RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

198
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA PUSAKA 2015-2019

Transcript of RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

Page 1: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP)

GIANYAR SEBAGAI KOTA PUSAKA

2015-2019

Page 2: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

ii

Tirta Empul, Tampaksiring, Gianyar

Page 3: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

iii

Kerja SamaBAPPEDA KABUPATEN GIANYAR

DenganPUSAT KAJIAN BALI, UNIVERSITAS UDAYANA

Desember 2015

Page 4: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

iv

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP)GIANYAR SEBAGAI KOTA PUSAKA

2015-2019

© 2015 Bappeda Kabupaten Gianyar

KERJA SAMABAPPEDA KABUPATEN GIANYAR

danPUSAT KAJIAN BALI, UNIVERSITAS UDAYANA

Cetakan Pertama: Desember 2015

xiv + 182 halamanLebar 16 cm, Tinggi 24 cmISBN XXX-XXX-XXXX-XX-X

PracetakSlamat Trisila

PercetakanPustaka Larasan

Jalan Tunggul Ametung IIIA/11BDenpasar, Bali

[email protected]

Page 5: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

v

TIM PENYUSUN

PELINDUNG : A.A. Gde Agung Bharata, S.H. (Bupati Gianyar)

I Made Mahayastra, SST.Par., MAP (Wakil Bupati Gianyar)

Drs. Ida Bagus Gaga Adi Saputra, M.Si. (Sekretaris Daerah Kabupaten Gianyar)

Prof. Dr. dr. I Ketut Suastika, Sp.PD KEMD (Rektor Universitas Udayana)

PENANGGUNG JAWAB: Ir. Made Gede Wisnu Wijaya, M.M. (Kepala Bappeda Kabupaten Gianyar)

TIM PELAKSANA : Prof. Dr. phil. I Ketut Ardhana, M. A. (Ketua) Drs. I Wayan Geriya (Anggota) Dr. I Putu Gde Sukaatmaja, S.E., M.P. (Anggota) Ir. I Wayan Gomudha, M.T. (Anggota)

SUB-PROF 1 : Dra. Sulandjari, M.A.

FOTOGRAFER : Made Setiawan

PENERJEMAH : Isnu Maharani dkk.

EDITOR : Halina Novicka

Page 6: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

vi

Arca Ganesha di Goa Gajah, Gianyar

Page 7: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

vii

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Mahaesa yang telah memberikan jalan kepada kami, sehingga buku ini dapat diterbitkan sesuai dengan rencana. Buku yang berada di hadapan pembaca dengan judul, Rencana Induk Pengembangan (RIP) Gianyar sebagai Kota Pusaka, Tahun 2015—2019 adalah satu buku Rencana Induk yang berisi rencana-rencana program yang erat kaitannya dengan rencana kebijakan pemerintah Kabupaten Gianyar untuk merealisasikan program-programnya sebagai kota pusaka.

Buku Rencana Induk Pengembangan (RIP) Gianyar sebagai Kota Pusaka mengusung tujuan antara lain: Merumuskan arah pengembangan Gianyar sebagai Kota Pusaka, Tahun 2015—2019: membangun sinergitas (linkages) antara SKPD, masyarakat dalam upaya pengembangan kota pusaka, menyusun strategi, program, aplikasi kota pusaka, dalam upaya penyusunan rencana aksi pelestarian Pusaka Budaya secara sistematik dan komprehensif, sesuai dengan pembangunan yaitu Undang-Undang No.11 Tahun 2010, sebagai instrumen pengendalian dan pengawasan pemerintah secara berjenjang, DPRD dan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kota pusaka, mengembangkan kinerja bahwa pembangunan kota pusaka agar secara riil bermuara pada pembangunan masyarakat dalam upaya peningkatan kesejahteraannya dan sebagai tolok ukur penilaian keberhasilan mewujudkan visi dan misi melalui pelaksanaan program pengembangan Gianyar sebagai kota pusaka.

Untuk itu, terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Gianyar yang secara terus menerus telah melakukan kerjasama dalam kajian-kajian mengenai kebudayaan dengan Pusat Kajian Bali-Universitas Udayana. Tersusunnya buku

Page 8: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

viii

Rencana Induk Pengembangan (RIP) Gianyar sebagai Kota Pusaka, Tahun 2015—2019 ini juga berkat inspirasi, arahan dan bantuan berbagai pihak. Atas bantuan yang diberikan itu, kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Bupati Anak Agung Gde Agung Bharata, S.H., Wakil Bupati Made Mahayastra, SST., PAR, Ketua DPRD, Drs. Made Wardana, dan Sekda, Drs. Ida Bagus Gaga Adi Saputra, M.Si. Kepada Bapak Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD, disampaikan pula penghargaan dan terima kasih. Terima kasih sebesar-besarnya juga disampaikan kepada Ketua Bappeda Kabupaten Gianyar, Ir. I Made Gede Wisnu Wijaya, M.M. dan Sekretaris Bappeda, Ibu Ir. Anak Agung Putri Ari, serta seluruh tim peneliti yaitu Drs. I Wayan Geriya, Ir. I Wayan Gomudha, MT, dan Dr. I Putu Gde Sukaatmaja, S.E., M.P. Dan para narasumber, serta semua pihak yang telah memberikan kontribusi positif dalam seluruh tahap dan aktifitas sampai terwujudnya buku, Rencana Induk Pengembangan (RIP) Gianyar sebagai Kota Pusaka, Tahun 2015--2019 ini.

Akhirnya semoga buku ini hadir di hadapan pembaca dengan harapan akan dapat memberikan pencerahan dan semangat baru dalam merealisasikan program-program pemerintah Kabupaten Gianyar sebagai Kota Pusaka.

Om Shanti, Shanti, Shanti Om.

Gianyar, 31 Desember 2015Ketua Tim,

Prof. Dr. phil. I Ketut Ardhana, M. A.

Page 9: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

ix

SAMBUTAN REKTORUniversitas Udayana

Kami menyambut gembira dengan hadirnya buku tentang RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA PUSAKA 2015-2019, yang dilaksanakan atas kerjasama Pusat Kajian Bali-Universitas Udayana dengan Pemerintah Kabupaten Gianyar pada tahun 2015. Kehadiran buku ini sangat dirasakan manfaatnya, terutama dalam kaitannya dengan pengembangan Kabupaten dan Kota Gianyar menjadi Kota Pusaka di Bali merupakan kebanggaan kita semua di Bali.

Semoga buku ini akan memberikan manfaat dalam meningkatkan perkembangan Kota Gianyar dengan berbasis khazanah seni dan budaya yang layak ditetapkan sebagai Kota Pusaka. Demikian pula dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat luas dalam mengembangkan dan menyebarkan pengetahuan seni dan budaya secara komprehensif. Untuk itu, tentu harapan kedepan adalah dengan hadirnya buku ini dapat menjadi kekuatan dalam melestarikan dan mengembangkan seni dan budaya Gianyar pada khususnya, dan budaya Bali pada umumnya, dalam konteks pengembangan kebudayaan nasional Indonesia. Di masa depan diharapkan agar dapat lebih banyak hadirnya buku seperti ini, sehingga akan menambah referensi secara lebih luas tentang seni dan budaya Bali.

Semoga buku ini dapat menyumbangkan manfaatnya bagi masyarakat Gianyar pada khususnya, dan masyarakat Bali pada umumnya. Kepada tim peneliti dari Pusat Kajian Bali-Universitas Udayana dan Tim Ahli Kabupaten Gianyar yang telah bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkan penerbitan buku ini, kami ucapkan terima kasih.

Denpasar, 20 November 2015

Prof. Dr. dr. I Ketut Suastika, Sp.PD KEMD

Page 10: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

x

SAMBUTAN BUPATI GIANYAR

Pertama-tama, perkenankan saya menyampaikan Puji Syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Mahaesa, karena berkat rahmat-Nya kita berhasil menghasilkan satu

kajian lagi tentang Rencana Induk Pengembangan (RIP) Gianyar Sebagai Kota Pusaka 2015–2019, yang dilaksanakan atas kerjasama Pemerintah Kabupaten Gianyar dan Pusat Kajian Bali-Universitas Udayana pada tahun 2015. Hal ini merupakan sebuah langkah maju dalam upaya untuk secara terus menerus mengadakan kajian secara komprehensif tentang masalah-masalah kebudayaan yang sangat diharapkan tidak hanya untuk pengembangan ilmu pengetahuan itu sendiri, tetapi juga diharapkan manfaatnya bagi peningkatan pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah di Gianyar pada khususnya, dan di Bali pada umumnya.

Buku RIP ini merupakan tindak lanjut dari penerbitan buku blueprint Gianyar yang hadir sebagai landasan perencanaan Gianyar sebagai Kota Pusaka dalam sinergi Gianyar Bumi Seni, Kota Kreatif, dan Kota Cerdas. Kuatnya landasan perencanaan Kota Pusaka hendaklah mampu diimbangi dengan bersinergi implementasi dan manajemen agar tercapai peningkatan prestasi yang terstruktur, terukur, dan bermakna bagi kesejahteraan masyarakat Gianyar secara berkelanjutan.

Semoga kehadiran buku ini dapat memunculkan penelitian-penelitian lanjutan terhadap berbagai aspek kajian sosial kemasyarakatan di

Page 11: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

xi

Gianyar, Bali pada khususnya, dan di Indonesia pada umumnya. Tidak lupa disampaikan terima kasih kepada Tim Peneliti dan berbagai pihak yang telah membantu dari sejak awal penelitian ini dilakukan, hingga buku ini berhasil diterbitkan. Semoga buku ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, dan sekaligus memberikan sumbangan bagi peningkatan pembangunan masyarakat Gianyar dan budaya Bali pada khususnya, dan pembangunan nasional Indonesia pada umumnya.

Denpasar, 25 November 2015

BUPATI GIANYAR

A.A. GDE AGUNG BHARATA, S.H.

Page 12: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

xii

KATA PENGANTAR .........................................................................................SAMBUTAN REKTOR .....................................................................................SAMBUTAN BUPATI GIANYAR ..................................................................

I PENDAHULUAN .....................................................................................1.1 Latar Belakang .................................................................................1.2 Tujuan dan Manfaat .......................................................................1.3 Perumusan Masalah ......................................................................1.4Konsep Dasar dan Landasan Hukum ......................................1.5 Metode Ilmiah ..................................................................................

II VISI, MISI, STRATEGI, DAN RENCANA PROGRAM KOTA PUSAKA .....................................................................................................2.1 Perspektif Masa Depan 2015—2019......................................2.2 Analisis lingkungan Strategis Lokal, Naional, dan

internasional ....................................................................................2.3 Visi dan Misi ......................................................................................2.4 Paradigma Kebijakan dan Strategi ..........................................2.5 rogram Kota Pusaka ......................................................................

III RENCANA PENGEMBANGAN DAN JARINGAN KOTA PUSAKA .....................................................................................................

3.1 Basis Budaya Identitas Gianyar Kota Pusaka .....................3.2 Orisinalitas Pusaka Alam, Budaya dan Saujana ................3.3 Kekayaan, Keragaman dan Kegeniusan Gianyar Kota

Pusaka .................................................................................................3.4 Jaringan Gianyar Kota Pusaka Lokal, Nasional dan

Internasional ....................................................................................4.5 Pencapaian Lima Tahun Perama dan Proyeksi Masa

Depan ...................................................................................................

IV RENCANA PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN KADER PUSAKA .........................................................................4.1 Sumber daya manusia pusaka ..................................................4.2 Pendidikan dan Pelatihan (Capacity Building) ...................4.3 Smart Sumberdaya Manusia: Smart People, dan Smart

DAFTAR ISI

viiixx

11899

10

1313

16182628

353537

40

42

44

515156

Page 13: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

xiii

City ........................................................................................................4.4 Kader-Kader Pelestarian Pusaka .............................................4.5 Refleksi.................................................................................................

V RENCANA PENGEMBANGAN EKONOMI PUSAKA 5.1 Ekonomi Kreatif dan Inovatif ....................................................

5.2 Analisis SWOT ..................................................................................5.3 Peluang dan Tantangan ................................................................5.4 Kekuatan dan Kelemahan ...........................................................5.5 Program dan Rencana Aksi Kota Pusaka ..............................

VI RENCANA PENGEMBANGAN SENTRA KOTA PUSAKA DAN ZONASI .......................................................................................................6.1 Pusaka Holistik Kabupaten Gianyar .......................................6.2 Zonasi Pusaka Gianyar Berbasis Kecamatan dan Desa...6.3 Kota Gianyar dan Catuspatha sebagai Sentra Kota

Pusaka .................................................................................................6.4 Kendala Penataan dan Pelestarian Pusaka...........................6.5 Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka

Gianyar ................................................................................................

VII MANAJEMEN PENGEMBANGAN KOTA PUSAKA DAN PETA JALAN .............................................................................................7.1 Langkah-Langkah Bermakna ....................................................7.2 Faktor Sistemik Fungsional ........................................................7.3 Menuju Masyarakat Sejahtera dan Bahagia dengan

Indikator Terukur ...........................................................................7.4 Manajemen Kota Pusaka Profesional .....................................7.5 Diagram Peta Jalan .........................................................................

VIII PENUTUP .................................................................................................. Simpulan .............................................................................................. Rekomendasi ......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................TENTANG PENULIS ........................................................................................

606668

7171757882

9393

101

111125

126

137137144

146150157

163163169

175179

Page 14: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

xiv

Catus Pata di Kecamatan Gianyar

Page 15: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

1

I

PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang

Dalam studi-studi perkotaan atau kabupaten di masa lalu, seringkali pembahasan diarahkan pada masalah fisik kota (tangible culture) seperti masalah pengembangan

infrastruktur kota, bangunan-bangunan bersejarah dan sebagainya. Akan tetapi, masalah siapa yang mengerjakan apa tampaknya kurang mendapat perhatian yang signifikan. Oleh karena itu, betapa pentingnya membahas masalah manusia dalam kaitannya dengan aspek bangunan kapasitas sumberdaya manusianya (capacity building) dalam upaya untuk mempertahankan, merevitalisasi dan upaya yang terus menerus untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusianya dalam mempertahankan pembangunan perkotaan yang berkelanjutan yang berbasis masyarakat (smart city and smart people). Ini sangat signifikan dipahami, karena Kabupaten Gianyar bersama dengan beberapa kabupaten/ kota di Bali merupakan anggota kota pusaka atau sebagai anggota Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) bersama-sama dengan 50-an kota/ kabupaten lainnya yang ikut menjadi anggotanya.

Ada beberapa ciri dari perankingan kota/ kabupaten sebagaimana dikembangkan di dunia internasional. Perankingan kabupaten kota Gianyar sebagai sebuah smart heritage city adalah upaya cerdas untuk mengetahui komponen yang dipenuhi oleh Gianyar sebagai sebuah kota yang smart. Smart artinya unggul baik dalam kaitannya dengan masalah sumberdaya manusianya, kegiatan manajemen pengelolaan pusaka yang dilakukan, dan singkatnya konsep smart city pada hakekatnya berarti efisiensi. Dalam konteks ini smart city merujuk pada kategori kota/ kabupaten yang mampu meningkatkan efisiensi dalam menuju tujuan yang diinginkan yaitu kesejahteraan dan kebahagiaan warga kotanya. Lebih jelasnya definisi smart city

Page 16: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

2

adalah:

A development urban area that creates sustainable economic development and high quality of life by excelling in multiple key areas, economic mobility, environment, people, living and governance. Excelling in these key areas can be done so through strong human capital, see capital and/ or ICT infrastructure). Nirvesh Sooful (City of Capetown), “Transforming Local Government with an IT Enabled Strategy” (NirveshSoofue, dalam Ardhana, 2014:14).

Dari konsep kabupaten/ kota yang cerdas (smart city) ini dapat dilihat adanya penekanannya pada perkembangan ekonomi yang berkelanjutan, rasa aman, dan adanya kualitas kehidupan yang baik yang berkaitan dengan persoalan-persoalan mobilitas ekonomi, lingkungan, manusia, kehidupan dan pemerintahannya dalam mengelola sebuah kabupaten kota sebagai kota pusaka. Hal ini berkaitan dengan smart city dalam konteks security/ safe, green, efisien, sustainable, energy dan sebagainya. Untuk itu, diperlukan adanya modal manusia (capacity building) yang handal dan kuat dalam kaitannya pula dengan infrastruktur informasi, komunikasi dan teknologi. Dengan pendekatan pada konsep inilah diupayakan untuk mengkaji perkembangan Kabupaten Gianyar terhadap rencana kebijakan dan strategi pengembangan Gianyar sebagai sebuah kota pusaka. Penyebutan smart heritage city didasari pada suatu katalog komprehensif dari indikator yang dipergunakan yang menawarkan suatu pandangan baru tentang kota ukuran menengah (medium sized city). Untuk itu, diperlukan pertama, ilustrasi perbedaan dalam karakteristiknya dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kedua, mengelaborasi perspektif yang khusus tentang pembangunan dan posisinya. Ketiga, mengidentifikasikan kekuatan-kekuatan dan kelemahan terhadap sebuah kabupaten/ kota.

Dengan pemahaman ini maka dapat dikatakan, bahwa bagaimana dapat dipahami Kabupaten Gianyar sebagai sebuah kota pusaka dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan sebagai kota ukuran menengah (medium sized city) dapat dipahami secara lebih baik. Pendekatan pembangunan hendaknya mempertimbangkan persoalan-persoalan kesadaran, fleksibilitas, transformability, sinergy,

Page 17: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

3

individualitas, self decisive, strategic behavior. Khususnya masalah kesadaran (awareness) dari sumberdaya manusia yang tersedia tampaknya penting untuk sebuah smart city yang dapat dimotivasi dari para warga masyarakat, pengusaha, administrasi pemerintahan yang sadar akan posisi kotanya sebagai sebuah kota pusaka. Dalam hal ini diperlukan pemahaman perkembangan kabupaten/ kota dari dalam yang menyangkut tingkat kualitas warga Kabupaten Gianyar (quality of life), tetapi juga harus sadar tentang lingkungannya (quality of space).

Meskipun konsep smart heritage city dimengerti sebagai kemampuan tertentu dari sebuah kabupaten/ kota dan tidak memusatkan pada sebuah aspek yang tunggal, definisi selanjutnya memerlukan karakteristik yang mengidentifikasikan untuk sebuah evaluasi. Dalam hal ini evaluasi kinerja birokrasi suatu pemerintahan adalah suatu hal yang mutlak diperlukan dalam upaya memahami seberapa jauh output dan outcome capaian yang sudah diraih selama berlangsungnya suatu pemerintahan. Tidak hanya hasil-hasil kuantitas yang dapat dilihat, tetapi yang penting juga adalah seberapa jauh kebijakan dan strategi pembangunan masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Gianyar dapat memberikan dampak yang berkelanjutan atau kualitas yang memadai bagi pembangunan masyarakat menuju kesejahteraan dan rasa aman yang berkelanjutan. Pemerintah Kabupaten Gianyar sebenarnya sudah melakukan tahapan-tahapan pelaksanaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan pemerintahan yang sudah dilakukan dengan baik di masa-masa yang lalu. Namun, untuk mengetahui seberapa jauh kesiapan dalam merancang jalannya Kabupaten Gianyar sebagai kota pusaka maka perlu disusun Rancangan Induk Pengembangan (RIP) Gianyar sebagai Kota Pusaka yang reliable, responsive dan memunculkan daya empathy tidak hanya di kalangan birokrasi pemerintahan, tetapi juga seberapa jauh berbagai program pembangunan itu berpengaruh di kalangan masyarakat Kabupaten Gianyar.

Untuk itu, diperlukan upaya untuk dapat mengadakan pemetaan obyek-obyek warisan budaya (heritage), baik di kalangan masyarakat, maupun pemerintah. Ini dimaksudkan terutama dalam upaya tidak

Page 18: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

4

hanya untuk menumbuhkan obyek-obyek kawasan wisata baru (new destinations) di Gianyar, tetapi yang lebih penting adalah diharapkan mampu menghasilkan pendapatan (income) seperti dalam aspek kuliner, arsitektur, termasuk puncak-puncak kebudayaan masyarakat Gianyar lainnya, yang merupakan bagian dari pemahaman tentang smart heritage city ini. Misalnya bagaimana pemerintah diharapkan mampu mengantisipasi berbagai persoalan di masyarakat dengan membuat kebijakan yang mampu mempertahankan kebudayaan Bali. Selain itu, diperlukan kajian bagaimana kebudayaan lokal masyarakat Gianyar dapat bersinergi dengan kebudayaan nasional dan universal. Untuk itu, diharapkan agar perlunya adanya regulasi dari pemerintah Kabupaten Gianyar yang diharapkan mampu mengatasi persoalan-persoalan yang muncul di masyarakat. Dengan pemahaman ini diharapkan akan dapat menjaga dan memelihara perkembangan kota yang dikaitkan dengan konsep Smart living, Environment, dan Government. Ini adalah konsep yang biasanya digunakan dalam menakar tingkat kecerdasan sebuah kota/ kabupaten.

Kedepan, tentu Gianyar tidak hanya berhenti pada tahapan menjadi anggota kota pusaka di tingkat Indonesia saja, namun Gianyar yang memiliki kekayaan dan keragaman budaya sejak masa prasejarah, sejarah klasik, modern dan postmodern diupayakan menjadi anggota kota pusaka dunia (World Cultural Cities). Terlebih-lebih telah diketahui, bahwa dinamika peradaban dan kebudayaan Bali berdasarkan temuan-temuan arkeologi dan kesejarahan sebenarnya berawal dari Gianyar sehingga Gianyar patut sebagai fondasi peradaban dan kebudayaan Bali ini.

Gianyar memiliki luas wilayah sekitar 368 km2 dan jumlah penduduk 470,380 jiwa, membuat Gianyar sebagai kabupaten kedua yang memiliki penduduk terbanyak setelah Kabupaten Badung. Ibukota Kabupaten ini terletak di Kota Gianyar. Pendataan penduduk yang dilakukan pada April 2011 terdaftar 480.447 orang, yang mana sejumlah 469,929 jiwa merupakan pemeluk agama Hindu. Kabupaten Gianyar ini merupakan salah satu dari sembilan kabupaten/kota se-Bali, memiliki identitas, citra, dan taksu sebagai Kabupaten seni dan Kabupaten Pusaka. Sejarah kebudayaan yang telah berproses dalam

Page 19: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

5

rentang waktu yang sangat panjang, dan fase Budaya Rakyat (Folk Culture), Budaya Keraton (Court Culture), Budaya Kolonial (Colonial Culture), Budaya Nasional (National Culture), sampai Budaya Modern (Modern dan post modern Culture) telah mengantarkan dinamika Kabupaten Gianyar sebagai kabupaten dengan kekayaan dan keragaman Pusaka Budaya yang potensial. Keragaman Pusaka Budaya mencakup: (1) Pusaka Budaya Arkeologis; (2) Pusaka Budaya Sejarah; (3) Pusaka Budaya Sastra, Seni dan Arsitektur; (4) Pusaka Budaya Tekstil dan aneka produk kerajinan; (5) Pusaka Budaya Kuliner; (6) Pusaka Budaya Kelembagaan, baik Subak, Banjar maupun Desa Pekraman; (7) Pusaka Alam serta Pusaka Saujana; (8) Pusaka Budaya khas kabupaten Gianyar, tangible dan intangible.

Secara nasional dan internasional, masyarakat dunia telah mengakui bahwa Kabupaten Gianyar memiliki potensi dan modal yang cukup memberi harapan dalam pengembangan di masa depan. Berbagai potensi yang dimiliki dari sumber kekayaan alam yang penuh keindahan alamnya menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan nusantara dan dunia untuk berkunjung ke Kabupaten Gianyar. Hal ini diperkuat lagi dengan adanya kekayaan sumber daya manusia yang penuh karakter seni dan budaya menjadi pendukung kebudayaan yang berbasis kearifan lokal dan budaya unggulan ini menjadi modal yang perlu dikembangkan secara terus menerus untuk pembangunan seni dan budaya unggulan secara berkelanjutan, sehingga Kabupaten Gianyar dinyatakan sebagai salah satu Kabupaten/ kota Pusaka di Indonesia.

Gianyar pada dasarnya memiliki beragam potensi dan bahkan, keunggulan lokal. Kabupaten Gianyar ini memiliki lokasi yang sangat strategis, sehingga potensi sumber daya seni perkembangannya paling menonjol. Citra positif Desa tentang kerajinan batu padas, kayu dan daya tarik Pariwisata Budaya dengan tari Barong dan keris, lingkungan pendidikan umum, sampai Kampus seni dan lembaga pendidikan Desa dari tingkat taman kanak-kanak, SMP dan SMA/SMK Sila Chandra, lembaga tradisional yang kuat, pekan olah raga dan seni Desa yang membanggakan telah mendorong warga untuk berkomitmen untuk maju. Industri kerajinan ukiran kayu misalnya

Page 20: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

6

merupakan produk unggulan dan penunjang pariwisata yang merniliki peran strategis bagi pembangunan ekonomi di Kabupaten Gianyar. Untuk tetap memiliki keunggulan dalam persaingan, pemberdayaan difokuskan pada upaya untuk secara terus menerus meningkatkan kinerja organisasionalnya.

Selain beragam potensi yang dimiliki Kabupaten Gianyar dengan keterbukaanya, seiring dinamika dan perkembangan pembangunan juga memiliki berbagai kelemahan dan keterbatasan didalamnya, dalam menghadapi keterbukaan saat ini warga masih lemah menangkap peluang sehingga diperlukan pola dan cara yang terarah dan direncanakan dengan baik dan strategis, dengan demikian kedepan warga Kabupaten Gianyar selalu adaptif dan selektif menjawab berbagai persoalan pembangunan dan mempunyai daya saing dalam tataran pergaulan global. Untuk menjawab tantangan tersebut akan lebih bijak apabila berani secara jujur mengidentifikasi berbagai potensi kelemahan dan tantangan ke depan. Kabupaten memang mempunyai kekuatan di bidang seni budaya yang telah mengakar kuat dengan semangat dan partisipasi yang kuat serta kompak dalam setiap pembangunan. Lembaga kemasyarakatan yang tradisional dan Dinas senantiasa bersinergi adalah juga modal dasar untuk memantapkan langkah menjawab tantangan kedepan yang lebih maju. Selain itu basis-basis ekonomi pertanian, kerajinan, kesenian dan pariwisata berkembang dengan kekhasan serta keunggulan. Yang tidak kalah pentingnya adalah sumber daya manusia yang kreatif, dinamis dan inovatif dengan sejumlah keberhasilan yang membanggakan, apabila disinergikan akan menjadi kekuatan untuk menjawab tantangan ke depan. Selain hal tersebut diatas, ada beberapa kelemahan yang harus menjadi perhatian dan jawaban secara terharah seperti terbatasnya sumber daya alam, alih pungsi lahan pertanian yang tidak terkendali sehingga Desa seperti tidak mempunyai tata ruang yang terpola dan kesan semerawut. Lokasi Desa sebagai penyangga urbanisasi dari Kota Denpasar semakin menjadi pilihan oleh penduduk kota menanamkan investasi, jual beli lahan dan rumah, maupun yang tinggal secara permanen menetap dengan status warga dinas. Dengan cakupan luas wilayah dan jumlah penduduk yang memadai kegiatan untuk

Page 21: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

7

penataan wilayah baik menyangkut sosial ekonomi sosial budaya, infrastruktur maupun yang lainya belum dapat dibiayai oleh APBD karena APBD masih kecil dan terbatas, juga sampai saat ini belum ada formula untuk mensinergikan antara pertanian, dan pengrajin seni dengan pariwisata. Dengan identitas persoalan seperti yang diuraikan diatas, akan menjadi tantangan untuk segenap komponen warga Desa menyatakan tekad untuk merencanakan, melaksanakan kegiatan dengan prioritas dan evaluasi secara terus menerus, sehingga dapat dipahami ketidakcocokan untuk dilakukan perbaikan secara berlanjut.

Hingga saat ini, pemerintah Kabupaten Gianyar sudah memiliki Blueprint (Cetak Biru) Revitalisasi Gianyar Menuju Kabupaten Unggulan Dalam Bidang Seni dan Budaya. Dalam kaitan ini, realisasi program kegiatan sehubungan dengan adanya Blueprint ini hendaknya dapat diwujudkan secara lebih nyata dalam bentuk Rencana Induk Pengembangan (RIP) sehingga berbagai instansi yang terkait akan dapat melakukan program kegiatannya secara terencana, terukur, dan terstruktur, sebagaimana yang akan dilakukan pembuatan Rencana Induk Pengembangan Gianyar sebagai Kota Pusaka pada tahun 2015 ini. Untuk itu, betapa pentingnya penyusunan Rencana Induk

Pintu gerbang Kantor Pemerintahan Kabupaten Gianyar

Page 22: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

8

Pengembangan Gianyar sebagai Kota Pusaka ini dalam merealisasikan hal-hal yang sudah dituangkan dalam Blurprint yang sudah dilakukan ini sehingga arah dan pengembangan Gianyar sebagai Kota Pusaka dapat dilakukan secara bersinergi dan berkelanjutan.

2.2 Tujuan Dan Manfaat Tujuan • Merumuskan arah pengembangan Gianyar sebagai Kota Pusaka

tahun 2015--2019• Membangun sinergitas (linkages) antara SKPD, masyarakat dalam

upaya pengembangan kota pusaka • Menyusun strategi, program, aplikasi kota pusaka, dalam upaya

penyusunan rencana aksi pelestarian Pusaka Budaya secara sistematik dan komprehensif, sesuai dengan pembangunan yaitu Undang-Undang No.11 Tahun 2010.

• Sebagai instrumen pengendalian dan pengawasan pemerintah secara berjenjang, DPRD dan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kota pusaka.

• Mengembangkan kinerja bahwa pembangunan kota pusaka agar secara riil bermuara pada pembangunan masyarakat dalam upaya peningkatan kesejahteraannya.

• Sebagai tolok ukur penilaian keberhasilan mewujudkan visi dan misi melalui pelaksanaan program pengembangan Gianyar sebagai kota pusaka.

Manfaat 1. Tersusunnya kondisi pusaka daerah kabupaten Gianyar yang

meliputi lingkungan internal dan eksternal sehingga dapat diketahui kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dihadapi.

2. Tersusunnya dokumen perencanaan sebagai instrumen pengendalian dan pengawasan pemerintah secara berjenjang, DPRD dan masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan Gianyar sebagai kota pusaka agar sejalan dengan aspirasi masyarakat sesuai dengan prioritas dan sasaran program

Page 23: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

9

pembangunan yang ditetapkan3. Tersusunnya arah pengembangan Gianyar sebagai kota pusaka

yang mencakup• Arah kebijakan pengembangan kota pusaka• Strategi pengembangan kota pusaka• Indikasi program setiap komponen pengembangan Gianyar

sebagai kota pusaka

2.3 Perumusan Masalah Adapun permasalahan yang muncul adalah sebagai berikut:Pertama bagaimana arah pengembangan Gianyar sebagai Kota

Pusaka tahun 2015—2019? Kdua upaya sinergitas yang bagaimana yang hendaknya dibangun antara SKPD, masyarakat dalam upaya pengembangan kota pusaka?. Ketiga, bagaimana penyusunan strategi, program, aplikasi kota pusaka, dalam upaya penyusunan rencana aksi pelestarian Pusaka Budaya secara sistematik dan komprehensif, sesuai dengan pembangunan yaitu Undang-Undang No.11 Tahun 2010. Keempat, apa instrumen pengendalian dan pengawasan pemerintah secara berjenjang, DPRD dan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kota pusaka? Kelima: bagaimana penyusunan program pembangunan kota pusaka agar secara riil agar bermuara pada pembangunan masyarakat dalam upaya peningkatan kesejahteraannya. Dan keenam, bagaimana penilaian keberhasilan dapat diwujudkan agar sinkron dengan visi dan misi melalui pelaksanaan program pengembangan Gianyar sebagai kota pusaka?

2.4 Konsep Dasar Hukum Adapun landasan hukum pembuatan Rencana Induk Pengem bangan Gianyar sebagai Kota Pusaka ini adalah:

a. Landasan Konstitusional UUD 1945, Pasal 32.b. Undang-Undang No 25 Tahun 2004 Tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional.c. Undang-Undang No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah

Daerah.d. Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Perimbangan

Page 24: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

10

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.e. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025.f. Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 Tentang Benda Cagar

Budaya.g. Peraturan Pemerintah No 20 Tahun 2004 Tentang Rencana

Kerja Pemerintah.h. Peraturan Daerah Provinsi Bali No 6 Tahun 2009 Tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Bali 2005-2025.

i. Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 9 Tahun 2009 Tentang Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Provinsi Bali Tahun 2008-2013.

j. RPJP dan RPJM Kabupaten Gianyar.k. Kesepakatan Bersama Bupati Gianyar dan Rektor Universitas

Udayana No. 355/19/KSB/B.Tapem/2013 Tentang Im-plementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi Dalam Penelitian Pengembangan Potensi dan Pembangunan Daerah Kabupaten Gianyar.

2.5 Metode IlmiahPengumpulan data primer dan data sekunder dilakukan dengan

wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka. Ruang lingkup dari kegiatan ini adalah penyusunan kajian Gianyar sebagai kota pusaka. Dilanjutkan dengan pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) dengan SKPD, tokoh masyarakat, budayawan dan akademisi sebanyak 30 orang. Selanjutnya, dilaksanakan workshop tentang hasil penyusunan Rencana Induk Pengembangan (RIP) Gianyar sebagai Kota Pusaka yang dihadiri sebanyak 50 orang.

Metode Analisis DataMetode analisis data yang dipergunakan dalam penyusunan

Rencana Induk Pengembangan Gianyar sebagai kota pusaka adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskripsi kualitatif meliputi analisis SWOT dan analisis kuantitatif menggunakan analisis

Page 25: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

11

time series.

Jenis dan cakupan dataJenis data yang digunakan dalam penyusunan Rencana Induk

Pengembangan Gianyar sebagai kota pusaka ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif yang meliputi gambaran umum Kabupaten Gianyar dan data pengembangan kota pusaka. Gambaran umum Kabupaten Gianyar mencakup aspek geografi dan demografi, potensi pengembangan wilayah dalam kaitannya dengan pengembangan kota pusaka yang mencakup pusaka alam, pusaka saujana dan pusaka budaya. Dalam kaitan ini, dipusatkan dengan pembahasan aspek umum atau budaya, aspek sumber daya alam, aspek ekonomi, dan aspek infrastruktur.

Page 26: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

12

Catus Pata di Kecamatan Tegalalang

Page 27: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

13

II

VISI, MISI, STRATEGI, DAN RENCANA PROGRAM KOTA PUSAKA

2.1. Perspektif Masa Depan 2015 – 2019

Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Gianyar Kota Pusaka dirancang dalam rentangan waktu, yaitu tahun 2015 – 2019. Perspektif kedepan sepanjang sepuluh tahun mengidentifikasi

lima kecendrungan penting yang berpotensi besar mempengaruhi eksistensi, karakter dan dinamika Gianyar sebagai Kota Pusaka Alam, Budaya dan Saujana dalam konteks lokal, nasional dan internasional.

Pertama, makin sesak dan kompleksnya ruang (topos, desa) kabupaten Gianyar yang berdampak membesarnya tekanan terhadap manusia dan kebudayaan. Buku Gianyar dalam jangka (2012) melaporkan, bahwa keselurusan luas wilayah Kabupaten Gianyar sepanjang tahun 2006 – 2010 tetap seluas 36.800HA atau 368 Km dengan rincian : Kecamatan 35,02 Km2, Blahbatuh 39,70 Km2, Gianyar 50,59 Km2, Tampaksiring 42,63 Km2, Ubud 42,38 Km2, Tegalalang 61, 80 Km2 dan Payangan 75,88 Km2. Kabupaten Gianyar yang berlokasi di Bali tengah – selatan makin dijejali oleh bangunan dan gerak ini sulit dibendung. Konservasi lahan langsung pesat, meluas dan fakta ini memberikan tantangan ekologi, merapuhkan filosofi Tri Hita Karana, mendorong ketersesakan, kesemrawutan dan menimbulkan masalah habitat yang menekan, menegangkan, mudah memacu konflik kekerasan dibandingkan menyuguhkan kenyamanan, keserasian dan harmoni.

Kedua, makin cepat, instan dan berlarinya gerak waktu ( kronos, kala) dalam kehidupan searah dengan tesis Gidden tentang run away world yang berdampak ketergesaan, ketegangan dan instanitas. Fenomena serba instan sering mengabaikan proses dan mutu, menjauhi ketekunan dan kontemplasi, mementingkan produk cepat jadi dibandingkan karya kreatif berkeunggulan dengan nuansa taksu.

Page 28: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

14

Identitas, orisinalitas, autentisitas dan spirit kemaestroan cenderung dangkal dan pudar.

Ketiga, Makin padat, heterogen dan membesarnya jumlah penduduk dan SDM Kabupaten Gianyar dengan cakupan permasalahan heterogenitas, densitas, kualitas sampai aneka potensi konflik, distorsi dan disintegrasi; karakter, mindset sampai culture (Logos, patra) SDM juga berpotensi rumit, dangkal, anomali. Penduduk Kabupaten Gianyar dalam sensus tahuan 1930 berjumlah 164.409 jiwa dengan Kepadatan Gianyar mencapai 446 orang/Km2. Tahun 1971 penduduk Kabupaten Gianyar meningkat menjadi 271.447 jiwa dengan kepadatan 738, dan sensus tahun 2010 mencatat jumlah penduduk 469.777 jiwa dengan kepadatan melebihi 1000 orang atau tepatnya 1.277 orang/Km2. Dalam rentang 20 tahun ke depan (2013 -2033), jumlah penduduk Kabupaten Gianyar berpotensi mendekati total satu juta jiwa dan mendekati fenomena metropolitan dengan ragam peluang dan beraneka gangguan, tantangan dan ancaman, seperti : beban, konflik sampai bencana alam dan sosial.

Keempat, semakin berkembangnya format ekonomi kreatif dan ekonomi jasa pariwisata, serta menurunnya ekonomi agraris. Budaya kreatif, budaya industri dan budaya pariwisata makin diadopsi dan sebaliknya budaya agraris dengan cakupan peradaban air (budaya, subak) dan peradaban pekraman (budaya, desa adat) makin terdesak, marginal dan distorsi. Empat belas kelompok ekonomi kreatif memperoleh mementum untuk bangkit, yaitu : (1) Periklanan, (2) Layanan Komputer dan Piranti Lunak, (3) Arsitektur, (4) Permainan Interaktif, (5) Musik, (6) Riset dan Pengembangan, (7) Televisi dan radio, (8) Seni Pertunjukan, (9) Pasar Seni dan Barang Antik, (10) Penerbitan dan Percetakan, (11) Film, Video, Fotografi, (12) Fashion, (13) Design. ( 14) Kerajinan ( Disperindag, 2008). Pariwisata budaya dengan beragam variasinya, seperti : pariwisata alam, pariwisata bahari, pariwisata remaja, pariwisata bamboo, pariwisata heritage dll berpeluang makin meluas namun ekonomi agraris dan kehidupan para petani terdesak makin marginal, makin miskin, serta hak – hak komunitas dan budaya mereka makin distorsi. Dampak ikutnya adalah meluasnya konflik kepentingan, menguatnya kemiskinan struktural,

Page 29: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

15

melebarnya ketimpangan serta kesenjangan yang disertai rapuhnya budaya tradisi berbasis budaya agraris.

Kelima, makin tumbuh dan meluasnya gaya hidup baru yang bernuansa posmo, urban, kontemporer dan juga multikultur. Budaya pop, budaya etnik, budaya kolaborasi, budaya konstruksi yang disertai seni budaya adopsi, adaptasi dan akulturasi hadir memperkaya keragaman dan inovasi, sekaligus dengan isi kedangkalan dan komersialisasi. Fenomena dunia terbuka, meltingpot, makin marak di era millenium ke-3 dan abad XXI. Pesona scape berbasis konsep pesona global Appaduray: ethnoscape, finanscape, medioscape sampai ideoscape (Appaduray, 1991) menyebyar jagat mikro dan makro kosmos dengan isu triple A : anomali natural, aneksasi sosial dan anomali cultural merupakan tantangan sistemik dan sangat dinamik dalam mewarnai, mengakselerasi dan juga menggoncangkan seni budaya dan kemanusiaan.

Berikutnya juga Keenam, makin tumbuhnya kesadaran baru akan arti seni budaya yang memancarkan nilai logika, etika, solidarita, kreativita sampai spiritualita juga makin bangkit spirit dan jiwa humanisa dan peradaban universal tentang persoalan mendasar mengenai makna kehidupan sebagai manusia, homosapiens yang beradab Bhineka Tunggal Ika, Jagathita. Hiruk pikuk modernisme, globalisme, sangat lekat progesivisme, komersialisme dan materialisme. Fisik dan raga memperoleh atensi dan akulturasi. Sejarah tradisionalisme dan peradaban klasik yang bernuansa original dan authentik juga sarat ekspresivisme dan spiritualisme pernah mengisi dan membangun peradaban dimasa lampau dalam rentangan dan bentangan topos, kronos dan logos yang maha luas. Tema – tema titik balik peradaban yang disuarakan oleh Capra (2004) glokalisasi (globalisasi lokalisasi) yang didengungkan oleh Shinji Yamashita (2003) dan revitalisasi yang digemakan oleh I.B. Mantra (1998), Griy (2000), Dibia (2012) memperoleh relevansi, urgensi dan momentum untuk Kabupaten Gianyar, Bali yang mengusung sinergi lahir dan batin, tumbuhnya raga dan jiwa kebudayaan.

Page 30: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

16

2.2 Analisis Lingkungan Strategi Lokal, Nasional dan InternasionalKategori lingkungan strategi sangat beragam dan untuk

kepentingan pintu masuk kerumusan visi dan misi Revitalisasi Gianyar Menuju Kabupaten Unggulan dalam Bidang Seni Budaya, lingkungan strategis yang relevan dan membuka aneka peluang adalah lingkungan berskala lokal, nasional, global. Diera revolusi teknologi dan digital, searah Friedman, dunia global makin meleleh dari sekat - sekat ras, etnik, nasion, geo-politik dan geo-kultural.

Tekad besar Kabupaten Gianyar merevitalisasi seni budaya memberikan refleksi tumbuhnya semangat bersama dan respon kreatif pemerintah bersama masyarakat Gianyar untuk maju, bangkit dan menguatkan identas Gianyar dibawah kepemimpinan bupati A. A Gde Agung Bharata, SH dan wakil bupati Made Mahayastra, SST Par, MAP (2013 – 2018) mengembangkan visi BAGUS ( Bersih, Alami, Giat, Berbudaya, Sejahtera) menuju jagatdita dan melihat potensi peluang dan prospek kebudayaan yang berdaya guna dan berdaya hasil.

Skala LokalLingkungan strategi lokal, baik skala Kabupaten Gianyar maupun

skala Provinsi Bali yang berpotensi dan berpeluang hadir sebagai lingkungan pendorong (push –factor) dan lingkungan penarik (pull-factor) antara lain adalah (1) tumbuh dan maraknya festival seni budaya dilevel Desa, Kecamatan, Kabupaten, (2) berlangsungnya Pesta Kesenian Bali secara berkelanjutan, (3) berkembangnya ekonomi kreatif, (4) potensi Gianyar bumi seni yang historik dan dinamik, (5) eksistensi seni budaya sebagai living culture dan living heritage.

Skala NasionalLingkupan strategi nasional yang memacu, membuka peluang

dan menantang pentingnya revitalisasi seni budaya adalah : (1) Festival seni nusantara berkelanjutan, (2) citra Gianyar dan Bali pada umumnya sebagai Kabupaten dan Provinsi Budaya, (3) networking nasional terkait kota/ kabupaten heritage, (4) tumbuhnya kota/ kabupaten kreatif, (5) asa Indonesia untuk berkembang sebagai

Page 31: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

17

negara adibudaya.

