RESTORASI GIGI

14
1 BAB I PENDAHULUAN Teknologi produksi bahan tambalan saat ini berkembang cukup pesat dibandingkan 50 tahun yang lampau.Hal ini membuat para doktergigi mempunyai banyak pilihan untuk merestorasi gigi berlubang, rusak, patah b yang hilang sekalipun. Para periset terus mengembangkan bahan-bahan, sepe porselen, polimeragar makin mendekati penampakan gigiasli. Termasuk diantaranya dengan pemanfaatan teknologi nano. Bahan-bahan baru ini tidak menggantikan bahan-bahan restorasi yang sudah ada selama ini, seperti emas, alloy berbahan dasar logam dan amalga ini disebabkan oleh kekuatan dan keawetan bahan-bahan tambalan tersebut m diperlukan dalam kondisi tertentu, misalnya untuk menambal gigi belakang banyak menanggung beban kunyah. Kondisi mulut dan kesehatan umum pasien mempengaruhi jenis bahan tambalan yang dipilih, dari segi penampilan, keawetan dan harga. Selain i mana dan bagaimana bahan tambalan akan diletakkan, waktu dan fre kunjungan yang diperlukan untuk memepersiapkan serta menambalkan gigi jug harus dipertimbangkan dalam memilih jenis bahan tambalan.

Transcript of RESTORASI GIGI

BAB I PENDAHULUAN

Teknologi produksi bahan tambalan saat ini berkembang cukup pesat dibandingkan 50 tahun yang lampau. Hal ini membuat para dokter gigi mempunyai banyak pilihan untuk merestorasi gigi berlubang, rusak, patah bahkan yang hilang sekalipun. Para periset terus mengembangkan bahan-bahan, seperti porselen, polimer agar makin mendekati penampakan gigi asli. Termasuk diantaranya dengan pemanfaatan teknologi nano.

Bahan-bahan baru ini tidak menggantikan bahan-bahan restorasi yang sudah ada selama ini, seperti emas, alloy berbahan dasar logam dan amalgam. Hal ini disebabkan oleh kekuatan dan keawetan bahan-bahan tambalan tersebut masih diperlukan dalam kondisi tertentu, misalnya untuk menambal gigi belakang yang banyak menanggung beban kunyah.

Kondisi mulut dan kesehatan umum pasien mempengaruhi jenis bahan tambalan yang dipilih, dari segi penampilan, keawetan dan harga. Selain itu di mana dan bagaimana bahan tambalan akan diletakkan, waktu dan frekuensi kunjungan yang diperlukan untuk memepersiapkan serta menambalkan gigi juga harus dipertimbangkan dalam memilih jenis bahan tambalan.

1

BAB II PERMASALAHAN

Sebelum

melakukan

perawatan

kenalilah

dulu

penyakit

serta

bedakanlah dengan penyakit-penyakit gigi yang lain. Gigi dapat diperiksa dengan mempergunakan kaca mulut, sonde atau alat-alat lain. Sebaiknya tanyakan kepada pasien bagaimana rasa sakitnya, kapan mulainya dan lain sebagainya. Bila dokter gigi masih ragu-ragu akan penyakit tersebut maka dapat dibuat roentgen foto dari daerah gigi yang sakit. Pada Roentgen foto ini dapat terlihat kelainan-kelainan yang mungkin terdapat di dalam rahang. Lapisan-lapisan keras dari gigi dan tulang di dalam roentgen foto kelihatan putih sedang jaringan-jaringan yang lunak berwarna kehitaman. Walaupun untuk memastikan suatu disgnosis roentgen foto ini bukanlah merupakan alat satu-satunya. Bila dokter gigi telah menetapkan suatu diagnosis yang konkrit, maka dapat dibuat suatu rencana perawatan.Pada tahap pertama haruslah perasaan sakit si pasien dibereskan atau ditiadakan karena perasaan sakit inilah yang membawa ia ke dokter gigi. Tahap selanjutnya adalah untuk mempertahnkan gigi tersebut di dalam mulut serta agar dapat berfungsi lagi dengan baik dalam proses pengunyahan. Memang terkadang ada pasien yang datang ke klinik praktek-praktek partikulir yang telah mendiagnosis serta menentukan sendiri perawatannya, biasanya pasien akan mengatakan : "Dokter, gigi ini sakit, cabut sajalah". Tapi tentunya dokter gigi tidak akan langsung menganbil jarum dan tang serta melaksanakan permintaan si pasien. Ia tentunya akan mendiagnosis keadaan itu terlebih dahulu dan memberikan nasihat apa yang sebaiknya dilakukan terhadap gigi tersebut. Bahkan ia juga akan memeriksakan gigi-gigi yang lain yang masih berlubang kecil, karang-karang gigi yang ada, serta bagaimana menjaga kesehatan mulut secara keseluruhan.

