RENCANA AKSI - pertanian.go.id Potong Buru.pdf · berkelanjutan, baik melalui pola perusahaan inti...
Transcript of RENCANA AKSI - pertanian.go.id Potong Buru.pdf · berkelanjutan, baik melalui pola perusahaan inti...
Dinas Pertanian Kabupaten Buru “PETANI MANDIRI DAN SEJAHTERA DI
TAHUN 2022
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KAWASAN PADI DAN SAPI POTONG DI KECAMATAN WAEPO, WAELATA DAN LOLONG GUBA KABUPATEN BURU PROVINSI MALUKU
RINGKASAN KATA PENCANTAR
DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1.1. Konsep Dasar Rencana Aksi
1.2. Kerangka Dasar
1.3. Alur Penyusunan Rencana Aksi
II. MATRIKS PROGRAM RENCANA AKSI
2.1. Sasaran Program dan Kegiatan
2.2. Rencana Pelaksanaan Kegiatan
a. Lokasi (Kec/Desa)
b. Waktu
c. Satker Pelaksana
d. Rencana Pembiayaan
2.3. Indikator Ouput dan Outcome
III. MANAJEMEN PENGEMBANGAN KAWASAN
3.1. Implementasi/Operasionalisasi
3.2. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
LAMPIRAN Matrik Program Rencana Aksi Rekapitulasi Matrik Program Rencana
PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi, karena atas perkenannya sehingga kami
dapat menyelesaikan Action Plan Pengembangan Kawasan Padi di Kabupaten Buru Provinsi Maluku.
Penyusunan Dokumen Action Plan ini ini pada dasarnya merupakan amanat Permentan 50/2012
untuk mendukung penguatan perencanaan pengembangan kawasan pertanian nasional adalah bahwa
daerah diwajibkan untuk menindaklanjutinya dengan menyusun master plan di tingkat provinsi
dan action plan di tingkat kabupaten. Dokumen ini tersusun berkat bantuan, bimbingan dan masukan
yang melibatkan semua pihak.
Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kami sampaikan kepada pihak-pihak yang
telah membantu sehingga laporan ini dapat terwujud. disadari sungguh bahwa dokumen ini masih kurang
sempurna sehingga saran pendapat konstruktif sangat kami harapkan.
Namlea, 10 januari 2017
Plt. Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten Buru
Imran Makatita, SP
Pembina IV/a Nip. 19670727 200003 1 003
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. KONSEP DASAR RENCANA AKSI
Garis-garis besar arahan manajemen dan teknis dari Permentan 50/2012 untuk mendukung penguatan perencanaan pengembangan kawasan pertanian nasional adalah bahwa daerah diwajibkan untuk menindaklanjutinya dengan menyusun master plan di tingkat provinsi dan action plan di tingkat kabupaten.
Action Plan adalah adalah dokumen perencanaan operasional yang lebih rinci di tingkat Kabupaten untuk melaksanakan kegiatan pengembangan kawasan. Action Plan disusun dengan mengacu pada arahan kebijakan dan strategi yang tertuang di dalam Master Plan kawasan pertanian di tingkat provinsi. Action Plan merupakan acuan teknis dalam menyusun kegiatan pengembangan kawasan pertanian yang spesifik lokasisesuai agroekosistem dan kondisi sosial ekonomi setempat. Dengan demikian, posisi Action Plan adalah bagian dari kerangka dasar perencanaan pengembangan kawasan pertanian
Kawasan Pertanian Berdasarkan Kelompok Komoditas terdiri dari: (1) kawasan tanaman pangan; (2) kawasan hortikultura; (3) kawasan perkebunan; dan (4) kawasan peternakan dengan kriteria sebagai berikut :
a) Tanaman pangan
Kawasan tanaman pangan adalah kawasan usaha tanaman pangan yang disatukan oleh faktor alamiah, sosial budaya, dan infrastruktur fisik buatan, serta dibatasi oleh agroekosistem yang sama sedemikian rupa sehingga mencapai skala ekonomi dan efektivitas manajemen usaha tanaman pangan. Kawasan tanaman pangan dapat berupa kawasan yang telah eksis atau calon lokasi baru dan lokasinya dapat berupa hamparan atau spot partial namun terhubung dengan aksesibilitas memadai. Kriteria khusus kawasan tanaman pangan dalam aspek luas agregat kawasan untuk masing-masing komoditas unggulan tanaman pangan adalah: padi, jagung, dan ubi kayu minimal 5.000 hektar; kedelai minimal 2.000 hektar; kacang tanah minimal 1.000 hektar; serta kacang hijau dan ubi jalar minimal 500 hektar. Disamping aspek luas agregat, kriteria khusus kawasan tanaman pangan juga mencakup berbagai aspek teknis lainnya yang bersifat spesifik komoditas. Aspek-aspek teknis tersebut akan diatur dalam pedoman teknis kawasan tanaman pangan yang menjabarkan lebih lanjut pedoman ini.
b) Hortikultura
Kawasan hortikultura adalah sebaran usaha hortikultura yang disatukan oleh faktor alamiah, sosial budaya, dan infrastruktur fisik buatan, serta dibatasi oleh agroekosistem yang sama sedemikian rupa sehingga mencapai skala ekonomi dan efektivitas manajemen usaha hortikultura. Kawasan hortikultura Kementerian Pertanian RI13 Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian dapat meliputi kawasan yang telah eksis maupun lokasi baru yang memiliki potensi SDA yang sesuai dengan agroekosistem, dan lokasinya dapat berupa hamparan dan/atau spot partial (luasan terpisah) dalam satu kawasan yang terhubung dengan aksesibilitas memadai. Kriteria khusus kawasan hortikultura mencakup berbagai aspek teknis yang bersifat spesifik komoditas baik untuk tanaman buah, sayuran, tanaman obat maupun tanaman hias. Aspek-aspek teknis tersebut akan diatur dalam pedoman teknis kawasan hortikultura yang menjabarkan lebih lanjut pedoman ini.
