Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP...

140
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan hutan di Papua khususnya di Kabupaten Jayawijaya dalam empat dekade terakhir belum menunjukkan hasil pengelolaan yang berasaskan manfaat dan lestari secara maksimal. Hal ini disebabkan karena masih banyaknya permasalahan yang belum ditangani secara baik. Sumber masalah utama yang perlu diperhatikan adalah lemahnya kepastian hak masyarakat atas kawasan hutan yang menyebabkan konflik pemanfaatan lahan antara negara dan masyarakat, dan lemahnya kelembagaan pengembangan kehutanan yang dapat menangani masalah di lapangan, yang tercermin dari belum adanya lembaga pengelolaan di tingkat tapak. Namun demikian, terkait kepastian hak atas kawasan hutan terdapat konflik atau potensi konflik baik di kawasan yang dikelola dan yang tidak dikelola berupa tumpang tindih klaim hutan negara dan klaim masyarakat adat atau masyarakat lokal lainnya, pengembangan desa/kampung, serta adanya izin sektor lain yang dalam praktiknya terletak dalam kawasan hutan. Selain konflik hak atas kawasan hutan, masalah kehutanan semakin kompleks dengan adanya persoalan kelembagaan termasuk masih lemahnya hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah serta terlalu memprioritaskan perlindungan dan rehabilitasi hutan daripada mengatasi akar masalah seperti tumpang tindih lahan. Salah satu langkah strategis yang ditempuh pemerintah saat ini untuk menjamin suatu model pengelolaan hutan lestari sesuai dengan fungsi pokoknya adalah melalui pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan Bab1

Transcript of Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP...

Page 1: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengelolaan hutan di Papua khususnya di Kabupaten Jayawijaya dalam empat dekade terakhir belum menunjukkan hasil pengelolaan

yang berasaskan manfaat dan lestari secara maksimal. Hal ini disebabkan karena masih banyaknya permasalahan yang belum ditangani

secara baik. Sumber masalah utama yang perlu diperhatikan adalah lemahnya kepastian hak masyarakat atas kawasan hutan yang

menyebabkan konflik pemanfaatan lahan antara negara dan masyarakat, dan lemahnya kelembagaan pengembangan kehutanan yang dapat

menangani masalah di lapangan, yang tercermin dari belum adanya lembaga pengelolaan di tingkat tapak. Namun demikian, terkait

kepastian hak atas kawasan hutan terdapat konflik atau potensi konflik baik di kawasan yang dikelola dan yang tidak dikelola berupa

tumpang tindih klaim hutan negara dan klaim masyarakat adat atau masyarakat lokal lainnya, pengembangan desa/kampung, serta adanya

izin sektor lain yang dalam praktiknya terletak dalam kawasan hutan.

Selain konflik hak atas kawasan hutan, masalah kehutanan semakin kompleks dengan adanya persoalan kelembagaan termasuk

masih lemahnya hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah serta terlalu memprioritaskan perlindungan dan rehabilitasi hutan

daripada mengatasi akar masalah seperti tumpang tindih lahan. Salah satu langkah strategis yang ditempuh pemerintah saat ini untuk

menjamin suatu model pengelolaan hutan lestari sesuai dengan fungsi pokoknya adalah melalui pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan

Bab1

Page 2: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

2

(KPH) pada tingkat tapak. Pembentukan KPH diperlukan karena dapat menjamin pengelolaan hutan yang tepat, terpadu dan

komperehensif sehingga lebih bermanfaat.

Langkah strategis ini semakin jelas dengan adanya surat Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 648/Menhut-II/2010 tanggal 22

November 2010 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Jayawijaya di Kabupaten Jayawijaya, Provinsi

Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pembentukan Susunan

Organisasi dan Tata Kerja KPHL Unit XVII Jayawijaya yang menjadikan KPHL Unit XVII Jayawijaya sebagai unit pelaksana teknis dinas

(UPTD) pada Dinas Kehutanan Kabupaten Jayawijaya.

Pengelolaan hutan yang tepat, terpadu dan komperehensif melalui skema KPH dapat berlangsung dengan baik apabila menyusun

rencana yang baik yang mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-II/2011 yang menyatakan bahwa rencana

kawasan hutan berdasarkan skala geografis terdiri dari Rencana Kehutanan Tingat Nasional, Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi,

Rencana Kehutanan Tingkat Kota/Kabupaten dan Rencana Kesatuan Pengelolaan Hutan. Peraturan tersebut mengacu pada Undang-

Undang Kehutanan Nomor 41 Tahun 1999 pasal 10 ayat 2 dan Sistem Perencanaan Kehutanan (P.42/Menhut-II/2010).

Penyusunan dokumen rencana pengelolaan ini diharapkan dapat menjadi dokumen yang akan dipedomani oleh pihak pengelola

KPHL Unit XVII Jayawijaya sebagai institusi pengelola hutan di tingkat tapak dan seluruh stakeholder kehutanan secara umum. Data yang

digunakan dalam penyusunan rencana pengelolaan ini meliputi seluruh karakteristik ekologi, sosial dan ekonomi, serta dilengkapi dengan

isu dan permasalahan yang dihadapi guna membentuk baseline data dalam penentuan prioritas pengelolaan.

Page 3: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

3

1.2. Maksud dan Tujuan Pengelolaan

Maksud Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang RPHJP-KPHL Unit XVII Jayawijaya ini adalah :

1. Menyediakan rencana pengelolaan (management plan) jangka panjang kurun waktu 10 tahun (2015-2024) untuk mengarahkan

pelaksanaan pengelolaan kawasan hutan pada setiap blok di wilayah KPHL Unit XVII Jayawijaya.

2. Memberikan arahan bagi stakeholder kehutanan yang berkepentingan dalam kegiatan pembangunan kehutanan di wilayah KPHL Unit

XVII Jayawijaya.

Tujuan pengelolaan hutan selama 10 tahun di Kawasan Hutan KPHL Unit XVII Jayawijaya adalah untuk :

1. Penataan kawasan hutan di KPHL Jayawijaya yang lebih baik

2. Pemanfaatan kawasan hutan dan hasil hutan secara bertanggung jawab, arif, bijaksana dan lestari

3. Rehabilitasi dan reklamasi hutan

4. Perlindungan hutan dan konservasi alam

1.3. Sasaran

Hasil yang ingin dicapai selama pengelolaan 10 tahun kedepan di KPHL Unit XVII Jayawijaya, antara lain:

1. Terdefinisinya wilayah KPHL Unit XVII Jayawijaya dari aspek ekologi yang berkaitan dengan:

a) Kondisi fisik wilayah antara lain : Tutupan lahan, topografi, geologi, jenis tanah, iklim dan tata guna lahan,

b) Kondisi hutan yang meliputi : jenis dan volume tegakan hutan, sebaran vegetasi, flora dan fauna, potensi hasil hutan bukan kayu

(HHBK) dan jasa lingkungan, dan

c) Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS);

Page 4: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

4

2. Terdefinisinya kondisi ekonomi yang berkaitan dengan:

a) Aksesibilitas wilayah KPHL Unit XVII Jayawijaya,

b) Potensi pendukung ekonomi sekitar wilayah KPHL Unit XVII Jayawijaya,

c) Batas administrasi pemerintahan dan

d) Nilai tegakan hutan baik kayu maupun bukan kayu termasuk jasa lingkungan;

3. Terdefenisinya kondisi sosial yang berkaitan dengan:

a) Perkembangan demografi sekitar kawasan,

b) Pola-pola hubungan sosial masyarakat dengan hutan,

c) Keberadaan kelembagaan masyarakat dan

d) Pola penguasaan lahan oleh masyarakat di dalam dan sekitar kawasan.

1.4. Dasar Hukum

Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan terdiri dari :

a. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

b. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan

c. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 Jo Nomor 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan

Serta Pemanfaatan Hutan

d. Permenhut P.6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan Wilayah KPH

e. Permenhut P.6/Menhut-II/2010 tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) Pengelolaan Hutan pada KPH Lindung (KPHL)

dam KPH Produksi (KPHP)

f. Permenhut P.42/Menhut-II/2010 tentang Sistem Perencanaan Kehutanan

Page 5: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

5

g. Permenhut P.51/Menhut-II/2010 tentang Rencana Strategis Kehutanan 2010-2014

h. Permenhut No. P.57/Menhut-II/2011 tentang Rencana Kerja Kementerian Kehutanan tahun 2012

i. Permenhut No. P.49/Menhut-II/2011 tentang Rencana Kehutanan Tingkat Nasional 2011-2030

j. Permenhut No. P.39/Menhut-II/2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Setempat

k. Permenhut No. P.47/Menhut-II/2013 tentang Pedoman, Kriteria dan Standar Pemanfaatan Hutan di Wilayah Tertentu Pada Kesatuan

Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan hutan Produksi

l. Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 648/Menhut-II/2010 tanggal 22 November 2010 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan

Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Jayawijaya di Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua

m. Peraturan Dirjen Planologi No. P.05 Tahun 2012 tentang tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan

n. Peraturan bupati Kabupaten Jayawijaya Nomor 10 Tahun 2014 tentang Pembentukan UPTD KPHL Unit XVII Jayawijaya.

1.5. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit XVII Jayawijaya berada pada Bab V,VI dan VII yang meliputi :

a. Bab V berisi :

1. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola dan Penataan Hutan yang meliputi: a). Inventarisasi berkala wilayah kelola dan b). Penataan

Hutan

2. Pemanfaatan hutan wilayah tertentu

3. Pemberdayaan masyarakat

4. Pembinaan, pemantauan, pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan pada areal yang berizin

5. Rehabilitasi Pada Areal Kerja di Luar Izin

6. Pembinaan dan Pemantauan Rehabilitasi dan Reklamasi di dalam areal yang Berizin

Page 6: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

6

7. Rencana Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam

8. Rencana penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar Pemegang izin

9. Koordinasi/konsultasi dengan instansi dan stakeholder terkait

10. Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM

11. Penyediaan Pendanaan

12. Pengembangan Data Base

13. Rasionalisasi Wilayah Kelola

14. Review Rencana Pengelolaan

15. Pengembangan Investasi

16. Kelas Perusahaan

b. Bab VI. Berisi : Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian.

c. Bab VII. Berisi : Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan.

1.6. Batasan Pengertian

Beberapa batasan mengenai istilah yang digunakan dalam buku ini adalah sebagai berikut:

1. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam

persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan (pasal 1 ayat 2 UU No. 41 Tahun 1999).

2. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaanya sebagai

hutan tetap (pasal 1 ayat 3 UU No. 41 Tahun 1999).

3. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah (pasal 1 ayat 4 UU No. 41 Tahun 1999).

Page 7: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

7

4. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan (pasal 1 ayat 7 UU No. 41 Tahun

1999).

5. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk

mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah (pasal 1 ayat 8

UU No. 41 Tahun 1999).

6. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya (pasal 1 ayat 9 UU No. 41 Tahun 1999).

7. Hutan tanaman industri adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok industri kehutanan untuk

meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan sistem silvikultur dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan

baku industri hasil hutan (pasal 1 ayat 18 PP No. 6 Tahun 2007).

8. Hutan tanaman rakyat adalah tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk meningkatkan potensi

dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan sistem silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya hutan (pasal 1

ayat 19 PP No. 6 Tahun 2007).

9. Hutan tanaman hasil rehabilitasi adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun melalui kegiatan merehabilitasi lahan dan

hutan pada kawasan hutan produksi untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi lahan dan hutan dalam rangka

mempertahankan daya dukung, produktifitas dan peranannya sebagai sistem penyangga kehidupan (pasal 1 ayat 20 PP No. 6 Tahun

2007).

10. Kesatuan pengelolaan hutan selanjutnya disingkat KPH adalah unit pengelolaan hutan terkecil sesuai fungsi pokok dan peruntukannya

yang dapat dikelola secara efisien dan lestari (pasal 1 ayat 1 PP No. 6 Tahun 2007).

Page 8: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

8

11. KPH Model adalah wujud awal dari KPH yang secara bertahap dikembangkan menuju situasi dan kondisi aktual KPH ditingkat tapak,

yang diindikasikan oleh suatu kemampuan menyerap tenaga kerja, investasi, memproduksi barang dan jasa kehutanan yang

melembaga dalam sistem pengelolaan hutan secaraa efisien dan lestari (pasal 1 ayat 2 Peraturan Kepala Badan Planologi Kehutanan

No. SK. 80/VII-PW/2006).

12. Rencana pengelolaan hutan adalah konfigurasi peta situasi, visi-misi, tujuan dan sasaran yang dijabarkan ke dalam arah manajemen

strategis yang terpadu yang menyangkut kelola kawasan, kelola pemanfaatan hutan, kelola pasar, kelola konservasi dan kelola

rehabilitasi-restorasi dalam kerangka pencapaian fungsi ekonomi, lingkungan dan sosial yang optimal.

13. Rencana pengelolaan jangka panjang adalah rencana pengelolaan pada tingkat strategis berjangka waktu atau selama jangka benah

pembangunan KPH.

14. Rencana pengelolaan jangka pendek adalah rencana pengelolaan hutan berjangka waktu satu tahun pada tingkat operasional berbasis

petak dan/atau zona dan/atau blok.

15. Resort hutan merupakan bagian dari hutan yang secara geografis bersifat permanen, yang secara strategis ditetapkan untuk

meningkatkan pengendalian dan pengawasan teritorial (pada waktu yang lalu disebut Blok RKL dan Blok RKT).

16. Zona merupakan bagian dari KPH yang secara geografis bersifat permanen, yang secara strategis ditetapkan untuk meningkatkan

efektifitas dan efisiensi manjemen, terutama dalam fungsi konservasi, yang menjadikannya sebagai kesatuan pengelolaan konservasi

lestari.

17. Blok pada unit KPH model adalah bagian areal yang secara geografis bersifat permanen, yang secara strategis ditetapkan untuk

meningkatkan efetifitas dan efisiensi manjemen, terutama dalam fungsi perlindungan hidro-orologi yang menjadikannya sebagai

kesatuan pengelolaan perlindungan hidrologi lestari.

Page 9: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

9

18. Petak adalah unit terkecil lahan hutan yang lokasi geografisnya bersifat permanen, sebagai basis pemberian perlakukan pengelolaan

dan menjadi satuan administrasi dari setiap kegiatan pengelolaan (silvikultur) yang sama untuk diterapkan atasnya.

19. Anak petak adalah bagian dari petak yang bersifat temporer, yang oleh sebab tertentu memperoleh perlakuan silvikultur atau kegiatan

pengelolaan yang khusus dan selanjutnya akan ditetapkan oleh pengelola KPH.

20. Jangka benah (bera) adalah rentang waktu perencanaan yang diperlukan untuk merubah kondisi pengelolaan yang ada saat ini menjadi

kondisi yang terstruktur bagi kegiatan pengelolaan hutan lestari.

Page 10: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

10

DESKRIPSI KAWASAN

2.1. Risalah Wilayah KPHL Jayawijaya

2.1.1. Letak dan Luas Wilayah KPHL

Secara geomorfologi wilayah KPHL Jayawijaya merupakan hamparan wilayah pegunungan tinggi yang membentang dari

Timur ke Barat dan dari Utara ke Selatan yang membentuk sebuah lembah yang maha luas yaitu Lembah Baliem. Wilayah ini dahulu

merupakan wilayah Kabupaten Jayawijaya yang kemudian pada beberapa waktu yang lalu telah dimekarkan menjadi beberapa

wilayah administrasi pemerintahan kabupaten. Dengan kondisi geografis demikian telah membentuk dua wilayah Daerah Aliran

Sungai (DAS) besar di wilayah ini, yakni pada bagian Utara kelompok daerah aliran sungainya berada pada kelompok DAS

Mamberamo sedangkan aliran-aliaran sungai yang mengalir ke daerah selatan termasuk dalam Kelompok DAS Eilanden.

KPHL Jayawijaya berada pada hutan-hutan pegunungan tinggi yang berada pada beberapa Kabupaten dan pada di hamparan

dataran lembah Baliem, sebuah lembah alluvial yang terbentang pada areal dengan ketinggian 1500 - 2000 m di atas permukaan laut.

Temperature udara bervariasi antatra 14,5 0C sampai dengan 24,5

0C. dalam setahun rata-rata curah hujan adalah 1.900 mm dan

Bab 2

Page 11: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

11

dalam sebulan terdapat kurang lebih 16 hari hujan. Musim kemarau dan musim penghujan sulit dibedakan. Berdasarkan data, bulan

Maret adalah bulan dengan curah hujan terbesar, sedangkan curah hujan terendah ditemukan pada bulan Juli.

Lembah Baliem dikelilingi oleh Pegunungan Jayawijaya yang terkenal dengan puncak salju abadinya, antara lain : Puncak

Trikora (4.750 m), Puncak Mandala (4.700 m), dan Puncak Yamin (4.595 m). Pegunungan ini amat menarik wisatawan dan peneliti

karena puncaknya yang selalu ditutupi salju walaupun berada di kawasan tropis. Lereng pegunungan yang terjal, lembah dan sungai

yang sempit dan curam menjadi ciri khas pegunungan ini. Cekungan lembah sungai yang cukup luas terdapat hanya di lembah

Baliem bagian barat dan lembah Baliem bagian timur. Vegetasi alam hutan tropis basah di dataran rendah memberi peluang pada

hutan iklim sedang berkembang cepat di daerah ini. Ekosistem hutan pegunungan berkembang di daerah ketinggian antara 2.000 –

2.500 m di atas permukaan laut.

Secara geografis KHPL Unit XLII Jayawijaya ini terletak antara 138°11´ - 139°16’ Bujur Timur dan 3°31´ - 4°13´ Lintang

Selatan, dengan luas wilayah mencakup 156.480,32 Ha. Batas-batas wilayahnya sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Mamberamo Tengah dan Kabupaten Tolikara

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Nduga

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Puncak Jaya dan Kabupaten Lanny Jaya

- Sebelah Timur berbatasan dengan Yahukimo dan Kabupaten Yalimo

Secara administratif pemerintahan wilayah KPHL Unit XVII Jayawijaya berada pada beberapa wilayah kabupaten yaitu pada

wilayah pemerintahan Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Yalimo, Kabupaten Mamberamo Tengah, Kabupaten Lanny Jaya,

Kabupaten Tolikara, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kabupaten Yahukimo Provinsi Papua. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa

kawasan hutan terklasifikasi ke dalam tutupan lahan : hutan primer, hutan sekunder, lahan terbuka, pertanian campuran, savanna,

semak belukar, dan tubuh air.

Page 12: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

12

Gambar 2.1. Peta Lokasi dan Wilayah Kerja KPHL Unit XLII Jayawijaya

Kabupaten-kabupaten yang wilayahnya termasuk dalam areal KPHL Jayawijaya merupakan kabupaten-kabupaten yang

terletak di daerah pegunungan tengah yang tinggi di Provinsi Papua. Kabupaten-kabupaten ini berada dalam suatu sistem ekosistem

yang unik dengan suhu udara yang dingin dan curah hujan yang cukup tinggi dan kondisi kelerengan dengan lapisan tanah yang tipis

membuat wilayah ini sangat rentan terhadap berbagai bencana alam. Wilayah KPHL Jayawijaya ini memiliki kedudukan yang

strategis baik secara ekonomi maupun ekologi karena posisinya yang mengelilingi dataran Lembah Baliem yang maha luas sehingga

kelestarian dari ekosistem hutan pegunungan yang menjadi ekosistem utama di KPHL unit XLII Jayawijaya ini menjadi sangat vital

Page 13: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

13

untuk dilindungi. Beragam sumberdaya alam termasuk hutan yang dimiliki telah menjadi penopang hidup masyarakat di wilayah ini,

namun faktanya hutan mengalami penurunan kualitas dan kuantita dari waktu ke waktu. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kajian

yang telah dilakukan beberapa tahun lalu pada saat Illegal Logging lagi marak di kota Wamena. Salah satu sumber pendapatan utama

dari masyarakat adalah dari menjual kayu, baik dalam bentuk kayu gergajian, kayu bulat, kayu pagar, maupun untuk kayu api. Hal

yang mengkhawatirkan adalah kurang sadartahuan dari masyarakat adat setempat tentang kerentanan ekosistem pegunungan di

wilayah ini yang bila tidak diantisipasi dengan baik maka tidak menutup kemungkinan dengan perubahan iklim yang terjadi, bila

dengan curah hujan yang ekstrim yang terjadi di wilayah ini maka akan terjadi bencana yang cukup parah karena sistem pendukung

ekosistem pegunungan di wilayah ini telah mengalami degradasi serius.

Guna mengatisipasi hal tersebut maka pemerintah melalui Kementerian Kehutanan telah mencanangkan pengelolaan hutan

berbasis tapak (site) dengan membangun model-model pengelolaan hutan dalam bentuk Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). Salah

satu KPH model di Papua yang sudah disetujui legalitasnya adalah KPHL Unit XLII Jayawijaya. KPHL Lintas Unit XLII Jayawijaya

ini telah ditetapkan sebagai KPHL melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 481/Menhut-II/2009 tentang pembentukan

56 unit KPH di Provinsi Papua dengan alokasi 25 unit KPHL dan 31 unit KPHP. Luas KPHL Unit XLII Jayawijaya 156.480,32 ha,

yang komposisi fungsi kawasannya terdiri dari Hutan Lindung, dan Hutan Produksi Terbatas berdasarkan SK. Menhut No. 891

Tahun 1999.

Luasan dan komposisi fungsi kawasan hutan selanjutnya mengalami perubahan sejalan dengan Surat Keputusan Menteri

Kehutanan No. 458 tanggal 15 Agustus tahun 2012 tentang peta perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi bukan kawasan

hutan, perubahan fungsi kawasan hutan dan penunjukan bukan kawasan hutan menjadi kawasan hutan di Provinsi Papua.

Berdasarkan surat keputusan Nomor 458 /2012 tersebut maka terjadi perubahan luas, terutama luasan fungsi kawasan hutan di

beberapa wilayah Kabupaten dimana posisi KPHL Unit XLII Jayawiajaya berada. Penamaan KPHL Unit XLII Jayawijaya hanya

Page 14: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

14

berdasarkan nama dari kabupaten induk yakni Kabupaten Jayawijaya, namun saat ini Kabupaten Jayawijaya telah di mekarkan

menjadi beberapa kabupaten pemekaran dan diantaranya ada beberapa kabupaten pemekaran yang wilayahnya termasuk dalam

KPHL Unit XLII Jayawijaya. Posisi dari KPHL Jayawijaya ini melintasi 7 wilayah administrasi pemerintahan kabupaten. Luas

kawasan hutan pada Kabupaten Jayawijaya adalah seluas 190.925 ha, Kabupaten Yalimo seluas 372.968 ha, Kabupaten Yahukimo

seluas 1,587,496 ha, Kabupaten Lanny Jaya seluas 353,650 ha, dan Kabupaten Mamberamo Tengah seluas 915,112 ha. Komposisi

sebaran kawasan hutan berdasarkan fungsinya pada kabupaten-kabupaten yang wilayah hutannya termasuk dalam wilayah KPHL

Unit XLII Jayawijaya disajikan pada Tabel 1.

Tabel 2.1. Luas Kawasan Hutan dan Perairan Berdasarkan RTRW Provinsi Papua Tahun 2011 sampai 2031

No Kabupaten

Fungsi Hutan (Ha) Jumlah

Hutan

Konservasi

Hutan

Lindung

Hutan

Produksi

Tetap

Hutan

Produksi

Terbatas

Hutan

Produksi

Konversi

Areal

Penggunaan

Lain

1 Jayawijaya 69.150 13.584 - 3.304 40.924 93.965 220.927

2 Yalimo 76.555 229.911 - 9.676 47.481 9.345 372.968

3 Yahukimo 415.161 636.765 101.600 213.638 201.957 18.375 1.587.496

4 Lanny Jaya 201.762 61.371 - 18.003 50.042 22.472 353.650

5 Mamberamo

Tengah 69.480 234.451 - - 587.686 23.495 915.112

6 Tolikara 221.446 276.724 - 51.714 62.342 10.482 622.708

7 Puncak Jaya 58.011 251.354 - 123.384 87.555 2.926 523.230

Jumlah 1.111.565 1.704.160 101.600 419.719 1.077.987 181.086 4.596.091

Page 15: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

15

Setelah mengalami perubahan peruntukan, perubahan fungsi dan penunjukan bukan kawasan hutan menjadi kawasan hutan

maka di wilayah Kabupaten Jayawijaya tidak terdapat lagi kawasan konservasi. Sebagian besar (66,49%) kawasan hutan di

dominasi oleh kawasan hutan lindung, kawasan hutan produksi 14,08% dan kawasan hutan produksi terbatas sebesar 19,43%.

Besarnya dominansi kawasan lindung menjadi dasar penetapan KPH Jayawijaya sebagai KPH Lindung Unit XLII Jayawijaya.

2.1.2. Sejarah Pembentukan KPHL Unit XLII Jayawijaya

Proses Pembentukan KPH

Proses pembentukan KPH di Provinsi Papua hingga munculnya KPHL Unit XLII Jayawijaya, sebagai berikut:

a. Rapat Koordinasi Pembangunan Kehutanan Provinsi Papua Pada tanggal 9 s/d 10 April 2008 di Serui Kabupaten Yapen

dilangsungkan Rapat Koordinasi Pembangunan Kehutanan Provinsi Papua yang membahas berbagai hal tentang

Pengelolaan Kehutanan di Provinsi Papua. Pembangunan KPH merupakan salah satu agenda yang dibicarakan. Beberapa

agenda yang dihasilkan dalam rakor tersebut adalah :

1. Proses pembentukan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan di Papua dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Model (KPH

Model) di Biak sebagai embrio pembangunan kesatuan pengelolan hutan di Papua perlu segera dipercepat agar

ditetapkan oleh Menteri Kehutanan pada 2008 dan dilaunching pada tahun 2009

2. Penyusunan rancangan pembangunan (development plan) dan rencana tindak (action plan) kesatuan pengelolaan hutan

di Papua dan kesatuan pengelolaan hutan di Yapen perlu diselesaikan pada tahun 2008 ini karena menjadi langkah

prioritas awal percepatan pembangunan kesatuan pengelolaan hutan di Papua

3. Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan Model dapat dibangun juga di Jayapura, Jayawijaya, Boven Digoel, Sarmi

dan kabupaten/kota lainnya dengan mengacu prototype KPH Model Biak sesuai ekosistem dan potensi hutannya.

Page 16: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

16

4. Pembentukan kelompok kerja (working group) yang terdiri dari para pihak terkait Kesatuan Pengelolaan Hutan Papua

(pemerintah, pemerintah daerah, akademisi, masyarakat sipil, donor dan mitrakerja kehutanan) untuk memobilisasi

sumberdaya yang ada dalam mendorong percepatan pembangunan KPH Model dan KPH lainnya di Kab/Kota wilayah

Provinsi Papua melalui Keputusan Gubernur.

5. Mobilisasi sumberdaya (man, money, material, machine, method) dari pemerintah (Kementerian Kehutanan),

pemerintah daerah (Dinas Kehutanan Provinsi, Kabupaten/Kota), swasta (mitra kerja kehutanan) dan masyarakat sipil

dalam program (penguatan kapasitas kelembagaan, database, sosialisasi, dll) serta pendanaan untuk mempercepat

pembangunan KPH Unit XLII di Jayawijaya dan pembangunan KPH lainnya di wilayah Provinsi Papua.

6. Pembagian peran dan tanggung jawab para pihak dalam mewujudkan KPH Model dan KPH Kabupaten/Kota lainnya di

wilayah Provinsi Papua.

7. Brain Storming Pembangunan Kehutanan Provinsi Papua Bertempat di Ruang rapat BPKH Wilayah X Jayapura pada

tanggal 13 Mei 2008 dilangsungkan diskusi brain storming pembangunan kehutanan Provinsi Papua yang membahas

berbagai hal tentang pengelolaan kehutanan di Provinsi Papua termasuk di dalamnya Pembangunan KPH Papua.

Adapun pokok – pokok pikiran yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

1. Perlunya penyusunan konsep pancangan KPH di Papua.

2. Penyusunan prototype KPH.

3. Replikasi KPH model dapat dilakukan oleh institusi/Lembaga.

4. Perlunya pembagian peran dalam penyusunan rancang bangun (rancang bangun dan kelembagaan) dengan

memasukan inisitif lokal.

5. Perlunya penyusunan peta penyebaran KPH

Page 17: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

17

6. Perlunya menyusun petunjuk teknis penyusunan KPH di Provinsi Papua.

7. Perlunya mengidentifikasi Lesson Learn KPH sebagai dasar dalam penyusunan konsep KPH (ciri khas KPH di

Papua).

8. Dalam penyusunan KPH hendaknya diperlukan data-data tersedia : tutupan hutan, fungsi hutan, unit manajemen

dan hutan adat, informasi sosial lainnya.

9. Perlunya peta penyebaran suku bangsa dalam penyusunan KPH (SIL).

10. Hendaknya KPH yang dibentuk di Papua memiliki ciri khas (adat, suku dan pemberdayaan masyarakat).

11. Dalam penyusunan KPH hendaknya berbasis DAS/Ekosistem, sebaran suku bangsa dan wilayah KPH.

12. Perlunya penyusunan manejemen pengelolaan terpadu lintas stakeholder.

13. Perlunya mempertimbangkan variabel-variabel (DAS, adat, administrasi,fungsi kawasan) dalam rancang bangun

KPH.

14. Pembentukan KPH oleh Gubernur Provinsi Papua

8. Pertemuan Lanjutan Hasil Brain Storming

Menindaklanjuti hasil brain storming sebelumnya, maka diadakan pertemuan pada tanggal 8 Juli 2008 tentang

Pembangunan KPH di Papua.

9. Workshop Penyusunan Naskah/Dokumen Akademik Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan Papua

Kegiatan workshop ini dihadiri oleh Pakar Kehutanan, Praktisi Kehutanan, Akademisi dan Pemerintahan serta NGO’s

pada tanggal 11 s/d 12 Oktober 2008 dilaksanakan workshop Penyusunan Naskah/Dokumen Akademik Pembangunan

KPH Papua bertempat di ruang rapat Hotel Yasmin Jayapura.

