Respon Tubuh Terhadap Agen Menular

11
Respon Tubuh Terhadap Agen Menular Infeksi merupakan bagian dari kehidupan yang universal. Tumbuhan dan hewan dari segala ukuran dan bentuk pernah diduduki oleh berbagai ikroba hidup, tidak terkecuali manusia. Faktor Hospes Pada infeksi Syarat timbulnya infeksi adalah bahwa organisme yang menular harus mampu melekat, menduduki, atau memasuki hospes dan berkembang biak paling tidak sampat taraf tertentu. Karena itu tidaklah mengherankan, bila dalam perjalanan evolusi, spesies hewan termasuk manusia, sudah mengembangkan mekanisme pertahanan tertentu pada berbagai tempat yang berhubungan dengan lingkungan. Kulit Dan Mukosa Orofaring Batas utama antara lingkungan dan tubuh manusia adalah kulit. Kulit yang utuh memiliki lapisan kertain atau lapisan tanduk pada permukaan luar, dan epitetel terlapis gepeng sebagai barier mekanis yang baik sekali terhadap infeksi. Biasanya sulit sekali bagi jasad renik untuk menembus barier mekanis ini. Namun jika terjadi luka iris, abrasi atau maserasi (seperti pada lipatan tubuh yang selalu basah) dapat memungkinkan agen menular masuk. Selain sebagai barier sederhana, kulit juga mempunyai kemampuan tertentu untuk melakukan ekontaminasi terhadap dirina sendiri. Jadi organism yang melekat pada lapisan luar kulit (dengan anggapan bahwa organisme tidak mudah mati bila menjadi kering) akan dilepaskan pada waktu lapisan kulit mengelupas. Selain dekontaminasi fisik, juga terdapat dekontaminasi kimiawi yang terjadi

description

respon tubuh terhadap agen menular

Transcript of Respon Tubuh Terhadap Agen Menular

Page 1: Respon Tubuh Terhadap Agen Menular

Respon Tubuh Terhadap Agen Menular

Infeksi merupakan bagian dari kehidupan yang universal. Tumbuhan dan hewan dari segala ukuran dan bentuk pernah diduduki oleh berbagai ikroba hidup, tidak terkecuali manusia.

Faktor Hospes Pada infeksi

Syarat timbulnya infeksi adalah bahwa organisme yang menular harus mampu melekat, menduduki, atau memasuki hospes dan berkembang biak paling tidak sampat taraf tertentu. Karena itu tidaklah mengherankan, bila dalam perjalanan evolusi, spesies hewan termasuk manusia, sudah mengembangkan mekanisme pertahanan tertentu pada berbagai tempat yang berhubungan dengan lingkungan.

Kulit Dan Mukosa Orofaring

Batas utama antara lingkungan dan tubuh manusia adalah kulit. Kulit yang utuh memiliki lapisan kertain atau lapisan tanduk pada permukaan luar, dan epitetel terlapis gepeng sebagai barier mekanis yang baik sekali terhadap infeksi. Biasanya sulit sekali bagi jasad renik untuk menembus barier mekanis ini. Namun jika terjadi luka iris, abrasi atau maserasi (seperti pada lipatan tubuh yang selalu basah) dapat memungkinkan agen menular masuk. Selain sebagai barier sederhana, kulit juga mempunyai kemampuan tertentu untuk melakukan ekontaminasi terhadap dirina sendiri. Jadi organism yang melekat pada lapisan luar kulit (dengan anggapan bahwa organisme tidak mudah mati bila menjadi kering) akan dilepaskan pada waktu lapisan kulit mengelupas. Selain dekontaminasi fisik, juga terdapat dekontaminasi kimiawi yang terjadi dengan cara berkeringat dan sekresi kelenjar sebsea yang membersihkan permukaan kulit. Akhirnya, kulit juga memiliki flora normal yang dapat berpengaruh terhadap dekontaminasi biologis.dengan menghalangi pembiakan organism-organisme lain yang melekat pada kulit.

