[RESENSI] DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SEMARANG TERHADAP KEMACETAN LALU-LINTAS DI WILAYAH...

20
GALIH ALCO PRANATA | CRITICAL DESKRIPSI ISSUE 1 DESKRIPSI ISSUE PENDAHULUAN Kota Semarang merupakan pusat dari wilayah sekitarnya baik dari segi perdagangan, industri, simpul distribusi, permukiman, maupun daerah modal. Hal ini yang menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi Kota Semarang lebih cepat dibanding daerah pinggirannya. Adapun yang menjadi wilayah pinggiran kota Semarang adalah Kecamatan Mranggen di Kabupaten Demak, Kecamatan Unggaran di Kabupaten Semarang, serta Kecamatan Kaliwungu di Kabupaten Kendal. Dampak dari pertumbuhan laju ekonomi di Kota Semarang selain terbukanya kesempatan kerja, juga terjadi pertambajan jumlah penduduk di daerah pinggirannya. Berdasarkan data yang diambil dari kecamatan dalam angka tahun 2001 Kecamatan Mranggen memiliki jumlah penduduk sebesar 123.721 jiwa, Kecamatan Unggara, 110.546 jiwa, dan Kaliwungu 88.156 Jiwa. Dalam kurun waktu 5 tahun masing-masing Kecamatan mengalami peningkatan jumlah penduduk yakni Kecamtan Mranggen memiliki jumlah penduduk sebesar 127.131 jiwa, Kecamatan Unggaran 124.872 Jiwa, dan Kecamatan Kaliwungu sebesar 91.515 jiwa. Dari ketiga kecamatan tersebut yang memiliki kepadatan tertinggi adalah Kecamatan Mranggen dengan jumlah kepadatan sebesar 1.740 jiwa/km 2 . Jalan raya Mranggen adalah jalan yang menghubungkan Kecamatan Mranggen dengan Kota Semarang. Jalan ini merupakan jalan propinsi yang berfungsi sebagai kolektor primer danpangkal ruas dari jalan lokal serta pintu masuk sisi timur Kota Semarang. Jalan ini dilalui oleh mobilitas penduduk yang berasal dari Kabupaten Grobokan dan Kabupaten Blora untuk menuju ke Semaranag. Perkembangan yang terjadi di Kecamatan Mranggen sebagai dampak dari laju ekonomi Kota Semarang menyebabkan intensitas pergerakan manusia semakin meningkat sehingga sering terjadi kemacetan tiap pagi dan sore hari. Macet yang terjadi di jalan raya Mranggen ini akibat dari penumpukan kendaraan pribadi, sepeda, maupun angkutan umum. Untuk mewujudkan sistem trasnportasi yang aman, nyaman, lancar dan terintegrasi maka diperlukan penentuan untuk menyusun alternatif kebijakan yang dapat memecahkan masalah sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi wilayah sekitar. LANDASAN TEORI Pengertian Kota Menurut Permendagri No.2 Tahun 1987 Pasal 1, kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan administrasi yang diatur dalam perundang-undangan, serta permukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri perkotaan. Ciri-Ciri Perkotaan 1. Secara administratif : wilayah keruangan yang dibatasi oleh batas administrasi atas dasar ketentuan perundang-undangan yang berlaku 2. Secara fungsional : pusat kegiatan fungsional yang didominasi oleh fungsi jasa, distribusi, dan produksi kegiatan-kegiatan pertanian 3. Secara sosial ekonomi : konsentrasi penduduk yang memiliki kegiatan usaha dengan dominasi sektor non pertanian

Transcript of [RESENSI] DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SEMARANG TERHADAP KEMACETAN LALU-LINTAS DI WILAYAH...

Page 1: [RESENSI] DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SEMARANG TERHADAP KEMACETAN LALU-LINTAS DI WILAYAH PINGGIRAN DAN KEBIJAKAN YANG DITEMPUHNYA.pdf

GALIH ALCO PRANATA | CRITICAL DESKRIPSI ISSUE 1

DESKRIPSI ISSUE

PENDAHULUAN Kota Semarang merupakan pusat dari wilayah sekitarnya baik dari segi perdagangan,

industri, simpul distribusi, permukiman, maupun daerah modal. Hal ini yang menyebabkan laju

pertumbuhan ekonomi Kota Semarang lebih cepat dibanding daerah pinggirannya. Adapun yang

menjadi wilayah pinggiran kota Semarang adalah Kecamatan Mranggen di Kabupaten Demak,

Kecamatan Unggaran di Kabupaten Semarang, serta Kecamatan Kaliwungu di Kabupaten Kendal.

Dampak dari pertumbuhan laju ekonomi di Kota Semarang selain terbukanya kesempatan

kerja, juga terjadi pertambajan jumlah penduduk di daerah pinggirannya. Berdasarkan data yang

diambil dari kecamatan dalam angka tahun 2001 Kecamatan Mranggen memiliki jumlah penduduk

sebesar 123.721 jiwa, Kecamatan Unggara, 110.546 jiwa, dan Kaliwungu 88.156 Jiwa. Dalam kurun

waktu 5 tahun masing-masing Kecamatan mengalami peningkatan jumlah penduduk yakni Kecamtan

Mranggen memiliki jumlah penduduk sebesar 127.131 jiwa, Kecamatan Unggaran 124.872 Jiwa, dan

Kecamatan Kaliwungu sebesar 91.515 jiwa. Dari ketiga kecamatan tersebut yang memiliki kepadatan

tertinggi adalah Kecamatan Mranggen dengan jumlah kepadatan sebesar 1.740 jiwa/km2.

