RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN...

65
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan Internasional dipandang sebagai sebagai keseluruhan segi internasional dari kehidupan sosial, dalam arti perilaku manusia yang terjadi atau berasal dari suatu Negara yang dapat mempengaruhi perilaku masyarakat (Negara) lain 1 . Hubungan internasional dapat dibedakan dalam dua bentuk kajian besar yaitu kajian high politics dan kajian low politics. Secara garis besarnya kajian high politics lebih berfokus pada kajian mengenai perang dan damai serta kemudian meluas untuk mempelajari perkembangan, perubahan dan kesinambungan yang berlangsung dalam hubungan antar Negara atau antar bangsa dalam konteks system global tetapi tetap bertitik berat kepada hubungan politik semata 2 . Sementara itu kajian low politics melihat pandangan- 1 Suwardi Wiriatmadja, Pengantar Hubungan Internasional (Bandung: alumni,1970), hlm 1. 2 T May Rudy,Hubungan Internasonal Kontemporer dan Masalah-Masalah Global:Isu,Konsep,Teori dan Paradigma (Bandung: Refika Aditama, 2003), hlm 1. 1

Transcript of RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN...

Page 1: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hubungan Internasional dipandang sebagai sebagai keseluruhan segi

internasional dari kehidupan sosial, dalam arti perilaku manusia yang terjadi atau

berasal dari suatu Negara yang dapat mempengaruhi perilaku masyarakat

(Negara) lain1. Hubungan internasional dapat dibedakan dalam dua bentuk kajian

besar yaitu kajian high politics dan kajian low politics. Secara garis besarnya

kajian high politics lebih berfokus pada kajian mengenai perang dan damai serta

kemudian meluas untuk mempelajari perkembangan, perubahan dan

kesinambungan yang berlangsung dalam hubungan antar Negara atau antar bangsa

dalam konteks system global tetapi tetap bertitik berat kepada hubungan politik

semata2. Sementara itu kajian low politics melihat pandangan-pandangan global

yang terdapat dalam fenomena hubungan internasional yang juga telah mencakup

peran dan kegiatan yang dilakukan oleh aktor-aktor bukan Negara (non-state

actors) atau dengan kata lain tidak hanya menitik beratkan pada hal-hal politik

saja melainkan juga pada aspek lain seperti ekonomi, hak asasi manusia (HAM),

demokrasi, linkungan hidup yang mulai muncul ke permukaan dan dewasa ini

lebih menarik untuk diperbincangkan oleh para aktor-aktor hubungan

internasional.3

1Suwardi Wiriatmadja, Pengantar Hubungan Internasional (Bandung: alumni,1970), hlm 1.2T May Rudy,Hubungan Internasonal Kontemporer dan Masalah-Masalah Global:Isu,Konsep,Teori dan Paradigma (Bandung: Refika Aditama, 2003), hlm 1.3Richard W. Mansbach, Global Puzzle : Issues and Actors In World Politics (Boston: Houghton Mifflin Company, 1997), hlm 14.

1

Page 2: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

Low politics yang tidak hanya mengkaji hubungan politik dalam

pembahasannya dewasa ini telah dikenal sebagai bentuk perluasan atau babak

baru dalam studi hubungan internasional yang lebih kontemporer dan kompleks

(HI kontemporer). Dalam hubungan internasional kontemporer seperti pendapat

Robert Jackson dan George Sorensen mengkaji hubungan politik dan hal-hal

lainnya seperti interdependensi perekonomian, kesenjangan Utara-Selatan,

keterbelakangan, perusahaan transnasional, organisasi-organisasi dan lembaga

swadaya masyarakat (LSM) internasional, gender dan lain sebagainya4. Dimana

dari kesemuanya itu secara fakta adalah Negara dan sistem Negara tetap berada di

tengah diskusi dan analisis akademik dalam hubungan internasional5.

Hubungan internasional kontemporer seperti diketahui diatas sangat erat

kaitannya dengan permasalahan-permasalahan yang sifatnya lebih global

(berpengaruh pada sistem global), hal tersebut muncul karena adanya perubahan

yang muncul Pasca Perang Dingin dan mempengaruhi tatanan sistem global serta

pandangan-pandangan didalamnya, dimana fokus dari sistem internasional yang

mulanya pada penggapaian power melalui poltik dan militer, kini lambat laun

telah berubah menjadi kearah ekonomi, karena factor ekonomi dinilai lebih

relevan untuk memunculkan nilai persaingan yang lebih luas dan kompleks

pengaruhnya terhadap factor-faktor internasional lainnya, Robert Jackson

menyebutkan bahwa tatanan dari sistem global yang diawali dengan munculnya

aktor-aktor dari Barat seperti bangsa Eropa pada abad keenambelas dan pasca

perang dingin oleh Amerika Serikat yang mendatangkan konsep Sistem Negara

4T May Rudy, Loc.Cit.,5Robert Jackson & George Sorensen, Introduction to International Relations (New York: Oxford University Press Inc, 1999) Ed. Terejemahan : Pengantar Hubungan Internasional Terejemahan oleh Dadan Suryadipura (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm 28.

2

Page 3: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

Global (Globalisasi) dan Sistem Perekonomian Dunia yang global dan

memasukkan konsep perekonomian liberal didalamnya, hal ini tentu telah

mempengaruhi Ekonomi Internasional dan tentu terdapat faktor politik

didalamnya atau dikenal dengan Ekonomi Politik Internasional (EPI).6

Gelombang globalisasi telah membuat pasar dan perusahaan tumbuh

melampaui batas-batas Negara. Hampir bisa dipastikan bahwa kebijakan ekonomi

pun akan mengikuti tren ini dan dengan demikian ia menjadi suatu kebijakan

dengan dimensi internasional. Koordinasi dan kerjasama internasional semakin

dikedepankan dalam agenda kebijakan ekonomi (selain permasalahan politik yang

ada didalamnya).tapi masih diperdebatkan bidang-bidang apa saja yang perlu

diperhatikan untuk melakukan koordinasi internasional dan sejauh apa jangkauan

koordinasi tersebut7.

Gelombang globalisasi telah membuat persaingan menjadi lebih intensif

karena perusahaan multinasional yang beraksi diseluruh dunia mulai memasuki

pasar nasional yang dulu pernah terlindungi itu, secara tidak langsung adanya

persaingan global ini juga mendorong terjadinya gelombang “merger” yang

bersifat internasional. Selain itu terdapat beberapa poin penting yang dapat

dijadikan indicator terhadap globalisasi ekonomi dunia, antara lain adalah:

1) Produk kotor dalam negeri.

2) Besarnya investasi langsung (Capital Outlow).

3) Ekspor barang dan jasa.

6Robert Jackson & George Sorensen, Introduction to International Relations (New York: Oxford University Press Inc, 1999) Ed. Terejemahan : Pengantar Hubungan Internasional Terejemahan oleh Dadan Suryadipura (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2005), bisa dilihat dalam pembahasan tentang Sistem Negara Global dan Perekonomian Dunia, hal 23-26 serta Ekonomi Politik Internasional, hal 74.7Henning Klodt, “Jalan Menuju Tatanan Persaingan Global”, Argumentasi Kebebasan .Vol 10 (Jakarta: Institut Liberal Friedrich-Naumann-Stiftung, 2004), hal 7.

3

Page 4: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

4) Ekspor anak-anak perusahaan milik perusahaan besar multinasional yang

beroperasi di luar negeri.8

Dinamisme ekonomi di Asia, di bawah GATT-WTO telah membuka

wilayah-wilayah Negara yang berbatasan untuk perdagangan dan investasi asing

(Foreign Direct Investment). Isu-isu bidang militer dan sipil dengan Negara-

negara tetangga ataupun krisis ekonomi di suatu wilayah telah membawa Negara-

negara ke forum bilateral maupun multilateral. Di sisi lain, Negara tidak hanya

merespon krisis yang terjadi, namun juga mempersiapkan strategi jangka pendek

dan jangka panjang melalui pembagian regim, kejasama regional maupun

kerjasama subregional.

Pada Desember 1989 Perdana Menteri Singapura, Goh Chok Tong

mengemukakan istilah Growth Triangle (GT) untuk bentuk kerjasama 3 negara

atau lebih di bidang ekonomi9. Hingga saat ini terdapat tiga GTs di Asia

Tenggara, yaitu IMS-GT (Indonesian Malaysian Singapore Growth Triangle),

IMT-GT (Indonesian Malaysian Thailand Growth Triangle) dan BIMP-EAGA.

Dari tiga GTs ini hanya IMS-GT dan IMT-GT yang secara komersial beroperasi,

sementara lainnya telah menerima komitmen politik dari masing-masing Negara

peserta, namun masih dalam tahap perencanaan (konseptual).10

Konsep GT (IMS-GT) atau segitiga pertumbuhan ini dapat dilihat dari

sudut pandang Negara sebagai aktor yang ingin memahami keinginan atau

kebutuhan Negara lain. “spill over” pengambilan keputusan nasional yang akan

8Ibid., hal 99Dewi Fortuna Anwar,1994, “SIJORI: ASEAN’s Southern Growth Triangle Problem and Prospects (peper yang dipresentasikan dalam seminar yang diadakan oleh Joint Centre for Asia Pasific Studies, Hart House, University of Toronto, Toronto, Ontario, Canada pada 29 April 1993). The Indonesian Quarterly Vol XXII No 1, First Quarter, 1994, (Jakarta: CSIS). Hal 23. 10http://www.aph.gov.au/house/committee/jpadt/asean/aseanch4.pdf , diakses dan didownload dalam bentuk file PDF 20 Juli 2005,

4

Page 5: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

berdampak ke lingkungan eksternal dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan

domestik. Segitiga pertumbuhan dirancang untuk memenuhi kebutuhan setiap

partnernya, baik dalam modal, tanah, tenaga kerja, teknologi, sumber daya alam

ataupun pasar, yang merupakan realisasi pembangunan nasional. Sementara

ASEAN menangani isu-isu politik dan ekonomi yang luas, segitiga pertumbuhan

khusus menangani isu pembangunan, bagaimana meningkatkan kesejahteraan

Negara dengan berbagi tujuan dan terhadap kebijakan Negara lain.

Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew (1991) mengindikasikan

bahwa Singapura, Johor (Malaysia), dan Riau (Indonesia) akan mengumpulkan

“comparative advantages”11 mereka di dalam suatu wadah kerjasama ekonomi.

Singapura memiliki modal, infrastruktur yang tinggi (modern) dan tenaga-tenaga

ahli, namun tidak memiliki tanah (SDA) ataupun tenaga kerja yang murah. Johor

memiliki tanah dan tenaga semi ahli, Riau memiliki tanah dan tenaga kerja yang

murah, namun tidak memiliki tenaga ahli. Maka ketiga wilayah ini dapat

bekerjasama di dalam memenuhi kebutuhan masing-masing. Tiga partner ini dulu

dikenal dengan nama SIJORI (Singapura – Johor – Riau) atau sekarang dikenal

dengan IMS-GT.Ada beberapa GT di Asia Tenggara dan Asia Timur, namun

penulis akan memfokuskan penelitian pada IMS-GT yang merupakan kelanjutan

daripada GT yang pertama di Asia Tenggara (SIJORI).

Segitiga pertumbuhan digunakan karena menunjang Negara di dalam

berintegrasi dengan perekonomian global. Hal ini terlihat dari karakteristik GT

yang digerakkan oleh pasar (market driven) sehingga perekonomian menjadi lebih

11The Heckscher-Ohlin (H-O) model of comparative costs of advantage postulades that a country will specialize in the production and export of those products in which it has cost advantage over other countries. Dalam Robert Gilpin, Global Political Economy : Understanding the International Economic Order (New Jersey: Princeton & Oxford, 2001), hal 206.

5

Page 6: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

dinamis. Pendinamisan ekonomi menjadi salah satu cara yang layak ditempuh di

dalam mencapai tujuan dengan harapan terealisasinya perekonomian yang solid

dan kuat. Karakteristik lain GT adalah adanya keterlibatan sector swasta dan

MNC (Multinational Cooperation) yang cukup dominant. Infrastruktur memegang

peranan yang sangat penting di dalam menunjang keberhasilan kerjasama GT.12

Perhatian utama GT adalah pembangunan sarana transportasi, penyediaan suplai

air dan listrik.

Konsep GT yang dikemukakan diatas mampu memperlihatkan tahapan

perubahan tatanan ekonomi di kawasan Asia khususnya yang akan dibahas saat ini

adalah Asia Tenggara dimana IMS-GT berperan didalamnya. Peranan dari IMS-

GT inilah yang diharapkan dapat memicu kebangkitan sector ekonomi dan

perdagangan internasional di Asia Tenggara antara ketiga Negara yaitu Indonesia,

Malaysia dan Singapura pasca keterpurukan ekonomi di kawasan Asia (1997-

1998) dan dalam menghadapi AFTA (Asian Free Trade Area) ; khususnya

terhadap perekeonomian Indonesia yang mengalami krisis ekonomi terparah

( multidimensional crisis).

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji,

mengamati dan mempelajari kinerja kerjasama ini, dengan mengadakan penelitian

berdasarkan studi ekonomi politik internasional. Studi ini meliputi aspek bidang

yang luas dan kompleks, namun tidak menghalangi niat penulis untuk mencoba

meneliti dan membahas interaksi yang terjadi di dalam lingkungan tersebut. Oleh

sebab itu penulis mencoba mengangkat masalah ini melalui sebuah penelitian

dengan judul :

12http://www.acturban.org/biennial/case_studies/sijori/txt_sjjori.html , diakses Juli 2005

6

Page 7: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

“KERJASAMA EKONOMI IMS-GT (Indonesia Malaysia Singapore –

Growth Triangle) DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN

PEREKONOMIAN BATAM”.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dibuat guna memudahkan penulis dalam melakukan

penelitian sehingga tidak keluar dari jalur permasalahan yang telah penulis buat,

maka berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian ini penulis mengidentifikasikan

masalah-masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah latar belakang kerjasama IMS-GT dilihat dari kepentingan

Negara (national interest) yang terlibat dalam kerjasama tersebut

(Indonesia, Malaysia dan Singapura) ?

2. Bagaimanakah yang menjadi permasalahan IMS-GT dalam meningkatkan

pertumbuhan perekonomian Negara-negara anggotanya (Indonesia,

Malaysia dan Singapura) khususnya Indonesia melalui Batam (Riau) ?

3. Bagaimanakah pengaruh kerjasama IMS-GT terhadap perekonomian

Batam ?

1. Pembatasan Masalah

Dikarenakan permasalahan di atas yang begitu luas dan kompleks, maka

penulis membatasi permasalahan di seputar hubungan kerjasama IMS-GT

(Indonesia Malaysia Singapore – Growth Triangle), dengan waktu permasalahan

yang diteliti antara tahun 1995-2005.

7

Page 8: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah adalah esensi atau unsure yang dikembangkan dari

subjek penelitian sebagai sebab dari pembatasan masalah13, diajukan guna

memudahkan jalannya penganalisaan, maka penulis merumuskan sebagai berikut:

“Bagaimanakah kinerja serta efektifitas kerjsama IMS-GT (Indonesia

Malaysia Singapore-Growth Triangle) di sektor perekonomian bagi wilayah

yang dicakupinya khususnya Indonesia melalui Batam?”.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dalam usaha mengkaji dan memahami suatu fenomena baik secara

langsung maupun tidak langsung, harus dilakukan sebuah penelitian terhadap

obyek yang menjadi penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui latar belakang kerjasama IMS-GT antara Indonesia

Malaysia dan Singapura di dalam implementasi konsep segitiga

pertumbuhan (growth triangle).

2. Untuk mengetahui permasalahan dan hambatan yang muncul dalam

kerjasama IMS-GT tersebut dalam meningkatkan pertumbuhan

perekonomian Negara-negara anggotanya khususnya Indonesia melalui

Batam.

3. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kerjasama IMS-GT tersebut

terhadap perekonomian Batam.

13Bohar Soeharto, Petunjuk Praktis Mengenai Pengertian Format Bimbingan dan Cara Penulisan Karya Ilmiah (Makalah-Skripsi-Thesis) Ilmu Sosial (Bandung:Tarsito,1993), hal 59.

8

Page 9: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

2. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan guna atau manfaat

kepada berbagai pihak diantaranya :

1. Bagi penulis penelitian ini dapat menambah wawasan penulis sebagai

mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan membuka

wawasan kreativitas bagi calon peneliti yang lain.

3. Diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan dan

perluasan Ilmu Hubungan Internasional, terutama mengetahui peranan

konsep segitiga pertumbuhan dalam meningkatkan pertumbuhan

perekonomian masing-masing Negara anggotanya dan tingkat

regional/kawasan.

4. Sebagai sumbangan bagi ilmu atau bidang ekonomi tentang kerjasama

intra-regional yaitu antara Negara dalam satu kawasan, dalam hal ini

ASEAN yang terwujud dalam bentuk GTs (growth triangles) salah satunya

adalah IMS-GT antara Indonesia Malaysia dan Singapura sebagai salah

satu usaha percepatan pertumbuhan perekonomian Negara.

5. Untuk menyusun tugas akhir sebagai salah satu syarat dalam menempuh

gelar Sarjana Strata Satu (S-1) pada Jurusan Hubungan Internasional.

9

Page 10: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

D. Kerangka Teoritis dan Hipotesis

1. Kerangka Teoritis

Guna membantu pemecahan masalah teoritis, penulis akan menggunakan

alat analisa berupa kerangka teoritis. Kerangka teoritis atau kerangka pemikiran

adalah satu atau seperangkat teori, konsep, pendapat para ahli atau pengetahuan

lainnya yang dirangkai sedemikian rupa sehingga membentuk struktur

pengetahuan yang lengkap dan komprehensif. Kerangka pemikiran yang dibentuk

harus relevan dengan permasalahan yang dipilih dan diharapkan mampu

menjawab permasalahan yang sedang diteliti. Penggunaan kerangka pemikiran

secara ilmiah akan menghasilkan jawaban yang handal dan konsisten.14 Kerangka

pemikiran menentukan cara pandang kita dalam memahami permasalahan yang

muncul dalam suatu penelitian. Suatu fenomena yang terjadi didunia ini, dapat

dinyatakan sebagai hasil interaksi antar individu, antar kelompok, maupun antar

bangsa.

Dalam suatu permasalahan internasional yang menyangkut hubungannya

dengan Negara-negara yang ada di dunia, maka suatu Negara dituntut untuk

mampu mengadakan interakasi atau pendekatan dengan Negara lain guna

menemukan penyelesaian permasalahannya tersebut baik yang bersifat bilateral,

multilateral ataupun regional (kawasan). Para pelaku antar Negara tersebut dapat

lahir dari berbagai lingkup yang berbeda, meliputi segala bentuk interaksi Negara

dengan berbagai aspek internasional kehidupan sosial manusia. Dalam

Methodology on The Study International Relation, Trygve Mathiesen

menyatakan bahwa istilah Hubungan Internasional seperti yang dikutip oleh

14Yuyun Suryasumantri, Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Popular (Jakarta: Sinar Harapan, 1995), hlm 323.

