RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan...

30
RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT JANTAN DENGAN PAKAN DAN MANAJEMEN WAKTU PEMBERIAN PAKAN BERBEDA BIMA SAPUTRA DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan...

Page 1: RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan manajemen waktu pemberian pakan pagi dan sore hari yang diperkirakan berpengaruh

RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT

JANTAN DENGAN PAKAN DAN MANAJEMEN WAKTU

PEMBERIAN PAKAN BERBEDA

BIMA SAPUTRA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan manajemen waktu pemberian pakan pagi dan sore hari yang diperkirakan berpengaruh
Page 3: RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan manajemen waktu pemberian pakan pagi dan sore hari yang diperkirakan berpengaruh

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Fisiologis dan

Profil Darah Domba Garut Jantan dengan Pakan dan Manajemen Waktu

Pemberian Pakan Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi

manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Bima Saputra

NIM D14100093

Page 4: RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan manajemen waktu pemberian pakan pagi dan sore hari yang diperkirakan berpengaruh

ABSTRAK

BIMA SAPUTRA. Respon Fisiologis dan Profil Darah Domba Garut Jantan

dengan Pakan dan Manajemen Waktu Pemberian Pakan Berbeda. Dibimbing oleh

SRI RAHAYU dan DEWI APRI ASTUTI.

Pakan dan manajemen pemberian pakan dapat mempengaruhi perubahan

respon fisiologis dan profil darah domba menjadi tidak normal. Penelitian ini

bertujuan untuk mengevaluasi respon fisiologis dan profil darah domba garut

jantan yang diberi pakan limbah tauge dengan manajemen waktu pemberian yang

berbeda. Penelitian ini menggunakan 16 ekor domba garut jantan dengan 2 faktor

dan 4 ulangan. Faktor utama adalah pakan R1 (40% rumput + 60% konsentrat 1)

dan R2 (40% limbah tauge + 60% konsentrat 2) dan faktor kedua adalah

manajemen pemberian pakan pagi hari (P) dan sore hari (S). Parameter respon

fisiologis yang diamati antara lain respirasi, denyut jantung, dan suhu rektal.

Parameter profil darah yang diamati antara lain hemoglobin, hematokrit

(PCV/Packed Cell Volume), eritrosit, leukosit dan diferensial leukosit. Data

dianalisis ragam (ANOVA) dan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukan bahwa

denyut jantung pada domba yang diberi pakan mengandung limbah tauge

memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0.01) lebih rendah dibandingkan

dengan frekuensi denyut jantung domba yang diberi pakan mengandung rumput.

Manajemen waktu pemberian pakan yang berbeda tidak memberikan pengaruh

nyata (P>0.05) terhadap respon fisiologis domba (laju respirasi, denyut jantung

dan suhu rektal). Perbedaan pakan tidak memberikan pengaruh yang nyata

terhadap profil darah domba garut jantan, tetapi manajeman waktu pemberian

pakan pagi hari memberikan pengaruh yang nyata (P<0.05) terhadap jumlah

eritrosit serta sangat nyata (P<0.01) terhadap jumlah eosinofil lebih tinggi

dibandingkan dengan manajemen waktu pemberian pakan sore hari. Pemberian

pakan limbah tauge dengan manajemen waktu pemberian pakan yang berbeda

tidak mengganggu respon fisiologis dan profil darah domba.

Kata kunci : Domba garut, pakan, profil darah, respon fisiologis, waktu

pemberian.

ABSTRACT

BIMA SAPUTRA. Physiological Response and Blood Profile of Garut Rams with

Feed and Different Feeding Time Management. Supervised by SRI RAHAYU

and DEWI APRI ASTUTI.

Feed and feeding time management can influence change physiological

respon of sheep. This research aimed to evaluate phsyiological response and

blood profile of garut rams with mung bean sprout waste as subtitution of grass

and different feeding time management. This research used 16 garut rams (I0)

with 2 factors and 4 replicates. The first factor was different feed persentage

consist of R1 (consentrate 60% + grass 40%) and R2 (concentrate 40% + mung

bean sprout waste 40%). The second factor is different feeding consist of P

Page 5: RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan manajemen waktu pemberian pakan pagi dan sore hari yang diperkirakan berpengaruh

(morning feeding time) and S (afternoon feeding time). Pshyiological response

that were observed are respiration, heart rate, and rectal temperature. Blood

profile that were observed are haemoglobin, hematocrit (PCV/Packed Cell

Volume), eritrosit, leucocyte, and leukocyte differentiation. Data processed with

ANOVA and Duncan analysis. The result showed that mung bean sprout makes

significant effect (P<0.01) lower rate of heartbeat than sheep was given feed with

grass. The mung bean sprout waste was not affecting the blood hematology of

garut rams, but feeding time management in the morning (P<0.05) makes higher

value on red blood cell and (P<0.01) eosinophils than feeding time management

in afternoon. The feed treatment with different feeding time management were

not influence change physiological respon and blood profile of sheep.

Key words: Blood profile, feed, feeding, garut rams, physiological response.

Page 6: RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan manajemen waktu pemberian pakan pagi dan sore hari yang diperkirakan berpengaruh
Page 7: RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan manajemen waktu pemberian pakan pagi dan sore hari yang diperkirakan berpengaruh

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT

JANTAN DENGAN PAKAN DAN MANAJEMEN WAKTU

PEMBERIAN PAKAN BERBEDA

BIMA SAPUTRA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 8: RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan manajemen waktu pemberian pakan pagi dan sore hari yang diperkirakan berpengaruh
Page 9: RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan manajemen waktu pemberian pakan pagi dan sore hari yang diperkirakan berpengaruh

Judul Skripsi : Respon Fisiologis dan Profil Darah Domba Garut Jantan dengan

Pakan dan Manajemen Waktu Pemberian Pakan Berbeda

Nama : Bima Saputra

NIM : D14100093

Disetujui oleh

Ir Sri Rahayu, MSi

Pembimbing I

Prof Dr Ir Dewi Apri Astusi, MS

Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Muladno, MSA

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 10: RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan manajemen waktu pemberian pakan pagi dan sore hari yang diperkirakan berpengaruh

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

penulisan skripsi ini yang berjudul Respon Fisiologis dan Profil Darah Domba

Garut Jantan dengan Pakan dan Manajemen Waktu Pemberian Pakan Berbeda.

Skripsi ini berdasarkan hasil penelitian penulis yang dilaksanakan dari bulan juli

sampai bulan september 2013. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Ibu Ir Sri Rahayu, MSi dan Prof Dr Ir Dewi Apri Astuti, MS

selaku dosen pembimbing atas nasehat, perhatian, dan bimbingannya sejak

pembuatan proposal, penelitian sampai penulisan skripsi. Ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya juga penulis berikan kepada Mamah, Bapak, kakak Andri,

serta Adik Erika atas nasehat, doa, dukungan dan motivasi yang selalu diberikan

kepada penulis.

Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada teman-

teman tim penelitian Mbak Aslimah, Iwan, Sabrun, Cahya, Fira, Hengki dan

Vivin serta Haer, Amir dan Ucup atas kerjasama dan bantuannya dalam

menyelesaikan penelitian ini. Penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh

teman-teman IPTP47 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis

tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat karib Ilma, Bayu,

Rama yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis. Penulis

menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, September 2014

Bima Saputra

Page 11: RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan manajemen waktu pemberian pakan pagi dan sore hari yang diperkirakan berpengaruh

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Lokasi Penelitian 2

Alat 2

Bahan 2

Prosedur 3

Persiapan Penelitian dan Masa Pemeliharaan 3

Peubah 4

Pengamatan Respon Fisiologi 4

Pengambilan Darah 4

Perhitungan Kadar Hemoglobin dan Nilai Hematokrit 4

Perhitungan Jumlah Eritrosit dan Leukosit 5

Perhitungan Diferensial Leukosit 5

Rancangan Percobaan dan Analisis Data 5

Model 5

Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Keadaan Umum 6

Respon Fisiologis Domba Garut Jantan 7

Profil Darah Domba Garut Jantan 9

Eritrosit Hemoglobin dan Hematokrit 10

Diferensial Leukosit 10

SIMPULAN DAN SARAN 12

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 15

RIWAYAT HIDUP 18

Page 12: RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan manajemen waktu pemberian pakan pagi dan sore hari yang diperkirakan berpengaruh