Jalan raya Mranggen adalah jalan yang menghubungkan Kecamatan Mranggen dengan Kota

Semarang. Jalan ini merupakan jalan propinsi yang berfungsi sebagai kolektor primer danpangkal

ruas dari jalan lokal serta pintu masuk sisi timur Kota Semarang. Jalan ini dilalui oleh mobilitas

penduduk yang berasal dari Kabupaten Grobokan dan Kabupaten Blora untuk menuju ke Semaranag.

Perkembangan yang terjadi di Kecamatan Mranggen sebagai dampak dari laju ekonomi Kota

Semarang menyebabkan intensitas pergerakan manusia semakin meningkat sehingga sering terjadi

kemacetan tiap pagi dan sore hari. Macet yang terjadi di jalan raya Mranggen ini akibat dari

penumpukan kendaraan pribadi, sepeda, maupun angkutan umum.

Untuk mewujudkan sistem trasnportasi yang aman, nyaman, lancar dan terintegrasi maka

diperlukan penentuan untuk menyusun alternatif kebijakan yang dapat memecahkan masalah

sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi wilayah sekitar.

LANDASAN TEORI Pengertian Kota

Menurut Permendagri No.2 Tahun 1987 Pasal 1, kota adalah pusat permukiman dan kegiatan

penduduk yang mempunyai batasan administrasi yang diatur dalam perundang-undangan, serta

permukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri perkotaan.

Ciri-Ciri Perkotaan

1. Secara administratif : wilayah keruangan yang dibatasi oleh batas administrasi atas dasar

ketentuan perundang-undangan yang berlaku

2. Secara fungsional : pusat kegiatan fungsional yang didominasi oleh fungsi jasa, distribusi,

dan produksi kegiatan-kegiatan pertanian

3. Secara sosial ekonomi : konsentrasi penduduk yang memiliki kegiatan usaha dengan

dominasi sektor non pertanian

Page 2: [RESENSI] DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SEMARANG TERHADAP KEMACETAN LALU-LINTAS DI WILAYAH PINGGIRAN DAN KEBIJAKAN YANG DITEMPUHNYA.pdf

GALIH ALCO PRANATA | CRITICAL DESKRIPSI ISSUE 2

4. Secara sosial budaya : pusat perubahan budaya yang dapat mempengaruhi pola nilai budaya

yang ada

5. Secara fisik: lingkungan tebangun yang didominasi oleh struktur fisik binaan

6. Secara geografis : pemusatan penduduk dan kegiatan usaha yang memiliki nilai strategis

secara ekonomi, sosial, dan fisiografis

7. Secara demografis : tempat dimana terdapat konsentrasi penduduk yang besarnya

ditentukan berdasarkan batasan statistik tertentu.

Daya Sentripetal dan Daya Sentrifugal

Menurut Charles C.Colby dalam Daldjoeni (1992.171) daya sentripetal adalah daya yanng

mendorong gerak ke dalam dari penduduk dan berbagai kegiatan usahanya. Sedangkan daya

sentrifugal adalah daya yang mendorong gerak ke luar dari penduduk dan berbagai usahanya dan

menciptakan disperse kegiatan manusia dan relokasi sektor-sektor dan zona-zona kota.

Faktor Pendorong Gerak Sentripetal:

1. Terdaptanya pusat pelayanan

2. Mudahnya akses transportasi

3. Tersedianya beragam pekerjaan dengan upah lebih tinggi

Faktor pendorong Gerak Sentrifugal:

1. Terjadinya gangguan yang berulang

2. Harga tanah, pajak, dan sewa yang mahal

3. Keinginan untuk bertempat tinggal di luar pusat kota

Interaksi Spasial

Faktor penyebab interaksi spasial menurut Hilman dalam Daldjoeni (1992:189):

1. Adanya wilayah yang berbeda kemampuan sumberdaya sehingga terjadi aliran yang sangat

besar dan membangkitkan interaksi spasial yang tinggi

2. Adanya fungsi jarak yang diukur dalam biaya dan waktu yang nyata, termasuk karakteristik

khusus dari komoditas yang ditransfer

Interaksi spasial terdiri dari:

1. Keterkaitan fisik yang berbentuk integrasi manusia melalui jaringan transportasi

2. Keterkaitan ekonomi yang berkaitan dengan pemasaran sehingga terjadi aliran komoditas

berbagai jenis barang/ jasa serta modal

3. Keterkaitan pergerakan penduduk dengan pola migrasi

4. Keterkaitan teknologi terutama peralatan

5. Keterkaitan sosial yang merupakan dampak dari keterkaitan ekonomi terhadap pola

hubungan sosial penduduk

6. Keterkaitan pelayanan sosial seperti sekolah, rumah sakit, dll.

7. Keterkaitan administrasi, politik, dan kelembagaan misalnya struktur perbatasan

administrasi maupun sistem anggaran

Formulasi Hukum Gravitasi dengan Interaksi

Page 3: [RESENSI] DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SEMARANG TERHADAP KEMACETAN LALU-LINTAS DI WILAYAH PINGGIRAN DAN KEBIJAKAN YANG DITEMPUHNYA.pdf

GALIH ALCO PRANATA | CRITICAL DESKRIPSI ISSUE 3

|ij =f(PiPj)

f(Dij)2

Keterangan:

|ij = Interaksi antar tempat i dengan tempat j

Pi = Penduduk i

Pj = Penduduk j

Dij = jarak antara tempat i dan tempat j

Dari hukum gravitasi ini dapat diambil gambaran bahwa semakin besar |ij maka semakin erat

hubungan dari kedua wilayah tersebut, dan semakin tinggi pula pertumbuhan ekonomi yang terjadi.

