daerah desa Tanjung

Kramat dan desa Buliide adalah jenis batugamping terumbu. Batugamping

terumbu adalah jenis sedimen biologi, yang merupakan suatu susunan dari

rangka-rangka organisme yang terdiri atas Algae, Koral, Moluska, dan

Foraminifera. Tipe batuan ini paling banyak didapatkan dalam batuan karbonat

Tersier di Indonesia. Tipe ini sering membentuk tebing terjal pada singkapan,

masif tak berlapis atau perlapisan buruk yang hanya kelihatan dari jauh.

Ditinjau dari segi ekologinya, organisme pembentuk terumbu dapat

berkembang dengan baik dan mempunyai penyebaran pada daerah neritik yang

dangkal dengan kedalaman maksimum 60 m. Berdasarkan klasifikasi Dunham ,

kedua sampel tersebut merupakan packstone. Packstone diendapkan pada

lingkungan energi transisi dimana arus tidak dapat memindahkan seluruh lumpur

dari area tersebut dan tidak dapat memisahkannya dari butiran pasir. Area tersebut

juga merupakan lingkungan energi rendah seperti pada mudstone hanya saja lebih

dekat pada tempat dimana butiran-butiran pasir diendapkan, atau persentasi

butiran-butiran pasir lebih tinggi diproduksi pada tempat pengendapan tersebut.

(Hidayah, Batuan Kalsium Karbonat (online)).

4.2.2. Kandungan Unsur Dalam Batu Gamping

Page 22: Laporan Praktikum geokimia

3

Berdasarkan hasil analisis XRF senyawa yang terkandung dalam sampel 1

adalah CaO 77,24%, SrO 20,35%, Fe2O3 2,41% dengan persentase unsur Ca

55,20%, O 25,90%, Sr 17,21%, dan Fe 1,69 %, sedangkan sampel 2 unsur CaO

82,96%, SrO 13,57%, Fe2O3 3,04%, dan ZrO2 0,33% dengan persentase unsur Ca

59,29%, O 26,80%, Sr 11,47%, Fe 2,13%, dan Zr 0,24%. Dari hasil analisis XRF,

terlihat bahwa kandungan unsur dan senyawa dari sampel 1 dan sampel 2 sama.

Hasil ini dapat melahirkan sebuah hipotesis bahwa jenis batu gamping yang ada di

desa Tanjung Kramat dan desa Buliide jenisnya sama.

4.2.3. Kegunaan Batugamping

Dari hasil analisis XRF, kegunaan dari sampel batuan karbonat yang ada

di desa Tanjung Kramat dan desa Buliide, lebih cocok untuk industri kaca,

industri semen, peleburan baja, dan industri gula karena kandungan CaO-nya yang

mencapai 77% - 82%. Sedangkan untuk industri kaca hanya memerlukan 55,8%

CaO,industri semen 50-55% CaO, peleburan baja CaO min 52%, dan dalam

industri gula memerlukan 55% CaO.

Page 23: Laporan Praktikum geokimia

3

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Batu gamping yang berada di desa Tanjung Kramat dan desa Buliide

memiliki jenis yang sama, yaitu termasuk jenis batu gamping terumbu.

Kandungan yang terdapat dalam batugamping yang ada di desa Tanjung

Kramat dan desa Buliide sama yaitu, CaO 77,24% - 82,96%, SrO 13,57% -

20,35%, Fe2O3 2,41% - 3,04%, dan ZrO2 0,33%.

Berdasarkan hasil analisis XRF, batugamping yang berada di desa Tanjung

Kramat dan desa Buliide layak digunakan dalam industri semen, industri

kaca, peleburan baja, dan industri gula.

Page 24: Laporan Praktikum geokimia

3