Studi Kelayakan Domba

36
Pendahuluan - Domba Prospek Mendirikan Proyek Kemitraan Terpadu Pemeliharaan Domba Sejak Pelita I, Pemerintah telah menyebarkan ternak kepada Petani kecil yang sampai pada tahun 1996 terdiri dari 469.700 ekor sapi, 36.327 ekor kerbau, 281.883 ekor kambing dan 52.629 ekor domba. Bantuan ternak dibiayai dengan dana APBN, APBD maupun bantuan dana luar negeri, misalnya bantuan dana size="2" face="Arial, Helvetica, sans-serif">Kebutuhan daging domba sebagai salah satu produk pertanian (subsektor peternakan), diduga masih perlu ditingkatkan terutama untuk mensubsitusi impor daging domba maupun daging sapi. Sejak semester kedua tahun 1997 impor sapi maupun daging sapi maupun daging sapi, dikurangi karena krisis ekonomi. Meskipun begitu, permintaan daging masih relatif tinggi dan mantap dengan harga yang menguntungkan para peternak lokal. Departemen Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan setelah tahun 1995 mengembangkan proyek domba yang disebut Sentra Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan Domba (SPAKU ternak Domba) di Sumatera Utara (Kab. Langkat) dan Jawa Barat (Kab. Garut). Proyek SPAKU ternak Domba diarahkan untuk mengembangkan sentra-sentra produksi yang berorientasi agrobisnis modern. Pola penyebaran domba kepada kelompok peternak tradisional dilaksanakan oleh Dinas Peternakan melalui dua bentuk yaitu : 1. Gerbang rukan (Gerakan Pengembangan Rumah Kandang) dimana rumah dan kandang milik peternakan peserta kelompok berada dalam lahannya. Pola gerbang rukan adalah kelanjutan dari pola pemeliharaan domba secara tradisional. Tujuan dengan pola ini untuk meningkatkan jumlah ekor domba milik masing-masing peserta kelompok, supaya usaha domba menjadi usaha sampingan bersifat semikomersial.

Transcript of Studi Kelayakan Domba

Page 1: Studi Kelayakan Domba

Pendahuluan - Domba

Prospek Mendirikan Proyek Kemitraan Terpadu Pemeliharaan Domba

Sejak Pelita I, Pemerintah telah menyebarkan ternak kepada Petani kecil yang sampai pada tahun 1996 terdiri dari 469.700 ekor sapi, 36.327 ekor kerbau, 281.883 ekor kambing dan 52.629 ekor domba. Bantuan ternak dibiayai dengan dana APBN, APBD maupun bantuan dana luar negeri, misalnya bantuan dana size="2" face="Arial, Helvetica, sans-serif">Kebutuhan daging domba sebagai salah satu produk pertanian (subsektor peternakan), diduga masih perlu ditingkatkan terutama untuk mensubsitusi impor daging domba maupun daging sapi. Sejak semester kedua tahun 1997 impor sapi maupun daging sapi maupun daging sapi, dikurangi karena krisis ekonomi. Meskipun begitu, permintaan daging masih relatif tinggi dan mantap dengan harga yang menguntungkan para peternak lokal.

Departemen Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan setelah tahun 1995 mengembangkan proyek domba yang disebut Sentra Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan Domba (SPAKU ternak Domba) di Sumatera Utara (Kab. Langkat) dan Jawa Barat (Kab. Garut). Proyek SPAKU ternak Domba diarahkan untuk mengembangkan sentra-sentra produksi yang berorientasi agrobisnis modern. Pola penyebaran domba kepada kelompok peternak tradisional dilaksanakan oleh Dinas Peternakan melalui dua bentuk yaitu :

1. Gerbang rukan (Gerakan Pengembangan Rumah Kandang) dimana rumah dan kandang milik peternakan peserta kelompok berada dalam lahannya. Pola gerbang rukan adalah kelanjutan dari pola pemeliharaan domba secara tradisional. Tujuan dengan pola ini untuk meningkatkan jumlah ekor domba milik masing-masing peserta kelompok, supaya usaha domba menjadi usaha sampingan bersifat semikomersial.

2. Gerbang Anak Desa (Gerakan Pengembangan Areal Peternakan Pedesaan) adalah satu sistem pemeliharaan ternak domba dalam kandang milik peternak anggota kelompok yang letaknya terpisah dari pemukiman/perumahan peserta kelompok. Oleh karena itu diperlukan lahan khusus untuk pemeliharaan domba. Biasanya dipergunakan tanah/fasilitas umum atau tanah milik desa yang dibangun untuk usaha peternakan domba secara bersama-sama. Tujuan dengan pola gerbang anak desa adalah pendekatan agribisnis, yaitu mengembangkan usaha ternak domba modern yang memanfaatkan tenaga kerja maupun sarana produksi serta teknologi pemeliharaan domba adaan induk dan pejantan

Page 2: Studi Kelayakan Domba

domba maupun sarana produksi lainnya, seperti bahan bangunan kandang, konsentrat, obat-obatan, memasarkan hasil produksi domba oleh mitra usahanya serta mengadministrasi kredit untuk mengembangkan usaha domba milik anggota kelompok peserta proyek kemitraan terpadu. Dalam hal ini koperasi akan bekerjasama dengan instansi lainnya, misalnya para pedagang domba, Dinas Peternakan, rumah potong hewan (RPH).

Proyek ini akan melibatkan ketiga pelaku yaitu koperasi primer, para peternak domba anggota koperasi dan bank pemberi kredit KKPA dalam satu sistem manajemen proyek pemeliharaan domba yang terpadu dimana masing-masing pihak diberikan tugas, wewenang dan tanggung jawab yang dituangkan dalam Nota Kesepakatan terlampir sebagai Lampiran III.

Permasalahan

Sebagian besar penduduk pedesaan bermata pencaharian sebagai petani, baik petani pemilik tanah, penggarap tanah maupun sebagai buruh tani. Berdasarkan tipologi wilayah usaha tani, lahan tani dapat dibagi dua jenis pokok, yaitu lahan yang beririgasi dan lahan kering. Usaha tani yang memliki lahan irigasi menerima pendapatan relatif tinggi dan pasti dibandingkan dengan usaha tani yang memanfaatkan lahan kering.

Rata-rata petani lahan kering memperoleh pendapatan di bawah satu juta rupiah per tahun. Lahan kering cocok untuk usaha ternak baik sapi maupun domba pada umumnya merupakan daerah perbukitan yang terletak di atas 600 meter di atas permukaan laut. Di daerah ini tanah biasanya subur, beriklim sedang (15 s.d. 28OC) dengan curah hujan di atas 2.000 mm per tahun. Namun demikian karena padatnya penduduk, kondisi tanah tersebut sering mengalami erosi karena penggunaan lahan semakin intensif dan kurang memperhatikan kaidah-kaidah usaha tani konservasi.

Ternak domba dan sapi mempunyai kontribusi yang sangat berarti dalam sistem usaha tani di lahan kering, karena ternak mempunyai fungsi ganda, yaitu memberikan nilai tambah dalam pendapatan petani dan dapat meningkatkan produktivitas tanah melalui penggunaan pupuk kandang. Di beberapa daerah lahan kering, usaha peternak domba agak lebih mudah dilaksanakan dengan jumlah biaya lebih rendah, dibandingkan dengan usaha peternakan sapi. Meskipun demikian usaha peternakan domba dilakukan oleh para petani sebagai usaha sampingan dengan teknik pemeliharaan yang bersifat tradisional, lebih banyak diarahkan untuk menghasilkan domba tangkas (aduan) yang konsumennya relatif sedikit. Di ln pihak permintaan daging domba terus meningkat,

Page 3: Studi Kelayakan Domba

sehingga dikhawatirkan populasi domba unggulan di Indonesia terkuras apabila tidak ada usaha untuk melestarikannya.

Berdasarkan pertimbangan di atas maka pola pengelolaan usaha domba perlu dikembangkan dari pola tradisional ke pola agribisnis dimana satu kelompok petani bersama koperasinya melaksanakan usaha pemeliharaan domba skala menengah di mana populasi domba per peternak naik rata-rata 3-5 ekor induk sampai 24 ekor domba betina per unit usaha. Kandang dapat dibangun di satu kawasan untuk para peternak yang akan melaksanakan usaha pemeliharaan domba induk dan tersebar untuk para peternak yang akan melaksanakan penggemukan domba dengan dua siklus penggemukan setahun.

