LAMPIRAN 6 · Web viewMempunyai pengalaman dan ketram-pilan memelihara ternak domba dan sanggup...

35
AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426 KAJIAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROFORESTRY DOMBA EKOR GEMUK (DEG) DI KABUPATEN PONOROGO Study of the DEG Development Center Based on the Agroforestry System in Ponorogo Regency Purnomo Mangku dan Dony Setyawan Dosen Jurusan SOSEK FP UB Soemarno Dosen Jurusan Tanah FP UB ABSTRAK Usaha domba ekor gemuk di wilayah pedesaan Ponorogo masih dikelola sebagai usaha sampingan rumahtangga dengan sumberdaya yang tersedia di lokasi, dan merupakan alternatif usaha dengan biaya murah dan mudah. Pengelolaan produksi untuk meningkatkan pendapatan peternak secara kontinue belum dilakukan, khususnya dalam hal skala usaha. Penelitian kelayakan usaha dilakukan terhadap sejumlah peternak domba untuk mengetahui faktor-faktor penentu yang diduga berpengaruh terhadap skala usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skala usaha ternak di pedesaan masih rendah (4-6 ekor/peternak), dengan pemilikan induk 2 - 3 ekor/peternak, dan rataan penjualan sebanyak 3 ekor/tahun, serta kinerja ekonomi sekitar Rp.750.000/peternak/tahun. Jumlah induk yang dipelihara sangat berpengaruh (p<0,01) dalam meningkatkan skala usaha. Demikian pula jumlah anggota keluarga, harga jual domba, luas lahan, dan total pendapatan rumahtangga juga menjadi penentu pengembangan skala usaha. Kata kunci : Skala usahaternak, Pendapatan petani. ABSTRACT Sheep farming system is carried out in any subsistence mixed farming and based on locally resources as an low external input farming. Farming management to increase farmer income was not carried out yet, especially in determining economic of scale. The objectives of the study were to get 796

Transcript of LAMPIRAN 6 · Web viewMempunyai pengalaman dan ketram-pilan memelihara ternak domba dan sanggup...

Page 1: LAMPIRAN 6 · Web viewMempunyai pengalaman dan ketram-pilan memelihara ternak domba dan sanggup melakukan usaha secara serius. Sanggup menyediakan kandang, pakan dan memelihara ternak

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

KAJIAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROFORESTRY DOMBA EKOR GEMUK (DEG) DI KABUPATEN PONOROGO

Study of the DEG Development Center Based on the Agroforestry System in Ponorogo Regency

Purnomo Mangku dan Dony SetyawanDosen Jurusan SOSEK FP UB

SoemarnoDosen Jurusan Tanah FP UB

ABSTRAK

Usaha domba ekor gemuk di wilayah pedesaan Ponorogo masih dikelola sebagai usaha sampingan rumahtangga dengan sumberdaya yang tersedia di lokasi, dan merupakan alternatif usaha dengan biaya murah dan mudah. Pengelolaan produksi untuk meningkatkan pendapatan peternak secara kontinue belum dilakukan, khususnya dalam hal skala usaha. Penelitian kelayakan usaha dilakukan terhadap sejumlah peternak domba untuk mengetahui faktor-faktor penentu yang diduga berpengaruh terhadap skala usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skala usaha ternak di pedesaan masih rendah (4-6 ekor/peternak), dengan pemilikan induk 2 - 3 ekor/peternak, dan rataan penjualan sebanyak 3 ekor/tahun, serta kinerja ekonomi sekitar Rp.750.000/peternak/tahun. Jumlah induk yang dipelihara sangat berpengaruh (p<0,01) dalam meningkatkan skala usaha. Demikian pula jumlah anggota keluarga, harga jual domba, luas lahan, dan total pendapatan rumahtangga juga menjadi penentu pengembangan skala usaha.

Kata kunci : Skala usahaternak, Pendapatan petani.

ABSTRACT

Sheep farming system is carried out in any subsistence mixed farming and based on locally resources as an low external input farming. Farming management to increase farmer income was not carried out yet, especially in determining economic of scale. The objectives of the study were to get information on sheep farming productivity and determinant factors that affected economic of scale. Results showed that economic of scale in sheep farming was 5-6 head/farmer, with the number of raised was 2-3 head/farmer, and the number of animal sold was 3 head/year. This activity can generate farmer income of Rp.750.000/year. It was shown that member of family, price of sheep, land ownership, and farmer total income were the determinant factors in improving sheep farming.

Keywords: sheep farming, economic of scale.

796

Page 2: LAMPIRAN 6 · Web viewMempunyai pengalaman dan ketram-pilan memelihara ternak domba dan sanggup melakukan usaha secara serius. Sanggup menyediakan kandang, pakan dan memelihara ternak

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

PENDAHULUAN

Domba ekor gemuk, adalah domba yang dianggap mempunyai tingkat produktivitas tinggi dan tingkat resiko relatif kecil. Domba ekor gemuk ini telah banyak dikenal di jawa Timur, oleh karena itu dapat dipelihara oleh setiap anggota masyarakat, tidak memerlukan teknologi tinggi dan dengan cara sederhana dapat berkembang biak dengan baik. Pengalaman pelaksanaan proyek bantuan Domba Ekor Gemuk melalui pendekatan kelompok usaha bersama (KUB) menunjukkan hasil yang cukup baik. Faktor utama yang menentukan keberhasilan usaha kelompok ini ialah keberhasilan ketua kelompok dalam mengarahkan para anggota kelompoknya. Kegagalan usaha seperti ini biasanya disebabkan oleh kurang-mampunya ketua kelompok mengarahkan anggotanya. Oleh karena itu untuk meningkatkan populasi, dan produksi daging domba ekor gemuk, dapat ditempuh dengan pendekatan Sentra Pengembangan Agibisnis Komoditas Unggulan (KSP) Domba ekor gemuk dengan melibatkan tokoh masyarakat secara langsung, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaannya.

Agribisnis komoditas ternak kambing dan domba (kado) di Indonesia mempunyai prospek yang sangat besar, mengingat dalam 10 tahun mendatang akan ada 5 juta kepala keluarga muslim yang masing-masing kepala keluarga akan menyembelih satu ekor ternak kambing ataupun domba untuk kurban, satu ekor untuk setiap anak perempuan dan dua ekor untuk anak laki-laki untuk akikah. Disamping itu untuk keperluan ibadah haji di tanah suci akan dibutuhkan 2,5 juta ekor kado untuk keperluan membayar dam ataupun untuk kurban para jemaah haji.

Profil usaha-ternak kado di sektor usaha primer menunjukkan bahwa usaha tersebut memberikan keuntungan yang relatif baik, masing-masing dengan nilai

B/C sebesar 1,17 dan 1,39 untuk usaha pembesaran dan penggemukan.

Untuk itu diperlukan dukungan investasi dalam pengembangan agribisnis kado baik dari pemerintah, swasta, maupun masyarakat/komunitas peternak. Investasi tersebut meliputi aspek: (i) pelayanan kesehatan hewan, (ii) dukungan penyediaan bibit

(pe-jantan) unggul dan induk berkualitas,

(iii) kegiatan penelitian, pengkajian dan pengembangan yang terkait dengan aspek pakan dan manajemen pe-meliharaan, serta

(iv) pengembangan kelembagaan untuk mempercepat arus informasi, pema-saran, promosi, permodalan,

(v) penyediaan infrastruktur untuk me-mudahkan arus barang input- output serta pemasaran produk,

(vi) ketersediaan laboratorium keswan, pakan dan reproduksi, serta

(vii) penyiapan lahan usaha peternakan dan penetapan tata ruang agar pe-ngembangan ternak tidak terganggu oleh masalah keswan, sosial, hukum dan lingkungan.

Secara mandiri swasta dapat bergerak di sektor hulu (usaha penyediaan calon induk, penyediaan pejantan, penyediaan semen, pabrik pakan mini, dll), serta di kegiatan hilir (RPH, industri pengolahan daging, susu, kulit, kompos, dll.). Usaha-ternak budidaya oleh swasta dilakukan melalui pendekatan pola kemitraan, dimana peternak menghasilkan bakalan dan inti membeli untuk digemukkan atau langsung dipasarkan.