Lapisan mulut dan sebagian besar faring serupa dengan kulit karena terdiri dari epitel berlapis yang erupakan bagian barier mekanis untuk mencegah invasi mikroba. Namun, barier mekanis ini memiliki kelemahan disepanjang gusi dan didaerah tomsil. Mukosa orofaring juga didekontaminasi oleh aliran saliva yang dengan mudah menghanyutkan partikel-partikel yang ada. Selain itu, terdapat zat-zat dalam saliva yang menghambat mikroorganisme tertentu. Akhirnya, mulut dan faring juga memiliki flora normal yang dapat bekerja untuk menghalangi pertumbuhan kuman yang potensial.

Page 2: Respon Tubuh Terhadap Agen Menular

Saluran Pencernaan

Mukosa lambung adalah tipe kelenjar dan bukan merupakan barier mekanisme yang baik. Sering terjadi luka-luka kecil atau erosi pada lapisan lambung, tetapi tidak mempunyai pada proses infeksi, sebab suasana lambung sendiri sangat tidak sesuai untuk banyak mikroorganisme. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh keasaman lambung. Selain itu, lambung cenderung memindahkan isinya ke usus halus dengan proses yang relative cepat. Gerakan peristaltik untuk mendorong isi usus berlangsung cepat sekali, sehingga populasi bakteri dalam luman dipertahankan tetap sedikit. Bila mutilitas usus terganggu, maka jumlah jasad renik dalam usus halus akan meningkat dengan tajam, dan kemudian dapat menginvasi mukosa. Ada beberapa hal lain yang membantu proses pendorongan jasad renik secara cepat m elewati usus halus. Sel-sel lapisan usus halus secara terus menerus mensekresi mucus yang banyak sekali, sehingga membentuk selimut yang kental pada permukaan usus, menangkap bakteri dan mendorongnya ke distal oleh gerakan peristaltic. Selain itu adanya antibody didalam secret usus halus akan menghambat perlekatan bakteri pada permukaan mukosa.

Saluran Pernafasan

Trakea merupakan gambar mikroskopik permukaan mukosa yang khas untuk bagian saluran-saluran permukaan pernapasanlapisan hidung, lapisan esofaring, trakea, dan bronkus. Epitel terdiri dari sel-sel tinggi, beberapa diantaranya mengeluarkan mucus, tetapi sebagian besar dilengkapi dengan silia pada permukaan lumennya. Silia-silia ini bergetar seperti cambuk dengan gerakan yang mengarah kea rah luar tubuh. Sel-sel yang mengeluarkan mucus tersebut menghasilkan selimut lengket yang bergerak di atas silia dan meluncur secara kontinu keatas. Jika terhirup, mikroba cenderung akan mengenai selimut mukosa tersebut, dan kemudian digerakkan keluar dengan cara dibatukkan atau ditelan. Antibody yang terdapat di sekresi akan meningkatkan kerja perlindungan ini. Jika beberapa agen terhindar dari pertahanan ini dan mencapai ruang-ruang udara dalam paru, maka akan selalu terdapat makrofag yang merupkan barisan pertahanan lain.

Sawar Pertahanan Lain

Perumukaan lain dala tubuh dilengkapi dengan mekanisme-mekanisme pertahanan yang serupa. Dalam saluran kemih, lapisan epitelnya adalah epitel berlapis banyak yang memiliki barier mekanis, tetapi salah satu pertahanan utama saluran kemih adalah kerja aliran kemih dalam menghalau mikroba keluar. Semua hal

Page 3: Respon Tubuh Terhadap Agen Menular

yang mengganggu kelancaran aliran emih yang normal, apakah itu penyumbatan ureter atau hanya kebiasaan buruk menaapat mempermudah terjadinya infeksi. han kencing d. konjumgtiva sebagian mata dilindungi secara mekanis dan yang lain oleh air mata. Mukosa vagina merupakan epitel yang kuat, berlapis banyak,dan sifat pertahanan mekanisnya diperkuat oleh adanya flora normal yang berjumlah banyak dan sekresi mukus.

Radang Sebagai Pertahanan

Jika agen yang menular berhasil menembus salah satu barier tubuh dan memasuki jaringan, maka barisan pertahanan berikutnya adalah reaksi peradangan akut. Reaksi peradangan adalah suatu keadaan saat aspek humoral (antibodi) dan aspek selular pertahanan tubuh bersatu. Efek opsonisasi antibody dan komponen-komponen komplemen misalnya, akan meningkatkan aktivitas fagosit antimikroba. Contoh lain, mekanisme kekebalan selular dapat meningkatkan kerja pertahanan yang dimiliki makrofag.

