Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

97
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone i Tim Penyusun : Ir. H.Marzuki Ukkas, DEA Suharto, S.Kel, M.Si

description

Rencana Aksi pengelolaan lingkungan hidup kawasan teluk bone pada prinsipnya akan membuat suatu jaringan dan pedoman lingkungan pesisir dan laut yang memuat suatu upaya konkrit dalam penyelesaian masalah lingkungan dan aturan-aturan yang terkait dengan upaya perlindungan ekosistem pesisir dan laut yang ada di kawasan teluk bone dalam rangka menciptakan suatu keseimbangan antara kebutuhan-kebutuhan pembangunan dan konservasi. Sehingga pada akhirnya, diharapkan akan memberikan manfaat dan kontribusi dalam menciptakan lingkungan yang baik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir kawasan teluk bone.

Transcript of Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Page 1: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone i

Tim Penyusun : Ir. H.Marzuki Ukkas, DEA

Suharto, S.Kel, M.Si

Page 2: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone ii

PERATURAN BERSAMA GUBERNUR SULAWESI SELATAN

DAN GUBERNUR SULAWESI TENGGARA

NOMOR 26 TAHUN 2015

NOMOR 40 TAHUN 2015

TENTANG

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KAWASAN TELUK BONE

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SULAWESI SELATAN DAN GUBERNUR SULAWESI TENGGARA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menindaklanjuti Perjanjian Kerjasama Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor: 202/VII/PEMPROV/2012 dan Nomor: 20 Tahun 2012 Tanggal 18 Juli 2012 tentang Pengelolaan dan Pengembangan Wilayah Terpadu Teluk Bone, maka perlu ada pengaturan untuk melakukan pengendalian bersama terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di kawasan Teluk Bone secara tepadu dan terkoordinasi;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bersama Gubernur Sulawesi Selatan dan Gubernur Sulawesi Tenggara tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kawasan Teluk Bone.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1964 Tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Utara - Tengah dan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara Dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 47 Prp Tahun 1960 Tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Utara–Tengah dan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan-Tenggara (Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 1964 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2687);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);

Page 3: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone iii

3.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1999 tentang Perairan Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3647);

4.

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4401);

5. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);

6.

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5490);

7.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

8.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5578); sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5657);

9.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3816);

Page 4: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone iv

10. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4761);

11.

12.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas Dan Wewenang serta

Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Wilayah Provinsi (Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 2010 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5107) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5209);

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerjasama Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 125);

13. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Perumusan Materi Muatan Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Dalam Peraturan Perundang-undangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 838);

14. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 10 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Laut Provinsi Sulawesi Tenggara (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2005 Nomor 10);

15. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir

(Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2007 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 232);

16. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 4 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Provinsi Sulawesi Tenggara (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2008 Nomor 4) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 11 Tahun 2012 (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012 Nomor 11);

17. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis Daerah Dan Lembaga Lain Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008 Nomor 9) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 12 Tahun 2009 (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009 Nomor 12);

18. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 14 Tahun 2013 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2013 Nomor 14);

Page 5: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone v

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BERSAMA GUBERNUR TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KAWASAN TELUK BONE.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bersama ini, yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Tenggara. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, dan

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara. 3. Gubernur adalah Gubernur Sulawesi Selatan dan Gubernur Sulawesi

Tenggara. 4. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota yang berada dalam Kawasan Teluk

Bone. 5. Kawasan Teluk Bone adalah wilayah yang meliputi pesisir dan laut Provinsi

Sulawesi Selatan yang terdiri atas Kabupaten Kepulauan Selayar, Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bone, Kabupaten Wajo, Kabupaten Luwu, Kota Palopo, Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Luwu Timur serta Provinsi Sulawesi Tenggara yang terdiri atas Kabupaten Kolaka Utara, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Bombana, Kabupaten Buton, Kabupaten Muna dan Kota Baubau.

6. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

7. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup

yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

8. Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

9. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh-menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.

10. Sumber daya alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan membentuk kesatuan ekosistem.

11. Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.

12. Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup adalah ukuran batas perubahan sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang dapat ditolerir oleh lingkungan hidup untuk dapat tetap melestarikan fungsinya.

13. Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

14. Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana serta kesinambungan

Page 6: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone vi

ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya.

15. Kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari.

BAB II MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2 (1) Peraturan Bersama Gubernur ini dimaksudkan untuk:

a. sebagai instrumen pengelolaan Kawasan Teluk Bone secara bersama, terpadu, optimal, dan berkelanjutan;

b. mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lingkungan hidup, secara berkelanjutan dan mendorong peningkatan kesejahterakan masyarakat; dan

c. melakukan pengawasan, pengendalian dan pengamanan sumber daya lingkungan hidup secara terpadu terhadap potensi pengrusakan dan dampaknya, pemanfaatan yang tidak ramah lingkungan serta pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan ekosistem kawasan Teluk Bone.

(2) Tujuan Peraturan Bersama Gubernur ini yaitu :

a. mewujudkan keterpaduan, keselarasan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengelolaan lingkungan hidup secara efektif;

b. memberikan manfaat bersama bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan bersama yang berkelajutan; dan

c. melestarikan serta mengoptimalkan fungsi lingkungan hidup di Kawasan Teluk Bone.

BAB III KEWENANGAN PENGELOLAAN

Pasal 3

Pemerintah Daerah dan Kabupaten/Kota berwenang mengatur perlindungan dan pengelolaan sumber daya lingkungan hidup sesuai kedudukan dan kewenangan masing-masing.

BAB IV

KEWAJIBAN PEMERINTAH DAERAH

Pasal 4

1. Kewajiban Pemerintah Daerah meliputi:

a. memberikan rasa aman kepada masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan sumber daya lingkungan hidup;

b. mencegah terjadinya kesalahan dalam pemanfaatan sumber daya dan kerusakan lingkungan hidup;

c. melakukan penegakan hukum sesuai kedudukan dan kewenangan masing-masing;

d. menyediakan data dan informasi potensi sumber daya lingkungan hidup berbasis teknologi informatika;

e. memberikan kepastian terhadap pemanfaatan sumber daya lingkungan hidup

secara lestari dan berkelanjutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan;

Page 7: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone vii

f. mendorong peluang kerjasama masyarakat, swasta, baik secara regional, nasional dan internasional sesuai kebutuhan dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

g. memberikan pelayanan perizinan terhadap pengelolaan sumber daya lingkungan hidup secara berkelanjutan di Kawasan Teluk Bone sesuai kedudukan dan kewenangan masing-masing.

BAB V

PELAKSANAAN

Pasal 5

Dalam rangka penyelenggaraan kewenangan dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4, Pemerintah Daerah melakukan kegiatan yaitu masing-masing :

a. perencanaan, penelitian, pengkajian dan pengembangan pengelolaan sumber daya lingkungan hidup secara berkelanjutan di Kawasan Teluk Bone;

b. pertukaran data dan informasi serta pemberdayaan pengelolaan sumber daya lingkungan hidup secara berkelanjutan di Kawasan Teluk Bone;

c. pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia dan teknologi berbasis teknologi informatika dalam pengelolaan sumber daya lingkungan hidup secara berkelanjutan di Kawasan Teluk Bone;

d. sosialisasi rutin kepada masyarakat terhadap peraturan terkait perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Kawasan Teluk Bone dengan melibatkan Kabupaten/Kota terkait;

e. secara berkala melakukan monitoring terpadu di Kawasan Teluk Bone oleh masing-masing Provinsi minimal setiap 6 (enam) bulan;

f. melakukan pertemuan dan koordinasi, evaluasi secara berkala minimal 1 (satu) kali dalam setahun;

g. penetapan bersama kawasan konservasi laut Daerah di Kawasan Teluk Bone;

h. peningkatan pengawasan lingkungan hidup secara bersama;

i. pengembangan dan pengawasan aktifitas pemanfaatan sumber daya lingkungan hidup di kawasan Teluk Bone dengan memperhatikan pembangunan berkelanjutan;

j. pengaturan dan pengendalian alat dan bahan yang digunakan dalam pemanfaatan sumber daya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

k. penetapan dan penilaian indikator, pendekatan berbasis ekosistem terhadap jaringan konservasi.

