RESILIENSI ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA)

4
PENDAHULUANMenur ut Joer ban (dal am Ast ut i, 2008), hampi r Seks bebas dan narkoba sudah menjalar di 99^ penderi ta HI V/ AIDS mengalami str es ber at , Indonesi a terutama di li ngkungan par a r emaj a.Dj oer ban juga menemukan sej uml ah pasien HI V/ AI DS Peril aku ber esiko seperti hubungan seks tanpayang mengal ami depr esi ber at , dimana pada saat pengaman ( kondom), penggunaan nar koba sunti kmenget ahui di r inya mengidap penyakit AIDS, banyak yang menggunakan j ar um sunt i k secar a bergant ianODHA yang t i dak bi sa mener ima kenyataan bahwa dan t idak st eri l , penggunaan jarum t i ndik at au j arumdiri nya t er t ular HI V/ AIDS, sehingga meni mbul kan t at o yang t i dak steril dapat mengakibatkan seseorangdepr esi dan kecender ungan bunuh di ri pada di r i ter infeksi Human I mmunodeficiency Vi rus (HIV). HI VODHA itu sendi r i (Astut i, 2008, hal . 2). menyer ang sel - sel darah puti h sehi ngga daya t ahanRichar d (dalam Saputa, 2009) menj el askan tubuh menjadi menur un (Hawaii, 2006, hal . 89).bahwa respon stres psi kol ogi bi asanya muncul saat Untuk memperl ambat penyebar an penyaki t dalamdiagnosa diberikan kepada pasien, pasi en bisa merasa tubuh, ODHA har us meminum obat antirethovir al t idak yaki n, t er kejut dan melakukan penyangkal an at au yang bi asa di sebut dengan ARV. Seseorangsert a dii kut i dengan kemarahan dan kekacauan akut yang t er inf eksi HIV akan mengal ami penyakit -dengan gej ala- gej al a kecemasan yang ti nggi dan penyakit opportuniti es seperti TBC, diar e, kanker , depresi ( Saputr a, 2009, hal. 5). Untuk mewujudkan penyakit kul it dan penyaki t l ain yang membahayakankehidupan yang lebih bai k, maka ODHA harus mampu kehi dupanya ( Hawaii, 2006, hal . 89). mengatasi tekanan psi kol ogis maupun t ekanan fisi k Jur nal Psi koisl amika I Volume 11 Nomor 1 Tahun 20145 Eva Ar dana Yuli a Shol ichatun Fakult as Psikol ogi Uni ver si tas I slam Neger i ( UIN)Maulana Malik I br ahi m Malang Jl . Gaj ayana 50 Malang Telp. 0341-558916 Abstrak - Peneliti an i ni bertuj uan untuk mengetahui aspek- aspek resi l iensi pada or ang dengan HI V/ AIDS ( ODHA), faktor- fakt or pembentuk r esili ensi pada or ang dengan HI V/ AIDS ( ODHA), fakt or pr ot ektif yang mempengaruhi orang denganHI V/AIDS (ODHA) dan t ahapan r esiliensi or ang dengan HI V/AIDS (ODHA) . Peneli ti an ini menggunakan met ode peneli ti an kuali tati f studi kasus. Subyek dalam peneli t i an i ni menggunakan dua or ang dengan kri t er ia yang t elah di t entukan. Lokasi peneli t ian i ni dil akukan di sebuah LSM, di sebuah Puskesmas dan di kedi aman kedua subyek. Pengumpulan dat a yang digunakan dalam peneli t ian i ni adalah wawancara dan observasi. Hasil dari peneli t i an menunjukkan bahwa kedua subyek telah mencapai resiliensi. Ter dapat beber apa aspek- aspek yang mempengar uhi t erbentuknya r esi li ensi yai tu I am, I have dan I can. Selain hal t er sebut , t er dapat f akt or- f akt or yang mempengar uhi r esiliensi yai tu r egul asi emosi, kontrol i mpul sif, opt i mi s, empati, self efi kasi, causal anali sis dan r eachi ng out . Sedangkan f akt or pr ot ekt if yang mempengar uhi t erbentuknya resili ensi yaitu dukungan dar i keluar ga dan t eman sesama ODHA, anak sebagai penyemangat dir i, tingkat reli gi usi t as, dan mener apkan pola hi dup sehat. Kedua subyek j uga mel ewat i semua level r esil iensi yai t u succumbi ng, survi val , r ecovery dan t hryving. Kat a Kunci: Resiliensi , Orang, HI V/ AIDS PSIKOI SLAMIKA. Jurnal Psikol ogi Islam (JPI) copyr i ght © 2014 Labor at or ium Penelit i an, Kaj ian Psi kol ogi I sl am dan Pener bi tan. Volume 11. Nomor 1, Tahun 2014 RESI LI ENSI ORANG DENGAN HI V/ AI DS (ODHA)

