Rencana Usaha - Green Growth Program...

56
GLOBAL GREEN GROWTH INSTITUTE MAY 2014

Transcript of Rencana Usaha - Green Growth Program...

GLOBAL GREEN GROWTH INSTITUTE

MAY 2014

1

Rencana Usaha

Pengembangan Singkong di Lahan Kritis, Kutai Barat

Penulis:

Alfan Subekti

Abdul Fatah

Fariyanti

Eddy Mangopo Angi

Hak Cipta Global Green Growth Institute

Kantor Perwakilan Indonesia

Mei 2014

2

Ringkasan Eksekutif

Salah satu kegiatan kunci pertumbuhan hijau yang diidentifikasi oleh Gubernur

adalah mengusahakan pemanfaatan lahan kritis secara berkelanjutan di

seluruh provinsi melalui usaha masyarakat. Secara khusus, ada sejumlah kecil

lahan kritis (antara 1 dan 500 hektar). Sebagai bagian dari MoU, Gubernur telah

meminta GGGI untuk mengeksplorasi pilihan yang tersedia untuk membangun

perusahaan masyarakat yang berkelanjutan di lahan kritis berskala kecil

sebagai bagian dari strategi pertumbuhan hijau provinsi. Tujuan kegiatan ini

adalah untuk menginformasikan Pemerintah Kalimantan Timur dan pemangku

kepentingan lainnya mengenai pilihan-pilihan untuk meningkatkan UKM yang

berkelanjutan di lahan kritis berskala kecil di seluruh provinsi.

Benung, sebuah desa di hulu Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur,

menjadi lokasi yang terpilih untuk percontohan singkong dengan potensi seluas

25 hektar. Namun, proyek ini hanya akan menggunakan 20 hektar untuk tujuan

percontohan. Desa ini berada di wilayah administrasi Kecamatan Damai.

Lokasi untuk percontohan menurut Laboratorium Kartografi Fakultas Pertanian

Universitas Mulawarman berada bawah sistem tanah Barong Tongkok (BTK)

dan jenis Hapludults Dystrudeptssoil, dengan fertilitas kimia lahan yang cukup

dan fertilitas fisik dan biologis lahan yang baik. Sistem lahan ini memiliki

kesesuaian lahan untuk beberapa komoditas, yaitu pertanian lahan kering,

agroforestri, kelapa sawit, kakao, karet (termasuk singkong), kelapa, kopi, lada,

dan sebagainya. Selain itu, petani (sebagian besar Dayak Benuaq) yang akan

terlibat dalam proyek ini sebagian besar berpengalaman dalam budidaya

singkong. Pendekatan organik untuk penanaman singkong dalam kegiatan

percontohan dapat memelihara kesuburan tanah selama periode proyek.

Tujuan dari plot percontohan singkong gajah organik adalah untuk

menghasilkan pendapatan daerah dengan memanfaatkan lahan kritis atau

tidak produktif dan marjinal di desa Benung dan sekitarnya di Kecamatan

Damai. Produk dari rencana bisnis ini adalah gaplek organik, yang dihasilkan

dari singkong gajah organik atau singkong gajah (Manihot esculentaCrantz). Di

tingkat desa, harga produk bervariasi antara Rp 800-1.000/Kg di tingkat petani.

Sementara harga di tingkat industri antara Rp 1.500-2.500/Kg. Gaplek yang

dihasilkan dari plot percontohan umumnya akan dipasarkan ke industri di

Kecamatan Bongan dan Kota Bangun, dan mungkin Paser. Kemitraan dengan

3

Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) akan dibuka sejak tahun pertama, dan

MSI telah berkomitmen untuk mendukung proyek tersebut.

Total investasi aset tetap sebesar Rp 204.500.000 dan pendanaan tunai untuk

biaya operasional selama 10 tahun adalah Rp 4.486.983.268 per 20 Ha atau

Rp 224.349.163 per ha. Biaya operasional meliputi benih, pupuk, dan tenaga

kerja. Jadi secara keseluruhan, proyek singkong selama 10 tahun

membutuhkan dana investasi sebesar Rp 4.691.483.268 atau Rp 234.574.163

per ha. Analisis titik impas (break event point/BEP) menunjukkan bahwa proyek

ini akan mencapai BEP Rp 277.355.782 atau 389.691 kg untuk 20 ha. NPV

menunjukkan nilai positif dan berarti bahwa proyek singkong ini layak untuk

dilaksanakan. Sementara IRR mencapai 10,076% dan berada di atas suku

bunga deposito (6,00% / tahun). Nilai ARR 43,82% merupakan nilai persentase

yang lebih tinggi dari keuntungan yang diharapkan (tingkat keuntungan yang

diharapkan adalah 10%). Periode pengembalian menunjukkan bahwa investasi

untuk proyek singkong akan benar-benar kembali ke bank setelah 8 tahun (PP

adalah 6,37).

Proyek ini membutuhkan dukungan keuangan yang sangat besar. Perhitungan

dan analisis menunjukkan bahwa lembaga keuangan hanya menyediakan

dana operasional untuk setiap tahun, dan sisanya akan disediakan oleh

pemerintah daerah. Total dana aset tetap yang harus disediakan oleh program

pemerintah daerah adalah Rp 204.500.000 untuk periode proyek 10 tahun.

Biaya lainnya (biaya operasional) akan didukung oleh lembaga keuangan.

Bank Kaltim telah berkomitmen untuk mendukung proyek ini.

Manajemen dan organisasi proyek singkong mencakup:

1. Membentuk kelompok swadaya masyarakat (KSM) bagi petani singkong

dengan unit usaha spesifik untuk pemasaran dan pengumpulan produk.

Kelompok petani di bawah badan hukum Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM). Peningkatan kapasitas dan penguatan

kelembagaan akan disediakan oleh pemerintah daerah kepada para

petani melalui KSM.

2. Unit usaha singkong akan berperan mengumpulkan seluruh produk dari

petani dan memasarkannya kepada para pembeli;

4

3. Unit kredit akan menyediakan pinjaman lunak bagi para petani. Terkait

dengan fungsi manajemen dan organisasi di atas, seluruh petani yang

terlibat sebagai anggota organisasi harus menandatangani perjanjian

tentang hak dan kewajiban mereka. Hal tersebut akan dituangkan dalam

perjanjian pengembangan usaha untuk beras organik antara petani dan

tiga unit organisasi tersebut.

Hal penting utama dalam proyek ini adalah penggunaan energi surya untuk

menghasilkan pompa air di daerah percontohan. Proyek ini akan memasang

fotovoltaik surya untuk menghasilkan listrik untuk penggunaan pemompaan air.

Akan ada empat pompa air dipasang di 20 hektar plot percontohan untuk

menyimpan 5000 liter air dari tiap empat sumur artesis. Setiap pompa air akan

dipasok oleh 350-500 watt dari instalasi panel surya. Sistem panel surya dan

pemasangannya akan disediakan oleh pemerintah daerah sebagai bagian dari

aset tetap.

Selama pemasangan, proyek ini akan meminta kontraktor untuk memberikan

pelatihan singkat mengenai pemeliharaan bagi petani lokal. Hal ini untuk

menghindari kesalahan penggunaan oleh masyarakat setempat yang

menyebabkan kerusakan atau malfungsi seperti yang biasa terjadi dalam

proyek PV surya lain di daerah terpencil.

Dengan total konsumsi seperti di atas per pompa air, proyek ini akan

menggantikan penggunaan generator listrik dengan panel surya yang bersih

dari emisi. Jumlah pengurangan emisi per pompa air dengan menggunakan

sistem panel surya adalah 35.156,80 KgCO2/bulan1 atau 1.757.839,72 KgCO2

per periode panen untuk seluruh area percontohan. Dengan total proyek 20

hektar, potensi cadangan karbon dari proyek percontohan diperkirakan

sebesar 2,844-83,96 tC.

1

5

Daftar Isi

Ringkasan Eksekutif ........................................................................................ 2

Daftar isi ........................................................................................................... 5

Daftar Tabel .................................................................................................. 7

Daftar Diagram ............................................................................................. 7

I. Pengantar .................................................................................................. 8

I.1. Lokasi Pilihan dan Rincian .................................................................. 8

I.1.1. Lokasi dan luas area ....................................................................... 9

I.1.2. Alasan pemilihan area ................................................................... 10

I.2. Status Terkini (Ekologi, Ekonomi, Sosial, dan Hukum) ..................... 12

I.2.1. Status ekologi ................................................................................ 12

I.2.2. Status sosial-ekonomi ................................................................... 13

I.2.3. Status hukum ................................................................................. 14

II. Tinjauan Pembangunan Berkelanjutan ................................................... 16

II.1. Produk dan/atau Jasa ....................................................................... 16

II.2. Pernyataan Misi, Sasaran, dan Tujuan ............................................. 17

III.2.1. Pernyataan Misi ......................................................................... 17

III.2.2. Sasaran dan Tujuan ................................................................... 18

II.3. Hubungan dengan Kalimantan Timur ............................................... 19

III. Penilaian Pasar .................................................................................... 21

III.1. Analisis Eksternal Kondisi Pasar ...................................................... 21

III.2. Pembeli Potensial ............................................................................. 23

IV. Keuangan ............................................................................................. 24

IV.1. Proyeksi Keuangan ........................................................................... 24

IV.2. Rencana Keuangan .......................................................................... 27

IV.3. Asumsi-asumsi ................................................................................. 28

IV.4. Risiko dan Solusinya ........................................................................ 28

V. Implementasi Strategis ............................................................................ 30

V.1. Operasional ...................................................................................... 30

V.1.1. Tahapan kegiatan ...................................................................... 30

V.1.2. Kerangka Waktu Produksi .......................................................... 33

V.2. Sumber Daya dan Perlengkapan ...................................................... 33

V.3. Manajemen dan Organisasi .............................................................. 34

6

V.3.1. Organisasi Petani ....................................................................... 34

V.3.2. Unit Usaha ................................................................................. 35

V.3.3. Unit Kredit .................................................................................. 35

V.4. Analisis SWOT .................................................................................. 36

V.4.1. Kekuatan (Strengths) ................................................................ 37

V.4.2. Kelemahan (Weaknesses) ......................................................... 37

V.4.3. Peluang (Opportunities) ............................................................. 37

V.4.4. Ancaman (Threats)..................................................................... 38

V.4.5. Strategi Pengembangan Usaha ................................................. 39

VI. Manfaat Pertumbuhan Hijau ................................................................ 41

VI.1. Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca ............................................. 41

VI.2. Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan .............................................. 41

VI.3. Ekosistem yang Sehat dan Produktif ................................................ 41

VI.4. Pertumbuhan yang Inklusif dan Adil ................................................. 42

VI.5. 6.5. Ketahanan Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan ........................... 42

Lampiran .......................................................... Error! Bookmark not defined.