Page 18: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

18

b. Peta Rancang Bangun dan Arahan

Perencanaan pembentukan unit wilayah KPH Provinsi Papua dilakukan melalui proses tumpang tindih peta (overlay)

antara Peta Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Papua, Peta Daerah Aliran Sungai dan Peta Administrasi

Pemerintahan. Dari overlay peta-peta dan analisis data yang ada maka Kawasan Provinsi Papua telah didesain dan dibagi

habis menjadi 56 unit KPH dan untuk mendukung rencana manajemen setiap unit KPH diberi nomor register yang disusun

secara terarah dan berurutan.

Proses Penetapan KPH

Hasil rancang bangun yang telah disepakati para pemangku kepentingan tersebut, selanjutnya diusulkan Gubernur Papua

kepada Menteri Kehutanan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.481/Menhut-II/2009 tanggal 18 Agustus

2009, telah dicadangkan 56 KPH yang terdiri 25 unit KPHL dan 31 unit KPHP, termasuk KPHL Unit XVII Jayawijaya yang

ditetapkan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Sosialisasi dari Kementerian Kehutanan tentang pemantapan rencana pembentukan KPHL Unit XVII Jayawijaya pada

tanggal 30 Agustus 2010. Pada dasarnya Pemerintah Kabupaten Jayawijaya menyambut baik rencana pembentukan KPH

Model tersebut.

2. Dinas Kehutanan Jayawijaya menyusun draf rancangan Peraturan Bupati tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan

Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (UPTD KPHL) Jayawijaya pada Dinas

Kehutanan Kabupaten Jayawijaya.

3. Pemerintah Kabupaten Jayawijaya melakukan kajian hukum pada bagian organisasi dan tata laksana dan bagian hukum

Sekretariat Daerah Jayawijaya untuk mempercepat proses pembentukan kelembagaan KPHL Jayawijaya.

Page 19: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

19

4. Bupati Jayawijaya selanjutnya mengeluarkan peraturan Bupati (PERBUP) Nomor 10 Tahun 2014 tanggal 5 Agustus 2014

tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja UPTD KPHL Pada Dinas Kehutanan Kabupaten Jayawijaya.

2.1.3. Pembagian Blok KPHL

Pembagian blok KPHLUnit XLII Jayawijaya dilakukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

- Pendekatan ekosistem dengan memperhatikan batasan Sub DAS

- Kombinasi dengan pembagian ke dalam grid seluas 289 ha, mengacu pada modul analisis pemodelan spasial tata hutan

- Penentuan pengelolaan blok dengan syarat dan kriteria petunjuk teknis (juknis) tata hutan

- Hasil inventarisasi dan tata hutan KPHL Unit XVII Jayawijaya

Berdasarkan langkah prosedur tersebut di atas maka KPHL Jayawijaya dibagi-bagi ke dalam unit pengelolaan yang lebih kecil,

yaitu sebanyak lebih dari 776 petak pengelolaan dengan perincian sebagaimana tersajikan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Pembagian Blok pada KPHL Unit XVII Jayawijaya

BLOK LUASAN (Ha) JUMLAH PETAK PROPORSI (%)

HL-Inti 76,609.88 297 48,96

HL-Pemanfaatan 48,010.30 182 30,68

HP-Pemanfaatan HHK-HA 4,424.29 40 2,83

HP-Pemberdayaan 17,581.51 160 11,24

HP-Perlindungan 2,243.76 20 1,43

HP-Wilayah Tertentu 7,610.59 77 4,86

GRAND TOTAL 156.480.32 776 100

Page 20: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

20

Proporsi terbesar dari KPHL Unit XVII Jayawijaya berada di kawasan hutan dengan fungsi lindung dengan luasan

mencapai 79,64% yang terbagi kedalam kelompok Hutan Lindung Blok Inti seluas 48,96% dan Hutan Lindung Blok

Pemanfaatan seluas 30,68%. Proporsi terbesar berikutnya berada pada kawasan hutan dengan fungsi Produksi yang mencapai

luasan 20,36% yang tersebar pada Blok Pemberdayaan mencapai luasan 11,24%, Blok Wilayah Tertentu seluas 4,86%, Blok

Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam mencapai luasan 2,83% serta Hutan Produksi dengan Blok Perlindungan dengan

luasan terkecil seluas 1,43%. Peta pemabagian blok dan petak seperti pada gambar 2., di bawah ini:

Gambar 2.2. Peta pembagian blok an petak KPHL Unit XLII Jayawijaya

Page 21: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

21

Pembangunan Resort Pengelolaan Hutan (RPH) berdasarkan Sub Daerah Aliran Sungai (Sub-Das) dilakukan untuk

memudahkan upaya pengelolaan maka wilayah KPHL Unit XLII Jayawijaya berada dalam dua wilayah Daerah Aliran Sungai

(DAS), yaitu DAS Eilanden (Selatan) dan DAS Mamberamo (Utara). Pada kedua wilayah DAS tersebut tersebar blok-blok

pengelolaan hutan yang telah dirancang, dibagi kedalam petak-petak hutan. sehingga dalam pengelolaan yang lebih efektif dan

efisien maka pembangunan KPHL Unit XLII ( ke-42 ) dibagi lagi ke sub register KPHL-A dan KPHL- B (Resort- resort

pengelolaan) Pengelolaan Hutan diarahkan kepada blok-blok pengelolaan hutan yang tersebar pada kedua wilayah DAS tersebut

yang berada pada beberapa wilayah Administratif Pemerintahan Kabupaten. Untuk jelasnya wilayah pengelolaan KPHL XLII

dalam sub regster (Resort) dapat diihat pada gambar pembentukan KPHL XLII dibawah ini:

Gambar 2.3. Peta Pembentukan KPHL XLII

Page 22: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

22

2.2. Potensi Wilayah KPHL

2.2.1 Tutupan Lahan

Landuse (penggunaan lahan) dan landcover (penutupan lahan) sering digunakan secara bersama-sama, padahal kedua

terminologi tersebut berbeda. Penutupan lahan berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi, sedangkan

penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada obyek tersebut. Townshend dan Justice pada tahun 1981 juga punya

pendapat mengenai penutupan lahan, yaitu penutupan lahan adalah perwujudan secara fisik (visual) dari vegetasi, benda alam, dan

unsur-unsur budaya yang ada di permukaan bumi tanpa memperhatikan kegiatan manusia terhadap obyek tersebut. Sedangkan Barret

dan Curtis, tahun 1982, mengatakan bahwa permukaan bumi sebagian terdiri dari kenampakan alamiah (penutupan lahan) seperti

vegetasi, salju, dan lain sebagainya. Dan sebagian lagi berupa kenampakan hasil aktivitas manusia (penggunaan lahan). Data

penutupan lahan untuk KPHL Unit XLII Jayawijaya bersumber dari interpretasi visual terhadap Citra Landsat (hasil analisis BPKH

2015) berdasakan pembagian blok hutan dapat dilihat pada tabel 2.3. Berikut ini adalah data penutupan lahan dalam wilayah

KPHL Unit XLII Jayawijaya :

NO TUTUPAN LAHAN/

TIPEVEGETASI BLOK LUAS PROPORSI

1 Hutan primer 5.333.158,149

HL-Inti 4.399.120,673

HL Pemanfaatan 651585,0407

HP-Perlindungan 121.950,2689

HP-Wilayah Tertentu 160.502,1667

2 Hutan Sekunder 1.657.285,297

HL-Inti 810.042,3581

HL-Pemanfaatan 343.875,2152

HP-Pemanfaatan HHK-HA 503.367,7237

3 Lahan Terbuka 356.703,3047

Page 23: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

23

HL-Inti 70.116,96931

HL-Pemanfaatan 15.606,69296

HP-Pemberdayaan 82.216,74606

HP-Wilayah Tertentu 188.762,8964

4 Pertanian Campur 2.322.604,397

HL-Inti 185.163,1875

HL-Pemanfaatan 2.137.441,209

5 Savana 2.709.930,556

HL-Inti 671.842,0681

HL-Pemanfaatan 487.991,5392

HP-Pemberdayaan 990.097,8766

HP-Perlindungan 88.089,35165

HP-Wilayah Tertentu 471.909,7199

6 Semak Belukar 2.526.151,577

HL-Inti 876.448,014

HL-Pemanfaatan 836.628,3291

HP-Pemberdayaan 724.985,8819

HP-Wilayah Tertentu 88.089,35165

7 Tubuh Air 348.180,9031

HL-Inti 128.085,8734

HL-Pemanfaatan 220.095,0297

Grand Total 15.254.014,18

Sumber : Hasil Analisis GIS BPKH Wilayah X Jayapura ( 2015)

Luas Penutupan Lahan pada KPHL Unit XLII didominasi oleh Hutan Lahan Kering Primer sebesar 34,56% seluas 46. 463,92

Ha, disusul dengan semak belukar luasnya 28.336,29 ha serta pertanian campur. Secara keseluruhan semak belukar dari hasil

penafsiran penutupan lahan pada KPHL Unit XLII Jayawijaya adalaha hutan primer luas 46. 463,92 Ha, hutan sekunder luas

Page 24: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

24

19.888,08 Ha, lahan terbuka 3.779,16 Ha, pertanian campuran 22.659,45 Ha, savana 27.639,76 Ha, semak belukar 28.336,29 Ha

dan tubuh air 7.713,67 Ha.

2.2.2 Topografi Keadaan topografi pada areal KPHL Jayawijaya sangat bervariasi dan terdistribusi pada beberapa Kabupaten yang terletak

di daerah pegunungan tinggi. KPHL Jayawijaya sangat bervariasi mulai dari daerah lembah berdataran rendah yang maha luas di

lembah Baliem hingga puncak-puncak gunung yang tinggi di wilayah Kabupaten Puncak; dengan kelerengan dan landai sampai

dengan daerah pedalaman yang memiliki kemiringan terjal. Berdasarkan analsis GIS BPKH wlayah X (2015), tingkat kondisi

kelerengan pada KPHL Unit XVII Jayawijaya terdiri dari Curam 72.165, 50 Ha, landai 3.066,02 Ha, sangat curam 73.298, 63 Ha

dan lainya 7.950 ,17 Ha. Tingkat kelerengan dalam KPHL Jayawijaya dan sebaran topografi di wilayah KPHL Jayawijaya dapat

dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4. Peta Kelerengan dalam KPHL Unit XVII Jayawijaya.

Page 25: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

25

2.2.3 Geologi

Tatanan stratigrafi wilayah KPHL Unit XLII Jayawijaya tersusun dari beberapa formasi batuan yang disajikan pada Tabel 6.

2. Tabel 2.4. Formasi Geologi di KPHL Unit XLII Jayawijaya

Formasi Geologi Luas (Ha)

ALUVIUM 2.810,20

Alluvium terbiku 681,26

BATUAN MALIHAN DEREWO 24.941,59

BATUGAMPING YAWEE 419,80

BATULUMPUR PINIYA 298,97

FORMASI WARIPI 38.983,32

KELOMPOK KEMBELANGAN 70.250,56

KELOMPOK PANIAI 18.094,62

Grand Total 156.480,32

Formasi terbesar adalah formasi kelompok Kembelangan dengan luas wilayah 70.250,56 hektar., kemudian disusul dengan

kelompok formasi Waripi dengan luas 38.983,32 Kelompok ini diketahui terbentang mulai dari Lembag Baliem ke barat Pucak

Jaya .

Page 26: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

26

2.2.4 Jenis Tanah

Daerah pegunungan tengah khususnya areal pada kawasan KPHL Jayawijaya memiliki jenis tanah yang tidak terlalu

bervariasi karena sebagian besar didominasi oleh tiga jenis tanah, yaitu jenis tanah Litosol, Mediteran dan Renzina, meskipun

demikian terkadang ada variasi lokal dari jenis-jenis tanah pada tempat-tempat tertentu. Jenis tanah yang paling dominan pada

kawasan KPHL JAyawijaya adalah jenis tanah Litosol. Jenis tanah Litosol merupakan jenis tanah yang baru mengalami

perkembangan dan merupakan tanah yang masih muda. Terbentuk dari adanya perubhan iklim, to[ografi,dan adanya vulkanisme.

Jenis tanah ini merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan yang tidak begitu tebal. Bahannya berasal dari jenis batuan

beku yang belum mengalami proses pelapukan secara sempurna . jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng gunbung dan

pegunungan.

Jenis tanah mediteran atau tanah Alfisol adalah jenis tanah yang bahan induknya berupa batuan beku yang berkapur yang

banyak mengandung karbonat. Cirri tanah mediteran, antara lain warnanya abu-abu. Tanah mediteran banyak mengandung

aluminium, besi , air, dan bahan organic sehingga termasuk jenis tanah yang subur. Dalam USDA, tanah mediteran merupakan

tanah ordo Alfisol, yang berkembang pada iklim lembab dan sedikit lembab. Curah hujan rata-rata untuk pembentukan tanah

Alfisol adalah 500 sampai 1300 mm pertahunnya. Alfisol banyak terdapat di bawah tanaman hutan dengan karakterisitik tanah

akumulasi lempung pada horizon Bt, horizon E yang tipis, mampu menyediakan dan menampung banyak air, dan bersifat asam.

Alfisol mempunyai tekstur lempung dan bahan induknya terdiri atas kapur sehingga permeabilitasnya lambat.

Tanah Mediteran merupakan hasil pelapukan batuan kapur keras dan batuan sedimen. Warna tanah ini berkisar antara merah

sampai kecoklatan. Tanah mediteran bnayak terdapat pada dasar-dasar dolina dan merupakan tanah pertanian yang subur di

daerah kapur daripada jenis tanah kapur yang lainnya. Tanah Mediteran yang berbahan induk batu kaopur mempunyai nilai pH

yang lebih tinggi dibanding dari yang berbahan induk batu pasir. PH tanah dapat dipengaruhi oleh bebrapa factor, yaitu bahan

Page 27: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

27

induk tanah, pengendapan, vegetasi alami, pertumbuhan tanamann, kedalaman tanah, dan pupuk nitrogen adalah jenis tanah yang

berasal dari batuan kapur keras (limestone). Penyebaran di daerah beriklim subhumid, topografi karst dan lereng vilkan dengan

ketinggian di bawah 400 m dengan warna tanah coklat hingga merah.

Jenis tanah Renzina atau tanah Mollisol adalah jenis tanah yang bahan induknya berupa batuan Basalt, batu kapur, dan

granit. Cirri-ciri tanah Renzina antara lain harus kering, berwarna coklat, merah dan hitam serta mengandung bahan organic.

Tanah Renzina pada umumnya banyak dijumpai di daerah yang beriklim kering. Tanah renzina adalah tanah yang dihasilkan dari

pelapukan bebatuan kapur yang ada di daerah yang curah hujannya cukup tinggi. Cirri-ciri tanah ini antara lain warnanya

kehitaman serta sangat miskin unsure hara. Tanah ini banyak ditemukan di daerah berkapur.

Tanah renzina merupakan tanah organic di atas bahan berkapur yang memiliki tekstur lempung seperti Vertisol. Tanah

renzina memuiliki kadar lempung yang tinggi, teksturnya halus dan daya permeabilitasnya rendah sehingga kemampuan

menahan air dan mengikat air tinggi. Tanah renzina berasal dari pelapukan batuan kapur dengan curah hujan yang tinggi. Tanah

memiliki kandungan Ca dan Mg yang cukup tinggi, bersifat basa, berwarna hitam, serta hanya mengandung sedikit unsure hara

sebagaimana disajikan pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Jenis Tanah dan Persebarannya

No Bahan Induk Subland Relief Jenis Tanah Luas (ha)

1. Batu gamping Pegunungan Karst Bergunung Renzina/Rendoll 1.243,98

2. Batu gamping Perbukitan Karst Berbukit Renzina/ Rendoll 94.406,42

3. Batu karang Terumbu karang Datar-berombak Litosol/Enthisol 83.037,33

4. Volkanik Pegunungan Volkan Bergunung Latosol/Inceptisol 4.178,58

Page 28: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

28

Jenis tanah yang tersebar paling merata adalah jenis Renzina/Rendoll, yakni sebanyak 52,31%, disusul jenis tanah litosol

dengan luas mencapai 45%. Jenis tanah tersebut memiliki tingkat kesuburan yang rendah, sehingga mempengaruhi produktifitas

hasil-hasil pertanian di Kabupaten Jayawijaya.

2.2.5 Topografi dan Iklim

Iklim suatu wilayah sangat menentukan rencana pengelolaan kawasan hutan. Sedangkan iklim sendiri ditentukan oleh curah

hujan yang terjadi dalam 1 (satu) tahun, yaitu ditentukan oleh banyaknya bulan basah dan bulan kering dalam tahun tersebut.

Tipe iklim dalam suatu wilayah dapat ditentukan menggunakan klasifikasi Schmidt Ferguson. Kriteria yang digunakan adalah

dengan penentuan nilai Q, yaitu perbandingan antara bulan kering (BK) dan bulan basah (BB) dikalikan 100% (Q = BK / BB x

100%).

Kabupaten Jayawijaya berada di hamparan Lembah Baliem, sebuah lembah aluvial yang terbentang pada areal ketinggian

1500–2000 m di atas permukaan laut (dpl). Temperatur udara bervariasi antara 14,5 derajat Celcius sampai dengan 24,5

derajat Celcius. Dalam setahun rata-rata curah hujan adalah 1.900 mm dan dalam sebulan terdapat kurang lebih 16 hari hujan.

Musim kemarau dan musim penghujan sulit dibedakan. Berdasarkan data, bulan Maret adalah bulan dengan curah hujan terbesar,

sedangkan curah hujan terendah ditemukan pada bulan Juli.

Lembah Baliem dikelilingi oleh Pegunungan Jayawijaya yang terkenal karena puncak-puncak salju abadinya, antara

lain: Puncak Trikora (4.750 m), Puncak Mandala (4.700 m) dan Puncak Yamin (4.595 m). Pegunungan ini amat menarik

wisatawan dan peneliti Ilmu Pengetahuan Alam karena puncaknya yang selalu ditutupi salju walaupun berada di kawasan tropis.

Lereng pegunungan yang terjal dan lembah sungai yang sempit dan curam menjadi ciri khas pegunungan ini. Cekungan lembah

sungai yang cukup luas terdapat hanya di Lembah Baliem Barat dan Lembah Baliem Timur (Wamena). Vegetasi alam hutan

Page 29: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

29

tropis basah di dataran rendah memberi peluang pada hutan iklim sedang berkembang cepat di lembah ini. Ekosistem hutan

pegunungan berkembang di daerah ketinggian antara 2.000–2.500 m di atas permukaan laut.

Sumber: Jayawijaya dalam Angka, Tahun 2013

2.2.6 Tipe Hutan dan Potensi Flora-Fauna

a. Tipe Hutan dan Penyebarannya

Secara umum kawasan hutan di pegunungan tengah (Jayawijaya) membentuk tipe ekosistem pegunungan Kawasan

pegunungan merupakan bagian penting dari tipologi ekosistem daratan . Letaknya di bagian hulu daerah aliran sungai

(DAS) dengan berbagai ragam ketinggian dari 600 hingga lebih dari 4000 meter dpl. Vegetasi pegunungan terdiri dari hutan

pegunungan bawah, hutan pegunungan atas, hutan Notofagus, hutan sub alpin bawah, hutan sub-alpin atas. Penyebaran

hutan hujan tropis mengikuti garis khatulistiwa pada 10 º Lintang Utara dan 10 º Lintang Selatan.Hutan hujan tropis adalah

istilah yang digunakan bagi kelompok tegakan yang mempunyai ciri- ciri yang sama dalam susunan jenis dan

perkembangannya.

Ciri–ciri ini terbentuk oleh faktor- faktor ekologi tertentu, misalnya kondisi tanah yang spesifik, seperti

terbentuknya hutan kerangas di Kalimantan atau kondisi iklim yang spesifik seperi terbentuknya hutan savana Bekol di TN

Baluran (Jawa Timur). Tipe hutan diberi nama menurut satu atau lebih jenis pohon dominat seperti yang dilakukan di

Amerika Serikat). Berdasarkan peneltian vegetasi yang terinci, Paijmans (1976) di PNG menemukan 59 tipe vegetasi,

dipegunungan diluar zona alpin, Hope dkk (1976) dalam penelitiannya yang intensif didaerah Puncak Jaya (Papua)

menemukan 23 kelompok vegetasi hutan.mulai dari 3.000 meter dari permukaan laut (dpl) sampai zona alpin (4. 700m) dpl.

Page 30: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

30

Menurut Petocz R. (1987) dalam Whitmore , 1966, Brass, 1964) dalam Paijmans, 1976) vegetasi pegunungan pada

zone pegunungan bawah (1.000 m – 3. 000 m) dpl terdapat jenis – jenis Castanopsis spp (paling menonjol), Notophagus

spp, Podocarpus sp, Dacrycarpus sp, Dacrydium sp, dan Papuacedrus Pada zone pegunungan atas (di atas 3.000 m dpl)

terdapat jenis cemara yang ditutupi oleh lumut, jenis paku tiang (Chyathea spp), savana, gambut, dan padang rumput.

Tanaman pada padang terbuka sebagian besar jenis Rhododendron dan Vaccinium, juga ada jenis perdu –Coprosma,

Rapanea, dan Saurauia, menyusul membentuk batas garis pepohonan.dalam hutan sub –alpin.

Pada zone alpin (di atas 4.000 m dpl) bersifat peralihan kira-kira 200 m vegetasi kelompok perdu rendah dan paang

rumput semak - Deschampsia sudah tidak nampak lagi diganti oleh rumput- rumputan yang lebih rendah, padang terbuka

dan tundra. Kelompok vegetasi (tumbuhan) yang ada terdiri dari Ranumculus, Potentilla, Gentiana, Epilobium serta

macam-macam lumut dan lumut kerak, rumput-rumputan (Poa dan Deschampsia). Daerah paling tinggi dari zone ini

tertutup oleh salju dan padang es.

Tipe hutan Untuk Indonesia, cara yang lebih lazim digunakan ialah pembagian berdasarkan formasi hutan , yaitu

suatu kelompok vegetasi yang mempunyai bentuk hidup (life form) yang sama. Botaniwan Van Steenis, membagi formasi

hutan atas dasar kelompok vegetasi yang mempunyai bentuk hidup ( life form ) yang sama menjadi 15 formasi :

Page 31: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

31

Hutan hujan tropika selalu hijau dataran rendah,

Hutan hujan tropka pegunungan rendah

Hutan hujan tropika pegunungan tinggi

Hutan hujan tropika sub alpin

Hutan kerangas

Hutan pada batuan ultra basa

Vegetasi pantai

Hutan bakau

Hutan payau

Hutan rawa gambut

Hutan rawa air tawar

Hutan rawa musiman

Hutan hujan tropika semi selalu hijau

Hutan luruh daun tropika lembab

b. Potensi Flora

Kawassan Hutan KPHL Unit XLII Jayawiya merupakan tipe hutan hujan tropika pegunungan dan hutan hujan sub

alpin, sehingga potensi flora dan potensi tegakan dalam wilayah KPHL unit XLII Jayawijaya tentunya tidak sama dengan

jenis-jenis flora yang banyak terdapat di dataran rendah atau di pesisir pantai. Potensi tegakan berdasarkan hasil survey

BPKH Wilayah X Jayapura (2015) dengan pengelompokan survey sebanyak 18 plot, terbagi dalam 6 regu survey, jarak

antara plot 675 meter timber cruising diameter (≥ 20 cm up), pada berbagai kelas tutupan hutan, diketahui bahwa volume

tegakan berkisar Antara 62,38 m3

/ ha – 299,10 m3

/ha dengan nilai rata-rata 180, 74 m3

/ Ha.

Lokasi inventarisasi biofisik di kawasan KPHL Unit XLII dilakukan di beberapa kabupaten yang berada dalam KPHL

Jayawijaya. Regu I di kampung Holima Atas, distrik Walaik kabupaten Jayawijaya. Regu II di kampung Gembilangi ,

distrik Makki, kabupaten Lanny Jaya. Regu III di kampung Gamela, distrik Gamelia, kabupaten Lanny Jaya. Regu IV di

kampung Salemo, distrk Gamelia, kabupaten Lanny Jaya. Regu V di kampung Timoneri, distrk Wugi, kabupaten Tolikara.

Hasil survey biofisik potensi tegakan pada berbagai kelas tutupan hutan di wilayah KPHL XLII Jayawijaya dapat

dilihat pada table 2.8. di bawah ini :

Page 32: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

32

Tabel 2. 8. Potensi tegakan pada berbagai koordinat peta KPHL Unit XLII

Potensi flora bedasarkan hasil inventarsasi biofisik team lapangan, secara keseluruhan di kawasan KPHL Unit XLII

Jayawijaya pada tingkat permuaan dan pohon dapat diketahui bahwa untuk jenis komersil dan non komersil kelas diameter

20-49 cm potensi per hektar mencapai 71,56 m3/ha, sedangkan kelas diameter 50 cm keatas memiliki volume 47,46 m

3/Ha.

Bila dihitung masing-masing jenis maka kayu komersil memiliki volume 1, 31 m3/ha dan kayu non komersil 1,02 m

3/ha

(Baplan, 2003). Sedangkan inventarisasi potensi hasil hutan yang dilakukan oleh Team lapangan BPKH (2015) di KPHL

Unit XLII Jayawijaya bersama masyarakat pada kawasan hutan di Kampung–kampung pada Kabupaten Jayawijaya,

Lanny Jaya dan Tolikara pada KPHL Jaywijaya diketahui pohon besar dan pohon kecil yang dikategorikan sebagai

vegetasi tingkat pohon dan permudaan (tingkat semai, pancang dan tiang) Secara keseluruhan hasil inventarisasi diketahui

Pelaksana

Plot Regu.1 Regu.II Regu.3 Regu.4 Regu.5 Regu.6

I

Koordinat E = 258883 E = 239266 E = 231846 E = 3234877 E = 227549 E = 224975

N = 9542832, N :9561678 N = 9570599 N 99568239 N = 9579716 N = 9583673

Volume

(M3 )

33.51 29,98 93,172 89,126 55,353 34,197

68 phn 54 phn 182 phn 111 phn 124 phn 69 phn

II

Koordinat E239271, E = 239271 E = 231042 E = 234150 phn E = 228259 E = 224973

N 9560954 N = 9560954 N = 9570560 N = 9568159 N = 9579718 N = 99584413

Volume

(M3 )

18.28 34,40 112,04 89,848 73, 88 66,321

32 phn 69 phn 121 phn 105 phn 125 phn 156 phn

III

Koordinat E: 238548 E = 238896 E = 230957 E = 233426 E = 228969 E = 224983

N : 956099 N=9560959 N=9569801 N=9568154 N=9579720 N=9584413

Volume

(M3 )

26.38 41,76 102,798 241 63, 69 57, 57

57 phn 79 phn 123 phn 329 phn 113 phn 150 phn

Page 33: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

33

volemen pohon besar (diameter 20 cm – lebih dari 60 cm) volume rata-rata – 3, 21 m3

per hektar. Jenis pohon dominan :

weramo/kelapa hutan, sin, ki, sage, pohon bilia, pohon gi, pohon nggap, pohon gubu, pohon kale. Untuk tingkat permudaan

semai, jeis dominan pohon nggap, pohon kale, pohon gubu, pohon naweadan pohon lo. Untuk permudaan tingkat pancang

jenis dominan adalah : Pohon kale, pohon bgubu, pohon pohon nggap, pohon . Sedangkan unuk permudaan tingkat tiang

jenis- jenis yang mendominasi adalah : pohon nggap, pohon kale, phon lo, pohon nawea.

Hasil analisa vegetasi menunjukan, bahwa jenis-jenis yang mendominai vegetasi tingkat pohon juga mendominasi

permudaan pada tingkat semai, pancang dan tiang. Kondisi penyebaran vegetai ini adalah sangat baik untuk kelangsungan

usaha produksi pemanfaatan kayu. Potensi hutan pada blok sesuai fungsi hutan hasil analisis citra satelit BPKH Wilayah X

Jayapuea ( 2015) , tegakan hutan sebaran diameter 30 cm – 60 cm ke atas, dapat dilihat pada tabel 2.7 dibawah ini.

Tabel 2.7. Potensi tegakan hutan pada KPHL Unit XLII

Blok Sum of

V30_UP_1

Sum of

V40_UP_1

Sum of

V50_UP_1

Sum of

V60_UP

HL-Inti 15418,7 12742,62 9967,76 7762,26

HL-Pemanfaatan 2395,5 1974,06 1536,48 1193,38

HP-Pemanfaatan HHK-HA 674,9 537,9 393,8 295,7

HP-Pemberdayaan 542,88 450,36 354,6 277,08

HP-Perlindungan 1176,24 975,78 768,3 600,34

HP-Wilayah Tertentu 1628,64 1351,08 1063,8 831,24

Grand Total 21836,86 18031,8 14084,74 10960

Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang terdapat di kawasan hutan KPHL Jayawijaya, antara lain: rotan,

gaharu, kulit masohi, bambu, tanaman penghasil minyak kayu putih dan budidaya tanaman Agathis labillardierii. Potensi

Page 34: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

34

jasa lingkungan dan ekowisata juga ditargetkan akan dikelola di kawasan hutan KPHL Jayawijaya. Waktu pelaksanaan

kegiatan ini ditargetkan 10 tahun mendatang sesuai dengan rencana pengelolaan jangka panjang KPHL Unit XLII

Jayawijaya.

c. Potensi Fauna

Potensi fauna di kawasan KPHL Unit XLII Jayawijaya belum diketahui secara pasti /belum ada data penelitian,

namun jenis -jenis fauna yang dapat diduga dapat dijumpai pada ekosistem hutan pegunungan bawah dan pegunungan atas,

juga sub alpin seperti kawasan KPHL Jayawijaya berada pada ketinggian di atas 600 meter diatas permukaan laut (dpl).

