PERAN DUKUNGAN SEBAYA TERHADAP MUTU HIDUP …lemlit.uhamka.ac.id/files/odha-kwalitatif.pdf · Belum...

12
Seminar Hasil Riset UHAMKA 2011 1 PERAN DUKUNGAN SEBAYA TERHADAP MUTU HIDUP ODHA DI INDONESIA TAHUN 2011 (Studi Kualitatif di 10 Propinsi) Sarah Handayani, SKM, M.Kes, Dosen FIKES UHAMKA, Email: [email protected] A. Pendahuluan Indonesia adalah salah satu negara di Asia dengan epidemi HIV yang berkembang paling cepat (UNAIDS,2008). Sampai dengan Desember 2010 secara kumulatif Kementerian Kesehatan (Kemkes RI, 2011) melaporkan ada 24.131 jumlah kasus AIDS dari 300 kabupaten/kota dan 32 propinsi yang melapor. Tingkat kumulatif rasio kasus AIDS Nasional sampai dengan Desember 2010 adalah 10,46 per 100.000 penduduk (BPS, 2009). Hingga akhir tahun 2009 diperkirakan di Indonesia terdapat 186.257 orang yang berusia antara 15--49 tahun yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) dan tersebar di seluruh 33 propinsi. Berdasarkan pemodelan pada tahun 2014 diperkirakan ODHA akan mencapai hampir tiga kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS, yaitu menjadi 541.700 orang (Kemenkes RI, 2008). Peningkatan mutu hidup ODHA merupakan salah satu tujuan dari Strategi Rencana Aksi Nasional (SRAN) Penanggulangan AIDS 2010-2014 (Komisi Penanggulangan HIV/AIDS,2010). Upaya peningkatan mutu hidup ODHA di Indonesia sudah dilakukan oleh berbagai pihak, namun masih terpisah-pisah dan sangat tergantung pada kondisi daerah. Dukungan sebaya adalah dukungan mental yang diberikan oleh ODHA atau OHIDHA kepada ODHA lainnya, terutama ODHA yang baru mengetahui status HIV. Di Indonesia, dukungan sebaya terbanyak dikoordinasi oleh Yayasan Spiritia dengan cara mengelola kelompok dukungan yang bekerja di tingkat nasional, propinsi, dan kabupaten/kota. Sistem kelompok dukungan sebaya ini mencakup pelaksanaan penjangkauan, pendataan, dan pendampingan ODHA. Dengan mekanisme pengembangan yang terus menerus melalui sistem Kelompok Penggagas (KP) dari Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) sejak tahun 1996 hingga Juni 2011 telah lebih dari 22 ribu ODHA mendapatkan dukungan dalam menjalani kehidupannya. Oleh sebab itu program ini memiliki potensi besar untuk mewujudkan Total Coverage bagi ODHA akses universal bagi ODHA pada akhir tahun 2014. Melalui mekanisme KDS ini program mitigasi sosial

Transcript of PERAN DUKUNGAN SEBAYA TERHADAP MUTU HIDUP …lemlit.uhamka.ac.id/files/odha-kwalitatif.pdf · Belum...

Page 1: PERAN DUKUNGAN SEBAYA TERHADAP MUTU HIDUP …lemlit.uhamka.ac.id/files/odha-kwalitatif.pdf · Belum ada penelitian HIV/AIDS yang berkaitan dengan peran dukungan sebaya terhadap peningkatan

Seminar Hasil Riset UHAMKA 2011 1

PERAN DUKUNGAN SEBAYA TERHADAP MUTU HIDUP

ODHA DI INDONESIA TAHUN 2011 (Studi Kualitatif di 10 Propinsi)

Sarah Handayani, SKM, M.Kes, Dosen FIKES UHAMKA, Email: [email protected]

A. Pendahuluan

Indonesia adalah salah satu negara di Asia dengan epidemi HIV yang berkembang

paling cepat (UNAIDS,2008). Sampai dengan Desember 2010 secara kumulatif

Kementerian Kesehatan (Kemkes RI, 2011) melaporkan ada 24.131 jumlah kasus AIDS

dari 300 kabupaten/kota dan 32 propinsi yang melapor. Tingkat kumulatif rasio kasus

AIDS Nasional sampai dengan Desember 2010 adalah 10,46 per 100.000 penduduk (BPS,

2009). Hingga akhir tahun 2009 diperkirakan di Indonesia terdapat 186.257 orang yang

berusia antara 15--49 tahun yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) dan tersebar di seluruh

33 propinsi. Berdasarkan pemodelan pada tahun 2014 diperkirakan ODHA akan mencapai

hampir tiga kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS, yaitu menjadi 541.700

orang (Kemenkes RI, 2008).