7

Daftar Tabel

Tabel 1. Investasi aset tetap .......................................................................... 24

Tabel 2. Biaya Operasional Proyek Singkong selama 10 tahun .................... 25

Tabel 3. Proyeksi keuangan untuk proyek singkong ...................................... 26

Tabel 4. Analisis NPV, IRR, Periode Pengembalian, ARR, dan PI ................ 26

Tabel 5. Kerangka waktu kegiatan ................................................................. 33

Tabel 6. Tahapan kegiatan terkait jumlah tenaga kerja, kerangka waktu, dan

biaya .............................................................................................................. 33

Tabel 7. Analisis SWOT proyek percontohan Manihot esculenta di Benung,

Kutai Barat ..................................................................................................... 38

Daftar Diagram

Diagram 1. Peta Area Percontohan di Damai .................................................. 9

Diagram 2. Plot Percontohan di Benung ....................................................... 12

Diagram 3. Budidaya Singkong oleh masyarakat setempat ........................... 14

Diagram 4. Organisasi dan unitnya dalam KSM ............................................ 36

Daftar Lampiran

Lampiran 1. Analisis Keuangan Perkebunan Aren di Gunung Rempah ......... 44

Lampiran 2. Ringkasan Analisis Keuangan ................................................... 47

Lampiran 3. Analisis Aset Tetap .................................................................... 49

Lampiran 4. Analisis Titik Impas (Break Event Point) .................................... 51

Lampiran 5. Unit Peta Tanah Kutai Barat ...................................................... 54

Lampiran 6. Peta Sistem Lahan Damai ......................................................... 55

8

I. Pengantar

Salah satu kegiatan kunci pertumbuhan hijau yang diidentifikasi oleh Gubernur

adalah mengusahakan pemanfaatan lahan kritis di seluruh provinsi melalui

usaha masyarakat. Secara khusus, ada sejumlah kecil lahan kritis (antara 1

dan 500 hektar) akibat pembukaan lahan untuk pertambangan, kebakaran

hutan/lahan gambut (kebakaran tahun 1997-1998 mencakup lebih dari 5 juta

ha) dan eksploitasi berlebihan (budidaya ikan, budidaya berbasis tebang dan

bakar). Lahan ini dapat memberikan perusahaan berbasis masyarakat sebuah

titik awal untuk pengembangan bisnis hijau. Sebagai bagian dari MoU,

Gubernur telah meminta GGGI untuk mengeksplorasi pilihan yang tersedia

untuk membangun perusahaan masyarakat yang berkelanjutan di lahan-lahan

kritis berskala kecil ini sebagai bagian dari strategi pertumbuhan hijau provinsi.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menginformasikan Pemerintah

Kalimantan Timur dan pemangku kepentingan lainnya mengenai pilihan untuk

meningkatkan UKM secara berkelanjutan di lahan kritis berskala kecil di

seluruh provinsi. Sasaran dari perusahaan-perusahaan ini adalah untuk

memberikan kontribusi terhadap pembentukan ekonomi lokal berbasis lahan

yang berkelanjutan sambil mengelola ekosistem yang sehat dan tangguh.

Perusahaan yang sukses akan didasarkan pada produksi yang berkelanjutan

dari tanaman, berbagai tanaman atau kombinasi produk dan jasa, termasuk

juga jasa lingkungan.

I.1. Lokasi Pilihan dan Rincian

Bappeda dan DDPI telah memilih Kutai Barat (Kubar) sebagai daerah

penelitian untuk tugas ini. Secara historis, Kutai Barat (Kubar) didirikan pada

November 1999 sebagai akibat dari ekspansi Kabupaten Kutai berdasarkan

UU No 47/1999. Dengan total luas 31.628,70 km2 atau sekitar 15 persen dari

wilayah Kalimantan Timur, Kubar ditempati oleh 165.934 orang.

Kabupaten ini terbagi menjadi 21 kecamatan dan 238 desa (tapi kemudian

pada pertengahan tahun 2013, kabupaten ini dibagi menjadi kabupaten baru

lainnya "Kabupaten Mahakam Hulu"). Lokasi desa di kawasan ini umumnya

terletak di tepi sungai (lebih dari 100 desa), di wilayah dataran tinggi (sekitar 86

desa) dan lereng/pegunungan (18 desa).

9

Secara khusus, penelitian ini dikembangkan di tiga kecamatan, meliputi Damai,

Jempang dan Mook Manaar Bulatn. Kecamatan Damai dipilih sebagai daerah

percontohan untuk rencana usaha singkong ini.

I.1.1. Lokasi dan luas area

Lokasi untuk mengembangkan singkong Manihot esculenta (atau yang dikenal

sebagai Singkong Gajah) terletak di Kecamatan Damai, Kutai Barat. Secara

geografis, Damai terletak di 115015 '16 "-115046' 54" Bujur Timur dan 00 18'-

00 52 'Bujur Selatan. Luas Kecamatan Damai adalah 1.750,43 Km² dan

termasuk 16 desa yang ditempati oleh 9.625 orang (2.781 KK) dengan rata-

rata jumlah orang per rumah tangga 3.59.

Sementara itu, Benung adalah lokasi yang dipilih untuk percontohan singkong

dengan luas potensial 25 hektar. Namun, proyek ini hanya akan menggunakan

20 hektar untuk percontohan. Lokasi tersebut milik kelompok tani2 (status milik

pemerintah desa) yang sebelumnya digunakan untuk proyek karet dari

pemerintah. Saat ini daerah tersebut ditutupi oleh rumput alang-alang dan

tumbuhan pakis. Tidak ada potensi zat beracun berbahaya dalam tanah akibat

kegiatan pemotongan dan pengisian lahan, seperti pertambangan.

Diagram 1. Peta Area Percontohan di Damai

10

I.1.2. Alasan pemilihan area

Alasan pemilihan Desa Benung di Damai sebagai area utama percontohan

Manihot esculenta meliputi:

1. Aksesibilitas dari desa

11

Damai adalah kecamatan yang lebih dekat ke Melak dan Barong Tongkok

sebagai kota utama di Kutai Barat. Jarak dari ibu kota kota Kutai Barat ke

ibu kota kecamatan adalah sekitar 42 Km. Sementara jarak dari Benung ke

Damai Kota sebagai ibu kota kecamatan adalah 18 Km atau 30 Km ke ibu

kota kota Kutai Barat. Kondisi jalan utama bagus (aspal) dan mudah diakses

oleh mobil.

2. Kesuburan tanah

Lokasi untuk plot percontohan berada di bawah sistem tanah Barong

Tongkok (BTK) yang memiliki kesuburan kimia lahan cukup dan kesuburan

fisik dan biologis lahan yang baik, serta sesuai untuk 'tanaman bergetah'

tanaman karet (keluarga Euphorbiaceae) seperti karet dan singkong.

Mengintensifkan tanah dengan perawatan organik dan mekanik akan

meningkatkan kesuburan tanah plot percontohan. Singkong

(Manihotesculenta) adalah varietas yang dikategorikan sebagai C4 (mirip

dengan jagung, sorgum, dan tebu) yang membutuhkan sinar matahari

langsung. Proses fotosintesis pada kondisi normal sangat tinggi, foto-

respirasi sangat rendah dan efisien dalam penggunaan air. Oleh karena itu,

singkong sangat cocok untuk lahan-lahan marjinal atau terdegradasi secara

alami, apalagi dengan masukan bahan organik intensif untuk tanah,

kesuburan tanah dapat dipertahankan.

3. Sosial budaya

Sebagian besar etnis di Desa Benung adalah Dayak Benuaq dan para

petani di Damai umumnya menanam singkong untuk makanan babi,

terutama petani lokal di Benung yang telah menanam singkong dalam

beberapa dekade. Selain singkong, petani lokal juga membudidayakan

sayuran dan buah untuk penghidupan atau menjualnya ke perusahaan di

dekat desa atau kecamatan.

4. Akses Pasar

Pasar singkong dapat dibagi menjadi tiga kategori: Pasar untuk industri

singkong; Pasar untuk pakan ternak; dan Pasar untuk konsumsi lokal. Pasar

untuk industri singkong adalah pasar target utama. Sejumlah pabrik telah

dibangun di Bongan dan Kota Bangun (Kutai Kartanegara). Kapasitas

pabrik di Bongan (yang memakan waktu sekitar 2 jam perjalanan dari

Benung) lebih dari 1.500 Ton/bulan dan untuk memenuhi kapasitas penuh

12

mesin membutuhkan bahan baku lebih segar dari desa-desa sekitar

lainnya. Beberapa pabrik singkong lainnya juga dibangun di Kabupaten

Kutai Kartanegara (kecamatan Sanga-Sanga dan Muara Kaman) dan baru-

baru ini di Kabupaten Paser. Masih ada kemungkinan para investor lokal

membangun pabrik di dekat kota utama Kutai Barat karena potensinya

masih tinggi.

5. Dukungan dan kebijakan pemerintah

Karena Manihot esculenta (singkong gajah) adalah spesies lokal yang

pertama kali diperkenalkan oleh Prof Ristono dari Universitas Mulawarman,

Gubernur Kalimantan Timur pada tahun 2013 telah mengumumkan sebuah

program provinsi untuk membudidayakan singkong gajah (disebut

'penanaman satu miliar tanaman singkong') di semua kabupaten untuk

meningkatkan pendapatan masyarakat lokal dan memanfaatkan lahan

kritis/marjinal.

I.2. Status Terkini (Ekologi, Ekonomi, Sosial, dan Hukum)

I.2.1. Status Ekologi

Kecamatan Damai terletak di bagian selatan Sungai Mahakam. Damai dibagi

menjadi 16 desa. Kebanyakan (11 desa) terletak di lembah atau tepi sungai.

Sisanya berada di daerah dataran. Dari perspektif lokasi hutan, seluruh desa

terletak di luar kawasan hutan (Kecamatan Damai dalam Angka, 2013).

Diagram 2.

Plot

Percontohan

di Benung

Seperti yang

umum

ditemukan di

Kutai Barat,

kondisi tutupan

lahan di

Kecamatan Damai masih didominasi oleh hutan sekunder muda dan semak.

Hal itu diakibatkan oleh perubahan praktik-praktik budidaya. Di beberapa

13

daerah, pohon karet tua yang tidak produktif dapat dengan mudah ditemukan.

Hampir semua rumah tangga memiliki ‘hutan’ halaman rumah (disebut lembo)

yang berisi berbagai pohon hutan dan buah, serta tanaman sayur musiman.

Lokasi untuk plot percontohan berada di Desa Benung yang merupakan

perkebunan karet beberapa dekade yang lalu. Tutupan lahan berupa alang-

alang (Imperata cylindrica) dan pakis semak dan kadang digunakan oleh

masyarakat setempat sebagai daerah untuk menanam padi ladang.

Topografinya sebagian besar datar. Jarak dari desa tidak jauh (sekitar 2,5 km)

dan ini akan memudahkan masyarakat setempat, dalam hal aksesibilitas, untuk

mengamati komoditas percontohan.

Berdasarkan analisis spasial yang menggunakan referensi dari GIZ dan WWF,

diperkirakan total lahan kritis di Benung mencapai 60% dari total luas desa.

Namun itu masih kecil dibandingkan dengan lahan kritis di tingkat kecamatan

(108.523,46 ha atau 62% dari total luas Damai).

Lokasi plot percontohan berada di bawah sistem tanah Barong Tongkok (BTK)

dan di bawah SPT (Satuan Peta Tanah) 6 dari jenis tanah Hapludults

Dystrudepts3. Jenis tanah ini menjadi kompos dari sedimen di bawah relief

dataran tektonik (dengan kemiringan 3-8%). Sistem tanah BTK cocok untuk

beberapa komoditas pertanian, yaitu pertanian lahan kering, agroforestri,

kelapa sawit, kakao, karet (termasuk singkong), kelapa, kopi, lada.