2

Walaupun begitu, banyak juga pasien yang setelah diberi nasihat tidak melaksanakan apa yang dokter gigi katakan, oleh karena faktor-faktor : - Waktu - Uang - Perasaan takut atau - Ketidaksabaran Pasien semacam ini biasanya hanya ingin perasaan sakitnya saja dihilangkan, keadaan gigi atau penyakit-penyakit lain dalam mulut tidak menjadi persoalan. Harus diketahui bahwa gigi yang sakit atau berlubang tidak dapat disembuhkan dengan sendirinya, dengan pemberian bahan obat-obatan. Gigi tersebut harus dapat diobati dan dikembalikan ke fungsi pengunyahan semula dengan melakukan pemboran. Atau bagian gigi yang pecah hanya dapat dikembalikan bentuknya dengan cara penambalan. Jadi untuk menambal gigi, selain jaringan gigi yang sakit juga jaringan gigi sehat harus dibuang, karena biasanya bakteri-bakteri tersebut telah masuk ke bagian-bagian gigi yang diduga telah terkena infeksi, dibor / dibuang sehingga dapat meniadakan kemungkinan terjadinya infeksi ulang. Setelah itu baru diadakan penambalan, mengembalikan bentuk semula dari gigi tersebut sehingga di dalam pengunyahan dapat berfungsi kembali dengan baik. Di dalam penambalan ini, bentuk hasil pemboran (kavitas) yang dibuat harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar supaya tambalan yang dibuatkan tidak jatuh kembali atau mudah pecah. Bila karies gigi sudah sedemikian besar, sehingga tidak mungkin ditambal dengan tambalan plastis, maka dapat dibentuk kembali dengan tambalan non-plastis (inlay) dari logam emas atau acolite yang disemenkan pada gigi.

3

BAB III PEMBAHASAN

3.1 BAHAN RESTORASI GIGI PLASTIS Tujuan restorasi gigi tidak hanya membuang penyakit dan mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga mengembalikan fungsinya. Bahan-bahan restorasi gigi yang ideal pada saat ini masih belum ada meskipun berkembang pesat. Untuk dapat diterima secara klinis, kita harus mengetahui sifat-sifat bahan yang akan kita pakai sehingga jika bahan-bahan baru keluar di pasaran, kita dapat segera mengenali kebaikan dan keburukan dibanding dengan bahan yang lama. Dua sifat yang sangat penting yang harus dimiliki oleh bahan restorasi adalah harus mudah digunakan dan tahan lama. Sedangkan sifat-sifat yang lainnya adalah: Kekuatan tensilnya cukup. Tidak larut dan tidak mengalami korosi dalam mulut. Sifat eksotermisnya rendah dan perubahan volume selama

pengerasannya dapat diabaikan. Tidak toksik dan tidak iritasi terhadapjaringan pulpa serta gingiva. Mudah dipotong dan dipoles. Derajat keausannya sama dengan email. Mampu melindungi jaringan gigi sekitar dari serangan karies sekunder. Koefisien muai termiknya sama dengan email dan dentin. Difusi termiknya sama dengan pada email dan dentin. Penyerapan airnya rendah. Adhesif terhadap jaringan gigi. Radio opak. Warna translusensinya sama dengan email. Tahan lama dalam penyimpanan. Murah.