Budiono dalam Tarigan (2004:44) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi menggambarkan

proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, dimana persentase pertambahan output itu

haruslah lebih tinggi dari persentase pertumbuhan penduduk. Kondisi seperti ini mengisyaratkan

bahwa perubahan pertumbuhan penduduk perlu dipertimbangkan, karena apabila kenaikan

pendapatan dibarengi dengan pernduduk lebih cepat akan terjadi kemunduruan ekonomi.

Kemacetan

Kemacetan dapat didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang menempati suatu panjang tertentu

dari lajur atau jalan, dirata-rata terhadap waktu, biasanya dinyatakan dalam kendaraan per mil atau

kendaraan perkilometer atau jalan.

Untuk menyamakan satuan masing masing kendaraan, digunakan Satuan Mobil Penumpang (SMP).

Besar SMP yang direkomendasikan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga Jalan Indonesia (MKJI) dapat

dilihat pada Tabel Faktor satuan mobil penumpang

Tabel Faktor satuan mobil penumpang

Page 4: [RESENSI] DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SEMARANG TERHADAP KEMACETAN LALU-LINTAS DI WILAYAH PINGGIRAN DAN KEBIJAKAN YANG DITEMPUHNYA.pdf

GALIH ALCO PRANATA | CRITICAL DESKRIPSI ISSUE 4

Kebijakan

Menurut Anderson, Kebijakann adalah langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh seorang

aktor atau sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan tertentu yang dihadapi

(1986:58)

METODE PENELITIAN - Penelitian bersifat deskriptif kualitatif

- Populasi berupa penduduk Kecamatan Mranggen yang melakukan mobilitas ulang-alik ke

Kota Semarang

- Stake holder yang dilibatkan: Satlantas Polres Demak dan Kepala Kantor Perhubungan

Kabupaten Demak.

- Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive random sampling

Variabel yang diteliti

- Pertumbuhan ekonomi Kota Semarang tahun 2001-2005 (PDRB perkapita)

- Laju kenaikan tingkat kemacetan tahun 2001-2005 (tingkat kepadatan lalu-lintas)

Metode Pengumpulan Data

- Dokumentasi : untuk mencari data PDRB dan data arus lalu-lintas

- Wawancara : untuk menjaring pendapta para menglaju, langkah-langkah dan strategi

yang ditempuh pemda

- Observasi : untuk mendukung data-data kuantitatif seperti kondisi riil transportasi,

sebab-sebab kemacetan, dan titik-titik kemacetan yang terjadi

Teknik Analisis

- Analisi deskriptif persentase : untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi Kota Semarang

dan tingkat kemacetan di Kecamatan Mranggen

- Analisi gravitasi

- Analisis SWOT : untuk merumuskan strategi yang tepat dalam mengatasi

kemacetan tersebut

HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitiannya, peneliti berupaya untuk mengetahui keterkaitan pusat dengan

pinggirannya dengan menggunakan metode gravitasi. Yang dimaksud pusat dalm kasus ini yakni Kota

Semarang dengan kecamatan kecamatan yang ada di sekitarnya antara lain Kecamatan Mranggen,

Kaliwungu, dan Unggaran. Apabila hasil analisi gravatasi memberikan nilai yang tinggi, hal ini

menunjukkan bahwa keterkaian sosial ekonomi dari kedua wilayah tersebut semakin besar pula.

Dari hasil analisis gravitasi yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa Kecamatan

Mranggen memiliki nilai paling tinggu dalam 5 tahun (200-2005). Hal ini menunjukkan bahwa

Kecamatan Mranggen memiliki hubungan sosial ekonomi paling kuat dengan Kota Semarang

dibangdingkan dengan kecamatan lainnya. TABEL Tingkat Gravitasi antara Kecamatan Mranggen,

Kecamatan Kaliwungu dan Kecamatan Ungaran Tahun 2001-2005 menunjukkan hasil analisi

gravitasi.

Page 5: [RESENSI] DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SEMARANG TERHADAP KEMACETAN LALU-LINTAS DI WILAYAH PINGGIRAN DAN KEBIJAKAN YANG DITEMPUHNYA.pdf

GALIH ALCO PRANATA | CRITICAL DESKRIPSI ISSUE 5

TABEL Tingkat Gravitasi antara Kecamatan Mranggen, Kecamatan Kaliwungu dan

Kecamatan Ungaran Tahun 2001-2005

Adapun jalan yang menghubungkan Kecamatan Mranggen dengan Kota Semaranga adalah

Jalan Raya Purwodadi-Semarang (Kec. Mranggen). Jalan ini merupakan jalan kolektor primer dengan

menggunakan konstruksi aspal beton. Tata guna lahan yang terdapat di sepanjang jalan ini

didominasi oleh pasar, pertokoan, dan perkantoran. Kegiatan yang paling menonjol dari sepanjang

jalan ini yakni aktivitas dari sektor pasar dimana trotoar juga digunakan sebagai tempat dagang,

parkir, angkutan umum, dan pejalan kaki yang hingga memakan badan jalan. Adanya kegiatan dari

sektor kawasan tersebut menjadikan fungsi lalu lintas dari Jalan Raya Purwodadi-Semarang tidak lagi

efektif. Maksud dari ketidak efektifan di sini adalah kegiatan yang sampai memakan badan jalan

menghalangi kendaran yang melintas sehingga terjadilah penumpukan arus yang menyebabkan

kepadatan hingga kemacetan.