I.2.2. Status sosial-ekonomi

Jumlah penduduk Desa Benung hanya 108 rumah tangga yang terdiri dari 345

orang: 183 laki-laki dan 162 perempuan (atau 3,58% dari total populasi

kecamatan). Tingkat kepadatan desa ini 2,03 orang/km2. Terkait dengan

pertanian, jumlah rumah tangga pertanian pada tahun 2013 adalah 85%. Para

petani ini bekerja untuk padi ladang, dan beberapa dari mereka

membudidayakan karet, sayuran, termasuk singkong di banyak desa, seperti

JenganDanum, MuaraTokong, Tepulang, dan Keay. Singkong yang ditanam

biasanya digunakan untuk memberi makan ternak mereka (babi).

Terkait pekerjaan, tidak tersedia data mengenai tingkat pengangguran di desa

ini. Selain menjadi petani, mata pencaharian lainnya adalah menjadi guru di

Sekolah Dasar, perawat, dan bidan. Di Desa Benung, menurut data dari

3

14

Kecamatan Damai dalam Angka (2013): terdapat sejumlah kecil keluarga yang

masuk dalam kelompok miskin, hanya 9 keluarga (dari total 108 keluarga di

kecamatan).

Diagram 3.

Budidaya

singkong oleh

masyarakat

setempat

Seperti yang

disebutkan

sebelumnya,

Desa Benung

dan desa-desa

lain di sekitarnya pada dasarnya memiliki praktik pertanian yang sama,

terutama padi ladang yang merupakan mata pencaharian paling umum dari

masyarakat setempat. Ukuran sawah kering lokal ± 75 Ha dengan produktivitas

rata-rata masih di bawah 1,50 ton beras/Ha4.

Komoditas penting lainnya yang menjadi sumber pendapatan keluarga adalah

karet. Jumlah perkebunan di Desa Benung ± 100 Ha dan produktivitas rata-rata

adalah 0,85 ton/Ha. Di tingkat kecamatan, total perkebunan karet adalah 1.235

Ha dengan produksi 792,42 ton dan produktivitas sebesar 1,05 ton/Ha.

Dalam hal lokasi pasar, Desa Benung relatif dekat dengan pasar di kota-kota

besar Barong Tongkok (diakses melalui jalan darat sekitar 20 Km) dan Melak

(diakses melalui jalan darat sekitar 30 Km). Kedua pasar lokal ini untuk

konsumsi singkong. Sementara itu, untuk menuju pasar di Kecamatan Bongan

diperlukan waktu sekitar 3 jam perjalanan.

I.2.3. Status hukum

Sebagian besar lahan di Benung telah diizinkan untuk pihak ketiga, termasuk

hutan dan perusahaan swasta karet. Sekitar 30-45% dari area tersebut adalah

milik masyarakat setempat (dan pemerintahan desa), dan dimanfaatkan

sebagai lading budidaya atau tanaman perkebunan.

.

15

Lokasi plot percontohan perkebunan singkong adalah milik kelompok tani

(status milik pemerintah desa) yang sebelumnya digunakan untuk proyek karet

dari pemerintah. Saat ini wilayah tersebut tidak produktif karena tutupan

lahannya hanya alang-alang dan semak-semak pakis. Terkait konflik di lokasi

percontohan ini, tidak ada konflik lahan, baik antar petani dan pihak luar

lainnya.

Lahan untuk mengembangkan plot percontohan adalah daerah non-hutan atau

APL. Seluruh lahan adalah milik petani di Desa Benung. Bebas konflik di

daerah ini, baik di kalangan petani atau dengan pihak lain seperti perusahaan

karet, perusahaan kelapa sawit, atau perusahaan pertambangan batu bara.

16

II. Tinjauan Pembangunan Berkelanjutan

II.1. Produk dan/atau Jasa

Produk dari rencana usaha ini adalah gaplek organik, yang dihasilkan dari

singkong gajah organik atau singkong gajah (Manihot esculenta Crantz alias

Manihotutilissima Pohl.). Untuk petani lokal di desa, produk ini bukan hal yang

baru karena telah digunakan untuk menghasilkan singkong dan pertanian

organik. Satu-satunya yang baru adalah varietas singkong yang menggunakan

umbi akar raksasa.

Proses produksi gaplek raksasa oleh petani lokal adalah proses yang

sederhana. Gaplek tersebut berasal dari panen umbi singkong segar dari usia

tanaman 8-10 bulan. Umbi ini kemudian diiris dalam potongan kecil dan

dikeringkan dengan menggunakan cahaya matahari alami selama sekitar 3-5

hari. Keripik gaplek kemudian dikemas ke dalam karung (25 kg karung ukuran

normal), dan siap untuk diangkut dan dipasarkan.

Meskipun umbi akar merupakan produk utama, singkong itu sendiri

menawarkan beberapa manfaat

ekonomi lainnya, misalnya, daun

muda yang memiliki protein tinggi

sebagai sayuran, seluruh bagian

dari daun singkong juga berguna

untuk pakan ternak, batangnya

dapat digunakan untuk

membangun pagar untuk

tanaman, kayu bakar atau

sumber bahan organik untuk

kompos. Sementara itu, produk

turunan dari umbi singkong dapat

dibuat camilan fermentasi

singkong atau tape, makanan

sekunder gaplek, tepung gaplek,

dan sebagai sumber bahan baku

industri (makanan dan tekstil) dan

energi bioetanol. Namun, manfaat-manfaat ekonomi tersebut berada di luar

Boks 1. Sistem Panel Surya untuk Pompa Air

Proyek ini akan memasang fotovoltaik surya untuk menghasilkan listrik untuk penggunaan pompa air. Akan ada empat pompa air yang dipasang di 20 hektar plot percontohan. Setiap pompa air akan disuplai 250-500 watt dari instalasi panel surya.

Setiap set sistem fotovoltaik surya terdiri dari 2 panel fotovoltaik dengan kapasitas 50 watt peak (WP) per panel. Sistem tersebut akan dilengkapi dengan pengendali digital dan pengubah daya dengan kapasitas maksimum 500 watt. Listrik akan dihasilkan oleh baterai bebas perawatan dengan kapasitas 100 AH (Ampere Hour).

Dengan sistem di atas, sistem panel surya akan menyuplai listrik untuk sebuah pompa air yang menggunakan daya sekitar 250 watt dari baterai.

Sistem panel surya dan pemasangannya akan disediakan oleh pemerintah daerah sebagai bagian dari aset tetap.

Selama pemasangan, proyek akan meminta kontraktor untuk memberikan pelatihan singkat mengenai pemeliharaan untuk petani lokal. Tujuannya untuk menghindari kesalahan penggunaan oleh masyarakat lokal yang dapat menyebabkan kerusakan atau malfungsi seperti yang biasa terjadi dalam proyek PV surya lainnya di daerah terpencil.

17

cakupan rencana usaha percontohan ini, dan karena itu disarankan sebagai

tahapan potensial di masa mendatang yang perlu dipertimbangkan.

Jika produk tersebut dibandingkan dengan produk lain di daerah Kabupaten

Kutai Barat, gaplek organik Benung memiliki varietas yang berbeda (singkong

gajah dibandingkan dengan umbi singkong biasa), dan karena itu memiliki

kuantitas dan kualitas produk yang berbeda (terutama berbeda untuk kadar

pati). Perbedaan lainnya termasuk penggunaan panel surya yang akan

disediakan oleh proyek untuk menyediakan air tanah untuk proses penyiraman.

Dan juga produk ini akan dijual ke pabrik pengolahan singkong di kecamatan

lain (Bongan di Kutai Barat atau Kota Bangun di Kabupaten Kutai Kartanegara).

Dalam hal penggunaan panel surya untuk penyiraman, proyek ini akan

memasang beberapa panel surya sebagai sumber listrik untuk menyerap air

tanah melalui pipa dari sumur. Air akan disimpan sementara di beberapa

wadah (kapasitas masing-masing ± 5.000 liter) dan kemudian akan

didistribusikan untuk menyiram tanaman. Karena panel surya akan

dioperasikan sendiri oleh petani, mereka bisa menggunakan air untuk

keperluan lainnya, seperti menyiram tanaman sayuran, atau bahkan untuk

keperluan rumah tangga sehari-hari. Praktik ini dapat mendukung pelaksanaan

program hijau di kabupaten tersebut. Berdasarkan data (Kecamatan Damai

dalam Angka, 2013), sebagian besar masyarakat di 13 desa masih

menggunakan air dari sungai untuk konsumsi sehari-hari mereka, sedangkan

3 desa lainnya menggunakan air tanah, dan masih belum ada pasokan air

bersih dari pemerintah daerah atau PDAM . Proyek ini dapat memberikan

contoh sederhana dalam menggunakan panel solar untuk menyediakan air

tanah bagi masyarakat sehingga masyarakat bisa belajar dan menerapkan

untuk diri mereka sendiri.

II.2. Pernyataan Misi, Sasaran, dan Tujuan

III.2.1. Pernyataan Misi

Percontohan pertanian singkong gajah organik untuk menghasilkan gaplek

akan dikembangkan di Kampung Benung, Kecamatan Damai, Kabupaten Kutai

Barat, Provinsi Kalimantan Timur, dengan total luas area 20 hektar.

Pemerintah Kutai Barat dengan kerja sama yang kuat dan dekat dengan Global

Growth Institute Hijau dan beberapa pemangku kepentingan keuangan utama

18

lainnya akan mengembangkan plot percontohan perkebunan singkong.

Kemitraan ini akan berkomitmen untuk memperkenalkan dan mengembangkan

plot percontohan perkebunan singkong,terutama pada lahan-lahan marjinal

atau kritis, fasilitas-fasilitas pendukung dan mengembangkan jaringan pasar

serta penguatan kelembagaan petani. Usaha ini diharapkan dapat

meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan dari lahan kritis dan meningkatkan

pendapatan petani lokal secara bersamaan.

III.2.2. Sasaran dan Tujuan

Sasaran utama plot percontohan singkong gajah organik adalah untuk

menghasilkan pendapatan daerah dengan memanfaatkan lahan kritis atau

tidak produktif rusak dan marjinal di Desa Benung dan sekitarnya di Kecamatan

Damai dengan pemeliharaan lingkungan untuk menghasilkan produk pertanian

yang sehat dan berkelanjutan. Mengenai target, keluarga petani akan

ditargetkan untuk memiliki penghasilan tambahan dan tidak dikategorikan

sebagai keluarga miskin. Berdasarkan Kecamatan Damai dalam Angka (2013),

hanya ada 9 keluarga (dari total 108 keluarga di kecamatan) yang dikategorikan

dalam kelompok miskin. Sayangnya tidak ada data statistik singkong untuk

komoditi ini di tingkat kecamatan atau desa. Namun, dengan menggunakan 20

hektar lahan kritis untuk pertanian singkong organik, produksi singkong di

Damai akan meningkat. Dan yang lebih penting, lahan kritis di desa digunakan

untuk pertanian produktif.

Sedangkan tujuannya meliputi:

Memanfaatkan lahan kritis atau marjinal di Desa Benung,

Kecamatan Damai, seluas 20 Ha.

Memperkenalkan budidaya singkong dan praktik pertanian

organik yang baik, serta bahan pertanian lingkungan bagi lebih

dari 20 keluarga petani di desa.

Meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi lebih dari 85% rumah

tangga petani di Desa Benung (total 108 rumah tangga).

19

Memulai pertanian berkelanjutan dan lingkungan berbasis usaha

kecil dan menengah di 20 Ha daerah dataran rendah di Desa

Benung.

Sehubungan dengan kerangka waktu proyek, dengan pengawasan dan

pemantauan intensif, tujuan-tujuan di atas diharapkan akan dicapai setelah

proyek selesai. Untuk membuat data dasar (baseline) sebelum proyek masuk

dan setelah intervensi proyek, disarankan untuk melakukan survey sosial

ekonomi pra dan pasca-proyek.

