Inisiatif Pembangunan KPH Pesisir Kubu Raya

24
Inisiatif Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Kawasan Pesisir Kubu Raya Tim Penulis: H.R. Sudewo.SH, MH Fajri Nailus Subchi Denni Nurdwiansyah “Membangun Pengelolaan Hutan Pesisir yang Efektif Untuk Konservasi dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat” FOTO: SAMPAN 2012

description

Kertas Posisi yang ditulis oleh 1. H.R. Sudewo. SH, MH 2. Fajri Nailus Subchi 3. Denni Nurdwiansyah

Transcript of Inisiatif Pembangunan KPH Pesisir Kubu Raya

Page 1: Inisiatif Pembangunan KPH Pesisir Kubu Raya

Inisiatif Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)Kawasan Pesisir Kubu Raya

Tim Penulis:H.R. Sudewo.SH, MHFajri Nailus SubchiDenni Nurdwiansyah

“Membangun Pengelolaan Hutan Pesisir yang Efektif Untuk Konservasi dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat”

FOTO: SAMPAN 2012

Page 2: Inisiatif Pembangunan KPH Pesisir Kubu Raya

Inisiatif Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)

Kawasan Pesisir Kubu Raya

Tim Penulis:H.R. Sudewo.SH, MHFajri Nailus Subchi

Denni Nurdwiansyah

“Membangun Pengelolaan Hutan Pesisir yang Efektif Untuk Konservasi dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat”

Page 3: Inisiatif Pembangunan KPH Pesisir Kubu Raya

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan YME, karena rah-mat dan karunianya kertas posisi berjudul “Inisiatif Pemban-gunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Kawasan Pesisir Kubu Raya” ini dapat diselesaikan dengan baik.

Kertas posisi ini disusun untuk memberikan gambaran se-cara singkat tentang pentingnya pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di Kawasan Pesisir Kubu Raya dengan tema utama “Membangun Pengelolaan Hutan Pesisir yang Efektif Untuk Konservasi dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat”. Selama ini, Kawasan Pesisir yang didalamnya terdapat potensi sumber daya hutan yang sangat luar bisa belum terkelola dengan adil dan berkelanjutan. Alih-alih meningkatkan ekonomi masyarakat, malah pengelolaan ka-wasan hutan pesisir justru malah menimbulkan polemik yang berkepanjangan seperti konflik kepentingan, bencana ekol-ogis akibat rusaknya hutan pesisir dan lain sebagainya.

Terbitnya kertas posisi ini diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada semua stakeholder terkait tentang pentingnya melakukan usaha-usaha konkret untuk memper-baiki tata kelola kawasan pesisir.

Akhir kata, besar harapan kami kertas posisi singkat ini da-pat menjadi acuan bagi semua pihak untuk bekerjasama dalam mendorong perbaikan tata kelola kawasan pesisir. Tidak lupa kitik dan saran untuk perbaikan kedepan sangat kami harapkan.

Kubu Raya, 5 Desember 2014

H.R. Sudewo.SH, MH

Kata Pengantar

Page 4: Inisiatif Pembangunan KPH Pesisir Kubu Raya

Secara geografis, Kabupaten Kubu Raya berada di sisi Barat Daya Propinsi Kalimantan Barat atau berada pada posisi 00 13’40,83’’ sampai dengan 10 00’53,09’’ Lintang Selatan dan 1090 02’19,31’’ Bujur Timur sampai dengan 1090 58’32,16’’ Bujur Timur

Sedangkan secara administratif, batas wilayah Kabupaten Kubu Raya sebelah Utara berbatasan dengan Kota Pontian-ak dan Kabupaten Pontianak, sebelah Selatan dengan Ka-bupaten Ketapang, sebelah Barat berbatasan dengan Laut Natuna, dan sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Landak dan Kabupaten Sanggau

Topografi berupa daratan berdataran rendah dengan dengan kemiringan lahan rata-rata 0 – 2 derajat seluas 670.825,20 ha (96,04%), lereng dengan 16 – 25 derajat seluas 20.390 ha dan kemiringan diatas 40 derajat seluas 7.305,60 ha. Topografi yang berupa daratan rendah ter-hubung dengan Laut Natuna (Cina Selatan) yang kemudian membentuk cabang-cabang sungai. Proses alam yang pan-jang membuat muara, pesisir maupun hilir dari Sungai Ka-puas membentuk formasi Hutan Mangrove dan Hutan Rawa Gambut yang sangat kaya akan keanekaragaman hayati dan plasma nuftah.