KERANGKA KONSEP

KONSEPSI AGROFORESTRY DOMBA EKOR GEMUK

1. Konsepsi

797

Page 3: LAMPIRAN 6 · Web viewMempunyai pengalaman dan ketram-pilan memelihara ternak domba dan sanggup melakukan usaha secara serius. Sanggup menyediakan kandang, pakan dan memelihara ternak

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

Pengembangan komoditas domba ekor gemuk dapat dilakukan dengan sistem wanatani berkelompok dan terpusat pada sentra unggulan domba ekor gemuk dengan kegiatan peningkatan produksi secara terpadu, berskala ekonomi, berkelanjutan dengan kemandirian dan berorientasi agribisnis.

2. ArahKIMHUT- Domba ekor gemuk

diarahkan dalam mengembangkan sentra-sentra produksi dan pembibitan yang berorientasi Agribisnis.

3. Dasar Penentuan Lokasi.

Penentuan lokasi komoditi unggulan ini dengan persyaratan sebagai berikut:(1) Bahwa KIMHUT - DEG merupakan

kegiatan ekonomi produktif.(2) Mempunyai sumberdaya wilayah

yang dapat dimanfaatkan & potensinya memadai.

(3) Adanya participatif dari masyarakat yang telah familier dengan komoditas unggulan dan teknologinya telah dikuasai.

(4) Memberikan hasil dengan nilai tambah yang memadai.

(5) Merupakan substitusi import dan apabila mungkin diekspor.

798

Page 4: LAMPIRAN 6 · Web viewMempunyai pengalaman dan ketram-pilan memelihara ternak domba dan sanggup melakukan usaha secara serius. Sanggup menyediakan kandang, pakan dan memelihara ternak

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

RANCANGAN KIMHUT-DEG

MANAJEMEN PENDANAAN DAN TEKNOLOGI

DANA INVESTASI

LITBANG Teknol Koperasi KIMHUT-DEG dana

Kebun KIMHUT DEG Teknologi & 1000 - 5000 EKOR SIM-Pasar

Industri Peternakan DEG

Industri Industri Perdagangan Pupuk Organik Packaging/Kemas

PromosiPemasaran

Industri pakan hijauan/ konsentrat

799

Page 5: LAMPIRAN 6 · Web viewMempunyai pengalaman dan ketram-pilan memelihara ternak domba dan sanggup melakukan usaha secara serius. Sanggup menyediakan kandang, pakan dan memelihara ternak

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

KETERKAITAN ANTAR PELAKU DALAM KIMHUT DOMBA EKOR GEMUK

Cluster ALSINTAN

PRODUK KSP INDUSTRI DEG Cluster PASAR Pakan PETERNAKAN pangan regional hijauan DEG HEWANI

- Pupuk - Pestisida LIMBAH - Herbisida TERNAK - KONSENTRAT HASIL Cluster Cluster HIJAUAN Pemasaran & Agrokimia Transportasi

Pasar Industri Industri PROMOSI Nasional Silages Pupuk Kemas & Pakan Organik Packaging ternak

SISTEM PERBANKAN DAN ASURANSI

800

Page 6: LAMPIRAN 6 · Web viewMempunyai pengalaman dan ketram-pilan memelihara ternak domba dan sanggup melakukan usaha secara serius. Sanggup menyediakan kandang, pakan dan memelihara ternak

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

4. Tujuan dan Sasaran.Berdasarkan konsepsi tersebut di atas,

maka tujuan dan sasaran dari sentra pengembangan KIMHUT domba ekor gemuk ini adalah sebagai berikut.

(1). Tujuan Pengembangan KIMHUT-DEG

a. Meningkatkan populasi ternak DEG, produksi primer dan hasil sampingan, serta produk-produk ikutannya, yang dpaat dipasarkan secara lokal dan regional, bahkan kalau memungkinkan secara nasional.

b. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak (dan pengelola KAWASAN) melalui peningkatan skala usaha kecil menuju ke arah komersial dengan pendekatan agribisnis.

c. Menciptakan sentra-sentra pembibitan dan pusat pelayanan inovasi teknologi serta informasi pasar.

d. Menciptakan Kelompok Usaha Bersama Agribisnis (KUBA) DEG yang dijiwai oleh semangat kemitraan dan koperatif

e. Mendorong berkembangnya koperasi pedesaan dengan kegiatan produktifnya agribisnis komoditas unggulan dan mampou bermitra-usaha dengan pihak luar/suasta yang terkait.

(2) Sasaran.

a. Sasaran Kualitatif.Sasaran dari KIMHUT-DEG ini

adalah berkembangnua kelompok- kelompok peternak yang dibina menuju usaha kelompok agribisnis yang mandiri dan kemudian diarahkan kepada berkembangnya koperasi pengelola KIMHUT-DEG.

b. Sasaran Kuantitatif.Sasaran kuantitatif KIMHUT-DEG ini

adalah sebagai berikut:(a) Membangun Pusat Pelayanan Tek-

nologi DEG (PPDEG) yang meliputi,

pembangunan kandang induk, kandang penampungan bibit, instalasi air bersih dan listrik, alat veteriner /pelayanan kesehatan dan beberapa perlengkapan; serta ruang informasi teknologi.

(b) Pengadaan bibit domba ekor gemuk unggul dengan jumlah tertentu, misalnya sebanyak 110 ekor (10 ekor jantan dan 100 betina).

(c) Selanjutnya bibit domba ekor gemuk tersebut dikembangkan di PPDEG dengan memelihara secara intensif-berkesinambungan dengan menggu-nakan, dan bibit yang dihasilkan disebarkan kepada peternak.

(d) Sasaran peternak/peternak ditetapkan secara bertahap, misalnya setiap tahapan 200 RTP, masing-masing menerima 1 jantan dan 5-10 betina.

(e). Sasaran KIMHUT Domba Ekor Gemuk adalah 1000 RTP, masing-masing memelihara 5-10 ekor betina dan seekor pejantan. dengan demikian sasaran populasi domba adalah sekitar 5000-10000 ekor.

2.5. Tahapan KemandirianDalam rangka pemberdayaan

kelompok peternak sehingga dapat mencapai kemandirian, maka bantuan fisik dan keuangan dari proyek pemerintah diha-rapkan dapat berakhir pada akhir tahun ke-2 atau ke-3. Selanjutnya pemerintah hanya akan membina secara fungsional agar KUBA-DEG dapat mencapai kemandirian bahkan berkembang ke arah terbentuknya koperasi usaha agribisnis komoditas domba ekor gemuk, yang selanjutnya mampu melakukan kemitraan dengan mitra-usaha Swasta setempat.

Komoditi ternak mempunyai peran dan fungsi yang sangat kompleks dalam kehidupan sosial budaya masyarakat pedesaan. Sebelum dekade 1970-an, sebagian besar petani memelihara ternak secara sambilan atau hanya sebagai kepper atau user, dan hanya sebagian kecil sebagai producer, serta tidak ada

801

Page 7: LAMPIRAN 6 · Web viewMempunyai pengalaman dan ketram-pilan memelihara ternak domba dan sanggup melakukan usaha secara serius. Sanggup menyediakan kandang, pakan dan memelihara ternak

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

yang sebagai breeder. Namun pada masa itu, Indonesia justru berswasembada, bahkan mampu mengekspor ternak ke beberapa negara. Pada saat itu, fungsi dan peran ternak tidak semata sebagai penghasil pangan, tetapi juga berperan penting dalam: (1) mengakumulasi aset, tabungan atau asuransi; (2) meningkatkan status sosial pemiliknya, atau untuk keperluan sosial budaya dan keagamaan; (3) sebagai bagian integral usaha tani untuk tenaga kerja di sawah atau penarik pedati/kereta dan penghasil kompos; serta (4) sebagai hewan piaraan untuk keperluan hobi, olah raga, atau hewan kesayangan.

Perkembangan ekonomi dan arus globalisasi telah mendorong masyarakat mengonsumsi daging, telur, dan susu lebih banyak. Peluang ini oleh perusahaan asing telah dimanfaatkan dengan memasukkan produk (susu dan daging), inovasi (industri ayam ras, industri pengolahan susu), dan bibit (ayam ras, babi, sapi). Kondisi ini menyebabkan perkembangan industri peternakan sangat bergantung pada impor bibit dan bakalan (ayam 100%, feeder cattle 400.000 ekor/ tahun), pakan (kedelai, jagung, tepung ikan, MBM), maupun teknologi pengolahan dan pemasaran (susu). Hal ini berdampak pada: (1) perkembangan usaha peternakan rakyat secara perlahan tergusur peranannya; (2) usaha peternakan semakin tidak mandiri dan rentan terhadap perubahan global; serta (3) margin per satuan unit usaha ternak semakin kecil. Inovasi impor dan efisiensi menuntut ketersediaan modal dan peningkatan skala usaha, yang ternyata sulit digapai oleh peternak kecil atau petani tradisional yang biasanya miskin.