Karena populasi domba masih relatif rendah salah satu kegiatan proyek yang diusulkan dalam Model KPKT ini diutamakan untuk memperbesar populasi domba, supaya sasaran jumlah ekor domba per peternak dapat dipenuhi.

Kemitraan Terpadu - Domba

Proyek Kemitraan Terpadu (PKT) adalah suatu program kemitraan terpadu yang melibatkan usaha besar (inti), usaha kecil (plasma) dengan melibatkan bank sebagai pemberi kredit dalam suatu ikatan kerja sama yang dituangkan dalam nota kesepakatan. Tujuan PKT antara lain adalah untuk meningkatkan kelayakan plasma, meningkatkan keterkaitan dan kerjasama yang saling menguntungkan antara inti dan plasma, serta membantu bank dalam meningkatkan kredit usaha kecil secara lebih aman dan efisien.

Dalam melakukan kemitraan hubunga kemitraan, perusahaan inti (Industri Pengolahan atau Eksportir) dan petani plasma/usaha kecil mempunyai kedudukan hukum yang setara. Kemitraan dilaksanakan dengan disertai pembinaan oleh perusahaan inti, dimulai dari penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis dan pemasaran hasil produksi.

ORGANISASI

Proyek Kemitraan Terpadu ini merupakan kerjasama kemitraan dalam bidang usaha melibatkan tiga unsur, yaitu (1) Petani/Kelompok Tani atau usaha kecil, (2) Pengusaha Besar atau eksportir, dan (3) Bank pemberi KKPA.

Page 4: Studi Kelayakan Domba

Masing-masing pihak memiliki peranan di dalam PKT yang sesuai dengan bidang usahanya. Hubungan kerjasama antara kelompok petani/usaha kecil dengan Pengusaha Pengolahan atau eksportir dalam PKT, dibuat seperti halnya hubungan antara Plasma dengan Inti di dalam Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Petani/usaha kecil merupakan plasma dan Perusahaan Pengelolaan/Eksportir sebagai Inti. Kerjasama kemitraan ini kemudian menjadi terpadu dengan keikut sertaan pihak bank yang memberi bantuan pinjaman bagi pembiayaan usaha petani plasma. Proyek ini kemudian dikenal sebagai PKT yang disiapkan dengan mendasarkan pada adanya saling berkepentingan diantara semua pihak yang bermitra.

1. Petani Plasma

Sesuai keperluan, petani yang dapat ikut dalam proyek ini bisa terdiri atas (a) Petani yang akan menggunakan lahan usaha pertaniannya untuk penanaman dan perkebunan atau usaha kecil lain, (b) Petani /usaha kecil yang telah memiliki usaha tetapi dalam keadaan yang perlu ditingkatkan dalam untuk itu memerlukan bantuan modal.

Untuk kelompok (a), kegiatan proyek dimulai dari penyiapan lahan dan penanaman atau penyiapan usaha, sedangkan untuk kelompok (b), kegiatan dimulai dari telah adanya kebun atau usaha yang berjalan, dalam batas masih bisa ditingkatkan produktivitasnya dengan perbaikan pada aspek usaha.

Luas lahan atau skala usaha bisa bervariasi sesuai luasan atau skala yang dimiliki oleh masing-masing petani/usaha kecil. Pada setiap kelompok tani/kelompok usaha, ditunjuk seorang Ketua dan Sekretaris merangkap Bendahara. Tugas Ketua dan Sekretaris Kelompok adalah mengadakan koordinasi untuk pelaksanaan kegiatan yang harus dilakukan oleh para petani anggotanya, didalam mengadakan hubungan dengan pihak Koperasi dan instansi lainnya yang perlu, sesuai hasil kesepakatan anggota. Ketua kelompok wajib menyelenggarakan pertemuan kelompok secara rutin yang waktunya ditentukan berdasarkan kesepakatan kelompok.

2. Koperasi

Para petani/usaha kecil plasma sebagai peserta suatu PKT, sebaiknya menjadi anggota suata koperasi primer di tempatnya. Koperasi bisa melakukan kegiatan-kegiatan untuk membantu

Page 5: Studi Kelayakan Domba

plasma di dalam pembangunan kebun/usaha sesuai keperluannya. Fasilitas KKPA hanya bisa diperoleh melalui keanggotaan koperasi. Koperasi yang mengusahakan KKPA harus sudah berbadan hukum dan memiliki kemampuan serta fasilitas yang cukup baik untuk keperluan pengelolaan administrasi pinjaman KKPA para anggotanya. Jika menggunakan skim Kredit Usaha Kecil (KUK), kehadiran koperasi primer tidak merupakan keharusan

3. Perusahaan Besar dan Pengelola/Eksportir

Suatu Perusahaan dan Pengelola/Eksportir yang bersedia menjalin kerjasama sebagai inti dalam Proyek Kemitraan terpadu ini, harus memiliki kemampuan dan fasilitas pengolahan untuk bisa menlakukan ekspor, serta bersedia membeli seluruh produksi dari plasma untuk selanjutnya diolah di pabrik dan atau diekspor. Disamping ini, perusahaan inti perlu memberikan bimbingan teknis usaha dan membantu dalam pengadaan sarana produksi untuk keperluan petani plasma/usaha kecil.

Apabila Perusahaan Mitra tidak memiliki kemampuan cukup untuk mengadakan pembinaan teknis usaha, PKT tetap akan bisa dikembangkan dengan sekurang-kurangnya pihak Inti memiliki fasilitas pengolahan untuk diekspor, hal ini penting untuk memastikan adanya pemasaran bagi produksi petani atau plasma. Meskipun demikian petani plasma/usaha kecil dimungkinkan untuk mengolah hasil panennya, yang kemudian harus dijual kepada Perusahaan Inti.

Dalam hal perusahaan inti tidak bisa melakukan pembinaan teknis, kegiatan pembibingan harus dapat diadakan oleh Koperasi dengan memanfaatkan bantuan tenaga pihak Dinas Perkebunan atau lainnya yang dikoordinasikan oleh Koperasi. Apabila koperasi menggunakan tenaga Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), perlu mendapatkan persetujuan Dinas Perkebunan setempat dan koperasi memberikan bantuan biaya yang diperlukan.

Koperasi juga bisa memperkerjakan langsung tenaga-tenaga teknis yang memiliki keterampilan dibidang perkebunan/usaha untuk membimbing petani/usaha kecil dengan dibiayai sendiri oleh Koperasi. Tenaga-tenaga ini bisa diberi honorarium oleh Koperasi yang bisa kemudian dibebankan kepada petani, dari hasil penjualan secara proposional menurut besarnya produksi. Sehingga makin tinggi produksi kebun petani/usaha kecil, akan semakin besar pula honor yang diterimanya.

Page 6: Studi Kelayakan Domba

4. Bank

Bank berdasarkan adanya kelayakan usaha dalam kemitraan antara pihak Petani Plasma dengan Perusahaan Perkebunan dan Pengolahan/Eksportir sebagai inti, dapat kemudian melibatkan diri untuk biaya investasi dan modal kerja pembangunan atau perbaikan kebun.

Disamping mengadakan pengamatan terhadap kelayakan aspek-aspek budidaya/produksi yang diperlukan, termasuk kelayakan keuangan. Pihak bank di dalam mengadakan evaluasi, juga harus memastikan bagaimana pengelolaan kredit dan persyaratan lainnya yang diperlukan sehingga dapat menunjang keberhasilan proyek. Skim kredit yang akan digunakan untuk pembiayaan ini, bisa dipilih berdasarkan besarnya tingkat bunga yang sesuai dengan bentuk usaha tani ini, sehingga mengarah pada perolehannya pendapatan bersih petani yang paling besar.

Dalam pelaksanaanya, Bank harus dapat mengatur cara petani plasma akan mencairkan kredit dan mempergunakannya untuk keperluan operasional lapangan, dan bagaimana petani akan membayar angsuran pengembalian pokok pinjaman beserta bunganya. Untuk ini, bank agar membuat perjanjian kerjasama dengan pihak perusahaan inti, berdasarkan kesepakatan pihak petani/kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada bank. Besarnya potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani/Kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada Bank. Besarnya potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani plasma dengan bank.