BAB VI PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 6

(1) Pemerintah Daerah mengikutsertakan masyarakat, perguruan tinggi dan pemangku kepentingan yang terkait dalam setiap kegiatan perencanaan dan pengelolaan sumber daya lingkungan hidup sesuai kebutuhan.

(2) Setiap kegiatan pengelolaan sumber daya lingkungan hidup yang dilakukan oleh masing-masing Pemerintah Daerah, seseorang dan/atau Badan Hukum, wajib memperhatikan kearifan lokal dan kebiasaan yang berlaku pada masyarakat setempat.

Page 8: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone viii

BAB VII PENEGAKAN HUKUM

Pasal 7

(1) Pemerintah Daerah dapat melakukan penegakan hukum sesuai kedudukan dan kewenangan masing-masing.

(2) Dalam rangka pelaksanaan penegakan hukum sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), dikoordinasikan dengan Pemerintah Kabupaten/Kota setempat dan/atau Instansi lain terkait.

(3) Setiap orang atau Badan Hukum yang mengetahui terjadinya pelanggaran dan/atau perbuatan pidana dalam pengelolaan sumber daya lingkungan hidup di Kawasan Teluk Bone yang berkenaan kewenangan Pemerintah Daerah, wajib melaporkan kepada aparat yang berwenang atau Pemerintah Daerah bersangkutan.

(4) Dalam rangka pelaksanaan penegakan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), Pemerintah Daerah masing-masing membentuk Tim Terpadu yang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

(5) Tim Terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri atas unsur :

a. Badan Lingkungan Hidup Daerah; b. Penyidik Pegawai Negeri Sipil Lingkungan Hidup; c. Polisi Perairan; d. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut; e. Kesatuan Pengawas Laut dan Pantai; f. Kejaksaan; g. Kelompok masyarakat pengawas; dan h. Unsur lain terkait sesuai kebutuhan.

BAB VIII PEMBIAYAAN

Pasal 8

(1) Biaya yang timbul sebagai akibat pelaksanaan Peraturan Bersama Gubernur ini dibebankan pada :

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah masing-masing; b. Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah Kabupaten/Kota; dan/atau c. Sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat

(2) Sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf c, meliputi dukungan pembiayaan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

BAB IX

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 9

Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis pelaksanaan dari Peraturan Bersama Gubernur ini, diatur tersendiri oleh Gubernur sesuai kewenangan masing-masing dan berdasarkan peraturan perundang–undangan.

Page 9: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone ix

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 10

Peraturan Bersama Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan

Bersama Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Tenggara.

Di tetapkan di Makassar pada tanggal 20 Mei 2015

GUBERNUR GUBERNUR SULAWESI TENGGARA, SULAWESI SELATAN, Ttd ttd NUR ALAM, SE, M.Si Dr.H. SYAHRUL YASIN LIMPO, SH, M.Si, MH Diundangkan di Makassar pada tanggal 20 Mei 2015 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN, ttd Ir. H. ABDUL LATIF, M.Si, M.M

Diundangkan di Kendari pada tanggal 22 Mei 2015 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA, ttd Dr. H. LUKMAN ABUNAWAS, SH, M.Si BERITA DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2015 NOMOR 26 BERITA DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015 NOMOR 40

Page 10: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone x

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat,

Karunia, serta Taufik dan Hidayah-Nya sehingga Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dapat

menyusun Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup (RAPLH) Kawasan Teluk Bone ini.

Dokumen RAP-Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone ini merupakan kesatuan dokumen

perencanaan terpadu yang secara kompherensif memuat rencana ataupun program-program

lingkungan terhadap kabupaten yang ada di kawasan pesisir dan laut kawasan Teluk Bone.

Kehadiran dokumen RAPLH kawasan Teluk Bone ini diharapkan menjadi solusi dalam pengelolaan

permasalahan lingkungan melalui perencanaan dari berbagai sektor keilmuan secara terpadu.

Adanya perencanaan program lingkungan yang ada selama ini bersifat sektoral dan belum

mampu menjadi solusi terhadap berbagai permasalahan lingkungan pesisir di kawasan Teluk Bone

seperti degradasi ekosistem terumbu karang, lamun dan mangrove, kemiskinan dan pemukiman

kumuh, permasalahan sampah, penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan, erosi, abrasi dan

sedimentasi, konversi lahan tambak, pencemaran laut, penegakan hukum, tingkat pengetahuan dan

persepsi masyarakat terhadap lingkungan. Sedangkan pada sisi yang lain, harapan pemerintah

terhadap pengelolaan kawasan pesisir berkelanjutan menjadi tumpuan dalam meningkatkan

efektivitas pembangunan dan kesejahteraan masyarakat pesisir Teluk Bone. Oleh karenanya

kehadiran dokumen RAPLH ini menjadi penting.

Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak dan stakeholder yang telah membantu

dalam menyelesaikan dokumen Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup (RAPLH) kawasan

Teluk Bone ini. Semoga dokumen ini dapat membantu Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam

mewujudkan pembangunan di Bidang Lingkungan Hidup secara terpadu dan berkelanjutan pada

kawasan pesisir Teluk Bone dan menjadi pondasi dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat

Sulawesi Selatan.

Makassar, November 2016

Penyusun

Page 11: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone xi

Daftar isi

Halaman

Kata Pengantar ..................................................................................................................................................... x

Daftar isi ............................................................................................................................................................... x

Daftar Gambar ................................................................................................................................................... xiii

Daftar Tabel ....................................................................................................................................................... xiv

BAB I. Pendahuluan ......................................................................................................................................... 1

2.1. Latar Belakang....................................................................................................................................... 1

2.2. Maksud dan Tujuan .............................................................................................................................. 2

2.3. Arahan Perencanaan dan Pemanfaatan ............................................................................................... 3

2.4. Ruang Lingkup ....................................................................................................................................... 4

BAB II. Tinjauan Wilayah Perencanaan ............................................................................................................ 5

2.1. Wilayah Geografi .................................................................................................................................. 5

2.2. Sumberdaya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ........................................................................................... 6

2.2.1. Kabupaten Luwu Timur ................................................................................................................. 6

2.2.2. Kabupaten Luwu Utara ............................................................................................................... 11

2.2.3. Kota Palopo ................................................................................................................................. 13

2.2.4. Kabupaten Luwu ......................................................................................................................... 17

2.2.5. Kabupaten Wajo ......................................................................................................................... 24

2.2.6. Kabupaten Bone ......................................................................................................................... 27

2.2.7. Kabupaten Sinjai ......................................................................................................................... 32

2.2.8. Kabupaten Bulukumba ............................................................................................................... 38