DAFTAR TABEL

1 Kandungan zat makanan pakan dalam 100% bahan kering 3

2 Rataan suhu dan kelembaban panas di dalam kandang 7

3 Rataan respon fisiologis domba garut jantan 8

4 Rataan profil darah domba garut jantan 9

5 Rataan jumlah leukosit dan difererensial leukosit domba garut jantan 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil analisis ragam respirasi domba garut jantan 15

2 Hasil analisis ragam denyut jantung domba garut jantan 15

3 Hasil uji Duncan pakan terhadap denyut jantung domba garut jantan 15

4 Hasil analisis ragam suhu rektal domba garut jantan 15

5 Hasil uji Duncan interaksi 2 faktorial terhadap suhu rektal domba

garut jantan 15

6 Hasil analisis ragam hemoglobin 16

7 Hasil analisis ragam hematokrit 16

8 Hasil analisis jumlah eritrosit 16

9 Hasil uji Duncan manajemen terhadap jumlah eritrosit 16

10 Hasil analisis ragam jumlah leukosit 16

11 Hasil analisis ragam jumlah neutrofil 16

12 Hasil analisis ragam jumlah limfosit 17

13 Hasil analisis ragam jumlah monosit 17

14 Hasil analisis ragam jumlah eosinofil 17

15 Hasil uji Duncan manajemen terhadap jumlah eosinofil 17

16 Hasil analisis ragam jumlah basofil 17

17 Hasil analisis rasio antara netrofil dan basofil 17

Page 13: RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan manajemen waktu pemberian pakan pagi dan sore hari yang diperkirakan berpengaruh

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peternakan domba umumnya terletak di perkotaan (wilayah urban) karena

memiliki keunggulan dekat dengan pasar sehingga mempermudah proses

penjualan. Kelemahan di wilayah perkotaan yaitu lahan yang berfungsi sebagai

sumber hijauan pakan ternak telah beralih fungsi menjadi permukiman dan

industri yang menyebabkan ketersediaan hijauan pakan ternak terbatas. Salah

satu limbah pasar yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak adalah limbah

tauge. Menurut Rahayu et al. (2010), limbah tauge memiliki kandungan nutrisi

yang baik untuk ruminansia kecil yaitu kandungan serat kasarnya yang tinggi

(49.44%) dan protein kasar sebesar 13.63% yang hampir sama dengan konsentrat.

Limbah tauge merupakan pakan alternatif yang sangat berpotensi untuk

digunakan sebagai pengganti rumput lapang karna produksi tauge tidak

dipengaruhi oleh musim dan lahan yang sempit dengan ketersediaanya yang

relatif banyak. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya hasil survei Rahayu et al

(2010) yang menyatakan bahwa setiap harinya pasar tradisional di kota Bogor

dapat menghasilkan limbah tauge sebanyak 1.5 ton. Hasil penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Purnamasari (2013) yang menyatakan bahwa respon

fisiologis domba ekor tipis yang diberi pakan mengandung limbah tauge berada

dalam kisaran normal yaitu laju respirasi (26.32±2.21 kali menit-1

), denyut jantung

(78.88±5.55 kali menit-1

), dan suhu rektal (38.39±0.17 oC).

Suhu dan kelembaban lingkungan yang tinggi dapat menyebabkan ternak

domba mengalami cekaman stres yang dapat mengganggu respon fisiologis dan

profil darah ternak. Domba merupakan hewan homeoterm yang memiliki

kemampuan mempertahankan dan mengeluarkan panas agar kondisi tubuh tetap

berada dalam kondisi normal sehingga dapat beradaptasi dengan lingkungan.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Oktameina (2011) menyatakan bahwa

respon fisiologis domba garut dengan perlakuan pencukuran menunjukan,

frekuensi laju respirasi domba pada pagi hari (26.12±3.21 kali menit-1

) lebih

rendah dibandingkan sore hari (45.09±8.22 kali menit-1

), frekuensi denyut jantung

domba garut pagi hari (73.92±4.51 kali menit-1

) lebih rendah dibandingkan

dengan sore hari (83.98±5.98 kali menit-1

) dan suhu rektal pada pagi hari

(38.22±0.38 oC) lebih rendah dibandingkan dengan sore hari (39.17±0.19

oC).

Pakan dengan kualitas nutrisi yang rendah dan manajemen waktu pemberian

pakan yang tidak tepat dapat mempengaruhi respon fisiologis ternak menjadi tidak

normal sehingga dapat menurunkan produktivitas domba. Domba yang

mengalami perubahan fisiologis memberikan perubahan gambaran darah (profil

darah). Seperti yang dijelaskan oleh Guyton dan Hall (1997) bahwa perubahan

gambaran darah dapat disebabkan faktor internal seperti pertambahan umur, status

gizi, kesehatan, stres, siklus estrus dan suhu tubuh. Faktor eksternal yang dapat

mempengaruhi antara lain akibat infeksi kuman, dan perubahan suhu lingkungan.

Peternakan domba saat ini kurang memperhatikan kesehatan ternaknya dan

lebih mementingkan produktivitas yang tinggi. Salah satu yang dapat dijadikan

indikator ternak sehat adalah respon fisiologis dan profil darah ternak normal.

Data mengenai respon fisiologis dan profil darah domba garut jantan yang diberi

Page 14: RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan manajemen waktu pemberian pakan pagi dan sore hari yang diperkirakan berpengaruh

2

pakan limbah tauge dengan manajemen waktu pemberian pakan sore hari belum

banyak yang mendukung.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian pakan

limbah tauge sebagai pengganti rumput lapang, dan pengaruh manajemen waktu

pemberian pakan pagi hari dan sore hari terhadap respon fisiologis dan profil

darah domba garut jantan.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup pemeliharaan domba garut jantan

dengan pemeliharaan selama 3 bulan dengan pemberian pakan limbah tauge

sebagai pakan pengganti rumput lapang untuk meningkatkan produktivitas dan

kesejahteraan ternak. Penelitian ini ditekankan untuk menguji limbah tauge

sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan manajemen waktu pemberian

pakan pagi dan sore hari yang diperkirakan berpengaruh terhadap respon

fisiologis dan profil darah domba garut jantan.

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli sampai September 2013.

Pemeliharaan domba dilakukan di Laboratorium Lapang Ruminansia Kecil,

analisis profil darah dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Pedaging, Fakultas

Peternakan dan Laboratorium Fisiologi Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan,

Institut Pertanian Bogor

Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang individu

dengan ukuran 90 x 90 x 100 cm, tempat pakan dan minum, timbangan digital

pakan 5 kg, termohygrometer analog, termometer suhu tubuh digital, stetoskop,

stopwatch, kamera digital, obat luka luar, obat cacing, obat mata, kapas, syiring

(spoite dan jarum suntik), tabung vacutainer dengan EDTA (Ethylene Diamine

Tetra Acid), coolingbox, icegel, mikroskop, gelas obyek, haemometer Sahli, pipa

kapiler, sentrifuge hematocrit reader, tabung penghisap turk dan hayem, counting

chamber, Hand counter, dan tisu.

Bahan

Bahan yang digunakan untuk analisis profil darah antara lain alkohol 70%,

HCl 0.1 N, aquadest, methanol, minyak emersi, pewarna giemsa, larutan turk dan

hayem. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 16 ekor domba garut

jantan dengan rataan bobot badan awal 15.9 ± 2.4 kg (koefisien keragaman

Page 15: RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan manajemen waktu pemberian pakan pagi dan sore hari yang diperkirakan berpengaruh

3

15.2%) dengan umur yang seragam yang diperoleh dari peternakan di sekitar

Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Rumput yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium

Lapang Ternak Ruminansia Kecil, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Limbah tauge didapatkan dari beberapa pedagang tauge yang tersebar di sekitar

Pasar Bogor dan Pasar Anyar, Kota Bogor. Bahan pakan konsentrat diperoleh

dari Koperasi Peternak Susu Bogor (KPS Bogor). Penyusunan komposisi pakan

penelitian ini berdasarkan isoprotein dan isoenergi, persentase bahan yang

digunakan berdasarkan hasil analisis uji proksimat bahan pakan. Pakan terdiri

atas ransum R1 (40% rumput lapang + 60% konsentrat 1) dan ransum R2 (40%

limbah tauge + 60% konsentrat 2). Rumput lapang dan limbah tauge diberikan

dalam bentuk segar secara bersamaan dengan pemberian konsentrat. Kandungan

zat makanan ransum dalam 100% bahan kering (BK) tercantum pada Tabel 2.