Profil Singkat Kabupaten Kubu Raya

FOTO

: SA

MPA

N 2

012

Page 5: Inisiatif Pembangunan KPH Pesisir Kubu Raya

Rencana Lokasi Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan Kawasan Pesisir

Berdasarkan fungsi, Kabupaten Kubu Raya dibagi kedalam Areal Penggunaan Lain (APL) seluas 443.286,83 ha dan Ka-wasan Hutan seluas 388.392,73 ha. Rencana pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Kawasan Pesisir berada di Kecamatan Batu Ampar, Kubu, Teluk Pakkedai, dan sebagaian di Kecamatan Terentang.

Kawasan hutan di empat kecamatan tersebut saat ini tel-ah dibebani dengan bermacam pengelolaan mulai dari IU-PHHK-HT, IUPHHK-HA, IUPHHK-RE, Hutan Desa, dan Hutan Kemasyarakatan. Serta Ijin non-kehutanan seperti Ijin Usaha Pertambangan dan Ijin Usaha Perkebunan

Lokasi tersebut memiliki tutupan hutan yang cukup baik dan didominasi oleh ekosistim hutan mangrove dan gambut yang tersebar dari sepanjang pantai sampai ke wilayah hulu. Hu-tan Mangrove dan Gambut di Kubu Raya ditetapkan menjadi Hutan Lindung Bakau seluas 62.558,81 ha dan Hutan Lindung Gambut seluas 72.095,87 ha.

171,477.35 98,104.39

53,041.54 65,769.45

443,286.83

HutanLindung(HL)

HutanProduksi

(HP)

HutanProduksiKonversi(HPK)

HutanProduksiTerbatas(HPT)

ArealPenggunaanLain (APL)

Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Kubu Raya

Page 6: Inisiatif Pembangunan KPH Pesisir Kubu Raya

Hutan Mangrove Kubu RayaEkosistim Terlengkap dan Tekaya di Dunia

Hutan Mangrove di Kabupaten Kubu Raya memiliki luas ± 100.915 Ha atau 21,36 % dari luas mangrove di Kalimantan Barat. Mayoritas hutan mangrove atau sebesar ± 65.585 Ha (65 %) terletak di Ka-wasan Mangrove Batu Ampar tepatnya di 0,84 0,87 SL dan 109,65 – 109,68 EL. Berdasarkan fungsi, kawasan Hutan Mangrove Batu Am-par dibagi menjadi kawasan Hutan Produksi 32.350 ha (49,33%) dan kawasan Hutan Lindung 33.325 ha (50,67%).

Kawasan Hutan Mangrove Batu Ampar berada di 23 Desa yang ter-bagi Kecamatan Teluk Pakedai 5 Desa, Kubu 7 Desa dan Kecamatan Batu Ampar 11 Desa. Jumlah penduduk sebanyak 51.998 jiwa ter-bagi 26.544 jiwa laki-laki dan 25.454 jiwa perempuan yang terdiri dari berbagai suku seperti melayu, bugis, cina dan dayak.

Page 7: Inisiatif Pembangunan KPH Pesisir Kubu Raya

Hutan Mangrove Kubu RayaEkosistim Terlengkap dan Tekaya di Dunia Kawasan Hutan Mangrove memiliki fungsi ekonomi dan ekologi

bagi keberlanjutan kehidupan 51.998 jiwa manusia, serta bagi pelestarian keanekaragaman flora dan fauna pesisir. Fungsi ekonomi mangrove antara lain sumber protein hewani, sumber

“Merujuk kepada beberapa literatur, Kawasan Hutan Mangrove Batu

Ampar memiliki ekosistem flora dan fauna yang sangat kaya dan terleng-kap di dunia. Formasi mangrove Ka-wasan Batu Ampar berupa anyaman akar-akaran yang terdiri terdiri dari Avecennia, Sonneratia, Rhizophora dan Bruguiera, Rhizophora dan

