Rencana Pengembangan Sdm Kph

14
RENCANA PENGEMBANGAN SDM KPH WILAYAH PELAYANAN BDK MAKASSAR (A.Muh.Rafii) Abstract. To support the success of FMU in realizing sustainable forest management will require human resources (HR) professionals. HR became a major element in any activity included in forest management activities. HR professionals become necessary condition that must be met by the FMU. HR would eventually fill the entire existing positions in the organizational structure FMU ranging from managerial level to technicians in the field. ; Many as 25 KPH models in the service area of Makassar Forestry Training Centre which will soon be operational needs of human resources management as soon as possible so that they are able to fix their respective areas that will eventually be self-sufficient Keywords: HR KPH, KPH operationalization PENDAHULUAN Mengingat tingkat kerusakan hutan di Indonesia cukup tinggi, maka pemerintah 1

description

PENGEMBANGAN SDM KPH

Transcript of Rencana Pengembangan Sdm Kph

LAPORAN KETUA PANITIA

RENCANA PENGEMBANGAN SDM KPH WILAYAH PELAYANAN BDK MAKASSAR

(A.Muh.Rafii)

Abstract. To support the success of FMU in realizing sustainable forest management will require human resources (HR) professionals. HR became a major element in any activity included in forest management activities. HR professionals become necessary condition that must be met by the FMU. HR would eventually fill the entire existing positions in the organizational structure FMU ranging from managerial level to technicians in the field. ; Many as 25 KPH models in the service area of Makassar Forestry Training Centre which will soon be operational needs of human resources management as soon as possible so that they are able to fix their respective areas that will eventually be self-sufficient

Keywords: HR KPH, KPH operationalization

PENDAHULUAN

Mengingat tingkat kerusakan hutan di Indonesia cukup tinggi, maka pemerintah mencoba memperbaiki pengelolaan sumber daya hutan melalui penguatan kelembagaan pengelolaan hutan. Telah diyakinkan bahwa dengan membentuk unit-unit pengelolaan lapangan di tingkat tapak berupa Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang mencakup seluruh wilayah hutan akan menjamin kelesarian hutan, karena seluruh wilayah hutan akan mempunyai pengelola yang bertanggung jawab atas kelestarian hutan di wilayahnya.

Pembentukan KPH diluar Jawa adalah gagasan lama yang ingin dilakukan dengan meniru pengurusan hutan jati di Jawa. Pengurusan dengan membentuk KPH di hutan jati Jawa merupakan sistim pengurusan yang sangat baik - mungkin terbaik - yang kerenanya ingin diterapkan juga di hutan-hutan rimba di luar Jawa. Dengan pola seperti itulah, maka pemerintah menjamin KPH dapat mensejahterakan masyarakat.

Untuk mempercepat operasionalisasi KPH di tahun 2014 dilaksanakan penajaman kegiatan Konvergensi KPH Model berdasarkan RPHJP/RKT/Bisnis Plan dan diwujudkan melalui kegiatan-kegiatan antara lain :

BP2HP memfasilitasi penyusunan Rencana Bisnis KPHP/L , pelatihan ganis dan wasganis, SVLK, HTR, Pemanfaatan Kayu, dll

BPKH memfasilitasi penyusunan RKT, Tata Batas Blok dan Petak, Inventarisasi Potensi, Peta, Penyiapan honor Basarhut dan SMK Kehutanan, Pengadaan Sarana Prasarana KPH Model, dll

Pusdiklat/BDK fasilitasi pelatihan dan penyiapan SDM Kehutanan, Realiasi penempatan Basarhut (Bakti Sarjana Kehutanan) dan SMK Kehutanan, dll

BPDAS/BPTH/BPM menfasilitasi kegiatan RHL, pengadaan bibit, HKM, HD, Pemanfaatan HHBK, dll

BKSDA/BTN memfasilitasi kegiatan pengamanan hutan terpadu, perbantuan tenaga POLHUT dan PPNS, penanggulangan kebakaran, Pemanfaatan TSL dan Jasa Lingkungan, dll