c) Perkebunan
Kawasan perkebunan atau kawasan pengembangan perkebunan adalah wilayah pembangunan perkebunan sebagai pusat pertumbuhan dan pengembangan dan usaha agribisnis perkebunan yang berkelanjutan (sesuai UU No. 18/2004). Kawasan tersebut disatukan oleh faktor alamiah, kegiatan ekonomi, sosial budaya dan berbagai infrastruktur pertanian, serta dibatasi oleh agroekosistem yang sama sehingga mencapai skala ekonomi dan efektivitas manajemen usaha perkebunan. Kawasan perkebunan dapat berupa kawasan yang telah ada maupun lokasi baru yang sesuai dengan persyaratan bagi masing-masing jenis budidaya tanaman perkebunan, dan lokasinya disatukan oleh agroekosistem yang sama.
usaha perkebunan rakyat dan/atau sebagai usaha perkebunan besar dengan pendekatan nan besar bermitra dengan usaha perkebunan rakyat secara
berkelanjutan, baik melalui pola perusahaan inti – plasma, perkebunan rakyat dengan perusahaan mitra (kemitraan), kerjasama pengolahan hasil dan bentuk-bentuk kerjasama
annya dilaksanakan dalam bingkai prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, diantaranya: kelapa sawit menerapkan system ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil), kakao menerapkan sustainable cocoadan prinsip-prinsip berkelanjutan lainnya. Kriteria khusus kawasan perkebunan mencakup berbagai aspek teknis yang bersifat spesifik komoditas baik untuk tanaman tahunan, tanaman semusim, serta tanaman rempah dan penyegar. Aspek-aspek teknis tersebut akan diatur dalam pedoman teknis kawasan perkebunan yang menjabarkan lebih lanjut pedoman ini.
d) Peternakan
Kawasan peternakan adalah kawasan existingatau lokasi baru yang memiliki SDA sesuai agroekosistem, dan lokasinya dapat berupa hamparan dan atau spot partial(luasan terpisah)
yang terhubung secara fungsional melalui aksesibilitas yang baik dalam satu kawasan, dilengkapi dengan prasarana dan sarana pengembangan ternak yang memadai. Kawasan peternakan Kementerian Pertanian RI14 Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian harus memiliki lahan padang penggembalaan dan atau hijauan makanan ternak, serta dapat dikembangkan dengan pola integrasi ternak-perkebunan, ternak-tanaman pangan, ternak-hortikultura. Batasan minimal populasi ternak pada suatu kawasan peternakan dan aspek-aspek teknis lainnya akan diatur lebih lanjut dalam pedoman teknis kawasan peternakan yang menjabarkan lebih lanjut pedoman ini.
1.2. KERANGKA DASAR
Action Plan merupakan bagian dari rancang bangun pengembangan kawasan pertanian yang bersifat scientific atau teknokratik untuk mengarahkan pengembangan dan pembinaan kawasan pertanian.
Rancang bangun pengembangan kawasan pertanian disusun berdasarkan analisis teknokratis dan rencana kerja melalui telaah kebijakan serta analisis pemeringkatan, klasifikasi dan pemetaan kawasan, serta analisis data dan informasi tabular dan spasial.
Secara garis beras rancang bangun pengembangan kawasan pertanian mencakup : 1. simulasi skenario arahan dan tujuan kebijakan dan program makro-regional yang bersifat
strategis atau yang bersifat sebagai master plan
2. Simulasi skenario sasaran program dan kegiatan mikro-lokasional yang bersifat taktis dan operasional atau yang bersifat sebagai action plan. Action plan merupakan penjabaran operasional dari master plan sebagai upaya untuk menyusun rencana yang lebih rinci dalam kurun waktu tahun jamak [multiyears)
1.3. ALUR PENYUSUNAN RENCANA AKSI
Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan action plan adalah pendekatan yang sejalan dengan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004, yaitu pendekatan: politik; teknokratis; keterpaduan top down policy-bottom up planning; dan partisipatif.
1. Pendekatan politik, mendudukkan visi misi Kepala Daerah terpilih sebagai input dalam perencanaan pengembangan kawasan pertanian. Dengan demikian, tujuan dan sasaran pembangunan nasional melalui penetapan kawasan komoditas pertanian harus dapat diintegrasikan dan diharmonisasikan dengan visi-misi Kepala Daerah ke dalam kebijakan dan strategi pengembangan kawasan pertanian.
2. Pendekatan teknokratik, mendudukkan Action Plan pengembangan kawasan pertanian sebagai instrumen perencanaan scientific yang disusun dengan menggunakan metode dan kerangka pikir ilmiah oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai penjabaran operasional dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPjMD) dan Rencana Strategis SKPD di lingkup pertanian di kabupaten/kota.
3. Pendekatan keterpaduan top down policy-bottom up planning mendudukan forum koordinasi Musrenbang dan forum koordinasi teknis lainnya yang dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan mulai di tingkat desa, kecamatan dan kabupaten/kota sebagai arena ntuk negosiasi dan konsensus penetapan tujuan dan sasaran pengembangan kawasan pertanian di daerah.
4. Pendekatan partisipatif mendudukkan bahwa pemilihan dan penetepatan jenis dan volume kegiatan disesuaikan dengan kebutuhan, permasalahan dan aspirasi petani sebagai pelaku usaha serta pembiayaan dan pembinaan pengembangan kawasan pertanian didorong untuk meningkatkan keswadayaan masyarakat.
Untuk menyusun action plan maka diperlukan tim kerja atau kelompok kerja yang di dalamnya beranggotakan atau melibatkan para tenaga ahli sesuai pada bidang kepakarannya, baik dibidang teknis, sosial dan ekonomi, sehingga hasilnya akan komprehensif. Model penyusunan action plan adalah tidak baku, karena masing-masing komoditas unggulan bersifat unik dan sspesifik, secara umum ruang lingkup untuk penyusunan action plan dapat disampaikan sebagai berikut:
1. Dibuat di setiap kabupaten/kota lokasi kawasan komoditas unggulan pertanian yang idealnya disusun oleh Tim Penyusun Rencana Aksi yang dikoordinir oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota yang keanggotaannya melibatkan pemangku kepentingan yang ada di tingkat kabupaten/kota.