Setelah mengetahui bahwa Kecamatan Mranggen adalah kecamatan yang memiliki

hubungan paling besar dengan Kota Semarang, peneliti kemudian mencari hubungan antara

pertumbuhan ekonomi di Kecamatan Mranggen dengan angka kemacetan khususnya di Jalan Raya

Mranggen. Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan PDRB sebesar satu satuan mempengaruhi

angka kemacetan sebesar 0,0000173. Jadi dapat diasumsikan bahwa apabila PDRB meningkat

sebesar Rp1000 maka angka kemacetan meningkat sebesar 1,73 smp/jam.

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, kontribusi PDRB perkapita Kota Semarang dalam

kemacetan adalah sebesar 65,4% sedangkan sisanya sebesar 44,6% terdiri dari PKL, parkir, angkutan

umum, penyeberangan jalan, dan simpul tak bersinyal. Dalam hal ini peneliti mengaitkan dengan

pendapat Sukirno dimana pertambahan pendapatan kota bertambah maka jumlah kendaraan

bermotor akan bertambah juga.

Selain menggunakan data sekunder, peneliti juga melakukan wawancara dimana penyebab

kemacetan juga diakibatkan oleh aktivitas pasar Ganefo yang terletak di sebelah timur pasar

Mranggen. Yang menyebabkan kemacetan di pasara Ganefo antara lain becak, dokar, serta angkutan

umum yang ngetem. Terdapatnya beberapa industri di sekitar pasar Ganefo juga diindikasikan

sebagai penyebab kemacetan. Sedangkan sebelah barat Pasar Mranggen traffict light yang terdapat

di persimpangan tidak bekerja secara efektif karena timing yang kurang pas menyebabkan volume

kendaraan yang tidak seimbang.

Menurut pendapat penulis, dalam mengatasi kemacetan ini PU masih belum memiliki

kebijakan yang riil. Namun sebagai instansi di bawah PU, Bappeda dan Satpol PP sudah punya

kebijakan antara yakni menertibkan PKL yang mangkal di tempat parkir. Sedangkan upaya yang

dapat dilakukan oleh Instansi Polisi sebagai instansi vertikal adalah mengatur lalu lintas pada jam-

Page 6: [RESENSI] DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SEMARANG TERHADAP KEMACETAN LALU-LINTAS DI WILAYAH PINGGIRAN DAN KEBIJAKAN YANG DITEMPUHNYA.pdf

GALIH ALCO PRANATA | CRITICAL DESKRIPSI ISSUE 6

jam sibuk, memasang pembatas jalan, serta menindak secara tegas pengguna jalan yang melanggar

aturan.

Namun dari sekian kebijakan yang bisa dilaksanakan, penelusin berpendapat bahwa

terdapat kendala yang menjadikan kebijakan tersebut tidak berjalan secara efektif. Kendala tersebut

adalah kesadaran masyarakat yang masih kurang dalam berlalu-lintas, traffict light yang belum

berfungsi, banyaknya becak dan andong yang parkir sembarangan, serta banyaknya truk dan mobil

yang parkir di bahu jalan.

TABEL Hasil Analisis SWOT

Dari permasalahan yang ada, peniliti mencoba merumuskan kebijkaan menggunakan analisis

SWOT. Kebijakan yang dihasilkan dari analisis SWOT dan dapat digunakan oleh Pemerintah

Page 7: [RESENSI] DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SEMARANG TERHADAP KEMACETAN LALU-LINTAS DI WILAYAH PINGGIRAN DAN KEBIJAKAN YANG DITEMPUHNYA.pdf

GALIH ALCO PRANATA | CRITICAL DESKRIPSI ISSUE 7

Kabupaten Demak beserta Satlantas Polres Demak adalah kebijakan horizontal. Maksudnya adalah

instansi yang bersifat horizontal seperti Bappeda, kantor PU, dan Satpol PP dapat berkoordinasi

dalam satu bingkai kebijakan dan bekerja sesuai tugasnya, sedangkan Polres Demak bertugas

menertibkan lalu – lintas. Untuk lebih lengkapnya, hasil analisi SWOT dapat dilihat pada TABEL Hasil

Analisis SWOT , sedangkan matriks SWOT dapat dilihat pada TABEL Matriks SWOT

TABEL Matriks SWOT

Penulis berharap melalui kebijakan yang diusulkannya akan tercapai sistem transportasi

yang lancar dan terintegrasi dan mobilitas perkotaan tidak timpang. Maksud dari mobilitas

perkotaan yang timpang adalah migrasi internal yang bersifat daerah dan pedesaan-perkotaan akan

berlangsung sampao kesenjangan pendapatan, kesempatan kerja dan fasilitas sosial yang makin

kurang.

Page 8: [RESENSI] DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SEMARANG TERHADAP KEMACETAN LALU-LINTAS DI WILAYAH PINGGIRAN DAN KEBIJAKAN YANG DITEMPUHNYA.pdf

GALIH ALCO PRANATA | CRITICAL PENJELASAN ISSUE 8

PENJELASAN ISSUE

DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP KEMACETAN Kasus yang diulas oleh peneliti diatas membicarakan tentang dampak pertumbuhan

ekonomi yang tidak ditunjang oleh sistem transportasi yang memadai, sehingga transportasi yang

seharusnya memudahkan mobilitas manusia tidak berfungsi secara efektif. Sistem transportasi yang

tidak efektif ini pada akhirnya berujung pada macetnya lalu-lintas.

Dalam pemaparan penelitiannya, terdapat kejanggalan yang dapat ditemui yakni ketika

peneliti membahas mengenai hubungan antara PDRB dengan kemacetan lalu lintas. Pada

penulisannya, peneliti menyatakan statement bahwa kenaikan PDRB diikuti oleh kenaikan lalu-lintas.