10

Page 11: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

Suwardi Wiriatmadja dalam bukunya Pengantar Hubungan Internasional adalah

Suatu bidang spesialisasi yang meliputi aspek-aspek internasional dari beberapa

cabang ilmu pengetahuan sejarah baru dalam politik internasional dan merupakan

semua aspek internasional dari kehidupan sosial manusia dalam arti : semua

tingkah laku yang terjadi adalah berasal dari suatu Negara dan dapat

mempengaruhi tingkah laku manusia di Negara lain.(1970:1)15

Sementara itu definisi hubungan internasional yang erat kaitannya dengan

isu-isu global dewasa ini, dikemukakan oleh Charless Mc Clelland adalah all

transfer, transaction, contact, information current, and action that happened at one

time and happened among different society in world (Semua pertukaran, transaksi,

kontak, arus informasi dan aksi yang terjadi pada suatu waktu dan terjadi diantara

konstitusi masyarakat yang berbeda di dunia.(1990:13)16

Dengan adanya Hubungan Internasional, maka melahirkan sesuatu

kerjasama internasional yang diperinci secara terperinci oleh K.J Holsti dalam

bukunya Politik Internasioanal Suatu Kerangka Analisis, yang diterjemahkan

oleh Wawan Juanda. Antara lain adalah Kerjasama dilakukan oleh pemerintah

yang saling berhubungan dengan mengajukan alternatif pemecahan, perundingan

atau pembicaraan mengenai masalah yang dihadapi, mengemukakan berbagai

bukti teknis untuk menopang, pemecahan masalah tertentu dan mengakhiri

perundingan dengan membentuk beberapa perjanjian atau saling pengertian yang

memuaskan bagi semua pihak.(1992:650)17

15Suwardi Wiriatmadja, Pengantar Hubungan Internasional (Bandung: alumni,1970), hlm 1.16Peter A. Toma & Robert F. German, International Relations Understanding Global Issues (Cole Publishing Company, 1990), hal 13.17K.J Holsti, Politik Internasional : Suatu Kerangka Analisis (terjemahan dari Wawan Juanda) (Bandung: Binacipta, 1992), hlm.65

11

Page 12: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

Berkenaan dengan kerjasama internasional, T. May Rudy, dalam bukunya

Administrasi dan Organisasi Internasional memberikan teorinya sebagai

berikut :

“Kerjasama Internasional adalah kerjasama yang ruang lingkupnya melintasi batas-batas Negara baik antar pemerintah maupun non pemerintah untuk mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama”.(1993:3)18

Kerjasama Internasional dewasa ini (sejak memasuki abad ke-20) telah

dipengaruhi oleh adanya konsep globalisasi dunia. Menurut William Greider,

dalam bukunya One World, Ready or Not, The Manic Global Capitalism (1998)

melontarkan tesisnya bahwa:

“Motor at the opposite of globalization is what referred with ‘global capitalism’. That have happened practices economics of liberal disseminating to various angle of world” (Motor dibalik globalisasi adalah apa yang disebut dengan ‘kapitalisme global’. Bahwa telah terjadi praktek-praktek perekonomian liberelal yang menyebar ke berbagai penjuru dunia).

Terkait dengan adanya konsep globalisasi dunia serta kerjasama

internasional maka diperlukan juga saling pengertian antar Negara dalam

menghadapi persaingan antar Negara. Oleh karena itu, diperlukan kedekatan

kerjasama dalam skala regional untuk memperluas kerjasama dalam skala lebih

besar. Adapun pengertian kerjasama regional menurut Drs.R. Soeprapto adalah:

“ kerjasama regional merupakan kerjasama antar Negara yang secara geografis letaknya berdekatan. Kerjasama tersebut bisa berada dalam bidang pertahanan tetapi bisa juga di bidang lain seperti pertanian, hukum, kebudayaan dan lain sebagainya”19

Menyangkut kerjasama regional dan bidang-bidangnya, maka terkait

dengan isu-isu global dewasa ini yang seperti diketahui di atas lebih kepada

permasalahan (persaingan) perekonomian walaupun tidak meninggalkan

18T. May Rudy, Administrasi dan Organisasi Internasional (Bandung: Refika Aditama, 1998), hlm. 319Drs R. Soeprapto, Hubungan Internasional: Sistem, Interaksi dan Perilaku (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997), hal 183

12

Page 13: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

permasalahan-permasalahan politik, satu. Adapun pandangan ekonomi-politik

menurut T. May Rudy adalah:

“Ekonomi-Politik, adalah merupakan suatu kesatuan pembahasan. Bukan berupa gabungan antara kata ‘politik’ dengan kata ‘ekonomi’ melainkan merupakan bagian irisan antara ruang-lingkup ilmu dalam bidang kehidupan yang berkaitan dengan aspek politik dan ekonomi. Dalam bahasa Inggris disebut ‘political–economy’ ............. ekonomi-politik merupakan pengakuan serta penegasan mengenai eratnya kaitan antara faktor-faktor politik dengan faktor-faktor ekonomi ”.20

Berkaitan dengan adanya suatu kerjasama ekonomi maka terdapat hasil

nyata yang menjadi tujuan dari kerjasama tersebut, diantaranya yaitu

pertumbuhan ekonomi atau perkembangan ekonomi yang baik. Menurut Irma

Adelman pengertian dari pertumbuhan atau perkembangan ekonomi adalah:

“proses dalam ekonomi yang diubah dari suatu kondisi atau keadaan dimana tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita adalah kecil atau negative kepada satu tingkat dimana terdapat peningkatan mandiri yang signifikan dari pendapatan per kapita jengka panjang secara permanen” (process by which an economy is transformed from one whose rate of growth of per capita income is small or negative to one in which a significant self-sustained rate of increase of per capita income is a permanent long-run feature)21

Sementara itu, Robert Isaak mendefinisikan Ekonomi Politik Internasional

antara lain sebagai berikut:

“the study of the ine-quality or asymmetry between nations and peoples and the collective learning and positioning patterns that preserve or change this asymmetry ( studi tentang suatu keadaan yang tidak seimbang atau tidak simetris antar Negara dan bangsa serta pembelajaran yang kolektif juga memposisikan pola-pola atau berubah dalam keadaan yag tidak simetris tersebut)”.(1991:2) 22

Para teoritisi liberal mencoba merekonstruksi praktek politik ekonomi

pada abad pertengahan yang mendasarkan pada politik isolasi dan proteksi

sebagaimana yang diajarkan paham merkantilisme. Kaum liberal berpendapat,

20T May Rudy, Teori Etika Dan Kebijakan Hubungan Internasional (Bandung: Angkasa, 1992), hal 4921Irma Adelman, Theories of Economic Growth and Development (California, Stamford: Stamford University Press), p 1(hal 1).22Robert A Isaak, International Political Economy: Managing world Economy Change (Englewood-Cliffs, New Jersey : Prentice Hall, 1991), hal 2.

13

Page 14: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

ekspansi perekonomian dunia tidak akan pernah terjadi apabila kepentingan politis

terus menerus berada diatas mekanisme pasar.23

Kenichi Ohmae (1995) dalam bukunya The End of Nation mengatakan

bahwa: ”Proses liberalisasi dan globalisasi ekonomi berakibat pada semakin

menipisnya peran negara bangsa (nation state). Negara bangsa tidak lagi memiliki

sumber-sumber tanpa batas yang dapat dimanfaatkan secara bebas untuk

mewujudkan ambisi mereka”.

Thomas Friedman (New York Times, 2000), mengatakan bahwa

“globalisasi” mempunyai tiga dimensi, yaitu ‘kapitalisme’, dalam pengertian ini

termasuk seperangkat nilai yang menyertainya, yaitu falsafah individualisme,

demokrasi, dan HAM. Kedua, dimensi ekonomi, yaitu pasar bebas dengan

seperangkat tata nilai lain yang harus membuka kesepakatan terbukanya arus

barang dan jasa dari suatu Negara ke Negara lain. Ketiga, dimensi teknologi,

khususnya teknologi informasi. Dengan teknologi informasi akan terbuka batas-

batas Negara sehingga, Negara makin tanpa batas (borderless country).

Aristotle mengatakan bahwa tujuan Negara adalah “to promote a good

life” dimana setiap Negara memiliki sistem politik, ekonomi, dan hukum yang

berbeda. Sistem ekonomi dan hukum suatu suaut Negara seringkali terbentuk dari

sistem politik.24 Sementara itu “to promote a good life” menurut Harold J. Laski

dilihat dari sudut pandang rakyat, yaitu membawa rakyatnya pada kehidupan yang

baik, kemakmuran dan rasa aman.25 Harold J. Laski juga mengatakan bahwa tidak

23Bob S. Hadiwinata,PhD, Politik Bisnis Internasional , Yogyakarta: Kanisius, 200224A. O. Hircshman, “The On and Off Again Connection Between Political and Economic Progress”, American Economic Review, Volume 84, No. 2, 1994, hal 343-348.25Harold J. Laski, The State: In Theory and Practice (London: Unwin Brothers, Woking and London, 1934), hal 15.