Oleh karena itu, pengembangan usaha peternakan di Indonesia harus dibangun berdasarkan potensi, kekuatan, dan peluang yang tersedia, serta sekaligus mem-perhatikan tantangan, ancaman, dan kele-mahan yang ada. Pengembangan peternakan yang terlalu mengandalkan inovasi dari negara maju, harus dipilah

dan dicermati, karena dikhawatirkan pening-katan produksi akan berbanding terbalik dengan kemiskinan dan kelaparan yang akan menimpa peternak kecil.

Dalam konteks inilah pentingnya upaya untuk mensinergikan keunggulan komparatif dan inovasi lokal, serta mengkombinasikan inovasi teknologi, dan kearifan lokal, agar peternakan rakyat lebih berdaya saing, mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik, dan dapat menyejahterakan para peternak di pedesaan.

METODE PENELITIAN

Penelitian melibatkan sejumlah peternak domba ekor gemuk melalui survei purposive di wilayah pedesaan Kabupaten Ponorogo, Kecamatan Sooko dan Sawoo. Lokasi ini adalah merupakan wilayah kantong ternak domba ekor gemuk yang potensial dilakukan penjualan ke luar daerah melalui pasar hewan di lokasi. Di wilayah tersebut dikembangkan usahatani tanaman pangan yang potensial sebagai pendukung ekonomi rumah tangga. Keragaan ekonomi usahaternak dianalisis secara deskriptif kuantitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

OPERASIONALISASI PENYE-BARAN DAN PENGEMBANGAN DOMBA EKOR GEMUK

1. Pola PenyebaranPenyebaran komoditas domba ekor

gemuk di wilayah Kabupaten Ponorogo dilaksanakan melalui 2 pola, yaitu :

(1). Gerakan pembangunan rumah dan kandang (Gerbang Rukan) yaitu penyebaran dan pengembangan DEG dengan sistem pemeliharaan dimana lokasi pemeliharaan berada di lahan pekarangan.

802

Page 8: LAMPIRAN 6 · Web viewMempunyai pengalaman dan ketram-pilan memelihara ternak domba dan sanggup melakukan usaha secara serius. Sanggup menyediakan kandang, pakan dan memelihara ternak

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

(2). Gerakan pembangunan areal peternakan pedesaan (Gerbang Anak Desa) yaitu penyebaran dan pengembangan ternak dimana lokasi pemeliharaannya terpisah dengan pemukiman penduduk yang tergabung dalam suatu kelompok.

2. Penyebaran TernakPenyebaran domba ekor gemuk dapat

ditempuh melalui dua tahap, yaitu :

(1). Operasional Penyebaran Ternak

a. Tahap produksi bibit Produksi bibit di PPDEG dengan

induk terpilih sebanyak 110 ekor yang terdiri 100 ekor betina dan 10 ekor jantan. Adapun fungsi PPDEG ini adalah :(a) Aklimatisasi atau penyesuaian kondisi

dan lingkungan dalam upaya mem-perkecil tingkat kematian ternak se-belum disebarkan kepada anggota KUBA Domba Ekor Gemuk.

(b) Pembesaran bibit sampai umur tertentu untuk disebarkan ke peternak annggota KUBA.

(c) Pelayanan informasi (teknologi dan pasar) dan percontohan bagi masyarakat dan sekaligus sebagai tempat latihan kerja.

(d) Melaksanakan penyebaran bibit ternak ke peternak yang akan menerima paket Agribisnis.

(e) Membina peternak anggota KUBA menjadi spesialis-spesialis produksi ternak bibit dan ternak konsumsi.

(f) Meningkatkan pendapatan wilayah non pajak melalui penjualan hasil produksi.

b. Tahap Penyebaran dan Pem-binaan

Tahap penyebaran dan pemberdayaan, yaitu penyebaran bibit ternak kepada peternak yang bergabung dalam kelompok. Peternak-peternak ini diberdayakan se-hingga mampu menumbuhkan kawasan sentra produksi dan pembibitan. Apabila telah tercipta

sentra-sentra produksi & pembibitan, peranan PPDEG akan dapat dialihkan kepada pelayanan kesehatan, informasi teknologi dan informasi pasar.

(2). Komponen Komoditi Domba Ekor Gemuk (DEG)

Untuk meningkatkan produksi hasil ternak melalui kawasan sentra produksi ternak ini dipersyaratakan tersedianya beberapa komponen penting.

a. PPDEGPusat pelayanan ini merupakan pusat

pelayanan teknologi pembibitan/reproduksi, pembesaran dan perbanyakan bibit, serta informasi pasar hasil produksi, maka diperlukan sarana antara lain :(a) Kandang Induk Ternak(b) Kandang penampungan bibit(c) Pos /Ruang Pengelola/petugas(d) Ruang persalinan ternak & gudang

peralatan dan pakan/ makanan(e) Perlengkapan khusus pelayanan

kesehatan ternak(f) Ternak induk: Betina dan jantan(g) Alsintan(h) Instalasi air dan listrik(i) Ruang data dan pengolahan

informasi yang dilengkapi dengan fasilitas komunikasi yang memadai.

b. Perbaikan pakan/ransumUpaya perbaikan pakan dilakukan

dengan memberikan pakan konsentrat sehingga dapat meningkatkan produksi ternak.

c. Program Pelayanan Kesehatan Domba

Upaya menekan kematian akan dila-kukan dengan cara vaksinasi, pelayanan kesehatan hewan serta diagnosa penyakit secara teratur dan terpadu.

d. Distribusi dan redistribusiUntuk mempercepat terwujudnya

sentra pengembangan agribisnis komoditi unggulan, maka upaya penyebaran ternak

803

Page 9: LAMPIRAN 6 · Web viewMempunyai pengalaman dan ketram-pilan memelihara ternak domba dan sanggup melakukan usaha secara serius. Sanggup menyediakan kandang, pakan dan memelihara ternak

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

maupun redistribusinya akan dilaksanakan secara berkesinambungan.

e. Intensifikasi Guna meningkatkan produktifitas

ternak di lokasi sentra pengembangan agribisnis komoditi unggulan ini harus dilakukan intensifikasi sistem pengelolaan usahatani ternak. Melalui intensifikasi diharapkan dapat diperoleh peningkatan produktifitas maupun skala pemilikan.

f. Pelatihan SDMGuna meningkatkan ketrampilan dan

pengetahuan petugas lapangan maupun peternak anggota KSP, harus dilakukan pelatihan, baik yang menyangkut teknologi budidaya, manajemen usaha, maupun manajemen pemasaran hasil.

g. Pembinaan KUBAUntuk meningkatkan transformasi

teknologi kepada peternak, pembinaan peternak anggota harus dilaukan decara kontinyu dan intensif. Pembentukan kelompok dan recruitmen anggota harus melibatkan tokoh masyarakat setempat dan memperhatikan ikatak-ikatan sosial-tradisional yang telah ada.

(3) Sistem Distribusi Bibit

a. Distribusi bibitDistribusi bibit ternak dapat dilakukan

dengan dua sistim, yaitu :(a) Penyebaran melalui KUBA untuk

selanjutnya kelompok ini menyebarkan kepada kelompok lain yang terdiri dari 25-30 RTP.

(b) Penyebaran langsung ke peternak yang bergabung dalam KUBA.

b. Paket Agribisnis WANATANI Tiga Strata:

1. Strata 1: Sengon, Lamtoro-gung, Jati mas, Kaliandra

2. Strata 2: Jagung, rumput gajah, Glericidea, rumput lapangan

3. Strata 3: Domba ekor gemuk.

Setiap peternak menerima satu paket WANATANI - DEG, komponen paket tersebut terdiri dari 5-10 ekor betina dan 1 ekor pejantan berumur 8-10 bulan, selama setahun pertama peternak mendapat bantuan makanan ternak (konsentrat) dari proyek. Disamping itu peternak mendapat paket tambahan berupa bibit tanaman pakan yang harus ditanam di lahan pekarangan/tegalannya, jumlah bantuan bibit ini disesuaikan dengna luas pemilikan lahan. Sebelumnya peternak mendapatkan latihan terlebih dahulu, penyuluhan dan pembinaan serta bantuan kandang/ peralatan.