II.3. Hubungan dengan Kalimantan Timur

Singkong dan beras sebagai makanan pokok di Indonesia memiliki korelasi

yang erat. Indonesia telah memenuhi kebutuhan swasembada beras pada

pertengahan tahun 1980-an, tetapi sejak itu, pemerintah pusat menghadapi

upaya besar untuk mempertahankan prestasi itu. Situasi ini juga sama di

provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Hingga saat ini, provinsi ini masih

mengimpor 17,25% total permintaan beras dari provinsi lain. Beras yang

mengandung karbohidrat adalah makanan pokok utama provinsi ini.

Ketersediaan karbohidrat sebenarnya juga dapat dipenuhi oleh singkong.

Dengan pengolahan khusus, singkong dapat diubah menjadi singkong beras.

Dibandingkan dengan beras padi, beras singkong lebih unggul karena

meskipun memiliki kandungan karbohidrat yang sama, kadar gula beras

singkong lebih rendah, dan karenanya, beras singkong sangat baik dikonsumsi

oleh penderita diabetes.

Data dari Badan Ketahanan Pangan (Food Service Agency) Provinsi

Kalimantan Timur (2009) menunjukkan bahwa jumlah lahan kering subur di

Kalimantan Timur adalah 2.861.116 Ha dan luas yang ditanami singkong hanya

7.932 Ha, dengan produktivitas 16,03 ton/ha. Kalimantan Timur masih memiliki

lahan potensial yang signifikan untuk mengembangkan pertanian dengan

518.593 Ha (terdiri dari 375.198 Ha di zona APL dan 143.195 Ha di zona KBK)

(sumber: Rembuk Membangun Komitmen Bersama Mewujudkan Ketahanan

Pangan di Kaltim dan Kaltara di Lamin Etam, 28 January 2014). Selain itu, ada

banyak lahan kritis dari bekas penggalian tambang batu bara di Kalimantan

20

Timur dan itu juga potensial untuk pengembangan singkong. Tahun lalu (2013),

pemerintah Kalimantan Timur meluncurkan program penanaman pohon

singkong 1 miliar, dengan varietas raksasa. Program ini berhubungan dengan

kampanye keanekaragaman pangan sebagai bagian dari program

swasembada beras. Peluncuran ini menjadi lebih spesial karena varietas

singkong gajah ini ditemukan oleh dosen/peneliti lokal dari UNMUL (Prof.

Ristono) dan dari sini, saat ini varietas ini menjadi sumber utama bahan

tanaman untuk penyebaran di tingkat nasional. Saat ini, BPTP-Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian (di tingkat provinsi Kalimantan Timur) sedang

meneliti penggunaan wilayah bekas pertambangan batu bara (PT Kitadin) di

Desa Embalut, Kecamatan Tenggarong Seberang di Kutai Kartanegara, untuk

mengembangkan tanaman pangan yang dapat dimakan (termasuk singkong

gajah, semangka, pepaya, dll). Hasil penelitian sejauh ini menjanjikan dan

sedang disiapkan lokasinya dengan paket teknologi tertentu. Selain itu,

Gubernur hadir dalam beberapa kegiatan yang berhubungan dengan

pengoperasian pabrik singkong. Misalnya pada bulan Juli 2013 di Kecamatan

Muara Jawa, Kukar, Gubernur menangani pabrik singkong (kapasitas 60

ton/hari), dan pada bulan Juni 2012 di Sanga-Sanga, Kukar untuk pabrik etanol

berbasis singkong (kapasitas 5.000 liter etanol/hari). Dalam tahun-tahun

mendatang, pabrik produk lain berbasis singkong juga akan didirikan di banyak

kecamatan di Kukar (Kota Bangun, Loa Janan, Tenggarong Seberang,

Samboja, dan Muara Kaman), Kabupaten Kutim dan Paser. Semua ini

menunjukkan pasar potensial untuk singkong di masa mendatang.

Singkong memiliki potensi besar untuk berkembang karena merupakan

tanaman tropis asli dan dengan demikian cocok dan dapat beradaptasi dengan

iklim dan tanah Kutai Barat. Selain itu, komoditas ini sederhana dan mudah

tumbuh dan memiliki tingkat keasaman tanah yang besar dan kesuburan untuk

tumbuh. Selain itu, tanaman ini relatif tidak banyak terpengaruh oleh hama dan

penyakit selama pertumbuhannya. Sehubungan dengan semangat Kaltim hijau

melalui program "satu orang lima pohon", proyek percontohan perkebunan

singkong di Damai dapat mengurangi dan meminimalkan emisi dan

merehabilitasi lahan kritis.

21

III. Penilaian Pasar

III.1. Analisis Eksternal Kondisi Pasar

Untuk pemasaran, harga singkong gajah bervariasi antara Rp 800-1.000/Kg di

tingkat petani. Sementara harga di tingkat industri di antara Rp 1,500-2,500/Kg.

Ini akan tergantung pada jarak transportasi dari lokasi produk.

Seperti telah disebutkan pada bab sebelumnya bahwa produk dari rencana

usaha adalah gaplek, yang dihasilkan dari akar umbi singkong gajah yang

dipanen dari budaya tanam organik. Meskipun singkong itu sendiri umumnya

dibudidayakan oleh petani lokal, varietas Manihot esculenta dan memproduksi

gaplek relatif baru bagi para petani lokal.

Sehubungan dengan masalah kandungan racun dari singkong gajah, BPTP

Kaltim meyakinkan bahwa varietas singkong gajah ini mengandung lebih

sedikit racun cianide hidrogen (HCN). Selain itu, Badan Pengawas Obat Dan

Makanan-BPOM5 menjelaskan bahwa kandungan HCN singkong biasa

berkisar 15-400 mg/kg singkong segar. Menurut FAO6, kandungan HCN

singkong yang diperbolehkan untuk dikonsumsi adalah 50 mg/kg. Sedangkan

kandungan HCN dalam umbi singkong gajah yang segar adalah 2,44 mg/kg.

Petani lokal sejauh ini hanya akrab dengan singkong lokal yang diproduksi

untuk konsumsi atau bahan makan untuk babi mereka. Oleh karena itu, produk

gaplek ini tidak akan dipasarkan di tingkat lokal (desa dan kecamatan Damai),

tetapi akan dipasarkan ke pabrik pengolahan singkong di kecamatan lain

(Bongan) di Kabupaten Kutai Barat atau ke kabupaten lain (Kecamatan Kota

Bangun di Kabupaten Kutai Kartanegara atau Kabupaten Paser).

Pabrik singkong di Kecamatan Bongan (di Desa Siram Makmur, berjarak

sekitar 3 jam) dengan kapasitas lebih dari 50 ton/hari telah dibangun. Menurut

penyuluh setempat dan kepala unit usaha singkong di Bongan, infrastruktur

(mesin dan aksesoris pendukungnya) disediakan oleh APBD (melalui Badan

Ketahanan Pangan) dan unit usaha petani memberikan lahan untuk pabrik.

Bahan baku diharapkan berasal dari petani singkong di desa ini, namun karena

mesin memiliki kapasitas besar, bahan baku lainnya dari desa-desa di luar

sangat diterima untuk menjamin agar mesin dapat berjalan optimal.

5 6

22

Prospek pasar lain untuk gaplek dari Kecamatan Damai ini adalah pabrik

singkong yang terletak di Kecamatan Kota Bangun (di Desa Loleng), sekitar 5

jam perjalanan. Pabrik Mesin ini adalah investasi swasta dari Masyarakat

Singkong Indonesia di Kutai Kartanegara. Investor swasta dari PT Anugerah

Prima Abadi, yang telah menandatangani kerja sama dengan (perusahaan)

pembeli dari Cina, juga siap untuk membeli singkong dari petani; singkong ini

akan diproses dulu menjadi gaplek sebelum diekspor ke Cina.

Di tingkat nasional, pemerintah pusat masih mengimpor singkong sebagai

bahan baku untuk pangan dan pengembangan industri lainnya karena waktu

panen singkong yang tidak merata. Jumlah singkong impor pada tahun 2009

adalah 166.813 ton, kemudian meningkat menjadi 294.832 ton (2010), dan

435.419 ton (2011) (Sumber: Departemen Pertanian, 2012). BPS Nasional

mencatat bahwa pada tahun 2012 jumlah singkong impor hampir mencapai 2

juta ton. Selain itu, jumlah konsumsi tepung terigu meningkat, yaitu sebesar

5.040.000 ton pada tahun 2012 dan 4,12 juta ton di antaranya harus diimpor

(Sumber: APTINDO-Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia).

Tentu saja ini adalah kesempatan besar bagi petani lokal untuk meningkatkan

produksi singkong, untuk menghasilkan produk turunannya, seperti (tepung

tapioka, tepung singkong dan MOCAF- tepung singkong yang dimodifikasi).

Mocaf memiliki peluang besar untuk menggantikan permintaan tepung terigu

yang hingga saat ini masih diimpor.

Namun, untuk terus memasok gaplek dari petani ke pabrik masih perlu skenario

lebih lanjut. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah jumlah pasokan

minimum yang dapat disediakan, kualitas produk (kinerja fisik, ukuran, kotoran

pencemar, kadar air, dll), dan kesinambungan pasokan. Sebuah bagian dari

itu, petani juga perlu mempertimbangkan "strategi 4P": product (produk), price

(harga), promotion (promosi), dan place (tempat/strategi distribusi).

Oleh karena itu, intervensi pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten)

diperlukan dalam bentuk kebijakan dan penyediaan/fasilitasi sumber daya yang

dibutuhkan dengan membangun pabrik-pabrik pengolahan singkong. Fasilitasi

dalam saluran dan strategi pemasaran juga diperlukan untuk memperkuat

posisi tawar pengusaha lokal untuk komoditas singkong ini.

23

III.2. Pembeli Potensial

Gaplek yang dihasilkan dari plot percontohan akan dipasarkan terutama untuk

industri di Kecamatan Bongan dan Kota Bangun. Pada tahun kedua, proyek ini

akan mencoba untuk membuka lebar kemitraan dengan beberapa pihak

penyerap yang besar, seperti Indofood dan industri besar serupa di tingkat

nasional.

Rencana lainnya adalah mendorong pemerintah daerah atau pemerintah

provinsi untuk membangun pabrik baru di Damai atau Melak. Pabrik dapat

menghasilkan rasa atau bahkan turunan seperti bioetanol. Ini akan menjadi

inovasi baru di pasar singkong.

Kemitraan dengan Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) akan dibuka sejak

tahun pertama. Berdasarkan informasi dari anggota MSI, pendapatan kotor per

hektar adalah Rp 70 juta untuk tahun pertama. Pada tahun kedua, petani

berpotensi mengumpulkan laba bersih sebesar Rp 50 juta.

24

IV. Keuangan

IV.1. Proyeksi Keuangan

Produk usaha akhir dari proyek singkong ini adalah gaplek dalam satuan

kuantitas kilogram dan unit moneter Rupiah. Proyeksi area yang digunakan

dalam analisis aspek adalah lahan perkebunan seluas 20 hektar dan didukung

oleh sejumlah petani sebagai pekerja.

Dari persiapan lahan sampai musim panen akan dimulai pada tahun pertama.

Periode proyek akan dihitung untuk proyek 5 tahun dengan 8-9 bulan musim

panen (5 kali panen selama periode proyek).