POLA KERJASAMA

Kemitraan antara petani/kelompok tani/koperasi dengan perusahaan mitra, dapat dibuat menurut dua pola yaitu :

Page 7: Studi Kelayakan Domba

a. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani mengadakan perjanjian kerjasama langsung kepada Perusahaan Perkebunan/Pengolahan Eksportir.

Dengan bentuk kerja sama seperti ini, pemberian kredit yang berupa KKPA kepada petani plasma dilakukan dengan kedudukan Koperasi sebagai Channeling Agent, dan pengelolaannya langsung ditangani oleh Kelompok tani. Sedangkan masalah pembinaan harus bisa diberikan oleh Perusahaan Mitra.

b. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani, melalui koperasinya mengadakan perjanjian yang dibuat antara Koperasi (mewakili anggotanya) dengan perusahaan perkebunan/pengolahan/eksportir.

Dalam bentuk kerjasama seperti ini, pemberian KKPA kepada petani plasma dilakukan dengan kedudukan koperasi sebagai Executing Agent. Masalah pembinaan teknis budidaya tanaman/pengelolaan usaha, apabila tidak dapat dilaksanakan oleh pihak Perusahaan Mitra, akan menjadi tanggung jawab koperasi.

PENYIAPAN PROYEK KEMITRAAN TERPADU

Page 8: Studi Kelayakan Domba

Untuk melihat bahwa PKT ini dikembangkan dengan sebaiknya dan dalam proses kegiatannya nanti memperoleh kelancaran dan keberhasilan, minimal dapat dilihat dari bagaimana PKT ini disiapkan. Kalau PKT ini akan mempergunakan KKPA untuk modal usaha plasma, perintisannya dimulai dari :

Adanya petani/pengusaha kecil yang telah menjadi anggota koperasi dan lahan pemilikannya akan dijadikan kebun/tempat usaha atau lahan kebun/usahanya sudah ada tetapi akan ditingkatkan produktivitasnya. Petani/usaha kecil tersebut harus menghimpun diri dalam kelompok dengan anggota sekitar 25 petani/kelompok usaha. Berdasarkan persetujuan bersama, yang didapatkan melalui pertemuan anggota kelompok, mereka bersedia atau berkeinginan untuk bekerja sama dengan perusahaan perkebunan/pengolahan/eksportir dan bersedia mengajukan permohonan kredit (KKPA) untuk keperluan peningkatan usaha; Adanya perusahaan perkebunan/pengolahan dan eksportir, yang bersedia menjadi mitra petani/usaha kecil, dan dapat membantu memberikan pembinaan teknik budidaya/produksi serta proses pemasarannya; Dipertemukannya kelompok tani/usaha kecil dan pengusaha perkebunan/pengolahan dan eksportir tersebut, untuk memperoleh kesepakatan di antara keduanya untuk bermitra. Prakarsa bisa dimulai dari salah satu pihak untuk mengadakan pendekatan, atau ada pihak yang akan membantu sebagai mediator, peran konsultan bisa dimanfaatkan untuk mengadakan identifikasi dan menghubungkan pihak kelompok tani/usaha kecil yang potensial dengan perusahaan yang dipilih memiliki kemampuan tinggi memberikan fasilitas yang diperlukan oleh pihak petani/usaha kecil;

Diperoleh dukungan untuk kemitraan yang melibatkan para anggotanya oleh pihak koperasi. Koperasi harus memiliki kemampuan di dalam mengorganisasikan dan mengelola administrasi yang berkaitan dengan PKT ini. Apabila keterampilan koperasi kurang, untuk peningkatannya dapat diharapkan nantinya mendapat pembinaan dari perusahaan mitra. Koperasi kemudian mengadakan langkah-langkah yang berkaitan dengan formalitas PKT sesuai fungsinya. Dalam kaitannya dengan penggunaan KKPA, Koperasi harus mendapatkan persetujuan dari para anggotanya, apakah akan beritndak sebagai badan pelaksana (executing agent) atau badan penyalur (channeling agent); Diperolehnya rekomendasi tentang pengembangan PKT ini oleh pihak instansi pemerintah setempat yang berkaitan (Dinas Perkebunan, Dinas Koperasi, Kantor Badan Pertanahan, dan Pemda); Lahan yang akan digunakan untuk perkebunan/usaha dalam PKT ini, harus jelas statusnya kepemilikannya bahwa sudah/atau akan bisa diberikan sertifikat dan buka merupakan lahan yang masih belum jelas statusnya yang benar ditanami/tempat usaha. Untuk itu perlu

Page 9: Studi Kelayakan Domba

adanya kejelasan dari pihak Kantor Badan Pertanahan dan pihak Departemen Kehutanan dan Perkebunan.

MEKANISME PROYEK KEMITRAAN TERPADU

Mekanisme Proyek Kemitraan Terpadu dapat dilihat pada skema berikut ini :

Organisasi - Pola Kerjasama - Penyiapan Proyek - Mekanisme Proyek - Perjanjian Kerjasama

Kemitraan Terpadu - Domba

 

Proyek Kemitraan Terpadu (PKT) adalah suatu program kemitraan terpadu yang melibatkan usaha besar (inti), usaha kecil (plasma) dengan melibatkan bank sebagai pemberi kredit dalam suatu ikatan kerja sama yang dituangkan dalam nota kesepakatan. Tujuan PKT antara lain adalah untuk meningkatkan kelayakan plasma, meningkatkan keterkaitan dan kerjasama yang saling menguntungkan antara inti dan plasma, serta membantu bank dalam meningkatkan kredit usaha kecil secara lebih aman dan efisien.

Dalam melakukan kemitraan hubunga kemitraan, perusahaan inti (Industri Pengolahan atau Eksportir) dan petani plasma/usaha kecil mempunyai kedudukan hukum yang setara. Kemitraan dilaksanakan dengan disertai pembinaan oleh perusahaan inti, dimulai dari penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis dan pemasaran hasil produksi.

ORGANISASI

Proyek Kemitraan Terpadu ini merupakan kerjasama kemitraan dalam bidang usaha melibatkan tiga unsur, yaitu (1) Petani/Kelompok Tani atau usaha kecil, (2) Pengusaha Besar atau eksportir, dan (3) Bank pemberi KKPA.

Masing-masing pihak memiliki peranan di dalam PKT yang sesuai dengan bidang usahanya. Hubungan kerjasama antara kelompok petani/usaha kecil dengan Pengusaha Pengolahan atau eksportir dalam PKT, dibuat seperti halnya hubungan antara Plasma dengan Inti di dalam Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Petani/usaha kecil merupakan plasma dan Perusahaan Pengelolaan/Eksportir sebagai Inti. Kerjasama kemitraan ini kemudian menjadi terpadu dengan keikut sertaan pihak bank yang memberi bantuan pinjaman bagi pembiayaan usaha petani plasma. Proyek

Page 10: Studi Kelayakan Domba

ini kemudian dikenal sebagai PKT yang disiapkan dengan mendasarkan pada adanya saling berkepentingan diantara semua pihak yang bermitra.

1. Petani Plasma

Sesuai keperluan, petani yang dapat ikut dalam proyek ini bisa terdiri atas (a) Petani yang akan menggunakan lahan usaha pertaniannya untuk penanaman dan perkebunan atau usaha kecil lain, (b) Petani /usaha kecil yang telah memiliki usaha tetapi dalam keadaan yang perlu ditingkatkan dalam untuk itu memerlukan bantuan modal.

Untuk kelompok (a), kegiatan proyek dimulai dari penyiapan lahan dan penanaman atau penyiapan usaha, sedangkan untuk kelompok (b), kegiatan dimulai dari telah adanya kebun atau usaha yang berjalan, dalam batas masih bisa ditingkatkan produktivitasnya dengan perbaikan pada aspek usaha.