Paket Teknologi Produksi Domba

(a). Program ProduksiProgram produksi kambing dan

domba ini diarahkan pada penjualan anak/turunan pada umur 12-18 bulan, dan penjualan induk-induk afkir. Peningkatan produksi ternak lebih diarah kan untuk memperpendek jarak waktu antara beranak, yaitu antara 7-8 bulan atau tiga kali beranak dalam dua tahun, daripada berupaya mempertinggi jumlah anak kelahiran per induk.

(b). Bangsa KambingBeberapa bangsa kambing yang

banyak digemari peternak di Jawa Timur adalah Kambing kacangan, Kambing peranakan Etawa dan Kambing Saanen. Kambing kacangan mempunyai ciri-ciri: badan kecil dan pendek; telinga pendek dan tegak; jantan dan betinanya bertanduk, bobot badan jantan dewasa sekitar 25 kg, sedangkan betinanya 20 kg. Kambing peranakan Etawa mempunyai ciri-ciri: hidung melengkung, jantan dan betinanya bertanduk, telinganya panjang dan terkulai, di garis belakang dari kaki belakang terdapat bulu panjang, ambing besar, warna bulu belang hitam putih atau merah, atau coklat putih. Kambing Saanen mempunyai ciri-ciri: jantan dan betina

804

Page 10: LAMPIRAN 6 · Web viewMempunyai pengalaman dan ketram-pilan memelihara ternak domba dan sanggup melakukan usaha secara serius. Sanggup menyediakan kandang, pakan dan memelihara ternak

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

tidak bertanduk, warna putih atau crem pucat, hidung, telinga dan ambing belakang hitam, telinga sedang dan tegak.

(c). Bangsa DombaBeberapa bangsa domba yang banyak

dipelihara peternak di Jawa Timur adalah Domba Ekor Gemuk (DEG). Domba ini mempunyai ciri- ciri: jantan bertanduk kecil, sedang betinanya tidak bertanduk; ekornya panjang dan lebar; ujung ekor melengkung dan kecil; telinga kebanyakan pendek dan kecil; warnanya bulu putih.

(d). Memilih calon bibit indukTiga hal yang harus diperhatikan,

yaitu (i) sifat luar, kemampuan beranak, dan kemampuan tetuanya atau turunannya yang sudah ada. Bibit induk yang baik mempunyai sifat luar: sehat, tidak terlalu gemuk dan cacat; kaki lurus dan normal; alat kelamin normal; mempunyai sifat keibuan (selalu bersedia menyusui); ambing/buah susu normal (halus, kenyal, tidak ada pembengkakan); bulu bersih dan mengkilat. Dalam hal kemampuan beranak yang penting adalah jarak beranaknya 7-8 bulan dan jumlah anak yang dilahirkan setiap kelahiran. Kemampuan tetua dilihat dari mudah beranak dan turunan kembar. Jika dilihat turunan/anak yang sudah ada, maka yang dilihat adalah besar/bobot badan kenormalan tubuhnya.

(e). Kandang

1. Kandang PanggungKandang ini relatif bersih karena

kotoran, sampah dan air kencing langsung jatuh ke bawah; lantai kandang lebih kering, sehingga kuman penyakit, parasit dan jamur dapat dikendalikan perkem-bangannya. Biaya pembangunannya relatih lebih mahal daripada lantai tanah; resiko ke-celakaan ternak terperosok lebih besar.

2. Kandang lantai tanah

Kandang ini lebih murah dan mudah, kontruksinya lebih sederhana, dan resiko kecelakaan ternak lebih kecil. Akan tetapi kebersihan kurang terjamin, lantai sering becek dan berair sehingga kuman-kuman poenyakit dapat tumbuh subur.

3. Cara pembangunan kandang panggung(1). Atap : dapat digunakan genteng

tanah, alang-alang, genteng seng, atau bahan lainnya

(2). Kaso: dapat dari bambu bulat, kayu kaso atau bambu belah

(3). Reng: belahan bambu atau kayu(4). Ukuran: Tinggi lantai dari

permukaan tanah 75-100 cm; ukuran luas untuk jantan dewasa 1.2 m2, betina dewasa 1.0 m2, induk menyusui 1.0 m2 ditambah 0.5 m2 setiap ekor anakan, jantan/betina muda 0.75 m2, sapihan 0.5 m2.

(5). Sekat kandang sebaiknya dapat digeser agar mudah mengatur ruangan sesuai kebutuhan dan tingginya 70-80 cm.

(6). Kolong kandang: dasar kolong kandang digali sedalam 40-50 cm

(7). Bak pakan diletakkan di luar menempel pada dinding kandang, tingginya sekitar 50 cm, lebar bagian atas 30-40 cm dan bagian dalamnya 20-25 cm.

(f). Program perkawinan1. Bagi domba betina dewasa hendaknya

dika winkan pertama kali pada umur 10-12 bulan, sedangkan jantan muda dapat digunakan sebagai pemacek pertama kali pada umur 12 bulan.

2. Waktu yang baik untuk mengawinkan kambing 12-18 jam setelah terlihat tanda pertama berahi. Dapat pula dipakai pedoman seperti pada perkawinan ternak sapi.

3. Pemeriksaan kebuntingan seperti pada ternak sapi. Kebuntingan ternak domba sekitar 150 hari atau lima bulan.

805

Page 11: LAMPIRAN 6 · Web viewMempunyai pengalaman dan ketram-pilan memelihara ternak domba dan sanggup melakukan usaha secara serius. Sanggup menyediakan kandang, pakan dan memelihara ternak

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

4. Perlakuan pada anak domba yang baru lahir: - Bersihkan lendir yang terdapat

dalam hidungnya dengan cara menggelitik dalam hidungnya dengan seutas jerami atau pegang kaki belakang kemudian ayun-ayunkan dengan hati-hati

- Biarkan induknya menjilat anaknya sampai kering

- Setelah anak lahir maka anak segera menyusu pada induknya.

5. Perkawinan kembali dapat dilakukan setelah anaknya disapih, yaitu umur delapan minggu.

(g). Pakan domba1. Bahan-bahan sumber enerji atau

protein untuk ternak kambing maupun domba sama halnya dengan ternak lain

2. Ransum pakan Ransum pakan yang terbaik adalah

campuran antara rumput, daun kacang-kacangan/limbah pertanian, dedak dan bungkil lainnya.

Garam dapur perlu diberikan untuk memenuhi kebutuhan mineral dan meningkatkan nafsu makan.

Air minum bersih diberikan setiap hari.

3. Pakan anak domba sebelum disapih

Mulai umur 2-3 minggu dikenalkan pakan hijauan dan dedak padi; hijauan diberikan harus segar dan mudah dicerna yang terdiri satu bagian rumput dan satu bagian daun-daunan.

4. Pakan anak lepas sapihAnak domba yang sudah disapih

diberi pakan hijauan yang mutunya baik, terdiri dari rumput sekitar 1.5-2 kg/ekor/hari dicampur dengan daun-daunan sekitar 0.5-1.0 kg/ekor/hari; atau dengan pedoman satu bagian daun-daunan dan 1.5 bagian rumput. Apabila memungkinkan dapat diberi tambahan

dedak padi sebanyak 0.5- 1 gelas minum setiap ekor sehari.

5. Pakan induk yang menyusuiPakan terdiri atas rumput, hijauan

sumber protein dan dedak padi. Jumlah rumput dan hijauan sumber protein adalah 50%:50%.

Jumlah dedak padi 2-3 gelas minum seekor setiap hari atau dapat juga diganti dengan daun kacang-kacangan sebanyak 1-1.5 kg/ekor/hari. Pada waktu pemberian hijauan hendaknya dilebihkan sekitar 2 kg.

6. Pakan induk bunting tiga bulanInduk yang bunting 6 minggu terakhir

masa kebuntingan harus diusahakan bobot badannya terus bertambah, pemberian pakannya sama dengan induk yang sedang menyusui.

7. Pakan domba dewasaTernak yang tidak sedang bunting

atau menyusui dapat diberi pakan hijauan saja, yaitu campuran rumput dan daun-daunan dengan imbangan 3/4 bagian rumput dan 1/4 bagian daun. Jumlah pakan sekitar 10% dari bobot badan ditambah 1-1.5 kg hijauan.

(h). Kesehatan dan penyakit

1. Kecacingan ternak mudaPenyebabnya pada umumnya cacing

gelang atau cacing usus lainnya yang lazim menyerang ternak dewasa.

Gejalanya: lemah badan, kurus dan berbulu kasar, mencret, batuk- batuk, selaput mata pucat.

Pencegahan: mengusahakan agar kandang tidak becek, pemberian obat cacing secara berkala setiap 1.5 bulan sekali.