Peningkatan mutu hidup ODHA merupakan salah satu tujuan dari Strategi Rencana

Aksi Nasional (SRAN) Penanggulangan AIDS 2010-2014 (Komisi Penanggulangan

HIV/AIDS,2010). Upaya peningkatan mutu hidup ODHA di Indonesia sudah dilakukan

oleh berbagai pihak, namun masih terpisah-pisah dan sangat tergantung pada kondisi

daerah.

Dukungan sebaya adalah dukungan mental yang diberikan oleh ODHA atau

OHIDHA kepada ODHA lainnya, terutama ODHA yang baru mengetahui status HIV. Di

Indonesia, dukungan sebaya terbanyak dikoordinasi oleh Yayasan Spiritia dengan cara

mengelola kelompok dukungan yang bekerja di tingkat nasional, propinsi, dan

kabupaten/kota. Sistem kelompok dukungan sebaya ini mencakup pelaksanaan

penjangkauan, pendataan, dan pendampingan ODHA. Dengan mekanisme pengembangan

yang terus menerus melalui sistem Kelompok Penggagas (KP) dari Kelompok Dukungan

Sebaya (KDS) sejak tahun 1996 hingga Juni 2011 telah lebih dari 22 ribu ODHA

mendapatkan dukungan dalam menjalani kehidupannya. Oleh sebab itu program ini

memiliki potensi besar untuk mewujudkan Total Coverage bagi ODHA – akses universal

bagi ODHA pada akhir tahun 2014. Melalui mekanisme KDS ini program mitigasi sosial

Page 2: PERAN DUKUNGAN SEBAYA TERHADAP MUTU HIDUP …lemlit.uhamka.ac.id/files/odha-kwalitatif.pdf · Belum ada penelitian HIV/AIDS yang berkaitan dengan peran dukungan sebaya terhadap peningkatan

Seminar Hasil Riset UHAMKA 2011 2

juga dapat dilakukan bagi ODHA/ OHIDHA dewasa maupun anak yang terdampak HIV

dan AIDS.

Belum ada penelitian HIV/AIDS yang berkaitan dengan peran dukungan sebaya

terhadap peningkatan mutu hidup ODHA dan mitigasi sosial di Indonesia. Oleh sebab itu,

temuan ini akan sangat bermakna sebagai informasi strategis pengembangan kebijakan dan

program untuk peningkatan mutu hidup ODHA sebagaimana yang ditetapkan dalam salah

satu tujuan dari penanggulangan AIDS Nasional.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dukungan sebaya (DS) dalam

upaya meningkatkan mutu hidup ODHA dan mitigasi sosial di Indonesia. Secara khusus

penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi tentang mutu hidup ODHA. Pertanyaan

penelitian yang akan dijawab dalam proyek penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana peran dukungan sebaya dalam meningkatkan mutu hidup Odha

2. Bagaimana peran dukungan sebaya dalam pengurangan stigma dan diskriminasi pada

ODHA dan OHIDHA

C. Metode penelitian

Metode penelitian dilakukan secara kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan

cara wawancara mendalam dilakukan pada informan utama dan informan pendukung.

Informan utama yaitu ODHA yang mendapatkan dukungan dari dukungan sebaya dan

ODHA yang tidak mendapatkan dukungan sebaya. Informan pendukung yaitu koordinator

KDS, koordinator KP, staf KPAP, staf KPAK, staf Dinas Kesehatan Propinsi, dan

OHIDHA. Jumlah informan 59 orang (36 yang mendapat dukungan dan 23 yang tidak

mendapatkan dukungan). Informan pendukung ada 66 orang terdiri dari 7 OHIDHA, 10

koordinator KP, 20 koordinator KDS, 10 staf KPAP dan 10 staf KPAK, serta 7 staf Dinas

Kesehatan. Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara mendalam. Wawancara

juga dilakukan di 10 propinsi, yaitu Sumatera Utara, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur,

Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Bali, NTB, NTT, dan Papua.

Pengolahan data kualitatif meliputi tahapan transkrip rekaman wawancara,

pemilahan data, pengkodean data dan informan. Sedangkan jenis analisis data yang

digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah analisis isi (content analysis)

Page 3: PERAN DUKUNGAN SEBAYA TERHADAP MUTU HIDUP …lemlit.uhamka.ac.id/files/odha-kwalitatif.pdf · Belum ada penelitian HIV/AIDS yang berkaitan dengan peran dukungan sebaya terhadap peningkatan

Seminar Hasil Riset UHAMKA 2011 3

D. Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian ini menggambarkan mutu hidup ODHA, peran dukungan sebaya

terhadap mutu hidup ODHA dan mitigasi sosial, dan keberlanjutan peran dukungan sebaya

dalam penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia.

