Respon Imun Tubuh Terhadap Bakteri

11
“RESPON IMUN TUBUH TERHADAP BAKTERI” Respons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Respons imun ini dapat melibatkan berbagai macam sel dan protein, terutama sel makrofag, sel limfosit, komplemen, dan sitokin yang saling berinteraksi secara kompleks. Mekanisme pertahanan tubuh terdiri atas mekanisme pertahanan non spesifik dan mekanisme pertahanan spesifik. Ketika bakteri masuk ke dalam tubuh, maka sistem imun dalam tubuh akan otomatis menjalankan suatu mekanisme untuk mempertahankan tubuh dari serangan bakteri. Mekanisme pertahanan tubuh ada 2 yaitu, mekanisme non spesifik dan mekanisme spesifik. 1. Mekanisme Pertahanan Non Spesifik Mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga komponen nonadaptif atau innate, atau imunitas alamiah, artinya mekanisme pertahanan yang tidak ditujukan hanya untuk satu jenis antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen.Innate immunity terdiri dari barier fisik dan barier mikrobiologis (flora normal), komponen fase cair, dan konstituen seluler (Hirsch & Zee, 1999). Imunitas alamiah sudah ada sejak bayi lahir dan terdiri atas berbagai macam elemen non spesifik. Jadi bukan merupakan pertahanan khusus untuk antigen tertentu. Contoh mekanisme pertahanan non spesifik tubuh kita adalah kulit dengan kelenjarnya, lapisan mukosa dengan enzimnya, serta kelenjar lain dengan enzimnya seperti kelenjar air mata. Demikian pula sel fagosit (sel makrofag, monosit,

description

bakteri

Transcript of Respon Imun Tubuh Terhadap Bakteri

Page 1: Respon Imun Tubuh Terhadap Bakteri

“RESPON IMUN TUBUH TERHADAP BAKTERI”

Respons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks

terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Respons imun ini dapat melibatkan

berbagai macam sel dan protein, terutama sel makrofag, sel limfosit, komplemen, dan sitokin

yang saling berinteraksi secara kompleks. Mekanisme pertahanan tubuh terdiri atas

mekanisme pertahanan non spesifik dan mekanisme pertahanan spesifik.

Ketika bakteri masuk ke dalam tubuh, maka sistem imun dalam tubuh akan otomatis

menjalankan suatu mekanisme untuk mempertahankan tubuh dari serangan

bakteri. Mekanisme pertahanan tubuh ada 2 yaitu, mekanisme non spesifik dan mekanisme

spesifik.

1.    Mekanisme Pertahanan Non Spesifik

Mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga komponen nonadaptif atau innate,

atau imunitas alamiah, artinya mekanisme pertahanan yang tidak ditujukan hanya untuk satu

jenis antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen.Innate immunity terdiri dari barier fisik

dan barier mikrobiologis (flora normal), komponen fase cair, dan konstituen seluler (Hirsch

& Zee, 1999). Imunitas alamiah sudah ada sejak bayi lahir dan terdiri atas berbagai macam

elemen non spesifik. Jadi bukan merupakan pertahanan khusus untuk antigen tertentu.

Contoh mekanisme pertahanan non spesifik tubuh kita adalah kulit dengan kelenjarnya,

lapisan mukosa dengan enzimnya, serta kelenjar lain dengan enzimnya seperti kelenjar air

mata. Demikian pula sel fagosit (sel makrofag, monosit, polimorfonuklear) dan komplemen

merupakan komponen mekanisme pertahanan non spesifik.

Page 2: Respon Imun Tubuh Terhadap Bakteri

a.    Permukaan tubuh, mukosa dan kulit

Permukaan tubuh merupakan pertahanan pertama terhadap penetrasi mikroorganisme.

Bila penetrasi mikroorganisme terjadi juga, maka mikroorganisme yang masuk akan

berjumpa dengan pelbagai elemen lain dari sistem imunitas alamiah.

b.    Kelenjar dengan enzim dan silia yang ada pada mukosa dan kulit

Produk kelenjar menghambat penetrasi mikroorganisme, demikian pula silia pada

mukosa. Enzim seperti lisozim dapat pula merusak dinding sel mikroorganisme.

c.    Komplemen dan makrofag

Jalur alternatif komplemen dapat diaktivasi oleh berbagai macam bakteri secara langsung

sehingga eliminasi terjadi melalui proses lisis atau fagositosis oleh makrofag atau leukosit

yang distimulasi oleh opsonin dan zat kemotaktik, karena sel-sel ini mempunyai reseptor

untuk komponen komplemen (C3b) dan reseptor kemotaktik. Zat kemotaktik akan

memanggil sel monosit dan polimorfonuklear ke tempat mikroorganisme dan memfagositnya.

d.    Protein fase akut

Protein fase akut adalah protein plasma yang dibentuk tubuh akibat adanya kerusakan

jaringan. Hati merupakan tempat utama sintesis protein fase akut. C-reactive protein (CRP)

merupakan salah satu protein fase akut. Dinamakan CRP oleh karena pertama kali protein

khas ini dikenal karena sifatnya yang dapat mengikat protein C dari pneumokok. Interaksi

CRP ini juga akan mengaktivasi komplemen jalur alternatif yang akan melisis antigen.

e.    Sel ‘natural killer’ (NK) dan interferon

Sel NK adalah sel limfosit yang dapat membunuh sel yang dihuni virus atau sel tumor.