Pengobatan: pemberian Piperazina 25 mg/kg bbobot badan.

2. Kecacingan ternak dewasa(a). Fasciolasis (Cacing hati)

806

Page 12: LAMPIRAN 6 · Web viewMempunyai pengalaman dan ketram-pilan memelihara ternak domba dan sanggup melakukan usaha secara serius. Sanggup menyediakan kandang, pakan dan memelihara ternak

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

Penyebabnya: cacing Fasciolasis sp. (cacing hati).

Gejalanya: bersifat menahun sehingga sering tidak menampakkan gejala abnormal, seringkali dapat mengakibatkan kematian. Pada serangan berat dimana jaringan hati 90% terserang, batru tampak tanda-tanda klinis seperti kurus, bulu kasar dan suram, selaput mata pucat, dan mencret.

Pencegahan: drainase padang gembalaan, karena larva cacing ini hidup dan berkembang dalam tubuh siput air tawar; pemberian obat cacing secara teratur, yaitu pada awal dan akhir musim hujan.

Pengobatan: Nitroxinil, dalam obat merk Dovenik, injeksi S>C (bawah kulit) 10 mg/kg BB, jangan menginjeksi lebih dari 5 ml setiap tempat injeksi untuk mencegah kebengkakan. Niklofolan 3 mg/kg BB dalam obat Niklofluke-tablet/injeksi.

(b). Cacing lambung dan usus (Cacing Gastrointestinal)

Penyebabnya: Cacing porong, cacing cambuk, cacing rambut, dan cacing kait (Bunostomum).

Gejala: tidak nampak jelas adanya penurunan kondisi tubuh.

Pencegahan: drainase pada padang gembalaan

Pengobatan: Piperasine, 25 mg/kg BB; Thiabendazole 1 g/kg BB.

(c). Mencret (Diare)Diare sebenarnya dapat disebabkan

oleh beberapa faktor kemungkinan. Penyebab yang lazim adalah (a) makanan yang tidak cocok (rumput terlalu muda, katul terlalu halus dll), kuman/infeksius.

Prognosa:prognosa penyakit tergantung pada tingkat dehidrasi yang terjadi. Apabila keadaan dehidrasi tidak segera dapat dipulihkan melalui usaha pengobatan, akan cepat mengundang kematian.

Pengobatan: Tergantung penyebabnya, kalau disebabkan oleh keti-

dak-cocokan pakan, maka segera dihindari pakan tersebut. Kalau disebabkan oleh kuman maka pengobatan dapat dilakukan dengan antibiotika atau sulfa. Pengobatan penguat tubuh sebagai rehydrasi dengan suntikan infus cairan NaCl 0.9% dan glukosa 10% dengan suntikan I.V. atau S.C, jumlahnya sesuai dengan kebutuhan. Pengobatan simtomatis (untuk menghilangkan gejala) mencret dengan injeksi Papaverin, Konstipansia: tanin yang terdapat dalam buah nangka muda, dan jambu biji muda.

3. Gudig (Scabies) Gejalanya: ternak suka menggaruj

anggota tubuhnya, ada luka di bagian moncong hidung, bibir, daun telinga, kaki dan menyebar ke bagian tubuh yang lain; ternak tampak stress dan lesu, tubuh cepat menjadi kurus.

Penyebab: Parasit Sarcobtes, parasit ini menembus kulit dan membuat lubang-lubang terowongan di bawah kulit.

Pencegahan: segera asingkan ternak yang sakit, jaga kebersihan kandang.

Pengobatan: olesi pada bagian yang keropeng dengan obat BBE (Bensos Bensilicus Emulsion) 25% sehari dua kali. Olesi pada bagian keropeng dengan olie bekas. Mandikan ternak dengan Gamexan 1 ml/liter air.

4. ORF (Bengram, Dakangan)Gejalanya: peradangan hingga

menjadi keropeng kerak di sekitar mulut, kelopak mata, kelenjar ambing (susu) dan alat kemaluan.

Penyebabnya: Virus; Pencegahan : vaksinasi

Pengobatan: antibiotika, untuk menekan infeksi sekunder.

TANAMAN HIJAUAN PAKAN

RUMPUT GAJAH(Pennisetum purpureum Schum.)

807

Page 13: LAMPIRAN 6 · Web viewMempunyai pengalaman dan ketram-pilan memelihara ternak domba dan sanggup melakukan usaha secara serius. Sanggup menyediakan kandang, pakan dan memelihara ternak

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

1. Iklim. Temperatur lebih dari 14oC, dan kisaran optimumnya adalah 25 - 29oC; curah hujan berkisar antara 1100 - 5000 mm/tahun.

2. Tanah. Solum tanah dalam (>50 cm), konsistensi gembur (lembab), permeabilitas sedang, drainase agak cepat hingga baik, tingkat kesuburan tinggi, tekstur lempung dan lempung berdebu, pH tanah berkisar 4.5 - 8.5, dan kisaran optimum pH 5.5 - 7.0.

3. Hasil hijauanHasil di lahan petani: Tanah kurang

subur tanpa pupuk N, hasilnya 2-5 ton/ha (musim kemarau); 5-10 ton/ha (musim hujan). Tanah subur hasilnya 10-20 ton/ha (musim kemarau dan 20-30 ton/ha (musim hujan dengan jarak tanam 50x50 cm, dipangkas pada umur 50-60 hari pada musim kemarau dan 30-40 hari pada musim hujan.

Hasil di perkebunan dapat mencapai 200-400 ton/ha/th dengan frekuensi panen 8 - 9 kali setahun.

SETARIA(Setaria spachelata)

1. Iklim. Temperatur lebih dari 14oC, dan kisaran optimumnya adalah 25 - 29oC; curah hujan berkisar antara 300 - 5000 mm/tahun.

2. Tanah. Tamah dalam (>50 cm), konsistensi gembur (lembab),

permeabilitas sedang, drainase agak cepat hingga baik, tingkat kesuburan sedang, tekstur lempung dan lempung berdebu; pH tanah berkisar 4.5 - 8.5, dan kisaran optimum pH 5.8 - 7.0.

3. Hasil hijauanHasil di lahan petani: Tanah kurang

subur tanpa pupuk N, hasilnya 1.2 - 2.5 ton/ha (musim kemarau); 2.5 -4.0 ton/ha (musim hujan). Tanah subur hasilnya > 5 ton/ha dengan jarak tanam 25 x 25 cm, dipangkas pada umur 50-60 hari pada musim kemarau dan 30-40 hari pada musim hujan.

KELOMPOK LEGUMINOSA

1. Iklim. Temperatur lebih dari 14oC, dan kisaran optimumnya adalah 25 - 29oC; curah hujan berkisar antara 600 - 3000 mm/tahun.

2. Tanah. Solum tanah dalam (>75 cm), konsistensi gembur (lembab), permeabilitas sedang, drainase agak cepat hingga baik, tingkat kesuburan sedang, tekstur lempung dan lempung berdebu; pH tanah berkisar 4.5 - 8.5, dan kisaran optimum pH 5.8 - 7.0.

3. Hasil hijauan: BELUM ADA INFOR-MASI YANG RINCI.

808

Page 14: LAMPIRAN 6 · Web viewMempunyai pengalaman dan ketram-pilan memelihara ternak domba dan sanggup melakukan usaha secara serius. Sanggup menyediakan kandang, pakan dan memelihara ternak

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

4. Persyaratan penggunaan lahan untuk tumput gajah:

Persyaratan penggunaan/Karakteristik Lahan

Kelas Kesesuaian Lahan:

S1 S2 S3 NTemperatur (tc):Temperatur rataan (oC) 20-28 18-20

28-3016-18 30-38

>16 >38

Ketersediaan air (wa)Curah hujan, mm/th

1700-2000 1400-17002000-3000

1100-14003000-5000

<1100>5000

Kelembaban udara (%) <65 65-75 75-85 >85Ketersediaan oksigen (oa):Drainase

Baik - Agak

terhambat

Agak cepat Terhambat Sangat terhambat

MEDIA PERAKARAN (rc):Tekstur ah; s ak

h k

Bahan kasar (%) <15 15-35 35-55 >55Kedalaman tanah (cm) >50 - 30-50 <30Gambut:Ketebalan, cm <60 60-140 140-200 >200+ dgn sisipan/pengkayaan <140 140-200 200-400 >400Kematangan Saprik+ Saprik

Hemik+HemikFibrik+

Fibrik

RETENSI HARA (nr):KTK liat, cmol >16 <= 16Kejenuhan Basa , % >50 35-50 <35pH H2O 5.8-7.0 5.5-5.8

7.0-7.5<5.5>7.5

C-organik, % >0.4 <=0.4TOKSISITAS (xc):Salinitas (dS/m) < 4 4 - 6 6 - 8 > 8SODOSITAS (xn)Alkalinitas (ESP) , %

- - - -

BAHAYA SULFIDIK (xs):Kedalaman sulfidik, cm >100 75-100 40-75 <40BAHAYA EROSI (eh):Lereng, % < 8 8-16 16-30 >30Bahaya Erosi sr r-sd b sbBAHAYA BANJIR(fh):Genangan F0 F1 F2 > F3PENYIAPAN LAHAN (lp)Batuan di permukaan, % <5 5-15 15-40 >40Singkapan batuan, % <5 5-15 15-25 >25

Keterangan: Tekstur: h = halus; ah = agak halus; s = sedang; ak = agak kasar.+ = gambut dengan sisipan/pengkayaan bahan mineral. Bahaya erosi: sr = sangat ringan; r = ringan; sd = sedang; b = berat; sb = sangat berat.