Dengan kata lain, peneliti disini berusaha untuk menyatakan bahwa PDRB memiliki hubungan atau

berpengaruh teradap kemacetan. Seharusnya apabila peneliti ingin menyatakan atau membuktikan

bahwa PDRB memang memiliki hubungan dengan kemacetan maka peneliti harus juga memperkuat

dengan menggunakan teknik analisis yang valid.

GAMBAR Statement Peneliti

Selain statement, yang reviewer kritisi dalam penelitian ini yakni kebijakan yang

diusulkan oleh peneliti. Kebijakan yang dikeluarkan oleh peneliti dirasa kurang riil dalam mengatasi

kemacetan, seharusnya melalui analisis SWOT yang telah dilakukan, peneliti dapat mengambil

kebijakan yang lebih riil untuk mengambil kebijkakan.

Page 9: [RESENSI] DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SEMARANG TERHADAP KEMACETAN LALU-LINTAS DI WILAYAH PINGGIRAN DAN KEBIJAKAN YANG DITEMPUHNYA.pdf

GALIH ALCO PRANATA | CRITICAL PENJELASAN ISSUE 9

GAMBAR Kebijakan Penulis

Dalam pembahasannya, peneliti juga hanya membicarakan pertumbuhan ekonomi yang

terjadi di dua wilayah sehingga menyebabkan kemacetan namun tidak mengulas pengaruh

kemacetan terhadap ekonomi. Sudah dapat dipastikan bahwa kemacetan sangat memberikan

kerugian baik dari segi waktu, bahan bakar, kenyamanan, bahkan kecelakaan sehingga akan

berdampak pada biaya individu setiap masyarakat seperti kehilangan jam produktif maupun akibat

borosnya bahan bakar.

DAMPAK KEMACETAN TERHADAP EKONOMI Kerugian dari segi ekonomi akibat dari kemacetan telah dibuktikan oleh Imam Basuki dan

Siswadi dalam jurnalnya yang berjudul “Biaya Kemacetan Ruas Jalan Yogyakarta”. Dalam jurnal

tersebut, Imam Basuki dan Siswadi membahas mengenai biaya kemacetan yang terjadi di jalan

Gejayan, hal ini dikarenakan sering terlihat adanya kemacetan yang diakibatkan adanya Pasar

Demangan, lokasi berputar pada daerah yang padat dan juga adanya berbagai pusat-pusat kegiatan.

Biaya Kemacetan adalah biaya perjalanan akibat tundaan lalu lintas maupun tambahan volume

kendaraan yang mendekati atau melebihi kapasitas pelayanan jalan (Nash, 1997, dalam Cahyani,

2000). Biaya kemacetan ini ditinjau dari meningkatnya Biaya Operasional Kendaraan (BOK) akibat

dari melambatnya kecepatan suatu kendaraan ketika terjadi kepadatan pada ruas jalan. Untuk

rincian jumlah kendaraan dan kecepatan dapat dilihat pada TABEL Jumlah Kendaraan dan

Kecepatan, sedangkan untuk rincian BOK sepeda motor dan kendaraan ringan dapat dilihat pada

TABEL BOK Sepeda Motor dan TABEL BOK Kendaraan Ringan

Page 10: [RESENSI] DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SEMARANG TERHADAP KEMACETAN LALU-LINTAS DI WILAYAH PINGGIRAN DAN KEBIJAKAN YANG DITEMPUHNYA.pdf

GALIH ALCO PRANATA | CRITICAL PENJELASAN ISSUE 10

TABEL Jumlah Kendaraan dan Kecepatan

Page 11: [RESENSI] DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SEMARANG TERHADAP KEMACETAN LALU-LINTAS DI WILAYAH PINGGIRAN DAN KEBIJAKAN YANG DITEMPUHNYA.pdf

GALIH ALCO PRANATA | CRITICAL PENJELASAN ISSUE 11

TABEL BOK Sepeda Motor

Page 12: [RESENSI] DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SEMARANG TERHADAP KEMACETAN LALU-LINTAS DI WILAYAH PINGGIRAN DAN KEBIJAKAN YANG DITEMPUHNYA.pdf

GALIH ALCO PRANATA | CRITICAL PENJELASAN ISSUE 12

TABEL BOK Kendaraan Ringan

Page 13: [RESENSI] DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SEMARANG TERHADAP KEMACETAN LALU-LINTAS DI WILAYAH PINGGIRAN DAN KEBIJAKAN YANG DITEMPUHNYA.pdf

GALIH ALCO PRANATA | CRITICAL PENJELASAN ISSUE 13

Imam Basuki dan Siswadi membedakan BOK menjadi tiga yaitu sepeda motor, kendaraan

ringan, dan kendaraan berat. Untuk data BOK kendaran berat dianggap sama dengan kendaraan

ringan dikarenakan tidak jauh berbeda serta data kendaraan berat yang terdata hanya sedikit sekali.

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Imam Basuki dan Siswadi menunjukkan bahwa

terjadinya perlambatan kecepatan seiring meningkatnya jumlah arus lalu-lintas. Dengan kata lain

kecepatan kendaraan yang melintas akan semakin melambat ketika ruas jalan mengalami

peningkatan kepadatan. Hubungan dari kecepatan dengan arus lalu-lintas yang berbanding terbalik

ini dapat dilihat pada GRAFIK Hubungan Antara Arus dengan Kecepatan.