a. Peran Dukungan Sebaya Terhadap Mutu Hidup ODHA Dan Mitigasi Sosial

Dukungan sebaya terbagi 2 yaitu Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) dan

Kelompok Penggagas (KP). Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) adalah suatu kelompok

yang terdiri dari dua atau lebih orang yang terinfeksi atau terpengaruh langsung oleh HIV

berkumpul dan saling mendukung. Anggota KDS adalah orang dengan HIV/AIDS

(ODHA) dan orang yang hidup dengan ODHA (OHIDHA). Sedangkan Kelompok

Penggagas adalah kelompok atau wadah pengambil dan pelaksana inisiatif atau gagasan

untuk mencapai mutu hidup ODHA dan OHIDHA yang lebih baik dengan melayani

pembentukan, penguatan, dan pengembangan KDS dengan prinsip kesetaraan, dukungan

sebaya keberadaan KP di tingkat propinsi dan KDS di tingkat kabupaten atau kota.

KP melakukan kunjungan rumah dan rumah sakit serta mendekati kelompok yang

berisiko. KDS melakukan kunjungan ke rumah, rumah sakit, mendatangi teman-teman

yang berisiko untuk VCT. Di samping itu kegiatan pendataan juga dilakukan. Pendataan

yang dilakukan oleh KDS dilaporkan ke KP, kemudian dilanjutkan ke sistem dukungan

sebaya di tingkat nasional. Kegiatan penjangkauan adalah salah satu bagian dari uraian

pekerjaan yang dilakukan oleh KP. Pembuatan database kelompok beresiko serta membuat

laporan kuantitatif dan narasi adalah bagian dari pekerjaan rutin yang dilakukan oleh KP

dan KDS.

Secara kualitatif penelitian ini juga memperkuat pentingnya dukungan sebaya

untuk mengubah kepercayaan diri ODHA. Ketika baru mengetahui status HIV-nya,

intensitas emosi ODHA sangat tinggi. Mereka kecewa, marah, frustasi, ingin bunuh diri,

merasa putus asa, stress dan down. Dukungan sebaya memungkinkan terjadinya perubahan

emosi negative tersebut menjadi emosi positif, seperti merasa termotivasi untuk bangkit,

percaya diri dan memiliki teman senasib sebagai role model bagi dirinya, termasuk

menjadi tempat untuk berbagi perasaan. Semua ODHA dengan dukungan sebaya dalam

penelitian ini mampu menerima status terinfeksi HIV dalam proses pendampingan oleh

KDS. Perasaan senasib mampu memberikan dampak yang positif dalam menghadapi

kondisinya dirinya yang telah HIV positif. Sedangkan ODHA yang tidak mendapatkan

dukungan dari dukungan sebaya mengalami perubahan kearah yang lebih baik disebabkan

Page 4: PERAN DUKUNGAN SEBAYA TERHADAP MUTU HIDUP …lemlit.uhamka.ac.id/files/odha-kwalitatif.pdf · Belum ada penelitian HIV/AIDS yang berkaitan dengan peran dukungan sebaya terhadap peningkatan

Seminar Hasil Riset UHAMKA 2011 4

oleh dukungan dari pihak keluarga, dokter, atau konselor yang memberikan dukungan.

Namun demikian, meskipun ODHA telah menerima status HIV positifnya, namun belum

tentu ODHA mau membuka statusnya kepada orang lain di luar KDS. Bahkan, kepada

anggota keluarganya sekalipun karena khawatir akan terjadi diskriminasi seperti yang

dialami oleh ODHA yang lain.

Analisis kualitatif juga menemukan bahwa ODHA yang mendapatkan dukungan

dari dukungan sebaya juga mengalami peningkatan pengetahuan HIV/AIDS. Kegiatan

dukungan sebaya memungkinkan terjadinya komunikasi dengan disediakannya tempat

belajar dalam program pertemuan terbuka, diskusi dengan tenaga kesehatan, seminar, dan

pelatihan. Pengetahuan yang diperoleh oleh ODHA dari dokter, tidak sebanyak dari

dukungan sebaya karena jika dengan dukungan sebaya, ODHA memiliki perasaan yang

nyaman. Sebagian ODHA tanpa dukungan sebaya tidak mengalami peningkatan

pengetahuan tentang HIV/AIDS. Hal ini disebabkan mereka tidak memiliki akses terhadap

informasi.

Kemampuan ODHA dalam mengakses layanan dukungan, pengobatan dan

perawatan, memberikan dampak positif, yaitu ODHA menjadi banyak memiliki informasi

tentang keberadaan layanan dukungan, pengobatan dan perawatan. KDS berupaya untuk

membantu ODHA dalam mengakses layanan yang ada sehingga ODHA merasa nyaman

untuk bertanya. Untuk menguatkan tingkat kepatuhan dalam pengobatan, peran KDS juga

sangat penting dalam menginformasikan hal-hal yang terkait dengan pengobatan ARV.

