RENCANA STRATEGIS LINGKUNGAN HUTAN KONSERVASI … · Pembangunan Nasional. Dalam penyusunan dokumen...
Transcript of RENCANA STRATEGIS LINGKUNGAN HUTAN KONSERVASI … · Pembangunan Nasional. Dalam penyusunan dokumen...
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT PEMANFAATAN JASA LINGKUNGAN HUTAN KONSERVASI
TAHUN 2015-2019
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Direktorat Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem
Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi 2015
i Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019
KATA PENGANTAR
Rencana Strategis Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi Tahun 2015-2019 disusun sebagai amanat dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam penyusunan dokumen ini mengacu pada Rencana Strategis Direktorat Jenderal KSDAE Tahun 2015-2019 dan Rencana Strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015-2019. Dokumen perencanaan jangka menengah ini dimaksudkan sebagai pedoman dan acuan dalam
melaksanakan langkah-langkah strategis pencapaian sasaran Kegiatan Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi, agar upaya pemanfaatan jasa lingkungan di kawasan konservasi dapat berjalan pada arah yang benar, mencapai sasaran secara efektif dan efisien.
Berdasarkan tuntutan dinamika kebijakan nasional dan berdasarkan dokumen Renstra Direktorat KSDAE serta dokumen Renstra KLHK, kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan di kawasan konservasi 2015-2019 diharapkan mendukung empat sub agenda nasional yaitu ketahanan air, ketahanan energi, pariwisata dan pelestarian sumberdaya alam & lingkungan hidup dan pengelolaan bencana. Dokumen ini juga diharapkan dapat menjadi instrumen dalam upaya-upaya pencapaian sasaran Program Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem dari kegiatan Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi, beserta indikator kinerja yang telah ditetapkan secara berjenjang. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Rencana Strategis Direktorat PJLHK Tahun 2015-2019 menjabarkan strategi pencapaian sasaran kegiatan dan target kinerja kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan dengan memperhatikan kondisi pemungkin, tahapan-tahapan, komponen kegiatan baik yang dilaksanakan di pusat maupun di UPT, target lokasi pencapaian kinerja dan verifier yang harus dipenuhi sebagai bukti capaian kinerja.
Besar harapan kami bahwa Rencana Strategis Direktorat PJLHK Tahun 2015-2019 ini dapat dipedomani dalam rancang tindak seluruh aparatur di lingkungan Direktorat Jenderal KSDAE dalam pelaksanaan kegiatan Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi lima tahun mendatang. Kepada para pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan dokumen perencanaan ini, kami sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan atas waktu, tenaga dan pemikirannya. Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita sekalian, untuk dapat mewujudkan era baru pemanfaatan jasa lingkungan dalam pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan.
Dr. Ir. Bambang Supriyanto, M.Sc
NIP. 19631004 199004 1 001
Bogor, 23 November 2015 Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi
ii Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................. i
Daftar Isi ........................................................................................... ii
Daftar Tabel ...................................................................................... iii
Daftar Gambar ................................................................................... vi
Daftar Lampiran ................................................................................. vii
Ringkasan Eksekutif ........................................................................... viii
I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Kondisi Umum ................................................................. 1
B. Capaian Pembangunan Bidang Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi Hingga Tahun 2014...........
7
C. Potensi dan Permasalahan ................................................ 16
II. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS ........................ 29
III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI ............................................ 34
A. Arah Kebijakan Pembangunan Lingkungan Hidup dan
Kehutanan ...................................................................... 35
B. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan KSDAE ............. 36
C. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Pemanfataan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi ................
37
D. Kerangka Regulasi ........................................................... 41
E. Kerangka Kelembagaan ................................................... 44
IV. TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ....................... 45
A. Target Kinerja .................................................................. 45
B. Kerangka Pendanaan ........................................................ 67
C. Partisipasi dan Kerjasama Para Pihak ................................. 68
V. PENUTUP ............................................................................... 70
Daftar Pustaka
Lampiran
iii Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019
DAFTAR TABEL Tabel Halaman
Tabel 1 Jumlah Unit dan Luas Kawasan Konservasi ......................... 7
Tabel 2 Capaian Pengusahaan Pariwisata Alam Tahun 2010-2014... 9
Tabel 3 Capaian Izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan air Tahun
2010-2014..............................................................................
11
Tabel 4 Jumlah MoU Pemanfaatan Jasa Lingkungan Air yang belum
dikonversi menjadi Izin sampai Akhir 2014............................
12
Tabel 5 Perkembangan Jumlah PNBP Periode 2008 – 2014 ............ 13
Tabel 6 Penyelenggaraan Karbon Hutan (DA-REDD+) di Kawasan
Konservasi...............................................................................
15
Tabel 7 Perkembangan Jumlah Mitra Bina Cinta Alam (Kader
Konservasi (KK), KPA dan KSM/KP .......................................
16
Tabel 8 Jumlah Kunjungan Wisatawan Manca Negara dan
Wisatawan Nusantara Tahun 2009-2014 ...............................
18
Tabel 9 Ketersediaan dan Kebutuhan Air di Indonesia ....................... 19
Tabel 10 Potensi distribusi titik panas bumi pada kawasan hutan di
Indonesia ................................................................................
23
Tabel 11 Hubungan Keterkaitan antara Sasaran Strategis KLHK,
Sasaran Program KSDAE dan Kegiatan ................................
37
Tabel 12 Hubungan Keterkaitan antara Agenda/Sub Agenda
Nasional, Sasaran Strategis, Sasaran Program KSDAE,
Kegiatan dan IKK Bidang Pemanfaatan Jasa Lingkungan
Kawasan Konservasi ..............................................................
40
Tabel 13 IKK dan Target Kinerja Kegiatan Pemanfaatan Jasa
Lingkungan Kawasan Konservasi ..........................................
45
Tabel 14 Proyeksi capaian target IKK Jumlah kunjungan wisata ke
kawasan konservasi minimal sebanyak 1,5 juta orang
wisatawan mancanegara ........................................................
46
Tabel 15 Tahapan dan waktu pelaksanaan komponen kegiatan IKK
Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi minimal
sebanyak 1,5 juta orang wisatawan mancanegara ................
49
Tabel 16 Verifier dalam rangka pencapaian IKK Tahun 2015-2019 49
iv Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019
IKK Jumlah Kunjungan Wisata ke Kawasan oservasi
minimal sebanyak 1,5 juta orang wisatawan mancanegara
selama 5 tahun........................................................................
Tabel 17 Proyeksi capaian target IKK Jumlah kunjungan wisata ke
kawasan konservasi minimal sebanyak 20 juta orang
wisatawan nusantara ..............................................................
50
Tabel 18 Tahapan dan waktu pelaksanaan komponen kegiatan IKK
Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi minimal
sebanyak 20 juta orang wisatawan nusantara .......................
52
Tabel 19 Verifier dalam rangka pencapaian IKK Tahun 2015-2019
IKK Jumlah Kunjungan Wisata ke Kawasan konservasi
minimal sebanyak 20 juta orang wisatawan nusantara
selama 5 tahun .......................................................................
53
Tabel 20 Proyeksi capaian target IKK Jumlah unit usaha pemanfaatan
pariwisata alam di kawasan konservasi bertambah
sebanyak 100 unit dari baseline tahun 2013 ..........................
53
Tabel 21 Tahapan dalam pencapaian IKK “Jumlah unit usaha
pemanfaatan pariwisata alam di kawasan konservasi
bertambah sebanyak 100 unit dari baseline tahun 2013” dan
waktu pelaksanaan .................................................................
57
Tabel 22 Verifier dalam rangka pencapaian IKK Jumlah unit usaha
pemanfaatan pariwisata alam di kawasan konservasi
bertambah sebanyak 100 unit dari baseline tahun 2013 .......
57
Tabel 23 Proyeksi capaian target IKK Jumlah pemanfaatan jasa
lingkungan air yang beroperasi di kawasan konservasi
bertambah sebanyak 25 unit selama 5 tahun ........................
58
Tabel 24 Tahapan dalam pencapaian IKK “Jumlah pemanfaatan jasa
lingkungan air yang beroperasi di kawasan konservasi
bertambah sebanyak 25 unit” dan waktu pelaksanaan ..........
59
Tabel 25 Verifier dalam rangka pencapaian IKK Jumlah pemanfaatan
jasa lingkungan air yang beroperasi di kawasan konservasi
bertambah sebanyak 25 unit ..................................................
60
Tabel 26 Proyeksi capaian target IKK Jumlah pemanfaatan energi air
dari kawasan konservasi untuk keperluan mini/micro hydro
power plant bertambah sebanyak minimal 50 unit selama 5
60
v Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019
tahun ......................................................................................
Tabel 27 Tahapan dalam pencapaian IKK “Jumlah pemanfaatan
energi air dari kawasan konservasi untuk keperluan
mini/micro hydro power plant bertambah sebanyak minimal
50 unit” dan waktu pelaksanaan ............................................
62
Tabel 28 Verifier dalam rangka pencapaian IKK Jumlah pemanfaatan
energi air dari kawasan konservasi untuk keperluan
mini/micro hydro power plant bertambah sebanyak minimal
50 unit .....................................................................................
63
Tabel 29 Proyeksi capaian target IKK Jumlah Unit Usaha
pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi yang beroperasi
di kawasan konservasi sebanyak 5 izin selama 5 tahun ........
63
Tabel 30 Tahapan dalam pencapaian IKK “Jumlah Unit Usaha
pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi yang beroperasi
di kawasan konservasi sebanyak 5 izin” dan waktu
pelaksanaan ...........................................................................
64
Tabel 31 Verifier dalam rangka pencapaian IKK Jumlah Unit Usaha
pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi yang beroperasi
di kawasan konservasi sebanyak 5 izin .................................
65
Tabel 32 Proyeksi capaian target IKK Jumlah registrasi atau sertifikasi
Verified Carbon Standard (VCS) atau Climate, Community
and Biodiversity Alliance (CCBA) REDD+ pada 2 unit
kawasan konservasi ...............................................................
66
Tabel 33 Tahapan dalam pencapaian IKK “Jumlah registrasi atau
sertifikasi Verified Carbon Standard (VCS) atau Climate,
Community and Biodiversity Alliance (CCBA) REDD+ pada
2 unit kawasan konservasi” dan waktu pelaksanaan .............
66
Tabel 34 Verifier dalam rangka pencapaian IKK Jumlah registrasi
atau sertifikasi Verified Carbon Standard (VCS) atau
Climate, Community and Biodiversity Alliance (CCBA)
REDD+ pada 2 unit kawasan konservasi ...............................
67
vi Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1 Bagan Struktur Organisasi Direktorat Pemanfaatan Jasa
Lingkungan Hutan Konservasi (PJLHK) (Sumber:
Lampiran Permen LHK Nomor P.18/MenLHK-II/2015) ....
3
Gambar 2 Komposisi Pegawai Direktorat PJLHK berdasarkan
tingkat pendidikan sampai Akhir 2014...............................
4
Gambar 3 Sustainable Development Trilogy ..................................... 5
Gambar 4 Emisi dari berbagai sektor (Sumber: IPCC Fourth
Assessment Report, 2007) ...............................................
25
Gambar 5 Pemetaan Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan
Ancaman ..........................................................................
27
Gambar 6 Visi dan Misi Pembangunan Nasional 2015-2019 ........... 30
Gambar 7 Sembilan Agenda Prioritas Nasional 2015-2019 ............. 31
Gambar 8 Tujuan Pembangunan Lingkungan Hidup dan Kehutanan
2015-2019 ........................................................................
32
Gambar 9 Sasaran Strategis Pembangunan Lingkungan Hidup dan
Kehutanan ........................................................................
33
vii Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Target Lokasi Pelaksanaan IKK Jumlah Kunjungan
Wisata ke Kawasan oservasi minimal sebanyak 1,5 juta
orang wisatawan mancanegara selama 5 tahun ..............
72
Lampiran 2 Target Lokasi Pelaksanaan IKK Jumlah Kunjungan
Wisata ke Kawasan oservasi minimal sebanyak 20 juta
orang wisatawan nusantara selama 5 tahun ....................
73
Lampiran 3 Target Lokasi Pelaksanaan IKK Jumlah unit usaha
pemanfaatan pariwisata alam di kawasan konservasi
bertambah sebanyak 100 unit dari baseline tahun 2013 ..
74
Lampiran 4 Target Lokasi Pelaksanaan IKK “Jumlah pemanfaatan
jasa lingkungan air yang beroperasi di kawasan
konservasi bertambah sebanyak 25 unit”..........................
75
Lampiran 5 Target Lokasi Pelaksanaan IKK “Jumlah pemanfaatan
energi air dari kawasan konservasi untuk keperluan
mini/micro hydro power plant bertambah sebanyak
minimal 50 unit” ................................................................
75
Lampiran 6 Target Lokasi Pelaksanaan IKK “Jumlah Unit Usaha
pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi yang
beroperasi di kawasan konservasi sebanyak 5 izin” ........
76
Lampiran 7 Target Lokasi Pelaksanaan IKK “Jumlah registrasi atau
sertifikasi Verified Carbon Standard (VCS) atau Climate,
Community and Biodiversity Alliance (CCBA) REDD+
pada 2 unit kawasan konservasi ......................................
76
Lampiran 8 Proyeksi Pembiayaan Pencapaian Kegiatan
Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi
2015-2019 ........................................................................
77
viii Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019
RINGKASAN EKSEKUTIF
Penyelenggaraan pemanfaatan jasa lingkungan di kawasan
konservasi menjadi tanggung jawab pemerintah selaku pengelola negara
yang dalam hal ini secara teknis menjadi tugas Direktorat Pemanfaatan
Jasa Lingkungan Hutan Konservasi (PJLHK). Berdasarkan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.18/MenLHK-II/2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, mengamanatkan bahwa Direktorat PJLHK mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan bimbingan teknis, dan
supervisi pelaksanaan urusan di daerah bidang pemanfaatan jasa
lingkungan hutan konservasi.
Dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya, Direktorat PJLHK
didukung dengan perangkat organisasi sesuai Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.18/MENLHK-II/2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, yang terdiri dari: (1) Sub Direktorat Pemanfaatan Jasa
Lingkungan Air, (2) Sub Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata
Alam, (3) Sub Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Panas Bumi dan
Karbon, (4) Sub Direktorat Promosi dan Pemasaran, dan (5) Sub Bagian
Tata Usaha.
Direktorat Jenderal KSDAE telah melakukan analisis rancang tindak
untuk mewujudkan mandat pembangunan berkelanjutan dan
menghasilkan empat nilai strategis yang dapat diekstrak berdasarkan
mandat, tugas dan fungsi, obyek yang dikelola, serta fungsi dari masing-
masing obyek, yaitu 1) Pengelolaan dan Pemangkuan Kawasan Hutan; 2)
Kawasan Konservasi sebagai Benteng Terakhir; 3) Potensi Jasa
Ekosistem; 4) Konvensi dan Kesepahaman Internasional.
Nilai strategis ketiga merupakan merupakan tanggung jawab
Direktorat PJLHK. Kawasan konservasi menyediakan potensi berbagai
jenis jasa ekosistem/jasa lingkungan. Pengelolaan kawasan konservasi
ix Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019
secara bijaksana akan mampu mengubah potensi jasa lingkungan
menjadi potensi ekonomi riil dan menghasilkan multiplier effect yang
sangat besar. Sampai akhir tahun 2014, unit kawasan konservasi di
Indonesia berjumlah 521 unit terdiri dari Cagar Alam (227 unit), Suaka
Margasatwa (81 unit), Taman Nasional (50 unit), Taman Wisata Alam (115
unit), Taman Buru (13), Taman Hutan Raya (23 unit), KSA-KPA (18 unit),
dengan luas total mencapai 27.108.486,54 hektar. Pada 521 unit kawasan
konservasi tersebut, menyimpan berbagai keunikan fenomena alam yang
berpotensi sebagai obyek dan daya tarik wisata alam (ecotourism),
potensi sumberdaya air, potensi panas bumi (geothermal) dan potensi
karbon hutan.
Obyek dan daya tarik wisata alam (ODTWA) di kawasan konservasi
mampu mendatangkan jumlah kunjungan wisata selama tahun 2014
sebesar 6.111.613 orang, yang terdiri dari wisatawan nusantara sebanyak
5.584.656 orang dan wisatawan mancanegara sebanyak 526.957 orang.
Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2014
tentang Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP yang berlaku pada Kementerian
Kehutanan, ODTWA di kawasan konservasi tersebut mampu
menghasilkan PNBP pada tahun 2014 sebesar Rp. 68.160.229.054.
Kawasan konservasi tersebut juga menyimpan potensi sumberdaya
air sebesar ±600 Milyar M3. Potensi tersebut dapat dimanfaatkan massa
airnya maupun aliran airnya untuk keperluan energi. Sejak
diberlakukannya Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.64/Menhut-
II/2013 tentang Pemanfaatan Air dan Energi Air di Suaka Margasatwa,
Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam, maka
pemanfaatan massa air dan aliran air di kawasan konservasi dapat
dilakukan secara legal melalui mekanisme perizinan. Izin pemanfaatan air
tersebut dapat dilakukan pada areal pemanfaatan air yang telah
ditetapkan. Berdasarkan peraturan tersebut volume air yang dapat
dimanfaatkan baik untuk keperluan komersial maupun non komersial
maksimum sebesar 50% dari debit air minimal di kawasan konservasi
tersebut. Sampai akhir tahun 2014 telah diterbitkan sebanyak 64 unit izin
x Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019
pemanfaatan jasa lingkungan air, terdiri dari Izin Pemanfaatan Air (IPA)
sebanyak 63 unit (49 unit berlokasi di taman nasional, 7 unit di taman
wisata alam dan 7 unit di suaka margasatwa) dan Izin Pemanfaatan
Energi Air (IPEA) sebanyak 1 unit berlokasi di taman nasional.
Kawasan konservasi juga menyimpan potensi listrik dari geothermal
sebesar kurang lebih 6,16 GW atau sebesar 22% dari potensi panas bumi
yang berada pada kawasan hutan di Indonesia. Potensi panas bumi di
kawasan konservasi tersebut tersebar di taman nasional, taman wisata
alam dan cagar alam.
Dalam konteks perubahan iklim global, keberadaan hutan berperan
sebagai penyerap dan penyimpan karbon (Carbon sink). Kawasan
konservasi di Indonesia menyimpan karbon kurang lebih 625 Giga Ton
CO2. Vegetasi dan tanah mampu menyimpan 7.500 Giga Ton CO2 (dua
kali CO2 yang ada di atmosfir). Hutan mampu menyimpan 4.500 Giga Ton
CO2 (lebih besar daripada di atmosfir). Hutan tropis dapat menyimpan
karbon sekitar 40% dari hutan dunia. Tegakan di hutan tropis dapat
menahan karbon sekitar 50% lebih besar dari kapasitas tegakan di luar
hutan tropis. Penyelenggaraan karbon hutan pada periode 2010-2014
merupakan tahap penyelenggaraan Demonstration Activities-Reducing
Emission from Deforestation and Forest Degradation (DA-REDD). Sampai
akhir tahun 2014 telah terdapat tiga kawasan konservasi yang telah
mendapatkan persetujuan DA-REDD dari Menteri Kehutanan yaitu TN
Berbak, TN Sebangau dan TN Meru Betiri.
Pada periode pembangunan menengah 2015-2019, pembangunan
bidang pemanfaatan jasa lingkungan hutan konservasi melanjutkan
pembangunan pada periode 2010-2014 dan mengembangkan potensi
jasa lingkungan yang lain. Berdasarkan dinamika pembangunan nasional,
isu-isu strategis, hasil identifikasi, monitoring dan evaluasi, maka
pembangunan pemanfaatan jasa lingkungan hutan konservasi dilakukan
secara berjenjang mengikuti sasaran strategis Kementerian Lingkungan
Hidup dan sasaran program konservasi sumberdaya alam dan ekosistem.
xi Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019
Sasaran kegiatan Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan
Konservasi adalah terjaminnya efektifitas pemanfaatan jasa lingkungan
hutan konservasi. Arah kebijakan dalam rangka mewujudkan sasaran
kegiatan tersebut adalah: 1) mendukung Sub agenda nasional bidang
pariwisata melalui pemanfaatan potensi sumberdaya hutan dan
lingkungan hutan secara lestari untuk meningkatkan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan serta meningkatkan devisa
dan PNBP dari pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi; 2)
mendukung Sub Agenda Nasional bidang Ketahanan Air melalui
pemanfaatan potensi sumberdaya hutan dan lingkungan hutan secara
lestari untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang
berkeadilan serta meningkatkan devisa dan PNBP dari pemanfaatan jasa
lingkungan kawasan konservasi; 3) mendukung Sub Agenda Nasional
bidang Ketahanan Energi melalui pemanfaatan potensi sumberdaya hutan
dan lingkungan hutan secara lestari untuk meningkatkan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan serta meningkatkan devisa
dan PNBP dari pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi; dan 4)
mendukung Sub Agenda Nasional bidang pelestarian SDA, LH dan
Pengelolaan Bencana melalui pelestarian keseimbangan ekosistem dan
keanekaragaman hayati serta keberadaan SDA sebagai sistem
penyangga kehidupan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan
serta peningkatan efektifitas pengelolaan hutan konservasi dan upaya
konservasi keanekaragaman hayati.
Dalam upaya mewujudkan sasaran kegiatan Pemanfaatan Jasa
Lingkungan Kawasan Konservasi 2015-2019, dicapai melalui 7 (tujuh)
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), yaitu:
1) Jumlah kunjungan wisata ke Kawasan Konservasi minimal 1,5 juta
orang wisatawan mancanegara selama 5 tahun
2) Jumlah kunjungan wisata ke Kawasan Konservasi minimal 20 juta
orang wisatawan nusantara selama 5 tahun
3) Jumlah unit usaha pemanfaatan pariwisata alam di kawasan
konservasi bertambah sebanyak 100 unit dari baseline tahun 2013
xii Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019
4) Jumlah pemanfaatan jasa lingkungan air yang beroperasi di kawasan
konservasi bertambah sebanyak 25 unit
5) Jumlah pemanfaatan energi air dari kawasan konservasi untuk
keperluan mini/micro hydro power plant bertambah sebanyak minimal
50 unit
6) Jumlah unit usaha pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi yang
beroperasi di kawasan konservasi sebanyak minimal 5 unit.
