Resensi Tps
-
Upload
trishna-yoeniarti -
Category
Documents
-
view
244 -
download
0
Embed Size (px)
description
Transcript of Resensi Tps

RESENSI PAPER
TOTAL PERFORMANCE SCORECARD
1. Identitas Paper
Judul Paper : Total performance scorecard: the way to personal integrity and
organizational effectiveness
Jurnal : Measuring Business Excellence Vol.9 N0.3, PP.21-35
Penerbit : @ Emerald Group Publishing Limited, ISSN 1368-3047
Penulis : Dr. Hubert K. Rampersad
2. Tujuan
Sebagai sebuah blueprint baru untuk menciptakan pembelajaran organisasi yang diperlukan
dimana kinerja individu dan organisasi belajar saling memperkuat satu sama lain secara
berkelanjutan.
3. Pembahasan
Bagian ini merupakan ringkasan dari konsep-konsep Total Performance Scorecard (TPS),
yaitu cara untuk integritas pribadi dan efektivitas organisasi
a. Konsep Total Performance Scorecard (TPS)
Hubert K. Rampersad (2005) menyatakan Total Performance Scorecard (TPS)
didefinisikan sebagai proses sistematis perbaikan, pengembangan, dan pembelajaran yang
bersifat berkesinambungan, bertahap, dan rutin, yang terpusat kepada perbaikan kinerja
pribadi dan organisasi secara berkelanjutan.
TPS = Proses berkesinambungan (perbaikan + Pengembangan + Pembelajaran)
Pada gambar 1 memperlihatkan hubungan antara unsur-unsur yang berbeda dari total
performance scorecard. Filosofi ini meliputi komposisi terkait erat konsep manajemen, yang
bersama-sama membentuk satu kesatuan yang harmonis. Konsep TPS memadukan lima
unsur, yaitu personal balanced scorecard, organizational balanced scorecard, total quality
management, competence management, dan Kolb’s learning cycle.
1. The Personal Balanced ScoreCard (PBSC) mencakup misi, peran kunci, faktor
penentu keberhasilan, tujuan, tolak ukur kinerja, target, dan tindakan perbaikan pribadi.

Hal itu meliputi perbaikan bersinambungan dari keterampilan dan perilaku pribadi,
dengan fokus pada kesejahteraan dan keberhasilan pribadi dalam masyarakat.
Gambar 1 Konsep TPS (Rampersad, 2003)
(Sumber : Rampersad, H.K., Total performance scorecard: the way to personal integrity and
organizational effectiveness, 2005, hal. 22)
2. The Organizational Balanced ScoreCard (OBSC) mencakup misi, peran kunci,
faktor penentu keberhasilan, tujuan, tolak ukur kinerja, target, dan tindakan
perbaikan organisasi (Kaplan dan Norton,1996,2000). Konsep itu meliputi perbaikan
dan pengendalian proses bisnis yang bersinambungan, serta pengembangan strategi
yang berfokus kepada pencapaian daya saing bagi perusahaan.
3. Total Quality Management (TQM) adalah cara hidup disiplin di dalam
keseluruhan organisasi di mana perbaikan bersinambungan sangat penting.
Mendefinisikan masalah, menentukan akar masalah, mengambil tindakan, memeriksa
efektivitas tindakan, dan mengkaji ulang proses bisnis dicapai dengan cara rutin,
sistematis, dan konsisten. Penekanan di sini adalah pada pembelajaran dan manajemen
proses PDCA (Plan-Do-Check-Act).
4. Competence Management (CM) meliputi proses pengembangan bersinambungan dari
potensi manusia di dalam organisasi. Fokusnya ada pada pengembangan karyawan secara
maksimal dan optimalisasi potensi mereka untuk mencapai tujuan organisasi. Di sini yang
terpenting adalah siklus pengembangan, yang terdiri dari tahap-tahap berikut :