Perilaku pencegahan penularan baru bagi ODHA yang mendapat dukungan dari

dukungan sebaya, juga mengalami perubahan karena pada setiap pertemuan di dukungan

sebaya mereka selalu diingatkan dan dimotivasi untuk selalu menggunakan kondom.

Kesadaran untuk tidak menularkan infeksi HIV kepada orang lain adalah perubahan

perilaku yang terjadi setelah adanya proses peningkatan pengetahuan dan pembangungan

motivasi untuk menghentikan penularan. Dalam pertemuan-pertemuan dengan KDS,

kesadaran untuk melakukan pencegahan dilakukan secara intensif. Selain pemakaian

kondom, perubahan perilaku yang juga sangat penting adalah dalam hal tidak lagi berbagi

jarum suntik. Sebagian ODHA tanpa Dukungan Sebaya belum memiliki upaya pencegahan

untuk menularkan pada orang lain. Tidak menggunakan kondom dilakukan dengan alasan

pasangan juga sudah terinfeksi.

Aspek lain dalam mutu hidup ODHA adalah tetap memiliki kegiatan yang positif,

termasuk di dalamnya tetap memiliki pandangan yang positif dalam menjalani kehidupan,

seperti tetap bekerja, melakukan hobi, memiliki rencana berkeluarga, dan memiliki anak.

Page 5: PERAN DUKUNGAN SEBAYA TERHADAP MUTU HIDUP …lemlit.uhamka.ac.id/files/odha-kwalitatif.pdf · Belum ada penelitian HIV/AIDS yang berkaitan dengan peran dukungan sebaya terhadap peningkatan

Seminar Hasil Riset UHAMKA 2011 5

Sebagian ODHA tanpa dukungan sebaya tidak memiliki semangat hidup dan merasa tidak

ada yang mendorong dirinya untuk mencapai hasil yang lebih baik. Kondisi sebaliknya

terjadi pada ODHA yang mendapat dukungan dari dukungan sebaya, dimana setelah

bertemu dengan teman-teman di dukungan sebaya, ODHA memiliki motivasi yang kuat

untuk bekerja dan meneruskan pendidikan, membangun berkeluarga, dan berencana

memiliki anak

Hasil kualitatif menemukan KDS membantu mengurangi stigma dan diskriminasi

dengan melakukan advokasi ke RS dan masyarakat, mengajak keluarga dalam pertemuan

KDS. KDS membantu komunikasi dengan keluarga dan masyarakat, sehingga tidak ada

pemisahan alat makan dan pakaian, pelatihan pemulasaraan jenazah ODHA untuk

masyarakat oleh KDS. Sebagian rumah atau kantor KDS dipakai sebagai tempat singgah

sementara untuk ODHA yang mengalami diksriminasi di keluarganya. ODHA tanpa

Dukungan Sebaya mengalami lebih banyak stigma dan diskriminasi. Bentuk yang sering

terjadi adalah dijauhi dari pergaulan. Keluarga dekat memiliki peran yang sangat penting

dalan pengurangan stigma dan diksriminasi yang terjadi. Diskriminasi pada umumnya

terjadi pada jika ada stigma. Stigma muncul terkait dengan tingkat pengetahuan. Oleh

karena itu, salah seorang ODHA tanpa Dukungan Sebaya memilih untuk menjelaskan

tentang HIV kepada keluarga untuk mengurami stigma dan diskriminasi yang terjadi.

E. Kesimpulan dan Rekomendasi

1. Penelitian ini menemukan bahwa proses pengembalian mutu hidup ODHA terjadi

secara bertahap dan membutuhkan dukungan sistem sosial yang saling bekerja

sama secara bermakna dalam meningkatkan mutu hidup ODHA. Oleh sebab itu

direkomendasikan untuk meningkatkan kerjasama dan melibatkan peran positif

berbagai sektor, baik sektor pemerintah maupun non pemerintah seperti LSM,

sektor swasta, organisasi kemasyarakatan, dan organisasi profesi antar pihak dalam

koordinasi KPA.