Nypa. Formasi yang demikian mem-buat species flora dan fauna dapat

berkembang biak dengan baik. Terda-pat 50 jenis species kayu mangrove,

23 true mangrove, 8 mangrove associ-ate, 19 jenis ecotone dan terresteriel, mamalia 11 species, reptil 11 speceis, ampibi 1 speciec, aves 52 species dan

fisher 108 species.”

pendapatan, bahan baku rumah, dan obat tradisional. Fungsi ekologi antara lain pemecah ombak, penahan abrasi, sedimentasi dan banjir rob juga badai dan angin ribut serta tsunami, penyaring intrusi air laut masuk ke sungai, dan untuk adaptasi menghadapi bencana perubahan iklim.

Hutan Mangrove juga berperan penting bagi pelestarian flora dan fauna dimana hutan man-grove merupakan daerah asuhan (nursery ground) dan areal pemijahan (spawning ground) bagi jenis ikan, udang, dan kerang-kerangan laut.

Selain itu, kekhasan Kawasan Hutan Mangrove Batu Ampar salah satunya terdapat fauna ende-mik Pulau Kalimantan yaitu Bekantan (Nasalis Larvatus) yang saat ini berdasarkan IUCN Redlist masuk katagori Endangered (EN; Genting atau Terancam), jenis buaya air asin maupun air tawar yaitu buaya katak (Crocodylus porosus), serta satwa perairan yaitu lumba-lumba air payau ikan pesut (Orcaella brevirostris), Sedangkan flora terlindungi salah satunya pohon kandalia (candel Druce) yang saat ini terancam kepunahan.

FOTO

: SAM

PAN

2012

Page 8: Inisiatif Pembangunan KPH Pesisir Kubu Raya

Lahan GambutPenyedia Jasa Lingkungan yang Tidak Ternilai

FOTO: SAMPAN 2014

Page 9: Inisiatif Pembangunan KPH Pesisir Kubu Raya

Identifikasi yang dilakukan oleh SAMPAN, Kabupaten Kubu Raya memiliki lahan gambut seluas 414,521.56 hektar atau 49% dari total luas wilayah Kubu Raya. Lahan gambut di Kubu Raya terbentang mulai dari Kec. Kuala Mandor B hingga ke-camatan yang dilalui oleh sungai Kapuas seperti Kec. Sungai Ambawang, Sungai Raya, Rasau Jaya, Terentang, dan Sungai Kakap.

Lahan gambut di Kubu Raya terbentuk dari edapan halus yang diakibatkan oleh pasang surutnya air laut terperang-kap oleh akar mangrove sehingga membentuk lahan baru. Unsur micro-oragnisme yang tidak mampu menguraikan ronto-kan tumbuhan-tumbuhan karena pengaruh anaerob membuat rontokan tumbuhan menimbun dan membentuk lapisan tanah gambut. Sungai-sungai mengendapkan alluvial disepanjang alirannya, membentuk tanggul yang bertambah tinggi kemu-dian membentuk rawa. Tanggul memisahkan rawa dari sun-gai. Rawa yang hanya mengandalkan dari air hujan membuat rawa gambut tumbuh pohon dan membentuk ekosistim hutan dan plsma nuftah yang lebih khas menggantikan formasi se-belumnya.

Buku Ekologi Kalimantan menjelaskan bahwa vegetasi lahan basah terbangun zonasi hutan berdasarkan kedalaman gam-butnya, tajuk-tajuk pohon kayu tidak merata, dimana pohon-pohon hutan yang tingggi memberikan kesempatan untuk tumbuhnya pohon-pohon yang kecil untuk tumvuh lebih rapat. Akar-akar yang digunakan untuk menyerap hara memben-tuk anyaman yang rapat diatas permukaan air tanah, untuk menyerap endapan hara dari laposan tanah yang tebalnya kurang lebih 15 cm. Walaupun dianggap miskin namun hu-tan rawa gambut memiliki 927 jenis tumbuhan berbunga, 224 marga tumbuhan paku dan 70 jenis pohon.

