Resume filsafat ilmu

31
TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER RESUME FILSAFAT ILMU SUCI RUKMANA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2014

Transcript of Resume filsafat ilmu

Page 1: Resume filsafat ilmu

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER RESUME FILSAFAT ILMU

SUCI RUKMANA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2014

Page 2: Resume filsafat ilmu

Table of Contents

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 3

DASAR DASAR PENGETAHUAN : PENALARAN, LOGIKA, SUMBER PENGETAHUAN,

KRITERIA KEBENARAN ................................................................................................. 4

ONTOLOGI : METAFISIKA, ASUMSI, PELUANG ............................................................... 6

ONTOLOGI: BEBERAPA ASUMSI DALAM ILMU, BATAS PENELAHAN ILMU ....................... 8

EPISTIMOLOGI: PENGETAHUAN, METODE ILMIAH, STRUKTUR PENGETAHUAN ILMIAH . 10

EPISTIMOLOGI: INDUKTIVISME, PROBLEMA INDUKSI, KETERGANTUNGAN OBSERVASI

PADA TEORI.............................................................................................................. 12

EPISTIMOLOGI: PARADIGMA KHUN............................................................................ 14

SARANA BERFIKIR ILMIAH : BAHASA, MATEMATIKA DAN STATISTIKA .......................... 16

AKSIOLOGI : ILMU DAN MORAL, TANGGUNG JAWAB SOSIAL ILMUWAN, REVOLUSI

GENETIKA ................................................................................................................. 18

AKSIOLOGI : ILMU DAN KEBUDAYAAN, PERKEMBANGAN ILMU DAN PERKEMBANGAN

KEBUDAYAAN NASIONAL........................................................................................... 19

AKSIOLOGI : PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH ...................................................... 21

FILSAFAT PENDIDIKAN DAN IDEALISME, REALISME, MATERIALISME............................. 23

ESSENSIALISME, PERENIALISME, REKONSTRUKSIONISME ............................................ 25

PRAGMATISME, EKSISTENSIALISME, PROGRESIVISME ................................................. 27

MATERIALISME ......................................................................................................... 29

DAFTAR ISI................................................................................................................ 31

Page 3: Resume filsafat ilmu

3

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan karunia dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

Resume tentang materi “ Filsafat Ilmu ”.

Terselesaikannya pembuatan Resume ini bukanlah karena kepandaian saya

saja. Namun karena adanya bantuan dari berbagai pihak. Baik berupa adanya

bimbingan, arahan dan saran-saran. Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih

dan penghargaan yang tulus kepada Bapak Prof. Dr. Mulyadi Eko Purnomo, M.

Dan Ibu Dr. Rahmi Susanti, M.Si yang telah memberikan arahan di setiap

pertemuan mata kuliah ini.

Saya menyadari bahwa Resume ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

sempurna baik dalam penyusunan maupun penulisannya. Saya berharap semoga

Resume ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan tentu bagi saya selaku penulis .

Palembang, Desember 2014

Page 4: Resume filsafat ilmu

4

DASAR DASAR PENGETAHUAN : PENALARAN, LOGIKA, SUMBER

PENGETAHUAN, KRITERIA KEBENARAN

Pengetahuan adalah Informasi yang telah diproses yang diperoleh

manusia melalui pemahaman, pembelajaran, pengamatan akal serta pengalaman.

Pengetahuan seseorang di pengaruhi oleh beberapa factor yaitu dengan

pendidikan seseorang mendapatkan pengetahuan melalui apa yang telah orang itu

pelajari, dengan pengalaman misalkan apabila sesudah merumput baiknya rumput

tersebut dikumpulkan dan didiamkan untuk beberapa hari maka rumput tersebut

dapat dijadikan pupuk dengan beberapa campuran jadi berdasarkan pengalaman

seseorang bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih baik lagi, dengan Usia

seseorang juga mempunyai pengetahuan yang lebih banyak lagi karena umur jadi

banyak pengalaman yg orang itu ketahui.

Dengan pengetahuan maka seseorang dapat bernalar, menurut

Suriasumatri (2001: 42) penalaran adalah suatu aktivitas berpikir dalam

pengambilan suatu simpulan yang berupa pengetahuan. Jadi bernalar itu proses

berfikir dimana manusia dapat mengembangkan pengetahuan nya. pengetahuan

mampu dikembangkan manusia karena dua hal yang pertama manusia mempunyai

bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang

melatarbelakangi informasi tersebut, yang kedua manusia mampu

mengembangkan pengetauan nya dengan cepat maksud nya kemampuan berfikir

menurut alur kerangka berfikir tersebut. misalnya mengapa gunung bisa meletus

maka disini manusia harus berfikir nalar seperti factor apa saja yang menyebabkan

gunung dapat meletus dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah semua itu.

Sebagai suatu kegiatan berfikir maka penalaran mempunyai ciri ciri yaitu logika.

Louis O. Kattsoff (1987:28) Logika ialah ilmu pengetahuan mengenai

penyimpulan yang lurus. Ilmu pengetahuan ini menguraikan tentang aturan-aturan

serta cara-cara untuk mencapai kesimpulan, setelah didahului oleh suatu prangkat

premise. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika. Ada dua logika induktif

Page 5: Resume filsafat ilmu

5

dan logika deduktif. Penalaran induktif adalah menarik suatu kesimpulan yang

bersifat umum misalnya gajah mempunyai mata, kambing mempunyai mata, dan

juga singa, kucing maka ditarik kesimpulan bersifat umum semua binatang

mempunyai mata. Sedangkan penalaran deduktif cara berfikir dimana yang

bersifat umum ditari kesimpulan menjadi khusus, misalnya semua makhluk

mempunyai mata, sipolan adalah seorang makhluk jadi kesimpulan nya sipolan

mempunyai mata adalah sah menurut penalaran deduktif sebab kesimpulan ini

ditarik secara logis dari dua premis yang mendukung. Pengetahuan dapat

diperoleh dari berbagai aspek yaitu kau rasionalisme mengggunakan metode

deduktif dalam menyusun pengetahuan nya, premis yang dipakai dalam penalaran

nya didapat dari ide yang jelas dan dapat diterima, dan ide ini bukan lah ciptaan

pikiran manusia. Sedangkan kaum empiris menganggap dunia ini nyata karna

dapat dilihat dengan pancaindra dan pengalaman adalah cara dalam menemukan

pengetahuan dan pancaindra sebagai alat yang menangkapnya.