Transcript of RESILIENSI ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA)

PENDAHULUANMenurut Joerban (dalam Astuti, 2008), hampirSeks bebas dan narkoba sudah menjalar di99^ penderita HIV/AIDS mengalami stres berat,

Indonesia terutama di lingkungan para remaja.Djoerban juga menemukan sejumlah pasien HIV/AIDSPerilaku beresiko seperti hubungan seks tanpayang mengalami depresi berat, dimana pada saatpengaman (kondom), penggunaan narkoba suntikmengetahui dirinya mengidap penyakit AIDS, banyakyang menggunakan jarum suntik secara bergantianODHA yang tidak bisa menerima kenyataan bahwadan tidak steril, penggunaan jarum tindik atau jarumdirinya tertular HIV/AIDS, sehingga menimbulkantato yang tidak steril dapat mengakibatkan seseorangdepresi dan kecenderungan bunuh diri pada diriterinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). HIVODHA itu sendiri (Astuti, 2008, hal. 2).menyerang sel-sel darah putih sehingga daya tahanRichard (dalam Saputa, 2009) menjelaskantubuh menjadi menurun (Hawaii, 2006, hal. 89).bahwa respon stres psikologi biasanya muncul saatUntuk memperlambat penyebaran penyakit dalamdiagnosa diberikan kepada pasien, pasien bisa merasatubuh, ODHA harus meminum obat antirethoviraltidak yakin, terkejut dan melakukan penyangkalanatau yang biasa disebut dengan ARV. Seseorangserta diikuti dengan kemarahan dan kekacauan akutyang terinfeksi HIV akan mengalami penyakit-dengan gejala-gejala kecemasan yang tinggi danpenyakit opportunities seperti TBC, diare, kanker,depresi (Saputra, 2009, hal. 5).Untuk mewujudkanpenyakit kulit dan penyakit lain yang membahayakankehidupan yang lebih baik, maka ODHA harus mampukehidupanya (Hawaii, 2006, hal. 89).mengatasi tekanan psikologis maupun tekanan fisik

Jurnal Psikoislamika I Volume 11 Nomor 1 Tahun 20145

Eva ArdanaYulia SholichatunFakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri (UIN)Maulana Malik Ibrahim MalangJl. Gajayana 50 Malang Telp. 0341-558916

Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek-aspek resiliensi pada orang denganHIV/AIDS (ODHA), faktor-faktor pembentuk resiliensi pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA),faktor protektif yang mempengaruhi orang denganHIV/AIDS (ODHA) dan tahapan resiliensiorang dengan HIV/AIDS (ODHA).Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatifstudi kasus. Subyek dalam penelitian ini menggunakan dua orang dengan kriteria yang telahditentukan.Lokasi penelitian ini dilakukan disebuah LSM, disebuah Puskesmas dan dikediamankedua subyek. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara danobservasi.Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kedua subyek telah mencapai resiliensi.Terdapat beberapa aspek-aspek yang mempengaruhi terbentuknya resiliensi yaitu I am, I havedan I can. Selain hal tersebut, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi yaituregulasi emosi, kontrol impulsif, optimis, empati, self efikasi, causal analisis dan reachingout.Sedangkan faktor protektif yang mempengaruhi terbentuknya resiliensi yaitu dukungandari keluarga dan teman sesama ODHA, anak sebagai penyemangat diri, tingkat religiusitas,dan menerapkan pola hidup sehat. Kedua subyek juga melewati semua level resiliensi yaitusuccumbing, survival, recovery dan thryving.