Tabel 1 Kandugan zat makanan ransum dalam 100% bahan kering

Bahan BK Abu PK SK LK Beta-N TDN*

R1

Rumput 40 3.03 3.82 9.44 0.33 23.37 27.36

Kons 1 60 8.57 9.81 16.36 0.85 24.17 37.26

100 11.60 13.63 25.80 1.18 47.54 64.62

R

R2

L T 40 1.12 5.50 12.06 0.17 21.15 28.09

Kons 2 60 8.74 8.50 15.58 1.04 26.14 37.77

100 9.86 14.00 27.64 1.21 47.29 65.86

Keterangan: Kons 1 = konsentrat 1; kons 2 = konsentrat 2; Hasil Analisis Proksimat

Laboratotium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (2013);*) Hasil perhitungan TDN

menurut Hartadi et al. (1997).

Prosedur

Persiapan Penelitian dan Masa Pemeliharaan

Persiapan penelitian meliputi persiapan sarana dan prasarana yang

mendukung pemeliharaan ternak seperti persiapan kandang, obat-obatan dan

pakan. Persiapan kandang meliputi pembersihan kandang dan melengkapi

peralatan yang digunakan dalam penelitian. Domba yang baru datang dicukur,

dimandikan, kemudian diberikan obat cacing, vitamin, dan antibiotik, selanjutnya

domba ditimbang dengan menggunakan timbangan gantung untuk mengetahui

bobot badan awal. Domba dikelompokan menjadi 4 katagori yang terdiri dari 4

ekor domba sesuai bobot badan awal yaitu bobot badan kecil (10-13 kg), sedang

(14-15 kg), agak besar (15-17 kg), dan besar (17-18 kg).

Masa adaptasi domba terhadap lingkungan dan pakan dilakukan selama

dua minggu. Pemeliharaan utama dilakukan selama dua bulan (8 minggu) dan

pengoleksian data dilakukan pada masa pemeliharaan utama. Pemberian pakan

dilakukan 1 kali dalam sehari sesuai perlakuan berdasarkan 4% bahan kering tiap

kg bobot badan dan air minum disediakan ad libitum. Pemberian pakan pada pagi

hari dilakukan pada pukul 06.00 WIB dan pemberian pakan sore hari dilakukan

pada pukul 18.00 WIB.

Page 16: RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan manajemen waktu pemberian pakan pagi dan sore hari yang diperkirakan berpengaruh

4

Peubah

Pengamatan Respon Fisiologi

Pengukuran respon fisiologis dilakukan pada pertengahan penelitian.

Pengamatan dilakukan sebelum pemberian pakan pada pukul 05.30-06.00 WIB

untuk perlakuan pagi dan 17.30-18.00 WIB untuk perlakuan sore, 2 jam setelah

pemberian pakan pada pukul 8.00-8.30 WIB untuk perlakuan pagi dan 20.00-

20.30 WIB untuk perlakuan sore, 4 jam setelah pakan pada pukul 10.00-10.30

WIB untuk perlakuan pagi dan 22.00-22.30 WIB untuk perlakuan sore diambil

secara duplo.

Peubah yang diamati meliputi : 1. Respirasi diukur dengan cara

menghitung jumlah hembusan nafas dari hidung dengan bantuan stopwatch

selama 15 detik kemudian hasilnya dikalikan 4, 2. Denyut jantung diukur dengan

menggunakan stetoskop yang ditempelkan pada dada sebelah kiri selama 15 detik

kemudian hasilnya dikalikan 4, 3. Suhu tubuh diukur dengan termometer digital

yang dimasukan ke dalam rectum. Sebelum dimasukan kedalam rektum, layar

termometer digital harus menunjukan L oC yang mengindikasikan termometer

siap digunakan. Termometer akan memberikan sinyal alarm yang menunjukan

suhu tubuh ternak telah terekam.

Penghitungan Kadar Hemoglobin dan Nilai Hematokrit

Pengambilan darah dilakukan pada sebelum ternak diberikan pakan.

Darah diambil dari vena jugularis domba, sebelumnya daerah jugularis tepatnya

1/3 bagian atas leher didesinfeksi dengan alkohol 70%, selanjutnya dilakukan

pembendungan vena jugularis dan pengambilan darah. Darah diambil sebanyak 3

ml dengan syring dan dimasukkan ke dalam tabung vacutainer yang berisi EDTA

sebagai antikogulan darah. Tabung tersebut dimasukkan kedalam cooling box

yang telah berisi ice gell untuk selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk

dilakukan analisis profil darah.

Larutan HCl 0.1 N dimasukkan dalam tabung sahli sampai tanda angka 10

pada garis batas bawah, kemudian sampel darah dihisap menggunakan pipet sahli

hingga mencapai tanda tera atas (0.02 ml). Sampel darah segera dimasukkan

kedalam tabung dan ditunggu selama 3 menit atau hingga berubah menjadi warna

cokelat kehitaman akibat reaksi antara HCl dengan hemoglobin membentuk asam

hematid. Setelah itu larutan ditambah dengan aquades, teteskan sedikit demi

sedikit sambil diaduk. Larutan aquades ditambah hingga warna larutan sama

dengan warna standar haemometer. Nilai hemoglobin dilihat di kolom gram %

yang tertera pada tabung hemoglobin (Sastradiprajadja dan Hartini 1989).

Dasar teorinya yaitu darah yang bercampur dengan antikoagulan

disentrifuge sehinga terbentuk lapisan - lapisan. Lapisan yang terdiri atas butir -

butir darah merah atau eritrosit diukur dan dinyatakan sebagai % volume dari

keseluruhan darah. Tujuannya yaitu untuk mengetahui volume total eritrosit

dalam 100 ml darah dengan metode mikrohematokrit. Penentuan hematokrit

dilakukan dengan cara pipet mikrohematokrit diisi dengan darah yang

mengandung antikoagulan sebanyak 4/5 bagian pipet dan ujung masuknya darah

ditutup dengan sumbat berupa lilin. Pipet kemudian dicentrifuse dengan

kecepatan 10 000 rpm selama 5 menit. Setelah terbentuk lapisan eritrosit, buffy

coat, dan plasma, nilai hematokrit dibaca dengan hematocrit reader.

Page 17: RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan manajemen waktu pemberian pakan pagi dan sore hari yang diperkirakan berpengaruh

5

Penghitungan Jumlah Eritrosit dan Leukosit

Sampel darah dihisap dengan menggunakan pipet eritrosit hingga tanda

tera 0.5 dengan aspirator, sedangkan untuk perhitungan leukosit digunakan pipet

leukosit hingga tanda tera 0.5 dengan aspirator. Ujung pipet dibersihkan dengan

menggunakan tisu lalu hisap larutan pewarna Hayem hingga tanda 101 untuk

perhitungan eritrosit sedangkan untuk leukosit digunakan larutan pewarna Turk

hingga tanda 11. Larutan dan darah dihomogenkan dengan memutar pipet

membentuk angka 8 selama 3 menit, setelah homogen cairan yang tidak terkocok

pada ujung pipet dibuang dengan menempelkan ujung pipet pada tissu. Setelah

itu teteskan satu tetes ke dalam counting chamber (hemocytometer) yang sudah

ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dibawah mikroskop dengan perbesaran

10x.

Menghitung eritrosit dalam, digunakan kotak pada counting chamber yang

berjumlah 25 buah dengan mengambil bagian berikut : satu kotak pojok kanan

atas, satu kotak pojok kiri atas, satu kotak di tengah, satu kotak pojok kanan

bawah, satu kotak pojok kiri bawah. Menghitung leukosit dalam counting

chamber, digunakan 4 kotak pada pojok kanan atas, pojok kiri atas, pojok kanan

bawah dan pojok kiri bawah counting chamber yang berjumlah 16 kotak kecil.

Jumlah eritrosit yang didapat dari hasil penghitungan dikalikan 104 dan jumlah

leukosit yang didapat dari hasil penghitungan dikalikan 50 untuk mengetahui

jumlah leukosit 1 pada setiap mm3 volume darah (Sastradiprajadja dan Hartini,

1989). Hand counter digunakan untuk mempermudah perhitungan.