perencanaan hasil, pelatihan, penilaian, dan pengembangan kemampuan berorientasi
jabatan.
5. Kolb’s Learning Cycle merupakan proses belajar melalui pengalaman. Siklus Kolb
terdiri dari perolehan pengalaman praktik, pengamatan & penilaian pengalaman,
pengambilan kesimpulan dari pengalaman & mengubah kesan ke dalam pola
pengalaman, menguji gagasan dalam eksperimen yang akan kembali menghasilkan
perilaku & pengalaman baru.
Bagian-bagian yang saling terkait dalam TPS terdiri dari perbaikan, pengembangan dan
pembelajaran. Bagian tersebut dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Bagian-bagian yang saling terkait dengan konsep TPS (Rampersad, 2003)
(Sumber : Rampersad, H.K., Total performance scorecard: the way to personal integrity and
organizational effectiveness, 2005, hal. 24)
b. Balanced Scorecrad Individu (The Personal Balanced Scorecard)
Personal Balanced Scorecard terdiri atas visi, misi, peran kunci, faktor penentu
keberhasilan, tujuan, tolok ukur kinerja, target, tindakan perbaikan pribadi. Tindakan
perbaikan pribadi ini terbagi ke dalam empat perspektif, yaitu keuangan (financial),
pelanggan (customers), proses internal (internal processes), dan pengetahuan serta
pembelajaran (knowledge and learning). Enam elemen PBSC yang saling terkait satu sama
lain terdiri dari misi pribadi (personal mission),visi pribadi (personal vision), faktor sukses
kritis pribadi (personal critical success factors), tujuan pribadi (personal objectives),
Pengukuran dan target kinerja pribadi (personal performance measures and targets), dan
tindakan perbaikan pribadi (personal improvement actions).

PBSC = misi pribadi + visi pribadi + peran kunci pribadi + sasaran pribadi + ukuran
kinerja + target + tindakan perbaikan (dipilah ke dalam empat perpektif : internal,
eksternal, pengetahuan dan pembelajaran, dan keuangan).
c. Menyeimbangkan Ambisi Pribadi dengan Perilaku Pribadi
Langkah pertama menuju perbaikan pribadi yang berkelanjutan adalah memberikan
perhatian kepada ambisi pribadi. Menyelaraskan ambisi pribadi dengan perilaku pribadi
diperlukan untuk mengembangkan ketenangan hati, kharisma pribadi, serta untuk
meningkatkan kredibilitas dengan orang lain (Rampersad, 2003). Untuk menjadi orang yang
telah kita bayangkan dalam ambisi pribadi kita, kita harus mengetahui cara orang lain melihat
dan pendapat mereka tentang kita. Ketika kita telah mengetahui itu semua, maka pengetahuan
diri kita meningkat dan kita dapat memperbaiki efektivitas tindakan kita. Berdasarkan hal
diatas, maka proses pengembangan diri itu melibatkan pembentukan keseimbangan antara
ambisi pribadi dan perilkau pribadi kita. Gambar 3 memperlihatkan bagaimana menyamakan
ambisi pribadi dengan perilaku pribadi. Ketika orang menemukan kesamaan antara ambisi
pribadi dengan perilaku pribadi, mereka akan bisa bekerja secara effisien dengan cara yang
berorientasi kepada tujuan demi perbaikan, pengembangan dan pemelajaran yang
bersinambung. Menyamakan ambisi pribadi dengan perilaku pribadi akan memastikan bahwa
tindakan pribadi dimasyrakat akan benar dan sesuai dengan hati nurani. Tindakan ini
ditetapkan sebagai:
Gambar 3. Menyamakan Ambisi Pribadi Dengan Perilaku Pribadi
(Sumber : Rampersad, H.K., Total performance scorecard: the way to personal integrity and organizational
effectiveness, 2005, hal. 27)