4

Beberapa bahan restorasi plastik yang selama ini banyak digunakan di kedokteran gigi antara lain amalgam, silikat, komposite, dan semen glass ionomer. Bahan-bahan tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.

3.2 RESTORASI GIGI Berikut ini paparan mengenai keunggulan dan keburukan berbagai jenis bahan yang umumnya digunakan untuk menambal lubang gigi. Keputusan mengenai bahan mana yang dipilih sebaiknya didiskusikan dulu dengan dokter gigi. Ada 2 macam restorasi gigi, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung artinya bahan tambalan diletakkan segera ke lubang gigi yang sudah dibersihkan dalam satu kunjungan. Termasuk di dalamnya adalah amalgam, ionomer kaca, resin ionomer, dan resin komposit. Secara tidak langsung artinya diperlukan dua atau lebih kunjungan. Pada kunjungan pertama, dokter gigi akan mempersiapkan gigi yang akan direstorasi dan membuat cetakan gigi yang akan direstorasi. Pada kunjungan berikutnya, restorasi yang sudah jadi akan direkatkan pada lubang yang sudah disiapkan.

3.2.1 RESTORASI GIGI SECARA LANGSUNG A. TAMBALAN AMALGAM Sampai saat ini amalgam merupakan bahan tambalan yang paling banyak dikembangkan dan diuji dibandingkan bahan tambalan lain. Bahan ini amat, mudah digunakan, tidak mudah pecah dan relatif murah. Karena itulah amalgam hingga saat ini masih digunakan.

Amalgam merupakan campuran beberapa logam, yaitu air raksa, perak, seng, tembaga dan beberapa logam lainnya. Banyak orang mencurigai amalgam sebagai bahan tambalan yang berbahaya karena kandungan air raksanya. Sesungguhnya, air raksa dalam amalgam terikat dalam ikatan yang stabil dengan logam lainnya sehingga aman untuk dipakai.

5

Hal ini diperkuat oleh pengakuan Perstauan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, bahwa amalgam adalah bahan tambalan yang aman dan baik. Di tingkat duniapun, bahan ini direkomendasikan oleh WHO. Di Amerika, Food and Drug Administration (FDA) juga merekomendasikannya.

Amalgam sangat bermanfaat untuk merestorasi gigi geraham karena kemampuannya menahan beban kunyah yang besar. Amalgam mudah ditambalkan ke lubang yang sulit dikeringkan, seperti lubang di bawah tepi gusi. Selain itu, jarang muncul reaksi alergi terhadap bahan amalgam.

Segi buruk amalgam adalah warnanya yang keperakan sehingga secara estetik tidak menarik, apalagi kalau digunakan di gigi depan. Kadangkala juga muncul sedikit rasa sensitif terhadap panas atau dingin setelah gigi ditambal amalgam. Selain 2 keburukan di atas, untuk menambalkan amalgam, dokter gigi harus mengambil struktur gigi lebih banyak dibandingkan untuk bahan tambalan lainnya. B. TAMBALAN KOMPOSIT Tambalan komposit merupakan campuran bahan kuarsa dengan resin yang menghasilkan tambalan yang berwarna seperti gigi, bahkan dapat meniru warna transparan email. Ada salah kaprah yang berkembang di masyarakat, bahwa tambalan komposit adalah tambalan LASER. Yang benar adalah sinar halogen yang berwarna biru digunakan untuk membantu proses pengerasan komposit. Tambalan komposit yang kecil ataud sedang dapat bertahan terhadap tekanan kunyah. Perlekatan tambalan komposit pada dinding lubang gigi sangat baik. Selain itu tidak banyak struktur gigi yang harus diambil untuk menambalkan komposit pada lubang gigi. Generasi resin komposit yang kini beredar mulai dikenal di akhir tahun enam puluhan. Sejak itu, bahan tersebut merupakan bahan restorasi anterior yang banyak dipakai karena pemakaiannya gampang, warnanya baik, dan mempunyai sifat fisik yang lebih baik dibandingkan dengan bahan tumpatan lain. Sejak akhir tahun enam puluhan tersebut, perubahan komposisi dan pengembangan formulasi 6