7) Jumlah registrasi atau sertifikasi Verified Carbon Standard (VCS) atau
Climate, Community and Biodiversity Alliance (CCBA) REDD+ pada 2
unit Kawasan Konservasi.
Secara indikatif, kebutuhan pendanaan pelaksanaan Kegiatan
Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi tahun 2015-2019,
atau selama periode rencana srategis sebesar Rp.722.725.314.000,-.
Pendanaan indikatif tersebut terbagi pada Direktorat PJLHK sebesar RP
47.225.314.000,-, UPT KSDA sebesar Rp 305.500.000.000,- dan UPT
Taman Nasional sebesar Rp 370.000.000.000,-. Untuk lebih
mengoptimalkan pencapaian sasaran dan target kinerja Kegiatan
Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi kebutuhan
pendanaan tersebut masih perlu ditunjang dengan kerjasama para pihak
serta investasi dari sektor swasta, LSM/NGOs dan CSOs.
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Kondisi Umum Tren pemanfaatan kawasan konservasi terus berkembang.
Sebelumnya konservasi hanya ditujukan untuk konservasi dan
pengembangannya diprioritaskan kepada perlindungan dan pengawetan
hidupan liar. Beberapa tahun terakhir pengembangan tersebut cenderung
ke arah pemanfaatan secara lestari dan kecenderungan tersebut semakin
menguat dari waktu ke waktu bersamaan dengan tuntutan bahwa setiap
entitas kawasan konservasi harus dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat dan para pihak.
Paradigma baru pemanfaatan hutan yang berbasis sumberdaya
hutan (forest resource based management) telah membuka peluang bagi
pemanfaatan jasa lingkungan yang sebelumnya masih terabaikan. Hal
tersebut mendorong terjadinya pergeseran nilai jasa lingkungan hutan
yang semula merupakan barang tidak bernilai (non marketable goods)
menjadi barang bernilai (marketable goods). Perubahan apresiasi nilai
tersebut membawa konsekuensi untuk upaya pengaturan dan
pengendalian agar pemanfaatan jasa lingkungan dapat berkelanjutan.
Penyelenggaraan pemanfaatan jasa lingkungan di kawasan
koservasi menjadi tanggung jawab pemerintah selaku pengelola negara
yang dalam hal ini secara teknis menjadi tugas Direktorat Pemanfaatan
Jasa Lingkungan Hutan Konservasi (PJLHK). Berdasarkan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.18/MenLHK-II/2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, mengamanatkan bahwa Direktorat PJLHK mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan bimbingan teknis, dan
supervisi pelaksanaan urusan di daerah bidang pemanfaatan jasa
lingkungan hutan konservasi. Dalam melaksanakan tugas tersebut
Direktorat PJLHK menyelenggarakan fungsi:
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 2
1. Penyiapan perumusan kebijakan kerjasama pemanfaatan jasa
lingkungan kawasan konservasi, pemanfaatan jasa lingkungan wisata
alam, pemanfaatan jasa lingkungan air, pemanfaatan jasa lingkungan
panas bumi dan karbon, serta promosi dan pemasaran;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan kerjasama pemanfaatan jasa
lingkungan kawasan konservasi, pemanfaatan jasa lingkungan wisata
alam, pemanfaatan jasa lingkungan air, pemanfaatan jasa lingkungan
panas bumi dan karbon, serta promosi dan pemasaran;
3. Penyiapan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan kerjasama
pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi, pemanfaatan jasa
lingkungan wisata alam, pemanfaatan jasa lingkungan air,
pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi dan karbon, serta promosi
dan pemasaran;
4. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria kerjasama
pemanfaatan jasa lingkungan di kawasan cagar alam, suaka
margasatwa, taman nasional, taman wisata alam, taman hutan raya,
dan taman buru;
5. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan bimbingan
teknis kerjasama pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi,
pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam, pemanfaatan jasa
lingkungan air, pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi dan karbon,
serta promosi dan pemasaran;
6. Supervisi atas pelaksanaan urusan kerjasama pemanfaatan jasa
lingkungan kawasan cagar alam, suaka margasatwa, taman nasional,
taman wisata alam, taman hutan raya, dan taman buru di daerah; dan
7. Pelaksanaan administrasi Direktorat.
Dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya, Direktorat PJLHK
didukung dengan perangkat organisasi sesuai Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.18/MENLHK-II/2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, yang terdiri dari: (1) Sub Direktorat Pemanfaatan Jasa
Lingkungan Air, (2) Sub Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 3
Alam, (3) Sub Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Panas Bumi dan
Karbon, (4) Sub Direktorat Promosi dan Pemasaran, dan (5) Sub Bagian
Tata Usaha. Struktur organisasi Direktorat PJLHK sebagaimana Gambar 1.
Gambar 1 Bagan Struktur Organisasi Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi (PJLHK) (Sumber: Lampiran Permen LHK Nomor P.18/MenLHK-II/2015)
Dalam upaya mewujudkan sasaran kegiatan pemanfaatan jasa
lingkungan hutan konservasi, sampai akhir tahun 2014 Direktorat PJLHK
didukung oleh 77 pegawai. Komposisi pegawai Direktorat PJLHK
DIREKTORAT PEMANFAATAN
JASA LINGKUNGAN HUTAN KONSERVASI
SUB BAGIAN TATA USAHA
Kelompok Jabatan
Fungsional
SUB DIREKTORAT PJL
PANAS BUMI DAN KARBON
SEKSI PJL PANAS BUMI
DAN KARBON KAWASAN SUAKA ALAM DAN TAMAN
BURU
SEKSI PJL PANAS BUMI
DAN KARBON KAWASAN
PELESTARIAN ALAM
SUB DIREKTORAT PROMOSI DAN PEMASARAN
SEKSI
PUBLIKASI DAN PROMOSI
SEKSI
PEMASARAN
SUB DIREKTORAT PJL WISATA ALAM
SEKSI
PJL WISATA ALAM KAWASAN SUAKA ALAM DAN TAMAN
BURU
SEKSI PJL WISATA ALAM
KAWASAN PELESTARIAN
ALAM
SUB DIREKTORAT
PJL AIR
SEKSI
PJL AIR KAWASAN SUAKA
ALAM DAN TAMAN BURU
SEKSI PJL AIR
KAWASAN PELESTARIAN
ALAM
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 4
berdasarkan tingkat pendidikannya terdiri dari S3 (1 orang), S2 (20 orang),
S1 (26 orang), D3 (5 orang), SLTA (24 orang) dan SLTP (1 orang)
(Gambar 2)
Gambar 2 Komposisi Pegawai Direktorat PJLHK berdasarkan tingkat pendidikan sampai Akhir 2014
Rencana Strategis Direktorat PJLHK disusun sebagai amanat dari
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, dengan mengacu pada agenda pembangunan
nasional sebagaimana tertuang dalam RPJMN Tahun 2015-2019 dan
merupakan penjabaran dari Rencana Strategis Direktorat Jenderal
Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Tahun 2015-2019
sekaligus berfungsi sebagai acuan bagi seluruh unit kerja di lingkungan
Ditjen KSDAE dalam menyusun perencanaan jangka menengah bidang
pemanfaatan jasa lingkungan kawasan koservasi.
Direktorat PJLHK bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan hutan konservasi, sehingga
Rencana Strategis Direktorat PJLHK Tahun 2015-2019 menjabarkan
strategi pencapaian sasaran kegiatan melalui beberapa unit kegiatan dan
elemen kegiatan, serta indikator yang dapat menggambarkan kinerja
pencapaiannya baik pada level kegiatan, unit kegiatan dan elemen
kegiatan.
S-‐2 (25,97 %)
D3 (6,49 %)
SLTA (31,17 %)
S-‐3 (1,30 %) SLTP (1,30 %)
S-‐1 (33,77%)
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 5
Sebagaimana Rencana Strategis Direktorat Jenderal KSDAE yang
digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Renstra Direktorat PJLHK,
landasan berpikir dalam analisis perencanaan strategis Direktorat PJLHK
juga menekankan pada isu pembangunan berkelanjutan yang mulai
diwacanakan secara luas sejak pelaksanaan KTT Bumi di Rio de Janeiro
pada tahun 1992 (Rio Declaration on Environment and Development).
Pembangunan berkelanjutan pada dasarnya bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan mutu kehidupan umat manusia, dengan
upaya-upaya pemenuhan kebutuhan hidup manusia secara lintas
generasi. Kata kunci untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah keserasian
dan keseimbangan dari berbagai kepentingan utama, yang kemudian
dikelompokkan secara garis besar menjadi tiga kepentingan yaitu
ekonomi, ekologi, dan sosial (Gambar 3)
Gambar 3 Sustainable Development Trilogy
Menurut Indrawan dkk (2007), prinsip dan etika konservasi yang
terus berkembang hingga saat ini setidaknya mencakup lima hal (Gambar
3), yaitu: (1) Keanekaragaman spesies dan komunitas biologis harus
dipelihara untuk kepentingan ekonomi dan sosial; (2) Percepatan
EKONOMI EKOLOGI
SOSIAL
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 6
kepunahan spesies dan populasi secara tidak wajar harus dihindari; (3)
Kompleksitas ekologis harus dipelihara di habitat alaminya; (4) Evolusi
harus terus berlanjut, sehingga aktivitas manusia yang membatasi
berkembangnya populasi dan spesies harus dihindari; (5) Nilai intrinsik keanekaragaman hayati harus dijaga karena keberadaannya merupakan perpaduan dari seluruh kepentingan yang saling terkait (ekonomi, ekologi dan sosial).
Sejalan dengan hal tersebut, Direktorat Jenderal KSDAE telah
melakukan analisis rancang tindak untuk mewujudkan mandat
pembangunan berkelanjutan dengan tetap mengadopsi prinsip dan etika
konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistem, melalui empat upaya
sistematis (Gambar 3), yaitu: (1) preservasi ekosistem dan habitat alami;
(2) konservasi spesies dan genetik; (3) pengembangan keekonomian
pemanfaatan jasa-jasa ekosistem; serta (4) perlindungan dan
pengamanan kawasan konservasi, ekosistem alami lainnya (ekosistem
esensial dan High Conservation Value Forest), keanekaragaman spesies,
dan keanekaragaman sumberdaya genetik.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, terdapat 4 nilai strategis pada
program Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem yang dapat
diekstrak berdasarkan mandat, tugas dan fungsi, obyek yang dikelola
serta fungsi dari masing-masing obyek. Keempat nilai strategis tersebut
yaitu, 1) Pengelolaan dan Pemangkuan Kawasan Hutan; 2) Kawasan
Konservasi sebagai Benteng Terakhir; 3) Potensi Jasa Ekosistem; 4)
Konvensi dan Kesepahaman Internasional.
Dari keempat nilai strategis tersebut, nilai strategis ketiga merupakan
merupakan tanggung jawab Direktorat PJLHK. Kawasan konservasi
menyediakan potensi berbagai jenis jasa ekosistem/jasa lingkungan.
Pengelolaan kawasan konservasi secara bijaksana akan mampu
mengubah potensi jasa lingkungan menjadi potensi ekonomi riil dan
menghasilkan multiplier effect yang sangat besar.
Sampai akhir tahun 2014, unit kawasan konservasi di Indonesia
berjumlah 521 unit terdiri dari Cagar Alam (227 unit), Suaka Margasatwa
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 7
(75 unit), Taman Nasional (50 unit), Taman Wisata Alam (115 unit),
Taman Buru (13 unit), Taman Hutan Raya (23 unit) dan KPA-KSA (18
unit) dengan luas total mencapai 27.108.486,54 hektar (Tabel 1).
Tabel 1 Jumlah Unit dan Luas Kawasan Konservasi
No Fungsi Kawasan Jumlah Unit Luas (Ha)
1. Cagar Alam 222 3.957.691,66 2. Cagar Alam Laut 5 152.610,00 3. Suaka Margasatwa 71 5.024.138,29 4. Suaka Margasatwa Laut 4 5.588,25 5. Taman Nasional 43 12.328.523,34 6. Taman Nasional Laut 7 4.043.541,30 7. Taman Wisata Alam 101 257.323,85 8. Taman Wisata Alam Laut 14 491.248,00 9. Taman Buru 13 220.951,44
10. Taman Hutan Raya 23 351.680,41 11. KSA-KPA 18 275.190,00
Jumlah 521 27.180.132,28
Sumber: Kementerian Kehutanan (2014)
Pada 521 unit kawasan konservasi di Indonesia tersebut, terdapat
berbagai keunikan fenomena alam yang berpotensi sebagai obyek dan
daya tarik wisata alam (ecotourism). Sejumlah kawasan tersebut juga
menyimpan potensi sumberdaya air, panas bumi dan karbon hutan.
B. Capaian Pembangunan Bidang Pemanfaatan Jasa Lingkungan
Kawasan Konservasi Hingga Tahun 2014
Pada era Kementerian Kehutanan, sebelum berganti nomenklatur
menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Direktorat
Jenderal KSDAE masih bernama Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan
dan Konservasi Alam (PHKA), Direktorat PJLHK bernama Direktorat
Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung
(PJLKKHL). Namun demikian, walaupun terjadi perubahan nomenklatur,
mandat, tugas, fungsi dan fokus kegiatan Direktorat PJLHK tidak banyak
berubah. Pembangunan pemanfaatan jasa lingkungan kawasan
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 8
konservasi difokuskan pada pemanfaatan nilai keekonomian kawasan
konservasi dan keanekaragaman hayati. Nilai-nilai keekonomian tersebut
antara lain berupa pemanfaatan obyek dan daya tarik wisata alam yang
ada di dalam kawasan konservasi, intensifikasi dan optimalisasi
pemanfaatan sumberdaya air yang bersumber dari dalam kawasan
konservasi baik untuk kepentingan komersial maupun non komersial
(massa air dan energi air), perdagangan simpanan karbon pada kawasan
konservasi, pemanfaatan potensi panas bumi (geothermal) di dalam
kawasan konservasi.
Pada pelaksanaan Rencana Strategis 2010-2014, Direktorat
PJLKKHL sesuai dengan tugas dan fungsinya mendukung pelaksanaaan
Program Perlindungan Hutan dan Keanekaragaman Hayati melalui
kegiatan Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan
Konservasi dan Hutan Lindung. Sasaran kegiatan tersebut adalah
meningkatnya kualitas dan kuantitas pemanfaatan jasa lingkungan dan
wisata alam. Pelaksanaan kegiatan tersebut pada tahun 2010-2014
dicapai melalui 5 (lima) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) yaitu:
a) Pengusahaan pariwisata alam meningkat 60 % dibandingkan tahun
2008;
b) Izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan air baru sebanyak 25 unit;
c) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di bidang pengusahaan
pariwisata alam meningkat 100 % dibandingkan tahun 2008;
d) Pelaksanaan Demonstration Activities Reduction Emission from
Deforestation and Forest Degradation (DA REDD+) di 2 (dua)
kawasan konservasi (hutan gambut);
e) Kader Konservasi (KK), Kelompok Pecinta Alam (KPA), Kelompok
Swadaya Masyarakat/Kelompok Profesi (KSM/KP) yang dapat
diberdayakan meningkat 10 % dari tahun 2009.
Capaian pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat PJLKKHL melalui
5 IKK tersebut sampai Tahun 2014 (akhir periode Renstra 2010-2014)
adalah sebagai berikut.
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 9
1. Pengusahaan Pariwisata Alam Meningkat 60% dibandingkan Tahun 2008
Baseline data yang digunakan dalam pengukuran capaian IKK ini
adalah jumlah kumulatif Izin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA) yang
diterbitkan sampai dengan tahun 2008. Jumlah IPPA tersebut adalah 18
unit IPPA.
Sejak diberlakukan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.48/Menhut-II/2010 jo P.4/Menhut-II/2012 tentang Pengusahaan
Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan
Raya dan Taman Wisata Alam, izin usaha pariwisata alam terdiri dari 2
(dua) jenis yaitu Izin Usaha Penyediaan Sarana Wisata Alam (IUPSWA)
dan Izin Usaha Penyediaan Jasa Wisata Alam (IUPJWA). Jumlah izin
usaha pengusahaan pariwisata alam yang diterbitkan pada tahun 2009
sampai dengan 2014 adalah 79 unit terdiri dari 11 unit IUPSWA dan 68
unit IUPJWA (Tabel 2).
Tabel 2 Capaian Pengusahaan Pariwisata Alam Tahun 2010-2014
No Jenis Izin Pemanfaatan Jasa Wisata
Alam
Baseline Data
sampai dengan
2008
Jumlah Izin Pemanfaatan Jasa Wisata Alam Pada Tahun (unit) Jumlah
2009-2014 2009 2010 2011 2012 2013 2014
A. IPPA/IUPSWA 1. Taman Nasional 7 1 1 2 2. TWA 11 2 1 1 4 1 2 9
Jumlah IPPA/IUPSWA 18 2 1 1 5 2 2 11 B. IUPJWA 1. Taman Nasional - - - 1 4 10 53 68 2. TWA - - - 0 0 0 0 0
Jumlah IUPJWA - - - 1 4 10 53 68 Jumlah IPPA/IUPSWA + IUPJWA 18 2 1 2 9 12 55 79
Sumber: Direktorat PJLKKHL, 2014
Dengan menggunakan baseline data 2008, maka capaian kinerja
IKK ini adalah 438,89%. Hasil capaian tersebut telah melampaui target
yang ditetapkan dalam Renstra 2010-2014.
Selain IPPA/IUPSWA yang telah diterbitkan pada periode 2009-
2014, sampai akhir tahun 2014 juga telah diterbitkan persetujuan prinsip
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 10
sebanyak 20 unit yang berlokasi di taman nasional sebanyak 6 unit dan di
taman wisata alam sebanyak 14 unit.
2. Izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan air baru sebanyak 25 unit
Izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan air, pada awalnya
merupakan kerjasama antara pemangku kawasan konservasi dengan
pihak ketiga. Dasar peraturan yang digunakan pada mulanya adalah
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.19/Menhut-II/2004 tentang
Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian
Alam. Berdasarkan peraturan tersebut bentuk pemanfaatan jasa
lingkungan air menggunakan dasar MoU (Memorandum of Understanding)
Pasca terbitnya Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 64 tahun 2013
tentang Pemanfaatan Air dan Energi Air di Suaka Margasatwa, Taman
Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, kerjasama
dimaksud kemudian dikonversi menjadi perizinan pemanfaatan jasa
lingkungan air. Izin pemanfaatan air yang diberikan berupa pemanfaatan
massa air dan pemanfaatan energi air. Jenis-jenis Izin tersebut terdiri dari
1) Izin Pemanfaatan Air (IPA), 2) Izin Usaha Pemanfaatan Air (IUPA), 3)
Izin Pemanfaatan Energi Air (IPEA), dan 4) Izin Usaha Pemanfaatan
Energi Air (IUPEA). IPA dan IPEA untuk pemanfaatan non komersial
sedangkan IUPA dan IUPEA untuk pemanfaatan komersial.
Sampai akhir tahun 2014, telah diterbitkan sebanyak 64 izin
pemanfaatan jasa lingkungan air, terdiri dari IPA sebanyak 63 unit dan
IPEA sebanyak 1 unit (Tabel 3). Lokasi 63 unit IPA berada di taman
nasional sebanyak 49 unit, di taman wisata alam dan di SM masing-
masing 7 unit. Satu unit IPEA berlokasi di taman nasional. Sedangkan
IUPA dan IUPEA sampai akhir tahun 2014 masih dalam proses
administrasi perizinan.
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 11
Tabel 3 Capaian Izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan air Tahun 2010-2014
No Jenis Izin Pemanfaatan Jasa
Lingkungan Air Jumlah Izin Pemanfaatan Jasa Lingkungan Air Pada
Tahun (unit)
Jumlah 2010-2014
2010 2011 2012 2013 2014 A. IPA
1. Taman Nasional -‐ -‐ -‐ -‐ 49 49
2. Taman Wisata Alam -‐ -‐ -‐ -‐ 7 7
3. Suaka Margasatwa -‐ -‐ -‐ -‐ 7 7
4. Hutan Suaka Alam -‐ -‐ -‐ -‐ -‐ 0
Jumlah IPA - - - - 63 63
B. IUPA
1. Taman Nasional - - - - - 0
2. Taman Wisata Alam - - - - - 0
Jumlah IUPA - - - - - 0
Jumlah IPA + IUPA - - - - 63 63
C. IPEA
1. Taman Nasional - - - - 1 1
2. Taman Wisata Alam - - - - - 0
Jumlah IPEA - - - - 1 1
D. IUPEA
1. Taman Nasional - - - - - 0
2. Taman Wisata Alam - - - - - 0
Jumlah IUPEA - - - - - 0
Jumlah IPEA + IUPEA - - - - 1 1
Jumlah IPA + IUPA + IPEA + IUPEA - - - - 64 64
Sumber: Direktorat PJLKKHL, 2014 Keterangan: IPA : Izin Pemanfaatan Air IUPA : Izin Usaha Pemanfaatan Air IPEA : Izin Pemanfaatan Energi Air IUPEA : Izin Usaha Pemanfaatan Energi Air
Dalam pencapaian IKK “Izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan air
baru sebanyak 25 unit” pada periode 2010-2014, baseline data yang
digunakan dalam perhitungan capaian kinerja IKK tersebut adalah pada
awal tahun 2010 adalah 0 unit izin. Dengan menggunakan baseline data
tersebut, persentase capaian kinerja IKK ini sampai akhir tahun 2014
adalah 256%.
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 12
Selain itu, sampai akhir tahun 2014, masih terdapat 11 MoU
pemanfaatan jasa lingkungan air yang berlokasi di taman nasional yang
belum dikonversi menjadi izin (Tabel 4). Sebelas MoU tersebut terdiri dari
10 unit MoU pemanfaatan massa air dan 1 MoU pemanfaatan energi air.
Pada pembangunan bidang jasa lingkungan pada periode 2015-2019
kesebelas MoU yang belum dikonversi menjadi izin tersebut termasuk
menjadi target pencapaian IKK pemanfaatan jasa lingkungan air yang
akan dikonversi menjadi izin.