Jika reaksi peradangan akut tidak sanggup mengatasi kuman itu, infeksi tersebut dapat menyebar lebih luas keseluruh tubuh. Biasanya penyebaran terjadi secara pasif bila dipandang dari kerja mikroba, biasanya mikroorganisme tersebut dibawa oleh cairan tubuh.

Pembuluh Limf Pada Infeksi

Aliran limf dipercepat pada keadaan radang akut. Sayangnya, hal ini berarti bahwa agen-agen menular kadang-kadang juga ikut menyebar dengan cepat sepanjang pembuluh limf bersamaan dengan aliran limf tersebut. Kadang-kadang mengakibatkan terjadinya limfangitis, tetapi lebih sering agen-agen menular itu langsung terbawa ke kelenjar limf, disini agen tersebut dengan cepat difagositosis oleh makrofag. Pada keadaan ini, maka cairan limf yang mengalir tanpa melewati kelenjar limf mungkin dapat terbebas dari agen-agen menular tersebut.

Pertahanan Terakhir

Jika penyebarannya agen menular tidak terhenti pada kelenjar limfe atau jika agen tersebut langsung memasuki vena pada saat pertama kali, maka dapat terjadi infeksi pada aliran darah. Ledakan bakteri dalam aliran darah dapat terjadi, dan peristiwa yang dinamakan bakteremia ini biasanya ditangani secara cepat dan efektif oleh makrofag dari system monosit makrofag. Namun jika organism yang masuk itu berjumlah sangat besar dan jika organisme tersebut cukup resisten, maka system

Page 4: Respon Tubuh Terhadap Agen Menular

makrofag dapat ditaklukkan. Hal ini mengakibatkan organism tersebut dapat menetap dalam darah, dan menimbulkan gejala-gejala malese, kelemahan, dan tanda-tanda demam, menggigil dan sebagainya. Keadaan ini dinamakan septicemia atau sepsis atau sering juga disebut keracunan darah.

Faktor Mikroba Pada Infeksi

1. Daya transmisi 2. Daya invasi3. Kemampuan untuk menimbulkan penyakit

GANGGUAN PERTUMBUHAN ,PROLIFERASI

Agenesis dan Aplasia

Fenomena ini disebut agenesis, dan akibatnya organ tertentu tidak terbentuk, Dalam perjalanan perkembangan, organ embrional rudimenter dapat tidak terbantuk. misalnya beberapa individu dapat dilahirkan hanya dengan satu ginjal. Suatu keadaan lain yang berkaita dengan keadaan diatas adalah aplasia, yaitu gagal berkembangnya organ rudiment embrional yang sudah terbentuk.

Hipoplasia

Kadang-kadang, rudimen embrional terbentuk tetapi tidak pernah mencapai ukuran definitive atau ukuran dewasa, akibatnya organ tersebut menjadi kerdil. Fenomena ini disebut hipoplasia. Seperti agenesis dan aplasia, hipoplasia dapat juga mengenai semua bagian tubuh, dapat mengenai salah satu dari sepasang organ, atau bahkan dapat mengenai kedua organ yang berpasangan.

Atrofi

Organ yang dalam perkembangannya mencapai ukuran definitive dan kemudian secara sekunder menyusut disebut atrofi. Atrofi mempunyai banyak penyebab, dalam beberapa keadaan atrofi sebetulnya normal atau fisiologis, misalnya atrofi bagian tertentu dari embrio atau fetusselma perkembangannya. Beberapa bentuk atrofi tidak dapat dielakkan pada usia lanjut, seperti atrofi endokrin yang terjadi jika pengaruh hormonal terhadap jaringan seperti kelenjar mamae tehenti. Penyebab atrofi yang sering dijumpai adalah iskemia kronik. Penyebab aatrofi lain yang sering dijumpai terutama yang menyerang otot rangka adalah disuse atrofi.