kimianya relatif sedikit. Bahan yang terlebih dulu diciptakan adalah bahan yang sifatnya autopolimerisasi (swapolimer), sedangkan bahan yang lebih baru adalah bahan yang polimerisasinya dibantu dengan sinar. Resin komposit mempunyai derajat translusensi yang tinggi. Warnanya tergantung pada macam serta ukuran pasi dan pewarna yang dipilih oleh pabrik pembuatnya, mengingat resin itu sendiri sebenarnya transparan. Dalam jangka panjang, warna restorasi resin komposit dapat bertahan cukup baik. Biokompabilitas resin komposit kurang baik jika dibandingkan dengan bahan restorasi semen glass ionomer, karena resin komposit merupakan bahan yang iritan terhadap pulpa jika pulpa tidak dilindungi oleh bahan pelapik. Agar pulpa terhindar dari kerusakan, dinding dentin harus dilapisi oleh semen pelapik yang sesuai, sedangkan teknik etsa untuk memperoleh bonding mekanis hanya dilakukan di email perifer. Tambalan komposit relatif berharga lebih mahal dibanding bahan amalgam, bergantung pada besar-kecilnya tambalan serta tingkat kesulitan dalam melakukan penambalan. Diperlukan waktu yang lebih lama untuk menambalkan komposit dibanding menambalkan amalgam. Untuk dapat menambalkan komposit, lubang harus bersih dan kering. Karena itu sulit untuk menambal lubang yang berada di bawah tepi gusi. Selain itu tambalan komposit akan berubah warna sejalan dengan waktu

C. TAMBALAN IONOMER KACA DAN IONOMER RESIN Sebelum ditemukan semen glass ionomer oleh Wilson dan Kent pada 1972, semen silikat merupakan bahan tumpatan plastis aterior yang paling banyak digunakan. Di samping itu, resin komposit juga telah berkembang dengan pesat sehingga menjadi tumpatan plastis anterior yang paling banyak dipakai. Walaupun demikian, pemakaian glass ionomer tetap meningkat, khususnya karena bahan ini beradhesi ke dentin dan email. Sejak pertama kali diperkenalkan, bahan ini dapat diperoleh dalam tipe yang mengeras lebih cepat, tidak mudah larut, lebih translusens, dan estetikanya dapat diterima.

7

Semen glass ionomer terbentuk karena reaksi antara bubuk kaca alumino-silikat yang khusus dibuat dengan asam poliakrilat. Setelah tercampur, pasta semen ini ditumpatkan ke kavitas pada saat bahan masih belum mengeras. Semen glass ionomer yang berisi logam perak dalam bubuknya telah dikembangkan serta dikenal dalam nama generiknya, yaitu cermet. Semen semacam ini mempunyai ketahanan terhadap abrasi dan keradiopakannya, sehingga dapat digunakan pada gigi posterior. Walaupun demikian,