GRAFIK Hubungan Antara Arus dengan Kecepatan

Dari data kelambatan masing-masing tipe kendaraan yang didapatkan, Imam Basuki dan

Siswadi kemudian menghitung jumlah jarak tempuh yang seharusnya dapat dilakukan atau total

kelambatan yang bisa terjadi dalam kilometer. Dengan menggunakan nilai BOK masing-masing tipe

kendaraan maka diperoleh nilai kerugian yang terjadi akibat kelambatan yang terjadi. Rincian nilai

kerugian yang dikarenakan kelambatan memiliki satuan dalam Rp/jam dapat dilihat pada TABEL

Nilai Kerugian Karena Kelambatan (Rp/jam). Sedangkan untuk data pengurangan kecepatan dapat

dilihat pada TABEL Pengurangan Kecepatan/Kelambatan yang Terjadi.

TABEL Nilai kerugian karena kelambatan (Rp/jam)

Page 14: [RESENSI] DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SEMARANG TERHADAP KEMACETAN LALU-LINTAS DI WILAYAH PINGGIRAN DAN KEBIJAKAN YANG DITEMPUHNYA.pdf

GALIH ALCO PRANATA | CRITICAL PENJELASAN ISSUE 14

TABEL Pengurangan Kecepatan/Kelambatan yang Terjadi.

Benang merah yang dapat diambil dari penelitian Imam Basuki dan Siswadi adalah bahwa

kecepatan kendaraan berbanding terbalik dengan besarnya arus lalu-lintas. Semakin besar arus

maka akan semakin terjadi kepadatan lalu-lintas yang dapat menimbulkan kemacetan. Kerugian

paling besar dari kemacetan lalu-lintas adalah kerugian waktu tempuh yang menyebabkan

pemborosan bahan bakar sehingga terjadi kenaikan biaya operasi kendaraan. Kerugian akibat

kelambatan arus lalu-lintas yang terjadi di jalan Gejayan adalah sebesar Rp11.282.482,21 per jam.

Kerugian tersebut merupakan bertambahnya biaya opersional kendaraan yang harus dikeluarkan

kerena kecepatan mengalami penurunan dan tidak bisa sesuai dengan kecepatan desain

perencanaan.

Dengan pembuktian yang telah dilakukan oleh Imam Basuki dan Siswadi, dapat diketahui

bahwa kemacetan berpengaruh terhadap perekonomian khususnya dari biaya operasional. Namun

jika ditarik lebih luas, permasalahan kemacetan ini tidak hanya sebatas pada biaya operasional.

Apabila kemacetan tetap dibiarkan maka mobilitas masyarakat akan terhambat dan mempengaruhi

produktivitas sehingga lama kelamaan akan berdampak pada pemerosotan ekonomian yang lebih

luas.

Jika penarikan permasalahan yang lebih luas ini dihubungan kembali dengan permasalahan

yang terjadi di Jalan Mranggen, maka akan diketahui pengaruh kemacetan yang lebih luas lagi

terhadap masyarakat yang menggunakan jalan ini. Penulis mengatakan bahwa Jalan Raya Mranggen

merupakan jalan propinsi yang dilalui oleh mobilitas penduduk Kabupaten Grobokan maupun

Kabupaten Blora untuk menuju Kota Semarang. Berdasarkan Keputusan Bersama No. 30 Tahun

2005, No. 130/ 0975, No. 63 tahun 2005, No. 130.1/A.00016, No. 130.1/4382 tanggal 15 Juni 2005

tentang Kerjasama Program Pembangunan di Wilayah Kedungsepur, Kabupaten Grobogan memiliki

kerjasama antar daerah dengan Kota Semarang beserta kabupaten lainnya antara lain Kabupaten

Kendal, Kabupaten Demak, Unggaran, dan Kota Salatiga. Kemudian kerja sama ini diperbarui dengan

Kesepakatan Bersama No.146/199.c/2011, No.130/07/2011, No.415.4/03.3/KJS/2011, No.MOU-

6/Perj-III/2011, 130/049, 130/1131/I/2011 tentang Kerjasama Bidang Pemerintahan, Pembangunan

dan Kemasyarakatan di Wilayah Kedungsepur.

Dalam Tesis Primasto Ardi Martono yang berjudul KETERKAITAN ANTAR SEKTOR EKONOMI

DAN ANTAR DAERAH DI WILAYAH KEDUNGSEPUR, menurut Kepala BPMD Provinsi Jawa Tengah

menyampaikan peran Kabupaten Grobogan terhadap Kota Semarang sebagai berikut:

Page 15: [RESENSI] DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SEMARANG TERHADAP KEMACETAN LALU-LINTAS DI WILAYAH PINGGIRAN DAN KEBIJAKAN YANG DITEMPUHNYA.pdf

GALIH ALCO PRANATA | CRITICAL PENJELASAN ISSUE 15

Banyak sekali para investor yang berminat untuk menanamkan modalnya di wilayah

Kedungsepur, sektor Industri yang paling banyak diminati diantaranya mebel, tekstil dan

produk tekstil, serta komponen elektronik. Sektor pertanian sebenarnya cukup potensial

dikembangkan di wilayah ini terutama di Kabupaten Demak dan Grobogan terutama dalam

mendukung supply bahan baku industri pengolahan makanan yang ada di Kota Semarang.

Kerjasama dalam pengembangan infrastruktur juga sangat potensial dikembangkan di

wilayah Kedungsepur, seperti pengolahan air bersih, peningkatan jalan dan jembatan

serta perencanaan tata ruang.