Skala GlobalLingkupan strategis global yang turut menyuburkan eksistensi

kabupaten seni untuk berkelanjutan antara lain : (1) diplomasi kebudayaan yang dikembangkan Depertemen Luar Negeri RI, (2) apresiasi UNESCO tentang unsur – unsur seni dan budaya sebagai WBD seperti ; wayang, keris, batik, budaya subak dan sejumlah seni tari, (3) networking heritage regency, (4) Regency sister bernuansa seni budaya, (5) apresiasi Bali secara berkelanjutan sebagai destinasi wisat pulau yang paling prima di dunia terkait potensi seni dan budaya.

Ditengah kehidupan dunia yang makin dinamik, progresif dan kompleks Indonesia mewacanakan dan mengaplikasikan kekuatan budaya disamping kekuatan senjata, ekonomi, teknologi, politik. Kekuatan budaya atau soft power diapresiasi sebagai kekuatan alternatif untuk mengakselerasi tujuan pembangunan melleniusm gelombang II pasca tahun 2015 dalam transformasi MDG’S (Sustainable Development Goals). Atas inisiatif Indonesia di bawah Presiden DR. Susilo Bambang Yudhoyono dilaksanakan World Culture Forum, Nusa Dua, Bali tanggal 24–27 November 2013 dengan tema The Power of Culture in Sustainable Development.

Dalam konteks revitalisasi seni budaya kabupaten Gianyar, kekuatan budaya sekurang – kurangnya mencakup tiga dimensi kekuatan (psycho – power, socio-power, ideo-power) dengan potensi kebudayaan sebagai; (1) sumber penguatan identitas, (2) basis kreativitas berkelanjutan, (3) untuk sinergisitas dan integrasi, (4) modus pendekatan, berkearifan (soft power) dan (5) konfigurasi nilai, roh budaya, taksu dan keadaban yang luhur, konstruktif dan bersifat universal mengapresiasi Bhineka Tunggal serta berwawasan, multikultur. (Lihat diagram 1)

Page 32: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

18

Diagram 1 Kekuatan Budaya dalam konteks Revitalisasi seni Budaya

2.3 Visi, Misi

VisiPerspektif masa depan, narasi aneka peluang dan ragam

masalah, analisis lingkungan strategis dalam skala lokal, nasional dan internasional menghadirkan daftar panjang tentang aspek – aspek positif dan negatif terkait perumusan visi dan misi yang terarah, terstruktur dan aplikatif. Dalam Pernyataan visi yang berfungsi untuk memberikan arah dan narasi tentang tujuan ideal, serta perumusan misi yang mendeskripsikan tujuan praktikal yang realistis, perspektif masa depan, deskripsi kondisi masa kini dan pengalaman masa lampau merupakan sandaran yang idealistik dan objektif.

Agar pernyataan visi dan perumusan misi bergerak makin membumi, objektif dan mengarah ke aplikatif, maka mata rantai

Basis Data

Basis Kreatifitas

Spirit Integrasi

Karakter Unggul

Pendekatan Budaya

Jiwa, Nilai, Universal,

Taksu

Kekuatan Budaya

Page 33: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

19

berikutnya : paradigma, kebijakan, strategi dan program wajib ada dalam relasi kontinium yang terhubung secara tekstual, kontekstual dan taat makna. Dalam kerangka struktur sistemik dan dinamik seperti itu relasi visi, misi, paradigma, kebijakan, strategi dan program mengalir sebagai living soul, living spirit sampai living action.

Pada Level yang aplikatif dalam kerangka struktur satu formulasi Rencana Induk Pengembangan (RIP), maka relasi struktur, fungsi dan maka dari Visi – Misi – Paradigma – Kebijakan – Strategi – Program memperoleh kontinuitas berdimensi kejiwaan dan keragaan secara utuh.

Visi Gianyar Kota Pusaka 2015 – 2019 adalah :“Terwujudnya Gianyar Kota Pusaka Yang Beridentitas, Lestari dan Unggul Menuju Kesejahteraan, Kebahagiaan dan Berkelanjutan”

VISI

PARADIGMA MISI

KEBIJAKAN STRATEGI

Visi : Memberi Arah dan Narasi Tujuan Ideal.

Misi : Merumuskan Tujuan Praktikel dan Pokok.

Paradigma : Kerangka Mindset dan Mental.

Kebijakan : Merumuskan Peta Pendekatan Ideal.

Strategi : Menarasikan Karakter, Praktikel dan Langkah –Langkah Taktis.

Page 34: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

20

Gambar Pusaka Budaya

Gambar Pusaka Saujana

Gambar Pusaka Alam

Page 35: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

21

Fokus Indikator Alat Ukur1. Beri-

denti-tas

1. Tewujudnya kekayaan Gianyar dengan jatidiri manusia dan masyarakat berbasis filosofi Tri Hita Karana, beridi-ologi Pancasila dan berspirit Heritage.

2. Terwujudnya manusia dan masyarakat Gianyar yang ko-koh dalam orientasi nilai harmoni, harmoni hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam serta ma-nusia dengan manusia.

3. Terbangkitnya kembali kreativitas pusaka sebagai in-spirasi dan sumber bagi kehidupan dan penghidupan manusia dan masyarakat.

4. Terbangkitnya habitus dan praktek untuk hidup dalam gaya hidup yang konstruktif dan positip, budaya jujur, budaya bersih, budaya kerja, budaya disiplin, budaya tol-eransi, budaya harmoni, budaya heritage sebagai warga, komunitas, etnik dan bangsa.

5. Terwujudnya tingkat pemahaman, penghanyatan dan pelaksanaan swadarmaning negara dan swadarman-ing agama bagi manusia dan masyarakat Gianyar secara berkelanjutan.

2. Lestari 1. Utuhnya eksistensi dan perkembangan pusaka alam, pu-saka budaya dan pusaka saujana sejalan dengan dinamika dan perubahan tempat (desa) , waktu (kala) dan mindset ( patra) baik oleh pengaruh faktor internal maupun ek-sternal.

2. Mekarnya kreativitas dan spirit heritage dalam mengawal pelestarian pusaka alam, pusaka budaya dan pusaka sau-jana sebagai khasanah budaya etnis dan budaya bangsa.

3. Kuatnya fungsi SDM sebagai kader – kader pelestari pu-saka alam, pusaka budaya , pusaka saujana dengan kuali-tas IQ, EQ, SQ yang terdidik dan terlatih.

4. Kokohnya kelembagaan berbasis lembaga adat, lembaga formal dan lembaga semi formal dalam megawal keles-tarian pusaka secara partisipatif.

5. Berlanjutnya jaringan kota pusaka secara sinergis baik dalam skala lokal (daerah), skala nasional (negara), sep-erti JKPI dan BPPI dan skala internasional, yaitu UNESCO, ICNT dan OWHC (Organization of World Heritage City).

Page 36: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

22

3. Unggul 1. Terwujudnya kebangkitan spirit pusaka alam,budaya, saujana berbasis budaya unggulan dalam suasana cipta, rasa dan karsa yang bermutu tinggi dan berbudaya sa-ing global.

2. Hadirnya ragam karya pusaka khas, beridentitas, ber-mutu tinggi, kokoh dalam basis SDM dan komunitas kre-atif.

3. Terwujudnya produk – produk unggulan dengan nilai tambah makin tinggi secara ekonomi, teknologi dan kul-tural serta makin membangkitkan produk unggulan One Village One Product ( OVOP).

4. Menculnya kembali para maestro pusaka budaya kate-gori Mpu Pusaka, Mpu Seni, Mpu Sastra, Mpu Arsitektur, Mpu Keris, Mpu Pemahat, dll . Seperti Seniman Lempad, Cokot, Grayam, Made Sanggra, Sija dll.

5. Hadirnya Taksu dan lahirnya karya –karya master pice dari para maestro generasi baru kabupaten Gianyar.

4. Ke se-jah-tera-an

1. Terwujudnya peningkatan Indeks Pembangunan Ma-nusia (IPM) yang di representasikan lewat tingkat pendidikan,kesehatan dan ekonomi.

2. Terjadinya penurunan jumlah penduduk miskin, seni-man dan budayawan terlantar, pengerajin terpuruk dan makin berkurangnya kesenjangan antar sektor, antar wilayah serta diimbangi dengan peningkatan keals me-nengah yang berjiwa estitik dan berspirit heritage.

3. Terwujudnya akses masyarakat yang makin terbuka, muda dan lancar dalam pemenuhan kebutuhan dasar dalam hal sandang, pangan, pendidikan, kesehatan, san-itasi dan kesempatan berusaha.

4. Terbangkitnya kesadaran akan pentingnya posisi dan peran anak – anak, pemuda, dewasa dan lansia serta menguatkan pengarus utama gender dan partisipasi perempuan.

5. Tersedianya jaringan infrastruktur fisik, sosial, digital yan mendorong perekonomian, jaringan sosial , jarin-gan heritage dan aktivasi masyarakat cerdas atau smart community.

Page 37: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

23

5. Keba-hagia-an

1. Terwujudnya manusia dan masyarakat yang tentram, ru-kun dan damai berdasarkan semangat heritage, semangat menyamebraya, paras – paros, segilik – seguluk sebayan-taka.

2. Terwujudnya masyarakat Gianyar yang makin mantap, jagathita sarwa prani hita, iklas dan rela melalukan ke-wajiban kultural dengan apresiasi hak – hak asasi, hak – hak sosial sampai HAKI heritage.

3. Tersajinya penghargaan pusaka budaya, pusaka alam, pusaka saujana sampai perama budaya dengan kualitas penghargaan yang makin tinggi.

4. Terjaminnya aktvasi seniman, pusakawan, budayawan sampai profesi, serta terjaminnya haritua mereka secara lebih baik, lebih sejahtera, lebih bahagia melalui bantuan–bantuan lansia, asuransi, dll.

5. Terwujudnya kesejahteraan lahiriah dan kebahagiaan ba-tiniah masyarakat Gianyar secara berkelanjutan.

6. Ber-kelan-jutan

1. Terbangkitnya apresiasi dan denyut spirit pusaka dika-langan masyarakat luas, dari anak – anak, remaja, dewa-sa, tua, baik laki maupun perempuan.

2. Terwujudnya sentra – sentra pusaka alam, budaya, saujana unggulan yang mengwal revitalisasi berskala berkelanjutan, melalui : banjar, sekaa, sanggar, subak, pekraman, rumah budaya, komunitas kreatif, serta terse-dianya sarana – sarana pusaka yang dapat diperbantukan bagi revitalisasi pusaka berbasis masyarakat, seluruh dan komunitas kreatif.

3. Terwujudnya revormasi birokrasi yang makin profisional yang siap mengawal amanat revitalisasi Gianyar Kota Pu-saka berkelanjutan dengan remunerasi yang lebih baik dan mensejahterakan.

4. Terbakunya ruang – ruang budaya unggulan, pusaka ung-gulan dan event pusaka budaya secara lokal level desa, kecamatan, kabupaten, lintas daerah dan lintas budaya sebagai representasi kebangkitan Gianyar Kota Pusaka.

5. Terbuka dan terfasilitasinya misi – misi kesenian dan misi pusaka ke luar daerah dan keluar negeri dalam misi pro-mosi pusaka, representasi kerjasama antar kabupaten sampai diplomasi kebudayaan.

Page 38: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

24

Misi

Untuk mewujudnya misi tersebut, dirumuskan sepuluh misi sebagai berikut :1. Menggali, merevitalisasi dan melestarikan pusaka alam,

pusaka budaya dan pusaka saujana yang khas, unggul, langka sebagai representasi kekeyaan, keragmana dan kegeniusan Gianyar sebagai Kota Pusaka yang melokal, menasional dan mendunia.

2. Menghidupkan jiwa, karakter dan spirit Gianyar Kota Pusaka melalui kreativitas cipta, karsa dan karya dan dipromosikan melalui komunikasi dan Branding Gianyar : Seni Kecak, Gianyar Soul of Bali.

3. Merevitalisasi sentra – sentra Kota Pusaka level makro ( kabupaten), level meso ( kecamatan) dan level mikro (desa). Untu level makro, sentra yang ditetapkan adalah seninergi Puri, Catus Patha, Alun – Alun Astina, Balai Budaya sampai komunitas lokal dari pecinaan, serta peninggalan bangunan kuno sebagai representasi Gianyar sebagai Kota Tua bersejarah. Untuk level meso, sentra – sentra yang ditetapkan adalah ibu kota kecamatan Ubud, Payangan, Tegalalang, Tampaksiring,

HUT Kota Gianyar ke-244

Page 39: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

25

Blahbatuh, dan Sukawati. Untuk level mikro, dipilih minimal satu desa ditiap kecamatan sebagai percontohan untuk pengembangan berkelanjutan.

4. Memberdayakan SDM pusaka yang kreatif, cerdas, unggul sebagai sumberdaya kreatif, inovatif dan kader – kader pelestari. Mereka terdiri atas para pemuda, mahasiswa, pelajar dan remaja kreatif pencinta pusaka alam, budaya dan saujana.

5. Memfungsikan lembaga – lembaga adat, dinas, swasta dalam pelestarian dan pemberdayaan Kota Pusaka secara harmoni. Dari lembaga – lembaga tersebut diharapkan peran dan partisipasi mereka secara berkelanjutan dan kepada lembaga – lembaga tersebut dijelaskan hak – hak dan manfaat bagi mereka, bagi kehidupan dan penghidupan. Ada keseimbangan hak dan kewajiban dalam fungsi partisipatif.

6. Mengembangkan ekonomi pusaka yang kreatif menjangkau sektor premier, sekunder dan tersier melalui bidang pertanian, kerajinan, pariwisata dan seluruh kelompok ekonomi kreatif yang mencakup 18 bidang ekonomi kreatif 2015 -2019.

7. Mamanfaatkan hasil dan arti ekonomi pusaka bagi pelestarian pusaka alam, budaya, saujana dan bagi kesejahteraan masyarakat dengan nilai tambah secara ekonomi, teknologi, kultural.

8. Mengembangkan zonasi pusaka dalam wujud Kota Gianyar sebagai sentra makro, kota kecamatan sebagai sentra meso dan desa – desa tertentu sebagai percontohan sentra mikro melalui pembenahan infra-struktur (fisik), sosio – struktur ( lembaga) dan supra –struktur (perundang –undangan sampai kode etik kota pusaka).

9. Merevitalisasi, merenovasi dan mekonstruksikan infrastruktur pusaka searah dengan program P3KP Kementerian PU Republik Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pariwisata, Kementerian Disperindag, dan Kementerian Pemberdayaan Desa.

10. Meningkatkan dan memantapkan kualitas kesejahteraan

Page 40: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

26

dan kebahagiaan masyarakat melalui indikator objektif Indek Pembangunan Manusia, Indek Kesejahteraan, Indek Kebahagiaan Masyarakat dan Indeks Kepuasan Publik Gianyar.

2.4 Paradigma, Kebijakan, dan Strategi ParadigmaParadigma

Undang–Undang Republik Indonesia no 11, tahun 2010 tentang Cagar budaya mengamanatkan, bahwa pelestarian cagar budaya memerlukan keseimbangan aspek ideologis, aspek akademis, aspek ekologis dan aspek ekonomis. Keseimbangan merupakan paradigma yang sangat penting dan mendasar dalam esensi konsep kebudayaan yang berintikan sistem nilai, seperti dalam buku oleh budayawan Sutan Takdir Ali Syahbana, keseimbangan kebudayaan akspresif (konfigurasi sinergi nilai seni, solidarita, dan agama) dengan kebudayaan progresif (konfigurasi sinergi nilai ekonomi, kekuasaan dan iptek) sangat relevan dan prospektif. Dua refrensi tersebut menguatkan pentingnya paradigma keseimbangan.

Selanjutnya dalam menanggapi dinamika kebudayaan global yang hadir tanpa sekat ras, etnik, nasion dan gio-politik, berkembang cara pandang mondial seperti yang diajukan oleh tokoh globalisme Fietman. Tokoh ini menekankan pentingnya arti dan makna tentang kekhasan dan keunggulan agar dalam dinamika dunia global tanpa sekat, eksistensi, identitas dan kekhasan dengan keunggulan memperoleh aksentuasi penting. Paradigma keunggulan memiliki relevansi, urgensi di era global dan kesejagatan.

Transformasi tujuan pembangunan MDG’S ke formulasi tujuan SDG’S pasca 2015, seperti dirumuskan oleh PBB menganjurkan pentingnya paradigma sustanabilitas atau keberlanjutan ditengah – tengah kehidupan dunia yang dinamik, transformatif namun diharapkan tetap mampu menghadirkan kesejahteraan. Dalam konteks ini paradigma keberlanjutan dinilai relevan dan efektif.

Paradigma Segitiga: Keseimbangan, Keunggulan dan Ke-berlanjutan menjadi basis aplikasi Visi- Misi Gianyar Kota Pusaka :

Page 41: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

27

Paradigma KeseimbanganPostulat dasar paradigma ini adalah komitmen pada pentingnya

keseimbangan holistik : idiologis, akademis, ekologis, ekonomis secara multi – lembaga dan simbiosis –mutialistis. Dalam refrensi kearifan lokal, filosofi Tri Hita Karana ( Keseimbangan Manusia-Tuhan, Manusia – Alam, Manusia –Manusia) amat kokoh dalam teks dan relevan dalam konteks, walaupun dalam realitas dihadapkan pada aneka tatangan dan distorsi.

Paradigma KeunggulanPosttulad dasar paradigma ini, bahwa keunggulan eksistensialisme

dan keunggulan konparatif sangat penting untuk membangun dan mengkuatkan daya saing regional dan internasional. Dalam skala lokal, nasional, internasional, paradigma keunggulan merupakan tuntunan aktual untuk eksis dan berdaya saing tinggi.

Paradigma KeberlanjutanPostulad dasar paradigma ini, bahwa dinamika Gianyar Kota

Pusaka adalah dinamika yang berlanjut secara lintas jaman, lintas generasi dan lintas peradaban. Asa keberlanjutan ini memerlukan dukungan pikiran , mental dan tindakan para SDM pelaku Kota Pusaka secara personal maupu kolektif. Dalam mengoptimalkan arti, fungsi dan makana Kota Pusaka bagi kesejahteraan dan kebahagiaan, revolusi mental kearah konstruktif, proaktif dan berkeadilan menjadi relevan dan urgan.

KebijakanRevitalisasi Gianyar Kota Pusaka yang mengakar, terarah dan

berdaya guna perlu di topang oleh kebijakan yang kokoh dalam basis lokalitas (kearifan lokal), sinkron dengan nasionalitas (kearifan nasional) dan relevan dengan universitas (kearifan universal). Berpegang pada ide dasar tersebut, jenis-jenis kebijakan terkait repitalisasi Gianyar Kota Pusaka terdiri atas :

Page 42: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

28

Bhineka Tunggal Ika dalam RevitalisasiKebijakan ini mengapresiasi keragaman budaya dan keragaman

pusaka dan bersamaan dengan itu juga mengedepankan kesatuan dan persatuan searah dengan konsep dasar Bhineka Tunggal Ika. Kesatuan dalam keragaman merupakan kebijakan pokok dan moto dalam revitalisasi pusaka alam, budaya dan saujana.

Keterbukaan Lokal, Nasional dan InternasionalIde dasar yang melandasi kebidajakan ini adalah fakta empiris

dan kecendrungan masa dengan ditengah dunia berkembang tanpa sekat sosio-kultul. Kebijakan ini menjamin tumbuhnya komunikasi lintas budaya, sehingga tercegah eksklusi dan alienasi budaya, serta lebih menyuburkan integritas secara inklusi.

Partisipasi MasyarakatKabupaten Gianyar sebagai Kota Pusaka menacakup beragam lembaga dan komunitas sebagai landasan mengarakkan partisipasi masyarakat. Partisipasi ini menjadi urgen, baik terkait pertimbangan community based, maupun terkait kepedulian sosial, rasa memiliki sampai rasa bertanggung jawab secara bersama – sama.

Regenerasi BerkelanjutanIde dasar regenerasi dalam pelestarian dan pengembangan

Kota Pusaka sangat gatut dengan asa revitalisasi agar generasi penerus lebih siap, lebih apresiatif dan lebih kreatif dalam proses dan sistem pelestarian dan pengembangan Kota Pusaka. regenerasi mengakselerasi dinamika yang menjauhi kemandekan dan mencegah kepunahan pusaka.

Pro Seniman, Pro Komunitas, dan Pro RakyatIde pokok kebijakan ini adalah bahwa seniman, komunitas pusaka

dan rakyat adalah subjek dalam pelestarian dan pengembangan Kota Pusaka. Sebagai Subjek: seniman, komunitas pusaka dan rakyat Gianyar adalah memiliki kewajiban moral dan sekaligus juga pengawal dalam pelestarian dan penerimaan arti dan manfaat revitalisasi pusaka bagi

Page 43: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

29

penghidupan, kehidupan dan keadaban.

StrategiDelapan Jenis Strategi dirumuskan dalam RIP ini :

NO Jenis Strategi Narasi

1 Strategi Legal Merumuskan berbasai dasar hukum : UU, Perda, SK Bupati guna menguatkan landasan hukum dan proteksi hukum.

2 Strategi Edukasional

Melaksanakan pendidik, pelatih secara formal dan informal. Pendidik jenjang menengah dan tingi diperlukan. Disiplin Heritegologi diperkenalkan.

3 Strategi Institusional

Penguatan kelembagaan pusaka : tradisional, formal dan komunitas pusaka.

4 Strategi pengembangan SDM

Pengembangan SDM kreatif, inovatif sehingga kontinu berkarya dan memiliki pusaka budaya unggul dan berkarakter.

5 Strategi Pengkajian, Indormasi dan Dokumentasi

Data based, pemetaan, dokumentasi sampai buku dikembangkan , majalah pusaka budaya merupakan media lokal, nasional dan internasional.

6 Strategi Networking

Jaringan Kota Pusaka perlu dikembangkan skala lokal, nasional (JKPI) dan Internasional ICNT, OWHC dan UNESCO.

7 Strategi Insentif dan Penghargaan

Penghargaan kepada perintis, inovator, pelestari pusaka dikembangkan berkelanjutan.

8 Strategi Pendanaan

Dana dari berbagai sumber diperlukan : APBD, APBN, Dana CSR dan Dana Asing yang tidak mengikat. One Dollar for Heritage Conservation dapat dipungut dari parawisata heritage.

LEGAL EDUKASIONAL

PENGEMBANGAN SDM

NETWORKING

PENDANAAN INTENSIF PENGHARGAAN

PENGKAJIAN INFORMASI

DOKUMENTASI

INSTITUSIONAL STRATEGI

Page 44: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

30

5. P

ROGA

M A

STA

PUST

AKA

DEL

APAN

PRO

GRAM

IND

UK

RIP

KO

TA P

USA

KA

GIAN

YAR

2015

– 2

019

BIDA

NG

PRO

GRAM

IN-

DU

KPR

OGR

AM K

HU

SUS

OU

TPU

T O

UTC

OM

ETA

HU

N P

ELAK

SANA

AN

1516

1718

19

1. B

uday

a Pu

saka

(B

idan

g Da

sar)

1.

Pe

les-

tari

an, P

emul

iaan

da

n Ke

berl

anju

-ta

n Bu

daya

Tan

-gi

ble

dan

Inta

n-gi

ble

1.1.

So

sial

isas

i Sad

ar P

usa-

ka se

cara

Men

yelu

ruh,

Ber

kela

n-ju

tan

1.2.

P

engu

atan

Dat

a Da

sar,

Pene

litia

n da

n Pu

blik

asi

1.3.

Fe

stiv

al P

usak

a Ka

bu-

pate

n, K

ecam

atan

, Des

a

• M

ajun

ya k

esad

aran

pus

aka

dika

lan-

gan

mas

yara

kat

• Le

ngap

dan

mem

puny

ai d

ata

dasa

r ko

ta p

usak

a se

cara

hol

istik

• M

engh

arga

i ap

resi

asi

mas

yara

kat t

erha

dap

kota

pus

aka

x x x

x x x

x x x

x x x

x x x

2.

Peng

emba

ngan

Ja

ring

an K

ota

Pu-

saka

dan

Pen

gua-

tan

Kele

mba

gaan

Ad

at,

Dina

s da

n Ko

mun

itas

Kre-

atif

2.1.

P

enge

mba

ngan

Jari

n-ga

n Lo

kal B

erba

sis K

omun

itas

2.2.

P

enge

mba

ngan

Jari

n-ga

n N

asio

nal (

JKPI

, BPP

I)

2.3.

Pe

ngem

bang

an

Jari

n-ga

n In

tern

asio

nal (

OW

HC,

IVN

T,

UNES

CO)

•Man

tapn

ya j

arin

gan

loka

l be

rbas

is

mas

yara

kat s

etem

pat

• M

enin

gkat

nya

jari

ngan

na-

sion

al d

i pus

at d

an d

aera

h la

in

• M

anta

pnya

kom

unik

asi

dan

jari

ngan

den

gan

OWH

C, I

CNT,

UN

ES-

CO

x x x

x x x

x x x

Page 45: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

31

2.SD

M

Pusa

ka

(Bid

ang

Peng

gera

k Pe

lest

aria

n da

n Pe

m-

berd

ayaa

n)

3.P

enin

gkat

an

Kual

itas

Pend

idi-

kan

dan

Pela

tihan

Ca

paci

ty B

uild

ing

Men

uju

Smar

t Pe

ople

dan

Sm

art

City

3.1.

Pen

didi

kan

dan

Pela

tihan

Ca

paci

ty

Build

ing

Mas

yara

kat

dan

Toko

h .

3.2.

Pem

berd

ayaa

n Ka

der P

eler

-st

ari

Berb

asis

Pel

ajar

, Pe

mul

a,

Mah

asis

wa

3.3.

Peng

emba

ngan

Kot

a Ce

rdas

, Ba

sis,

Dipl

omas

i, W

ibsi

te

• M

enin

gkat

kan

capa

city

bu

ildin

g pu

blik

• Ba

ngki

tnya

dan

mel

uasn

ya

kade

r – k

ader

pel

esta

ri p

usak

a

• Be

rkem

bang

nya

Gian

yar

se-

baga

i Kot

a Ce

rdas

ber

kela

njut

an

x x x

x x x

x x x

x x

x x

4.Pe

mbe

rday

an

dan

Road

map

In-

ovas

i bir

okra

si

4.1.

Ro

adm

ap

Pem

berd

ayaa

n Bi

rokr

asi

4.2.

Pen

gem

bang

an d

an A

plik

asi

Indi

kasi

Kot

a Pu

saka

4.3.

Pen

gem

bang

an P

usak

a ba

gi

Toko

h –

toko

h ya

ng b

erja

sa

• Te

rsus

unny

a Ro

adm

ap I

no-

vasi

Bir

okra

si

• Te

rapl

ikas

inya

In

dika

tor

teru

kur,

sepe

rti :

IPM

, IKM

, IKP

, Ind

ek

Daya

Sai

ng,d

st

• M

enin

gkat

nya

apre

sias

i ter

-ha

dap

toko

h –

toko

h di

lingk

unga

n pe

-le

star

i pus

aka

xx x

x xx x

x

Page 46: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

32

3.

Ekon

omi

Pusa

ka

(Bid

ang

Utam

a Pe

ngem

-ba

ngan

N

ilai

Tam

bah

Ekon

omi,

Tekn

olog

i, Ku

ltura

l)

5.Pe

ngem

bang

an,

Pem

berd

ayaa

n da

n Pe

man

faat

an

Ekon

omi

Prim

ier,

Skun

der,

Krea

tif

untu

k Ke

seja

hter

-aa

n da

n ke

ba-

hagi

aan

5.1.

Pem

berd

ayaa

n da

n pe

les-

tari

an P

etan

i Kre

atif

5.2.

Pe

mbe

rday

aan,

Ke

berl

an-

juta

n, K

eraj

inan

dan

Eko

nom

i Kr

eatif

5.3.

Pem

berd

ayaa

n da

n Ke

ber-

lanj

utan

Par

iwis

ata

Buda

ya

• M

enin

gkat

nya

ekon

omi p

erta

nian

• M

enin

gkat

nya e

kono

mi k

reat

if ba

gi

peng

hidu

pan

mas

yara

kat

• M

ajun

ya P

ariw

isat

a Bu

daya

unt

uk

kele

star

ian

buda

ya d

an p

enin

gka-

tan

ekon

omi m

asya

raka

t

x x

x x

x x

x x

x x

6.Pe

ngem

bang

an

Man

ajem

en K

ota

Pusa

ka B

eror

ien-

tasi

Ke

lest

aria

n,

Kera

kyat

an,

Kes-

ejah

tera

an

dan

Berk

elan

juta

n

6.1.

M

enge

mba

ngka

n M

anaj

e-m

en P

artis

ipat

if, A

ktif

6.2.

Men

gem

bang

kan

Hak

– H

ak

Buda

ya M

asya

raka

t Soc

ial,

Adil,

M

akm

ur

6.3.

M

embe

rday

akan

Ak

tivas

i Li

ntas

Bid

ang

dan

Lint

as S

KPD

• M

engu

atny

a M

anaj

emen

Ber

basi

s Pa

rtis

ipas

i Mas

yara

kat

• M

enin

gkat

nya

dan

Koko

hnya

Hak

Hak

Bud

aya

Mas

yara

kat

• Be

rkem

bang

nya

Sine

rgi

Lint

as

SKPD

dal

am p

eles

tari

an d

an P

em-

berd

ayaa

n Ko

ta P

usak

a

x x x

x x x

x x x

x x x

x x x

Page 47: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

33

4.

Infr

astr

uk-

tur P

usak

a (B

idan

g Pe

nduk

ung,

Al

am,

Fisi

k da

n Li

ngku

n-ga

n Ko

ta

Pusa

ka

Berk

elan

ju-

tan

7.Pe

ngem

bang

an

Revi

talis

asi,

Re-

kons

truk

si

In-

fras

truk

tur

Pu-

saka

M

enca

kup

Zona

si P

usat

Kot

a Pu

saka

, Zo

nasi

Ke

cam

atan

sa

m-

pai D

esa

Pusa

ka

7.1.

Zon

asi

Pusa

t Ko

ta S

iner

gi

Puri

Gia

nyar

, Alu

n –

Alun

, Ca

-tu

s Pa

tha,

Ko

mun

itas

Loka

l, Pe

cina

n,dl

l

7.2.

Zon

asi d

i Tuj

uh K

ota

Keca

-m

atan

seKa

bupa

ten

Gian

yar

7.3.

Zon

asi D

esa

– De

sa P

usak

• Re

vita

lisas

i Zon

asi P

usat

Kot

a Pu

-sa

ka s

ecar

a Si

nerg

is :

Puri

, Alu

n –

Alun

, Cat

us P

atha

dan

Kom

unita

s Kr

eatif

• M

engu

atny

a Zo

nasi

Kot

a Pu

saka

Ke

cam

atan

• M

engu

atny

a Zo

nasi

Kot

a Pu

saka

Pe

desa

an

xx

x x x

x x

x x

8.P

enge

mb

ang

Kota

Seh

at,

Kota

Ta

man

M

enuj

u Ko

ta L

ayak

Ana

k,

Laya

k La

nsia

dan

La

yak

buat

Se

-m

ua

8.1.

Pen

gem

bang

an K

ota

Seha

t de

ngan

Tam

an K

ota,

Rek

reas

i Ko

ta

8.2.

Pen

gem

bang

an K

ota

Laya

k An

ak,

Lans

ia,

Disa

bilit

as

dan

Kota

Lay

ak b

uat S

emua

8.3.

Ke

lest

aria

n Ko

ta

Pusa

ka

Berk

elan

juta

n

• M

anta

pnya

Gia

nyar

Kot

a Se

hat

• M

engu

atny

a Gi

anya

r Se

baga

i Kot

a La

yak

Anak

, Lan

sia

dan

Kota

Lay

ak

buat

sem

ua

• Ko

kohn

ya K

eles

tari

an K

ota

Pusa

ka

Gian

yar B

erke

lanj

utan

x x

x x

x x

x x

x x

Page 48: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

34

Catus Pata di Kecamatan Tampaksiring

Page 49: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

35

III

RENCANA PENGEMBANGAN BUDAYA DAN JARINGAN KOTA PUSAKA

3.1 Basis Budaya Identitas Gianyar Kota Pusaka

Daerah provinsi Bali mengusung indentitas, seperti yang dirumus-kan oleh antropolog Covarrubias sebagai The Island of Art (Cova-rrubias, 1937). Bali pulau kesenian merupakan representasi ju-

lukan bagi Bali, representasi karakter manusia Bali dan juga representasi identitas kolektif masyarakat Bali. Sejalan dengan itu, kabupaten gianyar juga tampil sebagai representasi Bumi Seni atau Land of Art, yang men-jadikan basis identitas personal manusia Gianyar dan identitas kolektif masyarakat Gianyar, baik identitas citra, maupun identitas realita dengan penuh makna tentang estetika, etika dan spiritualita.

Guru besar antropologi Indonesia, Prof. Koentjaraningrat mengungkapkan, bahwa identitas satu komunitas, baik dalam bentuk komunitas etnik manupun komunitas nasion dibangun melalui sinergi tiga unsur kebudayaan inti yang mencakup unsur bahasa, kesenian dan religi. Sinergi konfigurasi ketiga unsur inti tersebut mengkonstruksi indentitas, baik yang ditujukan ke “dalam” maupun yang ditujukan “keluar”. Identitas secara ke “dalam” adalah representasi identitas tentang diri sendiri, warga sendiri yang berfungsi penting untuk mengokohkan jati diri, kepercayaan diri dan kebersamaan diri sebagai kolektiva yang berbudaya. Identitas secara ke”luar” adalah representasi identitas tentang kolektif yang berbeda dengan kolektiva lain (masyarakat lain, etnik lain, nasion lain) yang menggambarkan tentang kekhasan, keunikan, kebhinekaan dalam konsep payung Bhineka Tunggal Ika.

Basis identitas Gianyar sebagai Kota Pusaka yang terbuka secara lokal, nasional, internasional dibangun secara sinergis atas tiga filosofi dasar, yaitu : (1) filosofi Tri Hita Karana, (2) filosofi Pancasila, (3) filosofi universal budaya ekspresif dan progresif. Filosofi Tri Hita

Page 50: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

36

Tri Hita Karana

Pancasila

Universalisme

Tuhan

Manusia Alam

Manusia

Ketuhanan

Kebangsaan

Keadilan Kerakyatan

Kemanusiaan

Spiritualita

Estetika

Kreativita

Logika

Solidarita

Etika

Karana mengkonstruksikan identitas budaya harmoni dan serasi, serasi hubungan manusia dengan tuhan, manusia dengan alam dan manusia dengan sesamanya. Filosofi Pancasila sebagai dasar negara NKRI mengkonstruksikan identitas budaya berbasis nilai – nilai ketuhanan, kemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan dan keadilan. Filosofi budaya ekspresif mengkonstruksikan nilai –nilai seni, solidaritas dan religius, filosofi budaya progresif mengkonstruksikan nilai – nilai ekonomi, kekuasaan dan iptek. Dalam sinergisitas tersebut, nilai –nilai universal : logika, etika, estetika, kreativita, solidarita dan spiritualita menjadi sandaran idealitas dan kontekstualitas (Geriya, 2013).

Identitas Berbasis FilosofiTri Hita Karana, Pancasila, Universalisme

Page 51: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

37

3.2 Orisinalitas Pusaka Alam, Budaya, dan SaujanaPeradaban kuno yang di temukan dikabupaten Gianyar

bersumber pada peradaban dari era Raja Udayana yang berlokasi di lembah Sungai Pekerisan sampai Sungai Petanu, Kecamatan Tampaksiring. Sepanjang lembah ini yang membentang dari kawasan hulu sekitar Tirta Empul membentang ke kawasan hilir Goa Gajah yang berlokasi di daerah aliran sungai Petanu. Kawasan yang membentang sepanjang 10km ini sangat kaya dengan tingglan arkeologi, sejarah dan antropologi, baik berupa tinggalan pusaka alam, pusaka budaya sampai pusaka saujana.

Tinggalan-tingglan arkeologi dan sejarah yang bernilai orisinal berasal dari lembah peradaban Petanu-Pekerisan, meliputi : (1) Pura Tirta Empul, ( 2) Candi Pegulingan, (3) Candi Tebing Gunung Kawi, (4) Candi Mengening, (5) Nekara Bulan Pejeng dan lain – lain. Orisinalitas pusaka budaya yang ditemukan di kawasan peradaban kuno Petanu – Pekerisan juga mencakup bentangan sawah pertanian basah yang meliputi tiga buah subak, yaitu Subak Pulagan, Subak Kulub Atas dan Subak Kulub Bawah. Ketiga subak tersebut telah diapresiasi sebagai Warisan Budaya Dunia melalui penetapan lembaga UNESCO, tahun 2012 dalam ketegori Cultural Landscape of Bali Province : The Subak System as Manifestation of The Tri Hita Karana ( UNESCO, 2012).

Candi Pegulingan, Peninggalan Arkeologi Lembah Petanu – PekerisanSebagai Representasi Pusaka Budaya

Page 52: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

38

Sejarah panjang kebudayaan Gianyar mencakup lima gelombang pengalaman sejarah yang terdiri atas : (1) budaya rakyat (folk culture), (2) budaya keraton ( court culture), (3) budaya kolonial (colonial culture), (4) budaya nasional (nation culture) dan (5) budaya modern dan postmo ( modern and postmo culture). Dinamika tersebut juga disertai dengan perkembangan aneka sumber daya dan model budaya positif, meliputi : (a) tumbuhnya SDM kreatif yang secara genealogis berdarah seni dan menyalurkan bakat serta tradisi seni budaya secara lintas generasi, (b) berkembangnya alam dan habitat kabupaten Gianyar yang kondusif dan menginspirasi bagi penciptaan seni dan pelestarian pusaka alam, budaya dan saujana, (c) identitas, karakter dan basis filosofi seni budaya dan pariwisata budaya kabupaten Gianyar secara kokoh dijiwai oleh agama Hindu dan kekuatan Taksu,(d) munculnya sejumlah maestro diberbagai bidang seni dan pusaka budaya, (e) kabupaten Gianyar menjadi lokasi aneka museum seni terbesar di Bali.

Subak Pulagan, Pejeng sebagai Representasi Pusaka Alam

Page 53: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

39

Dalam perspektif kebudayaan. dengan mempergunakan katogori unsur kebudayaan universal dan unsur kebudayaan khusus orisinal, dibawah ini disajikan daftar panjang contoh – contoh unsur budaya khusus yang tergolong sebagai unsur budaya orisinal di kabupaten Gianyar sebagai representasi Kota Pusaka :

Pura Goa Gajah- Gianyar

Page 54: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

40

NoUnsur Uni-

versalUnsur Budaya Khusus Orisinal

1 Arsitektur Arsitektur Puri, Geria, Umah dengan penataan berbasis Asta Kosala – Kosali

2 Mata Penca-harian

Pertanian basah dengan sistem Subak yang khas ber-basis Tri Hita Karana dan diapresiasi UNESCO sebagai WBD

3 Organisasi Sosial

Sistem Desa Pekraman sebagai komunitas lokal berba-sis filosofi Tri Hita Karana

4 Bahasa dan Sastra

Bahasa dan Sastra Bali dengan tradisi Mabebasan

5 Kesenian Seni lukis, seni kriya, seni rias, seni Wali, Seni Bebali dan Seni Balih –Balihan

6 Sistem Pengeta-huan

Pengetahuan Usada, Pengetahuan Astronomi, sampai sistem kalender Hindu Bali berbasis Pawukon

7 Sistem Re-ligi

Sistem ritual Panca Yadnya : Dewa Yadnya, Rsi yadnya, Manusia Yadnya, Pitra Yadnya, Butha Yadnya

3.3 Kekayaan, Keragaman dan Kegeniusan Gianyar Kota PusakaKabupaten Gianyar, salah satu dari sembilan kabupaten di

provinsi Bali memiliki kekayaan, keragaman dan kegeniusan pusaka alam, pusaka budaya dan pusaka saujana. Kabupaten Gianyar sebagai Kota Pusaka adalah satu citra berbasis realita dan penuh makna. Kekayaan , keragaman dan orisinalitas Gianyar sebagai Kota Pusaka terbukti dari hidup dan tersebarnya aneka pusaka alam, pusaka budaya dan pusaka saujana di kawasan kabupaten ini mencakup tujuh kecamatan, 70 desa dinas dan 272 desa pekraman.

Dalam hal pusaka alam ditemukan pusaka alam yang meliputi : (1) Pusaka Alam Pantai, seperti : Pantai Purnama, Pantai Saba, Pantai Masceti di kawasan selatan kabupaten Gianyar, (2) Pusaka Alam lembah sungai, seperti : Lembah Sungai Ayung, Lembah Sungai

Page 55: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

41

Pekerisan, Lembah Sungai Petanu, (3) Kemudian juga dilevel pusaka alam air terjun Tegenungan, Kemenuh, Pusaka alam Terasering Ceking, Tegalalang, Pusaka alam Hutan Bambu Tegalalang dan lain – lain.

Dalam hal ini Pusaka Budaya, Kabupaten Gianyar tampil dengan kekayaan dan keragaman yang luar biasa. Secara komprehensif, kekayaan dan keragaman pusaka budaya Kabupaten Gianyar meliputi : (1) Pusaka Arkeologi, (2) Sejarah, (3) Pemukiman dan Arsitektur, (4) Subak, (5) Religi/ Agama, (6) Seni, Tradisi dan Sastra, (7) Multikultur dan (8) Pusaka Khas Kabupaten Gianyar.

Ragam Pusaka saujana juga dapat ditemukan di berbagai desa, subak dan komunitas dengan keunikan tersendiri. Beberapa contoh pusaka saujana kabupaten Gianyar adalah : (1) Pusaka Saujana Subak Pulagan, Kulub Atas dan Kulub Bawah yang telah ditetapkan dan diapresiasi sebagai warisan Budaya Dunia, (2) Pusaka Saujana Desa Pejeng, Desa Bedulu, Desa Tampaksiring yang mensinergikan alam lembah Pekerisan dan Petanu dengan ragam peninggalan arkeologi, sejarah, seni, arsitektur bernilai tinggi, (3) Pusaka Budaya Desa Padang Tegal yang mensinergikan pesona mongkey forest dan kesenian, pusaka saujana desa Petulu yang mensinergikan Fauna Kokokan dan seni, serta pusaka saujana Desa Taro mensinergikan Hutan Bambu dan budaya agraris.

Dalam hal keunikan dan kegeniusan pusaka budaya, kabupaten Gianyar tampak ditopang dengan basis indikator keunggulan : (1) sifat khas dan bermutu tinggi, (2) kokoh dalam basis SDM, komunitas dan kelembagaan, (3) beretos kreatif dan mendifusikan kreativitas, (4) bernilai tambah secara ekonomi, teknologi, estetika, kultural dan spiritual, (5) terkemuka dalam adaptasi dan akulturasi lokal, nasional, internasional dan diapresiasi publik.

Ragam pusaka budaya unik dan genius kabupaten Gianyar meliputi ragam bidang, seperti : Cagar Budaya (di Gianyar tercatat 53 buah), bidang seni, semisal : seni tari legong, seni tari kecak, seni tari barong ket, seni lukis, seni ukir, seni arsitektur, bidang tekstil, bidang sastra, bidang lontar, bidang subak, bidang kuliner dan beragam seni budaya kreatif.

Pusaka Budaya unik dan unggul ini berpotensi didaftarkan

Page 56: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

42

sebagai Warisan Budaya Nasional (WBN) dan Warisan Budaya Dunia (WBD). Secara holistik, kekayaan, keragaman dan kegeniusan pusaka kabupaten Gianyar tersaji dalam diagram dibawah.