2. Penyusunannya memperhatikan master plan komoditas unggulan di setiap provinsi dan dokumen perencanaan jangka menengah daerah di bidang pertanian seperti RPJMD, Renstra SKPD bidang pertanian dan SKPD penunjangnya dan idealnya didampingi oleh Tim Teknis Provinsi agar sejalan dengan Master Plan yang telah dibuat.
Setelah mempelajari indikasi program dan kegiatan yang tertuang di dalam master plan dan road map untuk dilaksanakan di suatu kabupaten, maka contoh langkah-langkah penyusunan rencana aksi dengan menggunakan metode analisis pohon masalah (problem tree analysis) yang prores penyusunannya dilakukan secara partisipatif adalah sebagai berikut:
1. Menentukan lokasi desa sentra untuk pengambilan data dan informasi yang dipilih secara
purposive sampling berdasarkan karakteristik yang mewakili tipologi agroekosistem dan kondisi sosial ekonomi serta perbedaan tingkat perkembangan agribisnis. Output utama dari tahap ini adalah kerangka sampling lokasi dan kelompok, semakin beragam kondisi desa-desa sentra, maka jumlah sampling akan semakin banyak.
2. Melakukan pendekatan perencanaan partisipatif, seperti PRA dan FGD di tingkat desa yang melibatkan kelompok tani dan pemangku kepentingan lainnya yang didahului dengan penyusunan kuesioner semi terstruktur dan semi terbuka serta pembekalan kepada tim yang akan melaksanakan PRA dan FGD. Output utama dari PRA dan FGD ini adalah pengenalan karakteristik wilayah dan indikasi kegiatan pengungkit yang dihasilkan dari penyusunan analisis pohon masalah, analisis kerangka kerja logis atau hasil analisis metode 1PA.
3. Menyusun laporan hasil pelaksanaan PRA di berbagai lokasi pelaksanaan serta melakukan rekonfirmasi data dan informasi apabila terdapat kesimpulan yang masih perlu diperjelas.
4. FGD di tingkat kabupaten dengan melibatkan instansi lintas sektor untuk menganalisis laporan hasil pelaksanaan PRA dan memetapkan kegiatan terpilih, indikator, Satker penanggung jawab dan prakiraan rencana anggarannya yang akan dituangkan ke dalam matrik rencana aksi.
5. Menyusun rencana aksi final dengan matrik-matrik dengan isi pokok : 1. Program dan sasaran kegiatan, 2. Jenis dan volume kegiatan, 3. Lokasi kegiatan di kecamatan dan desa, 4. Jadwal pelaksanaan kegiatan, 5. Satuan kerja pelaksana kegiatan, 6. Rencana kebutuhan dan sumber pendanaan, 7. Indikator ouput dan outcome.
Bagan Alur Tahapan Penyusunan Rencana Aksi /Action Plan
Pendekatan politik
VISI MISI KEPALA DAERAH TERPILIH
Pendekatan teknokratik
RPJMD
RENSTRA PROVINSI
RENSTRA KABUPATEN
MASTER PLAN
Pendekatan keterpaduan
Hasil musrembang dan Forum Teknis Lainnya
Pendekatan Partisipatif
Usulan masyarakt (kelompok tani, paguyuban dll)
TIM PENYUSUN ACTION PLAN
PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN
PENENTUAN PROGRAM/KEGIATAN
PENENTUAN LOKASI DAN PEMBIAYAAN
PELAKSANAAN FGD /PRA DI TINGKAT DESA
PENYUSUNAN LAPORAN PRA PENGESAHAN
DOKUMEN ACTION PLAN
PENYUSUNAN MATRIKS RENCANA AKSI FINAL
PELAKSANAAN FGD DI TINGKAT KABUPATEN
PELAKSANAAN FGD
PELAKSANAAN MONITORING DAN
EVALUASI
BAB II
MATRIKS PROGRAM RENCANA AKSI
2.1.Sasaran Program dan Kegiatan
Indikasi program dan kegiatan yang telah ditetapkan di dalam master plan secara umum masih bersifat generik dan indikatif, seperti: pengembangan usaha perbenihan/perbibitan, peningkatan produktivitas budidaya, pengembangan pasca panen dan pengolahan hasil atau kerja sama pemasaran. Kegiatan yang masih bersifat generik dan indikatif ini harus dirinci ke dalam sub kegiatan atau komponen kegiatan yang lebih unik dan spesifik sesuai permasalahan, kebutuhan dan aspirasi aktual masyarakat petani di lapangan.
Untuk memilih sub kegiatan atau komponen kegiatan yang akan dituangkan ke dalam rencana aksi harus dilakukan suatu survey atau obsevasi dengan menggunakan prinsip pendekatan perencanaan partisipatif seperti Parcipatory Rural Appraisal (PRA). Pemilihan desa sebagai lokasi PRA dilakukan dengan metode purposive sampling yang mewakili tipologi agroekosistem dan tingkat perkembangan agribisnis di masing-masing wilayah. Di dalam proses PRA dilakukan proses Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan semua unsur pelaku utama yang terlibat dalam aktivitas aktual di dalam kawasan.