Interferon adalah zat yang diproduksi oleh sel leukosit dan sel yang terinfeksi virus, yang

bersifat dapat menghambat replikasi virus di dalam sel dan meningkatkan aktivasi sel NK.

Page 3: Respon Imun Tubuh Terhadap Bakteri

2.    Mekanisme Pertahanan Spesifik

Mekanisme pertahanan tubuh spesifik atau disebut juga komponen adaptif atau imunitas

didapat adalah mekanisme pertahanan yang ditujukan khusus terhadap satu jenis antigen,

karena itu tidak dapat berperan terhadap antigen jenis lain..

Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi mikroorganisme maka

imunitas spesifik akan terangsang. Mekanisme pertahanan spesifik adalah mekanisme

pertahanan yang diperankan oleh sel limfosit, dengan atau tanpa bantuan komponen sistem

imun lainnya seperti sel makrofag dan komplemen.

Imunitas spesifik hanya ditujukan terhadap antigen tertentu yaitu antigen yang

merupakan ligannya. Di samping itu, respons imun spesifik juga menimbulkan memori

imunologis yang akan cepat bereaksi bila host terpejan lagi dengan antigen yang sama di

kemudian hari. Akan terbentuk antibodi dan limfosit efektor yang spesifik terhadap antigen

yang merangsangnya, sehingga terjadi eliminasi antigen. Sel yang berperan dalam imunitas

didapat ini adalah sel yang mempresentasikan antigen (APC = antigen presenting cell =

makrofag) sel limfosit T dan sel limfosit B. Sel limfosit T dan limfosit B masing-masing

berperan pada imunitas selular dan imunitas humoral. Sel limfosit T akan meregulasi respons

imun dan melisis sel target yang dihuni antigen. Sel limfosit B akan berdiferensiasi menjadi

sel plasma dan memproduksi antibodi yang akan menetralkan atau meningkatkan fagositosis

antigen dan lisis antigen oleh komplemen, serta meningkatkan sitotoksisitas sel yang

mengandung antigen yang dinamakan proses antibody dependent cell mediated cytotoxicy

(ADCC). Limfosit berperan utama dalam respon imun diperantarai sel. Limfosit terbagi atas

2 jenis yaitu Limfosit B dan Limfosit T.

Page 4: Respon Imun Tubuh Terhadap Bakteri

Berikut adalah perbedaan antara Limfosit T dan Limfosit B :

Limfosit B Limfosit T

Dibuat di sumsum tulang yaitu sel

batang yang sifatnya pluripotensi

(pluripotent stem cells) dan

dimatangkan di sumsum tulang

(Bone Marrow)

Dibuat di sumsum tulang dari sel batang yang

pluripotensi(pluripotent stem cells) dan

dimatangkan di Timus

Berperan dalam imunitas humoral Berperan dalam imunitas selular

Menyerang antigen yang ada di

cairan antar sel Menyerang antigen yang berada di dalam sel

Terdapat 3 jenis sel Limfosit B

yaitu:

·       Limfosit B plasma, memproduksi

antibodi.

·       Limfosit B pembelah,

menghasilkan Limfosit B dalam

jumlah banyak dan cepat.

·       Limfosit B memori, menyimpan

mengingat antigen yang pernah

masuk ke dalam tubuh.

Terdapat 3 jenis Limfosit T yaitu:

·       Limfosit T pempantu (Helper T cells),

berfungsi mengantur sistem imun dan

mengontrol kualitas sistem imun.

·       Limfosit T pembunuh(Killer T cells) atau

Limfosit T Sitotoksik, menyerang sel tubuh

yang terinfeksi oleh patogen.

·       Limfosit T surpressor (Surpressor T cells),

berfungsi menurunkan dan menghentikan

respon imun jika infeksi berhasil diatasi.

Page 5: Respon Imun Tubuh Terhadap Bakteri

Aktivitas lain untuk eliminasi antigen

Bila antigen belum dapat dilenyapkan maka makrofag dirangsang untuk melepaskan

faktor fibrogenik dan terjadi pembentukan jaringan granuloma serta fibrosis, sehingga

penyebaran dapat dibatasi.