Tabel 4 Jumlah MoU Pemanfaatan Jasa Lingkungan Air yang belum dikonversi menjadi Izin sampai Akhir 2014
No Jenis MoU Pemanfaatan Jasa Lingkungan Air
Jumlah MoU Pemanfaatan Jasa Lingkungan Air Pada Tahun (unit)
Jumlah MoU yang belum dikonversi
menjadi Izin 2010-2014
2010 2011 2012 2013 2014
A. Pemanfaatan massa air
1. Komersial 1 3 3 -‐ -‐ 8
2. Non Komersial 2 1 -‐ -‐ -‐ 3
Jumlah MoU Pemanfaatan Massa air 3 4 3 10
B. Pemanfaatan energi air
1. Komersial - 1 - - - 1
2. Non Komersial - - - - - 0
Jumlah MoU Pemanfaatan Energi Air 0 1 0 - - 1 Jumlah MoU Pemanfaatan massa air + MoU Pemanfaatan energi air 3 4 3 - - 11
Sumber: Direktorat PJLKKHL, 2014
Pemanfaatan air dan energi air sebagaimana ketentuan Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor P.64/Menhut-II/2013 dilaksanakan
berdasarkan rencana pengelolaan dan hasil inventarisasi sumber daya air.
Inventarisasi sumber daya air dilakukan untuk menentukan areal
pemanfaatan potensi air dan energi air. Sampai akhir tahun 2014, telah
ditetapkan 7 areal pemanfaatan air di 7 lokasi yaitu TWA Gunung Baung,
TWA Wera, TWA Kerandangan, TWA Bukit Tangkiling, TN Gunung
Leuser, TN Bogani Nani Wartabone, dan TN Kerinci Seblat.
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 13
3. Peningkatan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) di bidang pengusahaan pariwisata alam meningkat 100% dibandingkan tahun 2008 Sejak diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2014
tentang Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP yang berlaku pada Kementerian
Kehutanan, sampai akhir tahun 2014 bidang Pemanfaatan Jasa
Lingkungan Kawasan Konservasi terutama wisata alam telah memberikan
kontribusi berupa PNBP sebesar Rp 68.160.229.054. Selama 5 tahun,
telah terjadi peningkatan PNBP per tahun (Tabel 5).
Pada Renstra 2010-2014, ditetapkan target peningkatan PNBP
adalah sebesar 100% dari PNBP tahun 2008. Pada akhir periode Renstra
2010-2014, PNBP bidang pariwisata alam sebesar pada tahun 2014
meningkat sebesar 1.045,09% dibandingkan PNBP tahun 2008. Beberapa
hal yang menyebabkan terjadinya peningkatan PNBP antara lain adanya
upaya dari UPT untuk meningkatkan PNBP di masing-masing kawasan
yang mempunyai potensi wisata, kegiatan pameran dan promosi di tingkat
daerah, nasional maupun internasional serta adanya reformasi birokrasi
melalui penyederhanaan proses perijinan pengusahaan pariwisata alam.
Tabel 5 Perkembangan Jumlah PNBP Periode 2008 – 2014
TAHUN SUMBER PNBP
JUMLAH PIPPA IHUPA KARCIS MASUK
2008 1.685.000 14.139.885 5.936.555.262 5.952.380.147
2009 192.870.566 193.493.400 7.517.956.832 7.904.320.798
2010 294.319.660 1.076.858.586 19.444.242.426 20.815.420.672
2011 102.922.500 118.212.233 26.679.137.821 26.900.272.554
2012 357.718.000 188.262.278 20.039.871.992 20.585.852.270
2013 55.788.000 241.623.598 36.073.742.293 36.371.153.891 2014
6.540.410.000 257.082.092 61.362.736.962 68.160.229.054
Sumber: Direktorat PJLKKHL, 2015
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2014 selain menetapkan tarif
baru PNBP di bidang pemanfaatan jasa lingkungan, juga telah diturunkan
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 14
beberapa aturan dibawahnya, yaitu 1) Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor P.36/Menhut-II/2014 tentang Tata Cara Penetapan Rayon di TN,
Tahura, TWA, dan TB dalam rangka pengenaan PNBP bidang Pariwisata
Alam; 2) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.37/Menhut-II/2014
tentang Tata Cara Pengenaan, Pemungutan dan Penyetoran PNBP
bidang PHKA; 3) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut-
II/2014 tentang Tata Cara dan Persyaratan Kegiatan Tertentu Pengenaan
Tarif Rp. 0,00 (Nol Rupiah) di KSA, KPA, TB dan Hutan Alam.
4. Pelaksanaan Demonstration Activities Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation (DA REDD+) di 2 (dua) kawasan Konservasi (hutan gambut)
Pada periode 2010-2014 merupakan tahap penyelenggaraan DA-
REDD (Demonstration Activities-REDD). DA-REDD dimaksudkan untuk
menguji dan mengembangkan metodologi, teknologi dan institusi
pengelolaan hutan secara berkelanjutan yang berupaya untuk mengurangi
emisi karbon melalui pengendalian deforestasi dan degradasi hutan.
Penyelenggaraan karbon hutan mengacu pada peraturan Menteri
Kehutanan Nomor: 20/Menhut-II/2012 tentang Penyelenggaraan Karbon
Hutan. Sampai akhir tahun 2014, telah terdapat 3 kawasan konservasi
yang telah mendapat persetujuan DA-REDD dari Menteri Kehutanan,
yaitu:
1) TN Berbak, dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor:
SK.549/Menhut-II/2013 tanggal 31 Juli 2013, tentang persetujuan DA-
REDD+ pada TN Berbak seluas ± 142.750 ha.
2) TN Sebangau dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
SK.831/Menhut-II/2013 tanggal 26 November 2013, tentang
persetujuan DA-REDD+ pada TN Berbak seluas ± 74.167 ha.
3) TN Meru Betiri dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
SK.86/Menhut-II/2014 tanggal 24 Januari 2014
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 15
Target pembangunan pemanfaatan jasa lingkungan karbon hutan
pada periode 2010-2014 adalah pelaksanaan DA-REDD pada 2 kawasan
konservasi. Target tersebut telah terlampai dengan disetujuinya
pelaksanaan DA-REDD pada 3 lokasi sampai akhir 2014. Pelaksanaan
DA-REDD memerlukan upaya dan dana yang sangat besar. Dukugan dari
berbagai pihak sangat diperlukan untuk penyelenggaraan DA-REDD
tersebut. Demikian pula DA-REDD pada 3 kawasan konservasi tersebut
juga mendapat dukungan dari berbagai pihak (Tabel 6)
Tabel 6 Penyelenggaraan Karbon Hutan (DA-REDD+) di Kawasan
Konservasi
NO KEG. DA REDD+
LOKASI
TN SEBANGAU TN MERU BETIRI TN BERBAK
1. Kerjasama Kemenhut dengan WWF Indonesia
Kemenhut dengan ITTO Kemenhut dangan The Zoological Society of London (ZSL)
2. Nama Project Kerjasama
DA-REDD+, Sebangau Restoration Project
DA-REDD+, Tropical Forest Conservation for REDD and Enhancing Carbon Stocks in TNMB
Pelaksanaan persiapan program pengurangan emisi karbon dari Deforestasi dan degradasi hutan (Program REDD+) di TN Berbak Provinsi Jambi..
3. Executing Agency
Direktorat PJLHK Puslitbang BTN Berbak
4. Implementing Agency
BBTN Sebangau • Puslitbang Kebijakan dan Perubahan Iklim
• BTN Meru Betiri • LATIN
BTN Berbak
5. Masa berlaku Kerjasama
2011 – 2016 2010 – 2013, extention 1 tahun (2014)
2011 - 2014
6. Ruang lingkup kegiatan kerjasama
● REL/RL ● MRV ● Institusi ● Distribusi Insentif ● Peningkatan
kapasitas training and capacity building dalam methodology and monitoring
● Pelibatan masyarakat lokal
• MRV/REL • Peningkatan
Kapasitas • Pelibatan Masyarakat
• Pengembangan kegiatan konservasi satwa liar dan habitatnya melalui program pemanfaatan penyerapan/penyimpanan karbon
• Pengembangan opsi-opsi pendanaan lain untuk satwa liar dan habitatnya melalui jasa lingkungan.
5. Kader Konservasi (KK), Kelompok Pecinta Alam (KPA), Kelompok
Swadaya Masyarakat/Kelompok Profesi (KSM/KP) yang dapat diberdayakan meningkat 10% dari tahun 2009 Sebagai upaya penyadartahuan tentang Konservasi Sumberdaya
Alam Hayati dan Ekosistemnya (KSDAH&E), Direktorat PJLKKHL juga
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 16
melaksanakan upaya peningkatan peran serta dan kapasitas masyarakat
tentang KSDAH & E melalui Bina Cinta Alam. Sampai dengan tahun 2014,
Kementerian Kehutanan telah bermitra dengan 43.190 Kader Konservasi
(KK), 2.401 Kelompok Pecinta Alam (KPA) dan 84 Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM)/Kelompok Profesi (KP). Data KK, KPA, KSM/KP pada
tahun 2009 adalah berturut-turut sebanyak 38.834 orang Kader
Konservasi, 1.317 kelompok KPA dan 84 kelompok KSM. Hal ini berarti
capaian IKK ini adalah terjadi peningkatan KK sebesar 7,11%, jumlah KPA
yang aktif sebesar 133,72% dan KSM yang aktif 0%. Jumlah total Mitra
Bina Cinta Alam tahun 2009 adalah 39.681 Mitra, sedangkan tahun 2014
berjumlah 45.141 mitra. Jumlah mitra bina cinta alam pada tahun 2014
mengalami kenaikan sebesar 13,76% dari tahun 2009 (Tabel 7)
Tabel 7 Perkembangan Jumlah Mitra Bina Cinta Alam (Kader
Konservasi (KK), KPA dan KSM/KP
Tahun Kader Konservasi (KK) KPA KSM/KP
Pemula Madya Utama Jumlah Aktif Tdk Aktif
Jumlah Aktif Tidak Aktif
Jumlah
2009 33.285 4.922 627 38.834 780 537 1.317 67 17 84
2010 34.215 4.923 627 39.765 780 537 1.317 67 17 84
2011 35.850 4.990 627 41.467 1.823 527 2.350 67 17 84
2012 35.980 4.990 627 41.597 1.823 527 2.350 67 17 84
2013 36.828 5.131 681 42.640 1.823 527 2.350 67 17 84
2014 37.363 5.146 681 43.190 1.884 517 2.401 67 17 84
Sumber: Direktorat PJLKKHL, 2015
C. Potensi dan Permasalahan Potensi dan permasalahan dalam rangka pelaksanaan mandat, tugas
dan fungsi Direktorat PJLHK antara lain dapat diidentifikasi dan diekstraksi
dari isu-isu strategis bidang pemanfaatan jasa lingkungan kawasan
konservasi yang berkembang, baik internal maupun eksternal. Dewasa ini,
isu terkait pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi yang
berkembang sangat pesat adalah optimalisasi pemanfaatan nilai
keekonomian kawasan konservasi. Nilai-nilai keekonomian tersebut
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 17
antara lain berupa: 1) pemanfaatan obyek dan daya tarik wisata alam
yang ada di dalam kawasan konservasi, 2) intensifikasi dan optimalisasi
pemanfaatan sumberdaya air yang bersumber dari dalam kawasan
konservasi untuk kepentingan baik komersial maupun non komersial
(massa air dan energi air), 3) perdagangan simpanan karbon pada
kawasan konservasi, pemanfaatan potensi panas bumi (geothermal) di
dalam kawasan konservasi.
1. Potensi Pemanfaatan Jasa Lingkungan a) Pemanfaatan Jasa Wisata Alam Indonesia mempunyai kekuatan pariwisata pada tiga unsur yakni
nature, culture, dan manmade. Menurut Kementerian Pariwisata (2014),
ketiga unsur kekuatan pariwisata tersebut mampu mendatangkan jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara pada tahun
2014 masing-masing berjumlah 9,3 juta dan 250 juta. Devisa yang
dihasilkan dari kunjungan wisatawan tersebut sebesar Rp 120 Trilyun.
Berdasarkan BPS (2014) sumbangan devisa pariwisata terhadap PDB
Nasional adalah 4%, sedangkan menurut WTTC devisa tersebut
menyumbang 9% terhadap PDB Nasional. Sampai tahun 2014, indeks
daya saing pariwisata nasional menempati urutan ke 70 di dunia. Sektor
pariwisata nasional telah membuka kesempatan kerja sebanyak 11 juta
tenaga kerja.
Diantara ketiga unsur pariwisata tersebut di atas, perkembangan
pariwisata alam akhir-akhir ini sangat pesat. Enam puluh persen (60%)
kekuatan utama pariwisata alam Indonesia terletak pada potensi alam
yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, diantaranya berada pada
kawasan konservasi yang terdiri dari Taman Nasional (50 unit), Taman
Wisata Alam (115 unit), Taman Buru (13 unit) (Tabel 1)
Obyek dan daya tarik wisata alam (ODTWA) di kawasan konservasi
mampu mendatangkan jumlah kunjungan wisata selama tahun 2014
sebesar 6.111.613 orang, yang terdiri dari wisatawan nusantara sebanyak
5.584.656 orang dan wisatawan mancanegara sebanyak 526.957 orang
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 18
(Direktorat Jenderal PHKA, 2014). Jumlah tersebut relatif meningkat per
tahun selama 2010-2014 (Tabel 8). Dengan diberlakukannya Peraturan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis
PNBP yang berlaku pada Kementerian Kehutanan, ODTWA di kawasan
konservasi tersebut mampu menghasilkan PNBP pada tahun 2014
sebesar Rp. 68.160.229.054.
Tabel 8 Jumlah Kunjungan Wisatawan Manca Negara dan Wisatawan
Nusantara Tahun 2009-2014
Kawasan Konservasi
Jumlah Per Tahun (orang) 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Wisatawan Mancanegara (Wisman)
TN 84.640 75.638 129.089 142.031 216.846 240.505
TWA 38.897 38.540 149.604 219.369 264.409 274.711
Jumlah Wisman 123.537 114.178 278.693 361.400 481.255 515.216
Wisatawan Nusantara (Wisnus)
TN 1.020.674 1.194.083 1.532.995 1.674.376 1.748.460 2.153.099
TWA 1.050.031 2.034.125 3.280.635 2.651.171 2.508.030 3.314.774
Jumlah Wisnus 2.070.705 3.228.208 4.813.630 4.325.547 4.256.490 5.467.873
Jumlah Wisman + Wisnus
2.194.242 3.342.386 5.092.323 4.686.947 4.737.745 5.983.089
Sumber: Laporan Statistik Direktorat PJLKKHL Tahun 2014
b) Pemanfaatan Jasa Lingkungan Air Menurut Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(2015), secara keseluruhan ketersediaan air nasional mencapai 3.900
Milyar m3/tahun, namun sebanyak 75% masih terbuang percuma. Seiring
dengan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk, diperkirakan
kebutuhan air bersih akan terus meningkat sebesar 2% per tahun.
Kebutuhan air rata-rata per tahun penduduk Indonesia mencapai 111
Miliar m3/tahun. Selain itu berdasarkan informasi pengusaha air minum
kemasan, saat ini kebutuhan air minum kemasan adalah 17 juta m3/tahun
dan diproyeksikan akan mengalami peningkatan sebesar 5%/tahun. Meskipun data menunjukkan bahwa ketersediaan air di Indonesia
sangat berlimpah, namun antara ketersediaan dan kebutuhan air pada 5
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 19
pulau utama di Indonesia tidak sama. Pulau Jawa, Sulawesi, Bali dan
Nusa Tenggara diperkirakan akan mengalami defisit air (Tabel 9) Tabel 9 Ketersediaan dan Kebutuhan Air di Indonesia
Pulau Ketersediaan Air (Juta m3/Tahun)
Kebutuhan Air (Juta m3/Tahun)
Jumlah Surplus/Defisit Surplus /Defisit
Jumlah (Juta m3/Tahun)
Sumatera 111.178 49.583 Surplus 61.494 Jawa 38.569 164.672 Defisit 42.518 Bali 1.067 28.719 Defisit 27.652 Sulawesi 34.788 77.305 Defisit 42.518 Nusa Tenggara 4.251 8.797 Defisit 4.546 Papua Surplus 349.279 Kalimantan NA NA
Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan rakyat, 2015 Kawasan konservasi menyimpan potensi sumberdaya air, yang dapat
dimanfaatkan massa airnya maupun aliran airnya untuk keperluan energi.
Sejak diberlakukannya Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.64/Menhut-
II/2013 tentang Pemanfaatan Air dan Energi Air di Suaka Margasatwa,
Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam, maka
pemanfaatan massa air dan aliran air di kawasan konservasi dapat
dilakukan secara legal melalui mekanisme perizinan. Izin pemanfaatan air
di kawasan konservasi dapat dilakukan pada areal pemanfaatan ait yang
telah ditetapkan. Berdasarkan peraturan tersebut, volume air yang dapat
dimanfaatkan baik untuk kegiatan komersial maupun non komersial
maksimum sebesar 50% dari debit air minimal di kawasan konservasi
tersebut. Debit air diperoleh dari hasil inventarisasi sumberdaya air.
Menurut Darusman potensi air komersial pada Taman Nasional di
Indonesia sekitar 6,5 milyar m3/tahun. Besarnya potensi air tersebut masih
bertambah dari potensi air di Taman Wisata Alam (TWA), Suaka
Margasatwa (SM) dan Cagar Alam (CA). Potensi air di kawasan
konservasi mencapai 600 Milyar M3/tahun. Potensi air tersebut mempunyai nilai ekonomi yang luar biasa apabila
dikelola dengan benar, baik air untuk pemenuhan kebutuhan air bersih (air
kemasan maupun PDAM), maupun air sebagai sumber energi pembangkit
listrik. Hasil kajian nilai ekonomi potensi air di Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango untuk keperluan air minum masyarakat dan pertanian
sebesar Rp 4,341 Milyar/tahun. Nilai ekonomi yang hampir sama juga
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 20
ditunjukkan dari potensi air di Taman Nasional Gunung Halimun Salak
untuk air minum masyarakat sebesar Rp 3,433 Milyar/tahun dan untuk
keperluan pertanian sebesar Rp 1,593 Milyar/tahun. Sedangkan nilai
ekonomi potensi air di Taman Wisata Alam Papandayan untuk air minum
sebesar Rp 1,623 Milyar/tahun dan untuk keperluan pertanian sebesar Rp
11,111 Milyar/tahun.
Selain pemanfaatan massa air, potensi air di kawasan konservasi juga
dimanfaatkan untuk mikrohidro (menghasilkan tenaga listrik dengan daya
kurang dari 1.000 kilowatt) dan minihidro (menghasilkan tenaga listrik
dengan daya 1.000 – 10.000 kilowatt). Kementerian ESDM menyatakan
bahwa setiap meter kubik air yang memiliki perbedaan ketinggian 2 m,
akan mampu menghasilkan energi listrik sekitar 19,6 watthour. Potensi
Tenaga Air dan gradien sungai yang dapat digunakan untuk PLTMH
tersebar hampir di seluruh bagian hulu sungai-sungai Indonesia dengan
total perkiraan sampai 75.000 MW, sementara pemanfaatannya sampai
tahun 2014 masih sekitar 9% dari total potensi tersebut.
Energi air termasuk jenis energi baru dan terbarukan. Seiring dengan
pertumbuhan ekonomi, peningkatan taraf hidup masyarakat, terjadi pula
peningkatan konsumsi listrik. Di sisi lain, belum semua masyarakat
Indonesia dapat menikmati listrik, terutama di daerah-daerah remote area.
Sementara pasukan listrik yang bersumber dari energi fosil cenderung
menurun dan tidak adanya penambahan temuan cadangan minyak dan
gas bumi baru, sehingga pembangkit listrik tenaga minihidro dan
mikrohidro sebagai salah satu jenis energi baru dan terbarukan
berpeluang untuk dikembangkan. Dalam perencanaan nasional
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro (PLTMH) bersama dengan
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) direncanakan memiliki kapasitas
terpasang tahun 2015 sebesar 8.342 MW dan meningkat menjadi 10.622
MW tahun 2019, dengan rencana tambahan pembangkit sebesar 2.510,7
MW selama 5 tahun. Pada kawasan konservasi selama tahun 2015-2019
akan ditargetkan sebanyak 50 unit izin pemanfaatan energi air (IPA dan
IUPA) yang setara dengan 200 MW.
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 21
c) Pemanfaatan Jasa Lingkungan Panas Bumi Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama, yaitu
Lempeng tektonik Eurosia, Hindia-Australia, dan Pasifik. Sebagai
akibatnya, Indonesia memiliki ancaman bahaya geologi (geo-hazard) yang
tinggi karena merupakan wilayah cincin api (ring of fire), namun juga
menjadi negara yang kaya akan keanekaragaman energi.
Kebutuhan konsumsi listrik dalam negeri terus meningkat seiring terus
meningkatnya taraf hidup dan pertumbuhan ekonomi, di lain pihak
pasokan listrik yang tersedia terus menurun, sehingga jika antara
pertumbuhan konsumsi tidak disertai dengan pertumbuhan pasokan yang
memadai, maka Indonesia akan mengalami krisis energi. Diperkirakan
pada tahun 2020 Indonesia akan mengalami krisis energi sebesar 69 GW.
Sampai saat ini pemenuhan kebutuhan energi nasional masih
mengandalkan energi fosil, terutama minyak dan gas bumi (migas).
Minyak bumi yang telah lebih dari 100 tahun menjadi tumpuan ekonomi
Indonesia, dari waktu ke waktu cadangannya mulai menipis. Jumlah
cadangan minyak bumi Indonesia sampai akhir tahun 2014 hanya sekitar
0,20% dari cadangan minyak dunia. Sejak tahun 1995 produksi minyak
bumi Indonesia menurun, dari sekitar 1,6 juta bpd, menjadi sekitar 789
ribu bpd tahun 2014. Pada periode 2010-2013 Indonesia lebih banyak
memproduksikan minyak bumi dibandingkan menemukan cadangan
minyak. Padahal idealnya setiap 1 barel minyak yang diproduksikan harus
dikompensasi dengan penemuan cadangan sejumlah 1 barel.