Gambar 2.5 Jenis Fauna

Untuk mengetahui jenis - jenis fauna dihutan datarn tinggi dan pegunungan telah ada hasil penelitian atau survey oleh

Petocz R (1987) dalam buku Konservai Alam dan Pembangunan di Irian Jaya mencatatat jenis- jenis fauna dan

penyebarannya. Beberapa jenis fauna yang kemungkinan bisa ditemukan di KPHL Unit XLII dapat dilihat pada tabel 2. 9 di

bawah ini.

Page 35: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

35

Tabel 2.9 Penyebaran jenis-jenis fauna di hutan pegunungan tenganh Papua.

STATUS FAMILI JENIS NAMA LOKAL PENYEBARAN

Tacyanglosidae Zagossus bruijni Landak moncong panjang 1.000-4.150

Dasyuridae Antechinus naso Tikus berkantong, hidung panjang 1.000 – 2.800

Anchinus wilhelmina Tikus berkantong kecil 1.200 – 3.500

Neophascogala lorentz Tikus berkantong cakar panjang 1.500 – 3.450

Microperoryctes murina Bandikut tikus 2.000 – 2.500

Phalangeridae Phalanger vestitus Kuskus rambut sutera 900 = 3.800

Phalanger maculatus Kuskus bertotol 0 – 1.500

Buramyidae Cercatetus caudatus Oposum kerdil 700 – 4.000

Petauridae Dactylopsila trivirgata Opposum bergaris 0- 2.300

Dactylopsila palpator Oposum jari panjang 1.200-2.800

Pseudocheirus corrinae Kuskus ekor kait 900-2.700

Pseudocheirus albertisi Kuskus ekor kait albertis 600-2.000

Pseudocheirus cupreus Kuskus ekor kait tembaga 1.300-4.000

Pseudocheirus caroli Kuskus kait pegunungan 30-2.000

Macropodidae Dendrolagus dorianus Kanguru pohon semawa 1.000-4.000

Dendrolagus goodfellowi Kanguru pohon hias 1.000-3.300

Dendrolagus innstus Kanguru phon coklat 50-2.000

Dorcopsis vanheurni Walabi kecl 800-4.000

Thilogale christenson Walabi kaki merah 2.700-4.00

Cz R (1987) Canidae Sus scrofa Babi hutan

Pteuropodidae Dobosonia minor Kalong minor 600

Sumber .Petocz R (1987) dalam Konservasi Alam dan Pembangunan Irian Jaya.

Page 36: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

36

d. Keberadaan Flora dan Fauna Langka

Flora

Keberadaan flora dan fauna langka sangat erat hubungannya dengan spesies yang dilindungi dan keendemikan jenis.

Jenis tumbuhan endemik (endemic plant species) ini sangat berhubungan dengan daerah penyebaran jenis tumbuhan. Bila

dikatakan endemik daerah pegunungan tengah Papua (Jayawijaya), maka jenis tersebut hanya ada dan terdapat di daerah

pegunungan tengah Papua (Jayawijaya saja) jenis tersebut tidak akan dijumpai di mana pun di dunia. Sifat atau katagori

keendemikan ini sangat penting untuk upaya pelestarian dan pengelolaannya di masa depan.

Terdapat satu spesis dari jenis anggrek Dendrobium schulleri (Orchidaceae) yang sangat khas dan endemik di

pegunungan tengah. Sementara jenis lainnya adalah jenis palem Hydriastele dransfieldii (Hambali et.al.) W.J.Baker & Loo

dan Hydriastele biakensis W.J.Baker & Heatubun (Arecaceae) yang merupakan jenis endemik untuk pegunungan tengah di

Papua

Fauna

Mambruk Victoria atau dalam nama ilmiahnya Goura victoria adalah sejenis burung yang terdapat di dalam suku

burung Columbidae. Mambruk Victoria adalah salah satu dari tiga burung dara mahkota dan merupakan spesies terbesar di

antara jenis-jenis burung merpati. Burung Mambruk Victoria berukuran besar, dengan panjang mencapai 74 cm, dan

memiliki bulu berwarna biru keabu-abuan, jambul seperti kipas dengan ujung putih, dada merah marun keunguan, paruh

abu-abu, kaki merah kusam, dan garis tebal berwarna abu-abu di sayap dan ujung ekornya. Di sekitar mata terdapat topeng

hitam dengan iris mata berwarna merah. Burung jantan dan betina serupa. Populasi Mambruk Victoria tersebar di hutan

dataran rendah, hutan sagu dan hutan rawa di bagian utara pulau Papua, yang juga termasuk daerah kabupaten Mamberao

Tengah.

Page 37: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

37

Burung Mambruk Victoria bersarang di atas dahan pohon. Sarangnya terbuat dari ranting-ranting dan dedaunan.

Burung betina biasanya menetaskan sebutir telur berwarna putih. Mambruk Victoria adalah spesies terestrial. Burung ini

mencari makan di atas permukaan tanah. Spesies ini sudah jarang ditemui di daerah dekat populasi manusia. Mambruk

Victoria dievaluasikan sebagai rentan di dalam IUCN Red List dan didaftarkan dalam CITES Appendix II. Terdapat

sebagian satwa di Papua yang termasuk dalam daftar satwa yang dilindungi maupun terancam punah berdasarkan perundang

undangan di Indonesia maupun daftar yang dikeluarkan oleh IUCN dan CITES. Sementara itu, Beehler, Pratt &

Zimmerman (2001) juga mengelompokan kelompok unggas di Papua kedalam beberapa status persebaran seperti Endemik

Papua (EP), Selengkapnya mengenai unggas atau burung Di Pulau Papuar yang termasuk dalam daftar satwa yang di

lindungi dapat dilihat pada Tabel 2.10.

Tabel 2.10. Jenis Unggas Pulau Numfor dan Status Konservasinya.

FAMILI NAMA SPESIES NAMA UMUM FREKUNSI

STATUS

KONSERVASI STATUS

SEBARAN IUCN CITES UU

Alcedinidae Tanysiptera carolinae Cekakak-pita numfor Banyak

EPN

Dicruridae Dicrurus hottentottus Srigunting lencana Banyak

EP

Rhipiduridae Rhipidura leucphrys Kipasan kebun Banyak

Strunidae Aplonis cantoroides Perling kicau Banyak

Motacilidae Motacillia cinerea Kicuit batu Sedikit

Bucerotidae Rhyticeros plicatus Julang Papua Sedang

AB EP

Psittacidae Eos cyanogenia Nuri sayap hitam Banyak

EPTC

Page 38: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

38

Psittacidae Eclectus roratus Nuri bayan Banyak II AB

Psittacidae Cacatua galerita Kakatua koki Sedikit II ABC EP

Columbidae Ducula myristicivora Pergam rempah Sedang

Columbidae Ducula pinon Pergam pinin Banyak

Columbidae Ptilinopus rivolia Walik dada putih Sedikit

Accipitridae Haliastur indus Elang Bondol Sedang

Accipitridae

Accipiter

novaehollandiae

Elang alap mantel

hitam Sedikit

Megapodiidae Megapodius freycinet Gosong Kelam Banyak

Sumber : Laporan Taman Kehati (, 2013)

2.2.7 Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam

Paradigma baru dalam pengelolaan hutan saat ini telah membuka peluang bagi pemanfaatan jasa lingkungan hutan yang

selama ini masih terabaikan. Hal ini mendorong terjadinya pergeseran nilai jasa lingkungan yang semula merupakan barang tak

bernilai (non-marketable goods) bergeser ke barang bernilai (marketable goods). Tetapi perubahan paradigma tersebut harus

diikuti oleh upaya perencanaan yang komprehensif, agar pemanfaatan jasa lingkungan tetap berada di dalam koridor pengelolaan

hutan yang berkelanjutan.

Terdapat empat jenis jasa lingkungan hutan yang masuk mekanisme pasar di tingkat regional, nasional maupun

internasional yaitu:

1. Pemanfaatan jasa lingkungan hutan sebagai pengatur tata air (jasa lingkungan air);

2. Pemanfaatan jasa lingkungan hutan sebagai perlindungan keanekaragaman hayati;

Page 39: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

39

3. Pemanfaatan jasa lingkungan hutan sebagai penyerap dan penyimpan karbon;

4. Pemanfaatan jasa lingkungan hutan sebagai penyedia keindahan bentang alam (pariwisata alam).

Obyek wisata dalam kawasan KPHL Jayawijaya tersebar pada beberapa RPH, yakni RPH dalam blok hutan lindung (HL-

Pemanfaatan) pada kabupaten yang wilayahnya sebagian masuk dalam KPHL Unit XLII Jayawijaya. Aktivitas pariwisata di

kawasan KPHL Unit XLII Jayawijaya masih didominasi oleh wisata alam berupa keindahan panorama alam.

2.3. Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya

2.3.1. Sejarah perkembangan kabupaten Jayawijaya

Sejarah Kabupaten Jayawijaya sangat berhubungan erat dengan sejarah perkembangan gereja di wilayah ini, karena daerah

ini adalah daerah terisolasi dari dunia luar, tetapi sejak tahun 1950-an misionaris mulai berdatangan dan mulai melakukan

penginjilan di daerah ini. Lembah Baliem ditemukan secara tidak sengaja, ketika Richard Archbold, ketua tim ekspedisi yang

disponsori oleh American Museum of Natural History melihat adanya lembah hijau luas dari kaca jendela pesawat pada

tanggal 23 Juni1938. Penglihatan tidak sengaja ini adalah awal dari terbukanya isolasi Lembah Baliem dari dunia luar. Tim

ekspedisi yang sama di bawah pimpinan Kapten Teerink dan Letnan Van Areken mendarat di Danau Habema. Dari sana mereka

berjalan menuju arah Lembah Baliem melalui Lembah Ibele dan mereka mendirikan basecamp di Lembah Baliem.

Pada tanggal 20 April 1954, sejumlah missionaris dari Amerika Serikat, termasuk di dalamnya Dr. Myron Bromley, tiba di

Lembah Baliem. Tim misionaris ini menggunakan pesawat kecil yang mendarat di Sungai Baliem, tepatnya di Desa Minimo

dengan tugas utama memperkenalkan agama Nasrani ke Orang Dani di Lembah Baliem. Stasiun Misionaris Pertama didirikan di

Hitigima. Selama 7 (tujuh) bulan mereka mendirikan landasan pesawat terbang pertama. Beberapa waktu kemudian misionaris

menemukan sebuah areal yang ideal untuk dijadikan landasan pendaratan pesawat udara. Areal landasan pesawat terbang itu

Page 40: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

40

terletak berbatasan dengan daerah Suku Mukoko dan di areal inilah mulai dibangun landasan terbang yang kemudian berkembang

menjadi landasan terbang Wamena saat ini.

Pada tahun 1958 Pemerintah Belanda mulai kekuasaannya di Lembah Baliem, dengan mendirikan pos pemerintahannya di

sekitar areal landasan terbang, namun kehadiran Belanda di Lembah Baliem tidak lama, karena melalui proses panjang diawali

dengan ditandatanganinya dokumen Pepera pada tahun 1969, Irian Barat kembali kePemerintah Republik Indonesia, sehingga

Pemerintah Belanda segera meninggalkan Irian Barat (Papua). Kabupaten Jayawijaya dibentuk berdasarkan Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1969, tentang pembentukan Provinsi Otonom Irian Barat dan Kabupaten-Kabupaten Otonom di Provinsi Irian

Barat. Berdasarkan pada Undang-undang tersebut, Kabupaten Jayawijaya terletak pada garis meridian 137°12'-141°00' Bujur

Timur dan 3°2'-5°12' Lintang Selatan yang memiliki daratan seluas 52.916 km², merupakan satu-satunya Kabupaten di Provinsi

Papua pada saat itu) yang wilayahnya tidak bersentuhan dengan bibir pantai.

Mengingat luasnya wilayah ini, Pemerintah Pusat berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Papua dan Pemerintah

Kabupaten Jayawijaya mulai mengupayakan pemekaran wilayah. Dimulai dengan pemekaran desa, pemekaran kecamatan dan

pemekaran kabupaten. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 dengan diberlakukannya Otonomi Khusus di Papua,

maka khusus di Provinsi Papua (dan kemudian juga di Provinsi Papua Barat), istilahkecamatan diganti

menjadi distrik dan desa menjadi kampung.

Pemekaran Kabupaten dilakukan mulai tahun 2002 melalui Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2002 dengan membentuk tiga

kabupaten baru yaitu Kabupaten Tolikara dengan ibu kota Karubaga, Kabupaten Pegunungan Bintangdengan ibu kota Oksibil

dan Kabupaten Yahukimo dengan ibu kota Dekai. Sementara Kabupaten Jayawijaya sebagai kabupaten induk tetap beribu kota di

Wamena di Lembah Balim. Pemekaran kabupaten kedua adalah pada tahun 2008, yaitu pemekaran dari wilayah Kabupaten

Page 41: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

41

Jayawijaya dan sebagian wilayah kabupaten pemekaran pertama. Dimekarkan empat kabupaten baru yang diresmikan oleh

Menteri Dalam Negeri RI pada tanggal 12 Juni 2008 di Wamena. Keempat kabupaten yang baru dimekarkan itu masing-masing

berdasarkan:

1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang pemekaran Kabupaten Mamberamo Tengah dengan ibu kota Kobakma,

meliputi Distrik Kobakma, Kelila, Eragayam, Megambilis dan Ilugwa. Batas-batas wilayah Kabupaten Mamberamo Tengah

adalah sebelah utara berbatasan dengan Distrik Membramo Hulu (Kabupaten Mamberamo Raya). Sebelah timur berbatasan

dengan Distrik Elelim dan Abenaho (Kabupaten Yalimo). Sebelah selatan berbatasan dengan Distrik Wolo dan Bolakme

Kabupaten Jayawijaya, sebelah barat berbatasan dengan Distrik Bokondini dan Kembu (Kabupaten Tolikara).

2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2008 tentang pemekaran Kabupaten Yalimo, dengan ibu kota Elelim, meliputi Distrik

Elelim, Apalapsili, Abenaho, Benawa dan Welarek. Dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan kabupaten

Mamberamo Raya, Sebelah timur dengan kabupaten Pegunungan Bintang Sebelah selatan berbatasan dengan Distrik

Walelagama dan Kurulu (Kabupaten Jayawijaya), sebelah barat berbatasan dengan Distrik Kobakma dan Megambilis

(Kabupaten Mamberamo Tengah).

3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang pemekaran Kabupaten Lanny Jaya, dengan ibu kota Tiom, meliputi Distrik

Tiom, Pirime, Makki, Gamelia, Dimba, Melagineri, Balingga, Tiomneri, Kuyawage dan Poga. Dengan batas-batas wilayah:

sebelah utara berbatasan dengan Distrik Kanggime, Karubaga dan Goyage (Kabupaten Tolikara) serta Distrik Kelila

(Kabupaten Mamberamo Tengah). Sebelah timur berbatasan dengan Distrik Assologaima (Kabupaten Jayawijaya). Sebelah

selatan berbatasan dengan Distrik Mbua, Yigi, Mugi, Mapenduma dan Geselama (Kabupaten Nduga), sebelah barat

berbatasan dengan Distrik Ilaga (Kabupaten Puncak) dan Distrik Ilu (Kabupaten Puncak Jaya).

Page 42: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

42

4. Undang-Undang Nomor 6 tahun 2008 tentang pemekaran wilayahKabupaten Nduga. Dengan ibu kota Kenyam. Meliputi

Distrik Kenyam, Mapenduma, Yigi, Wosak, Geselma, Mugi, Mbua dan Gearek. Batas wilayah Nduga meliputi sebelah

utara berbatasan dengan Distrik Kuyawage, Balingga, Pirime dan Makki (Kabupaten Lanny Jaya). Sebelah timur berbatasan

dengan Distrik Pelebaga dan Wamena (Kabupaten Jayawijaya). Sebelah selatan berbatasan dengan Distrik Sawaerma

(Kabupaten Asmat), sebelah barat berbatasan dengan Distrik Jila (Kabupaten Mimika).

5. Daerah yang akan dimekarkan dari Kabupaten Jayawijaya adalah membentuk satu kota/kotamadya yaitu Kota Lembah

Baliem

2.3.2. Keadaan Sosial Ekonomi

Mata pencaharian utama masyarakat Jayawijaya adalah bertani, dengan sistem pertanian tradisional. Makanan pokok

masyarakat asli Jayawijaya adalah ubi jalar, keladi dan jagung sehingga pada areal pertanian mereka dipenuhi dengan jenis

tanaman makanan pokok ini. Pemerintah Kabupaten Jayawijaya berusaha memperkenalkan jenis tanaman lainnya seperti berbagai

jenis sayuran (kol, sawi, wortel, buncis, kentang, bunga kol, daun bawang dan sebagainya) yang kini berkembang sebagai barang

dagangan yang dikirim ke luar daerah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Lembah Baliem adalah areal luas yang sangat

subur sehingga cocok untuk berbagai jenis komoditi pertanian yang dikembangkan tanpa pupuk kimia. Padi sawah juga mulai

berkembang di daerah ini kerena penduduk Dani sudah mengenal cara bertani padi sawah. Begitupun komoditas perkebunan

lainnya kini dikembangkan adalah kopi Arabika.

Page 43: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

43

2.3.3 Transportasi

Transportasi Kabupaten Jayawijaya hingga saat ini masih mengandalkan perhubungan udara, trayek komersil Wamena-

Jayapura yang (pada tahun 2011) dilayani oleh dua maskapai penerbangan yaitu Trigana dan Nusantara Air Charter. Dahulu

trayek ini pernah dilayani oleh antara lain oleh Merpati Nusantara, Manunggal Air, dan Aviastar. Trayek Wamena-Biak maupun

Wamena-Merauke biasanya dilayani oleh penerbangan TNI AURI dengan pesawat Hercules C130 nya. Semua jenis barang, baik

barang kebutuhan pokok masyarakat, bahan bangunan seperti semen, besi beton, kendaraan seperti mobil, truk, bus hingga alat

berat seperti buldozer maupun excavator serta kebutuhan bahan bakar minyak (bensin dan solar) diangkut ke Wamena

menggunakan pesawat terbang. Sedangkan transportasi darat yang menghubungkan Wamena dengan empat puluh distrik (hasil

pemekaran distrik tahun 2011) di kabupaten Jayawijaya, sudah dapat dijangkau dengan kendaraan beroda empat atau setidaknya

dengan kendaraan roda dua. Jalan darat menghubungkan Wamena dengan ibu kota kabupaten hasil pemekaran yaitu ke Tiom

(kabupaten Kabupaten Lanny Jaya), Karubaga (Kabupaten Tolikara), Elelim (Kabupaten Yalimo). Jalan darat hingga ke Distrik

Kurima di Kabupaten Yahukimo juga sudah ada, namun kendala longsor yang selalu terjadi di Sungai Yetni membuat bagian

jalan ini tidak selalu dapat dilalui dengan kendaraat beroda empat. Sebuah ruas jalan yang diharapkan dapat menghubungkan

Wamena dengan Kenyam (Kabupaten Nduga) sedang dibangun, namun karena jalan ini melintas dalam kawasan Taman Nasional

Lorentz, untuk sementara pembangunan jalan ini sedang ditunda menunggu kajian lebih lanjut.

2.3.4. Demografi (Kependudukan) dan Budaya

Orang Dani di lembah Baliem biasa disebut sebagai "Orang Dani Lembah". Rata-rata kenaikan populasi orang Dani sangat

rendah dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia, salah satu penyebabnya adalah keengganan pada ibu untuk mempunyai

anak lebih daripada dua yang menyebabkan rendahnya populasi orang Dani di Lembah Baliem. Sikap berpantang pada ibu selama

masih ada anak yang masih disusui, membuat jarak kelahiran menjadi jarang. Hal ini selain tentu saja karena adat istiadat mereka,

Page 44: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

44

mendorong terjadinya poligami. Poligami terjadi terutama pada laki-laki yang kaya, mempunyai banyak babi. Babi merupakan

mas kawin utama yang diberikan laki-laki kepada keluarga wanita. Selain juga menjadi alat pembayaran denda terhadap berbagai

jenis pelanggaraan adat. Dalam pesta adat besar babi tidak pernah terlupakan bahkan menjadi bahan konsumsi utama.

Sebelum tahun 1954, penduduk Kabupaten Jayawijaya merupakan masyarakat yang homogen dan hidup berkelompok

menurut wilayah adat, sosial dan konfederasi suku masing-masing. Pada saat sekarang ini penduduk Jayawijaya sudah heterogen

yang datang dari berbagai daerah di Indonesia dengan latar belakang sosial, budaya dan agama yang berbeda namun hidup

berbaur dan saling menghormati. Kabupaten Jayawijaya terbagi ke dalam 19 Distrik dan 188 Kampung dengan jumlah penduduk

berdasarkan data tahun 2012 adalah 134.917 jiwa dimana sebaran jiwa yang paling.

2.3.5. Angka Ketergantungan Penduduk (AKP)

Pengelompokkan penduduk menurut umur sangat penting guna mengetahui seberapa besar dari penduduk yang masih

tergolong usia produktif dan usia non produktif. Proporsi antara usia produktif dan non produktif dapat mencerminkan angka

ketergantungan penduduk. Komposisi penduduk menurut umur di Kabupaten Jayawijaya disajikan pada Gambar 2.6.

Page 45: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

45

48598

80915

5404

0 20000 40000 60000 80000 100000

0-14

15-59

60 up

Sebaran Penduduk Menurut Umur

Sebaran Penduduk Menurut Umur

Tahun

Gambar 2.6 Angka Ketergantungan Penduduk di Kabupaten Jayawijaya

Struktur penduduk di Kabupaten Jayawijaya didominasi oleh penduduk usia sedang (15-59 tahun) yaitu sebesar 80,91%

diikuti oleh penduduk usia muda (0-14 tahun) sebesar 48,59% dan penduduk usia tua (60 ke atas) sebesar 5,40%. Dalam kurun

waktu 5-10 tahun ke depan, populasi usia produktif akan meningkat sangat signifikan karena bergesernya usia muda saat ini.

Dengan demikian, harus ada upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan penduduk untuk pembangunan. Keberadaan angkatan

Page 46: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

46

kerja dengan level tersebut di atas dapat dikatakan memadai dimana hal ini ditunjang oleh sarana prasarana pendidikan yang

baik.. Untuk melihat lebih jauh, berikut disajikan data sarana prasarana pendidikan (Gambar 2.7).

Gambar. 13 Sarana Prasarana Pendidikan di Kabupaten Jayawijaya

19

162

50

17 6 12

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

TK SD SMP SMU STM PT

Jumlah Fasilitas Pendidikan

Jumlah Fasilitas Pendidikan

Page 47: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

47

2.3.6. Tipologi Masyarakat Sekitar Hutan di Kabupaten Jayawijaya

Tipologi kehidupan masyarakat Jayawijaya baik di dalam maupun di sekitar hutan sangat dipengaruhi oleh hubungan

ketergantungan masyarakat terhadap hutan serta hak dan tanggungjawab yang dimiliki. Masyarakat adat di Kabupaten

Jayawijaya yang mendiami wilayah pegunungan tengah secara umum dibagi dalam dua kelompok yaitu :

a. Para Petani sekitar hutan (forest farmers) yaitu penduduk di dalam dan sekitar hutan yang hidup menetap dalam suatu

kampung (termasuk kampung tua yang dibentuk oleh orang-orang tua) dengan mata pencaharian utama sebagai petani

tradisional. Selain sebagai petani ada juga yang hidup dari kerajinan/tukang dan berdagang skala mikro dan sebagai

pemburu satwa liar. Masyarakat ini masih sangat erat hubungannya dengan hutan, tetapi juga tergantung dari sumber-

sumber lainnya. Hasil yang diambil diperoleh dari hutan dimanfaatkan untuk kepentingan konsumtif semata (subsisten) atau

dijual pada pasar lokal. Selain hasil hutan, tipe masyarakat ini juga memanfaatkan sumberdaya hutan dan sungai dalam

memenuhi kebutuhan protein hewani dengan alat tangkap yang sederhana sampai semi modern. Hasil yang diperoleh

dimanfaatkan untuk kepentingan konsumtif dan sebagian dijual untuk menambah penerimaan keluarga. Dari sisi adat

sangat kuat memegang adat dan kebudayaan tradisional serta mempertahankan diri dalam kelompok komunal.

b. Pemburu (Hunters) dan Peramu (Gatheres) hasil hutan. Kelompok masyarakat ini sering diistilahkan juga sebagai penghuni

hutan (Forest dwellers) (von Maydell, 1998; Mc Dermott, 1989). Secara umum hasil yang diperoleh lebih banyak

digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri (subsisten). Kelompok ini dapat dikatakan sebagai “komponen alami” dari

ekosistem hutan karena sudah turun temurun tinggal di dalam hutan. Interkasi terhadap lingkungan sifatnya marjinal,

dikarenakan populasi dan kebutuhannya masih terbatas. Dari sisi adat sangat kuat memegang adat dan kepercayaan

tradisional serta mempertahankan diri dalam kelompok komunal. Masyarakat suku Dani dalam kehidupan kesehariannya

terlibat dengan 2 kondisi ekosistem, yaitu keterikatan dengan tanah dalam kegiatan pertanian dan hutan dalam kegiatan

Page 48: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

48

berburu. Keterikatan pada kedua ekosistem ini telah membentuk pengalamam-pengalaman sosial maupun budaya dan

menuangkan dalam berbagai peraturan-peraturan adat yang mengikat untuk mengatur dan mengelola sumber daya alam

tersebut.

2.3.7. Hak Kepemilikan dan Pola Pemanfaatan Hutan

Hak Kepemilikan (Property right)

Hak, bukanlah satu jenis, melainkan beberapa jenis (bundle of rights). Setidaknya dalam kalangan masyarakat adat

Jayawijaya terdapat hak memanfaatkan, hak menentukan bentuk manajemen, hak mengundang pihak lain untuk ikut

memanfaatkan dan hak untuk mengubah fungsi. Konsep hak kepemilikan memiliki implikasi terhadap konsep hak (right) dan

kewajiban (obligation) yang diatur oleh hukum, adat dan tradisi atau konsensus yang mengatur hubungan antar anggota

masyarakat dalam hal kepentingannya terhadap sumberdaya hutan. Kepemilikan tanah merupakan milik bersama (komunal),

namun didalam pengambilan hasil atas tanah adat tersebut dibagi-bagi untuk masing-masing anggota keret sehingga tidak terjadi

saling rampas pengelolaan sumber daya alam. Penandaan batasan tanah yang telah dijadikan lahan antar keret tersebut biasanya

ditandai dengan batasan alam seperti batu, pohon dan sungai.

Pemindahan dan penyerahan hak tanah adat dan hutan dari keret yang satu kepada keret yang lain masih dapat

dimungkinkan namun memiliki peluang yang sangat kecil, karena pandangan masing-masing keret yang menilai hutan dan lahan

sebagai anugerah yang harus dijaga dan dikelola. Masyarakat Jayawijaya sebagian besar memanfaatkan sumberdaya hutan

sebagai peramu dan pemburu. Mansoben (2002) membagi hak kepemilikan dan penguasaan wilayah adat pada masyarakat

Papua dalam 3 kelompok yaitu hak komunal berdasarkan gabungan klen, hak komunal menurut klen dan hak individual. Hak

Page 49: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

49

kepemilikan lahan yang dimaksud merupakan hak kepemilikan untuk semua sumberdaya baik tanah maupun tumbuhan yang

berada di atasnya yang dimiliki pemilik lahan.

Tabel 2.11. Efisiensi Kepemilikan Atas Sumberdaya lahan/tanah dan Sumberdaya Alam di Kabupaten Jayawijaya

Keterangan : √ = boleh x = tidak boleh

Pemilik (owner) memiliki hak penuh atas lahan yang dimilikinya sehingga disimpulkan bahwa efisiensi hak kepemilikan

lahan untuk pemilik (owner) adalah adalah efisien. Hal tersebut disebabkan karena hak kepemilikan lahan yang dimiliki

masyarakat merupakan hak turun temurun sehingga pemilik (owner) dapat melakukan apapun di lahan yang dimilikinya. Hak

memasuki dan memanfaatkan diberikan kepada pemilik terikat (Proprietor) ketika proprietor memiliki hubungan dengan pemilik

seperti hubungan perkawinan. Masyarakat mengelola lahan yang dimilikinya sendiri tanpa disewakan ataupun diberikan kepada

pengguna.

Pola kepemilikan dan penguasaan lahan yang dianut oleh masyarakat merupakan sistem pewarisan. Hal ini juga sama

dengan yang berlaku dikalangan masyarakat adat yang mendiami wilayah pesisir lain di Tanah Papua. Dimana pengaturan

pemanfaatan diatur oleh kepala klen dengan anggapan bahwa sumberdaya alam yang ada merupakan milik klen yang diwariskan

STRATA HAK PEMILIK (Owner) PEMILIK TERIKAT

(Proprietor)

Memasuki dan Memanfaatkan √ √

Menentukan Bentuk Pengelolaan √ X

Menentukan Keikutsertaan/Mengeluarkan Pihak lain √ X

Dapat diperjualbelikan hak (Alienation) √ X

Page 50: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

50

turun temurun pada suatu marga (klen). Hal tersebut terlihat dengan adanya pembagian tanah ulayat per marga sehingga setiap

marga memiliki suatu daerah yang merupakan hak ulayatnya. Oleh karena itu, owner memiliki hak penuh atas lahan yang

dimilikinya karena setiap marga (Klen) telah memiliki tanah ulayat masing-masing. Efisiensi hak kepemilikan sangat

menguntungkan masyarakat dalam rencana pembangunan kehutanan di Jayawijaya. Dimana tidak diperlukan pihak-pihak di luar

pemilik (owner) dalam pengambilan keputusan untuk pembangunan tersebut kecuali Pemerintah. Selain itu, menjadi landasan

tumbuhnya ‘rasa memiliki” terhadap sumberdaya hutan.