Page 5: Respon Tubuh Terhadap Agen Menular

ORGAN DAN JARINGAN YANG LEBIH BESAR DARI NORMAL

Hipertrofi

Hipertrofi didefinisikan sebagai pembesaran jaringan atau organ karena pembesaran setia sel. Hiperterofi dapat terlihat pada berbagai jaringan, tapi khususnya terlihat mencolok pada berbagai jenis otot peningkatan beban pekerjaan pada otot merupakan rangsang yang sangat kuat bagi otot untuk mengalami hipertrofi penonjolan otot pada atlet angkat besi merupakan contoh hipertrofi otot yang nyata hal yang sama terjadi akibat respons adaptasi yang penting pada miokardium jika seseorang mempunyai katub jantung abnormal yang menyebabkan beban mekanik pada vetrikel kiri , atau jika ventrikel memompa dan melawan tekanan darah sintemik yang meninggi akibat hipertrofi miokardium di sertai penebalan dinding ventrikal. Fenomena yang serupa dapat terjadi pada otot polos yang di paksa bekerja melawan beban yang meningkat. Dengan demikian, dinding kandung kemih dapat menjadi hipertrofi jika terjadi obstruksi pada aliran keluar urine. Pada masing-masing keadaan ini, pembesaran sel yang hipertrofi sebenarnya di sertai penambahan unsure kontraktil jaringan, sehingga merupakan respon sifat adaptasi. Hipertrofi terjadi akibat rangsangan, sehingga cenderung mengalami regresi paling sedikit sampai taraf tertentu, hingga beban kerja yang abnormal hilang.

Hyperplasia

Hiperplasia adalah kenaikan jumlah sel yang nyata dalam jaringan yang mengakibatkan pembesaran jaringan yang mengakibatkan pembesaran jaringan atau organ tersebut. Hyperplasia hanya dapat terjadi pada jaringan yang mampu melakukan pembelahan sel. Dalam jaringan semacam ini hyperplasia dapat juga di sertai oleh hipertrofi sel. Hiper plasia terjadi pada berbagai jaringan dalam berbagai keadaan, beberapa di antaranya bersifat benar-benar fisiologis, misalnya, rangsangan hormon pada kehamilan dan laktasi menimbulkan proliferasi yang luas pada unsur-unsur epitel kelenjer mamae disertai pembesaran jaringan kelenjer mamae yanga di sebabkan oleh hiperplasi. Contoh hyperplasia nonfisiologis lainnya adalah kalus, yang merupakan penebalan kulit akibat rangsangan mekanik. Pemeriksaan mikroskopik pada kalus menunjukan kenaikan nyata jumlah sel epidermis dan jumlah lapisan sel di dalam epidermis dan jelas merupakan respons adaptasi .

Banyak contoh hyperplasia menggambarkan respon yang rasional dari tubuh tehadap beberapa permintaan yang ditanggungnya. Seperti pada hypertrofi, jika keadaan yang abnormal hilang maka sinyal agar sel berploferasi akan berhenti, dan

Page 6: Respon Tubuh Terhadap Agen Menular

terjadi regresi sehingga kembali ke kondisi yang lebih normal. Pada contoh diatas, kelenjar mamae yang membesar akan menyusut ke ukuran yang normal setelah berhenti menyusui, dan kalus sedikit demisedikit akan menghilang jika tidak ada lagi rangsang mekanis pada kulit tersebut. Sayangnya, rangsang yang menyebabkan hyperplasia prostat tidak diketahui dan jaringan yang berlebihan tersebut seringkal harus di operasi.

Metaplasia

Sifat diferensiasi sel pada jaringan tertentu dapat juga berubah pada keadaan abnormal. Diferensiasiadalah mengkhususkan keturunan sel-sel induk yang sedang membelah untuk melakukan tugas tertentu. Misalnya, sel-sel yang membelah yang terdapat pada lapisan terdalam epidermis sedikit demisedikit bermigrasi keatas. Sewaktu melakukan ini, se l memperoleh sifat protektif khusus dari sel-sel epidermis bagian luar dan menghasilkan zat protein yang dikenal sebagai kertin. Dengan cara yang serupa, dalam lapisan system pernapasan, sebagian sel epithelium yang membelah berkembang menjadi sel kolumnar tinggi dengan silia pada permukaan sel yang menghadap permukaan lumen.