Investasi tetap selama proyek (5 tahun) adalah Rp 204.500.000 dengan

perhitungan sebagai berikut:

Tabel 1. Investasi aset tetap

Kategori Biaya Total biaya 10 thn

(IDR)

Asumsi

Investasi aset tetap

Gedung 30.000.000 1 unit/5 th

Cangkul

Arit

Pisau panjang

Penyemprot

10.000.000

2.500.000

5.000.000

2.000.000

10 unit/th

10 unit/th

10 unit/th

2 unit/2 th

Sumur air tanah + pompa

Alkon

Wadah air + selang +

kerangka

26.000.000

88.000.000

1 unit Per 5 ha untuk 20

tahun

1 unit per 5 ha untuk 5

tahun

Panel Surya (listrik) 16.000.000 1 unit per 5 ha untuk 20

tahun

Baterai/aki kering 25.000.000 1 unit per 1 unit untuk 2

tahun

Total investasi Aset Tetap 204.500.000

Biaya operasional selama periode proyek (10 tahun) adalah Rp 4.955.593.987

dengan rincian sebagai berikut:

25

Tabel 2. Biaya Operasional Proyek Singkong selama 10 tahun

JENIS KUANTITAS TOTAL BIAYA

Bibit

160.800

batang 96.480.000

/Pupuk Organik "G1 WIJAYA"

48.000

kg 5.760.000.000

Cairan Coklat "G1 WIJAYA"

40.000

botol 1.400.000.000

Pestisida Cair"G1 WIJAYA"

10

LS 20.000.000

Pengangkutan (SBY - KUBAR) -

KONTAINER

3

ret 118.500.000

Karung

100

lembar 40.473.414

Pembukaan lahan (paket) 1 ls/ha 100.000.000

Pengolahan tanah dengan traktor

tangan

1 ls/ha 809.468.290

Tanggul/gundukan tanah 1 ls/ha 809.468.290

Pembuatan lubang 1 ls/ha 404.734.145

Penanaman 1 ls/ha 809.468.290

Penanaman kembali selama periode

penanaman

4 orang 129.514.926

Penyiangan, pengurukan &

pembabatan

4 orang 323.787.316

Pemupukan 4 orang

24.000.000

Penyiraman 2 orang

323.787.316

Pengendalian hama 2 orang

161.893.658

Panen 10 orang 647.574.632

Pasca panen (pengepakan dan

transportasi)

4 orang 129.514.926

26

JENIS KUANTITAS TOTAL BIAYA

Pengawas 1 orang 728.521.461

Total biaya 12.837.186.663

Tabel 3. Proyeksi keuangan untuk proyek singkong

Kategori Biaya Total biaya 10 tahun

(IDR)

Total biaya per ha

(IDR)

Investasi aset tetap 204.500.000 10.225.000

Operasional 4.486.983.268 224.349.163

Total dana yang diperlukan 4.691.483.268 234.574.163

Total investasi aset tetap sebesar Rp 204.500.000 dan pendanaan tunai untuk

biaya operasional selama 10 tahun adalah Rp 4.486.983.268 per 20 Ha atau

Rp 224.349.163 per ha. Biaya operasional meliputi benih, pupuk, dan tenaga

kerja. Jadi secara keseluruhan, proyek manihot selama 10 tahun

membutuhkan dana investasi sebesar Rp 4.691.483.268 atau Rp 234.574.163

per ha.

Analisis titik impas (break event point-BEP) menunjukkan bahwa proyek ini

akan mencapai BEP Rp 277.355.782 atau 389.691 kg untuk 20 ha. Kelayakan

investasi dapat dianalisis dengan Nilai Bersih Saat ini (Net Present Value-

NPV), Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return-IRR), Periode

Pengembalian (Payback Period-PP), Tingkat Pengembalian Rata-rata

(Average Rate of Return -ARR), dan Index Keuntungan (Profitability Index-PI)

seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 4. Analisis NPV, IRR, Periode Pengembalian, ARR, dan PI

Kategori Nilai Status

Nilai Bersih Sekarang (NPV)

IDR

2,738,161,741

Layak

Tingkat Pengembalian Internal (IRR)

10.076 % Menguntungkan

Periode Pengembalian (PP)

6.37 Bisa Utang

Indeks Profitabilitas (PI)

2.22 Menguntungkan

27

Tingkat Pengembalian Rata-Rata

43.82 % Menguntungkan

NPV menunjukkan nilai positif dan berarti bahwa proyek singkong ini layak

untuk dilaksanakan. Sementara IRR mencapai 10,076% dan berada di atas

suku bunga deposito (6,00%/tahun). Sedangkan nilai ARR 43,82% merupakan

nilai persentase yang lebih tinggi dari keuntungan yang diharapkan (tingkat

keuntungan yang diharapkan adalah 10%). Payback period menunjukkan

bahwa investasi untuk proyek singkong akan benar-benar kembali ke bank

setelah 8 tahun (PP adalah 6,37).

IV.2. Rencana Keuangan

Proyek singkong di Benung, Kutai Barat dapat dibiayai oleh beberapa pihak

atau kemitraan termasuk PNPM, Credit Union, BPD, dan BRI dengan

memberikan pinjaman lunak kepada kelembagaan petani. Namun, peran

pemerintah kabupaten dan provinsi masih sangat diharapkan untuk

memberikan dukungan keuangan tambahan lainnya kepada petani. Dukungan

dari pemerintah daerah sangat diperlukan karena lembaga keuangan di atas

memiliki plafon yang terbatas untuk memberikan pinjaman lunak, sedangkan

proyek ini membutuhkan dukungan pendanaan yang sangat besar.

Perhitungan dan analisis menunjukkan bahwa lembaga keuangan hanya

menyediakan dana operasional untuk setiap tahun, dan sisanya akan

disediakan oleh pemerintah daerah. Total dana aset tetap yang harus

disediakan oleh program pemerintah daerah adalah Rp 204.500.000 untuk

durasi proyek 10 tahun.

Analisis rasio menunjukkan bahwa proyek dapat dijalankan dengan 71,48%

utang dari pihak ketiga dari jumlah investasi, dan dengan margin rasio utang

2,392.93%. Utang mungkin meliputi seluruh modal kerja dalam 10 tahun

proyek. Sementara itu, dukungan dana pemerintah diharapkan sebesar

28.52% (rasio ekuitas) dan rasio marjin terhadap ekuitas sebesar 5,998.13%.

Perbandingan antara nilai utang dan modal ekuitas sebesar 2,5: 1 (utang

terhadap ekuitas 250,66%).

Risiko finansial yang memungkinkan dalam proyek ini adalah ketika pemerintah

daerah tidak dapat memberikan investasi awal, terutama untuk menyediakan

aset tetap. Dengan kondisi tersebut, proyek harus dilakukan dengan teknologi

28

manual atau konvensional. Namun, dukungan dari lembaga keuangan mutlak

diperlukan. Tanpa dukungan mereka, tidak mungkin melaksanakan proyek ini

karena dibutuhkan dana yang sangat besar untuk proyek ini.

IV.3. Asumsi-asumsi

Proyeksi keuangan dibuat dengan beberapa asumsi.

Tingkat pertumbuhan pendapatan rata-rata per tahun sebesar 2%,

Laju inflasi tahunan rata-rata sebesar 9,7%,

Tingkat bunga pinjaman rata-rata 19% (sistem suku bunga tahunan),

Tingkat bunga deposito rata-rata sebesar 6,25% (sistem suku bunga

tahunan).

Tingkat Keuntungan yang diharapkan adalah 10%

Sejumlah catatan dalam proyek ini:

Pemupukan dengan pupuk organik "G1 Wijaya" hanya diterapkan untuk

tahun pertama (tergantung pada sifat fisik dan kimia tanah) periode

pertumbuhan bibit. Pupuk organik ini akan mengembalikan kesuburan

tanah7, sehingga tidak akan diterapkan kembali untuk tahun berikutnya.

Namun, untuk menjamin kesuburan tanah yang berkelanjutan,

penggunaan pupuk organik yang seimbang (nutrisi makro dan mikro)

sangat penting.

Pemupukan akan dilakukan dua kali per tahun dengan interval waktu 2,5

bulan, dengan meletakkan di 4 titik di sekitar pohon dengan jarak 0,5

meter dari pohon.

Pemda Kutai Barat diharapkan membiayai8 keterlibatan LSM yang akan

membantu petani lokal dalam memproduksi briket kayu dan pelet dari

kayu Leban.

IV.4. Risikso dan Solusinya

Beberapa risiko dalam proyek singkong organik meliputi:

7

8

29

Proyek ini sangat tergantung pada intervensi pemerintah (13,6%) dari

investasi awal. Jika pemerintah tidak dapat memberikan intervensi

mereka, maka proyek harus menyesuaikan teknologi energi surya untuk

menyiram ladang menjadi penyiraman manual.

Jika lembaga keuangan tidak dapat memberikan kredit dalam jumlah

besar9, itu akan menjadi hambatan yang signifikan bagi para petani. Ini

mungkin diselesaikan dengan memecah kredit dari beberapa lembaga

keuangan.

9

30

V. Implementasi Strategis

Pengembangan Manihot esculenta berpotensi strategis untuk memberikan

alternatif sumber makanan dan biofuel. Umbi spesies ini dapat dipanen dalam

8-9 bulan dengan rasa lezat dan renyah. Proyek ini akan memproduksi

gaplek10. Secara fisik, Manihot esculenta memiliki akar kuat yang membantu

menghemat air dan mengurangi erosi termasuk menyimpan CO2.

V.1. Operasional

Budidaya singkong (Manihot esculenta) akan menghasilkan produk yang

optimal di bawah curah hujan 150-200 mm pada usia 3 bulan, 250-300 mm

pada 4-7 bulan, dan 100-150 mm saat dekat masa panen. Untuk menghindari

pertumbuhan yang tidak sempurna, suhu harus di atas 10oC dan kelembaban

di antara 60-65% dengan sinar matahari rata-rata 10 jam per hari.

Tahapan budidaya meliputi:

Tahap persiapan, meliputi penyediaan bibit, pupuk organik, dan

penyiraman singkong;

Penanaman dan panen, meliputi penanaman, pemupukan,

pemeliharaan, penyiraman, dan panen;

Pasca panen, meliputi pengolahan singkong berdasarkan permintaan

pasar.

V.1.1. Tahapan Kegiatan

Tahapan budidaya Manihot esculenta adalah sebagai berikut:

V.1.1.1. Menyiapkan bibit

Bibit berasal dari varietas unggul yang toleran terhadap kondisi kering, rendah,

atau pH tinggi, keracunan Al, dan secara efektif memanfaatkan P yang

terkandung dalam Al dan Ca. Bibit menjadi tanaman dewasa dalam 10-12

bulan. Batangnya memiliki diameter sekitar 2,5 cm, lurus dan tidak ada tunas.

V.1.1.2. Pengolahan media tanam

Sebelum mengolah media tanam, pH tanah perlu diukur terlebih dulu. Selain

itu, sampel tanah perlu dianalisis di laboratorium untuk mengidentifikasi

ketersediaan bahan organik dan nutrisi. Kemudian, proyek harus menentukan

10

31

waktu tanam. Pengaturan volume produksi harus dipertimbangkan karena

akan berkaitan dengan estimasi harga pasar pada musim panen.

Penting untuk membersihkan gulma dan akar pada tahap pembukaan lahan

untuk memberikan ruang pertumbuhan yang baik bagi akar singkong.

Kemudian, gundukan disiapkan setelah penyiapan lahan mencapai 70%.