Intuisi adalah Pengetahuan yang tiba-tiba, pengetahuan ini dipergunakan

sebagai hipotesis bagi analisis dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang

dikemukan. Wahyu adalah pengetahuan yang dismpaikan oleh tuhan kepada

manusia melalui nabi nabi yang sudah diutusnya. Kepercayaan kepada tuhan

adalah sumber pengetahuan. Teori kebenaran didasarkan pada criteria kebenaran

yaitu koherensi dimana bentuk pengetahuan yang penyusunan nya dilakukan

dengan pembuktian, misalnya pada pelajaran matematika. Korespodensi adalah

pernyataan yang benar apabila pengetahuanyang dikandung itu berhubungan

misalnya ibu kota republic Indonesia adalah Jakarta maka faktanya benar dan

berhubungan Jakarta memang ibu kota Indonesia. Teori Pragmatisme (Teori

konsekuensi kegunaan) Teori yang dicetuskan oleh Peirce (1839-1914) ini

disandarkan pada teori pragmatisme. Penganut teori ini menyatakan bahwa

kebenaran suatu pernyataan diukur dengan criteria

Page 6: Resume filsafat ilmu

6

ONTOLOGI : METAFISIKA, ASUMSI, PELUANG

Menurut Suriasumantri (1985), Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita

ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau, dengan kata lain suatu pengkajian

mengenai teori tentang “ada”. Metafisika merupakan bagian dari aspek ontologi

dalam kajian filsafat. Dibidang filsafat metafisika adalah tempat berpijak dari

setiap pemikiran filsafat termasuk pemikiran ilmiah. Beberapa penafsiran yang

diberikan manusia mengenai alam ini (Jujun, 2005). Supernaturalisme bersifat

lebih tinggi dibandingkan dengan alam yang nyata. Dari paham Supernatural ini

lahirlah Animisme, dimana manusia percaya bahwa terdapat roh yang sifatnya

gaib terdapat dalam benda-benda, tetapi paham naturalis menentang nya karena

paham in berpendat kalau gejalah alam yang ada tidak disebabkan oleh hal yang

gaib karena kebenaran yang digunakan logika dan akal, sedangkan paham

materialis menganggap bahwa alam semesta dan manusia berasal dari materi.

Masalah ini tetap dipelajari mengenai makhluk hidup sehingga timbul dua tafsiran

yang saling bertentangan paham mekanistik dan paham vitalistik. Kaum

mekanistik melihat gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya merupakan

gejala kimia-fisika semata, misalnya didalam tubuh manusia berisi dan tersusun

dari zat zat kimia dan fisika, adanya kandungan zat pada air keringat, Sedangkan

bagi kaum vitalistik hidup adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara

substansif dengan hanya sekedar gejala kimia-fisika semata, misalnya manusia itu

sama seperti robot. Setiap ilmu selalu memerlukan asumsi.

Asumsi diperlukan untuk mengatasi penelaahan suatu permasalahan. suatu

hipotesis merupakan asumsi karena kebenaran nya lebih besar apabila membuat

asumsi harus difikirkan factor faktornya misalnya “Bawalah payung agar

pakaianmu tidak basah waktu sampai ke sekolah”. Asumsi yang digunakan adalah

hujan akan jatuh di tengah perjalanan ke sekolah. Implikasinya, memakai payung

akan menghindarkan pakaian dari kebasahan karena hujan. Asumsi menjadi

masalah yang penting dalam setiap bidang ilmu pengetahuan. Kesalahan

Page 7: Resume filsafat ilmu

7

menggunakan asumsi akan berakibat kesalahan dalam pengambilan kesimpulan.

Asumsi yang benar akan menjembatani tujuan penelitian sampai penarikan

kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis. Gejala alam tunduk pada tiga

karakteristik yaitu determinisme mengartikan pengetahuan adalah bersifat

empiris, Pilihan Bebas Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan

pilihannya dimana harus berjalan dengan lancer dan tercapai dan tidak terikat

pada hukum alam misal, tidak ada tolak ukur yang tepat dalam melambangkan arti

kebahagiaan. Probabilstik, sifatnya berupa peluang.Ilmu Probabilistik atau ilmu

tentang peluang termasuk cabang ilmu yang baru. ilmu ini bersama dengan

statistika berkembang cukup pesat. Peluang dinyatakan dari angka 0 sampai 1.

Angka 0 menyatakan bahwa suatu kejadian itu tidak mungkin terjadi. Dan angka 1

menyatakan bahwa sesuatu itu pasti terjadi. Misalnya bahwa peluang semua

makhluk hidup itu akan mati dinyatakan dengan angka 1. Statistika hanya

menyatakan distribusi kemungkinan/peluang dari nilai besaran dalam kasus-kasus

individual. Misalnya peluang munculnya angka tertentu dari lemparan dadu

adalah 1/6. Hukum statistik tidak meramalkan apa yang akan terjadi atau apa yang

pasti terjadi dalam suatu lemparan dadu. Hukum ini hanya menyatakan jika kita

melempar dalam jumlah lemparan yang banyak sekali maka setiap muka dadu

diharapkan untuk muncul sama seringnya. Karena itu ilmu memberikan

pengetahuan sebagai dasar untuk mengambil keputusan lewat penafsiran

kesimpulan ilmiah yang bersifat relatif (Suriasumantri, 2010:78-80).

Page 8: Resume filsafat ilmu

8

ONTOLOGI: BEBERAPA ASUMSI DALAM ILMU, BATAS

PENELAHAN ILMU

Ilmu menjelaskan tentang apa dan bagaimana alam sebenarnya dan bagaimana

teori ilmu pengetahuan yang terjadi di alam. Maka, ilmu menggunakan bukti dari

eksperimen, deduksi logis serta pemikiran rasional untuk mengamati alam dan

individual di dalam suatu masyarakat.(mulyadiniarty, 2009). Menurut Suhartono

dalam mulyadiniarty (2009) asumsi merupakan latar belakang intelektual suatu

jalur pemikiran. Asumsi merupakan anggapan/andaian dasar tentang sebuah

realitas. Asumsi merupakan pondasi bagi penyusunan pengetahuan ilmiah. Objek

yang dikaji oleh ilmu adalah semua objek yang empiris, yaitu objek yang bisa

ditangkap oleh pancaindera. Menurut Burhanudin Ilmu mempunyai tiga asumsi

mengenai objek empiris :

1. Menganggap objek- objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain.

Misalnya dalam manusia mempunyai kelas serupa dengan kucing yanitu

sama sama kelas mamalia.

2. Anggapan bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka

waktu tertentu. Misalnya Planet- planet memperlihatkan perubahan dalam

waktu yang relatif sangat panjang bila dibandingkan dengan sebongkah es

batu di suatu panas terik di musim kemarau.

3. Determinisme merupakan asumsi ilmu yang ketiga. Kita menganggap

bahwa suatu gejala bukanlah suatu kejadian yang bersifat kebetulan.

Misalnya kita temui dalam kehidupan sehari- hari, sesudah langit medung

maka turunlah hujan atau sesudah gelap terbitlah terang.

Menurut Sariasumantri (2009:89) dalam mengembangkan asumsi maka harus

diperhatikan beberapa hal-hal dalam pengembangan asumsi:

1. Asumsi ini harus asumsi harus relevan dengan bidang ilmu dan tujuan

pengkajian disiplin keilmuan.

Page 9: Resume filsafat ilmu

9

2. Asumsi ini harus disimpulkan dari “keadaan sebagaimana adanya“ bukan

“bagaimana keadaan seharusnya” dalam kegiatan ekonomis maka manusia

yang berperan adalah manusia “yang mencari keuntungan yang sebesar-

besarnya dengan korbanan sekecil- kecilnya” maka itu sajalah yang kita

jadikan pegangan tidak usah ditambah sebaiknya begini, atau seharusnya

begitu.