Diagram : Kekayaan, Keragaman dan Kegeniusan Pusaka Alam, Budaya dan Saujana Kabupaten Gianyar

3.4 Jaringan Gianyar Kota Pusaka Lokal, Nasional dan InternasionalDalam konteks Kota Pusaka dan Jaringan Kota Pusaka Indonesia

(JKPI) kabupaten Gianyar bersma –sama 51 kabupaten/kota di Indonesia termasuk lima kabupaten/kota di Bali telah diterima sebagai anggoata tetap JKPI. Lima kabupaten/kota di Bali yang telah ditetapkan dan diapresiasi sebagai anggota JKPI adalah : (1) Kota Denpasar, (2) Kabupaten Gianyar, (3) Kabupaten Bulelelng, (4) Kabupaten Karangasem, dan (5) Kabupaten Bangli (JKPI, 2011).

Khas

Gianyar Alam

Saujana

Arkeologi

Sejarah Permukiman Arsitektur

Subak

Religi/ Agama

Seni, Tradisi, Sastra

Multikultur

Pusaka Gianyar

Page 57: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

43

Kabupaten Gianyar telah ditetapkan sebagai anggota JKPI berdasarkan Surat Keputusan Rakernas VI Jaringan Kota Pusaka Indonesia nomor : Skep.04/RakernasII/ IV/2011, Tanggal 2 April 2011, ditetapkan di Pekalongan dengan legitimasi ketua JKPI Ir. H.Amra Nur.

Dalam pertemuan JKPI di Kota Bau–Bau, Sulawesi Tenggara tahun 2015, Bupati Gianyar A. A Gde Agung Bharata, SH dipilih dan ditetapkan sebagai Ketua Presedium JKPI untuk periode tahun 2017. Penetapan Bapak Bupati sebagai Ketua Presedium membukakan peluang pemantapan posisi Kabupaten Gianyar sebagai Kota Pusaka Indonesia, serta peluang untuk mengembangkan jaringan kota pusaka lokal, nasional, dan internasional.

Jaringan Kota Pusaka IndonesiaSkep : 04/Rakernas II/IV/2011

Tanggal 2 April 2011

(1) Kota Surakarta, (2)Kota Tarnate, (3) Kota Sawah Lunto, (4) Kota Pekalongan, (5) Kota Pangkalpinang, (6) Kota Jogjakarta, (7) Kota Blitar, (8) Kota Palembang, (9) Kota Denpasar, (10) Kota Ambon, (11) Kota Surabaya, (12) Kota Medan, (13) Kota Banda Aceh, (14) Kota Bogor, (15) Kota Cirebon, (16) Kota Banjar Masin, (17) Kota Malang, (18) Kota Sibolga, (19) Kota Lubuk Linggau, (20) Kota Jakarta Utara, (21) Kota Madiun, (22) Kota Jakarta Barat, (23) Kota Palopo, (24) Kota Bengkulu, (25) Kota Bau – Bau, (26) KoTa Bontang, (27) Kota Pontianak, (28) Kota Semarang, (29) Kota Salatiga, (30) Kota Bukit Tinggi, (31) Kota Langsa, (32) Kabupaten Bangka Barat, (33) Kota Jakarta Pusat, (34) Kota Sungai Penuh, (35) Kota Tegal, (36) Kabupaten Banjar Negara, (37) Kabupaten Brebes, (38) Kabupaten Gianyar, (39) Kabupaten Ngawi, (40) Kota Padang, (41) Kabupaten Banyumas, (42) Kabupaten Buleleng, (43) Kabupaten Karangasem, (44) Kabupaten Purbalingga, (45) Kota Singakawang, (46) Kota Tidore Kepulauan, (47) Kabupaten Bangli, (48) Kabupaten Batang, (49) Kabupaten Cilacap, (50) Kabupaten Kep. Seribu, (51) Kabupaten Tegal.

Page 58: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

44

Juga dalam skala nasional, tahun 2015, Kabupaten Gianyar membuka kerjasama (MOU) dengan BPPI ( Badan Pelestarian Pusaka Indonesia atau Indonesia Heritage Trust) Pusat jakarta. Kerjasama antara BPPI jakarta dengan Kabupaten Gianyar dan Universitas Kyoto, Jepang tanggal 2 – 8 Agustus 2015 melaksanakan Internship Field School ( BIFS) dengan lokasi lapangan di desa Nyuh Kuning, Kecamatan Ubud Gianyar.

Selanjutnya melalui kerjasama dengan BPPI juga dibukakan jalan untuk menghadiri ICNT ke-16 ( The 16th Internasional Confrence of National Trust, Cambridge, London, bulan September 2015). Kehadiran utusan Gianyar bersama BPPI ke pertemuan Cambridge, London membuahkan hasil positip, berupa penetapan dan apresiasi terhadap kabupaten Gianyar sebagai Tuan Rumah ( mewakili Indonesia) ICNT- XVII, tahun 2017 : The 17th International Confrence of National Trust “ Strengthen our Culture to Promote Environment Sustainability”, Gianyar Bali : 11-12 September 2017.

Masa kini, di akhir tahun 2015, Kota Pusaka Gianyar sudah kokoh dalam jaringan lokal, jaringan nasional dan jaringan internasional ICNT dan jaringan UNESCO, sedang merumuskan proposal untuk mampu bergabung dalam jaringan kota pusaka dunia : The Organization of World Heritage City (The OWHC) yang berpusat di kota Quebeck, Canada. Di Indonesia, baru dua kota tercakup ke dalam jaringan The OWHC, yaitu : Kota Denpasar dan Kota Solo.

3.5 Pencapain Lima Tahun Pertama dan Proyeksi Sepuluh Tahun ke DepanPerkembangan lima tahun sebagai Kota Pusaka (2011 – 2015)

Gianyar telah mencapai kemajuan monumental yang mencakup sepuluh bidang sebagai berikut :

1. Mengembangkan MOU secara lintas lembaga, seperti : (1). Kabupaten Gianyar dengan Universitas Udayana,

Denpasar, Bali(2). Kabupaten Gianyar dengan Indonesia Haritage Trust,

BPPI Pusat Jakarta(3). Kabupaten Gianyar dengan JKPI (Jaringan Kota Pusaka

Page 59: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

45

Indonesia)2. Membentuk Tim Ahli Kota Pusaka yang mendampingi Bapak

Bupati di bawah koordinasi Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar. Tim Ahli mencakup multi keahlian dalam multi displin. Tim Ahli tersebut dalam tahun 2015 adalah : Prof.Dr. I Wayan Windia, SU, Prof. Dr. Phil I Ketut Ardana, MA, Prof. Dr. I Nyoman Weda Kesuma, MS, Dr. A. A Gde Raka, Msi, Ir. I Wayan Gomudha, MT, Drs. I Wayan Geriya, Ir. I Gusti Made Rena.

3. Menyelenggarakan Festival Gianyar Kota Pusaka dalam rangka HUT Kota Gianyar ke-244, tahuan 2015 selama 30 hari dengan beragam kegiatan monumental yang berhasil mengantarkan HUT tersebut sebagai event budaya kategori besar dan bekelas nasional, internasional.

4. Melaksanakan penerbitan perdana majalah Pusaka Budaya yang selanjutnya terbit dua kali dalam satu tahun.

5. Bapak Bupati Gianyar A. A Gde Agung Bharata, SH terpilih sebagai Ketua Presedium JKPI (Jaringan Kota Pusaka Indonesia) untuk periode tahun 2016--2017

6. Kabupaten Gianyar dalam konferensi ICNT (Internasional Confrence of National Trust) tahun 2015 Cambridge, London, Inggris, bersama BPPI Jakarta. Saat itu Gianyar dipilih dan ditetapkan sebagai Tuan Rumah konferensi internasional ICNT tahun 2017 : The 17th Internasional Confrence of National Trust: “ Strengthem Our Culture to Promote Enveronment Sustainability”, 11–15 September 2017 di Gianyar Bali.

7. Kabupaten Gianyar melaksanakan louncing tentang Branding Kabupaten Gianyar Kota Pusaka melalui logo seni kecak : Gianyar Soul of Bali

8. Kabupaten Gianyar mengintensifkan kerja sama lokal, sesama kota pusaka, dengan Kota Denpasar

9. Kabupaten Gianyar dipercaya sebagai Tuan Rumah pelaksanaan World Culture Forum- II, tahun 2016 bersama Provinsi Bali, Kabupaten Badung, dan Kota Denpasar.

Page 60: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

46

10. Kabupaten Gianyar tengah mengembangkan kerjasama program dengan berbagai Kementerian RI :• Kabupaten Gianyar dengan Kementerian PU dalam

Program P3KP• Kabupaten Gianyar dengan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan dalam Pelestarian Kota Pusaka dan World Culture Forum II, 2016

• Kabupaten Gianyar dengan Kementerian Pariwisata tentang Destinasi Pariwisata Budaya

• Kabupaten Gianyar dengan Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi dalam Program Bibit Unggul dan Kota Cerdas atau Smart City.

Page 61: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

47

Proyeksi Masa Depan (2015 – 2019)Melalui Analisis SBS ( Stimulants, Barriers, Solutions)

Aspek Narasi SBS ( Stimulants, Barriers, Solutions)

1. Budaya Stimulants (Potensi dan Peluang)• Identitas Gianyar sebagai Bumi Seni, Kota Pusaka dan Kota Budaya

revitalisasi dan bangkit• Jaringan Kota Pusaka berkembang secara lokal, nasional, interna-

sional (JKPI, BPPI, UNESCO, ICNT, OWHC)• Festival Pusaka, Parade Budaya, Konfrensi dan Seminar berkembang• Muncul dinamis : Gerakan Budaya, Spirit Heritage, Modal Budaya

memperoleh penguatan• Soft Power Budaya diapresiasi

Barriers (Tantangan dan Hambatan)• Masyarakat lebih menyambut eforia dari pada kreatif• Revolusi Mental dan Revolusi Praktek lambat, Budaya kerja, Budaya

inovatif terbatas• Masyarakat cenderung pragmatis, matrealistis dan banyak sebagai

penonton• Hambatan Internal (warga) dan Hambatan eksternal (daya saing)

masih besar• Manfaat bagi kehidupan, penghidupan (ekonomi), keunggulan be-

lum optimal dan terbatas

Solution ( Solusi Rencana Aksi)• Sosialisasi lebih luas, lebih terarah dan berkelanjutan• Edukasi dan pelatihan ditingkatkan untuk memacu budaya inovatif,

budaya produktif• Indikator objektif, seperti : IPM, Indeks Inovasi, Indeks Daya Saing,

Indeks Kesejahteraan dan Indeks Kebahagiaan diaplikasikan• Perlu teladan dan proyek percontohan• Sinergi Bumi Seni, Kota Pusaka, Kota cerdas ( smart City) disin-

ergikan sampai city sisters dan peluang untuk Sekretariat Nasional World Culture Forum.

2. Sumber Daya Ma-nusia

Stimulants• Identitas berbasis budaya kokoh• Apresiasi terhadap revitalisasi Bumi Seni, Kota Pusaka dan Multi-

kultur• Refrensi Maestro tumbuh dan berkembang positip, komunitas kre-

atif hidup• Pengalaman komunikasi lokal, nasional, internasional ada dan ter-

buka• Kokoh dalam baris nilai – nilai utama : solidarita, estetika, spiritu-

alita, kreativita

Page 62: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

48

2. Sumber Daya Ma-nusia

Barriers• Prilaku kekerasan dalam berbagai kasus muncul, seperti : kekeras-

an anak , Rumah Tangga• Kreativitas bergerak involusi• Mentalitas pelayanan belum optimal• Dibeberapa wilayah, potensi budaya konflik terpendam terkait ka-

sus tanah, tepal batas, dll• Posisi SDM dibeberapa kasus termarjinal

Solutions• Pelatihan SDM Kota Pusaka melalui Capacity Building dan berkelan-

jutan• Sosialisasi konsep Kota Pusaka secara luas, mulai dari birokrasi dan

tokoh masyarakat• Kader – kader pelestari Kota Pusaka di ekstensifkan dan di berdaya-

kan• Ada manfaat konkrit dirasakan publik melalui kesempatan kerja,

peningkatan pendapatan dan kreativitas• Penerusan konsep Kota Pusaka strategis bagi generasi anak – anak

dan remaja agar sustainebilitas.

3. Ekono-mi

Stimulants• Bumi Seni dan Kota Pusaka adalah basis (modal) bagi ekonomi kre-

atif• Tersedianya komunitas kreatif dalam beragam bidang : kerajinan,

feshion, media, fotografi, film dll• Pariwisata budaya potensial bagi Gianyar Kota Pusaka• Berkembangnya pasar lokal (Pasar Seni) pasar eksport• Terbukanya peluang ekonomi cerdas dalam konsep dasar smart

city untuk Gianyar yang ditopang teknologi digital dan IT

Barriers• Ekonomi primier, sekunder dan tersier belum sinergis – harmonis

dan cendrung dalam posisi negative –linkage• Indeks daya saing rendah, indeks inovasi belum optimal• Revolusi Mental terbatas dan lambat, ekonomi kerakyatan lemah• Pengrajin lokal, pengusaha lokal cenderung kalah dalam persain-

gan nasional, global• Ekonomi kreatif dan economi (e-economy ) belum optimal

Page 63: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

49

3. Ekono-mi

Solutions• Ekonomi kreatif berbasis potensi berbudaya dan kota pusaka diak-

selerasi di sosialisakikan secara berkelanjutan• Koperasi pusaka digagas, direkumendasikan dan di berdayakan• Saatnya dana CSR untuk pelestarian Gianyar Kota Pusaka• Dana One Dollar dari Wisatawan untuk konservasi budaya dicoba

digagas, dikokohkan dasar hukum dan dicoba dilaksanakan• Meningkatkan kesejahteraan rakyat secara terukur melalui Indeks

Kepuasan Publik dan Indeks Kebahagiaan Masyarakat Gianyar

4. Fisik dan In-frastruk-tur

Stimulants• Alam dan fisik Gianyar kondusif bagi keberlanjutan Gianyar sebagai

Kota Pusaka• Masyarakat Gianyar telah memiliki konsep tradisional tentang Ca-

tus Patha, Kota Taman, Arsitektur Bangunan, dll• Perda tentang tata ruang dan tata bangunan telah tersedia, sebagai

basis legislasi ruang dan fisik kota• Filosofi Tri Hita Karana, Konsep Asta Kosala - kosali, Konsep Asta

Bumi masih merupakan refrensi publik• Pusaka saujana tersebar diberbagai kawasan kabupaten dan tujuh

kecamatan

Barriers• Infrastruktur kota pusaka banyak rusak oleh usia dan bencana• Kajian untuk menyususn DED prasarana kota pusaka masih terba-

tas• Pusaka saujana dalam tekanan negatif , prilaku konservasi lahan,

prilaku vandalisme• Kepedulian dan keserasian manusia – alam distorsi• Pengaruh iklim cenderung makin merusak alam

Solutions• Perlunya sinergi dan harmoni model zonasi makro (kota Gianyar),

meso (kecamtan), mikro (desa)• Kajian –kajian interdisipliner manuju DED kota pusaka perlu terus

disiapkan, seperti : diorama, P3KP• Kerjasama kabupaten dengan berbagai kementerian, seperti : Ke-

menterian Pendidikan dan Kebudayaan, PU, Kementerian Riset Pendidikan Tinggi, Pariwisata, Diperindag Dalam Negeri, Deplu di-kuatkan

• Sosialisasi Pusaka Saujana dan pembangunan berkelanjutan diting-katkan

• Partisipasi masyarakat dalam kelestarian pusaka saujana dan ling-kungan dikuatkan

Page 64: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

50

Catus Pata di Kecamatan Ubud

Page 65: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

51

BAB IV

RENCANA PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN KADER PUSAKA

4.1 Sumber Daya Manusia Pusaka

Pengembangan kader-kader pelestarian pusaka ini sebenarnya berkaitan dengan arah kebijakan dan strateginya dalam upaya membangkitkan pemahaman para kader mengenai kekayaan-

kekayaan budaya yang dimiliki di masa lalu dan yang dapat diwarisi sekarang dan upaya-upaya revitalisasi dan upaya kreatif dan inovatif yang diperlukan bagi kehidupan masa yang akan datang. Untuk itu, perlu dibahas masalah informasi data mengenai ketersediaan sumberdaya manusia, manajemen pengelolaan sumberdaya manusia, aspek pengembangan yang berkaitan dengan isu-isu strategis pengembangan Gianyar sebagai kota pusaka.

Definisi sumberdaya manusia atau manpower adalah persediaan menyeluruh tentang tenaga manusia yang tersedia atau terkait dengan pekerjaan tertentu. Secara ekonomi konsep sumberdaya manusia ini berkaitan dengan keseluruhan kekuatan tenaga kerja dari suatu bangsa termasuk laki-laki dan wanita. Kalau tersedia banyak sumberdaya manusia maka akan tersedia banyak pekerjaan yang disebut dengan sumberdaya manusia surplus. Namun sebaliknya apabila tersedia sumberdaya manusia yang lebih sedikit maka disebut dengan manpower deficit: http://www.businessdictionary.com/definition/manpower.html#ixzz3rRl7Kgx2.

Daya saing dapat dibangun melalui peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Sumber daya manusia berkualitas adalah sumber daya manusia yang paling tidak memiliki empat karakteristik:

(1) memiliki competence (knowledge, skill, abilities, and experience)

Page 66: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

52

yang memadai; (2) memiliki commitment pada organisasi; (3) bertindak “cost effectiveness” dalam setiap tindakannya; dan (4) memiliki konsep congruence at goals, yaitu bertindak selaras

antara tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.

Kebijakan strategis yang dilakukan adalah rnelalui implementasi dan praktek-praktek manajemen sumberdaya manusia yang strategik. Untuk itu, kemampuan dari pengelola kota pusaka dalam meningkatkan kinerjanya, aktivitas-aktivitas manajemen sumber daya manusia, seperti: pelatihan, partisipasi karyawan, kompensasi, penilaian karyawan melalui rekruitmen dan proses seleksi serta pasar tenaga kerja internal (internal labor market) ditentukan memiliki hubungan yang positif terhadap kinerja pengelola pusaka budaya. Pengelolaan manajemen sumberdaya manusia yang baik akan terus menghasilkan sesuatu yang baru karena sifat manusia yang dinamis dan terus berkembang setiap waktu, menjadikan sumber daya manusia yang dimiliki organisasi sebagai partner strategis dan agen perubahan (strategic partner and agent of change).

Seperti diketahui bahwa Kabupaten Gianyar kaya dengan berbagai keanekaragaman budaya. Konsep budaya atau kebudayaan ini sebagaimana diungkapkan oleh Koentjaraningrat (Koentjaraningrat, 1993) memiliki tiga wujud, yakni nilai-nilai, sosial, dan artefak (kebendaan). Seperti disinggung terdahulu bahwa Kabupaten Gianyar memiliki kawasan Sungai Pakerisan, dan di bagian hulu terdapat sistem subak (Subak Pulagan dan Subak Kulub (Atas dan Bawah). Subak merupakan warisan budaya yang bersifat intangible (tak tampak), berupa nilai-nilai Tri Hita Karana, dan tangible (tampak), dalam bentuk sistem sawah yang berteras-teras, dan juga sistem pura subak. Selanjutnya, sistem subak juga dapat mencakup semua wujud kebudayaan tersebut. Di mana sistem subak memiliki nilai-nilai, yakni Tri Hita Karana. Selanjutnya, ada wujud sosial, di mana subak memiliki oragnisasi yang solid yang didukung oleh landasan berupa

Page 67: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

53

awig-awig (aturan tertulis) dan perarem (aturan yang tidak tertulis, tetapi sudah disepakati secara konsensus) yang dilaksanakan dengan ketat. Sementara itu, subak juga memiliki artefak (kebendaan) dalam bentuk pura dan sawah. Dengan demikian dapat disebutkan bahwa subak adalah warisan budaya Bali. (Windia dan Arthawiguna, 2013). Geriya, dkk (2013) mencatat, bahwa mata air dan Pura Tirta Empul adalah merupakan simbol utama dari sistem irigasi yang mendapatkan air dari Sungai Pakerisan. Di mana mata air yang ada di pura tersebut, merupakan sumber utama dari air yang ada di Sungai Pakerisan. Salah satu prasasti kerajaan paling tua terkait dengan irigasi, tercatat pada tahun 962. Disebutkan dalam prasasti itu bahwa ada sebuah bendungan pada situs tersebut, yang dianggap sebagai salah satu struktur saluran irigasi yang tertua di Bali. Tirta Empul tetap menjadi pura subak, dan juga merupakan tempat tujuan ibadah yang penting bagi warga di Bali.

Dengan demikian kawasan hulu Sungai Pakerisan yang telah menjadi warisan budaya dunia, dan telah diakui oleh UNESCO, perlu terus dijaga dan dilestarikan. Khususnya melestarikan eksistensi sistem subak yang ada di kawasan itu. Kawasan subak adalah kawasan yang paling riskan untuk dilestarikan, karena menyangkut kepentingan individu petani yang memiliki sawah-sawah yang ada di kawasan tsb. Para petani perlu mendapatkan subsidi dan proteksi, agar mereka senang bertani. Pemerintah Kabupaten Gianyar sudah memberikan bebas pajak PBB bagi petani di kawasan subak tersebut dan juga memberikan berbagai bantuan sarana dan prasana.

Selain hasil inventori seni budaya yang dianggap unggul ini, untuk yang khas dan langka pada saat ini secara lebih detailnya dapat dibaca pada buku Blueprint Revitalization of Gianyar Toward Regency Excellence in Arts and Culture (2013), yang merupakan kajian yang dilakukan dengan bekerjasama antara Pemerintah Kabupaten Gianyar dan Pusat Kajian Bali – Universitas Udayana. Dapat dikatakan, bahwa semua kecamatan itu merupakan kawasan yang memang sangat kaya dengan nilai-nilai pusaka yang bersumber pada masa Prasejarah,

Page 68: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

54

Sejarah Bali Kuna, Sejarah Modern dan Post-Modern. Ini menunjukkan bahwa masyarakat di Kabupaten Gianyar dapat dengan selektif menerima pengaruh budaya luar dalam upaya mempertahankan tradisi budaya yang telah dimilikinya itu secara fleksible dan dinamis. Di kawasan kecamatan ini terdapat situs-situs penting yang tidak hanya signifikan bagi masyarakat lokal, tetapi juga bagi masyarakat di tingkat nasional, misalnya, di Kecamatan Tampaksiring terdapat Istana Kepresidenan Tampaksiring yang sudah dibangun sejak masa Presiden Indonesia I, Presiden Soekarno.

Selain itu, dunia internasional dalam hal ini UNESCO juga mengakui adanya warisan pusaka penting bagi dunia yaitu keberadaan sistem irigasi tradisional masyarakat Bali yang disebut dengan sistem subak yang kini telah diakui menjadi warisan budaya dunia. Ini menunjukkan, bahwa tidak hanya pusaka budaya, tetapi pusaka alam juga sangat intens dikembangkan di Kabupaten Gianyar. Ini dapat dilihat dari adanya pengakuan yang diberikan oleh badan dunia seperti UNESCO terhadap pengembangan organisasi Subak Pulagan dan Subak Kulub sebagai salah satu warisan dunia yang dibanggakan oleh masyarakat dan pemerintah Kabupaten Gianyar. Hal ini dapat dimengerti karena dalam konsep masyarakat lokal itu sebagai pendukung tradisi dan budaya subak, dengan sendirinya mengandung makna adanya dukungan terhadap nilai-nilai spiritual, kebersamaan, gotong royong, yang merupakan modal sosial dan modal budaya yang masih dikembangkan hingga hari ini dan masa yang akan datang.

Beberapa warisan pusaka budaya yang ada di Kabupaten Gianyar ini tentu ada yang keadaannya masih utuh, mengalami kerusakan sebagian, dan ada yang sudah pudar, dan bahkan sudah hancur, karena usia bangunan yang sudah cukup lama.

Beberapa warisan pusaka budaya yang unggul yang terdapat di tujuh kecamatan Kabupaten Gianyar yang perlu dipertahankan dan dikembangkan adalah sebagai berikut.

Page 69: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

55

1. Kecamatan Sukawati: tedung, patung padas, patung perak, desa pakraman, subak, banjar, pesantian, barong (tentang Barong Landung, lihat: Gottowick, 2005), topeng, wayang, gambuh, Calonarang, Rejang, seni lukis, seni patung, kayu, sistem kalender, pura desa Batuan, pura puseh Batubulan, taksu, prosesi peed, monumen dan patung bayi.

2 Kecamatan Blahbatuh: Pande gong (peralatan gamelan, gableran, endek Bona, handicraft, rontal dan bamboo, desa pakraman, sekeha, banjar, gong pindha, mitos Kebo Iwa, usada puri Bloahbatuh, Pura Masceti, Mrana dan Melasti, Sarad, dan pura Bukit Dharma Kutri.

3. Gianyar: bade, nagabanda, pelebon Puri Gianyar, endek tenunan Beng, kuliner (jajan kelepon dan berbagai jajan tradisional), desa pakraman, sekaa gong Sengguan, pesantian, tabuh gong gede, angklung Sidan, petulangan pelebon Puri Gianyar.

4. Kecamatan Tampaksiring: sistem teknologi irigasi, batik Pejeng, handicraft, tulang dan tanduk, desa pakraman, subak Kulub dan subak Pulagan, banjar, sekaa goong, nekara “Bulan Pejeng,” Tatiapi, Tirta Empul, legenda Maya Denawa, dan sistem pola tanam padi, pengetahuan usada, Tirta Empul sebagai tempat pembersihan jasmani dan rohani, Heritage DAS Pakerisan, dan Heritage Desa Pejeng.

5. Kecamatan Ubud: bade, nagabanda, petualangan, pelebon Puri Ubud, Puri Peliatan, Topeng cats, pasar Ubud, kuliner (babi guling), desa pakraman, banjar, sanggar, cerita Buana Sari, Sanggar Sri Ratih, Ubud Writers and Readers, festival, sastra, kakawin, Tari Oleg Tambulilingan, lukisan, keyakinan universal berpayung pada lima agama.

Page 70: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

56

6. Kecamatan Tegallalang: bokor, dulang Sebatu, uang kepeng, handicraft, desa pakraman, subak, wayang wong, telepud, budaya Nyepi Sebatu, upacara Begal-begalan, sawah berundak, budaya bamboo, estetika air terjun Sebatu.

7. Kecamatan Payangan: dulang, pasar Payangan, sanggar, yasa Putra Sedana, Pengaji, subak, sinom Uug Payangan, tabuh Sekatian, alat musik Gong Gede, heritage (Sarcopagus Keliki).

Secara umum dapat dikatakan, bahwa warisan budaya fisik yang tersebar di Kabupaten Gianyar hingga saat ini masih dapat disaksikan antara lain adanya bangunan puri, pura, pasar, bale banjar yang merupakan satu kesatuan unit sosial terkecil, setra atau kuburan dan sebagainya. Beberapa bangunan itu jika tidak dinyatakan sebagai warisan budaya atau cagar budaya (usianya sudah di atas 50 tahun), maka sebagai asset kota pusaka, keberadaannya diduga dapat beralih fungsi (Priyanto, 2014). Kawasan Puri Gianyar yang di masa lalu merupakan pusat aktifitas pusat pemerintahan tradisional, kegiatan ekonomi dan sosial budaya dapat dianggap sebagai pusat perkembangan peradaban dan kebudayaan masyarakat di Kabupaten Gianyar. Hal ini dapat dilihat dari adanya pemahaman secara filosofis yang mengikuti pola penataan perempatan agung sebagaimana tampak pada konsep Catuspatha itu. Komitmen pimpinan pemerintah Kabupaten Gianyar dan masyarakat terhadap masalah warisan pusaka ini tampaknya mengandung makna penting bagi kehidupan kebudayaan masyarakat yang berkelanjutan (sustainable cultural development).

4.2 Pendidikan dan Pelatihan (Capacity Building)Globalisasi dengan kebijakan dan tindakan-tindakan liberalisasi

perdagangan dan perubahan teknologi yang berlangsung cepat terutama dalam kaitannya dengan produksi, distribusi dan konsumsi yang telah berdampak pada kehidupan negara-negara yang sedang

Page 71: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

57

berkembang yang pada gilirannya mempengaruhi secara substansial terhadap pembangunan kota. Hampir tidak ada batas yang tegas antara kota dan desa akibat perkembangan globalisasi dan modernisasi itu. Namun demikian, pertanyaannya tetap adalah meskipun masyarakat yang hidup di kota merasa puas dengan kemajuan yang dicapainya, namun seberapa jauh dan bagaimana indikator dalam kaitannya dengan indeks kepuasan publik yang sudah dicapainya itu. Inilah pertanyaan krusial yang dihadapi oleh pemerintah kota yang sedang mengembangkan kehidupan masyarakat atau warganya dalam kaitannya pencapaian tingkat kesejahteraan dan kebahagiaan warganya.

Kemajuan-kemajuan pariwisata internasional sebagai akibat globalisasi yang terjadi dan diikuti dengan kebijakan dan tindakan-tindakan liberalisasi perdagangan dan perubahan teknologi yang berlangsung cepat terutama dalam kaitannya dengan produksi, distribusi, dan konsumsi telah berdampak pada kehidupan negara-negara yang sedang berkembang. Ini terutama terjadi pada prilaku dan budaya masyarakat Indonesia pada umumnya, dan Bali pada khususnya. Sejarah mencatat, bahwa sejarah munculnya kota di dunia Timur dan Barat sangatlah berbeda. Di Barat, kota muncul akibat kemajuan industri, sementara di Timur, kota muncul yang dilatarbelakangi oleh perkembangan kerajaan-kerajaan tradisional dan kekuasaan kolonial di masa lalu (Lihat: Ardhana, 2005 dan lihat juga: Sartono Kartodirdjo, 1977).

Selain itu, perkembangan globalisasi yang begitu cepat itu, tidak hanya menjadi pertanyaan di pemerintah kota, bahkan pengelola negara sekalipun mempertanyakan akan dampak yang ditimbulkan terhadap dinamika masyarakat yang begitu cepat. Ditengarai bahwa, hal ini dapat berdampak pada kearifan lokal masyarakat karena dinamika yang mengglobal itu ternyata melampaui batas-batas kota, bahkan batas-batas negara. Sebagaimana dikutip oleh Thorniey, (2000) pelaku-pelaku bisnis yang berskala global telah melampaui batas-batas negara. Hal ini tentu berdampak sangat krusial terhadap

Page 72: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

58

keberadaan perusahaan-perusahaan yang dimiliki masyarakat lokal. Di sinilah permasalahannya untuk memikirkan kembali perkembangan globalisasi yang berdampak pada kehidupan warga Kota Gianyar yang diharapkan dapat meningkatkan taraf kehidupannya, rasa puas, dan rasa aman.

Dampak yang terjadi ini sebenarnya banyak terjadi sebagai akibat perkembangan di belahan dunia Eropa yang mengintegrasikan proses perdagangan sebagai akibat perkembangan teknologi, yang berusaha mengurangi perbedaan dan hambatan dalam bidang ekonomi, standar lingkungan, sosial yang pada akhirnya menginginkan untuk membentuk sebuah pasar bersama yang umum. Inilah tantangan-tantangan yang harus dihadapi di kala adanya homogenisasi, maka tentu masalahnya menjadi berat dalam upaya menjaga karakter, kekhasan yang menjadi modal utama bagi negara-negara ketiga yang memiliki imbas luar biasa dari perkembangan globalisasi itu. Adanya pengurangan perbedaan yang dilakukan melalui kebijakan dan strategi yang diimplementasikan oleh negara atau pemerintah pusat sebagaimana dapat dilihat dengan perkembangan pasar-pasar modern misalnya telah membuat perkembangan kota lebih mirip, dan artinya hampir tidak adanya perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, hanya sedikit kota yang memiliki kekhasannya itu, akhirnya dapat bergabung dengan kepentingan global.

Untuk itu, diperlukan sosialisasi seni dan budaya yang unggul untuk menciptakan kesadaran warga masyarakat agar diteruskan ke generasi berikutnya melalui pendidikan dan pelatihan. Dalam hal pendidikan anak misalnya meskipun Kabupaten Gianyar masih memerlukan sejumlah pembenahan namun secara umum pendidikan pada anak dalam kaitannya dengan kebijakan dan strategi pemerintah kabupaten sebenarnya Gianyar sudah layak menyadang predikat sebagai kabupaten menuju layak, karena pemenuhan terhadap hak-hak anak sudah kita lakukan di Kabupaten Gianyar. Indikasinya Gianyar memiliki sumber daya manusia (SDM) anak maupun sarana yang mendukung kegiatan anak.

Page 73: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

59

Upaya secara terus menerus untuk meningkatkan pendidikan anak perlu dilakukan dengan menekankan pentingnya aspek pelestarian pusaka bagi anak-anak yang masih menimba ilmu pengetahuan di sekolahnya. Di antaranya dengan memasukkan muatan atau materi unggulan lokal ke dalam kurikulum sekolah, buku-buku ajar, ceramah, pelatihan, festival, lomba, parade, pemasangan baliho/ poster/ iklan dan pameran dalam penyelenggaraan festival yang relevan. Selain itu, perlu diupayakan berbagai strategi dalam upaya meningkatkan kesadaran Gianyar sebagai kota pusaka ini melalui pembuatan garapan produk-produk seni budaya dan juga lagu-lagu baru.

Materi ajar yang mungkin dimasukkan sebagai muatan unggulan lokal ke dalam kurikulum sekolah dan buku ajar antara lain aksara/ huruf, bahasa dan sastra Bali serta kegiatan pasraman yang dapat mengakomodasikan sejumlah sub-sub topik budaya adat desa pakraman guna membekali generasi penerus dengan pemahaman tentang ciri, keunikan, identitas dan mutu budaya lokal.

Ceramah dan pelatihan mengenai kota pusaka yang berkaitan dengan sadar seni dan budaya sadar tentang ancaman dan memahami peluang global perlu diberikan kepada kelompok masyarakat tertentu, mulai dari yang sudah terkena dampak sampai dengan yang terdeteksi akan terkena dampak. Untuk generasi muda dan anak-anak kegiatan ceramah sebaiknya dijadwalkan pada saat liburan di tengah dan akhir semester pada sentra-sentra seni dan budaya agar mudak diakses masyarakat luas, sehingga dapat mengikutsertkan lebih banyak peserta dan adanya tujuan regenerasi melalui kesadaran publik yang lebih nyata.

Di samping untuk regenerasi yang diiuti peserta dengan semangat, keunggulan perlombaan seperti lomba seni tari, lomba melukis, lomba membuat topeng, lomba busana remaja, lomba memasak masakan khas daerah atau lokal seringkali berpotensi menumbuhkembangkan industry kreatif. Lomba-lomba pesantian dan nyastra yang melibatkan berbagai kalangan perlu dilanjutkan karena dapat mempercepat proses pembangunan. Namun berbagai kendala atau kelemahan perlu

Page 74: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

60

dicarikan solusi agar tidak menimbulkan dampak bagi perkembangan kota pusaka itu sendiri.

Pagelaran dan pameran karya seni budaya adalah cara yang paling tepat untuk upaya regenerasi ini antara lain konser gamelan, mulai dari gong kebyar kreasi tari, fragmentary, dolanan, dalang cilik dan dalang remaja. Inilah beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk mengisi peluang nasional dan global di masa kini dan masa yang akan datang.

3.3 Sumber Daya Manusia: Smart People dan Smart CityKota-kota di Indonesia saat ini sedang menghadapi persaingan-

persaingan ketat, yang mana keberadaan sebuah kota diharapkan mampu menjadi pesaing (competitor) untuk meningkatkan kekayaan lokalnya yang pada gilirannya mampu menjadi unggul dan diakui secara nasional atau internasional. Ini adalah tantangan yang berat, karena untuk menuju ke arah itu diperlukan berbagai kemampuan, kemandirian, semangat partisipasi masyarakat secara terintegrasi, sehingga apa yang diinginkan dapat dimunculkan bukan untuk kota/ kabupaten itu sendiri, tetapi juga bagi kepentingan nasional atau bangsa, dan bahkan, kepentingan yang lebih besar yang bersifat universal. Tantangan-tantangan untuk membangkitkan fisik kota (tangible culture) dan nilai filosofi, ide pengembangan kota, kearifan lokal (intangible culture) menuntut kerja keras semua pihak di masyarakat. Ini sangat signifikan karena upaya untuk mewujudkan keinginan itu sebenarnya upaya untuk meningkatkan kualitas kabupaten/ kota (urban quality) dalam kaitannya dengan masalah kualitas hidup dan kualitas lingungan (quality of life and quality of space). Sangat diperlukan upaya untuk meningkatkan sarana fisik kabupaten/ kota seperti masalah perumahan (housing), kondisi ekonomi, dan juga masalah non-fisik seperti tingkat kecerdasan warga kota, yang berkaitan dengan persoalan budaya, sosial, dan lingkungan di wilayah kabupaten/ kota.

Kota Gianyar memiliki jumlah penduduk yang meningkat dari

Page 75: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

61

tahun ke tahun yang memiliki komposisi penduduk yang variatif yang didasari atas mayoritas orang Bali yang beragama Hindu dan adanya etnis minoritas yang memiliki latar belakang tradisi, budaya dan agama yang berbeda. Kelompok etnis minoritas ini hendaknya dapat dimanfaatkan kehadirannya sebagai ckntributor dalam pengembangan Gianyar sebagai kota pusaka dan bukannya menjadi penghambat. Oleh karena itu, Rancangan Induk Pengembangan Gianyar sebagai kota pusaka ini berkaitan dengan perkembangan kabupaten/ kota dengan ukuran medium (medium sized city) dan persepsinya terutama dalam kaitannya dengan kebijakan dan strategi pembangunan. Ukuran kabupaten/ kota seperti ini berhadapan dengan beberapa persoalan misalnya tingkat kepuasan warga Gianyar terhadap pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Gianyar dalam kaitannya dengan peningkatan kesejahteraan dan rasa aman warga kotanya yang berkaitan erat dengan masalah sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan kapasitas organisasi di wilayah kabupaten Gianyar. Untuk itu, diharapkan bahwa tujuan yang hendak dicapai adalah bagaimana mengukur tingkat kepuasan dan rasa aman warga Kabupaten Gianyar terhadap pengelolaan kota pusakanya. Rancangan Induk Pengembangan ini berisi output dan outcome yang dapat dijadikan pedoman dalam pengembangan Kabupaten Gianyar pada masa kini dan masa yang akan datang.

Perankingan kabupaten/ kota seringkali dipergunakan untuk mempertajam profilnya dan meningkatkan posisinya dalam persaingannya dengan kota-kota lainnya dalam pengelolaan kota pusakanya. Sebuah kabupaten/ kota yang menempati posisi puncak adalah perankingan kabupaten/ kota dengan ranking yang tinggi yang pada intinya dimaksudkan untuk membantu meningkatkan kesan skala nasional, maupun keinternasionalannya dari sebuah kabupaten/ kota. Oleh karena itu, keberadaan kabupaten/ kota itu dimaksudkan untuk melihat bagaimana peran sentral yang dimainkannya dalam upaya mencapai tujuan perkembangan kabupaten/ kota yaitu menuju kehidupan yang sejahtera, aman, dan bahagia. Ini tentu selaras dengan

Page 76: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

62

peran atau fungsi sebuah kabupaten/ kota sebagai kota pusaka. Terminologi smart heritage city dalam kaitannya dengan

pengelolaan sebuah kota pusaka bukanlah dipergunakan secara meluas, namun dalam literatur perencanaan spasial atau penelitian perkotaan, adalah masih mungkin mengidentifikasikan terminologi itu yang tidak dipergunakan dalam cara yang holistik yang menggambarkan sebuah kota dengan atributnya, tetapi ini digunakan untuk berbagai atau sederetan aspek dari smart city menyangkut masalah (Informasi dan Teknologi) ke Smart City berkaitan dengan pendidikan (smartness) dari warga Kabupaten Gianyar. Berkaitan dengan ekonomi job smart city digunakan untuk menggambarkan sebuah kota dengan “smart” industry. Konsep smart city juga digunakan dalam konteks tingkat pendidikan warganya. Sebuah smart city hendaknya menggambarkan smart inhabitants artinya warga atau penduduk yang cerdas dalam konteks tingkat atau derajat pendidikan mereka. Dalam bidang sastra smart city dikaitkan antara administrasi pemerintahan dan warganya. Good governance adalah sebuah aspek dari administrasi yang smart sering juga merujuk pada penggunaan saluran baru berkaitan antara komunikasi dengan warganya seperti contohnya e-governance, e-democracy. Oleh karena itu, smart city digunakan untuk mendiskusikan kegunaan teknologi modern dalam setiap kehidupan perkotaan sehari-harinya. Ini tidak hanya termasuk ICT, tetapi juga teknologi transportasi modern. Logistik begitu juga sistem transportasi yang baru sebagai sistem yang smart yang meningkatkan lalu lintas urban dan mobilitis penduduknya. Lebih jauh, berbagai aspek lainnya yang menunjuk pada kehidupan dalam sebuah kabupaten/ kota disebutkan dalam kaitannya dengan smart city dalam konteks security/ safe, green, efisien, sustainable, energy dan sebagainya. Dapat dikatakan, bahwa terdapat beberapa hal atau aktifitas yang digunakan dalam kaitannya dengan konsep smart city yaitu industri, pendidikan, partisipasi, infrastruktur teknis, dan akhirnya diperimbangkan terdapat enam ciri sebagai payung untuk

Page 77: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

63

dielaborasi lebih jauh dari konsep smart city itu sendiri yang harus digabungkan dengan temuan, dan juga dengan mengizinkan faktor-faktor tambahan sebagai berikut.

Smart Economy (Competitiveness): innovative spirit, entrepreneurship, economic image, and trademarks, productivity, flexibility of labor market, international embeddedness, ability to transform

Smart Governance (Participation): participation in decision-making, public and social service, transparent governance, political strategies and perspectives

Smart Environment (Natural Resources): attractivity of natural conditions, Pollution, environmental protection and sustainable resource management

Smart People (Social and Human Capital): level of qualification, affinity to life long learning, social and ethnic plurality, flexibility, creativity and cosmopolitanism/ openmindedness, and participation in public life.

Smart Mobility (Transport and ICT): local assesbility, (inter) national accessibility, availability of ICT infrastructure and sustainable, innovative and safe transport system

Smart Living (Quality of Life): cultural facilities, health conditions, individual safety, housing quality, education facilities, touristic attractivity and social cohesion.

Page 78: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

64

Ciri dan bentuk faktor dari kerangka ini sebagai indikator dan bagaimana mempertimbangkan penampilan sebuah kota sebagai smart city. Untuk konteks Kabupaten Gianyar terutama dalam kaitannya dengan pengelolaan kota pusakanya dipusatkan pembahasan pada smart heritage city yang mengandung makna bagaimana Gianyar memiliki smartness (kecerdasan) dalam konteks konservasi nilai-nilai, baik yang tangible maupun intangible budaya Gianyar. Untuk itu, makna smart city di sini dimaksudkan bagaimana Gianyar sebagai kota yang cerdas, dimana kecerdasan itu dilandasi oleh potensi yang mengandung kekayaan warisan budaya yang sudah berakar sejak dari dahulu hingga sekarang. Dalam konteks ini dimaksudkan, bahwa semakin pemerintah dan masyarakat di Kabupaten Gianyar dapat meningkatkan kesadaran akan warisan budayanya (cultural heritage), maka dapat dipertimbangkan semakin cerdas kehidupan penduduk di Gianyar yang dilandasi oleh nilai-nilai keseimbangan harmonis yang berlandaskan nilai-nilai ajaran Tri Hita Karana. Konsep Tri Hita Karana ini mengisyaratkan akan adanya keseimbangan antara hubungan antara manusia dengan Tuhan, hubungan yang seimbang

Sentra kuliner di Kota Gianyar

Page 79: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

65

antara manusia dengan manusia, dan hubungan yang harmonis antara manusia dan alam lingkungannya. Dengan demikian, dapat diharapkan akan dapat membangkitkan partisipasi plus yang lebih mengikutkan secara aktif keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan di Kabupaten Gianyar.