Luas lahan atau skala usaha bisa bervariasi sesuai luasan atau skala yang dimiliki oleh masing-masing petani/usaha kecil. Pada setiap kelompok tani/kelompok usaha, ditunjuk seorang Ketua dan Sekretaris merangkap Bendahara. Tugas Ketua dan Sekretaris Kelompok adalah mengadakan koordinasi untuk pelaksanaan kegiatan yang harus dilakukan oleh para petani anggotanya, didalam mengadakan hubungan dengan pihak Koperasi dan instansi lainnya yang perlu, sesuai hasil kesepakatan anggota. Ketua kelompok wajib menyelenggarakan pertemuan kelompok secara rutin yang waktunya ditentukan berdasarkan kesepakatan kelompok.

2. Koperasi

Para petani/usaha kecil plasma sebagai peserta suatu PKT, sebaiknya menjadi anggota suata koperasi primer di tempatnya. Koperasi bisa melakukan kegiatan-kegiatan untuk membantu plasma di dalam pembangunan kebun/usaha sesuai keperluannya. Fasilitas KKPA hanya bisa diperoleh melalui keanggotaan koperasi. Koperasi yang mengusahakan KKPA harus sudah berbadan hukum dan memiliki kemampuan serta fasilitas yang cukup baik untuk keperluan pengelolaan administrasi pinjaman KKPA para anggotanya. Jika menggunakan skim Kredit Usaha Kecil (KUK), kehadiran koperasi primer tidak merupakan keharusan

3. Perusahaan Besar dan Pengelola/Eksportir

Suatu Perusahaan dan Pengelola/Eksportir yang bersedia menjalin kerjasama sebagai inti dalam Proyek Kemitraan terpadu ini, harus memiliki kemampuan dan fasilitas pengolahan untuk bisa menlakukan ekspor, serta bersedia membeli seluruh produksi dari plasma untuk selanjutnya diolah di pabrik dan atau diekspor. Disamping ini, perusahaan inti perlu memberikan bimbingan teknis usaha dan membantu dalam pengadaan sarana produksi untuk keperluan petani plasma/usaha kecil.

Apabila Perusahaan Mitra tidak memiliki kemampuan cukup untuk mengadakan pembinaan teknis usaha, PKT tetap akan bisa dikembangkan dengan sekurang-kurangnya pihak Inti memiliki fasilitas pengolahan untuk diekspor, hal ini penting untuk memastikan adanya pemasaran bagi produksi petani atau plasma. Meskipun demikian petani plasma/usaha kecil dimungkinkan untuk mengolah hasil panennya, yang kemudian harus

Page 11: Studi Kelayakan Domba

dijual kepada Perusahaan Inti.

Dalam hal perusahaan inti tidak bisa melakukan pembinaan teknis, kegiatan pembibingan harus dapat diadakan oleh Koperasi dengan memanfaatkan bantuan tenaga pihak Dinas Perkebunan atau lainnya yang dikoordinasikan oleh Koperasi. Apabila koperasi menggunakan tenaga Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), perlu mendapatkan persetujuan Dinas Perkebunan setempat dan koperasi memberikan bantuan biaya yang diperlukan.

Koperasi juga bisa memperkerjakan langsung tenaga-tenaga teknis yang memiliki keterampilan dibidang perkebunan/usaha untuk membimbing petani/usaha kecil dengan dibiayai sendiri oleh Koperasi. Tenaga-tenaga ini bisa diberi honorarium oleh Koperasi yang bisa kemudian dibebankan kepada petani, dari hasil penjualan secara proposional menurut besarnya produksi. Sehingga makin tinggi produksi kebun petani/usaha kecil, akan semakin besar pula honor yang diterimanya.

4. Bank

Bank berdasarkan adanya kelayakan usaha dalam kemitraan antara pihak Petani Plasma dengan Perusahaan Perkebunan dan Pengolahan/Eksportir sebagai inti, dapat kemudian melibatkan diri untuk biaya investasi dan modal kerja pembangunan atau perbaikan kebun.

Disamping mengadakan pengamatan terhadap kelayakan aspek-aspek budidaya/produksi yang diperlukan, termasuk kelayakan keuangan. Pihak bank di dalam mengadakan evaluasi, juga harus memastikan bagaimana pengelolaan kredit dan persyaratan lainnya yang diperlukan sehingga dapat menunjang keberhasilan proyek. Skim kredit yang akan digunakan untuk pembiayaan ini, bisa dipilih berdasarkan besarnya tingkat bunga yang sesuai dengan bentuk usaha tani ini, sehingga mengarah pada perolehannya pendapatan bersih petani yang paling besar.

Dalam pelaksanaanya, Bank harus dapat mengatur cara petani plasma akan mencairkan kredit dan mempergunakannya untuk keperluan operasional lapangan, dan bagaimana petani akan membayar angsuran pengembalian pokok pinjaman beserta bunganya. Untuk ini, bank agar membuat perjanjian kerjasama dengan pihak perusahaan inti, berdasarkan kesepakatan pihak petani/kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada bank. Besarnya potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani/Kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada Bank. Besarnya potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani plasma dengan bank.

POLA KERJASAMA

Kemitraan antara petani/kelompok tani/koperasi dengan perusahaan mitra, dapat dibuat menurut dua pola yaitu :

Page 12: Studi Kelayakan Domba

a. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani mengadakan perjanjian kerjasama langsung kepada Perusahaan Perkebunan/Pengolahan Eksportir.

Dengan bentuk kerja sama seperti ini, pemberian kredit yang berupa KKPA kepada petani plasma dilakukan dengan kedudukan Koperasi sebagai Channeling Agent, dan pengelolaannya langsung ditangani oleh Kelompok tani. Sedangkan masalah pembinaan harus bisa diberikan oleh Perusahaan Mitra.

b. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani, melalui koperasinya mengadakan perjanjian yang dibuat antara Koperasi (mewakili anggotanya) dengan perusahaan perkebunan/pengolahan/eksportir.

Dalam bentuk kerjasama seperti ini, pemberian KKPA kepada petani plasma dilakukan dengan kedudukan koperasi sebagai Executing Agent. Masalah pembinaan teknis budidaya tanaman/pengelolaan usaha, apabila tidak dapat dilaksanakan oleh pihak Perusahaan Mitra, akan menjadi tanggung jawab koperasi.

 

PENYIAPAN PROYEK KEMITRAAN TERPADU

Untuk melihat bahwa PKT ini dikembangkan dengan sebaiknya dan dalam proses kegiatannya nanti memperoleh kelancaran dan keberhasilan, minimal dapat dilihat dari bagaimana PKT ini disiapkan. Kalau PKT ini akan mempergunakan KKPA untuk modal usaha plasma, perintisannya dimulai dari :

a. Adanya petani/pengusaha kecil yang telah menjadi anggota koperasi dan lahan pemilikannya akan dijadikan kebun/tempat usaha atau lahan kebun/usahanya sudah ada tetapi akan ditingkatkan

Page 13: Studi Kelayakan Domba

produktivitasnya. Petani/usaha kecil tersebut harus menghimpun diri dalam kelompok dengan anggota sekitar 25 petani/kelompok usaha. Berdasarkan persetujuan bersama, yang didapatkan melalui pertemuan anggota kelompok, mereka bersedia atau berkeinginan untuk bekerja sama dengan perusahaan perkebunan/pengolahan/eksportir dan bersedia mengajukan permohonan kredit (KKPA) untuk keperluan peningkatan usaha;

b. Adanya perusahaan perkebunan/pengolahan dan eksportir, yang bersedia menjadi mitra petani/usaha kecil, dan dapat membantu memberikan pembinaan teknik budidaya/produksi serta proses pemasarannya;

c. Dipertemukannya kelompok tani/usaha kecil dan pengusaha perkebunan/pengolahan dan eksportir tersebut, untuk memperoleh kesepakatan di antara keduanya untuk bermitra. Prakarsa bisa dimulai dari salah satu pihak untuk mengadakan pendekatan, atau ada pihak yang akan membantu sebagai mediator, peran konsultan bisa dimanfaatkan untuk mengadakan identifikasi dan menghubungkan pihak kelompok tani/usaha kecil yang potensial dengan perusahaan yang dipilih memiliki kemampuan tinggi memberikan fasilitas yang diperlukan oleh pihak petani/usaha kecil;