Ilmu tidak membahas yang di luar pengalaman manusia seperti surga dan

neraka. “Ilmu tanpa (bimbingan moral) agama adalah buta”, demikian kata

Einstein. Kebutaan moral dari ilmu mungkin membawa kemanusiaan ke jurang

malapetaka. Menurut (Rachmat, 2011, p. 143) Ontologi imu membatasi diri pada

kajian keilmuan yang dapat dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa

diamati melalui pancaindera manusia. Sementara kajian objek penelaahan yang

berada pada batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pasca-

pengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya

dari luar.

Ilmu terbagi menjadi ilmu alam dan ilmu sosial. Ilmu alam bertujuan mempelajari

zat yang membentuk alam semesta sedangkan alam kemudian bercabang lagi

menjadi fisika (mempelajari massa dan energi), kimia (mempelajari substansi zat),

astronomi (mempelajari benda-benda langit) dan ilmu bumi (the earth science

yang mempelajari bumi). ilmu sosial yakni antropologi (mempelajari manusia

dalam perspektif waktu dan tempat), psikologi (mempelajari proses mental dan

kelakuan manusia), ekonomi (mempelajari manusia dalam memenuhi kebutuhan

kehidupannya lewat proses pertukaran), sosiologi (mempelajari sistem dan proses

dalam kehidupan manusia berpemerintahan dan bernegara).

Page 10: Resume filsafat ilmu

10

EPISTIMOLOGI: PENGETAHUAN, METODE ILMIAH, STRUKTUR

PENGETAHUAN ILMIAH

Pengetahuan adalahkhasana kekayaan mental yang secara langsung atau

tak langsung turut memperkaya kehidupan kita. Sulit dibayangkan apabila

kehidupan manusia tanpa pengetahuan sebab pengetahuan adalah sumber jawaban

bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan. Setiap jenis pengetahuan

mempunyai ciri cirri yang spesifik mengenai , ontology, epistimologi, dan

aksiologi. Ilmu mempelajari alam bagaimana adanya dan terbataspada lingkup

pengalaman kita. Randall dan Bucler mmendefinisikan akal sehat sebagai

pengetahuan yang diperoleh lewat pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat

sporadic atau kebetulan, berdasarkan akal sehat sangat masuk akal setelah

mengalami beberapa kali terbit dan terbenam matahari menyimpulkan bahwa

matahari mengelilingi bumi. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam

mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan

yang didapatkan lewat metode ilmiah. Metode, menurut Senn, merupakan

prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang memiliki langkah-langkah yang

sistematis. Metodologi ilmiah merupakan pengkajian dalam mempelajari

peraturan-peraturan dalam metode tersebut. Jadi metodologi ilmiah merupakan

pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Menurut

kajian epistemologi terdapat beberapa metode untuk memperoleh pengetahuan,

diantaranya adalah Metode Empirisme yaitu pengalaman yang bisa dibuktikan

tingkat kebenarannya melalui pengamalan indera manusia. Metode Rasionalisme

Untuk memperoleh pengetahuan adalah melalui akal pikiran. Bukan

berarti rasionalisme menegasikan nilai pengalaman, melainkan pengalaman

dijadikan sejenis perangsang bagi akal pikiran untuk memperoleh suatu

pengetahuan. Menurut Rene Descartes (Bapak Rasionalisme), bahwa kebenaran

suatu pengetahuan melalui metode deduktif melalui cahaya yang terang dari akal,

Metode Fenomenalisme Menurutnya ada empat macam pengetahuan :

Page 11: Resume filsafat ilmu

11

1. Pengetahuan analisis a priori yaitu pengetahuan yang dihasilkan oleh

analisa terhadap unsur-unsur pengetahuan yang tidak tergantung pada

adanya pengalaman, atau yang ada sebelum pengalaman.

2. Pengetahuan sintesis a priori, yaitu pengetahuan sebagai hasil penyelidikan

akal terhadap bentuk-bentuk pengalamannya sendiri yang mempersatukan

dan penggabungan dua hal yang biasanya terpisah.

3. Pengetahuan analitis a posteriori, yaitu pengetahuan yang terjadi sebagai

akibat pengalaman.

4. Pengetahuan sintesis a posteriori yaitu pengetahuan sebagai hasil keadaan

yang mempersatukan dua akibat dari pengalaman yang berbeda.

Sedangkan Metode Intuisionisme adalah suatu metode untuk memperoleh

pengetahuan melalui intuisi, Menurut Henry Bergson, penganut intusionisme,

intuisi adalah suatu sarana untuk mengetahui suatu pengetahuan secara langsung.

Metode intuisionisme adalah metode untuk memperoleh pengetahuan dalam

bentuk perbuatan yang pernah dialami oleh manusia, Metode Ilmiah memperoleh

pengetahuan dilakukan dengan cara menggabungkan pengalaman dan akal pikiran

sebagai pendekatan bersama dan dibentuk dengan ilmu. Berfikir dan pengetahuan

dilihat dari ciri prosesnya dapat dibagi ke dalam (1) Berfikir biasa dan sederhana

menghasilkan pengetahuan biasa (pengetahuan eksistensial); (2) Berfikir

sistematis faktual tentang objek tertentu menghasilkan pengetahuan ilmiah (ilmu);

(3) Berfikir radikal tentang hakekat sesuatu menghasilkan pengetahuan filosofis

(filsafat).

Page 12: Resume filsafat ilmu

12

EPISTIMOLOGI: INDUKTIVISME, PROBLEMA INDUKSI,

KETERGANTUNGAN OBSERVASI PADA TEORI

Arifin dalam Susanto (2011:27) mendefinisikan efistemologi sebagai

pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh,

apakah dari akal pikiran (aliran rasionalisme), dari pengalaman panca indera

(aliran empirisme), dari ide-ide (aliran idealism), atau dari Tuhan (aliran

teologisme), termasuk juga pemikiran tentang validitas pengetahuan manusia,

artinya sampai di mana kebenaran pengetahuan kita. Dengan menaklukkan alam,

Bacon sangat percaya umat manusia dapat sejahtera melalui ilmu

pengetahuannya. Berdasarkan pemikirannya tersebut, Bacon merumuskan dasar-

dasar berpikir induktif modern. Menurutnya, metode induksi yang tepat adalah

induksi yang bertitik pangkal pada pemeriksaan yang diteliti dan telaten mengenai

data-data partikular, yang pada tahap selanjutnya rasio dapat bergerak maju

menuju penafsiran terhadap alam (interpretatio natura).