809

Page 15: LAMPIRAN 6 · Web viewMempunyai pengalaman dan ketram-pilan memelihara ternak domba dan sanggup melakukan usaha secara serius. Sanggup menyediakan kandang, pakan dan memelihara ternak

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

4. Persyaratan penggunaan lahan untuk Setaria:

Persyaratan penggunaan/Karakteristik Lahan

Kelas Kesesuaian Lahan:

S1 S2 S3 NTEMPERATUR (tc):Temperatur rataan (oC) 20-28 18-20

28-3016-18 30-38

>16 >38

KETERSEDIAAN AIR (wa)Curah hujan, mm/th

1200-2000 1000-12002000-3000

700-10003000-5000

<700>5000

KELEMBABAN UDARA (%) <65 65-75 75-85 >85Ketersediaan oksigen (oa):Drainase

Baik - Agak

terhambat

Agak cepat Terhambat Sangat terhambat -

CepatMEDIA PERAKARAN (rc):Tekstur

ah; s ak h k

Bahan kasar (%) <15 15-35 35-55 >55Kedalaman tanah (cm) >50 - 30-50 <30Gambut:Ketebalan, cm <60 60-140 140-200 >200+ dgn sisipan/pengkayaan <140 140-200 200-400 >400Kematangan Saprik+ Saprik

Hemik+HemikFibrik+

Fibrik

RETENSI HARA (nr):KTK liat, cmol >16 <= 16Kejenuhan Basa , % >50 35-50 <35pH H2O 5.8-7.0 5.5-5.8

7.0-7.5<5.5>7.5

C-organik, % >0.4 <=0.4TOKSISITAS (xc):Salinitas (dS/m) < 4 4 - 6 6 - 8 > 8

SODOSITAS (xn)Alkalinitas (ESP) , %

- - - -

BAHAYA SULFIDIK (xs):Kedalaman sulfidik, cm >100 75-100 40-75 <40

BAHAYA EROSI (eh):Lereng, % < 8 8-16 16-30 >30

Bahaya Erosi sr r-sd b sbBAHAYA BANJIR(fh):Genangan F0 F1 F2 > F3

PENYIAPAN LAHAN (lp)Batuan di permukaan, % <5 5-15 15-40 >40

Singkapan batuan, % <5 5-15 15-25 >25

Keterangan: Tekstur: h = halus; ah = agak halus; s = sedang; ak = agak kasar. + = gambut dengan sisipan/pengkayaan bahan mineral. Bahaya erosi: sr = sangat ringan; r = ringan; sd = sedang; b = berat; sb = sangat berat.

4. Persyaratan penggunaan lahan untuk leguminosa:

810

Page 16: LAMPIRAN 6 · Web viewMempunyai pengalaman dan ketram-pilan memelihara ternak domba dan sanggup melakukan usaha secara serius. Sanggup menyediakan kandang, pakan dan memelihara ternak

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

Persyaratan penggunaan/Karakteristik Lahan

Kelas Kesesuaian Lahan:

S1 S2 S3 NTEMPERATUR (tc):Temperatur rataan (oC)

20-28 18-20 28-30

16-18 30-38

>16 >38

KETERSEDIAAN AIR (wa)Curah hujan, mm/th

1500-2000 900-15002000-2500

600-9002500-3000

<600>3000

KELEMBABAN UDARA (%) <65 65-75 75-85 >85Ketersediaan oksigen (oa):Drainase

Baik - Agak terhambat

Agak cepat Terhambat Sangat trhmbat -Cepat

MEDIA PERAKARAN (rc):Tekstur

ah; s ak h k

Bahan kasar (%) <15 15-35 35-55 >55Kedalaman tanah (cm) >75 50-75 30-50 <30Gambut:Ketebalan, cm <60 60-140 140-200 >200+ dgn sisipan/pengkayaan <140 140-200 200-400 >400Kematangan Saprik+ Saprik

Hemik+HemikFibrik+

Fibrik

RETENSI HARA (nr):KTK liat, cmol >16 <= 16

Kejenuhan Basa , % >50 35-50 <35pH H2O 5.8-7.0 5.5-5.8

7.0-7.5<5.5>7.5

C-organik, % >0.4 <=0.4TOKSISITAS (xc):Salinitas (dS/m) < 4 4 - 6 6 - 8 > 8

BAHAYA SULFIDIK (xs):Kedalaman sulfidik, cm >100 75-100 40-75 <40

BAHAYA EROSI (eh): Lereng, % < 8 8-16 16-30 >30Bahaya Erosi sr r-sd b sbBAHAYA BANJIR(fh): Genangan F0 F1 F2 > F3PENYIAPAN LAHAN (lp): Batuan di permukaan, % <5 5-15 15-40 >40

Singkapan batuan, % <5 5-15 15-25 >25

Keterangan: Tekstur: h = halus; ah = agak halus; s = sedang; ak = agak kasar. + = gambut dengan sisipan/pengkayaan bahan mineral. Bahaya erosi: sr = sangat ringan; r = ringan; sd = sedang; b = berat; sb = sangat berat.

Pola Perguliran

Petani penerima paket berkewajiban mengembalikan anakan dengan sistem bagi hasil (bagi anakan), dengan rincian 50% anakan untuk peternak dan 50% disetorkan ke PPDEG untuk digulirkan lebih lanjut. Jangka waktu pengembalian dua tahun terhitung setelah penerimaan paket yang dilakukan melalui penanda-tanganan surat perjanjian.

d. Mekanisme Pengembalian

Produksi anakan domba ekor gemuk diperkirakan dua ekor anakan setiap induk dalam waktu setahun. Sebanyak 50% dari anakan ini (umur 5-6 bulan) disetor ke PPDEG dengan dikoordinir oleh ketua kelompok. Dari jumlah setoran anakan ternak dari peternak dirinci sebagai berikut :(a) Sebanyak 50 % untuk dibesarkan dan

dijual untuk mendukung operasional PPDEG.

(b) Sebanyak 50% dibesarkan hingga umur 8-10 bulan dan selanjutkan

811

Page 17: LAMPIRAN 6 · Web viewMempunyai pengalaman dan ketram-pilan memelihara ternak domba dan sanggup melakukan usaha secara serius. Sanggup menyediakan kandang, pakan dan memelihara ternak

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

digunakan sebagai paket agribisnis yang digulirkan kepada peternak lainnya.

LokasiLokasi kawasan sentra produksi

DEG ini adalah wilayah kecamatan lahan kering-kritis yang berpotensi menghasilkan hijauan pakan dalam jumlah yang memadai. Secara formal penetapan lokasi (Kecamatan) dilakukan oleh Dinas /Instansi yang berwenang.

Peternak dan KUBAPeternak peserta proyek ditetapkan

oleh Kepala Dinas /Instansi terkait dengan mengakomodasikan saran/masukan-masukan dari tokoh masyarakat setempat.

(1) Syarat-syarat pesertaa. Bertempat tinggal tetap di lokasi KSP

disertai surat keterangan domisili Kepala Desa.

b. Diutamakan belum mendapat ternak bantuan pemerintah.

c. Bersedia menjadi anggota kelompok KUBA.

d. Mempunyai pengalaman dan ketram-pilan memelihara ternak domba dan sanggup melakukan usaha secara serius.

e. Sanggup menyediakan kandang, pakan dan memelihara ternak dengan baik.

f. Bersedia mengikuti petunjuk, bim-bingan dan latihan dari Dinas dan instansi terkait.

g. Mengajukan permohonan kepada Ke-pala Dinas /Instansi Dati II untuk menjadi peserta proyek/penggaduh ternak dan menjadi anggota KUBA.

h. Bersedia menandatangani Surat Per-janjian Kerja dengan Dinas /Instansi berwenang.