BPK, desiminasi hasil-hasil penelitian, pembangunan mikro hidro, bantuan bibit unggul/berkualitas, pendampingan tenaga peneliti dll

Dinas Kehutanan Propinsi dan Kabupaten/Kota memfasilitasi pembangunan sarana dan prasarana resort, Pembentukan PPK-BLUD, Pengamanan Hutan, dll

Sampai tahun 2012 sudah terbentuk 60 KPH dan tahun 2014 ini ada sebanyak 120 KPH model yang sudah terbentuk. Rencana Kementerian Kehutanan hingga tahun 2020 nanti terbentuk sebanyak 600 KPH dan sudah diserahkan ke daerah sebagai bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Sektor Kehutanan 2015-2019. Dari jumlah tersebut terdapat 70 kawasan konservasi yang di dalamnya sebanyak 50 berbentuk Taman Nasional. Kebijakan ini diharapkan dapat mengoptimalkan KPH sebagai upaya tata kelola hutan yang lebih akuntabel, efisien serta transparan. Dukungan SDM KPH lebih ditingkatkan dengan melengkapi kekurangan SDM dan meningkatkan kualitasnya SDM yang sudah ada.

Dalam rangka mempercepat operasionalisasi KPH, maka berbagai upaya telah dilakukan pemerintah antara lain dengan memotivasi semua pihak untuk mendukung KPH dengan mengeluarkan pernyataan No KPH, No Money, atau dengan melakukan kegiatan Rakorbanghutda dan Konvergensi KPH di masing-masing wilayah untuk mempercepat pengoperasian KPH. Dari kegiatan tersebut akan muncul jenis-jenis kegiatan dan masing-masing pihak yang terkait dapat mempersiapkan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.

Lembaga diklat diklat dalam hal ini Pusdiklat Kehutanan atau Balai Diklat Kehutanan telah memantau dan mengikuti perkembangan kegiatan tersebut dalam rangka menyiapkan dukungan kegiatan terhadap operasionalisasi KPH.

Kegiatan awal KPH berupa Inventarisasi Hutan

DESKRIPSI SDM KPH

KPH berperan sebagai penyelenggara pengelolaan hutan di lapangan atau di tingkat tapak yang harus menjamin bahwa pengelolaan hutan dilakukan secara lestari sesuai dengan fungsinya. Organisasi KPH terdiri dari Kepala KPH yang dibantu oleh tenaga Administrasi dan Tehnis (Bendahara, Tata Usaha & Seksi-seksi) yang ditambah dengan tenaga Profesional.

Dalam menjalankan kegiatannya, KPH yang cukup luas idealnya dapat memekarkan fungsinya dengan membentuk BKPH (Bagian Kesatuan Pengusahaan Hutan) dan selanjutnya BKPH dapat dibagi kedalam WPH (Wilayah Pengamanan Hutan) atau RPH (Resort Pengamanan Hutan). KPH didukung oleh SDM yang memadai yang terdiri dari Kepala KPH, Bagian produksi, Bagian Perencanaan, Bagian Pemasaran, Bagian diklat & Litbang, Bagian Tata Usaha dan staf Administrasi. Sedangkan BKPH didukung oleh seorang Kepala BKPH, Seksi Pembinaan Hutan, Seksi Pemanenan, Seksi Pengamanan Hutan dan Administrasi serta dilengkapi dengan penanggung jawab Penanaman, Pemeliharaan dan Pemanenan.

Untuk memenuhi formasi SDM KPH tersebut di atas diperlukan sejumlah persyaratan kualifikasi SDM KPH yang dibutuhkan. Hal ini penting mengingat kegiatan pengelolaan hutan sangat membutuhkan SDM yang profesional sesuai bidang keahliannya serta pengalaman karir dalam kegiatan pengelolaan hutan.