2. KDS memiliki peran yang bermakna dalam mutu hidup ODHA. ODHA yang

mendapatkan dukungan sebaya berpengaruh pada tingkat kepercayaan diri,

pengetahuan HIV, akses layanan HIV, perilaku pencegahan HIV, dan kegiatan

positif yang lebih tinggi dibandingkan ODHA yang tidak mendapatkan dukungan

sebaya. Ditemukan juga bahwa KDS menjadi contoh atau role model bagi ODHA

baru untuk meningkatkan semangat hidup. Hal ini semakin memperkuat bahwa

peran KDS memang sangat dibutuhkan untuk mengajak lebih banyak ODHA baru

Page 6: PERAN DUKUNGAN SEBAYA TERHADAP MUTU HIDUP …lemlit.uhamka.ac.id/files/odha-kwalitatif.pdf · Belum ada penelitian HIV/AIDS yang berkaitan dengan peran dukungan sebaya terhadap peningkatan

Seminar Hasil Riset UHAMKA 2011 6

dalam memperoleh dukungan sebaya. Dukungan sebaya berperan dalam

memotivasi ODHA untuk menggunakan kondom sebagai perilaku positive

prevention. Berkaitan dengan temuan ini direkomendasikan upaya optimalisasi

keterlibatan KDS dalam sistem rujukan pada program penanggulangan HIV di

setiap kabupaten atau kota di Indonesia dengan kerjasama dan melibatkan peran

positif berbagai sektor, baik sektor pemerintah maupun non pemerintah seperti

LSM, sektor swasta, organisasi kemasyarakatan dan organisasi profesi antar pihak

dalam koordinasi KPA.

3. KDS membantu ODHA mengurangi stigma. Ada 2 macam stigma yang dialami

ODHA, yaitu stigma diri sendiri (individual maupun keluarga), dan stigma yang

didapat ODHA dari pihak luar. KDS membantu mengurangi kemungkinan

terjadinya diskriminasi dengan cara memberikan informasi kepada ODHA,

keluarga, dan pihak-pihak yang melakukan stigma dan diskriminasi. Kejadian

stigma dan diskriminasi saat ini sudah berkurang. Pihak yang melakukan stigma

paling banyak adalah tenaga kesehatan dan keluarga. Oleh karena itu, rekomendasi

dari temuan ini adalah upaya melanjutkan program untuk menghapus stigma dan

diskriminasi pada ODHA, terutama dengan sasaran tenaga kesehatan dan tokoh

masyarakat. Dan mengembangkan tindakan-tindakan nyata guna memberi pelatihan

kepada pihak yang terkait dalam penanganan kejadian stigma dan diskriminasi. DS

melakukan sosialisasi dan berkomunikasi pada jejaring sosial untuk menghapus

stigma dan diskriminasi pada ODHA (KP dan KDS mampu berkomunikasi dengan

penyedia layanan kesehatan sehingga membantu menghilangkan stigma pada

ODHA sendiri dan membantu mengurangi stigma pada lingkungan ODHA).

4. Penelitian ini menemukan bahwa sebagian KP dan KDS sudah menjadi bagian dari

sistem rujukan layanan kesehatan khususnya untuk ODHA yang baru tahu status

dan dapat meningkatkan mutu hidup ODHA. Oleh karena itu, direkomendasikan

kepada: Kementerian Kesehatan perlu melibatkan KP dan KDS di dalam sistem

rujukan pelayanan kesehatan HIV/AIDS di tingkat Propinsi dan Kota/Kabupaten.

Adapun keluaran yang diharapkan adalah sebagai berikut: 1) terintegrasinya

dukungan sebaya ke dalam sistem rujukan layanan kesehatan; 2) meningkatnya

mutu hidup ODHA melalui pendampingan dukungan sebaya di dalam sistem

rujukan layanan kesehatan.

Page 7: PERAN DUKUNGAN SEBAYA TERHADAP MUTU HIDUP …lemlit.uhamka.ac.id/files/odha-kwalitatif.pdf · Belum ada penelitian HIV/AIDS yang berkaitan dengan peran dukungan sebaya terhadap peningkatan

Seminar Hasil Riset UHAMKA 2011 7

Daftar Pustaka

1. Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda

Karya Remaja.

2. Achmad S. Ruky, "Sukses Sebagai Manajer Profesional Tanpa Gelar MM atau

MBA", Gramedia Pustaka Utama, 2002

3. Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ). National healthcare

disparities report 2008. Chapter 3, Access to healthcare. Washington: AHRQ; 2008.

Available from: http://www.ahrq.gov/qual/nhdr08/Chap3.htm

4. Akhmad Sudrajat. 2008. Teori-Teori Motivasi.

5. Andrew C. Blalock, Ph.D., J. Stephen McDaniel, M.D., and Eugene W. Farber,

Ph.D., Effect of employment on quality of life and psychological functioning in

patients with HIV/AIDS. Psychosomatics. 2002 Sep-Oct;43(5):400-4.

6. Aranda - Naranjo B. (2004). Quality of life in HIV – positive patients. Journal of

the Association of Nurses in the AIDS Care, 15, 20-27.