Untuk mencari dan menemukan kebenaran dengan metode induksi, Bacon

mengemukakan ada dua cara yang harus dilakukan, yaitu: 1) Rasio yang

digunakan harus mengacu pada pengamatan inderawi yang partikular, kemudian

mengungkapnya secara umum. 2) Rasio yang berpangkal pada pengamatan

inderawi yang partikular digunakan untuk merumuskan ungkapan umum yang

terdekat dan masih dalam jangkauan pengamatan itu sendiri, kemudian secara

bertahap mengungkap yang lebih umum di luar pengamatan. Untuk menghindari

penggunaan metode induksi yang keliru, Bacon menyarankan agar menghindari

empat macam idola atau rintangan dalam berpikir, yaitu: (1)idola tribus adalah

kekeliruan dalam sifat manusia, yang menghalangi untuk mampu

mempertimbangkan secara objektif, misalnya manusia cenderung senang dengan

hal yang menimbulkan kenikmatan pengindraan. (2)idola specus adalah

kekeliruan seseorang yang berkenaan dengan watak, pendidikan, pembacaan dan

pengaruh-pengaruh khusus yang tertanam dalam diri seseorang. (3)idola fori

Page 13: Resume filsafat ilmu

13

adalah kekeliruan yang kurang mampu memberikan istilah-istilah yang jelas

pengertiannya. (4) idola theatri adalah sistem-sistem filsafat masa lampau yang

keliru dalam menggambarkan alam (Mudyahardjo,2010:109). Bacon yang

terkenal adalah “Knowledge is Power” (pengetahuan adalah kuasa). Dia sangat

berkeyakinan bahwa pengetahuan adalah sumber kemenangan dan kemakmuran

manusia di dunia ini. hakikat pengetahuan yang sebenarnya adalah pengetahuan

yang diterima orang melalui persentuhan indrawi dengan dunia fakta, yang

disebut pengalaman atau empiris. Kritik terhadap empirisme oleh Honer dan Hunt

(1968) dalam Suriasumantri (1994) terdiri atas tiga bagiaan yaitu Pengalaman

yang merupakan dasar utama induktivisme seringkali tidak berhubungan langsung

dengan kenyataan obyektif, Dalam mendapatkan fakta dan pengalaman pada alam

nyata, manusia sangat bergantung pada persepsi pancaindera, Dalam induktivisme

pada prinsipnya pengetahuan yang diperoleh bersifat tidak pasti. Induktivisme

bagian dari empirisme yang sangat menghargai pengamatan empiris. pengetahuan

ilmiah disimpulkan dari keterangan-keterangan observasi yang diperoleh melalui

induksi. Contohnya, sejak kecil kita memperhatikan bahwa matahari terbit di

timur. Masih juga demikian.Sampai hari ini, matahari masih juga terbit di timur.

Kenyataan seperti itu merupakan fakta khusus.Berdasarkan pengalaman

ini, maka kita menyimpulkan bahwa “setiap hari matahari terbit

ditimur”.Perhatikan cara pengambilan kesimpulan. Ini adalah penarikan

kesimpulan secara induktif. Dua hal yang ditekankan pada observasi melalui

penglihatan menurut induktivis, yaitu pengamat dapat menangkap langsung sifat

dari duia luar selama sifat itu terekam oleh otaknya dari tindakan melihat. Kedua,

dua pengamat normal memandang objek yang sama dari tempat yang sama akan

melihat hal yang sama pula. Jadi untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah dapat

digunakan secara bersama dan saling mengisi, dilaksanakan dalam suatu wujud

penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada hukum logika.

Page 14: Resume filsafat ilmu

14

EPISTIMOLOGI: PARADIGMA KHUN.

Thomas S. Kuhn dilahirkan di Cicinnati, Ohio pada tanggal 18 juli 1922.

Kuhn lahir dari pasangan Samuel L, Kuhn seorang Insinyur industri dan Minette

Stroock Kuhn, Dia kemudian diterima di Harvard sebagai asisten profesor pada

pengajaran umum dan sejarah ilmu atas usulan presiden Universitas James Conant

(Aprillin, 2010), lalu khun belajar di Universtitas Berkeley di California sebagai

pengajar di departemen filosofi dan sains. Dia menjadi profesor sejarah ilmu pada

1961. Dia menerbitkan bukunya yang terkenal The Structure Of Scientific

Revolution pada tahun 1962. Kuhn (1989) menggunakan paradigma dalam dua

pengertian. Di satu pihak paradigma berarti keseluruhan konstelasi kepercayaan,

nilai, teknik yang dimiliki bersama oleh anggota masyarakat ilmiah tertentu. Di

pihak lain paradigma menunjukan sejenis unsur dalam konstelasi itu dan

pemecahan teka-teki yang kongkrit yang jika digunakan sebagai model, pola, atau

contoh dapat menggantikan kaidah-kaidah yang eksplisit sebagai dasar bagi

pemecahan permasalahan dan teka-teki normal sains yang masih tersisa.

Paradigma membantu merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, persoalan

apa yang harus dijawab dan aturan apa yang harus diikuti dalam

menginterpretasikan jawaban yang diperoleh (Kuhn, 1989).

Yang melatarbelakangi pemikiran Kuhn tentang ilmu dan

perkembangannya merupakan respon terhadap adanya pandangan Positivisme dan

Popper. Kuhn menolak pandangan itu karena Kuhn memandang ilmu dari

perspektif sejarah, dimana sejarah ilmu merupakan titik awal pengembangan ilmu

karena rekaman akumulasi konsep untuk melihat bagaimana hubungan antara

pengetahuan dengan mitos dan takhayul yang berkembang. Pandangan Kuhn

tentang perkembangan ilmu dapat diringkas dalam suatu skema yang open-ended,

artinya sebuah akhir yang selalu terbuka untuk diperbaiki dan dikembangkan lebih

lanjut yaitu Pra paradigma pada tahap ini tidak adanya suatu pandangan tersendiri

yang diterima oleh semua ilmuan tentang suatu teori (fenomena) seperi ada yang

bilang cahaya berasal dari satu partikel yang keluar dari benda yang berwujud,

Page 15: Resume filsafat ilmu

15

ilmuan yang lain mengatakan cahaya adalah modifikasi dari medium yang

menghalang diantara benda denganmata, yang lain menerangkan bahwa cahaya

sebagai interaksi antara medium dan yang dikeluarkan oleh mata. Karena dari

masing-masing ilmuan tidak ada kesepakatan tentang konsep cahaya, paradigma

tentang cahaya tidak bisa disepakati oleh komunitas ilmiah, selama belum adanya

kesepakatan maka tidak akan terjadi normal sains (Kuhn, 1989).

Pra science pada tahap ini Aktivitas yang terpisah dan pembentukan suatu

ilmu akhirnya menjadi terarah pada suatu paradigma tunggal yang telah dianut

oleh suatu masyarakat ilmiah misalnya Contoh konsep yang disepakati pada

tahapan normal sains ini adalah pada abad ke-18 paradigma disajikan tentang

Optik karya Newton yang mengajarkan bahwa cahaya adalah partikel yang sangat

halus yang diterima oleh komunitas ilmiah pada zaman tersebut(Kuhn, 1989).

paradigma normal science dalam tahap ini ada tiga yaitu Menentukan fakta yang

penting, Menyesuaikan fakta dengan teori untuk menyesuaikan fakta dengan teori

ini lebih nyata ketergantungannya pada paradigma), Mengartikulasikan teori

paradigma dengan memecahkan beberapa ambiguitasnya yang masih tersisa dan

memungkinkan pemecahan , paradigma- anomaly apabila dalam pemecahan

masalah science normal dan problem, kelainan, kegagalan (anomali) yang tidak

mendasar, maka keadaan ini tidak mendatangkan krisis Sebaliknya jika sejumlah

anomali atau fenomena-fenomena yang tidak dapat dijawab oleh paradigma

muncul secara terus menerus dan secara mendasar menyerang paradigma, krisis

revolusi Apabila hal baru yang terungkap tidak dapat dijelaskan oleh paradigma

dan anomali antara teori dan fakta menimbulkan problem yang gawat, serta

anomali menyerang paradigma maka dalam kepercayaan terhadap paradigma

mulai goyah menjad keadaan krisis yang berujung pada perubahan paradigma

(revolusi) (Kuhn, 1989)

Page 16: Resume filsafat ilmu

16

SARANA BERFIKIR ILMIAH : BAHASA, MATEMATIKA DAN

STATISTIKA

Menurut Jujun S.Suriasumantri. Berpikir merupakan kegiatan akal untuk

memperoleh pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang

menggabungkan induksi dan deduksi. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir

ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana berpikir ilmiah yaitu bahasa,

matematika, dan statistika.. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam

berpikir deduktif. Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.

Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses

berpikir ilmiah. Definisi bahasa menurut Jujun Suparjan Suriasumantri menyebut

bahasa sebagai serangkaian bunyi dan lambang yang membentuk makna. Ernest

menyebut manusia sebagai Animal Symbolycum, yaitu makhluk yang

mempergunakan symbol. Bahasa Sebagai sarana komunikasi maka segala yang

berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti berfikir sistematis

dalam menggapai ilmu dan pengetahuan jadi tanpa mempunyai kemampuan

berbahasa, seseorang tidak dapat melakukan kegiatan berfikir sebagai secara

sistematis dan teratur. Selain itu sarana berfikir lainnya Matematika adalah bahasa

yang melambaikan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan.

Lambang matematika bersifat artificial yang baru mempunyai arti setelah sebuah

makna diberikan kepadanya.

Tanpa itu maka matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus

yang mati. Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.

Statistika dikaitkan dengan variabel dan memberikan cara untuk dapat menarik

kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari

populasi yang bersangkutan. Adapun hubungan statiska antara Sarana berfikir

Ilmiah Bahasa, Matematika dan Statistika, yaitu agar dapat melakukan kegiatan

berpikir ilmiah dengan baik, diperlukan sarana bahasa, matematika dan statistika.

Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang dipakai dalam kegiatan berpikir

ilmiah, dimana bahasa menjadi alat komunikasi untuk menyampaikan jalan

Page 17: Resume filsafat ilmu

17

pikiran kepada orang lain. Dan ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu

merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir induktif. Matematika

mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika

mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Penalaran induktif dimulai

dengan mengemukakan pernyataan yang memiliki ruang lingkup yang khas dan

terbatas untuk menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang

bersifat umum. Sedangkan deduktif, merupakan cara berpikir dimana dari

pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus, dengan

memakai pola berpikir silogismus.

Page 18: Resume filsafat ilmu

18

AKSIOLOGI : ILMU DAN MORAL, TANGGUNG JAWAB SOSIAL

ILMUWAN, REVOLUSI GENETIKA

Menurut Suriasumantri dalam bukunya, aksiologi adalah teori nilai yang

berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Suriasumantri, 1998

: 234). Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada Etika menilai

perbuatan manusia, dan nilai estetika tentang pengalaman keindahan yang dimiliki

oleh manusia terhadap lingkungan. The Liang Gie (1987) ilmu adalah rangkaian

aktivitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh

pemahaman secara rasional empiris mengenai dunia ini. Ilmu harus diusahakan

dengan aktivitas manusia dimana ada metode yang menghasilkan pengetahuan

yang baru dan sistematis. Ilmu yang didapat manusia ini juga harus diiringi

dengan moral sebagai perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam

berinteraksi dengan manusia. Apabila yang dilakukan seseorang sesuai dengan

nilai rasa dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya,

maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya.

Tanggung jawab ilmuwan di masyarakat adalah suatu kewajiban seorang

ilmuwan untuk mengetahui masalah sosial dan cara penyelesaian permasalahan

sosial tersebut. Seorang ilmuwan mempunyai tanggung jawab sosial, bukan saja

karena dia adalah warga masyarakat yang kepentingannya terlibat secara langsung

di masyarakat namun yang lebih penting adalah karena dia mempunyai fungsi

tertentu dalam kelangsungan hidup bermasyarakat.

Revolusi genetika adalah pengaruh dari pesatnya perkembangan ilmu dan

moral serta tanggung jawab seorang ilmuwan. Aksiologi memandang hal ini dari

permasalahan objek etika dan estetika atau baik buruknya seorang ilmuwan dalam

menyikapi Revolusi genetika.

Page 19: Resume filsafat ilmu

19

AKSIOLOGI : ILMU DAN KEBUDAYAAN, PERKEMBANGAN ILMU

DAN PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN NASIONAL.

Tujuan ilmu untuk mempermudah aktivitas manusia dalam memenuhi

kebutuhan dan mencapai tujuannya. Melalui hakikat ilmu dan nilai-nilai yang

dikandungnya memiliki pengaruh terhadap pengembangan kebudayaan nasional

yang kembali lagi pada tujuannya untuk mempermudah aktivitas manusia.

Kebudayaan pertama kali di definisikan oleh E.B.Taylor dimana kebudayaan

adalah keseluruhan yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,

hukum, adat serta kemampuan dan kebiasaan lain nya yang diperoleh manusia

sebagai anggota masyarakat. Aliport, Vermon, dan Lindzey dikutip Suriasumantri

(2007:263) mengidentifikasikan enam nilai dasar dalam kebudayaan yakni nilai

teori, ekonomi, estetika, sosial, politik, dan agama. Nilai teori adalah tentang

penemuan kebenaran lewat berbagai metode, seperti rasionalisme, empirisme, dan

metode ilmiah. Nilai ekonomi mencakup kegunaan benda dalam memenuhi

kebutuhan manusia. Nilai estetika berhubungan dengan keindahan dan segi-segi

artistik yang menyangkut antara lain bentuk, harmoni, wujud kesenian lainnya.

Nilai sosial berorientasi pada hubungan antarmanusia dan penekanan segi-segi

kemanusiaan yang luhur. Nilai politik berpusat pada kekuasaan sedangkan nilai

agama merengkuh penghayatan yang bersifat mistik dan transedental dalam usaha

manusia untuk mengerti dan memberi arti bagi kehadirannya di muka bumi.

Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah

peradaban manusia. Zaman Renaissance mengantarkan kelahiran pemikiran

modern dan diabad 18 munculnya ilmu seperti taksonomi, ekonomi, kalkulus dan

statistika. Zaman kontemporer ditandai dengan penemuan berbagai teknologi

canggih mulai dari penemuan komputer, berbagai satelit komunikasi, internet dan

sebagainya. pengembangan kebudayaan ini pada dasarnya adalah penafsiran

kembali dari nilai-nilai konvensional agar lebih sesuai dengan tuntutan zaman

Page 20: Resume filsafat ilmu

20

serta penumbuhan nilai-nilai baru yang fungsional. Maka dari hal ini ilmu dan

kebudayaan mempunyai peranan adalah :

1. ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung terselenggaranya

perkembangan kebudayaan nasional;

2. ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak suatu

bangsa.