Pengelolaan KPH tidak mungkin dapat optimal tanpa adanya dukungan SDM yang cukup dan Kompeten. Pemerintah memastikan 120 KPH model sudah beroperasi, dan terbentuk 600 KPH non model dengan biaya sharing sudah diserahkan ke daerah sebagai bagian dari Rencana Pembangunan Jangka menengah (RPJM) Sektor Kehutanan 2015 - 2019. Kebijakan ini diharapkan dapat mengoptimalkan KPH sebagai upaya tata kelola hutan yang lebih akuntabel, efisien serta transparan. Dukungan SDM KPH lebih ditingkatkan dengan melengkapi kekurangan SDM dan meningkatkan kualitasnya SDM yang sudah ada.

Dengan perhitungan rata-rata minimal 25 orang per KPH, maka kebutuhan minimal SDM pada 600 KPH di tahun 2020 adalah 15.000 orang. Dalam rangka mengisi kebutuhan SDM Pengelola KPH tersebut, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan telah melakukan upaya terobosan penyediaan tenaga pengelola KPH melalui Program Bakti Sarjana Kehutanan (BASARHUT) sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.30/Menhut-II/2013 tentang Bakti Sarjana Kehutanan (BASARHUT) Dalam Pembangunan Kehutanan dan Peraturan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan Nomor P. 3/IX-Set/2013 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Bakti Sarjana Kehutanan.

Program BASARHUT hasil seleksi Tahun 2014 diprioritaskan untuk mendukung operasionalisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). Para sarjana yang tergabung dalam Basarhut ini terdiri dari Sarjana (S1) Kehutanan / Diploma IV Kehutanan / Diploma IV Penyuluhan Kehutanan yang jumlahnya 120 orang akan mengisi bidang tehnis dan administrasi pada pengelolaan hutan di tingkat KPH. Selain tenaga sarjana, juga dibutuhkan tenaga SMK Kehutanan sejumlah 210 orang yang akan mengisi bidang Tehnisi Kehutanan Terampil. Mereka akan mengabdi selama masa kontrak 2 tahun terhitung mulai Tanggal 1 Maret 2014 dengan memperoleh hak dan kewajiban yang telah ditentukan.

KEBUTUHAN SDM KPH

Untuk mendukung keberhasilan KPH dalam mewujudkan pengelolaan hutan yang lestari maka diperlukan sumberdaya manusia (SDM) yang profesional. SDM menjadi unsur yang utama dalam setiap kegiatan termasuk dalam kegiatan pengelolaan hutan. SDM yang profesional menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh KPH agar dapat mengelola kawasan hutannya dengan mandiri. SDM ini nantinya akan mengisi seluruh posisi jabatan yang ada dalam struktur organisasi KPH mulai dari tingkat manajerial sampai teknisi di lapangan.

Perencanaan SDM KPH akan dapat dilaksanakan dengan baik dan benar jika dalam perencanaanya kita dapat mengetahui apa dan bagaimana kebutuhan SDM yang dibutuhkan oleh KPH itu. Perencanaan SDM adalah proses merencanakan tenaga kerja agar sesuai dengan kebutuhan suatu kegiatan dengan demikian tujuan yang telah ditetapkan dari kegiatan tersebut bisa tercapai dengan cara seefisien mungkin.

Sebanyak 25 KPH model di wilayah pelayanan Balai Diklat Kehutanan Makassar yang akan segera beroperasi perlu penanganan SDM secepat mungkin agar mereka mampu membenahi wilayah masing-masing yang pada akhirnya akan mandiri. Umumnya kelembagaan dan fasilitas sudah siap, namun SDMnya yang belum maksimal, sehingga kegiatan awal yang seharusnya sudah bisa dilaksanakan akhirnya juga ikut tersendat-sendat. RPHJP masing-masing KPH diwilayah pelayanan Balai Diklat Kehutanan Makassar dianalisa bentuk-bentuk kegiatan awalnya dan dipadukan dengan standar kompetensi yang dibutuhkan SDM KPH sesuai SKKNI, maka umumnya KPH di wilayah pelayanan Balai diklat Kehutanan Makassar memerlukan peningkatan kompetensi pada tahap awal seperti tersebut diabawah ini :