14

Page 15: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

ada Negara yang dapat hidup sendiri, setiap Negara menjadi bagian dalam suatu

jaringan sistem internasional.26

Salah satu upaya Negara dalam menigkatkan kerjasama dalam jaringan

sistem internasional khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan rakyatnya

adalah melalui sector ekonomi yang secara nyata diwujudkan melalui

perdagangan internasional. Dalam perdagangan internasional dikenal dua jenis

hambatan yaitu hambatan tariff dan hambatan non-tariff, hambatan tariff dapat

berupa proteksi sedangkan hambatan non tariff dapat berupa customs clearance,

custom valuation, customs classification, import licensing, packaging and

labeling regulations, foreign exchange control dan consular formalities.27

Perdagangan internasional dapat diartikan sebagai perdagangan

antarnegara yang terjadi dikarenakan setiap Negara memiliki perbedaaan tingkat

kapasitas produksi secara kuantitas, kualitas, dan jenis produksinya. Hal itu

dikatakan dengan sebab-sebab umum yang mendorong terjadinya perdagangan

internasional adalah sebagai berikut:

1) Sumber daya alam (natural resources)

2) Sumber daya modal (capital resources)

3) Tenaga kerja (human resources)

4) Teknologi (information technology/IT)

Perdagangan internasional berlangsung atas dasar saling percaya dan saling

menguntungkan, mulai dari barter hingga transaksi jual-beli antara para pedagang

(traders) dari berbagai belahan wilayah hingga di luar batas Negara.28

26Ibid, hal 218.27Prof Dr. R Henda Malwani, M.A., Ekonomi Internasional & Globalisasi Ekonomi (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hal 101-104.28Ibid, hal 17-18

15

Page 16: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

Konsep dalam perdagangan internasional yang paling pokok antara lain

adalah sebagai berikut:

David Hume (1711-1776)/abad ke-18, dengan teori merkantilisme yang

mengatakan bahwa suatu Negara harus mencapai surplus perdagangan

dengan asumsi jika suatu Negara mendapatkan keuntungan, maka Negara

lain akan mendapatkan kerugian yang setara. Asumsi ini dikenal dengan

nama keuntungan relative atau apa yang sekarang disebut sebagai zero-

sum game.29

Adam Smith (1776), mengkritik merkantilisme dalam bukunya The

Wealth of Nation. Adam Smith mengatakan bahwa setiap Negara memiliki

kemampuan untuk memproduksi barang tertentu sesuai dengan faktor

iklim, tanah, dan tenaga kerja, misalnya Perancis dapat memproduksi

anggur dengan efisiensi tertinggi dari Negara lainnya, maka Perancis

memiliki keuntungan absolute dalam produksi anggur, asumsi Adam

Smith dikenal dengan nama teori keuntungan absolute.30

David Ricardo (1817), menyempurnakan teori keuntungan absolut. Yang

pada intinya engemukakan efisiensi global masih tetap dapat diraih dari

perdagangan, jika Negara mengambil spesialisasi pada barang yang dapat

diproduksi lebih efisien daripada barang lainnya, tanpa mengabaikan

keuntungan absolutnya. Teori David Ricardo ini lebih dikenal dengan

Teori Comparative Advantage (keuntungan komparatif).31

29David Hume, dalam Eugene Rotwein, Writings On Economics, London: Nelson, 195530Charless W. L. Hill, International Business, “Competing in The Global Marketplace”, 3 rd edition (Washington: Mc Grow Hill, 2000), hal 12531John D. Daniels, et al, International Business, Environment and Operations, 1996, hal 174.

16

Page 17: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

Setelah Perang Dunia Kedua kemajuan informasi teknologi (IT) dan

globalisasi menjadi ikon dunia abad ke-20. Globalisasi produksi berarti

kecenderungan perusahaan-perusahaan yang berorientasi bisnis dalam

mendapatkan barang dan jasa dan seluruh dunia untuk mengambil keuntungan

dari perbedaan nasional dalam kualitas dan harga (misalnya: tenaga kerja, sumber

daya alam, tanah dan modal).

Peningkatan perdagangan internasional dalam mencapai peningkatan

perekonomian nasional tidak terlepas dari peranan investasi asing (foreign direct

investment) yang terwujud secara nyata dalam Multi National Coorporations

(MNCs). Terdapat bentuk-bentuk FDI dilihat dari periodisasi antara lain adalah

sebagai berikut:

Stock of FDI adalah jumlah total yang sudah diakumulasi dari seluruh

asset asing di suatu Negara dalam suatu waktu tertentu.

Flow of FDI adalah jumlah FDI yang diterima selama periode tertentu,

biasanya se tahun. Flow of FDI dibagi dalam dua bagian yaitu: outflows

adalah untuk jumlah investasi ke luar negeri dan inflows adalah untuk

investasi dari luarnegeri ke dalam negeri.

Peningkatan foreign direct investment (FDI) secara tajam berdampak pada

persaingan, perusahaan-perusahaan yang berinvestasi berharap dapat

merendahkan biaya produksi dan meningkatkan kualitas dari produknya. Hal ini

dapat membawa perusahaan-perusahaan di seluruh dunia pada situasi persaingan

yang efektif.32

32Efektif dapat berarti mendapatkan hasil yang diinginkan atau dapat berarti satu kata saja: baik (Tom McArthur, The Oxford Companion to The English Languange, Oxford University Press, New York, 1992, hal 341-342.)

17

Page 18: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

Efektifitas atau efisiensi dapat bermakna ganda. Sebagai konsep yang

relative terhadap penekanan teori yang digunakan, misalnya Adam Smith

berpandangan bahwa dengan menggunakan metode keuntungan absolutlah maka

perdagangan suatu Negara ke luarnegeri menjadi efektif. Dan dapat juga diartikan

sebagai konsep di luar variable ukuran (penekanan teori, siapa yang mengatakan),

dengan kata lain efektif sama dengan baik.

Efektifitas atau efisiensi perdagangan dapat dianalisa dengan melihat

determinan-determinan perekonomian nasional dan implikasinya dalam bisnis

internasional.

Richard Sounderman mengatakan bahwa segala pola hubungan yang

terjadi di anatara Negara-negara di dunia internasional, dengan berasumsi bahwa

Negara-negara saling berinteraksi satu sama lain dan apapun bentuk hubungan

yang terjadi, salah satunya adalah hubungan yang bersifat regional atau kawasan,

dimana hubungan secara intensif terjadi dalam batas-batas geografis tertentu.33

Regionalisme ekonomi atau integrasi ekonomi regional berarti berbagai

area yang sebelumnya melakukan aktivitas ekonomi sendiri berintegrasi menjadi

suatu entitas ekonomi yang lebih besar.34 Charles. W. L. Hill mendeskripsikan

integrasi ekonomi regional dengan lebih spesifik sebagai perjanjian antara

Negara-negara yang berada dalam satu area secara geografis untuk mengurangi

atau menghilangkan hambatan tariff dan non-tariff sehingga arus barang, jasa,

faktor produksi tidak terhambat bagi Negara anggota.35

33Kawasan adalah bentangan di permukaan bumi dimana di dalamnya berlangsung suatu proses baik politik, ekonomi, sosial, maupun budaya. Dapat dikatakan bahwa acuan utama dalam pendefinisian kawasan adalah geografi sebagai tempat berlangsungnya proses tersebut. Disamping itu, syarat kawasan adalah dua objek dalam satu bentangan yang salaing berinteraksi dan dapat disebut region bila terdapat persamaan karakter yang menyatukan mereka.34Robert Gilpin, Global Political Economy : Understanding the International Economic Order (New Jersey: Princeton & Oxford, 2001) hal 344.35Charles W. L. Hill, Op Cit., hal 232

18

Page 19: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

Konsep regionalisme telah digunakan sejak tahun 1950-1960 an. Salah

satu integrasi ekonomi yang terbentuk adalah European Union (EU) atau Uni

Eropa pada tahun 1957. Integrasi ini tidak berhasil memenuhi ‘janjinya’ untuk

menghilangkan hambatan perdagangan dan memperlancar arus barang dan jasa

diantara Negara anggota, juga tidak berhasil membentuk suatu format standar bagi

Negara anggota dalam bertransaksi. Tiap anggota memiliki “rule of the game”

sendiri dan tetap memainkannya meskipun sudah menjadi anggota Uni Eropa.

Hingga kini yang masih tersisa dari pergerakan regionalisme tahun 1960-

an tersebut adalah Uni Eropa saja. Regionalisme ekonomi atau Regional Trade

Agreements (RTAs) mulai banyak digunakan lagi sejak pertengahan 1980-an,

dengan bentuk dan ruang lingkup yang lebih luas dari gerakan sebelumnya. Selain

integrasi perdagangan, RTAs meliputi isu-isu keuangan, FDI dan ruang

lingkupnya yang global.

Di akhir 1980-an, muncul konsep kerjasama pertumbuhan ekonomi, Asia

mengaplikasikan konsep ini dalam melaksanakan pembangunan ekonominya. GT

(Growth Triangle) merupakan zona ekonomi sub regional. Zona ini didefinisikan

sebagai suatu wilayah territorial yang luas karena berisi kota atau propinsi dari

tiga Negara atau lebih, dengan wilayah-wilayah yang tersebar namun jelas batas-

batasnya. Secara histories, aktivitas perdagangan, persamaan budaya telah

menggabungkan wilayah-wilayah anggota GT.

Tiap Negara atau wilayah tersebut memiliki penghasilan tetap dari sumber

daya alam atau tenaga kerjanya yang tertentu, dan dapat berbeda dengan Negara

atau wilayah lainnya. Perbedaaan-perbedaan ini dipergunakan untuk

19

Page 20: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

memperlancar perdagangan internasional dan FDI sehingga timbul hubungan

saling menguntungkan di antara Negara-negara yang ikut berpartisipasi.

Konsep segitiga pertumbuhan dilatarbelakangi oleh adanya relokasi

industri dari Negara-negara maju (New Industrial Countries/NICs) di Asia Timur

ke kawasan Asia Tenggara dengan Jepang sebagai pemimpinnya. Tingginya biaya

produksi di Jepang mengakibatkan investor memindahkan industrinya terutama

industri seperti elektronik, tekstil, dan industri lain yang bersifat foot loose

industries ke kawasan yang lebih murah yaitu Asia Tenggara dan Cina. Korea

Selatan, Singapura dan Taiwan kemudian mengikuti jejak Jepang. Pola pergeseran

industri ini dikenal dengan nama pola angsa terbang (flying goose patern).

Salah satu cara untuk menagkap peluang relokasi industri Negara-negara

maju ini adalah dengan menggunakan konsep segitiga pertumbuhan. Segitiga

pertumbuhan merupakan suatu kerjasama sub-regional. Kerjasama sub-regional

bertujuan untuk meningkatkan investasi di masing-masing Negara anggota,

menciptakan perdagangan daerah yang saling menguntungkan, saling melengkapi

dan mengurangi hambatan perdagangan antar daerah/Negara.