Sampai akhir tahun 2014, menurut Kementerian ESDM cadangan
terbukti minyak bumi sebesar 3,6 milliar barel dan dengan tingkat produksi
saat ini maka umur cadangan tersebut hanya sekitar 13 tahun. Cadangan
terbukti gas bumi sampai akhir tahun 2014 sebesar 100,3 TCF dan akan
bertahan selama 34 tahun. Usia cadangan migas tersebut diasumsikan
apabila tidak ada penemuan cadangan migas baru. Dalam 5 tahun
terakhir, cadangan terbukti migas mengalami penurunan.
Sementara itu, masih ada potensi energi lain namun pemanfaatannya
belum optimal, yaitu energi baru dan terbarukan. Menurut Kementerian
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 22
ESDM (2015) beberapa jenis energi baru dan terbarukan yang potensi
untuk dikembangkan antara lain energi air, panas bumi, biomassa, surya,
angin dan hybrid serta gelombang laut. Diantara potensi energi tersebut,
yang mendapat perhatian cukup besar dari banyak kalangan adalah
energi panas bumi.
Indonesia memiliki sumber panas bumi yang sangat melimpah,
tersebar sepanjang jalur sabuk gunung api mulai dari Sumatera, Jawa,
Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi Utara, dan Maluku serta merupakan
potensi panas bumi terbesar di dunia. Potensi panas bumi Indonesia
merupakan nomor 2 terbesar di dunia (13% potensi dunia). Namun,
kapasitas terpasang PLTP di Indonesia masih rendah yaitu hanya 4,9%.
Sebagai perbandingan, Filipina meskipun potensinya lebih kecil namun
pemanfaatan potensi panas buminya mencapai 46,2%.
Mengacu pada hasil survey panas bumi di Indonesia yang telah
dilakukan oleh Badan Geologi, hingga tahun 2014 telah teridentifikasi
sebanyak 299 titik potensi panas bumi. Potensi titik tersebut tersebar di
hutan konservasi (48 titik), hutan lindung (56 titik), hutan produksi (50 titik)
dan APL (145 titik) (Tabel 8). Potensi panas bumi di kawasan konservasi
dapat menghasilkan energi listrik sebesar 6,16 GW atau 22% dari potensi
energi listrik yang bersumber dari panas bumi yang ada pada kawasan
hutan di Indonesia.
Beberapa kawasan konservasi tersebut antara lain Taman Nasional
(TN) Gunung Leuser, TN Batang Gadis, TN Kerinci Seblat, TN Bukit
Barisan Selatan, TN halimun Salak, TN Gunung Ciremai, TN Bogani Nani
Wartabone, TN Rinjani, TWA Dataran Tinggi Dieng, TWA Danau Buyan
Tamblingan, TWA Ruteng, SM Dataran Tinggi Yang, CA Malampah
Alahan Panjang, CA Gunung Simpang, CA Kawah Kamojang, CA Telaga
Bodas, CA Gunung Ambang dan CA Gunung Lokon.
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 23
Tabel 10 Potensi distribusi titik panas bumi pada kawasan hutan di Indonesia
Pulau
Hutan Konservasi Hutan Lindung Hutan Produksi Areal
Penggunaan Lain (APL)
Total
Jml Titik Potensi
Potensi (MW)
Jml Titik Potensi
Potensi (MW)
Jml Titik Potensi
Potensi (MW)
Jml Titik Potensi
Potensi (MW)
Jml Titik Potensi
Potensi (MW)
Sumatera 23 3.258 15 2.316 6 741 46 6.445 90 12.760
Jawa & Bali 11 2.100 13 2.996 9 2.024 44 2.951 77 10.071
NTB & NTT 2 85 3 378 3 279 14 709 22 1.451
Maluku & Papua
2 165 7 155 20 599 4 227 33 1.146
Sulawesi 10 549 15 521 6 185 34 1.789 65 3.044
Kalimantan - 3 25 6 65 3 55 12 145
Jumlah 48 6.157 56 6.391 50 3.893 145 12.176 299 28.617
Persentase 16 % 22 % 19 % 22 % 17 % 14 % 48 % 43 % 100 % 100 %
Sumber: Kementerian ESDM, 2014
d) Pemanfaatan Jasa Lingkungan Karbon Pemerintah Indonesia, pada tingkat nasional dan internasional,
berkomitmen untuk mengatasi tantangan perubahan iklim dan
memanfaatkan imbalan karbon hutan. Sektor kehutanan dengan skema
REDD+ (Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation
Plus) merupakan salah satu cara pemenuhan harapan tersebut.
Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation
merupakan isu yang cukup mendapat perhatian dalam pembahasan isu
perubahan iklim. Indonesia telah berpartisipasi aktif dalam proses
pembahasan pada pertemuan COP ke 11 di Montreal tahun 2005.
Terdapat 5 opsi kebijakan internasional terkait dengan REDD, yaitu:
1) Sistem kredit karbon sebagai kelanjutan dari Protokol Kyoto
(Compliance market), yang pelaksanaannya berbasis proyek atau
wilayah geografis (nasional atau sub nasional)
2) Sistem kredit karbon REDD yang diatur dalam protokol tersendri di
bawah UNFCCC
3) Mekanisme kompensasi REDD yang berbasis pendanaan bukan
pasar
4) Sistem pendanaan berbasis pasar sukarela (voluntary market)
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 24
5) Sistem kredit karbon REDD yang mengikuti kerangka UNFCCC
dengan model pelaporan yang sudah diadop oleh beberapa negara.
Dari semua opsi tersebut, opsi yang dianggap paling bermanfaat bagi
negara berkembang adalah REDD yang berbasis pasar dengan aturan
yang mengikat (Compliance rules) sebagai kelanjutan dari Protokol Kyoto
atau melalui protokol tersendiri di bawah UNFCCC yang pelaksanaannya
tidak berbasis proyek tetapi pada tingkat wilayah geografis tertentu.
Implementasi penuh REDD melalui sejumlah tahapan, yaitu:
1) Tahap pelingkupan (2008). Pada tahap ini yang diperlukan adalah
dukungan politis, analisis situasi dan penyebab, membuat design
program dan hipothesis, dan mengidentifikasi mitra;
2) Tahap pengembangan (2008-2010). Pada tahap ini dibangun
skenario baseline dan pendekatan monitoring, penyempurnaan
strategi untuk REDD, legalitas REDD, dukungan para pihak, sumber
pendanaan, dan business plan.
3) Tahap demonstrasi (2010-2015) dan tahap implementasi mulai tahun
2013.
Pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan merupakan
mekanisme internasional berupa pemberian insentif terhadap
keberhasilan negara berkembang dalam mengurangi emisi karbon dari
deforestasi dan degradasi hutan. REDD+ meliputi kegiatan konservasi,
pengelolaan hutan lestari dan peningkatan cadangan karbon hutan yang
dapat dilakukan melalui kegiatan penanaman.
Di Indonesia, REDD+ mulai menarik perhatian banyak pihak sejak
tahun 2007 dengan diselenggarakannya Conference of Parties (COP) 13
on Climate Change di Bali. Pada tahun 2009 dalam rangka mitigasi
perubahan iklim, Pemerintah Indonesia berkomitmen pada COP 15 untuk
mentargetkan penurunan emisi karbon sebesar 26% pada tahun 2020
apabila dilakukan dengan usaha Pemerintah Indonesia sendiri, namun
apabila ada bantuan dari luar negeri maka pengurangan emisi karbon
sebesar 41% dan disertai dengan peningkatan ekonomi sebesar 7%.
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 25
Menurut IPCC Fourth Assessment Report (2007), sektor yang paling
besar menyumbang emisi Gas Rumah Kaca (GRK) adalah sektor energi
yang menggunakan bahan bakar fosil sebesar 25,9%, sektor industri
sebesar 19,4%, sektor kehutanan sebesar 17,4%, sektor pertanian
sebesar 13,5%, sektor transportasi sebesar 13,1%, kegiatan pemukiman
sebesar 7,9% dan limbah sebesar 2,8% (Gambar 4)
Gambar 4 Emisi dari berbagai sektor (Sumber: IPCC Fourth Assessment
Report, 2007)
Sektor kehutanan dianggap sebagai salah satu sumber pengemisi
Gas Rumah Kaca yang cukup besar yaitu menyumbang 17,4% dari emisi
GRK global. Berdasarkan laporan tersebut, sekitar 75% dari emisi
tersebut berasal dari negara tropis dan umumnya merupakan hasil dari
konversi hutan ke penggunaan lain (deforestasi) dan degradasi hutan.
Emisi GRK yang terjadi di sektor kehutanan Indonesia bersumber dari
deforestasi (konversi hutan untuk penggunaan lain seperti pertanian,
perkebunan, pemukiman, pertambangan dan prasarana wilayah) dan
degradasi (penurunan kualitas hutan) akibat illegal logging, kebakaran,
over cutting, perladangan berpindah dan perambahan. Menurut WRI
(2002) deforestasi mengemisi 8 Giga ton CO2 per tahun.
Di sisi lain, meskipun sektor kehutanan dianggap ikut menyumbang
emisi GRK, keberadaan hutan dalam konteks perubahan iklim global juga
berperan sebagai penyerap dan penyimpan karbon (Carbon sink).
Vegetasi dan tanah mampu menyimpan 7.500 Giga Ton CO2 (dua kali
Energi Fosil: 25,9 %
Industri: 19,40 %
Kehutanan: 17,40 %
Pertanian: 13,50 %
Transportasi: 13,50 %
Pemukiman: 7,90 %
Limbah: 2,80 %
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 26
CO2 yang ada di atmosfir). Hutan mampu menyimpan 4.500 Giga Ton
CO2 (lebih besar daripada di atmosfir). Hutan tropis dapat menyimpan
karbon sekitar 40% dari hutan dunia. Tegakan di hutan tropis dapat
menahan karbon sekitar 50% lebih besar dari kapasitas tegakan di luar
hutan tropis. Kawasan konservasi di Indonesia menyimpan karbon kurang
lebih 625 Giga Ton CO2.
Beberapa kajian menunjukkan potensi karbon carbon sink pada
beberapa kawasan konservasi. Sebagai contoh, Taman Nasional Bukit
Tiga Puluh pada zona inti dan zona pemanfaatan menyimpan potensi
karbon masing-masing sebesar 380,17 ton CO2/Ha dan 274,84 ton
CO2/Ha. Mangrove primer di Taman Nasional Sembilang menyimpan
potensi karbon sebesar 141 ton CO2/Ha. Zona Pemanfaatan di Taman
Nasional Kelimutu menyimpan potensi karbon 258,18 ton CO2/Ha. Taman
Nasional Bantimurung menyimpan potensi karbon pada zona inti, zona
rimba dan zona pemanfaatan masing-masing 89,035 ton CO2/Ha, 95,815
ton CO2/Ha dan 161,2 ton CO2/Ha. Taman Nasional Ujung Kulon
menyimpan potensi karbon 87.136 ton CO2/Ha. Taman Nasional Bukit
Baka Bukit Raya menyimpan potensi karbon sebesar 501,6 ton CO2/Ha.
Diperkirakan Kawasan konservasi di Indonesia menyimpan karbon kurang
lebih 625 Giga Ton CO2.
Berdasarkan ekstraksi dari isu-isu strategis di atas, serta hasil-hasil
identifikasi, monitoring dan evaluasi, maka lingkungan strategis Direktorat
PJLHK dapat dipetakan menurut kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman yang ada (Gambar 5).
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 27
Kekuatan: Kelemahan 1. Para pihak di lingkup internal maupun
eksternal mengharapkan diupayakannya optimalisasi pemanfaatan nilai keekonomian kawasan konservasi
2. Dukungan sejumlah peraturan perundangan.
3. Potensi jasa lingkungan (wisata alam, Air, karbon hutan dan panas bumi) yang dapat dimanfaatkan berada di 51 TN dan 115 TWA
1. Kerangka kerja pemanfaatan jasa lingkungan berkelanjutan belum lengkap
2. Ketersediaan data dan informasi untuk mendukung promosi dan pemasaran Konservasi Alam belum optimal.
3. Sarana dan prasarana pengelolaan jasa lingkungan belum memadai
4. Sebagian besar kawasan TN dan TWA belum memiliki desain tapak dan atau penetapan areal pemanfaatan air
5. Kewenangan internal di Kementerian LHK dan antara Kementerian LHK dengan Pemda dan sektor lain belum sinergis di bidang pemanfaatan jasa lingkungan
6. Masih adanya pola pikir konservatif bahwa pemanfaatan jasa lingkungan merupakan bentuk eksploitasi ekstraktif pada sumberdaya alam hayati
Peluang Ancaman 1. Minat masyarakat untuk bergaya
hidup back to nature semakin meningkat.
2. Kesempatan masyarakat sekitar TN dan TWA untuk terlibat dalam usaha jasa lingkungan cukup tinggi.
3. Event-event internasional dan atau nasional sebagai upaya promosi dan pemasaran jasa lingkungan telah terjadwal sehingga membuka peluang investasi.
4. Kebijakan nasional mengedepankan ketahanan pangan, air dan energi
1. Persaingan wisata alam dengan negara lain cukup tinggi.
2. Estimasi Indonesia menghadapi krisis air dan krisis energi pada tahun 2025
Gambar 5 Pemetaan Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
2. Permasalahan Pemanfaatan Jasa Lingkungan Jasa Lingkungan telah dapat dimanfaatkan di kawasan konservasi
melalui skema perizinan, namun perizinan tersebut masih terdapat
beberapa kendala/permasalahan, yaitu:
a. Permasalahan terkait kondisi pemungkin untuk perizinan:
1) Sarana dan prasarana wisata alam di kawasan konservasi belum
memadai
2) Kawasan konservasi merupakan kawasan yang open akses,
sehingga di beberapa lokasi terjadi kebocoran pengunjung.
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 28
3) Dokumen Rencana Pengelolaan dan Bloking/Zonasi pada
sejumlah Taman Nasional dan Taman Wisata Alam belum
disahkan dan atau belum disusun.
4) Sebagian besar Taman Nasional dan Taman Wisata Alam belum
mempunyai desain tapak dan penetapan areal pemanfaatan air.
5) Beberapa peraturan terkait pemanfaatan jasa lingkungan
menimbulkan multi tafsir dalam penerapan di lapangan.
b. Permasalahan terkait kebijakan pengelolaan
1) Sejumlah MoU bidang pemanfaatan air di kawasan konservasi
belum dikonversi menjadi Izin Pemanfaatan Air (IPA), Izin Usaha
Pemanfaatan Air (IUPA), Izin Pemanfaatan Energi Air (IPEA) dan
Izin Usaha Pemanfaatan Energi Air (IUPEA).
2) Pelaksanaan pemanfaatan jasa lingkungan geothermal di kawasan
konservasi belum dapat dilaksanakan karena masih menunggu
peraturan turunan dari UU Nomor 21 Tahun 2014.
3) Kelembagaan dalam rangka pelaksanaan REDD+ di tingkat
nasional belum terbentuk.
4) Adanya harapan yang terlalu tinggi dan perbedaan persepsi pada
semua pemangku kepentingan baik di dalam negeri maupun
internasional dalam rangka pelaksanaan REDD+.
5) Panduan dan framework untuk pelaksanaan REDD+ belum ada.
6) Rendahnya kapasitas dan lemahnya pemerintahan di tingkat
daerah untuk mengimplementasikan kegiatan-kegiatan REDD+.
7) Diperlukan konsistensi antara Rencana Aksi Perubahan Iklim di
tingkat nasional dan daerah (RAN-GRK dan RAD-GRK) dan
strategi REDD+
8) Tata batas kawasan yang belum selesai
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 29
BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS
Cita-cita pembangunan nasional bangsa Indonesia telah digariskan
dalam konstitusi negara. Tujuan tersebut termuat dalam Pembukaan
Undang Undang Dasar Tahun 1945, yaitu “melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Untuk mencapai cita-cita mulia
tersebut, pembangunan Indonesia perlu dilakukan secara terencana
dengan menetapkan tahapan-tahapan pelaksanaannya berdasarkan
prioritas. Pentahapan tersebut disusun dengan bertolak dari sejarah,
karakter sumberdaya yang dimiliki, serta tantangan yang sedang dan akan
dihadapi.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Tahun 2015-2019 merupakan periode ketiga dari Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005- 2025. RPJMN Tahun
2015-2019, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2015, menegaskan kembali bahwa
pelaksanaan pembangunan Indonesia harus sesuai dengan ideologi
bangsa, yaitu Pancasila dan Trisakti. Ideologi tersebut harus menjadi
penuntun, penggerak, pemersatu, dan sekaligus sebagai bintang
pengarah.
Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan
pembangunan yang dihadapi, serta capaian pembangunan selama ini,
maka Presiden Republik Indonesia menetapkan visi pembangunan
nasional tahun 2015-2019, yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat,
Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”.
Untuk mewujudkan pencapaian visi tersebut, pembangunan
dilaksanakan dengan 7 misi, yaitu: (1) Mewujudkan keamanan nasional
yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 30
ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan
kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan; (2) Mewujudkan
masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis berlandaskan negara
hukum; (3) Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati
diri sebagai negara maritim; (4) Mewujudkan kualitas hidup manusia
Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera; (5) Mewujudkan bangsa yang
berdaya-saing; (6) Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang
mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional; serta (7)
Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Gambar 6 Visi dan Misi Pembangunan Nasional 2015-2019 Adapun norma pembangunan yang harus diperhatikan dan
diterapkan dalam RPJMN Tahun 2015-2019 adalah: (1) Membangun
VISI PEMBANGUNAN NASIONAL 2015-2019:
Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong
MISI PEMBANGUNAN NASIONAL 2015-2019:
(1) Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan;
(2) Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis berlandaskan negara hukum;
(3) Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim;
(4) Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera;
(5) Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing; (6) Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang
mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional;
(7) Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 31
untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat; (2) Setiap
upaya peningkatan kesejahteraan, kemakmuran, dan produktivitas tidak
boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar yang dapat merusak
keseimbangan pembangunan. Perhatian khusus diberikan pada
peningkatan produktivitas rakyat lapisan menengah-bawah, tanpa
menghalangi, menghambat, mengecilkan dan mengurangi keleluasaan
pelakupelaku besar untuk terus menjadi agen pertumbuhan. Hal ini
dimaksudkan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan; (3) Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak,
menurunkan daya dukung lingkungan dan mengganggu keseimbangan
ekosistem.
Visi dan misi pembangunan tahun 2015-2019 menjadi peta jalan
seluruh kementerian dan/atau lembaga penyelenggara negara dalam
merancang arah pembangunan, sasaran, dan strategi yang akan
dilaksanakannya. Prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang
berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan
berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan dalam sembilan agenda
prioritas pembangunan tahun 2015-2019. Sembilan agenda prioritas yang
lebih dikenal dengan sebutan Nawa Cita tersebut, diuraikan sebagaimana
dalam Gambar 7.
SEMBILAN AGENDA PRIORITAS NASIONAL (NAWA CITA) 1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara 2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya 3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka negara kesatuan 4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya 5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia 6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik
8. Melakukan revolusi karakter bangsa 9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia
Gambar 7 Sembilan Agenda Prioritas Nasional 2015-2019
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 32
Berdasarkan uraian rencana pelaksanaan Nawa Cita, tugas dan
fungsi Direktorat Jenderal KSDAE terutama tertuang dalam agenda
ketujuh. Nawa Cita juga menguraikan sub agenda dan sasaran yang
menjadi amanat bagi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Berangkat dari pandangan, harapan dan permasalahan yang ada,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan merumuskan tujuan
pembangunan tahun 2015-2019, yaitu memastikan kondisi lingkungan
berada pada toleransi yang dibutuhkan untuk kehidupan manusia dan
sumberdaya berada rentang populasi yang aman, serta secara paralel
meningkatkan kemampuan sumberdaya alam untuk memberikan
sumbangan bagi perekonomian nasional.
TUJUAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN 2015-2019
Memastikan kondisi lingkungan berada pada toleransi yang dibutuhkan untuk kehidupan manusia dan sumberdaya berada pada rentang populasi yang aman, serta secara paralel meningkatkan kemampuan sumberdaya alam untuk memberikan sumbangan bagi perekonomian nasional.
Gambar 8. Tujuan Pembangunan Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2015-2019
Berdasarkan tujuan pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan,
peran utama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun
2015-2019, yaitu: (1) Menjaga kualitas LH yang memberikan daya
dukung, pengendalian pencemaran, pengelolaan DAS, keanekaragaman
hayati serta pengendalian perubahan iklim; (2) Menjaga luasan dan fungsi
hutan untuk menopang kehidupan, menyediakan hutan untuk kegiatan
sosial, ekonomi rakyat, dan menjaga jumlah dan jenis flora dan fauna
serta endangered species; (3) memelihara kualitas lingkungan hidup,
menjaga hutan, dan merawat keseimbangan ekosistem dan keberadaan
sumberdaya.
Berdasarkan tujuan tersebut pula, Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan menetapkan 3 sasaran strategis pembangunan
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Gambar 9)
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 33
SASARAN STRATEGIS PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN 2015-2019
1) Menjaga kualitas lingkungan hidup untuk meningkatkan daya dukung lingkungan, ketahanan air dan kesehatan masyarakat.
2) Memanfaatkan potensi Sumberdaya hutan dan lingkungan hutan secara lestari untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang berkeadailan
3) Melestarikan keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta keberadaan SDA sebagai sistem penyangga kehidupan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.
Gambar 9 Sasaran Strategis Pembangunan Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Direktorat Jenderal KSDAE diamanatkan untuk melaksanakan
perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan ekosistem, spesies dan
sumberdaya genetik untuk mewujudkan kelestarian sumberdaya alam hayati
serta keseimbangan ekosistemnya. Sasaran akhir yang ingin dicapai adalah
kekayaan keanekaragaman hayati dapat berfungsi dalam mendukung upaya
peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan manusia, berasaskan
keserasian dan keseimbangan. Dengan demikian maka sasaran yang ingin
dicapai oleh Direktorat Jenderal KSDAE adalah kawasan konservasi dan
keanekaragaman hayati terpelihara dan terlindungi serta dimanfaatkan
secara lestari untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
mutu kehidupan manusia.