penggunaannya hanya pada kavitas yang masih terlindung, karena semen ini tidak sekuat amalgam. Keunikan lain dari bahan semen glass ionomer adalah kemampuannya untuk berikatan dengan dentin dan email secara kimia sehingga menghasilkan penutupan yang baik. Bahan ini juga mempunyai sifat khas melepaskan fluor sehingga bersifat antikaries. Dengan demikian, bahan ini direkomendasikan untuk digunakan secara luas pada abrasi serviks, tanpa harus melakukan preparasi kavitas. Keadaan ini, misalnya, terjadi pada situasi tidak adanya email untuk retensi resin komposit, atau kalaupun ada hanya sedikit sekali. Semen glass ionomer dapat digunakan sebagai restorasi tunggal atau dapat dipakai sebagai basis dan di atasnya dilapisi oleh resin komposit (teknik sandwich). Menurut Mujiono, cit Mc. Lean et al (1985) dan Tyas et al (1989), semen glass ionomer juga dapat meningkatkan perlekatan resin komposit, yaitu sebagai perantara untuk menambah retensi tumpatan komposit. Dengan cara memberikan etsa asam pada semen glass ionomer, akan terjadi erosi dan permukaan semen menjadi kasar. Kekasaran permukaan ini dapat memberi retensi mekanis terhadap resin komposit. Di samping itu, semen glass ionomer juga dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan perlekatan amalgam dengan jaringan dentin gigi, terutama pada karies di bagian interproksimal. Di bagian ini pengangkatan jaringan keras sebagai retensi kurang memungkinkan, karena dapat menyebabkan melemahnya struktur gigi akibat jaringan sehat tinggal sedikit. Semen glass ionomer dapat ditumpatkan di kavitas yang dalam tanpa mengiritasi pulpa, sekalipun tanpa diberi pelapik. Namun, agar tidak timbul reaksi yang tidak diinginkan pada kavitas dengan dentin, sebaiknya tetap digunakan pelapik.

8

Biokompabilitas dari bahan ini sangat tinggi walaupun semennya bersifat sangat asam. Hal ini mungkin disebabkan oleh besarnya molekul polyanion sehingga asam tidak dapat memasuki tubulus. Namun, peradangan tetap timbul jika semen langsung diletakkan di atas pulpa yang terbuka. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari bahan tumpatan ini, harus dijaga kontaminasi antara bahan ini dengan saliva selama penumpatan dan sebelum semen mengeras sempurna. Kontaminasi dengan saliva akan sangat berbahaya karena semen akan mudah larut dan daya adhesinya akan menyusut. Untuk itu, kavitas harus dijaga agar tetap kering dengan mengusahakan isolasi yang efektif. Setelah selesai penumpatan, tumpatan sebaiknya ditutup dengan lapisan pernis yang kedap air selama beberapa jam setelah penumpatan dilakukan. Hal ini untuk mencegah desikasi karena hilangnya cairan atau semen melarut karena menyerap air. Karena adanya beberapa keunggulan dari bagian tersebut itulah maka semen glass ionomer saat ini secara luas digunakan oleh dokter gigi, terutama pada kavitas servikal yang sering terjadi pada manula dan orang yang menyikat gigi dengan cara yang kurang baik dan benar, serta pada karies yang pengambilan jaringan gigi yang sehat sebagai retensi kurang memungkinkan. Semen glass ionomer merupakan bahan tumpatan baru di bidang ilmu konservasi gigi yang dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir ini. Semen glass ionomer digunakan sebagai bahan restorasi tetap di kedokteran gigi sejak 1972, serta disempurnakan dari tahun ke tahun sehingga menjadi bahan restorasi yang memenuhi persyaratan baik estetik maupun kekuatan serta keawetan. Ionomer kaca merupakan bahan tambalan yang berwarna seperti gigi, terbuat dari campuran bubuk kaca dan asam akrilik. Bahan ini dapat digunakan untuk menambal lubang, khususnya pada permukaan gigi. Ionomer kaca melepaskan sejumlah kecil fluoride yang bermanfaat bagi pasien yang berisiko tinggi terhadap karies. Sedikit struktur gigi yang diambil untuk menyiapkan gigi yang akan ditambal ionomer kaca. Karena mudah pecah, bahan ini tidak dapat digunakan untuk menambal gigi belakang yang digunakan untuk mengunyah. 9

Ionomer resin terbuat dari bubuk kaca dan asam akrilik dan resin akrilik. Digunakan untuk menambal lubang yang sangat kecil pada bagian gigi yang tidak menanggung beban kunyah, karena mudah patah. Ionomer kaca dan ionomer resin berwarna seperti warna gigi tapi tidak dapat menyerupai warna email yang transparan. Kedua bahan ini jarang menimbulkan reaksi alergi.