Pola Pemanfaatan Hutan

Jayawijaya memiliki potensi sumberdaya lahan dan hutan yang cukup luas untuk dapat dimanfaatkan sebagai lahan

pertanian, namun hampir seluruhnya belum dimanfatkan sebagai lahan usaha pertanian yang menjadi sumber utama pendapatan

keluarga. Belum dimanfaatkannya sumberdaya lahan hutan tersebut karena penduduk wilayah ini bukan masyarakat petani yang

orientasi usahanya untuk kepentingan bisnis (lihat tipologi masyarakat), namun masyarakat untuk kepentingan konsumtif

(subsisten). Masyarakat kebanyakan hidup dari pemanfaatan sumberdaya daratan, baik sebagai petani tradisional, pemburu dan

peramu tradisional dengan alat yang sangat sederhana sampai semi modern.

Dalam pemanfaatan lahan sebagai lahan pertanian masyarakat di Jayawijaya sifat pertaniannya adalah pertanian menetap

dan perladangan berpindah. Kebun-kebun rakyat kebanyakan berupa kebun-kebun tua di sekitar pemukiman atau tempat tinggal

yang ditanami dengan campuran beberapa jenis tanaman. Tanaman-tanaman jangka pendek seperti ubi-ubian, palawija dan

sayuran diusahakan oleh sebagian kecil penduduk ditanam secara campuran di lahan-lahan kecil berukuran 2 × 3 m hingga 5 × 20

m dengan memanfaatkan lahan pekarangan di sekitar rumah atau lahan kosong di sekitar pemukiman di sekitar perkampungan

dan wilayah kelola milik marga atau klen. Di samping itu, penduduk juga memanfaatkan dusun-dusun sagu, baik yang tumbuh

Page 51: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

51

secara alami maupun yang ditanam untuk diekstraksi menjadi tepung sebagai bahan makanan pokok (papeda). Kondisi lahan yang

kurang subur menyebabkan beberapa hasil-hasil pertanian tidak dapat berpoduksi secara optimal.

Ketergantungan Masyarakat Terhadap Hutan

Ketergantungan masyarakat terhadap hutan berada dalam kategori rendah sampai dengan tinggi. Sebagian besar penduduk

yang hidup diwilayah pegunungan dan perbukitan maupun pinggiran hutan memiliki tingkat ketergantungan sedang sampai

tinggi. Tingkat ketergantungan ini tidak sebatas pada aspek produksi hutan dan lahan hutan, tetapi juga fungsi perlindungan dan

fungsi tata klimat yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat lokal secara langsung maupun tidak langsung dari ekosistem hutan

dalam mempertahankan hidup (existence) dan peningkatan kesejahteraan (welfare). Pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat

tetap berada dalam batas resiliensi sumberdaya hutan, hal ini sejalan dengan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat yang begitu

mempengaruhi pola pemanfaatan. Dilihat dari sisi akses ke dalam kawasan hutan tidak ada pembatasan selama berada dalam

batas-batas wilayah kelola masyarakat adat yang bersangkutan. Pola ketergantungan yang demikian memberikan gambaran

hubungan yang disebut Pola Ekstraksi (Soemarworo, 1989; Sardjono, et all 1998, Sardjono, 2004).

Page 52: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

52

Tabel 2.12. Berbagai Manfaat yang diperoleh Masyarakat Jayawijaya dari SDH di Sekitarnya

FUNGSI

HUTAN

MANFAAT BAGI MASYARAKAT

LANGSUNG TIDAK LANGSUNG

Produksi

Hasil Hutan Kayu dan tururnannya (konstruksi berat,

atap/dinding, kayu bakar/arang)

Hasil Hutan Bukan Kayu (Buah-buahan, biji-bijian, sayauran,

gaharu, getah, damar, buah merah, rotan, bambu, binatang

buruan, madu

Areal untuk berkebun dan memancing

Sumber penghasilan (semi komersil dan

komersil)

Pelestarian budaya masyarakat yang

berbasis produk hutan

Lindung/Ko

nservasi

Selain hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu ada

manfaat Kesuburan tanah, tata air untuk air bersih,

perlindungan banjir dan kekeringan

Keanekaragaman hayati (Flora, Fauna, Mikro organisme)

Seperti berbagai jenis burung dan tanaman angrek serta madu

Menjamin produktivitas pertanian

masyarakat

Kesehatan dan kesejahteraan hidup

Pelestaria pengetahuan dan teknologi

tradisional a.l. budidaya, berburu

binatang, sistem pemanenan

Tata Klimat

Iklim Mikro (kesejukan, dan curah hujan lokal)

Udara bersih (Penghasil oksigen dan menyerap

karbondioksida)

Sinar matahari

Polusi udara

Kenyamanan dan kedamaian kehidupan

di kampung

Mendukung kehidupan yang sehat dan

sejahtera

Mengurangi dampak bencana alam

Lain-lain

Batas alam untuk menandakan tanah adat/pemilikan lahan

Perlindungan tempat-tempat keramat/dihormati

Mendukungan pelestarian identitas

kelembagaan lokal

Melestarikan etika konservasi dan

pergaulan hidup antar anggota

masyarakat

Page 53: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

53

2.4. Izin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan

Kawasan hutan Jayawijaya pada saat ini belum memiliki izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan. Pemanfaatan dan

penggunaan kawasan hutan masih dalam skala tradisional untuk kebutuhan lokal masyarakat hukum adat yang ada di dalam atau sekitar

kawasan hutan.

2.5. Posisi KPHL Jayawijaya dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jayawijaya dan Pembangunan Daerah

Dalam prespektif tata ruang Provinsi Papua, di wilayah KPHL Unit XLII Jayawijaya beberapa arah pengembangan komoditas

tertentu yang akan dikembangkan di beberapa lokasi. Harus memperhatilan kondisi atau faktor –faktor topogrfi antara lain adalah

letaknya di bagian hulu DAS dgn berbagai ragam ketinggian dari 600 hingga lebih dari 4000 meter dpl. Kawasan pegunungan sangat

menentukan stabilisasi kawasan dibawahnya, baik sebagai pemasok air dan stabilisasi lahan dan tanah dari bahaya erosi dan tanah longsor,

sebagai pemasok kebutuhan SDA lainnya, seperti : udara bersih, Sumber plasma nutfah dan bahan tambang. Disamping sebagai reservoir

air, dan stabilisator tanah, kawasan pegunungan juga memiliki bentang alam (Landscape) yang sangat berpotensi bagi wisata alam.

Kawasan pegunungan banyak diminati oleh para penjelajah alam, krn mempunyai keunikan dan kondisi alamnya sangat menantang.

Kawasan pegunungan merupakan tangki air raksasa di permukaan bumi yang sangat diperlukan bagi usaha pertanian, rekreasi, dan

pariwisata, pertanian dan pemukiman. Dalam kesatuan sistem pembangunan, pegunungan sangat penting perannya bagi penyelamatan

wilayah, jika wilayah pegunungan mengalami kehancuran, maka sangat sulit wilayah di bawahnya utk mempertahankan pembangunannya

secara berkelanjutan. Kawasan bawah yang lebih rendah dan lebih datar,merupakan pusat-pusat perencanaan dan pusat-pusat

pembangunan yang perlu mendapat perhatian untuk dilestarikan dengan cara melindungi kawasan-kawasan di atasnya,Secara rinci peran

wilayah pegunungan adalah :

Berperan penting bagi penghasil sumber air bersih yang dibutuhkan manusia, pertumbuhan industri, kegiatan pertanian dan

irigasi,sumber air utk rekreasi dan pariwisata

Page 54: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

54

Berperan penting bagi pertumbuhan devisa negara dan pendapatan asli daerah (PAD)

Berperan dalam ketahanan pangan dan lapangan pekerjaan

Berperan penting bagi perlindungan dan sebagai hotspot keanekaragaman hayati (kehati)

Kerusakan di wilayah pegunungan pada umunya disebabkan oleh kebijakan pembangunan wilayah di bawahnya yang tidak

mendukung konservasi, bahkan sebaliknya berpotensi merusak

Pentingnya perlindungan dan konservasi wilayah pegunungan masih kurang dipahami oleh para pengambil kebijakan. Konservasi

wilayah pegunungan belum menjadi agenda kebijakandan politik. Akibatnya banyak wilayaah pegunungan mengalami kerusakan

dan terlantar dan menjadi salah satu penyebab terjadunya banjir dan tanah longsor yang semakin meluas dimana-mana.

Selain itu terkait dengan tugas dan fungsi pokok KPH terdapat beberapa hal yang secara langsung diatur dalam rencana tata ruang tersebut.

Kawasan lindung dan kawasan produksi yang menjadi ruang lingkup kerja KPH dapat diatur dalam RTRW Kabupaten Jayawijaya.

Kawasan lindung di Kabupaten Jayawijaya terdiri dari: kawasan hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap

kawasan bawahannya, kawasan suaka alam - pelestarian alam - cagar budaya, kawasan perlindungan setempat, kawasan lindung geologi,

dan kawasan lindung lainnya. Arahan kawasan lindung di Kabupaten Jayawijaya adalah sebagai berikut:

a. Kawasan Hutan Lindung

Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk

mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah. Hutan lindung

merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya

alam dan sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna pembangunan berkelanjutan.

Page 55: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

55

b. Kawasan yang Memberikan Perlindungan terhadap Kawasan Bawahannya

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya terdiri atas kawasan bergambut dan kawasan

resapan air. Perlindungan terhadap kawasan resapan air dilakukan untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan

pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahannya

maupun kawasan yang bersangkutan..

2.6 Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan

Isu-isu strategis pembangunan KPHL Unit XLII Jayawijaya merupakan permasalahan yang dihadapi dalam rangka mewujudkan

visi, percepatan penyelenggaraan misi dan pencapaian tujuan rencana pengelolaan KPHL Unit XLII Jayawijaya dideskripsikan

berdasarkan beberapa aspek sebagai berikut :

Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman (SWOT- Analisis)

Untuk mengidentifikasi isu-isu strategis rencana pengelolaan KPHL Unit XLII Jayawijaya dilakukan analisis lingkungan internal dan

eksternal menggunakan instrumen analisis SWOT. Lingkungan Internal terdiri dari Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness) dan

lingkungan Ekternal terdiri dari Peluang (Opportunity) dan Ancaman (Threat). Keempat elemen tersebut dikenal sebagai Faktor Kunci

Keberhasilan (Critical Success Factors). Berdasarkan faktor kunci keberhasilan tersebut ditetapkan Isu-Isu Strategis yang dianalisis

berdasarkan interaksi faktor-faktor internal dan ekstenal KPHL Unit XLII Jayawijaya. Hasil analisis kekuatan-kelemahan dan peluang-

ancaman KPHL Unit XLII Jayawijaya pada kondisi 2014 seperti disajikan pada Tabel 2.13.

Page 56: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

56

Tabel. 2.13. Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Rencana Pengelolaan KPHL Jayawijaya

Faktor Internal Faktor Eksternal

Strengths (S) Weaknesses (W) Opportunities (O) Threats (T)

1. Potensi hasil hutan kayu, bukan

kayu dan hasil hutan ikutan lain

relatif masih tinggi

2. Organisasi KPH telah terbentuk

dan memiliki kedudukan UPTD

3. Terdapat keindahan bentang

alam dan peninggalan budaya

yang unik

4. Komitmen pemerintah daerah

relatif tinggi untuk

meningkatkan perekonomian

dan kesejahteraan masyarakat

melalui pembangunan bidang

kehutanan

5. Sistem pemukiman dan

pemilikan ulayat menyebar

secara komunal

6. Kepemimpinan adat dan hak

masyarakat masih berlaku di

beberapa wilayah distrik dan

kampung

7. Sebagian besar masyarakat

menggantungkan hidup dari

bertani, meramu dan berburu

hasil hutan

8. Terdapat usaha-usaha

pemungutan tradisional hasil

hutan.

1. Peta Tata Ruang Kehutanan dan

batas kawasan hutan masya-rakat

adat belum ada

2. Kelembagaan KPHL Jayawijaya

belum efektif dan efisien

3. Sumberdaya KPHL (fasilitas dan

sumberdaya manusia) masih

terbatas

4. Data potensi hasil hutan kayu dan

bukan kayu di setiap fungsi

kawasan belum tersedia

5. Regulasi pendukung bidang

kehutanan terkait dengan per-

izinan, retribusi dan hak

masyarakat adat belum tersedia

baik pada setiap tataran

pemerintahan

6. Pemungutan hasil hutan kayu dan

hasil hutan bukan kayu oleh

masyarakat belum terorganisir

7. Kapasitas masyarakat dalam

mengelola hutan dan lahan

sangat terbatas

8. Kerjasama lembaga masyarakat

dan koordinasi program dengan

instansi terkait belum mantap,

masih sektoral

1. Kebijakan penerapan KPH pada

setiap fungsi hutan

2. Terbukanya akses masyarakat

dan kewenangan Pemda dalam

pengelolaan hutan berbasis

masyarakat adat

3. Minat investasi sektor kehutanan

tinggi

4. Kerjasama dengan pihak luar

terbuka luas untuk penelitian dan

pengembangan dalam

pengelolaan hutan dan

pemberdayaan ekonomi

masyarakat

5. Program REDD+ dilaksanakan

pada ruang KPH

1. Terdapat tumpang tindih

kewenangan antar sektor

kehutanan dan non kehutanan

2. Wilayah kelola masyarakat

hukum adat belum dilegitimasi

dan belum ada peta tata batas

kawasan hutan

3. Rendahnya pendidikan dan

taraf hidup masyarakat sekitar

kawasan

4. Kegiatan Pemanenan Kayu

Secara illegal

Page 57: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

57

2.6.1 Faktor Internal

Kekuatan (Strength- S)

1. Potensi hasil hutan kayu, bukan kayu dan hasil hutan ikutan lain relatif masih tinggi

Potensi hasil hutan bukan kayu unggulan di Jayawijaya adalah buah merah, kelapa hutan, rotan, gaharu, sarang semut,

anggrek, lebah madu dan bahan anyaman/kerajinan tangan serta rempah-rempah alami khas baliem lainnya. Saat ini potensi yang

belum ada yang dikembangkan secara modern/usaha mikro terutama orang asli Papua khususnya masyarakat adat Jayawijaya

sehingga sangat dibutuhkan pendampingan dari berbagai pihak dalam mengangkat hak- hak masyarakat adat melalui potensi yang

tersedia.

2. Organisasi KPHL telah Terbentuk dan Memiliki Kedudukan Uptd pada Dinas Kehutanan Kabupaten Jayawijaya

Organisasi KPHL Unit XVII Jayawijaya telah dibentuk dan memiliki kedudukan sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas

(UPTD) pada SKPD Dinas Kehutanan Kabupaten Jayawijaya berdasarkan peraturan Bupati (PERBUP) Kabupaten Jayawijaya

Nomor 10 Tahun 2014. Pegawai negeri sipil maupun tenaga honorer yang bekerja di KPHL Jayawijaya sebanyak 8 orang dengan

jabatan 1 (satu) orang Kepala KPHL, 1orang Kepala Sub Bagian Tata Usaha, 3 orang tenaga kontrak dari Kementerian Kehutanan

(SKMA), 1 orang tenaga Basarhut dan 2 orang tenaga Dinas Kehutanan Pemerintah Daerah Kabupaten Jayawijaya.

3. Terdapat Keindahan Bentang Alam dan Peninggalan Budaya yang Unik

Wilayah KPHL Unit XVII Jayawijaya memiliki keindahan bentang alam dan peninggalan budaya serta sejarah yang

potensial untuk menjadi obyek-obyek wisata unggulan. Wilayah pengelolaan KPHL Unit XVII Jayawijaya memiliki jasa

lingkungan hutan yang sangat potensial untuk dikembangkan dalam mendukung terwujudnya visi Jayawijaya yang berkualitas,

berbuya, mandiri dan sejahtera.

Page 58: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

58

4. Komitmen Pemerintah Daerah Tinggi untuk Meningkatkan Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat Melalui

Pembangunan Bidang Kehutanan

Komitmen pemerintah daerah Jayawijaya dalam meningkatkan perekonomian di sektor kehutanan terlihat dengan adanya

pemberian dukungan yang penuh terhadap pembentukan KPHL Unit XVII Jayawijaya sebagai KPHL Unit XVII di Indonesia,

dengan status sama sebagai suatu UPTD pada Dinas Kehutanan Kabupaten Jayawijaya. Pemerintah daerah juga memberikan

dukungan dana untuk upaya-upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dalam kawasan hutan melalui dinas-dinas terkait dengan

pengelolaan lingkungan dan kehutanan yang berbasis pada masyarakat adat.

5. Sistem Pemukiman dan Pemilikan Ulayat Menyebar Secara Komunal

Sistem pemukiman dan pemilikan hak ulayat masyarakat adat menyebar secara komunal. Kondisi ini merupakan kekuatan

karena akan sangat memudahkan penataan sistem pengelolaan kawasan hutan baik menyangkut pemanfaatan kawasan hutan

untuk pemukiman maupun kepentingan-kepentingan lainnya. Melihat kondisi ini, pemetaan partisipatif untuk menentukan areal

kelola masyarakat adat akan menjadi lebih mudah dilakukan dan tidak menimbulkan biaya yang besar.

6. Kepemimpinan Adat dan Hak Masyarakat Masih Berlaku di beberapa Wilayah Distrik dan Kampung

Struktur sosial masyarakat Jayawijaya telah menunjukan adanya tingkatan atau lapisan sosial masyarakat, yaitu

hesek/tugure, aierek dan agoromi. Hesek adalah penguasa/pimpinan tertinggi dalam suatu wilayah adat yang membawahi

beberapa pilai/honai adat dimana wilayah tersebut direbut melalui perang suku dan saling diakui dengan wilayah lain yang sangat

kuathingga saat ini sehingga memiliki hak kepemilikan yang kuat. Lapisan kedua adalah kelompok yang memang dari leluhur

yang menguasai meneruskan warisan tersebut berdasarkan wilayah kekuasan berkebun atau berburu. Sedangkan budak-budak

adalah keturunan dari orang-orang yang di tangkap dalam peperangan atau kelas minoritas dalam pandangan adat. Lapisan sosial

seperti ini pada beberapa kampung masih terlihat jelas, namun sebagian besar telah mengalami akulturasi sehingga tidak nampak

Page 59: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

59

adanya pelapisan tersebut. Dengan adanya lapisan sosial ini maka kekuatan hak kepemilikan dari suatu keret atau marga menjadi

jelas dan tidak akan menimbulkan konflik kepemilikan sehingga property right masyarakat adat menjadi lebih efisien karena

semakin banyaknya syarat hak kepemilikan yang dapat dipenuhi. Kuatnya hak kepemilikan dapat membatasi masuknya free rider

(penunggang bebas) dan rent seeking (pencari rente) serta kaum oppurtunistik di tengah kehidupan masyarakat.

7. Sebagian Besar Masyarakat Menggantungkan Hidup dari Bertani, Meramu dan Berburu Hasil Hutan

Komposisi penduduk menurut mata pencaharian dapat menggambarkan aktivitas penduduk dalam memenuhi kehidupannya.

Aktivitas tersebut seperti penduduk yang penghidupannya sebagai petani, pedagang, jasa, pegawai, buruh, dsb. Mata pencaharian

penduduk Kabupaten Jayawijaya terutama yang bertempat tinggal di dalam dan sekitar kawasan hutan KPHL Unit XLII

Jayawijaya adalah berladang dan berburu. Sedangkan mata pencaharian penduduk yang tinggal di perkotaan lebih beragam,

diantaranya sebagai Pegawai Negeri Sipil (guru), pegawai pemerintah, pegawai swasta dan pedagang. Namun sebagian besar

menekuni pertanian sebagai pekerjaan utama maupun sampingan dalam memenuhi kebutuhan subsiten maupun semi komersil.

8. Terdapat Usaha-Usaha Pemungutan Tradisional Hasil Hutan

Masyarakat yang berdiam di dalam maupun di luar kawan hutan KPHL Unit XVII Jayawijaya memiliki aktivitas

pemungutan terhadap hasil hutan kayu dan non kayu yang dilakukan secara tradisional. Hasil hutan kayu dimanfaatkan antara lain

untuk kerajinan tangan, alat kerja, alat perang, pembangunan honai trasional dan lainnya yang dianggap penting dengan

pengetahuan khusus. Diantaranya adalah pemanfaatan buah merah sebagai makanan tradisional yang khas dan istimewa dalam

upacara adat ataupu makanan sehari-hari. Pengetahuan tradisional dalam pemungutan hasil hutan menjadi modal bagi pengelola

KPHL Unit XVII Jayawijaya dalam mengatur cara pemungutan hasil hutan, sehingga sumberdaya hutan dapat dikelola secara

berkelanjutan.

Page 60: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

60

Kelemahan (Weaknesses- W)

1. Peta Tata Ruang Kehutanan dan Batas Kawasan Hutan Masyarakat Adat Secara Legal Belum Ada

Pemetaan partsipatif dalam rangka memperjelas status hak kepemilikan masyarakat adat secara legal formal di wilayah

KPHL Jayawijaya sedang dilakukan, sehingga dalam tata ruang kehutanan provinsi maupun kabupaten, kedudukan dan status

wilayah kelola masyarakat adat tidak mendapat ruang. Akibatnya terjadi tumpang tindih pemanfaatan lahan dan kawasan hutan

baik secara vertikal maupun horizontal. Fakta ini menjadi kelemahan dalam pengelolaan KPHL Jayawijaya ke depan, sehingga

telah dilakukan pemetaan pada 17 wilayah adat dari 19 wilayah adat yang ada di kabupaten Jayawijaya. Pemetaan wilayah kelola

masyarakat adat secara partsipatif dilakukan oleh beberapa NGO yaitu Samdhana Institut sebagai pendonor, Yayasan bina adat

walesi (YBAW) yang bermitra dengan masyarakat adat untuk menggali dan mengambil data sosial di seluruh wilayah adat, LSPK

bekerja pada wilayah adat yang telah dipetahkan dengan mengambil data potensi/kekayaan yang ada dan merencanakan

perencanaan pada wilayah adat tersebut sedangkan Dinas Kehutanan sebagai teknis lapangan dan pengolahan data. Hingga saat

ini sedang dorong untuk diPERBUPkan secara legal untuk menuju pada registrasi secara nasional pada Badan Registrasi Wilayah

Adat pada Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) dan dimasukan dalam peta Tata Ruang Kehutanan Provinsi. Setelah

diakui legalisas hukum pemetaan wilayah adat Jayawijaya, KPHL Jayawijaya dalam pengelolaannya berbasis wilayah adat.

2. Kelembagaan KPHL Unit XLII Jayawijaya belum Efektif dan Efisien

Kapasitas kelembagaan KPHL Unit XVII Jayawijaya yang mantap merupakan salah satu kunci keberhasilan pengelolaan

kawasan, saat ini KPHL Jayawijaya memiliki pegawai sebanyak 8 orang (4 orang PNS, 4 orang tenaga kontrak). Keadaan

pegawai yang demikian secara kelembagaan akan sangat sulit menjalankan tugas pengelolaan kawasan yang luasnya mencapai

139.928 hektar dan direncanakan akan memiliki 6 wilayah Resort Pengelolaan Hutan (RPH). Sehingga diperlukan penambahan

pegawai atau personil yang secara teknis mampu dan memiliki kemampuan manajerial yang baik yang diharapkan mengisi

Page 61: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

61

kekosongan maupun kekurangan tenaga di KPHL Unit XLII Jayawijaya sampai pada tingkat RPH. Beberapa skenario untuk

memenuhi kebutuhan tenaga kerja perlu dipikirkan dan direncanakan agar efektifitas dan efisiensi lembaga KPHL Unit XVII

Jayawijaya dalam menjalankan tugas dan fungsinya berjalan dengan baik.

3. Sumberdaya KPHL (Fasilitas dan Sumberdaya Manusia) Masih Terbatas

Salah satu faktor dalam pengelolaan KPHL Unit XVII Jayawijaya yang perlu dilengkapi secara memadai adalah

sumberdaya (resources) baik sumberdaya manusia maupun peralatan atau sarana dan prasarana. Sarana prasarana yang dimiliki

KPHL Jayawijaya hingga Bulan Juni 2016 berupa: kendaraan roda 2 berjumlah 1 unit, alat ukur berupa 5 unit GPS, 2 unit

komputer, 2 unit printer, sofa 1 set, serta meubeler berupa meja 4 buah dan kursi 4 buah. Pembentukan RPH dibutuhkan

pembiayaan pembangunan dan personil personil serta fasilitas, nantinya RPH merupakan sesuatu yang sangat diperlukan dalam

pengelolaan KPHL Jayawijaya ke depan.

4. Data Potensi Hasil Hutan Kayu dan Bukan Kayu di Setiap Fungsi Kawasan Belum Tersedia

Potensi sumberdaya hutan baik hasil hutan kayu maupun hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang terdapat di dalam kawasan

KPHL Unit XVII Jayawijaya belum didata secara lengkap pada setiap fungsi kawasan hutan. Disisi lain tingkat pemanfaatan

masyarakat terus meningkat dari wkatu ke waktu, maka upaya inventarisasi potensi hasil hutan merupakan hal penting untuk

dilakukan terutama dalam tahun awal pengelolaan kawasan. Dari sisi ekonomi potensi sumberdaya hutan merupakan barang

ekonomi yang bila tidak dimanfaatkan akan menjadi modal idle (modal diam) dan tidak memberikan added value (nilai tambah)

bagi kesejahteraan masyarakat. Dikawatirkan keadaan ini akan makin memacu terjadinya kerusakan sumberdaya hutan.

Page 62: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

62

5. Regulasi Pendukung Bidang Kehutanan Terkait dengan Perizinan, Retribusi dan Hak Masyarakat Adat Belum Tersedia

Baik pada setiap Tataran Pemerintahan

Semua upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan yang menjadi visi dan misi

pengelolaan KPHL Unit XLII Jayawijaya sangat tergantung pada regulasi yang berlaku pada semua tataran pemerintahan.

Regulasi adalah alat pengatur dan penjamin yang mengikat setiap orang baik pelaku maupun pengelola dan penerima manfaat

dari sumberdaya hutan. Karena itu, setiap regulasi harus dapat menjawab setiap kepentingan stakeholders kehutanan secara adil.

Regulasi yang terkait dengan ijin kayu rakyat sampai saat ini sudah tersedia draft namun belum dapat diimplementasi secara luas.

Selain itu, Peraturan Daerah Khusus (PERBUPsus) dan Peraturan Daerah Provinsi (PERBUPsi) terkait pengelolaan sumberdaya

hutan juga belum diimplementasi dan disosialisasi kepada para pihak di bidang kehutanan dan masyarakat awam. Regulasi tidak

hanya menjadi pendorong upaya pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan, namun disisi lain dapat menimbulkan konflik

atas pengelolaan sumberdaya hutan, bila regulasi yang dihasilkan tidak menjawab semua kepentingan secara adil. Oleh sebab itu,

regulasi yang dibuat harus meminimalisir konflik kepentingan.

6. Pemungutan Hasil Hutan Kayu dan Hasil Hutan Bukan Kayu oleh Masyarakat Belum Terorganisir

Aktivitas pemanfaatan dan pemungutan hasil hutan kayu dan HHBK yang dilakukan masyarakat saat ini dilakukan sendiri-

sendiri pada areal kelola adat, sehingga terkesan manfaat ekonomi dan sosial budaya tertumpuk pada beberapa orang atau marga

yang memiliki hak ulayat lebih besar. Pemungutan hasil hutan yang dilakukan sendiri-sendiri dapat dimanfaatkan oleh free rider

(penunggang bebas), rent seeking (pencari rente) dan pelaku opportunistik untuk memanfaatakan kelemahan masyarakat dengan

menyediakan cash money sehingga masyarakat menjual hasil hutan dengan harga yang jauh dibawah harga standar bahkan ada

yang dilakukan dalam bentuk barter. Hal ini terlihat dari adanya penjualan kayu-kayu olahan untuk kebutuhan pembangunan di

Jayawijaya, banyak kayu dijual tanpa legalitas yang berlaku.

Page 63: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

63

7. Kapasitas Masyarakat dalam Mengelola Hutan dan Lahan Sangat Terbatas

Masyarakat yang berdiam di dalam dan sekitar kawasan hutan KPHL Jayawijaya belum memiliki kapasitas yang memadai

dalam mengelola hutan. Dalam hal modal usaha masyarakat sangat tergantung pada pengusaha dari luar sehingga terjadi

penjualan hasil hutan dibawah standar harga pasar. Dari sisi sumberdaya manusia kapasitas masyarakat sangat rendah karena

jenjang pendidikan yang pernah diikuti lebih banyak hanya sekolah dasar sehingga proses adopsi dan inovasi berjalan sangat

lambat, hal ini mempengaruhi metode atau cara-cara masyarakat dalam mengelola hasil hutan terutama kearah yang lebih lestari.

Selain itu, sarana dan prasarana pendukung usaha-usaha di bidang kehutanan yang dimiliki masyarakat juga sangat terbatas,

kalaupun ada itu sebagian besar merupakan hasil barter dengan hasil hutan yang dimiliki.

8. Kerjasama Lembaga Masyarakat dan Koordinasi Program dengan Instansi Terkait Belum Mantap, Masih Sektor

Upaya pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar hutan bukan hanya tanggungjawab KPHL Unit XLII Jayawijaya dan

Dinas Kehutanan namun menjadi tanggungjawab pemerintah secara utuh. Namun saat ini belum ada koordinasi dan kerjasama

yang baik antar pemerintah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat terkesan masih sektoral.

Akibatnya hasil yang dirasakan masyarakat relatif lebih kecil dibandingkan program dan kegiatan yang dilakukan secara

kolaborasi. Program dan kegiatan yang bersifat kolaboratif perlu diwadahi dalam suatu kelembagaan yang baik dan lintas

sektoral.

Page 64: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

64

2.6.2 Faktor Eksternal

Peluang (Opportunities - O)

1. Kebijakan Penerapan KPH pada Setiap Fungsi Hutan

Kebijakan penerapan KPH di Indonesia merupakan langkah strategis dalam upaya pengamanan dan pengelolaan yang lebih

menjamin kelestarian sumberdaya hutan. Dukungan regulasi dan kebijakan yang telah dilakukan pemerintah menjadi peluang

yang besar dalam pengelolaan KPHL Jayawijaya. Dilihat dari sisi finansialnya, ada stimulus dana yang dapat digunakan

menjalankan aktivitas. Pemerintah daerah Kabupaten Jayawijaya juga telah memberikan dukungan melalui Perbup untuk

menjadikan kelembagaan KPHL Unit XLII Jayawijaya sebagai suatu UPTD pada Dinas Kehutanan namun dengan adanya

undang-undang 23 tentang pemerintahan.