Jumlah Eritrosit = α x 104

Jumlah Leukosit = b x 50

Keterangan: α = jumlah eritrosit hasil penghitungan dalam counting chamber

b = jumlah leukosit hasil penghitungan dalam counting chamber

Perhitungan Diferensial Leukosit

Preparat ulas dibuat setelah pengambilan darah. Gelas Objek disiapkan

sebanyak 2 buah untuk satu sampel darah. Darah domba diteteskan pada gelas

objek pertama dengan posisi mendatar. Gelas objek kedua ditempatkan pada

bagian depan (yang berlawanan dengan letak tetes darah) dengan membentuk

sudut 30°, lalu digeserkan sehingga darah menyebar sepanjang garis kontak antara

kedua gelas objek.

Setelah darah menyebar dengan hati-hati tanpa mengangkat gelas objek

pertama, gelas objek kedua didorong ke arah depan dengan cepat sehingga

terbentuk usapan darah tipis di atas gelas objek pertama. Ulasan darah tersebut

dikeringkan di udara kemudian difiksasi dalam larutan methanol selama 5 menit

lalu dimasukkan dalam pewarna giemsa selama 30 menit. Selanjutnya dibilas

dengan air, dikeringkan dan diteteskan minyak emersi untuk selanjutnya dihitung

benda darah putih tersebut di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 x 10.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Model

Desain penelitian dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak

kelompok (RAK) pola faktorial (2x2) dengan 4 kali ulangan. Faktor utama

Page 18: RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan manajemen waktu pemberian pakan pagi dan sore hari yang diperkirakan berpengaruh

6

adalah perlakuan pakan R1 (40% rumput lapang + 60% konsentrat 1) dan R2

(40% limbah tauge + 60% konsentrat 2). Faktor kedua adalah manajemen

pemberian pakan pagi hari (P) dan sore hari (S). Model matematika menurut

Matjik dan Sumertajaya (2013) adalah sebagai berikut:

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + ρk + εijk

Keterangan:

Yijk : Nilai pengamatan perlakuan pakan ke-i dan manajemen ke-j

µ : Nilai tengah umum pengamatan

αi : Pengaruh pemberian pakan pada taraf ke-i (R1 dan R2)

βj : Pengaruh manajemen pada taraf ke-j (P dan S)

ρk : Pengaruh aditif kelompok ke-k (1, 2, 3, dan 4)

(αβ)ij : Interaksi antara pemberian pakan dan manajemen pemberian

pakan(AB)

εijk : Pengaruh galat percobaan

Analisis Data

Sidik ragam (Analysis of Variance/ANOVA) digunakan untuk mengetahui

pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati. Hasil yang menunjukan

perbedaan nyata selanjutnya dilakukan pengujian lebih lanjut dengan uji Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum

Pemeliharaan ternak domba garut dilakukan secara intensif selama 2 bulan

dan ternak domba yang digunakan pada penelitian kali ini adalah domba garut

berkelamin jantan. Ternak jantan digunakan sebagai bahan penelitian

dikarenakan untuk menghindari berkurangnya ternak domba betina yang masih

produktif sebagai penghasil bibit domba. Ternak jantan memiliki keunggulan

pertambahan bobot badan harian yang lebih efisien dalam mengubah pakan

menjadi otot tubuh dikarenakan adanya hormon testosteron yang menyebabkan

sekresi androgen tinggi sehingga pertumbuhan lebih cepat terutama setelah

munculnya sifat-sifat kelamin sekunder pada ternak jantan (Soeparno 1998).

Suhu dan kelembaban kandang diukur dengan thermohygrometer analog yang

ditempatkan sesuai posisi ketinggian domba. Pengukuran suhu dan kelembaban

di dalam kandang dilakukan pada pukul 03.00, 06.00, 14.00, 18.00, dan 21.00

WIB. Rataan kondisi lingkungan didalam kandang yaitu suhu, kelembaban

tercantum pada Tabel 3.

Data suhu dan kelembaban tercantum pada Tabel 3 menunjukan bahwa

kisaran suhu dan kelembaban harian dalam kandang adalah 26.47-34.08 oC dan

56.41%-83.49%. Data tersebut sesuai dengan Yani dan Purwanto (2006) yang

menyatakan bahwa negara beriklim tropis memiliki rataan suhu dan kelembaban

harian relatif tinggi, yaitu berkisar antara 24-34 oC dengan persentase kelembaban

sebesar 60%-90%. Yousef (1985) menyatakan bahwa kondisi lingkungan nyaman

(thermoneutral zone) untuk ternak domba pada kisaran suhu 21-31 oC dengan

kelembaban di bawah 75%. Suhu udara di kandang melebihi kondisi nyaman

Page 19: RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan manajemen waktu pemberian pakan pagi dan sore hari yang diperkirakan berpengaruh

7

domba terjadi pada pukul 14.00 WIB. Kelembaban di kandang terlihat tinggi

pada pagi dan malam hari pukul 03.00, 06.00, dan 21.00. Suhu dan kelembaban

udara yang tinggi dapat berpengaruh terhadap stres panas (Marai et al. 2007).

Tabel 2 Rataaan suhu dan kelembaban di dalam kandang

Waktu Suhu(˚C) Kelembaban(%)

03.00 27.05 ± 0.79 83.15 ± 2.08

06.00 26.47 ± 0.74 83.49 ± 2.25

14.00 34.08 ± 2.32 56.41 ± 9.04

18.00 30.22 ± 1.62 74.26 ± 5.40

21.00 28.08 ± 1.45 80.49 ± 3.54

Selain suhu dan kelembaban udara, unsur iklim mikro yang juga

berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan ternak adalah radiasi dan kecepatan

angin. Penelitian sebelumnya mengenai kecepatan angin di dalam Kandang

Percobaan Laboratorium Ternak Ruminansia Kecil, Fakultas Peternakan, Institut

Pertanian Bogor yang dilakukan oleh Widyarti dan Oktavia (2011) menunjukkan

kecepatan angin di dalam kandang pada pukul 10.00 sampai 15.00 WIB berkisar

0.38–0.40 m s-1

. Kecepatan angin pada suhu tinggi yang terjadi pada siang hari

ini dapat menurunkan cekaman panas sehingga domba tetap mendapatkan zona

nyaman (Yani dan Purwanto 2006). Domba memiliki tingkat kepekaan yang

lebih rendah terhadap stres panas dibandingkan dengan sapi (Silanikove 2000).

Respon Fisologis Domba Garut Jantan

Tujuan utama dari penggemukan domba adalah meningkatkan produktivitas

domba secara maksimal, namun saat ini kesehatan ternak juga penting

diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Awabien (2007)

menjelaskan bahwa respon fisiologis dapat dipengaruhi beberapa faktor

diantaranya cuaca, nutrisi, dan manajemen. Rataan pengukuran respon fisiologis

domba garut jantan sebelum pemberian pakan tersaji pada Tabel 4.

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa kedua faktor perlakuan tidak

menunjukan perbedaan yang nyata (P>0.05) terhadap laju respirasi domba, namun

perlakuan pakan R1 menunjukan frekuensi denyut jantung domba berbeda sangat

nyata (P<0.01) lebih cepat (88.25±7.12 kali menit-1

) dibandingkan dengan

perlakuan pakan R2 (72.29±9.91 kali menit-1

). Perlakuan manajemen waktu

pemberian pakan yang berbeda tidak menunjukan perbedaan yang nyata (P>0.05)

terhadap denyut jantung domba. Hasil uji duncan pada parameter suhu rektal

menunjukan bahwa perlakuan R2S (39.47±0.19 oC) berbeda sangat nyata

(P<0.01) lebih tinggi dibandingan dengan R1S (38.59±0.35 oC) dan R2P

(38.63±0.03 oC), namun perlakuan R2S tidak berbeda nyata (P<0.05) dengan R1P

dan R2P tidak berbeda nyata (P<0.05) dengan R1S. Rataan laju respirasi domba

garut jantan secara keseluruhan sebesar 47.25 kali menit-1

lebih tinggi dari kisaran

normal sebesar 26–32 kali menit-1

(Frandson 1992), namun masih berada dalam

katagori stres panas rendah meskipun terjadi kenaikan nilai suhu dan kelembaban

Page 20: RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan manajemen waktu pemberian pakan pagi dan sore hari yang diperkirakan berpengaruh

8

lingkungan yang melebihi zona nyaman domba (Tabel 3). Hal ini dikarenakan

domba pada penelitian kali ini sudah beradaptasi terhadap lingkungan dengan baik

sehingga laju respirasi domba tergolong dalam kisaran normal. Domba yang

mengalami stres panas rendah akan melakukan respirasi sebanyak 40-60 kali

menit-1

(Silanikove 2000).