7. Bandura, A. (1986). Social foundations of thought and action: A social cognitive

theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

8. Bierman A, Magari ES, Jette AM, et al. Assessing access as a first step toward

improving the quality of care for very old adults. J Ambul Care Manage. 1998

Jul;121(3):17-26.

9. California HIV Planning Group, Prevention with Positives, p. 7 (note 1); Collins C

et al. Designing Primary Prevention for People Living With HIV. San Francisco,

AIDS Research Institute, University of California, 2000, pp. 2-3.

10. Carr, R. L., & Gramling, L. F. (2004). Stigma: A health barrier for women with

HIV/AIDS. Journal of the Association of Nurses in AIDS Care, 15, 30-39.

11. California HIV Planning Group, Prevention with Positives, p. 16 (note 1).

12. Cunningham WE, Hays RD, Williams KW, Beck KC, Dixon WJ, Shapiro MF.

1995. Access to medical care and health-related quality of life for low-income

persons with symptomatic human immunodeficiency virus.

13. De Maeseneer JM, De Prins L, Gosset C, et al. Provider continuity in family

medicine: Does it make a difference for total health care costs? Ann Fam Med.

2003;1:144-8.

14. Drucker, Peter. Seni Mengelola Kelompok Sosial, Gramedia, 2006, hal 56.

15. Durham J, Owen P, Bender B, et al. Self-assessed health status and selected

behavioral risk factors among persons with and without healthcare coverage—

United States, 1994-1995. MMWR. 1998 Mar;13;47(9):176-80.

Page 8: PERAN DUKUNGAN SEBAYA TERHADAP MUTU HIDUP …lemlit.uhamka.ac.id/files/odha-kwalitatif.pdf · Belum ada penelitian HIV/AIDS yang berkaitan dengan peran dukungan sebaya terhadap peningkatan

Seminar Hasil Riset UHAMKA 2011 8

16. Festinger, L. (1954). "A theory of social comparison processes." Human Relations,

7, 117–140.

17. Friedland, J., Rewick, R., & McColl, M. (1996). Coping & Social Support as

determinants of quality of life in HIV/AIDS. AIDS Care, 8,15-31.

18. Global HIV Prevention Working Group. HIV Prevention in the Era of Expanded

Treatment Access. Gates Foundation and Kaiser Family Foundation, 2004, p. 6.

19. Global HIV Prevention Working Group, HIV Prevention, pp. 6-7, 16 (note 3);

20. Green, Chris. Pemberdayaan Positif, Spiritia, 2007, hal 141.

21. Gregory, Derek; Johnston, Ron; Pratt, Geraldine et al., eds (June 2009). "Quality of

Life". Dictionary of Human Geography (5th ed.). Oxford: Wiley-Blackwell. ISBN

978-1-4051-3287-9.

22. Griffin, R. 2006. Business, 8th Edition. NJ: Prentice Hall, hal 367

23. Hadley J. Insurance Coverage, Medical Care Use, and Short-Term ealth changes

following an unintentional injury or the onset of a chronic condition. JAMA.

2007;297(10):1073-84.

24. Handford, C.D., Tynan, A.M., Rackal, J.M. & Glazier, R.H. (2006). Setting and

organization of case for persons living with HIV/AIDS. Cochrane Database

Systematic Reviews, 3: CD004348.

25. Institute of Medicine, Committee on Monitoring Access to Personal Health Care

Services. Access to health care in America. Millman M, editor. Washington:

National Academies Press; 1993.

26. Institute of Medicine. Primary care: America's health in a new era. Donaldson MS,

Yordy KD, Lohr KN, editors. Washington: National Academies Press; 1996.

27. Insuring America's health: Principles and recommendations. Acad Emerg Med.

2004;11(4):418-22.

28. Janssen RS et al. Serostatus approach to fighting the HIV epidemic: prevention

strategies for infected individuals. American Journal of Public Health, 2001:91(7),

p. 1022;

29. Janssen RS et al. Serostatus approach, p. 1020 (note 4); Shapiro K and Ray S.

Sexual health for people living with HIV. Reproductive Health Matters, 2007:15(29

Supplement), p. 71;

30. Kelly D, 2001, Persepsi Dual HRD: Masalah Kebijakan:, UKM Konstituensi lain,

dan Definisi diperebutkan Pengembangan Sumber Daya Manusia, hal 41.

Page 9: PERAN DUKUNGAN SEBAYA TERHADAP MUTU HIDUP …lemlit.uhamka.ac.id/files/odha-kwalitatif.pdf · Belum ada penelitian HIV/AIDS yang berkaitan dengan peran dukungan sebaya terhadap peningkatan

Seminar Hasil Riset UHAMKA 2011 9

31. KPAN, Strategi dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS 2010

– 2014.