2. Terbukanya Akses Masyarakat dan Kewenangan Pemda dalam Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Hukum Adat

Masyarakat asli Papua berhak melakukan kegiatan ekonomi dan mendapat kesempatan mengolah sumber-sumber

perekonomian rakyat bersama pihak ketiga baik lokal, regional, nasional dan internasional sesuai peraturan perundang-undangan.

Sumber-sumber perekonomian dimaksud adalah pengolahan hasil hutan. Hal tersebut merupakan penjabaran dari Undang-

Undang Otonomi Khusus Papua yang menunjukan keberpihakan pada orang asli Papua. Pemihakan yang memberikan manfaat

jangka panjang bagi seluruh penduduk Papua, yang mengandung terobosan untuk mempercepat pemberdayaan, serta tidak

mengorbankan/mendiskriminasikan hak-hak warga Negara yang lain. Terbukanya akses melalui regulasi ini memberikan peluang

bagi masyarakat Papua (masyarakat hukum adat) untuk berusaha di bidang kehutanan dalam mencapai kesejahteraanya, dan hal

ini harus didukung oleh pemerintah dengan kebijakan dan regulasi yang memihak rakyat kecil.

Page 65: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

65

3. Minat Investasi Sektor Kehutanan Tinggi

Minat investasi sektor kehutanan di Papua saat ini masih tinggi walaupun jumlah ijin usaha pemanfaatan hasil hutan terus

mengalami penurunan dari tahun 1990-an, namun usaha-usaha dibidang kehutanan masih tetap memberikan kontribusi terhadap

Produk Domestik Regional Bruto (PADA RB) Kabupaten. Pengalihan usaha kehutanan dari pemanfaatan hutan alam ke hutan

tanaman dan ijin pemanfaatan kayu rakyat serta banyaknya indutri meubel yang muncul di Kota Wamena menunjukkan bahwa

minat investasi masih tinggi.

4. Kerjasama Dengan Pihak Luar Terbuka Luas untuk Penelitian dan Pengembangan dalam Pengelolaan Hutan dan

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Sektor kehutanan merupakan salah satu yang paling banyak mendapat dukungan baik dalam kegiatan penelitian maupun

dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan. Dukungan tersebut bukan hanya dari lembaga-lembaga lokal saja tetapi lembaga-

lembaga internasional sudah banyak yang memberi perhatian terhadap permasalahan kehutanan di Papua. Hal ini menjadi peluang

yang dapat dimanfaatkan oleh KPHL Jayawijaya untuk menggalang dukungan dana maupun dalam hal pengembangan kapasitas

SDM dan fasilitas penunjang lainnya.

5. Program REDD+ dilaksanakan pada ruang KPH

REDD+ adalah mekanisme internasional yang dimaksudkan untuk memberikan insentif bagi negara berkembang yang

berhasil mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, menjaga stock carbon yang ada, mengelola hutan secara lestari

dan meningkatkan stok karbon hutan serta merupakan salah satu opsi mitigasi perubahan iklim di sektor kehutanan. REDD+

dilaksanakan secara sukarela dan menghormati kedaulatan negara. Dengan demikian REDD+ dilihat sebagai sebuah peluang

untuk mendapat keuntungan ekonomi yang dalam sektor kehutanan akan menjadikan KPH sebagai ruang implementasinya.

Page 66: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

66

Ancaman (Threat - T)

1. Terdapat Tumpang Tindih Kewenangan antar Sektor Kehutanan dan Non Kehutanan

Sektor Kehutanan merupakan sektor yang banyak mengalami tumpang tindih kawasan karena banyak kepentingan sektor

lain yang langsung maupun tidak langsung bersinggungan dengan lahan dan kawasan hutan. Banyak kawasan hutan yang

berfungsi lindung dan konservasi telah dikorbankan demi kepentingan sektor lain, misalnya perkebunan, pertanian dan sektor

lainnya dalam bentuk alihfungsi lahan dan kawasan hutan. Hal ini sangat berkaitan dengan RTRW Kabupaten yang telah disusun.

Hal ini menunjukan bahwa minat investasi di luar sektor kehutanan cukup tinggi dan memberikan dampak langsung

terjadinya tumpang tindih pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan seluas 139.928 hektar. Konsekuensi yang timbul adalah

tidak terjadi sinergitas dalam upaya-upaya pembangunan dari para pihak. Kondisi ini akan mengorbankan sumberdaya hutan dan

juga masyarakat yang berdiam di dalamnya.

2. Wilayah Kelola Masyarakat Hukum Adat Belum dilegitimasi dan Belum ada Peta Tata Batas Kawasan Hutan

Semua kawasan hutan yang diakui sebagai hak ulayat masyarakat adat belum seluruhnya dilegitimasi dalam tataran hukum

formal. Karena secara adat lahan dan hutan yang dimiliki belum teregistrasi pada Badan Registrasi Wilayah Adat (BRWA). Disisi

lain secara deyure pemerintah memandang lahan dan hutan yang ada di wilayah KPHL Unit XVII Jayawijaya sebagai hutan

negara, hal ini menimbulkan konflik antara pemerintah dan masyarakat dalam hal pemanfaatan. Akibatnya pemerintah harus

mengeluarkan biaya dalam bentuk transaction cost untuk membayar ganti rugi lahan dan hutan. Biaya yang dikeluarkan untuk

ganti rugi lahan dan hutan di Papua sangat mahal mencapai ratusan juta bahkan sampai bermilyar-milyar. Kondisi ini akan

menjadi beban pembiayaan apabila dikemudian hari pengelola KPHL Unit XLII Jayawijaya dihadapkan dengan masalah seperti

ini.

Page 67: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

67

3. Rendahnya Pendidikan dan Taraf Hidup Masyarakat Sekitar Kawasan

Sarana pendidikan masyarakat lokal di sekitar kawasan KPHL Unit XLII Jayawijaya, umumnya rendah dengan pendidikan

yang dominan sekolah dasar dan sekolah lanjutan tingkat pertama dan menengah. Untuk melanjutkan ke jenjang SMA atau SMK

sering terkendala jarak atau tempat sekolah yang cukup jauh juga terkendala dengan pembiayaan terutama karena memiliki

penghasilan yang tidak tetap. Walaupun akses pendidikan sudah dibuka seluas-luasnya oleh pemerintah, namun masih banyak

anak putus sekolah. Rendahnya tingkat pendidikan ini ikut menyumbang dan sangat berpengaruh kepada pemahaman dan

persepsi masyarakat terhadap KPHL Jayawijaya, juga dalam hal adopsi inovasi dan teknologi. Rendahnya tingkat pendidikan

berkorelasi kepada taraf hidup masyarakat sekitar kawasan, sehingga dapat menjadi ancaman terhadap kelestarian dan upaya-

upaya konservasi di wilayah KPHL Unit XVII Jayawijaya. Taraf hidup dan tingkat pendapatan rendah berakibat pada tingkat

ketergantungan dan ancaman terhadap hutan menjadi tinggi.

4. Kegiatan Pemanenan Kayu Secara Illegal

Aktivitas penebangan kayu untuk kepentingan lokal terjadi pada semua kawasan hutan, dan saat ini belum ada peraturan

yang mengatur tentang ijin pemanfaatan kayu oleh masyarakat adat membuat aktifitas yang dilakukan seringkali mengakomodir

kepentingan yang tidak sesuai dengan legalitas admistrasi (illegal). Kondisi ini akan mempercepat degradasi sumberdaya hutan,

apalagi kawasan hutan pegunungan Jayawijaya memiliki ekosistem yang rentan karena berada di wilayah pegunungan dan lereng

yang terjal. Penyusunan perencanaan strategis masa depan, dilakukan kombinasi diantara dua faktor sehingga menghasilkan tiga

macam strategi sebagai berikut:

Page 68: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

68

1. Strategi Strength Opportunity (SO) yaitu strategi dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan

peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi Strength Threat (ST) adalah strategi dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi Weakness Opportunity (WO) adalah meminimalkan kelemahan untuk meraih peluang atau strategi yang

memanfaatkan peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan yang dimiliki.

Page 69: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

69

VISI DAN MISI

PENGELOLAAN HUTAN

3.1. Nilai Strategis Pembangunan KPHL Jayawijaya

Kebijakan pembangunan kehutanan pada era desentralisasi diarahkan pada pencapaian tujuan pembangunan kehutanan sebagaimana

diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan, yaitu:

a. Menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional;

b. Mengoptimalkan aneka fungsi hutan dan ekosistem termasuk perairan yang meliputi fungsi produksi, dan fungsi lindung untuk

mencapai fungsi sosial, budaya, dan ekonomi yang seimbang;

c. Meningkatkan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Sub DAS demi terwujudnya pengelolaan RPH yang efisien dan efektif;

d. Mendorong peran serta masyarakat; dan

e. Menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan.

Pencapaian tujuan pembangunan kehutanan tersebut, diperlukan suatu arah dan kebijakan pembangunan yang lebih operasional dan

dituangkan dalam suatu sistem perencanaan yang utuh, terpadu dan menyeluruh. Sesuai dengan sistem perencanaan kehutanan yang

dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor: 44 Tahun 2004 tentang perencanaan kehutanan, maka bentuk perencanaan kehutanan

terdiri atas rencana jangka panjang yang bersifat makro, rencana jangka menengah yang bersifat mikro dan rencana tahunan yang bersifat

Bab 3

Page 70: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

70

teknis operasional. Ketiga bentuk perencanaan disusun secara hirarkis berdasarkan skala ruang dan geografis serta merupakan bagian

integral dan tak terpisahkan dari rencana pembangunan nasional, regional dan lokal. Berdasarkan prinsip ini, maka dalam penyusunan

rencana pembangunan kehutanan pada tingkat geografis kabupaten/kota harus mengacu kepada arah dan kebijakan pembangunan pada

skala geografis dan ruang di atasnya secara terintegrasi. Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Unit XLII Jayawijaya disusun

dengan mengacu pada arah kebijakan pembangunan kehutanan baik skala nasional, regional (provinsi) dan disinkronisasikan dengan

rencana pembangunan wilayah provinsi dan kabupaten. Lima kebijakan prioritas yang merupakan target sukses Kementerian Kehutanan

yang dijadikan acuan, yaitu:

1. Pemberantasan pencurian kayu dan PERBUPgangan kayu illegal;

2. Rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan;

3. Revitalisasi sektor kehutanan khususnya industri kehutanan;

4. Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan di sekitar hutan;

5. Pemantapan kawasan hutan.

Khusus dalam pembangunan sektor kehutanan, Kementerian Kehutanan melalui Permenhut No. P.51/Menhut-II/2010 tentang

Renstra Kementrian Kehutanan tahun 2010- 2014 menetapkan visi yaitu “ Hutan Lestari untuk Kesejahteraan Masyarakat yang

Berkeadilan”. Untuk mencapai visi tersebut telah dirumuskan enam kebijakan prioritas pembangunan kehutanan yaitu:

1. Pemantapan kawasan hutan;

2. Rehabilitasi hutan dan peningkatan daya dukung DAS;

3. Pengamanan hutan dan pengendalian kebakaran hutan;

4. Konservasi keanekaragaman hayati;

5. Revitalisasi pemanfaatan hutan dan industri kehutanan;

Page 71: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

71

6. Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan.

Kebijakan dan rencana strategi kementerian kehutanan tersebut, selanjutnya disinkronisasikan dengan amanat Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua dan komitmen pemerintah Provinsi Papua untuk menyelenggarakan

Pengelolaan Hutan Lestari Berbasis Masyarakat sebagaimana dirincikan sebagai berikut:

1. Mengakui, menghormati dan mengembangkan hak masyarakat adat atas sumberdaya hutan;

2. Menyelesaikan konflik dengan menjamin akses masyarakat adat terhadap hutan;

3. Melarang pengiriman kayu dalam bentuk log ke luar Papua;

4. Mempercepat pembangunan industri sektor kehutanan skala rumah tangga dan program pengelolaan hutan berbasis masyarakat;

5. Mencabut izin perusahaan pemegang HPH/IUPHHK bermasalah;

6. Meningkatkan penegakan hukum sengketa kehutanan melalui pencukupan kebutuhan dan pemberdayaan polisi kehutanan;

7. Mengembangkan industri ramah lingkungan berbasis kehutanan secara hati-hati dan bijaksana bagi pemerataan kesejahteraan

masyarakat;

8. Mengembangkan proyek uji coba untuk pengelolaan hutan lestari berbasis masyarakat paling sedikit seluas 500.000 ha;

9. Mengalokasikan areal hutan konversi sampai seluas 5 juta hektar untuk PERBUPgangan karbon;

10. Mempercepat pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di Provinsi Papua.

Nilai-nilai strategis di atas menjadi dasar dalam merumuskan visi, misi dan tujuan pembangunan jangka panjang KPHL Unit XLII

Jayawijaya dengan tetap memperhatikan sinkronisasinya dengan Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Wilayah Kabupaten Jayawijaya.

Page 72: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

72

2.3 Visi, Misi dan Tujuan

Visi Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Jayawijaya yang diemban oleh KPHL Unit XLII Jayawijaya pada kurun

waktu 10 tahun ke depan dirumuskan sebagai berikut:

”Terbentuknya Kelembagan KPHL Jayawijaya yang kuat dan mantap dalam mewujudkan Pengelolaan Hutan Lestari demi

Peningkatan Ekonomi yang Mandiri di Tahun 2026”

Adapun kata-kata kunci dan makna yang terkandung dalam visi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pengelolaan hutan yaitu kegiatan dimana dilaksanakan aktivitas tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan,

pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan serta perlindungan dan konservasi alam;

2. Lestari yang artinya tetap seperti keadaan semula; tidak berubah, bertahan dan kekal. Dalam konteks pengelolaan hutan kata lestari

menunjukan suatu praktek pengelolaan hutan untuk mendapatkan manfaat dan nilai-nilai sumberdaya hutan bagi generasi sekarang

dengan tidak mengorbankan produktivitas dan kualitasnya bagi kepentingan generasi yang akan datang;

3. Peningkatan Ekonomi merupakan suatu keadaan dimana alokasi pemanfaatan sumberdaya hutan terus mengalami kenaikan secara

ekonomi dari waktu ke waktu sehingga banyak pihak yang dapat merasakan nilai manfaat hutan bagi kesejahteraanya;

4. Mandiri menunjukkan suatu keadaan dimana KPHL Unit XLII Jayawijaya dan masyarakat secara ekonomi dapat berdiri sendiri dan

tidak bergantung pada pihak lain dalam memenuhi kebutuhan hidup dari memanfaatkan hasil hutan.

Visi yang diemban tersebut dijabarkan dan diwujudkan dalam Misi yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Pembangunan sistem dan mekanisme kelembagaan KPHL Unit XLII Jayawijaya yang profesional, efektif dan efisien dalam

pengelolaan sumberdaya hutan;

2. Memantapkan penataan fungsi kawasan KPHL Unit XLII Jayawijaya dan areal kelola masyarakat adat;

3. Meningkatkan produktifitas hutan;

Page 73: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

73

4. Merasionalisasi pemanfaatan hutan sesuai potensi dan fungsi kawasan;

5. Meningkatkan kesempatan dan kemampuan masyarakat adat dalam pengelolaan hutan;

6. Perlindungan dan konservasi ekosistem kawasan KPHL Unit XLII Jayawijaya.

Berdasarkan visi dan misi Pembangunan KPHL Unit XLII Jayawijaya, maka tujuan yang diharapkan akan dicapai pada akhir periode

pembangunan dideskripsikan sebagai berikut:

1. Mantapnya pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi KPHL Unit XLII l Jayawijaya secara mandiri;

2. Terjaminnya kepastian status dan pengelolaan kawasan hutan;

3. Tercapainya keseimbangan proporsi dan distribusi tutupan hutan di setiap wilayah RPH;

4. Meningkatnya peran dan kontribusi sektor kehutanan dalam peningkatan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan

perekonomian daerah;

5. Terjaminnya kelestarian fungsi hutan dan produktifitas usaha sektor kehutanan yang berkelanjutan;

6. Terberantasnya praktek penebangan dan perdagangan ilegal di sektor kehutanan;

7. Meningkatnya penerimaan masyarakat dari sektor kehutanan secara adil dan merata;

8. Terpelihara fungsi kawasan konservasi, lindung keanekaragaman hayati dalam pemanfaatan dan pengelolaan lahan dan hutan;

9. Berkurangnya konflik atas lahan kritis/ lahan kosong / non produktif;

10. Terwujudnya pembangunan hutan rakyat dan hutan kemasyarakatan dalam upaya perlindungan hutan lindung dan hutan konservasi;

11. Terwujudnya pengendalian, pengawasan, dan pembinaan terhadap pengelolaan hasil hutan baik oleh masyarakat maupun swasta.

Page 74: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

74

2.4 Capaian-Capaian Utama yang Diharapkan

Mengacu kepada Visi dan Misi KPHL Unit XLII Jayawijaya sebagaimana diuraikan diatas dan dalam rangka mewujudkan Visi dan

Misi tersebut maka terdapat beberapa capaian utama yang diharapkan dapat terpenuhi selama kurun waktu 10 tahun (2015-2024) sebagai

berikut :

1. Meningkatnya kapasitas kelembagaan dan mekanisme kelembagaan KPHL Unit XLII Jayawijaya yang profesional, efektif dan areal

kelola masyarakat adat secara partisipatif, kolaboratif dan berkelanjutan;

2. Meningkatnya efisiensi dan efektifitas pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan pada kawasan KPHL Unit XLII Jayawijaya;

3. Terjadinya rasionalisasi pemanfaatan hutan sesuai potensi dan fungsi kawasan;

4. Terjadinya peningkatan kesempatan dan kemampuan masyarakat adat dalam mengelola serta memanfaatkan hasil hutan;

5. Terehabilitasinya lahan-lahan kritis dan potensial kristis serta meningkatnya upaya perlindungan dan konservasi ekosistem kawasan

KPHL Unit XLII Jayawijaya sesuai fungsi kawasan;

6. Terlaksananya upaya-upaya resolusi konflik tenurial di wilayah KPHL Unit XLII Jayawijaya yang penanganannya dilakukan

berdasarkan skala prioritas.

Page 75: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

75

ANALISIS DAN PROYEKSI

4.1. Analisis Data dan Informasi

4.1.1. Analisis Ekologi

A. Ekosistem

Berdasarkan hasil eksplorasi dan pengamatan serta informasi berbagai data sekunder pengelompokan tipe hutan yang

terdapat di kawasan KPHL Unit XLII Jayawijaya terdiri dari beberapa tipe hutan, mulai dari Zona Hutan Pegunungan sedang,

Zona Hutan Pegunungan Tinggi sampai Zona Alpin. Hutan zona pegunungan sedang berada pada ketinggian antara 1.000

meter sampai dengan 3.000 meter di atas permukaan laut. Hutan pegungan sedang terdapat di kordilera tengah dan daerah

pegunungan yang terisolasi, yang berasal dari dataran utara serta daerah bergelombang di bagian utara. Lebih dari 1.000 M

terdapat perubahan bertahap dalam komposisi hutan. Tajuk makin menjadi rendah dengan pohon paling tinggi jarang lebih dari

30 meter. Lebih banyak terdapat pohon dengan daun yang lebih kecil, dan palma lebih jarang terlihat. Pohon Oak (Castanopsis

dan Lithocarpus) lebih banyak terdapat di hutan campuran, terutama di lereng yang kering. Dengan makin seringnya awan

menutup dekat tanah, maka makin banyak terdapat Antartic beech ( Nothofagus), yang dahannya tertutup oleh lumut, dan epifit

yang berwarna-warni dan mendominasi sebagian besar hutan, terutama di punggung lereng. Hutan beech ini diganti dengan

konifer yang lebih pendek dan gelap bersama pohon pakis. Lantai hutan makin tertimbun guguran daun dan batang yang

membusuk serta tertutup oleh lumut, yang pada ketinggian tempat lebih tinggi akan menutup tanah seluruhnya.

Ba Bab 4

b 3

Page 76: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

76

Pada ketinggian tertentu, terutama di daerah lembah masih sering dijumpai jenis-jenis rotan yang tumbuh tetapi mulai

berkurang dan tidak dijumpai lagi jenis-jenis rotan ini seiring dengan meningkatnya ketinggian tempat. Namun ada jenis

tumbuhan Nastus bamboo yang merupakan tumbuhan memanjat yang sering tampak agak rimbun. Tumbuhan memanjat

lainnya adalah jenis pandan dari genus Freycineta serta genera Gesneriaceae dan Lycopodium dan family lainnya. Terdapat

juga tumbuhan paku-pakuan memanjat dan anggrek yang tumbuh pada canopy pohon, pada batang dan di tanah.

Vegetasi pada zona ini dipengaruhi oleh ketinggian tempat dan iklim yang didasarkan pada penutupan awan. Pada

ketinggian 2.400 meter akan dijumpai hutan conifer atau hutan daun jarum yang sangat sering dijumpai pada ketinggian 2.400

meter bahkan pada ketinggian yang lebih tinggi lagi. Genera Podocarpus, Dacrycarpus, Librocedrus Papuacedrus,

Phyllocladus, dan Araucaria cunninghamii yang dapat dikenal dari jauh karena bentuk tajuknya yang menjulang dengan

bentuk yang khas yang mendominasi canopy dan lapisan pohon pada areal ini. Librocedrus papuanus mudah dikenal dari jarak

jauh karena mahkotanya agak terbuka dengan cabang horizontal, dan lumut dengan corak bergaris bergantungan seperti

janggut (Usnea) di pohon ini. Jenis pohon ini memiliki toleransi ekologi yang luas, kulit batangnya dimanfaatkan untuk

membuat atap rumah oleh penduduk setempat.

Zona Hutan Pegunungan Tinggi terdapat pada ketinggian antara 3.000 meter sampai dengan 4.000 meter di atas

permukaan laut. Hutan-hutan zona pegunungan tinggi yang banyak awannya hanya terdapat di pusat kordilera tengah.

Perubahan vegetasi di atas ketinggian 3.000 meter seringkali terjadi tiba-tiba dan mencolok. Tutupan hutan tidak konstan,

meskipun hutan konifer (Podocarpus – Dacridium) dari bagian tertinggi zona pegunungan sedang masih tampak walaupun

tajuknya lebih rendah, kurang dari 20 meter dan dasarnya tertutup oleh lumut sampah yang lebat serta guguran daun.

Walaupun demikian, di dataran tinggi yang mengarah ke pusat puncak-puncak, terdapat bercak-bercak hutan konifer diselingi

sabana pohon pakis, tanah lumpur, dan padang rumput. Hutan lumut atau hutan berawan ini mencapai batas akhir tidak ada

Page 77: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

77

pohon pada ketinggian 3.700 meter, yang kemudian hutan tersebut digantikan dengan semak belukar. Semak belukar ini

mencakup sejumlah semak dengan sejumlah besar Rododendron berbunga merah dan semak Coprosma yang dominan dari

hutan subalpin. Padang semak subalpin ini sering tercampur dengan padang rumput Deschampsia (padang rumput subalpin) di

lembah-lembah datran tinggi yang lembab.

Pada hutan pegunungan tinggi ini sering didominasi oleh Libocedrus papuana dan Dacrycarpus cintus. Species di hutan

pegunungan tinggi ini jauh lebih miskin daripada di hutan di bawahnya. Tinggi canopy di sini hanya berkisar antara 12 – 18

meter. Ukuran daun cenderung lebih kecil dan batang tumbuhan lebih kurus. Di samping 2 jenis pohon di atas, terdapat juga

dominasi Papuacedrus papuana. Jenis pohon lainnya adalah Suarauia trugal, Symplocos cochinchinensis, Dacrycarpus

imbricatus dan jenis paku-pakuan, Cyathe. Di zona pegunungan tinggi terdapat sejumlah mamalia endemik. Dalam kelompok

ini termasuk antara lain tikus es ( Rattus richardsoni ), tikus air gunung ( Hydromys habbema ), ekor cincin kerdil (

Pseudochairus mayeri), dan ekidna paruh panjang (Zaglossus bruijni). Walabi Christenson ( Thylogale christensoni ).

Kawasan hutan KPHL Unit XLII Jayawijaya masih menyimpan beranekaragam jenis burung dengan habitat alami yang

sangat baik. Pada wilayah tertentu terdapat telaga kecil dan beberapa goa-goa dan tebing-tebing batu yang masih alami dan

menantang untuk diamati, dijelajahi, dan dijadikan obyek wisata. Di dalam kawasan hutan ini juga terdapat berbagai sumber

air, seperti sungai-sungai di pegunungan, mata air, baik yang berasal dari sungai maupun dari goa-goa alam, sehingga dapat

memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat sekitar. Berkaitan dengan fungsi kawasan sebagai daerah penyangga air/hidrologis

bagi areal di sekitarnya, kawasan KPHL Unit XLII Jayawijaya menjadi kawasan yang memiliki fungsi hidro-orologis yang

sangat signifikan, terutama di wilayah puncak-puncak gunung, lereng-lereng pegunungan, kaki gunung, bukit sampai dataran

yang landai. Tidak hanya vegetasi hutan dalam berbagai life form, di dalam kawasan juga ditemui jenis-jenis satwa yang terdiri

dari jenis-jenis burung, beberapa mamalia dan reptil. Perpaduan flora dan fauna tersebut serta keberadaan sumber air dan unsur

Page 78: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

78

non biotik lainnya pada kawasan KPHL Unit XLII Jayawijaya membentuk suatu ekosistem yang cukup menarik untuk

dinikmati terutama oleh wisatawan. Banyaknya jenis-jenis flora dan fauna akan memberikan suatu kenikmatan tersendiri bagi

pengunjung.

Saat ini kondisi hutan dengan kekayaan jenis yang tinggi telah mengalami perubahan akibat tindakan antropogenik dan aktivitas

alam. Beberapa kawasan hutan telah berubah menjadi lahan kritis dan tidak produktif dalam usaha-usaha pertanian skala kecil dan

aktivitas perladangan berpindah. Banyak semak belukar yang didominasi jenis-jenis pionir tersebar pada beberapa areal KPHL sehingga

memerlukan intervensi manusia agar produktif terutama melalui kegiatan rehabiolitasi kawasan hutan. Areal yang ditumbuhi semak

menjadi menjadi tidak subur sehingga hasil-hasil kebun atau perladangan yang diproduksi juga tidak optimal. Ekosistem yang cukup

lengkap merupakan aset KPHL Jayawijaya untuk dikelola secara arif dan bijaksana sehingga dapat berkontribusi terhadap peningkatan

ekonomi masyarakat. Tetapi semua potensi yang tersimpan tersebut, baik hasil hutan kayu maupun hasil hutan bukan kayu serta jasa-jasa

lingkungan belum terekspos dan didata secara lengkap. Upaya untuk menyediakan data dan informasi potensi hutan akan memberikan

arahan untuk kepentingan pengelolaan maupun core bisnis KPHL Unit XLII Jayawijaya ke depan.

B. Keanekaragaman Hayati (Biodiversitas)

Hutan campuran yang selalu hijau di kaki gunung dan pada kemiringan yang lebih rendah, dibawah 1.000 meter, mirip

dengan hutan dataran rendah alluvial tetapi sedikit lebih rendah dari ketinggian rata-rata, diameter pohon besar dengan

perakaran tunjang yang dalam. Lapisan tumbuhan herba agak lebat namun tidak konsisten. Terdapat juga beberapa tumbuhan

liana yang kurang berkayu, rotan, palem, dan berbagai tumbuhan merambat lainnya. Beberapa palem yang dijumpai tumbuh

meninggi melampaui canopy namun jumlahnya tidak banyak. Tumbuhan yang agak dominan adalah jenis paku-pakuan dan

berbagai jenis bamboo, khususnya pada daerah tepi hutan. Tumbuhann pandanus dijumpai di sini terutama pada lahan yang

Page 79: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

79

lebih basah, dan bukan merupakan komponen hutan yang tetap sebagaimana di daerah yang lebih tinggi, yang sering berkaitan

dengan Nothofagus.

Spesies yang umum dijumpai pada hutan dengan ketinggian di atas 1.000 meter adalah genus Elaeocarpus, Tristania,

dan Lithocarpus, serta Syzigium anomala, Syzigium lauterbachianum dan Hopea Papuana. Jenis-jenis lain yang dijumpai

adalah jenis Anisoptera thurifera dab Castanopsis acuminatissima. Pada elevasi yang lebih tinggi, kelembaban udara

meningkat, terdapat lebih banyak hujan dan kabut serta banyak ditemukan katak. Hutan pada daerah ini melimpah dengan jenis

epifit, beberapa diantaranya lumut dan paku-pakuan, namun pada areal ini terjani penurunan kekayaan spesies. Jenis Casuarina

junghuniana sering dijumpai pada tanah agak berkapur (gamping) dan tanah yang berbahan dasar batuan ultrabasic. Komunitas

hutan yang berperan penting di daerah ini adalah dari genera Castanopsis dan Lithocarpus dari family Fagaceae, sedangkan

genus Nothofagus dari family yang sama dijumpai pada elevasi yang lebih tinggi.

Pada ekosistem hutan pegunungan tengah, awan mulai dijumpai pada lereng pegunungan di sekitar perbatasan zona

bawah, pada ketinggian 1.500meter, menandakan transisi ke hutan pegunungan tengah berlumut. Batas pegunungan sebelah

atas kurang jelas tetapi didominasi oleh Nothofagus. Rotan sama sekali sudah tidak dijumpai pada ketinggian 2.200 meter,

tetapi di wilayah pinggiran hutan dijumpai tumbuhan memanjat Nastus bamboo membentuk lilitan padat, dengan Rubus yang

menutupi tanah serta semak belukar. Tumbuhan memanjat lainnya adalah pandan dari genus.