Sel Th aktif juga akan merangsang sel B untuk berproliferasi dan berdiferensiasi

menjadi sel plasma yang mensekresi antibodi. Sebagai hasil akhir aktivasi ini adalah

eliminasi antigen. Selain eliminasi antigen, pemejanan ini juga menimbulkan sel memori

yang kelak bila terpejan lagi dengan antigen serupa akan cepat berproliferasi dan

berdiferensiasi.

ü  Pejanan antigen pada sel B

Antigen akan berikatan dengan imunoglobulin permukaan sel B dan dengan bantuan

sel Th (bagi antigen TD) akan terjadi aktivasi enzim dalam sel B sedemikian rupa hingga

terjadilah transformasi blast, proliferasi, dan diferensiasi menjadi sel plasma yang mensekresi

antibodi dan membentuk sel B memori. Selain itu, antigen TI dapat secara langsung

mengaktivasi sel B tanpa bantuan sel Th.

Antibodi yang disekresi dapat menetralkan antigen sehingga infektivitasnya hilang,

atau berikatan dengan antigen sehingga lebih mudah difagosit oleh makrofag dalam proses

yang dinamakan opsonisasi. Kadang fagositosis dapat pula dibantu dengan melibatkan

komplemen yang akan berikatan dengan bagian Fc antibodi sehingga adhesi kompleks

antigen-antibodi pada sel makrofag lebih erat, dan terjadi endositosis serta penghancuran

antigen oleh makrofag. Adhesi kompleks antigen-antibodi komplemen dapat lebih erat karena

makrofag selain mempunyai reseptor Fc juga mempunyai reseptor C3B yang merupakan

hasil aktivasi komplemen.

Selain itu, ikatan antibodi dengan antigen juga mempermudah lisis oleh sel Tc yang

mempunyai reseptor Fc pada permukaannya. Peristiwa ini disebut antibody-dependent

cellular mediated cytotoxicity (ADCC). Lisis antigen dapat pula terjadi karena aktivasi

Page 6: Respon Imun Tubuh Terhadap Bakteri

komplemen. Komplemen berikatan dengan bagian Fc antibodi sehingga terjadi aktivasi

komplemen yang menyebabkan terjadinya lisis antigen.

Hasil akhir aktivasi sel B adalah eliminasi antigen dan pembentukan sel memori yang

kelak bila terpapar lagi dengan antigen serupa akan cepat berproliferasi dan berdiferensiasi.

Walaupun sel plasma yang terbentuk tidak berumur panjang, kadar antibodi spesifik yang

cukup tinggi mencapai kadar protektif dan berlangsung dalam waktu cukup lama dapat

diperoleh dengan vaksinasi tertentu atau infeksi alamiah. Hal ini disebabkan karena adanya

antigen yang tersimpan dalam sel dendrit dalam kelenjar limfe yang akan dipresentasikan

pada sel memori sewaktu-waktu di kemudian hari.

I.     Sel-Sel Imunitas Alami

A.       Sel-sel fagosit

Infeksi bakteri di dalam tubuh menyebabkan mobilisasi neutrofil yang cepat dari

tempat penyimpanannya ke area infeksi, sehingga terjadi akumulasi neutrofil. Pergerakan

neutrofil dipengaruhi oleh faktor kemotaktis. Proses akumulasi neutrofil diawali dengan

adherence neutrofil di sistem sirkulasi ke endotelium vaskuler (margination), extravasation ke

dalam ruang antarjaringan, dan kemotaksis sel menuju ke daerah luka. Mikroorganisme

penginfeksi dicerna oleh neutrofil melalui proses fagositosis.

Fagositosis bakteri oleh neutrofil terjadi dalam beberapa tahap. Pertama terjadi

pengenalan dan pengikatan awal. Proses ini dibantu oleh opsonin dan/atau imunoglobulin dan

komponen komplemen. Lalu pseudopodia terbentuk mengelilingi organisme dan fusi

membentuk vakuola fagositik yang berisi organisme. Setelah ditelan, granula lisosom fusi

dengan membran fagosom membentuk fagolisosom.

B.       Makrofag

Makrofag merupakan sel mononuklear yang dibentuk di sumsum tulang. Untuk

beberapa hari setelah dilepaskan dari sumsum tulang, ia dilepaskan ke aliran darah dalam

bentuk monosit sebelum menuju ke jaringan di mana ia akan menjadi makrofag yang

fungsional. Makrofag distimulasi oleh sitokin (misalnya interferon) atau produk mikrobial

Page 7: Respon Imun Tubuh Terhadap Bakteri

(misalnya lipopolisakarida) untuk mengaktivasi nitric oxide synthase yang mengkatalis

produksi nitro oksida (NO) dari L-arginin. NO sangat toksik bagi kebanyakan bakteri.