Dalam konteks ini dipahami, bahwa konsep smart city dianggap sebagai konsep makro, sementara konsep heritage yang berkaitan dengan konsep kebudayaan itu dianggap sebagai konsep yang mikro. Dengan kata lain, dipahami bahwa budaya (heritage) diibaratkan sebagai lokomotip yang diharapakan akan dapat mampu menggerakkan tingkat kecerdasan masyarakat yang tinggal di Kabupaten Gianyar. Oleh karena itu, adanya kekayaan warisan budaya seperti situs arkeologi, peninggalan sejarah klasik yang berkaitan dengan pura, puri, museum, kuliner, tekstil, dan kekayaan konsep tata ruang (arsitektur) diharapkan mampu dipergunakan sebagai cultural asset dan social asset yang memainkan peranan signifikan dalam mempertahankan pelestarian dan pengembangan Kabupaten Gianyar di masa kini dan masa yang akan datang.

Page 80: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

66

4.4 Kader-Kader Pelestarian PusakaArah kebijakan peningkatan peran pada masyarakat lokal pada

pengembangan Gianyar sebagai kota pusaka diraih dengan strategi peningkatan kualitas dan kuantitas organisasi pemerintahan dan sumberdaya manusia pengelola kota pusaka.

Untuk itu upaya-upaya yang dilakukan dengan penjabaran program sebagai berikut:

• Peningkatan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia pengelola kota pusaka melalui Pengembangan lembaga,

• Peningkatan kapasitas masyarakat lokal sebagai pengelola kota pusaka

• Peningkatan kapasitas kelompok sanggar seni budaya, • Peningkatan kelompok pengrajin tenun ikat, anyaman, souvenir• Peningkatan pengrajin makanan dan minuman yang berbasis

bahan pangan lokal sebagai pendukung keberadaan kota pusaka yang dikoordinasikan oleh Dinas Kebudayaan

Kabupaten Gianyar bekerja sama dengan:• Bappeda• Dinas Pembangunan Desa,• Dinas Lingkungan Hidup• Camat di 7 kecamatan• Dinas Pekerjaan Umum• Budayawan• Listibya, dan sebagainya

Program ini sebagai program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

Penguatan Kelompok Sadar Kota Pusaka, melalui penguatan dan peningkatan kapasitas anggota kelompok sadar kota pusaka (capacity building) sebagai program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang yang dikoordinasikan oleh Bappeda Kabupaten Gianyar yang bekerja bersama dengan instansi atau SKPD terkait.

Page 81: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

67

Terbangunnya rumah-rumah budaya• Menguatnya eksistensi sekaa seni budaya dan kelompok seni ke

PKB yang merupakan kebanggaan dan kesejahteraan• Menguatnya kesejahteraan seniman, budayawan serta kokohnya

komunikasi budaya • Kokohnya dasar-dasar seni dan budaya berbasis pendidikan seni

berkelanjutan ke jenjang menengah dan tinggi• Kokohnya wadah dan lembaga perlindungan bagi seniman dan

budayawan

Menguatnya kreativitas kantong-kantong seni budaya yang berorientasi keunggulan dan kesejahteraan

• Meningkatnya pola dan mekanisme pembinaan sanggar seni dan budaya

• Mantapnya promosi seni budaya di luar negeri, • Kokohnya citra dan apresiasi seni budaya• Tumbuhnya kader-kader pengelola museum

Adapun rencana pengembangan sumberdaya manusia adalah sebagai berikut:

Arah Kebi-jakan

Strategi ProgramIndikator Kegiatan

Pencapaian Out-put dan Outcome

Peningkatan peran dan masyarakat lokal dalam pengemban-gan kota pu-saka

Meningkatkan kualitas dan kuantitas organ-isasi dan sum-berdaya manu-sia pengelola kota pusaka

P e n i n g k a -tan kualitas dan kuantitas s u m b e rd aya manusia da-lam pengem-bangan kota pusaka

Pelaksanaan kongres kebu-dayaan yang berkaitan den-gan kota pu-saka

Te r b e n t u k n y a perda Kebudayaan Gianyar dan pemetaan sumber-daya manusia se-bagai pendukung Gianyar sebagai kota pusaka

Page 82: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

68

Peningkatan warga Gian-yar sebagai pendukung kota pusaka dalam bi-dang

N i l a i - n i l a i sosial dan budaya

Arsi tek-•tur tra-disionalPa k a i a n •t r a d i s -ionalMakanan •( g a s -tronomy) atau Ku-liner tra-disional

Tarian tra-disional

Penguatan kel-ompok sadar kota pusaka dan pengelo-laan Gianyar sebagai kota pusaka

Pe r l o m b a a n pada kader-kader pusaka yang berkaitan dengan bidang p e n g g a l i a n nilai-nilai so-sial budaya, a r s i t e k t u r, pakaian, ma-kanan, tarian tradisionalP e m b e r i a n apresiasi da-lam bentuk penghargaan

P e n g g a l i a n n i l a i - n i l a i budaya sep-erti masalah filosofi yang terdapat pada museum: ker-is, subak,

Menguatnya in-formasi tentang kader-kader seni dan budaya dalam kaitannya dengan Gianyar sebagai kota pusaka

5. RefleksiPengembangan Kabupaten Gianyar sebagai kota pusaka

hendaknya dapat dilihat dari dua aspek pengembangan yaitu aspek fisik kota Gianyar dan aspek kemampuan sumberdaya manusia yang mengelola pelaksanaan dan pengembangan kota pusaka itu. Sumberdaya manusia atau manpower dalam konteks pengembangan kota pusaka adalah persediaan yang menyeluruh tentang tenaga manusia yang tersedia berkaitan dengan pengelolaan kota pusaka itu.

Ketersediaan sumberdaya manusia baik dari kuantitas dan kualitas akan menjadi prasyarat penting dalam peningkatan daya

Page 83: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

69

saing suatu masyarakat (competitiveness). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa daya saing itu dapat dibangun melalui peningkatan kualitas sumber daya manusianya dan tidak hanya kuantitasnya saja. Sebagaimana yang telah disebutkan bahwa, sumber daya manusia berkualitas adalah sumber daya manusia yang paling tidak memiliki empat karakteristik dalam pengelolaaan kota pusaka yaitu memiliki competence (knowledge, skill, cabilities, and experience) yang memadai; memiliki commitment pada organisasi; bertindak “cost effectiveness” dalam setiap tindakannya; dan memiliki konsep congruence at goals, yaitu bertindak selaras antara tujuan pribadi dengan tujuan organisasi. Untuk itu, kemampuan dari suatu pemerintah atau pengelola kota pusaka dalam meningkatkan kinerjanya berkaitan erat dengan berbagai aktivitas manajemen sumber daya manusia, seperti: pelatihan, partisipasi seniman dan budayawan, kompensasi terhadap seniman dan pengrajin, adanya proses rekruitmen dan proses seleksi serta pasar tenaga kerja internal (internal labor market) terutama dalam masalah promosi berkaitan dengan pengelolaan pusaka yang dilakukan oleh pemerintah daerah bekerja sama dengan berbagai unit lembaga di Kabupaten/ Kota seperti Dinas Kebudayaan, Lingkungan Hidup, Pekerjaan Umum, Dinas Pembangunan Desa, Listibya, seniman dan budayawan, akademisi dan represntasi dari masyarakat lainnya di Kabupaten Gianyar.

Pengelolaan manajemen sumberdaya manusia yang baik dalam pengelolaan Gianyar sebagai kota pusaka akan terus menghasilkan sesuatu yang baru, karena sifat manusia yang dinamis dan terus berkembang setiap waktu, menjadikan sumber daya manusia yang dimiliki oleh pemerintah daerah itu sebagai partner strategis dan agen perubahan (strategic partner and agent of change) yang diharapkan mampu mengatasi berbagai tantangan untuk dirubah menjadi peluang dalam mengisi dan mengembangkan Gianyar sebagai kota pusaka.

Page 84: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

70

Catus Pata di Kecamatan Payangan

Page 85: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

71

BAB V

RENCANA PENGEMBANGAN EKONOMI PUSAKA

5.1 Ekonomi Kreatif dan Inovatif

Ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge

dari sumberdaya manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonomi. Struktur perekonomian dunia mengalami transformasi dengan cepat seiring dengan pertumbuhan ekonomi, dari yang tadinya berbasis sumberdaya alam (SDA) sekarang menjadi berbasis SDM, dari era pertanian ke era industri dan informasi. Toffler (1980) dalam teorinya melakukan pembagian gelombang peradaban ekonomi ke dalam tiga gelombang. Gelombang pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi industri. Ketiga adalah gelombang ekonomi informasi. Kemudian, diprediksikan gelombang keempat yang merupakan gelombang ekonomi kreatif dengan berorientasi pada ide dan gagasan kreatif.

Menurut ahli ekonomi Romer (1993), ide adalah barang ekonomi yang sangat penting, lebih penting dari objek yang ditekankan pada kebanyakan model-model ekonomi. Howkins (2001) dalam bukunya The Creative Economy menemukan kehadiran gelombang ekonomi kratif setelah menyadari pertama kali pada tahun 1996 ekspor karya hak cipta Amerika Serikat mempunyai nilai penjualan sebesar US$ 60,18 miliar yang jauh melampaui ekspor sektor lainnya seperti otomotif, pertanian, dan pesawat terbang. Menurut Howkins (2001) ekonomi baru telah muncul seputar industri kreatif yang dikendalikan oleh hukum kekayaan intelektual seperti paten, hak cipta, merek, royalty, dan desain. Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan aset kreatif yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi (dos Santos, 2007).

Page 86: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

72

Dunia sudah memasuki peradaban keempat dengan sebutan era kreatif yang menempatkan kreativitas dan inovasi sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Seiring dengan pandangan futuris Tofler dalam bukunya Futurer Shock (1970) pun mengemukakan bahwa peradaban manusia terdiri atas tiga gelombang; era pertanian (perikanan, kehutanan, peternakan, perkebunan), era industri (manufaktur), dan era informasi (jasa profesional). Ekonomi kreatif di dunia, banyak memberikan kontribusi bagi perekonomian negara-negara yang mengembangkannya. Melihat potensi yang begitu besar, maka ekonomi kreatif perlu dikembangkan karena: (1) ekonomi kreatif dengan memadukan ide, seni, dan teknologi, (2) keunggulan produk ekonomi yang berbasiskan seni, budaya, dan kerajinan, (3) ekonomi warisan, dan (4) ekonomi kepariwisataan yang berbasis budaya dan keindahan alam. Sudah saatnya bangkit dan mempersiapkan diri untuk menyambut gelombang ekonomi kreatif dengan orientasi pada kreativitas, kekayaan, serta warisan budaya dan lingkungan.

Konsep ekonomi kreatif masih baru bagi masyarakat Indonesia. Istilah untuk peradaban gelombang keempat bukan saja di monopoli oleh ekonomi kreatif, melainkan juga sering disebut sebagai ekonomi budaya, ekonomi seni, ekonomi desain, ekonomi pengetahuan, dan ekonomi konseptual. Walaupun semuanya mempunyai kesamaan pandangan bahwa kreativitas dan inovasi individu serta kekayaan budaya menjadi inti peningkatan produktivitas ekonomi dan daya saing, timbul beragam keraguan, diantaranya tentang asal usul ekonomi kreatif, industri apa saja yang tercakup di dalamnya, dan hambatan apa saja bagi bangsa Indonesia untuk berkembang dalam era kreatif ini.

Ekonomi kreatif dapat didefinisikan sebagai sistem kegiatan manusia yang berkaitan dengan produksi, distribusi, pertukaran, serta konsumsi barang dan jasa yang bernilai kultural, artistik, dan hiburan. Ekonomi kreatif bersumber pada kegiatan ekonomi dari industri kreatif. Secara umum, industri kreatif dalam Wikipedia didefinisikan sebagai industri yang berfokus pada kreasi dan eksploitasi karya kepemilikan intelektual seperti seni, film, permainan, atau desain fashion, dan termasuk layanan kreatif antarperusahaan seperti iklan.

Page 87: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

73

Pemerintah Inggris melalui Kementrian Budaya, Media, dan Olah Raga memberikan lingkup industri kreatif sebagai kegiatan yang bersumber dari kreativitas, keahlian, dan talenta individu yang berpeluang meningkatkan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan komersialisasi kekayaan intelektual. Kementerian ini menetapkan bahwa industri kreatif terdiri atas 13 sektor usaha, yakni periklanan, arsitektur, seni murni dan barang antik, kerajinan, desain, fashion, film dan video, hiburan interaktif dan permainan komputer, musik, seni pertunjukan, penerbitan, perangkat lunak dan animasi, serta televisi dan radio. Alasan perhatian terhadap ekonomi kreatif semakin tinggi adalah besarnya nilai ekonomi kreatif dan pertumbuhannya. Ekonomi kreatif di dunia saat ini tumbuh dengan pesat seperti tercermin dari nilai ekonomi kreatif global yang diperkirakan dengan tingkat pertumbuhan lima persen per tahun akan berkembang dari 2,2 triliun dolar AS pada Januari 2000 menjadi 6,1 triliun dolar AS tahun 2020.

Howkins (2001) menemukan kehadiran gelombang ekonomi kreatif setelah menyadari untuk pertama kalinya pada tahun 1996 karya hak cipta Amerika Serikat mempunyai nilai penjualan ekspor sebesar 60,18 miliar dolar (sekitar Rp 600 triliun) yang jauh melampaui ekspor sektor-sektor lainnya seperti otomotif, pertanian, dan pesawat terbang. Howkins berargumentasi bahwa ekonomi baru sudah muncul seputar industri kreatif yang dikendalikan oleh hukum kekayaan intelektual seperti paten, hak cipta, merek, royalti, dan desain.

Masukan utama ekonomi kreatif adalah gagasan yang diolah menjadi produk atau jasa yang bernilai ekonomi. Nilai ekonomi dari suatu produk atau jasa di era kreatif, bukan lagi ditentukan oleh bahan bakunya atau sistem produksi seperti era industri, melainkan pada pemanfaatan kreativitas dan inovasi. Harga secangkir kopi sebagai komoditas tidak lebih dari Rp 5.000,00 di warung kopi. Harga kopi ini akan berlipat ganda pada saat diberi sentuhan seni dan inovasi seperti yang disajikan oleh “Star Bucks”.

Pink dalam bukunya A Whole New Mind (2005) menjelaskan bahwa ekonomi bergerak dari era informasi ke era konseptual atau

Page 88: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

74

desain. Dia menggambarkan bahwa ekonomi saat ini yang ditandai dengan ketimpangan produksi (over supply), sumber luar (outsourcing) ke negara-negara Asia, dan otomasi sistem produksi, perusahaan perlu memperhatikan aset kreatif atau kognitif seperti desain, empati, permainan, dan makna untuk dapat meningkatkan nilai ekonomi yang lebih tinggi. Industri tidak dapat lagi bersaing dalam pasar global semata-mata berdasarkan harga atau mutu produk saja, melainkan juga bersaing berbasiskan imajinasi. kreativitas, dan inovasi.

Organisasi Pendidikan, Sains, dan Budaya Persatuan Bangsa-Bangsa (UNESCO) juga memberikan mandat kepada para negara anggotanya untuk mengembangkan ekonomi kreatif dalam rangka mencapai Sasaran Pembangunan Milenium. Ekonomi kreatif dapat membantu penciptaan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, pelestarian keanekaragaman budaya, dan pembangunan manusia. Sektor yang termasuk industri kreatif menurut UNESCO mencakup warisan budaya, sastra, musik, pertunjukan, seni visual, sinema dan fotografi, radio dan televisi, kegiatan sosial budaya, olah raga dan permainan, serta lingkungan dan alam.

Masalah perlindungan juga perlu dicarikan solusinya. Alasan perlindungan kekayaan intelektual adalah memberikan insentif kepada para pengarang dan penemu untuk menciptakan karya intelektual dan menyediakannya untuk publik. Perlindungan bukan hanya kepada individu, melainkan juga domain publik dan kolektif. Setiap pemerintah kota seharusnya aktif melakukan inventarisasi dan perlindungan warisan budaya dan kearifan lokal.

Rantai nilai ekonomi kreatif juga memerlukan kebijakan agar bukan hanya menjadi tukang jahit, melainkan menjadi desainer atau seniman dengan ketrampilan artisitik yang diakui profesinya. Perusahaan harus mampu mengelola sumberdaya manusia sebagai artis atau seniman sekaligus sebagai profesi. Pemerintah daerah perlu mengakui profesi ini di dalam tatanan struktur ketenagakerjaan. Masyarakat kreatif diupayakan tidak hanya terlena pada nostalgia warisan budaya masa lalu, melainkan turut melestarikan dan menjadikan warisan budaya sebagai sumber inspirasi untuk dapat menciptakan karya yang bernilai ekonomi.

Page 89: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

75

Konsumen industri kreatif belum banyak yang dapat menghargai nilai dari karya kreatif, terutama desain. Pemerintah perlu melakukan sosialisai yang lebih luas untuk mendidik pelanggan. Inisiatif ini termasuk menumbuhkan sahabat-sahabat budaya dan seni (para dermawan dan kolektor) serta membantu akses ke pasar global. Masalah kebijakan pengembangan prasarana dan sarana ekonomi kreatif, berbeda dari era industri yang dapat dilakukan dalam rentang waktu yang singkat. Hampir semua sarana dan prasarana diantaranya akses terhadap pendidikan, teknologi, perpustakaan, perizinan, statistik, hasil riset, kontes, pelatihan, modal, informasi tentang standar teknis dan kesehatan, bantuan teknis, pajak, regulasi persaingan, harus dibangun dari nol dalam rentang waktu yang panjang.

5.2 Analisis SWOTMenurut David (2011 : 30) yang dimaksud dengan analisis

SWOT adalah satu kesatuan yang terdiri atas: a) Strength (Kekuatan) adalah merupakan sumberdaya ketrampilan atau keunggulan relatif terhadap pesaing dan kebutuhan dari pasar suatu perusahaan yang dapat dilayani atau hendak dilayani; b) Weaknesses (Kelemahan) merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya, ketrampilan, dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja efektif suatu perusahaan; c) Opportunities (Peluang) yaitu suatu situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Perubahan-perubahan dalam keadaan bersaing, peraturan, atau perubahan teknologi; d) Threats (Ancaman) adalah situasi utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan suatu perusahaan, ancaman adalah rintangan-rintangan utama bagi posisi perusahaan.

Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dijelaskan bahwa analisis SWOT merupakan suatu analisis yang dapat dipergunakan untuk merumuskan strategi, yang terdiri atas analisis keunggulan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi oleh suatu perusahaan untuk mencapat tujuan. Analisis SWOT juga digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh: Proctor (2002), Ahmed and Almarri (2006), Coman and Ronen (2009), Evans and Wright (2009),

Page 90: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

76

Helms and Nixon (2010), Carlsen and Andersson (2011), dan Koo et al. (2012). Semua peneliti ini menggunakan analisis SWOT dalam rangka mengidentifikasi peluang, ancaman yang muncul dari berbagai perubahan lingkungan eksternal, serta menentukan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan dari sumberdaya yang ada sebagai dasar untuk merumuskan strategi bisnisnya (Antony, 2012).

Proses penentuan peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan Kabupaten Gianyar sebagai Kota Pusaka dilakukan dengan mengidentifikasi faktor eksternal dan internalnya. Faktor eksternal, diantaranya lingkungan internasional, lingkungan nasional, lingkungan lokal, perkembangan TI, kondisi politik, peraturan pemerintah, dan sosial budaya masyarakat. Untuk faktor internal, diantaranya berbagai sektor yang menjadi tumpuan bagi Kabupaten Gianyar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, termasuk sektor pertanian, industri kecil menengah dan besar, serta industri pariwisata.

Potensi di sektor pertanian menyangkut usaha pertanian, peternakan, perikanan, sedangkan sektor UMKM memiliki banyak kluster lagi seperti kuliner dan patung, serta sektor pariwisata. Berbagai faktor eksternal dan internal tersebut selanjutnya dianalisis di mana hasil analisis menunjukkan hasil sebagai berikut. Analisis faktor eksternal dirangkum dalam Tabel EFAS dan hasil analisis terhadap lingkungan internal dirangkum dalam Tabel IFAS sebagai berikut.

Page 91: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

77

Tabel 5.1Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS)

Masa Yang Akan Datang

No Faktor Strategis Eksternal Bobot (%) Rating Score

1 Intensitas persaingan antarkota pusaka 0,10 3 0,302 Laju pertumbuhan ekonomi 0,10 4 0,403 Perkembangan iklim bisnis 0,10 4 0,404 Dukungan pemerintah 0,10 5 0,505 Stabilitas keamanan 0,10 5 0,506 Kepedulian sosial terhadap kota pusaka 0,10 5 0,507 Perubahan selera masyarakat dunia 0,10 4 0,408 Tersedianya fasilitas website 0,10 4 0,409 Perkembangan jaringan TI 0,10 4 0,40

10 Adanya jaringan pemasaran global 0,10 5 0,50Total 1,00 4,30

Tabel 5.2Internal Factor Analysis Summary (IFAS)

Masa Yang Akan Datang

No Faktor Strategis Internal Bobot (%)

Rat-ing Score

1 Keragaman produk industri kreatif 0,05 4 0,202 Mutu produk industri kreatif 0,05 4 0,203 Kualitas SDM yang kreatif dan inovatif 0,10 4 0,404 Budaya masyarakat yang ramah 0,10 5 0,505 Lingkungan alam yang asri 0,05 5 0,256 Ekonomi kerakyatan 0,05 4 0,207 Lokasi yang strategis 0,10 4 0,408 Penataan kota yang berestetika 0,10 5 0,509 Kebersihan kota 0,05 4 0,20

10 Ketertiban kawasan kota pusaka 0,05 4 0,2011 Ketersediaan fasilitas umum 0,10 4 0,4012 Website Gianyar sebagai kota pusaka 0,05 4 0,2013 Kerjasama antarindustri 0,05 4 0,2014 Pencitraan kota pusaka 0,05 4 0,2015 Dana pusaka 0,05 5 0,25

Total 1,00 4,30

Page 92: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

78

5.3 Peluang dan TantanganPeluang dan ancaman merupakan kondisi yang dihasilkan dari

analisis lingkungan eksternal. Jika perubahan lingkungan eksternal menawarkan kemudahan kepada Kabupaten Gianyar sebagai Kota Pusaka maka dapat dikatakan menawarkan suatu peluang, demikian juga sebaliknya. Jika perubahan lingkungan eksternal menghambat Kabupaten Gianyar sebagai Kota Pusaka, maka dapat dikatakan perubahan lingkungan eksternal memberikan ancaman. Berdasarkan hasil ikhtisar seperti yang tersaji pada Tabel 5.1, dapat dideskripsikan beberapa hal yang berkaitan dengan faktor strategis eksternal Gianyar sebagai Kota Pusaka, sebagai berikut.

5.3.1 Peluang (Opportunities)a. Laju pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan faktor yang mencerminkan kemampuan pelaku bisnis dalam meningkatkan keuntungan dan produktivitasnya. Kalau pertumbuhan ekonomi baik, dapat menyebabkan daya beli masyarakat meningkat sehingga kemampuannya untuk melakukan kegiatan ekonomi juga meningkat, termasuk daya beli masyarakat Gianyar sebagai Kota Pusaka. Hal ini, dapat dilihat dari persepsi responden terhadap variabel tersebut mendapatkan nilai baik, yaitu nilai 4, dan jika dibandingkan dengan nilai cut off (3,00) masih berada di atas nilai cut off. Dengan demikian, mampu mendorong atau mempermudah menjadikan Gianyar sebagai Kota Pusaka karena wisatawan berkualitas yang datang ke Kota Gianyar semakin banyak.

b. Perkembangan iklim bisnisKondisi lingkungan eksternal masa yang akan datang, khususnya perkembangan iklim bisnis Gianyar sebagai Kota Pusaka sangat terdukung dengan semakin banyaknya UMKM. Semakin UMKM bertumbuh, mengindikasikan bahwa iklim bisnis semakin baik. Apalagi didukung dengan berkembangnya ekonomi kreatif di Gianyar, di mana masyarakat Gianyar yang kaya akan ide atau gagasan mampu

Page 93: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

79

terus menerus mengembangkan berbagai produk baru sehingga mengantarkan citra Gianyar sebagai kota ekonomi kreatif. Hal ini, dapat dilihat dari persepsi responden terhadap variabel tersebut mendapatkan nilai baik, yaitu nilai 4, dan jika dibandingkan dengan nilai cut off (3,00) masih berada di atas nilai cut off. Dengan demikian, berdasarkan aspek perkembangan iklim bisnis terhadap kota pusaka dapat mendorong atau mempermudah menjadikan Gianyar sebagai Kota Pusaka karena wisatawan berkualitas yang datang ke Kota Gianyar semakin banyak.

c. Dukungan pemerintahPengembangan Gianyar sebagai Kota Pusaka memang seharusnya didukung oleh pihak pemerintah karena dengan dijadikannya Gianyar sebagai Kota Pusaka tentunya membawa dampak terhadap pertumbuhan ekonomi Gianyar, kesejahteraan masyarakat Gianyar, kebahagiaan masyarakat Gianyar, dan pencitraan Gianyar yang semakin kuat. Hal ini, dapat dilihat dari persepsi responden terhadap variabel tersebut mendapatkan nilai sangat baik, yaitu nilai 5, dan jika dibandingkan dengan nilai cut off (3,00) masih berada jauh di atas nilai cut off. Dengan demikian, berdasarkan aspek dukungan pemerintah dapat mendorong atau mempermudah menjadikan Gianyar sebagai Kota Pusaka karena wisatawan berkualitas yang datang ke Kota Gianyar semakin banyak.

d. Stabilitas keamananKondisi lingkungan eksternal masa yang akan datang, khususnya stabilitas keamanan Gianyar sebagai Kota Pusaka sangat terdukung. Hal ini, dapat dilihat dari persepsi responden terhadap variabel tersebut mendapatkan nilai sangat baik, yaitu nilai 5, dan jika dibandingkan dengan nilai cut off (3,00) maka masih berada jauh di atas nilai cut off. Dengan demikian, berdasarkan aspek stabilitas keamanan terhadap kota pusaka dapat mendorong atau mempermudah menjadikan Gianyar sebagai Kota Pusaka karena wisatawan berkualitas yang datang ke Kota Gianyar semakin banyak.

Page 94: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

80

e. Kepedulian sosial terhadap kota pusakaKondisi lingkungan eksternal masa yang akan datang, khususnya kepedulian sosial terhadap Gianyar sebagai Kota Pusaka sangat terdukung. Hal ini, dapat dilihat dari persepsi responden terhadap variabel tersebut mendapatkan nilai sangat baik, yaitu nilai 5, dan jika dibandingkan dengan nilai cut off (3,00) maka masih berada jauh di atas nilai cut off. Dengan demikian, berdasarkan aspek kepedulian sosial terhadap kota pusaka dapat mendorong atau mempermudah menjadikan Gianyar sebagai Kota Pusaka karena wisatawan berkualitas yang datang ke Kota Gianyar semakin banyak.

f. Perubahan selera masyarakat duniaKondisi lingkungan eksternal masa yang akan datang, khususnya perubahan selera masyarakat dunia terhadap Gianyar sebagai Kota Pusaka terdukung. Hal ini, dapat dilihat dari persepsi responden terhadap variabel tersebut mendapatkan nilai baik, yaitu nilai 4, dan jika dibandingkan dengan nilai cut off (3,00) maka masih berada di atas nilai cut off. Dengan demikian, berdasarkan aspek perubahan selera masyarakat dunia terhadap kota pusaka dapat mendorong atau mempermudah menjadikan Gianyar sebagai Kota Pusaka karena wisatawan berkualitas yang datang ke Kota Gianyar semakin banyak.

g. Tersedianya fasilitas websiteKondisi lingkungan eksternal masa yang akan datang, khususnya tersedianya fasilitas website terhadap Gianyar sebagai Kota Pusaka terdukung. Hal ini, dapat dilihat dari persepsi responden terhadap variabel tersebut mendapatkan nilai baik, yaitu nilai 4, dan jika dibandingkan dengan nilai cut off (3,00) maka masih berada di atas nilai cut off. Dengan demikian, berdasarkan aspek tersedianya fasilitas website terhadap kota pusaka dapat mendorong atau mempermudah menjadikan Gianyar sebagai Kota Pusaka karena wisatawan berkualitas yang datang ke Kota Gianyar semakin banyak.

Page 95: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

81

h. Perkembangan jaringan TITerjadinya perkembangan TI yang begitu pesat memberikan peluang kepada Gianyar sebagai Kota Pusaka karena promosinya menjadi lebih mudah dan cepat. Ini merupakan langkah promosi yang tepat, cepat, dan menjangkau pasar yang luas. Hal ini, dapat dilihat dari persepsi responden terhadap variabel tersebut mendapatkan nilai baik, yaitu nilai 4, dan jika dibandingkan dengan nilai cut off (3,00) maka masih berada di atas nilai cut off. Dengan demikian, berdasarkan aspek perkembangan jaringan TI dapat mendorong atau mempermudah menjadikan Gianyar sebagai Kota Pusaka karena wisatawan berkualitas yang datang ke Kota Gianyar semakin banyak.

i. Adanya Pemasaran globalKondisi lingkungan eksternal masa yang akan datang, khususnya adanya kegiatan pemasaran global terhadap Gianyar sebagai Kota Pusaka sangat terdukung. Hal ini, dapat dilihat dari persepsi responden terhadap variabel tersebut mendapatkan nilai sangat baik, yaitu nilai 5, dan jika dibandingkan dengan nilai cut off (3,00) maka masih berada jauh di atas nilai cut off. Dengan demikian, berdasarkan aspek pemasaran global dapat mendorong atau mempermudah menjadikan Gianyar sebagai Kota Pusaka karena wisatawan berkualitas yang datang ke Kota Gianyar semakin banyak.

5.3.2 TantanganIntensitas persaingan

Intensitas persaingan mencerminkan tajamnya persaingan yang dihadapi oleh Gianyar sebagai Kota Pusaka karena masih banyak alternatif lain kota-kota pusaka lainnya, baik yang ada di Indonesia maupun di mancanegara. Kondisi lingkungan eksternal masa yang akan datang, khususnya intensitas persaingan Gianyar sebagai Kota Pusaka dapat dikategorikan sebagai ancaman. Hal ini, dapat dilihat dari persepsi responden terhadap variabel tersebut mendapatkan

Page 96: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

82

nilai cukup, yaitu nilai 3, dan jika dibandingkan dengan nilai cut off (3,00) berada persis pada nilai cut off. Dengan demikian, berdasarkan aspek intensitas persaingan terhadap kota pusaka dapat mengancam Gianyar sebagai Kota Pusaka karena wisatawan berkualitas yang datang ke Kota Gianyar semakin terbatas. Dengan demikian, dapat menyebabkan target pasar bisa memiliki beberapa pilihan untuk menentukan tempat berwisatanya. Tanpa adanya suatu keunikan yang dimiliki oleh Gianyar sebagai Kota Pusaka, tentunya belum mampu mendatangkan wisatawan berkualitas ke Gianyar.

5.4 Kekuatan dan KelemahanBerdasarkan hasil ikhtisar seperti yang tersaji pada Tabel 5.2, dapat dideskripsikan beberapa hal yang berkaitan dengan faktor strategis internal dari Gianyar sebagai Kota Pusaka, sebagai berikut:

5.4.1 Kekuatan a. Keragaman produk industri kreatif

Kondisi lingkungan internal masa yang akan datang, khususnya keragaman produk industri kreatif terhadap Gianyar sebagai Kota Pusaka dikategorikan terdukung. Kalau dibandingkan dengan daerah lainnya, Gianyar dapat diidentifikasi beberapa keragaman industri kreatif yang dimiliki seperti: industri kerajinan kayu (diantaranya patung berbentuk garuda, patung pisang, dan patung tokoh pewayangan); industri kerajinan seni lukis (diantaranya lukisan pada kanvas, kain, kebaya, telur, dan batu); industri kuliner (diantaranya jajanan tradisional dan makanan khas Bali); industri kerajinan perak (diantaranya gelang, bros, kalung, dan subeng); industri kerajinan emas (diantaranya gelang, bros, kalung, dan subeng); serta kain tenun (endek dengan berbagai motif yang terus berkembang). Selain keragaman produk industri kreatif pada sektor usaha industri kerajinan, Gianyar juga memiliki produk industri pariwisata seperti museum-museum unik

Page 97: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

83

diantaranya museum keris dan museum subak. Hal ini, dapat dilihat dari persepsi responden terhadap variabel tersebut mendapatkan nilai baik, yaitu nilai 4, dan jika dibandingkan dengan nilai cut off (3,00) maka masih berada di atas nilai cut off. Dengan demikian, berdasarkan aspek keragaman produk industri kreatif dapat memperkuat Gianyar sebagai Kota Pusaka karena wisatawan berkualitas yang datang ke Kota Gianyar semakin banyak.

b. Mutu produk industri kreatifKondisi lingkungan internal masa yang akan datang, khususnya mutu produk industri kreatif dapat dikategorikan baik. Mutu produk industri kreatif ini tentunya didukung oleh SDM yang memiliki jiwa seni dan tidak dimiliki oleh daerah lainnya. Dengan jiwa seni, para pengrajin di Gianyar bekerja dengan sepenuh hati sehingga produk yang dihasilkan menjadi produk mahakarya. Inilah produk yang mampu memberikan kepuasan kepada wisatawan berkualitas sehingga wisatawan tersebut menjadi loyal dan memunculkan positif worth of mouth. Hal ini, dapat dilihat dari persepsi responden terhadap variabel tersebut mendapatkan nilai sangat baik, yaitu nilai 5, dan jika dibandingkan dengan nilai cut off (3,00) maka masih jauh berada di atas nilai cut off. Dengan demikian, berdasarkan aspek mutu produk industri kreatif dapat sangat memperkuat Gianyar sebagai Kota Pusaka karena wisatawan berkualitas yang datang ke Kota Gianyar semakin banyak.

c. Kualitas SDM yang kreatif dan inovatifKondisi lingkungan internal masa yang akan datang, khususnya kualitas SDM yang kreatif dan inovatif terhadap Gianyar sebagai Kota Pusaka dapat dikategorikan sebagai kekuatan. Hal ini, dapat dilihat dari persepsi responden terhadap variabel tersebut mendapatkan nilai baik, yaitu nilai 4, dan jika dibandingkan dengan nilai cut off (3,00) maka masih berada di atas nilai cut off. Melalui SDM inilah bermunculan berbagai produk inovatif di segala sektor yang mampu menarik minat pasar untuk mengkonsumsinya.

Page 98: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

84

Dengan demikian, berdasarkan aspek kualitas SDM yang kreatif dan inovatif dapat memperkuat Gianyar sebagai Kota Pusaka karena wisatawan berkualitas yang datang ke Kota Gianyar semakin banyak.

d. Budaya masyarakat yang ramahKondisi lingkungan internal masa yang akan datang, khususnya budaya masyarakat yang ramah dapat dikategorikan sebagai kekuatan. Hal ini, dapat dilihat dari persepsi responden terhadap variabel tersebut mendapatkan nilai baik, yaitu nilai 4, dan jika dibandingkan dengan nilai cut off (3,00) maka masih berada di atas nilai cut off. Melalui budaya masyarakat yang ramah bermunculan berbagai layanan hospitalitas (hospitality) professional di segala sektor yang mampu menarik minat pasar. Dengan demikian, berdasarkan aspek budaya masyarakat yang ramah dapat memperkuat Gianyar sebagai Kota Pusaka karena wisatawan berkualitas yang datang ke Kota Gianyar semakin banyak.

e. Lingkungan alam yang asriKondisi lingkungan internal masa yang akan datang, khususnya lingkungan alam yang asri dapat dikategorikan sebagai kekuatan. Hal ini, dapat dilihat dari persepsi responden terhadap variabel tersebut mendapatkan nilai baik, yaitu nilai 4, dan jika dibandingkan dengan nilai cut off (3,00) maka masih berada di atas nilai cut off. Melalui lingkungan alam yang asri bermunculan berbagai tawaran sector pertanian, sektor kerajinan, dan sector pariwisata yang mampu menarik minat pasar untuk mengkonsumsinya. Dengan demikian, berdasarkan aspek lingkungan alam yang asri dapat memperkuat Gianyar sebagai Kota Pusaka karena wisatawan berkualitas yang datang ke Kota Gianyar semakin banyak.

f. Ekonomi kerakyatanEkonomi kerakyatan merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Gianyar sebagai Kota Pusaka. Melalui ekonomi kerakyatan inilah bermunculan berbagai produk inovatif

Page 99: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

85

di segala sektor yang mampu menarik minat pasar. Kondisi lingkungan internal masa yang akan datang, khususnya ekonomi kerakyatan seperti koperasi dan lembaga perkreditan rakyat (LPD) dapat dikategorikan berkembang dengan baik. Hal ini, dapat dilihat dari persepsi responden terhadap variabel tersebut mendapatkan nilai baik, yaitu nilai 4, dan jika dibandingkan dengan nilai cut off (3,00) maka berada di atas nilai cut off. Dengan demikian, berdasarkan aspek ekonomi kerakyatan dapat memperkuat Gianyar sebagai Kota Pusaka karena wisatawan berkualitas yang datang ke Kota Gianyar semakin banyak.

g. Lokasi yang strategisKondisi lingkungan internal masa yang akan datang, khususnya lokasi yang strategis karena mudah mengakses untuk mencapai Gianyar dari bandara Ngurah Rai. Apalagi sudah ada fasilitas jalan yang baik sehingga wisatawan berkualitas akan mudah berkunjung ke Gianyar, baik untuk menikmati pemandangan alam yang indah asri maupun untuk membeli berbagai ragam jenis cendera mata yang tersedia sehingga dapat dikategorikan sebagai kekuatan. Hal ini, dapat dilihat dari persepsi responden terhadap variabel tersebut mendapatkan nilai baik, yaitu nilai 4, dan jika dibandingkan dengan nilai cut off (3,00) maka masih berada di atas nilai cut off. Dengan demikian, berdasarkan aspek lokasi yang strategis dapat memperkuat Gianyar sebagai Kota Pusaka karena wisatawan berkualitas yang datang ke Kota Gianyar semakin banyak.

h. Penataan kota yang berestetikaKondisi lingkungan internal masa yang akan datang, khususnya penataan kota yang berestetika dapat dikategorikan sebagai kekuatan yang didukung dengan berbagai bentuk bangunan yang masih asli dan original, penuh dengan berbagai ukiran khas Bali yang indah, dibuat oleh tangan-tangan seniman kelas dunia sehingga penataan kota Gianyar yang indah menjadi daya tarik tersediri bagi wisatawan untuk menikmatinya. Hal

Page 100: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

86

ini, dapat dilihat dari persepsi responden terhadap variabel tersebut mendapatkan nilai baik, yaitu nilai 4, dan jika dibandingkan dengan nilai cut off (3,00) maka masih berada di atas nilai cut off. Dengan demikian, berdasarkan aspek keragaman produk industri kreatif terhadap kota pusaka dapat memperkuat Gianyar sebagai Kota Pusaka karena wisatawan berkualitas yang datang ke Kota Gianyar semakin banyak.

i. Kebersihan kota Kondisi lingkungan internal masa yang akan datang, khususnya kualitas SDM yang kreatif dan inovatif terhadap Gianyar sebagai Kota Pusaka dapat dikategorikan sebagai kekuatan. Hal ini, dapat dilihat dari persepsi responden terhadap variabel tersebut mendapatkan nilai baik, yaitu nilai 4, dan jika dibandingkan dengan nilai cut off (3,00) maka masih berada di atas nilai cut off. Melalui kebersihan kota, didukung dengan himbauan pemerintah kepada masyarakat agar selalu hidup bersih akan memberikan efek positif, baik kepada wisatawan maupun kepada masyarakat itu sendiri. Kebersihan merupakan pangkal kesehatan sehingga masyarakat Gianyar akan senantiasa sehat. Inilah yang mencerminkan tingkat kebahagiaan masyarakat Gianyar semakin meningkat. Dengan demikian, berdasarkan aspek kebersihan kota dapat memperkuat Gianyar sebagai Kota Pusaka karena wisatawan berkualitas yang datang ke Kota Gianyar semakin banyak.

j. Ketertiban kawasan kota pusakaMelalui ketertiban kawasan kota pusaka inilah bermunculan berbagai ketertiban yang mampu menarik minat pasar untuk mengkonsumsinya. Kondisi lingkungan internal masa yang akan datang, khususnya kualitas SDM yang kreatif dan inovatif terhadap Gianyar sebagai Kota Pusaka dapat dikategorikan sebagai kekuatan. Hal ini, dapat dilihat dari persepsi responden terhadap variabel tersebut mendapatkan nilai baik, yaitu nilai 4, dan jika dibandingkan dengan nilai cut off (3,00) maka masih berada di atas nilai cut off. Dengan demikian, berdasarkan aspek ketertiban kawasan kota pusaka dapat memperkuat

Page 101: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

87

Gianyar sebagai Kota Pusaka karena wisatawan berkualitas yang datang ke Kota Gianyar semakin banyak.

k. Ketersediaan fasilitas umumKondisi lingkungan internal masa yang akan datang, khususnya kualitas SDM yang kreatif dan inovatif terhadap Gianyar sebagai Kota Pusaka dapat dikategorikan sebagai kekuatan. Kalau fasilitas umum seperti toilet selalu tersedia di tempat yang tepat dan senantiasa terjaga kebersihannya maka kepuasan konsumen akan meningkat. Kepuasan ini akan memunculkan positif WOM yang berakumulasi membentuk citra Gianayar sebagai Kota Pusaka yang menarik. Hal ini, dapat dilihat dari persepsi responden terhadap variabel tersebut mendapatkan nilai baik, yaitu nilai 4, dan jika dibandingkan dengan nilai cut off (3,00) maka masih berada di atas nilai cut off. Melalui ketersediaan fasilitas umum inilah menjadikan wisatawan semakin nyaman yang mampu menarik minat pasar untuk berkunjung. Dengan demikian, berdasarkan aspek ketersediaan fasilitas umum dapat memperkuat Gianyar sebagai Kota Pusaka karena wisatawan berkualitas yang datang ke Kota Gianyar semakin banyak.

l. Website Gianyar kota pusakaWebsite merupakan salah satu media komunikasi pemasaran untuk menjangkau pasar yang luas. Gianyar sebagai Kota Pusaka nantinya memiliki website atau paling tidak hal ini sudah dibantu oleh pihak pemerintah dengan membuat website dari produk-produk industri kreatif, baik di sektor pertanian, sektor kerajinan, maupun sector pariwisata. Hal ini, dapat dilihat dari persepsi responden terhadap variabel tersebut mendapatkan nilai baik, yaitu nilai 4, dan jika dibandingkan dengan nilai cut off (3,00) maka masih berada di atas nilai cut off. Melalui media website ini, Gianyar sebagai Kota Pusaka terbantu untuk memasarkan produknya sampai ke luar negeri atau secara global. Dengan demikian, berdasarkan aspek website dapat memperkuat Gianyar sebagai Kota Pusaka karena wisatawan berkualitas yang datang ke Kota Gianyar

Page 102: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

88

semakin banyak.m. Kerjasama antarindustri

Kondisi lingkungan internal masa yang akan datang, khususnya kerjasama antarindustri dapat dikategorikan sebagai kekuatan. Untuk mencapai kinerja yang tinggi pada semua sektor (pertanian, kerajinan, dan pariwisata) sangat diperlukan strategi partnership yakni strategi membangun kerjasama antar-industri sehingga akan meningkat kinerja masing-masing melalui aliran informasi yang lebih lancar. Hal ini, didukung oleh persepsi responden terhadap variabel tersebut mendapatkan nilai baik, yaitu nilai 4, dan jika dibandingkan dengan nilai cut off (3,00) maka masih berada di atas nilai cut off. Melalui kerjasama antarindustri inilah bermunculan berbagai jejaring yang mampu menarik minat pasar. Dengan demikian, berdasarkan aspek kerjasama antarindustri dapat memperkuat Gianyar sebagai Kota Pusaka karena wisatawan berkualitas yang datang ke Kota Gianyar semakin banyak.

n. Pencitraan kota pusakaKondisi lingkungan internal masa yang akan datang, khususnya pencitraan kota pusaka dapat dikategorikan sebagai kekuatan. Citra Gianyar sebagai kota pusaka yang baik akan melekat di benak konsumen dan ini akan dikomunikasikan oleh wisatawan tersebut dari mulut ke mulut (word of mouth/ WOM) dan menjadi ajang promosi gratis bagi Gianyar. Kalau proses positive WOM ini berlangsung lama maka citra Gianyar sebagai Kota Pusaka semakin kuat. Pencitraan yang baik ini membawa multiplier effeck yang banyak bagi masyarakat Gianyar dan akhirnya mampu memberikan kebahagiaan secara menyeluruh. Melalui pencitraan kota pusaka inilah mampu menarik minat pasar. Hal ini, dapat dilihat dari persepsi responden terhadap variabel tersebut mendapatkan nilai baik, yaitu nilai 4, dan jika dibandingkan dengan nilai cut off (3,00) maka masih berada di atas nilai cut off. Dengan demikian, berdasarkan aspek pencitraan kota pusaka dapat

Page 103: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

89

memperkuat Gianyar sebagai Kota Pusaka karena wisatawan berkualitas yang datang ke Kota Gianyar semakin banyak.

o. Dana pusakaKondisi lingkungan internal masa yang akan datang, khususnya dana pusaka dapat dikategorikan sebagai kekuatan. Dukungan pemerintah mengalokasikan dana pusaka, tentunya bisa berbentuk dukungan alokasi dana untuk pemeliharaan dan pengembangannya sehingga apa yang sudah direncanakan dapat terealisasi. Realisasi alokasi dana pusaka ini sebaiknya dieksplisitkan dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Gianyar. Hal ini, dapat dilihat dari persepsi responden terhadap variabel tersebut mendapatkan yang mendukung dengan nilai baik, yaitu nilai 4, dan jika dibandingkan dengan nilai cut off (3,00) maka masih berada di atas nilai cut off. Melalui dana pusaka inilah mampu menarik minat pasar. Dengan demikian, berdasarkan aspek dana pusaka dapat memperkuat Gianyar sebagai Kota Pusaka karena wisatawan berkualitas yang datang ke Kota Gianyar semakin banyak.