Lahan gambut memiliki fungsi ekologi sangat penting bagi ke-hidupan masyarakat pesisir. Beberapa fungsi ekologi lahan gambut sebagai berikut:

1. Melindungi sumber-sumber air (memelihara daur hidrologi, mengatur dan menstabilkan aliran permukaan dan menja-ga air tanah, berperan sebagai penyangga dalam berba-gai keadaan yang ekstrim, seperti banjir dan kekeringan).

2. Memelihara struktur tanah dan menahan kelembaban dan berbagai unsur hara untuk membantu melindungi kemam-puan produktif tanah.

Page 10: Inisiatif Pembangunan KPH Pesisir Kubu Raya

3. Menyimpan dan mendaur zat-zat hara (hara dari udara dan juga dari dalam tanah yang keduanya penting untuk kelangsungan kehidupan).

4. Menyerap dan menguraikan zat-zat pencemar (oleh berbagai komponen ekosistem mulai dari bakteri sampai berbagai bentuk kehidupan yang lebih tinggi, dan berbagai proses ekologis).

5. Memberi konstribusi terhadap kestabilan iklim (penyimpan karbon).6. Memelihara berbagai ekosistem (menjaga keseimbangan antara makhluk hidup dengan

berbagai sumber daya yang diperlukannya – seperti makanan dan naungan – yang mere-ka perlukan untuk tetap hidup).

Selain itu, lahan gambut memiliki fungsi ekonomi yang sangat besar bagi kelangsungan ke-hidupan masyarakat pesisir. Lahan gambut sebagai penyedia berbagai sumber makanan bagi masyarakat. Berbagai hewan buruan, ikan, dan sayur-sayuran maupun tanaman obat tersedia di lahan gambut dan dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir setiap harinya.

Lahan gambut merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting dan memainkan peranan penting. Lahan gambut memberikan berbagai jasa lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat, diantaranya berupa pasokan air, pengendalian banjir serta ber-bagai manfaat lainnya. Hutan rawa gambut juga berperan sangat penting dalam hal peny-impanan karbon maupun sebagai pelabuhan bagi keanekaragaman hayati yang penting dan unik.

FOTO

: IN

TERN

ET

Page 11: Inisiatif Pembangunan KPH Pesisir Kubu Raya

Urgensi Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Kawasan Pesisir Kabupaten Kubu Raya

Ketiadaan pengelolaan hutan yang efektif di tingkat Tapak menjadikan keberadaan hutan pesisir berada dalam anca-man yang serius. Terlebih kawasan pesisir merupakan ka-wasan sangat rentan dan rawan bencana ekologi yang dapat menimbulkan kerugian baik materi maupun non-materi.

Rusaknya hutan mangrove akan membuat tidak adanya penahan gelombang dan masuknya intrusi laut ke areal kelola masyarakat sehingga mengancam ketahanan pangan masyarakat. Rusaknya hutan mangrove membuat tidak ada lagi daerah asuhan (nursery ground) dan areal pemijahan (spawning ground) bagi beberapa jenis ikan, udang, dan kerang-kerangan laut. Pada saat cuaca ekstrim dan tidak menentu, hutan mangrove tidak dapat lagi menjadi sumber pendapatan alternative bagi nelayan.

FOTO: Pembabatan hutan mangrove untuk tambak.SAMPAN 2012

Page 12: Inisiatif Pembangunan KPH Pesisir Kubu Raya

Dilain sisi, aktifitas ekonomi yang berlebihan di lahan gambut mengakibatkan tidak adanya sumber cadangan air bersih. Masyarakat hanya bergantung kepada air hujan yang musim ke-marau berlangsung sepanjang tahunnya. Rusaknya lahan gambut juga mengakibatkan banjir dan kekeringan yang parah di kawasan pesisir. Lahan gambut tidak lagi berfungsi sebagai pen-gontrol air dalam jumlah yang besar dan penyedia air pada saat kemarau berkepanjangan.