New Guinea memiliki 2 tipe padang rumput berdasarkan ketinggian : pegunungan tengah (600 – 2.000 m) dan sub-alpin

(di atas 3.000 m). Sering terjadi pembakaran oleh masyarakat setempat untuk keperluan berburu dan pertanian, dan keduanya

turut bertanggung jawab terhadap terbentuknya padang rumput. Dua tipe padang rumput ini turut membentuk komunitas

burung yang berbeda. Di daerah sub-alpin sampai alpin terdapat sedikit sedikit spesies burung tetapi menarik, di antaranya:

Nankeen kestrel (Falco cenchroides), Puyuh gunung salju (Anaurophasis monorthonyx), puyuh coklat (Wynoicus

Page 80: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

80

yipsilophorus), Pipit New Guinea (Anthus gutturalis), pulau thrush (Turdus policephalus), tawny grass warbler (Megalurus

timorensis), robin salju (Petroica archboldi), finch alpin (Oreostrusthus fuliginosus), mannikin alpin barat (Lonchura

montana), mannikin alpin timur (Lonchura monticola). Semua spesies ini endemik baik genera maupun spesiesnya.

Sekitar 190 spesies atau sekitar 33% dari total 570 spesies burung New Guinea,merupakan burung yang hidup pada

lingkungan pegunungan, dengan ketinggian 500 hingga hampir mencapai 5.000 meter dari permukaan laut. Burung-burung

New Guinea berdasarkan sumber makanan utamanya, diklasifikasi sebagai Insektifora mewakili bagin terpenting dari semua

komunitas burung yang ada (52%). Hal ini tetap berlaku pada struktur hutan yang berkurang akibat perbedaan ketinggian,

demikian pula dengan ketersediaan serangga serta kelimpahan burung-burung. Populasi burung pemakan buah tampaknya

menurun sejalan dengan ketinggian tempat yang semakin meninggi. Sementara itu, jumlah spesies burung pemakan biji-bijian,

yang merupakan porsi terkecil dari fauna unggas Pulau Papua, meningkat pada zona paling tinggi karena padang rumput alpin

mempunyai sumber biji-bijian yang melimpah. Zona yang lebih tinggi memiliki kumpulan bunga-bungaan yang menyerupai

semak belukar yang berkelimpahan, sehingga keragaman burung pemakan nectar juga meningkat. Namun demikian, bagi

semua burung kompetisi untuk makanan yang sama memberikan dampak yang besar terhadap penyebarannya.

Pulau New Guinea secara umum merupakan areal geografis terakhir di dunia yang masih harus dijelajahi. Jadi kehidupan

hewannya termasuk mamalia untuk waktu yang lama tidak diketahui.ekspedisi ke daerah-daerah pedalaman pulau ini baru

dilakukan pada akhir abad ke-19. Peralihan hutan lereng gunung dari dataran rendah ke hutan pegunungan rendah memiliki

beberapa spesies khas yakni kuskus bertotol hitam (Spilocuscus rufoniger), kuskus abu-abu (Phalanger permixtio). Kanguru

pohon (Dendrolagus inustus) dan bandikut duri (Echympera clara) terdapat pada hutan lereng gunung tetapi hanya di daerah

barat laut, sedangkan echidna jenis besar (Zaglosus bruynii) yang tersebar mulai dari hutan lereng pegunungan sampai ke zona

alpin.

Page 81: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

81

Pada hutan pegunungan rendah dengan ketinggian antara 1.000 dan 2.000 meter di atas permukaan laut keadaanya telah

berubah, di sini mulai terdapat fauna gunung yang sebenarnya pada lereng gunung di bawah 1.000 meter di atas permukaan

laut, pohon Araucaria menonjol di atas canopy hutan dan mencapai tinggi hingga 50 meter, diikuti oleh zona yang didominasi

oleh jenis pohon oak/eik. Semakin ke atas, pohon kayu jarum (Notofagus), serta family Myrtaceae dan Elaeocarpaceae adalah

sangat umum. Sangatlah tepat kalau zona ini merupakan hutan pegunungan rendah yang paling banyak menunjang kumpulan

mamalia yang paling beragam di New Guinea dengan spesies yang paling banyak pula. Kebanyakan bandikut dataran rendah

terdapat pada ketinggian hutan pegungan rendah, yakni Echympera rufescens dan khususnya Echympera kalabu yang

berlimpah dimana-mana. Marsupial ekosistem ini adalah kuskus gunung berbulu panjang, ringtail possum besar, Pyangmy

possum, mountain striped possum (Daclylopsila palpator) dan bandikut gunung berstrip (Perorytes longicaudata) dan

(Perorytes papuensis). Jenis walabi Dorcopsis tidak terdapat di luar dataran rendah. Di pegunungan jenis ini digantikan oleh

walabi, kanguru hutan pegunungan yang lebih kecil tubuhnya (Dorcopsis vanheumii). Jenis walabi hutan biasa (Thylogale

bruinii) dapat dijumpai di mana saja mulai dari hutan lereng gunung hingga ke zona alpin, bahkan sampai melewati garis batas

tumbuhnya pohon (tree line). Jenis kuskus yang hidup di pegunungan tinggi (Phalanger sericeus) senantiasa ditemukan hidup

di seluruh jajaran pegunungan tengah. Pada wilayah yang lebih tinggi lagi, hutan lumut hanya mengandung sedikit sekali

spesies mamalia asli dibandingkan dengan hutan hujan karena menurunnya keragaman floranya. Kebanyakan spesies adalah

arboreal atau hidup di pohon. Termasuk jenis kanguru pohon dari genus Dendrolagus. Yang paling khas adalah kuskus dari

genus Phalanger, genus Pseudocheirus, jenis tikus dari genus Melomys dan Hydromyline rodent yang adalah karnivora non-

arboreal (karnivora yang tidak hidup di pohon).

Kondisi ekosistem dari berbagai jenis flora dan fauna sebagaimana diuraikan diatas akan memiliki nilai guna yan besar

apabila pengelolaan kawasan ini dilakukan secara optimal, sehingga potensi ini tidak menjadi modal diam (idle) tetapi menjadi

Page 82: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

82

sumberdaya potensial yang mampu menjawab kebutuhan lokal, regional maupun nasional. Keanekaragaman jenis pada setiap

blok pengelolaan KPHL Unit XVII Jayawijaya tetap dipertahankan secara utuh. Konsekuensi dari upaya ini selain memerlukan

regulasi juga tingkat partisipasi masyarakat lokal. Partisipasi yang melibatkan masyarakat secara utuh maka analisis kebutuhan

masyarakat dalam kaitan dengan pemanfaatan hutan dan kegiatan rehabilitasi untuk tujuan ekologi merupakan upaya pokok

yang harus dilakukan pengelola.

C. Potensi Hasil Hutan

Potensi hasil hutan pada blok hutan lindung dan roduksi KPHL Unit XLII menurut analisis GIS BPKH wilayah X tahun

2015 dapat dilihat seprt pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Potensi hasil hutan ayu pa da blok fungsi lindun dan produksi KPHL Unit XLII Jayawijaya.

Blok

Volume Potensi

Sum of

V30_UP_1

Sum of

V40_UP_1

Sum of

V50_UP_1

Sum of

V60_UP

HL-Inti 15.418,7 12.742,62 9.967,76 7.762,26

HL-Pemanfaatan 2.395,5 1.974,06 1.536,48 1.193,38

HP-Pemanfaatan HHK-HA 674,9 537,9 393,8 295,7

HP-Pemberdayaan 542,88 450,36 354,6 277,08

HP-Perlindungan 1.176,24 975,78 768,3 600,34

HP-Wilayah Tertentu 1.628,64 1.351,08 1.063,8 831,24

Grand Total 21.836,86 18.031,8 14.084,74 10.960

Jenis kayu yang menjadi primadona masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pembangunan lokal adalah sage. Potensi

hasil hutan bukan kayu unggulan di Jayawijaya adalah buah merah, lebah madu, kelapa hutan dan sarang semut. KPHL Unit

XVII Jayawijaya juga memiliki potensi jasa lingkungan yang unggul baik dari sisi kualitas, daya tarik dan aksesibilitas dan

Page 83: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

83

pusat-pusat pelayanan publik misalnya air terjun di Distrik walesi, distrik napua dan lainnya yang dapat dikembangkan menjadi

energi listrik menggunakan sistem mikrohidro. Potensi lainnya terdapat wisata Goa pada beberapa tempat di keliling kaki

gunung lembah baliem ini.

4.2. Analisis Sosial Ekonomi dan Budaya

Kepentingan sosial budaya masyarakat sekitar kawasan erat kaitannya dengan pengelolaan KPHL terutama yang menyangkut

kepentingan ekonomi dan sosial budaya. Upaya pencapaian sasaran pengembangan KPHL Unit XVII Jayawijaya untuk menunjang

kepentingan ekonomi dan sosial budaya diarahkan untuk memberikan income cash masyarakat melalui pengembangan pemanfaatan

potensi flora dan fauna serta keadaan fisik kawasan lainnya serta turut melestarikan budaya lokal. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi

kesenjangan (gap) antara masyarakat asli dan pendatang karena kawasan KPHL Unit XLII Jayawijaya diperhadapkan dengan budaya

yang relatif tinggi. Sikap masyarakat sekitar kawasan terhadap upaya pengembangan KPHL Jayawijaya pada prinsipnya belum memadai

hal ini terlihat dari rendahnya pengetahuan masyarakat akan keberadaan KPHL Jayawijaya karena kuranghnya informasi tentang

keberadaan KPHL Jayawijaya dan dukungan yang diberikan dalam upaya-upaya pengembangan kawasan. Rendahnya kapasitas

masyarakat terutama dalam penerimaan rumah tangga (income cash) menyebabkan timbulnya masalah sosial yang lain. Salah satu

penyebabnya adalah variasi usaha yang dilakukan masyarakat tergolong masih rendah. Rata-rata masyarakat Jayawijaya terutama yang

berada di dalam dan sekitar kawasan hanya memiliki dua sumber mata pancaharian utama yaitu sebaga petani/peladang tradsional dan

profesi diluar patani atau peladang, seperti pegawai negeri, wiraswasta, dan bahkan ada yang menjadi TNI/POLRI. Umumnya profesi di

luar petani/peladang terdapat di kota kabupaten dan atau bahkan di kota distrik yang termasuk dalam areal KPHL Jayawijaya.

Pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada wilayah KPHL Jayawijaya belum diselesaikan karena adanya kekuarangan data tentang

PDRB dari masing-masing kabupaten yang wilayahnya termasuk dalam KPHL Jayawijaya (Kabupaten Jayawijaya, Tolikara, Yalimo,

Page 84: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

84

Mamberamo Tengah, Yahukimo, Puncak Jaya dan Lani Jaya). Data ini cukup kompleks sehingga masih dibutuhkan data dari berbagai

sumber untuk menulis bagian ini).

4.2.1 Analisis Kelembagaan

Perencanaan pembangunan KPHL Unit XLII Jayawijaya merupakan bagian integral dari perencanaan pembangunan

pemerintah daerah di beberapa Kabupaten yang sebagian wilayahnya termasuk dalam KPHL Jayawijaya, oleh karena itu setiap

program pembangunan KPHL Unit XLII Jayawijaya secara teknis harus dikoordinasikan dan disinkronisasikan dengan program

pembangunan sektor lain dalam suatu forum Musyawarah Pembangunan Daerah (Musrenbang). Koordinasi teknis dan sinkronisasi

program hendaknya dimulai dari tingkat kampung/distrik sampai ke tingkat provinsi sesuai hirarki proses koordinasi perencanaan

pembangunan daerah. Dengan proses koordinasi teknis demikian, maka tujuan pembangunan KPHL Unit XVII Jayawijaya

diselenggarakan harus dengan azas manfaat yang lestari, kerakyatan, keadilan, keterbukaan dan keterpaduan dalam pencapaian

tujuan pengembangan ekonomi kerakyatan yang berkeadilan dan berkelanjutan.

Proses koordinasi teknis rencana pembangunan KPHL Unit XLII Jayawijaya dilaksanakan oleh suatu unit pelaksan teknis

dinas (UPTD) pada Dinas Kehutanan Jayawijaya, baik di tingkat Kampung/Distrik maupun di tingkat Kabupaten yang dikoordinir

oleh BAPPEDA Kabupaten. Akan tetapi karena kasus KPHL Jayawijaya ini arealnya melintasi 7 (tujuh) wilayah kabupaten maka

tingkat koordinasinya berada pada Bappeda Provinsi, sedangkan secara teknis tingkat koordinasinya berada pada Dinas Kehutanan

Provinsi Papua. Berjalannya proses ini, KPHL Unit XLII Jayawijaya dapat mensosialisasikan rencana program dan kegiatan tahunan

dan lima tahunan ke tingkat Kampung dan Distrik dalam musrenbang tingkat Kampung/Distrik melalui tenaga pendamping lapangan

atau tenaga teknis. Usulan-usulan program dan kegiatan kampung sektor kehutanan diakomodir dalam program dan kegiatan yang

bersesuaian di tingkat kabupaten dalam Musrenbang Provinsi guna dikoordinasikan dan disinkronisasikan dengan sektor lain agar

Page 85: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

85

tidak terjadi tumpang tindih kegiatan dan penganggaran. Dengan proses koordinasi teknis demikian diharapkan dapat terjadi

integrasi program antar sektor teknis terkait yang lebih akomodatif dan terpadu pada level provinsi.

Kelembagaan Satuan Teknis Pelaksana Program Pemberdayaan Masyarakat Usaha Sektor Kehutanan

Kepala KPHL Unit XLII Jayawijaya secara struktural bertanggungjawab dalam mengimplementasi berbagai program dan

kegiatan pemberdayaan masyarakat yang telah disusun. Mekanisme kerja kelembagaan yang dibentuk adalah sebagai berikut:

1. Usulan-usulan kelompok yang telah dibentuk melalui fasilitator/petugas lapangan atau tenaga honorer agar selalu ditindak lanjuti;

2. Pada awal tahun anggaran, usulan-usulan yang diajukan setiap kelompok dievaluasi dengan melibatkan Tim Teknis/Tim

Pengendali guna menentukan prioritas usulan kegiatan yang berpeluang untuk dilaksanakan sesuai kondisi obyektif kelompok

binaan;

3. Mengaktifkan keterlibatan aparat teknis (tenaga honorer) secara penuh pada seluruh tahap kegiatan yang dilaksanakan mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi;

4. Menciptakan kemandirian masyarakat mulai dari penyiapan lahan sampai pada pelaksanaan kegiatan di lapangan dengan

memanfaatkan seluruh potensi yang ada pada masyarakat/kelompok tani/usaha yang dibentuk. Sebagai contoh, bibit disediakan

melalui persemaian kelompok/kampung, alat-alat kerja dan bahan diberikan dalam bentuk kredit lunak serta tidak membiasakan

kelompok meminta bantuan ataupun menjanjikan upah/bayaran seperti layaknya proyek-proyek kontrak kerja. Bantuan-bantuan

dana lebih banyak diarahkan pada kegiatan-kegiatan pembinaan atau pelatihan seperti sekolah lapang dan sejenisnya.

5. Membuat sistem pelaporan secara berjenjang dan berkala mulai dari tingkat kelompok hingga tingkat pengelola dan dari tahap

perencanaan sampai pada tahap pelaksanaan terutama laporan kemajuan pekerjaan pada setiap periode waktu kegiatan.

Page 86: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

86

Gambar 3.1 Struktur Kelembagaan Tim Pengendali Teknis

Model Partisipasi Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat

Harapan dari keikutsertaan masyarakat adat dalam kegiatan dan usaha sektor kehutanan di wilayah KPHL Unit XLII

Jayawijaya adalah agar masyarakat adat memperoleh akses dalam pemanfaatan sumberdaya hutan dan pendapatan dalam rangka

pemberdayaan ekonomi dan peningkatan taraf hidupnya secara berkelanjutan. Akses yang diperoleh dan pendapatan yang diterima

tersebut diharapkan mampu mendorong pengembangan usaha-usaha produktif lain secara mandiri, seperti pengembangan kebun

rakyat dan aneka usaha kehutanan produktif lainnya.

Masyarakat adat pemilik ulayat atas kawasan hutan umumnya adalah masyarakat tradisional dengan mata pencaharian sebagai

petani skala subsisten (sebagian bahkan masih pada tahap peramu dan berburu). Dengan latar belakang sosial budaya tersebut

Bupati

Kepala

Distrik

Kepala

Kampung

KPHL/RPH

Pelaksana

Kel. Tani

Hutan

Fasilitator/

Pendamping

Intansi

Teknis

Lain

Konsultan

Page 87: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

87

tampaknya masyarakat masih perlu ditingkatkan kapasitasnya melalui pembinaan intensif terutama aspek teknis dan usaha sektor

kehutanan. Masyarakat masih perlu didorong agar dapat dan mau memanfaatkan pendapatannya secara tepat guna dan produktif

dalam upaya peningkatan taraf hidupnya melalui pembinaan dan pendampingan oleh pihak-pihak terkait. Pembinaan yang dapat

dilakukan adalah dengan melibatkan secara aktif masyarakat dalam kegiatan pengusahaan hutan maupun kegiatan pembinaan tenaga

teknis KPHL Jayawijaya. Keterlibatan masyarakat adat dalam kegiatan pengelolaan hutan belum dapat sampai pada taraf partisipasi

spontan, masih dalam taraf partisipasi karena dorongan. Model partisipasi masyarakat adat dalam pengelolaan hutan dan usaha

sektor kehutanan produktif lainnya seperti digambarkan pada Gambar 16 dan 17.

Gambar 3.2 Model Partisipasi Pembinaan Masyarakat Hukum Adat

PENGAKUAN HAK

KPHL MASYARAKAT ADAT

- MODAL

- PENG. TEKNIS

- LEGALISASI USAHA

- HUTAN

- KEARIFAN LOKAL

- TENAGA KERJA

- ORGANISASI

Kelompok Tani/ Usaha

Kehutanan

Page 88: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

88

Model partisipasi di atas terintegrasi dalam program Pembinaan Masyarakat Adat di dalam dan di sekitar Hutan oleh KPHL

Unit XVII Jayawijaya. Program kegiatan kehutanan dilaksanakan pada lahan komunal masyarakat adat. Masyarakat adat diposisikan

sebagai subyek dan sekaligus obyek pembangunan kehutanan dan tidak dianggap sebagai buruh hutan (living tools for forest work)

yang selama ini diterapkan dalam program Hutan Kemasyarakatan.

Gambar 3.3. Model Kemitraan Pengelolaan Kawasan Hutan

Model partisipasi tersebut dapat diimplementasikan bila Aneka Usaha Kehutanan dianggap sebagai bagian dari pembangunan

Masyarakat Hukum Adat yang dibina oleh KPHL Unit XLII Jayawijaya. Pembangunan kehutanan di kawasan KPHL Jayawijaya

dilakukan bersama investor dan masyarakat hukum adat. Masyarakat pemilik hutan adat diposisikan setara dengan investor yang

memiliki modal dalam usaha kehutanan. Pemerintah bertindak sebagai regulator, motivator, dan evaluator dalam keseluruhan proses

KPHL

INVESTOR/SWASTA MASYARAKAT ADAT

KEMITRAAN KEMITRAAN

KONTRAK

- MODAL

- TEK. PROFESIONAL

- TENAGA AHLI

- HUTAN

- TENAGA KERJA

- KEARIFAN LOKAL

Aneka Usaha Kehutanan

Produktif

ORGANISASI

BERSAMA

(KOLABORASI)

Page 89: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

89

pengelolaan hutan sekaligus sebagai fasilitator dalam aspek koorporasi antara investor dengan kelompok masyarakat adat. Dengan

model kerjasama demikian, diharapkan akan terjadi alih teknologi yang efektif kepada masyarakat adat dan kemandirian masyarakat

dalam permodalan dan menejemen usaha dapat cepat terwujud.

Menjamin efektifitas program pembinaan dan pendampingan masyarakat adat, program tersebut harus terintegrasi dalam

rangkaian proses pengelolaan usaha kehutanan yang dilakukan sinkronisasi dengan program pembangunan daerah. Selain aspek

teknis dan manajerial pengelolaan usaha secara komersil, aspirasi masyarakat tentang masa depan, etos kerja dan pemahaman

tentang hal-hal yang benar-benar dibutuhkan untuk pencapaian taraf hidup yang diinginkan atau sekedar keinginan sesaat juga patut

mendapat perhatian dalam upaya pembinaan dan pendampingan masyarakat adat.

Langkah awal dalam upaya pembinaan dan pendampingan, harus dilakukan sosialisasi kepada masyarakat adat tentang apa

yang dimaksud dengan kesejahteraan dan bagaimana cara mencapainya, serta peluang dari pengusahaan hutan yang dilakukan untuk

mencapai kondisi yang diinginkan tersebut. Setelah dicapai kesepahaman antara masyarakat dengan pihak instansi terkait dilanjutkan

dengan penentuan proporsi pengalokasian pendapatan masyarakat dari pengusahaan hutan adat untuk pembiayaan kegiatan yang

dibutuhkan masyarakat adat dan teknis pemanfaatannya.

Sebelum mancapai tahap ini sebaiknya pengelola KPHL Unit XLII Jayawijaya sudah mengidentifikasi kebutuhan masyarakat

adat untuk mencapai kondisi/taraf hidup sejahtera dan merencanakan/mengarahkan program pembangunan untuk mendorong

pencapaian kondisi yang diinginkan. Upaya pemberdayaan masyarakat adat melalui pengelolaan usaha kehutanan secara skematis

dapat dilihat pada Gambar 16 dan bentuk pemberdayaan dan lembaga yang berkompeten disajikan pada Tabel 4.2.

Page 90: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

90

Tabel 4.2. Bentuk Pemberdayaan dan Lembaga yang Berkompeten

Bentuk Pemberdayaan Lembaga yang Berkompeten

Pengusahaan Hutan

KPHL – Dinas Kehutanan, LSM, Perguruan Tinggi Inventarisasi Hutan

Pengukuran Potensi Kayu

Pengolahan Kayu

Dinas Kehutanan - KPHL – Perguruan tinggi-BP2HP Pengukuran dan Pengujian Kayu Olahan

Administrasi Kehutanan

Dinas Kehutanan – KPHL - Penatausahaan Hasil Hutan

Tata Usaha DR-PSDH

Manajemen Usaha

Pelatihan Manajemen Koperasi dan

kewirausahaan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM. Dinas Kehutanan, KPHL

Pemberdayaan/Pembinaan Masyarakat

Dinas Teknis Terkait di Tingkat Kabupaten Jayawijaya

Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perindustrian, Kehutanan

Pertanian

Perkebunan

Peternakan

Industri Rumah Tangga

Pendampingan Teknis LSM, Perguruan Tinggi, Tenaga Teknis (Kontrak)

Penataan Areal Kelola Masyarakat

Penataan areal kelola dilakukan melalui suatu prosedur kewenangan yang berimbang dari pemerintah pusat dan daerah, untuk

mendapatkan legitimasi dari berbagai pihak sehingga kawasan ini menjadi suatu Kawasan Mantap Jangka Panjang (KMJP) dalam

arti kawasan utuh yang tidak terpisah pada beberapa tempat serta bebas dari konflik tenurial. Penetapan areal kelola masyarakat adat

Page 91: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

91

ini dapat dilakukan apabila tata batas fungsi kawasan jelas dan batas-batas kawasan hutan masyarakat adat dipetakan dalam suatu

peta kawasan hutan. Pemetaan kawasan hutan ini perlu didahului oleh kegiatan pemetaan batas kawasan hutan dan kawasan hutan

masyarakat adat secara partisipatif. Pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Kehutanan mempunyai kewenangan menyusun

standar dan kriteria tentang tata cara pengelolaan hutan sesuai dengan rencana strategi nasional untuk pembangunan kehutanan di

Indonesia. Hasil kajian berupa Surat Keputusan Menteri Kehutanan yang disertai peta peruntukkan kawasan hutan dan perairan.

Peta ini memuat kawasan hutan (hutan produksi, konservasi dan lindung) dan non kawasan hutan (APL atau tanah milik).

Kewenangan Pemerintah Provinsi dalam menyusun kriteria tentang tata cara pemanfaatan sumberdaya alam di wilayah adat

dijabarkan dalam suatu Peraturan Daerah Khusus (PERBUPSUS) sehingga dapat dilakukan pembagian areal pemanfaatan

berdasarkan kepemilikan wilayah adat. Pembagian areal pemanfaatan dapat dilakukan salah satunya melalui suatu proses pemetaan

partisipatif dengan melibatkan masyarakat adat yang mempunyai areal terkait. Peta pemanfaatan sumberdaya alam di wilayah adat

terdiri dari kawasan pemanfaatan sumberdaya (hutan, tambang dan sebagainya) dan kawasan budaya (ritual dan keramat).

Pembuatan peta partisipatif ini dilakukan pemetaan wilayah adat sampai pada tingkat marga, sebagai dasar untuk (1) pengakuan hak

masyarakat atas wilayah adat dan ruang kelola, (2) penataan areal kelola secara adil antar marga, (3) sebagai dasar penerapan model

alternatif dan (4) sebagai dasar pemberian kompensasi.

Selanjutnya Dinas Kehutanan Provinsi berdasarkan rencana strategis daerah menetapkan rancangan areal kelola masyarakat

adat melalui overlay peta pemanfaatan SDA di wilayah adat dan peta peruntukkan kawasan hutan dan perairan. Areal kelola

masyarakat adat dibedakan menjadi 3 sesuai dengan peruntukan kawasan hutan, yaitu areal kelola di hutan produksi, areal kelola di

hutan lindung dan areal kelola di hutan konservasi. Unit usaha masyarakat adat pada setiap fungsi kawasan dapat diintegrasikan

dengan model Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). Sebagai pelaksana program pembangunan kehutanan di daerah, Pemerintah

Kabupaten dalam hal ini Dinas Kehutanan Kabupaten dan KPHL Jayawijaya bertindak sebagai ujung tombak pemerintah yang

Page 92: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

92

nantinya berhadapan langsung dengan masyarakat. Penetapan KMJP merupakan suatu keharusan dalam penentuan areal kelola

masyarakat adat, KMJP harus mempertimbangkan Tata Ruang Kabupaten, Distrik dan Kampung yang terkait dengan rancangan

areal kelola dari Pemerintah Provinsi serta memadukan dengan pembagian Resort Pengelolaan Hutan (RPH). KPHLUnit XLII

Jayawijaya dengan memperhatikan KMJP, menilai dan menetapkan ijin mengelola kepada badan usaha masyarakat pemilik wilayah

adat sesuai dengan rancang bangun areal kelola yang diusulkan sebagai unit pengelolaan tertentu. Semua regulasi teknis baik oleh

Dinas Kehutanan Provinsi maupun Kabupaten/Kota dituangkan dalam bentuk Peraturan Daerah Provinsi (PERBUPsi) dan Peraturan

Daerah Kabupaten (PERBUP). Unit manajemen adalah model pengelolaan yang diijinkan atas areal kelola pada KMJP berdasarkan

peruntukkan hutan, luas areal, jumlah marga pemilik wilayah adat dan jenis produk. Untuk jelasnya penentuan unit pengelolaan

dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Penentuan Unit Pengelolaan Areal Kelola di Hutan Produksi, Lindung dan Konservasi

Unit Manajemen

Luas

Areal Kelola

(ha)

Jumlah

Marga

Pemilik

Produk yang diijinkan

Areal Kelola di HP

Usaha Mandiri 2.000 – 4.000 1 Kayu gergajian

Kolaborasi/Bermitra 20.000 – 40.000 1 Kayu Gergajian + Log

Kontrak Kerja 60.000 – 100.000 2 - 3 Log

Areal Kelola di HL dan HK

Usaha Mandiri Tidak terbatas 1

Hasil Hutan Non Kayu

dan Jasa Lingkungan

Kolaborasi/Bermitra Tidak terbatas 1

Kontrak Kerja Tidak terbatas 2 atau

lebih

Page 93: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

93

4.3. Strategi dan Rencana

Penentuan strategi dilakukan melalui kombinasi dari faktor-faktor lingkungan internal dan lingkungan eksternal dalam analisis

SWOT. Strategi yang ditetapkan diseleksi kembali sehingga dapat dirumuskan strategi prioritas. Strategi-strategi berdasarkan analisis

SWOT adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4. Strategi Menggunakan Kekuatan untuk Memanfaatkan Peluang (Strategy S-O)

Opportunity (O)

Strength (S)

1. Kebijakan

penerapan

KPH pada

setiap fungsi

hutan

2. Terbukanya akses

masyarakat dan

kewenangan Pemda

dalam pengelolaan

hutan berbasis

masyarakat

3. Minat investasi

sektor kehutanan

tinggi

4. Kerjasama dengan pihak

luar terbuka luas untuk

penelitian dan

pengembangan dalam

pengelolaan hutan dan

pemberdayaan ekonomi

masyarakat

5. Program REDD+

dilakukan diruang KPH

1 2 3 4 5 6

1. Potensi hasil hutan

kayu, bukan kayu dan

hasil hutan ikutan

lain relatif masih

tinggi

Mendorong ijin

pemanfaatan potensi

hasil hutan berbasis

masyarakat hukum adat

Membuka

kesempatan investasi

kepada investor

bidang kehutanan di

wilayah KPHL

Mencari dan membuka

peluang kerjasama penelitian

dan pengembangan dengan

pihak luar

REDD+

diterapkan pada

kawasan hutan alam yang

ada potensi Hasil Hutan

Kayu dan Hasil Hutan

Bukan Kayu yang masih

tinggi

2. Organisasi KPH telah

terbentuk dan

memiliki kedudukan

sejajar dengan

SKPADA lain

Memperkenalkan

kedudukan

organisasi serta

peran dan fungsi

KPHL Unit XLII

Jayawijaya

KPHL memberikan

stimulan bagi masyarakat

dalam usaha di bidang

kehutanan

KPH dijadikan ruang

implementasi mekanisme

REDD+

3. Terdapat keindahan

bentang alam dan

peninggalan budaya

yang unik

Peningkatan income

masyarakat sekitar hutan

dengan kegiatan

ekowisata

Membuka

kesempatan investasi

di bidang jasa dan

ekowisata berbasis

masyarakat adat

Page 94: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

94

4. Komitmen

pemerintah daerah

relatif tinggi untuk

meningkatkan

perekonomian dan

kesejahteraan

masyarakat melalui

pembangunan bidang

kehutanan

Mendorong

regulasi yang

mengatur

pengelolaan dan

pemanfaatan hasil

hutan pada setiap

fungsi kawasan

Memberikan akses

seluas-luasnya bagi

investor untuk

berinvestasi di bidang

kehutanan dan

ekowisata

Mencari dan membuka

peluang kerjasama penelitian

dan pengembangan dengan

pihak luar

Alternatif Sumber

Pendapatan dari REDD+

5. Sistem pemukiman

dan pemilikan ulayat

menyebar secara

komunal

Penataan batas-batas

wilayah secara jelas dan

legal berdasarkan hak

ulayat

6. Kepemimpinan adat

dan hak masyarakat

masih berlaku di

beberapa wilayah

distrik dan kampung

Menjaga agar

efektifitas

property right

dalam

pengelolaan dan

pemanfaatan hasil

hutan tetap

terwujud

Peningkatan kapasitas

masyarakat lokal dalam

pengelolaan hasil hutan

7. Sebagian besar

masya-rakat

menggantungkan

hidup dari bertani,

meramu dan berburu

hasil hutan

Membangun

model-model

pengelolaan dan

pemanfaatan

kawasan yang

menjamin

kelestarian fungsi

dan manfaat pada

setiap fungsi

kawasan

Pengelolaan kolaborasi

dengan pemerintah dan para

pihak

Page 95: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

95

8. Terdapat usaha-usaha

pemungutan

tradisional hasil

hutan.