5.5 Program dan Rencana Aksi Kota PusakaPengujian mengenai sejauhmana terdapat kekuatan dan

kelemahan serta peluang dan ancaman yang merupakan bagian integral dari faktor strategis internal dan eksternal Gianyar sebagai Kota Pusaka, dilakukan dengan menggunakan Matriks Internal-Eksternal (Matriks IE). Matriks IE merupakan matriks yang membantu membuat pemetaan posisi strategis Gianyar sebagai Kota Pusaka dengan mengacu kepada multi variabel yang ada pada masing-masing dimensi, yakni dimensi eksternal dan internal. Dimensi internal yang menjadi acuan adalah variabel: keragaman produk industri kreatif, mutu produk industri kreatif, serta kualitas SDM yang kreatif dan inovatif, budaya masyarakat yang ramah, lingkungan alam yang asri, ekonomi kerakyatan, lokasi yang strategis, penataan kota yang berestetika, kebersihan kota, ketertiban kawasan kota pusaka, ketersediaan fasilitas umum, website Gianyar sebagai kota pusaka, kerjasama antar industri (partnership), pencitraan kota

Page 104: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

90

pusaka, dana pusaka; serta dimensi eksternal adalah pada varibel: intensitas persaingan antar kota pusaka, laju pertumbuhan ekonomi, perkembangan iklim bisnis, dukungan pemerintah, stabilitas keamanan, kepedulian sosial terhadap kota pusaka, perubahan selera masyarakat dunia, tersedianya fasilitas website, perkembangan jaringan TI, dan adanya jaringan pemasaran global.

Berdasarkan hasil analisis faktor strategis internal Gianyar sebagai Kota Pusaka menunjukkan bahwa total skor faktor strategis internal mencapai 4,30 pada masa mendatang, yang dikategorikan pada posisi tergolong di atas rata-rata karena lebih besar dari nilai 3,00 sebagai nilai cut off. Analisis faktor strategis internal menunjukkan bahwa Gianyar mampu menjadi Kota Pusaka dengan didukung oleh berbagai kekuatan yang dimiliki.

Analisis faktor strategis eksternal Gianyar sebagai Kota Pusaka menunjukkan bahwa total skor faktor strategis eksternal pada masa mendatang mencapai 4,30. Bila dimasukkan ke dalam matriks faktor strategis eksternal berada pada posisi tergolong di atas rata-rata karena lebih besar dari nilai 3,00 sebagai nilai cut off.

Temuan ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi para pimpinan di Kabupaten Gianyar beserta stakeholder lainnya dalam pengambilan keputusan, baik untuk menganalisis prospek maupun pengembangan Gianyar sebagai Kota Pusaka. Posisi strategis Gianyar sebagai Kota Pusaka di masa mendatang dapat digambarkan ke dalam Matriks Internal-Eksternal seperti tersaji pada Gambar 5.1.

Perumusan Program Gianyar sebagai Kota PusakaBerdasarkan analisis SWOT dan dilengkapi dengan menggunakan

pendekatan Matriks Internal-Eksternal yang dikembangkan dari model General Electric menunjukkan bahwa posisi strategis Gianyar sebagai Kota Pusaka tergolong di atas cut off. Kondisi ini mengindikasikan bahwa Gianyar sebagai Kota Pusaka berada dalam pertumbuhan yang cepat yakni yang terletak pada sel satu bagian pojok kiri atas sehingga sangat prospektif bagi pengembangan Gianyar sebagai Kota Pusaka

Page 105: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

91

Gambar 5.1Matrik Daya Tarik Pasar – Daya Saing Kota

Dengan demikian, strategi yang relevan diterapkan oleh para pimpinan di Kabupaten Gianyar adalah Strategi Pertumbuhan (Growth Strategy) yakni strategi bertumbuh bisa dengan beberapa alternatif, seperti integrasi vertikal, pengembangan pasar, penetrasi pasar, dan pengembangan produk. Implikasi strategisnya adalah masih bisa diarahkan untuk lebih meningkatkan pemanfaatan faktor-faktor yang merupakan bagian dari peluang dan kekuatan Gianyar sebagai Kota Pusaka secara selektif dan pada saat yang sama selalu berusaha meningkatkan kreativitas melalui perencanaan yang cermat agar bisa mengubah faktor-faktor ancaman dan kelemahan justru menjadi peluang.

21

5 3,67 2.33 1

Tinggi 3.67– 5.00

3,67

I II

III

Sedang 2.33 – 3,67

2,33

IV V VI

Rendah 1.0 – 2,33

1,00

VII VIII IX

Daya Tarik

Industri

Daya Saing Gianyar

Kuat Sedang Lemah

Page 106: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

92

Catus Pata di Kecamatan Sukawati

Page 107: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

93

VI

RENCANA ZONASI DAN PENATAAN PUSAT KOTA PUSAKA GIANYAR

6.1 Pusaka Holistik Kabupaten Gianyar

Kota sebagai sebuah warisan atau pusaka budaya, khususnya pusaka arsitektur tidak hanya menyimpan berbagai tinggalan artefak, bangunan dan struktur tetapi Kota sebagai suatu

kawasan pusaka juga dapat memiliki berbagai warisan beberapa situs. Kesemuanya bagai untaian pusaka budaya yang mungkin saja berada pada suatu pusaka alam. Jika kedua warisan budaya dan warisan alam berada pada suatu kawasan dan terkait dalam suatu jejaring yang saling melengkapi dapat dikatakan sebagai suatu pusaka lansekap budaya atau pusaka saujana.

Kabupaten Gianyar sebagai kawasan pusaka yang terletak di bagian tengah Pulau Bali mempunyai perjalanan panjang peradaban, dimulai pada era Bali Kuno sampai era Post Modern kini. Bahkan pusaka saujana seperti “subak” yang merepresentasikan kejeniusan manusia Bali dalam membentuk suatu sistem tata atur tradisional pembagian air, yang nilai socio-religi nya melampaui batas ruang dan waktu peradaban manusia itu sendiri karena sistem subak masih tetap relevan sampai saat kini. Site subak warisan budaya dunia Provinsi Bali seperti subak Pulagan dan subak Kulub Atas dan subak Kulub Bawah yang terletak di tepi Tukad Pakerisan tidak hanya mewakili suatu sistem irigasi persawahan tetapi secara tata ruang terletak di dalam suatu kawasan religi beberapa buah pura era Bali Kuno, seperti Pura Tirtha Empul, Pegulingan, Prasada Mengening dan Candi Tebing Gunung Kawi. Kabupaten Gianyar sebagai suatu wilayah administrasi dinas mempunyai penyebaran pusaka alam, budaya, dan saujana sampai dengan tingkat tingkat desa.

Jika rentang evolusi sejarah perkembangan Kabupaten Gianyar

Page 108: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

94

dapat ditelusuri dan mampu menghasilkan sebuah kronologi perkembangan suatu tempat secara integral serta komprehensif, maka dapat dipastikan tidak akan terjadi kegamangan dalam penentuan jati diri atau “stereotif” nya. Dalam konteks ini, identitas tempat bisa terbentuk dari sekumpulan atau persebaran artefak-artefak kesejarahan yang diwarisi sampai saat ini dalam spasialnya. Oleh karenanya dalam strategi pembangunan dan pengembangan di era globalisasi, sudah seharusnya dijalankan dalam koridor adaptif dan tetap dijiwai nilai-nilai historis yang melatarbelakangi terbentuknya. Koridor adaptif bermakna “Berlanjut dalam Perubahan” (continuity in change).

Di sisi lain, akhir-akhir ini banyak dicetuskan tema-tema pembangunan yang didasarkan pada isu-isu terkini sehubungan dengan permasalahan perkembangan pembangunan, khususnya tema pembangunan kota misalnya: Green City for the Living, the City of Enterprise, Smart Growth City, Kota yang Adaptif terhadap Bencana dan sebagainya. Apabila “tema” dikaji dan dipahami, sebenarnya kedudukannya adalah sebagai satu idea atau gagasan yang memberikan arah pembangunan pada suatu waktu tertentu. Tema bisa berubah seiring dengan perubahan ruang dan kondisi.

Secara umum, kota-kota di Indonesia dapat dibedakan menjadi “Kota Lama” dan “Kota Baru”. Dapat dikatakan bahwa tema-tema pembangunan kota tersebut diatas tidak tepat bila dipakai untuk membentuk sebuah identitas “Kota Lama”, karena keberadaan kota-kota lama di Indonesia masing-masing memiliki sejarah yang unik dan panjang. Akan tetapi tidaklah salah bila tema diatas dijadikan sebagai suatu strategi pengembangan “Kota Baru” karena tema tersebut dapat dijabarkan dalam konsep-konsep perancangan dan pengembangan perkotaannya.

Berkaitan dengan pembangunan “Kota Lama” yang banyak tersebar di wilayah Indonesia, maka pemilihan tema pembangunan yang mengangkat potensi dari adanya sebaran situs-situs atau artefak kesejarahan dan kebudayaan disuatu kota menjadi penting. Tidaklah terlalu kuno dan ketinggalan jaman bila tema Heritage City atau Historical City dapat diterapkan di era global saat ini. Justru suatu

Page 109: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

95

keunikan peradaban yang ditelaah dari sebuah “penelusuran sejarah sebagai pendekatan pencarian identitas kota” menjadi sangat tepat.

Di dalam pencarian identitas kota, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah memetakan perubahan bentuk kota dalam interval waktu tertentu. Hal ini ditujukan untuk mengetahui perubahan yang terjadi serta pengaruhnya terhadap tatanan keruangan kota yang juga berdampak terhadap lestarinya matra-matra kesejarahan dalam suatu kota. Jika pembangunan yang tak terkendali terjadi dalam pembangunan dan pengembangan perkotaan tentu akan mengakibatkan goyahnya ekuilibrium dari ekosistem, komunitas maupun humanitas kota itu sendiri.

Norberg-Schulz di dalam buku Maintaning The Spirit Of Place (Garnham.,1985), manyatakan : bahwa pada dasarnya setiap tempat memiliki karakter tertentu, jiwa dan identitas yang dapat dicari didalam usaha pelestarian dan proses menghidupkannya kembali. Beberapa komponen pokok dari identitas yang harus didapatkan, antara lain keistimewaan fisik dan penampakannya, aktivitas yang dapat diobservasi dan fungsinya, simbol dan makna yang terkandung di dalamnya. Informasi mengenai karakter suatu daerah diorganisir menjadi 3 kelompok utama yaitu Natural Information (Karakter alam), Cultural Information (Karakter Budaya) dan Visual Information (Karakter Visual).

Penafsiran kearifan lokal dan transformasi di dalam pem ba-ngunan di era global adalah sesuatu yang dapat memberi keunikan dan nilai tambah dalam penguatan sebuah identitas kota, serta bukan merupakan suatu keterbelakangan yang terkungkung oleh pikiran sempit dalam mengartikan perubahan jaman yang terjadi. Oleh karenanya konsep wawasan budaya dapat meghidupkan spirit atau semangat memiliki warga kota untuk membangun dalam kedinamisan.

Dari fenomena yang ada, telah terjadi kecenderungan pengaburan terstruktur terhadap rekam jejak perubahan bentuk pada beberapa kota di Indonesia. Jika hal ini terjadi secara tidak teratur dan interval yang tidak seimbang, tentunya akan berdampak terhadap kelangsungan kehidupan perkotaan itu sendiri. Usaha-

Page 110: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

96

usaha pencarian identitas kota akan menjadi sulit di tengah-tengah perubahan yang penuh dengan kesemerawutan dan ketersesakan spasial kota.

Pusaka dan PelestarianPada umumnya, kota-kota kuno yang ditemukan diseluruh

belahan dunia sangat sulit untuk dipastikan perkembangannya karena semua menunjukkan banyak kesamaan-kesamaan. Terkait pemaparan dalam konteks peradaban, tinjauan sejarah kota kuno umumnya dijelaskan secara singkat dari segi kehidupan sosial budaya masyarakatnya. Kota adalah merupakan bagian integral dari sebuah komplek dan hirarki masyarakat yang dalam hal tertentu terletak pada institusi kekuasaan. Akan tetapi, berdasarkan kenyataan, ditemukan banyak variasi dalam karakter dan organisasinya, sehingga menelusuri perkembangan asal-usul perkotaan tidak dapat terlepas dari jalannya peradaban dan masyarakat itu sendiri.

Berdasarkan catatan sejarah, awal peradaban kota pertama kali diperkirakan di mulai sekitar paruh millennium keempat sebelum masehi, terletak di lembah sungai Eufrat dan Tigris. Pada pusat permukiman kota-kota kuno tersebut terdapat tempat pemujaan yang mungkin difungsikan sebagai pusat kekuasaan dan sekaligus pusat religi. Beberapa situs kota kuno pertama yang diketemukan dan dapat disebutkan, seperti: kota di Uruk, Ur, Tell ‘Uqair dan Susa. Berdasarkan bukti-bukti penemuan, dapat disimpulkan bahwa kota kuno terletak pada tempat subur dan lembah yang mempunyai ketersediaan air banyak sehingga dapat mencukupi kebutuhan akan ketersediaan bahan makanan yang ditujukan untuk mendukung perkembangan pusat kota serta sebuah struktur sosial yang kompleks.

Bila dikaitkan dengan pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwa ada dua faktor yang melatarbelakangi terbentuknya kota, yaitu (1) adanya institusi kekuasaan dan (2) tersedianya lahan atau tempat bermukim yang dapat memenuhi kehidupan penghuni kota. Berdasarkan perjalanan sejarah kebudayaan di Indonesia, dapat diperkirakan bahwa kota awal dibangun dalam “Masa Bermukim” atau periode ketika manusia meninggalkan kehidupan nomaden. Akan

Page 111: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

97

tetapi tidak ada bukti-bukti yang pasti dan jelas tentang keberadaan kota-kota kuno dari masa ini, baik berupa artefak maupun sumber-sumber tertulis,

Sampai saat ini, artefak kota tertua yang telah ditemukan di Indonesia adalah bekas kota kerajaan yang didirikan pada “Masa Kerajaan Hindu dan Budha”, Penemuan situs kota istana/kraton didukung oleh bukti-bukti tertulis berupa adanya penjelasan singkat pada prasasti atau naskah tua. Kemudian sejumlah kota juga didirikan pada “Masa Kerajaan Islam” di nusantara. Setelah negeri kepulauan ini didatangi oleh bangsa-bangsa Eropa pencari rempah-rempah dan kontak dagang yang pada mulanya sebagai tujuan mereka berubah menjadi penjajah membawa berbagai pengaruh terhadap perkembangan perkotaan di Indonesia. Setelah memasuki “Masa Kolonial”, pembangunan perkotaan yang didasarkan pada teori-teori barat atau modern mulai diperkenalkan di Indonesia, sehingga banyak dijumpai peninggalan arsitektur bergaya kolonial di beberapa kota saat ini.

Di samping ditelusuri sejarahnya, suatu kota dilihat dari elemen-elemen pembentuknya seperti elemen yang bersifat fisik dan non-fisik. Dalam usaha penentuan identitas kota, keberadaan elemen-elemen fisik awal kota menjadi hal utama yang perlu dipertimbangkan karena elemen-elemen fisik tersebut menjadi bukti nyata tentang perjalanan sejarah suatu kota. Elemen-elemen tersebut berupa domain lingkungan, bangunan-bangunan, pendukung aktifitas kota dan lain-lainnya.

Akhir-akhir ini banyak elemen-elemen fisik awal pembentuk suatu “Kota Lama” yang rusak, hilang atau sudah lenyap dari tempatnya. Banyak yang telah berubah karena tidak terpelihara dengan baik karena dianggap menghabiskan banyak biaya untuk merawatnya serta ada elemen yang sengaja digantikan dengan elemen-elemen modern yang lebih representatif dan lebih mengikuti perkembangan jaman. Tetapi tanpa disadari pembangunan pesat perkotaan telah menghilangkan bukti-bukti kesejarahan yang merupakan bagian dari kebudayaan kota. Bukti-bukti sejarah kota tersebut tak dapat tergantikan dengan sejumlah bentuk fisik baru, yang jelas sejarah tak

Page 112: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

98

dapat diputarbalikkan.Menurut Garnham (1985) dalam bukunya Maintaning The

Spirit Of Place dinyatakan bahwa suatu tempat dikatakan unik atau memiliki identitas/keistimewaan jika dapat memberikan kesan yang kuat dalam ingatan dan gambaran akan karakternya serta menimbulkan suatu keinginan untuk kembali ke tempat tersebut, dan keunikan tempat tersebut dapat diidentifikasi, dimengerti dan dikomunikasikan. Keunikan tempat yang dapat menimbulkan rasa memiliki dan kebanggaan dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu aspek eksisting lingkungan alam, aspek perwujudan kebudayaan dan aspek penyaringan serta dasar konsepsi, yang cenderung sulit untuk dimengerti dan akhirnya hilang.

Dalam konteks perkotaan, kehadiran elemen-elemen fisik, misalnya tugu peringatan, monumen, ataupun arsitektur bangunan selain untuk bukti otentik kesejarahan juga berfungsi sebagai titik orientasi yang sekaligus menjadi landmark kota. Sebagai landmark tentu akan mudah diingat (urban memory) baik oleh setiap penghuni maupun pendatang yang masuk pertama kali ke suatu kota. Begitu juga dengan elemen-elemen non-fisik, diantaranya prosesi-prosesi keagamaan, kebudayaan dan lintasan perjuangan di masa kemerdekaan akan menjadi bermakna ketika ruang dan waktu untuk mengingatnya dihadirkan dalam kehidupan kota saat ini. Jadi dapat dinyatakan bahwa suatu kota pusaka atau warisan kota perlu ditelesuri sejarah terkait dengan keberadaan aspek fisik maupun non-fisik dari suatu kota sangat perlu dilakukan dalam rangka usaha pencarian identitas suatu kota, sehingga dapat ditemukan strategi pelestarian terbaik untuk kota tersebut.

Tantangan dan Peluang Kota PusakaSebagaimana diketahui dan semua orang Bali pasti mengetahui

bahwa Kabupaten Gianyar memiliki perjalanan sejarah yang sangat panjang dalam perpetaan budaya Bali. Akan tetapi, segala kekayaan budaya itu belum diposisikan pada tempat yang lebih baik serta terhormat sehingga usaha-usaha kekinian yang dikerjakan terasa hampa dan belum sepenuhnya mencerminkan jiwa/taksu dari

Page 113: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

99

budaya Bali. Berbicara tentang jiwa/taksu budaya tersebut, tentunya akan tidak dapat terpisahkan untuk berbicara tentang Jati diri, Identitas ataupun Karakter yang akan terbentuk. Dalam kehidupan nyata, terlihat beberapa hal-hal yang kurang sesuai dengan upaya pembentukan karakter orang Bali saat ini, misalnya hampir kebanyakan orang saat ini menganggap apa yang ada telah kuno, lampau ataupun telah terlewat dalam suatu proses hidup dan kehidupan adalah merupakan sesuatu yang tidak perlu diingat kembali, apalagi akan diejawantahkan pada hidup kini maupun yang akan datang. Kalaupun hal tersebut diingat atau diterapkan pada kekinian, banyak orang yang tidak sepaham akan mengatakan bahwa hal tersebut terlalu romantisme dan konservatif atau apapun sebutan lainnya. Oleh karenanya, banyak orang Bali saat ini menunjukkan perubahan yang mengikuti jaman, agar orang mengatakan modern dan mengikuti trend. Begitu juga yang tidak sepaham dengan perubahan ini, akan mengatakan orang Bali sekarang sudah berubah materialistis dan konsumerisme.

Berdasarkan fenomena dan fakta hidup dan kehidupan diatas, sebagai orang yang peduli tentang ke-Ajegan Bali tentunya akan setuju menempatkan rasa kebijakan pada suatu usaha mempertemukan/menyambung kedua keinginan yang berbeda tersebut menjadi sebuah untaian peradaban yang dapat mewakili setiap jamannya. Oleh karenanya, sangatlah keliru apa yang dilakukan dalam pembangunan sekarang terlepas dari kedua fenomena hidup tersebut. Dan tampaknya cerita hidup itu dapat merefleksikan perjalanan pembangunan makro yang dilakukan dewasa ini. Kalaupun nilai-nilai Tri Hita Karana, socio-religious, socio-anthropologist-culture, socio-environment, sudah tersurat pada pedoman-pedoman pembangunan, sudah dicoba dan dilakukan dalam wujud nyata, kelihatannya belum menunjukkan hasil yang optimal.

Sebagai contoh tentang kehidupan socio-religious yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari terkait dengan budaya Intagible/non-fisik, misalnya masih banyak orang Bali yang melakukan aktivitas tajen yang jelas-jelas melanggar dan bertentangan dengan nilai-nilai agama Hindu, disamping dapat memunculkan kemelaratan bagi orang

Page 114: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

100

Bali. Lebih jauh lagi contoh tentang budaya Tangible/fisik, sekarang nampaknya orang Bali beramai-ramai mengubah tampilan fisik Pura, Merajan ataupun Sanggah-nya yang dulunya memakai bata merah dan paras dengan batu andesit/batu hitam dari pembekuan lahar dengan alasan kekuatan agar bertahan lama atau takut kalau dikatakan tidak mampu dan bukan orang berada. Padahal tanpa disadari, semuanya dapat merubah karakter dari apa yang telah diwarisi dari leluhur, alangkah bersedihnya leluhur yang berkeinginan agar generasi penerusnya dapat melanjutkan pusaka yang diwariskan. Memang terlihat sepele, mungkin semua yang dilakukan untuk kebaikan agar tahan lama, akan tetapi itu baru dari sudut pandang saat ini.

Begitu juga halnya dengan kehidupan socio-anthropologist-culture, masih banyak kesenjangan antara sesama orang Bali, yang seharusnya rangkul-merangkul dalam usaha menjaga dan melanjutkan agama maupun tradisi yang diwarisi dari pendahulunya. Sering dijumpai, didengar dan bahkan disaksikan sendiri tentang permasalahan adat yang berbuntut polemik yang berkepanjangan dan menjadi konflik ataupun perkelahian sesama banjar, desa atau yang lebih luas lagi. Ini memperlihatkan apa yang dicapai adalah sesuatu yang semu dimana didalamnya masih menyisakan potensi perpecahan, atau ibarat fenomena gunung es.

Dan yang berikutnya tentang kehidupan socio-environment atau bagaimana menjaga keselarasan hidup dengan lingkungan, baik lingkungan fisik ataupun non-fisik. Masih banyak kasus-kasus yang berusaha menguasai alam, tanpa memperhatikan kerusakan-kerusakan sehingga berbuntut terjadinya bencana buat kehidupan manusia. Ataukah, manusia sudah lupa, sebenarnya manusia bersaudara dengan alam. Jangan salahkan kalau alam menjadi murka, karena ulah manusia sendiri.

Maka melalui program pelestarian “Kota Pusaka” ini dicoba untuk “Melestarikan Puing-puing Pusaka Yang Tersisa”, khususnya yang ada di Kabupaten Gianyar. Berbagai tantangan dalam upaya pelestarian pusaka budaya dijadikan peluang harapan untuk memuliakan warisan tersebut. Tidak ada kata terlambat, dan

Page 115: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

101

kalaupun terlambat, yang mana terlambat lebih baik daripada tidak sama sekali. Ibaratkan “tikus mati didalam lumbung” ; ibarat hidup didalam peradaban budaya adiluhung, yang hanya bisa diceritakan tanpa dapat dikatakan lengkap karena sebagian tidak dapat terpikirkan lagi sehingga tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkannya, apalagi dalam arus perubahan jaman ini.

6.2. Zonasi Pusaka Gianyar Berbasis Kecamatan dan DesaPemintakatan atau dalam bahasa Inggris disebut dengan

zoning adalah metode perencanaan penggunaan tanah yang digunakan oleh pemerintah lokal. Pemintakatan dapat digunakan untuk pemberian ijin tentang penggunaan suatu lahan, misalnya terkait dengan ketinggian bangunan yang diperkenankan untuk suatu kawasan tertentu. Kabupaten Gianyar secara keruangan terbentang dari wilayah dengan tofografi cukup tinggi, tofografi sedang sampai tofografi rendah. Lebih lanjut, 7 (tujuh) kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Gianyar dapat diklasifikasikan bahwa Kecamatan Payangan, Tegallalang, dan Tampaksiring masuk dalam wilayah bertofografi cukup tinggi, Kecamatan Blahbatuh dan Kecamatan Ubud dalam wilayah bertofografi sedang, serta Kecamatan Gianyar dan Kecamatan Sukawati termasuk dalam wilayah bertofografi rendah. Lihat: Gbr. 6.1.

Page 116: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

102

10

� � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � �

SebaranPusaka

diTingkatW

ilayah

Kecam

atan� �

Kabupaten

Gianyar�

1.Kec.Payangan�

2.Kec.Tegallalang�

3.Kec.Tam

paksiring�

4.Kec.Ubud�

5.Kec.Sukaw

ati�

6.Kec.Blahbatuh�

7.Kec.Gianyar�

Kabu

pate

n Gi

anya

r1.

Kec

. Pay

anga

n2.

Kec

. Teg

alla

lang

3. K

ec. T

ampa

ksir

ing

4. K

ec. U

bud

5. K

ec. S

ukaw

ati

6. K

ec. B

lahb

atuh

7. K

ec. G

iany

ar

Seba

ran

Pusa

ka

di T

ingk

at W

ilaya

h Ke

cam

atan

Gam

bar.

6.1.

RE

NCA

NA Z

ONAS

I PUS

A-KA

GIA

NYA

R

Page 117: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

103

Sebaran pusaka alam, budaya dan saujana dalam masing-masing zona wilayah dapat dikatakan beragam Lebih lanjut, pada tabel di bawah ini dipaparkan keberagaman pusaka budaya yang tersebar di masing-masing kecamatan di Wilayah Kabupaten Gianyar.

Sebaran Pusaka Tingkat KecamatanSebaran Pusaka di masing-masing kecamatan diperoleh dari

berbagai sumber baik sekunder maupun primer. Studi lapangan dilakukan dengan penelitian langsung serta pengambilan foto-foto terhadap keadaan pusaka budaya tersebut. Disamping beberapa data sekunder diambil dari buku-buku referensi, karya-karya ilmiah yang diterbitkan di jurnal-jurnal maupun artikel-artikel umum. Akhir dari inventarisasi pusaka ini diharapkan dapat menghasilkan sesuatu yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah, terutama ditinjau dari aspek fisik terkait dengan pusaka tersebut.

1) Kecamatan Payangan

No Nama Cagar Budaya

Lokasi Kecamatan

Lokasi Desa

Jenis Cagar Budaya

1 Pura Puser Penganjingan

Payangan Bukian

Lingga Yoni, arca Nandi, penjaga, pendeta, perwujudan, batu silindris

2 Pura Puseh Bukian

Batu silindris, batu alam, arca, Lingga, frag. bangunan

3 Pura Dalem Bukian Arca

4 Pura Hyang Isung Bukian

Lingga, batu alam, frag. Arca dan bangunan

5 Pura Bedugul Arca, Lingga.

6 Pura Puseh Subilang

Menhir, sarkofagus, arca, frag. bangunan

Page 118: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

104

2) Kecamatan Tegalalang

No Nama Cagar Budaya

Lokasi Kecamatan

Lokasi Desa

Jenis Cagar Budaya

1 Pura Puseh Manuaba

Tegallalang

Kendran

Cetakan perunggu

2Ceruk dan Petirthaan Telaga Waja

Ceruk

3 Pura Gunung Sari Kedisan Sarkofagus4 Pura Sabang Daat

TaroTaro

Sarkofagus

5 Pura Puseh Puakan Taro

Arca, Lingga, Yoni, Nandi, batu pipisan, Stambha

3) Kecamatan Tampak Siring

No Nama Cagar Budaya

Lokasi Kecama-

tan

Lokasi Desa

Jenis Cagar Budaya

1Pura Tirta Empul Tampak-

siringManu-kaya

Tepasana, Lingga, Yoni, Nandi, singa, jaladwara, arca perwujudan

2 Pura Desa GumangLingga, Yoni, arca, Nandi, batu alam, fragmen arca dan bangunan

3 Pura PegulinganYoni, arca, relief gana dan kepiting, fragmen arca dan bangunan

4 Pura Puseh Pen-empahan Gapura

5 Pura Bintang Kun-ing Melayang Fragmen arca dan ban-

gunan

6 Pura Pegulingan Pejeng Tengah

Stupa, prasasti, arca rak-sasa, arca penjaga, frag-men arca dan bangunan

7 Pura Kebo Edan Arca

8 Pura Pusering Jagat

Sangku Sudamala, palus dan vulva, arca

9 Pura Penataran Sasih

Nekara, arca perwuju-dan, penjaga, Nandi, Ga-nesha, pendeta, raksasa, Catur kaya, Lingga, pras-asti, fragmen arca dan bangunan

Page 119: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

105

No Nama Cagar Budaya

Lokasi Kecama-

tan

Lokasi Desa

Jenis Cagar Budaya

10 Pura Mas SuratArca sederhana, perwu-judan, Lingga, fragmen arca dan bangunan

11 Pura Saren Arca, Lingga semu, men-hir, fragmen bangunan

12 Pura PegendingArca tokoh. Muka lingga, fragmen arca dan ban-gunan

13 Pura Manik Cor-ong

Lingga, arca perwujudan, arca jongkok, fragmen arca dan miniatur candi

14 Pura Taman sariArca, Ganesha, arca per-wujudan, fragmen Lingga dan miniatur candi

15 Pura Penataran Panglan

Lingga ganda, Lingga berkedok muka, arca perwujudan, pendeta, Hariti, Durga, Ganesha, dan fragmen arca

16 Pura Bedugul Kana

Arca jongkok, Ganesha, Durga Mahesa Sura-mardhini, perwujudan, Lingga, fragmen arca dan bangunan

17 Pura Mas Meketel

Batu silinder dengan re-lief Budha, pahatan surya Majapahit, Lingga, arca perwujudan, Nandi, arca jongkok

18 Pura Pasar Melant-ing

Lingga sempurna, arca Agastya, Arda Nareswari dan arca perwujudan

19 Pura Melanting Puseh

Arca Budha, arca jong-kok, batu alam, batu patok

20 Pura Batan Kle-cung

Arca singa, Ganesha jongkok, Lingga, lapik arca, fragmen arca dan bangunan

21 Pura Taman Dalem Tarukan

Arca Ganesha, Arca Du-rga Mahesa

Page 120: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

106

No Nama Cagar Budaya

Lokasi Kecama-

tan

Lokasi Desa

Jenis Cagar Budaya

22 Pura Penat-aran Belesung Pejeng Kaja

Arca Caturkaya, perwu-judan, Candra Sangkala, kala, fragmen

23 Pura Dalem Setra

Stambha, fragmen ban-gunan

24 Pura Puseh Arca perwujudan, arca bawa ayam, arca Durga

25 Pura Dalem Arca sederhana, Lingga semu

26 Pura Agung Batan Bingin Pejeng Kawan

Arca jongkok, arca per-wujudan dan fragmen arca

27 Pura Alas Arum

Arca perwujudan. Lingga semu, fragmen arca

28 Candi Kelebu-tan Candi tebing, ceruk

29 Pura Puseh Masceti Pejeng Kangin Arca

30 Pura Puseh Bale Agung

Tampak-siring

Arca, Lingga Yoni, frag-men bangunan

31 Candi Tebing Kerobokan Candi tebing, ceruk

32 Pura Bugbugan Arca

33 Pura Pengu-kur-ukuran

Arca Ganesha, perwuju-dan, pendeta, pancuran, Lingga Yoni, kemuncak, kedok muka, releif kendi, candi, gapura dan ceruk

34 Pura Puseh Sanding Sanding

Arca Ganesha di atas Yoni, primitif berpasangan, perwujudan, batu alam dan fragmen bangunan

35 Pura Masceti Sanding

Arca Ganesha, Durga Ma-hesa Suramardhini, batu alam, fragmen bangunan

36 Candi Tebing Gunung Kawi Tampaksiring

Candi tebing, komplek ce-ruk, gapura candi, peripih dan batu segi empat

37 Pura Yeh Men-gening Lingga, Yoni, candi

Page 121: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

107

4) Kecamatan UbudNo Nama

Cagar BudayaLokasi Ke-camatan

Lokasi Desa

Jenis Cagar Budaya

1 Pura Puseh Mawang

Ubud

Lodtun-duh

Arca perwujudan, arca membawa ayam, menunggang kuda, arca binatang sep-erti kodok, empas dan dwarapala

2 Pura Penataran Ka-cang Bubuan Mas

Arca perwujudan, pen-deta, Ganesha, primitif, Lingga, batu alam dan punakawan

3 Pura DalemPadangte-

gal

Lingga4 Pura Puseh Desa Arca Ganesha, perwu-

judan, menunggang kuda, Lingga, Yoni

5 Pura Penataran Pande Peliatan

Genta, mangkuk

6 Pura Desa Peliatan Arca perwujudan, Lingga, fragmen arca

7 Pura Penataran Laplapan

Petulu Arca perwujudan, arca primitif, Lingga, batu silindris

8 Candi Tebing Jukut Paku

Singakerta Candi tebing, ceruk

5) Kecamatan Sukawati

No Nama Cagar Budaya

Lokasi Ke-camatan

Lokasi Desa

Jenis Cagar Budaya

1 Pura Puseh Wasan Sukawati Batuan Arca Nandi, Lingga, kotak peripih

2 Pura Hyang Tiba Arca, Gapura3 Pura Canggi Arca, Lingga, Gapura4 Pura Gunung dan

Pura BaturBatubulan

Arca perwujudan, Ganesha, Lingga, gragmen arca dan bangunan

5 Pura Puseh Arca menunggang kuda, Ganesha, arca perwujudan, arca sederhana, fragmen arca dan bangunan

Page 122: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

108

No Nama Cagar Budaya

Lokasi Ke-camatan

Lokasi Desa

Jenis Cagar Budaya

6 Pura Puseh Sukawati Kemenuh Arca Ganesha, perwujudan pendeta, arca membawa ayam, Yoni, arca Budha dan Nandi

7 Pura Gandelangu Tengkulak

Arca dan fragmen bangunan

8 Pura Dalem Sekar Embang

Lingga

9 Pura Lumbung Sukawati Arca bawa ayam, perwujudan, Durga, Ganesha, Lingga, fragmen arca dan bangunan

10 Pura Budha Kliwon Arca megalitik, Lingga semu, fragmen arca

11 Pura Penataran Er Jeruk

Kori Agung, arca sederhana, pendeta, perwujudan dan relief

12 Pura Dadia Pande Sukawati

Arca perwujudan

13 Pura Tumpek Lingga, Yoni, fragmen arca

14 Pura Masceti Arca15 Jembatan Gantung Jembatan16 Gedung SD No. 1 Gedung17 Pura Dalem Gapura

6) Kecamatan Blahbatuh

No Nama Cagar Budaya

Lokasi Kecama-

tan

Lokasi Desa

Jenis Cagar Budaya

1 Yeh Pulu Blah-batuh Bedulu Relief

2 Goa Gajah

Trilingga, arca Ganesha, Hariti, pancuran, relief Yasti, fragmen arca dan bangunan

3 Pura Jempinis Arca Ganesha, fragmen bangunan

4 Candi Tebing Tegallinggah

Candi tebing, ceruk, per-tapaan

Page 123: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

109

5 Pura Sucen Arca perwujudan, Catur muka, Parwati, Lingga

No Nama Cagar Budaya

Lokasi Kecama-

tan

Lokasi Desa

Jenis Cagar Budaya

6 Pura Santrian

Lingga, arca pendeta, miniatur candi, fragmen banguna, batu gores, batu alam

7 Pura Samuan Tiga

Lingga, Yoni, arca Durga, Wisnu, Ganesha, arca jong-kok, batu alam, batu berg-ores, arca penjaga, gajah, Nandi, pratima perunggu

8 Pura Gunung Sari

Relief kala, Lingga Yoni, menhir dan batu alam

9 Pura Subak Ke-dangan

Arca Budha, Ganesha, per-wujudan, arca bawa ayam, fragmen bangunan

10 Pura Penguben-gan

Fragmen miniatur candi, jaladwara, arca perwuju-dan, Durga, Kinari, frag-men kapak batu, pahatan mata

11 Pura Putra Be-tara Desa

Fragmen arca, Lingga, Siwa Mahadewa, Ganesha, Stambha

12 Pura Pengastu-lan

Batu alam, pilar, arca Gane-sha, pendeta, dan binatang

13 Pura Dalem Batu alam, Siwa Mahaguru

14 Pura Batan Ce-lagi Arca, Lingga

15 Pura Puseh Gaduh

Blah-batuh

Arca kepala Kebo Iwo, Kinari, arca bawa ayam, Bhairawa, Wisnu, dwara-pala dan kepala kuda

16 Pura Dalem Maya

Arca terakota, prasasti tembaga dan batu alam

17 Jembatan Blah-batuh Jembatan

18 Pura Pedarman Kutri Buruan

Arca, Lingga, Yoni, fragmen arca

19 Pura Dalem Ce-luk

Arca primitif, kemuncak, kala sungsang, kepala kala

Page 124: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

110

20 Pura Gunung Sari

Batu lonjong, arca perwu-judan, dewa, pendeta, frag-men arca

21 Pura Batan Pakel Arca primitif, arca bina-tang

22 Pura Puseh Amping Keramas Arca, Lingga, Lingga Yoni

23 Pura Besakih Arca primitif, arca bina-tang, fragmen Lingga

24 Pura Kebo EdanArca perwujudan, Gane-sha, Lingga, fragmen arca dan bangunan

25 Pura Panti Lingga semu, fragmen miniatur candi

26 Pura Botoan PeringArca Ganesha, perwuju-dan, Lingga, fragmen arca dan bangunan

27 Pura Tampak Sidi Arca, Lingga, arca primitif

28 Pura Penataran Perang Sada

Kendi, arca, prasasti, palung batu, gamelan, batu alam

29 Pura PusehArca Ganesha, perwujudan arca binatang, fragmen arca dan bangunan

30 Pura Puseh Banda Saba Arca, batu alam

31 Pura Buda Ce-meng

Dwarapala, batu alam, fragmen bangunan

32 Pura Sukaluwih Arca33 Pura Puseh Saba Arca34 Pura Dalem Saba Arca, batu berlubang

35 Pura Dalem Ad-egan Saba

Batu berlubang, batu tim-bangan

36 Pura Puseh Arca, fragmen

Page 125: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

111

7) Kecamatan GianyarNo Nama

Cagar BudayaLokasi

Kecama-tan

Lokasi Desa

Jenis Cagar Budaya

1 Pura Bukit

Gianyar

Abian Base

Arca perwujudan, fragmen arca, Lingga

2 Pura Ulun Suwi Arca perwujudan, fragmen arca, Lingga

3 Relief BebitraBitra

Relief4 Pura Rijasa Arca, Lingga5 Pura Pucak Buron

AlitArca, peripih

6 Pura Puseh Sidan Sidan Arca perwujudan, pendeta, Ganesha, naga, Lingga

Desa-desa Pusaka di Kabupaten GianyarSecara umum, berdasarkan sebaran pusaka budaya per-

kecamatan pada tabel diatas dapat dinyatakan bahwa satu desa dari setiap kecamatan untuk menjadi Desa Pusaka. Beberapa desa yang berpotensi menjadi Desa Pusaka tersebut, seperti: Desa Bukian, Kecamatan Payangan; Desa Taro, Kecamatan Tegallaang; Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring; Desa Petulu, Kecamatan Ubud; Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh; Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati; dan Desa Gianyar, Kecamatan Gianyar.

6.3. Kota Gianyar dan Catuspatha sebagai Sentra Kota PusakaKota Gianyar sebagai ibukota Kabupaten Gianyar

Pengembangan sistem struktur tata ruang perkotaan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gianyar menyiratkan bahwa Kawasan Perkotaan Gianyar merupakan bagian dari Kawasan Perkotaan Sarbagita, yang dikembangkan sebagai pusat kegiatan dari sistem Kawasan Strategis Nasional (KSN) Perkotaan Sarbagita meliputi: i) Kawasan Perkotaan Inti terdiri atas Kota Denpasar dan Kawasan Perkotaan Kuta di Kabupaten Badung; ii) Kawasan Perkotaan di sekitarnya terdiri atas: Kawasan Perkotaan Mangupura dan Kawasan Perkotaan Jimbaran di Kabupaten Badung, Kawasan Perkotaan Gianyar, Kawasan Perkotaan Ubud, dan Kawasan Perkotaan Sukawati di Kabupaten Gianyar, dan Kawasan Perkotaan Tabanan di

Page 126: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

112

Kabupaten Tabanan; dan iii) Kawasan penyeimbang antar Kawasan Perkotaan Inti dan Kawasan Perkotaan di sekitarnya.