Konversi hutan dan pengelolaan lahan gambut, terutama yang berhubungan dengan drainase dan pembakaran, merubah fungsi lahan gambut dari penambat karbon menjadi sumber emisi Gas Rumah Kaca. Lahan hutan yang terganggu (yang kayunya baru ditebang secara selektif) dan terpengaruh drainase, emisinya meningkat tajam, bahkan bisa lebih tinggi dibandingkan emisi dari lahan pertanian yang juga didrainase. Hal ini disebabkan oleh banyaknya bahan organik segar yang mudah terdekomposisi pada hutan terganggu.

Menyusutnya luasan lahan gambut akan memberikan dampak sosial, ekonomi dan kesehatan yang dahsyat bagi masyarakat luas Sebagai contoh, kebakaran hutan yang terjadi di lahan gambut tidak saja menimbulkan kerugian secara ekonomi akan tetapi juga telah menyebabkan ratusan ribu penduduk mengalami gangguan kesehatan pernapasan. Susutnya luasan lahan gambut atau berbagai kerusakan yang dialami juga akan menyebabkan berkurangnya fungsi penting mereka sebagai pemasok air, pengendali banjir serta pencegah intrusi air laut ke dara-tan.

Oleh sebab itu, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KHP) menjadi salah satu pilar penting untuk mem-benahi tata kelola hutan di tingkat Tapak. Utamanya untuk menjawab persoalan penataan hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan dalam hal pemantauan

FOTO: Pembukaan kanal di lahan gambut. SAMPAN 2014

Page 13: Inisiatif Pembangunan KPH Pesisir Kubu Raya

dan pengendalian terhadap pemegang izin, pemanfataan hutan di wilayah tertentu Rehabili-tasi hutan dan reklamasi, serta perlindungan hutan dan konservasi alam.

KPH dipandang sebagai solusi terbaik saat ini untuk menjalankan desentralisasi nyata sektor Kehutanan, melakukan optimalisasi akses masyarakat terhadap hutan dan resolusi konflik, me-nyelenggarakan dan mengelola urusan kehutanan tepat lokasi, tepat sasaran, tepat kegiatan dan tepat pendanaan, mendukung kemudahan dalam investasi bidang kehutanan, serta dapat membangun kapasitas masyarakat dan CSO dalam berpartisipasi terhadap pembangunan ke-hutanan.

Pembangunan KPH di kawasan pesisir menjadi sebuah keniscayaan. KHP diharapkan mampu mengelola konflik dengan masyarakat pesisir di dalam dan sekitar hutan yang diwujudkan melalui akomodasi hak dan akses masyarakat terhadap sumberdaya hutan, mewujudkan tata hubungan kerja yang harmonis antara KPH dengan stakeholder terkait, mewujudkan pengelo-laan hutan lestari melalui sinergi antar pelaku pengelolaan hutan baik pemegang ijin peman-faatan hutan dan penggunaan kawasan hutan.

Aspek penting, pembangunan KPH di kawasan pesisir diharapkan mampu membangun pengelo-laan hutan pesisir yang efektif untuk konservasi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam berbagai aspek, misalnya pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), jasa lingkun-gan, potensi pariwisata dan lain sebagainya. Sehingga, masyarakat memperoleh dampak nya-ta pembangunan kehutanan.

FOTO: Penebangan kayu alam di hutan rawa gambut oleh IUPHHK-HT di salah satu perusahaan di Kubu Raya. RPHK 2013

Page 14: Inisiatif Pembangunan KPH Pesisir Kubu Raya
Page 15: Inisiatif Pembangunan KPH Pesisir Kubu Raya

Tantangan Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan(KPH)

Kawasan Pesisir Kubu Raya

FOTO: SAMPAN 2014

Page 16: Inisiatif Pembangunan KPH Pesisir Kubu Raya

Minimnya pelibatan stakeholder terkait dalam perencanaan, pengelolaan, dan pemanfaatan kawasan hutan pesisir mem-buat banyak kebijakan berkaitan pengelolaan kawasan hu-tan pesisir tidak menjembatani bermacam kepentingan seh-ingga menimbulkan konflik sosial dan lingkungan. Oleh sebab itu, pembangunan KPH pesisir harus mampu mengakomodir bermacam kepentingan baik Pemerintah Daerah, sektor swasta, dan masyarakat yang berada didalam/disekitar hu-tan pesisir.