Tujuan membuat gundukan adalah untuk memudahkan pemeliharaan dan

membersihkan gulma liar.

Untuk meningkatkan pH tanah, harus ada kalsifikasi dengan menggunakan

kalsit (CaCO3) dengan dosis 2,5 ton/ha. Ini bisa dilakukan saat membajak

tanah atau membuat gundukan. Pada saat tersebut juga perlu menyuntikkan

bakteri mychorrizaor yang bisa menstimulasi proses biologi tanah agar nutrisi

fosfat menjadi lebih mudah larut dan mudah diserap oleh akar tanaman. pH

tanah yang cocok untuk singkong adalah antara 4,5-8,0; idealnya adalah pH

5,8.

V.1.1.3. Teknik penanaman

Jarak tanam singkong adalah 1 x 1 m di lahan kering. Waktu tanam yang ideal

adalah di awal musim hujan atau setelah penanaman padi. Bagian-bagian kecil

(stek) dari batang Manihot esculenta harus direndam dalam cairan pupuk

organik MIG-6 Plus. Selain itu, stek singkong ditanam dengan kedalaman

sepertiga dari stek (5-10 cm).

V.1.1.4. Pemeliharaan

Penanaman kembali akan dilakukan untuk menggantikan stek yang mati atau

abnormal. Ini akan dilakukan pada pagi hari atau sore hari untuk menghindari

cuaca panas. Selain itu, penyiangan dilakukan setidaknya dua kali dalam satu

periode penanaman. Periode kritis untuk penyiangan adalah antara minggu 5-

10 setelah tanam. Jika penyiangan tidak terkontrol selama minggu-minggu

kritis maka produktivitas akan menurun 75%.

Langkah terakhir adalah membuat gundukan agar tanah tetap gembur. Hal ini

dapat dilakukan selama penyiangan untuk efisiensi biaya dan tenaga kerja.

V.1.1.5. Pemupukan

Pemupukan yang sama (N, P, K) akan menggunakan pupuk organik dengan

dosis 1/3: 1: 1/3. Pemupukan dengan menggunakan MiG-6 lebih efisien dari

segi kuantitas. Pupuk akan digunakan di setiap lubang tanam. Proyek ini akan

32

membutuhkan 5 ton/ha pupuk kandang. Tiga hari sebelum menggunakan

pupuk kandang, lahan harus sudah menggunakan 2 liter MiG-6 Plus/hektar

dengan komposisi 1 liter Mig-6 Plus dicampur dengan 200 liter air. Semprotkan

ke lahan, terutama di lubang tanam atau area yang akan menggunakan pupuk

kandang.

MiG-6 Plus juga harusdigunakan saat singkong berusia 2 bulan, dengan

komposisi 2 liter; 2 liter pada usia 4 bulan; 2 liter saat 6 bulan; dan 2 liter saat

8 bulan.

V.1.1.6. Penyiraman dan Penyemprotan

Kondisi gundukan Manihot esculenta yang telah ditanam hingga 4-5 bulan

harus dalam kondisi lembab tetapi tidak basah. Penyiraman dan penyemprotan

harus diterapkan ketika tanah kering. Pasokan air dari sumur akan mengalir ke

tangki air di dekat lokasi. Ini akan menjamin pasokan air untuk penyiraman dan

penyemprotan.

V.1.1.7. Pengendalian hama

Pestisida dapat digunakan jika ada indikasi serangan hama pada singkong.

Penyemprotan pestisida dilakukan di pagi atau sore hari dengan dosis sesuai

dengan tingkat serangan. Proyek ini akan mencoba menggunakan biopestisida

dan mengurangi penggunaan pestisida kimia.

V.1.1.8. Panen

Panen dapat dilakukan ketika singkong berusia 6-12 bulan, tergantung pada

permintaan pasar. Panen singkong dilakukan hanya dengan menarik keluar

batangnya dari tanah. Potong akar/umbi dari batang sesuai ukuran yang

diminta, keringkan dengan menggunakan matahari terbit, dan dikumpulkan ke

sebuah tempat dan dimasukkan ke dalam karung. Kemudian siap untuk

dipasarkan.

V.1.1.9. Pengolahan pasca panen

Pengolahan pasca panen tergantung pada permintaan pasar. Umbi spesies ini

dapat dipanen pada usia 8-9 bulan dengan rasa lezat dan renyah, singkong

dapat menghasilkan turunannya, seperti geplak dan sayuran pengganti

lainnya. Sedangkan umbi dengan usia 9-12 bulan mengandung kadar pati yang

tinggi dan sangat baik untuk tepung gaplek, tepung tapioka, tepung terigu

pengganti, pupuk organik dari singkong, dan bioetanol.

33

V.1.2. Kerangka Waktu Produksi

The time frame of production may be drawn as followings:

Kerangka waktu produksi dapat disusun sebagai berikut:

Tabel 5. Kerangka waktu kegiatan

No. Tahapan Kerja Kerangka Waktu (bulan)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Menyediakan stek

2. Pengolahan tanah

3. Penanaman

4. Pemeliharaan

5. Pemupukan

6. Penyiraman dan

penyemprotan

7. Penyemprotan pestisida

8. Panen

9. Pasca panen

V.2. Sumber Daya dan Perlengkapan

Berdasarkan perhitungan awal, pekerja lapangan untuk proyek ini disusun

dalam Tabel di bawah ini:

Tabel 6. Tahapan kegiatan terkait jumlah tenaga kerja, kerangka

waktu, dan biaya

Tahapan Kerja Tenaga

Kerja

(orang)

Durasi Kerja

(hari/bulan)

Biaya

(Rp)

Pembukaan lahan (paket) 1 4 5.000.000

Membajak lahan dengan

traktor

1 5 2.000.000

Pembuatan gundukan 1 5 2.000.000

Pembuatan lubang tanam 1 5 1.000.000

Penanaman 1 10 1.000.000

Penanaman kembali 4 2 200.000

Pemeliharaan 4 5 200.000

34

Pemupukan 4 30 200.000

Penyemprotan 2 30 200.000

Pengendalian hama dan

penyakit

2 5 200.000

Panen 10 5 200.000

Pasca panen 4 10 200.000

Pengawas 1 12 800.000

Sepuluh orang akan dipekerjakan dalam proyek ini untuk kegiatan mulai dari

persiapan lahan, penanaman singkong, panen, dan pengolahan pasca panen.

Proyek ini juga membutuhkan pengawas untuk mengontrol dan mengawasi

pekerjaan mulai dari persiapan lahan sampai pasca panen.

Para pekerja berasal dari Benung, atau desa lain di dekat Benung seperti Keay,

Tepulang atau Jengan Danum. Para petani akan diberikan serangkaian

pelatihan yang berkaitan dengan penyiapan lahan, perkebunan, pemeliharaan,

dan proses pasca panen.

V.3. Manajemen dan Organisasi

Manajemen dan organisasi dalam proyek singkong ini mencakup tiga

komponen penting:

Kelompok petani di bawah badan hukum Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM)

Unit usaha singkong (singkong gajah) berperan mengumpulkan seluruh

produk dari petani dan memasarkannya kepada pembeli.

Unit kredit akan memberikan pinjaman lunak kepada petani.

V.3.1. Organisasi Petani

Organisasi berbasis masyarakat (KSM) adalah organisasi petani di kabupaten

Damaisub, khususnya di desa Benung. KSM berperan sebagai tempat diskusi

dan pertukaran informasi, termasuk pembangunan kapasitas. KSM adalah

kelompok petani lokal, khususnya petani singkong di setiap desa di kecamatan

untuk meningkatkan kehidupan mereka dengan mengembangkan singkong

(singkong gajah) sebagai komoditas. TSM akan membuka kemitraan dengan

35

Masyarakat Singkong Indonesia untuk meningkatkan peran dan fungsi KSM di

Damai, terutama dalam meningkatkan keterampilan dan pengetahuan petani.

V.3.2. Unit Usaha

Unit usahas berfungsi untuk menjual/memasarkan produk panen dari petani

kepada pembeli berdasarkan permintaan. Unit usaha berada di bawah struktur

KSM tetapi badan hukumnya mungkin berupa koperasi atau entitas lain (seperti

UD, CV, PT, KSU11) yang berperan memfasilitasi proses pemasaran. Ini akan

menghindari praktik monopoli dan mendapatkan harga yang lebih baik di

tingkat petani. Kemitraan dengan MSI (Masyarakat Singkong Indonesia) harus

dikembangkan untuk mendukung KSM dan unit usahanya dalam memperbesar

jaringan pemasaran kepada mitra MSI.

V.3.3. Unit Kredit

Di Kecamatan Damai, ada Credit Union (CU Sepekat Ningkah Olo) yang

beroperasi sejak beberapa tahun yang lalu dan membuka kantor di Desa

Jengan Danum. Sebagian besar masyarakat setempat di Damai adalah

anggota CU Sepekat Ningkah Oloh dengan jumlah anggota 5.300 orang

dengan 4 loket pembayaran. Unit kredit akan menjadi bagian dari struktur KSM

di mana anggota KSM adalah anggota dari unit credit juga.

Aset CU Sepekat Ningkah Olo mencapai Rp 82 miliar. Dengan menerapkan

suku bunga 1-1,25% per bulan atau sama dengan 8% per tahun, CU Sepekat

Ningkah Olo memberikan kemudahan bagi anggota untuk menerima pinjaman

lunak untuk kebutuhan mereka, terutama untuk tujuan pertanian. Sementara

itu, dibandingkan dengan bank lokal di Kutai Barat, skema kredit oleh bank lokal

berlaku 0,8% per bulan (berfluktuasi) berdasarkan tingkat saat ini. Menurut

kantor pusat Bank Kaltim di Samarinda, mereka memiliki program untuk

memberikan pinjaman untuk sektor agribisnis, termasuk singkong. Sebuah

bagian dari proyek singkong di Kota Bangun telah didukung oleh Bank Kaltim

bekerja sama dengan Masyarakat Singkong Indonesia (MSI).

Alternatif lain untuk membiayai KSM secara memadai dapat digunakan dari

pinjaman lunak lokal yang diberikan oleh pemerintah daerah Kutai Barat. Kredit

dapat diterima melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat Kutai Barat yang

11 UD: Usaha Dagang, CV: Persekutuan Komanditer, PT: Perseroan Terbatas, KSU: Koperasi Serba Usaha

36

menyediakan kredit mikro hingga Rp 5 juta per Kegiatan Usaha Masyarakat.

Sedangkan Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kutai Barat

memberikan pinjaman lunak hingga IDR 100 juta per kegiatan usaha

masyarakat dengan tingkat bunga 0,5% per bulan.

Berdasarkan informasi ini, hubungan komponen struktur/organisasi dapat

digambarkan sebagai berikut:

Diagram 4. Organisasi dan unitnya dalam KSM

Terkait dengan fungsi manajemen dan organisasi di atas, semua petani yang

terlibat sebagai anggota organisasi harus menandatangani perjanjian yang

terkait dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Itu akan ditulis dalam perjanjian

pengembangan usaha untuk proyek singkong antara petani dan tiga unit

organisasi.

V.4. Analisis SWOT

Terkait dengan pengembangan proyek Manihot esculenta di Damai, analisis

SWOT mutlak diperlukan. Termasuk di dalamnya adalah dua faktor eksternal

dan dua faktor internal. Faktor eksternal meliputi peluang dan ancaman.