Tabel 3 Rataan respon fisiologis domba garut jantan

Parameter Jenis

Pakan

Waktu Pemberian Pakan Rataan

Pagi Sore

Respirasi

(kali/menit)

R1 44.17 ± 6.50 46.00 ± 5.53 45.08 ± 5.67

R2 47.33 ± 7.16 51.49 ± 9.71 49.41 ± 8.21

Rataan 45.75 ± 6.55 48.75 ± 7.88 47.25 ± 7.82

Denyut

Jantung

(kali/menit)

R1 83.00 ± 1.92 93.50 ± 6.42 88.25 ± 7.12A

R2 69.83 ± 5.20 74.75 ± 13.64 72.29 ± 9.91B

Rataan 76.42 ± 7.92 84.12 ± 14.06

Suhu Rektal

(oC)

R1 39.12 ± 0.38A 38.59 ± 0.35B 38.85 ± 0.44

R2 38.63 ± 0.03B 39.47 ± 0.19A 39.05 ± 0.46

Rataan 38.87 ± 0.36 39.03 ± 0.54

Keterangan: Angka pada kolom atau baris yang sama dan diikuti huruf berbeda (A, B)

menunjukan berbeda sangat nyata ( P<0.01). R1= 60% konsentrat 1 + 40% rumput;

R2= 60% konsentrat 2 + 40% limbah tauge).

Domba yang diberi pakan mengandung limbah tauge menunjukan frekuensi

denyut jantung yang lebih lambat (72.29±9.91 kali menit-1

) dibandingkan domba

yang di beri pakan mengandung rumput (88.25±7.12 kali menit-1

) dan masih

berada dalam kisaran normal. Menurut Franson (1992) denyut jantung domba

normal pada daerah tropis berkisar antara 60-120 kali menit-1

. Hasil penelitian

Sunando (2014) menunjukan bahwa rataan durasi ingestive terlihat adanya

kecendrungan durasi tingkah laku ingestive (makan) lebih tinggi pada domba

yang diberi pakan R1 dibandingkan dengan domba yang diberi pakan R2. Hal

yang menyebabkan nilai frekuensi denyut jantung domba dengan perlakuan pakan

rumput (R1) lebih tinggi dikarenakan palatabilitas rumput lebih rendah

dibandingkan limbah tauge. Pakan dengan tingkat palatabilitas yang rendah akan

mengakibatkan aktivitas makan lebih banyak sehingga frekuensi denyut jantung

domba meningkat. Edey (1983) menyatakan bahwa denyut jantung merupakan

bagian dari respon fisiologis ternak yang di pengaruhi oleh suhu lingkungan,

gerakan dan aktivitas otot.

Suhu rektal tertinggi terlihat pada domba yang diberi pakan R2 dengan

manajemen waktu pemberian sore hari (S) sebesar 39.47±0.19 oC. Hal tersebut

dikarenakan pakan R2 yang mengandung limbah tauge memiliki nutrisi yang

tinggi dan pada malam hari suhu lingkungan akan menurun sehingga domba akan

meningkatkan konsumsi pakan untuk meningkatkan suhu tubuh. Tingginya

konsumsi nutrisi akan meningkatkan proses metabolisme tubuh sehingga panas

tubuh yang dihasilkan akan lebih banyak (Wuryanto et al. 2010). Mahfuzhdin

Page 21: RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan manajemen waktu pemberian pakan pagi dan sore hari yang diperkirakan berpengaruh

9

(2014) menyatakan bahwa domba garut jantan yang diberi pakan mengandung

limbah tauge mengkonsumsi bahan kering lebih banyak (945.95±58.73 g ekor-1

hari-1

) dengan pertambahan bobot badan harian (144.42±18.85 g ekor-1

hari-1)

lebih besar dibandingkan dengan domba yang diberi pakan mengandung rumput

lapang (623.03±62.75 g ekor-1

hari-1

) dengan pertambahan bobot badan harian

(80.80±21.73 g ekor-1

hari-1

). Pengamatan suhu rektal keseluruhan berada pada

kisaran normal (38.59-39.47 oC) yang mengindikasikan bahwa kedua faktor

perlakuan tidak mempengaruhi respon fisiologis domba. Marai et al. (2007)

menyatakan bahwa suhu rektal domba dalam kondisi thermoneutral di daerah

tropis bervariasi antara 38.3-39.9 oC.

Profil Darah Domba Garut Jantan

Selain pengamatan respon fisiologis ternak, pengamatan profil darah juga

dapat menjadi indikator untuk mengetahui kesehatan ternak. Darah berfungsi

sebagai sistem transportasi nutrisi, oksigen, sisa-sisa metabolisme, hormon, dan juga

sebagai alat pertahanan tubuh dari benda-benda asing yang bersifat patogen (Guyton

dan Hall 1997). Menurut Widiyono et al (2010) status fisiologis dapat

mempengaruhi gambaran kimia darah ternak ruminansia kecil dan oleh karena itu

perlu dipertimbangakan dalam evaluasi status kesehatan dalam upaya

meningkatkan kesejahteraan ternak. Hasil analisis ragam menunjukan bahwa

perlakuan pemberian pakan tidak menunjukan perbedaan yang nyata (P<0.05)

terhadap kadar hemoglobin, persentase hematokrit, dan jumlah eritrosit, akan

tetapi pada perlakuan manajemen waktu pemberian pakan menunjukan perbedaan

yang nyata (P<0.05) terhadap jumlah eritrosit seperti yang disajikan pada Tabel 5.

Tabel 4 Rataan profil darah domba garut jantan.

Parameter Normal Jenis

Pakan

Priode Pemberian Pakan Rataan

Pagi Sore

Hemoglobin

(g dl-1

) 8-16

f R1 9.92 ± 1.17 7.93 ± 1.07 8.93 ± 1.48

R2 9.77 ± 0.64 9.39 ± 0.87 9.58 ± 0.74

Rataan 9.85 ± 0.88 8.66 ± 1.19 9.25 ± 1.07

Hematokrit

(%) 28-32

g

R1 27.16 ± 3.56 22.24 ± 4.36 24.70 ± 4.53

R2 26.89 ± 1.77 26.83 ± 1.88 26.85 ± 1.69

Rataan 27.02 ± 2.60 24.53 ± 3.96 25.77 ± 3.52

Eritrosit

(juta mm-3

) 9-15

e

R1 11.86 ± 2.47 9.16 ± 1.35 10.50 ± 2.34

R2 13.27 ± 0.80 10.98 ± 1.98 12.12 ± 1.86

Rataan 12.56 ± 1.86a 10.06 ± 1.85b Keterangan: Angka pada kolom atau baris yang sama dan diikuti huruf berbeda (a, b) menunjukan

berbeda nyata (P<0.05). R1= 60% konsentrat 1 + 40% rumput; R2= 60% konsentrat

2 + 40% limbah tauge, e(Smith dan Mangkuwidjojo 1998), f(Banks 1993), g(Guyton

dan Hall 1997) .

Page 22: RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan manajemen waktu pemberian pakan pagi dan sore hari yang diperkirakan berpengaruh

10

Eritrosit, Hemoglobin, dan Hematokrit Hasil yang didapatkan pada penelitian menunjukan rataan keseluruhan

jumlah eritrosit pada domba garut jantan berada dalam kisaran normal dan domba

tidak mengalami anemia, yaitu sebesar 9.16-13.27 juta mm-3

. Hasil tersebut

selaras dengan kadar haemoglobin yang berada dalam kisaran normal sebesar

7.95-9.92 g dl-1

. Produksi eritrosit dipengaruhi oleh konsentrasi hemoglobin dan

hematokrit di dalam darah. Pada hewan normal, jumlah eritrosit sebanding dengan

dan kadar hemoglobin dan hematokrit (Widjajakusuma dan Sikar 1986). Limbah

tauge terbukti lebih baik dibandingkan dengan rumput karena limbah tauge

memiliki kandungan protein kasar sebesar 13%-14% lebih tinggi dibandingkan

rumput sehingga dapat memenuhi kebutuhan pokok dan produksi ternak yang

lebih baik (Rahayu et al. 2010). Erniasih et al. (2006) menambahkan bahwa

protein merupakan unsur nutrien yang sangat berperan penting dalam

pembentukan eritrosit dan sintesis hemoglobin.