Makrofag mirip dengan neutrofil dalam hal enzim hidrolitik dan peptida kationik (defensins)

yang dihasilkan oleh lisosom.

Makrofag tidak ada sampai terjadi proses infeksi, setelah 8-12 jam. Kadangkala

neutrofil dapat mengeliminasi organisme sebelum makrofag datang dalam jumlah besar.

C.      Sel Natural Killer (NK)

Sel natural killer merupakan sel limfoid dengan karakteristik bukan sebagai limfosit T

ataupun limfosit B. Sel ini tidak memiliki reseptor sel T, CD4, CD8, atau CD2 dan tidak

memiliki imunoglobulin. Sel NK memiliki membran reseptor CD16, suatu reseptor IgG

afinitas rendah. Sel NK berfungsi membunuh sel tumor, sel yang terinfeksi virus, dan

beberapa bakteri.

II.     Inflamasi

Inflamasi adalah istilah untuk respon tubuh terhadap kelukaan. Secara patologis ada

empat tanda-tanda inflamasi: calor (panas), dolor (sakit), tumor (bengkak), dan rubor

(kemerahan). Proses ini memiliki 3 komponen: 1) meningkatnya sirkulasi ke area, 2)

meningkatnya permeabilitas kapiler, 3) kemotaksis neutrofil dan makrofag ke area (Hirsch &

Zee, 1999). 

III.     Respon Acquired Immunity

Respon ini digerakkan oleh adanya presentasi antigen terhadap sel T dan B oleh antigen-

presenting cell (APC). Antigen ditangkap oleh makrofag dari lingkungan eksternal, misalnya

bakteri yang difagosit dan didigesti di dalam vakuola fagositik, akan diproses di fagosom dan

bagian dari antigen yang tercerna akan dibawa ke permukaan.

IV.     Respon Antibodi

Respon acquired immunity dimulai dengan penelanan agen infeksi oleh APC. Terjadi

transportasi agen ke nodus limfatikus lokal. Pada nodus limfatikus, antigen diproses dan

Page 8: Respon Imun Tubuh Terhadap Bakteri

dipresentasikan ke limfosit. Respon imun kemudian terjadi secara lokal dan sistemik karena

antigen dapat dibawa ke aliran darah kemudian ke limpa.

Pengenalan awal antigen kepada host diikuti dengan pemrosesan yang tepat dan

stimulasi sel T sehingga menghasilkan pembentukkan klon-klon sel B spesifik terhadap

epitop yang berbeda pada antigen. Dibawah pengaruh sel T sitokin, sel B akan berdiferensiasi

menjadi sel plasma penghasil antibodi. Antibodi pertama yang diproduksi adalah isotipe IgM

dan akan terdapat dalam sirkulasi saat 7-10 hari setelah inisiasi respon imun. Lalu IgG akan

muncul tetapi tidak meningkat tinggi pada respon imun primer ini. Pertemuan berikutnya

dengan antigen, respon anamnestik sekunder akan terjadi. Isotipe yang predominan adalah

IgG.

Respon antibodi untuk pertahanan terhadap penyakit bakterial, tergantung mekanisme

patogenik yang terlibat, area proses infeksi, dan isotipe antibodi yang dikeluarkan. Jika

penyakitnya disebabkan oleh toksin ekstraseluler, misalnya tetanus, maka antibodi antitoksin

penting untuk menetralkan dan mengikat toksin sebelum toksin itu mengikat area seluler lain

dan menginisiasi gejala klinis.

IgG dan IgM berfungsi sebagai opsonin dan bekerja bersama sel fagosit untuk

meningkatkan proses menelan dan membunuh. IgG dan IgM juga mengaktivasi urutan

komplemen sehingga mengakibatkan lisisnya bakteri (jika Gram negatif).

V.     Imunitas Yang Dimediasi Sel (Cell-Mediated Immunity)

Respon ini terdiri dari dua mekanisme yang berbeda: aktivasi makrofag

(hipersensitifitas) dan sel T sitotoksik. Makrofag teraktivasi berguna untuk menghancurkan

agen infeksi intraseluler (misalnya Brucella, Salmonella, Mycobacterium, Rickettsia). Sel T

sitotoksik melisiskan sel host dimana agen infeksi berada (Hirsch & Zee, 1999).

DAFTAR PUSTAKABoden, E. 2005. Black’s Veterinary Dictionary. London: A & C BlackHirsch, D., & Zee, C. 1999. Veterinary Microbiology. Oxford: Blackwell ScienceKayser, F., Bienz, K. A., Eckert, J., & Zinkernagel, R. 2005. Medical Microbiology. New York: ThiemeRhoades, R., & Tanner, G. 2003. Medical Physiology 2nd. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins

Page 9: Respon Imun Tubuh Terhadap Bakteri