Sedangkan faktor internal merupakan kekuatan dan kelemahan. Atau dari

sudut pandang lain, Kekuatan dan Peluang dapat dianggap sebagai faktor

positif, dan Kelemahan dan Ancaman adalah faktor negatif.

Kelompok tani

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)

Unit Keuangan (CU, BPR, PNPM)

Unit Usaha (UD, CV, PT, KSU)

De

ng

an

du

kun

gan

dar

i

Msy

arak

at

Sin

gko

ng

Ind

on

esi

a/

MS

I

37

Analisis SWOT proyek singkong di desa Benung Kecamatan Damai

digambarkan sebagai berikut:

V.4.1. Kekuatan (Strengths)

Lahan kritis di Damai adalah area besar yang berpotensi dan akan menjadi

faktor penting dalam pengembangan proyek. Berdasarkan hasil analisis,

terdapat sekitar 108,523.46 hektar lahan kritis di Kecamatan Damai. Sebagian

besar lahan tersebut terletak di kawasan non-hutan.

Teknologi dalam budidaya singkong tidak terlalu diperlukan karena tahapannya

biasanya dilakukan oleh petani lokal. Hal ini menyebabkan kemauan dan

antusiasme petani lokal untuk terlibat dalam proyek tersebut.

Kekuatan yang lain terkait dengan pinjaman lunak dari CU di Damai. Credit

Union telah menyediakan skema kredit untuk budidaya manihot cassava. Jika

proyek ini cukup berhasil, maka lembaga keuangan lokal lainnya juga akan

memberikan skema kredit yang sama.

V.4.2. Kelemahan (Weaknesses)

Manihot esculenta atau biasa dikenal dengan singkong raksasa (singkong

gajah) merupakan varietas yang baru ditemukan dan spesies endemik di

Kalimantan Timur. Produksi umbi mungkin 10 kali dari spesies singkong biasa.

Namun, Manihot esculenta tidak dikenal secara umum oleh petani setempat.

Hal ini menyebabkan salah urus dan kesulitan untuk mengolahnya di lahan

mereka. Selain pengalaman dan keterampilan, informasi dan pengetahuan

tentang bagaimana cara mengolah Manihot esculenta masih terbatas.

Kondisi lain yang dikategorikan sebagai kelemahan terkait dengan

kelembagaan/organisasi petani. Keterampilan manajemen organisasi petani

sangat rendah. Hal ini menyebabkan terbatasnya pasar yang dapat diakses

dan disuplai.

V.4.3. Peluang (Opportunities)

Salah satu prioritas pengembangan pertanian di Kalimantan Timur seperti yang

diumumkan oleh gubernur Kaltim terpilih—Awang Farouk Ishak dan Mukmin

Faisal—adalah mengintensifkan pengembangan pangan alternatif selain

beras. Program penanaman Manihot esculenta merupakan salah satu prioritas

provinsi Kalimantan Timur. Pengurangan ketergantungan pada beras tidak

hanya untuk pilihan makanan, tetapi juga untuk tujuan lain, termasuk energi.

38

Manihot esculenta memiliki kandungan yang sangat baik untuk bioetanol

sebagai energi alternatif untuk masa depan kita.

Selain itu, pasar Manihot esculenta semakin baik dan luas. Cina adalah negara

yang telah menginvestasikan dana mereka untuk mengembangkan industri

tapioka di Kalimantan Timur. Investor Cina juga telah memindahkan industri

mereka di Sulawesi Tengah ke Kalimantan Timur karena peluang di Kalimantan

Timur lebih baik daripada Sulawesi Tengah.

Dukungan besar dari pemerintah daerah Kutai Barat adalah faktor lain yang

mendukung proyek ini. Pemda Kutai Barat telah berkomitmen untuk

memberikan pinjaman lunak untuk pengembangan proyek singkong. Komitmen

ini juga didukung oleh MSI (Masyarakat Singkong Indonesia) dengan

memperkuat jaringan pemasaran.

V.4.4. Ancaman (Threats)

Para petani singkong yang terlibat dalam proyek singkong di Kecamatan Damai

akan menghadapi setidaknya dua ancaman, termasuk ketersediaan sarana

produksi singkong dan ketidakpastian pasar.

Karena program ini diperkenalkan secara gencar dan intensif oleh pemerintah

provinsi, ketergantungan kepada pemerintah provinsi akan tinggi. Ini akan

mencakup ketersediaan bibit, dana, dan sarana produksi lainnya. Tanpa

dukungan yang besar dari pemerintah kabupaten setempat, akan sulit bagi

petani untuk menanam.

Sementara itu, pasar juga terbatas pada beberapa industri tanpa ada informasi

tentang bagaimana pasokan dari petani singkong yang ada dan kapasitas

pabrik. Kelebihan pasokan dari petani akan menjadi ancaman serius bagi

proyek ini, selain ketidakpastian harga di tingkat petani atau industri.

Tabel 7. Analisis SWOT proyek percontohan Manihot esculenta di

Benung, Kutai Barat

Eksternal Internal

39

Kekuatan (S)

1. Lahan untuk budidaya

singkong Manihot

esculenta tersedia banyak

di Desa Benung

2. Budidaya singkong

(Manihot esculenta)

sangat sederhana, tidak

perlu teknologi tinggi,

hampir sama dengan

menanam singkong

spesies lainnya.

3. Petani lokal di Benung

bersedia dan antusias

melakukan budidaya

Manihot esculenta

4. Mendukung organisasi

untuk menyediakan kredit

dan pemasaran telah

disiapkan.

Kelemahan (W)

1. Manihot esculenta adalah

varietas baru yang belum

pernah ditanam dalam

skala besar.

2. Manajemen organisasi

lemah. Kapasitasnya masih

rendah.

3. Keterampilan dan

pengetahuan tentang cara

budidaya Manihot

esculenta terbatas

4. Tidak tersedia pengawas

atau penasihat di Benung

atau Damai

V.4.5. Strategi Pengembangan Usaha

Berdasarkan analisis SWOT di atas, strategi pengembangan usaha adalah

sebagai berikut:

V.4.5.1. Strategi pengembangan organisasi petani Manihot

esculenta;

Bekerja sama erat dengan MSI untuk meningkatkan manajemen

organisasi, termasuk pengetahuan tentang budidaya, pemasaran,

jaringan dan pengawasan.

Meningkatkan kelompok tani untuk menjadi Organisasi Berbasis

Masyarakat (KSM) sebagai kelompok besar petani singkong (Manihot

esculenta). Penting untuk membantu komunikasi antarpetani dalam

40

membahas masalah yang dihadapi selama penanaman, aspek

kelembagaan dan pembiayaan usaha.

Sosialisasi kepada petani terkait strategi pengembangan singkong,

peluang usaha, peluang pasar, ketersediaan lahan yang memadai, dan

budidaya.

V.4.5.2. Strategi budidaya singkong (Manihot esculenta)

Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mengenai budidaya untuk

meningkatkan produktivitas dan turunannya.

Sosialisasi hasil penelitian kepada para petani terkait Manihot esculenta.

Dukungan dari pemerintah provinsi dan kabupaten untuk

mengembangkan proyek singkong

V.4.5.3. Strategi pengembangan unit kredit

Pengembangan kemitraan dengan credit union/CU di Benung atau

Damai untuk memberikan pinjaman lunak untuk proyek ini

Kerja sama yang kuat dengan pemerintah daerah Kutai Barat untuk

mendapatkan pengetahuan teknis dan pinjaman lunak untuk

mendukung proyek untuk memastikan keberlanjutan usaha.

V.4.5.4. Strategi pengembangan unit usaha

Membangun unit usaha untuk mengumpulkan dan memasarkan produk-

produk dari petani

Mendukung program pemerintah dengan memanfaatkan lahan kritis

yang tidak dikelola di Damai, terutama dalam memasok alternatif

makanan dan biofuel melalui budidaya Manihot esculenta.

Perluasan perkebunan untuk memasok industri.

Membangun kemitraan yang kuat dengan MSI (Masyarakat Singkong

Indonesia), terutama untuk segmen pasar dan jaringan.

Meningkatkan kapasitas petani dalam pengelolaan keuangan dan

pemasaran

41

VI. Manfaat Pertumbuhan Hijau

VI.1. Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca

Menurut Christanty12 et al. (1996), penelitian menunjukkan bahwa singkong

pada usia 2-9 bulan berpotensi menyerap 0,1422-3,3584 ton/ha. Dengan

proyek seluas 25 hektar, potensi cadangan karbon dari budidaya singkong

adalah 2,844-83,96 tC.

Hal penting lainnya dalam proyek ini adalah penggunaan energi surya untuk

mengaktifkn pompa air di daerah percontohan. Dengan total konsumsi 250-300

watt per pompa air, proyek ini akan menggantikan penggunaan generator listrik

dengan panel surya yang akan bersih dari emisi. Jumlah pengurangan emisi

per pompa air dengan menggunakan sistem panel surya adalah 35.156,7945

kgCO2/bulan13 atau 1.757.839,725 kgCO2/periode panen untuk seluruh

wilayah percontohan.

VI.2. Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan

Aspek ini menyoroti pentingnya keluaran ekonomi nasional, provinsi dan

kabupaten (PDB), didukung sedemikian rupa sehingga menghasilkan

pembangunan sosial berbasis luas dan kemakmuran.

Pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat setempat, khususnya di

Damai akan meningkat jika institusi dan pasar jaringan petani lokal diperkuat.

Pendapatan lokal per bulan untuk petani di Desa Benung adalah Rp 2.000.000

– 1.500.000. Sedangkan jika petani memiliki minimal 2 hektar lahan, proyek

singkong akan memberikan kontribusi untuk menghasilkan setidaknya Rp 50

juta per 10 bulan atau Rp 5 juta per bulan. Artinya, kenaikan lebih dari 100%

dari pendapatan yang akan diterima oleh petani.

VI.3. Ekosistem yang Sehat dan Produktif

Bagian ini menyoroti pertumbuhan yang menopang modal alam, terutama stok

alam yang memasok aliran jasa ekosistem penting secara berlanjut. Stok ini,

misalnya, menyediakan air bersih, memberikan kontribusi penting bagi

pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan manusia tetapi sering diabaikan

dalam pengambilan keputusan karena mereka tidak dilihat sebagai masukan

dalam produksi ekonomi.

42

Sebuah lingkungan yang lebih baik yang dihasilkan dari penggunaan bahan

ramah lingkungan menunjukkan bahwa perkebunan singkong akan

mengurangi tidak hanya emisi, tetapi juga sumber daya tidak efektif dan tidak

efisien lainnya. Dampak dari ini, ekosistem dan lingkungan akan lebih sehat,

produktif, dan berkelanjutan. Khusus untuk kebakaran hutan/lahan di lahan

yang ditinggalkan atau tidak dikelola akan berisiko tinggi dan menyebabkan

masalah kesehatan.

VI.4. Pertumbuhan yang Inklusif dan Adil

Pilar pertumbuhan yang inklusif dan adil menyoroti pertumbuhan untuk

kepentingan masyarakat, baik yang di daerah perkotaan maupun pedesaan,

yang kaya maupun yang terpinggirkan. Dimensi ini merupakan tujuan utama

dari pertumbuhan hijau, dan sangat berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi

dan kualitas lingkungan. Negara-negara dengan tingkat kemiskinan dan

ketimpangan yang lebih tinggi cenderung mendapatkan manfaat lebih dari

intervensi pertumbuhan hijau.