Proses FGD dilakukan dengan melibatkan fasilitator yang benar-benar memahami rangkaian aktivitas di kawasan serta didukung dengan metode yang bersifat praktis dan sederhana, sehingga mudah diterapkan, seperti metode Importance Performance Analysis (IPA). Metode lain yang dapat dipakai adalah berbagai metode analisis pemecahan masalah, seperti Problem Tree Analysis atau Fishbone Analysis yang dilanjutkan dengan Logical Framework Analysis.Apabila menggunakan metode I PA, seyogyanya kuesioner yang digunakan dalam pelaksanaannya adalah dalam bentuk semi terstruktur dan bentuk pertanyaan yang semi terbuka agar dapat dilakukan penggalian data dan informasi yang lebih mendalam dan obyektif. Dengan menggunakan metode 1PA ini akan diperoleh: (1) persepsi petani terhadap kebutuhan prioritas jenis kegiatan, misalnya untuk meningkatkan produktivitas akan dapat digambarkan secara jelas dan lebih mudah dalam bentuk quadrant analysis, dan (2) hasil analisis akan lebih mudah dijadikan usulan untuk meperbaiki kinerja program atau kegiatan. Rumusan sub kegiatan atau komponen kegiatan yang dihasilkan dari metode 1PA selanjutnya dibuat volume sasaran dan anggaran tahunannya untuk selama 5 tahun serta rumusan indikator ouput dan outcome keberhasilan pelaksanaannya serta lokasi kegiatan, satuan kerja penanggung jawab pelaksanaannya dan tahun rencana pelaksanaannya lebih mudah dalam bentuk quadrant analysis, dan (2) hasil analisis akan lebih mudah dijadikan usulan untuk meperbaiki kinerja program atau kegiatan. Rumusan sub kegiatan atau komponen kegiatan yang dihasilkan dari metode 1PA selanjutnya dibuat volume sasaran dan anggaran tahunannya untuk selama 5 tahun serta rumusan indikator ouput dan outcome keberhasilan pelaksanaannya serta lokasi kegiatan, satuan kerja penanggung jawab pelaksanaannya dan tahun rencana pelaksanaannya
2.2.Rencana Pelaksanaan Kegiatan
a. Lokasi (Kecamatan/ Desa)
Berkenaan dengan peran anggaran pemerintah dan pemerintah daerah jumlahnya sangat terbatas dalam mendukung percepatan pengembangan kawasan pertanian, maka pemilihan lokasi kegiatan (sekurang-kurangnya berada di desa) harus dilakukan dengan pertimbangan rasional untuk menciptakan berbagai keterpaduan, seperti: [a] keterpaduan komoditas dan jenis usaha (misal crop livestock system atau multiple cropping), (b) keterpaduan kegiatan lintas sektor atau sub sektor (misal pertanian-jalan-irigasi-industri-koperasi), dan (c) keterpaduan sumber pembiayaan (APBN-APBD, Provinsi-APBD, Kabupaten/Kota-swadaya masyarakat).
Di samping itu, pemilihan lokasi (desa) juga ditentukan dengan pertimbangan: (1) pemilihan lokasi yang paling responsif terhadap penambahan input dan penerapan teknologi (misal lokasi yang masih rendah produktivitasnya berdasarkan analisis kesenjangan/c/ap), (2) kesinambungan dengan program dan kegiatan yang pernah dialokasikan sebelumnya yang masih membutuhkan pengutuhan atau penguatan kapasitas, dan (3) jaminan keberhasilan, karena didukung dengan keberadaan aparatur kelembagaan pembinaan yang dapat menjadi pendamping teknis.
Rencana lokasi harus didasarkan pada hasil analisis situasi wilayah, analisis tata ruang dan analisis permasalahan yang telah dilakukan dalam penyusunan Master Plan. Rencana lokasi sudah harus spesifik mengarah pada kecamatan atau bahkan desa. Dengan demikian penetapan rencana lokasi akan merujuk pada sasaran penerima manfaat (target beneficiaries) yang akan dijadikan lokasi pengembangan, sehingga proses penetapan calon petani dan calon lokasi (CP/CL) dalam pelaksanaan kegiatan yang selama ini menjadi salah satu faktor keterlambatan pelaksanaan kegiatan akan dapat diminimalkan.
b. Waktu
c. Satker Pelaksana
Berkenaan dengan peran anggaran pemerintah dan pemerintah daerah jumlahnya sangat terbatas dalam mendukung percepatan pengembangan kawasan pertanian, maka di dalam lokasi potensial yang sama (misal desa) seringkali terdapat kelompok calon penerima manfaat (kelompok tani) yang menginginkan dan layak memperoleh fasilitasi dari pemerintah. Dengan kondisi tersebut, untuk fasilitasi kegiatan yang berbentuk fasilitasi langsung, baik natura atau tranfer tunai, maka pemilihan calon kelompok sekurang-kurangnya harus dilandasi oleh beberapa aspek, yaitu: (a) perubahan sikap dan prilaku, (b) peningkatan keterampilan, (c) peningkatan produktivitas, dan (d) keberlanjutan program/kegiatan.
Kelompok yang dipilih harus kelompok yang dinilai mau belajar dan siap bekerja sama dengan kelompok lain, sehingga diyakini akan berubah sikap prilakunya dalam menerapkan teknologi dan manajemen, meningkat keterampilannya dan pada akhirnya meningkat produktivitas usahanya serta tetap menjaga keberlangsungan usaha produktifnya secara swadaya setelah fasilitasi pemerintah telah berakhir. Kelompok yang berhasil diharapkan nantinya bisa menjadi cikal bakal champion yang berperan sebagai perekat jaringan kelembagaan usaha produksi di pedesaan.
Satuan kerja pelaksana ditetapkan menurut tugas pokok dan fungsi masing- masing sesuai jenis kegiatan yang akan dituangkan ke dalam rencana aksi. Sebagaimana dijelaskan di depan, maka instansi lintas sektor di kabupaten/kota harus dilibatkan dalam proses penyusunan rencana aksi ini, sehingga perlu dilakukan analisis peran terhadap para pemangku kepentingan. Rencana Satuan Kerja yang diharapkan berfungsi sebagai penanggung jawab pelaksanaan kegiatan maupun yang diharapkan berperan sebagai instansi penunjang yang mendukung pelaksanaan kegiatan disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Namun berkenaan dengan kegiatan penunjang yang dibutuhkan harus dijamin keberadaannya, maka Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan satuan kerja yang diharapkan berperan harus terlibat secara dini dalam proses penyusunan Action Plan
d. Rencana Pembiayaan
Rencana aksi adalah acuan bersama para pemangku kepentingan milik yang "bertanggung jawab" dalam mendukung keberhasilan kawasan pertanian, sehingga anggaran yang disusun harus memasukkan aspek keswadayaan masyarakat petani memperhitungkan kemampuan anggaran pemerintah, baik APBN dan APBD sesuai kewenangan dan urusannya masing-masing. Hal penting yang harus dipahami adalah bahwa penyusunan skenario anggaran seyogyanya menggunakan skenario moderat yang mempertimbangkan kemampuan anggaran pemerintah.