NO

PROGRAM KEGIATAN KPH YANG BERHUBUNGAN DENGAN SDM PADA RPHJP

KOMPETENSI YANG DIBUTUHKAN SESUAI SKKNI

1

Inventarisasi Hutan

Melakukan evaluasi invent. tegakan

Melaksanakan Inventarisasi Teg,Hutan

2

Penataan Hutan/tata batas kawasan hutan

Merencanakan penataan hutan

Melakukan pengukuran teristris kawasan hutan

Mengukur koordinat lapangan dengan GPS

3

Pembukaan Wilayah Hutan

Membuat terace jalan hutan

Melaksanakan PWH

Membuat peta terace jalan

Mengoperasika alat berat

4

Pembuatan Agroforestry

Membuat Agroforestry

5

Kegiatan Penyuluhan

Menyuluhan

6

Rehabilitasi & Reklamasi Lahan Eks Longsor

Menyusun rencana rehabilitasi

Membuat bahan tanaman

Melakukan penanaman

7

Pembuatan Embung-embung

Membuat Embung-embung

8

Pembuatan Ilaran Api/Sekat bakar

merencanakan perlindungan hutan dari kebakaran

Melaksanakan penanganan dan pengendalian karhut.

Melaksanakan mitigasi karhut

Menyusun sistem peringatan dini

Mengopersikan alat pemadam karhut

Melakukan sosialisasi pencegahan karhut

9

Pembuatan Koridor Satwa Dilindung

Merencanakan konservasi ekosistem, habitat, spesies & sumber daya genetik pada tkt unit kelestarian

Melakukan tindakan perlindungan spesies dilindungi

10

Penyusunan Rencana Pengelolaan

Melakukan Ev. perencanaan.

Menyusun renc.karya pengelolaan hutan tkt.KPH secara partisipatif

Menyusun RKT pengusahaan hasil hutan kayu

Menyusun rencana studi amdal

Menyusun renc.pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan

11

Pengukuran kawasan

Merencanakan penataan hutan

Melakukan pengukuran teristris kawasan hutan

Mengukur koordinat lapangan dengan GPS

12

Pemungutan & Pengolahan Hasil HHBK

Merencanakan dan melaksanakan pemanenan HHBK

Melaksanakan budidaya HHBK

Menyusun rencana pemasaran HHBK

13

Penyediaan benih

Mengelola sumber benih

Membuat rencana & melakukan pengunduhan

Melakukan pengolahan benih

14

Penyediaan Bibibt Tanaman

Menyiapkan & membangun lokasi persemaian

Melakukan pembuatan bibit

15

Penanaman Tanaman Hutan

Melakukan penanaman

Melakukan penilaian tanaman

16

Pemanfaatan Jaslin & WA

Merencanakan pemanfaatan produk jasling

Mempromosikan produk jasling

Menerapkan tindakan perlindungan jasling

17

Identifikasi Potensi Jasling

Melakukan pengukuran parameter obyek WA

Melakukan klasifikasi nilai ekologi, konservasi, sossbud.

Melakukan analisis hsl pengeukuran parameter jaslin & objek WA

18

Pengelolaan HHBK Aren, Rotan, Damar

Merencanakan dan melaksanakan pemanenan HHBK

Melaksanakan budidaya HHBK

Menyusun rencana pemasaran HHBK

19

Perlindungan Kawasan Hutan

Merencanakan perlindungan hutan

Menangani pelanggaran hukum

Melakukan patroli di lapangan

20

Pengembangan HHBK Unggulan seperti : aren, lebah madu, murbei, karet, masohi, jernang dan lain-lain

Merencanakan dan melaksanakan pemanenan HHBK

Melaksanakan budidaya HHBK

Menyusun rencana pemasaran HHBK

Daftar Pustaka

.., 2011. Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Sumber daya Manusia Kesatuan Pengelolaan Hutan. Pusat Standarisasi dan Lingkungan Kemenhut dan FORCLIME, GIZ. Jakarta.

Sulistiyono, N. 2014. Kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) Menuju Kemandirian KPH.

https://id.berita.yahoo.com.Kemenhut Siap Serahkan 120 KHP Ke daerah.

1