Jumlah orang miskin di Kutai Barat adalah 11.256 orang atau sekitar 22,31%

dari total rumah tangga (Kutai Barat Dalam Angka, 2013). Sementara itu, di

Damai 770 orang berada di bawah garis kemiskinan atau sekitar 8% dari total

penduduk Damai. Diharapkan bahwa proyek akan memberikan kontribusi

peningkatan pendapatan yang signifikan di Benung dari budidaya singkong. Ini

setidaknya akan mengurangi kemiskinan di Damai.

VI.5. 6.5. Ketahanan Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan

Ketahanan sosial, ekonomi, dan lingkungan sangat terkait dengan

pertumbuhan yang membangun ketahanan ekonomi, keuangan, sosial, dan

lingkungan dan tentang kemampuan sistem untuk menahan guncangan

eksternal (misalnya beradaptasi dengan dampak fisik dari perubahan iklim,

diversifikasi sektor ekonomi, ketahanan pangan, mata uang, dan stabilitas

perdagangan).

Budidaya singkong di desa Benung tidak hanya akan memberikan kontribusi

pada ketahanan sosial ekonomi, tetapi juga meningkatkan ketahanan

lingkungan dengan menggunakan kompos pupuk kandang dan pupuk organik,

dan menggantikan listrik dari fosil (generator) ke sistem panel surya.

43

Menggunakan limbah singkong untuk pakan babi juga akan berkontribusi

terhadap efisiensi dan efektivitas produk.

44

Lampiran

Lampiran 1. Analisis Keuangan Perkebunan Aren Gunung Rempah

JENIS NILAI PENJELASAN

KEMAMPUAN MEMENUHI

PERSYARATAN MODAL (IDR)

43.066.817 Kemampuan dana

maksimum > dana yang

disediakan

PERIODE MODAL KERJA

DALAM BEBERAPA TAHUN

20 Periode kerja komoditas

proyek

TOTAL KREDIT 2.648.915.76

4

Total pinjaman dari pihak

ketiga (lembaga

keuangan)

PERIODE KREDIT DALAM

BEBERAPA TAHUN

5 Periode pinjaman

PENDAPATAN SEBELUM

PAJAK (IDR)

125.828.876.

037

pendapatan bersih

sebelum pajak selama

periode proyek

PENDAPATAN SEBELUM

PAJAK (RATA-RATA - IDR)

6.291.443.80

2

pendapatan bersih rata-

rata sebelum pajak

selama periode proyek

PENDAPATAN SETELAH

PAJAK (TOTAL - IDR)

124.262.895.

161

total pendapatan bersih

setelah pajak selama

periode proyek

PENDAPATAN SETELAH

PAJAK (RATA-RATA- IDR)

6.213.144.75

8

pendapatan bersih rata-

rata setelah pajak selama

periode proyek per tahun

LABA BERSIH SETELAH

BUNGA (TOTAL - IDR)

123.313.129.

189

total pendapatan bersih

setelah dikurangi bunga

pinjaman selama periode

proyek

LABA BERSIH SETELAH

BUNGA (RATA-RATA - IDR)

6.165.656.45

9

total pendapatan bersih

rata-rata setelah

dikurangi bunga pinjaman

45

JENIS NILAI PENJELASAN

selama periode proyek

per tahun

Nilai Bersih Sekarang (NPV)

(IDR)

12.073.242.2

32

nilai sekarang dari arus

kas bersih dari

pengeluaran investasi

(harus bernilai positif)

Tingkat Pengembalian Internal

(IRR)

37% Persentase yang

dihasilkan pendapatan

bersih harus lebih tinggi

dari suku bunga pinjaman

Tingkat Pengembalian Rata-

rata (ARR)

345% persentase rata-rata

pendapatan bersih harus

lebih tinggi dari perkiraan

persentase tingkat

pendapatan

Periode Pengembalian (PP) 6,03 periode pengembalian

investasi (dalam tahun,

harus di bawah periode

proyek)

Index Profitabilitas (PI) 34,73 nilai sekarang di masa

depan dibandingkan

dengan nilai investasi

saat ini harus di atas 1

Titik Impas (BEP) (IDR) 1.181.945.41

9

Penjualan minimum

dalam Rupiah dalam satu

periode panen

Titik Impas (BEP) (UNIT) - total kuantitas penjualan

minimum dalam satu

musim

RASIO OPERASI 19,65% Total biaya produksi

harus di bawah nilai jual

(di bawah 100%)

46

JENIS NILAI PENJELASAN

RASIO MARGIN OPERASI 80,35% Nilai profit sebelum pajak

di atas nilai perkiraan

laba + pajak pendapatan

RASIO MARGIN BERSIH 79,35% nilai pendapatan setelah

pajak di atas nilai

perkiraan laba

TINGKAT PENGEMBALIAN

INVESTASI (ROI)

657,46% nilai laba sebelum pajak

di atas 100% nilai

investasi aset tetap

TINGKAT PENGEMBALIAN

INVESTASI BERSIH

649,28% nilai laba setelah pajak di

atas nilai investasi aset

tetap

OMSET ASET 818,23% 0

OMSET MODAL KERJA

525,28% nilai jual di atas 100%

modal kerja

MARGIN UNTUK RATIO

UTANG

4691,09% 0

MARGIN UNTUK RASIO

EKUITAS

12985,54% nilai jual di atas 100%

modal kerja

RASIO UTANG 73,46% perbandingan dengan

rasio ekuitas

RASIO EKUITAS 26,54% perbandingan dengan

rasio utang

RASIO UTANG TERHADAP

MODAL KERJA

8,89% utang dibandingkan

modal kerja

UTANG TERHADAP EKUITAS 276,81% utang dibandingkan

modal sendiri

47

Lampiran 2.Ringkasan Analisis Keuangan

NO. Aspek Nilai indikator Ringkasan Analisis Penjelasan Status

1

Kemampuan

memenuhi

persyaratan

modal

Nilai positif - positive value YA

2

Periode

Pengembalian

(PP)

Periode

Pengembalian <

pengembalian

maksimum

1 tahun 0.33 BULAN 8 HARI PP = 1,06 TIDAK

3

Nilai Bersih

Sekarang

(NPV)

Nilai Bersih

Sekarang (NPV) > 0 8.258.026.219 NPV > 0 YA

4

Indeks

Profitabilitas

(PI)

Indeks Profitabilitas

(PI) > 1 17,39 PI > 1 YA

5

Tingkat

Pengembalian

Internal (IRR)

Tingkat

Pengembalian

Internal (IRR) >

PERKIRAAN LABA

154,006% laba > 19% YA

6

Tingkat

Pengembalian

Rata-rata

(ARR)

Tingkat

Pengembalian

Rata-rata (ARR) >

PERKIRAAN

Tingkat

Pengembalian

Perhitungan

Minimum

342,11% ARR > 10% YA

7 Titik Impas

(BEP)

277.355.782 IDR YA

389.691 KG

8 Analisis Rasio LABA

OPERASIONAL 73 % > 11% YA

48

PENJUALAN

(EBIT/PENJUALAN)

LABA

OPERASIONAL

TERHADAP BIAYA

(EBIT/BIAYA)

266 % > 89% YA

LABA BERSIH

PENJUALAN

(EAT/PENJUALAN)

72 % > 10% YA

LABA BERSIH

TERHADAP BIAYA

(EAT/BIAYA)

264 % > 90% YA

49

Lampiran 3. Analisis Aset Tetap

JENIS KUANTI

TAS

HARGA/

KUANTITA

S

TOTAL

HARGA

USIA DEPRESIASI

TH BLN @ TAHUN

@BULA

N @ MUSIM TOTAL

Lahan 20 ha

-

- 10 120

-

-

-

-

Bangunan 1

uni

t

15.000.000

15.000.000 5 60

3.000.000

250.000

3.000.000

30.000.00

0

Cangkul 10

uni

t

100.000

1.000.000 1 12

1.000.000

83.333

1.000.000

10.000.00

0

Arit 10

uni

t

25.000

250.000 1 12

250.000

20.833

250.000

2.500.000

Parang 10

uni

t

50.000

500.000 1 12

500.000

41.667

500.000

5.000.000

Penyemprot

Serangga 2

uni

t

200.000

400.000 2 24

200.000

16.667

200.000

2.000.000

Sumur+

pompa air

dalam 4

set

13.000.000

52.000.000 20 240

2.600.000

216.667

2.600.000

26.000.00

0

Galon air

5000 liter +

Pipa +

Kerangka 4

set

11.000.000

44.000.000 5 60

8.800.000

733.333

8.800.000

88.000.00

0

Fotovoltaik

Surya

+Pengendali

+ Pengubah 4

set

8.000.000

32.000.000 20 240

1.600.000

133.333

1.600.000

16.000.00

0

50

Baterai

Bebas

Perawatan

(MF) 4

set

1.250.000

5.000.000 2 24

2.500.000

208.333

2.500.000

25.000.00

0

TOTAL

150.150.00

0

20.450.00

0

1.704.1

67

20.450.00

0

204.500.0

00

51

Lampiran 4. Analisis Titik Impas (Break Event Point)

JENIS TOTAL

HASIL DALAM SATUAN PRODUKSI 24.000.000

HARGA JUAL PER SATUAN PRODUKSI 712

TOTAL SALES 17.081.564.760

JENIS TOTAL

Bangunan 30.000.000

Cangkul 10.000.000

Arit 2.500.000

Parang 5.000.000

Penyemprot Serangga 2.000.000

Sumur + pompa air dalam 26.000.000

Galon air 5000 liter + Pipa + Kerangka 88.000.000

Fotovoltaik Surya + Pengendali + Pengubah 16.000.000

Baterai Bebas Perawatan (MF) 25.000.000

TOTAL BIAYA TETAP 204.500.000

JENIS TOTAL

BIAYA BIBIT

-

BIBIT (STEK BATANG SINGKONG)++ 160.800.000

Total biaya “bibit” 160.800.000

BIAYA PUPUK

-

Pupuk Organik "G1 WIJAYA" 1.304.760.000

Cairan Coklat "G1 WIJAYA" 60.888.800

Pestisida Cair Organik 217.460.000

Pengiriman (SBY - KUBAR) - KONTAINER 858.967.000

total biaya pupuk 2.442.075.800

BIAYA BAHAN LAINNYA

-

52

JENIS TOTAL

karung 15.709.958

Total biaya lain 15.709.958

BIAYA TENAGA KERJA

-

Pembukaan lahan (paket) 200.000.000

Pembajakan lahan dengan traktor 157.099.577

Pembuatan gundukan 157.099.577

Pembuatan lubang tanam 78.549.789

Penanaman 157.099.577

Penanaman kembali 25.135.932

Pemeliharaan 62.839.831

Pemupukan 377.038.985

Penyemprotan 188.519.493

Pengendalian hama dan penyakit 31.419.915

Panen 157.099.577

Pasca panen 125.679.662

Supervisor Pengawas 150.815.594

Total biaya tenaga kerja 1.868.397.510

TOTAL BIAYA VARIABEL 4.486.983.268

JENIS NILAI

TOTAL PENJUALAN

17.081564.760

HARGA PENJUALAN/KUANTITAS

712

TOTAL BIAYA TETAP

204.500.000

TOTAL BIAYA VARIABEL

4.486.983.268

BIAYA VARIABEL/KUANTITAS

187

ANALISIS

53

BEP dalam MONETER (TOTAL AREA)

277.355.781,58

IDR

BEP dalamUNIT (TOTAL AREA)

389.691,39 KG

54

Lampiran 5. Unit Peta Tanah Kutai Barat

55

Lampiran 6. Peta Sistem Lahan Damai