Prinsip Rencana pembiayaan kegiatan yang akan difasilitasi dengan anggaran pemerintah disusun secara jangka menengah 5 tahunan yang dirinci menurut sumber pembiayaan, yaitu APBN, APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota. Aspek mendasar yang harus diperhatikan adalah disiplin tata pemerintahan, sehingga pembiayaan kegiatan harus benar-benar dapat disusun dengan mempertimbangkan peta kewenangan/urusan masing-masing jenjang pemerintahan serta disiplin azas pembiayaan Konsentrasi, Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan dan Desentralisasi (DAU/DAK).
Berkenaan dengan keterbatasan sumber daya anggaran pemerintah yang dimiliki, maka penyusunan rencana pembiayaan kegiatan dilakukan secara terarah (fokus) dan terpilih sesuai skala prioritas (selektif]. Dengan demikian, rencana pembiayaan kegiatan yang akan dilkakukan difokuskan pada faktor kritis yang dapat mendorong percepatan pengembangan (leveraging factor) dan diprioritaskan pada aspek peran pemerintah sebagai akselelator, dinamisator dan fasilitator pembangunan, yaitu : (1) penyediaan sarana dan prasarana yang tidak mampu dibangun oleh masyarakat dan tidak tidak diminati oleh swasta, (2) upaya mengatasi kegagalan pemasaran produk yang dihasilkan petani (market failure), dan (3) meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia petani dan mendorong berfungsinya kelembagaan pembinaan pemerintah (capacity building). Dengan kata lain, penyusunan anggaran dalam rencana aksi harus dirancang secara rasional, sehingga pemilihan volume kegiatan di masing-masing lokasi harus dilakukan secara seselektif mungkin untuk membiayai kegiatan-kegiatan pengungkit yang telah dianalisis berfungsi sebagai faktor penentu keberhasilan pengembangan kawasan pertanian.
2.3. Indikator Out Put dan Out Come
Indikator program dan kegiatan dari rencana aksi yang dutuangkan ke dalam matriks rencana aksi adalah indikator output kegiatan yang penyusunannya memenuhi kriteria indikator yang SMART. Di samping itu indikator output yang ditetapkan adalah indikator yang langsung mendukung pencapaian sasaran strategis (outcome) yang telah ditetapkan road map di dalam master plan di tingkat provinsi.
Akan terdapat banyak output dari kegiatan-kegiatan yang saling mendukung pencapaian outcome, maka yang indikator output yang dituangkan ke dalam matrik rencana aksi adalah output terpenting. Pencapaian indikator didukung dengan asumsi- asumsi penting yang menentukan tercapainya sasaran kegiatan. Asumsi terpenting tersebut adalah pada pengaruh faktor luar yang tidak bisa dikontrol atau diantisipasi sebelumnya. Sebaikanya asumsi-asumsi penting tersebut dimasukkan sebagai suatu analisis resiko.
Sejalan dengan prinsip tata kelola dalam perencanaan program dan penganggaran yang berbasis kinerja, maka masing-masing kegiatan dan komponen/detail kegiatan yang tertuang dalam Matrik Program Rencana Aksi ditetapkan indikator output. Berdasarkan analisis perencanaan pengembangan komoditas unggulan dan kawasan pertanian yang tertuang dalam Master Plan, maka yang dimaksud dengan indicator output dalam Matrik Program Rencana Aksi ini adalah merupakan indicator hasil-hasil kerja dari komponen/detail kegiatan.
Hasil kelima analisis di atas selanjutnya dituangkan ke dalam matrik rencana aksi. Jumlah matrik ini akan menjadi banyak, karena masing-masing jenis kegiatan dalam satu program diformulasikan ke dalam satu matrik.
BAB III
MANAJEMEN PENGEMBANGAN KAWASAN
3.1.Implementasi/Operasionalisasi
Dalam Dokumen Action Plan Kawasan Padi ini, arah pengembangan yang diharapkan adalah adanya suatu konsep pengembangan kawasan padi yang mengacu pada konsep Pemberdayaan Petani ; Meningkatkan agrobisnis komoditi unggulan;Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan agrobisnis dan industri pertanian; Meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana umum yang bersifat strategis Implementasi /Operasionalisasi mencakup :
Merumuskan strategi pengembangan kawasan
1. Pembagian zoning kawasan berdasarkan potensi dominan yang dimiliki oleh masing-masing kawasan.
2. Menjabarkan secara sistematis mengenai hubungan antar zoning dalam mendukung fungsi wilayah sebagai kawasan agropolitan;
3. Penentuan pola dan struktur ruang kawasan; 4. Penentuan strategi pengembangan dan pemenuhan kebutuhan prasarana
terutama untuk mendukung fungsi wilayah sebagai kawasan Padi; 5. Penentuan srategi penatagunaan tanah, air dan udara yang mencakup unsur
penguasaan lahan, perencanaan–pemanfaatanpengendalian rencana tata ruang; 6. Strategi penanganan permasalahan lingkungan
Merumuskan rencana tata ruang kawasan agropolitan
1. Memetakan sumberdaya lahan dengan agroklimat yang sesuai untuk mengembangkan komoditi pertanian yang dapat dipasarkan (komoditi unggulan atau potensial) atau telah berkembang diversifikasi usaha komoditi unggulannya;
2. Rencana penyediaan sarana dan prasarana agrobisnis yang memadai untuk mendukung perkembangan sistem dan usaha agrobisnis;
3. Memformulasikan rencana kelestarian lingkungan hidup, baik sumberdaya alam, sosial budaya maupun keharmonisan hubungan kota dan desa supaya lebih terjamin;
4. Rencana pemanfaatan lahan;
5. Rencana pengembangan utilitas dalam kawasan agropolitan;
6. Perangkat administratif pengendalian program dan rencana, berupa perangkat administratif unuk mengendalikan pelaksanaan rencana yang bersifat mengantisipasi terjadinya perubahan pada tahap pelaksanaan, karena berbagai hal tetapi masih dapat memenuhi persyaratan daya dukung dan daya tampung lahan, kapasitas prasarana lingkungan, dan masih sejalan dengan rencana dan program penataan kawasan. Perangkat tersebut misalnya penerapan insentif dan disinsentif, pengalihan hak membangun dalam batas tertentu dsb;
3.2. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
Monitoring dan Evaluasi dilakukan oleh tim Penyusun Action Plan, Tim Teknis dan Dinas
Pertanian untuk mendapatkan gambaran progress pelaksanaan serta kendala yang dihadapi,
pengendalian pelaksanaan setiap kegiatan dilaksanakan secara periodik kemudian
dilaporkan kepada Bupati
BAB. IV PENUTUP
Tahapan dan proses penyusunan action plan ini membutuhkan rencana kerja yang terukur dan tim penyusun yang melibatkan para pemangku kepentingan mulai dari pengambil kebijakan di tingkat kabupaten/kota hingga aparatur teknis di lapangan. Di samping itu, keterlibatan petani sebagai pelaku utama pengembangan kawasan pertanian melalui pendekatan partisipatif akan sangat dibutuhkan untuk menetapkan rencana kegiatan yang paling sesuai dengan permasalahan, aspirasi dan kebutuhan pelaku usaha di lapangan.