d. Diperoleh dukungan untuk kemitraan yang melibatkan para anggotanya oleh pihak koperasi. Koperasi harus memiliki kemampuan di dalam mengorganisasikan dan mengelola administrasi yang berkaitan dengan PKT ini. Apabila keterampilan koperasi kurang, untuk peningkatannya dapat diharapkan nantinya mendapat pembinaan dari perusahaan mitra. Koperasi kemudian mengadakan langkah-langkah yang berkaitan dengan formalitas PKT sesuai fungsinya. Dalam kaitannya dengan penggunaan KKPA, Koperasi harus mendapatkan persetujuan dari para anggotanya, apakah akan beritndak sebagai badan pelaksana (executing agent) atau badan penyalur (channeling agent);

e. Diperolehnya rekomendasi tentang pengembangan PKT ini oleh pihak instansi pemerintah setempat yang berkaitan (Dinas Perkebunan, Dinas Koperasi, Kantor Badan Pertanahan, dan Pemda);

f. Lahan yang akan digunakan untuk perkebunan/usaha dalam PKT ini, harus jelas statusnya kepemilikannya bahwa sudah/atau akan bisa diberikan sertifikat dan buka merupakan lahan yang masih belum jelas statusnya yang benar ditanami/tempat usaha. Untuk itu perlu adanya kejelasan dari pihak Kantor Badan Pertanahan dan pihak Departemen Kehutanan dan Perkebunan.

MEKANISME PROYEK KEMITRAAN TERPADU

Mekanisme Proyek Kemitraan Terpadu dapat dilihat pada skema berikut ini :

Page 14: Studi Kelayakan Domba

Bank pelaksana akan menilai kelayakan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip bank teknis. Jika proyek layak untuk dikembangkan, perlu dibuat suatu nota kesepakatan (Memorandum of Understanding = MoU) yang mengikat hak dan kewajiban masing-masing pihak yang bermitra (inti, Plasma/Koperasi dan Bank). Sesuai dengan nota kesepakatan, atas kuasa koperasi atau plasma, kredit perbankan dapat dialihkan dari rekening koperasi/plasma ke rekening inti untuk selanjutnya disalurkan ke plasma dalam bentuk sarana produksi, dana pekerjaan fisik, dan lain-lain. Dengan demikian plasma tidak akan menerima uang tunai dari perbankan, tetapi yang diterima adalah sarana produksi pertanian yang penyalurannya dapat melalui inti atau koperasi. Petani plasma melaksanakan proses produksi. Hasil tanaman plasma dijual ke inti dengan harga yang telah disepakati dalam MoU. Perusahaan inti akan memotong sebagian hasil penjualan plasma untuk diserahkan kepada bank sebagai angsuran pinjaman dan sisanya dikembalikan ke petani sebagai pendapatan bersih.

PERJANJIAN KERJASAMA

Page 15: Studi Kelayakan Domba

Untuk meresmikan kerja sama kemitraan ini, perlu dikukuhkan dalam suatu surat perjanjian kerjasama yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak-pihak yang bekerjasama berdasarkan kesepakatan mereka. Dalam perjanjian kerjasama itu dicantumkan kesepakatan apa yang akan menjadi kewajiban dan hak dari masing-masing pihak yang menjalin kerja sama kemitraan itu. Perjanjian tersebut memuat ketentuan yang menyangkut kewajiban pihak Mitra Perusahaan (Inti ) dan petani/usaha kecil (plasma) antara lain sebagai berikut :

1. Kewajiban Perusahaan Perkebunan/Pengolahan/Eksportir sebagai mitra (inti)

Memberikan bantuan pembinaan budidaya/produksi dan penaganan hasil;

Membantu petani di dalam menyiapkan kebun, pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk dan obat-obatan), penanaman serta pemeliharaan kebun/usaha;

Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pasca panen untuk mencapai mutu yang tinggi;

Melakukan pembelian produksi petani plasma; dan

Membantu petani plasma dan bank di dalam masalah pelunasan kredit bank (KKPA) dan bunganya, serta bertindak sebagai avalis dalam rangka pemberian kredit bank untuk petani plasma. 2. Kewajiban petani peserta sebagai plasma

Menyediakan lahan pemilikannya untuk budidaya;;

Menghimpun diri secara berkelompok dengan petani tetangganya yang lahan usahanya berdekatan dan sama-sama ditanami; Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pasca-panen untuk mencapai mutu hasil yang diharapkan; Menggunakan sarana produksi dengan sepenuhnya seperti yang disediakan dalam rencana pada waktu mengajukan permintaan kredit; Menyediakan sarana produksi lainnya, sesuai rekomendasi budidaya oleh pihak Dinas Perkebunan/instansi terkait setempat yang tidak termasuk di dalam rencana waktu mengajukan permintaan kredit; Melaksanakan pemungutan hasil (panen) dan mengadakan perawatan sesuai petunjuk Perusahaan Mitra untuk kemudian seluruh hasil panen dijual kepada Perusahaan Mitra ; dan Pada saat pernjualan hasil petani akan menerima pembayaran harga produk sesuai kesepakatan dalam perjanjian dengan terlebih

Page 16: Studi Kelayakan Domba

dahulu dipotong sejumlah kewajiban petani melunasi angsuran kredit bank dan pembayaran bunganya.

Aspek Pemasaran - Domba

KARAKTERISTIK PRODUK DOMBA

Proyek Kemitraan Terpadu ini dimaksudkan untuk mendapatkan domba potong serta domba induk dengan kualitas daging dan kulit tinggi dengan pertumbuhan berat badan yang tinggi. Proyek SPAKU ternak domba mengembangkan jenis domba lokal (domba Garut) untuk daerah Jawa dan jenis domba ex. Barbados yang telah disilang (crossing) dengan domba lokal untuk daerah Sumatera. Jenis-jenis domba tersebut menurut Dirjen Peternakan telah menunjukkan perkembangan baik dari segi budidaya maupun dari segi hasil pendapatan untuk para peternak.

Jenis domba yang cukup terkenal di Indonesia dan di luar negeri adalah sebagai berikut :

Domba Kampung yang memiliki tubuh kecil, lambat dewasa, warna bulunya maupun karakteristiknya tidak seragam dan hasil dagingnya relatif lebih sedikit.

Domba Periangan adalah domba yang banyak terdapat di Jawa Barat adalah hasil persilangan domba merino yang disebut domba Tanjung (Afrika Selatan) dengan domba kampung. Karakteristik jenis domba Periangan, badan kecil, warna bulunya bermacam-macam, daya tahan tubuh baik.

Domba Ekor Gemuk berasal dari Indonesia bagian Timur dengan karakteristik tubuh besar, panjang, lebar menampung lemak dengan jumlah banyak, warna bulu biasanya putih.

Domba Garut adalah domba persilangan ketiga jenis domba yang disebut diatas. Berat badan jantan sekitar 60 - 80 kg, sedangkan betina berkisar 30 - 40 kg, bulu halus, leher kuat sehingga digunakan sebagai domba aduan, tidak mengenal musim beranak dan menurut hasil penelitian mudah beradaptasi dengan lingkungan yang keras, warna bulu putih dan hitam.

Page 17: Studi Kelayakan Domba

Jenis-jenis domba yang cukup terkenal di luar negeri antara lain, domba merino, domba Hamspire, domba Southdown, domba Dosert semua domba Inggeris, domba Rambuillet dari Perancis dan domba Karakul dari daerah Turkestan/Afganistan.

CARA PEMASARAN SERTA PENENTUAN HARGA JUAL DOMBA HIDUP.

Ternak domba mencapai berat badan optimal pada umur 18 bulan, yaitu usaha penggemukan domba yang dapat memelihara seekor domba sampai umur 18 bulan. Domba muda berumur di bawah 6 bulan biasanya jarang dijual karena harganya rendah. Penjualan domba hidup oleh para peternak pada umumnya dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Menjual langsung kepada pembeli berupa peternak maupun pedagang domba dari kandang.

Menjual di pasar ternak

Menjual melalui pedagang perantara.