Right personal action = being + PBSC + doing + aligning personal ambition with
personal behavior
Right personal action = Self knowledge + doing + aligning personal ambition with
personal behavior
d. The Organizational Balanced Scorecard (OBSC)
OBSC mencakup misi, visi, peran kunci, faktor penentu keberhasilan, tujuan, tolok ukur
kinerja, target dan tindakan perbaikan organisasi (Kaplan dan Norton, 2000). Elemen dari
konsep manajemen strategi terdiri dari:
a. Misi organisasi, memuat identitas organisasi dan menunjukan alasan keberadaan
organisasi tersebut.
b. Visi organisasi, memuat mimpi organisasi yang paling ambisius. Visi organisasi juga
memberikan visi bersama tentang situasi masa depan yang diinginkan dan bisa
dicapai, serta jalan untuk mencapainya.
c. Faktor penentu keberhasilan organisasi, faktor-faktor yang paling penting untuk
keberhasilan organisasi yang menjadi competitive advantage organisasi.
d. Tujuan organisasi, hasil terukur yang harus dicapai. Tujuan itu menggambarkan hasil
yang harus dicapai dalam jangka pendek untuk mewujudkan visi jangka panjang.
e. Pengukuran dan target kinerja organisasi, target apa saja yang akan dicapai dan bagaimana
cara mengukur hasilnya.
f. Tindakan perbaikan organisasi, strategi yang dilakukan untuk mewujudkan misi, visi,
dan tujuan organisasi dan mengimplementasikan tindakan untuk perbaikan,
mengkomunikasikannya dengan orang, dan belajar berkelanjutan.
OBSC=Misi organisasi+Visi+Nilai inti+Faktor kritis sukses+Tujuan+ Pengukuran
kinerja+Target+Tindakan perbaikan
e. Menghubungkan ambisi bersama dengan etika.
Organisasi harus peduli kepada etika dan tanggung jawab sosial korporasi untuk
memastikan bahwa kegiatan-kegiatan mereka memiliki integritas dan mencerminkan
standar etika yang tinggi. Setiap perusahaan mempunyai kewajiban etis kepada semua
pemegang saham, karyawan, pelanggan, pemasok, dan masyarakat luas. Beberapa metode
yang dapat diterapkan untuk meningkatkan etika bisnis (Miller et.al., 1996): Menulis kode
etik, komitmen perilaku etika bisnis, setiap orang yang di organisasi harus perhatian ke nilai
inti program etika perusahaan, membuat komite permanen, memperkerjakan seorang

ombudsperson, yaitu seseorang diperusahaan yang dapat secara langsung dapat menyelidiki
berbagai keluhan, menyediakan hot line untuk komentar dan komplain berkaitan perilaku
yang tidak etis, melakukan seminar internal, mengembangkan program komunikasi yang
menegaskan etika korporasi, mengeksekusi audit etika, memperkenalkan pelaksanaan
prosedur (disiplin dan pemecatan karena pelanggaran), memberikan pengakuan dan
penghargaan.
f. Menyeimbangkan ambisi pribadi dengan ambisi bersama.
Keselarasan ambisi pribadi dengan ambisi pusat organisasi bertujuan untuk mengurangi
stress, merangsang kenikmatan, partisipasi aktif, dan motivasi karyawan. Pertanyaan yang
penting dalam keselarasan ini adalah apakah ambisi pribadi sesuai dengan ambisi organisasi?
Apakah selaras? Secara ringkas ditulis sebagai berikut:
Pribadi (Misi, Visi, Peranan Utama)
≈ Organisasi (Misi, Visi, Nilai Inti) Ambisi Pribadi
≈ Ambisi Organisasi bersama
Miller et al. (1996) memperkenalkan cara pribadi untuk menangani masalah-masalah
etis di tempat kerja (ketika manajer meminta sesorang untuk melakukan sesuatu yang tidak
etis):
Pastikan ada konflik sesuai dengan fakta yang ada.
Putuskan banyaknya resiko yang akan kita terima.
Membuat pergerakan, jika tindakan ada resikonya beritahu manager bahwa kita tidak bias
melakukannya.
Jika manajer mengatakan harus tetap melakukannya dan merasa bahwa kita tidak bisa,
maka pergi ke beberapa orang yang berpengaruh dalam perusahaan.
Mempertimbangkan perubahan pekerjaan. Evaluasi ambisi pribadi manajer dan ambisi
bersama organisasi. Jika mereka bertentangan, meninggalkan pekerjaan mungkin menjadi
jawaban terbaik.
g. Berkomunikasi dan Berhubungan
Untuk dapat menempatkan visi yang strategis ke dalam tindakan, maka diperlukan
menghubungkan perusahaan (OBSC) ke scorecard unit bisnis dan tim, serta rencana kinerja
individu karyawan. Setiap peserta merumuskan proses scorecard pribadi yang seimbang,
yang kemudian terletak pada tingkat abstraksi tinggi dari rencana kinerja terkait individu.