GAMBAR Peta Kabupaten Grobogan menuju Kota Semarang

Dari pernyataan Kepala BPMD Provinsi Jawa Tengah dapat diambil kesimpulan bahwa

Kabupaten Grobogan ini berpotensi sebagai ponyokong bahan baku industri pengolahan makanan

yang ada di Kota Semarang dari sektor pertanian. Dengan kata lain Kabupaten Grobogan merupakan

penyadia kebutuhan primer Kota Semarang. Dalam pendistribusian kabutuhan primer tersebut,

seperti yang dikatakan oleh peneliti, pendistribusian dari Kabupaten Grobogan ke Kota Semarang

melaui jalan Raya Mranggen. Apabila jalan Raya Mranggen mengalami kemacetan maka,

pendistribusian tersebut akan terhambat hingga terlambat. Keterlambatan pendistribusian tersebut

akan menghambat kinerja dari industri poengolahan makanan di Kota Semarang sehingga

produktivitasnya pun akan menurun. Apabila produktivitas menurun maka perekonomian pun turut

akan turun.

Page 16: [RESENSI] DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SEMARANG TERHADAP KEMACETAN LALU-LINTAS DI WILAYAH PINGGIRAN DAN KEBIJAKAN YANG DITEMPUHNYA.pdf

GALIH ALCO PRANATA | CRITICAL PENJELASAN ISSUE 16

GAMBAR Kondisi Macet Jalan Raya Mranggen

Sumber: https://pasangmata.detik.com/contribution/102243

GAMBAR Kondisi Jalan Raya Mranggen arah Kabupaten Grobogan

Sumber: Google Street View, Maret 2016

GAMBAR Kondisi Jalan Raya Mranggen arah Kota Semarang

Sumber: Google Street View, Maret 2016

Page 17: [RESENSI] DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SEMARANG TERHADAP KEMACETAN LALU-LINTAS DI WILAYAH PINGGIRAN DAN KEBIJAKAN YANG DITEMPUHNYA.pdf

GALIH ALCO PRANATA | CRITICAL KESIMPULAN DAN SARAN 17

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

Kelebihan

- Dalam memilih lokasi kemacetan yang dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi kota

Semarang, peneliti terlebih dahulu melakukan analisa gravitasi agar mengetahui wilayah

mana yang benar-benar berpengaruh, sehingga kebijakan dapat dirumuskan dengan

keadaan lokasi yang sesuai

Kekurangan

- Dalam menyatakan hubungan kenaikan PDRB dengan tingkat kemacetan, peneliti tidak

menyertakan analisis atau hasil analisi yang dapat mendukung kevalidan pernyataan

tersebut

- Kebijakan yang diusulkan oleh peneliti dirasa kurang, karena kebijakan yang diusulkan bukan

merupakan kebijakan yang riil dalam menanganani kemacetan lali-lintas

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti melalui analisis gravitasi, wilayah yang

paling memiliki hubungan dengan Kota Semarang adalah Kecamtan Mranggen dari Kabupaten

Grobogban. Peneliti juga menyatakan bahwa kenaikan PDRB di Kota Semarang berhubungan dengan

angka kemacetan yang terjadi di Kecamatan Mranggen, khususnya Jalan Raya Mranggen dimana

setiap kenaikan PDRB sebesar RP1000 maka angka kemacetan meningkat sebesar 1,73 smp/jam.

Adapun penyebab kemacetan yang terjadi yang disebabkan oleh PDRB perkapita sebesar 65,4%

sedangkan sisanya sebesar 44,6% disebabkan oleh PKL, parkir, angkutan umum, penyeberangan

jalan, dan simpul tak bersinyal. Penulis menyatakan bahwa dalam mengatasi kemacetan, PU masih

belum memiliki kebijakan yang riil dalam mengatasi kemacetan, sehingga penulis menyusun

kebijakan melalui analisis SWOT, dimana isi kebijakan tersebut yakni Pemerintah Kabupaten Demak

beserta Satlantas Polres harus menerapkan kebijakan horizontal. Artinya instansi yang bersifat

horizontal seperti Bappeda, Kantor PU, dan Satpol PP dapat berkoordinasi dengan satu bingkai

kebijkan dan bekerja sesuai tugasnya, sedangkan Polres Demak bertugas menertibkan lalu-lintas.

Setiap kemacetan yang terjadi dapat menimbulkan dampak balik terhadap ekonomi. Dalam

Jurnalnya yang berjudul “Biaya Kemacetan Ruas Jalan Yogyakarta” Imam Basuki dan Siswadi

membahas dampak kemacetan terhadap biaya kerugian yang terjadi di jalan Gejayan Yogyakarta”.

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Imam Basuki dan Siswadi menunjukkan bahwa semakin

besar arus maka semakin melambat kecepatan kendaraan. Dari melambatnya kecepatan tersebut

Imam Basuki dan Siswadi mendapatkan nilai kerugian karena kelambatan. Nilai kerugian tersebut

merupakan naiknya biaya operasi suatu kendaraan akibat meningkatnya waktu tempuh ketika

terjadi kelambatan kecepatan. Akibat kelambatan tersebut kerugian yang terjadi di Jalan Kejayan

ketika macet adalah sebesar Rp11.282.482,21 per jam.