Pedagang perantara biasanya mengambil keuntungan dari nilai kulit, kepala, jeroan dan kaki bawah. Harga satu buah kulit di RPH bervariasi antara Rp. 10.000 s.d. Rp. 30.000 tergantung pada berat badan seekor domba. Harga domba hidup cukup bervariasi dan berfluktuasi, tergantung umur, berat badan (kurus/gemuk) dan musim. Pada musim paceklik dan tahun ajaran baru anak-anak sekolah, karena pada musim paceklik dan tahun ajaran baru, banyak petani domba yang menjual ternaknya untuk tambahan biaya hidupnya dan biaya anak-anak sekolah. Harga jual domba hidup rata-rata pada bulan Agustus tahun 1998 berdasarkan umur domba dan berat badannya adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Harga Domba menurut umurnyaUraian Umur (bulan) Harga (Rp)

1. Anak domba cempe keci l 3 - 4 bulan (10 -15 kg) 75.000 - 100.000

2. Domba muda 5 -7 bulan (20 -25 kg) 160.000 - 200.000

3. Dara/pejantan 10 - 12 bulan (35 - 45 kg) 280.000 - 360.000

4. Dewasa 16 - 18 bulan (50 - 80 kg) 400.000 - 640.000

 

PENAWARAN DOMBA

Page 18: Studi Kelayakan Domba

Populasi domba di Indonesia sebesar 7.962.882 ekor pada akhir tahun 1997 dengan kenaikan rata-rata 5,5% per tahun pada periode 1993 - 1997. Berdasarkan perhitungan atas data dalam Tabel 2. Peningkatan populasi domba sebesar 8% pada tahun 1996 dan sekitar 3% pada tahun 1997.

Tabel 2. Perkembangan total populasi domba dan total produksi daging domba di Indonesia pada Periode 1993 - 1997

Uraian 1993 1994 1995 1996 1997

Jumlah Ekor domba 6.240.000 6.741.000 7.168.000 7.724.000 7.963.000

Daging domba (ton) 40.050 42.622 38.389 39.026 41.252

Sumber : Buku Statistik Peternakan 1997. Direktorat Bina Program Peternakan Asumsi-asumsi untuk menyusun proyeksi kenaikan populasi domba serta penawaran jumlah ekor domba potong per tahun :

40% dari total populasi terdiri dari domba induk yang setiap tahun melahirkan 1,75 anak domba rata-rata.

10% dari populasi domba terdiri dari domba jantan berumur 1 tahun atau lebih.

20% dari jumlah ekor domba induk dan jantan tersebut, atau sekitar 11% dari jumlah populasi domba dewasa dipotong setiap tahun.

Untuk memenuhi sasaran 6% peningkatan populasi domba per tahun dengan tingkat kematian anak domba 5% maka sekitar 28% dari jumlah populasi anak domba menjadi domba potong umur 8 s.d. 12 bulan.

31% dari jumlah populasi domba dapat dipotong setiap tahun.

Berat badan seekor domba potong rata-rata 35 kg dan 45% atau 16 kg dari domba hidup menjadi daging domba yang dijual kepada konsumen.

Sesuai dengan asumsi tersebut di atas perhitungan proyeksi peningkatan populasi domba serta jumlah domba potong per tahun proyeksi dapat dilihat dalam Tabel 3.

Page 19: Studi Kelayakan Domba

Tabel 3. Proyeksi jumlah Populasi domba, jumlah ekor domba potong serta produksi daging domba

Uraian 1998 1999 2000 2001 20002 2003

Jumlah (ekor) popul, domba 8.441.000 8.947.000 9.484.000 10.053.000 10.656.000 12.960.000

Jumlah (ekor) domba potong 2.617.000 2.774.000 2.940.000 3.116.000 3.303.000 3.502.000

Proyeksi (ton)daging domba 41.867 44.377 47.041 49.863 2.853 56.028

PERMINTAAN DAGING DOMBA

Menurut Widaya Karya Pangan dan Gizi Konsumsi daging per capita di Indonesia sebesar 3,156 kg atau sebesar 651.717 ribu ton pada tahun 1997. Sebagian dari konsumen daging dipenuhi dengan daging impor atau sapi impor terutama dari Australia. Karena impor ternak hidup sementara dihentikan, jumlah populasi ternak yang berada di Indonesia tidak bisa memenuhi kebutuhan daging dari masyarakat.

Untuk tahun 1997 penawaran daging produksi dalam negeri dihitung sebesar 41.252 ton atau sebesar 6,3% dari total konsumsi daging di Indonesia pada tahun 1997. Produksi daging domba dapat ditingkatkan melalui pengembangan jenis domba unggulan, yaitu jenis domba yang lebih berat dan besar dibandingkan dengan domba kampung yang merupakan jenis domba utama di Indonesia sekarang. Bilamana berat karkas domba yang dapat ditingkatkan dari 16 kg saat ini menjadi 18 kg rata-rata pada periode proyeksi total produksi daging domba akan naik sekitar 12,50% sebagai dampak dari peningkatan kualitas domba potong.

Selain produksi daging domba dalam negeri persediaan daging domba dipengaruhi oleh impor dan ekspor domba. Menurut data statistik pada tahun 1997 Indonesia mengimpor 242.000 ekor domba dan mengekspor 179.815 ekor domba. Total ekspor menurun sebesar 43.683 ekor domba dibandingkan dengan ekspor domba tahun 1996. Permintaan dari negara lain (ekspor) sebanyak 15.000 s.d. 18.000 ekor per bulan. Dengan demikian peluang pasar domba potong selain untuk kebutuhan dalam negeri juga untuk ekspor yang diharapkan tiap tahunnya akan makin meningkat, sehingga terdapat peluang untuk meningkatkan populasi domba serta produksi daging domba.

Page 20: Studi Kelayakan Domba

RANTAI TATA NIAGA DAN SISTEM PEMBAYARAN

Rantai tata niaga domba mulai dari peternakan sampai eksportir (sebelum PKT) adalah sebagai berikut :

 

Rantai tata niaga dimulai dari peternakan cukup panjang, sehingga harga domba yang diterima peternak desa relatif rendah. Pada umumnya domba hidup dibeli pedagang pengumpul tidak tunai, yaitu baru dibayar sesudah 1 sampai 2 minggu.

Dengan adanya sistem PKT diharapkan rantai tata niaganya lebih pendek, sehingga harga yang diterima para peternak lebih tinggi. Misalnya peserta PKT dapat menjadi domba potong lansung kepada RPH maupun kepada perusahaan eksportir.

PEMBAGIAN POPULASI DOMBA ANTAR WILAYAH

Domba merupakan ternak yang telah lama dipelihara oleh petani peternak di seluruh pelosok tanah air, karena domba memiliki toleransi tinggi terhadap bermacam-macam hijauan pakan ternak serta daya adaptasi yang baik terhadap berbagai keadaan lingkungan sehingga memungkinkan dapat hidup dan berkembang biak sepanjang tahun.

Sebagian besar dari peternak domba berada di pulau Jawa. Pembagian domba antar wilayah pada akhir tahun 1997 sebagai berikut :

Tabel 4. Populasi domba di pulau Jawa tahun 1997

Page 21: Studi Kelayakan Domba

Wilayah Jumlah Domba (ekor) Persentase

Jabar 3.809.858 47,7%

Jateng/DI Yogya 1.896.126 23,8%

Jatim 1.496.276 18,9%

Sumatera 509.178 6,4%

NTT/NTB 187.161 2,4%

Timtim 33.191 0,4%

Propinsi Lainnya 31.092 0,4%

Jumlah 7.962.882 100,0%

Daerah yang baik untuk pemeliharaan domba secara intensif adalah :

Umumnya di dataran tinggi, yaitu 800 m - 1.800 m diatas permukaan laut.

Curah hujannya cukup tinggi ( 2,000 mm atau lebih) dengan musim kemaraunya pendek, sehingga rumput dapat tersedia sepanjang tahun.

PEMILIHAN DOMBA UNTUK PETERNAK PESERTA PROYEK KEMITRAAN TERPADU

Jenis domba yang dapat dikembangkan secara intensif oleh peternak peserta PKT adalah domba Garut serta jenis domba lainnya berupa persilangan antara domba lokal, misalnya domba Periangan, domba Ekor Garut dengan jenis domba dari luar negeri, antara lain domba Barbados, domba Merino dll sesuai dengan bimbingan dari Dinas Peternakan.