Namun demikian, untuk menyesuaikan dengan Rencana Strategis
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, maka rumusan tersebut dibagi
menjadi dua bagian, yaitu dari sisi pemanfaatan nilai keekonomian kawasan
konservasi dan keanekaragaman hayati, serta dari sisi upaya perlindungan dan
pengawetan kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati itu sendiri.
Dari 3 sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
Direktorat Jenderal KSDAE akan berperan dalam mewujudkan dua sasaran
strategis, yaitu: (1) Memanfaatkan potensi SDH dan LH secara lestari untuk
meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan
(sasaran strategis kedua); serta (2) Melestarikan keseimbangan ekosistem dan
keanekaragaman hayati serta keberadaan SDA sebagai sistem penyangga
kehidupan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan (sasaran strategis
ketiga).
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 34
BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Mandat pembangunan bidang pemanfaatan jasa lingkungan
termaktub dalam beberapa regulasi dan/atau kebijakan pemerintah.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya, mengamanatkan untuk melaksanakan
pengelolaan sumberdaya alam hayati beserta ekosistemnya melalui salah
satu embanan, yaitu pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati
dan ekosistemnya.
Sebagai salah satu penanggung jawab kegiatan di lingkungan
Direktorat Jenderal KSDAE, Direktorat PJLHK melaksanakan beberapa
mandat pembangunan nasional yang tertuang dalam agenda/sub agenda
pembangunan nasional, sebagaimana tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019.
Mandat tersebut harus diterjemahkan, dirinci dan dilaksanakan pada
tingkat kegiatan melalui beberapa unit kegiatan sebagai unsur
pelaksanaan teknis. Dalam perencanaan pembangunan bidang
Pemanfaatan Jasa Lingkungan di kawasan konservasi, selain kebijakan
nasional, kebijakan pembangunan Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, kebijakan Direktorat Jenderal KSDAE, isu strategis baik di
tingkat internasional maupun nasional serta regional, juga selalu menjadi
acuan dalam merumuskan arah kebijakan bidang pemanfaatan jasa
lingkungan.
Kondisi umum dan capaian rencana strategis periode sebelumnya
juga turut berperan dalam menentukan strategi yang mengarahkan
pembangunan sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan.
Perencanaan strategis bidang pemanfaatan jasa lingkungan juga dilandasi
oleh semangat untuk menjadikan jasa lingkungan sebagai era baru dalam
pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan dimana embanan
pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 35
akan menopang dua embanan lain yaitu perlindungan sistem penyangga
kehidupan dan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa.
A. Arah Kebijakan Pembangunan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, kebijakan nasional
dituangkan dalam bentuk 9 (sembilan) agenda nasional (Nawa Cita).
Diantara sembilan agenda tersebut yang menjadi mandat Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, setidaknya tersurat dalam tiga agenda,
yaitu:
1) agenda memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi
sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan
terpercaya;
2) agenda meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional;
3) agenda mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan
sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
Ketiga agenda pembangunan nasional tersebut dibagi lagi menjadi
sembilan sub agenda, yang merupakan pengelompokan agenda-agenda
tersebut sesuai dengan bidangnya. Kesembilan sub agenda tersebut
adalah: (1) ketahanan air; (2) kesehatan; (3) ketahanan pangan; (4)
ketahanan energi; (5) pariwisata; (6) produksi dan produktivitas yang
berdaya saing; (7) pemberantasan penebangan liar; (8) pelestarian
sumberdaya alam, lingkungan hidup dan pengelolaan bencana; serta (9)
tata kelola.
Dari sembilan sub agenda tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan telah menetapkan tiga sasaran strategis, yang akan
mendukung pelaksanaan tiga dari sembilan agenda pembangunan
nasional. Strategi pencapaiannya ditetapkan melalui pelaksanaan 13
program dan 69 kegiatan pada tahun 2015-2019. Tiga belas program dan
69 kegiatan dimaksud menggambarkan pelaksanaan mandat dari masing-
masing unit eselon I dan eselon II serta unit pelaksana teknis di
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 36
lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Keterkaitan
ke-13 program tersebut dalam mendukung pencapaian sasaran strategis
dan tujuan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
B. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan KSDAE Rumusan program yang menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal
KSDAE adalah Program Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem.
Program ini akan melaksanakan rangkaian upaya-upaya yang merupakan
penjabaran dari mandat, tugas dan fungsi Direktorat Jenderal KSDAE.
Sasaran program yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut
adalah:
1) Peningkatan efektivitas pengelolaan hutan konservasi dan upaya
konservasi keanekaragaman hayati; serta
2) peningkatan penerimaan devisa dan PNBP dari pemanfaatan jasa
lingkungan kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati.
Upaya pencapaian sasaran Program Konservasi Sumberdaya Alam
dan Ekosistem, serta pencapaian indikator kinerja programnya
dilaksanakan melalui delapan kegiatan, yaitu: (1) Kegiatan Pemolaan dan
Informasi Konservasi Alam; (2) Kegiatan Pengelolaan Kawasan
Konservasi; (3) Kegiatan Konservasi Spesies dan Genetik; (4) Kegiatan
Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi; (5) Kegiatan
Pembinaan Konservasi Kawasan Ekosistem Esensial; (6) Kegiatan
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati; (7) Kegiatan Pengelolaan Taman
Nasional; serta (8) Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya Direktorat Jenderal KSDAE.
Hubungan keterkaitan antara arah kebijakan pembangunan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan arah kebijakan
dan strategi pembangunan bidang KSDAE digambarkan dalam matriks
Tabel 9
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 37
Tabel 11 Hubungan Keterkaitan antara Sasaran Strategis KLHK, Sasaran Program KSDAE dan Kegiatan
SASARAN
STRATEGIS KLHK
SASARAN PROGRAM KSDAE KEGIATAN
SS-1 Menjaga kualitas lingkungan hidup untuk meningkatkan daya dukung lingkungan, ketahanan air dan kesehatan masyarakat.
---- ----
SS-2 Memanfaatkan potensi Sumberdaya hutan dan lingkungan hutan secara lestari untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang berkeadailan
SP-2 Peningkatan Devisa dan PNBP dari pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati
K4
Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi
K6 Konservasi Sumberdaya Alam Hayati
K7 Pengelolaan Taman Nasional
SS-3 Melestarikan keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta keberadaan SDA sebagai sistem penyangga kehidupan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.
SP-1 Peningkatan efektivitas pengelolaan hutan konservasi dan upaya konservasi keanekaragaman hayati
K1
Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam
K2
Pengelolaan Kawasan Konservasi
K3
Konservasi Spesies dan genetik
K4 Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi
K5
Pembinaan Konservasi Kawasan Ekosistem Esensial
K6 Konservasi Sumberdaya Alam Hayati
K7 Pengelolaan Taman Nasional
K8 Dukungan Manajemen
Sumber: Renstra KLHK, 2015 dan Renstra Ditjen KSDAE, 2015
C. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.18/MenLHK-II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, mengamanatkan bahwa
Direktorat PJLHK mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 38
dan pelaksanaan kebijakan, bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan
bimbingan teknis, dan supervisi pelaksanaan urusan di daerah bidang
pemanfaatan jasa lingkungan hutan konservasi. Sejalan dengan uraian
arah kebijakan dan strategi Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan dan Direktorat Jenderal KSDAE, dan berdasarkan mandat,
tugas dan fungsi, Direktorat PJLHK bertanggungjawab terhadap
pelaksanaan kegiatan Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan
Konservasi (Tabel 9)
Sasaran Kegiatan Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan
Konservasi adalah terjaminnya efektivitas pemanfaatan jasa lingkungan
hutan konservasi. Dalam upaya mewujudkan sasaran kegiatan
Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi 2015-2019, dicapai
melalui 7 (tujuh) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK).
SASARAN KEGIATAN PEMANFAATAN JASA LINGKUNGAN KAWASAN KONSERVASI 2015-2019
Terjaminnya efektivitas pemanfaatan jasa lingkungan hutan konservasi
Direktorat PJLHK akan mendukung agenda pembangunan nasional,
mendukung tercapainya tujuan pembangunan lingkungan hidup dan
kehutanan dan mendukung program KSDAE melalui 7 (tujuh) Indikator
Kinerja Kegiatan, yaitu:
1) Jumlah kunjungan wisata ke Kawasan Konservasi minmal 1,5 juta
orang wisatawan mancanegara selama 5 tahun
2) Jumlah kunjungan wisata ke Kawasan Konservasi minimal 20 juta
orang wisatawan nusantara selama 5 tahun
3) Jumlah unit usaha pemanfaatan pariwisata alam di Kawasan
Konservasi bertambah sebanyak 100 unit dari baseline tahun 2013
4) Jumlah pemanfaatan jasa lingkungan air yang beroperasi di kawasan
konservasi bertambah sebanyak 25 unit 5) Jumlah pemanfaatan energi air dari kawasan konservasi untuk keperluan
mini/micro hydro power plant bertambah sebanyak minimal 50 unit
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 39
6) Jumlah unit usaha pemanfaatan jasling panas bumi yang beroperasi di
Kawasan Konservasi sebanyak minimal 5 unit
7) Jumlah registrasi atau sertifikasi Verified Carbon Standard (VCS) atau
Climate, Community and Biodiversity Alliance (CCBA) REDD+ pada 2 unit
Kawasan Konservasi. Hubungan keterkaitan antara Agenda/Sub Agenda Nasional, Sasara
Strategis, Sasaran Program KSDAE, Kegiatan dan IKK Bidang Pemanfaatan
Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi digambarkan pada Tabel 10.
Berdasarkan Tabel 12 tersebut, arah kebijakan pembangunan bidang
pemanfaatan jasa lingkungan hutan konservasi periode 2015-2019 adalah
sebagai berikut.
1. Mendukung Sub agenda nasional bidang pariwisata melalui pemanfaatan
potensi sumberdaya hutan dan lingkungan hutan secara lestari untuk
meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan
serta meningkatkan devisa dan PNBP dari pemanfaatan jasa lingkungan
kawasan konservasi.
2. Mendukung Sub Agenda Nasional bidang Ketahanan Air melalui
pemanfaatan potensi sumberdaya hutan dan lingkungan hutan secara lestari
untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang
berkeadilan serta meningkatkan devisa dan PNBP dari pemanfaatan jasa
lingkungan kawasan konservasi.
3. Mendukung Sub Agenda Nasional bidang Ketahanan Energi melalui
pemanfaatan potensi sumberdaya hutan dan lingkungan hutan secara lestari
untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang
berkeadilan serta meningkatkan devisa dan PNBP dari pemanfaatan jasa
lingkungan kawasan konservasi.
4. Mendukung Sub Agenda Nasional bidang pelestarian SDA, LH dan
Pengelolaan Bencana melalui pelestarian keseimbangan ekosistem dan
keanekaragaman hayati serta keberadaan SDA sebagai sistem penyangga
kehidupan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan serta peningkatan
efektifitas pengelolaan hutan konservasi dan upaya konservasi
keanekaragaman hayati
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 40
Tabel 12 Hubungan Keterkaitan antara Agenda/Sub Agenda Nasional, Sasaran Strategis, Sasaran Program KSDAE, Kegiatan dan IKK Bidang Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi
No Agenda/Sub Agenda Sasaran Strategis Sasaran Program Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
A. Agenda Nasional ke-7: Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestis (A2) 1. Sub Agenda:
Ketahanan Air (A2.SA1)
Memanfaatkan potensi sumberdaya hutan dan lingkungan hutan secara lestari untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan (SS2)
Peningkatan devisa dan PNBP dari pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi dari keanekaragaman hayati (SP2)
Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi (K4)
• Jumlah pemanfaatan jasa lingkungan air yang beroperasi di kawasan konservasi bertambah sebanyak 25 unit
2. Sub Agenda: Ketahanan Energi (A2.SA3)
• Jumlah pemanfaatan energi air dari kawasan konservasi untuk keperluan mini/micro hydro power plant bertambah sebanyak minimal 50 unit.
• Jumlah unit usaha pemanfaatan jasling panas bumi yang beroperasi di KK sebanyak minimal 5 unit
3. Sub Agenda:
Pariwisata (A2.SA4)
• Jumlah kunjungan wisata ke KK minmal 1,5 juta orang wisman selama 5 tahun
• Jumlah kunjungan wisata ke KK minimal 20 juta orang wisnus selama 5 tahun
• Jumlah unit usaha pemanfaatan pariwisata alam di KK bertambah sebanyak 100 unit dari baseline tahun 2013
4. Sub Agenda:
Pelestarian SDA. LH dan Pengelolaan Bencana (A2.SA5)
Melestarikan keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta keberadaan SDA sebagai sistem penyangga kehidupan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan (SS3)
Peningkatan efektivitas pengelolaan hutan konservasi dan upaya konservasi keanekaragaman hayati (SP1)
Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi (K4)
• Jumlah registrasi atau sertifikasi Verified Carbon Standard (VCS) atau Climate, Community and Biodiversity Alliance (CCBA) REDD+ pada 2 unit KK
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 41
D. Kerangka Regulasi Pelaksanaan Kegiatan Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan
Konservasi ditopang oleh sejumlah regulasi yang diperlukan untuk
mencapai sasaran kegiatan yang telah dirumuskan. Berdasarkan
dinamika perkembangan pembangunan nasional dan penggabungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan, maka
regulasi yang menjadi mandat yang harus dilaksanakan oleh Direktorat
PJLHK dengan sendirinya bertambah. Adapun identifikasi regulasi yang
berhubungan dengan pelaksanaan Kegiatan Pemanfaatan Jasa
Lingkungan Kawasan Konservasi antara lain terdiri atas: 1) Undang-undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi;
2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2010
tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa,
Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam;
3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam;
4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014
tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
yang Berlaku pada Kementerian Kehutanan;
5) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.27/Menhut-II/2006 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kehutanan 2006-2015;
6) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.48/Menhut-II/2010 tentang
Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman
Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam yang Berlaku
pada Kementerian Kehutanan jo. Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor P.4/Menhut-II/2012;
7) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.20/Menhut-II/2012 tentang
Penyelenggaraan Karbon Hutan;
8) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.64/Menhut-II/2013 tentang
Pemanfaatan Air dan Energi Air di Suaka Margasatwa, Taman
Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam;
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 42
9) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.36/Menhut-II/2014 tentang
Tata Cara Penetapan Rayon di Taman Nasional, Taman Hutan
Raya, Taman Wisata Alam dan Taman Buru dalam Pengenaan
Penerimaan Negara Bukan Pajak Bidang Pariwisata Alam;
10) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.37/Menhut-II/2014 tentang
Tata Cara Pengenaan, Pemungutan dan Penyetoran Penerimaan
Negara Bukan Pajak Bidang Perlindungan Hutan dan Konservasi
Alam;
11) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2014 tentang
Tata cara dan Persyaratan Kegiatan Tertentu Pengenaan Tarif Rp
0,00 (Nol rupiah) di Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian
Alam, Taman Buru dan Hutan Alam;
12) Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor
SK.633/Menhut-II/2014 tentang Penetapan Tingkat Acuan Emisi
Karbon hutan (Forest Reference Emission Level);
13) Peraturan Direktur Jenderal PHKA Nomor P.02/IV-Set/2011 tentang
Pedoman Pemberian Tanda Batas Areal Pengusahaan Pariwisata
Alam di Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata
Alam;
14) Peraturan Direktur Jenderal PHKA Nomor P.3/IV-Set/2011 tentang
Pedoman Penyusunan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Alam
di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan
Taman Wisata Alam;
15) Peraturan Direktur Jenderal PHKA Nomor P.11/IV-Set/2011 tentang
Pedoman Pelaporan Kegiatan Pengusahaan Pariwisata Alam;
16) Peraturan Direktur Jenderal PHKA Nomor P.12/IV-Set/2011 tentang
Pedoman Persyaratan Administrasi dan Teknis Permohonan Izin
Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman
Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam;
17) Peraturan Direktur Jenderal PHKA Nomor P.01/IV-Set/2012 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Pengusahaan Pariwisata Alam,
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 43
Rencana Karya Lima Tahun dan Rencana Karya Tahunan Usaha
Penyediaan Sarana Wisata Alam;
18) Peraturan Direktur Jenderal PHKA Nomor P.02/IV-Set/2012 tentang
Pembangunan Sarana Pariwisata Alam di Taman Nasional, Taman
Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam;
19) Peraturan Direktur Jenderal PHKA Nomor P.6/IV-Set/2012 tentang
Pedoman Pengawasan dan Evaluasi Pengusahaan Pariwisata Alam
di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan
Taman Wisata Alam;
20) Peraturan Direktur Jenderal PHKA Nomor P.7/IV-SET/2012 tentang
Tata Cara Permohonan dan Penilaian Registrasi serta
Penyelenggaraan Demontration Activities REDD+ di Hutan
Konservasi;
21) Peraturan Direktur Jenderal PHKA Nomor P. 06/IV-Set/2014 tentang
Tata cara Penilaian Rencana Pengusahaan Pemanfaatan Air dan
Energi Air di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan
Raya dan Taman Wisata Alam;
22) Peraturan Direktur Jenderal PHKA Nomor P. 07/IV-Set/2014 tentang
Pedoman Inventarisasi Sumberdaya Air di Suaka Margasatwa,
Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam serta
Hutan Lindung;
23) Peraturan Direktur Jenderal PHKA Nomor P. 12/IV-Set/2014 tentang
Tata Cara Penyelenggaraan Promosi dan Pemanfaatan Jasa
Lingkungan di Kawasan Konservasi;
24) Peraturan Direktur Jenderal PHKA Nomor P. 22/IV-Set/2014 tentang
Pelaksanaan Pengawasan, Evaluasi dan Pembinaan Pemanfaatan
Air dan Energi Air Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman
Hutan Raya dan Taman Wisata Alam;
25) Peraturan Direktur Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam dan
Ekosistem Nomor P.7/KSDAE-SET/2015 tentang Rencana Strategis
Direktorat Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem
Tahun 2015-2019;
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 44
26) Keputusan Direktur Jenderal PHKA Nomor SK.133/IV-SET/2014
tentang Penetapan Rayon di Taman Nasional, Taman Hutan Raya,
Taman Wisata Alam dan Taman Buru dalam rangka Penerimaan
Negara Bukan Pajak.
Terkait dengan kerangka regulasi dalam rangka pelaksanaan Kegiatan
Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi, sejumlah regulasi
mendesak untuk ditindaklanjuti antara lain revisi Undang-Undang Nomor 5
tahun 1990 dan revisi Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011. Kedua
revisi peraturan tersebut berhubungan dengan pemanfaatan jasa lingkungan
wisata alam, pemanfaatan jasa lingkungan air, pemanfaatan jasa lingkungan
panas bumi dari kawasan konservasi dan pemanfaatan jasa lingkungan
karbon hutan. Hal yang juga tidak kalah pentingnya adalah penyusunan
pedoman teknis dan operasional (Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria).
E. Kerangka Kelembagaan
Kelembagaan dalam rangka pelaksanaan kegiatan Pemanfaatan Jasa
Lingkungan Kawasan Konservasi mengacu pada kelembagaan Direktorat
Jenderal KSDAE sebagai pelaksana program Konservasi Sumber Daya Alam
dan Ekosistem. Struktur kelembagaan yang menjadi acuan saat ini,
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.18/MenLHK-II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Adapun kelembagaan unit
pelaksana teknis bidang KSDAE, sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor P.02/Menhut-II/2007 tentang Organisasi dan Tata
Kerja UPT Konservasi Sumber Daya Alam, serta Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.03/Menhut-II/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja
UPT Taman Nasional.
Direktorat Jenderal KSDAE memandang perlu untuk mengatur kembali
kelembagaan sesuai dengan paradigma pengelolaan kawasan konservasi
yang telah berkembang saat ini. Kegiatan Pemanfaatan Jasa Lingkungan
Kawasan Konservasi ke depan akan menyesuaikan dengan perkembangan
paradigma pengelolaan kawasan konservasi tersebut dan perkembangan
pengaturan kelembagaan tersebut.
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 45
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
A. Target Kinerja
Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi menjadi
penanggung jawab pelaksanaan kegiatan Pemanfaatan Jasa Lingkungan
Kawasan Konservasi. Kegiatan ini melaksanakan rangkaian upaya yang
merupakan penjabaran dari mandat, tugas dan fungsi Direktorat PJLHK.
Sasaran kegiatan yang ingin dicapai adalah terjaminnya efektivitas
pemanfaatan jasa lingkungan hutan konservasi. Sasaran kegiatan
tersebut akan dicapai melalui 7 (tujuh) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK).