Kata Kunci: Resiliensi, Orang, HIV/AIDS

PSIKOISLAMIKA. Jurnal Psikologi Islam (JPI) copyright © 2014 Laboratorium Penelitian, KajianPsikologi Islam dan Penerbitan. Volume 11. Nomor 1, Tahun 2014

RESILIENSI ORANGDENGAN HIV/AIDS (ODHA)

Jurnal Psikoislamika I Volume 11 Nomor 1 Tahun 2014

(Reivich, 2002, hal. 33) Emotion regulation: Regulasiemosi merupakan kemampuan yang dimiliki olehsetiap individu untuk tetap tenang walaupun beradadibawah kondisi yang menekan hidupnya (Reivich,2002, hal. 36). Impulsive control: Kemampuanindividu untuk mengendalikan dorongan ataupunkeinginan yang muncul dalam dirinya (Reivich,2002, hal. 39). Optimism: Individu yang optimismempunyai harapan dan percaya bahwa kehidupanmereka dapat berubah menjadi lebih baik dan yakinbahwa individu tersebut mampu untuk mengatasikeadaan yang tidak menyenangkan yang akan terjadidalam kehidupan (Reivich, 2002, hal. 40-41). Causalanalysis: yaitu sebuah kemampuan yang dimilikioleh individu untuk mengidentifikasi secara lebihakurat tentang penyebab dari permasalahan yangsedang mereka hadapi dalam kehidupannya (Reivich,2002, hal. 41). Empaty: kemampuan yang dimilikiindividu untuk mengetahui tanda/isyarat psikologisatau emosional yang diperlihatkan oleh orang lain(Reivich, 2002, hal. 44). Self eficacy: adalah sebuahkeberhasilan dalam memecahkan sebuah masalahyang sedang dihadapi. Self eficacy terdapat sebuahkeyakinan individu bahwa dirinya dapat menyelesaikanmasalah yang sedang dihadapinya untuk mencapaisebuah kesuksesan (Reivich, 2002, hal. 45). Reachingout: Ketidakmampuan individu untuk melakukanreaching out dikarenakan sejak kecil individu-individu tersebut diajarkan menghindari kegagalandan menghindari kejadian yang memalukan dalamhidupnya (Reivich, 2002, hal. 46).

Terdapat dua faktor yang selalu dikaitkandalam kajian resiliensi, yaitu faktor protektif

"(protective factor) dan fakto resiko (risk factor).Dyer & McGuinness (dalam Earvolino) mendefinisikanfaktor protektif atau yang biasa disebut denganfaktor pelindung sebagai sifat (attributes) atausituasi tertentu dimana situasi tersebut diperlukandalam proses terbentuknya resiliensi (Earvolino,2007, hal. 75-76).

Faktor resiko dalam resiliensi merupakankemungkinan terdapatnya keadaan yang tidakmenyenangkan yang dirasakan oleh individu sepertianggota dari kelompok beresiko tinggi, yaitu anak-anak yang tumbuh pada keluarga yang memilikistatus ekonomi rendah, besar pada lingkunganyang penuh kekerasan, lahir dalam keadaan cacat,

cidera atau mempunyai penyakit, pengalamanstres dan trauma. Faktor resiko dapat berasal darifaktor biologis, faktor psikologis, lingkungan dansosial-ekonomi yang mempengaruhi kemungkinanterdapatnya kerentanan terhadap stres (Schoon,

akibat dari penyakitnya tersebut. Untuk itu makaODHA membutuhkan sikap yang resilien.