Produktivitas usaha peternak domba sangat ditentukan oleh kelahiran anak domba. Induk muda yang mampu melahirkan anak kembar pada kelahiran pertama ada kecendrungan bahwa tiap melahirkan selanjutnya juga akan kembar. Induk-induk seperti inilah yang dikehendaki dalam memilih bibit, karena bakatnya akan menurun kepada anaknya.

Beberapa kriteria dalam pemelihan dara domba antara lain umur 8 -10 bulan, berat badan 30 - 40 kg, berasal dari keturunan yang baik, mampu melahirkan 2-3 anak setiap kelahiran, mampu melahirkan tiga kali dalam waktu dua tahun, daya pertumbuhan cepat, tidak bertanduk dan tidak cacat tubuh.

Page 22: Studi Kelayakan Domba

Dalam memilih pejantan muda sebagai pemacak harus diperhatikan hal-hali sebagai berikut : dada lebar dan dalam, badan panjang dan punggung rata, otot kuat dan padat, keempat kaki kuat dan tidak bengkok dapat mempunyai tanduk.

PAKAN DOMBA

a). Pakan Hijau

Bahan makanan yang dapat diberikan kepada domba adalah pakan hijauan dan konsentrat. Pakan hijau merupakan makanan kasar yang berupa rumput lapangan, limbah hasil pertanian dan rumput unggul dan berbagai jenis leguminosa. Hijauan pakan merupakan makanan utama bagi domba yang tidak hanya berfungsi sebagai pengisi perut, tetapi juga sebagai sumber gizi protein, vitamin dan mineral. Jenis rumput yang diberikan kepada termasuk domba adalah rumput raja, rumput gajah yang ditanam diatas lahan dengan curah hujan tinggi dan rumput benggala serta rumput setaria dan lahan kering. Jenis leguminosa antara lain lamtoro, jayanti, kaliandra dan turi.

Sistem penanaman tanaman rumput dan leguminosa tersebut adalah antara lain tumpang sari dengan tanaman keras (pohon perkebunan), sistem lorong, sistem kebun pakan, sistem kebun pekarangan, sistem pagar dan sistem tiga strata. Bimbingan untuk menanam rumput dan leguminosa sesuai dengan sistem tersebut diberikan kepada peternak peserta PKT oleh Dinas Peternakan sesuai dengan petunjuk teknis yang diterbitkan oleh Direktorat Bina Produksi, Departemen Pertanian.

b). Pakan Konsentrat

Konsentrat merupakan makanan ternak penguat yang kaya karbohidrat dan protein seperti jagung, bekatul dan bungkil-bungkilan. Pakan konsentrat bisa dibeli dalam bentuk jadi maupun dapat dibeli dalam bentuk bahan makanan misalnya dedak, bekatul, jagung dll. Konsentrat digunakan terutama pada saat pertumbuhan, pada masa kebuntingan maupun saat menyusui bagi induknya. Konsentrat untuk ternak domba memiliki kandungan serat kurang dari 18% dan mudah dicerna. Para peternak memberikan pakan hijauan bersama dengan pakan konsentrat supaya semua zat-zat makan yang diperlukan untuk pertumbuhan produksi dan reproduksi dapat terpenuhi.

Page 23: Studi Kelayakan Domba

Tabel 5 : Komposisi Makan Konsentrat

BahanBaku KonsentratPemeliharaan Semi-

intensifPemeliharaan Intensif

Bekatul 60% 60%

Bungkil kelapa 33% 18%

Bungkil kedelai - 5%

Jagung kuning giling - 10%

Tepung tulang 5% 5%

Garam 2% 2%

Jumlah 100% 100%

Tabel 6 : Jumlah Pemberian Pakan untuk Domba Pemeliharaan Intensif

Klasifikasi domba Makanan Hijau (kg) Konsentrat (kg)

Domba pasca sapih (3 - 6 bln) 3 0,20

Domba muda (6-12 bln) 4 0,25

Domba Induk dewasa 6 0,25

Domba pejantan dewasa 8 0,50

Domba induk bunting 7 0,40

Domba induk laktasi (menyusui) 7 0,45

 

Disamping makanan kasar (rumput, daun) dan konsentrat domba juga diberikan zat-zat mineral (antara lain Ca, Mg, Na dan K). Pupuk urea dapat dicampurkan dalam makanan sebab urea berfungsi sebagai makanan tambahan untuk domba. Penggunaan antibiotika dalam usaha domba untuk pengobatan penyakit diberikan juga sebagai tambahan untuk memperbaiki efisiensi penggunaan makanan, meskipun antibiotikan adalah obat bukan makanan.

KANDANG DAN PERALATAN

Kandang domba terdiri dari dua type yaitu kandang panggung dan kandang lemprak. Kandang panggung lebih mahal dan lantainya dibuat sistem panggung untuk lebih mudah menghindari penyakit oleh parasit, serta lebih bersih dibandingkan dengan kandang lemprak yang tidak dilengkapi dengan alas kayu. Kandang panggung memiliki kolong yang bermanfaat sebagai penampung kotoran dan tipe kandang ini adalah kandang ganda atau kandang tunggal. Kandang domba terbuat dari bahan yang tersedia di daerah setempat PKT dengan harga perolehan relatif murah. Lokasi

Page 24: Studi Kelayakan Domba

kandang dipilih di atas tanah tidak lembab dengan sirkulasi udara baik.

Luas kandang harus disesuaikan dengan jumlah ekor domba yang dipelihara. Sebagai patokan kebutuhan luas kandang domba per ekor sbb :

Anak domba : 1 x 1,2 m2 / 2 ekor anak 3 - 6 bulan

Pejantan/betina dewasa : 1 x 1,0 m 2 / 1 ekor

Pejantan pemacak : 2 x 1,5 m 2 / 1 ekor

Induk dan anak : 1 x 2,25 m 2 / 1 induk+ 2 anak 0 - 3 bln.a). Satu unit usaha pemeliharaan domba induk dengan 24 ekor induk 44 ekor anak domba serta 3 ekor pejantan pemancak rata-rata membutuhkan kandang sbb :1 kandang kapasitas 12 ekor betina (12 m2)

1 kandang kapasitas 12 betina serta 22 anak domba (27 m2)

1 kandang kapasitas 32 anak domba umur 3 - 10 bulan (38 m2)

1 kandang 3 ekor pejantan pemancak ( 9 m2)b). Usaha penggemukan 30 ekor domba memerlukan 1 kandang (30 m2)

Selain kandang, peternak domba juga memerlukan peralatan, misalnya sekop, sabit, keranjang rumput dan lain-lain.

CARA PEMELIHARAAN DOMBA

a) Siklus hidup

Pengelolaan usaha peternakan domba merupakan serangkaian proses kegiatan yang berlangsung terus menerus secara berkesinambungan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan domba adalah :

Masa birahi pertama kali datang pada domba berumur 8 - 10 bulan dengan siklus setiap 1-21 hari.

Perkawinan domba betina dilaksanakan pada hari kedua masa birahi

Masa kebuntingan domba antara 144 s.d. 156 hari.

Page 25: Studi Kelayakan Domba

Masa melahirkan, penyapihan dan istirahat domba betina sesudah masa bunting 2 bulan.

Induk domba serta pejantan domba diafkir pada umur 6 bulan.

b) Cara perawatan

Perawatan terhadap induk bunting yang sedang bunting tua perlu diperhatikan dengan pemberian makanan cukup dan bermutu termasuk 0,5 kg konsentrat per hari sampai beberapa hari menjelang kelahiran. Induk yang baru melahirkan dibiarkan beristirahat bersama anaknya di kandang, khusus yang kering dan bersih. Anak-anak domba harus mendapatkan air susu jolong (kolostrum dari induknya) sampai umur 2 -3 bulan. Pada umur 2 - 3 bulan anak domba dipisahkan dari induknya dan kemudian ditempatkan ke kandang anak. Untuk menjaga kondisi domba pejantan pemancak harus dikandangkan terpisah dari betina. Makanan serta air minum untuk pejantan selalu harus tersedia dengan jumlah dan mutu cukup. Perkawinan dapat dilakukan 4 - 5 kali sehari dan diberi istirahat beberapa hari serta ransumnya ditambah. Domba jantan yang akan digemukkan sebaiknya dilakukan kastari lebih dahulu (umur sekitar 3 bulan) supaya domba lebih cepat tumbuh gerak badan (olah raga) untuk mempelacar peredaran darah serta menjaga bentuk dan postur agak tetap baik.