Rancangan matrik action plan harus dilakukan proses pendalaman dan kaji ulang yang mendalam dalam proses penyusunannya serta harus dilakukan negoisasi dan konsensus dengan instansi lintas sektor di daerah untuk mendapatkan dukungan regulasi serta anggaran yang dibutuhkan untuk mendukung pengembangan kawasan pertanian.
Akhirnya action plan perlu ditetapkan oleh Kepala Daerah atau Peraturan Daerah untuk menjadikan dokumen perencanaan pengembangan kawasan pertanian mendapat dukungan kebijakan yang dapat membangkitkan peluang dan potensi pembangunan pertanian sebagai motor penggerak pembangunan ekonomi di wilayah yang berskala regional
MATRIK TAHUNAN KEGIATAN RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KAWASAN PADI
Tahun : 2017
No Jenis kegiatan Volume/ Sasaran Lokasi/kec/desa Indikator outcome Satker
pelaksana
Rencana pembiayaan (000.000)
APBN APBD PROV
APBD kab/kota
HULU
1. Penyediaan alsin pengolahan beras kwalitas premium
5 pkt unit usaha pengolahan beras
1. Kecamatan Waelata – Desa Parbulu dan Waelo
2. Kecamatan Lolong Guba Desa Waegeren
3. Kecamatan Waeapo – Desa Waenetat dan Waekasar
1. Peningkatan Kapasitas dan kompetensi Unit Usaha Pengolahan Beras
2. Tersedianya Beras Bupolo kwalitas Premium
Dinas Pertanian Kabupaten Buru
3.000 300. 100.
2. Penyediaan sarana prasarana unit desa mandiri benih
6 pkt 6 Unit Desa Mandiri Benih
1. Kecamatan Waelata – Desa Parbulu
2. Kecamatan Lolong Guba Desa Wanakarta
3. Kecamatan Waeapo – Desa Savana Jaya, Waekerta, Waekasar, Waenetat.
1. Peningkatan Kapasitas dan kompetensi Unit Usaha Perbenihan
2. Tersedianya Benih Unggul berkualitas
Dinas Pertanian Kabupaten Buru
1.800 200 100
3. Penangkaran Benih sumber dan Benih Sebar
60 ha 55 orang petani penangkar benih 1 Unit Balai Benih tanaman pangan
1. Kecamatan Waelata – Desa, Debowae, Parbulu,Waelo, Waetina, Waeleman
2. Kecamatan Lolong Guba Desa Wanakarta, Waegeren, Grandeng
3. Kecamatan Waeapo – Desa Savana Jaya, Waekerta, Waetele, Waekasar, Waenetat. Wanareja
1. Terpenuhinya stok benih unggul bermutu pada setiap musim tanam
2. Tersediany benih sumber di Balai Benih Tanaman Pangan
3. Optimalisasi penggunaan benih unggul
4. Optimalisasi fungsi Balai Benih
Dinas Pertanian Kabupaten Buru
360.
4. Perluasan dan Perlindungan Lahan Pertanian
1000 ha Petani Padi Sawah
Kecamatan Waeapo, Lolonguba dan Waelata
Terbuka dan tertananya lahan sawah baru
Dinas Pertanian Kab.Buru
30.000 300. 100
No Jenis kegiatan Volume/ Sasaran Lokasi/kec/desa Indikator outcome Satker
pelaksana
Rencana pembiayaan (000.000)
APBN APBD PROV
APBD kab/kota
5. Penyediaan sarana prasarana Unit Pengolahan Pupuk Organik
12 paket 12 Unit Rumah Produksi Pupuk Organik
1. Kecamatan Waelata – Desa, Debowae, Parbulu,Waelo, Waetina, Waeleman
2. Kecamatan Lolong Guba Desa Wanakarta, Waegeren, Grandeng
3. Kecamatan Waeapo – Desa Savana Jaya, Waekerta, Waetele, Waekasar, Waenetat. Wanareja
1. Tersedianya Pupuk Organik dan Pestisida Botani pada setiap Desa
2. Terlaksananya Gerakan Pertanian Organik di sentra produksi padi
3. Berfungsinya Rumah Produksi Pupuk Organik yang telah dibangun Pemerintah Daerah
Dinas Pertanian Kab.Buru
2.400 100 100
6. Penyediaan sarana prasarana Tim pengendali hama penyakit/ Barigade Proteksi
4 pkt Barigade Proteksi
Home Base Barigade Proteksi Kecamatan Waeapo
1. Peningkatan sarana dan prasarana Barigade Proteksi
2. Efektifitas gerakan pengendalian OPT
3. Menurunya tingkat serangan hama penyakit
Dinas Pertanian Kab.Buru
160 200 100
7. Penyediaan perlengkapan rice trans planter (box persemaian)
100.000 box 8.500 ha lahan
Kecamatan Waeapo, Waelata dan lolong Guba
1. Optimalisasi pemanfaatan alat dan mesin tanam yang di miliki petani atau barigade alsintan
2. Menjawab masalah tidak maksimalnya penafaatan rice trans planter karena terbatasnya box persemaian
Dinas Pertanian Kab.Buru
5.000 5.000 1.000
8. Penyediaan traktor roda 2 200 unit 60 kelompok tani
Kecamatan Waeapo, Waelata dan lolong Guba
Terlaksananya Pengolahan tanah dan Penanaman serempak
Dinas Pertanian Kab.Buru
10.000 200. 100
9 Penyediaan traktor roda 4 20 unit
150 kelompok tani Kecamatan Waeapo, Waelata dan lolong Guba
Terlaksananya Pengolahan tanah dan Penanaman serempak
Dinas Pertanian Kab.Buru
15.000 200. 100
10. Pembangunan/ Rehabilitasi jalan Usaha Tani
100 km Lahan Usaha Tani Padi Sawah