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti inginmengetahui bagaimana resiliensi orang denganHIV/AIDS (ODHA). Beberapa sub yang ingin dijawabdalam penelitian ini adalah mengenai aspek-aspekpembentuk resiliensi pada Orang dengan HIV/AIDS(ODHA), faktor-faktor yang dapat mempengaruhiresiliensi pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA),faktor protektif dapat mempengaruhi resiliensipada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA), tahap-tahapresiliensi yang telah dilalui oleh Orang dengan HIV/

AIDS (ODHA).

KAJIAN PUSTAKALuthar dkk mengungkapkan bahwa "resilience

refers to a dynamic prosess encommpasing positiveadaption within the context of cignificant adversity".Luthar dkk, menganggap bahwa resiliensi sebagaisebuah proses dinamis yang dapat menghasilkanadaptasi positif dari kemalangan yang pernahdialaminya (McCubbin, 2001, hal. 2).Resiliensi adalahkemampuan dari kapasitas individu untuk "bangkitkembali" dari pengalaman negatif atau merupakanhasil dari pembelajaran dan pengalaman (Buildingresilience in rural communities, 2008, hal. 3).

Menurut Reivich dan Shatte, resiliensimerupakan kemampuan individu untuk mengatasidan meningkatkan ketahanan diri terhadap situasiyang menekan seperti kehilangan pekerjaan,kegagalan dalam berhubungan sosial, dan bahkantrauma yang terjadi dalam hidupnya (Shatte, 2002,hal. 1).Grotberg (1994) menyebutkan tiga sumberdari resiliensi (three sources of resilience) untukmengatasi konflik yang disebabkan dari keadaan yangtidak menyenangkan dan untuk mengembangkanresiliensi remaja. Sumber-sumber tersebut yaitu(Desmita, 2005, hal. 229). I Am: Sumber resiliensipada faktor I am berasal dari dalam diri individu.Sumber-sumber tersebut meliputi perasaan, sikap dankeyakinan yang dimiliki oleh individu. I Have: FaktorI have merupakan salah satu sumber pembentukresiliensi yang berasal dari luar diri individu. Dalamhal ini besarnya dukungan sosial yang diberikan olehorang lain sangat membantu dalam terbentuknyaresiliensi (Desmita, 2005, hal. 229). I Can: SumberI can merupakan sumber pembentuk resiliensi

yang berkaitan dengan keterampilan yang dimilikioleh individu dalam menjalin hubungan sosial daninterpersonal (Desmita, 2005, hal. 230).

Reivich dan Shatte (2002) menyebutkan tujufaktor yang dapat membentuk resiliensi, yaitu

Jurnal Psikoislamika I Volume 11 Nomor 1 Tahun 2014

sumber. Peneliti melakukan perbandingan data hasilpengamatan dengan data hasil wawancara, selainitu peneliti juga menanyakan kembali kepastianjawaban yang telah diberikan.

HASILDari hasil penelitian, resiliensi kedua subjek

hampir sama. Kedua subjek telah berhasil mencapairesiliensi. Untuk mencapai resiliensi, terdapatbeberapa level yang dilalui oleh kedua subjek.Level pertama yang dilalui oleh kedua subjek adalahtahap succumbing, pada level ini kedua subjekhampir mempunyai keadaan yang sama. Subyekmengalami ketakutan, diskriminasi dari kesehatan,perasaan bingung, dia istri menyalahkan subjek(subyek I), stigma yg buruk tentang ODHAdan tidakmendapat kepercayaan dari keluarga, suami seringkeluar malam (subyek II). Setelah itu, kedua subjekmemasuki level survival. Pada level ini kedua subjekmengalami perasaan kecewa, kaget, tidak percayadan stres yang mengakibatkan kedua subjek mudahtersinggung dan mudah marah, merasa minderbersosialisasi (subyek I), mengalami keguguran dantidak saling sapa dengan saudaranya (subyek II).Level selanjutnya adalah level pulih kembali atauyang biasa disebut recovery. Dalam level ini keduasubjek telah mengikuti kegiatan-kegiatan yangdiadakan oleh kampungnya dan saling menyapakembali dengan saudaranya setelah 1 tahun (subyekII). Level terahir yang dilalui adalah thryving. Padalevel ini kedua subjek pasrah terhadap Allah danlebih mendekatkan diri kepada-Nya.