Kawasan Perkotaan Gianyar, Kawasan Perkotaan Ubud, dan Ka-wasan Perkotaan Sukawati sebagai kawasan perkotaan di sekitarnya meliputi sebagian wilayah Kecamatan Gianyar, sebagian wilayah Ke-camatan Blahbatuh, sebagian wilayah Kecamatan Ubud, dan sebagian wilayah Kecamatan Sukawati terdiri atas: i) Wilayah Kelurahan Gian-yar, Kelurahan Beng, Kelurahan Samplangan, Desa Serongga, Kelurah-an Abianbase, dan Kelurahan Bitera di Kecamatan Gianyar; 2) Wilayah Desa Blahbatuh, Desa Belega dan Desa Bona di Kecamatan Blahbatuh: 3) Wilayah Kelurahan Ubud, Desa Singakerta, Desa Lodtunduh, Desa Sayan, Desa Mas, Desa Peliatan dan Desa Kedewatan di Kecamatan Ubud; dan 4) Wilayah Desa Sukawati, Desa Batuan, Desa Celuk dan Desa Guwang di Kecamatan Sukawati. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan termasuk kawasan lindung sebaran lokasinya ter-dapat di beberapa kecamatan terdiri atas:1) Kecamatan Tampaksiring: i) Pura Penataran Sasih, Pura

Pusering Jagat, Klebutan Pura Batu, Sibit Alit, Pura Telaga Waja, Pura Kerobokan Cemadik, Sarkofagus, Pura Taman Sari, Pura Kembang Rijasa, Pura Batan Klecung, Pura Penataran Panglan, Pura Pegulingan, Pura Melanting, Pura Desa Dapdapan, Pura Penataran Belusung, Pura Bedugul Kan, Pura Agung Batan Bingin, Pura Kemaruhan, Pura Galang Senja, Pura Mentur di Pejeng; ii) Pura Samuan Tiga, Pura Penataran Tampaksiring, Pura Yeh Mengening di Desa Tampaksiring; iii) Pura Sakenan, Pura Desa Gumang, Pura Puseh Panempahan di Desa Manukaya; dan iv) Pura Puseh Sanding, Sarkofagus di Desa Sanding.

2) Kecamatan Blahbatuh: i) Goa Gajah, Pura Santrian, Gedong Area Pura Sibi Agung, Sarkofagus, Pura Samuan Tiga, Pura Yeh Pulu, Pura Pengubengan, Pura Putra Betara Desa, Pura Telangu, Pura Kejaksanaan, Pura Alas Arum di Desa Bedulu; ii) Sarkofagus di Desa Marga Tengah; iii) Pura Subak Kedangan di Desa Wanayu; dan iv) Pura Pedarman Durga di Desa Buruan.

3) Kecamatan Gianyar: i) Sibit Alit di Desa Tegal Tugu; ii) Bebitra (Relief) di Desa Bitra; iii) Arjuna Metapa di Desa Lebih; iv)

Page 127: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

113

Gunung Kawi di Desa Bakbakan; dan v) Macara Bukit Jati di Desa Samplangan.

4) Kecamatan Ubud: i) Pura Telaga Waja di Desa Petulu; ii) Pura Jukut Batu di Desa Singakerta; dan iii) Ceruk Campuhan di Desa Ubud.

5) Kecamatan Sukawati: i) Pura Hyang Tiga di Desa Sakah; dan ii) Pura Canggi di Desa Batuan.

6) Kecamatan Tegallalang: i) Pura Dalem Manuaba di Desa Tegallalang.

Kawasan suci catuspatha agung dan catuspatha alit merupakan simpang empat (perempatan) sebagai pusat kota kecataman dan pusat desa adat (pekraman), termasuk kawasan perlindungan setempat. Kawasan ini tersebar di seluruh catuspatha agung dan catuspatha alit pada setiap wilayah desa adat/pakraman yang difungsikan untuk tempat melangsungkan upacara keagamaan bagi umat Hindu.

Sesuai struktur tata ruang yang berkarakter perkotaan dan pedesaan Kecamatan Gianyar yang terdiri atas 17 Desa/Kelurahan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Yang termasuk wilayah dengan ciri-ciri perkotaan adalah : i) Desa Samplangan; ii) Desa Gianyar; iii) Desa Tegal Tugu; iv) Desa Abianbase; v) Desa Beng; dan vi) Kelurahan Bitera; vii) Desa Bedaulu*); dan viii) Desa Buruan*). Sedang wilayah yang berada pada interland wilayah perkotaan, sebagai Kawasan Sub Urban adalah : i) Desa Temesi; ii) Desa Tulikup; iii) Desa Serongga; dan iv) Desa Lebih. Sisanya adalah merupakan kawasan yang masih menunjukkan ciri-ciri perdesakan yaitu : i) Desa Bakbakan; ii) Desa Siangan; iii) Desa Suwat; iv) Desa Sumita; v) Desa Petak; vi) Desa Petak Kaja; dan vii) Desa Sidan.

Secara historikal budaya Kawasan Pusat Kota Gianyar, sampai saat ini masih tampak sebagai Catuspatha Agung sesuai Konsep Tata Ruang Bali. Pada kawasan tersebut sejarah Gianyar dimulai sejak akhir abad ke 18, dapat dilihat dari keberadaan Puri Agung Gianyar beserta aktifitas yang menyertainya. Kesatuan fisik dengan sejarah dan fungsi kawasan ini sangat menonjol di Gianyar, sehingga perlu dimunculkan dalam Wilayah Pengembangan Khusus yang

Page 128: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

114

dapat disebut sebagai Wilayah Pengembangan Pusat Kota Gianyar. Dengan adanya Wilayah Pengembangan Pusat Kota Gianyar akan menjadi pelengkap poros dari konsep empat Wilayah Pengembangan Gianyar (WPG) atau nyaturdesa yaitu: 1) WPG Utara: melayani wilayah Kecamatan Payangan, Tegalalang dan Tampaksiring dengan pusat pengembangan di Kecamatan Tegalalang; 2) WPG Timur: melayani wilayah Kecamatan Gianyar dengan pusat pengembangan di Kecamatan Gianyar sebagai Pusat Pelayanan Kota yang melayani seluruh kecamatan di Kabupaten Gianyar; 3) WPG Barat: dengan pusat pengembangan di Kecamatan Ubud yang melayani wilayah Kecamatan Ubud, dengan pusat pengembangan di Kecamatan Ubud; dan 4) WPG Selatan: yang melayani Kecamatan Sukawati dan Blahbatuh dengan pusat pengembangan di Kecamatan Sukawati.

Untuk Wilayah Pengembangan Gianyar (WPG) Timur, pengembangan fisik wilayah perkotaan Gianyar diarahkan pada nilai-nilai budaya Bali. Kawasan Pusat Kota Gianyar merupakan salah satu pusat kegiatan lokal dalam sistem kota di Bali. Pada kawasan pusat kota terkonsentrasi fasilitas perdagangan dan jasa, fasilitas pemerintahan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, dan juga fasilitas terkait kegiatan seni budaya.

Rencana strategis pengembangan Kabupaten GianyarPemerintah Kabupaten Gianyar telah mencanangkan beberapa

program pengembangan wilayah perkotaan antara lain : Kota Layak Anak (KLA)

Untuk mentransformasikan hak anak kedalam proses pembangunan, pemerintah Kabupaten Gianyar telah mengembangkan kebijakan Kota Layak Anak (KLA) dalam setiap pembangunan dan pengembangan kotanya.

Kota Layak Anak (KLA) adalah kabupaten/kota yng mempunyai sistem pembangunan berbasis hak anak melalui pengintergrasian komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha yang terncana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk menjamin terpenuhinya hak anak (Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Page 129: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

115

No. 11, Tahun 2011, tentang Kebijakan Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak).

Hak-hak Anak yang hidup dalam komunitas KLA: i) memperoleh pelayanan kesehatan dan pendidikan; ii) dapat berpartisipasi dalam kehidupan keluarga, komunitas, dan sosial; iii) dapat mengekspresikan pendapatnya untuk kota yang mereka inginkan; iv) dapat minum air yang sehat dan mengakses sanitasi yang layak; v) dapat berkontribusi dalam kebijakan pembangunan kotanya, terlindung dari eksploitasi kekerasan dan perlakuan salah; vi) dapat berjalan dengan aman di jalan-jalan di kotanya; vii) dapat bertemu dengan taman-temannya dan bermain; viii) Dapat menikmati Ruang Hijau; ix) Tinggal dalam lingkungan yang unpolluted; x) dapat berpartisipasi dalam events sosial dan budaya; xi) mendapat perlakuan dan pelayanan yang sama tanpa membedakan suku, agama, pendapatan, gender atau ketidakmampuan fisik (disability). Masalahnya ke depan bagaimana Pemerintah Kabupaten Gianyar merespon hak-hak anak yang hidup dalam komunitas, kemudian mengimplementasikannya pada setiap pengembangann/ rancangan tata ruang dan bangunan di wilayah perkotaan Gianyar.

Kota Cerdas (Samart City)Smart city merupakan sebuah konsep kota cerdas yang dapat

membantu masyarakat mengelola sumber daya yang ada dengan effisien dan memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat atau lembaga dalam melakukan kegiatannya atau pun mengantisipasi kejadian yang tak terduga sebelumnya. Smart City didefinisikan juga sebagai kota yang mampu menggunakan SDM, modal sosial, dan infrastruktur telekomunikasi modern untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang tinggi, dengan manajemen sumber daya yang bijaksana melalui pemerintahan berbasis partisipasi masyarakat (Caragliu, A., dkk dalam Schaffers, 2010:3). Sebuah kota cerdas menggunakan teknologi digital atau teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan kualitas dan kinerja pelayanan perkotaan, dalam rangka mengurangi biaya dan konsumsi sumber daya, dan untuk melibatkan lebih efektif dan aktif warganya.

Page 130: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

116

Kourtit & Nijkamp (2012) mengungkapkan bahwa Smart City telah menjadi landmark dalam perencanaan kota. Smart City merupakan hasil dari pengembangan pengetahuan yang intensif dan strategi kreatif dalam peningkatan kualitas sosial-ekonomi, ekologi, daya kompetitif kota. Smart city adalah sebuah kota pintar yang membantu masyarakat disuatu kota untuk bisa mengelola apa yang ada disekitarnya denga sebaik mungkin dan memebantu masyarakat untuk hidup lebih baik, dan nyaman akan kotanya.Ada enam dimensi smart city (Griffinger, 2007) yaitu: 1) Smart economy (ekonomi dan persaingan)

Smart economy atau ekonomi cerdas mencakup inovasi dan persaingan, jika semakin banyak inovasi-inovasi baru yang dikembangkan maka akan menambah peluang usaha baru dan meningkatkan persaingan pasar usaha/modal.

2) Smart mobility (transportasi dan infrastruktur)Smart mobility termasuk pada transportasi dan pembangunan infra-struktur. Pengembangan transportasi dan infrastruktur di masa depan diwujudkan dalam sebuah sistem perencanaan dan pengelolaan terpadu dan diorientasikan untuk menjamin keberpihakan pada kepentingan publik.

3) Smart environment (lingkungan)Lingkungan pintar berarti lingkungan yang bisa memberikan kenyamanan, keberlanjutan sumber daya, keindahan fisik maupun non fisik, visual maupun tidak, bagi masyarakat dan public. Sesuai undang-undang penataan ruang, mensyaratkan 30 % lahan perkotaan harus difungsikan untuk ruang terbuka hijau baik privat maupun public.

4) Smart people (kreativitas dan modal)Pembangunan senantiasa membutuhkan modal, baik modal ekonomi (economic capital), modal manusia (human capital) maupun modal sosial (social capital). Kemudahan akses modal dan pelatihan-pelatihan bagi masyarakat UMKM dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan mereka dalam mengembangkan usahanya.

5) Smart living (kualitas hidup)

Page 131: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

117

Berbudaya, berarti bahwa manusia memiliki kualitas hidup yang terukur (budaya). Kualitas hidup tersebut bersifat dinamis, dalam artian selalu berusaha memperbaiki dirinya sendiri. Rasa nyaman yang diperoleh oleh masyarakat dengan adanya beberapa indikator dalam sebuah kota, yaitu pendidikan, kesehatan, perumahan, aksesibiltas, persampahan, energi, keanekaragaman hayati, air, teknologi, dan transportasi.

6) Smart governance (pemberdayaan dan partisipasi)Kunci utama keberhasilan penyelengaraan pemerintahan adalah Good Governance. Yaitu paradigma, sistem dan proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang mengindahkan prinsip-prinsip supremasi hukum, kemanusiaan, keadilan, demokrasi, partisipasi, transparansi, profesionalitas, dan akuntabilitas ditambah dengan komitmen terhadap tegaknya nilai dan prinsip : desentralisasi, daya guna, hasil guna, pemerintahan yang bersih, bertanggung jawab, dan berdaya saing. Smart governance berkaitan dengan politik dan partisipasi masyarakat, layanan penduduk, dan penggunaan jaringan komunikasi baru, seperti : e-government, e-bugeting, e-procurement, e-democrasy,

Konsep dan Pola Tata ruang Catuspatha Kota GianyarCatuspatha di Bali diartikan bukan sekedar simpang empat

atau pempatan, tetapi suatu simpang empat (crossroads) yang memiliki nilai sakral dan makna tersendiri dan disepadankan dengan pempatan agung. Di zaman kerajaan di Bali catuspatha sebagai pusat ibukota kerajaan dan berarti catuspatha adalah pusat negara. Konsep tentang negara dan tata letak suatu puri dalam catuspatha di Bali tertuang dalam Lontar Eka Pretamaning Brahmana Sakti Bujangga. Dalam prasasti ini disebutkan (Putra 2005:66) bahwa dalam membangun tata negara, perlu ada perpaduan rasa, karena hal itu merupakan perpaduan dua dunia/alam yaitu mikrokosmos dan makrokosmos (bhuana alit dan bhuana agung), yang diwujudkan melalui pikiran sebagai inspirasi di dalam upaya mewujudkan kesejahteraan, keadilan, dan keserasian alam. Dalam alam ditentukan empat arah mata angin (caturlokapala) yang kemudian diejawantahkan menjadi catur negara. Hidup dan mati

Page 132: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

118

merupakan perwujudan siang dan malam yang diartikan pula sebagai arah timur dan barat. Perpaduan rasa yang merupakan perwujudan nilai utama (tertinggi) dan nilai nista (terendah) diejawantahkan dengan arah kaja dan klod.

Bila keempatnya ditemukan menjadi simbol bumi bulat dan diwujudkan dengan pola catuspatha (pempatan agung). Pusat catuspatha merupakan pusat dunia dan juga pusat negara. Dari sinilah menentukan letak puri seorang kepala negara. Dengan demikian maka pempatan agung atau catuspatha merupakan simbol pusat dunia. Letak puri sebagai pusat kekuasan ditentukan menurut arah mata angin dari pusat catuspatha ini, bukan didasarkan kepada kiblat gunung-laut.

Catuspatha memiliki bentuk dasar palang (+) dalam istilah Bali disebut juga dengan tampak dara yang mitologinya terdapat dalam Lontar Catur Bumi. Orang-orang Yunani Kuno menyebut tampak dara ini dengan istilah gammadion. Tampak dara ini mengilhami koordinat Cartesius dalam matematika dan menjadi dasar swastika. Bila swastika merupakan simbol perputaran alam semesta, maka tampak dara (sumbu salib) merupakan simbul alam semesta. Tampak dara ini juga digunakan sebagai penangkal untuk menghindari malapetaka (Donder, dalam Putra 2005:70).

Dengan demikian Catuspatha kota Gianyar menganut pola crossroad atau Pempatan Agung, disamping sebagai pusat atau ibu kota juga sebagai pusat negara Kerajaan Gianyar, sehingga fungsi catuspatha Kota Gianyar memiliki posisi sentral dalam pengembangan Kecamatan dan Kota Gianyar, Lihat: Gbr 6.2.

Puri Agung Gianyar

Pasar Gianyar

Bencingah

Taman

Gbr. 6.2. Konsep Catuspatha Kota Gianyar.

Page 133: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

119

Morfologi Catuspatha Kota GianyarPada akhir abad ke XVIII, dalam babad Manggis dikisahkan

bahwa Raja Dewa Manggis Bengkel setelah wafat digantikan oleh puteranya Dewa Manggis Api. Disamping beliau sebagai Kepala Desa Beng juga menghambakan diri di Kerajaan Sukawati pada raja Dewa Agung Gde yang menguasai Bali bagian Barat. Beliau sangat disayang dan diberikan kepercayaan penuh untuk membantu pemerintahan, karena kedua putra mahkota raja Sukawati hanya suka berfoya-foya dan mabuk-mabukan. Setelah Dewa Agung Gde wafat, kedua putra mahkota berebut kekuasaan, namun Dewa Manggis Api tidak mau mengambil kesempatan, malah keduanya didamaikan serta beliau mohon diri untuk pulang kembali ke Desa Beng.

Sementara itu sepeninggal mengabdi di Sukawati, pemerintahan di Beng dipercayakan kepada saudara angkatnya Tjokorde Anom

24

��

CATUSPATHA/PUSATKOTA GIANYAR

Gbr. 6.3. Peta Kota GianyarSumber : Dinas PU Kab. Gianyar

PURI GIANYAR

DESA BENG

Page 134: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

120

Bende, putera raja Pejeng. Dengan kepulangan beliau ke Beng, maka terjadi perselisihan kekuasaan dan untuk menghindari perpecahan, maka untuk kedua kalinya beliau mengalah dan menghambakan diri kerumah datuknya Dewa Pemecutan raja Taman Bali, Bangli.

Berselang beberapa lama, Dewa Manggis Api dicari oleh para paman beliau yang telah menjadi raja di sekitar kerajaan Beng. Atas bantuan raja Taman Bali dan paman-paman beliau kemudian mendirikan Puri baru yang terletak 2 Km disebelah Selatan Desa Beng. Layout dan bentuk bangunan Puri baru tersebut menyerupai istana kerajaan Taman Bali. Adapun tanah pekarangan puri tersebut, adalah bekas milik seorang Brahmana-wangsa Ida Pedanda Tarukan, yang dihaturkan kepada Dewa Manggis Api sebagai raja pendiri kerajaan Gianyar dengan gelar Dewa Manggis IV. Istana baru mulai difungsikan sejak 19 April 1771, diberi nama “Geria-Anyar”. Geria = rumah para Brahmana, anyar = baru, kemudian disebut: ‘Gianyar’. Hingga sekarang nama Kabupaten dan ibu kotanya disebut ‘Gianyar’, sedang purinya disebut: ‘Puri Agung Gianyar’. Lihat: Gbr. 6.3.

Sesuai dengan pola tata ruang yang ada, kota Gianyar menganut pola crossroad atau Pempatan Agung yang membagi kawasan pempatan agung menjadi empat zona/kawasan: a). Puri Agung Gianyar menempati kawasan Kaja-Kangin (Timur-Laut); b). Pasar Umum Gianyar menempati kawasan Kelod-Kangin (Tenggara), c). Bale Kulkul menempati kawasan Kelod-Kauh (Barat-Daya) dan d). Bencingah menempati kawasan Kaja-Kauh (Barat-Laut). Dengan ditempatkannya zone Puri sebagai pusat pemerintahan, Pasar sebagai pusat perdagangan/ ekonomi serta Bencingah sebagai pusat kegiatan politik dan sosial-budaya serta Bale Kulkul sebagai sarana komunikasi disekitar kawasan catuspatha/pempatan agung, maka kawasan catuspatha juga sebagai pusat kerajaan/kuta/negara Gianyar.

Pada tanggal 5 Desember 1900 penjajah Belanda di Buleleng mengumumkan bahwa Kerajaan Gianyar bernaung di bawah kekua-saan Belanda, sehingga kekuasaan pemerintahan dan penataan kota Gianyar sepenuhnya ditangani oleh Belanda. Beberapa pusat kegiatan ditata kembali seperti: Pasar Umum yang terletak di bagian Tenggara catuspatha dipindahkan ke kawasan Banjar Teges, Areal Pasar diper-

Page 135: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

121

luas dengan mmemindahkan beberapa area perumahan penduduk untuk selanjutnya dijadikan ‘Lapangan Astina’ yang ada sekarang den-gan fungsi utama adalah mendukung kegiatan penjajahan. Pada saat itu juga dibangun fasilitas Asrama tentara, Penjara dan kantor-kantor pemerintahan Belanda termasuk juga fasilitas-fasilitas pelayanan pendidikan dan kesehatan pada areal Kantor Bupati sekarang. Pusat pemerintahan masih dilakukan di Puri Agung Gianyar sampai dengan masa awal kemerdekaan. Pembangunan demi pembangunan telah dilakukan selama kurun waktu hampir setengah abad, namun ke-beradaan kawasan Pempatan Agung Gianyar sebagai identitas pusat kota tetap exist, hal ini juga dipengaruhi oleh lestarinya Puri Agung Gianyar beserta lingkungan sekitarnya hingga saat ini.

Kondisi saat ini pada area Catuspatha dikembangkan beberapa fasilitas sebagai berikut: a) Pada kawasan/area Kaja-Kangin tetap lestari Puri Agung Gianyar, kini sebagai tempat tinggal keluarga kerajaan dan sebagai pusat kegiatan seni dan budaya di pusat Kota Gianyar; b) Kawasan/area Klod-Kangin Lapangan Astina dengan kegiatan utama tempat upacara resmi ketatanegaraan Pemerintah Kota Gianyar, pentas budaya, tempat anak-anak bermain dan rekreasi, olahraga joging, tempat promosi produk dan kuliner dibagian Timur Lapangan dan sesekali dipakai untuk penyelenggaraan upacara keagamaan seperti Ngasti (Pitra Yadnya),

Page 136: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

122

Gbr. 6.4. Catuspatha Kota Gianyar masa lalu

PASAR GIANYAR

PURI AGUNG GIANYAR

BENCINGAH

BALE KULKUL

Page 137: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

123

Gbr. 6.7. Dewa Manggis Api, Raja Gianyar

Gbr. 6.6. Pasar Gianyar

Gbr. 6.5. Puri Agung Gianyar

Gbr. 6.8. Seorang Punggawa Gianyar

Page 138: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

124

Tawur/pecaruan Melabuh Gentuh, prosesi upacara Melasti/mesanekan Ida Bhatara Pura Samuan Tiga; c) Kawasan/area Klod-Kauh Balai Budaya yang merupakan pengembangan dari Balai Masyarakat Kota Gianyar, dengan fungsi utama: gedung pentas Budaya, gedung Pertemuan/jamuan, gedung Pameran, gedung Perpustakaan Umum, dan gedung serbaguna; d) Kawasan/area Kaja-Kauh dahulu Bencingah kini dibangun Taman Mahudara Mandara Giri yaitu taman kota dengan tema Pemutaran Gunung Mandara mencari Tirta Amerta untuk kesejahteraan abadi. Pada area depan taman setiap setahun sekali saat Tilem Kesanga diselenggarakan upacara Tawur Kesanga yaitu upacara pembersihan Bhuana Agung dan tutup tahun Içaka. Lihat: Gbr. 6.9., Gbr. 6.10, Gbr. 6.11, Gbr. 6.12, Gbr.6.13.

Sedang pada kawasan poros/arah empat penjuru mata angin Catuspatha, pembangunan berkembang sesuai kondisi perekonomian masyarakat, namun berkembang tanpa terarah dan tidak memiliki identitas sesuai interpretasi perancangnya.

5

2.900 0

2. 6000

4. 8500

5. 50 00

1. 15001 .9 000

16. 000 0

6. 80 00

7. 5500

1 .85 00

7. 15 00

BALELOJI

BALELOJI

BALE TETARING

7.GERIAANYAR

9. RUM[ PURI ANYAR ]

4.WEDURE

1.ANCAK SAJI 2.SEMANGGEN

MERAJANALIT

8.TAMAN

5a. KERANDAN

5b. JEMPENG6. JERO TULIKUP

18. PEKANDELAN

19. MERAJAN AGUNG

20. PETIRTAN

21. PENYUCIAN

22. JABA TENGAHMERAJAN

3.PEGEDOGAN

10. RANGKI

11.LOJI

14. JRO BALER

13. KANIJABAWA

12. SMARA ABAWA15. WUKIRAN

17. RATNA KANIA

III. BALAI BUDAYAKOTA GIANYAR

II. LAPANGAN ASTINAKOTA GIANYAR

IV. TAMANKOTAMAHUDARAMANDARA GIRIGIANYAR

I. PURI AGUNGKOTA GIANYAR

PURA MANCADALEM GUNUNG MERTA

PURA MANCADALEM BANTAS

PERANTENAN

KANTOR BRICABANG GIANYAR

PURA PUSEH LANPURA DESA GIANYAR

HARDY'S GIANYAR

PECINAAN

PECINAAN

Gbr. 6.9. Catuspatha Kota Gianyar masa kini

Gbr. 6.10. Puri Agung Gianyar

Gbr. 6.11. Puri Agung Gianyar

Gbr. 6.12. Taman Mahudara Mandara Giri

Gbr. 6.13. Puri Agung Gianyar dari Barat

Page 139: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

125

Pada skala kota ditinjau dari aspek penyediaan sarara jalan, lahan permukiman dan pelayanan infrastruktur perkotaan, pola kota Gianyar berkembang sangat bagus dan teratur. Hal ini berkat pelaksanaan Land Consolidation (LC) pada dekade 80-90-an, walaupun masih menyisakan beberapa permasalahan pertanahan hingga saat ini. Lihat: Gbr. 614.

6.4 Kendala Penataan dan Pelestarian PusakaSecara umum kendala penataan dan pelestarian pusaka di

Kota Gianyar, menyangkut beberapa permasalahan sebagai berikut : 1) Dari aspek Tata Ruang, Kabupaten Gianyar sudah memiliki RTRW

Kabupaten Gianyar Tahun 2012-2032 dan RDTR Kecamatan Gianyar Tahun 2008-2027. Namun belum memiliki Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Gianyar dan Rencana

7

� Gbr. 6.14 Pola Tata Ruang Kota Gianyar

Page 140: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

126

Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan tertentu di kota Gianyar yang berfungsi sebagai acuan Pemerintah dalam menerbitkan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB). Pada akhirnya pembangunan dan perkembangan Kota Gianyar menjadi tidak terarah dan tidak memiliki identeitas serta cendrung kearah degradasi nilai-nilai budaya setempat.

2) Perencanaan Detail Tata Ruang Kawasan Pengembangan Kota Gianyar hanya didasarkan kepada pembuatan peta racikan kavling Lands Consolidation (LC) semata, tidak berdasarkan atas kaidah-kaidah RDTR Kawasan perkotaan, shingga pemerataan distribusi pelayanan infrastruktur sosial seperti fasilitas umum, fasilitas sosial, fasilitas ekonomi dan fasilitas lainnya sangat sulit dilakukan.

3) Dari aspek status kepemilikan bangunan dan lahan: hampir sebagian persil Permukiman di kawasan kota baru/kota bagian barat adalah berstatus Tanah Hak Milik dan sebagian lagi persil permukiman pada kawasan kota lama kota bagian tengah dan timur merupakan Persil/Karang Ayahan Desa Adat. Pada persil/Karang Ayahan Desa Adat pola perumahannya masih menggunakan pola tata ruang dan tata bangunan langgam Arsitektur Tradisional Bali, sedang pada persil tanah hak milik cendrung menggunakan langgam Non Tradisional Bali.

6.5 Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka Gianyar Kabupaten Gianyar sangat kaya dengan pusaka baik berupa

pusaka budaya ragawi berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya dan kawasan cagar budaya; Pusaka budaya tak ragawi berupa: kearifan lokal, ritus upacara agama dan kegiatan adat, seni rupa, seni tari, seni karawitan, seni ukir, seni kerajinan, seni sastra, busana tradisional, kuliner tradisional. Pusaka Alam berupa bentukan alam yang istimewa. Pusaka Saujana adalah gabungan pusaka alam dan pusaka budaya dalam kesatuan ruang dan waktu.

Arus globalisasi dan gelombang tekanan terhadap lingkungan sosial budaya dan gaya hidup perkotaan secara perlahan memunculkan

Page 141: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

127

degradasi tata-nilai pada sejarah, budaya dan karakteristik kota. Sadar akan hal tersebut Pemerintah Kabupaten Gianyar berkomitmen untuk melestarikan, memanfaatkan dan mengembangkan kawasan dan aset pusaka sebagai faktor pembeda/unik/khas dan bernilai tinggi, digunakan sebagai modal penting dan sangat berharga untuk meningkatkan identitas lokal dan bersaing di era global. Komitmen tersebut ditindaklanjuti oleh Pemerintah Kabupaten Gianyar dengan mendaftar jadi anggota Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) dan ditetapkan sebagai anggota melalui SK No : 04/Rakernas II/V/2011, JKPI, Tanggal 2 April 2011.

Program penataan dan pelestarian kota pusaka Gianyar memiliki maksud : i) mendorong komitmen dan sinergi lintas sektoral, pemerintah dan masyarakat dalam mengelola kawasan dan aset pusaka yang menjadi karakter dan identitas kota Gianyar; ii) mendorong penataan ruang kota yang berasis nilai-nilai pusaka, sehingga pertumbuhan dan pengembangan menjadi terarah dan berjatidiri. Sedang tujuan yang ingin dicapai adalah : i) terwujudnya ruang kota yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan, berbasis rencana tata ruang bercirikan nilai-nilai pusaka yang dimiliki kota Gianyar untuk menjadi Kota Layak Anak (KLA) dan Kota Cerdas (Smart City); ii) terciptanya kemitraan yang melembaga dan handal, baik pemerintah, masyarakat, swasta, perguruan tinggi maupun lembaga-lembaga sosial/adat dalam mengelola kota pusaka. Sinergi ini di Gianyar dalam pengelolaan dan pemanfaatan Cagar Budaya sudah dilakukan oleh sekelompok masyarakat penyungsung/pengempon dan desa pekraman bekerjasama dengan pemerintah; iii) Terwujudnya kota Gianyar sebagai kota pusaka yang cerdas dan layak anak secara berkelanjutan yang menyeimbangkan berbagai peninggalan yang bernilai dengan dinamika kemajuan jaman, sehingga mampu bersaing dalam kancah nasional maupun internasional.

Identifikasi Pusaka Kota GianyarDalam mengidentifkasi pusaka Kota Gianyar berpedoman

kepada lingkup kawasan yaitu:i) Kawasan Catuspatha Kota Gianyar; ii) Kawasan Pusat Kota Gianyar;

Page 142: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

128

dan iii) Kawasan Seputar Kota Gianyar.

Kriteria pusaka yang dipakai adalah diacu dari UNESCO berupa OUV (Outstanding Universal Value) antara lain:

1. Kawasan dengan karakter unik, yang tidak ditemukan ditempat lain;

2. Kawasan yang menjadi mahakarya (masterpiece) dari ciptaan yang jenius, di bidang arsitektur, seni monumental, perencanaan kota atau bentang alam;

3. Kawasan dengan tradisi budaya tinggi;4. Kawasan yang menggambarkan tingginya peradaban dan sejarah

manusia;5. Kawasan dengan permukiman tradisional;6. Kawasan dengan tradisi berkehidupan masyarakatnya, seperti

kepercayaan dan kesenian;7. Kawasan yang memiliki mekanisme pengelolaan secara

tradisional dalam pelestariannya.

Sedang tingkat kebutuhan penangannya dibagi menjadi 3 kelompok: i) prioritas tinggi (warna merah), ii) prioritas sedang (warna kuning); dan iii) prioritas rendah (warna hijau).Kajian dan pemetaan pusaka Kota Gianyar secara detail dapat dilihat pada Lampiran: 6.A.

Arahan Penataan Kawasan Pusaka dan Bangunan Cagar Budaya Catuspatha Kota Pusaka Gianyar:

1) Puri Agung Gianyar :Puri Agung Gianyar saat ini tidak lagi berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan dan Politik, namun tetap difungsikan sebagai Pusat Budaya dan Pariwisata Kota Gianyar. Kondisi bangunan sudah tua dan lapuk, serta ada yang sudah hancur, sehingga penataan dan pelestariannya dilakukan dengan metode rekonstruksi pada area Geria Anyar dan Kerandan; revitalisasi pada Bale Pegambuhan di

Page 143: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

129

Ancak saji dan Bale Wedura, Tetaring, Pintu Gerbang Selatan dan Tembok Penyengker di komplek Puri Anyar/Rum. Landscape dan infrastruktur kawasan.

2) Lapangan Astina :Lapangan Astina ke depan hanya difungsikan untuk: upacara ketatanegaraan Pemerintah/ instansi/lembaga di Kabupaten Gianyar, upacara agama dan kegiatan adat, pentas budaya, olah raga ringan dan rekreasi, tempat bermain anak, ruang terbuka hijau sebagai Natah Kota Gianyar. Sedang kegiatan-kegiatan lain di luar kegiatan tadi dipindahkan ketempat lain seperti di komplek GOR di Jalan Kebo Iwa. Kondisi rumput tidak terawat dan mati, ke depan ditanami rumput Jepang dengan sistem drainage dan irigasi otomatis seperti Lapangan Sepak Bola, sehingga nyaman dan layak sebagai ruang terbuka hijau dan dipakai tempat bermain anak-anak beserta keluarga. Masyarakat pemakai dilarang membawa hewan peliharaan ke tengah lapangan untuk menjaga kebersihan dan heginitas.

3) Balai Budaya Kota Gianyar :Balai Budaya Kota Gianyar kurang efektif digunakan, ke depan bagaimana dapat dimanfaatkan secara efektif setiap hari secara berkesinambungan untuk kegiatan masyarakat. Lantai atas tetap digunakan sebagai ruang serbaguna, pentas tertutup dan ditambahkan tempat latihan kegiatan kesenian, baik seni tari maupun seni karawitan atau seni lainnya. Sedang pentas terbuka baik sebagai pentas exebhisi maupun pentas kolosal dilaksanakan pada Amphi theatre / open stage di bagian Timur Balai Budaya. Pada Lantai bawah/ground floor difungsikan untuk : pameran/peragaan ilmu pengetahuan dan teknologi, perpustakaan umum baik hard copy maupun digital, diorama kehidupan dan budaya masyarakat Bali.

4) Taman Mahudara Mandara Giri :

Page 144: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

130

Taman Kota ini dibangun di atas lahan Bencingah milik Puri Agung Gianyar, penampilan elemen taman kurang menarik, karena bersifat statis (air mancur tidak jalan), bernuansa sakral. Kehadirannya memunculkan pro dan kontra, disatu sisi ada sekelompok masyarakat mengehendaki taman ini dibongkar dikembalikan seperti semula sebagai Bencingah lahan kosong/tempat parkir dan pasar senggol. Namun pihak Puri Rangki tidak menghedaki lahan tersebut kembali berfungsi sebagai tempat parkir dan pasar senggol. Sebagai solusi jalan tengah kedepan Taman Kota ini difungsikan sebagai Taman Werdha atau Taman Lansia, sebagai ajang para lansia untuk berekreasi dan bercengkrama. Metode yang digunakan dalam pemugaran adalah revitalisasi dengan penambahan fasilitas lansia dan elemen-elemen taman yang bersifat dinamis/atraktif dan menarik. Secara filosofis tema Pemutaran Gunung Mandara untuk mencari kesejahteraan yang berkesinambungan masih mungkin dapat dipertahankan.

Gbr. 6.13. PETA SEBARAN PUSAKA KOTA GIANYAR

Page 145: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

131

NO NAMA PUSAKAKRITERIA PUSAKA SAUJANA (UNESCO)

KETERANGAN1 2 3 4 5 6 7

2.D. Arah Utara

2.36 Perumahan/Ruko Kiri/Kanan Jalan √ Beautyfikasi

2.37 Pura Gunung Merta (pura Manca) √ √ √ √ √ √ √ Revitalisasi

2.38 Puri Sengguan √ √ √ √ √ √ √ Revit & Rekons

2.39 Balai Banjar Sengguan Kawan √ √ √ √ √ √ Revit & Rekons

2.40 Perumahan/Ruko Kiri/Kanan Jalan √ Beautyfikasi

2.41 Balai Banjar Sampiang √ √ √ √ √ √ Beautyfikasi

2.42 SDN. Sampiang √ Beautyfikasi

2.43 Pura Dalem Desa Adat Gianyar & Beng √ √ √ √ √ √ √ Revit & Rekons

2.44 Kuburan Desa Adat Gianyar & Beng √ √ √ √ √ √ Revit & Rekons

III SEPUTAR KOTA GIANYAR

3.A. Gianyar Timur

3.1 Kantor PDAM √ Beautyfikasi

3.2 Ruko Kiri/Kanan jalan √ Beautyfikasi

3.3 Pura Dalem Samprangan √ √ √ √ √ √ √ Revit & Rekons

3.4 Taman Remaja Bukit Jati & Kolam √ √ Revit & Rekons

3.5 RTHK Bukit Jati √ √ √ √ Beautyfikasi

3.6 Open Stage Sidan √ √ √ √ Revitalisasi

3.7 Puri Sidan √ √ √ √ √ √ √ Revit & Rekons

3.B. Gianyar Selatan

3.8 Pura Penataran Agung Lebih √ √ √ √ √ √ √ Revit & Rekons

3.9 Pantai Lebih √ √ √ √ √ Beautyfikasi

3.10 Pantai Masceti dan Pura Masceti √ √ √ √ √ √ √ Beautyfikasi

LAMPIRAN

Page 146: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

132

NO NAMA PUSAKAKRITERIA PUSAKA SAUJANA

(UNESCO) KETERANGAN1 2 3 4 5 6 7

3.C. Gianyar Barat

3.11 Bukit Dharma √ √ √ √ √ √ √ Revitalisasi

3.12 Candi Tebing Bebitra √ √ √ √ √ √ √ Revit & Rekons

3.13 Stadion Dipta Gianyar √ √ Revitalisasi

3.14 Pura Durga Bukit Kutri √ √ √ √ √ √ √ Revitalisasi

3.15 Pura Samuan Tiga √ √ √ √ √ √ √ Revitalisasi

3.16 Goa Gajah √ √ √ √ √ √ √ Revitalisasi

3.D. Gianyar Utara

3.17 Pura Penataran Pande √ √ √ √ √ √ √ Revitalisasi

3.18 Pura Penataran Agung Beng √ √ √ √ √ √ √ Revitalisasi

3.19 RTHK Beng-Gitgit √ √ √ √ Revitalisasi

Page 147: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

133

IDENTIFIKASI PUSAKA KOTA GIANYARDAN TINGKAT KEBUTUHAN PENANGANAN

1 2 3 4 5 6 7

I CATUSPATHA GIANYAR1.1 Puri Agung Gianyar √ √ √ √ √ √ √ Revit & Rekons1.2 Alun-alun Astina √ √ √ Revitalisasi

1.3 Balai Budaya Kota Gianyar √ √ √ √ Revitalisasi

1.4 Taman Mahudara Mandara Giri √ √ √ Revit & Rekons

1.5 Bangunan disekitar Lap. Astina √ √ Beautyfikasi

II PUSAT KOTA GIANYAR2.A. Arah Timur2.1 Pura Puseh Desa Adat Gianyar √ √ √ √ √ √ √ Revitalisasi

2.2 Balai Banjar Pasdalem √ √ √ √ √ Revitalisasi

2.3 Pura Langon √ √ √ √ √ √ √ Revit & Rekons

2.4 Dalem Bantas (Pura Manca) √ √ √ √ √ √ √ Revit & Rekons

2.5 Patung Dewa Indra √ √ √ Revitalisasi

2.B. Arah Selatan2.6 Kantor BRI Cabang Gianyar √ Redesign

2.7 Kong Cho √ √ √ √ √ √ √ Beautyfikasi

2.8 Perumahan/Ruko Kiri Kanan Jalan √ √ Beautyfikasi

2.9 Balai Banjar Sangging √ √ Revitalisasi

2.10 Pura Manca Br. Sangging √ √ √ √ √ √ √ Revit & Rekons

2.11 Puri Abianbase √ √ √ √ √ √ √ Revit & Rekons

KRITERIA PUSAKA SAUJANA (UNESCO)NAMA PUSAKANO KETERANGAN

Page 148: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

134

1 2 3 4 5 6 7

2.C. Arah Barat2.12 Hardy's Mall √ √ Revitalisasi

2.13 Toko Pecinan & BRI √ Revit & Rekons

2.14 Bank Pasar Werdi Sedana √ Revit & Rekons

2.15 Ruko Kiri/Kanan Jalan Blok-1 √ Beautyfikasi

2.16 Pusat Belanja Harum Fajar √ √ Beautyfikasi

2.17 Ruko Kiri/Kanan Jalan Blok-2 √ Beautyfikasi

2.18 Balai Br. Teges Gianyar √ √ √ √ √ Beautyfikasi

2.19 Dalem Teges (Pura Manca) √ √ √ √ √ √ √ Revitalisasi

2.20 Pasar Senggol Kota Gianyar √ √ √ Beautyfikasi

2.21 Pertokoan & Pasar Gianyar Blok-3 √ Beautyfikasi

2.22 Pertokoan Gianyar Blok-4 √ √ Beautyfikasi

2.23 Perumahan/Ruko Blok-5 √ Beautyfikasi

2.24 Kantor SKPD (depan Penjara) √ Beautyfikasi

2.25 SDN. No.1 Gianyar √ Beautyfikasi

2.26 Kantor DPR Kab. Gianyar √ √ √ Beautyfikasi

2.27 Pertokoan Selatan BPD √ Beautyfikasi

2.28 Kantor BPD Pembantu √ Revit & Rekons

2.29 Asrama Den Zipur Gianyar √ √ √ √ Revit & Rekons

2.30 Kantor Telkom + Ruko √ Revit & Rekons

2.31 Kodim Gianyar √ √ Revit & Rekons

2.32 Komplek Kantor Sek Daerah K. Gianyar√ Beautyfikasi

2.33 Kantor Polres Gianyar √ Beautyfikasi

2.34 SMPN No.1 Gianyar √ Beautyfikasi

2.35 Patung Kala Rau √ √ √ √ √ √ Beautyfikasi

NO NAMA PUSAKA KRITERIA PUSAKA SAUJANA (UNESCO)KETERANGAN

Page 149: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

135

Page 150: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

136

Catus Pata di Kecamatan Batubulan

Page 151: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

137

BAB VII

MANAJEMEN PENGEMBANGAN KOTA PUSAKA DAN PETA JALAN

7.1 Langkah-langkah Bermakna

Sejak tahun 1930-an pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana telah tersebar di sekitar Kota Gianyar. Hal ini menjadi peluang Pemerintah Kabupaten Gianyar untuk mengembangkan

Gianyar sebagai Kota Pusaka. Namun demikian, pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana di sekitar Kota Gianyar sebagian diantaranya belum ditata dengan baik dan belum memberikan kontribusi ekonomi secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat selaku pendukung utama kepusakaan tersebut.