2.2.9. Kabupaten Selayar ...................................................................................................................... 40

BAB III. Proses Penyusunan Rencana Aksi ....................................................................................................... 47

3.1. Pembentukan Tim Teknis.................................................................................................................... 47

3.2. Identifikasi Isu Strategi........................................................................................................................ 47

3.3. FGD Penyusunan Rencana Aksi ........................................................................................................... 50

3.4. Konsultasi Publik ................................................................................................................................. 51

3.5. Penetapan Peraturan .......................................................................................................................... 51

BAB IV. Hubungan dengan Perencanaan Lain ................................................................................................. 52

4.1. Perencanaan Daerah yang Terkait ...................................................................................................... 52

4.2. Perencanaan RAPLH Teluk Bone ......................................................................................................... 52

BAB V. Program Kerja ..................................................................................................................................... 53

5.1. Ulasan Kegiatan Sebelumnya .............................................................................................................. 53

5.2. Pendekatan Rencana Aksi ................................................................................................................... 56

5.3. Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone ............................................................................................... 58

BAB VI. Pemantauan dan Evaluasi ................................................................................................................... 82

Page 12: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone xii

6.1. Pemantauan ........................................................................................................................................ 82

6.2. Evaluasi ............................................................................................................................................... 82

Page 13: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone xiii

Daftar Gambar Gambar Halaman

1. Hubungan Antar Dokumen Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkup Pesisir ........................... 4

2. Peta kabupaten yang ada di kawaasan Teluk Bone ....................................................................................... 5

3. Peta Administratif Kabupaten Luwu Timur .................................................................................................... 7

4. Sebaran Ekosistem di Kecamatan Malili dan Angkona .................................................................................. 8

5. Peta Administratif Kabupaten Luwu Utara .................................................................................................. 12

6. Peta Administratif Kabupaten Luwu ............................................................................................................ 19

7. Peta Administratif Kabupaten Wajo ............................................................................................................ 25

8. Peta Administratif Kabupaten Bone ............................................................................................................. 28

9. Peta Administratif Kabupaten Sinjai ............................................................................................................ 34

10. Peta Administratif Kabupaten Bulukumba ............................................................................................... 39

11. Peta Administratif Kabupaten Selayar ...................................................................................................... 40

Page 14: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone xiv

Daftar Tabel Tabel Halaman

1. Aliran sungai di wilayah pesisir Kabupaten Luwu Timur .............................................................................. 7

2. Sebaran Penduduk di Pesisir Kabupaten Luwu Timur ................................................................................ 10

3. Luas Wilayah Kabupaten Luwu Utara dirinci per kecamatan ..................................................................... 11

4. Luas Wilayah Kota Palopo dirinci per kecamatan ...................................................................................... 14

5. Jumlah Penduduk Kota Palopo Tahun 2002 – 2010 ................................................................................... 15

6. Kepadatan Penduduk Kota Palopo Tahun 2010 ......................................................................................... 16

7. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kota Palopo Tahun 2010 ................................................ 17

8. Luas Wilayah dan banyaknya kecamatan di Kabupaten Luwu Tahun 2012 ............................................... 18

9. Jumlah dan Jenis Alat Penangkapan Ikan Tahun 2012 ............................................................................... 20

10. Kelompok Usaha Masyarakat Perikanan tahun 2012 ................................................................................. 20

11. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Luwu Tahun 2007 – 2011 ............................................ 22

12. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Luwu dirinci per kecamatan Tahun 2008 – 2009 .............. 22

13. Jumlah Penduduk Kabupaten Wajo ........................................................................................................... 26

14. Pertambahan Jumlah Penduduk 2012 - 2013 ............................................................................................ 26

15. Tingkat kerja 2013 - 2014 ........................................................................................................................... 27

16. Indikator Klimatologi Kabupaten Bone 2014 .............................................................................................. 29

17. Produksi Perikanan 2014 ............................................................................................................................ 29

18. Perubahan Jumlah Penduduk 2012 - 2014 ................................................................................................. 30

19. Tingkat Kerja 2012 - 2014 ........................................................................................................................... 31

20. Letak Geografis menurut kecamatan di Kabupaten Sinjai ......................................................................... 32

21. Jenis lamun di Kabupaten Sinjai ................................................................................................................. 35

22. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Sinjai tahun 2009............. 36

23. Komposisi Penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Sinjai tahun 2009. .......................................... 37

24. Kepadatan Penduduk dirinci menurut kecamatan di Kabupaten Sinjai, Tahun 2009 ............................... 37

25. Jumlah penduduk per kecamatan dan rata-rata kepadanya ...................................................................... 40

26. Data geografis dan Iklim Kabupaten Selayar .............................................................................................. 41

27. Perubahan wilayah administrasi di tahun 2014 - 2015 .............................................................................. 42

28. Luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Kepulauan selayar ............................................................. 42

29. Pertambahan Jumlah Penduduk 2014 - 2015 ............................................................................................ 43

30. Kelompok Tenaga Kerja 2013 - 2015 .......................................................................................................... 43

31. Produksi Perikanan 2014 - 2015 ................................................................................................................. 45

32. Ringkasan Program Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone ....................................................................... 58

Page 15: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

1

BAB I. PENDAHULUAN

2.1. Latar Belakang

Pesisir merupakan wilayah peralihan antara laut dan daratan, ke arah darat mencakup

daerah yang masih terkena pengaruh air laut atau pasang surut, dan ke arah laut meliputi

daerah paparan benua (continental shelf).

Wilayah pesisir dapat diartikan sebagai

wilayah dimana daratan berbatasan dengan

lautan yaitu batas ke arah daratan meliputi

wilayah-wilayah yang tergenang air maupun

tidak tergenang air yang masih terpengaruh

oleh proses laut seperti pasang surut, angin

laut, dan intrusi garam. Sedangkan batas ke

arah lautan adalah daerah yang terpengaruhi

oleh proses-proses alami di daratan seperti sedimentasi dan kegiatan-kegiatan manusia di

daratan. Pada dasarnya kawasan pesisir merupakan batasan (interface) antara zona laut dan

darat yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi satu sama lain baik secara bio-geofisik

maupun sosial-ekonomi yang menyediakan barang dan jasa (goods and services) bagi

masyarakat pesisir dan pemanfaaatn lainya (beneficiaries).

Kawasan pesisir sebagai kawasan peralihan ekosistem darat dan laut yang saling

memengaruhi dimana kearah 12 mil dari garis pantai untuk provinsi dan sepertiga dari wilayah

laut untuk kabupaten kota dan ke arah darat batas administrasi kabupaten/kota dengan

karakteristik kearah darat dapat meliputi wilayah daratan baik kering mapun terendam air yang

masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut. Sementara ke arah laut perairan pesisir mencakup

wilayah terluar dari wilayah paparan benua yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alamiah

yang terjadi berasal dari darat.