Kedua subjek juga mendapatkan semuaaspek-aspek yang dapat membentuk resiliensi yangmereka miliki, yaitu aspek I am, I have dan I Can.Pada aspek I am, kedua subyek mempunyai hargadiri tinggi. mempunyai problem solving yang baikbertanggungjawab sebagai orang tua, keyakinanakan terkabulnya doa-doanya keinginan untukmenjadi orang yang lebih berguna dan menjadi lebihbaik. Pada aspek i have kedua subyek mempunyaidukungan dari teman sesama ODHA dan keluarga,mempunyai seorang penasehat dan anak sebagaipenyemangat diri. Aspek yang terahir yaitu i can,pada aspek ini kedua subyek dapat mendengarkancerita teman dan dapat menyampaikan saran denganbaik serta berdiskusi dengan teman dan keluargatentang penyakitnya.

Membentuk pribadi yang resilien juga diperlukanbeberapa faktor-faktor pembentuk resiliensi keduasubjek yaitu Regulasi emosi dan kontrol impulsif ,pada aspek ini kedua subyek merasa kaget, kecewa,

2006, hal. 9).Tahapan-tahapan yang dilalui oleh setiapindividu yang mengalami ancaman atau kondisi yangmenekan disebut dengan level resiliensi. O'Learydan Ickoviks (dalam Coulson) membagi resiliensimenjadi empat level yaitu (Coulson, 2006, hal. 5).Succumbing (mengalah); Kondisi yang dialami olehindividu pada level ini yaitu kondisi menurun, disiniindividu mengalah atau menyerah setelah menghadapisuatu ancaman atau kondisi yang menekan dalamhidupnya. Outcome dari kondisi ini adalah individuberpotensi mengalami depresi, pemakaian narkobasebagai pelarian, dan pada tataran yang lebih ektrimdapat mengakibatkan bunuh diri (Coulson, 2006,hal. 5-6). Survival (bertahan); Survival merupakankondisi yang menunjukkan ketidakmampuan individuuntuk meraih kembali atau mengembalikan fungsipsikologis dan emosi yang mereka miliki setelahmenghadapi kesulitan dalam hidupnya (Coulson,hal. 6). Recovery (pemulihan); Pada level iniindividu telah mampu pulih kembali (bounce back)pada fungsi psikologis dan emosinya, individu telahdapat beradaptasi dengan kondisi yang menekandalam hidupnya, meskipun masih terdapat beberapaefek negatif dari perasaan yang tersisa (Coulson,2006, hal 6). Thriving (berkembang dengan pesat);Level ini merupakan keadaan dimana individu tidakhanya mampu untuk pulih kembali pada level fungsisebelumnya, akan tetapi individu telah menunjukkanbahwa dirinya mampu untuk melampaui padabeberapa respek setelah mengalami kondisi yangmenekan (Coulson, 2006, hal. 6).

METODEPenelitian ini menggunakan metode penelitian

kualitatif. Desain penelitian yang digunakan dalampenelitian ini adalah penelitian studi kasus. Jumlahsubyekyang digunakan dalam penelitian ini berjumlah2 orang. Teknik yang digunakan dalam pengambilansampel adalah teknik Non- Probability Samplingdengan teknik purposive sampling. Lokasi penelitiandilakukan ditiga tempat, yaitu disebuah LSM, dikediaman kedua subjek dan sebuah puskesmas.Teknik pengumpulan data yang digunakan olehpeneliti adalah wawancara secara mendalam danobservasi. Analisis data yang digunakan penelitidalam penelitian ini yaitu metode perbandingantetap dengan cara membandingkan satu datumdengan datum yang lain, kemudian datum-datumtersebut akan digunakan untuk membandingkansatu kategori dengan kategori yang lain. Untukmencapai keabsahan data, peneliti menggunakankriteria kepercayaan dengan teknik triangulasi dengan

Jurnal Psikoislamika I Volume 11 Nomor 1 Tahun 2014

Dimensi Psikoreligi. Jakarta: Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia.