Hal ini mengingat kawasan hutan pesisir saat ini telah dibe-bani dengan berbagai macam pengelolaan oleh masyarakat maupun sektor swasta. Kawasan Hutan Mangrove Batu Am-par dengan total luas 65.585 Ha saat ini telah dibebani ijin IUPHHK-HA seluas 26,950.00 atau 41.09% dengan rincian PT. Bios 10.100 ha, PT. Kendalia 16.250 ha dan Koperasi Panther 600 ha.

Untuk lahan gambut, dari total luasan lahan gambut di Kubu Raya, 515,089.51 ha atau 124% telah dibebani ijin in-vestasi berbasis hutan dan lahan. Periijinan di lahan gambut mengindikasikan bahwa buruknya tata kelola hutan dan la-han dimana banyak terjadi tumpang antar perijinan. Belum lagi masyarakat yang dari berbagai generasi telah men-gelola dan memanfaatkan kawasan hutan pesisir untuk ke-berlanjutan hidupnya.

Pelibatan stakeholder terkait akan mendukung adanya tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, peman-faatan hutan dalam hal pemantauan dan pengendalian terh-adap pemegang izin, pemanfataan hutan di wilayah tertentu Rehabilitasi hutan dan reklamasi, serta perlindungan hutan dan konservasi alam.

Membangun Sinergitas Pengelolaan Kawasan Hutan Pesisir Bersama Stakeholder Terkait

FOTO

: SAM

PAN

2014

Page 17: Inisiatif Pembangunan KPH Pesisir Kubu Raya

Membangun Pengelolaan Hutan Pesisir Yang Efektif Untuk Mendukung Inisiatif Pembangunan KPH Kawasan Pesisir

Ketiadaan pengurusan hutan pesisir di tingkat Tapak mem-buat belum tergalinya potensi hutan pesisir untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir. Label “masyarakat pesi-sir masyarakat miskin” masih terus melekat dan menghambat perkembangan masyarakat pesisir.

Identifikasi oleh SAMPAN tahun 2012, kawasan pesisir Kubu Raya pernah mengalami kejayaan dimana hasil perikanan mampu menjadi magnet tidak hanya bagi masyarakat lokal akan tetapi nelayan dari berbagai penjuru negara. Me-limpahnya hasil perikanan tidak bisa dilepaskan dari ke-beradaan hutan mangrove yang masih terjaga dengan baik. Hutan mangrove menjadi daerah asuhan (nursery ground) dan areal pemijahan (spawning ground) bagi jenis ikan, udang, dan kerang-kerangan mangrove dan laut yang bisa ditang-

“Wells et al. 2006 menjelaskan bahwa man-grove memiliki potensi ekonomi dan ekologi yang sangat luar biasa. Jika dikalkulasikan, potensi jasa lingkungan dan produk hutan

yang dihasilkan dari mangrove dapat menca-pai 2,2 milyar sampai 9,9

milyar perhektar pertahunnya”

FOTO

: SAM

PAN

2012

Page 18: Inisiatif Pembangunan KPH Pesisir Kubu Raya

kap oleh nelayan.

Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Giesen et. Al 2006, yang menjelas-kan bahwa banyak jenis ikan, kerang, dan udang dengan nilai jual tinggi bergantung pada keberadaan mangrove, dan beberapa penelitian juga telah membuktikan bahwa produktifitas perikanan di pesisir memiliki korelasi dengan mangrove. Dengan kata lain, produktifitas hasil perikanan sangat ditentukan pada kondisi mangrove.

Beberapa jenis mangrove yang juga memiliki nilai ekonomi yang dapat dirasakan langsung bagi masyarakat seperti Nipah (Nypa fruticans). Daun nipah dianyam menjadi atap rumah yang dapat bertahan sampai 5 tahun (Inoue et al., 1999). Jenis R. apiculata dapat sebagai obat tradisional. Kulit R. Mucronata dapat digunakan untuk menghentikan pendarahan. Jenis Ceriops tagal juga dapat digunakan sebagai antiseptik luka, sedangkan Acanthus illicifolius dapat di-gunakan untuk obat diabetes.