Dengan pendekatan ini, pesan dari manajemen puncak secara konsisten disampaikan ke
tingkat yang lebih rendah dan sebaliknya.
Misi organisasi yang dirumuskan dalam OBSC dan perspektif berlaku untuk semua
tingkatan organisasi. Visi organisasi dan faktor penentu keberhasilan, tujuan, sasaran, dan
tindakan perbaikan disesuaikan dengan unit bisnis terkait dan tim dan OBSC digunakan
sebagai kerangka acuan. Setiap anggota tingkat rendah harus merenungkan keselarasan
antara ambisi pribadi sendiri dan organisasi, bisnis dan ambisi tim.
h. Siklus TPS
Siklus TPS telah dikembangkan sebagai pemandu dalam keberhasilan pelaksanaan
konsep TPS. Model siklus ini terdiri dari lima tahap berikut dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Siklus Total Performance Scorecard
(Sumber : Rampersad, H.K., Total performance scorecard: the way to personal integrity and organizational
effectiveness, 2005, hal. 27)

Menurut Rampersad (2005), metode TPS terdiri atas 5 tahap yakni :
1. Merumuskan , yaitu perumusan Personal Balanced ScoreCard dan Organizational
Balanced Scorecard.
2. Mengkomunikasikan dan menghubungkan , yaitu menertejemahkan scorecard
organisasi kepada semua scorecard tim, serta menghubungkan scorecard tim
dengan rencana kinerja masing-masing karyawan.
3. Memperbaiki, penerapan perbaikan perorangan dan organisasi yang masing-
masing difokuskan kepada keberhasilan pribadi dan daya saing organisasi. Proses
perbaikan melalui 4 tahap yaitu seleksi dan definisi proses, evaluasi dan
standarisasi proses , perbaikan proses dengan siklus PDCA (Plan-Do-Check-Act), dan
perbaikan pribadi.
4. Mengembangkan, perkembangan dan pertumbuhan karyawan perorangan yang
berkaitan dengan pekerjaan, melalui penyerapan pengetahuan mereka dan penggunaan
maksimal kemampuan mereka.
5. Pembelajaran, diperlukan komunikasi hasil perbaikan dan usaha pengembangan, fungsi
BSC terhadap karyawan dan lain-lain, pengumpulan informasi umpan balik darinya,
penelaahan terhadap BSC, aktualisasi mereka berdasarkan perubahan kondisi,
dokumentasi proses belajar dan identifikasi peluang perbaikan dan kegiatan tindak lanjut.
Evaluasi dengan pemeriksaan yang semuanya berjalan dengan baik dan yang salah selama
fase sebelumnya. Pengkajian ulang berkaitan dengan belajar dari pengalaman yang
telah diperoleh, berdasarkan siklus pembelajaran Kolb.
4. Kesimpulan
Total Performance Scorecard sebagai salah satu alat untuk mengukur kinerja yang
hingga saat ini dipandang sebagai suatu pengukuran kinerja yang komprehensif, pendekatan
yang cermat, sistematis, dan terintegrasi untuk keberhasilan perorangan dan organisasi.
Konsep ini memperluas teori personal, teori kepemimpinan dan teori organisasi kaitannya
dengan perubahan dan keberhasilan. Didalam konsep TPS terdapat unsur improvement,
development, dan learning, yang satu sama lain harus dijaga keseimbangannya, harus
berkesinambungan, dan harus merupakan kesatuan visi dan misi organisasi.