Peningkatan sarpras

pengelolaan hasil hutan

bagi masyarakat lokal

Kerjasama penelitian untuk

pengembangan IPTEK

sistem pemungutan

tradisional

9. Terdapat lahan tidak

produktif pada setiap

fungsi kawasan

hutan

Perlindungan

areal-areal lahan

kritis pada semua

fungsi kawasan

Melibatkan masyarat

lokal dalam kegiatan

KBR dan GN-RHL pada

lahan kritis

Mendorong investasi

Hutan Tanaman

Indutri dan hutan

rakyat pada areal

tidak produktif

Kerjasama penelitian dan

pengembangan pada areal-

areal tidak produktif

Tabel 4.5. Strategi Menggunakan Kekuatan untuk Mengatasi Ancaman (Strategy S-T)

Threaten (T)

Strength (S)

1. Tumpang

tindih

kewenangan

antar sektor

kehutanan

dan non

kehutanan

2. Wilayah kelola

masyarakat Hukum

Adat belum

dilegitimasi dan

belum ada peta tata

batas kawasan

hutan

3. Desakan untuk

penerapan

REDD Plus,

sertifikasi usaha

dan produk

sektor

kehutanan

4. Rendahnya

Pendidikan Dan Taraf

Hidup Masyarakat

Sekitar Kawasan

5.Kegiatan

Pemanenan Kayu

Secara illegal

1 2 3 4 5

1. Potensi hasil hutan

kayu, bukan kayu

dan hasil hutan

ikutan lain relatif

masih tinggi

Posisi KPHL

sebagai

pengelola

kawasan hutan

dapat

memberikan

peluang kepada

pihak lain untuk

berinvestasi

dalam kawasan.

Menginvetarisir

potensi wilayah dan

memberikan ruang

kelola kepada

masyarakat hukum

adat

Mendorong

pelaksanaan REDD

Plus dan

penjaminan

legalitas kayu

lokaldi tingkat

tapak

Peningkatan kapasitas

masyarakat sekitar hutan

dalam pemanfaatan hasil

hutan

Menata sistem pemanenan

hasil hutan berdasarkan

kearifan lokal

2. Organisasi KPH

telah terbentuk dan

Terciptanya alur

kewenangan dan

Membantu

terlaksananya

Pemberantasan kegiatan

pemanenan kayu secara

Page 96: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

96

memiliki

kedudukan sejajar

dengan SKPADA

lain

tanggung jawab

tiap jenjang unit

organisasi

secara jelas dan

mantap

pemetaan partisipatif

wilayah adat

ilegal

3. Terdapat

keindahan bentang

alam dan

peninggalan

budaya yang unik

Kolaborasi

kegiatan

ekowisata

dengan Dinas

Pariwisata

Pendampingan

manajemen obyek

wisata unggulan

Meningkatkan

pemahaman dan

penyadaran eksistensi

kawasan bagi

kelangsungan hidup

masyarakat sekitar

Peningkatan pemahaman

dan penyadaran

masyarakat sekitar terkait

legalitas kayu

4. Komitmen

pemerintah daerah

relatif tinggi untuk

meningkatkan

perekonomian dan

kesejahteraan

masyarakat melalui

pembangunan

bidang kehutanan

Memfasilitasi

terbentuknya

forum

kolaborasi

pengelolaan

hutan

Mendukung upaya

pemetaan partsipatif

masyarakat adat

Menghasilkan

regulasi untuk

memproteksi

perusakan kawasan

hutan

Memberikan akses seluas-

luasanya bagi peserta

didik untuk meningkatkan

kualitas pendidikan

Mendukung upaya

penelitian dan

pengembangan yang

berkaitan dengan

pengelolaan hutan secara

lestari

5. Sistem pemukiman

dan pemilikan

ulayat menyebar

secara komunal

Mendorong partsipasi

aktif masyarakat

pemilik hak ulayat

dalam pemetaan

wilayah adat

Peningkatan pemahaman

dan penyadaran

masyarakat sekitar

terhadap peran ekosistem

kawasan KPHL

Peningkatan pemahaman

dan penyadaran

masyarakat sekitar

terhadap kelestarian hutan

6. Kepemimpinan

adat dan hak

masyarakat masih

berlaku di beberapa

wilayah distrik dan

kampung

Peningkatan

pemahaman dan

penyadaran

masyarakat

pemilik hak

ulayat tentang

kewenangan

masing lembaga

Peningkatan

pemahaman pentinya

pemetaan wilayah adat

secara mandiri

Peningkatan kapasitas

pemimpinan adat

Memperketat aturan-

aturan adat dalam

pengelolaan sumberdaya

hutan secara ilegal

Page 97: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

97

7. Sebagian besar

masya-rakat

menggantungkan

hidup dari bertani,

meramu dan

berburu hasil hutan

Meningkatkan

produktifitas dan

keberlanjutan ladang

berpindah masyarakat

Menjamin

kesinambungan

pemanfaatan hasil

hutan kayu dan non

kayu

Peningkatan upaya

pemberdayaan

masyarakat berdasarkan

potensi lokal

Mendorong masyarakat

adat menghindari rent

seeking behavior

(perilaku mencari

untung)dari stake holders

kehutanan

8. Terdapat usaha-

usaha pemungutan

tradisional hasil

hutan.

Mempertegas

kewenangan

pemerintah

dalam

pemungutan

hasil hutan

Mendorong timbulnya

value added

pemungutan hasil

hutan

Menjamin

pengelolaan secara

lestari sumberdaya

hutan

Peningkatan pendidikan

informal bidang

kehutanan

Tabel 4.6. Strategi Mengurangi Kelemahan dan Mengatasi Ancaman (Strategy W-T)

Threaten (T)

Weakness (W)

1. Tumpang tindih

kewenangan

antar sektor

kehutanan dan

non kehutanan

2. Wilayah kelola

masyarakat

Hukum Adat

belum dilegitimasi

dan belum ada

peta tata batas

kawasan hutan

3. Desakan untuk

penerapan

REDD Plus,

sertifikasi usaha

dan produk

sektor kehutanan

4. Rendahnya Pendidikan

dan Taraf Hidup

Masyarakat Sekitar

Kawasan

5.Kegiatan Pemanenan

Kayu Secara illegal

1 2 3 4 5

1. Peta Tata Ruang

Kehutanan dan

batas kawasan

hutan masyarakat

adat belum ada

Pemetaan

partsipatif

wilayah adat

sampai tahap

registrasi batas

wilayah adat

(RBWA)

Page 98: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

98

2. Kelembagaan

KPHL Biak

belum efektif

dan efisien

Peningkatan

kapasitas

kelembagaaa

n KPHL

Peningkatan upaya

penyadaran

peran KPHL

bagi

kesejahteraan

masyarakat

Peningkatan Upaya

Pendampingan dalam

pemberdayaan

masyarakat

Penegakan hukum secara

menyuluh dalam wilayah

KPHL

3. Sumberdaya

KPHL (fasilitas

dan sumberdaya

manusia) masih

terbatas

Peningkatan

kapasitas staf

melalui

pendidikan

dan pelatihan

Penyediaan sarana pra

sarana yang

meningkatkan

pengembangan SDM

4. Data potensi hasil

hutan kayu dan

bukan kayu di

setiap fungsi

kawasan belum

tersedia

Pengembangan

database

potensi

Sumberdaya

alam dalam

kawasan

KPHL

Pemetaan potensi

sumberdaya

alam

berdasarkan

kepemilikan hak

ulayat

Peningkatan kapasitas

masyarakat adat melalui

pendidikan dan pelatihan

pemanfaatan sumberdaya

hutan

5. Regulasi

pendukung bidang

kehutanan terkait

dengan perizinan,

retribusi dan hak

masyarakat adat

belum tersedia

pada setiap tataran

pemerintahan

Mempercepat

proses

pembentukan

regulasi secara

komprehensif

Mempermudah akses

perizinan dan

retribusi

pemanfaatan hasil

hutan

6. Pemungutan hasil

hutan kayu dan

hasil hutan bukan

kayu oleh

masyarakat belum

terorganisir

Mendorong tersedianya

regulasi yang mengatur

pembagian manfaat

secara adil dan merata

pada masyarakat adat

Mendorong pemerintah

memberikan proteksi

terhadap aktivitas illegal

dari pihak luar

Page 99: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

99

Faktor Kunci Keberhasilan

Faktor-faktor kunci keberhasilan (critical success factors) merupakan faktor penentu sangat penting dalam penetapan keberhasilan

organisasi. Faktor keberhasilan ini ditetapkan dengan terlebih menganalisis faktor-faktor lingkungan baik internal maupun eksternal

dengan pendekatan SWOT tersebut.

Adapun faktor-faktor kunci keberhasilan dirumuskan sebagai berikut :

a) Kapasitas kelembagaan KPHL Unit XLII Jayawijaya

b) Potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya

c) Regulasi yang berpihak pada masyarakat adat

d) Sarana prasarana KPHL Unit XLII Jayawijaya yang memadai

e) Dukungan pemerintah dan para pihak

7. Kapasitas

masyarakat dalam

mengelola hutan

dan lahan sangat

terbatas

Meningkatkan

kerjasama dengan

pemerintah, swasta,

NGO berdasarkan

asas manfaat

Peningkatan upaya

penyadaran mengenai

sistem pengelolaan hutan

dan lahan

8. Kerjasama

lembaga

masyarakat dan

koordinasi

program dengan

instansi terkait

belum mantap,

masih sektoral

Meningkatkan

dukungan lembaga

lain dalam

mendukung

pemetaan partsipatif

Membentuk model

pengelolaan kolaboratif

dengan melibatkan

berbagai pihak

Membentuk model

pengamanan swakarsa

secara kolaboratif

Page 100: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

100

Proyeksi Keadaan KPHL Unit XLII Jayawijaya

Pengelolaan kawasan diproyeksikan ke dalam kondisi atau keadaan yang diinginkan, yang ditempuh melalui proses berkelanjutan.

Selanjutnya dituangkan dalam rencana pengelolaan hutan KPHL periode 2015-2024. Hal ini menjadi arah dan acuan sekaligus menjadi

gambaran kondisi yang diinginkan dalam pengelolaan 10 tahun ke depan. Diharapkan pengelolaan KPHL Jayawijaya memberikan

manfaat maksimal terhadap kelestarian sumberdaya alam hayati dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Dengan memperhatikan kondisi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya KPHL Unit XVII Jayawijaya saat ini, kondisi umum

yang diinginkan adalah :

1. Kapasitas kelembagaan; Kapasitas kelembagaan kawasan KPHL Unit XVII Jayawijaya yang mantap adalah faktor yang paling

dominan dalam pengelolaan yang optimal

2. Pemanfaatan hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat hasil dan jasa hutan secara optimal, adil dan lestari bagi kesejahteraan

masyarakat dan atau Sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya dikelola secara arif dan bijaksana, sehingga tidak menimbulkan

dampak negatif terhadap biofisik dan sosial ekonomi

3. Terwujudnya kesadaran masyarakat berupa peran dan partisipanya dalam pengelolaan dan pemanfaatan SDA di KPHL Unit XLII

Jayawijaya termasuk di dalamnya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

4. Terwujudnya pengelolaan kolaborasi KPHL Unit XLII Jayawijaya dengan melibatkan para pihak/stakeholders yang berkepentingan

5. Kawasan KPHL Unit XLII Jayawijaya yang memiliki daya saing tinggi sebagai pengembangan ekowisata, serta ilmu pengetahuan

dan teknologi

Page 101: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

101

Dalam usaha mencapai kondisi yang diinginkan tersebut, perlu ditetapkan target selama 10 tahun ke depan yaitu :

1. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat

Peningkatan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan KPHL Unit XLII Jayawijaya ditempuh melalui penerapan teknologi tepat

guna dan berhasil guna serta ramah lingkungan. Pola-pola pendekatan Agroforestry dan pemberdayaan kerajinan tangan yang

aplikatif dan dapat diterima semua pihak

2. Sistem informasi dan database

Tersedianya data dan informasi yang detail pada semua tapak (site) sebagai dasar sustainable management dan evaluasi model

pengelolaan yang telah dilaksanakan

3. Pengelolaan Mandiri

Dalam perkembangnnya, pengelolaan KPHL Unit XLII Jayawijaya mengarah pada pengelolaan yang mandiri dalam hal kebutuhan

akan dana. Pengelolaan mandiri tidak berarti bahwa KPHLUnit XLII Jayawijaya akan mengelola kawasan tanpa adanya kolaborasi

dengan pihak lain, tetapi tidak berarti bahwa dana pengelolaan tidak bergantung dari pembiayaan APBN dan mengusahakan sektor-

sektor lain

4. Kelestarian Plasma Nutfah

KPHL memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan merupakan keunikan dari kawasan ini. Potensi keanekaragaman hayati

yang tinggi ini sangat penting bagi wilayah sekitarnya yang dapat digunakan untuk kepentingan pembangunan dan pengembangan

wilayah. Pembangunan dan pengembangan wilayah pada prinsipnya harus memperhatikan dan memelihara sistem penyangga

kehidupan melalui pengelolaan setiap fungsi kawasan konservasi serta setiap fungsi pokok dan fungsi penunjang dapat berjalan

secara seimbang.

Page 102: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

102

5. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat

Salah satu tolak ukur keberhasilam dalam pengelolaan kawasan KPHL Unit XLII Jayawijaya adalah meningkatnya kesejahteraan

masyarakat baik di dalam atau sekitar kawasan. Peningkatan kesejahteraan akan dilakukan dengan pemberdayaan masyarakat secara

efektif dan efisien melalui peningkatan ketrampilan dalam mengolah hasil hutan dan potensi wisata alam berbasis socio ecotorism.

Berdasarkan analisis dan uraian sebelumnya, maka kriteria afektifitas pengelolaan KPHL Unit XVII Jayawijaya ke depan, ditinjau

dari aspek ekologi (lingkungan), ekonomi dan sosial budaya antara lain sebagai berikut :

1. Ekologi (Lingkungan)

a) Eksistensi kawasan KPHL Unit XLII Jayawijaya dipertahankan melalui koordinasi, sinkronisasi dan partisipatif dalam penataan

ruang dan optimalisasi penatagunaan kawasan

b) Keanekaragaman hayati tetap terpelihara dalam batas-batas resiliensi

c) Pengelolaan KPHLUnit XLII Jayawijaya secara swadana dan kolaboratif.

2. Ekonomi

a) Pendapatan rumah tangga yang bergantung pada sumberdaya hutan meningkat

b) Pengusahaan pariwisata berbasis masyarakat (socio-ecotourismt) dapat terwujud dan lebih professional dalam kawasan KPHL Unit

XLII Jayawijaya guna mendukung misi Kabupaten Jayawijaya menjadi kota Pariwisata

c) Kontribusi terhadap PNBP dan pendapatan daerah meningkat secara proporsional

d) Aneka usaha pengolahan hasil hutan dan kerajinan skala kecil dan menengah dapat berjalan dan terjamin keberlanjutannya mulai

dari bahan baku sampai pemasaran.

Page 103: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

103

e) KPHL Unit XLII Jayawijaya dalam waktu 10 tahun mendatang diharapkan mengelola kawasan hutan dengan Pola Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) sehingga memungkinkan keberlanjutan/kelestarian pengelolaan hutan

dilakukan secara mandiri.

3. Sosial Budaya

a) Keberadaan masyarakat adat dan hak ulayat di dalam dan sekitar kawasan diakui dengan ketentuan yang berlaku dan taraf hidupnya

meningkat

b) Partisipasi aktif masyarakat terus meningkat terhadap pengelolaan kawasan dengan kesadaran sendiri

c) Kualitas kesejahteraan masyarakat (pendidikan, kesehatan, perumahan, lingkungan, kreatifitas karya seni, organisasi sosial, ekonomi

dan politik) yang bergantung pada kawasan makin meningkat

d) Manfaat keberadaan kawasan KPHLUnit XLII Jayawijaya terus meningkat dan terdistribusi secara adil dan merata terutama bagi

masyarakat dengan ketergantungan tinggi terhadap kawasan.

Page 104: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

104

RENCANA KEGIATAN

5.1 Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola dan Penataan Hutan

5.1.1 Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola

Luas kawasan hutan yang dikelola oleh KPHLUnit XLII Jayawijaya berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor 481/Menhut-

II/2009 tentang pembentukan 56 unit KPH di Provinsi Papua , KPHL Jayawijaya memiliki luas areal seluas : 139.928 Ha. Luasan

dan komposisi fungsi kawasan selanjutnya mengalami perubahan sejalan dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 458

tanggal 15 Agustus Tahun 2012 Jo SK Menhut No 782 tahun 2012 tentang peta perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi bukan

kawasan hutan, Perubahan Fungsi kawasan hutan dan penunjukan bukan kawasan hutan menjadi kawasan hutan di Provinsi Papua.

Rencana kegiatan inventarisasi berkala wilayah kelola dilaksanakan berdasarkan rencana strategis untuk melengkapi, merinci

dan memperbaharui semua data dan informasi tentang potensi hasil hutan yang terdapat dalam wilayah kerja KPHL Unit XLII

Jayawijaya. Kegiatan inventarisasi hutan yang akan dilaksanakan terdiri atas inventarisasi biogeofisik dan inventarisasi sosial,

ekonomi dan budaya. Pelaksanaan rencana inventarisasi berkala akan dimulai secara bertahap pada masing-masing wilayah Resort

Pengelolaan Hutan (RPH) selama 10 (sepuluh) tahun berjalan, sasarannya pada masing-masing blok kerja disesuaikan dengan fungsi

blok yang terdapat dalam wilayah RPH.

Bab5

Page 105: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

105

Rencana kegiatan inventarisasi hutan berkala wilayah kelola 10 (sepuluh) tahun KPHL Unit XVII Jayawijaya diarahkan pada

pelaksanaan program dan kegiatan seperti Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Rencana Program, Kegiatan, Lokasi dan Target Pencapaian

N

O PROGRAM KEGIATAN LOKASI

LUAS

(HA)

TARGET 5 TAHUNAN

2016-2020 2021-2025

1. Inventarisasi

Biogeofisik

Inventarisasi Potensi Hasil Hutan

Kayu

Blok Pemanfaatan HHK-

HA 4.424,29 2.212,145 Ha 2.212,145 Ha

Inventarisasi Potensi Jasling dan

HHBK

Blok Pemanfaatan

kawasan, HHBK & Jasling 48.010,30 24.005,15 Ha 24.005,15 Ha

Inventarisasi Biofisik Kawasan Blok Wilayah Tertentu 7.610,59 3.805,295 Ha 3.805,295 Ha

Inventarisasi Potensi Jasling,

HHBK dan Pemanfaatan Kawasan Blok Pemberdayaan 17.581,51 8.790,755 Ha 8.790,755 Ha

2.

Inventarisasi

Sosial,

Ekonomi dan

Budaya

Identifikasi kehidupan sosial,

ekonomi dan budaya masyarakat

sekitar kawasan hutan

Kampung/Desa di dalam

atau di sekitar kawasan

hutan

- 30% jumlah

kampung di

dalam kawasan

hutan terdata

100 %

kampung di

dalam

kawasan hutan

terdata

Page 106: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

106

5.1.2 Penataan Hutan

Rencana Penataan Hutan dilaksanakan berdasarkan hasil inventarisasi hutan yang menghasilkan peta, data dan informasi

potensi wilayah kelola KPHLUnit XLII Jayawijaya dengan memperhatikan karakteristik biofisik lapangan, kondisi sosial ekonomi

masyarakat sekitar, potensi sumberdaya alam, dan keberadaan izin-izin usaha pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan dengan

mempertimbangkan peta arahan Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN)/Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi (RKTP)/

Rencana Kehutanan Tingkat Kabupaten (RKTK) dan fungsi kawasan hutan di wilayah KPHL Jayawijaya. Rencana penataan hutan

seperti Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Rencana Penataan Hutan

No Program Kegiatan Lokasi Panjang

Trayek (km)

Target 5 Tahunan

2015-2019 2020-2024

1. Penataan Batas Blok

KPHL

Pengukuran dan

Penataan Batas

RPH Das Baliem dan RPH

Mamberamo 200 km 100 km 100 km

2. Penataan Batas Hak

Ulayat Masyarakat

Pengukuran dan

Penataan Batas

RPH Baliem dan RPH

Tolikara 500 km 250 km 250 km

Page 107: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

107

5.2 Pemanfaatan Wilayah Tertentu

Kawasan pemanfaatan wilayah tertentu berada pada kawasan, hutan produksi. Kawasan hutan wilayah tertentu berada pada blok HP-

wilayah tertentu mempunyai luas 7.610, 59 Ha dan terdapat 77 petak hutan. Luas blok wilayah tertentu hanya 4, 86 % dari seluruh

kawasan KPHL Unit XLII Jayawijaya.

Pemanfaatan hutan di wilayah tertentu rencana pengelolaannya dilakukan dalam dua tahap. Setiap tahap terdiri dari 5 tahun, 3 tahun

dan 1tahun. Tiga tahun pertama diprioritaskan untuk pengembangan kelas perusahaan komoditi tanaman kehutanan, pengembangan jasa

lingkungan dan pemanfaatan dan pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu. Skema yang dikembangkan berupa kemitraan (masyarakat

Page 108: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

108

perorangan, koperasi dan investor). Pola kemitraan masyarakat yang dilakukan dikenal dengan nama “Pengelolaan Hutan Bersama

Masyarakat Hukum Adat”. Sesuai dengan pasal 6 dan pasal 7 Permenhut No 47 Tahun 2013 tentang pedoman, kriteria dan standar

pemanfaatan wilayah tertentu pada KPHL dan KPHP, menyatakan bahwa penyelenggaraan pemanfaatan hutan di wilayah tertentu pada

kawasan hutan lindung meliputi pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, dan pemungutan hasil hutan bukan kayu.

Pemanfaatan hutan di wilayah tertentu pada hutan lindung untuk pengelolaan 5 tahun dapat dilihat pada Tabel 31. Sedangkan pemanfaatan

hutan di wilayah tertentu pada hutan produksi meliputi kegiatan pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil

hutan kayu dan bukan kayu, dan pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu. Program dan kegiatan pemanfaatan hutan di wilayah

tertentu pada kawasan hutan Lindung untuk pengelolaan 5 tahun dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Pemanfaatan Hutan di Wilayah Tertentu

N

o

Program dan Kegiatan Lokasi Target 5 Tahunan

2015 – 2019 2020-2024

I HHBK HL HP HPt HL HP HPt

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Budidaya tanaman penghasil

gaharu

RPH Lembah Baliem dan RPH

Mamberamo Tengahi

- 100 200 - Pemeliharaa

n

Pemeliharaan

2. Budidaya Agathis 3 RPH : Puncahk Jaya, Tolikara

dan Puncak

100 50 100 Pemeliharaa

n

Pemeliharaa

n

Pemeliharaan

3. Budidaya Lebah Madu 2 RPH 2 KTH - 1 KHT Pembinaan - Pembinaan

4. Budidaya Bambu RPH Lembah Baliem 20 Ha 20 Ha 20 Ha 20 Ha 20 Ha 10 Ha

5. Budidaya Kayu Putih RPH Baliem an Tolikara - 100 Ha 100 Ha - 50 Ha 100 Ha

6. Budidaya Masohi dan lawang 3 RPH I - 25 Ha 20 Ha - Pemeliharaa

n

Pemeliharaan

II HHK Lokasi HL HP HPT HL HP HPT

1. Pemanenan HHK pada Hutan

Alam

6 RPH - 20.000 Ha 25.000

Ha

- 20.000 Ha 20.000 Ha

Page 109: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

109

1. Pemanenan HHK pada Hutan

Alam

6 RPH - 20.000 Ha 25.000

Ha

- 20.000 Ha 20.000 Ha

2. Pengembangan Kelas Perusahaan

- Jati - 50 50 - 100 150

- Agathis

- Tanaman Endemik Papua 100 100 100 150

- Tanaman Bio energi - 5300 5000 - 10000 5000

III JASA LINGKUNGAN Lokasi HL HP HPT HL HP HPT

1. Pemanfaatan Aliran Air :

- Air Terjun i

- Air Terjun k

2 RPH 1 unit

1 unit

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

2. Ekowisata :

- Telaga

- Air Terjun

- Air Terjun

2 RPH

2 lokasi

1 lokasi

-

-

-

3. REDD+ 3 3 RPH 50 Ha 50 Ha 50 Ha 150 Ha 100 Ha 100 Ha

5.3 Pemberdayaan Masyarakat

Secara spasial wilayah kelola KPHL Unit XVII Jayawijaya berada dalam wilayah yang banyak terdapat aktifitas-aktifitas

masyarakat yang berdiam di dalam atau sekitar kawasan hutan. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan masyarakat atau akses

terhadap hutan sangat tinggi. Oleh karena itu, mekanisme yang perlu dibangun adalah dengan pola kemitraan yang akan memberdayakan

masyarakat. Tujuan pemberdayaan masyarakat selain meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan juga merupakan salah satu

solusi yang tepat untuk menjawab persoalan-persoalan masyarakat yang mengklaim hutan dan lahan sebagai hak adatyan diperoleh secara

turun menurun. Rincian mengenai target pemberdayaan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Page 110: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

110

Tabel 5.4. Pemberdayaan Masyarakat

No Kegiatan Lokasi Target 5 Tahunan

2017-2021 2022-2026

1 Ekowisata Blok Pemanfaatan

Jasling & HHBK

Terbangunnya 1 (satu) lokasi

ekowisata alam

Bertambahnya 2 (dua) lokasi

ekowisata alam

2

Pembentukan Kelembagaan

Masyarakat (KTH,

Koperasi)

Blok Pemberdayaan

Masyarakat

Terbentuknya 50 Kelompok

Tani Hutan (KTH), dan 1

Koperasi Masyarakat

Pembinaan dan Pengembangan

Kapasitas Kelembagaan dan

SDM

3

Fasilitasi regulasi (Peraturan

Kampung/Marga)

Blok Pemberdayaan

Masyarakat

Terbentuknya peraturan

kampung pengelolaan hasil

hutan kayu/HHBK pada 5 lokasi

Terbentuknya peraturan

kampung pengelolaan hasil

hutan kayu/HHBK pada 5 lokasi

4 Peningkatan kapasitas

masyarakat

KTH yang terbentuk

50 KTH 50 KTH

5 Pamswakarsa 6 RPH

60 orang

60 orang

6 Agroforestry/

Silvopastura

Seluruh Blok kecuali

Blok Perlindungan &

Blok Inti

Terlaksananya pola agroforestry

dan Silvopastura pada 50 KTH

Bertambahnya 50 KTH yang

menerapkan pola pengelolaan

Agroforestry/

Silvopastura

Page 111: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

111

5.4 Pembinaan, Pemantauan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan Pada Areal yang Berizin

Pembinaan dan pemantauan pada areal yang telah ada izin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan di KPHL Unit XVII

Jayawijaya untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun mendatang dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Pembinaan dan Pemantauan pada areal yang dibebani izin

No Pembinaan Pemantauan Periode Lokasi

1

Pembinaan dibidang teknis kehutanan meliputi:

produksi (kelestarian hasil) dan rehabilitasi

(kelestarian hutan/lingkungan)

Kinerja berdasarkan hasil

pembinaan 2 kali setahun 2 RPH

2 Pembinaan dibidang perijinan dan regulasi

(penegakan hukum)

Kinerja berdasarkan hasil

pembinaan 2 kali setahun 2 RPH

3 Sosialisasi dan penyuluhan tentang model

pengelolaan hutan lestari pada kawasan hutan Monitoring dan evaluasi 2 kali setahun 3 RPH

5.5 Rehabilitasi Pada Areal Kerja di Luar Izin

Luas lahan kritis di dalam kawasan hutan KPHL Unit XLII Jayawijaya berdasarkan data spasial lahan kritis yang dikeluarkan

BPADA AS Memberamo tahun 2013 sebesar 54.608,02 ha, dengan perincian potensi kritis 2.792,92 ha, agak kritis 20.496,14 ha, kritis

26.183,18 ha dan sangat kritis 5.135,77 ha. Rencana penyelenggaraan rehabilitasi pada areal kerja di luar ijin di KPHL Unit XLII untuk

jangka waktu 10 (sepuluh) tahun mendatang dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Page 112: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

112

Tabel 5.6. Target Pencapaian Rehabilitasi pada Areal Kerja di Luar Izin

No PROGRAM KEGIATAN LOKASI

TARGET PENCAPAIAN

2017-2021 2022-2026

1.