Usaha pemeliharaan domba dapat dilakukan dengan dua cara :

Domba dibiarkan merumput di lapangan pengembalaan pada hari pukul 09.00 s.d pukul 17.00 dan diberikan konsentrat di halaman/kandang pagi-pagi dan sore (pola semi-intensif)

Cara kedua memelihara domba di kandang terus menerus, diberikan hijauan dan konsentrat sesuai dengan pola pemeliharaan intensif.c) Peremajaan Kelompok Domba Produktif.

Ternak domba mempunyai kemampuan menghasilkan anak yang baik dan terbanyak pada umur 3 - 6 tahun. Sebelum dan sesudah umur tersebut kemampuannya rendah. Karena itu perlu meremajakan kelompok induk dan pejantan secara teratur supaya hasil produksi dapat ditingkatkan dan tahan dari tahun ke tahun dengan jumlah induk yang sama jumlahnya. Peremajaan yang optimal adalah 20% dari jumlah induk pertahun. Berarti tiap tahun jumlah induk diganti sebanyak 4 - 5 ekor dari total populasi induk 24

Page 26: Studi Kelayakan Domba

per unit usaha pemeliharaan terpusat. Selain proses peremajaan terencana domba yang tidak produktif karena cacat tubuh, mandul sering sakit dll, perlu dikeluarkan secara berangsur-angsur disertai peremajaan kembali.

d. Hasil Panen

Hasil panen domba oleh para peternak peserta PKT adalah domba hidup yang siap dijual. Ada dua macam jenis hasil panen domba :

a) domba potong dan afkir domba tidak produktifb) Domba bibit yang dijual kepada peternak domba lainnya untuk menjadi induk.

Domba bibit tersebut memenuhi persyaratan bibit dan dijual pada umur 4 bulan sebagai domba anak pasca sapih atau sebagai domba dara bunting pada umur sekitar 9 -11 bulan.

Aspek Keuangan - Domba Data dan Asumsi dasar Perhitungan Data dan asumsi dasar perhitungan aspek keuangan yang dipakai dalam Laporan KPKT ini, didasarkan atas perkembangan harga-harga pada triwulan ketiga tahun 1998. Dengan mengingat karakteristik usaha domba serta kebiasaan yang dilakukan oleh para peternak domba, peserta proyek SPAKU, maka laporan ini, menyajikan dua model pemeliharaan domba yakni :

Unit usaha pemeliharaan domba potong umur 6 – 8 bulan sampai 12 –24 bulan. Unit usaha pemeliharaan domba induk terdiri dari 24 ekor domba betina dan tiga ekor domba pejantan serta sejumlah anak domba rata-rata 44 ekor. Siklus kelahiran anak domba 10 bulan, berarti 24 induk akan melahirkan sekitar 50 ekor domba per tahun. Anak domba dipelihara sekitar 10 –12 bulan oleh usaha pemeliharaan domba induk. Asumsi-asumsi dasar yang dipakai dalam perhitungan aspek keuangan sbb :

Asumsi tentang cara pemeliharaan domba

Pemeliharaan domba dilakukan oleh peternak bersama keluarganya, yaitu istri dan anak maupun saudaranya.

Page 27: Studi Kelayakan Domba

Pakan hijau, yaitu rumput, leguminosa dan dll, diambil oleh peternak beserta anggotanya keluarganya sendiri. Kapasitas memotong/ mengumpulkan pakan hijau oleh seorang laki-laki dewasa sekitar 100 kg per hari.

Konsentrat, obat dan mineral dibeli para peternak peserta PKT dari koperasi primer.

Kebutuhan pakan hijau 10% dan kebutuhan konsentrat 1% sehari dari berat badan seekor domba umur 3 bulan ke atas.

Peternak peserta PKT memiliki tanah kandang, biaya tanah tidak dihitung sebagai unsur biaya investasi maupun biaya operasional.

Domba jantan dan domba dara dijual secara kontinu setiap bulan sesudah tahun pertama dengan jumlah yang sama dengan jumlah ekor yang dilahirkan, yaitu sesuai prinsip FIFO (First in first Out ) dari usaha pemeliharaan domba induk.

Peternakan yang memelihara unit usaha penggemukan domba membeli domba muda dari pasar ternak atau langsung dari peternak domba. Domba muda tersebut digemukkan sekitar enam bulan sebelum dijual bekerjasama dengan koperasi kepada RPH atau kepada perusahaan eksportir domba.

Asumsi tentang penjualan domba

Para peternak peserta PKT menjual dombanya kepada para pembeli bekerjasama dengan koperasi. Dari setiap pendapatan penjualan koperasi akan memotong sejumlah uang untuk menutupi hutang kepada koperasi, angsuran bunga dan pokok serta tabungan peternak.

Koperasi akan membantu para peserta memasarkan domba kepada “end-user“ berupa RPH, usaha eksportir domba maupun pembeli besar lainnya, supaya harga jual dapat ditingkatkan sebanyak mungkin.

Kelebihan antara harga jual yang diperoleh para peternak dan bekerjasama dengan koperasi dengan harga jual di pasar ternak lokal dibagi antara para peternak dan koperasi sesuai dengan persetujuan antara kedua belah pihak.

Asumsi lain

Para peternak peserta PKT adalah petani yang telah mempunyai ternak domba dengan jumlah 2 sampai 5 ekor domba.

Page 28: Studi Kelayakan Domba

Tujuan dari proyek adalah untuk mengembangkan usaha domba para peserta dan usaha sampingan menjadi usaha pokok (usaha mandiri)

Populasi domba serta tanah berikut kandang adalah agunan pokok untuk bank pemberi kredit. Para peternak akan menjamin pembayaran tunggakan pinjaman seorang peserta dengan pola tanggung renteng, yaitu tunggakan disetor ke bank dari tabungan beku yang berada di rekening anggota kelompok penerimai kredit. Agunan tambahan dapat berikan bilamana diminta bank pemberi KKPA dari koperasi atau perusahaan pemberi hasil produksi domba.

Kredit yang dberikan kepada kelompok peternak peserta proyek adalah KKPA.

Kesimpulan dari Analisa Aspek Keuangan

Berdasarkan asumsi yang dikemukakan diatas, maka perhitungan analisa keuangan untuk kedua model usaha pemeliharaan domba dapat dilihat dalam Lampiran I (Tabel 1.1 s.d. 1.7) dan Lampiran II (Tabel 2.1. s.d. 2.7). Kesimpulan analisa aspek keuangan dapat dilihat dalam Tabel 7 dibawah sbb :

Tabel 7. Ringkasan Perhitungan Analisa Keuangan

Uraian Model Usaha

Penggemukan Domba

Model Usaha Pemeliharaan domba Induk

Biaya Investasi + IDC Rp 2.870.000 Rp 16.302.000 Modal Kerja Permanen Rp 8.208.000 Rp 6.897.271 Total biaya proyek &nbsRp

11.078.000 Rp 22.638.782

Pinjaman KI Rp 2.800.259 Rp 13.920.000 Jangka waktu 5 tahun 6 tahun   < TR> Pinjaman MK Rp 7.469.280 Rp 6.897.271 Jangka waktu 5 tahun 5 tahun Modal sendiri Rp 808.461 Rp 1.821.511 Jumlah domba induk   24 ekor Jumlah domba pejantan   3 ekor   < TR> Jumlah Domba muda 30 ekor 44 ekor Pendapatan ð Penjualan Rata-rata pertahun Rp 24.180.000 Rp 20.375.000 Jumlah ekor domba dijual rata-rata pertahun 60 ekor 50 ekor Internal Rate of Return (IRR) 57,97% 34,71% Net Present Value (NPV) Rp 12.268.862 Rp 11.872.891 Payback Period (PBP) 1 tahun 7 bulan 2 tahun 5 bulan