32. Lesserman, J., Perkins, D.O. & Evans, D.L. (1992). Coping with the threat of AIDS

: The role of social support. American Journal of Psychiatry, 149, 1514-20.

33. Li, X., He, G., & Wang, H. (2007). Study of stigma and discrimination related to

HIV and AIDS. Chinese Journal of Nursing, 42, 78-80.

34. Marks G et al. Meta-analysis of high-risk sexual behavior in persons aware and

unaware they are infected with HIV in the United States: Implications for HIV

prevention programs. Journal of Acquired Immune Deficiency Syndrome 2005:39,

pp. 446-453.

35. Maslow, A. H., 1943. A Theory of Human Motivation

36. Mainous AG 3rd, Baker R, Love MM, et al. Continuity of care and trust in one's

physician: Evidence from primary care in the United States and the United

Kingdom. Fam Med. 2001 Jan;33(1):22-7.

37. Mitchell, T. R. Research in Organizational Behavior. Greenwich, CT: JAI Press,

1997, hal. 60-62.

38. Mc Dowell, Newell, M. (1987). A guide to rating scales and questionnaires. New

York : Oxford University Press.

39. Nojomi M, Anbary K, Ranjbar M. Health-related quality of life in patients with

HIV/AIDS

40. Nurkolis, "Manajeman Berbasis Sekolah: Teori, Model dan Aplikasi", Grasindo,

2003,

41. Positive Prevention by and for People Living with HIV. Living 2008 partnership.

Discussion paper. 2008

42. Phyllis Solomon, "Peer support/peer provided services underlying processes,

benefits, and critical ingredients." Psychiatric Rehabilitation Journal,

2004;27(4):392-401; issn 1095-158X, doi 10.2975/27.2004.392.401, pmid

15222150

43. Prevention interventions with persons living with HIV/AIDS: challenges, progress,

and research priorities. Journal of Acquired Immune Deficiency Syndrome,

2004:37 (Supplement 2), p. S53

44. Riessman, F. (1965). "The 'Helper-therapy' principle." Social Work, 10, 27-32

45. Reif S, Golin CE, Smith SR., Barriers to accessing HIV/AIDS care in North

Carolina: rural and urban differences. 2005.

Page 10: PERAN DUKUNGAN SEBAYA TERHADAP MUTU HIDUP …lemlit.uhamka.ac.id/files/odha-kwalitatif.pdf · Belum ada penelitian HIV/AIDS yang berkaitan dengan peran dukungan sebaya terhadap peningkatan

Seminar Hasil Riset UHAMKA 2011 10

46. Rao Gupta G., Globalization, Women and the HIV/AIDS Epidemic (2004) 16(1)

Peace Review 79-83

47. Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy A. (2008). Perilaku Organisasi Buku 1,

Jakarta: Salemba Empat. Hal.222-232

48. Rueda S, Raboud J, Mustard C, Bayoumi A, Lavis JN, Rourke SB, Employment

status is associated with both physical and mental health quality of life in people

living with HIV. 2011

49. Salzer, M., & Shear, S. L. (2002). "Identifying consumer-provider benefits in

evaluations of consumer-delivered services." Psychiatric Rehabilitation Journal, 25,

281–288.

50. Salzer, Mark (2002). "Consumer-delivered services as a best practice in mental

health care and the development of practice guidelines". Psychiatric rehabilitation

skills 6: 355–382.

51. Sarason, I., Levine, H., Basham, R., & Sarason, B. (1983). "Assessing social

support: The social support questionnaire." Journal of Personality and Social

Psychology, 44, 127–139.

52. Saunders, D. & Burgoyne, R. (2002). Evaluating health related well being

outcomes among out patients adults with human immunodeficiency virus injection

in the HAART era. International Journal of STD and AIDS. 13, 683-690.

53. Serovich, J. M."A test of two HIV disclosure theories." AIDS Education and

Prevention. 13. 4. (2001): 355-364.

54. Shubert, M., & Borkman, T. (1994). "Identifying the experiential knowledge

developed within a self-help group." In T. Powell (Ed.) Understanding the self-help

organization. Thousand Oaks: Sage.

55. Sukanta, Putu Oka. Suzana Murni, Lilin Membakar Dirinya, Spiritia, 2007, hal 52.

56. Skovholt, T M. (1974). "The client as helper: A means to promote psychological

growth." Counseling Psychologist, 43, 58-64

57. Sobirin, Ahmad. Budaya Organisasi, STIM YKPN, 2007, hal 14.

58. Starfield B, Shi L. The medical home, access to care, and insurance. Pediatrics.

2004;113(5 suppl):1493-8.

59. Starfield B. Primary care: Balancing health needs, services and technology. New

York: Oxford University Press; 1998.