(2) Adapun tugas dan syarat KUBA sebagai berikut :a. Peternak peserta proyek dikelom-

pokkan dalam kelompok peternak (KUBA) yang terdiri dari 25 -30 RTP.

b. Setiap KUBA membentuk pengurus yang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara.

c. Pengurus berkewajiban ikut membina dan mengaktifkan anggota kelompok serta mengkoordinasikan kegiatan pengembangan usahatani ternak DEG dari anggotanya.

d. Pengurus berkewajiban menyam-paikan laporan perkembangan ternak dari anggotanya kepada petugas peternakan setempat.

e. Setiap anggota kelompok wajib men-catat perkembangan ternaknya pada kartu peternak dan data kesehatan ternak melalui kartu pelayanan kese-hatan hewan seperti pada.

(3) Petani yang telah memenuhi persyaratan ditetapkan oleh Surat Kepu-tusan Kepala Dinas /Instansi berwenang Kabupaten Ponorogo.

3.5. Forum Komunikasi Agribisnis (FORKA)

Forum ini berfungsi untuk memantau dan mengendalikan perkembangan KSP sehingga mampu mencapai hasil yang diinginkan. Forum ini beranggotakan para ketua KUBA, perwakilan instansi pemerintah yang terkait, suasta dan tokoh masyarakat.

4. Pelaksanaan Kegiatan Menurut Tahun Anggaran

Sebagian anggaran KSP Domba Ekor Gemuk pada T.A tertentu dapat dimasukkan dalam DIP PEMDA Ponorogo dengan besaran tertentu.

4.1. Pelaksanaan dan Penggunaan Dana

A. Peralatan / perlengkapan dan mesin

(1) Komponen PPDEGa. Bangunan kandang induk

812

Page 18: LAMPIRAN 6 · Web viewMempunyai pengalaman dan ketram-pilan memelihara ternak domba dan sanggup melakukan usaha secara serius. Sanggup menyediakan kandang, pakan dan memelihara ternak

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

Biaya yang tersedia dipergunakan untuk pembangunan kandang permanen dengan sistem ventilasi dan sanitasi yang memadai. Jumlah bangunan kandang ini 10 unit dengan alas tanah yang dipadatkan, setiap kandang mampu menampung 50-75 ekor ternak dewasa.

b. Kandang Persalinan TernakBiaya yang tersedia digunakan untuk

membangun kandang disain khusus untuk keperluan ternak yang melahirkan dan menyusui anaknya hingga umur 2 bulan. Jumlah kandang ini sebanyak 10 unit, dengan kapasitas 5-10 ekor induk setiap kandang.

c. Kandang Pembesaran Bibit Domba

Biaya yang tersedia dengan besaran tertentu dapat dipergunakan untuk pem-bangunan kandang pembesaran bibit sebanyak 15 unit kandang, masing-masing berkapasitas 50-75 ekor bibit domba.

d. Peralatan/perlengkapan kandang

Pembelian peralatan kandang yang dibutuhkan antara lain adalah : tempat makan, tempat minum, indukan (pemanas) dan lain-lain. Peralatan kandang sebanyak beberapa unit untuk kebutuhan PPDEG.

e. Pengadaan Peralatan SilaseBiaya pengadaan peralatan silase

disesuaikan dengan harga berlaku, kegunaannya dipakai sebagai percontohan pengolahan silase bagi domba ekor gemuk.

B. Konstruksi

Komponen PPDEG :(1). Pembangunan pos petugas.Pembangunan pos petugas yang

dimaksud adalah bangunan untuk pos penjagaan dan rumah penjaga/kantor. Dana yang diperlukan sesuai dengna

kebutuhan yang direncanakan, misalnya seluas bangunan 50 M2.

(2) Bangunan kndang dan gudang.Kandang digunakan untuk ternak

induk, ternak bibit, ternak yang melahirkan dan menyusui anaknya. Gudang makanan digunakan untuk menyimpan makanan ternak domba ekor gemuk maupun perlengkapan lainnya.

(3). Instalasi air bersih (Sumur) dan listrik. Dana ini digunakan untuk memasang instalasi air dan listrik, yang kegunaannya untuk memenuhi kebutuhan fasilitas air dan listrik di PPDEG.

(4). PemagaranBiaya pemagaran bangunan PPDEG

disesuaikan dengan luas areal dan disain teknis pagar. Pemagaran bangunan kandang di PPDEG dapat menggunakan bahan pagar bisa dari kawat berduri, tiang besi, sehingga dapat melindungi/sebagai pengaman bangunan kandang, atau menggunakan disain pagar hidup.

(5). Kandang Induk TernakBiaya pembuatan kandang induk

domba ekor gemuk dengan luas tertentu disesuaikan dengan disain teknis. Kandang induk digunakan untuk pembesaran ternak, pemeliharaan induk produksi, dengan lantai dari semen dibuat agak miring dengan maksud agar air yang menggenang dapat terbuang. Atap kandang bisa dibuat dari asbes, atau genting, dinding ditutup dengan awat berlubang.

(6). Kandang Penampungan Bibit.Biaya pembuatan kandang penam-

pungan bibit dengan kapasitas disesuaikan dengan disain teknis. Kandang penam-pungan ini digunakan untuk pembesaran bibit sampai berumur 8-10 bulan baru disebar ke patani, dengan lantai dari semen atau tanah yang dipadatkan. Atap kandang bisa dibuat dari asbes, atau genting, dinding ditutup dengan kawat berlubang.

C. Agroinput/Sapronak

(1) Komponen PPDEG

813

Page 19: LAMPIRAN 6 · Web viewMempunyai pengalaman dan ketram-pilan memelihara ternak domba dan sanggup melakukan usaha secara serius. Sanggup menyediakan kandang, pakan dan memelihara ternak

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

a. Pengadaan Bibit Domba ekor gemuk

Pengadaan bibit domba ekor gemuk sebanyak 110 ekor yang terdiri dari 10 ekor pejantan dan 100 ekor betina. Pengadaan bibit domba ekor gemuk yang berkualitas baik ini dengan umur minimal 10 bulan. Dalam pengadaan ternak ini diusahakan memilih bibit yang produktif dengan memperhatikan karakteristik visualnya serta sejarah genetiknya. Jenis domba ekor gemuk sebagai sumber bibit ini dapat berasal dari Kabupaten setempat atau dari sumber bibit yang bisa dipertanggung jawabkan.

b. Pakan Hijauan /Pengadaan bahan konsentrat

Biaya pakan konsentrat digunakan untuk pembelian pakan sesuai kebutuhan. Pakan konsentrat bisa dibeli dalam bentuk jadi maupun dapat dibeli dalam bentuk bahan makanan misalnya : dedak, bekatul, jagung dan lain-lain. Pakan konsentrat digunakan untuk memberi makan terhadap pemeliharaan induk domba di PPDEG sebanyak 110 ekor, anakan yang dihasilkan dan diberikan kepada peternak untuk membesarkan domba ekor gemuk selama 4 bulan.

(2) Program Kesehatan DEGa. Peralatan VeterinerBiaya untuk peralatan veteriner digu-

nakan untuk pembelian spuit, spuit disposibel, jarum suntik, thermos, dan lain-lain disesuaikan dengan kebutuhan.

b. Obat-obatan, vitamin dan mineral.Biaya pengadaan obat-obatan untuk

pengadaan beberapa jenis obat sesuai kebutuhan, misalnya vaksin, anti stress, antibiotik, vitamin, mineral dan obat-obatan lain yang dibutuhkan. Obat-obatan tersebut digunakan pada pengobatan/ encegahan penyakit domba ekor gemuk di PPDEG maupun pada peternak penggaduh. Jenis obat-obatan/vaksin yang

akan dibeli harus memperhitungkan situasi penyakit hewan setempat.