Jumlah eritrosit domba yang diberikan pakan pada pagi hari (P) menunjukan

perbedaan yang nyata (P<0.05) lebih banyak (12.56±1.86 juta mm-3

)

dibandingkan sore hari (S) (10.06±1.85 juta mm-3

). Saat pagi hari menjelang siang

hari kadar oksigen di lingkungan akan meningkat akibat hasil fotosintesis tanaman

yang terjadi pada siang hari, dan saat sore hari menjelang malam hari akan terjadi

penurunan kadar oksigen di lingkungan. Konsumsi pakan domba pada pagi hari

lebih tinggi dibandingkan dengan sore hari karena domba merupakan hewan

diurnal. Aktivitas domba yang tinggi dan suhu lingkungan yang terus meningkat

pada siang hari akan membutuhkan jumlah eritrosit yang lebih banyak untuk

kebutuhan metabolisme dalam tubuh, transportasi nutrisi pakan dan oksigen ke

jaringan tubuh yang aktif bekerja.

Rataan keseluruhan persentase hematokrit darah domba garut jantan berada

dalam kisaran dibawah normal yaitu sebesar 24.53%-27.02% yang

mengindikasikan domba tidak dehidrasi. Keadaan hematokrit dibawah normal

disebabkan karena kedua jenis pakan yang berbeda yaitu rumput dan limbah tauge

diberikan dalam bentuk segar yang mengandung kadar air yang tinggi. Duncan

dan Prase (1997) menjelaskan bahwa nilai hematokrit akan menurun pada

keadaan bunting, kelebihan cairan, dan anemia. Rataan keseluruhan hematokrit

yang didapatkan pada penelitian kali ini sebanding dengan nilai kadar hemoglobin

dan eritrosit yang mengindikasikan domba dalam kondisi normal.

Diferensial Leukosit

Leukosit atau sel darah putih merupakan sistem kekebalan tubuh yang akan

aktif bila terjadi gangguan non spesifik seperti infeksi parasit, bakteri dan virus

yang dapat menyebabkan ternak sakit. Guyton (1993) menyebutkan bahwa

leukosit dalam aliran darah berperan sebagai kekebalan tubuh (imunitas). Hasil

Perhitungan jumlah leukosit dan diferensial leukosit tertera pada Tabel 6.

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa rataan keseluruhan jumlah

leukosit pada domba garut jantan berkisar 8.78-11.80 ribu m-3

dan berada dalam

kisaran normal. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa ternak pada penelitian

dalam keadaan sehat. Menurut Kelly (1984), leukosit terdiri dari dua tipe yaitu

polimorfonuklear leukosit (granulosit) dan mononuklear leukosit (agranulosit).

Leukosit granuler terbagi menjadi tiga jenis yaitu neutrofil, basofil, dan eosinofil.

Ketiga jenis tersebut memiliki peran tersendiri sebagai imunitas tubuh. Neutrofil

Page 23: RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan manajemen waktu pemberian pakan pagi dan sore hari yang diperkirakan berpengaruh

11

berfungsi untuk memfagositosis dan membunuh organisme serta membatasi

penyebaran mikroorganisme sedangkan eosinofil berfungsi sebagai indikasi

parasitosis, alergi, dan kondisi lainnya dan basofil berfungsi hampir serupa

dengan eosinofil yaitu sebagai sel yang merespon terhadap reaksi alergi dan

mencegah terjadinya penggumpalan darah karna mengandung histamin (Haen

1995; Theml 2004; Lawhead dan Baker 2005).

Tabel 5 Rataan jumlah leukosit dan diferensial leukosit domba garut jantan.

Parameter Normal Jenis

Pakan

Priode Pemberian Pakan Rataan

Pagi Sore

Leukosit

(Ribu m-3

) 4-12

c

R1 11.80 ± 5.04 8.78 ± 2.37 10.28 ± 1.98

R2 11.30 ± 3.53 8.84 ± 3.24 10.07 ± 3.40

Rataan 11.55 ± 4.03 8.80 ± 2.63 10.17 ± 3.66

Limfosit

(%)

40-75d

R1 41.50 ± 4.12 37.75 ± 14.89 39.62 ± 10.31

R2 51.50 ± 19.94 50.00 ± 19.95 50.75 ± 18.48

Rataan 46.50 ± 14.36 43.87 ± 17.56 45.18 ± 16.90

Monosit

(%)

3-8e

R1 2.75 ± 2.22 1.75 ± 1.50 2.25 ± 1.83

R2 5.00 ± 1.41 2.75 ± 1.26 3.87 ± 1.73

Rataan 3.87 ± 2.10 2.25 ± 1.39 3.06 ± 1.61

Neurofil

(%)

10-50d

R1 34.00 ± 8.83 57.25 ± 14.15 45.62 ± 16.54

R2 32.50 ± 16.34 38.75 ± 14.91 35.62 ± 14.86

Rataan 33.25 ± 12.18 48.00 ± 16.69 40.62 ± 13.72

Eosinofil

(%)

1-10c

R1 13.50 ± 4.12 3.25 ± 2.06 8.37 ± 6.25

R2 11.00 ± 6.88 5.75 ± 2.50 8.37 ± 5.55

Rataan 12.25 ± 5.42A 4.50 ± 2.51B

Basofil (%) <1d

R1 0 ± 0 0 ± 0 0 ± 0

R2 0 ± 0 0 ± 0 0 ± 0

Rataan 0 ± 0 0 ± 0

Netrofil/

Limfosit

<1.5f

R1 0.81 ± 0.17 1.89 ± 1.33 1.35 ± 1.05

R2 0.82 ± 0.67 1.05 ± 0.95 0.93 ± 0.77

Rataan 0.82 ± 0.45 1.47 ± 1.16 1.14 ± 0.07 Keterangan: Angka pada kolom atau baris yang sama dan diikuti huruf berbeda (A, B)

menunjukan berbeda sangat nyata (P<0.01). R1= 60% konsentrat 1 + 40% rumput;

R2= 60% konsentrat 2 + 40% limbah tauge, c(Kelly 1984), d(Jain 1993), e(Zukesti

2003), f(Kannan et al 2000).

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa jumlah netrofil dan basofil tidak

menunjukan perbedaan yang nyata (P>0.05) dan masih dalam kisaran normal,

sedangkan jumlah eosinofil menunjukan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01)

pada domba yang diberi pakan pada pagi hari memiliki jumlah eosinofil lebih

tinggi dibandingkan dengan domba yang diberi pakan pada sore hari (S) dan

terlihat melebihi normal sebesar 12.25±5.42 %. Hal ini mengindikasikan

kemungkinan terjadinya infeksi parasit lebih besar pada sistem pencernaan dan

Page 24: RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan manajemen waktu pemberian pakan pagi dan sore hari yang diperkirakan berpengaruh

12

alergi akibat suhu lingkungan yang rendah pada domba yang diberi pakan pagi

hari dibandingkan pada domba yang diberi pakan pada sore hari. Pada pagi hari

suhu terlihat lebih rendah dibandingkan dengan sore hari dan perbedaan suhu

tersebut dapat menimbulkan reaksi alergi dingin terhadap tubuh ternak. Eosinofil

memiliki fungsi yang istimewa yaitu menyerang dan menghancurkan larva cacing

yang menyusup serta mengindikasikan bahwa ternak mengalami alergi. Jumlah

sel eosinofil akan meningkat pada saat terjadi reaksi alergi atau infeksi oleh

parasit (Tizard 1982).

Leukosit agranuler terbagi menjadi dua jenis yaitu limfosit dan monosit.

Dalam peredaran darah limfosit memiliki peran sebagai sistem kekebalan tibuh

(imunitas) sedangkan monosit berperan sebagai magrofag yang memfagosit

mikroba partikel asing yang menyerang tubuh dan sel sisa hasil aktivitas neutrofil

(Guyton 1993; Lawhead dan Baker 2005). Hasil analisis ragam menunjukan

jumlah leukosit agranulosit masih berada dalam kisaran normal dan tidak

menunjukan perbedaan yang nyata (P>0.05).

Menurut Sugito et al. (2007) perhitungan rasio antara netrofil dan limfosit

dapat dijadikan sebagai indikator cekaman panas dari lingkungan terhadap ternak.