Segitiga pertumbuhan daerah atau growth triangle didefinisikan sebagai

kerjasama ekonomi sub-regional yang bersifat cross administrative boundary dan

menyangkut tiga atau lebih daerah dari beberapa Negara yang berdekatan secara

geografis. Juga dikenal sebagai zona ekonomi sub-regional36, zona ini

dimaksudkan sebagai zona investasi yang berorientasi ke luar, yang bergeser dari

keunggulan komparatif menuju keunggulan kompetitif sub-regional, dengan

36Chia Siouw Yue and Lee. T.Y., “Sub-regional Economic Zones: a new motive force in Asia Pasific Development”, Tulisan yang dipresentasikan pada Pasific Trade and Development Conference ke-20, Washington DC, September 1992.

20

Page 21: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

bertujuan menciptakan perdagangan (trade creation).37 Masing-masing Negara

tersebut memiliki keunggulan faktor produksi yang berbeda-beda. Kerjasama ini

dapat mendorong investasi di daerah yang terlibat dan perdagangan luarnegeri

yang saling menguntungkan bagi masing-masing Negara anggota. Kerjasama

dibentuk berdasarkan kepentingan bersama atau disebut enlighted self interest

Negara peserta.38 Segitiga pertumbuhan dapat dikatakan sebagai alat untuk

meningkatkan investasi dan perdagangan antar daerah di kawasan tersebut dan

selanjutnya menyebarkan keuntungan bagi daerah lain.39 Hal ini dapat dijelaskan

dengan melihat rasionalisasi pengembangan segitiga pertumbuhan atau sub

wilayah ekonomi, yaitu pertama, pemanfaatan komplementitas ekonomi sub

wilayah yang berbatasan untuk mempercepat pembangunan ekonomi melalui arus

masuk investasi, pengembangan infrastruktur, pengembangan sumber daya alam

dan manusia serta industri untuk kepentingan ekspor yang melampaui batas-batas

Negara. Kedua, pelanggran kendala pengadaaan dan permintaan dalam negeri

dengan memperbesar akses pasar. Kerjasama ini memperluas batas-batas efektif

faktor dan proses produksi; produk dan pasar di luar batas nasional dengan meraih

keuntungan kesejahteraan statis (peningkatan produksi dan konsumsi) dan yan

gdinamis (menuju evaluasi struktur ekonomi yang lebih kompetitif).

Dari sudut kerjasama, IMS-GT merupakan suatu kerjasama ekonomi sub-

regional yang digerakkan oleh sektor swasta. Berbeda dengan pandangan

proteksionis yang mengatakan pentingnya interfensi pemerintah, dalam kerjasama

37Dr. CPF.Luhulima,et.al, Sub Wilayah Ekonomi ASEAN dan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA), Proyek Kerjasama Antar Negara ASEAN, Sekretariat Nasional ASEAN Deplu, Jakarta, 1995-1996, hal i.38Ibid, hal ii39Hayu Prasati, The Challenge for Regional Development: an Analysis of Infrastructure Needs in Relation to Development Opportunity of The IMS-GT, IMT-GT, BIMP-EAGA, Master Thesis. Departement of Geographical Science and Planning, (Brisbane: University of Queensland, 1998), halaman 27.

21

Page 22: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

ini pemerintah berperan sebagai fasilitator yang menghilangkan hambatan-

hambatan perdagangan internasional. Karena peranannya yang hanya sebagai

fasilitator tersebut maka komitmen secara politis dari Negara-negara yang

bersangkutan menjadi faktor yang sangat penting di dalam keberhasilan

kerjasama.40

Tujuan pokok dari IMS-GT adalah menigkatkan taraf hidup masyarakat

dari daerah yang berpartisipasi dengan menciptakan lapangan pekerjaan dan

meningkatkan penghasilan. Yang membedakan GT dengan kerjasama lainnya

adalah fokus utama GT terhadap pembagunan41 infrastruktur yang kemudian

diikuti dengan perhatian terhaadap masalah-masalah industri local, pembangunan

industri; aktivitas agrikultur; dan pariwisata.

Secara konseptual sub-wilayah ekonomi dibagi dalam tiga bentuk.

Pertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan dengan infrastruktur,

modal dan tenaga kerjayang terampil, mencakup ekonomi skala dan aglomerasi

dengan mengembangkan perdagangan timbale balik, aliran arus modal dan faktor

produksi lainnya ke Negara tetangga dalam usaha memperoleh lahan dan tenaga

kerja semi skilled dan kasar dan sebaliknya mencari kesempatan kerja dan upah

yang lebih baik. Modal bergerak lebih bebas karena tidak ada rintangan

dibandingkan dengan tenaga kerja dan barang. Modal bergerak ke daerah

pinggiran dalam mendaptkan lahan, sumber daya alam dan tenaga kerja.

Hongkong dan Singapura merupakan pusat metropolitan itu, sebagai pelabuhan

perantara, pusat keuangan, transportasi dan telekomunikasiyang unggul.

40http://www.comesa.int/news/newstria.html , diakses 20 Juli 200541Pembangunan adalah realisasi dan tujuan-tujuan ekonomi dan sosial spesifik yang menghasilkan stabilisasi dan penigkatan taraf hidup (“Development in Practice”, Managing Capital Flows In East Asia, A World Bank Publication, 1996, hal 5)

22

Page 23: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

Kebutuhan akan lahan dan tenaga kerja membuat pembagunan berkelanjutan

Singapura menyeberang ke Johor dan Riau (Batam dan Bintan).

Kedua, wilayah geografis bertetangga dengan kepentingan bersama.

Kedekatan geografis serta hubungan sejarah, etnis dan budaya tradisional

berkembang menjadi daerah perdagangan yang ramai sepanjang perbatasan, yang

terus meningkat karena biaya transportasi, informasi dan transaksi yang menurun.

BIMP-EAGA (Brunei Indonesia Malaysia Philipines- East ASEAN Growth Area)

merupakan usaha untuk meningkatkan interaksi ekonomi antara Brunei dan dua

sub-wilayah di kawasan Timur Indonesia dan Malaysia serta propinsi-propinsi

Tenggara Filipina. Sub-wilayah ini amat lemah dalam faktor pendukung

infrastruktur, komplementaritas ekonomi dan arus modal asing yang merupakan

pendorong utama keberhasilan segitiga pertumbuhan lainnya yaitu Guangdong-

Shenzen-Hongkong dan Singapura-Johor-Riau (SIJORI). Reaksi BIMP-EAGA

memerlukan komitmen kuat, dukungan aktif dan usaha besar pemerintah dan

swasta keempat Negara.

Usaha pemerintah Indonesia, Malaysia, dan Filipina untuk mencapai suatu

pembangunan yang lebih seimbang telah mendorong mereka untuk memulai

program pembangunan untuk memindahkan pembangunan dari Pulau Jawa,

Semenanjung Malaysia dan Metro Manila ke daerah ini. Kerjasama BIMP-EAGA

di anggap penting untuk mempercepat proses transformasi (peralihan) ekonomi

dan distribusi (penyaluran) keuntungan menuju integrasi nasional dan regional.

Ketiga, pengembangan bersama sumber daya alam dan prasarana serta

kendala finansial, merupakan faktor utama dalam pengembangan infrastruktur

sebagai prasyarat bagi pengembangan sumber daya alam. Industri, perdagangan,

23

Page 24: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

dan pariwisata, baik Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Asing

(PMA). Kemungkinan ini dapat diperbesar dengan mendekati bersama badan-

badan dana regional dan internasional untuk membangun proyek yang berskala

multi-negara: pengembangan jaringan transportasi dan komunikasi, eksploitasi

hutan, sumber mineral dan energi, kelautan dan air bersih. Kemudian dengan

mengurangi sengketa pemilikan dan menigkatkan pemanfaatan sumber daya

bersama, seperti pemanfaatan sungai besar atau memperbaiki pengelolaan

lingkungan bersama. Contoh bentuk kerjasama ini adalah IMS-GT (Indonesia

Malaysia Singapore-Growth Triangle) dan IMT-GT (Indonesia Malaysia

Thailand-Growth Triangle), dengan pendekatan efisiensi proyek investasi sdapat

diperbaiki dan ekonomi skala dan aglomerasi dapat dimanfaatkan.42

Secara empiris terdapat beberapa faktor kunci kesuksesan dalam

pengembangan konsep segitiga pertumbuhan IMS-GT. Faktor kunci tersebut

adalah sebagai berikut:

1) Economic Complementarity

2) Geographical Proximity

3) Political Commitment and Policy Coordination

4) Adequate Infrastructure

5) The Role of Private Sector 43

Dalam Economic Complementarity, setiap Negara/daerah memiliki

kondisi perekonomian yang berbeda-beda, baik dari sisi tahapan pembangunannya

maupun dari faktor produksi yang dimilikinya. Ada Negara yang memiliki sumber

42Dr CPF. Luhulima, Op Cit., hal iii-iv43Chen E.K.Y dan Kwan C.H. “The Emergence of Subregional Economic Zones in Asia” , dalam Chen E. K.Y dan Kwan C.H (editor) Asia’s Bordless Economy: The Emergence of Sub-regional Economic Zones (Sydney: Allen & Unwin, 1997), hal 1-27.

24

Page 25: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

daya alam yang luas dan tenaga kerja yang murah tetapi tidak/kurang dalam hal

modal dan teknologi (serta tenaga ahli), contohnya: Indonesia. Di sisi lain terdapat

Negara yang memiliki sumber daya alam dan modal serta teknologi menengah,

tetapi tidak memiliki tenaga kerja murah (tenaga kasar), contohnya: Malaysia.

Namun, terdapat pula Negara yang tidak memiliki sumber daya alam yang luas

dan tenaga kerja murah tapi memiliki teknologi, tenaga ahli dan modal yang

besar, contohnya: Singapura.