Displasia

Dysplasia adalah kelainan diferensiasi sel-sel yang sedang berproliferasi sehingga ukuran, bentuk dan penampilan sel menjadi abnormal disertai gangguan pengaturan dalam sel. Pada dysplasia terdapat kehilangan pengawasan pada populasi sel yang terserang. Dysplasia ringan kemungkinan besar reversible jika rangsang iritasi dapat dihilangkan. Namun pada beberapa keadaan, rangsang yang mengakibatkan dysplasia itu tidak dapat ditemukan, dan perubahan menjadi lebih parahsecara progresif, yang akhirnya berkembang menjadi penyakit ganas. Pada serviks uteri , dysplasia sering terjadi dan perjalanan alamiah telah dipelajari dengan seksama. Dysplasia pada serviks uteri disebut neoplasia intraevitel serviks (CIN ) dysplasia dapat berjalan dari ringan ke sedang sampai derajat berat (CIN I ke CIN II atau CIN III ), dysplasia yang berat menyerupai kanker prainvasif. Penghancuran dari pusat dysplasia serviks dapat mencegah perkembangan kanker invasive.

Neoplasia

Neoplasma secara harfiah berarti pertumbuhan baru, adalah masa abnormal dari sel-sel yang mengalami proliferasi. Sel-sel neoplasma bersal dari sel-sel yang sebelumnya adalah sel-sel normal, namun selama mengalami perubahan neoplastik

Page 7: Respon Tubuh Terhadap Agen Menular

mereka memperoleh derajat otonomi tertentu yaitu sel neoplastik tumbuh dengan kecepatan yang tidak terkoordinasi dengan kebutuhan hospes dan fungs yang sangat tidak bergantung pada pengawasan homeostatis sebagian besar sel tubuh lainnya. pertumbuhan sel neoplastik biasanya progresif, yaitu tidak mencapai keseimbangan, tetapi lebih banyak mengakibatkan penambahan massa sel yang mempunyai sifat-sifat yang sama. Neoplasma tidak melakukan tujuan yang bersifat adaptasiyang menguntungkan hospes, tetapi lebih sering membahayakan. Akhirnya, oleh karena sifat otonom sel neoplastik, walaupun rangsangan yang menyebabkan neoplasma telah dihilangkan neoplasma terus tumbuh dengan progresif. Istilah tumor kurang lebih merupakan sinonim dari istilah neoplasma . semula istilah tumor diartikan secara sederhana sebagai pembengkakan atau gumpalan, dan kadang-kadang istilah tumor sejati dipakai untuk membedakan neoplasma dengan gumpalan lainnya. Neoplasma dapat dibedakan berdasarkan sifat-sifatnya, ada yang jinak, dan adapula yang ganas. Kanker adalah istilah umum yang dipakai untuk menunjukkan neoplasma ganas, dan ada ak banyak tumor atau neoplasma lain yang tidak bersifat kanker.

Sifat-sifat Neoplasma

1. Neoplasma jinakNeoplasma jinak (yang bukan kanker ) adalah peristiwa lokal semata. Sel-sel yang berproliferasi yang merupakan neoplasma cenderung sangat kohesif, sehingga waktu massa sel neoplastik itu tumbuh, terjadi perluasan massa secara sentrifugal dengan batas yang sangat nyata. Karena sel-sel yang saling berproliferasi tidak saling meninggalkan, tetapi neoplasma cenderung bergerak keluar dengan bebas sambil mendesak jaringan yang berdekatan.

2. Neoplasma ganas Banyak sifat neoplasma ganas yang sangat berlawanan dengan sifat-sifat neoplasma jinak. Neoplasma ganas umumnya tumbuh lebih cepat dan hamper selalu tumbuh secara progresif, jika tidak dibuang. Sel neoplasma ganas tidak memiliki sifat kohesif, akibatnya pola penyebaran neoplasma ganas seringkali sangat tidak teratur. Sel-sel neoplasma ganas yang berproliferasi mampu melepaskan diri dari tumor induk (tumor primer) dan memasuki sirkulasi suntuk menyebar ketempat lain.