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa rataan rasio nerofil dan limfosit tidak

berbeda nyata (P>0.05) dan masih dalam kisaran normal. Nilai rasio antara

netrofil dan limfosit pada domba penelitian kali ini membuktikan bahwa domba

tidak mengalami cekaman panas dan kedua perlakuan terbukti tidak memberikan

pengaruh terhadap cekaman panas yang di terima domba.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Respon fisiologis dan profil darah domba dengan pakan yang mengandung

limbah tauge dan manajemen waktu pemberian pakan sore hari dalam kisaran

normal. Limbah tauge dapat dijadikan pakan alternatif pengganti rumput dan

manajemen waktu pemberian pakan sore hari tidak mengganggu respon fisiologis

dan profil darah serta dapat diterapkan oleh peternak domba .

Saran

Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dengan menggunakan hewan yang

lebih banyak dan beragam guna memperkaya data respon fisiologis dan profil darah

yang diberikan pakan limbah tauge. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

terhadap kesehatan ternak yang diberikan pakan limbah tauge yang berasal dari

limbah pasar.

Page 25: RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan manajemen waktu pemberian pakan pagi dan sore hari yang diperkirakan berpengaruh

13

DAFTAR PUSTAKA

Awabien RL. 2007. Respon fisiologis domba yang diberi minyak ikan dalam

bentuk sabun kalsium [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Banks WJ. 1993. Applied veterinery histology. Texas (US): Mosby, Inc.

Duncan JRK, Prase W. 1997. G'eterinarv Lahoratan, Medicine. Clinical

Pathology. Ames . Iowa (US): The Iowa state University Pr.

Edey TN. 1983. The genetic pool of sheep and goat. In: Goat and sheep

Production in the tropics. ELBS. Essex (UK) Longman Group Ltd.

Erniasih I. 2006. Penambahan limbah padat kunyit (Curcuma Domestica) pada

ransum ayam dan pengaruhnya terhadap status darah dan hepar ayam

(Gallus sp). Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol XIV.

Frandson RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta (ID): Gadjah

Mada University Pr.

Guyton AC. 1993. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-7. Terjemahan: K.A

Tengadi. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

Guyton AC, Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9. Terjemahan:

Irawati. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

Haen PJ. 1995. Principles of Hematology. Harris L, editor. Chicago (US) : Loyola

Marymont University. Wm. C. brown Publisher.

Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Tillman AD. 1997. Tabel Komposisi Pakan untuk

Indonesia. Yogyakarta (ID): UGM Press.

Jain NC.1993. Essential of Veterinary Hematology. Philadelphia (US): Lea and

Febiger.

Kannan G, Terrill TH, Kouakou B, Gazal OS, Gelaye S, Amoah EA, Samake S,

2000. Transportation of goats: effects on physiological stress responses and

live weight loss. J. Anim. Sci., 78: 1450–1457

Kelly WR. 1984. Veterinary Clinical Diagnosis. London (UK): Bailliere Tindall.

Lawhead J, Baker M. 2005. Introduction to Veterinary Science. New York (US):

Delmar.

Mahfuzhdin I. 2014. Performa domba garut jantan yang diberi pakan limbah tauge

sebagai pakan pengganti rumput lapang pada waktu pemberian yang

berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Marai IFM, El-Darawany AA, Fadiel A, Abdel-Hafez MAM. 2007. Physiological

traits as affected by heat stress in sheep. Small Ruminant Research 71:1-12.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2013. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi

SAS dan Minitab. Jilid I. Bogor (ID) : IPB Pr.

Mubarak AE. 2005. Nutritional composition and nutritional factors of mung bean

seeds (Phaseolus aureus) as affected by some home traditional precesses.

Food Chem. 89: 489-495.

Oktameina WY. 2011. Respon fisiologi domba garut yang dipelihara secara semi

intensif dengan perlakuan pencukuran di peternakan PT Indocement

[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Purnamasari L. 2013. Respon fisiologis domba ekor tipis serta palatabilitas limbah

tauge dan kangkung kering sebagai pengganti rumput [skripsi]. Bogor (ID):

Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Page 26: RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan manajemen waktu pemberian pakan pagi dan sore hari yang diperkirakan berpengaruh

14

Rahayu S, Wadito DS, Ifafah WW. 2010. Survey potensi limbah tauge di

Kotamadya Bogor. Laporan Penelitian. Bogor (ID): Fakultas Peternakan,

Institut Pertanian Bogor.

Sastradipradja D, Hartini S. 1989. Fisiologi Veteriner. Bogor (ID): FKH –IPB.

Silanikove N. 2000. Effects of heat stress on the welfare of extensively managed

domestic ruminants. J Livestock Production Sci. 67 (1–2), 1–18.

Smith JB, Mangkuwidjodjo S. 1998. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan

Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Ed ke-1. Jakarta (ID): UI Pr. Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta (ID): GM Pr.

Sugito W, Manalu DA, Astuti E, Handharyani, Cherul. 2007. Efek cekaman

panas dan pemberian ekstrak heksan tanaman Jaloh (Salix tetrasperma roxb)

terhadap kadar kortisol, trioditironin dan profil hematologi ayam broiler.

http://peternakan.litbang.deptan.go.id/publikasi/jit

v/jitv123-2.pdf.[diunduh 2013 Desember 10].

Sunando H. 2014. Tingkah laku domba garut jantan muda dengan pemeliharaan

intensif yang diberi pakan ransum limbah tauge pada waktu pemberian yang

berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Bogor. Theml H, Diem H, Haferlach T. 2004. Color atlas of hematology, Practical

Microscopic and Clinical Diagnosis. Stuttgart (US): Thieme.

Tizard I. 1982. Pengantar Immunologi Veteriner. Surabaya (ID): Airlangga

University Pr.

Widiyono I, Wulandari S., Hartini P. 2009. Kadar fosfat dalam plasma domba

umur 2-16 minggu. Prosiding Lokakarya Nasional Pengembangan Sistem

Agribisnisdi Pedesaan. Yogyakarta (ID): Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Kabupaten Kulon Progo. 2007 Nov 8 Pp. 71-76.

Widjajakusuma R, Sikar H. 1986. Fisiologi Hewan Laboratorium. Fisologi dan

Farmakologi. Bogor (ID): FKH – IPB.

Widyarti M, Oktavia Y. 2011. Analisis iklim mikro kandangdomba garut sistem

tertutup milik fakultas peternakan ipb. J Tek Pertanian. 25 (1): 37-42

Wuryanto IPR, Darmoatmojo LMYD, Dartosukarno S, Arifin M, Purnomoadi A.

2010. Produktivitas. respon fisiologis dan perubahan komposisi tubuh pada

sapi jawa yang diberi pakan dengan tingkat protein berbeda. Seminar

Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 2005 sept 12-13 Semarang

(ID): Universitas Diponegoro.

Yani A, Purwanto BP. 2006. Pengaruh iklim mikro terhadap respon fisiologissapi

peranakan Fries Holland dan modifikasi lingkungan untuk meningkatkan

produktivitasnya. Media Petern. 29 (1): 35-46

Yousef, M. K. 1985. Stress Physiology in livestock. Ed ke-1. Florida (US): CRC

Pr.

Zukesti E. 2003. Peranan Leukosit sebagai Anti Inflamasi Alergik dalam Tubuh.

Medan (ID): Universitas Sumatera Utara pr.

Page 27: RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan manajemen waktu pemberian pakan pagi dan sore hari yang diperkirakan berpengaruh

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil analisis ragam respirasi domba garut jantan

Sumber keragaman Db JK KT F P

Kelompok 3 104.1689 34.7229 0.57 0.6504 Pakan 1 75.0822 75.0822 1.23 0.2968 Manajemen pemberian 1 35.9400 35.9400 0.59 0.4632 Pakan*Manajemen pemberian 1 5.4289 5.4289 0.09 0.7726 Galat 9 550.9889 61.2209 Total 15 771.6090

Lampiran 2 Hasil analisis ragam denyut jantung domba garut jantan

Sumber keragaman Db JK KT F P

Kelompok 3 143.8793 47.9597 0.68 0.5836 Pakan 1 1 018.7268 1 018.7268 14.54 0.0041 Manajemen pemberian 1 237.6993 237.6993 3.39 0.0986 Pakan*Manajemen pemberian 1 31.1643 31.1643 0.44 0.5215 Galat 9 630.5363 70.0595 Total 15 2 062.0060