Kecamatan Waeapo, Waelata lolong Guba, Fena Leisela, Lililali
Lancarnay akses petani dalam memobilisasi saprodi dan hasil dari dan ke lahan usaha tani
Dinas Pertanian Kab.Buru
20.000
No Jenis kegiatan Volume/ Sasaran Lokasi/kec/desa Indikator outcome Satker
pelaksana
Rencana pembiayaan (000.000)
APBN APBD PROV
APBD kab/kota
11. Pembangunan/perbaikan Jaringan Irigasi 60 ha
Lahan Padi Sawah Kecamatan Waeapo, Waelata dan lolong Guba
1. Tersedianya air pada lahan dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu
2. Peningkatan IP dan Ketepatan waktu pengolahan tanah dan tanam
Dinas Pertanian Kab.Buru
6.000
PRODUKSI
12. Gerakan Usaha Tani Padi Organik 1 keg 2.000 Lahan usaha tani padi sawah
Kecamatan Waeapo, Waelata dan lolong Guba
1. Peningkatan bahan organik tanah
2. Menjawab masalah rendahnya bahan organik lahan sawah di dataran Waeapo
Dinas Pertanian Kab.Buru
3.000 250 100
13. Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia mendukung peningkatan produksi dan mutu beras – beras premium
1 keg 2000 Lahan usaha tani padi sawah
Kecamatan Waeapo, Waelata dan lolong Guba
Peningkatan Produktivitas Tanaman Padi
Dinas Pertanian Kab.Buru
10.000 200 150
14. Demplot (Demplot, Dem farm, Dem Area) Penerapatan Teknologi Standar Spesifik Lokalita
400 ha 100 orang penyuluh
Kecamatan Waeapo, Waelata lolong Guba, Fena Leisela, Lililali
1. Dihasilkannya teknologi standar spesifik lokalita
2. Peningkatan kapasitas dann kompetensi penyuluh, petani dan poktan
Dinas Pertanian Kab.Buru
4.000 500 50
HILIR
15. Pembentukan Industri Perberasan Skala Desa
4 unit Unit unit pengolahan beras di tingkat Desa
Kecamatan Waeapo, Waelata dan lolong Guba
1. Dihasilkannya beras premiium BUPOLO
2. Peningkatan Mutu dan Nilai Tambah Beras BUPOLO
3. Peningkatan Pendapatan Petani
4. Terarahnya sistim pengolahan beras
Dinas Pertanian Kab.Buru
10.000 150 100
PENUNJANG
No Jenis kegiatan Volume/ Sasaran Lokasi/kec/desa Indikator outcome Satker
pelaksana
Rencana pembiayaan (000.000)
APBN APBD PROV
APBD kab/kota
16. Pembentukan Lembaga Asosiasi Petani Padi Bupolo
1 lembaga Petani padi
Kecamatan Waeapo, Waelata lolong Guba, Fena Leisela, Liliali
1. Sinergitas visi, misi dan strategi kebijakan Perberasan
2. Kuatnya Implemetasi kebijakan perberasan
Dinas Pertanian Kab.Buru
250
JUMLAH KEBUTUHAN ANGGARAN 110.970 11.072 5.536
MATRIK REKAPITULASI RENCANA PEMBIAYAAN KAWASAN PADI SELAMA 5 TAHUN
No Program Total sasaran
program
Total kebutuhan anggaran tahun I s/d tahun V (000.000)
APBN APBD Prof APBD Kab.
I II III IV V I II III IV V I II III IV V
HULU
1. Penyediaan alsin pengolahan beras kwalitas premium 20 pkt 3.000 2.400 2.400 2.400 1.800 300 240 240 240 180 150 120 120 120 90
2. Penyediaan sarana prasarana unit desa mandiri benih 18 Pkt 1.800 900 1.200 900 600 180 90 120 90 60 90 45 60 45 30
3. Penangkaran Benih sumber dan Benih Sebar 300 ha 360 360 360 360 360 36 36 36 36 36 18 18 18 18 18
4. Perluasan dan Perlindungan Lahan Pertanian 1.000 ha 30.000 0 0 0 0 3.000 - - - - 1.500 - - - -
5. Penyediaan sarana prasarana Unit Pengolahan Pupuk Organik 18 pkt 2.400 400 400 400 200 240 40 40 40 20 120 20 20 20 10
6. Penyediaan sarana prasarana Tim pengendali hama penyakit/ Barigade Proteksi
20 pkt 160 160 160 160 160 16 16 16 16 16 8 8 8 8 8
7. Penyediaan perlengkapan rice trans planter (box persemaian) 500.000 box 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 500 500 500 500 500 250 250 250 250 250
8. Penyediaan traktor roda 2 1.000 unit 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 500 500 500 500 500
9. Penyediaan traktor roda 4 100 unit 7.000 7.000 7.000 7.000 7.000 700 700 700 700 700 350 350 350 350 350
10. Pembangunan/ Rehabilitasi jalan Usaha Tani 500 km 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
11. Pembangunan/perbaikan Jaringan Irigasi 3.000 ha 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 600 600 600 600 600 300 300 300 300 300
PRODUKSI
1. Gerakan Usaha Tani Padi Organik 10.000 ha 7.000 7.000 7.000 7.000 7.000 700 700 700 700 700 350 350 350 350 350
2. Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia mendukung peningkatan produksi dan mutu beras – beras premium
10.000 ha 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 500 500 500 500 500
No Program Total sasaran
program
Total kebutuhan anggaran tahun I s/d tahun V (000.000)
APBN APBD Prof APBD Kab.