60. Strategi dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS 2010 – 2014.

Page 11: PERAN DUKUNGAN SEBAYA TERHADAP MUTU HIDUP …lemlit.uhamka.ac.id/files/odha-kwalitatif.pdf · Belum ada penelitian HIV/AIDS yang berkaitan dengan peran dukungan sebaya terhadap peningkatan

Seminar Hasil Riset UHAMKA 2011 11

61. Stutterheim, Sarah E; Pryor, John B; Bos, Arjan ER; Hoogendijk, Robert; Muris,

Peter; Schaalma, Herman P. 2009. HIV-related stigma and psychological distress:

the harmful effects of specific stigma manifestations in various social settings

62. Swendeman, D., Rotheram-Borus, M. J., Comulada, S., Weiss, R., & Ramos, M. E.

"Predictors of HIV-related stigma among young people living with HIV." Health

Psychology. 25. 4. (2006): 501-509.

63. Swindells, S., Mohr, J., Justis, J., Berman, S., Squier, C., Wagener, M., & Singh, N.

(1999). Quality of life in patients with human immunodeficiency virus infection:

impact of social support, coping style and hopelessness. International Journal of

STD and AIDS, 10(6), 383-391.

64. Susan, S., Mohr J., Justis, J.C., Berman, S., Squir, C., Wagener, M.M. & Sing, N.

(1999). QOL in patients with human immunodeficiency virus infection: impact of

social support, coping style and hopelessness. International Journal of STD and

AIDS, 10, 383-391.

65. Timmreck, Thomas, An Introduction to Epidemiology , Edition published by Jones

anxd Bartlett Publishers, Inc, One Exeter Plaza, Boston MA 02116 copyright 1998

66. Trakhtenberg, E. C. 2008. Self-perceived quality of life scale: Theoretical

framework and development. Presentation at the annual meeting of the American

Psychological Association, Boston, Massachusetts.

67. US Department of Health and Human Services, Office of Disease Prevention and

Health Promotion. Healthy People 2010, 2nd ed. With understanding and

improving health and objectives for improving health. 2 vols. Washington:

Government Printing Office; Nov 2000, p.45. Available from:

http://www.healthypeople.gov

68. Utz, S., Shuster, G., & Williams, B. (1994). A Community-based Smoking

Cessation Program: Self-Care Behaviors and Success. Public Health Nursing, 11(5)

69. U.S. Centers for Disease Control and Prevention. Incorporating HIV prevention

into the medical care of persons living with HIV. Morbidity and Mortality Weekly

Report, 2003:52(RR- 12), pp. 1-2

70. Vocational Business: Training, Developing and Motivating People by Richard

Barrett - Business & Economics - 2003. - hal 51.

71. Watchel, T., Piette, J., Mor. V., Stein, M., Fleishman, J. & Carpenter, C. (1992).

Quality of life in persons with human immunodeficiency infection; measurement

by the Medical outcomes study instrument. New York: Oxford University Press.

Annals of Internal Medicine, 116, 129-37.

72. Wang, Y., Dong, H., Zhang, Y., Zhang, R., & Lu, L. (2007). The mental problems

and needs in patients under AIDS/HIV discrimination. Chinese Remedies &

Clinics, 7, 524-526.

Page 12: PERAN DUKUNGAN SEBAYA TERHADAP MUTU HIDUP …lemlit.uhamka.ac.id/files/odha-kwalitatif.pdf · Belum ada penelitian HIV/AIDS yang berkaitan dengan peran dukungan sebaya terhadap peningkatan

Seminar Hasil Riset UHAMKA 2011 12

73. Website Figthing AIDS Continuously Together

http://www.factlv.org/education.htm. Diunduh pada tanggal 20 Januari 2010.

74. Website Dasar AIDS. http://spiritia.or.id/art/bacaart.php?artno=1001. Diunduh

pada tanggal 11 Januari 2011.

75. Weis P, Schmid G and De Cock K. Who Will Bridge the HIV Treatment-

Prevention Gap? Correspondence, The Journal of Infectious Diseases 2008:198(2),

p. 293;

76. Wig, N., Lekshmi, R., Pal, H., Ahuja V., Mittal, C.M. & Agarwal, S.K. (2006).

HIV/AIDS on the quality of life: a cross sectional study in north India. Indian

Journal of medical Science, 60, 3-12.

77. Yayasan Spiritia. 2001. Dokumentasi Tentang Masalah Diskriminasi terhadap

Orang Dengan HIV/AIDS di Indonesia:Tahap Pertama.

78. Yayasan Spiritia. 2002. Dokumentasi Tentang Masalah Diskriminasi terhadap

Orang Dengan HIV/AIDS di Indonesia: Tahap Kedua.