Rehabilitasi

Hutan dan

Lahan

Rehabilitasi untuk tujuan komersiil 6 RPH 2000 ha 2000 ha

Rehabilitasi untuk tujuan konservasi atau

Restotasi Ekosistem

Lahan Kritis pada Blok inti dan blok

perlindungan di 6 RPH 1000 ha 1000 ha

5.6 Pembinaan dan Pemantauan Rehabilitasi dan Reklamasi di dalam Areal yang Berizin

Kegiatan yang dilakukan adalah:

Pembinaan dibidang teknis kehutanan berupa sistem silvikultur TPTI dan IHMB yang digunakan

Pembinaan dibidang rehabilitasi hutan dan lahan secara umum

Penegakan aturan dibidang rehabilitasi

Identifikasi kinerja pelaksanaan rehabilitasi terkait dengan bidang teknis kehutanan

Evaluasi penerapan sistem silvikultur yang digunakan

Page 113: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

113

5.7 Rencana Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam

Rencana penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam di KPHL Unit XVII Jayawijaya untuk jangka waktu 10

(sepuluh) tahun mendatang dapat di lihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7. Rencana Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam

NO PEMBINAAN LOKASI TARGET 5 TAHUNAN

2017-2021 2022-2026

1 Deliniasi areal perlindungan

setempat

Blok inti dan blok

perlindungan

50 % luasan dari masing-masing

blok terdeliniasi

100 % luasan dari masing-masing

blok terdeliniasi

2

Upaya perlindungan dan

pengawetan flora fauna yang

kategori terlindungi

Blok inti dan blok

perlindungan

Tersedianya sarana dan prasarana

penunjang patroli pengamanan

hutan

Bertambahnya sarana dan

prasarana penunjang patroli

pengamanan hutan

3 Upaya konservasi in-situ

dan eks-situ

Blok inti dan blok

perlindungan

Terbangunnya unit- unit

konservasi in-situ berupa

arboretum, demplot dll

Bertambahnya unit-unit

konservasi in-situ berupa

arboretum, demplot dll

4 Patroli pengamanan hutan Semua kawasan

hutan

5 Pemberantasan Hama dan Penyakit

hutan

Semua kawasan

hutan

Page 114: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

114

5.8 Rencana Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi Antar Pemegang Izin

Rencana penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin di KPHL Jayawijaya untuk jangka waktu 10 (sepuluh)

tahun mendatang dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8. Rencana penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin di KPHL Unit XVII Jayawijaya

No METODE FREKUENSI TINDAK LANJUT

1 Identifikasi permasalahan perijinan Sekali setahun Menyusulkan ijin jika terdapat masalah

2 Mendesain RKU Pemegangan Izin agar mengacu pada RPHJ

Panjang/Pendek KPHL Jayawijaya 5 Tahun sekali

Tidak memberikan ijin jika RKU belum

singkron dengan RPJP

3 Menganalisa kinerja pemegang ijin 5 Tahun sekali Pemberian sanksi

5.9 Koordinasi / Konsultasi dengan Instansi dan Stakeholder terkait

Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait dapat dijabarkan seperti Tabel di bawah:

Tabel 5.9. Koordinasi/Konsultasi dengan instansi dan stakeholder terkait

Para Pihak

(Stakeholders)

Konsultasi

(Consult) Lokasi

Target

Pencapaian

Bupati pada wil.

KPHL Jayawijaya

• Kegiatan-kegiatan yang perlu diatur Peraturan

Bupati

• Pembentukan BLUD

Kab. Jayawijaya, Tolikara, MamTeng,

Yalimo, Lani Jaya, Puncak Jaya, Yahukimo

Setiap

Tahun

DPRD Kabupaten

pada KPHL

Jayawijaya

• Kegiatan yang perlu mendapat pembiayaan dari

RAPBD

• Kegiatan-kegiatan yang perlu diatur melalui

PERBUP

• Pembentukan BLUD

Kab. Jayawijaya, Tolikara, MamTeng,

Yalimo, Lani Jaya, Puncak Jaya, Yahukimo

Setiap

Tahun

Page 115: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

115

Bappeda

Kabupaten pada

Wil. KPHL

Jayawijaya

• Rencana usulan anggaran kegiatan (RAPBD)

DAU dan DAK beserta sumber-sumber lain

(Propinsi, Pusat, dan Internasional)

Kab. Jayawijaya, Tolikara, MamTeng,

Yalimo, Lani Jaya, Puncak Jaya, Yahukimo

Setiap

Tahun

Dinas Kehutanan

Dan Perkebunan

Kabupaten pada

wil. KPHL

• Sebagian fungsi dan peran Dishut dialihkan ke

KPHL Unit XLII Jayawijaya

• Pelaksanaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan

• Peraturan Bupati untuk ijin pemungutan Hutan

Hak Ulayat

Kab. Jayawijaya, Tolikara, MamTeng,

Yalimo, Lani Jaya, Puncak Jaya, Yahukimo

Setiap

Tahun

Dinas Peternakan

Pertanian dan

Tanaman Pangan

• Kegiatan-kegiatan yang dapat diintegrasikan di

lapangan

• Kemungkinan usaha Agrosilvopastory

(Perkebunan, Pertanian, Kehutanan, dan

Peternakan) di Numfor

Kab. Jayawijaya, Tolikara, MamTeng,

Yalimo, Lani Jaya, Puncak Jaya, Yahukimo Setiap Tahun

Dinas Peternakan

dan Perikanan

• Kegiatan untuk Masyarakat Adat Biak yang

sebagian besar memiliki mata pencaharian

nelayan dan petani

• Agrofishery (Kehutanan dan Perikanan)

Kab. Jayawijaya, Tolikara, MamTeng,

Yalimo, Lani Jaya, Puncak Jaya, Yahukimo Setiap Tahun

Badan Lingkungan

Hidup

• Kegiatan-kegiatan yang perlu dikoordinasikan

oleh BLH

Kab. Jayawijaya, Tolikara, MamTeng,

Yalimo, Lani Jaya, Puncak Jaya, Yahukimo Setiap Tahun

Badan

Pemberdayaan

Masyarakat

Kampung (BPMK)

• Kegiatan-kegiatan yang terkait dengan

pemberdayaan masyarakat kampung

• Cara kerjasama dalam pendampingan

masyarakat kampung oleh tenaga / sarjana

pendamping

Kab. Jayawijaya, Tolikara, MamTeng,

Yalimo, Lani Jaya, Puncak Jaya, Yahukimo Setiap Tahun

Badan

Kepegawaian

Daerah (BKD)

• Kebutuhan PNS untuk KPHL Unit XVII

Jayawijaya

• Jabatan-jabatan Struktural dan Fungsional

• Pengembangan kapasitas staf KPHL Jayawijaya

Kab. Jayawijaya, Tolikara, MamTeng,

Yalimo, Lani Jaya, Puncak Jaya, Yahukimo Setiap Tahun

Page 116: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

116

Dinas Pendidikan • Pendidikan Sekolah Hijau bagi Sekolah PAUD

sampai dengan lanjutan (SMU)

Kab. Jayawijaya, Tolikara, MamTeng,

Yalimo, Lani Jaya, Puncak Jaya, Yahukimo Setiap Tahun

Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan

• Lokasi-lokasi yang dimungkinkan untuk usaha

jasa lingkungan

• Promosi pariswisata alam dan budaya

masyarakat sekitar hutan

Kab. Jayawijaya, Tolikara, MamTeng,

Yalimo, Lani Jaya, Puncak Jaya, Yahukimo Setiap

Tahun

Dinas Koperasi

Usaha Kecil dan

Menengah

• Bentuk-bentuk usaha individu dan kelompok

masyarakat di kampung-kampung sekitar hutan

untuk dikondisikan dan diadaptasikan menjadi

usaha bersama dalam badan hukum usaha

Koperasi

Kab. Jayawijaya, Tolikara, MamTeng,

Yalimo, Lani Jaya, Puncak Jaya, Yahukimo Setiap

Tahun

Dinas Perindustrian

dan

PERBUPgangan

• Usaha-usaha Industri hasil hutan kayu lanjutan

dan hasil hutan bukan kayu

• Usaha-usaha masyarakat yang terkait dengan

hasil hutan dan kebun

Kab. Jayawijaya, Tolikara, MamTeng,

Yalimo, Lani Jaya, Puncak Jaya, Yahukimo

Setiap

Tahun

Distrik dan

Kampung

• Wilayah masyarakat adat / marga

• Pemetaan partisipatif wilayah adat dalam

kampung dan distrik

Kab. Jayawijaya, Tolikara, MamTeng,

Yalimo, Lani Jaya, Puncak Jaya, Yahukimo Setiap

Tahun

Dishut Provinsi

Papua

• Kegiatan-kegiatan yang perlu dikoordinasikan

oleh Dinas Kehutanan Provinsi Papua

Kota Jayapura

Setiap

Tahun

BPKH Jayapura • Rencana Pelaksanaan Penataan Hutan dan

Inventarisasi Potensi

Kota Jayapura

(Provinsi Papua)

Setiap

Tahun

BPADA AS

Membramo

• Rencana dan kegiatan untuk RHL dan pemilihan

lokasi RHL dan KBR

Kota Jayapura

(Provinsi Papua)

Setiap

Tahun

BKSDA Papua • Rencana pengamanan hutan di wilayah-wilayah

kawasan konservasi

• Jenis-jenis flora dan fauna yang perlu dilindungi

dalam kawasan KPHL Jayawijaya

Kota Jayapura

(Provinsi Papua) Setiap

Tahun

Page 117: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

117

BP2HP Jayapura • Peraturan Bupati yang mengatur pemanfaatan

kayu untuk kebutuhan lokal dari Hutan Ulayat

• Jenis-jenis Diklat Ganis dan Wasganis

Kota Jayapura

(Provinsi Papua) Setiap

Tahun

Balai Litbanghut

Manokwari

• Masalah-masalah sosial / hak ulayat, kesuburan

tanah, dan jenis-jenis tanaman unggulan lokal

(kayu dan non kayu)

Kota Manokwari

(Provinsi Papua Barat) Setiap

Tahun

Balai Diklathut

(BDK) Manokwari

• Jenis Diklat yang menjadi prioritas dan Bentuk

pelaksanaan Diklat

Kota Manokwari

(Provinsi Papua Barat)

Setiap

Tahun

Universitas Papua

Negeri (UNIPA)

• Kebutuhan kualifikasi yang profesional dan

kompeten yang diperlukan dalam pengelolaan

KPH

• Kurikulum dan Silabus serta bentuk praktek

lapangan di KPH

Kota Manokwari

(Provinsi Papua Barat) Setiap

Tahun

Pusat Pengelolaan

Ekoregion (PPE)

Wilayah Papua dan

Papua Barat

• Wilayah Kawasan Lindung

• Sumber-sumber mata air dalam wilayah KPH

Kota Biak

(Provinsi Papua) Setiap

Tahun

SKMA / SMK

Kehutanan

• Kebutuhan Tenaga Teknis Kehutanan di KPH

• Lokasi-lokasi yang dimungkinkan untuk dapat

dijadikan sebagai tempat praktek siswa SKMA /

SMK Kehutanan

Kota Manokwari

(Provinsi Papua Barat) Setiap

Tahun

Badan Pertanahan

Nasional (BPN)

• Rencana pelaksanaan tata batas kawasan hutan

• Rencana identifikasi dan pemetaan Hak Ulayat

dalam kawasan hutan

• Penertiban sertifikat tanah atau wilayah adat

dalam kawasan hutan

Kab. Jayawijaya, Tolikara, MamTeng,

Yalimo, Lani Jaya, Puncak Jaya, Yahukimo Setiap

Tahun

Polres • Rencana pengamanan hutan Kab. Jayawijaya, Tolikara, MamTeng,

Yalimo, Lani Jaya, Puncak Jaya, Yahukimo

Setiap

Tahun

Lembaga

Masyaakat Adat

• Pemetaan wilayah adat dan Hak Ulayat

• Perumusan Hukum Adat

Kab. Jayawijaya, Tolikara, MamTeng,

Yalimo, Lani Jaya, Puncak Jaya, Yahukimo

Setiap

Tahun

Page 118: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

118

Masyarakat Adat • Pemetaan wilayah adat dan Hak Ulayat dalam

kawasan hutan

• Usaha-usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan

HHBK

• Kegiatan dalam rehabilitasi dan lahan

Kab. Jayawijaya, Tolikara, MamTeng,

Yalimo, Lani Jaya, Puncak Jaya, Yahukimo Setiap

Tahun

LSM • Kegiatan-kegiatan yang bisa didanai dari

lembaga-lembaga donor baik di dalam negeri

maupun dari luar negeri

• Pemberdayaan masyarakat yang tinggal di

dalam dan di luar kawasan hutan

• Diperlukan kerjasama yang terkoordinir dengan

pihak pemerintah (KPHL) dan LSM yang

terintegratif

Kab. Jayawijaya, Kab. Jayapura, Kota

Jayapura

Setiap

Tahun

5.10 Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM

Kebutuhan tenaga struktural didasarkan pada formasi struktur organisasi. Kebutuhan fungsional seperti tenaga Polhut, PEH dan

tenaga teknis kehutanan lainnya, kebutuhannya didasarkan pada luasan hutan yang dikelola dan kemampuan tenaga yang bersangkutan.

Untuk tingkat tenaga polhut diasumsikan adalah 5.000 Ha/orang. Peningkatan kualitas SDM yang ada di KPHL Unit XLII l Jayawijaya

melalui berbagai pelatihan dan pendidikan teknis tentang kehutanan. Rencana penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM di kantor KPHL

nit XLII Jayawijaya untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun mendatang seperti pada Tabel 37.

Page 119: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

119

Tabel 5.10. Rencana penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM PNS

No Jabatan Kebutuhan

(orang)

Tersedia

(orang)

Kekurangan

(orang) Keterangan

1 KKPH 1 1 -

2 KBSTU 1 1 -

3 Kasie Rehabilitasi & Pengaman Htn 1 1 - Diusulkan ke Bupati

Target Pemenuhan s/d

2017-2021

(orang)

4 Kasie Perecaan & Perlindungan Htn 1 1 -

5 KRPH 5 - 5

6 Staf Sie KBSTU

- Akutansi (S1)

- Kepegawaian (S1)

- Tata Usaha (S1/SMA)

2

1

5

-

-

-

2

1

5

2

1

5

7 Staf Sie Rehabilitasi & Pengaman Htn

Staf Teknis

- Kehutanan (S1)

- Pertanian (S1)

3

1

-

1

3

-

3

1

8 Staf Sie Perecaan & Perlindungan Htn

- Kehutanan (S1)

- Pertanian (S1)

2

1

-

-

2

1

2

1

9 5 RPH

- Kehutanan (S1)

- Semua Jurusan (S1)

- Diploma Kehutanan (D3)

- SMK Kehutanan

15

6

20

20

3

15

6

20

17

15

6

20

20

10 Polisi Kehutanan 20 - 20 20

11 PEH 12 - 12 12

12 Penyuluh Kehutanan 20 - 20 20

TOTAL 137 8 129 137

Page 120: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

120

Penyediaan SDM PNS tersebut apabila tidak segera terpenuhi, maka dapat diadakan melalui kontrak kerja. Kontrak kerja dapat

dilakukan oleh Kementerian Kehutanan RI dan atau dilakukan oleh KPHL Unit XLII Jayawijaya berdasarkan kemampuan keuangan yang

tersedia.

5.11 Penyediaan Pendanaan

• Selama jangka waktu pendanaan untuk semua kegiatan Pengelolaan Hutan 2015-2025 APBN (Dekonsentrasi), DAK bidang kehutanan,

DAU (pendamping DAK ), APBD Provinsi Papua, OTSUS, dan Sumber lain yang sah.

• Penggalian sumber pembiayaan dari sumber lain yang tidak mengikat sangat dimungkinkan, dengan menyampaikan program yang telah

disusun sesuai dengan rencana pengelolaan jangka panjang kepada lembaga donor.

5.12 Pengembangan Data Base

Mengembangkan system informasi wilayah kelola KPHL Jayawijaya yang cepat, akurat dan integratif dan didukung oleh perangkat

system informasi dan data base berbasis web yang dapat diakses dengan mudah oleh seluruh stakeholders dengan database. Pengembangan

database yang dilakukan berupa:

• Pembuatan Website KPHL Unit XLII Jayawijaya

• Pembuatan Perangkat Sistem Informasi Teknologi Data Base KPHL Unit XLII Jayawijaya

• Pembuatan data base, sinkronisasi data dan pelaporan

5.13 Rasionalisasi Wilayah Kelola

Rasionalisasi wilayah kelola KPHL Unit XVII Jayawijaya yang dilakukan pada 10 (sepuluh ) tahun mendatang adalah :

• Melalukan review tata batas kawasan hutan KPHL Unit XLII Jayawijaya dalam rangka sinkronisasi SK Menhut 458 dan 782 terhadap

648.

Page 121: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

121

• Melakukan pemetaan-pemetaan tata batas hak ulayat/marga

• Melakukan konsolidasi dan sosialisasi status kawasan hutan KPH dengan ruang adat.

5.14 Review Rencana Pengelolaan

Rencana pengelolaan minimal 5 (lima) tahun dapat dilakukan review untuk penyesuaian perubahan status kawasan hutan dan

menyesuaikan dengan rencana. Kementerian Kehutanan, Provinsi Papua dan Kabupaten Jayawijaya.

5.15 Pengembangan Investasi

• Pengembangan investasi diarahkan kepada para pemegang ijin skala besar maupun skala kecil seperti IUPHHK-HTR dan pelaku

ekonomi kehutanan lainnya skala UMKM

• Kegiatannya (1) Peningkatan iklim dan realisasi investasi, (2) Peningkatan promosi dan kerjasama investasi

Page 122: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

122

PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

6.1 Pembinaan

Pembinaan adalah kegiatan untuk memberikan pedoman dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian agar KPHL Unit XLII

Jayawijaya dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan misi pengelolaan yang diemban.

Pembinaan dilakukan terhadap sumberdaya manusia pelaksana pengelolaan dan masyarakat di sekitar kawasan KPHL Jayawijaya. Dalam

rangka pembinaan tersebut perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:

1. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pengelola KPHL Unit XVII Jayawijaya dalam penyelenggaraan kegiatan

pengelolaan kawasan, baik berupa pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi maupun pendidikan non formal berupa pendidikan

dan pelatihan lainnya yang dapat meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian guna mendukung jalannya pengelolaan.

2. Terbentuknya suatu kondisi yang dapat menguatkan kerangka semangat kerjasama diantara pihak pengelola, pemerintah pusat,

Pemerintah Daerah, mitra dan masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan KPHL Jayawijaya.

3. Pengembangan sistem informasi yang baik agar dapat menyajikan hal-hal baru yang bermanfaat bagi semua pihak di dalam

pengelolaan.

Bab6

Page 123: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

123

4. Pembinaan dalam rangka meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai arti pentingnya pengelolaan kawasan KPHL

Unit XLII Jayawijaya, mengingat masyarakat di sekitar kawasan KPH merupakan bagian dari ekosistem hutan yang harus dikelola.

Hal ini dapat dilhat dari adanya pembagian peran terhadap masyarakat.

6.2 Pengawasan

Pengawasan adalah seluruh proses kegiatan penilaian terhadap kinerja KPHL Unit XLII Jayawijaya agar dapat melaksanakan tugas

dan fungsinya dengan baik. Pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan KPHL Unit XLII Jayawijaya dilakukan oleh pihak internal

pengelola maupun para pihak yang berkompeten dan dilakukan secara langsung agar pelaksanaan pengelolaan sesuai dengan perencanaan

yang dibuat. Maksud dan tujuan pengawasan adalah untuk menjamin kelancaran pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana pengelolaan.

Fungsi dari pengawasan dalam hal ini adalah sebagai penghimpun informasi yang nantinya bermanfaat dalam penilaian, sehingga dapat

diketahui perubahan-perubahan yang terjadi terhadap fungsi dan kelestarian kawasan KPHL Unit XLII Jayawijaya serta perubahan pada

sosial ekonomi masyarakat. Disamping sebagai penghimpun informasi, pengawasan juga dapat berfungsi pemeriksaan terhadap ketepatan

dan kesesuaian sasaran pengelolaan. Pada pemeriksaan dimungkinkan dilakukannya perubahan-perubahan terhadap sasaran dan program

yang tidak tepat

6.3 Pengendalian

Pengendalian adalah segala upaya untuk menjamin dan mengarahkan agar kegiatan yang dilaksanakan dapat mencapai sasaran sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan. Di dalam instansi pemerintahan, pengaturan pengendalian terdapat dalam Peraturan Pemerintah

Nomor : 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Sistem Pengendalian Intern (SPI) menurut peraturan ini adalah

proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk

memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien, kehandalan pelaporan keuangan, pengamanan

Page 124: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

124

aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sedangkan yang dimaksud dengan Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP) adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan

pemerintahan daerah. Unsur Sistem Pengendalian Interen Pemerintah terdiri dari lingkungan pengendalian, penilaian resiko, kegiatan

pengendalian, informasi dan komunikasi dan pemantauan pengendalian interen. Kegiatan pengendalian yang diterapkan dalam suatu

instansi pemerintah dapat berbeda dengan pengendalian yang diterapkan pada instansi pemerintah lain. Perbedaan penerapan ini antara lain

disebabkan oleh perbedaan visi, misi,lingkungan, sejarah dan latar belakang budaya dan resiko yang dihadapi oleh instansi itu sendiri.

Untuk menjadikan pengelolaan KPHL Unit XLII Jayawijaya berjalan dengan baik sesuai dengan perencanaan, tersedianya

informasi yang terbuka pada tingkat manajemen KPHLUnit XLII Jayawijaya, mitra pengelolaan, pemerintah daerah dan masyarakat, maka

perlu dilakukan pengendalian pada unit pengelola sehingga tujuan dari pengelolaan tercapai dan menjamin seluruh proses pengelolaan

berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku. Lingkup pengendalian dilakukan pada tingkat pimpinan manajemen KPHLUnit XLII

Jayawijaya sampai kepada pelaksana di lapangan sehingga tanggung jawab didalam pelaksanaan pengelolaan berjalan berdasarkan

prosedur operasional dan tata kerja organisasi SKPADA KPHL Unit XLII Jayawijaya.

Page 125: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

125

PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN

a. Pemantauan

Pemantauan adalah kegiatan pengamatan secara terus menerus terhadap pelaksanaan suatu tugas dan fungsi satuan organisasi.

Kegiatan pemantauan yang dilanjutkan dengan evaluasi dapat dilakukan oleh unsur internal KPHL Unit XLII Jayawijaya maupun unsur

eksternal baik oleh instansi pemerintah maupun masyarakat. Pemantauan atau monitoring terhadap jalannya pengelolaan kawasan

dilaksanakan oleh KPHL Jayawijaya bersama-sama dengan instansi terkait dan pihak lembaga swadaya masyarakat (LSM) sebagai mitra.

Pemantauan dilaksanakan dengan melakukan penilaian terhadap seluruh komponen pengelolaan. Hasil yang diperoleh dari

pemantauan akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam evaluasi pengelolaan. Jangka waktu pemantauan dapat dilakukan secara

berkala. Pemantauan menjadi penting karena hal ini membantu pengelolaan kawasan dan para pelaku program (masyarakat, aparat

pemerintah, dan stake holders terkait) untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan yang telah dicapai oleh rencana dan program.

Temuan-temuan dari kegiatan pemantauan tersebut sekaligus juga membantu pengelolaan kawasan dan para pelaku program untuk

mengecek apakah suatu kegiatan berhasil diselesaikan sesuai dengan rencana atau tidak.

Bab7

Page 126: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

126

Pemantauan juga menjadi suatu kegiatan penting karena kegiatan ini mendokumentasikan berbagi pengalaman yang muncul di

dalam pelaksanaan program dan dapat mengambil pelajaran dari pengalaman yang terjadi. Kegiatan ini juga membuat para pelaku program

dan berbagai pihak lain untuk belajar dari apa yang terjadi di lapangan.

b. Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan melihat ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan, yang

dikategorikan kedalam kelompok masukan (inputs), keluaran (outputs), hasil (outcome), dan manfaat (benefits). Pelaksanaan pemantauan

dan evaluasi mencakup; (1) Pemantauan dan evaluasi oleh internal KPHL Jayawijaya, (2) Pemantauan dan evaluasi oleh institusi lain, dan

(3) Pemantauan dan evaluasi oleh masyarakat. Evaluasi keberhasilan program pengelolaan KPHL Unit XLII Jayawijaya dapat diukur dari :

Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kawasan KPHL Unit XLII Jayawijaya semakin menurun.

Timbulnya kesadaran dan meningkatnya peran aktif masyarakat terutama yang disekitar kawasan untuk menjaga dan melindungi

kawasan KPHL Unit XLII Jayawijaya dari gangguan keamanan kawasan serta berkembangnya nilai-nilai kearifan lokal

masyarakat dalam mendukung pengelolaan kawasan.

Berhasilnya program pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan sebagai upaya alternatif dalam peningkatan perekonomian

masyarakat.

Meningkatnya pengelolaan kawasan oleh seluruh stakeholder terkait yang memiliki kepedulian terhadap kawasan KPHL Unit XLII

Jayawijaya yang dimulai dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Dinas Kehutanan Provinsi Papua, Dinas Kehutanan

Kabupaten Jayawijaya dan KPHL Unit XLII Jayawijaya melakukan kegiatan pengelolaan, serta pihak mitra pendukung.

Tersedianya data dan informasi mengenai potensi kawasan.

Evaluasi dapat dilakukan langsung dengan melihat kondisi di lapangan (observasi lapang) maupun melalui laporan-laporan yang

disampaikan, baik secara regular bulanan, triwulan, tahunan, lima tahunan maupun laporan yang disampaikan secara lisan dan langsun

Page 127: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

127

setelah ada kejadian. Disamping itu evaluasi dapat juga dilakukan melalui pertemuan secara berkala terutama secara internal KPHL Unit

XLII Jayawijaya.

c. Pelaporan

Bagian penting lainnya dari pemantauan dan evaluasi adalah mempersiapkan pelaporan mengenai kemajuan hasil pelaksanaan

rencana dan program yang disampaikan baik secara regular bulanan, triwulan, lima tahunan,maupun laporan yang disampaikan secara lisan

atau langsung. Laporan-laporan ini harus dibuat secara sederhana dan seringkas mungkin serta mudah dipahami dengan suatu format

laporan yang telah ditentukan oleh kementerian kehutanan.

Pengelolaan kawasan hutan KPHL Unit XLII Jayawijaya dalam hal ini adalah Kepala kantor KPHL Unit Jayawijaya dan staf

bertanggung jawab untuk membuat laporan seakurat mungkin dan tepat waktu kepada Kementerian Kehutanan. Sistem pelaporan yang

tidak tepat waktu dan data yang tidak akurat akan berdampak negatif terhadap evaluasi kinerja KPHL Unit XLII Jayawijaya selaku

pengelola kawasan.

Page 128: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

128

PENUTUP

8.1 Kesimpulan

1. Visi KPHL Jayawijaya 2015 – 2025 adalah “Terwujudnya Pengelolaan Hutan Lestari bagi Peningkatan Ekonomi yang Mandiri di

Tahun 2025”.

2. Kawasan hutan KPHL Unit XLII Jayawijaya seluas 139.928 Ha

3. Wilayah tertentu KPHL Unit XLII Jayawijaya direncanakan untuk kegiatan pengembangan hasil hutan bukan kayu (peternakan

lebah madu, pengembangan buah merah, sarang semut, kelapa hutan, penangkaran anggrek, dll.), hasil hutan kayu (pemanfaatan

hasil hutan kayu secara terukur dan lestari pada hutan alam, rimba campuran /endemik Papua) dan jasa lingkungan (pemanfaatan air

dan ekowisata).

4. Kawasan Hutan KPHL Unit XLII Jayawijaya dilakukan hanya dengan pola kemitraan bersama masyarakat hukum adat dan investor.

Bab8

Page 129: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

129

8.2. Saran

1. Regulasi di bidang kehutanan yang belum mengikuti skema KPHL Unit XLII Jayawijaya segera direvisi atau diganti untuk

menunjang pengelolaan hutan di Papua pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya.

2. Perlu adanya penghargaan terhadap masyarakat hukum adat dalam menerapkan dan melaksanakan kebijakan nasional di bidang

kehutanan dalam wilayah adatnya, karena masyarakat hukum adat beranggapan bahwa hutan dan lahan merupakan warisan nenek

moyang yang perlu dikelola dan dimanfaatkan untuk kehidupan masyarakat.

Page 130: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

130

LAMPIRAN

Page 131: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

131

Lampiran : 1. Peta Lokasi dan Wilayah Kerja KPHL Unit XLII Jayawijaya

Page 132: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

132

Lampiran : 2. Peta Kawasan Hutan KPHL Unit XLII Jayawijaya

Page 133: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

133

Lampiran 3. Peta Pentupan Lahan KPHL Unit XLII Jayawijaya

Page 134: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

134

Lampiran : 4 . Peta Pembagian Blok dan Petak KPHL Unit XLII Jayawijaya

Page 135: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

135

Lampiran : ..5. Peta Daerah Aliran Sungai ( DAS ) KPHL Unit XLII Jayawijaya

Page 136: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

136

Lampiran : 6 . Peta Lahan Kritis KPHL Unit XLII Jayawijaya

Page 137: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

137

Lampiran : 7. Peta Penutupan Lahan KPHL Unit XLII Jayawijaya

Page 138: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

138

Lampiran : 8. Peta Geologi KPHL Unit Unit XLII Jayawijaya

Page 139: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

139

Lampiran 9. Peta Jenis Tanah KPHL Unit XLII Jayawijaya

Page 140: Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijayakphl.sim-pdashl.menlhk.go.id/kphlnew/report/dok_rphjp/RPHJP KPHL... · Papua dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya

Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Jayawijaya

140

Lampiran : 10. Peta Lereng KPHL Unit XLII Jayawijaya