McCubbin, L. 2001. Chalange to The Definition ofResilience. Paper presented at The Annual Meetingof The American Psychological Association inSan Francisco.

Reveich, K&Shatte, A. 2002. The Resilience actor:seven essential skill for overcoming life's inevitable

obstacle. New York: Random House.

Saputra, Bayu Teguh. 2009. Hubungan kepribadianketangguhan (Hardiness) dan kecerdasanemosional dengan depresi pada orang dengan

HIV-A1DS (ODHA). Fakultas Psikologi. UniversitasKatolik Soegijapranata Semarang.Skripsi.Ti'̂ ^akditerbitkan.

Schoon, Ingrid. 2006. Risk and Resilience: Adaptationin Changing Times. New York: CambridgeUniversity Press.

DAFTAR PUSTAKAAstuti, Apri & Budiyani, Kondang. 2008. Hubungan

Antara Dukungan Sosialyang Diterima dengan

Kebermaknaan Hidup pada ODHA (Orang DenganHIV/AIDS). Fakultas Psikologi. Universitas MercuBuana Yogyakarta.

Coulson, Ronaye. 2006. Resilience and Self-Talkin University Students. Thesis University ofCalgary.

Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.Earvolino, M & Ramirez. 2007. Resilience: a concept

analysis. Journal Nursing Forum volume 42, No.

2 April.E-book building resilience in rural communities. 2008.

The University of Queensland and University ofSouthern Queensland.

Hawari, Dadang. 2006. Global Effect HIV/AIDS

Faktor protektif juga diperlukan dalammembentuk resiliensi pada diri individu, keduasubyek mendapatkan dukungan dari keluarga dansesama ODHA. Anak sebagai alasan mereka dapatbertahan. Mengikuti pelatihan dan penyuluhan.keyakinan bahwa Allah masih menyayanginya danterkabulnya doa. Lebih mendekatkan diri kepadaAllah dengan cara rajin solat baik solat wajib maupunsholat sunnah, membacaAl-quran, mendengarkanceramah agama, melakukan hal yang berguna bagiorang lain serta melakukan pola hidup sehat untukmenjaga kesehatan.

KESIMPULANBerdasarkan pemaparan hasil dan pembahasan

diatas, dapat disimpulkan bahwa kedua individudapat mengatasi tekanan-tekanan yang terjadidalam hidupnya dan menjadi pribadi yang lebihbaik dari sebelumnya.

tidak percaya, bingung dan stres. Sehingga merekamudah marah dan sering memukul orang lain.Walaupun regulasi mereka bisa dibilang rendah, akantetapi mereka mempunyai Optimisme, kedua subyekyakin bahwa Allah menyayanginya dan keinginanuntuk membuat anaknya sukses. Empati, subyekpertama lebih menunjukan sikap simpati sepertimenolong orang yang membutuhkan, sedangkansubyek dua Mengetahui ketika orang lain tidakmenyukainya dari sikap, perilaku, tatapan matadan nada bicara. Kedua subyek juga mempunyaifaktor self eficasy, hal tersebut ditunjukan dariperilaku kedua subyek untuk mengatur pola hidupsehatdan mengikuti penyuluhan. Kedua subyekjuga dapat mengetahui dari mana mereka dapatterinfeksi HIV, sehingga mereka dapat dikatakanmempunyai kemampuan untuk melakukan kausalanalisis. faktor yang terahir yaitu reaching out,kedua subyek diajarkan untuk menjadi pribadi yangmandiri dalam pekerjaan rumah tangga.