Hutan mangrove juga memiliki potensi ekonomi dari Hasil Hutan Bukan Kayu. Bunga dari Son-neratia sp. dapat menghasilkan madu dengan kualitas baik. Tempat di areal hutan mangrove yang masih terkena pasang surut dapat dijadikan pembuatan garam. Pembuatan garam dapat dilakukan dengan perebusan air laut dengan kayu bakar dari kayu-kayu mangrove yang mati.

Lahan gambut juga memiliki potensi ekonomi yang tidak kecil, dengan sistem tata airnya yang unik menyediakan sumber daya hayati, yaitu berupa ikan, yang sebagian diantaranya hanya bisa ditemukan di perairan gambut.

FOTO: SAMPAN 2013

Page 19: Inisiatif Pembangunan KPH Pesisir Kubu Raya

FOTO: SAMPAN 2013

Meningkatkan Kesadaran Publik untuk me-nyelamatkan Kawasan Hutan Pesisir dengan Mendorong Sektor Pariwisata

Kawasan hutan pesisir Kubu Raya memiliki potensi pariwisata yang sampai saat ini belum dapat tergali secara maksimal. Jika melihat potensi keanekaragaman hayati kawasan pesisir baik flora dan fauna, maka kawasan pesisir Kubu Raya ber-potensi besar menjadi magnet bagi wisatawan lokal, nasional, maupun international.

Keanekaragaman hayati flora dapat dilihat dari beragam jenis spesies mangrove di kawasan pesisir kubu raya. Identifi-kasi yang dilakukan oleh LPP Mangrove, setidaknya terdapat 50 jenis kayu mangrove, 23 true mangrove, 8 mangrove asso-ciate, dan 19 jenis ecotone dan terresteriel. Hutan Mangrove bejejer disepanjang aliran sungai dan anak sungai mulai yang melalui Kecamatan Terentang, Kubu, Batu Ampar, Teluk Pakke-

FOTO: Bekantan (Nasalis Larvatus), fauna khas Hutan Mangrove yang masuk dalam kategori Endangered. INTERNET

Page 20: Inisiatif Pembangunan KPH Pesisir Kubu Raya

dai, dan Kakap memberikan pemandangan yang mengagumkan.

Kekhasan Kawasan Hutan Mangrove Batu Ampar salah satunya terdapat fauna endemik Pulau Kalimantan yaitu Bekantan (Nasalis Larvatus) yang saat ini berdasarkan IUCN Redlist masuk katagori Endangered (EN; Genting atau Terancam), jenis buaya air asin maupun air tawar yai-tu buaya katak (Crocodylus porosus), serta satwa perairan yaitu lumba-lumba air payau ikan pesut (Orcaella brevirostris), Sedangkan flora terlindungi salah satunya pohon kandalia (candel Druce) yang saat ini terancam kepunahan. Selain itu, hutan gambut juga menyimpan potensi keanekaragaman hayati tinggi. Keberadaan Beruang Madu (Helarctos malayanus) dan Macan Dahan Kalimantan (Neofelis diardi) yang saat ini sedang terancam keberadaannya memiliki potensi wisata alam yang cukup tinggi.

Oleh sebab itu, sektor pariwisata mangrove dan gambut perlu dikembangkan secara lebih serius. Selain mampu memberikan kontribusi ekonomi bagi masyarakat pesisir, juga sebagai pembelajaran bagi masyarakat luas tentang pentingnya menjaga mangrove dan gambut untuk keberlangsungan hidup masyarakat pesisir dan masyarakat global

FOTO: Jejak Beruang Madu di Hutan Rawa Gambut di Kecamatan Terentang Kubu Raya. SAMPAN 2014

Page 21: Inisiatif Pembangunan KPH Pesisir Kubu Raya

Menyelamatkan Kawasan Hutan Pesisir, Me-nyelamatkan Dunia Dari Bencana Perubahan Iklim!!!

Hutan mangrove juga memiliki kemampuan menangkap karbon yang berarti bagi upaya mitigasi perubahan iklim. Coremap 2011 menjelaskan bahwa daya penyimpanan kar-bon hutan mangrove pada bagian atas 100 – 120 ton/Ha dan ditanah 1.200 – 1.300 ton/Ha”.