Tahapan pencapaian ketujuh IKK tersebut diuraikan pada Tabel 13
Tabel 13 IKK dan Target Kinerja Kegiatan Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi
No IKK Satuan
Target Kumulatif 2015 2016 2017 2018 2019
1 Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi minimal sebanyak 1,5 juta orang wisatawan mancanegara selama 5 tahun
Orang Wisatawan Mancanegara (X 1.000)
250 500 800 1.250 1.500
2 Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi minimal sebanyak 20 juta orang wisatawan nusantara selama 5 tahun
Orang Wisatawan Nusantara (X 1.000)
3.500 7.500 11.500 15.500 20.000
3 Jumlah unit usaha pemanfaatan pariwisata alam di kawasan konservasi bertambah sebanyak 100 Unit dari baseline tahun 2013
Unit IUPSWA dan IUPJWA
20 40 60 80 100
4 Jumlah pemanfaatan jasa lingkungan air yang beroperasi di kawasan konservasi bertambah sebanyak 25 Unit
Unit IPA dan IUPA 5 10 15 20 25
5 Jumlah pemanfaatan energi air dari kawasan konservasi untuk keperluan mini/micro hydro power plant bertambah sebanyak minimal 50 unit
Unit IPEA dan IUPEA 5 15 25 35 50
6 Jumlah unit usaha pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi yang beroperasi di kawasan konservasi sebanyak minimal 5 unit
Unit IPJLPB - 1 2 3 5
7 Jumlah registrasi atau sertifikasi Verified Carbon Standard (VCS) atau Climate, Community and Biodiversity Alliance (CCBA) REDD+ pada 2 Unit KK
Kawasan Konservasi - - - 1 2
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 46
Setiap IKK menggambarkan pelaksanaan tugas dan fungsi dari
masing-masing Sub Direktorat lingkup Direktorat PJLHK. Target capaian
masing-masing IKK diuraikan sebagai berikut:
1. IKK Jumlah Kunjungan wisata ke kawasan konservasi minimal sebanyak 1,5 juta orang wisatawan mancanegara selama 5 tahun
Keluaran (output) IKK ini adalah Jumlah Pengunjung Wisatawan
Mancanegara (Wisman) sebanyak 1,5 juta pada tahun 2019. Proyeksi
capaian target IKK ini selama tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut
(Tabel 14)
Tabel 14 Proyeksi capaian target IKK Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi minimal sebanyak 1,5 juta orang wisatawan mancanegara
Satker
Target Pencapaian Per Tahun (orang wisatawan mancanegara)
Capaian Komulatif
(2015-2019) 2015 2016 2017 2018 2019
UPT BKSDA 100.000 100.000 100.000 200.000 100.000 600.000 UPT TN 150.000 150.000 200.000 250.000 150.000 900.000
JUMLAH 250.000 250.000 300.000 450.000 250.000 1.500.000
Sumber: Analisis data pengunjung kawasan konservasi 2010-2014
Strategi yang digunakan untuk mencapai proyeksi target tersebut
adalah:
1) Peningkatan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
wisata di seluruh Taman nasional dan Taman Wisata Alam,
2) Peningkatan standar pelayanan pengunjung,
3) Untuk memperoleh multiplier effect yang lebih tinggi dilakukan
dengan menawarkan pelayanan, kenyamanan dan kemewahan
kepada pengunjung dengan tetap mengedepankan faktor
konservasinya
4) Membangun destinasi baru melalui konsep cluster “high end nature
based destination”,
5) Membangun show window wisata alam,
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 47
6) Menyiapkan dan memantapkan regulasi, SOP dan dokumen
pemanfaatan jasa lingkungan di kawasan konservasi antara lain
desain tapak, SOP pendakian gunung yang aman
7) Meningkatkan efektifitas promosi dan pemasaran pemanfaatan jasa
lingkungan melalui pameran, media cetak dan elektronik
8) Meningkatkan sosialisasi, sinkronisasi, koordinasi dan pembinaan
teknis bidang jasa lingkungan kawasan konservasi.
9) Membangun kerjasama dengan lembaga atau institusi lain dalam
rangka pencapaian target jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara.
10) Melakukan sejumlah kajian-kajian wisata alam, antara lain
a) Kajian yang dilaksanakan di Direktorat PJLHK
(1) Kajian manfaat tidak langsung pengembangan wisata
alam/peningkatan pengunjung bagi kesejahteraan
masyarakat sekitar kawasan konservasi
(2) Kajian daya dukung kawasan
(3) Penyusunan standar Pendakian Gunung di Kawasan
Konservasi
b) Kajian yang dilaksanakan UPT
(1) Standar Operasional dan Prosedur (SOP) pelayanan
pengunjung
Selain target tersebut di atas, untuk peningkatan kunjungan
wisatawan manca negara ke kawasan konservasi maka dilakukan:
1) Penyetaraan standar sarana dan prasarana serta pelayanan
pengunjung dengan standar internasional.
2) Diperlukan regulasi yang mengelola mitra-mitra lain yang
mendukung wisata alam di kawasan konservasi, misalnya kerjasama
jasa transportasi perahu.
3) Destinasi branding untuk masing-masing kawasan dalam upaya
peningkatan pengelolaan kawasan konservasi.
4) Kerjasama dengan agen-agen travel dan hotel internasional untuk
paket-paket wisata di kawasan konservasi.
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 48
5) Masyarakat Ekonomi Asean telah digulirkan tahun 2015, sehingga
kawasan konservasi di Indonesia perlu membuat kerjasama
destinasi wisata dengan kawasan konservasi di ASEAN misalnya
melalui Sister Park.
Tahapan-tahapan untuk pencapaian pelaksanaan IKK tersebut terdiri
dari tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Beberapa hal yang harus
dipersiapkan pada tahap persiapan/pra kondisi antara lain:
1) UPT harus mempunyai Rencana Pengelolaan dan Penataan
Zonasi/Blok yang sudah disahkan oleh Direktur Jenderal KSDAE,
2) UPT mempunyai Desain Tapak pada blok pemanfaatan atau zona
pemanfaatan yang sudah disahkan oleh Direktur Teknis,
3) UPT sudah mempunyai peta sebaran potensi ODTWA dan Rencana
Pengembangannya, pembentukan forum di bidang jasa wisata alam,
pemberian sertifikasi keahlian untuk jasa interpreter/ pemandu.
Sedangkan pada tahap pelaksanaan, diharapkan UPT telah melakukan
sejumlah kegiatan, yaitu:
1) Melakukan pencetakan karcis masuk,
2) Pintu gerbang dan loket untuk pemungutan karcis masuk sudah
tersedia,
3) Petugas pemungut dan bendahara penerima PNBP sudah
ditetapkan dengan SK Kepala UPT (selaku KPA),
4) UPT membuat base line data pengunjung untuk tahun 2014. Bila
pada tahun tersebut UPT belum memungut PNBP, maka base line
data dibuat/ditetapkan sejak UPT mulai memungut dan menyetorkan
PNBP yaitu rerata dari tahun 2008-2014,
5) Sosialisasi peraturan terkait dengan wisata alam dan PP Nomor 12
tahun 2014 tentang Jenis dan tarif atas Jenis Penerimaan Negara
Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian Kehutanan.
6) Pengelolaan atraksi wisata di kawasan konservasi.
Tahapan pencapaian pelaksanaan IKK ini dilaksanakan melalui
komponen kegiatan baik di Direktorat PJLHK maupun di UPT (Tabel 15)
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 49
Tabel 15 Tahapan dan waktu pelaksanaan komponen kegiatan
No Tahapan Komponen Pusat UPT Waktu Pelaksanaan Kegiatan Ket 2015 2016 2017 2018 2019
1 Penyusunan NSPK v v v v v v
2 Informasi, Promosi dan Pemasaran Pariwisata Alam Di Mancanegara
v v v v v v v
3 Peningkatan Kapasitas SDM
v v v v v v v
4 Pembinaan dan Koordinasi
v v v v v v v
5 Monitoring dan Evaluasi
v v v v v v v
6 Sarpras wisata alam (pengembangan dan pemeliharaan
v v v v v v
7 Pengelolaan Kunjungan Wisata
v v v v v v
8 Operasional pengelolaan obyek wisata alam
v v v v v v
Lokasi pelaksanaan pencapaian kegiatan ditargetkan dilaksanakan
di seluruh taman nasional, taman wisata alam dan suaka margasatwa
yang ada di Indonesia dengan prioritas pada beberapa kawasan
konservasi sebagaimana Lampiran 1.
Penilaian Indikator Kinerja Kegiatan atau Output yang telah dicapai
dibuktikan dengan terbitnya dokumen-dokumen sebagai verifier
sebagaimana Tabel 16
Tabel 16 Verifier dalam rangka pencapaian IKK Tahun 2015-2019 IKK Jumlah Kunjungan Wisata ke Kawasan oservasi minimal sebanyak 1,5 juta orang wisatawan mancanegara selama 5 tahun
No. Pelaksana Verifier 1. Direktorat
PJLHK
Laporan Rekapitulasi kunjungan wisatawan mancanegara ke seluruh kawasan konservasi per triwulan dan tahunan
2. UPT KSDA
Laporan kunjungan wisatawan mancanegara ke tiap kawasan konservasi per triwulan dan tahunan, dengan Dilampirkan laporan penggunaan karcis masuk kawasan/SIMAKSI pada seluruh kawasan konservasi
3. UPT TN
Laporan kunjungan wisatawan mancanegara ke tiap kawasan konservasi per triwulan dan tahunan, dengan Dilampirkan laporan penggunaan karcis masuk kawasan/SIMAKSI pada seluruh kawasan konservasi
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 50
2. IKK Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi minimal sebanyak 20 juta orang wisatawan nusantara selama 5 tahun
Keluaran (output) IKK ini adalah Jumlah Pengunjung Wisatawan
Mancanegara (Wisman) sebanyak 20 juta pada tahun 2019. Proyeksi
capaian target IKK ini selama tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut
(Tabel 17)
Tabel 17 Proyeksi capaian target IKK Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi minimal sebanyak 20 juta orang wisatawan nusantara
Satker Target Pencapaian Per Tahun (orang wisatawan nusantara)
Capaian Komulatif
(2015-2019) 2015 2016 2017 2018 2019 UPT BKSDA 1.500.000 1.500.000 2.000.000 2.000.000 1.000.000 8.000.000 UPT TN 2.000.000 2.500.000 2.000.000 2.000.000 3.500.000 12.000.000
JUMLAH 3.500.000 4.000.000 4.000.000 4.000.000 4.500.000 20.000.000
Sumber: Analisis data pengunjung kawasan konservasi 2010-2014
Strategi yang digunakan untuk mencapai proyeksi target tersebut
adalah:
1) Peningkatan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
wisata di seluruh Taman nasional dan Taman Wisata Alam,
2) Peningkatan standar pelayanan pengunjung,
3) Membangun destinasi baru melalui konsep cluster “high end nature
based destination”,
4) Membangun show window wisata alam,
5) Menyiapkan dan memantapkan regulasi, SOP dan dokumen
pemanfaatan jasa lingkungan di kawasan konservasi antara lain
desain tapak, SOP pendakian gunung yang aman
6) Meningkatkan efektifitas promosi dan pemasaran pemanfaatan jasa
lingkungan melalui pameran, media cetak dan elektronik
7) Meningkatkan sosialisasi, sinkronisasi, koordinasi dan pembinaan
teknis bidang jasa lingkungan kawasan konservasi.
8) Membangun kerjasama dengan lembaga atau institusi lain dalam
rangka pencapaian target jumlah kunjungan wisatawan nusantara.
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 51
9) Melakukan sejumlah kajian-kajian wisata alam, antara lain
a) Kajian yang dilaksanakan di Direktorat PJLHK
(1) Kajian manfaat tidak langsung pengembangan wisata
alam/peningkatan pengunjung bagi kesejahteraan
masyarakat sekitar kawasan konservasi
(2) Kajian daya dukung kawasan
(3) Penyusunan standar Pendakian Gunung di Kawasan
Konservasi
b) Kajian yang dilaksanakan UPT
(1) Standar Operasional dan Prosedur (SOP) pelayanan
pengunjung
Tahapan-tahapan untuk pencapaian pelaksanaan IKK tersebut terdiri
dari tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Beberapa hal yang harus
dipersiapkan pada tahap persiapan/pra kondisi antara lain:
1) UPT harus mempunyai Rencana Pengelolaan dan Penataan
Zonasi/Blok yang sudah disahkan oleh Direktur Jenderal KSDAE,
2) UPT mempunyai Desain Tapak pada blok pemanfaatan atau zona
pemanfaatan yang sudah disahkan oleh Direktur Teknis,
3) UPT sudah mempunyai peta sebaran potensi ODTWA dan Rencana
Pengembangannya, pembentukan forum di bidang jasa wisata alam,
pemberian sertifikasi keahlian untuk jasa interpreter/ pemandu.
Sedangkan pada tahap pelaksanaan, diharapkan UPT telah melakukan
sejumlah kegiatan, yaitu:
1) Melakukan pencetakan karcis masuk,
2) Pintu gerbang dan loket untuk pemungutan karcis masuk sudah
tersedia,
3) Petugas pemungut dan bendahara penerima PNBP sudah
ditetapkan dengan SK Kepala UPT (selaku KPA),
4) UPT membuat base line data pengunjung untuk tahun 2014. Bila
pada tahun tersebut UPT belum memungut PNBP, maka base line
data dibuat/ditetapkan sejak UPT mulai memungut dan menyetorkan
PNBP yaitu rerata dari tahun 2008-2014,
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 52
5) Sosialisasi peraturan terkait dengan wisata alam dan PP Nomor 12
tahun 2014 tentang Jenis dan tarif atas Jenis Penerimaan Negara
Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian Kehutanan.
Tahapan pencapaian pelaksanaan IKK ini dilaksanakan melalui
komponen kegiatan baik di Direktorat PJLHK maupun di UPT (Tabel 18)
Tabel 18 Tahapan dan waktu pelaksanaan komponen kegiatan
No Tahapan Komponen Pusat UPT Waktu Pelaksanaan Kegiatan Ket 2015 2016 2017 2018 2019
1 Penyusunan NSPK v v v v v v
2 Informasi, Promosi dan Pemasaran Pariwisata Alam Di dalam negeri
v v v v v v v
3 Peningkatan Kapasitas SDM
v v v v v v v
4 Pembinaan dan Koordinasi
v v v v v v v
5 Monitoring dan Evaluasi
v v v v v v v
6 Sarpras wisata alam (pengembangan dan pemeliharaan
v v v v v v
7 Pengelolaan Kunjungan Wisata
v v v v v v
8 Operasional pengelolaan obyek wisata alam
v v v v v v
Lokasi pelaksanaan pencapaian kegiatan ditargetkan dilaksanakan
di seluruh taman nasional, taman wisata alam dan suaka margasatwa
yang ada di Indonesia dengan priorotas pada beberakawasan konservasi
sebagaimana Lampiran 2.
Penilaian Indikator Kinerja Kegiatan atau Output yang telah dicapai
dibuktikan dengan terbitnya dokumen-dokumen sebagai verifier
sebagaimana Tabel 19
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 53
Tabel 19 Verifier dalam rangka pencapaian IKK Tahun 2015-2019 IKK Jumlah Kunjungan Wisata ke Kawasan konservasi minimal sebanyak 20 juta orang wisatawan nusantara selama 5 tahun
No. Pelaksana Verifier 1. Direktorat
PJLHK
Laporan Rekapitulasi kunjungan wisatawan nusantara ke seluruh kawasan konservasi per triwulan dan tahunan
2. UPT KSDA
Laporan kunjungan wisatawan nusantara ke tiap kawasan konservasi per triwulan dan tahunan, dengan Dilampirkan laporan penggunaan karcis masuk kawasan/SIMAKSI pada seluruh kawasan konservasi
3. UPT TN
Laporan kunjungan wisatawan nusantara ke tiap kawasan konservasi per triwulan dan tahunan, dengan Dilampirkan laporan penggunaan karcis masuk kawasan/SIMAKSI pada seluruh kawasan konservasi
3. IKK Jumlah unit usaha pemanfaatan pariwisata alam di kawasan konservasi bertambah sebanyak 100 unit dari baseline tahun 2013
Keluaran (output) IKK ini adalah Jumlah Izin Usaha Penyediaan
Sarana Wisata Alam (IUPSWA) dan Izin Usaha Penyediaan Jasa Wisata
Alam (IUPJWA) sebanyak 100 unit pada tahun 2019. Proyeksi capaian
target IKK ini selama tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut (Tabel 20)
Tabel 20 Proyeksi capaian target IKK Jumlah unit usaha pemanfaatan pariwisata alam di kawasan konservasi bertambah sebanyak 100 unit dari baseline tahun 2013
Satker Target Pencapaian Per Tahun (unit IUPSWA dan IUPJWA)
Capaian Komulatif
(2015-2019) 2015 2016 2017 2018 2019 UPT BKSDA 10 10 10 10 10 50 UPT TN 10 10 10 10 10 50
JUMLAH 20 20 20 20 20 100
Sumber: Analisis data pengusahaan pariwisata alam 2010-2014
Strategi yang digunakan untuk mencapai proyeksi target tersebut
adalah:
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 54
1) Melakukan sinkronisasi dengan dokumen Masterplan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Dalam
masterplan tersebut terbagi menjadi 6 koridor ekonomi, yaitu:
a) Koridor Ekonomi Sumatera, memiliki tema pembangunan
sebagai “Sentra Produksi dan Pengolahan Hasil Bumi dan
Lumbung Energi Nasional”;
b) Koridor Ekonomi Jawa memiliki tema pembangunan sebagai
“Pendorong Industri dan Jasa Nasional”;
c) Koridor Ekonomi Kalimantan memiliki tema pembangunan
sebagai “Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Tambang &
Lumbung Energi Nasional”;
d) Koridor Ekonomi Sulawesi memiliki tema pembangunan sebagai
‘’ Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan,
Perikanan, Migas dan Pertambangan Nasional;
e) Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara memiliki tema
pembangunan sebagai ‘’Pintu Gerbang Pariwisata dan
Pendukung Pangan Nasional’’;
f) Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku memiliki tema
pembangunan sebagai “Pusat Pengembangan Pangan,
Perikanan, Energi, dan Pertambangan Nasional”.
2) Meningkatkan destinasi pariwisata di kawasan konservasi terutama
difokuskan pada kawasan konservasi penghasil 10 PNBP terbesar.
Sepuluh kawasan konservasi tersebut, berdasarkan hasil evaluasi
selama 5 tahun terakhir, yaitu KSDA Jawa Barat, TN Bromo Tengger
Semeru, TN Komodo, KSDA Jawa Tengah, TN Bantimurung
Bulusaraung, TN Tanjung Puting, TN Gunung Rinjani, TN Bali Barat,
TN Gunung Gede Pangrango, KSDA Jawa Timur.
3) Membangun destinasi baru melalui konsep Cluster “High End Nature
Based Destination”.
a) Pasar pariwisata di Indonesia sangat bervariasi, antara lain
pasar pariwisata high-end dan pasar pariwisata low-end. Kedua
jenis pasar pariwisata tersebut mempunyai penanganan yang
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 55
berbeda. Pasar pariwisata high-end mempunyai multiplier effect
yang lebih besar bila dibandingkan dengan pasar pariwisata low-
end. Jenis pasar ini tidak hanya menawarkan kenyamanan dan
kemewahan tapi juga konservasi. Pariwisata high-end
menghasilkan income yang tinggi, sedangkan pariwisata low-end
bernilai income sedang sampai rendah. Tingkat produktivitas
tenaga kerja pariwisata high-end sangat besar dibandingkan
dengan pariwisata low-end. Para pekerja di pariwisata high-end
mendapat income yang jauh lebih besar dibandingkan dengan
pekerja pariwisata low-end. Pariwisata high-end kegiatannya
hanya mencakup cluster yang terbatas, sedangkan pariwisata
low-end secara geografis lebih tersebar, mencakup wilayah yang
lebih luas dan menyertakan sektor informal dalam perekonomian
lokal.
b) Pengembangan destinasi baru dengan konsep Cluster “High End
Nature Based Destination”, dilakukan pada 3 cluster, yaitu:
• Cluster NTB (Penjelajahan Alam Terbaik di Asia Tenggara), meliputi TN Gunung Rinjani, TN Gunung Tambora dan TWA
Gunung Tunak.
• Cluster Jawa Timur (Eksotisme Alam Bebas di Timur Pulau Jawa), terdiri dari TN Baluran, TN Alas Purwo, TN Meru Betiri,
dan TWA Kawah Ijen.
• Cluster Lampung-Jawa Barat, meliputi TN Bukit Barisan
Selatan dan Krui, TN Way Kambas, Landscape Gunung
Krakatau, TN Gunung Gede Pangrango
4) Mengembangkan konektivitas berbagai lokasi yang ada di dalam
satu klaster yang terbatas menjadi satu kesatuan destinasi dengan
kemudahan aksesnya
5) Peningkatan kualitas pelayanan pariwisata secara menyeluruh untuk
meningkatkan daya saing dalam memperebutkan pangsa pasar
pariwisata internasional.
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 56
6) Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana wisata di seluruh
Taman Nasional dan Taman Wisata Alam baik melalui dana APBN
maupun kerjasama dengan lembaga/institusi yang lain.
7) Membangun show window wisata alam
8) Pemilihan target lokasi pencapaian IKK ini mengutamakan pada
kawasan konservasi yang telah ada pemohon/investor IUPSWA dan
IUPJWA dan pada lokasi-lokasi yang diusulkan oleh Kepala UPT.
9) Pada kawasan konservasi yang belum terdapat investor, dilakukan
pendekatan:
a) Mempersiapkan kondisi pemungkin untuk masuknya investor
seperti menyiapkan dokumen Rencana Pengelolaan,
pengesahan zonasi/bloking dan Desain Tapak
b) Tetap melaksanakan pengelolaan wisata alam dan mendorong
masyarakat yang melakukan usaha jasa wisata alam di kawasan
konservasi untuk mengajukan IUPJWA.
10) Menyiapkan dan memantapkan regulasi dan dokumen Pemanfaatan
Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi (Desain Tapak).
11) Meningkatkan efektifitas Promosi dan Pemasaran Pemanfaatan Jasa
Lingkungan.
12) Meningkatkan sosialisasi, sinkronisasi, koordinasi dan pembinaan
teknis bidang Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi
Kondisi pemungkin yang paling penting untuk pencapaian
pelaksanaan IKK ini dalam rangka mendukung investasi wisata alam
adalah UPT Ditjen KSDAE harus menuntaskan dokumen perencanaan
sebelum tahun 2019 yang terdiri dari:
1) Rencana Pengelolaan,
2) Zonasi/Bloking
3) Desain Tapak.
