Rencana kerja

4
Rencana kerja: 1. Percobaan ini dilakukan tanpa pembiusan binatang percobaan dan apabila dikerjakan secara lege artis tidak menimbulkan nyeri dan tidak melukai. 2. Timbanglah seekor kelinci jantan yang cukup besar. 3. Baringkan dan ikatlah di atas tempat binatang dengan mata dibalut. 4. Masukkan kateter karet steril yang dilicinkan dengan parafin ke dalam kandung kencing (perhatikanlah supaya ujung kateter masuk ke dalam orificium urethrae externus dan jangan sampai tersangkut di preputium). 5. Pada permulaan percobaan dan akhir dari tiap-tiap pengumpulan air kencing, abdomen bagian bawah harus ditekan dengan perlahan-lahan supaya kandung kencing menjadi kosong. 6. Kumpulkan urin dalam silinder 25 cc selama 20 menit sesudah pengosongan kandung kencing dengan seksama, berilah salah satu dari obat-obat di bawah ini: a) Aminofilin 2,4% 0,25cc/KgBB i.v. b) Furosemid 1 mg/kgBB i.v. 7. Suntikan diberikan melalui vena marginal di telinga kelinci tersebut. 8. Catatlah pengeluaran urin tiap 20 menit hingga akhir waktu praktikum. 9. Gambarlah suatu grafik dari jumlah urin yang keluar dalam

description

praktikum

Transcript of Rencana kerja

Page 1: Rencana kerja

Rencana kerja:

1. Percobaan ini dilakukan tanpa pembiusan binatang percobaan dan apabila dikerjakan

secara lege artis tidak menimbulkan nyeri dan tidak melukai.

2. Timbanglah seekor kelinci jantan yang cukup besar.

3. Baringkan dan ikatlah di atas tempat binatang dengan mata dibalut.

4. Masukkan kateter karet steril yang dilicinkan dengan parafin ke dalam kandung

kencing (perhatikanlah supaya ujung kateter masuk ke dalam orificium urethrae

externus dan jangan sampai tersangkut di preputium).

5. Pada permulaan percobaan dan akhir dari tiap-tiap pengumpulan air kencing,

abdomen bagian bawah harus ditekan dengan perlahan-lahan supaya kandung

kencing menjadi kosong.

6. Kumpulkan urin dalam silinder 25 cc selama 20 menit sesudah pengosongan

kandung kencing dengan seksama, berilah salah satu dari obat-obat di bawah ini:

a) Aminofilin 2,4% 0,25cc/KgBB i.v.

b) Furosemid 1 mg/kgBB i.v.

7. Suntikan diberikan melalui vena marginal di telinga kelinci tersebut.

8. Catatlah pengeluaran urin tiap 20 menit hingga akhir waktu praktikum.

9. Gambarlah suatu grafik dari jumlah urin yang keluar dalam cc/KgBB terhadap

waktu.

10. Hitunglah presentase penambahan pengeluaran urin oleh masing-masing obat-obat

bila dibandingkan terhadap kontrol.

11. Sesudah percobaan, setiap kelinci harus disuntik dengan Procain-Pencillin G.

Page 2: Rencana kerja

Jawaban Pertanyaan 3

Sebutkan gejala-gejala toksik diuretik Loop!

Diuretik kuat atau loop diuretic ini dapat menimbulkan toksisitas antara lain ototoksisitas

dan nefrotoksisitas. (Stringer, 2006)

A. Ototoksisitas

Ototoksisitas yang disebabkan oleh diuretik kuat ini merusak telinga bagian dalam

atau saraf vestibulocochlear. Saraf ini bertugas mengirimkan info keseimbangan dan

pendengaran dari telinga bagian dalam ke otak. Ketika terjadi kerusakan ini maka dapat

terjadi gangguan pendengaran, keseimbangan, atau keduanya baik secara sementara

waktu atau permanen (Haybach, 2004).

Obat diuretik kuat ini dapat menyebabkan penurunan pendengaran tetapi

memungkinkan akan normal kembali jika penggunaan obat dihentikan. Obat ini dapat

menyebabkan ototoksisitas jika pemberiannya bersamaan dengan antibiotik

aminoglikosida. Obat diuretik kuat yang dapat menyebabkan ototoksisitas ini antara lain

bumetanide, asam etakrinat, dan furosemide (Haybach, 2004).

Ototoksisitas ini dapat terjadi dari tingkat sedang sampai benar-benar kehilangan

pendengaran, bergantung pada masing-masing individu dan tingkat pajanan dari obat ini.

Kehilangan pendengaran ini dapat terjadi pada salh satu telinga atau keduanya. Jika

kehilangan pendengaran terjadi pada salah satu telinga, maka gejala yang dialami antara

lain, vertigo, mualm dan nystagmus. Namun, jika kehilanga pendengaran sudah terjadi

pada dua telinga, maka akan muncul gejala sakit kepala, telinga terasa penuh, penglihatan

kabur (oscillopsia), ketidakseimbangan tubuh sampai tidak mampu berjalan, kesulitan

berjalan dalam gelap, dan kesulitan dalam mengatur gerak kepala (Haybach, 2004).

B. Nefrotoksisitas

Pada seorang yang mengalami nefrotoksisitas maka akan terjadi peningkatan kadar

nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin serum. Selain itu akan terjadi beberapa

manifestasi klinis, antara lain disuria, hematuria, frekuensi/polakisuria, kelemahan otot,

tremor, hiponatremia, hipertensi,sakit kepala, mual, dan muntah.

Page 3: Rencana kerja

Selain itu, toksisitas diuretik loop juga dapat menyebabkan:

1. Diuretik dapat menyebabkan nefritis intersiil akut melalui reaksi hipersensitifitas.

2. Dapat menginduksi terjadinya artritis goutdan pengeluaran batu asam urat pada

penderita dengan riwayat gout.

3. Hipokalemi kronik akibat penggunaan diuretik dapat me-nimbulkan nefropati

hipokalemi.

Daftar pustaka

Katzung, B.G. (1998). Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VI. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 252.

Mycek, M. J., Harvey, R.A., Champe, P. C. (1997). Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi

Kedua. Jakarta: Penerbit Widya Medika. Hal. 230-231