Dalam Geographical Proximity, sangat penting dalam

menunjangkeberhasilan kerjasama sub-regional karena tujuan yang hendak

dicapai adalah unutk mengurangi biaya produksi, dengan mengingat biaya

transportasi sebagai komponen penting di dalam total biaya produksi. Sehubungan

dengan posisi geografis, kawasan yang tergabung dalam IMS-GT (Indonesia

Malaysia Singapore-Growth Triangle) berfungsi sebagai ‘pintu gerbang’

perdagangan dari Barat ke Timur dan sebaliknya, juga dari Utara ke Selatan dan

sebaliknya atau disebut juga dengan ‘fokus pasar’, tempat bertemunya berbagai

pedagang. Sejak tahun 1991 Indonesia telah menetapkan Batam sebagai enterport

perdagangan atau pasar pertumbuhan, dan sekarang dalam perkembangan IMS-

GT diperluas menjadi 7 wilayah (Riau, daerah di propinsi Sumatera Selatan dan

secepatnya beberapa wilayah di propinsi Sumatera Barat).44

Ketiga, Political Commitment and Policy Coordination (komitment politik

dan koordinasi kebijakan), kerjasama antar daerah/Negara seperti IMS-GT dan

sejenisnya, tidak hanay melibatkan sector swsata saja tetapi juga melibatkan

sector public atau pemerintah. Untuk memperlancar perdagangan antar daerah

maka dibutuhkan kebijakan public yang mendorong terjadinya perdagangan

44M. Dawam Rahardjo, Aspek Sejarah SIJORI (Jakarta: Cides, 1993), hal 109-124

25

Page 26: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

tersebut. Oleh karena itu perlu adanya komitmen politik atas kesepakatan yang

telah disetujui bersama antar pemerintah dan swasta dari masing-masing

Negara/daerah. Pemerintah berperan sebagai fasilitator yang mengeluarkan

kebijakan-kebijakan yang akan mempermudah interaksi ekonomi antar Negara.

Keempat, The Role of Private Sector (peranan sector swasta), segitiga

pertumbuhan bergantung pada kekuatan pasar, sehingga pembangunan harus

bersifat ekonomis dan atraktif unutk bisnis. Sector public tidak hanya memberi

fasilitas berupa kebijakan, namun juag mengatur keberadaan sumber-sumber daya

secara terus menerus, dan memastikan bahwa infrastruktur yang tersedia telah

meningkatkan daya tarik investasi dan komersil.45

Kelima, Adequate Infrastructure (infrastruktur yang mencukupi)

infrastruktur yang mencukupi/baik akan mengurangi biaya produksi. Umumnya,

infrastruktur perhubungan dan telekomunikasi merupakan infrastruktur dasar yang

dibutuhkan di dalam pengembangan kerjasama ekonomi subregional.

Pembangunan infrastruktur yang merupakan faktor yang sangat penting dalam

menunjangkesuksesan segitiga pertumbuhan dan secara otomatis menunjang

keberhasilan kerjasama GT (growth triangle).46

Dengan model seperti ini GT memiliki tujuan jangka panjang atau

berkesinambungan. Sehubungan dengan pembangunan ekonomi dan perlindungan

terhadap lingkungan, maka model ini dapat dikategorikan sebagai sustainable

development, karena bertujuan untuk meningkatkan efisiensi ekonomi,

45Yeung. Y, “Infrastructure Development in The Southern China Growth Traingle”, dalam M Than, et all (editor) Growth Triangles in Asia: A New Approach to Regional Economic Cooperation (Hong Kong: Oxford University Press, 1994), hal 114-150.46http://www.acturban.org/biennial/case_studies/SIJORE/txt_sijori.html , diakses Juli 2005.

26

Page 27: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

perlindungan lingkungan dan sumber daya alam, industrialisasi yang terencana,

seimbangnya tenaga kerja dan modal di pasar.

Sustainable development (hal yang dapat mendukung pembangunan)

berhubungan erat dengan dua masalah utama yang dihadapi oleh suatu Negara,

yaitu (1) Peningkatan dan penyebaran kemiskinan, hal ini mengakibatkan

perlunya rekonstruksi dari perekonomian domestic untuk mengembalikkan

keseimbangan perekonomian eksternal47; (2) Degradasi lingkungan sehingga

dibutuhkan perbaikan dan penanggulangan kerusakan sumber daya alam yang

tercermin dalam kondisi tanah yang buruk, punahnya spesies tertentu, perubahan

iklim atau peningkatan pengidap kanker.48

Pemerintah Indonesia berharap peningkatan pendapatan yang terjadi di

wilayah-wilayah anggota IMS-GT (growth triangle) akan menarik migrasi dari

pulau-pulau yang padat penduduk ke wilayah tersebut. Perekonomian Indonesia

tidak terlepas dari sisitem politik dan hukum yang mendominasi.

Untuk menganalisa efektifitas atau efisiensi pembangunan maka perlu

sekali pemahaman mengenai determinan-determinan pembangunan ekonomi.

Salah satu determinan yang biasa digunakan adalah Gross National Product

(GNP/GDP). GNP/GDP sering digunakan sebagai patokan dalam pengukuran

aktivitas ekonomi dalam suatu Negara, karena menyangkut total nilai barang dan

jasa yang diproduksi per periode tertentu (pertahun). Selain GNP, dapat dilihat

juga nilai ekspor dan impor Negara-negara peserta IMS-GT, karena dari nilai

ekspor dan impor inilah interaksi ekonomi antar Negara peserta IMS-GT

47Perekonomian eksternal disini adalah nilai transaksi perdagangan luar negeri dalam bentuk ekspor impor yang terlihat dalam neraca pembayaran Negara.48J. Kozlowski, et al, A Guide for The Ultimate Environmental Threshold (UET) Method, (Avebury-England, 1993), hal 7.

27

Page 28: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

tergambarkan/terlihat. Sedangkan untuk melihat peningkatan pertumbuhan

ekonomi disuatu daerah dalam wilayah Negara tertentu maka dapat dilihat dari

Pendapatan Daerah per sub-sub kegiatan ekonomi didalamnya seperti tingkat

investasi, perdagangan, penerimaan sector industri, dll.

Lebih jauh dalam menganalisa efektivitas IMS-GT ini, tidak dapat

dilupakan masalah krisis ekonomi yang terjadi di Asia pada awal Juli 1997.

kawasan Asia yang pada mulanya merupakan kawasan dengan nilai pertumbuhan

paling cepat di dunia menjadi tempat investasi yang paling buruk. Krisis diawali

dengan devaluasi mata uang Bath Thailand sehari setelah Hongkong diserakan

kembali kepada Cina. Krisis ini telah memakan korban, baik bisnis kecil maupun

yang berskala besar, local atau multinasional (MNC), tanpa menghiraukan

kebangsaan atau industrinya.49

Menurut Dato’ Seri Abdul Rahman Maidin IMS-GT merupakan salah satu

bentuk kerjasaman sub-regional di bawah kerjasama ekonomi regional Asia

Tenggara yaitu ASEAN yang merupakan salah satu bentuk kerjasama tiga Negara

satu regional yang paling maju (walaupun bukan merupakan kerjasama su-

regional pertama dan satu-satunya), kerjasama ini memfokuskan diri pada

beberapa hal yaitu: perdagangan, investasi dan mobilitas tenaga kerja; industri dan

energi; pertanian dan perikanan; pengangkutan dan kominikasi;pariwisata &

pembangunan SDM.50. Sementara itu menurut H.F. Ali Alatas sebagai Menteri

Luar Negeri Indonesia saat itu dalam Forum Dialog ASEAN dalam Usaha

Perkembangan Regional di Manila 28 Juli 1998 menyatakan bahwa kerjasama

49Philip Kotler & Hermawan Kertajaya, Repositioning Asia From Buble to Sustainable Economy, John Willey and Sons (asia) Pte.Ltd, 2001, hal xv-xvii.50Google Cache dari http://www.dpmm.org.my/Ucapan_files/Pertumbuhan%20segi3.htm “Pemerintisan Kerjasama Ekonomi Serantau”, diakses 14 April 2006.

28

Page 29: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

IMS-GT bermula daripada kerjasama yang dulunya dikenal sebagai kerjasama

kerjasama SIJORI, yang terbukti sangat berpengaruh bagi ketiga Negara setelah

tergabungya beberapa propinsi dari ketiga negara yakni Indonesia, Malaysia dan

Singapura dalam sector permesinan, besi mentah (biji besi), industri elektronik,

perdagangan dan jasa serta agribisnis yang telah memberikan peningkatan

investasi yang signifikan51.

Menurut Siow Yue Chia dalam IMS-GT akan terjadi perkembangan atau

pertumbuhan ekonomi yang saling berkesinambungan/berkelanjutan hal itu

dikarenakan semua wilayah di dalamnya (wakil wilayah dari Indonesia, Malaysia

dan Singapura) memperoleh manfaat dari kerjasama ekonomi segitiga

pertumbuhan tersebut. Perkembangan beberapa sub-region menggunakan

perbedaan sumber daya dalam perbandingan keuntungan dan biaya produksi serta

menghasilkan skala ekonomi dan pengelompokkan untuk mencapai efisiensi

produksi dan menigkatkan daya saing internasional. Di lain pihak, perbedaan

tahapan perkembangan ekonomi, sumber daya dan kapasitas industri berarti ketiga

wilayah memiliki perbedaan tujuan (objectives), memperoleh manfaat berbeda,

membuat biaya-biaya berbeda dengan mengambil bagian dalam IMS-GT52.

Menurut Y. A. Debrah (McGovern dan P.Budhwar) dalam IMS-GT

terdapat “complementarity” sumber daya yang menjadikan IMS-GT sebagai

bentuk kerjasama sub-regional ASEAN dengan konsep GT yang paling baik, hal

51Google Cache dari http://www.aseansec.org/3945.htm, “Statement by H.E. Mr. Ali Alatas Minister for Foreign Affairs Republic of Indonesia On Regional Development Efforts At the PMC 9+10 Session Manila, 28 July 1998”, diakses 14 April 2006.52Siow Yue Chia, 1994, Economic Cooperations and Interdependence in SIJORI Growth Triangle, hal 9-10 dalam Cache Google dari http://www.dfat.gov.au/publications/pdf/gt_3.pdf.Growth Triangle:Indonesia Malaysia Singapore-Growth Triangle Chapter 3, hal 43, diakses 28 Oktober 2005.