Tahapan pencapaian pelaksanaan IKK ini dilaksanakan melalui
komponen kegiatan baik dilakukan oleh Direktorat PJLHK maupun oleh
UPT (Tabel 21)
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 57
Tabel 21 Tahapan dalam pencapaian IKK “Jumlah unit usaha pemanfaatan pariwisata alam di kawasan konservasi bertambah sebanyak 100 unit dari baseline tahun 2013” dan waktu pelaksanaan
No. Tahapan Komponen Pusat UPT Waktu Pelaksanaan Kegiatan Ket 2015 2016 2017 2018 2019
1 Penyusunan NSPK v v v v v v
2 Promosi dan Pemasaran wisata alam
v v v v v v v
3 Penilaian pengusahaan wisata alam
v v v v v v v
4 Pembinaan dan Koordinasi
v v v v v v v
5 Monitoring dan Evaluasi
v v v v v v v
6 Peningkatan kapasitas SDM
v v v v v v v
7 Penyusunan desain tapak
v v v v v v
8 Pengelolaan kemitraan pemanfaatan wisata alam
v v v v v v
Target lokasi pelaksanaan pencapaian IKK ini dilaksanakan pada
kawasan konservasi dengan kriteria-kriteria sebagaimana disebutkan
dalam uraian di atas, untuk pencapaian IKK ini sebagaimana Lampiran 3
Penilaian Indikator Kinerja Kegiatan atau Output yang telah dicapai
dibuktikan dengan terbitnya dokumen-dokumen sebagai verifier
sebagaimana Tabel 22
Tabel 22 Verifier dalam rangka pencapaian IKK Jumlah unit usaha pemanfaatan pariwisata alam di kawasan konservasi bertambah sebanyak 100 unit dari baseline tahun 2013
No. Pelaksana Verifier 1. Direktorat
PJLHK
• Laporan bulanan pemegang izin (IUPSWA dan IUPJWA), dengan dokumen pendukung: • SK Ka UPT untuk ijin jasa wisata, SK BKPM untuk ijin sarana
wisata alam • Surat Direktur PJLHK hal penyampaian telaahan administrasi
dan teknis kepada Dirjen KSDAE 2. UPT KSDA
• Laporan bulanan pemegang izin (IUPSWA dan IUPJWA), dengan
dokumen pendukung: • SK Ka UPT untuk ijin jasa wisata, • Surat Ka UPT hal penyampaian pertimbangan teknis
permohonan izin usaha sarana wisata alam 3. UPT TN
• Laporan bulanan pemegang izin (IUPSWA dan IUPJWA), dengan
dokumen pendukung:
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 58
No. Pelaksana Verifier • SK Ka UPT untuk ijin jasa wisata, • Surat Ka UPT hal penyampaian pertimbangan teknis
permohonan sarana wisata alam
4. IKK Jumlah pemanfaatan jasa lingkungan air yang beroperasi di kawasan konservasi bertambah sebanyak 25 unit
Keluaran (output) IKK ini adalah Jumlah Izin Pemanfaatan Air (IPA)
dan Izin Usaha Pemanfaatan Air (IUPA) sebanyak 25 unit pada tahun
2019. Proyeksi capaian target IKK ini selama tahun 2015-2019 adalah
sebagai berikut (Tabel 23)
Tabel 23 Proyeksi capaian target IKK Jumlah pemanfaatan jasa lingkungan air yang beroperasi di kawasan konservasi bertambah sebanyak 25 unit selama 5 tahun
Satker Target Pencapaian Per Tahun
(unit IPA dan IUPA) Capaian
Komulatif (2015-2019) 2015 2016 2017 2018 2019
UPT BKSDA 1 1 2 4 2 10 UPT TN 4 4 3 1 3 15
JUMLAH 5 5 5 5 5 25
Sumber: Analisis data pemanfaatan air 2010-2014
Strategi yang digunakan untuk mencapai proyeksi target tersebut
adalah: bertambah sebanyak 100 unit dari baseline tahun 2013
1) Mendorong UPT untuk mempercepat kondisi pemungkin perizinan
pemanfaatan air seperti inventarisasi sumberdaya air, pengusulan
penetapan areal pemanfaatan air.
2) Mengkaji potensi air di kawasan konservasi serta pemanfaatan
melalui neraca sumberdaya air.
3) Menyiapkan dan memantapkan regulasi dan dokumen Pemanfaatan
Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi berupa Areal Pemanfaatan
Air,
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 59
4) Meningkatkan efektifitas Promosi dan Pemasaran Pemanfaatan Jasa
Lingkungan.
5) Meningkatkan sosialisasi, dan pembinaan teknis bidang Jasa
Lingkungan Kawasan Konservasi
6) Meningkatkan sinkronisasi dan koordinasi dengan instansi yang lain.
7) Mendorong proses konversi MoU pemanfaatan air menjadi IPA dan
IUPA.
Tahapan pencapaian pelaksanaan IKK ini dilaksanakan melalui
komponen kegiatan baik dilakukan oleh Direktorat PJLHK maupun oleh
UPT (Tabel 24)
Tabel 24 Tahapan dalam pencapaian IKK “Jumlah pemanfaatan jasa
lingkungan air yang beroperasi di kawasan konservasi bertambah sebanyak 25 unit” dan waktu pelaksanaan
No. Tahapan
Komponen Pusat UPT Waktu Pelaksanaan Kegiatan Ket
2015 2016 2017 2018 2019 1. Penyusunan
NSPK v v v v v v
2. Sosialisasi v v v v v v v 3. Pembinaan dan
Koordinasi v v v v v v v
4. Bimbingan Teknis dan Supervisi
5. Pengelolaan kawasan terkait potensi air, terdiri dari: • Inventarisasi
potensi sumberdaya air
• Valuasi Ekonomi sumberdaya air
v v v v v v
6. Monitoring dan Evaluasi
v v v v v v v
7. Peningkatan Kapasitas SDM
v v v v v v v
Target lokasi pelaksanaan pencapaian IKK ini dilaksanakan pada
kawasan konservasi dengan kriteria-kriteria sebagaimana disebutkan
dalam uraian di atas sebagaimana Lampiran 4.
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 60
Penilaian Indikator Kinerja Kegiatan atau Output yang telah dicapai
dibuktikan dengan terbitnya dokumen-dokumen sebagai verifier
sebagaimana Tabel 25 Tabel 25 Verifier dalam rangka pencapaian IKK Jumlah pemanfaatan jasa
lingkungan air yang beroperasi di kawasan konservasi bertambah sebanyak 25 unit
No. Pelaksana Verifier 1. Direktorat
PJLHK
• Laporan bulanan pemegang izin (IPA dan IUPA), dengan dokumen pendukung: • SK Ka UPT untuk ijin pemanfaatan air non komersial, • SK BKPM untuk ijin pemanfaatan air komersial, dan • Surat Direktur PJLHK hal penyampaian telaahan
administrasi dan teknis kepada Dirjen KSDAE 2. UPT KSDA
• Laporan bulanan pemegang izin (IPA dan IUPA), dengan
dokumen pendukung: • SK Ka UPT untuk ijin pemanfaatan air non komersial, • Surat Ka UPT untuk penyampaian pertimbangan teknis
pemanfaatan air komersial 3. UPT TN
• Laporan bulanan pemegang izin (IPA dan IUPA), dengan
dokumen pendukung: • SK Ka UPT untuk ijin pemanfaatan air non komersial,
Surat Ka UPT untuk penyampaian pertimbangan teknis pemanfaatan air komersial
5. IKK Jumlah pemanfaatan energi air dari kawasan konservasi untuk keperluan mini/micro hydro power plant sebanyak 50 unit selama 5 tahun
Keluaran (output) IKK ini adalah Jumlah Izin Pemanfaatan Energi Air
(IPEA) dan unit izin Usaha Pemanfaatan Energi Air (IUPEA) sebanyak 50
unit (setara 200 MW) pada tahun 2019. Proyeksi capaian target IKK ini
selama tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut (Tabel 26)
Tabel 26 Proyeksi capaian target IKK Jumlah pemanfaatan energi air dari kawasan konservasi untuk keperluan mini/micro hydro power plant bertambah sebanyak minimal 50 unit selama 5 tahun
Satker Target Pencapaian Per Tahun
(unit IPEA dan IUPEA) Capaian
Komulatif (2015-2019) 2015 2016 2017 2018 2019
UPT BKSDA 2 5 10 20 25 25 UPT TN 3 10 15 15 25 25
JUMLAH 5 10 10 10 15 50 Sumber: Analisis data pemanfaatan energi air 2010-2014
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 61
Strategi yang digunakan untuk mencapai proyeksi target tersebut
adalah: bertambah sebanyak 100 unit dari baseline tahun 2013
1) Kajian potensi air di kawasan konservasi
2) Upaya konservasi air dan kawasan di daerah tangkapan air
3) Peningkatan kapasitas SDM di UPT terkait energi baru dan terbarukan
dari potensi sumberdaya air.
4) Mendorong UPT untuk mempercepat pelaksanaan kondisi pemungkin
5) Melakukan monitoring dan evaluasi
6) Menyiapkan pedoman bagi UPT dalam pemanfaatan air
7) Membangun database potensi pemanfaatan air dan perizinan.
8) Meningkatkan efektifitas Promosi dan Pemasaran Pemanfaatan Jasa
Lingkungan Energi Air
9) Meningkatkan sosialisasi, sinkronisasi, koordinasi dan pembinaan
teknis bidang Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi
10) Mendorong proses konversi MoU pemanfaatan energi air menjadi
IPEA dan IUPEA.
Kondisi pemungkin yang paling penting untuk pencapaian
pelaksanaan IKK ini dalam rangka mendukung pemanfaatan energi air
baik komersial maupun non komersial adalah UPT Ditjen KSDAE harus
menuntaskan penyusunan dokumen perencanaan sebelum tahun 2019
yang terdiri dari:
1) Rencana Pengelolaan
2) Zonasi/Bloking
3) Inventarisasi sumberdaya air dan penetapan areal pemanfaatan air
Tahapan pencapaian pelaksanaan IKK ini dilaksanakan melalui
komponen kegiatan baik dilakukan oleh Direktorat PJLHK maupun oleh
UPT (Tabel 27)
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 62
Tabel 27 Tahapan dalam pencapaian IKK “Jumlah pemanfaatan energi air dari kawasan konservasi untuk keperluan mini/micro hydro power plant bertambah sebanyak minimal 50 unit” dan waktu pelaksanaan
No. Tahapan Komponen Pusat
UPT KSDA/
TN
Waktu Pelaksanaan Kegiatan Ket
2015 2016 2017 2018 2019
1 Penyusunan NSPK
v v v v v v
2 Sosialisasi v v v v v v v 3 Pembinaan dan
Koordinasi v v v v v v v
4 Pengelolaan kawasan terkait potensi air, terdiri dari: • Inventarisasi
potensi sumberdaya air
• Valuasi Ekonomi sumberdaya air
• Demplot Micro Hydro Electrical Power Plant
v v v v v v
5 Monitoring dan Evaluasi
v v v v v v v
6 Peningkatan Kapasitas SDM
v v v v v v v
Target lokasi pelaksanaan pencapaian IKK ini dilaksanakan pada
kawasan konservasi dengan kriteria-kriteria sebagaimana disebutkan
dalam uraian di atas sebagaimana Lampiran 5.
Penilaian Indikator Kinerja Kegiatan atau Output yang telah dicapai
dibuktikan dengan terbitnya dokumen-dokumen sebagai verifier
sebagaimana Tabel 28.
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 63
Tabel 28 Verifier dalam rangka pencapaian IKK Jumlah pemanfaatan energi air dari kawasan konservasi untuk keperluan mini/micro hydro power plant bertambah sebanyak minimal 50 unit
No. Pelaksana Verifier
1. Direktorat PJLHK
Laporan bulanan pemegang izin (IPEA dan IUPEA), dengan dokumen pendukung:
• SK Ka UPT untuk ijin pemanfaatan energy air non komersial, • SK Dirjen untuk ijin pemanfaatan energy air komersial skala
kecil dan sedang, • SK BKPM untuk ijin pemanfaatan energy air komersial skala
besar, • Surat Direktur PJLHK hal penyampaian telaahan administrasi
dan teknis kepada Dirjen KSDAE
2. UPT KSDA
Laporan bulanan pemegang izin (IPEA dan IUPEA), dengan dokumen pendukung:
• SK Ka UPT untuk ijin pemanfaatan energy air non komersial, dan
• Surat Ka UPT untuk penyampaian pertimbangan teknis pemanfaatan energy air komersial skala kecil dan sedang
3. UPT TN
Laporan bulanan pemegang izin (IPEA dan IUPEA), dengan dokumen pendukung:
• SK Ka UPT untuk ijin pemanfaatan energy air non komersial, dan
• Surat Ka UPT untuk penyampaian pertimbangan teknis pemanfaatan energy air komersial skala kecil dan sedang
6. IKK Jumlah Unit Usaha pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi yang beroperasi di kawasan konservasi sebanyak 5 izin
Keluaran (output) IKK ini adalah Jumlah Unit Usaha Pemanfaatan
Jasa Lingkungan Panas Bumi (IPJLPB) sebanyak 5 unit (setara dengan
300 MW) pada tahun 2019. Proyeksi capaian target IKK ini selama tahun
2015-2019 adalah sebagai berikut (Tabel 29)
Tabel 29 Proyeksi capaian target IKK Jumlah Unit Usaha pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi yang beroperasi di kawasan konservasi sebanyak 5 izin selama 5 tahun
Satker Target Pencapaian Per Tahun
(unit IPJLPB) Capaian
Komulatif (2015-2019) 2015 2016 2017 2018 2019
UPT BKSDA -‐ 1 1 UPT TN -‐ 1 1 2 4
JUMLAH - 1 1 1 2 5
Sumber: Analisis data pemanfaatan energi panas bumi berbagai sumber
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 64
b Pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi merupakan bentuk
pemanfaatan baru di kawasan konservasi. Strategi yang digunakan untuk
mencapai proyeksi target tersebut antara lain:
1) Penyusunan kebijakan baik revisi maupun penyusunan peraturan
perundangan baru,
2) Pemutakhiran database potensi panas bumi, kajian kelayakan,
peningkatan kapasitas SDM, pembinaan koordinasi hingga
monitoring dan evaluasi
3) Meningkatkan sosialisasi, sinkronisasi, koordinasi dan pembinaan
teknis bidang Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi
Kondisi pemungkin yang paling penting untuk pencapaian
pelaksanaan IKK ini dalam rangka mendukung pemanfaatan jasa
lingkungan panas bumi di kawasan konservasi adalah UPT Ditjen KSDAE
harus menuntaskan penyusunan dokumen perencanaan sebelum tahun
2019 yang terdiri dari:
1) Rencana Pengelolaan
2) Zonasi/Bloking
Tahapan pencapaian pelaksanaan IKK ini dilaksanakan melalui
komponen kegiatan baik dilakukan oleh Direktorat PJLHK maupun oleh
UPT (Tabel 30)
Tabel 30 Tahapan dalam pencapaian IKK “Jumlah Unit Usaha pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi yang beroperasi di kawasan konservasi sebanyak 5 izin” dan waktu pelaksanaan
No. Tahapan Komponen Pusat UPT
KSDA/TN Waktu Pelaksanaan Kegiatan Ket
2015 2016 2017 2018 2019 1 Penyusunan NSPK v v v v v v
2 Sosialisasi peraturan v v v v v v 3 Data dan informasi
potensi v v v v v v v
4 Peningkatan Kapasitas SDM
v v v v v v v
5 Pembinaan dan Koordinasi
v v v v v v v
6 Monitoring dan Evaluasi
v v v v v v v
7 Pengelolaan pemanfaatan jasa
v v v v v v
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 65
No. Tahapan Komponen Pusat UPT KSDA/TN
Waktu Pelaksanaan Kegiatan Ket 2015 2016 2017 2018 2019
lingkungan panas bumi
Target lokasi pelaksanaan pencapaian IKK ini dilaksanakan pada
kawasan konservasi dengan kriteria-kriteria sebagaimana disebutkan
dalam uraian di atas, sebagaimana Lampiran 6.
Penilaian Indikator Kinerja Kegiatan atau Output yang telah dicapai
dibuktikan dengan terbitnya dokumen-dokumen sebagai verifier
sebagaimana Tabel 31.
Tabel 31. Verifier dalam rangka pencapaian IKK Jumlah Unit Usaha pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi yang beroperasi di kawasan konservasi sebanyak 5 izin
No. Pelaksana Verifier
1. Direktorat PJLHK
Laporan bulanan pemegang Izin Pemanfaatan Jasa Lingkungan Panas Bumi (IPJLPB), dengan dokumen pendukung: • Surat Direktur PJLHK kepada Dirjen KSDAE hal
penyampaian kelengkapan administrasi • Pertimbangan teknis permohonan pemanfaatan jasa
lingkungan panas bumi
2. UPT KSDA
Laporan bulanan pemegang izin (IPJLPB), dengan dokumen pendukung: • Surat Ka UPT hal penyampaian pertimbangan teknis
permohonan pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi 3. UPT TN
Laporan bulanan pemegang izin (IPJLPB), dengan dokumen pendukung: • Surat Ka UPT hal penyampaian pertimbangan teknis
permohonan pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi
7. IKK Jumlah registrasi atau sertifikasi Verified Carbon Standard (VCS) atau Climate, Community and Biodiversity Alliance (CCBA) REDD+ pada 2 unit kawasan konservasi
Keluaran (output) IKK ini adalah Jumlah kawasan konservasi yang
telah mempunyai dokumen registrasi atau sertifikasi Verified Carbon
Standard (VCS) atau Climate, Community and Biodiversity Alliance
(CCBA) REDD+ dari lembaga yang berwenang sebanyak 2 kawasan
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 66
konservasi pada tahun 2019. Proyeksi capaian target IKK ini selama tahun
2015-2019 adalah sebagai berikut (Tabel 32)
Tabel 32 Proyeksi capaian target IKK Jumlah registrasi atau sertifikasi Verified Carbon Standard (VCS) atau Climate, Community and Biodiversity Alliance (CCBA) REDD+ pada 2 unit kawasan konservasi
Satker Target Pencapaian Per Tahun
(unit kawasan konservasi) Capaian
Komulatif (2015-2019) 2015 2016 2017 2018 2019
UPT BKSDA -‐ -‐ -‐ -‐ -‐ -‐ UPT TN -‐ -‐ -‐ 1 1 2
JUMLAH - - - 1 1 2
Strategi yang digunakan untuk mencapai proyeksi target tersebut
antara lain:
1) Penyusunan kebijakan baik revisi maupun penyusunan peraturan
perundangan baru terkait dengan perdagangan karbon
2) Kerjasama dengan mitra terkait dengan proses registrasi atau
sertifikasi Verified Carbon Standard (VCS) atau Climate, Community
and Biodiversity Alliance (CCBA) REDD+
3) Membuka peluang kerjasama dengan mitra untuk pendanaan dalam
rangka pembiayaan karbon
4) Pemantapan tata batas kawasan
5) Mendorong upaya peningkatan ekonomi masyarakat di kawasan
konservasi sebagai Social Safeguard REDD+.
Tahapan pencapaian pelaksanaan IKK ini dilaksanakan melalui
komponen kegiatan baik dilakukan oleh Direktorat PJLHK maupun oleh
UPT (Tabel 33)
Tabel 33 Tahapan dalam pencapaian IKK “Jumlah registrasi atau sertifikasi Verified Carbon Standard (VCS) atau Climate, Community and Biodiversity Alliance (CCBA) REDD+ pada 2 unit kawasan konservasi” dan waktu pelaksanaan
No. Tahapan Komponen Pusat UPT
TN Waktu Pelaksanaan Kegiatan Ket
2015 2016 2017 2018 2019 1 Penyusunan NSPK v v v v v v
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 67
No. Tahapan Komponen Pusat UPT TN
Waktu Pelaksanaan Kegiatan Ket 2015 2016 2017 2018 2019
2 Penilaian calon lokasi VCS/CCBA REDD+
v v v v v
3 Pengembangan kerjasama nasional dan internasional
v v v v v v
4 Peningkatan Kapasitas SDM
v v v v v v v
5 Pembinaan dan Koordinasi
v v v v v v v
5 Monitoring dan Evaluasi v v v v v v v 7 Pengelolaan Karbon
Hutan Konservasi v v v v v v
Target lokasi pelaksanaan pencapaian IKK ini dilaksanakan pada
kawasan konservasi dengan kriteria-kriteria sebagaimana disebutkan
dalam uraian di atas, sebagaimana Lampiran 7
Penilaian Indikator Kinerja Kegiatan atau Output yang telah dicapai
dibuktikan dengan terbitnya dokumen-dokumen sebagai verifier
sebagaimana Tabel 34
Tabel 34 Verifier dalam rangka pencapaian IKK Jumlah registrasi atau sertifikasi Verified Carbon Standard (VCS) atau Climate, Community and Biodiversity Alliance (CCBA) REDD+ pada 2 unit kawasan konservasi
No. Pelaksana Verifier
1. Direktorat PJLHK
Laporan bulanan pelaksanaan REDD+ di KK, dengan dokumen pendukung: • Surat Pengantar Ka-UPT • Dokumen registrasi atau sertifikasi dari lembaga yang
berwenang 2. UPT KSDA
-
3. UPT TN
Laporan bulanan pelaksanaan REDD+ di KK, dengan dokumen pendukung: • Surat pengantar Ka-UPT • Dokumen registrasi atau sertifikasi dari lembaga yang
berwenang
B. Kerangka Pendanaan Proyeksi Dana Rencana pembiayaan untuk pelaksanaan pencapaian
kegiatan Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi melalui 7
bersumber dari dana APBN dan dana dari pihak yang tidak mengikat.
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 68
Acuan pembiayaan yang digunakan untuk pencapaian IKK tersebut
adalah anggaran DIPA APBNP pada Tahun 2015. Selanjutnya
diproyeksikan pertambahan anggaran sebesar 15 % setiap tahun hingga
tahun 2019. Kebutuhan dana pembiayaan pencapaian masing-masing IKK
bidang Pemanfaatan Jasa Lingkungan di kawasan konservasi selama 5
tahun (2015-2019) baik pada Direktorat PJLHK sebagai penanggung
jawab kegiatan maupun UPT KSDA dan UPT TN sebagai lokasi target
yang bersumber dari dana APBN, diproyeksikan masing-masing sebesar
Rp 47.225.314.000; Rp 305.500.000.000; dan Rp 370.000.000. Rincian
kebutuhan pembiayaan tersebut setiap tahunnya secara indikatif pada
masing-masing IKK sebagaimana Lampiran 8.
C. Partisipasi dan Kerjasama Para Pihak Dalam pelaksanaan upaya pembangunan bidang pemanfaatan jasa
lingkungan kawasan konservasi, Direktorat PJLHK tidak akan mungkin
mewujudkan seluruh sasaran kegiatan dan IKK tanpa melibatkan banyak
pihak. Keterbatasan sumberdaya, terutama sumber pembiayaan dan
personil yang dimiliki akan menjadi faktor penghambat utama
pelaksanaan pencapaian kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan. Di lain
sisi, sangat banyak pihak yang mempunyai perhatian dan kepedulian
serta komitmen kuat dalam mewujudkan tujuan konservasi terutama
pemanfaatan jasa lingkungan, dan para pihak tersebut juga didukung
dengan sumberdaya yang memadai.