3.2.2 BAHAN RESTORASI TIDAK LANGSUNG Dalam beberapa kasus, untuk mendapatkan hasil restorasi gigi yang terbaik, digunakan bahan logam tuang yang dikerjakan di laboratorium. Bahan restorasi seperti ini memerlukan 2 atau lebih kunjungan, bentuknya bisa berupa crown (mahkota tiruan), jembatan, inlay atau onlay. Crown meliputi seluruh permukaan gigi yang tampak di rongga mulut, sedangkan inlay bentuknya lebih kecil dan melekat mengikuti bentuk gigi. Onlay mirip dengan inlay, tapi lebih besar, meliputi sebagian atau seluruh permukaan kunyah gigi. Sedangkan yang di maksud dengan jembatan di sini adalah restorasi yang menggantikan satu atau lebih gigi yang sudah hilang, serta meliputi gigi-gigi di sebelahnya yang digunakan sebagai penyangga. Gambar di samping menjelaskan pengertian jembatan. Restorasi terdiri dari 3 unit, yaitu 2 unit crown di kedua ujung untuk meliputi gigi penyanggah dan unit yang ditengah menggantikan gigi yang sudah hilang.

Harga yang harus dibayar untuk restorasi jenis ini umumnya lebih mahal, disebabkan jumlah dan lama kunjungan yang diperlukan serta biaya tambahan untuk mengerjakan restorasi di laboratorium gigi.

Bahan yang digunakan untuk restorasi ini selain logam adalah porselen, logam berlapis porselen, alloy emas dan alloy logam lainnya.Berikut ini merupakan ulasan tetntang bahan-bahan tersebut :

10

A. PORSELEN Porselen digunakan sebagai inlay, onlay, crown atau veneer, Veneer adalah lapisan porselan sangat tipis yang ditempatkan pada gigi menggantikan email. Biasanya digunakan untuk memperbaiki penampilan gigi yang berwarna kurang baik. Bahan porselen sangat baik secara estetika karena warnanya yang sangat mirip dengan warna gigi. Pemasangan restorasi porselen beresiko pecah bila diletakkan dengan tekanan atau bila terbentur. Kekuatannya tergantung pada ketebalan porselen dan kemampuannya melekat pada gigi. Setelah melekat pada gigi, porselen sangat kuat, tapi akan mengikis gigi antagonisnya bila permukaannya kasar.

B. LOGAM BERLAPIS PORSELEN Dibandingkan dengan porselen, restorasi ini sangat kuat karena kombinasinya dengan kekuatan logam, karena itu sering digunakan untuk membuat crown atau jembatan.

Banyak struktur gigi yang harus diambil untuk memberi tempat bagi restorasi jenis ini. Kadang-kadang muncul rasa tidak nyaman bila terkena rangsang panas atau dingin di awal penggunaan dan beberapa orang menunjukkan reaksi alergi terhadap beberapa jenis logam yang digunakan dalam restorasi.

C. ALLOY EMAS Alloy emas terdiri dari emas, tembaga dan logam lain, terutama digunakan untuk crown, inlay, onlay dan jembatan. Alloy ini tahan karat. Kekuatannya yang besar sehingga sulit pecah maupun terkikis, memungkinkan dokter gigi untuk mengambil sesedikit mungkin struktur gigi yang akan direstorasi. Alloy ini tidak merusak gigi antagonis dan tidak pernah memunculkan reaksi alergi. Namun, warnanya tidak bagus karena tidak seperti warna gigi.