Salah satu permasalahan yang butuh perhatian sangat besar hingga sekarang ialah

terkait masalah lingkungan. Banyaknya permasalahan lingkungan di wilayah pesisir seringkali

belum mendapat perhatian dan penanganan yang konkrit. Akibatnya lingkungan dari waktu ke

waktu terus mengalami degradasi. Pemanfaatan sumberdaya di wilayah pesisir, laut dan pulau

kecil yang tidak harmonis atau tidak terkelola dengan baik, pada akhirnya justru dapat

merugikan daerah dan masyarakat sendiri. Hal ini disebabkan karena karakterisitiknya yang

dinamis, berubah sesuai dengan peruntukannya dan memiliki ekosistem yang rentan

dengan kerusakan. Dampak pemanfaatan lahan pesisir yang dapat terjadi antara lain: abrasi

pantai, sedimentasi, pencemaran, banjir, permasalahan sampah dan pemukiman kumuh, serta

Page 16: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

2

degradasi ekosistem pesisir khususnya mangrove, lamun, dan terumbu karang. Selain itu,

dijumpai ketidakharmonisan pemanfaatan ruang akibat pemanfaatan kawasan lindung untuk

budidaya yang dapat menimbulkan degradasi lingkungan dan konflik kepentingan antara

masyarakat, pemerintah daerah, dan stakeholders lain.

Berdasarkan Undang Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan

ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan

perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia

serta makhluk hidup lain.

Sebagai upaya mendukung pemanfaatan wilayah pesisir, laut dan pulau kecil secara

berkelanjutan, maka pemerintah berusaha melakukan pengaturan melalui kebijakan perundang-

undangan, yang beranjak dari undang-undang No. 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah

pesisir dan pulau kecil dalam hal ini konsen pada pengelolaan lingkungan di kawasan teluk

bone.

Teluk bone yang merupakan bagian dari tak terpisahkan dari kawasan pesisir Sulawesi

Selatan menyimpan potensi besar dan permasalahan lingkungan yang kompleks. Pentingnya

suatu pedoman pengelolaan sumberdaya pesisir dan pulau kecil menjadikan penyusunan

rencana aksi teluk bone dalam lingkup penyelesaian masalah dan isu-isu lingkungan pesisir dan

pulau-pulau kecil menjadi begitu penting untuk dilaksanakan.

Rencana Aksi pengelolaan lingkungan hidup kawasan teluk bone pada prinsipnya akan

membuat suatu jaringan dan pedoman lingkungan pesisir dan laut yang memuat suatu upaya

konkrit dalam penyelesaian masalah lingkungan dan aturan-aturan yang terkait dengan upaya

perlindungan ekosistem pesisir dan laut yang ada di kawasan teluk bone dalam rangka

menciptakan suatu keseimbangan antara kebutuhan-kebutuhan pembangunan dan konservasi.

Sehingga pada akhirnya, diharapkan akan memberikan manfaat dan kontribusi dalam

menciptakan lingkungan yang baik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir

kawasan teluk bone.

2.2. Maksud dan Tujuan

Rencana aksi ini dmaksudkan sebagai dokumen implementasi dari rencana strategi yang

terkoordinasi antar beberapa komponen dan daerah yang terkait dengan pemanfaatan wilayah

teluk bone dengan mengacu pada pendekatan partisipatif masyarakat dalam mewujudkan

tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Adapun tujuan rencana aksi ini ialah :

Page 17: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

3

1. Membangun kerangka konsep kegiatan/program antar sektor terkait yang disusun sesuai

dengan prinsip pengelolaan dan pemanfaatan, prioritas program, lokasi, alokasi anggaran

serta indikator pencapaian kegiatan di kawasan Teluk Bone.

2. Untuk mewadahi rencana stategis pengelolaan pesisir sulsel dengan rencana kegiatan

pembangunan daerah masing-masing kabupaten yang ada di kawasan teluk bone, dalam

hal ini melalui penyusunan rencana kerja.

3. Mensinergikan rencana kegiatan masing-masing kabupaten dalam pengelolaan wilayah

pesisir teluk bone.

4. Sebagai acuan yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana Pembangunan

Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD)

5. Acuan dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir dan pulau- pulau kecil ;

6. Sebagai pedoman untuk menjembatani koordinasi dan integrasi program- program

pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil antar kabupaten yang ada di kawasan

Teluk Bone ;

7. Dasar pengendalian dan kontrak politik bagi masyarakat dan pihak-pihak lain yang

berkepentingan untuk memantau pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau

kecil.

2.3. Arahan Perencanaan dan Pemanfaatan

Rencana Aksi Pengelolaan merupakan tindak lanjut Rencana Pengelolaan wilayah

pesisir dan pulau-pulau kecil Sulawesi Selatan yang memuat tujuan, sasaran, anggaran, dan

jadwal untuk satu atau beberapa tahun kedepan secara terkoordinasi untuk melaksanakan

berbagai kegiatan yang dilakukan oleh instansi pemerintah, pemerintah daerah, dan

pemangku kepentingan lainnya.

Arahan perencanaan dan pemanfaatan pengelolaan kawasan teluk bone berdasarkan

pada isu yang telah termaktub dalam Rencana Strategis Sulawesi Selatan, Lokasi kegiatan

dalam Rencana Aksi pengelolaan lingkungan hidup berada pada kawasan yang termuat dalam

Rencana Zonasi, sedangkan tata kelola setiap kegiatan yang termuat dalam Rencana Aksi

pengelolaan lingkungan hidup yang menyangkut kebijakan, prosedur dan tanggung jawab

dalam rangka pengambilan keputusan mengacu pada Rencana Pengelolaan yang juga telah

ditetapkan.

Berikut bagan alur arahan perencanaan sesuai dengan pedoman penyusunan rencana

aksi pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil seperti terlihat pada Gambar 1.

Page 18: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

4

Gambar 1. Hubungan Antar Dokumen Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkup Pesisir

2.4. Ruang Lingkup

Penyusunan dokumen Rencana Aksi pengelolaan lingkungan hidup Teluk Bone ini

didasarkan pada data-data yang tersedia dalam dokumen Renstra PWP-3-K, RZWP-3-K di

daerah kawasan Teluk Bone. RAP Lingkungan Hidup Teluk Bone melingkupi seluruh Kawasan

P-3-K yang telah ditetapkan dalam rencana zonasi dan bagian dari kawasan Teluk Bone, serta

daerah yang berbatasan dengan Teluk Bone yang melingkupi :

1. Kawasan Lindung mencakup kawasan lindung mangrove, ekosistem padang lamun dan

ekosistem terumbu karang.

2. Kawasan Pemanfaatan Umum mencakup sub Zona Budidaya, Perikanan Tangkap

dan Wisata

3. Kawasan yang rawan abarasi/erosi dan sedimentasi serta rawan pencemaran pada

kawasan pesisir

Page 19: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

5

BAB II. TINJAUAN WILAYAH PERENCANAAN

2.1. Wilayah Geografi

Teluk Bone merupakan cekungan yang terletak diantara dua lengan Pulau Sulawesi

yaitu lengan tenggara dan lengan selatan. Secara administratif Teluk Bone terletak antara dua

provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara Adminsitratif

Provinsi Sulawesi Selatan, meliputi kabupaten/kota yang berbatasan langsung laut Teluk Bone

dengan daratan pesisir timur Kab. Luwu Timur, Kab. Luwu Utara, Kota Palopo, Kab. Luwu, Kab.

Wajo, Kab. Bone, Kab. Sinjai Kab. Bulukumba dan, Kab. Kepulauan Selayar. Sedangkan

administratif dalam wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara, meliputi kabupaten/kota yang

berbatasan langsung laut Teluk Bone dengan daratan pesisir barat Kab. Kolaka Utara, Kab/Kota

Kolaka, Kab. Bombana, Perairan Teluk Bone sebelah selatan merupakan Laut Flores.