29

Page 30: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

itu dimiliki oleh ketiga Negara anggota IMS-GT yaitu seperti yang terlihat pada

table 1.1 berikut :53

Gambar 1.1: The Complemantarity of Indonesia Malaysia Singapore-Growth

Triangle

Sumber: diadaptasi dari Debrah, et al. (2000)

Menurut Irma Adelman dalam melihat pertumbuhan dan perkembangan

ekonomi diperlukan beberapa indikator diantaranya adalah jumlah tenaga kerja

yang bergerak dan bekerja di sektor primer, rasio dari perdagangan luar negeri

terhadap pendapatan, jumlah saham atau investasi dalam perusahaan manufaktur,

rasio dari modal-tenaga kerja dan perusahaan manufaktur, jumlah presentasi dari

investasi, jumlah penduduk melek huruf, urbanisasi, angka kelahiran dan

kematian, angka kematian bayi, tingkat harapan hidup.54

53Y.A Debrah,et.al, (2000) dalam Toh Mun Heng, (2006), “Development In The Indonesia Malaysia Singapore-Growth Triangle, Departement of Economic, SCAPE Working Paper Series, http://nt2.fas.nus.edu.sg/ecs/pub/wp-scape/0606.pdf, diakses 15 April 2006. 54Irma Adelman, Theories of Economic Growth and Development (Stamford, California: Stamford University Press), p 2 (hal 2).

30

Singapore- capital- skilled labour- advanced technology- access to world markets- advanced physical infrastructure- advanced commercial infrastructure

Malaysia-land-natural resources-semi-skilled labour-intermediate technology-basic infrastructure

Indonesia-land-natural resources-semi-skilled labour-intermediate technology-basic infrastructure

Growth Triangle

Page 31: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

Menurut R. Srinivas dalam menghadapi tantangan global dan usaha untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih baik, maka perlu

diperhatikan factor yang berkaitan dengan foreign direct investment. Karena

pertumbuhan ekonomi dewasa ini lebih terfokus pada penciptaan iklim investasi

yang baik, sehingga mampu mendorong Indonesia sebagai tujuan Investasi utama

di Asia Pasifik55

B.J. Habibie yang ketika itu menjabat sebagai kepala BIDA

mengemukakan teorinya tentang kerjasama SIJORI (IMS-GT), yang dikenal

dengan “balloon theory” untuk menghubungkan kepentingan bersama antara

Singapura dan seputar Kepulauan Riau. Dalam teorinya Habibie menjelaskan

bahwa balon ekonomi Singapura akan bocor jika tidak memiliki katup yang aman

untuk menarik keluar kelebihan kapasitasnya. Habibie mempertimbangkan

wilayah seputar Kepulauan Riau, terutama sekali Batam, sebagai katup aman bagi

Singapura. Keberadaan katup aman ini akan memudahkan balon ekonomi

Singapura untuk bertumbuh sementara dalam waktu bersamaan memompa

perekonomian wilayah Negara tetangganya. Ide Habibie melalui “teori balon”nya

inilah yang memulai pengembangan terhadap Batam sebagai bagian dari

kerjasama segitiga pertumbuhan IMS-GT.56

Dalam perkembangannya IMS-GT telah memberikan dampak yang sangat

besar bagi Indonesia khususnya Riau dan Batam. Menurut Toh Mun Heng pakar

ekonomi Singapura dalam papernya menyatakan bahwa keberadaaan kerjasama

55http://web.worldbank.org/servlets/ECR? contentMDK=20741005&contTypePK=64154033&folderPK=1949738&sitePK=461150&callCR=true, “Pertumbuhan Ekonomi Menurun”, Pikiran Rakyat, 17 November 2005, diakses 15 April 2006.56Dewi Fortuna Anwar, 1994.” SIJORI: ASEAN’s Southern Growth Triangle Problems and Prospect (paper yang dipresentasikan dalam seminar yang diadakan oleh Joint Centre for Asia Pasific Studies, Hart House, University of Toronto, Toronto, Ontario, Canada, 29 April 1993). The Indonesian Quarterly Vol XXII No 1, First Quarter, 1994 (Jakarta: CSIS). Hal 28.

31

Page 32: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

IMS-GT memberikan “positive spill-over” (perluasan secara positif) bagi

pertumbuhan ekonomi Batam, dengan adanya nilai investasi asing sebesar US$ 3

miliar yang berasal dari 700 perusahaan dari lebih 34 negara di awal

pembukaannnya melalui proyek Batamindo yang dikelola oleh BIDA (Batam

Industrial Development Authority) atau Otorita Batam. Lihat Tabel 1.2

Tabel 1.1 Statistik Investasi di Batam

Tahun Investasi

Domestik

(US$)

Investasi

Asing

(US$)

Investasi

Swasta

(US$)

Investasi

Pemerintah

(US$)

Total

Investasi

(US$)

1990 1.515 684 2.199 573 2.772

1992 2.033 1.088 3.121 681 3.802

1994 2.296 1.873 4.169 859 5.028

1995 2.532 1.916 4.448 1.205 5.653

1996 2.610 2.094 4.704 1.427 6.131

1997 2.916 2.145 5.061 1.513 6.574

1998 2.921 2.245 5.166 1.578 6.744

1999 3.019 2.332 5.351 1.626 6.977

2000 3.295 2.818 6.133 1.897 8.010

2001 3.300 3.400 6.700 2.100 8.800

2002 3.700 3.620 7.320 2.140 9.460

2003 4.460 3.630 8.090 2.190 10.280

2004 5.440 3.810 9.250 2.280 11.530

2005 5.470 4.080 9.550 2.340 11.890

Sumber: Batam Industrial Development Authority (Otorita Batam) update 2006

Khusus untuk investasi yang merupakan pemasok utama pertumbuhan

ekonomi Batam, mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada tahun 1990

hingga 1999 yaitu sebesar 184 %, dengan total penerimaan pada bulan Desember

1999 sebesar US$ 7 milyar. Hal tersebut dapat dicapai dengan adanya

peningkatan promosi dan pembangunan infrastruktur di Batam dalam kerangka

32

Page 33: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

kerjasama IMS-GT , sehingga memudahkan dalam menarik investasi baik

domestik maupun asing.57 Sedangkan antara tahun 1999 hingga 2005 tingkat

pertumbuhan investasi di Batam meningkat dengan total penerimaan pada bulan

Desember 2005 sebesar US$ 12 milyar.58

Laju pertumbuhan ekonomi Batam antara tahun 1995-1997 menunjukkan

adanya penurunan, terutama dikarenakan adanya krisis ekonomi yang menerpa

Asia dan Indonesia. Namun, pada tahun 1999 pertumbuhan ekonomi Batam

mencapai 6,38% meningkat 3,3% dari tahun 1998 yang mencapai pertumbuhan

ekonomi 3,08%, pada tahun 2001 pertumbuhan ekonomi Batam kembali

meningkat mencapai 6,56%, tahun 2002 mencapai angka pertumbuhan ekonomi

7,01%, sementara tahun 2003,2004 dan 2005 berturut-turut adalah 7,73%, 8,28%

dan 7,60%. Sementara itu pendapatan per kapita masyarakat Batam terus

meningkat pada tahun 2002 pendapatan per kapita telah mencapai Rp14,12 juta,

sedangkan pada tahun 1991 mencapai Rp8,95 juta. Menurut PDRB, pada tahun

1991 mencapai Rp935.827,05 juta dan pada tahun 2002 meningkat tajam hingga

mencapai Rp3.357.123,37 juta.59

2. Hipotesis Penelitian

Untuk memudahkan penulis dalam melakukan penelitian, penulis

menyusun suatu hipotesis sebagai berikut : “Dengan adanya kerjasama IMS-

GT (Indonesia Malaysia Singapore-Growth Triangle) yang merupakan 57www.ibatam.com , Bisnis & Investasi (2006), diakses 30 Oktober 200658www.batam.go.id , Investasi (2006), diakses 30 Oktober 200659Makmun (Ajun Peneliti Madya Badan Analisa Fiskal, Departemen Keuangan), Maret 2004,”Pengaruh Ketersediaan Tenaga Kerja Dan Pembentukan Nilai Tambah Terhadap Investasi Di Sektor Industri (Studi Kasus Kota Batam)” dalam, Kajian Ekonomi Dan Keuangan, Vol 8, No 1. Jakarta: Departemen Keuangan. hal 23-26.

33

Page 34: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

kelanjutan dari kerjasama SIJORI (Singapura Johor Riau), maka dapat

meningkatkan perekonomian Batam ”.

3. Operasional Variabel dan Indikator (konsep teoritik, empiric dan analisis)

Tabel 1.2 Tabel Operasional Variabel

Variabel dalam Hipotesis

(Teoritik)

Indikator

(empiric)

Verifikasi

(analisis)

Variabel bebas:Dengan adanya Kerjasama IMS-GT

1. Adanya tindakan-tindakan yang melatarbelakangi kerjasama IMS-GT tersebut.

2. Adanya Komplementaritas ekonomi antara ketiga negara (Indonesia, Malaysia, dan Singapura).

1. Data (fakta dan angka) mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan antara ketiga negara berupa kesepakatan bilateral antara ketiga negara.

2. Data (fakta dan angka) mengenai adanya koplementaritas ekonomi antara ketiga negara (Indonesia, Malaysia, dan Singapura)

Variabel terikat:maka dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Batam

1. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Batam sejak 1995-2005

2. Meningkatnya jumlah investasi asing dan sector ekonomi lainnya seperti pariwisata,ekspor,dll di Batam

1. Data (fakta dan angka) mengenai meningkatnya pertumbuhan ekonomi Batam antara tahun 1995-2005

2. Data (fakta dan angka) mengenai indicator pertumbuhan ekonomi Batam antara tahun 1995-2005

34

Page 35: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

3. Adanya permasalahan dan hambatan dalam perekonomian Batam

3. Data (fakta dan angka) mengenai permasalahan dan hambatan dalam perekonomian Batam

4. Skema Kerangka Teoritis

35

Growth Triangle

Page 36: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

Judul: Kerjasama IMS-GT (Indonesia Malaysia Singapore-Growth Triangle) Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Batam

E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

36

Indonesia Malaysia Singapura

Batam

Kerjasama Internasional

IMS-GT

Faktor Kunci IMS-GT antara lain: perbedaan-perbedaan dasar ekonomi, kedekatan geografis, peran sector swasta, kebijakan politik dan ekonomi, infrastruktur (sarana dan prasarana).