Dalam upaya mencapai Gianyar sebagai Kota Pusaka, pemerintah setempat telah menjalankan langkah-langkah untuk merevitalisasi dan memberdayakan para pihak terkait. Pencapaian Gianyar sebagai Kota Pusaka tidak hanya memerlukan revitalisasi sarana dan prasarana, namun juga peran pimpinan satuan kerja daerah (SKPD) Kabupaten Gianyar dan stakeholder lainnya. Komitmen SKPD Kabupaten Gianyar dan stakeholder sangat diperlukan untuk keberlanjutan dan keberhasilan kegiatan sebagai langkah-langkah penting menuju Gianyar sebagai Kota Pusaka. Gianyar merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi warisan budaya yang kaya dan beragam. Potensi ini terwujud dalam bentuk kesenian, adat istiadat, bahasa, situs, arsitektur, dan kawasan bersejarah. Kekayaan dan keberagaman warisan budaya inilah yang telah memberikan konstruksi suatu kota, hingga membentuk karakter, keunikan, dan citra budaya yang khas untuk berkembang menjadi kota pusaka yang berperan signifikan dalam pembentukan citra kota (image of the city). Aset budaya tersebut memiliki nilai kesejarahan

Page 152: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

138

dari waktu ke waktu, dan menjadi suatu rangkaian pusaka (heritage) yang perlu dilestarikan, bahkan berpotensi untuk dikembangkan secara positif. Perkembangan aset budaya ini menjadikan sebagai wadah aktivitas budaya yang berkekuatan dalam memberikan peningkatan terhadap kualitas kehidupan masyarakat. Kekayaan aset budaya yang dimiliki menjadikan aset yang sangat berpotensi sebagai inspirator ataupun objek eksplorasi pengembangan ekonomi kreatif yang dapat bersaing di era global. Salah satu upaya pengembangan ekonomi kreatif adalah dengan melakukan pelestarian kota pusaka, yakni dengan melestarikan segenap aset budaya termasuk kawasan bersejarah yang ada di Gianyar. Kegiatan pelestarian kota disini dipahami sebagai sesuatu yang sifatnya dinamis dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan, ruang, hidup, dan ekonomi. Berdasarkan Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia (PPPI) Tahun 2003, telah disepakati pengertian tentang pusaka daerah yang terdiri atas pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana. Pusaka budaya mencakup pusaka berwujud (tangible) dan pusaka tidak berwujud (intangible). Pusaka budaya adalah hasil cipta, rasa, karsa, dan karya yang istimewa, sebagai kesatuan suku bangsa dan dalam interaksinya dengan budaya lain sepanjang sejarah keberadaannya. Pusaka alam adalah bentukan alam yang yang istimewa. Sementara itu, pusaka saujana adalah gabungan pusaka budaya dan pusaka alam dalam kesatuan ruang dan waktu. Dewasa ini, banyak aset budaya mulai terancam kelestariannya, bahkan menjurus pada kepunahan yang disebabkan oleh pendangkalan dan pemiskinan budaya serta tidak seimbangnya pembangunan antara budaya dan aspek lainnya, seperti ekonomi, sosial, dan infrastruktur. Kondisi ini tentunya sangat merisaukan bagi perkembangan budaya. Berbagai upaya pelestarian yang telah dilakukan, umumnya hanya berkonsentrasi kepada pendekatan fisik, kurang adanya pendekatan sosial, budaya, ekonomi, dan kelembagaan, yang semestinya dilaksanakan secara sinergis dan berkelanjutan. Kegiatan pelestarian pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas ruang, hidup, dan ekonomi. Tujuan peningkatan

Page 153: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

139

ini hanya bisa berhasil jika masyarakat secara aktif berpartisipasi dalam menghidupkan aset budaya yang pada gilirannya aset-aset budaya tersebut akan mampu secara mandiri menghidupi dan mensejahterakan masyarakat kotanya. Pengelolaan aset budaya berbasis ekonomi kreatif, dewasa ini juga cenderung menekankan pada aspek perlindungan yang sifatnya dinamis, bukan saja aspek pelestarian dan pemanfaatannya. Kegiatan pelestarian ini dapat berbentuk pengembangan dan upaya revitalisasi, preservasi, restorasi, replikasi dan rekonstruksi, serta penggunaan fungsi baru pada aset bersejarah (adaptive reuse). Konsep ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan gagasan dan stock of knowledge dari sumberdaya manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Jadi, gagasan orisinil yang diproteksi hak atas kekayaan intelektual (HaKI) dapat meningkatkan penghasilan masyarakat. Kini, struktur perekonomian dunia mengalami transformasi dengan cepat seiring dengan pertumbuhan ekonomi, dari yang tadinya berbasis sumberdaya alam (SDA) sekarang menjadi berbasis SDM, dari era pertanian ke era industri dan informasi. Toffler (1980) dalam teorinya melakukan pembagian gelombang peradaban ekonomi ke dalam empat gelombang. Gelombang pertama adalah ekonomi pertanian. Kedua adalah gelombang ekonomi industri. Ketiga adalah gelombang ekonomi informasi. Kemudian diprediksikan gelombang keempat adalah ekonomi kreatif berbasis ide atau gagasan dan kreativitas. Perkembangan peradaban saat ini berada pada gelombang keempat (Toffler, 1980), yakni ekonomi kreatif yang didefinisikan sebagai kegiatan yang berorientasi pada kreativitas, budaya, dan lingkungan untuk menghasilkan hal baru. Ekonomi kreatif ini bertumpu pada beberapa subsektor industri kreatif, diantaranya yaitu perikalanan, penerbitan dan percetakan, TV dan radio, film, fesyen dan fotografi, musik, seni pertunjukan, arsitektur, desain, kerajinan, pasar barang seni, permainan interaktif, layanan komputer dan piranti lunak, serta penelitian dan pengembangan. Dewasa ini sedang terjadi proses pergeseran budaya dalam

Page 154: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

140

kehidupan masyarakat pada tingkatan yang berbeda-beda, baik yang berlangsung secara cepat mengikuti perkembangan jaman, ataupun secara evolutif dan moderat membangun keseimbangan budayanya, maupun ada juga yang menarik diri secara konservatif atas dasar memori dan romantisme masa lalu. Seiring dengan perkembangan tersebut, terdapat gejala arus balik kebudayaan yang kembali mencari identitas dan jati diri suatu suku bangsa. Dalam perkembangan sekarang ini, terdapat kecendrungan untuk kembali kepada kearifan lokal (local wisdom) dari empat aspek fundamental yakni pertanian, industri kerajinan, pariwisata, dan era ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal yang akan mendominasi masa depan.

Gianyar sebagai Kota Pusaka akan berjalan secara bertahap per periode lima tahunan. Pada tahun pertama, akan diadakan serangkaian penelitian pemetaan yang meneliti dan mengevaluasi kondisi/kebutuhan aktual dari pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana yang teridentifikasi. Penelitian ini dilakukan oleh para tenaga ahli peneliti dari kalangan akademisi yang berkompeten. Terdapat 10 langkah-langkah bermakna rangkaian metodologi yang dijalankan dalam rangka mencapai Gianyar sebagai Kota Pusaka. Setiap tahapan memiliki laporan kegiatannya masing-masing.

Langkah-langkah bermakna yang dibutuhkan untuk mencapai Gianyar sebagai Kota Pusaka adalah sebagai berikut.

a. Pemetaan (mapping) serta melakukan assesment secara Komprehensif dan Holistik

Tahapan pemetaan meliputi pengumpulan data terkait dengan pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana yang akan dikembangkan sesuai potensi. Langkah awal pada tahap pemetaan adalah mengidentifikasi pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana di sekitar Kota Gianyar yang akan dikembangkan.

Setelah pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah menggali data mengenai pusaka. Langkah ini bertujuan untuk mendapatkan data akurat mengenai kondisi pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana berdasarkan data di lapangan yang berasal dari masyarakat setempat,

Page 155: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

141

tokoh masyarakat, pelaku seni, dan dokumen-dokumen pusaka di SKPD setempat. Data mengenai pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana bertujuan untuk mendapatkan kondisi pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana saat ini. Kondisi saat ini perlu dinilai (assesment) untuk mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu dikembangkan lebih lanjut.

Penilaian berbagai aspek penting pada pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana perlu dilakukan untuk pengembangan lebih lanjut yang ada di seputaran Gianyar. Berdasarkan penilaian masing-masing pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana yang ada, dapat diketahui potensi yang dimiliki dan berbagai aspek yang perlu diperbaiki atau diperkuat untuk merevitalisasi pusaka. Aspek yang dinilai, meliputi aspek fisik dan non-fisik. Aspek fisik meliputi sarana dan prasarana fisik, sedangkan aspek non-fisik meliputi pengelolaan ketiga pusaka dimaksud, termasuk dukungan pimpinan SKPD, tokoh masyarakat, pelaku wisata, dan masyarakat setempat. Penilaian atas aspek fisik dan non-fisik menentukan program akan dikembangkan untuk masing-masing pusaka yang ada.

b. Sosialisasi Pusaka Budaya, Pusaka Alam, dan Pusaka Saujana Langkah ini meliputi sosialisasi dan pembentukan forum komunikasi stakeholder. Kegiatan sosialisasi meliputi pemberian informasi kepada pihak-pihak yang terlibat dalam usaha pencapaian Gianyar sebagai Kota Pusaka. Sosialisasi diberikan oleh tim khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Gianyar sudah tentu sesuai kompetensi dalam proses menuju Kota Pusaka. Informasi diberikan kepada pimpinan dan staf SKPD terkait, pelaku bisnis pariwisata, biro perjalanan, tokoh masyarakat, budayawan, dan seniman. Materi sosialisasi meliputi langkah-langkah yang akan dilakukan oleh pemerintah setempat menuju Gianyar sebagai Kota Pusaka. Sosialisasi bertujuan untuk memberikan informasi kepada stakeholder mengenai program yang akan dilakukan oleh pemerintah dan memperoleh masukan dari pihak terkait mengenai langkah-langkah yang perlu ditambahkan dan diperbaiki untuk mencapai Gianyar sebagai Kota Pusaka. Sosialisasi juga bermanfaat dalam

Page 156: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

142

menggali informasi penting yang belum diperoleh dalam kegiatan pendataan dan mengkonfirmasi hasil pendataan yang telah dilakukan pada langkah pertama. Sosialisasi dilakukan pada beberapa sesi dan lokasi berbeda untuk mendapatkan informasi spesifik mengenai pusaka spesifik yang akan dikembangkan.

Langkah sosialisasi akan diikuti dengan langkah pembentukan “forum komunikasi stakeholder” (FKS) pada masing-masing pusaka spesifik yang akan dikembangkan. Forum komunikasi stakeholder beranggotakan tokoh masyarakat, pimpinan desa adat, SKPD, seniman, budayawan, pelaku bisnis pariwisata, biro perjalanan, dan pihak lain yang dipertimbangkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana di seputaran Kota Gianyar. FKS berperan memberikan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Gianyar dalam proses pengembangan pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana.

c. Peningkatan kapasitas pengelola pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana

Pengelolaan pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana memerlukan pengetahuan dan keahlian khusus. Pengetahuan dan keahlian khusus diamksud harus dimiliki oleh pengelola meliputi manajemen pemasaran objek wisata, manajemen sumberdaya manusia, manajemen keuangan, dan manajemen operasional.

Pengelola kota pusaka perlu memiliki pengetahuan dan keahlian dalam memasarkan produk, meliputi pegembangan produk yang diminati oleh konsumen, penentuan harga yang tepat, pendistribusian citra (image) yang tepat, dan penentuan alat promosi yang tepat, termasuk peningkatan kualitas sumberdaya manusia, fasilitas fisik (physical evidence), dan proses manajemen. Bahkan, jika ingin berbasis hospitalitas (hospitality) maka perlu dipertimbangkan penyusunan program dan paket (program and package) dan kemitraan (partnership). Pada akhirnya pengelola dapat mengembangkan strategi pemamasaran yang tepat untuk pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana yang dapat dikembangkan secara berkelanjutan dan menguntungkan (feasible).

Page 157: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

143

Pengelola perlu memiliki pengetahuan mengenai pengelolaan sumberdaya manusia yang bekerja pada pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana, yang meliputi perencanaan sumberdaya manusia, analisis pekerjaan, pengadaan pegawai, seleksi pegawai, penempatan pegawai, pemberian kompensasi, penilaian kinerja, pengembangan karier, pelatihan dan pengembangan pegawai, peningkatan mutu pegawai, serta pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja pegawai.

Pengetahuan manajemen keuangan perlu dimiliki oleh pengelola, yang meliputi manajemen sumber, penggunaan dana, pencatatan, dan pelaporan kegiatan yang telah dilakukan dalam mengelola pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana. Terakhir, pengelola perlu memiliki pengetahuan mengenai segala aktivitas dalam mentransformasikan input menjadi output yang bisa menambah nilai barang atau jasa. Semua pengetahuan yang harus dimiliki oleh pengelola kota pusaka diperoleh melalui workshop. Kegiatan ini diberikan oleh pihak yang berkompeten di bidang masing-masing, terutama yang memiliki pengalaman di bidang pengelolaan pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana.

d. Revitalisasi pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana

Pengembangan pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana memerlukan perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana fisik. Perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana fisik yang dibutuhkan, tergantung dari hasil penggalian data awal dan diskusi dengan stakeholder. Perbaikan bertujuan untuk menuju kelesatarian benda pusaka yang ada. Penambahan sarana dan prasarana yang dibutuhkan berupa fasilitas umum, seperti lahan parkir, taman, penerangan, toilet, dan fasilitas yang diperlukan oleh pengunjung saat berkunjung.

e. Aktivasi kota pusaka Langkah kelima adalah aktivasi kota pusaka. Aktivasi kota pusaka dilakukan setelah semua aspek yang dipertimbangkan dalam

Page 158: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

144

membentuk kota pusaka telah siap. Aspek fisik dan non-fisik yang telah dipersiapkan pada langkah sebelumnya, di mana aspek fisik berupa pembenahan sarana dan prasarana fisik setelah selesai dilaksanakan. Aspek non-fisik, seperti diantaranya kemampuan pengelolaan dan kesiapan pimpinan beserta jajaran SKPD dalam mengelola kota pusaka. Terakhir, telah terbentuk dukungan masyarakat, seniman, budayawan, pelaku bisnis pariwisata, biro perjalanan, dan tokoh desa adat dalam membangun Kota Pusaka Gianyar. f. Monitoring dan evaluasi

Monitoring dibutuhkan untuk memonitor kemajuan kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya sesuai dengan tujuan dari masing-masing kegiatan. Pemantauan atas proses yang telah dilakukan perlu dilaksanakan secara terus menerus untuk memastikan kegiatan telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Monitoring dilakukan pihak yang ditunjuk untuk memantau berjalannya kegiatan.

Evaluasi dilakukan setelah berakhirnya setiap tahapan kegiatan untuk menilai efektivitas program yang telah selesai dilaksanakan. Kegiatan evaluasi menilai kontribusi program terhadap pencapaian tujuan dan menilai kebutuhan perbaikan berkelanjutan, atau perluasan program.

g. Pengusulan Gianyar sebagai Kota PusakaGianyar perlu mendapatkan pengakuan sebagai Kota Pusaka

pada tingkat nasional dan internasional. Pengajuan Gianyar sebagai Kota Pusaka dilakukan apabila semua aspek telah mencapai standar yang diharapkan sesuai dengan indikator yang disyaratkan oleh lembaga yang berwenang, seperti UNESCO, ICOMOS, atau organisasi pelestarian pusaka dunia lainnya.

7.2 Faktor Sistemik FungsionalFaktor sistemik adalah faktor yang mempengaruhi

terwujudnya Gianyar sebagai Kota Pusaka. Variabel yang mempengaruhi pengembangan Kota Pusaka yakni variabel perubahan fungsi penggunaan lahan, tingkat partisipasi masyarakat, kondisi

Page 159: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

145

fisik bangunan bersejarah, bentuk dan masa bangunan bersejarah, dukungan kebijakan, jenis kegiatan masyarakat, peningkatan aksesibilitas, serta peningkatan kualitas sumberdaya manusia kawasan kota pusaka (Ardhan dan Ariastita, 2014). a. Faktor perubahan fungsi penggunaan lahan

Faktor ini terbentuk dari variabel perubahan fungsi penggunaan lahan kota pusaka yang sebelumnya telah disepakati oleh stakeholder. Faktor perubahan fungsi penggunaan lahan kota pusaka ini terkait dengan terkendalinya alih fungsi lahan di kawasan kota pusaka yang berlandaskan pada pelestarian objek kota pusaka. Penggunaan lahan baru yang ada di kawasan kota pusaka akan dapat merusak situs/objek kota pusaka jika kaidah-kaidah pelestarian tidak ditaati.

b. Faktor sumberdaya manusia Faktor ini terbentuk dari variabel tingkat partisipasi masyarakat dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Pada dasarnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat berbanding lurus dengan tingkat partisipasi masyarakat. Hal ini juga sama artinya bahwa dengan semakin tinggi tingkat pengetahuan masyarakat mengenai bangunan bersejarah di kawasan tersebut maka semakin tinggi pula tingkat partisipasi masyarakat mengenai pelestarian situs/objek kota pusaka.

c. Faktor keasliaan bangunanFaktor ini terbentuk dari variabel kondisi fisik bangunan (landmark), serta bentuk dan masa bangunan pada kawasan kota pusaka yang sebelumnya telah disepakati oleh stakeholder. Kondisi fisik bangunan/ objek kota pusaka ini dapat berdampak pada perlu tidaknya dilakukan revitalisasi bangunan tersebut.

d. Faktor implementasi kebijakanFaktor ini terbentuk dari variabel dukungan kebijakan terkait kota pusaka yang sebelumnya telah disepakati oleh stakeholder. Dukungan kebijakan ini berkaitan dengan adanya substansi kota pusaka di dalam rencana tata ruang setempat. Hal ini dikarenakan pengembangan kota pusaka juga perlu legal control serta adanya dukungan kebijakan dari pemerintah.

Page 160: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

146

e. Faktor aktivitas kebudayaan masyarakat Faktor ini terbentuk dari variabel adanya jenis kegiatan masyarakat berlandaskan budaya di kawasan kota pusaka yang sebelumnya telah disepakati oleh stakeholder. Jenis kegiatan masyarakat berlandaskan budaya ini berkaitan dengan adanya tradisi budaya masyarakat setempat yang dapat mendukung pengembangan Gianyar sebagai Kota Pusaka.

f. Faktor peningkatan aksesibilitasFaktor ini terbentuk dari variabel peningkatan aksesibilitas kota pusaka yang sebelumnya telah disepakati oleh stakeholder. Peningkatan aksesibilitas ini dilihat dari pelayanan angkutan darat dan pedestrian ways.

g. Faktor kepemilikan lahan Faktor ini terbentuk dari variabel kepemilikan lahan kawasan kota pusaka yang sebelumnya telah disepakati oleh stakeholder. Kepemilikan lahan kawasan kota pusaka ini berkaitan dengan banyaknya bangunan bersejarah yang dimiliki oleh masyarakat. Kepemilikan lahan ini dapat berdampak pada pengembangan Gianyar sebagai Kota Pusaka.

h. Faktor pengembangan ekonomi kreatifFaktor ini terbentuk dari variabel peningkatan ekonomi kreatif kawasan kota pusaka yang sebelumnya telah disepakati oleh stakeholder. Peningkatan ekonomi kreatif ini berkaitan dengan banyaknya masyarakat yang bergerak di bidang ekonomi kreatif dan juga adanya dukungan pemerintah mengenai peningkatan ekonomi kreatif seperti pendanaan, pelatihan, dan fasilitas tempat pameran.

7.3 Menuju Masyarakat Sejahtera dan Bahagia dengan Indikator Terukur

Griya (2015) menunjukkan tiga tujuan utama pengembangan Gianyar sebagai Kota Pusaka, yakni : (1) Membangkitkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap Pusaka Budaya sebagai Warisan Budaya leluhur, basis identitas, dan inspirasi menuju cita-cita masyarakat Gianyar sejahtera, bahagia, dan berbudaya; (2)

Page 161: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

147

Memberdayakan heritage sebagai modal dan sumber ekonomi kreatif, pariwisata heritage, penghayatan nilai, pembentukan karakter bangsa, dan diplomasi kebudayaan; serta (3) Memperluas jaringan Kota Pusaka Gianyar dalam network berskala lokal, nasional, dan internasional (termasuk jaringan JKPI, OWHC, dan UNESCO).

Pengembangan kota pusaka bukan hanya tugas Pemerintah Kabupaten Gianyar, melainkan juga keterlibatan seluruh elemen masyarakat. Masyarakat sebagai pendukung utama dalam tercapainya Kota Pusaka, harus memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana yang berada disekitar mereka. Pusaka tersebut merupakan warisan leluhur yang patut dijaga kelestariannya sebagai basis identitas menuju masyarakat Gianyar yang sejahtera, bahagia, dan berbudaya.

Pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana merupakan modal penting yang dimiliki oleh Kabupaten Gianyar, sehingga diperlukan upaya untuk menjaga dan memberdayakan modal ini sebagai modal utama untuk mencapai masyarakat Gianyar yang sejahtera dan bahagia. Pusaka budaya, seperti lukisan, tarian, gamelan, topeng, dan keris perlu dikelola secara profesional untuk kesejahteraan masyarakat Gianyar. Demikian juga, pusaka alam yang dikelola sedemikian rupa sehingga menjadi produk yang menarik bagi para wisatawan domestik dan mancanegara yang berkunjung ke Gianyar. Pusaka saujana yang tersebar di sekitar Kabupaten Gianyar yang terpusat di Puri Gianyar, Desa adat sekitar Kota Gianyar, Pura, dan Bagunan lainnya yang memiliki nilai sejarah perlu direvitalisasi dan diperindah untuk menarik minat wisatawan berkualitas yang datang berkunjung ke Kabupaten Gianyar.

Pembangunan Kota Pusaka tidak hanya melestarikan pusaka yang bersifat fisik saja yang dimiliki oleh Gianyar, melainkan juga diperlukan usaha pelestarian nilai-nilai kearifan lokal warisan leluhur yang tercakup dalam pusaka budaya. Nilai-nilai kearifan lokal ini akan membentuk karakter Gianyar sebagai Kota Pusaka. Manfaat utama pembangunan Gianyar sebagai Kota Pusaka terjadi pada tiga tingkatan, yakni skala lokal, nasional, dan internasional. Pada tingkatan lokal, kebangkitan kesadaran masyarakat Gianyar terhadap

Page 162: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

148

nilai-nilai kearifan lokal yang tercakup dalam pusaka budaya tangible dan intangible sebagai modal dasar pembangunan Kabupaten Gianyar berlandaskan Tri Hita Karana. Pada tingkatan nasional, penguatan identitas dan karakter bangsa sebagai representasi masyarakat Gianyar berkepribadian di bidang kebudayaan. Pada tingkat internasional, meluasnya jaringan Kota Pusaka menjangkau ranah nasional, regional, dan internasional.

Ketiga manfaat lokal, nasional, dan internasional tersebut diharapkan membukakan pintu dan peluang bagi seniman, budayawan, dan seluruh masyarakat Gianyar untuk berkembang dan makin maju dengan akselerasi peningkatan kesejahteraan dan kebahagiaan jagadhita. Adanya kesadaran masyarakat pada tingkat lokal terhadap nilai-nilai kearifan lokal yang tercakup dalam pusaka budaya tangible dan intangible sebagai modal utama dalam pembangunan, dapat menjadi inspirasi dalam pengembangan produk-produk unggulan pariwisata di Kabupaten Gianyar. Produk yang dikembangkan harus unik, sulit ditiru, dan tidak dapat ditemukan di daerah lain. Keunikan produk dan suasana yang ditawarkan oleh Gianyar dapat menjadi sebagai modal utama dalam pengembangan industri pariwisata di Kabupaten Gianyar. Pengembangan pariwisata di Kabupaten Gianyar hendaknya menekankan pada kualitas wisatawan yang berkunjung ke Gianyar. Produk unik serta suasana yang berbeda dengan daerah wisata lain, dapat membantu memudahkan mencapai hal ini. Peningkatan kunjungan wisatawan berkualitas diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat Gianyar. Peningkatan manfaat ekonomi dari pengembangan kota pusaka diharapkan dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat, sehingga tercapai kesejahteraan yang merata.

Pembangunan kota pusaka yang berlandaskan pada Tri Hita Karana tidak hanya mencapai kesejahteraan masyarakat, melainkan juga kebahagiaan bagi masyarakat Gianyar. Beberapa indikator dapat digunakan sebagai tolok ukur kesejahteraan dan kebahagiaan. Berdasarkan indikator yang dikembangkan dan diaplikasikan oleh BPS, sepuluh indikator masyarakat bahagia meliputi: (1) Kondisi Keamanan, (2) Keharmonisan Keluarga, (3) Keadaan Lingkungan,

Page 163: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

149

(4) Hubungan Sosial, ( 5) Kesehatan, (6) Pekerjaan, (7) Ketersediaan Waktu Luang, (8) Kondisi Rumah dan Aset, (9) Pendapatan Rumah Tangga, dan (10) Pendidikan.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/ Human Development Index (HDI) sebagai pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan, dan standar hidup untuk semua negara/ daerah di seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara/ daerah adalah negara/ daerah maju, negara/ daerah berkembang, atau negara/ daerah terbelakang, dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. IPM ini sejak 1990 telah digunakan secara luas oleh program pembangunan PBB pada laporan IPM tahunannya. IPM ini menggambarkan sebagai “pengukuran vulgar” oleh karena batasannya. Indeks ini lebih berfokus pada hal-hal yang lebih sensitif dan berguna daripada hanya sekedar pendapatan per kapita yang selama ini digunakan. Indeks ini juga berguna sebagai jembatan bagi peneliti yang serius untuk mengetahui hal-hal yang lebih terinci dalam membuat laporan pembangunan manusianya.

IPM mengukur pencapaian rata-rata sebuah negara/ daerah dalam 3 (tiga) dimensi dasar pembangunan manusia, yakni: (1) hidup sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran; (2) pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa (bobotnya dua per tiga) dan kombinasi pendidikan dasar, menengah, dan atas berbasis gross enrollment ratio (bobot satu per tiga); serta (3) standar kehidupan yang layak, diukur dengan logaritma natural dari produk domestik bruto per kapita dalam paritas daya beli. Untuk melihat capaian IPM antar wilayah dapat dilihat melalui pengelompokkan IPM ke dalam beberapa kategori, yakni: IPM < 60 adalah IPM rendah; 60 < IPM < 70 adalah IPM sedang; 70 < IPM < 80 adalah IPM tinggi; dan IPM < 80 adalah IPM sangat tinggi

IPM Gianyar sejak periode 2010 – 2014, masing-masing secara berturut- turut menunjukkan angka 71,45; 72,50; 73,36; 74,00; dan 74,29, sementara itu IPM pada periode yang sama untuk Bali secara berturut- turut menunjukkan angka 70,10; 70,87; 71,62; 72,09; dan

Page 164: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

150

72,48. Dengan demikian, sejak lima tahun terakhir secara rata-rata Gianyar dengan nilai di atas 70,00 termasuk IPM tinggi, bahkan di atas rata-rata Bali. Artinya, tingkat kesejahteraan, pendidikan, dan kesehatan warga Gianyar pada umumnya tergolong tinggi.

Selain kesejahteraan, yang tidak kalah pentingnya juga adalah kebahagiaan. Kebahagiaan yang dimaksud dalam konteks ini adalah senantiasa menjadikan hati dan jiwa yang selalu merasa tenang. Beberapa cara menuju kebahagiaan hidup, yakni: (a) Semua orang di dunia terlahir untuk menjadi bahagia. Permasalahan hiduplah yang membuat mereka merasa tidak berbahagia. Mengeluh merupakan salah satu faktor peruntuh kebahagiaan hidup. Sikapilah semua permasalahan yang dihadapi dengan positive thinking; (b) Derita adalah bagian dari proses menuju kebahagiaan. Setiap orang bahagia pasti telah melewati masa-masa penderitaan yang melelahkan. Ketika penderitaan tersebut teratasi, maka setiap orang akan merasakan bagaimana rasanya bahagia; dan (c) Manusia bisa mendapatkan kebahagiaan dengan mensugesti pikirannya sendiri untuk hidup bahagia. Mensugesti diri dengan pikiran positif dan yakin akan sebuah kebahagiaan hidup, sehingga bagaimana pun permasalahan hidup yang dihadapi pasti suatu saat dapat merasakan kebahagiaan. Hal ini bisa tercapai lebih cepat lagi jika masyarakatnya didukung oleh intellectual quotion (IQ) yang hebat, emotional quotion (EQ) yang mantap, dan spiritual quotion (SQ) yang kukuh.

7.4 Manajemen Kota Pusaka ProfesionalPrinsip universal pelestarian pusaka

Secara universal, pelestarian kota pusaka di antaranya mengacu pada Piagam Washington (Piagam Pelestarian Kota dan Kawasan Perkotaan Pusaka) yang diadopsi dari Sidang Umum International Council on Monuments and Sites (ICOMOS) di Washington D.C., Oktober 1987, dan Pedoman Pengelolaan Kota Pusaka Dunia yang dikeluarkan oleh Organization of World Heritage Cities (OWHC, 2003). Prinsip-prinsip universal tersebut adalah sebagai berikut:1) Perlu identifikasi kualitas tertentu yang menyebabkan suatu

situs pusaka perkotaan dianggap penting (Pedoman OWHC, 2003).

Page 165: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

151

Kualitas yang perlu dilestarikan adalah karakter bersejarah kota atau kawasan perkotaan dan segala elemen material dan spiritual yang mengekspresikan karakter tersebut secara khusus (Piagam Washington, 1987), yakni :a) Pola perkotaan yang ditentukan oleh persil tanah (lot) dan

jalan-jalanb) Hubungan antara bangunan, area hijau, dan ruang-ruang

terbukac) Tampilan formal bangunan, interior, dan eksterior, yang

ditentukan oleh skala, ukuran, langgam, konstruksi, material, warna, dan dekorasi

d) Hubungan antara kota atau area perkotaan dengan lingkungan sekitarnya, baik alam maupun buatan manusia, dan

e) Fungsi yang ada pada kota atau area perkotaan dari waktu ke waktu. Ancaman apa pun pada kualitas di atas akan merubah keaslian kota dan perkotaan kota pusaka.

2) Perlu proses yang sistematik, digunakan untuk inventarisasi, penelitian, dan penilaian suatu aset pelestarian (OWHC, 2003).

3) Perlu dan agar menjadi efektif, dalam perencanaan pelestarian, tujuan pelestarian menjadi bagian integral dengan berbagai tujuan dan kebijakan pembangunan sosial dan ekonomi yang telah ditetapkan, serta perencanaan perkotaan dan daerah di semua area (Piagam Washington, 1987; Pedoman OWHC, 2003).

4) Perlu dan harus terus menerus didorong untuk melibatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pelestarian. Pelestarian kota dan kawasan perkotaan pusaka yang pertama adalah mempedulikan penduduknya (Piagam Washington, 1987);

5) Perlu meyakinkan bahwa penilaian keuangan atas suatu pembangunan baru tidak merusak situs perkotaan pusaka (Pedoman OWHC, 2003);

6) Perlu mendorong pemerintah pusat dan daerah menggunakan kewenangannya dalam menata dan menggunakan peraturan dan pendanaan yang tepat (Pedoman OWHC, 2003);

7) Perlu memahami bahwa setiap persoalan pelestarian pusaka

Page 166: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

152

adalah unik. Untuk itu pelestarian dalam kota atau kawasan perkotaan pusaka menuntut kelenturan pendekatan dan disiplin yang sistematik. Pendekatan yang kaku perlu dihindari, mengingat setiap kasus akan memiliki masalah-masalah sendiri yang khusus (Piagam Washington, 1987; Pedoman OWHC, 2003)

1.4.5 Strategi Universal Pengelolaan Kota Pusaka Kunci strategi pengelolaan Kota Pusaka agar dapat berjalan dengan baik adalah sebagai berikut (Pedoman OWHC, 2003):1) Menjunjung dinamika kota

Upaya pelestarian untuk meningkatkan kualitas kota pusaka, tidak hanya tertuju pada bentuk fisik lingkungan, melainkan juga kehidupan yang hidup di dalam kota. Kehidupan yang ada perlu dijaga. Fokus pada karakteristik kota atau kawasan perkotaan secara menyeluruh (kegiatan, fungsi, dan hubungan antarkeduanya). Hal ini dapat membantu mengarahkan strategi jangka panjang dengan arah yang tepat.

2) Menjunjung nilai partisipasi publikKesuksesan jangka panjang dalam strategi pelestarian sangat tergantung pada seberapa jauh masyarakat dapat berperanserta dalam mengidentifikasi dan perlindungan kualitas pusaka. Di banyak kota, pelestari professional, yang sudah mumpuni di bidang ini pun tetap mencari cara yang paling jitu yakni bekerja bersama masyarakat dalam memahami dan menjaga pusaka-pusaka mereka.

3) Integrasi dengan tujuan pembangunan kota yang lainStrategi pengelolaan yang berhasil juga karena integrasi dengan berbagai tujuan pembangunan yang lain, baik di sektor publik maupun swasta.

4) Pendekatan positif pada pengelolaan konflikDalam kegiatan pelestarian, sering kali menghadapi keadaan yang tidak sejalan. Di satu pihak berusaha untuk melestarikan namun di pihak lain berusaha untuk menggantikan dengan struktur baru. Konflik-konflik seperti ini hanya dapat diatasi bila ada minat yang sama dari kedua belah pihak. Bila konflik sulit diatasi oleh kedua

Page 167: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

153

belah pihak, untuk melakukan resolusi konflik perlu mengundang profesional pada bidang bersangkutan.

5) Penguatan Budaya. Salah satu tantangan adalah bagaimana berbagai budaya yang tumbuh berkembang dan tetap menjunjung tradisi yang ada. Sementara budaya tradisi itu sendiri, mampu tetap hidup menembus jaman.

Metoda dan instrumen universal pengelolaan kota pusaka Dalam melaksanakan pengelolaan dan perencanaan pelestarian Kota Pusaka, perlu memperhatikan metoda dan instrumen sebagai berikut (Piagam Washington, 1987; Pedoman OWHC, 2003):1) Perencanaan pelestarian kota dan kawasan perkotaan

pusaka perlu dilakukan melalui studi-studi multidisiplin dan holistik. Oleh karena itu, perencanaan pelestarian kota dan kawasan perkotaan pusaka perlu: a) Memperhitungan berbagai faktor, termasuk pembangunan

berkelanjutan, arkeologi, sejarah, arsitektur, teknik, sosiologi, dan ekonomi.

b) Pemahaman tentang sejarah kota atau kawasan perkotaan pusaka perlu ditingkatkan melalui investigasi arkeologi dan pemugaran temuan arkeologi.

c) Dinyatakan dengan jelas prinsip tujuan renc ana pelestarian dan hal-hal yang terkait dengan aspek legal, serta perhitungan administrasi dan keuangan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

d) Bertujuan agar diperoleh hubungan harmonis antara kawasan perkotaan pusaka dan kota secara keseluruhan.

e) Perbaikan perumahan hendaknya menjadi salah satu dari tujuan-tujuan pelestarian.

f) Menunjukkan bangunan-bangunan mana saja yang harus dipugar, mana yang dilestarikan dengan kondisi tertentu, dan mana dengan kondisi perkecualian yang mungkin dapat dilakukan melalui olah disain.

Page 168: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

154

g) Dilakukan dokumentasi kondisi area yang ada secara lengkap, sebelum dilakukan intervensi apa pun.

h) Didukung oleh penduduk kawasan pusaka.2) Menyusun strategi pemanfaatan dan olah disain arsitektur/

kawasan pusakaa) Merupakan instrumen disain yang mempertimbangkan

pembangunan berkelanjutan melalui pengelolaan dan pengendalian pertumbuhannya.

b) Fungsi dan kegiatan baru, harus sesuai dengan karakter kota atau kawasan perkotaan pusaka. Olah disain kawasan bagi kehidupan kontemporer, mensyaratkan instalasi atau perbaikan fasilitas pelayanan publik

c) Ketika perlu mendirikan bangunan baru atau olah disain bangunan pusaka, tata letak spasial yang ada harus dijunjung tinggi, terutama dalam konteks skala dan ukuran lot tanah. Mencangkokkan elemen kontemporer yang memiliki harmoni dengan lingkungan, hendaknya jangan dibatasi mengingat elemen-elemen tersebut dapat pula menambah citra dan keelokan terhadap kawasannya.

3) Memposisikan pelestarian pusaka sebagai bentuk pembangunan berkelanjutan Memposisikan pelestarian pusaka dapat dilakukan melalui 3 (tiga) tahap pendekatan yaitu advokasi, integrasi, dan keberlanjutan, dengan penjelasan sebagai berikut.a) Advokasi menunjukkan pandangan pelestarian; mengupayakan

pandangan tentang pelestarian ini sederajat dengan berbagai persoalan yang lain. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kepedulian. Bila kepedulian sudah meningkat, kembangkan karakteristik lembaga pengelolaan serta memulai masuk dalam kebijakan pembangunan dan strategi pelaksanannya.

b) Integrasi promosikan pandangan pelestarian ini menjadi satu kesatuan dengan berbagai pandangan sektor-sektor yang lain, yakni membangun kapasitas teknis terkait dengan isu ini.

c) Keberlanjutan mengawasi tingkat efektivitas pelestarian dalam kelembagaan pemerintah yang ada, yakni meningkatkan terus kapasitas teknis.

Page 169: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

155

4) Pemeliharaan yang terus-menerus walau merupakan hal yang rumit, namun harus dilaksanakan demi mencapai pelestarian kota atau area perkotaan pusaka yang efektif berbasis kota hijau (kota ekplogis) sebagai suatu model perkembangan kota baru. Kota hijau dimaksud sebagai keharmonisan yang sinergis antarlingkungan hidup, baik alam buatan maupun alam semesta. Dengan demikian, diharapkan akan tercipta sebuah kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat.

5) Aksesibilitas.a) Lalu-lintas di dalam kota atau kawasan perkotaan pusaka

harus dikontrol dan area parkir perlu direncanakan sehingga tidak merusak unsur-unsur bersejarah atau lingkungannya.

b) Ketika perencanaan perkotaan atau perwilayahan menyediakan konstruksi jalan raya, hendaknya hal ini tidak masuk ke dalam kota atau kawasan perkotaan pusaka, namun mereka perlu meningkatkan akses ke sana.

6) Kota-kota pusaka perlu dilindungi dari bencana alam dan gangguan seperti polusi dan getaran-getaran agar pusaka terselamatkan demi keamanan dan kenyamanan penghuni. Meskipun bencana belum menerjang kota atau kawasan perkotaan pusaka, kesiapan dan perangkat perbaikan perlu disesuaikan dengan karakter spesifik pusaka yang terkena bencana.

7) Peningkatan Sumberdaya Manusiaa) Dalam rangka meningkatkan partisipasi dan keterlibatan

masyarakat, program informasi umum perlu dipersiapkan bagi para penduduk kota, mulai dari anak usia sekolah.

b) Pelatihan khusus perlu disediakan untuk semua profesi yang terkait dengan pelestarian.

8) Selama pelaksanaan aksi pelestarian, semua kegiatan perlu sejalan dengan prinsip Piagam Washington dan Piagam Venice, serta berbagai pedoman yang relevan.

Perencanaan pengelolaan pelestarian Kota Pusaka Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, persoalan kota

Page 170: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

156

pusaka dan proses pengelolaannya adalah suatu hal yang relatif baru. Sementara itu, pertumbuhan dunia menunjukkan upaya penataan kota pusaka telah berkembang jauh. Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka Indonesia yang diluncurkan bulan April 2012 oleh Ditjen Tata Ruang Kementerian Pekerjaan Umum bekerjasama dengan Badan Pelestarian Pusaka Indonesia merupakan langkah yang penting dalam perkembangan Penataan Kota dan Pelestarian Pusaka di Indonesia telah dilakukan secara terpadu. Dukungan dari berbagai pemangku kepentingan menjadi suatu persyaratan mutlak.

Pengelolaan pelestarian aset kota pusaka dapat dibedakan berdasarkan: 1) Kota sebagai entitas aset pusaka, 2) Kawasan sebagai aset pusaka, dan 3) Bangunan atau lingkungan sebagai aset pusaka yang utuh. Dengan demikian sebuah lingkungan yang mempunyai sejarah yang utuh juga bisa dianggap sebagai aset pusaka dalam skala lingkungan. Bangunan atau objek nir fisik lainnya yang terdapat dalam suatu kawasan juga bisa mempunyai sejarah yang utuh sehingga bisa juga ditetapkan sebagai aset pusaka dalam skala yang lebih kecil dari lingkungan, misalnya bangunan. Pada tiap skala, aset pusaka bisa mempunyai permasalahan, isu-isu strategis yang dapat dijadikan dasar bagi penyelesaian masalah yang dihadapi oleh masing-masing aset pusaka.

Mempelajari berbagai prinsip, ketentuan, kaidah-kaidah pelestarian dalam penataan kota pusaka secara universal, dan mencermati kondisi kota-kota di Indonesia yang memiliki kekentalan pusaka, baik budaya, alam, maupun saujana yang merupakan gabungan budaya dan alam perlu dilakukan dengan strategi yang matang. Di samping itu, juga untuk pencapai atribut-atribut sebagai mana diuraikan sebelumnya, perlu dilakukan strategi dan penggunaan instrumen dengan prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Manajemen yang handal, holistik, sistematik, dan komprehensifb. Pengembangan pusaka budaya (tangible dan intangible), pusaka

alam, serta pusaka saujana secara paralel, harmonis, dan berkelanjutan.

Page 171: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

157

7.5 Diagram Peta Jalan Langkah-langkah penting untuk membangun Gianyar sebagai

Kota Pusaka, meliputi (1) Pemetaan (mapping) serta melakukan assesment secara komprehensif dan holistik; (2) Sosialisasi pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana; (3) Peningkatan kapasitas pengelola pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana; (4) Revitalisasi pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana; (5) Aktivasi Kota Pusaka; (6) Monitoring dan Evaluasi; serta (7) Pengusulan Gianyar sebagai Kota Pusaka. Langkah-langkah tersebut dapat digambarkan dalam diagram berikut.

Diagram 7.1: Peta Jalan (Road Map) Aplikasi Gianyar Menuju Kota Pusaka Periode 2016-2019

Diagram 7.2: Peta Jalan (Road Map) Aplikasi Gianyar Menuju Kota Pusaka Periode 2019-2025

Langkah awal pada tahap pemetaan adalah mengidentifikasi pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana di Gianyar. Setelah pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana teridentifikasi,

Page 172: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

158

langkah selanjutnya adalah menggali data mengenai pusaka. Langkah ini bertujuan untuk mendapatkan data akurat di lapangan mengenai kondisi pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana. Kondisi yang dinilai (assesment) meliputi aspek-aspek yang perlu dikembangkan lebih lanjut. Berdasarkan penilaian berbagai aspek pada masing-masing pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana yang ada, akan diketahui potensi yang dimiliki dan berbagai aspek yang perlu diperbaiki atau diperkuat untuk merevitalisasi pusaka. Aspek yang dinilai, meliputi aspek fisik dan non-fisik. Aspek fisik meliputi sarana

Puri Ubud sebagai simbol tradisi dan pariwisata di Gianyar

Page 173: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

159

dan prasarana fisik, sedangkan aspek non-fisik meliputi pengelolaan pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana, termasuk dukungan pimpinan SKPD, tokoh masyarakat, pelaku wisata, dan masyarakat setempat. Penilaian atas aspek fisik dan non-fisik menentukan program yang akan dikembangkan untuk masing-masing pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana.

Langkah kedua yang direncanakan pada tahun 2017 adalah sosialisasi pengembangan Gianyar sebagai Kota Pusaka dan pembentukan forum komunikasi stakeholder. Sosialisasi diberikan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam usaha pengembangan Gianyar sebagai Kota Pusaka. Sosialisasi diberikan oleh tim khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Gianyar. Tim terdiri atas para ahli yang memiliki kompetensi yang memadai dalam proses menuju Kota Pusaka. Informasi diberikan kepada pimpinan dan staf SKPD terkait, pelaku bisnis pariwisata, biro perjalanan, tokoh masyarakat, budayawan, dan seniman. Materi dari sosialisasi adalah langkah-langkah yang akan dilakukan oleh pemerintah setempat menuju Gianyar sebagai Kota Pusaka. Sosialisasi bermanfaat untuk menggali informasi penting yang belum diperoleh dalam kegiatan pendataan dan mengkonfirmasi hasil pendataan yang telah dilakukan pada langkah pertama. Sosialisasi dilakukan pada beberapa sesi dan lokasi berbeda untuk mendapatkan informasi mengenai pusaka yang akan dikembangkan. Langkah sosialisasi diikuti dengan langkah pembentukan “forum komunikasi stakeholder” (FKS) pada masing-masing klasifikasi pusaka yang akan dikembangkan. FKS diharapkan memberikan kontribusi dalam pengembangan pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana di seputaran Kota Gianyar. FKS berperan memberikan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Gianyar dalam proses pengembangan pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana.

Tahapan ketiga dilakukan setelah pemetaan dan pembentukan FKS dilakukan. Pelatihan diberikan kepada pengelola pusaka mengenai pengelolaan pusaka budaya, pusaka alam, dan pusaka saujana yang memerlukan pengetahuan dan keahlian khusus. Pengetahuan yang harus dimiliki oleh pengelola meliputi manajemen pemasaran objek

Page 174: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

160

wisata, manajemen sumberdaya manusia, manajemen keuangan, dan manajemen operasional. Pelatihan diberikan oleh tim khusus yang dibentuk untuk meningkatkan kapasitas pengelola kota pusaka, termasuk di dalamnya pengelola pusaka budaya, pusaka alam, serta pusaka sujana di Gianyar.