Gambar 2. Peta kabupaten yang ada di kawaasan teluk bone

Gambaran pengelolaan sesuai dengan kewenangan pemerintah provinsi dalam hal

pengelolaan wilayah yakni penentuan batas 12 mil ke arah laut dan batas kearah darat

ditetapkan pada wilayah terjauh dari garis pantai ke arah darat dengan kecamatan yang

terdekat dengan garis pantai.

Page 20: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

6

2.2. Sumberdaya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

2.2.1. Kabupaten Luwu Timur

2.4.1.1. Deskripsi Umum

a. Letak Geografis dan Administratif

Secara geografis kabupaten Luwu Timur berada di sebelah selatan garis khatulistiwa

dengan posisi 2° 29’24” - 2° 51’ 33” Lintang Selatan dan 120° 57’ 16”-121° 22’ 46” Bujur

Timu. Luas wilayah Kabupaten Luwu Timur dari luas Provinsi Sulawesi Selatan meliputi

6.944,88 Km2 atau 11,14%. Kabupaten Luwu Timur dengan ibukota Malili merupakan

kabupaten yang berada timur di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Batasan wilayah

administrasif Kabupaten Luwu Timur meliputi :

Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan

Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tenggara dan Teluk

Bone

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Luwu Timur

Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah

Berdasarkan UU No. 7 Tahun 2003 pada tanggal 3 Mei 2003 Kabupaten Luwu Timur

diresmikan sebagai daerah otonom yang sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten

Luwu Utara. Peresmian Kabupaten Luwu Timur sampai tahun 2007 terdiri atas 11

kecamatan, 99 desa dan 3 Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT).dari 11 kecamatan tersebut

terbagi menjadi 99 desa dan 3 UPT (Unit Pemukiman Transmigrasi).

Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Towuti yaitu 1.820,48 km² atau

26,21% dan Kecamatan terkecil adalah Kecamatan Tomoni Timur yaitu 43,91 km² atau

0,63% dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang berada di pesisir

yakni Kecamatan Burau, Kecamatan Wotu, Kecamatan Angkona dan Kecamatan Malili.

Kabupaten Luwu Timur dialiri oleh beberapa sungai yang bermuara di pesisir.

Sungai-sungai yang mengalir di wilayah pesisir Kabupaten Luwu Timur disajikan pada

Tabel 3.1. Sumber air bersih yang dimanfaat masyarakat adalah air tanah dengan

memanfaatkan sumur gali dan sumur pompa. Kedalaman air tanah 1 - 15 meter. Khusus

di Kecamatan Malili telah tersedia sumber air dari PDAM.

Page 21: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

7

Tabel 1 Aliran sungai di wilayah pesisir Kabupaten Luwu Timur

Kawasan Sepanjang pesisir banyak ditumbuhi hutan mangrove. Pantai Kabupaten Luwu

Timur tergolong datar dan landai. Substrat didominasi oleh lumpur, lumpur berbatu dan pasir

dengan kemiringan pantai tidak terlalau besar yaitu antara 0 – 0,3 derajat.

Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Luwu Timur

b. Ekosistem Pesisir

Sumberdaya pesisir Kabupaten Luwu Timur meliputi Ekosistem pesisir (Ekosistem

Mangrove, Padang Lamun, dan Terumbu Karang); Sumberdaya Ikan Karang (Kelimpahan);

Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya).

Ekosistem pesisir yang ditemukan di lokasi rencana antara lain berupa ekosistem

mangrove, ekosistem terumbu karang dan ekosisitem padang lamun. dari ketiga jenis

ekosistem tersebut, mangrove adalah salah satunya yang dapat ditemukan disepanjang

pesisir, meskipun kondisinya sudah banyak mengalami kerusakan. Sementara terumbu karang

Kecamatan Nama Sungai

Burau Lepa-lepa, Senggeni, Tawao, Lumbewe

Wotu Powosoi, Senggeni, Bambalu

Angkona Angkona, Langkara

Malili Malili, Ussu, Cerekang. Pongkeru

Page 22: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

8

hanya dijumpai di beberapa lokasi saja. hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi hidrologi lokasi,

dimana terdapat beberapa sungai besar dan kecil yang bermuara di pantai dan mempengaruhi

kondisi perairan. Demikian pula halnya dengan padang lamun, dimana tidak semua wilayah

pantai dapat ditemukan ekosistem ini.

Gambar berikut menunjukkan sebaran-sebaran jenis ekosistem yang ada di sepanjang

pesisir lokasi rencana. Ekosistem lamun terlihat hanya terdapat di beberapa spot di pantai

Angkona, sementara terumbu karang hanya ditemukan di lokasi sekitar perairan pulau Bolu

poloe

Gambar 4. Sebaran Ekosistem di Kecamatan Malili dan Angkona

1. Ekosistem Mangrove

Hasil analisis citra satelit menunjukkan bahwa luas hutan mangrove disepanjang

pesisir Kabupaten Luwu Timur adalah 8672,4 hektar. Secara umum kondisi hutan

mangrove di Kabupaten Luwu Timur masih cukup bagus dengan kerapatan dan

keanekaragaman jenis yang tergolong tinggi dan tutupan tajuk dan akar pohon yang

sangat padat. Ekosistem Mangrove tersebar di 4 kecamatan pesisir Kabupaten Luwu

Timur yakni kecamatan malili, kecamatan Angkona, kecamatan Burau dan kecamatan

Wotu.

2. Ekosistem Padang Lamun

Sebaran ekosistem padang lamun di Kabupaten Luwu Timur berada di sekitar pantai,

meskipun demikian ekosistem lamun berkembang agak jauh dari garis pantai karena bentuk

pantainya yang landai. Ekosistem padang lamun di pesisir Kab. Luwu Timur umumnya

berkembang di daerah sub tidal (daerah yang selalu tergenang pada saat surut terendah) di

depan muara sungai dengan substrat pasir atau pasir berlumpur. Ekosistem lamun ditemukan di

perairan pantai Kecamatan Malili dan Angkona dengan hamparan padang lamunnya relatif kecil

dan sebarannya tidak merata dengan kondisi perairan yang cukup keruh.

Page 23: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

9

Dari 12 jenis lamun yang menyebar di seluruh perairan Indonesia, ditemukan 7 jenis

yang hidup di lokasi, yaitu Enhalus acoroides, Thallasia hemprichii, Halodule uninervis,

Halophylla minor, Halophylla ovalis, Cymodocea serrulata dan Syringodium. Jenis E. acoroides

dan T. hemprichii merupakan jenis lamun yang memiliki sebaran yang luas dengan penutupan

yang tinggi.

3. Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu karang di lokasi umumnya adalah tipe terumbu karang tepi (fringing reef).

Terumbu karang di lokasi menyebar hanya di beberapa spot pesisir di Kecamatan Malili, yakni

di sekitar periaran Pulau Bulu Poloe.

Pada beberapa daerah pengamatan kerusakan terumbu karang disebabkan oleh dua

faktor, yaitu faktor alami dan non-alami. Faktor alami seperti sedimentasi, predasi hewan

pemangsa karang (Achantaster, culcita, dan beberapa jenis ikan karang) serta bleaching

oleh perubahan suhu yang drastis. Faktor non-alami lebih banyak disebabkan oleh

penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan.

c. Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Luwu Timur (kondisi Desember 2008) berdasarkan

estimasi Hasil sensus Penduduk 2000 mencapai jumlah 241.617 jiwa dengan jumlah rumah

tangga sebanyak 56.197 Rumah Tangga. Penyebaran penduduk di tiap kecamatan kurang

merata. Kecamatan yang paling banyak jumlah penduduknya adalah Kecamatan Malili

sebesar 31.323 Jiwa (BPS Luwu Timur , 2009).