Page 18: [RESENSI] DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SEMARANG TERHADAP KEMACETAN LALU-LINTAS DI WILAYAH PINGGIRAN DAN KEBIJAKAN YANG DITEMPUHNYA.pdf

GALIH ALCO PRANATA | CRITICAL LESSON LEARNED 18

Jika dampak kemacetan terhadap ekonomi tersebut dikembalikan ke kasus yang terjadi di

Jalan Raya Mranggen maka kerugian akibat kemacetan tidak hanya sebatas biaya operasional

kendaraan saja. Pasalnya Jalan Raya Mranggen merupaka jalan propinsi yang menghubungkan

mobilitas dari Kabupaten Grobogan. Timbal balik dari Kota Semarang, berdasarkan pernyataan

Kepala BPMD Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Grobogan memiliki potensi dalam men-supply bahan

baku industri pengolahan makanan dari sektor pertanian. Apabila mobilitas dalam pendistribusian

bahan baku ini terlambat atau terhambat karena kemacetan maka produktivitas dari industri

pengolahan makanan di Kota Semarang akan menurun, sehingga dampaknya perekonomian juga

akan menurun

Dari perbandingan studi kasus yang telah dipaparkan perekonomian dalam suatu kota dapat

mempengaruhi mobilitas perkotaan tersebut maupun wilayah pinggirannya. Namun seiring

berjalannya waktu apabila mobilitas tersebut tidak dibarengi dengan peningkatan sistem

transportasi maka akan timbul kemacetan. Jika kemacetan tersebut tidak segera diatasi maka

dampakya akan kembali ke perekonomian yang akan merosot.

SARAN Saran yang diberikan oleh reviewer terhadap peneliti perihal jurnalnya yang berjudul

“Dampak Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang Terhadap Kemacetan Lalulintas Di Wilayah

Pinggiran Dan Kebijakn yang Ditempuh” adalah sebagai berikut:

1. Dalam menyatakan hubungan kenaikan PDRB perkapita terhadap kenaikan kemacetan

lalu-lintas akan lebih valid apabila pernyataan tersebut didukung dengan teknik analisis

atau hasil analisis, sehingga statement bisa lebih dipercaya

2. Dalam merumuskan kebijakan akan lebih baik apabila kebijakan yang dirumuskan

memiliki dampak yang riil dalam mengatasi permasalahan sehingga kebijakan dapat

menjadi solutif shingga ketika diimplementasikan dapat berdampak secara efektif

3. Kebijakan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Perhubungan Republik Indonesia

Kebijakan Transportasi Perkotaan dapat digunakan sebagai referensi atau acuan oleh

peneliti pada penelitian selanjutnya supaya kebijakan atau alternatif solusi yang

diusulkan bisa lebih iplementatif

LESSON LEARNED

Dari hasil critical review yang telah dilakukan pada jurnal yang berjudul “Dampak Pertumbuhan

Ekonomi Kota Semarang Terhadap Kemacetan Lalulintas Di Wilayah Pinggiran Dan Kebijakn yang

Ditempuh”, reviewer mendapatkan lesson learned berupa:

1. Dengan dilakukannya analisis terhadap hubungan Kota Semarang denfan Kecamatan

Mranggen, reviewer dapat mengtahui secara riil bahwa mobilitas yang timbul akibat

pertumbuhan ekonomi di suatu kota apabila tidak diimbangi dengan sistem transportasi

yang memadai akan mengakibatkan permasalah terutama kemacetan

2. Setiap kemacetan yang terjadi menimbulkan dampak balik terhadapa kegiatan ekonomi,

dimana dampak paling sempit yang bisa terjadi yakni peningkatan biaya operasiaonal

Page 19: [RESENSI] DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SEMARANG TERHADAP KEMACETAN LALU-LINTAS DI WILAYAH PINGGIRAN DAN KEBIJAKAN YANG DITEMPUHNYA.pdf

GALIH ALCO PRANATA | CRITICAL LESSON LEARNED 19

kendaraan yang diakibatkan oleh lamanya waktu tempuh dan melambatnya kecepatan

ketika kemacetan terjadi

3. Apila ditarik lebih luas, kerugian yang timbul akibat kemacetan tidak hanya sebatas biaya

operasional kendaraann. Akibat dari adanya kemacetan yang terjadi di wilayah pinggiran

kota, maka distribusi yang akan masuk ke kota akan terhambat sehingga mempengaruhi

kinerja industri di dalam kota terhambat serta produktivitasnya menurun dan menyebakan

perekonomian merosot

Page 20: [RESENSI] DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SEMARANG TERHADAP KEMACETAN LALU-LINTAS DI WILAYAH PINGGIRAN DAN KEBIJAKAN YANG DITEMPUHNYA.pdf

GALIH ALCO PRANATA | CRITICAL DAFTAR PUSTAKA 20

DAFTAR PUSTAKA

Soesilowati, Etty. 2008. Dampak Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang Terhadap Kemacetan

Lalulintas di Wilayah Pinggiran dan Kebijakan yang Ditempuhnya. JEJAK, Volume1, Nomor1,

September, 2008.

Basuki, Imam. 2008. Biaya Kemacetan Ruas Jalan Kota YogyakartaJurnal Teknik Sipil volume 9 No.1,

Oktober 2008: 71-80.

Martono, Primarto. 2008. KETERKAITAN ANTAR SEKTOR EKONOMI DAN ANTAR DAERAH DI WILAYAH

KEDUNGSEPUR. Tesis Magister pada Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas

Diponegoro: tidak diterbitkan

Keputusan Bersama No. 30 Tahun 2005, No. 130/ 0975, No. 63 tahun 2005, No. 130.1/A.00016, No.

130.1/4382 tanggal 15 Juni 2005 tentang Kerjasama Program Pembangunan di Wilayah

Kedungsepur

Kesepakatan Bersama No.146/199.c/2011, No.130/07/2011, No.415.4/03.3/KJS/2011, No.MOU-

6/Perj-III/2011, 130/049, 130/1131/I/2011 tentang Kerjasama Bidang Pemerintahan,

Pembangunan dan Kemasyarakatan di Wilayah Kedungsepur