Para pihak tersebut diharapkan untuk dapat turut berpartisipasi
dalam mendukung pencapaian target-target kinerja dalam perencanaan
strategis ini. Para pihak dimaksud antara lain masyarakat dan lembaga
swadaya masyarakat (LSM), civil society organisations (CSOs),
pemerintah daerah, lembaga internasional, kalangan dunia usaha, dan
lain sebagainya.
Dalam pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan kawasan
konservasi, terutama wisata alam, peran Kementerian Pariwisata,
pemerintah daerah, kalangan dunia usaha, serta masyarakat setempat
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 69
perlu diupayakan, dan jika diperlukan, dapat diupayakan pemberian
insentif dalam rangka peningkatan partisipasinya.
Insentif dimaksud dapat berupa pemberian kemudahan usaha,
pemberian hak kelola khusus kepada masyarakat setempat, dan lain
sebagainya. Infrastruktur pendukung wisata alam tidak selalu harus
berada di dalam kawasan konservasi. Fasilitas berupa jalan, tempat
parkir, fasilitas akomodasi, dan lain-lain dapat dibangun pada lahan-lahan
di sekitar kawasan konservasi.
Upaya pelibatan para pihak dalam pelaksanaan dan pengembngan
kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan menjadi hal yang penting untuk
diupayakan semaksimal mungkin. LSM, CSOs, serta lembaga-lembaga
konservasi internasional yang melaksanakan program di Indonesia,
memiliki sumberdaya yang cukup memadai. Aktivitas yang dilaksanakan
oleh lembaga-lembaga tersebut pun sejalan dengan tugas dan fungsi
Direktorat PJLHK.
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 70
BAB V PENUTUP
Penyelenggaraan pemanfaatan jasa lingkungan di kawasan
koservasi menjadi tanggung jawab pemerintah selaku pengelola negara
yang dalam hal ini secara teknis menjadi tugas Direktorat Pemanfaatan
Jasa Lingkungan Hutan Konservasi (PJLHK). Berdasarkan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.18/MenLHK-II/2015,
mengamanatkan bahwa Direktorat PJLHK mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan bimbingan teknis, dan
supervisi pelaksanaan urusan di daerah bidang pemanfaatan jasa
lingkungan hutan konservasi.
Rencana Strategis Direktorat PJLHK Tahun 2015-2019 disusun
sebagai pedoman dan acuan dalam melaksanakan kegiatan
pembangunan pemanfaatan jasa lingkungan di seluruh unit kerja lingkup
Direktorat Jenderal KSDAE. Rencana Strategis Direktorat PJLHK ini
diharapkan dapat menuntun seluruh aparat di lingkungan Direktorat
PJLHK dalam upaya mencapai tujuan pembangunan nasional dan
sasaran kegiatan secara efektif dan efisien, serta pencapaian multi
manfaat sumberdaya alam hayati.
Renstra Direktorat PJLHK 2015-2019 71
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2015. Rencana Strategis Direktorat Jenderal KSDAE tahun 2015-2019. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Jakarta.
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2014. Statistik Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Tahun 2013. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Jakarta.
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2015. Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam 2014. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Jakarta.
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2015. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam 2014. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Jakarta.
Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung. 2014. Potensi Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung. Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung, Bogor. Tidak dipublikasikan.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2015. Rencana Strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2015-2019, Jakarta
Kementerian Kehutanan. 2014. Statistik Kementerian Kehutanan Tahun 2013. Kementerian Kehutanan, Jakarta.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2015. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.18/MenLHK-II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2015. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta.
4. IKK
Jumlah registrasi atau sertifikasi Verified Carbon Standard (VCS) atau Climate, Community and Biodiversity Alliance
(CCBA) REDD+ pada 2 unit kawasan konservasi
LAMPIRAN 1
Target Lokasi Pelaksanaan IKK Jumlah Kunjungan Wisata ke Kawasan oservasi minimal sebanyak 1,5 juta orang wisatawan mancanegara selama 5 tahun
Target Lokasi Pelaksanaan IKK 2015 2016 2017 2018 2019
Seluruh Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Suaka Margasatwa, dengan prioritas pada: 1) BBKSDA Jawa Barat 2) TN Bromo Tengger Semeru 3) TN Komodo 4) KSDA Jawa Tengah 5) TN Bantimurung Bulusaraung 6) TN Tanjung Puting 7) TN Gunung Rinjani 8) TN Bali Barat 9) TN Gunung Gede Pangrango 10) BBKSDA Jawa Timur (TWA
Kawah Ijen, TWA Tretes, TWA Gunung Baung, SM Dt. Yang, SM Pulau Bawean)
Seluruh Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Suaka Margasatwa, dengan prioritas pada: 1) BBKSDA Jawa Barat 2) KSDA Jawa Tengah 3) TN Gunung Bromo Tengger
Semeru 4) TN Komodo 5) TN Bantimurung Bulusaraung 6) TN Tanjung Puting 7) TN Gunung Rinjani 8) TN Bali Barat 9) TN Gunung Gede Pangrango 10) TWA Tanjung Tampa 11) TWA Gunung Tunak 12) TN Baluran 13) TN Alas Purwo 14) TN Meru Betiri 15) TN Gunung Ciremai 16) TWA Kawah Ijen 17) TN Bukit Barisan Selatan 18) TN Way Kambas 19) TN Kerinci Seblat 20) TN Ujung Kulon 21) TN Kelimutu 22) TWA Air Putih 23) TWA Tretes 24) TWA Gunung Baung 25) SM Dt. Yang 26) SM Pulau Bawean
Seluruh Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Suaka Margasatwa, dengan prioritas pada: 1) BBKSDA Jawa Barat 2) KSDA Jawa Tengah 3) TN Gunung Bromo Tengger
Semeru 4) TN Komodo 5) TN Bantimurung Bulusaraung 6) TN Tanjung Puting 7) TN Gunung Rinjani 8) TN Bali Barat 9) TN Gunung Gede Pangrango 10) TWA Tanjung Tampa 11) TWA Gunung Tunak 12) TN Baluran 13) TN Alas Purwo 14) TN Meru Betiri 15) TN Gunung Ciremai 16) TWA Kawah Ijen 17) TN Bukit Barisan Selatan 18) TN Way Kambas 19) TN Kerinci Seblat 20) TN Ujung Kulon 21) TN Kelimutu 22) TWA Air Putih 23) TWA Tretes 24) TWA Gunung Baung 25) SM Dt. Yang 26) SM Pulau Bawean
Seluruh Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Suaka Margasatwa, dengan prioritas pada: 1) BBKSDA Jawa Barat 2) TN Bromo Tengger Semeru 3) TN Komodo 4) KSDA Jawa Tengah 5) TN Bantimurung
Bulusaraung 6) TN Tanjung Puting 7) TN Gunung Rinjani 8) TN Bali Barat 9) TN Gunung Gede
Pangrango 10) BBKSDA Jawa Timur (TWA
Kawah Ijen, TWA Tretes, TWA Gunung Baung, SM Dt. Yang, SM Pulau Bawean)
Seluruh Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Suaka Margasatwa, dengan prioritas pada: 1) BBKSDA Jawa Barat 2) TN Bromo Tengger Semeru 3) TN Komodo 4) KSDA Jawa Tengah 5) TN Bantimurung Bulusaraung 6) TN Tanjung Puting 7) TN Gunung Rinjani 8) TN Bali Barat 9) TN Gunung Gede Pangrango 10) BBKSDA Jawa Timur (TWA Kawah
Ijen, TWA Tretes, TWA Gunung Baung, SM Dt. Yang, SM Pulau Bawean)
LAMPIRAN 2
Target Lokasi Pelaksanaan IKK Jumlah Kunjungan Wisata ke Kawasan oservasi minimal sebanyak 20 juta orang wisatawan nusantara selama 5 tahun
Target Lokasi Pelaksanaan IKK 2015 2016 2017 2018 2019
Seluruh Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Suaka Margasatwa, dengan prioritas pada: 11) BBKSDA Jawa Barat 12) TN Bromo Tengger Semeru 13) TN Komodo 14) KSDA Jawa Tengah 15) TN Bantimurung Bulusaraung 16) TN Tanjung Puting 17) TN Gunung Rinjani 18) TN Bali Barat 19) TN Gunung Gede Pangrango 20) BBKSDA Jawa Timur (TWA
Kawah Ijen, TWA Tretes, TWA Gunung Baung, SM Dt. Yang, SM Pulau Bawean)
Seluruh Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Suaka Margasatwa, dengan prioritas pada: 27) BBKSDA Jawa Barat 28) KSDA Jawa Tengah 29) TN Gunung Bromo Tengger
Semeru 30) TN Komodo 31) TN Bantimurung Bulusaraung 32) TN Tanjung Puting 33) TN Gunung Rinjani 34) TN Bali Barat 35) TN Gunung Gede Pangrango 36) TWA Tanjung Tampa 37) TWA Gunung Tunak 38) TN Baluran 39) TN Alas Purwo 40) TN Meru Betiri 41) TN Gunung Ciremai 42) TWA Kawah Ijen 43) TN Bukit Barisan Selatan 44) TN Way Kambas 45) TN Kerinci Seblat 46) TN Ujung Kulon 47) TN Kelimutu 48) TWA Air Putih 49) TWA Tretes 50) TWA Gunung Baung 51) SM Dt. Yang 52) SM Pulau Bawean
Seluruh Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Suaka Margasatwa, dengan prioritas pada: 27) BBKSDA Jawa Barat 28) KSDA Jawa Tengah 29) TN Gunung Bromo Tengger
Semeru 30) TN Komodo 31) TN Bantimurung Bulusaraung 32) TN Tanjung Puting 33) TN Gunung Rinjani 34) TN Bali Barat 35) TN Gunung Gede Pangrango 36) TWA Tanjung Tampa 37) TWA Gunung Tunak 38) TN Baluran 39) TN Alas Purwo 40) TN Meru Betiri 41) TN Gunung Ciremai 42) TWA Kawah Ijen 43) TN Bukit Barisan Selatan 44) TN Way Kambas 45) TN Kerinci Seblat 46) TN Ujung Kulon 47) TN Kelimutu 48) TWA Air Putih 49) TWA Tretes 50) TWA Gunung Baung 51) SM Dt. Yang 52) SM Pulau Bawean
Seluruh Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Suaka Margasatwa, dengan prioritas pada: 11) BBKSDA Jawa Barat 12) TN Bromo Tengger Semeru 13) TN Komodo 14) KSDA Jawa Tengah 15) TN Bantimurung
Bulusaraung 16) TN Tanjung Puting 17) TN Gunung Rinjani 18) TN Bali Barat 19) TN Gunung Gede
Pangrango 20) BBKSDA Jawa Timur (TWA
Kawah Ijen, TWA Tretes, TWA Gunung Baung, SM Dt. Yang, SM Pulau Bawean)
Seluruh Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Suaka Margasatwa, dengan prioritas pada: 11) BBKSDA Jawa Barat 12) TN Bromo Tengger Semeru 13) TN Komodo 14) KSDA Jawa Tengah 15) TN Bantimurung Bulusaraung 16) TN Tanjung Puting 17) TN Gunung Rinjani 18) TN Bali Barat 19) TN Gunung Gede Pangrango 20) BBKSDA Jawa Timur (TWA Kawah
Ijen, TWA Tretes, TWA Gunung Baung, SM Dt. Yang, SM Pulau Bawean)
LAMPIRAN 3
Target Lokasi Pelaksanaan IKK Jumlah unit usaha pemanfaatan pariwisata alam di kawasan konservasi bertambah sebanyak 100 unit dari baseline tahun 2013
Target Lokasi Pelaksanaan IKK Keterangan
2015 2016 2017 2018 2019
1. TWA Kawah Ijen 2. TWA Pulau Sangalaki 3. TWA Muka Kuning 4. TWA Tanjung Tampa 5. TWA Gunung Tunak 6. TWA Bangko-Bangko 7. TWA Teluk Yotefa 8. TWA Kerandangan 9. TWA Papandayan 10. TWA Telaga Bodas 11. TWA Pantai Panjang
Pulau Baai 12. TN. Gn. Merbabu 13. TN. Ujung Kulon 14. TN. Komodo 15. TN. Gn. Rinjani 16. TN. Gn. Halimun
Salak 17. TN. Gunung Ciremai 18. TN. Bunaken 19. TN. Gn. Gede
Pangrango
1. TN. Tanjung Puting 2. TN Kepulauan Seribu 3. TN Meru Betiri 4. TN Kutai 5. TN Bogani Nani
Wartabone 6. TN Bantimurung
Bulusaraung 7. TN Takabonerate 8. TN Kelimutu 9. TN Bukit Barisan
Selatan 10. TN Way Kambas 11. TN Baluran 12. TN Betung Kerihun 13. TN Bali Barat 14. TN Bromo Tengger
Semeru 15. TN Wakatobi 16. TN Manusela 17. TWA Buyan
Tamblingan 18. TWA Panelokan 19. TWA Batu Angus
1. TN Karimunjawa 2. TN Gunung Gede
Pangrango 3. TN Alas Purwo 4. TN Kerinci Seblat 5. TN Berbak 6. TN Teso Nilo 7. TN Sembilang 8. TN Gunung Palung 9. TWA Pulau Weh 10. TWA Kepulauan
Banyak 11. TWA Sibolangit 12. TWA Kepualauan
Padamaran 13. TWA Gunung Baung 14. TWA Mangolo 15. TWA Gunung Guntur 16. TWA Wera 17. TWA Telogo Warno
Telogo Pengilon
1. TN Bukit Baka Bukit Raya
2. TN Rawa Aopa Watumohai
3. TN Wasur 4. TWA Gunung
Tangkupan Perahu
5. TWA Pelangan 6. TWA Pulau
Sangiang 7. TWA Gunung
Pancar 8. TWA Angke
Kapuk 9. TWA Batu Putih 10. TWA Punti Kayu 11. TB Pulau Moyo
1. TWA Linggar Jati 2. TWA Pulau
Kembang 3. TWA Sukawayana 4. TWA Tretes 5. TWA Grojogan
Sewu 6. TWA Pangandaran 7. TWA Pulau
Satonda 8. TWA Cimanggu 9. TWA Jember
Dalam 1 lokus, jumlah unit usaha dapat lebih dari 1 unit
LAMPIRAN 4
Target Lokasi Pelaksanaan IKK “Jumlah pemanfaatan jasa lingkungan air yang beroperasi di kawasan konservasi bertambah sebanyak 25 unit”
Target Lokasi Pelaksanaan IKK Keterangan
2015 2016 2017 2018 2019
1. TN Kerinci Seblat 2. TN Gunung Ciremai 3. TN Bogani Nani
Wartabone 4. TWA Bukit Tangkiling 5. TWA Gunung Baung
1. TN Gn. Halimun Salak 2. TN Gn. Gede
Pangrango 3. TN Manupeu Tanadaru 4. TWA Kerandangan
1. TN Gn. Leuser 2. TN Gunung Palung 3. TN Gunung Rinjani 4. SM. Pulau Bawean
1. TWA Warno Telogo Pengilon
2. TWA Grojogan Sewu
3. TN Laiwangi Wanggameti
4. Bantimurung Bulusaraung
1. TWA. Tretes 2. TWA Tirta Rimba
Air Jatuh 3. TWA Wera
Dalam 1 lokus, jumlah unit usaha dapat lebih dari 1 unit
LAMPIRAN 5
Target Lokasi Pelaksanaan IKK “Jumlah pemanfaatan energi air dari kawasan konservasi untuk keperluan mini/micro hydro power plant bertambah sebanyak minimal 50 unit”
Target Lokasi Pelaksanaan IKK Keterangan
2015 2016 2017 2018 2019
1. TN Gunung Leuser 2. TN Bogani Nani
Wartabone 3. TN Kerinci Seblat 4. TN Laiwangi Wanggameti 5. TN Manupeu Tanadaru 6. TWA Gunung Baung
1. TN Bantimurung Bulusaraung
2. TN Gunung Halimun Salak
3. TN Bukit Barisan Selatan 4. TN Bukit Baka Bukit Raya 5. TN Rawa Aopa
Watumohai 6. TN Manusela
1. TN Gunung Leuser 2. TN Bogani Nani
Wartabone 3. TN Kerinci Seblat 4. TN Laiwangi
Wanggameti 5. TN Manupeu
Tanadaru 6. TWA Gunung Baung
1. TN Bantimurung Bulusaraung
2. TN Gunung Halimun Salak
3. TN Bukit Barisan Selatan
4. TN Bukit Baka Bukit Raya
5. TN Rawa Aopa Watumohai
6. TN Manusela
1. TN Gunung Leuser 2. TN Bogani Nani
Wartabone 3. TN Kerinci Seblat 4. TN Laiwangi
Wanggameti 5. TN Manupeu
Tanadaru 6. TWA Gunung Baung
Dalam 1 lokus, jumlah unit usaha dapat lebih dari 1 unit
LAMPIRAN 6
Target Lokasi Pelaksanaan IKK “Jumlah Unit Usaha pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi yang beroperasi di kawasan konservasi sebanyak 5 izin”
Target Lokasi Pelaksanaan IKK Keterangan
2015 2016 2017 2018 2019
- 1. TN. Gn Halimun Salak 2. TN. Ciremai 3. TN. Kerinci Seblat 4. TN. Bukit Barisan
Selatan 5. TN. Gn. Rinjani
1. TN. Gn Halimun Salak 2. TN. Ciremai 3. TN. Kerinci Seblat 4. TN. Bukit Barisan
Selatan 5. TN. Gn. Rinjani
1. TN. Gn Halimun Salak
2. TN. Ciremai 3. TN. Kerinci
Seblat 4. TN. Bukit Barisan
Selatan 5. TN. Gn. Rinjani
1. TN. Gn Halimun Salak
2. TN. Ciremai 3. TN. Kerinci Seblat 4. TN. Bukit Barisan
Selatan 5. TN. Gn. Rinjani
Dalam 1 lokus, jumlah unit usaha dapat lebih dari 1 unit
LAMPIRAN 7
Target Lokasi Pelaksanaan IKK “Jumlah registrasi atau sertifikasi Verified Carbon Standard (VCS) atau Climate, Community and Biodiversity Alliance (CCBA) REDD+ pada 2 unit kawasan konservasi
Target Lokasi Pelaksanaan IKK
2015 2016 2017 2018 2019
TN Sebangau TN Sebangau TN Sebangau TN Sebangau TN Berbak
TN Sebangau TN Berbak
LAMPIRAN 8
Proyeksi Pembiayaan Pencapaian Kegiatan Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi 2015-2019
NO IKK Satker Tahun Pembiayaan (Indikatif) dalam Ribu Total
Pembiayaan (2015-2019) (Rp)
(dalam ribuan) 2015 2016 2017 2018 2019
1
Jumlah Kunjungan wisata ke kawasan konservasi minimal sebanyak 1,5 juta orang wisatawan mancanegara selama 5 tahun
PJLHK 817.135
2.132.625
2.260.583
2.396.217
2.539.990
10.146.550
BKSDA 9.000.000
10.400.000
12.000.000
13.800.000
15.900.000
61.100.000
TN 11.000.000
12.600.000
14.500.000
16.700.000
19.200.000
74.000.000
2
Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi minimal sebanyak 20 juta orang wisatawan nusantara selama 5 tahun
PJLHK 1.791.305
980.562
1.039.396
1.101.759
1.167.865
6.080.887
BKSDA 8.100.000
9.360.000
10.800.000
12.420.000
14.310.000
54.990.000
TN 9.900.000
11.340.000
13.050.000
15.030.000
17.280.000
66.600.000
3
Jumlah unit usaha pemanfaatan pariwisata alam di kawasan konservasi bertambah sebanyak 100 unit dari baseline tahun 2013
PJLHK 2.702.600
3.184.041
3.375.083
3.577.588
3.792.244
16.631.557
BKSDA 7.200.000
8.320.000
9.600.000
11.040.000
12.720.000
48.880.000
TN 8.800.000
10.080.000
11.600.000
13.360.000
15.360.000
59.200.000
4
Jumlah pemanfaatan jasa lingkungan air yang beroperasi di kawasan konservasi bertambah sebanyak 25 unit
PJLHK 874.665
1.049.598
1.112.574
1.179.328
1.250.088
5.466.253
BKSDA 6.300.000
7.280.000
8.400.000
9.660.000
11.130.000
42.770.000
TN 7.700.000
8.820.000
10.150.000
11.690.000
13.440.000
51.800.000
5 Peningkatan pemanfaatan energi air dari kawasan konservasi untuk keperluan mini/micro hydro power plant sebanyak 50 unit selama 5 tahun
PJLHK 263.849
316.619
335.616
355.753
377.098
1.648.936
BKSDA 6.300.000
7.280.000
8.400.000
9.660.000
11.130.000
42.770.000
TN 7.700.000
8.820.000
10.150.000
11.690.000
13.440.000
51.800.000
6
Jumlah unit usaha pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi yang beroperasi di kawasan konservasi sebanyak 5 ijin
PJLHK 402.976
483.572
512.586
543.341
575.942
2.518.418
BKSDA 4.500.000
5.200.000
6.000.000
6.900.000
7.950.000
30.550.000
TN 5.500.000
6.300.000
7.250.000
8.350.000
9.600.000
37.000.000
7 Jumlah registrasi atau sertifikasi Verified Carbon Standard (VCS) atau Climate, Community and Biodiversity Alliance (CCBA) REDD+ pada 2 unit kawasan konservasi
PJLHK 757.290
908.748
963.273
1.021.069
1.082.333
4.732.714
BKSDA 3.600.000
4.160.000
4.800.000
5.520.000
6.360.000
24.440.000
TN 4.400.000
5.040.000
5.800.000
6.680.000
7.680.000
29.600.000
JUMLAH TOTAL PJLHK 7.609.820 9.055.765 9.599.111 10.175.058 10.785.561 47.225.314 BKSDA 45.000.000 52.000.000 60.000.000 69.000.000 79.500.000 305.500.000 TN 55.000.000 63.000.000 72.500.000 83.500.000 96.000.000 370.000.000