Tujuan IMS-GT antara lain: percepatan pertumbuhan ekonomi, peningkatan iklim investasi dan volume perdagangan internasional, pengembangan dan pemenuhan kebutuhan serta produksi ekonomi.

Indicator pertumbuhan ekonomi Batam spt tingkat investasi, tingkat pendapat per kapita, dll.

Pertumbuhan ekonomi Batam antara tahun 1995-2004 terus meningkat

Bidang Ekonomi antara lain sector:Investasi, Industri (perikanan, pertanian), Kepariwisataan,dll

Interdepedensi Ekonomi

Sektor Penghubung: Singapura, Johor, Riau (Batam)

Page 37: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

1. Tingkat Analisis

Untuk mengarahkan penelitian, adanya anggapan dasar dan kerangka

konseptual merupakan pijakan dasar penentuan dan penulisan hipotesis. Untuk

keperluan penelitian penulis mencoba mengemukakan serangkaian teori, konsep

dan pemikiran para pakar dalam bentuk premis mayor dan premis minor sebagai

acuan ilmiah dalam menggeneralisasikan pokok permasalahan yang mempunyai

hubungan korelasional antara satu sama lain.

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

analisis yaitu suatu metode yang menggambarkan suatu pola hubungan tertentu

secara sistematis serta menganalisa dan mengklasifikasikan suatu fenomena,

sehingga menjadi suatu permasalahan yang harus diteliti sebab akibatnya secara

ilmiah. Serta dengan metode historis menerapkan pendekatan dengan melihat

data-data masa lampau (sejarah) dari kerjasama ini sehingga dapat melihat

akibatnya di masa sekarang.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah sebagai berikut:

a) Penelitian kepustakaan atau literature.

b) Penelitian dokumentasi ataupun data-data mengenai kerjasama dalam

bentuk GT (Growth Triangle) dan IMS-GT (Indonesia Malaysia

Singapore-Growth Triangle).

Dalam kedua teknik ini bersifat saling mengisi, penlitian kepustakaan dan

dokumentasi merupakan metode utama yang lazim digunakan dalam analisa

37

Page 38: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

ekonomi politik internasional (EPI). Adapun EPI yang dimaksud adalah analisa

tentang tujuan, analisa sebab akibat, dan analisa struktur dan proses.

F. Lokasi dan Lamanya Penelitian

1. Lokasi Penelitian

a. Departemen Luar Negeri Republik Indonesia

Jl. Taman Pejambon No.6 Jakarta Pusat

b. Perpustakaan Unpar

JL. Ciumbuleuit No. Bandung

c. CSIS

Jl. Tanah Abang III No. 23-27 Jakarta Pusat

d. Sekretariat ASEAN

Jl. Sisingamangaraja No. 70 A Jakarta

2. Lamanya Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah 11 (sepuluh) bulan, yaitu

tanggal 20 Desember 2005 s/d 20 November 2006.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

BAB I : Berisikan pembahasan tentang latar belakang dari permasalahan yang

akan diteliti.

BAB II : Obyek penelitian variabel Bebas yaitu pembahasan tentang kerjasama

IMS-GT antara Indonesia, Malaysia dan Singapura yaitu awal mula (SIJORI) dan

kelanjutan tahapan kerjasama dalam IMS-GT serta bidang-bidang yang ada

didalamnya.

38

Page 39: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

BAB III : Obyek penelitian variabel terikat yaitu pembahasan tentang

pertumbuhan perekonomian Batam (Riau) secara umum dan percepatannya

setelah melalui tahapan kerjasama tiga Negara yaitu IMS-GT (termasuk

perbandingan perekonomian antara Indonesia, Malaysia dan Singapura.

BAB IV : Pembahasan mengenai jawaban terhadap hipotesis dan indikator-

indikator baik indikator variabel bebas maupun variabel terikat yaitu kontribusi

kerjasama bentuk GT, khususnya IMS-GT antara Indonesia, Malaysia dan

Singapura.

BAB V : Berisi kesimpulan dan uraian hasil penelitian dari pembahasan Bab IV.

39

Page 40: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Wiriatmadja, Suwardi, 1970. Pengantar Hubungan Internasional. Bandung:

Alumni.

Rudy, T. May, 2003. Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-

Masalah Global: Isu, Konsep, Teori dan Paradigma. Bandung: Refika

Aditama.

Mansbach, Richard. W, 1997. Global Puzzle : Issues and Actors In World

Politics. Boston: Houghton Mifflin Company.

Sorensen, George & Jackson, Robert, 1999. Pengantar Hubungan Internasional.

Terjemahan oleh Dadan Suryadipura. 2005. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Gilpin, Robert, 2001. Global Political Economy : Understanding the International

Economic Order. New Jersey: Princeton & Oxford.

Soeharto, Bohar, 1993. Petunjuk Praktis Mengenai Pengertian Format Bimbingan

dan Cara Penulisan Karya Ilmiah (Makalah-Skripsi-Thesis) Ilmu Sosial.

Bandung: Tarsito.

Sumantri, Yuyun, 1995. Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Popular. Jakarta: Sinar

Harapan.

Toma, Peter. A & German, Robert F., 1990. International Relations

Understanding Global Issues. Cole Publishing Company.

Holsti,. K.J., 1975. Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis. Terjemahan

oleh Wawan Juanda, 1992. Bandung: Binacipta.

Rudy, T. May, 1998. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung:

Refika Aditama.

Soeprepto,.S, Drs., 1997. Hubungan Internasional: Sistem, Interaksi dan

Perilaku. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Rudy, T. May, 1992. Teori Etika Dan Kebijakan Hubungan Internasional.

Bandung: Angkasa.

40

Page 41: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

Isaak, Robert. A., 1991. International Political Economy: Managing world

Economy Change. Englewood-Cliffs, New Jersey: Prentice Hall.

Hadiwinata, Bob. S,PhD., 2002. Politik Bisnis Internasional. Yogyakarta:

Kanisius.

Laski, Harold. J., 1934. The State: In Theory and Practice. London: Unwin

Brothers, Woking and London.

Malwani, R. Hendra.,Prof. Dr,M.A, 2002. Ekonomi Internasional & Globalisasi

Ekonomi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rotwein, Eugene, 1955. Writings On Economics. London: Nelson.

McArthur, Tom, 1992. The Oxford Companion to The English Languange. New

York: Oxford University Press.

Rahardjo, M. Dawam, 1993, Aspek Sejarah SIJORI. Jakarta: Cides.

Kozlowski, J., 1993. A Guide for The Ultimate Environmental Threshold (UET)

Method. England: Avebury.

Kertajaya, Hermawan & Koetler, Philip, 2001. Repositioning Asia From Buble to

Sustainable Economy. John Willey and Sons Pte.Ltd (asia).

Hill, Charless W. L., 2000. International Business: Competing in The Global

Marketplace, 3rd edition. Washington: Mc Grow Hill.

Daniels, John D., 1996, et al, International Business: Environment and

Operations.

Sumber Jurnal:

Klodt, Henning, 2004. “Jalan Menuju Tatanan Persaingan Global”, Argumentasi

Kebebasan .Vol 10. Jakarta: Institut Liberal Friedrich-Naumann-Stiftung,

hal 7.

Hircshmann, A. O., 1994. “The On and Off Again Connection Between Political

and Economic Progress”, American Economic Review, Volume 84, No. 2,

hal 343-348.

Sumber Tesis:

Prasati, Hayu, 1998, The Challenge for Regional Development: an Analysis of

Infrastructure Needs in Relation to Development Opportunity of The IMS-

41

Page 42: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

GT, IMT-GT, BIMP-EAGA, Master Thesis. Departement of Geographical

Science and Planning, Brisbane: University of Queensland, 1998.

Internet:http://www.acturban.org/biennial/case_studies?sijore?txt_sijori.html, diakses 18 Juli 2005

http://www.aph.gov.au/house/committee/jpadt/asean/aseanch4.pdf , diakses dan didownload dalam

bentuk file PDF 20 Juli 2005

http://www.comesa.int/news/newstria.html, diakses 20 Juli 2005

Sumber lain:

Chia Siouw Yue and Lee. T.Y., 1992, “Sub-regional Economic Zones: a new

motive force in Asia Pasific Development”, Tulisan yang dipresentasikan

pada Pasific Trade and Development Conference ke-20, Washington DC:

September 199

Dr. CPF.Luhulima,et.al, Sub Wilayah Ekonomi ASEAN dan Kawasan

Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA), Proyek Kerjasama Antar Negara

ASEAN, Sekretariat Nasional ASEAN Deplu, Jakarta, 1995-1996.

A World Bank Publication, 1996. Development in Practice”, Managing Capital

Flows In East Asia.

Chen E. K.Y dan Kwan C.H, 1997. (editors), Asia’s Bordless Economy: The

Emergence of Sub-regional Economic Zones. Sydney: Allen & Unwin.

Y.,Yeung, 1994. “Infrastructure Development in The Southern China Growth

Traingle”, dalam M Than, et all (editors) Growth Triangles in Asia: A

New Approach to Regional Economic Cooperation. Hong Kong: Oxford

University Press.

42

Page 43: RENCANA JUDUL : “Kerjasama IMS-GT (Indonesian ...repository.unpas.ac.id/35625/3/BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI.doc · Web viewPertama, perluasan (spill over) pusat metropolitan, perluasan

43