Lampiran 3 Hasil uji Duncan pakan terhadap denyut jantung domba garut jantan

Pakan Jumlah Rata-rata Pengelompokan

R1 8 88.250 A

R2 8 72.291 B

Lampiran 4 Hasil analisis ragam suhu rektal domba garut jantan

Sumber keragaman Db JK KT F P

Kelompok 3 0.10906875 0.03635625 0.40 0.7553 Pakan 1 0.15800625 0.15800625 1.75 0.2190 Manajemen pemberian 1 0.10080625 0.10080625 1.11 0.3187 Pakan*Manajemen pemberian 1 1.87005625 1.87005625 20.66 0.0014 Galat 9 0.81445625 0.09049514 Total 15 3.05239375

Lampiran 5 Hasil uji Duncan interaksi 2 faktor terhadap suhu rektal domba garut jantan

Perlakuan Jumlah Rata-rata Pengelompokan

R1P 4 39.11 A

R1S 4 38.56 B

R2P 4 38.63 B

R2S 4 39.47 A

Page 28: RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan manajemen waktu pemberian pakan pagi dan sore hari yang diperkirakan berpengaruh

16

Lampiran 6 Hasil analisis ragam hemoglobin

Sumber keragaman Db JK KT F P

Kelompok 3 0.73661875 0.24553958 0.21 0.8849

Pakan 1 1.70955625 1.70955625 1.48 0.2542

Manajemen pemberian 1 5.67630625 5.67630625 4.93 0.0536

Pakan*Manajemen pemberian 1 2.56800625 2.56800625 2.23 0.1697

Galat 9 10.37270625 1.15252292

Total 15 21.06319375

Lampiran 7 Hasil analisis ragam hematokrit

Sumber keragaman Db JK KT F P

Kelompok 3 3.48546875 1.1618229 0.09 0.9616

Pakan 1 18.59765625 18.5976562 1.50 0.2518

Manajemen pemberian 1 24.87515625 24.8751562 2.01 0.1904

Pakan*Manajemen pemberian 1 23.64390625 23.6439062 1.91 0.2007

Galat 9 111.6076563 12.4008507

Total 15 182.2098438

Lampiran 8 Hasil analisis ragam jumlah eritrosit

Sumber keragaman Db JK KT F P

Kelompok 3 9.47007500 3.15669167 1.01 0.4304

Pakan 1 10.46522500 10.46522500 3.36 0.0998

Manajemen pemberian 1 24.95002500 24.95002500 8.02 0.0196

Pakan*Manajemen pemberian 1 0.16402500 0.16402500 0.05 0.8235

Galat 9 27.99042500 3.11004722

Total 15 73.03977500

Lampiran 9 Hasil uji Duncan manajemen terhadap jumlah eritrosit

Manajemen pemberian Jumlah Rata-rata Pengelompokan

P 8 12.5625 A

S 8 10.0650 B

Lampiran 10 Hasil analisis ragam jumlah leukosit

Sumber keragaman Db JK KT F P

Kelompok 3 0.09432500 0.03144167 1.11 0.3961

Pakan 1 0.00040000 0.00040000 0.01 0.9082

Manajemen pemberian 1 0.06760000 0.06760000 2.38 0.1574

Pakan*Manajemen pemberian 1 0.00022500 0.00022500 0.01 0.9311

Galat 9 0.25582500 0.02842500

Total 15 0.41837500

Lampiran 11 Hasil analisis ragam jumlah neutrofil

Sumber keragaman DB JK KT F P

Kelompok 3 0.25381875 0.08460625 1.08 0.4073

Pakan 1 0.17015625 0.17015625 2.16 0.1754

Manajemen pemberian 1 0.33350625 0.33350625 4.24 0.0696

Pakan*Manajemen pemberian 1 0.06890625 0.06890625 0.88 0.3737

Galat 9 0.70795625 0.07866181

Total 15 1.53434375

Page 29: RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan manajemen waktu pemberian pakan pagi dan sore hari yang diperkirakan berpengaruh

17

Lampiran 12 Hasil analisis ragam jumlah limfosit

Sumber keragaman DB JK KT F P

Kelompok 3 0.24116875 0.08038958 0.83 0.5114

Pakan 1 0.12780625 0.12780625 1.32 0.2810

Manajemen pemberian 1 0.02030625 0.02030625 0.21 0.6584

Pakan*Manajemen pemberian 1 0.00680625 0.00680625 0.07 0.7972

Galat 9 0.87465625 0.09718403

Total 15 1.27074375

Lampiran 13 Hasil analisis ragam jumlah monosit

Sumber keragaman DB JK KT F P

Kelompok 3 0.04552500 0.01517500 1.00 0.4376

Pakan 1 0.06250000 0.06250000 4.11 0.0734

Manajemen pemberian 1 0.05522500 0.05522500 3.63 0.0892

Pakan*Manajemen pemberian 1 0.00810000 0.00810000 0.53 0.4843

Galat 9 0.13702500 0.01522500

Total 15 0.30837500

Lampiran 14 Hasil analisis ragam jumlah eosinofil

Sumber keragaman DB JK KT F P

Kelompok 3 0.19462500 0.06487500 1.09 0.4008

Pakan 1 0.00040000 0.00040000 0.01 0.9364

Manajemen pemberian 1 0.67240000 0.67240000 11.33 0.0083

Pakan*Manajemen pemberian 1 0.10562500 0.10562500 1.78 0.2149

Galat 9 0.53412500 0.05934722

Total 15 1.50717500

Lampiran 15 Hasil uji Duncan manajemen terhadap jumlah eosinofil

Manajemen pemberian Jumlah Rata-rata Pengelompokan

P 8 3.0688 A

S 8 2.6588 B

Lampiran 16 Hasil analisis ragam jumlah Basofil

Sumber keragaman DB JK KT F P

Kelompok 3 0 0 0 0

Pakan 1 0 0 0 0

Manajemen pemberian 1 0 0 0 0

Pakan*Manajemen pemberian 1 0 0 0 0

Galat 9 0 0

Total 15 0

Lampiran 17 Hasil analisis ragam rasio antara netrofil dan limfosit

Sumber keragaman DB JK KT F P

Kelompok 3 0.02006875 0.00668958 1.28 0.3404 Pakan 1 0.00525625 0.00525625 1.00 0.3430 Manajemen pemberian 1 0.01265625 0.01265625 2.41 0.1548 Pakan*Manajemen pemberian 1 0.00525625 0.00525625 1.00 0.3430 Galat 9 0.04720625 0.00524514 Total 15 0.09044375

Page 30: RESPON FISIOLOGIS DAN PROFIL DARAH DOMBA GARUT … · sebagai pakan alternatif pengganti rumput dan manajemen waktu pemberian pakan pagi dan sore hari yang diperkirakan berpengaruh

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 Juni 1992. Penulis merupakan

anak kedua dari 3 bersaudara pasangan Bapak Matrodji dan Ibu Sriatun. Penulis

mengawali pendidikan sekolah dasar pada tahun 1998 di SDN Selong 04 Pagi dan

menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2004. Pendidikan lanjutan

tingkat pertama dimulai tahun 2004 di SMPN 13 Kota DKI Jakarta dan

diselesaikan pada tahun 2007. Penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 60 Kota

DKI Jakarta pada tahun 2007 dan diselesaikan pada tahun 2010.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010 melalui jalur

SNMPTN dan diterima Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,

Fakultas Peternakan. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif sebagai pengurus di

beberapa organisasi mahasiswa. Sebagai pengurus Divisi Kewirausahaan Badan

Eksekutif Mahasiswa Peternakan (BEM-D) pada periode 2011-2012 dan sebagai

Pengurus Club Satwa Harapan Himpunan Mahasiswa Peternakan

(HIMAPROTER) periode 2012-2013. Penulis menjadi juara 3 tahun 2012 dan

juara favorit 2013 lomba perkusi IPB Art Contest. Penulis pernah mengikuti

Program Kreatifitas Mahasiswa tahun 2012 Bidang Kewirausahaan yang didanai

DIKTI yang berjudul Kebun Rumput Gajah Sebagai Bisnis Penyediaan Hijauan

Pakan Berkelanjutan. Penulis juga aktif dalam Kepanitiaan kegiatan, pada tahun

2010 sebagai anggota IPB Goes to School di jakarta (IGTS), dan sebagai Ketua

Busines Challenge IPB 2011. Dalam bidang akademik, penulis pernah menjadi

Asisten Praktikum mata kuliah Ilmu Produksi Ruminansia Kecil pada tahun 2013

dan Asisten Praktikum mata kuliah Pengenalan Kesehatan dan Kesejahteraan

Ternak Tropis pada tahun 2014 .