3. Filsafat Ilmu (Suriasumantri, 2007:278-279) ada beberapa pemikiran

keilmuan bahwa ilmu bersifat mendukung pengembangan kebudayaan

nasional yaitu:

4. ilmu merupakan bagian kebudayaan,sehingga setiap langkah dalam

kegiatan peningkatan ilmu harus memperhatikan kebudayaan kita;

5. ilmu merupakan salah satu cara menemukan kebenaran;

6. asumsi dasar dari setiap kegiatan dalam menemukan kebenaran adalah

percaya dengan metode yang digunakan;

a. kegiatan keilmuan harus dikaitkan dengan moral;

b. pengembangan keilmuan harus seiring dengan pengembangan

filsafat;

c. kegiatan ilmah harus otonom dan bebas dari kekangan struktur

kekuasaan.

Keenam hal ini merupakan langkah-langkah untuk memberi kontrol bagi

masyarakat terhadap kegiatan ilmu dan teknologi.

Page 21: Resume filsafat ilmu

21

AKSIOLOGI : PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH

Penelitian adalah usaha seseorang yang dilakukan secara sistematis

mengikuti aturan-aturan metodologi misalnya observasi secara sistematis,

dikontrol, dan mendasarkan pada teori yang ada dan dipeerkuat dengan gejala

yang ada serta mempunyai tujuan untuk mencari jawaban dalam proses

Penemuan. Didalam penelitian mempunyai struktur penelitian yaitu Pengajuan

Masalah, Kerangka Teoritis, Metodelogi penelitian, dan Hasil penelitian. Langkah

pertama dalam suatu penelitian ilmiah adalah mengajukan masalah dan harus

mempunyai alasan yang disebut dengan latabelakang lalu ada permasalahan yang

kita kenali sebagai masalah yaitu identifikasi masalah mana yang akan dibahas

agar tidak terlalu luas dan jelas maka permasalahan nya perlu dibatasi yang

memungkinkan kita untuk merumuskan masalah dengan baik maka seorang

peneliti menyatakan tujuan penelitian nya dan kegunaan atau manfaat yang dapat

dipetik dari pemecahan masalah.

Setelah masalah berhasil dirumuskan dengan baik maka langkah kedua

dalam metode ilmiah adalah mengajukan hipotesis. Hipotesis merupakan dugaan

atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan. kita berhasil

merumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari pengetahuan ilmiah

yang relevan maka langkah berikutnya adalah menguji hipotesis secara empiris.

Artinya kita melakukan verifikasi apakah pernyataan yang dikandung oleh

hipotesis yang diajukan tersebut didukung atau tidak oleh kenyataan yang bersifat

faktual. Dalam membahas hasil penelitian tujuan nya adalah membandingkan

kesimpulan yang ditarik dari data yang telah dikumpulkan dengan hipotesis yang

diajukan. Secara sistematik maka data yang telah di kumpulkan diolah,

deskripsikan, bandingkan dan evaluasi yang semuanya diarahkan pada sebuah

penarikan kesimpulan apakah data tersebut data tersebut mendukung atau

menolak hipotesis yang diajukan. Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek

yaitu gaya penulisan dalam bentuk pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam

menyebutkan sumber dari pengetahuan ilmiah yang dipergunakan dalam

Page 22: Resume filsafat ilmu

22

penulisan. Salah satu teknik notasi ilmiah yang digunakan adalah catatan

kaki(footnote). Catatan kaki adalah keterangan tambahan yang terletak di bagian

bawah halaman dan dipisahkan dari teks karya ilmiah oleh sebuah garis sepanjang

dua puluh ketukan.

Contoh catatan kaki sebelum tanda baca :

Larrabe mendefinisikan ilmu sebagai pengetahuan yang dapat diandalkan1

sedangkan Ricther melihat ilmu sebagai sebuah metode2 dan Conant

mengidentifikasikan ilmu sebagai serangkaian konsep sebagai hasil dari

pengamatan dari percobaan3.

Contoh catatan kaki Jika pengarang yang jumlahnya sampai tiga orang

dituliskan lengkap sedangkan jumlah pengarang yang lebih dari tiga orang

hanya ditulis nama pengarang pertama ditambah kata et al. (et all : dan

lain-lain)

4William S. Shakian and Mabel L. Sahakian, Realms of Philosophy (Cambrige :

Schkenkman, 1965).

5 Sukarno et all., Dasar-DasarPendidikan Science (Jakarta : Bhrata,1973)

Semua kutipan tersebut, baik yang dikutip secara langsung maupun tidak

langsung, sumbernya kemudian kita sertakan dalam daftar pustaka. Ada

perbedaan penulisan catatan kaki dan daftar pustaka, didalam catatan kaki maka

nama pengarang ditulis lengkap tidak ada perubahan, sedangkan daftar pustaka

nama pengarang harus disusun berdasarkan abjad. Tujuan utama catatan kaki

adalah mengidentifikasi lokasi yang spesifik dari karya yang dikuti sedangkan

daftar pustakamengidentifikasi karya ilmia itu sendiri.

Page 23: Resume filsafat ilmu

23

FILSAFAT PENDIDIKAN DAN IDEALISME, REALISME,

MATERIALISME

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:260) istilah landasan

diartikan sebagai alas, dasar, atau tumpuan. Berdasarkan sifat wujudnya terdapat

dua jenis landasan, yaitu: landasan material, dan landasan konseptual. Contoh

landasan yang bersifat material antara lain berupa landasan pacu pesawat terbang

dan fundasi bangunan gedung. contoh landasan yang bersifat konseptual berupa

dasar Negara Indonesia yaitu Pancasila dan UUD RI Tahun 1945; landasan

pendidikan. Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi

peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi

itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Hubungan

filsafat dengan filsafat pendidikan dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Filsafat mempuyai objek lebih luas, sifatnya universal. Sedangkan filsafat

pendidikan objeknya terbatas dalam dunia filsafat pendidikan saja

2. Filsafat hendak memberikan pengetahuan/ pendiidkan atau pemahaman

yang lebih mendalam dan menunjukkan sebab-sebab, tetapi yang tak

begitu mendalam

3. Filsafat memberikan sintesis kepada filsafat pendidikan yang khusus,

mempersatukan dan mengkoordinasikannya

4. Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan filsafat pendidikan

tetapi sudut pandangannya berlainan

Idealism bersifat kejiwaan/spiritual/rohaniah/ideal. Manusia memperoleh

pengetahuan melalui berpikir, intuisi, atau mengingat kembali. Kebenaran

pengetahuan diuji melalui koherensi/konsistensi ide-idenya. Adapun hakikat nilai

diturunkan dari realitas absolute (Tuhan). Implikasinya: pendidikan hendaknya

bertujuan untuk mengembangkan bakat, kepribadian, dan kebajikan sosial para

siswa, agar mereka dapat melaksanakan kehidupan yang baik didalam

masyarakat/negara sesuainilai-nilaiyang diturunkan dariYang Absolut. Kurikulum

Page 24: Resume filsafat ilmu

24

Idealisme bersifat subject matter centered. Guru harus unggul dalam hal

intelektual maupun moral; bekerjasama dengan alam dalam proses pengembangan

manusia; dan bertanggung jawab menciptakan lingkungan pendidikan bagipara

siswa. Adapun siswa berperan bebas mengembangkan kepribadian dan bakat-

bakatnya, sedangkan Realisme bersifat fisik/material dan objektif; keberadaan dan

perkembangan realitas diatur dan diorganisasikan oleh hukum alam. Manusia

adalah bagian dan dihasilkan dari alam itu sendiri, manusia mampu berpikir tetapi

manusia tidak bebas. Pengetahuan diperoleh manusia melalui pengalaman.