Langkah Keempat yaitu merevitalisasi secara fisik dapat dilakukan secara bersamaan dengan pelatihan kepada pengelola kota pusaka. Revitalisasi secara fisik meliputi kegiatan merehabilitasi, menambah fasilitas, dan menata lingkungan disekitar pusaka alam, pusaka budaya, dan pusaka saujana. Pedoman untuk merevitalisasi adalah hasil pemetaan aspek fisik yang telah dilakukan pada langkah pertama. Berdasarkan hasil pemetaan dapat diketahui pusaka yang perlu direhabilitasi dan dilestarikan.

Gedung DPRD di Pusat Kota Gianyar

Page 175: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

161

Langkah Kelima adalah aktivasi. Aktivasi dilakukan setelah adanya kesiapan sumber daya manusia dan fasilitas fisik. Pelatihan, rehabilitasi fisik, serta dukungan dan FKS menjadi dasar untuk aktivasi kota pusaka. Aktivitas kota pusaka dilakukan setelah semua aspek yang dipertimbangkan dalam membentuk kota pusaka telah siap. Disampaing itu, kesiapan aspek fisik dan non fisik, dukungan masyarakat, seniman, budayawan, pelaku bisnis pariwisata, biro perjalanan, dan tokoh desa adat dalam membangun Kota Pusaka Gianyar, sangat dibutuhkan dalam aktivitas kota pusaka.

Langkah keenam adalah monitoring dan evaluasi. Langkah ini sangat penting dalam memantau proses pembangunan kota pusaka. Pemantauan atas proses, perlu dilakukan secara terus menerus untuk memastikan kegiatan telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Monitoring dilakukan pihak yang ditunjuk untuk memantau berjalannya kegiatan. Langkah terakhir adalah pengajuan Gianyar sebagai Kota Pusaka. Pengajuan Gianyar sebagai Kota Pusaka dilakukan apabila semua aspek telah mencapai standar yang diharapkan sesuai dengan indikator yang disyaratkan oleh lembaga berwenang.

Page 176: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

162

Jam di Pusat Kota Gianyar

Page 177: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

163

VIII

PENUTUP

8.1. Simpulan

Pengkajian untuk menyusun Rencana Induk Pengembangan (RIP) Gianyar Kota Pusaka periode 2015–2019 telah dilaksanakan secara sistematis, metodis dan dinamis dengan

basis ilmiah melalui penelusuran kepustakaan dan kajian lapangan. Hasil narasi, analisis dan proyeksi untuk sepuluh tahun kedepan melahirkan sejumlah simpulan pokok sebagai berikut :1. Rencana Induk Pengembangan (RIP) Gianyar Kota Pusaka

merupakan satu format perencanaan yang holistik mencakup wilayah (topos) keseluruhan kabupaten Gianyar, meliputi pelestarian, pengembangan dan pemberdayaan pusaka alam, budaya dan saujana (logos) untuk kurun waktu (kronos) kedepan (2015 -2019).

Cakupan wilayah Kota Pusaka Gianyar meliputi seluruh kabupaten Gianyar yang terdiri atas tujuh kecamatan, 72 desa dinas dan 272 desa pekraman, serta subak. Bidang kegiatan perencanaan mencakup kegiatan pelestarian, pengembangan dan pemberdayaan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat berkelanjutan. Kurun waktu dua periode program menengah, periode 2015 – 2019 dan periode 2010 – 2024.

2. Paradigma perencanaan bertumpu pada sinergisitas wawasan lokal, nasional dan universal dengan refrensi filosofi Tri Hita Karana, ideologi Pancasila dan tujuan SDG’S 2015 – 2019. Paradigma segitiga tersebut adalah keseimbangan, keunggulan dan keberlanjutan, satu paradigma baru yang relevan dan searah dengan tujuan pelestarian, pengembangan dan pemberdayaan Kota Pusaka demi keseimbangan,

Page 178: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

164

kemuliaan dan kesejahteraan.Paradigma keunggulan merujuk pada kearifan lokal

khususnya pada filosofi Tri Hita Karana. Paradigma keseimbangan, merujuk pada ideologi Pancasila dan UU Cagar Budaya no 11, tahun 2010. Paradigma keberlanjutan merujuk pada rumusan tujuan SDG’S PBB yang memberikan aksentuasi pada keberlanjutan alam, budaya dan saujana. Segitiga paradigma tersebut relevan untuk luas wilayah kabupaten Gianyar, isi cakupan perencanaan pusaka alam, budaya dan saujana, serta jangka waktu perencanaan dalam rentang waktu sepuluh tahun kedepan.

3. Visi Gianyar Kota Pusaka 2015 – 2019 adalah terwujudnya Gianyar Kota Pusaka yang beridentitas, lestari dan unggul menuju kesejahteraan, kebahagiaan dan keberlanjutan. Visi ini mengedepankan keseimbangan dimensi kualitatif dan kuantitatif yang terstruktur, terukur dan penuh makna secara budayawi dan manusiawi.

Segitiga identitas, lestari dan unggul merupakan representasi lokalitas yang terbangun dari rentangan sejauh kabupaten Gianyar masa lampau sampai masa kini yang mencakup lima gelombang kebudayaan : kebudayaan rakyat, kebudayaan keraton, kebudayaan kolonial, kebudayaan nasional, kebudayaan modern. Segitiga kesejahteraan, kebahagiaan, berkelanjutan merupakan ekspektasi sepuluh tahun masa depan (futurologis) sebagai sasaran, output dan outcome pengembangan Gianyar sebagai Kota Pusaka yang terencana, terarah dan terkelola berbasis empat pilar bidang strategis, yaitu : budaya, SDM, ekonomi dan infrastruktur.

4. Bidang budaya, merupakan bidang dasar dan representasi dari jiwa masyarakat Gianyar. Dalam dinamika Kota Pusaka sebagai sinergi Bumi Seni, Kota Pusaka, Kota Cerdas, Kota Kreatif sampai Kota Taman, masyarakat Gianyar memposisikan budaya sebagai basis identitas, model budaya,pendekatan berbudaya sampai tujuan kehidupan dan

Page 179: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

165

penghidupan yang berbudaya, sejahtera, bahagia, jagathita.Masyarakat Gianyar dalam representasi sebagai Bumi

Seni, Kota Pusaka, Kota Kreatif, Kota Cerdas, Kota Taman mengembangkan asa menuju Gianyar Kota Budaya yang jagathita. Dinamika tersebut merupakan satu proses bertahap, sistematis, dinamis dengan beragam potensi, peluang dan berbagai tantangan. Potensi budaya sangat kaya , beragam dan berkarakter genius. Peluang membangun Jaringan Kota Pusaka terbuka secara lokal ( Bali) nasional (JKPI, BPPI) dan internasional (UNESCO, OWHC, ICNT). Tantangan juga tidak ringan meliputi : tantangan dan tekanan umur, tantangan vandalisme, tantangan komersialisasi dengan berbagai distorsi yang memacu kerapuhan sampai kepunahan.

5. Bidang sumber daya manusia merupakan bidang strategis dalam pengembangan Gianyar sebagai Kota Pusaka berkelanjutan sejalan dengan konsep Smart City dan era digital (IT), pengembangan Smart People merupakan fokus strategis dalam karangka Rencana Induk Pengembangan Gianyar sebagai Kota Pusaka yang manusiawi dan cerdas.

Pengembangan Smart People dalam langkah pengembangan Smart City Gianyar Kota Pusaka memerlukan beberapa rencana prioritas yang mencakup : (1) Pendidikan dan Pelatihan ( Capacity Building) kepada para stakcholder Kota Pusaka yang meliputi birokrasi, akademisi, seniman budayawan dan tokoh masyarakat, (2) Pengembangan Kader Pelestari Pusaka Budaya, Alam dan Saujana, (3) Penghargaan kepada para pelestari pusaka alam, budaya dan saujana, sebagai penyeimbang antara kewajiban budaya dan hak – hak budaya masyarakat.

6. Bidang ekonomi pusaka merupakan bidang utama dalam perencanaan dan pengembangan Gianyar sebagai Kota Pusaka berkelanjutan. Searah dengan konsep Kota Kreatif, aspek kreativitas dan inovasi merupakan lokomotif penggerak dinamia Kota Pusaka menuju kesejahteraan.

Page 180: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

166

Pengembangan ekonomi kreatif berbasis budaya unggulan dan pengembangan orange economy bermodal sumber daya manusia dan budaya merupakan peluang Gianyar kedepan sebagai Kota Pusaka dalam relasi lokal, nasional, internasional.

Bidang ekonomi secara rinci mengidentifikasi aneka peluang dan tantangan, serta beragam kekuatan dan kelemahan kabupaten Gianyar dalam dinamika sebagai Kota Pusaka yang terbuka secara lokal, nasional dan internasional. Melalui analisis SWOT juga diajukan berbagai solusi kreatif dengan merespon aneka peluang dan tantangan memaksimalkan kekuatan, serta meminimalkan kelemahan dalam melangkah kedepan untuk mewujudkan Gianyar sebagai Kota Pusaka yang sejahtera dan bahagia sesuai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Kebahagiaan Masyarakat (IKM) sesuai rumusan BPS.

7. Bidang fisik dan infrastruktur merupakan bidang pendukung dalam pengembangan prasarana, sarana dan lingkungan strategis Kota Pusaka. Keseimbangan antara pusat dan penjaringan sangat diperlukan agar terwujud mekanisme dua arah. Secara harmoni baik mekanisme pengembangan dari pusat, maupun mekanisme pembangunan dari pinggiran sesuai dengan konsep Nawacita.

Pengembangan pisik Kota Pusaka Gianyar berorientasi pada tiga kategori zonasi. Pertama, adalah Ibu Kota Gianyar ( kecamatan Gianyar dengan Catus Patha Kota Gianyar) sebagai sentra. Kedua, adalah Ibu Kota enam kecamtan : kecamatan Payanga, Tegalalang, Tampaksiring, Ubud, Blahbatuh dan Sukawati sebagai zonasi meso. Ketiga, sejumlah desa yang representatif, sebagai zonasi mikro.

8. Rencana Induk Pengembangan (RIP) Gianyar sebagai Kota Pusaka mengidentifikasi delapan program induk yang disebut Program Asta Pusaka. Program ini diharapkan terimplementasi secara holistik, utuh dan berkelanjutan

Page 181: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

167

dalam kurun waktu sepuluh tahun (2015 – 2019).Program Astra Pusaka adalah : (1) pelestarian,

Pemuliaan dan Keberlanjutan budaya tangible dan intangible, (2) Pengembangan Jaringan Kota Pusaka dan penguatan kelembagaan adat, dinas dan komunitas kreatif, (3) Penguatan kualitas pendidikan dan pelatihan capacity building menuju smart people dan smart city, (4) Pemberdayaan dan roadmap inovasi birokrasi, (5) Pengembangan, Pemberdayaan dan Pemanfaatan ekonomi premier, skunder, kreatif untuk kesejahteraan dan kebahagiaan, (6) Pengembangan manajemen Kota Pusaka berorientasi kelestarian, kerakyatan, kesejahteraan dan berkelanjutan, (7) Pengembangan revitalisasi, rekonstruksi infrastruktur pusaka mencakup zonasi pusat kota pusaka, zonasi kecamatan sampai desa pusaka, dan (8) Pengembangan Kota Sehat, Kota Taman menuju Kota Layak Anak, Layak Lansia dan Layak buat Semua.

9. Manajemen pengembangan Kota Pusaka berbasis manajemen profesional dan berkepribadian budaya bangsa menuju masyarakat Gianyar yang sejahtera dan bahagia secara berkualitas serta berpijak pada indikator – indikator trukur seperti Indek Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Kebahagiaan Masyarakat (IKM) dan Indeks Kepuasan Publik (IKP).

Manajemen profisional diharapkan secara kokoh berorientasi sains, berkarakter mulia searah dengan formulasi ideal tentang karakter bangsa, sistemik dan dinamik seirama dengan dinamika lokal, nasional , global. Manajemen profisional membukakan jalan untuk perencanaan yang akurat, aplikasi yang terkoordinasi, serta evaluasi yang evektif, efisien dan futurologis.

10. Peta jalan Gianyar sebagai Kota Pusaka mencakup lima langkah strategis. Secara kategorikal, langkah – langkah tersebut meliputi : revitalisasi, akselerasi, penguatan, pemanfaatan, dan dampak bermakna.

Page 182: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

168

Secara keseluruhan kelima langkah tersebut berlangsung beberapa tahapan dengan rincian rantang waktu sebagai berikut:(1) Tahap Revitalisasi (2015 – 2016)(2) Tahap Akselerasi ( 2017 – 2018)(3) Tahap Penguatan ( 2019 – 2020)(4) Tahap Pemanfaatan ( 2021-2022)(5) Tahap Dampak Bermakna ( 2023-2024)

Puri Agung Gianyar

Page 183: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

169

8.2 RekomendasiSejumlah simpulan yang telah dirumuskan didepan

mengantarkan sepuluh rekomendasi yang diharapkan aplikasi, inspiratif dan bermakna. sepuluh rekomendasi dirumuskan sebagai berikut :1. Rencana Induk Pengembangan (RIP) Gianyar sebagai Kota

Pusaka dengan visi, misi, kebijakan, dan delapan program induk Asta Pusaka disarankan untuk disosialisasikan secara luas kepada semua pihak stakeholder secara berkelanjutan.

Pelaksanaan sosialisasi sebaiknya bersamaan dengan sosialisasi Blueprint (2013), Landasan Hukum, parana SKPD dan masyarakat agar tumbuh pengetahuan, pemahaman dan kesadaran tentang Gianyar sebagai Kota Pusaka. Kesadaran yang positip akan dapat menumbuhkan sense of belonging dan sense of responsibility secara luas, mendalam dan kondusif.

2. Paradigma segitiga, yaitu keseimbangan, keunggulan dan keberlanjutan dengan kebijakan yang berorientasi pada lima aspek : Bhineka Tunggal Ika; Keterbukaan lokal, nasional, internasional; Partisipasi masyarakat; Regenerasi berkelanjutan; dan Pro seniman, komunitas dan rakyat agar dikawal secara bersama, sinergis dan efektif.

Tiga dimensi paradigma dengan lima aspek kebijakan merupakan referensi pokok dan penting dalam manajemen aplikasi RIP, agar implementasi tersebut berlangsung sebagai aplikasi kreatif, serta bermakna bagi cita – cita pelestarian dan peningkatan kualitas kehidupan dan penghidupan masyarakat Gianyar sebagai Bumi Seni dan Kota Pusaka.

3. Pelaksanaan Visi dan Misi serta implementasi program Asta Pusaka merupakan berbagai kajian disipliner dan lintas disiplin agar inplementasi dan manajemen pengelolaan Kota Pusaka tetap secara kokoh berbasis data dasar yang akurat dan dukungan kajian ilmiah yang profesional.

Page 184: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

170

Berbagai kajian untuk penguatan data base masih diperlukan, seperti: (1) Pemetaan holistik Pusaka Alam, Budaya dan Saujana kabupaten Gianyar, (2) Penelitian digitalisasi Pusaka Aksara, Bahasa dan Sastra (3) Pelaksanaan FGD menuju DED zonasi sentra dan zonasi kecamatan, (4) Pelaksanaan FES (Feasibility Study) untuk Diorama dan penataan Catus Patha Gianyar, (5) Inventori Puri Gianyar untuk revitalisasi dan restorasi, (6) pengkajian ekonomi pusaka dalam ekonomi kreatif, (7) pengkajian pelestarian dalam reaksi pemberdayaan pusaka alam, budaya, saujana untuk kesejahteraan dan kebahagiaan, (8) Dan lain - lain.

4. Pengembangan Jaringan Kota Pusaka dalam relasi nasional( JKPI, BPPI, Kementerian) dan relasi internasional (UNESCO, OWHC, ICNT) perlu terus terkawal, ditingkatkan dan dikuatkan , berdasarkan konsep simbiosi mutualitas yang dinamis.

Peluang yang telah terbuka dalam relari Jaringan Kota Pusaka nasional dan internasional perlu terus dikuatkan dan dimantapkan kearah kondusif dan positip. Begitupula relasi internal, dengan komunital lokal, seperti : desa dinas, desa pekraman, subak, kader pelestari Pusaka Budaya dan lain – lain dikuatkan secara berkelanjutan guna memerkokoh community based eksistensi Gianyar sebagai Kota Pusaka.

5. Program pelatihan Kota Pusaka (Capacity Building) kepada birokrasi, akademisi, seniman, budayawan, tokoh masyarakat dan kader pelestari pusaka budaya agar dilaksanakan secara berkelanjutan dalam jaringan TOT ( Traing of Trainer) dan DOT (Delivery of Training).

Pelatihan (capacity building) memiliki arti strategis dan futurologis bagi pengembangan SDM yang paham, sadar dan berkomitmen tinggi dalam pelestarian dan pemberdayaan Kota Pusaka bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat. Disamping program pelatihan berbasis komunitas, pemahaman

Page 185: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

171

dan penghayatan terhadap pelestarian Kota Pusaka juga dapat ditempuh melalui pendidikan sekolah melalui kurikulum tentang Kota pusaka Alam, Budaya dan Saujana. Smart People, Smart Community sampai Smart City sangat diperlukan dalam pelestarian dan pemberdayaan Kota Pusaka.

6. Inovasi dan revitalisasi kreatif berbasis kebudayaan wajib diwujudkan melalui proyek percontohan individual atau kolektif. Delapan belas kelompok ekonomi kreatif dapat dipilih dengan binaan SKPD terkait seperti Disperindag, Disparda, Dinas Pertanian, Dinas Koperasi, dan lain- lain. Program IGR (Innovation Government Aword) yang direncanakan oleh Kementerian Dalam Negeri juga dapat diadopsi secara keratif – inovatif.

Ekonomi kreatif berbasis budaya merupakan aktivasi ekonomi yang sudah menjadi tradisi atau sebagai aktivasi baru bagi masyarakat Gianyar. Dalam upaya memberdayakan ekonomi kreatif berbasis heritage, baik ekonomi kreatif format lama atau baru dapat dioptimalkan, diefisienkan dan diefektifkan sebagi sumber penghidupan yang dapat meningkatkan kesejahteraan. Inovasi baru sangat diperlukan, baik inovasi produksi, inovasi modal, inovasi pasar, inovasi manajemen menuju peningkatan nilai tambah.

7. Pengembangan infrastruktur Kota Pusaka sangat diperlukan baik dizonasi snetra Kota Pusaka Gianyar, maupun dizonasi enam kecamatan diluar zonasi sentra. Di zonasi sentra, revitalisasi dan restorasi Puri Gianyar dalam sinergi Catus Patha, Lapangan Astina, Balai Budaya, Komunitas Lokal dan Pecinan menjadi perioritas.

Pengembangan perioritas infrastruktur Kota Pusaka difokuskan pada Puri Gianyar sebagai fokus dalam sinergi dengan lingkungan menuju harmoni semesta. Komudian zonasi – zonasi di seluruh dari tujuh kecamatan dan desa – desa pusaka percontohan juga perlu dikembangkan. Semua penguatan teknis,

Page 186: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

172

prosedur dan daya dukung dana perlu disiapkan secara bertahap, memadai dan berkelanjutan. Bangunan gedung Dinas Kebudayaan yang representatif juga diperlukan sebagai representasi Gianyar sebagai Kota Pusaka.

8. Delapan Program Induk atau Program Asta Pusaka direkomendasikan agar mampu terwujud secara bertahap dan berkelanjutan. Dinas Kebudayaan disarankan tampil sebagai Leading Sector yang bertujuan mengawal inplementasi program dala, sinergis dengan SKPD lokal, Kementerian RI terkait dan lembaga Internasional yang relevan.

Kerjasama lokal, nasional dan internasional diperlukan dalam aplikasi Program Induk Kota Pusaka Gianyar. Kerjasama lokal dalam bentuk partisipasi masyarakat atau community based sangat diharapkan, relevan dan vital bagi efektivitas dan keseimbangan program. Partisipasi masyarakat akan optimal, efektif dan berkesinambunagan, apabila keseimbangan antara kewajiban budaya dan hak – hak budaya dapat diwujudkan secara terstruktur, terukur dan bermakna.

9. Manajemen profisional berbasis budaya sangat direkomendasikan dalam mengelola Gianyar sebagai Kota Pusaka yang khas, lestari dan mensejahterakan masyarakat secara menyeluruh, adil dan berkelanjutan.

Manajemen profisional berbasis budaya bangsa, pada gilirannya bermakna ganda, di satu pihak mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan di pihak lain kemudian masyarakat yang sejahtera pada giliranya juga diharapkan mampu memberikan nilai lebih bagi pelestarian Kota Pusaka secara lintas generasi dan berkelanjutan. Terwujudnya dinamika nemu gelang (meningkat terus menerus secara terstruktur dan timbal balik) searah konsep dinamis partal equivalence structure.

10. Roadmap lima langkah direkomendasikan agar dikawal oleh Dinas Kebudayaan sebagai Leading Sector pengembangan

Page 187: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

173

Gianyar sebagai Kota Pusaka. Evaluasi tahunan dan evaluasi jangka menengah wajib dilakukan , agar langkah maju secara kuantitaf dan kualitatif berdinamika berkelanjutan.

Peranan Dinas Kebudayaan sebagai leading sector sangat menentukan peranan SKPD terkait sangat strategis. Peranan Multi-Helix: birokrasi, akademisi, seniman budayawan, tokoh masyarakat, politisi sangat penting. Partisipasi dan peranan masyarakat sangat vital dalam mengawal keseimbangan, kemajuan dan kemuliaan Gianyar sebagai Kota Pusaka dalam konteks lokal, nasional, dan internaisonal.

Page 188: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

174

Page 189: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

175

DAFTAR PUSTAKA

Alisyahbana, Sutan Takdir, 1981. “Pembangunan Indonesia di Tengah Laju Ilmu Pengetahuan dan teknologi,” dalam Prisma no 11, th I. Jakarta, LP3ES

“Aplikasi Praktik-praktik Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, Kinerja Karyawan dan Kinerja Pemasaran”, dalam Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan, Vol. 5, No. 1, 7 Maret 2009.

Ardhana, I Ketut (ed.). 2014. Denpasar Smart Heritage City: Sinergi Budaya Lokal, Nasional, dan Universal. Denpasar: Pemerintah Kota Denpasar bekerjasama dengan Pusat Kajian Bali-Universitas Udayana.

Ardhana, I Ketut, I Ketut Setiawan, (ed.) 2014. Raja Udayana Warmadewa. Denpasar: Pemerintah Kabupaten Gianyar & Pusat Kajian Bali, Universitas Udayana.

Ardika, I Wayan dkk, 2013. Sejarah Bali. Dari Prasejarah hingga Modern. Denpasar: Udayana University Press

Capra, Fritjot, 2004. Titik Balik Peradaban, Sains, Masyarakat dan Kebangkitan kebudayaan. Yogyakarta: Bentang Budaya.

Daoesd Joesoef, 1991. “Satu Kebudayaan di Abad Iptek.” Majalah Analisis, Jakarta, CSIS

Dibia, I Wayan, 2012. Taksu dalam Seni dan Kehidupan Bali. Denpasar: Bali Mangsi Foundation.

Geriya, I Wayan dkk, 2013. Cetak Biru, Revitalisasi Gianyar Menuju Kabupaten Unggulan dalam bidan Seni Budaya. Gianyar: Deva Communication Denpasar.

Gidden, Antonio, 1991. Modernity and Self Identity, Self and Society in Late Modern Age. New York: Starford University Press

Page 190: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

176

Goris, R, 1948. Sejarah Bali Kuno. Sanjiji, Bali Museum

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2014. Ekonomi Kreatif, Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2023. Jakarta: Kemenparekraf.

Koentjaraningrat, 1982. Aspek Manusia dalam Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Leushuis, Emile. 2014. Panduan Jelajah Kota-kota Pusaka di Indonesia: Medan, Jakarta, Cirebon, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surakarta, Surabaya dan Malang. Jakarta: Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI).

Mantra, Ida Bagus, 1988. Landasan Kebudayaan Bali. Denpasar: Upadda Sastra.

Moleong, Lexy J, 1012. Metotdologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Picard, Michel, 1996. Cultural Tourism and Touristic Cultural. Singapore: Achipelago Press.

Pilliang, Yasraf Amir, 2011. Dunia yang didapat Panasnya dilampaui Batas – Batas Kebudayaan. Jogjakarta: Jalasastra.

Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Ende. 2014. Denpasar: Pustaka Larasan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ende, dan Pusat Kajian Bali Universitas Udayana.

Roadmap Akselerasi Reformasi Birokrasi Pemerintah Kota Denpasar Tahun 2013—2017 Berbasis Kearifan Lokal dan Budaya Unggulan. 2013. Denpasar: Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kota Denpasar bekerjasama dengan Pusat Kajian Bali Universitas Udayana.

Sidemen, I.B. 2005. Seribu Tahun Petanu Pekerisan. Lembah Budaya yang Menyejarah (914–1899). Denpasar: Tuntunan Geseng Asrami Press.

Soerjanto Poespowardojo, 1989. Strategi Kebudayaan. Suatu Pendekatan Filosofi. Jakarta: Gramedia

Storey, John, 1993. Cultural Teary and Populer Culture. New York:

Page 191: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

177

Harveston Wheactcheaf.

Wahyuni, Luh Mei. “Studi Pada lndustri Kerajinan Ukiran Kayu di Kabupaten Gianyar, Bali”. Denpasar: Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali.

Yudha Triguna, IBG (ed), 2008. Kebudaayan dan Model Budaya Bali dalam Teropong Lokal, Nasional, Global. Denpasar: Widya Dharma.

Budiardjo Eko. 1994. Percikan Masalah Arsitektur Perkotaan , Gajah Mada University Press.

Garham. Henry Launce. 1985. Maintaining the Spirit of Place : A Process for the Preservation of Town Character, PDA Publisher Corp., c1985

Gomudha. I Wayan. 1999. Reformasi Nilai-nilai Arsitektur Tradisioonal Bali pada Arsitektur Kontemporeri di Bali, Studi Kausus Bangunan Fasilitas Umum, Tesis Magiter Teknik, Program Pasca Sarjana Intitut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Putra, I Gusti Made. 2005. Catuspatha, Konsep, Transformasi dan Perubahan, Jurnal Permukiman Natah, Vol. 3, No. 2 Agustus 2005 : 62-101

Robi Sularto Sastrowardojo, IAI. A Brief Introduction Traditional Architecture of Bali, Some Basic Norm, PT. Atelier 6, Jakarta.

Sidharta dan Budihardjo. Eko. 1989. Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah di Surakata, Gajah Mada University Press.

Ardhan, T. dan Ariastita, P.G. 2014. Arahan Pengembangan Kota Palem-bang Sebagai Kota Pusaka, Jurnal Teknik Pomits. Vol. 3, No.2, Hal. C-212 – C-217

Geriya, I W. 2015. Gianyar Kota Pusaka Konsep Filosofi dan Manfaat Untuk Jagadhita, Diunduh dari http://www.Gianyarkab.go.id Tanggal 7 Desember 2015

International Council On Monuments And Sites (Icomos). 1987. Piagam Pelestarian Kota dan Kawasan Perkotaan Pusaka (Piagam Washington - 1987).

Page 192: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

178

Jaringan Pelestarian Pusaka Indonesia Bekerjasama Dengan Icomos Indonesia dan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI. 2013. Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia 2003

Page 193: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

179

TENTANG PENULIS

I KETUT ARDHANA lahir di Banjar Belaluan Sadmertha, Denpasar pada tanggal 29 Juli 1960. Ia adalah Guru Besar Sejarah Asia pada Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Bidang Penelitian Asia Tenggara pada Pusat Penelitian Sumber Daya Regional (PSDR) - Kedeputian Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemasyarakatan, Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (IPSK-LIPI), Jakarta selama dua periode, 2001-2004 dan 2004-2009. Sejak menjabat itu, ia mengadakan penelitian kepariwisataan dan kajian wilayah perbatasan di negara-negara Asia Tenggara: Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Malaysia, Singapura dan Filipina. Sebelumnya, dia pernah mengikuti program pelatihan bahasa Inggris di School of Oriental and African Studies, (SOAS) - University of London-Inggris (1990), dan kursus bahasa Inggris di University of Belconnen di Canberra-Australia (1992), dan pelatihan bahasa Belanda di Erasmus Huis, Universiteit te Leiden di Belanda (1990), serta mengikuti pelatihan bahasa Jerman di Goethe Institute di Jakarta, Mannheim, dan Universitast Passau di Passau Jerman (1996-1997).

Menempuh studi Ilmu Sejarah pada Fakultas Sastra Universitas Udayana dan memperoleh kesempatan mengikuti program cangkokan serta meraih gelar Drs. pada Jurusan Sejarah Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta pada tahun 1985 sebagai lulusan terbaik. M.A. (Master of Arts in Asian Studies) pada Centre for Southeast Asian Studies, Faculty of Asian Studies, the Australian National University (ANU), Canberra-Australia pada tahun 1994, dan Dr. phil. (Doctor Philosophie) pada Sudostasoenkunde, Philosophische Fakultat, Universitat Passau di Jerman dengan predikat Magna Cum Laude pada tahun 2000. Ia pernah mendapatkan Fellowship untuk mengadakan penelitian di Jerman (2003) dan di Centre for Southeast Asian Studies (CSEAS) di University of Kyoto, Jepang (2004). Ia mempresentasikan makalah pada banyak seminar, baik dalam negeri dan luar negeri, dan beberapa artikel dalam bahasa Inggris sudah diterbitkan di jurnal pada tingkat internasional. Dia pernah sebagai anggota pengelola program penelitian kerjasama peneliti-peneliti muda Indonesia di bidang sosiologi, antropologi, dan sejarah sebagai kegiatan kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Belanda yang didanai oleh NIOD (Nederlandsch Instituut voor Oorlog Dokumentatie) sejak 2004 sampai 2009. Tahun 2010 ia terpilih sebagai Dosen Terbaik mewakili Universitas Udayana. Sejak 2003, ia sebagai anggota IFSSO (International Federation of Social Science Organizations), dan sejak 2009 sampai 2011 dipilih sebagai Vice President dan dipilih kembali sebagai Vice President kembali sejak 2011 hingga sekarang. Ikut sebagai founding member dari World SSH (World Social

Page 194: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

180

Sciences and Humanities) yang dikepalai Professor Dr. Michael Kuhn dari Jerman dan sebagai salah seorang reviewer atau mitra bestari pada Jurnal Mozaik, Jurnal Kajian Wilayah yang diterbitkan oleh Pusat Sumber Daya Regional –Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Indonesia (PSDR-LIPI), Jurnal Kepariwisataan Indonesia yang diterbitkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Jakarta dan, Jurnal yang diterbitkan oleh Balai Arkeologi Denpasar, dan Jurnal Kajian Bali (Journal of Bali Studies) yang diterbitkan oleh Pusat Kajian Bali (PKB) Universitas Udayana, serta Jurnal Indonesia yang terbit di Cornell, Amerika Serikat. Karyanya yang terbaru adalah tentang “Early Harbours in Eastern Nusa Tenggara” dalam John N. Miksic and Goh Geok Yian, Ancient Harbours in Southeast Asia: The Archaelogy and Early Harbours and Evidence of Inter-Regional Trade. Bangkok: SEAMEO SPAFA, 2013. Saat ini menjadi “Senior Research Partner” dalam jaringan kerjasama tentang “Dynamics of Religion in Southeast Asia/DORISEA, University of Gottingen-Germany. Sebagai Kepala International Office (IO) Universitas Udayana-Bali 2009 sampai 2013 dan sekarang sebagai Kepala Pusat Kajian Bali-Universitas Udayana. E-mail address: [email protected].

I WAYAN GERIYA, lahir di Batubulan, Bali tanggal 1 Desember 1940 adalah seorang antropolog, purna bhakti dari jurusan Antropologi, Faksas,

UNUD. Menamatkan pendidikan sarjana dalam ilmu Antropologi–UI, Jakarta tahun 1976 dengan Yudicium Cum Laude.

Menjabat Dekan Fakultas Sastra (1989-1996); Staf Ahli Pemerintah Provinsi Bali (1990-1999); Ketua Pusat Studi Jepang, UNUD (1997-2000); Konsultan BUIP (Bali Urban Infrastructure Project), bidang Partisipasi (1996); Co-Team Leader Bali-CHC (Bali Cultural Heritage Conservation, 1999-2000); Tim Ahli

Lembaga Pelestarian Kebudayaan Bali, Bali Heritage Trust (2005-sekarang); kelompok Ahli Pemerintah Kota Denpasar (2000-sekarang), Penggagas Kongres Kebudayaan Bali I (2008), Ketua Tim Pengawas Independen PKB XXXI-2009 – PKB XXXIII-2011, Tim Ahli Kota Pusaka Gianyar (2015).

Kerjasama penelitian tentang Culture and Globalization in Southeast Asia dengan jurusan Antropologi, universitas Tokyo dibawah koordinasi Prof. DR. Yamashita (1995-1996). Melaksanakan penelitian melalui bantuan Sumitomo Foundation tentang Internation Marriage (1998). Menyajikan makalah dalam berbagai seminar lokal, nasional, internasional, antara lain: Kongres Kebudayaan (Jakarta, 1991); Interaction Between Culture and Industry (Tokyo, 1996); International Symposium on Concerving Culture for Sustainable Social, Economic, and Environment Development (Sanur, 2000), Kongres Kebudayaan Bali I (2008). Menulis lebih dari duaratus artikel dan kertas kerja yang tersebar dalam berbagai jurnal. Aneka fokus kajian yang

Page 195: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

181

dikerjakan: kebudayaan, pariwisata, pendidikan, kesenian, lingkungan, SDM, konfliks, mitigasi bencana, urban life, budaya politik, kearifan lokal, diplomasi kebudayaan sampai Kota Pusaka.

Menerbitkan tujuh belas buku dalam kurun waktu 31 tahun sejak 1983-2014, yaitu: (1) Pokok-Pokok Studi Pedesaan (1983); (2) Antropologi Diakronis (1983); (3) Masyarakat dan Sistem Sosial (1985); (4) Partisipasi dan Pemberdayaan Desa Adat dalam Pariwisata (1993); (5) Pariwisata dan Dinamika Kebudayaan, Lokal, Nasional, Global (1995); (6) Transformasi Kebudayaan Bali Memasuki Abad XXI (2000); (7) Konsep Dasar Pembangunan Denpasar yang Berwawasan Budaya (2000,ed); (8) Kota Denpasar Menuju Tahun 2010, Perspektif Holistik Futurologi (2005,ed); (9) Desa Seni Batubulan dalam Dinamika Pulau Dewata (2007, ed); (10) Transformasi Kebudayaan Bali Memasuki Abad XXI, Cetakan ke-2 dengan perbaikan (2008). (11) Kebudayaan Unggul, Inventori Unsur Unggulan sebagai Basis Kota Denpasar Kreatif (2010); (12) Pusaka Budaya, Representasi Ragam Pusaka Dan Tantangan Konservasi di Kota Denpasar, Bali (ed), 2010; (13) Konservasi Pusaka Budaya Kabupaten Badung, Mangapura(2012); (14) Cetak Biru, Revitalisasi Gianyar Menuju Kabupaten Unggulan Dalam Bidang Seni Budaya(2013) ; (15) Jelajah Keris Bali (2013); (16) Denpasar Smart Heritage City (2014) ; (17) Representasi Koperasi Berwawasan Budaya Unggulan (2014).

• Menerima penghargaan Dharma Kusuma di bidang Kebudayaan oleh Pemda Bali (2003).

• Menerima penghargaan Hita Karya Wisata oleh Pemda Bali (2003).• Menerima penghargaan Widya Kusuma dari Pemda Kabupaten

Gianyar (2006).• Menerima penghargaan Budayawan berprestasi oleh Bali Villa

Asotiation (2011)• Menerima penghargaa Parama Budaya dari Pemerintah Kota

Denpasar(2012)

I PUTU GDE SUKAATMADJA, lahir di Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur pada tanggal 7 Juli 1960 adalah dosen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Manamatkan pendidikan Strata-1 dalam Ilmu Manajemen di FE Universitas Udayana - Denpasar (1985), Strata-2 dalam Ilmu Manajemen Agribisnis pada Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran - Bandung (1994) dengan predikat Cum Laude, dan Strata-3 dalam Ilmu Manajemen Pemasaran

pada Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran - Bandung (2001). Menjabat sebagai Ketua Litbang Komite Kerjasama FE Unud (2001 – 2002), Ketua Program Studi Magister Manajemen Unud (2002 – 2004), Asdir Bidang Bisnis Global Development Learning Network Universitas Udayana (2001 –

Page 196: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

182

2005), Staf Ahli Pemerintah Provinsi Bali (2004 – 2010), Asisten Direktur II Program Pascasarjana Universitas Udayana (2006 – 2010), dan Sekretaris Program Studi Doktor Ilmu Manajemen Program Pascasarjana Universitas Udayana (2012 – sekarang).Selain sebagai dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, baik di Strata-1, Strata-2, maupun Strata-3 Ilmu Manajemen, juga sebagai dosen tamu mengajar pada Program Studi Magister Kajian Pariwisata PPs Unud (2001 – sekarang), Program Studi Magister Manajemen Agribisnis PPs Unud (2002 – sekarang), dan Program Studi Doktor Ilmu Pariwisata (2012 – sekarang). Masih aktif juga mengajar pada Program Studi Magister Manajemen PPs Universitas Terbuka (2008 – sekarang), Program Studi Magister Manajemen Hospitality PPs Universitas Trisakti - Jakarta (2004 – sekarang), Program Studi Magister Manajemen PPs Universitas Warmadewa (2010 – sekarang), dan Program Studi Magister Manajemen PPs Universitas Mahasaraswati (2015 – sekarang).

Menyajikan sebagai pemakalah, diantaranya: Eksistensi Industri Yang Terkait Dengan Pariwisata di Bali Pasca “Tragedi Kuta” yang diselenggarakan oleh World Bank dan UNDP (2002), Tingkat Kejenuhan Kantor Bank di Provinsi Bali yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia Cabang Denpasar (2002), Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemasaran Strategis Dalam Rangka Pengembangan Industri Wisata Agro di Provinsi Bali yang diselenggarakan oleh Technological and Proffesional Skills Development Sector Project (TPSDP)- BATCH III ADB No. 1792-INO Ditjen Dikti (2005), Pemanfaataan Bantuan Kepada Desa Pakraman dan Subak di Seluruh Bali yang diselenggarakan oleh Bappeda Bali (2006), Potensi Pendapatan Asli Daerah Provinsi Bali yang diselenggarakan oleh Bappeda Bali (2009), Pemberdayaan Aset Berupa Tanah dan Bangunan Untuk Meningkatkan PAD Provinsi Bali yang diselenggarakan oleh Bappeda Bali (2010), Pemberdayaan Pedagang dan Pengelola Pasar Tradisional di Pasar Wairkoja Kabupaten Sikka NTT yang diselenggarakan oleh Kementerian Perdagangan RI (2011), Strategi Pengembangan Pasar Tradisional Yang Berbasis Kearifan Lokal Untuk Mengentaskan Kemiskinan di Bali (2013), Ripparda Kabupaten Ende Provinsi NTT yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Ende Provinsi NTT (2014), dan Strategi UKM Menuju Pasar Global Berbasis TI di Bali (2014).

I WAYAN GOMUDHA lahir di Bajar Teges Gianyar pada hari Soma Manis Pujut, tanggal 8 Desember 1952, Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Muda Arsitektur (BAE) di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana tahun 1977, dengan tugas akhir: Sekolah Menengah Industri Kerajinan di Gianyar; dan melanjutkan studi jenjang Sarjana Arsitektur (Insinyur) di Jurusan

Page 197: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

183

Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana tahun 1980, dengan Tugas Akhir: Arena Budaya di Gianyar. Jenjang pendidikan S2 (Magister Teknik/MT) di Program Pasca Sarjana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Bidang Studi: Perancangan dan Kritik Arsitektur, dengan predikat Cum Laude, tahun 1999, Tesis: Reformasi Nilai-nilai Arsitektur Tradisioonal Bali pada Arsitektur Kontemporeri di Bali, Studi Kausus Bangunan Fasilitas Umum.

Sejak tahun 1981-1984 bekerja sebagai Staf Perencanaan di Bali Tourisme Development Corporation (BTDC) Nusa Dua; sejak tahun 1981-2011 sebagai Anggota Design Committee Kawasan Wisata Nusa Dua. Dari tahun 2009-2013 sebagai Tim Ahli Bangunan Gedung Kota Denpasar dan tahun 2015 diangkat sebagai Anggota Kelompok Ahli Kota Pusaka Kabupaten Gianyar.

Tahun 1984 diangkat menjadi pegawai negeri sipil sebagai dosen di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana sampai sekarang. 1999-Sebagai finalis lomba karya tulis Arsitektur Nusantara - Ngewangun Ki Nusantara - judul karya tulis : Penik dan Manik Hunian Arsitektur Tradisional Bali, di Universitas Parhyangan Bandung; 2000-Proceedings “SENVAR 2000 (Sustainable Environmental Arcditecture)”,International Seminar 23-24 October 2000, ISBN:979-95803-3-1 Laboratory of Achitectural Science and Technologi, Departement of Architecture, Faculty of Civil and Planning, ITS Surabaya Indonesia; 2008-Proceedings Seminar Regional “Jelajah Arsitektur, Merangkai Mozaik Arsitektur Tradisional Meretas Kearifan Lokal”, Seri: 3 Ajeg Bali: Tradisional dan Modernitas. Dept PU Badan Penelitian dan Pengembangan, Balai Pengembangan Teknologi Perumahan Tradisional Denpasar, PU Werdapura, Sanur; 2008-Pustaka Arsitektur Bali, ISBN 978-979-18273-0-0 Ikatan Arsitek Indonesia Daerah Bali; 2008-Bunga Rampai, “Semiloka Denpasar Budaya dan Arsitektur” Pemerintah Kota Denpasar, Dinas Tata Kota dan Bangunan; Di bidang penelitian aktif melakukan penelitian, menulis makalah, mengikuti seminar dalam berbagai temu ilmiah.

Di samping sebagai dosen juga aktif sebagai Tenaga Ahli Profesional bidang teknik arsitektur. Tahun 1983-Sebagai arsitek Bali Holiday Villages Club Mediterranee, Nusa Dua; 1988-Sebagai arsitek Bali Garden Hotel di Kuta Bali; 1994 arsitek Patung Satria Gatotkaca di Desa Tuban, Bali; 1997 arsitek Patung Dewa Ruci di Kuta Bali; 2001-Arsitek patung Kala Rau di kota Gianyar; 2002-Arsitek Gedung DPRD Kabupaten Gianyar; 2002-Arsitek Stadion Dipta di Kota Gianyar; 2002-Melaksanakan Kajian dan Pemilihan Lokasi Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung; 2002-Menyusun Rencana Teknik Ruang Kawasan (RTRK) Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung; 2003-Pemenang

Page 198: RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) GIANYAR SEBAGAI KOTA ...

184

Sayembara Monumen Tragedi Kemanusiaan Peledakan Bom di Legian, Kuta; 2004-Arsitek Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Pemagangan Sumber Daya Manusia (LP3SDM) di Pantai Nyanyi Tanah Lot Tabanan; 2006-Arsitek Detail Engineering Design (DED) Kantor Kepala Daerah dan Sekretariat Daerah Kabupaten Badung; 2006-Arsitek Detail Engineering Design (DED) Pusat pemerintahan Kabupaten Badung; 2011-Arsitek Gedung Sience & Humanity Centre Universitas Udayana di Kampus Bukit Jimbaran Badung; 2011-Arsitek Arsitektur Bali Bandara Internasional Ngurah Rai Bali; 2012-Arsitek Renovasi Pasar Seni Ubud dan Pasar Seni Singakerta Ubud Bali; 2015-Pemenang sayembara Design Balai Budaya Kota Denpasar- Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Denpasar.