Ong, Jin Eong 2002 dalam penelitiannya juga mengungka-pkan bahwa mangrove tidak hanya menyediakan potensi ekonomi langsung (misalnya kayu dan ikan) tetapi juga jasa lingkungan seperti mampu menyimpan karbon, mengatur atus air, dan mencegah abrasi pantai. Beberapa penelitian men-unjukan bahwa mangrove mampu potensi karbon mangrove sebesar 1.5 ton per hektar per tahun.

Lahan gambut justu memiliki kemampuan menangkap dan me-nyimpan karbon lebih besar. Lahan gambut menyimpan kar-bon pada biomassa tanaman, seresah di bawah hutan gambut, lapisan gambut dan lapisan tanah mineral di bawah gambut (substratum). Dari berbagai simpanan tersebut, lapisan gam-but dan biomassa tanaman menyimpan karbon dalam jumlah tertinggi. Lahan gambut menyimpan karbon yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanah mineral. Di daerah tropis karbon yang disimpan tanah dan tanaman pada lahan gam-but bisa lebih dari 10 kali karbon yang disimpan oleh tanah dan tanaman pada tanah mineral.

Page 22: Inisiatif Pembangunan KPH Pesisir Kubu Raya

FOTO: Kantong Semar (Genus Nepenthes Ampularia), salah satu flora di hutan rawa gambut yang sedang terancam punah. SAMPAN 2014

Page 23: Inisiatif Pembangunan KPH Pesisir Kubu Raya

Referensi

Asessment Kualitas Hidup Masyarakat Pesisist Kubu Raya, SAM-PAN 2012Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH): Konsep, Peraturan Perundangan dan Implementasi. 2011. Direktorat Wilayah Pengelolaan dan Penyiapan Areal Pemanfaatan Ka-wasan Hutan Kementrian Kehutanan Republik IndonesiaValuasi Ekonomi Dan Pengelolaan Mangrove Batu Ampar Ka-bupaten Kubu Raya Propinsi Kalimantan Barat, LPP Mangrove 2008Proposal Pengajuan Areal Kerja Hutan Desa di Bentang Pesisir Padang Tikar, SAMPAN 2014Ong, Jin Eong. 2002. The Hidden Cost of Mangrove Service:Use Mangrove for Shrimp Aquaculture. Centre for Marine and Coastal Studies, University Sains, Malaysia and The Interna-tional Geosphere-Biosphere Programme (IGBP)Giesen, Wim. Wulffraat, Stephen. Zieren, Max. Scholten, Lies-beth. 2007. Mangrove Guidebook for Southeast Asia. Dhar-masarn Co., Ltd. 2007B. Prasetiamartati, H.S. Tai, N. Santoso, R. Mustikasari, C. Syah. 2008. Mangrove Forest and Chorcoal Production: Case of Batu Ampar West Kalimantan. Paper Submitted for IASC 2008 Global ConferenceMcLeod, Elizabeth. Salm, Rodney V. 2006. Managing Man-groves for Resilience to Climate Change. The World Conserva-tion Union (IUCN) Gland, Switzerland. 2006Kusmana, Cecep. Management of Mangrove Ecosystem in In-donesia. Department of Silviculture, Faculty of Forestry, Bogor Agricultural University, Bogor, IndonesiaN.A. Marshall, P.A. Marshall, J. Tamelander, D. Obura, D. Malleret-King and J.E. Cinner. 2010. A Framework for Social Adaptation to Climate Change: Sustaining Tropical Coastal Communitites and Industries. The World Conservation Union (IUCN)Agus, F. dan I.G. M. Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF), Bogor, Indonesia.http://jurnal.untan.ac.id/index.php/perkebunan/article/view/24 https://aguraforestry.wordpress.com/2013/12/02/kerusa-kan-lahan-gambut-dan-upaya-konservasinya/Noor, Muhammad. 2001. Pertanian di Lahan Gambut, Potensi dan Kendala. KanisiusBadan Pusat Statistik Kubu Raya tahun 2012

Page 24: Inisiatif Pembangunan KPH Pesisir Kubu Raya