Implikasinya: pendidikan bertujuan agar siswa mampu menyesuaikan diri

dengan lingkungannya, dan mampu melaksanakan tanggungjawab sosial.

Kurikulum pendidikan berpusat kepada isi mata pelajaran; adapun mata

pelajarannya terdiri atas sains/ IPA, matematika, ilmu kemanusiaan dan IPS, serta

nilai-nilai. Kurikulum tersebut harus memuat pengetahuan dan nilai-nilaiesensial

kebudayaan yang diberlakukan sama untuk semua siswa. Kurikulum direncanakan

dan ditentukan oleh guru. Kurikulum Realisme bersifat subject matter centered.

Metode mengajar yang utama adalah pembiasaan; para siswa hendaknya belajar

melalui pengalaman langsung ataupun pengalaman tidak langsung. Peranan guru

cenderung bersifat otoriter; guru harus menguasaipengetahuan dan keterampilan

teknik-teknik mengajar; Guru memiliki kewenangan dalam membentuk

prestasisiswa dan siswa berperan untuk menguasai pengetahuan, harus taat pada

aturan dan disiplin.

Materialisme memandang bahwa benda itu primer sedangkan ide ditempatkan di

sekundernya. Ciri-ciri filsafat materialisme

Segala yang ada (wujud) berasal dari satu sumber yaitu materi

Tidak meyakini adanya alam ghaib

Menjadikan panca-indera sebagai satu-satunya alat mencapai ilmu

Memposisikan ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakkan hukum

Menjadikan kecondongan dan tabiat manusia sebagai akhl

Page 25: Resume filsafat ilmu

25

ESSENSIALISME, PERENIALISME, REKONSTRUKSIONISME

Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak

esensialisme. Esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang menginginkan agar

manusia kembali kepada kebudayaan lama. Bagi penganut Esensialisme

pendidikan merupakan upaya untuk memelihara kebudayaan, “Edukation as

Cultural Conservation”. Mereka percaya bahwa pendidikan harus didasarkan

kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia.

Tujuan pendidikan mentransmisikan kebudayaan untuk menjamin solidaritas sosial dan kesejahteraan umum. Fungsi utama sekolah

adalah memelihara nilai-nilai yang telah turun-temurun, dan menjadi penuntun penyesuayan orang (individu) kepada masyarakat.

Kurikulum direncanakan dan diorganisasi oleh seorang dewasa atau guru sebagai wakil masyarakat, society centered.

Metode pendidikan agar sekolah-sekolah mempertahankan metode-metode tradisional yang berhubungan dengan disiplin mental. Metode problem solving memang ada manfaatnya, tetapi

bukan prosedur yang dapat diterapkan dalam seluruh kegiatan belajar.

Peran Guru sebagai mediator atau jembatan antara dunia masyarakat atau orang dewasa dengan dunia anak. Guru harus disiapkan sedemikian rupa agar secara teknis mampu melaksanakan

perannya sebagai pengarah proses belajar.

Peran Siswa Belajar berarti menerima dan mengenal dengan sungguh-

sungguh nilai-nilai sosial oleh angkatan baru yang timbul untuk ditambah dan dikurangi dan diteruskan kepada angktan berikutnya

Page 26: Resume filsafat ilmu

26

Perenialisme melihat bahwa akibat dari kehidupan zaman moderen telah

menimbulkan krisis di berbagai bidang kehidupan umat manusia. Mengatasi krisis

ini perenialisme memberikan jalan keluar berupa “kembali kepada kebudayaan

masa lampau”. pandangan aliran perenialisme terhadap pendidikan yaitu: Tugas

pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran yang

pasti, absolut, dan abadi yang terdapat dalam kebudayaan masa lampau yang

dipandang kebudayaan ideal, Sekolah merupakan lembaga tempat latihan elite

itelektual yang mengetahui kebenaran dan suatu waktu akan meneruskannya

kepada generasi pelajar yang baru, Kurikulum pendidikan bersifat subject

centered berpusat pada materi pelajaran, Metode pendidikan atau metode belajar

utama yang digunakan oleh perenialist adalah membaca dan diskusi, yaitu

membaca dan mendikusikan karya-karya besar yang tertuang dalam the great

books dalam rangka mendisiplinkan pikiran, Peran guru bukan sebagai perantara

antara dunia dengan jiwa anak, melainkan guru juga sebagai “mirid” yang

mengalami proses belajar serta mengajar. Guru mengembangkan potensi-potensi

self-discovery, dan ia melakukan moral authority (otoritas moral) atas murid-

muridnya karena ia seorang propesional yang qualifiet dan superior.

aliran rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang berusaha

merombak tata susunan lama dengan membangun tata susunan hidup kebudayaan

yang bercorak modern. Aliran rekonstruksionisme pada prinsipnya sepaham

dengan aliran parennialisme yaitu berawal dari krisis kebudayaan modern. aliran

ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia

yang diatur, diperintah oleh rakyat secara demokratis sehingga perubahan-

perubahan untuk mencapai tujuan yang lebih baik akan selalu diadakan dan

dijadikan realita, dan bukan dunia yang dikuasai oleh golongan-golongan tertentu,

sehingga dapat diwujudkan suatu dunia dengan potensi-potensi teknologi yang

mampu meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, dan

kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit,

keturunan, agama, dan masyarakat yang bersangkutan, akan tetapi perubahan

yang digunakan untuk kepentingan bersama.

Page 27: Resume filsafat ilmu

27

PRAGMATISME, EKSISTENSIALISME, PROGRESIVISME

Penganut pragmatisme yang lain mengatakan bahwa, suatu ide atau

tanggapan dianggap benar, jika ide atau tanggapan tersebut menghasilkan sesuatu,

yakni jalan yang dapat membawa manusia ke arah penyelesaian masalah secara

tepat (berhasil). Seseorang yang ingin membuat hari depan, ia harus membuat

kebenaran, karena masa depan bukanlah sesuatu yang sepenuhnya ditentukan oleh

masa lalu (Kattsoff, 1992:130).

Pragmatis selalu menolak jika filsafat mereka dikatakan berlandaskan

suatu pemikiran metafisik sebagaimana metafisika tradisional yang selalu

memandang bahwa dalam hidup ini terdapat sesuatu yang bersifat absolute dan

berada di luar jangkauan empiris maka Epistemology pragmatisme sepenuhnya

berbasis pendekatan empiris : apa yang bisa dirasakan itulah yang benar. Artinya,

akal, jiwa, dan materi adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan. pendidikan

pragmatisme mengarahkan agar subjek didik saat belajar di sekolah tak berbeda

ketika ia berada di luar sekolah. Model pembelajaran pragmatisme adalah anak

belajar di dalam kelas dengan cara berkelompok. Dengan berkelompok anak akan

merasa bersama-sama terlibat dalam masalah dan pemecahanya. Anak akan

terlatih bertanggung jawab terhadap beban dan kewajiban masing-masing.