11

D. ALLOY LOGAM Alloy logam tampak seperti perak, digunakan sebagai crown, jembatan atau rangka gigi palsu. Bahan ini tahan karat, sangat kuat dan tidak mudah patah atau terkikis. Beberapa orang menunjukkan reaksi alergi terhadap bahan ini, dan merasa tidak nyaman terhadap panas dan dingin di awal penggunaan. Warnanya pun tidak baik seperti warna gigi

E. CROWN, INLAY ATAU ONLAY DARI KOMPOSIT Restorasi yang terbuat dari komposit ini dibuat di laboratorium gigi. Bahan yang digunakan sama dengan yang digunakan sebagai bahan tambalan. Keunggulannya dibanding porselen adalah tidak menyebabkan terkikisnya gigi lawan. Selain itu restorasi ini mudah pecah dan berubah warna.

12

BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN Penggunaan bahan untuk restorasi gigi sebaiknya menggunakan bahan restorasi yang tepat. Bahan tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan, misalnya tidak iritatif, bersifat adhesi, mengandung fluor sehingga dapat mencegah karies yang lebih lanjut, serta mempunyai sifat biokompabilitas yang baik. Karies yang disebabkan abrasi pada daerah servikal ataupun lesi kelas V, menurut klasifikasi G.V. Bkack, ditemukan pada manula, pada orang yang kurang baik dan benar cara menyikat giginya, serta pada kasus di mana preparasi jaringan sehat gigi kurang memungkinkan. Akibatnya, preparasinya diusahakan untuk tidak mengambil jaringan yang sehat sehingga penggunaan semen glass ionomer diunggulkan sebagai bahan restorasi pada kasus-kasus tersebut. Karena bahan restorasi ini mempunyai kemampuan untuk berikatan dengan dentin dan email secara kimia, maka tidak diperlukan pengambilan jaringan yang sehat dalam preparasi kavitasnya.

4.2 SARAN Banyak kegagalan terjadi karena teknik pengerjaan yang buruk. Oleh karena itu, operator (dokter gigi) harus dapat menghilangkan atau paling tidak memperkecil hal-hal yang dapat menyebabkan kegagalan. Operator disarankan untuk: 1. Memilih bahan restorasi yang tepat untuk suatu kasus, khususnya untuk restorasi gigi kelas V dan pada manula, sebagai basis dari tumpatan kelas II dari tumpatan amalgam dan teknik sandwich dari tumpatan komposite, semen glass ionomer direkomendasikan untuk restorasi tersebut. 2. Cara manipulasi bahan yang baik. 3. Teknik isolasi pada saat penumpatan dilakukan. 4. Preparasi yang cukup.

13

DAFTAR PUSTAKA Ali Nurdin, Penggunaan semen Glass Ionomer sebagai upaya meningkatkan perlekatan tumpatan amalgam dengan jaringan gigi, Majalah Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, vol 34 nomor 3a, Agustus, 2001. Cecilia G. J. Lunardi, Soeyatmi Iskandar, Sri Kunarti Prijambodo, Resin komposit untuk restorasi gigi posterior simposium sehari Mempertahankan Gigi Selama Mungkin, Surabaya: FKG, 1989. Moch. Mujiono, Kekuatan Geser Resin Komposit pada Semen Ionomeri Gelas yang dietsa, Majalah Kedokteran Gigi Universitas Airlangga vol. 29, no 3, Juli-September 1996. Narlan Sumawinata, Restorasi Gigi, edisi 2, Jakarta Kedokteran EGC, 1993. Raphael Tri Endra Untara, Perbedaan integritas marginal gingival antara restorasi semen ionomer kaca dan resin komposit teknik sanwich pada erosi - abrasi servikal: Laporan Penelitian, Yogyakarta, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada, 1998. Rasinta Tarigna, Kesehatan Gigi dan mulut, edisi revisi, cetakan IV, Jakarta, Kedokteran ECG, 1995. WWW.GOOGLE.COM : http://bp2.blogger.com WWW.GOOGLE.COM : http://www.ada.org

14