D. Pemberdayaan Sumberdaya Manusia

a. Diklat / Pelatihan agribisnis domba ekor gemuk

Diklat/pelatihan agribisnis domba ekor gemuk yang dimaksud adalah pen-didikan pelatihan peternak nelayan untuk melatih peternak penerima ternak domba ekor gemuk. Materi pelatihan peternak terdiri dari : (a) Pengetahuan tentang budidaya pemeliharaan ternak; (b) Penge-ahuan tentang makanan dan kesehatan ternak; (c) Pengetahuan tentang pena-nganan penyakit; (d) Pengetahuan pe-manfaatan hasil produksi ternak; (e) Analisa usaha agribisnis komoditas ternak; (f) Dan lain-lain yang masih diperlukan. Instruktur pelatihan peternak berasal dari Dinas Peternakan Propinsi Dati I, Dinas Peternakan Dati II dan instansi terkait yang berada di daerah.

b. Pertemuan, supervisi, penyu-sunan rencana FORKA

Biaya yang disediakan dapat di-pergunakan untuk supervisi dan pe-nyusunan rencana kegiatan FORKA untuk mengetahui kegiatan yang sedang berjalan dan menyusun rencana tahun anggaran berikutnya.

c. Seleksi peternak anggota KUBACalon penggaduh yang ingin men-

dapatkan ternak diwajibkan menga-jukan surat permohonan kepada Koperasi. Koperasi membentuk tim seleksi peternak, yang bertugas melakukan seleksi peternak calon penggaduh ternak domba ekor gemuk. Berdasarkan laporan dari tim seleksi peternak, ditetapkan calon peng-gaduh domba ekor gemuk. Dana yang disediakan dipergunakan dalam rangka seleksi peternak sebanyak 200 RTP.

d. Seleksi lokasiLokasi penyebaran domba ekor

gemuk ditentukan lebih dahulu dan lokasi ditetapkan oleh Kepala Dinas Peternakan

814

Page 20: LAMPIRAN 6 · Web viewMempunyai pengalaman dan ketram-pilan memelihara ternak domba dan sanggup melakukan usaha secara serius. Sanggup menyediakan kandang, pakan dan memelihara ternak

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

Dati I atas usul Kepala Dinas Peternakan Dati II.

e. Operasional pengobatan dan penyebaran.

Biaya pada operasional pengobatan dan penyebaran 1 paket dapat digunakan dalam rangka operasional pengobatan domba ekor gemuk di PPDEG, peternak dan biaya operasional penyebaran ternak ke peternak. Penyebaran ternak dilaksanakan secara bertahap disesuaikan dengan domba ekor gemuk yang dibesarkan di PPDEG. Jadwal pelaksanaan kegiatan sentra pe-ngembangan agribisnis komoditi unggulan domba ekor gemuk.

f. Bantuan kandang dan peralatanDana yang disediakan untuk bantuan

kandang dan peralatan untuk 200 RTP yang diberikan kepada penggaduh, dalam bentuk material bangunan kandang, tempat makan, tempat minum, dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan.

g. Kartu rekordingBiaya yang disediakan dapat diper-

gunakan pencetakan/ perbanyakan kartu peternak, Berita Acara Penerimaan Ternak, Surat Perjanjian Kredit dan lain-lain.

PENGAWASAN KEGIATAN DAN PELAPORANPengawasan dan Pengendalian

Sentra Pengembangan Agribisnis Pengembangan Domba Ekor Gemuk ini dilaksanakan dengan 2 cara, yaitu :

1. Pengawasan dan pengendalian yang insidentil, yang dilaksanakan dengan supervisi/kunjungan ke lapangan. Hal ini dapat dilakukan oleh :(1) Pemerintah daerah Kabupaten Pono-

rogo(2) Dinas/Instansi teknis terkait seperti:

a. Dinas Peternakan Kapupaten Po-norogo.

b. Dinas Perindustrian & Perda-gangan

c. Dinas Kehutanan/Pertanian / Per-kebunan

(3) Tim Pembina Profesional dan Tim Teknis.

(4). LSM dan tokoh masyarakat

2. PelaporanPengawasan dan pengendalian

berkala yang dilaksanakan dengan penyampaian laporan Koperasi. Bentuk sistem pelaporan untuk memonitor keberhasilan kegiatan KIMHUT DEG ditetapkan oleh Koperasi.

Sedang arus penyampaian pelaporan dilaksanakan sebagai berikut :(1) Petugas Koperasi menyampaikan

laporan kepada Kepala Dinas Peternakan Dati II Ponorogo, dan Camat Kepala Wilayah Kecamatan

(2) Kepala Dinas Peternakan Dati II menyampaikan laporan kepada Bupati Kepala Daerah Kabupaten Ponorogo.

KESIMPULAN

Kegiatan Sentra Pengembangan Dom-ba Ekor Gemuk merupakan salah satu upaya terobosan baru, sehingga pe-nanganannya diperlukan secara terpadu dari berbagai instansi terkait. Agar program tersebut dapat terlaksana sesuai dengan target dan sasaran yang diinginkan, maka dipandang perlu untuk dibentuk suatu Tim Pelaksanaan Koordinasi Tingkat Kabu-paten Ponorogo.

Dalam pelaksanaan kegiatan ini ter-libat berbagai unsur sesuai dengan fung-sinya masing-masing. Untuk itu perlu dilakukan koordinasi sejak perencanaan / persiapan, pelaksanaan dan pengawasan.

DAFTAR PUSTAKA

815

Page 21: LAMPIRAN 6 · Web viewMempunyai pengalaman dan ketram-pilan memelihara ternak domba dan sanggup melakukan usaha secara serius. Sanggup menyediakan kandang, pakan dan memelihara ternak

AGRITEK VOL. 17 NO. 4 JULI 2009 ISSN. 0852-5426

Anang, A., 1992. Beberapa sifat kualitatif dan kuantitatif domba Priangan jantan tipe adu. Majalah Ilmiah Universitas Padjadjaran No 1, Vol. 10: 62-66

Devendra, C. 1993. Sustainable animal production from small farm systems in south east Asia. FAO Animal Production and Health Paper. FAO, Rome.

Diwyanto, K. dan B. Haryanto. 2002. Pakan alternatif untuk pembangunan peternakan rakyat. Makalah disam-paikan dalam Rapat Koordinasi Pe-ngembangan Model Kawasan Agri-bisnis Jagung TA 2002. Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Jakarta, 29 April 2002.

Diwyanto, K., B.R. Prawiradiputra, dan D. Lubis. 2002. Integrasi tanaman-ternak dalam pengembangan agribisnis yang berdaya saing, berkelanjutan dan berkerakyatan. Wartazoa 12(1): 1-8.

Gatenby, R.M. 1986. Sheep Production in the Tropic and Sub-Tropic. Tropical Agriculture Series. Longman, London and New York.

Kasryno, F. 2004. Strategi Pembangunan Pertanian dan Perdesaan Indonesia yang Memihak Masyarakat Miskin. Agriculture and Rural Development Strategy Study. ADB, CASER-AARDMoA, SEAMEO-SEARCA, CRESENT.

Kusuma Diwyanto dan Atien Priyanti. 2009. Pengembangan Industri Peternakan Berbasis Sumberdaya Lokal. Pusat Penelitian dan Pengembangan PeternakanJalan Raya Pajajaran Kav. E-59, Bogor 16143. Pengembangan Inovasi Pertanian 2(3), 2009: 208-228.

Manwan, I. 1989. Farming systems research in Indonesia: Its evolution and future outlook. In Sukmana et al. (eds). Development in Procedures for Farming Systems Research.

Proceedings of an International Workshop. AARD, Jakarta.

Priyanto, D. dan D. Yulistiani. 2005. Estimasi dampak ekonomi penelitian partisipatif penggunaan obat cacing dalam peningkatan pendapatan peternak domba di Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penlitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor hlm. 512-520.

Priyanto, D., M. Martawijaya, dan B. SETIADI. 2004. Analisis kelayakan usahaternak domba lokal pada ber-bagai skala pemilikan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pe-ternakan dan Veteriner. Pusat Pene-litian Dan Pengembangan Peternakan. Bogor : hlm 433-442.

Simatupang, P., dan P.U. Hadi. 2004. Daya Saing Usaha Peternakan Menuju 2020. Wartazoa. Buletin Ilmu Peter-nakan Indonesia, Volume 14, Nomor 2, Tahun 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor : hlm 45-57.

Soehadji. 1992. Pengembangan Peternakan dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap II. Prosiding Agro Industri Peternakan di Pedesaan. Balai penelitian Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor : hlm 1-32.

Syafa’at. 2006. Tinjauan Ekonomi: Per-dagangan ternak dan bantuan do-mestik (domestic support) pengem-bangan pembibitan. Disampaikan pada Pertemuan Direktorat Jenderal Peternakan di Makasar, 5-7 Juni 2006.

816