Kepadatan penduduk tahun 2008 di Luwu Timur masih kecil, hanya 35 jiwa per Km2.

Kecamatan yang paling padat adalah Kecamatan Tomoni Timur dengan kepadatan 274 Jiwa

per km2. Secara umum jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan, terlihat

dengan rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk Luwu Timur sebesar 107,26 yang artinya

setiap 100 perempuan di Luwu Timur terdapat 107 laki-laki (BPS Luwu Timur , 2009).

Berdasarkan komposisi kelompok umur mengindikasikan bahwa penduduk laki-laki dan

perempuan terbanyak berada di kelompok umur 0-4 tahun. Dan distribusinya

menunjukkan bahwa 34,43 % penduduk Luwu Timur berusia muda (umur 0-14 tahun),

61,50 % berusia produktif (15-64 tahun) dan 4,07 % usia tua (65 tahun ke atas). Sehingga

diperoleh rasio ketergantungan penduduk Luwu Timur 62,61, yang artinya setiap 100 penduduk

usia produktif menanggung 62-63 penduduk usia non produktif (BPS Luwu Timur , 2009).

Page 24: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

10

Sebaran penduduk diwilayah pesisir Kabupaten Luwu Timur ditunjukkan pada tabel di

bawah ini,

Tabel 2. Sebaran Penduduk di Pesisir Kabupaten Luwu Timur

Sumber : Database Pesisir dan Laut Kabupaten Luwu Timur 2012

Konsentrasi penduduk terpusat di Kecamatan Malili yang memiliki jumlah penduduk

terbesar yakni 33.386, diikuti Kecamatan Burau sebanyak 31.726 jiwa, sedangkan Angkona dan

Wotu masing-masing memiliki jumlah penduduk 24.344 dan 29.153 jiwa.

Jumlah penduduk Kabupaten Luwu Timur yang bekerja adalah sebesar 86.464

jiwa. Jenis pekerjaan utama adalah sebagai petani yang mencapai 60,85 % dari jumlah

pekerja. Lapangan kerja lain yang berperan adalah sektor perdagangan 10,78%. Selebihnya

berada pada berbagai bidang jasa dan wiraswasta.

d. Kondisi Sosial-Budaya

Secara sosial budaya masyarakat Luwu Timur termasuk dalam kategori Masyarakat

yang terbuka. Keberadaan PT. INCO Tbk telah menggerakkan arus tenaga kerja dari luar

memasuki Luwu Timur, yang selanjutnya mempengaruhi nilai-nilai budaya masyarakat asli.

Aktifitas ekonomi masyarakat utamanya pada sektor pertanian, yakni tanaman padi dan

tanaman perkebunan. Sedangkan di wilayah pesisir, kegiatan ekonomi ditandai pula oleh sektor

perikanan, berupa perikanan budidaya dan perikanan tangkap.

Masyarakat memiliki keragaman budaya, baik yang berasal dari masyarakat setempat

maupun dari masyarakat pendatang, utamanya transmigran. Beberapa asal budaya masyarakat

yang berkembang di Luwu Timur antara lain Bugis, Makassar, Toraja Bali dan Jawa. Dalam

kegiatan bermasyarakat kesemua etnis ini saling, berbaur, meskipun secara umum

dipengaruhi oleh budaya Bugis, Jawa dan Bali.

Keanekaragaman masyarakat Luwu Timur didasari oleh beberapa proses mobilitas

penduduk. Dibukanya PT INCO Tbk di Soroako, Kecamatan Nuha, memiliki pengaruh yang

sangat besar. Selain itu, sejak masuknya transmigran dari Pulau Jawa dan Bali pada tahun

1970-an semakin mewarnai dinamika kehidupan masyarakat Luwu Timur.

No Kecamatan Laki-laki

(jiwa)

Perempuan

(jiwa)

Jumlah Rumah tangga

Jumlah (jiwa)

I Malili 17.298 16.092 6.782 33.386

2 Angkona 12.449 11.895 5.887 24.344

3 Burau 16.189 15.537 6.855 31.726

4 Wotu 14.840 14.313 6.505 29.153

Page 25: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

11

2.2.2. Kabupaten Luwu Utara

2.2.2.1. Deskripsi Umum

a. Letak Geografis dan Administratif

Kabupaten Luwu Utara merupakan salah satu wilayah kabupaten yang berada di dalam

wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 14.447,56 Km2 dengan 11 (sebelas)

wilayah administrasi kecamatan yang meliputi Kecamatan Sabbang, Kecamatan Baebunta,

Kecamatan Limbong, Kecamatan Seko, Kecamatan Masamba, Kecamatan Rampi, Kecamatan

Malangke, Kecamatan Malangke Barat, Kecamatan Mappedeceng, Kecamatan Sukamaju dan

Kecamatan Bone Bone dengan jumlah 164 desa dan 4 kelurahan.

Kabupaten Luwu Utara secara geografis berada pada koordinat yaitu 2o30’45”–

2o37’30”LS dan 119o41’15”–121o43’11”. Adapun batasan administrasi Kota Palopo terdiri dari :

Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah;

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Luwu Timur;

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Luwu dan Teluk Bone ;

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Mamuju dan Tator.

Adapun luas Kabupaten Luwu Utara diperinci menurut wilayah kecamatan dapat dilihat

pada tabel 3.

Tabel 3 Luas Wilayah kabupaten luwu utara Dirinci Per Kecamatan

No Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Presentase (%)

1 Sabbang 525.08 7

2 Baebunta 295.25 3.94

3 Malangke 350 4.67

4 Malangke Barat 93.75 1.25

5 Sukamaju 255.48 3.41

6 Bone-Bone 277.33 3.7

7 Masamba 1068.85 14.25

8 Mappedeceng 275.5 3.67

9 Rampi 1565.65 20.87

10 Limbong 685.5 9.15

11 Seko 2109.19 28.11

Jumlah 7501.58 100

Sumber: BPS Luwu Utara Tahun 2015

Page 26: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

12

Gambar 5. Peta Administrasi Kabupaten Luwu Utara

b. Kepadatan Penduduk

Jumlah Penduduk Kabupaten Luwu Utara pada tahun 2011 data hasil Sensus penduduk

2011 tercatat 290.365 yang terdiri dari laki-laki sebanyak 146.312 jiwa dan perempuan

sebanyak 144.053 jiwa. Dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun 1,26 %. Pertumbuhan

penduduk setiap tahun terus meningkat harus menjadi perhatian pemerintah dalam

perencanaan pembangunannya. Jumlah penduduk tersebut terbagi habis kedalam 68.904

rumah tangga, dimana rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebanyak 4 jiwa. Kecamatan

Bone-bone merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar yaitu sebesar 46.364 jiwa.

Sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Rampi, sebesar 2.912 jiwa. Kepadatan penduduk

rata-rata di Luwu Utara sebesar 39 jiwa /Km².

c. Daerah Aliran Sungai

Pada umumnya kondisi hidrologi di Kabupaten Luwu Utara sangat berkaitan dengan tipe

iklim dan kondisi geologi yang ada. Kondisi hidrologi permukaan ditentukan oleh sungai-sungai

yang ada yang pada umumnya berdebit kecil, oleh karena sempitnya daerah aliran sungai

sebagai wilayah tadah hujan (cathmen area) dan sistem sungainya. Kondisi tersebut diatas

menyebabkan banyaknya aliran sungai yang terbentuk. Air tanah bebas (watertable

groundwater) dijumpai pada endapan aluvial dan endapan pantai. Kedalaman air tanah sangat

bervariasi yang tergantung pada keadaan dan jenis lapisan batuan.

Diwilayah wilayah Kabupaten Luwu Utara terdapat 8 (delapan) sungai besar yang

melintas diwilayah tersebut, dan sungai yang terpanjang adalah Sungai Rongkong dengan

panjang sekitar 108 Km dan melewati 3 kecamatan yaitu Kecamatan Sabbang, Baebunta, dan

Page 27: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

13

Kecamatan Malangke. Sungai-sungai di wilayah Kabupaten Luwu Utara yang berfungsi sebagai

cathmen area.

d. Kondisi Sosial Budaya

Kabupaten Luwu Utara merupakan salah satu daerah dengan komposisi penduduk yang

multi etnis, agama dan budaya yang terdiri dari penduduk asli (Luwu), pendatang (Bugis,

Makassar dan Toraja). Dan para pendatang atas program pemerintah melalui transmigrasi

(Jawa, Bali, dan Lombok). Secara umum menyebar pada semua Kecamatan sedang para

pendatang menyebar pada dataran rendah yang subur dan daerah pesisir. Sementara

pendatang dari etnis Jawa, Bali dan Lombok terkonsetrasi pada 3 Kecamatan masing – masing

Kecamatan Bone – Bone, Sukamaju dan Mappedeceng dengan mata pencaharian mayoritas

bergerak pada sektor pertanian. Kemajemukan penduduk ini membawa konsekwensi dengan

terjadinya pembauran (Assimilasi) budaya dan social antar etnis, termasuk perkawinan,

pengalaman usaha perdangangan dan pertanian.

2.2.3. Kota Palopo

2.2.3.1. Deskripsi Umum

a. Letak Geografis dan Administratif

Kota Palopo merupakan salah satu wilayah kota administrasi yang berada di dalam

wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 258,17 Km2 dengan 9 (sembilan)

wilayah administrasi kecamatan yang meliputi Kecamatan Wara, Kecamatan Wara Utara,

Kecamatan Wara Selatan, Kecamatan Wara Timur, Kecamatan Wara Barat, Kecamatan

Sendana, Kecamatan Mungkajang, Kecamatan Bara dan Kecamatan Telluwanua dengan

jumlah 48 kelurahan.

Posisi Kota Palopo secara geografis berada pada koordinat 20 53’ 15’’ – 30 04’ 08’’

Lintang Selatan dan 1200 03’ 10’’ – 1200 14’ 34’’ Bujur Timur. Adapun batasan administrasi Kota

Palopo terdiri dari :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Luwu;

- Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone;

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Luwu; dan

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Toraja Utara.

Page 28: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

14

Adapun luas Kota Palopo diperinci menurut wilayah kecamatan dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4. Luas Wilayah Kota Palopo Dirinci Per Kecamatan

No Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Presentase (%)

1. Wara Selatan 15,11 5,85

2. Sendana 35,05 13,58

3. Wara 3,97 1,54

4. Wara Timur 5,34 2,07

5. Mungkajang 37,50 14,52

6. Wara Utara 5,69 2,20

7. Bara 22,00 8,52

8. Telluwanua 35,75 13,85

9. Wara Barat 97,72 37,85

Jumlah 258,17 100,00

Sumber : RTRW Kota Palopo Tahun 2012

b. Kondisi Sosial Budaya

Masyarakat perkotaan umumnya bersifat heterogen atau mengalami pembauran antar

berbagai etnis dan budaya yang beragam, sehingga kultur masyarakat yang bersifat tradisional

mulai tertinggal oleh moderenisasi atau budaya-budaya moderen. Hal tersebut terjadi sebagai

akibat dari akumulasi pembentukan kota atau sifat kekotaan yang terjadi secara alamiah dan

sulit untuk dihindari, oleh karena berbagai kepentingan dan konflik masyarakat didalamnya.

Kondisi ini dapat terlihat dari aktivitas keseharian penduduk kota, pudarnya kebiasaan budaya

dan adat istiadat tradisonal, sifat kekeluargaan terganti oleh individualisme yang tinggi,

penggunaan teknologi dan lain sebagainya.

Pada dasarnya masyarakat Kota Palopo terdiri dari berbagai etnis yang ada di Provinsi

Sulawesi Selatan, yang membawa adat dan budaya masing-masing, sehingga kultur dan

kebiasaan masyarakat Kota Palopo mengalami pembauran. Akan tetapi Kota Palopo masih

dapat dikategorikan sebagai kota kecil sehingga pembauran dan dampak urbanisasi dan

perubahan kultur masih dalam taraf pusat kota saja. Kultur budaya masyarakat yang masih

homogen terlihat pada daerah pinggiran Kota Palopo, hal tersebut dicirikan dari berbagai ragam

sifat tradisional masyarakat seperti bentuk bangunan perumahan, sifat kegotong royongan dan

kekeluargaan yang masih kuat, pengelolaan lahan dan industri masih secara tradisional (industri

Page 29: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

15

rumah tangga), etika dan ritual budaya masih mewarnai kehidupan masyarakat pada pinggiran

kota.

c. Potensi Penduduk

Pertumbuhan penduduk merupakan perbandingan jumlah penduduk yang

memperlihatkan selisih jumlah setiap tahunnya. Pada dasarnya pertumbuhan penduduk

dipengaruhi oleh pertambahan secara alami yaitu faktor angka kelahiran yang lebih tinggi dari

angka kematian, selain itu juga dipengaruhi oleh perpindahan penduduk (migrasi masuk dan

keluar). Data perkembangan jumlah penduduk yang tersaji dalam sistem pendataan merupakan

akumulasi dari faktor-faktor tersebut.

Data pertumbuhan penduduk Kota Palopo dari Tahun 2002-2010 menunjukkan angka

peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah penduduk Kota Palopo tahun 2002 berjumlah 114.829

jiwa, sedangkan jumlah penduduk pada tahun 2010 mencapai 147.677 jiwa. Hal ini

menunjukkan adanya pertambahan jumlah penduduk sekitar 22.997 jiwa dengan rata-rata

tingkat pertumbuhan sekitar 3,12 % pertahun selama kurun waktu 9 tahun terakhir. Untuk lebih

jelasnya mengenai tingkat perkembangan jumlah penduduk Kota Palopo Tahun 2002-2010

dapat dilihat pada table berikut ini.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Kota Palopo Tahun 2002 – 2010

No Tahun Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Perkembangan

(Jiwa)

1. 2002 114.829 1.780

2. 2003 120.812 5.983

3. 2004 125.734 3.922

4. 2005 127.804 2.070

5. 2006 133.990 6.186

6. 2007 137.595 3.605

7 2008 141.996 4.401

8. 2009 146.482 4.486

9. 2010 147.677 1.195

Sumber : Palopo Dalam Angka Tahun 2011

Sumber data yang diperoleh dibawah ini menunjukkan penduduk Kota Palopo pada

tahun 2010 terdistribusi pada 9 kecamatan. Masing-masing kecamatan memiliki tingkat

Page 30: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

16

distribusi penduduk yang berbeda, sebagian besar penduduk terkonsentrasi di Kecamatan Wara

Timur dengan jumlah penduduk 30.997 jiwa dan Kecamatan Wara dengan jumlah penduduk

30.983 jiwa. Secara rinci distribusi dan kepadatan penduduk di Kota Palopo diuraikan pada

table dan pada gambar Peta Kepadatan Penduduk Kota Palopo berikut ini :

Tabel 6. Kepadatan Penduduk Kota Palopo Tahun 2010

No Kecamatan Jml.