Sementara, guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Model

pembelajaran ini berupaya membangkitkan hasrat anak untuk terus belajar, serta

anak dilatih berpikir secara logis. implikasi dari filsafat pendidikan pragmatisme

terhadap pelaksanaan pendidikan mencakup tiga hal pokok. Ketiga hal pokok

tersebut, yaitu:

1. Tujuan Pendidikan, adalah memberikan pengalaman

2. Kedudukan Siswa, suatu organisasi yang memiliki kemampuan yang luar

biasa dan kompleks untuk tumbuh.

3. Kurikulum, berisi pengalaman yang teruji yang dapat diubah.

4. Metode, metode yang digunakan metode aktif, yaitu learning by doing

(belajar sambil bekerja), serta metode pemecahan masalah (problem

Page 28: Resume filsafat ilmu

28

solving method), serta metode penyelidikan dan penemuan (inquiri and

discovery method).

5. Peran Guru. mengawasi dan membimbing pengalaman belajar siswa,

tanpa mengganggu minat dan kebutuhannya.

Eksistensialisme merupakan filsafat yang secara khusus mendeskripsikan

eksistensi dan pengalaman manusia dengan metedologi fenomenologi, atau cara

manusia berada. Eksistensialisme adalah suatu reaksi terhadap materialisme dan

idealisme Pendapat materialisme terhadap manusia adalah manusia adalah benda

dunia, manusia itu adalah materi , manusia adalah sesuatu yang ada tanpa menjadi

Subjek. Tujuan pendidikan menurut pandangan eksistensialisme adalah untuk

mendorong setiap individu agar mampu mengembangkan semua potensinya untuk

pemenuhan diri dengan memberikan bekal pengalaman yang luas dan

komprehensif dalam semua bentuk kehidupan.

Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan

penyelenggaraan pendidikan disekolah berpusat pada anak (child centered),

sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang berpusat pada guru (teacher-

centered) atau bahan pelajaran (subject-centered). Progresivisme bermaksud

menjadikan anak didik yang mempunyai kualitas dan terus maju (progress)

sebagai generasi yang akan menjawab tantangan zaman peradaban baru.

Progresivisme lahir sebagai pembaharuan dalam dunia (filsafat) pendidikan,

terutama sebagai lawan terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan konvensional yang

diwarisi dari abad kesembilan belas. Tokoh-tokoh progresivisme diantaranya

adalah John Dewey, Sigmund Freud, dan Jean Jacques Rousseau. Progresivisme

menghendaki sekolah memiliki kurikulum di mana bersifat fleksibilitas (tidak

kaku, tidak menolak perubahan, tidak terikat oleh doktrin tertentu), luas dan

terbuka. Metode pendidikan yang biasa pergunakan adalah metode pendidikan

aktif, metode memonitor kegiatan belajar, metode penelitian ilmiah, pemerintahan

pelajar, kerjasama sekolah dengan keluarga, sekolah sebagai laboratorium

pembaharuan. Guru dalam melakukan tugasnya mempunyai peranan sebagai

penasihat, pembimbing, dan pemandu.

Page 29: Resume filsafat ilmu

29

MATERIALISME

Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan

rohani, bukan spiritual, atau supranatural. Filsafat materialisme memandang

bahwa materi lebih dahulu ada sedangkan ide atau pikiran timbul setelah melihat

materi. Contoh: karena meja atau kursi secara objektif ada, maka orang berpikir

tentang meja dan kursi. Bisakah seseorang memikirkan meja atau kursi sebelum

benda yang berbentuk meja dan kursi belum atau tidak ada. Ciri-ciri filsafat

materialisme

1. Segala yang ada (wujud) berasal dari satu sumber yaitu materi

2. Tidak meyakini adanya alam ghaib

3. Menjadikan panca-indera sebagai satu-satunya alat mencapai ilmu

4. Memposisikan ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakkan hukum

5. Menjadikan kecondongan dan tabiat manusia sebagai akhlaq

Menurut Power (1982), implikasi aliran filsafat pendidikan materialisme, sebagai

berikut:

1. Temanya yaitu manusia yang baik dan efisien dihasilkan dengan proses

pendidikan terkontrol secara ilmiah dan seksama.

2.Tujuan pendidikan merupakan perubahan perilaku, mempersiapkan

manusia sesuai dengan kapasitasnya, untuk tanggung jawab hidup sosial

dan pribadi yang kompleks.

3. Isi kurikulum pendidikan yang mencakup pengetahuan yang dapat

dipercaya (handal), dan diorganisasi, selalu berhubungan dengan sasaran

perilaku.

4. Metode, semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi (SR

conditioning), operant condisioning, reinforcement, pelajaran berprogram

dan kompetisi.

5. Kedudukan siswa tidak ada kebebasan, perilaku ditentukan oleh

kekuatan dari luar, pelajaran sudah dirancang, siswa dipersiapkan untuk

hidup, mereka dituntut untuk belajar.

Page 30: Resume filsafat ilmu

30

adapun kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh aliran filsafat

materialisme dalam pendidikan adalah:

1. Kelebihannya:

Teori-teorinya jelas berdasarkan teori-teori pengetahuan yang sudah umum. Isi

pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya (handal), dan

diorganisasi,selalu berhubungan dengan sasaran perilaku. Semua pelajaran

dihasilkan dengan kondisionisasi, pelajaran berprogram dan kompetensi

2. Kelemahannya:

Dalam dunia pendidikan aliran materialisme hanya berpusat pada guru dan tidak

memberikan kebebasan kepada siswanya, baginya guru yang memiliki kekuasan

untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan. Guru dapat mengukur

kualitas dan karakter hasil belajar siswa. Sedangkan siswa tidak ada kebebasan,

perilaku ditentukan oleh

kekuatan dari luar, pelajaran sudah dirancang, siswa dipersiapkan untuk hidup,

mereka dituntut untuk belajar. Di kelas, anak didik hanya disodori setumpuk

pengetahuan material, baik dalam buku-buku teks maupun proses belajar

mengajar. Yang terjadi adalah proses pengayaan pengetahuan kognitif tanpa

upaya internalisasi nilai. Akibatnya, terjadi kesenjangan yang jauh antara apa

yang diajarkan dengan apa yang terjadi dalam kehidupan sehar-hari anak didik.

Pendidikan agama menjadi tumpul, tidak mampu mengubah sikap-perilaku

mereka.

Page 31: Resume filsafat ilmu

31

DAFTAR PUSTAKA

S. Suriasumantri, Jujun. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan, 2009.

Suriasumantri, Jujun S, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka

Sinar Harapan, 1998

Kneller, G.F. 1971. Contemporary Educational Theories. In Kneller, G.F.

(Edition) Foundation of Education. New York: NY: John Wiley and Sons.

Mudyahardjo, R. (2010). Filsafat Ilmu Pendidikan Suatu Pengantar. Bandung:

Rosdakarya