I II III IV V I II III IV V I II III IV V
3. Demplot (Demplot, Dem farm, Dem Area) Penerapatan Teknologi Standar Spesifik Lokalita
2.000 ha 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 400 400 400 400 400 200 200 200 200 200
HILIR
1. Pembentukan Industri Perberasan Skala Desa 20 unit 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 400 400 400 400 400 200 200 200 200 200
PENUNJANG
1. Pembentukan Lembaga Asosiasi Petani Padi Bupolo 1 lembaga 250
TOTAL 110.970 77.220 77.520 77.220 76.120 11.072 7.722 7.752 7.722 7.612 5.536 3.861 4.126 3.861 3.806
MATRIK TAHUNAN KEGIATAN RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KAWASAN SAPI
Tahun : 2017
No Jenis kegiatan Volume/ Sasaran Lokasi/kec/desa Indikator outcome Satker
pelaksana
Rencana pembiayaan (000.000)
APBN APBD PROV
APBD kab/kota
HULU
1. Pengembangan Jenis Hijauan Pakan Ternak
54 Ha
4. Kecamatan Waelata – Desa Debowae dan Waelo
5. Kecamatan Lolong Guba Desa Waegeren dan Wanakarta
6. Kecamatan Waeapo – Desa Waetele, Waekerta, Wanareja
7. Kecamatan Namlea – Desa Namlea, Batuboy, Siahoni
8. Kecamatan Lilialy – Desa Waeperang dan Sawa
9. Kecamatan Batabua – Desa Pela
3. Tersedia Pakan Ternak dengan jumlah dan mutu yang sesuai
4. Tersedianya lahan hijauan pakan ternak yang dibudidayakan
Dinas Pertanian Kabupaten Buru
540 -. -
2.
Pengadaan Bibit Ternak Sapi
157 Ekor Tersebar pada 7 Kecamatan
3. Meningkatnya Populasi dan Produksi sapi potong
4. Tersedianya bibit sapi potong
Dinas Pertanian Kabupaten Buru
-
200
-
3. Pengendalian dan Penanggulangan Keswan dan Brucellosis pada Sapi/Kerbau
1.000 Dosis 25 jenis obat ternak
4. Kecamatan Waelata – Desa, Debowae, Parbulu,Waelo, Waetina, Waeleman
5. Kecamatan Lolong Guba Desa Wanakarta, Waegeren, Grandeng
6. Kecamatan Waeapo – Desa Savana Jaya, Waekerta, Waetele, Waekasar, Waenetat. Wanareja
5. Terlaksananya kegiatan vaksinasi penyakit Brucellosis pada sapi/kerbau
6. Tersediany vaksin brucellosis
7. Optimalisasi penanganan penyakit brucellosis
Dinas Pertanian Kabupaten Buru
100 - 80
4. Peningkatan kualitas SDM dan Fasilitas Penunjang IB
2 Orang 300 Liter N2 Cair 500 Dosis Strow 300 Insentif Pedet
Kecamatan Waeapo, Lolonguba, Namlea, Lilialy dan Waelata
1. Peningkatan kapasitas petugas IB
2. Peningkatan populasi sapi potong
3. Terbangunnya kawasan sapi potong
Dinas Pertanian Kab.Buru
20 - 92
MATRIK TAHUNAN KEGIATAN RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KAWASAN SAPI
Tahun : 2017
No Jenis kegiatan Volume/ Sasaran Lokasi/kec/desa Indikator outcome Satker
pelaksana
Rencana pembiayaan (000.000)
APBN APBD PROV
APBD kab/kota
5. Upsus Siwab 6.000 Akseptor
3.180 Ekor yang Bunting
4. Kecamatan Waelata 5. Kecamatan Lolong Guba 6. Kecamatan Waeapo 7. Kecamatan Namlea 8. Kecamatan Lilaly
4. Tersedianya calon akseptor upsus siwab
5. Terlaksananya upsus siwab
6. Bertambahnya kelahiran dari Hasil IB sebanyak 3.180 ekor
Dinas Pertanian Kab.Buru
180 - -
6. Asuransi Usaha Ternak Sapi (AUTS) 1.000 ekor Tersebar di 7 Kecamatan 1. Tersedianya asuransi
usaha ternak sapi
Dinas Pertanian Kab.Buru
1.000 - -
HILIR
PENUNJANG
7. Pembentukan Koperasi Peternakan 1 lembaga Petani Sapi Potong
Kecamatan Waeapo – Desa Waetele
3. Sinergitas visi, misi dan strategi kebijakan Peternakan Sapi Potong
4. Kuatnya Implemetasi kebijakan Sapi Potong
Dinas Pertanian Kab.Buru
100 -
Jumlah Kebutuhan Anggaran 1.840 300 172
MATRIK REKAPITULASI RENCANA PEMBIAYAAN KAWASAN SAPI POTONG SELAMA 5 TAHUN
No Program Total sasaran program Total kebutuhan anggaran tahun I s/d tahun V (000.000)
APBN APBD Prov. APBD Kab.
I II III IV V I II III IV V I II III IV V
1 Upsus Siwab Peningkatan Populasi Sapi Potong 380 500 650 700 1.000 100 100 100 100 100 92 100 100 100 100
2 Asuransi Usaha Ternak Sapi
(AUTS)
Memberikan perlindungan dalam bentuk
ganti rugi kepada peternak jika terjadi
kematian sapi karena penyakit,
kecelakaan atau hilang akibat pencurian
sehingga peternak dapat meneruskan
usahanya dengan membeli indukan sapi.
1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
3 Pengembangan Jenis Hijauan
Pakan Ternak
Tersedia Pakan Ternak dengan jumlah
dan mutu yang sesuai
540 600 1.000 750 500 100 100 100 100
4 Pengadaan Bibit Ternak Sapi Meningkatnya Populasi dan Produksi sapi
potong
1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 50 100 150 150
5 Pengendalian dan
Penanggulangan Keswan dan
Brucellosis pada Sapi/Kerbau
Terpeliharanya kesehatan ternak dan
kesmavet serta menurunnya angka
kesakitan ternak
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
6 Peningkatan kualitas SDM dan
Fasilitas Penunjang Inseminasi
Buatan (IB)
Peningkatan Mutu Genetik Ternak,
populasi dan peningkatan sumber daya
petugas IB
150 150 150 150 150 100 100 100 100 100
Total 1.172 1.352 903 1.702 753 201 201 201 201 201 293 450 500 550 550