Penduduk

(Jiwa)

Prosentase

(%)

Luas Wil.

(Km2)

Kepadatan

(Jiwa/Km2)

1. Wara Selatan 10. 124 6,86 15,11 950

2. Sendana 5.732 3,88 35,05 155

3. Wara 30.983 20,98 3,97 2.697

4. Wara Timur 30.997 20,98 5,34 2.566

5. Mungkajang 6.981 4,72 37,50 130

6. Wara Utara 19.006 12,86 5,69 1.796

7. Bara 22.750 15,41 22,00 974

8. Tellu Wanua 11.701 75,63 35,75 341

9. Wara Barat 9.403 6,37 97,72 174

J u m l a h 147.677 100,00 258,17 572

Sumber : BPS, Palopo Dalam Angka Tahun 2011

Tabel diatas menunjukkan tingkat kepadatan penduduk masing-masing kecamatan tidak

merata. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Wara, dengan jumlah

2.697 jiwa/Km2 , Kecamatan Wara Timur dengan kepadatan 2.566 jiwa/Km2, disusul Kecamatan

Wara Utara dengan jumlah 1.796 jiwa/Km2, sedangkan kepadatan terendah terdapat di

Kecamatan Mungkajang dengan tingkat kepadatan 130 jiwa/Km2 dan Kecamatan Sendana

angka kepadatan sebesar 155 jiwa/Km2 .

Berdasarkan data pada Tahun 2010 jumlah penduduk Kota Palopo menurut kelompok

umur diketahui bahwa kelompok umur terbanyak berada pada usia rata-rata penduduk adalah

15-19 tahun dengan jumlah terbanyak yakni 17.089 jiwa, sedangkan kelompok umur yang

termasuk dalam kategori usia sekolah yakni 5-24 tahun dengan jumlah 63.952 jiwa dan

tergolong usia produktif dengan usia 15-54 tahun dengan jumlah 89.420 jiwa, sedangkan yang

tergolong ke dalam usia tidak produktif lagi (55 tahun keatas) dengan jumlah 12.353 jiwa. Untuk

lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel

8 berikut ini.

Page 31: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

17

Tabel 7.Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kota Palopo Tahun 2010 No. Kelompok

Umur (Usia)

Laki-Laki

(Jiwa)

Perempuan

(Jiwa)

Jumlah

(Jiwa)

Sek

Rasio

Persentase

(%)

1. 0 - 4 7897 7237 15.134 109,12 10,25

2. 5 - 9 7907 7503 15.410 105,38 10,43

3. 10 - 14 7817 7543 15.360 103,63 10,40

4. 15 - 19 7993 9096 17.089 87,87 11,57

5. 20 - 24 7248 8845 16.093 81,94 10,90

6. 25 - 29 6576 6839 13.415 96,15 9,08

7. 30 - 34 5717 5861 11.578 97,54 7,84

8. 35 - 39 5129 5099 10.228 100,59 6,93

9 40 - 44 4458 4500 8.958 99,07 6,07

10. 45 - 49 3335 3383 6.718 98,58 4,55

11. 50 - 54 2646 2695 5.341 98,18 3,62

12. 55 - 59 1906 1981 3.887 96,21 2,63

13. 60 - 64 1392 1596 2.988 87,22 2,02

14. 65+ 2256 3222 5.478 70,02 3,71

Jumlah 72277 75400 147.677 95,86 100,00

Sumber : BPS, Kota Palopo Dalam Angka Tahun 2011

2.2.4. Kabupaten Luwu

2.2.4.1. Deskripsi Umum

a. Letak Geografis dan Administratif

Ditinjau dari segi geografis, Kabupaten Luwu terletak di bagian utara Provinsi Sulawesi

Selatan, dimana posisi Kabupaten Luwu terletak 2º.34’.45” – 3º.30’.30” LS dan 120º.21’.15” –

121º.43’.11” BT. Secara administratif, Kabupaten Luwu memiliki batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Luwu Utara dan Kota Palopo

Sebelah Timur : Teluk Bone

Sebelah Selatan : Kota Polopo dan Kabupaten Wajo

Sebelah Barat : Kabupaten Tanah Toraja, Kabupaten Toraja Utara,

Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Sidrap.

Luas wilayah Kabupaten Luwu sebesar 15,25 persen dari total luas daratan Provinsi

Sulawesi Selatan yaitu sebesar 3.000,25 km2. Menurut ketinggian daerah, sebagian besar

wilayah Kabupaten Luwu berada pada ketinggian di atas 100 m. Luas wilayah yang berada

diatas 100 m tercatat sekitar 63,99 persen, sisanya sekitar 36,01 persen wilayahnya berada

pada ketinggian 0 – 100 m. Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan

Page 32: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

18

iklim dan perputaran/ pertemuan arus udara. Oleh karena itu, jumlah curah hujan beragam

menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Luwu selama

tahun 2014 berkisar 195,03 mm per bulan dan rata-rata hari hujannya 13,66 hari per bulan.

Kabupaten Luwu terbagi atas 22 wilayah kecamatan dan 227 Desa/Kelurahan

dimana Ibukota Kabupaten adalah Kota Belopa (terdiri dari Kecamatan Belopa dan Kecamatan

Belopa Utara). Kecamatan Latimojong merupakan kecamatan yang terluas jika dibandingkan

dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Luwu dengan luas 467,75 Km2 atau 15,59%.

Sedangkan wilayah kecamatan dengan luas yang paling kecil adalah Kecamatan Lamasi

dengan luas 42,2 Km2 atau 1,41 %. Perbandingan luas wilayah dan banyaknya kecamatan di

Kabupaten Luwu, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 8. Luas Wilayah dan Banyaknya Kecamatan Di Kabupaten Luwu Tahun 2012

No

Kecamatan

Luas (km2)

%

Banyaknya Desa/Kelurahan

Defenitif Persiapan Jumlah

1 Larompong 225,25 7.51 13 - 13

2 Larompomg Selatan 131 4.37 10 - 10

3 Suli 81,75 2.72 13 - 13

4 Suli Barat 153,5 5.12 8 - 8

5 Belopa 59,26 1.98 9 - 9

6 Kamanre 52,44 1.75 8 - 8

7 Belopa Utara 34,73 1.16 8 - 8

8 Bajo 68,52 2.28 12 - 12

9 Bajo Barat 66,3 2.21 9 - 9

10 Bassesangtempe 301 10.03 24 - 24

11 Bassesangtempe Utara ** ** ** - **

12 Latimojong 467,75 15.59 12 - 12

13 Bupon 182,67 6.09 10 - 10

14 Ponrang 107,09 3.57 10 - 10

15 Ponrang Selatan 99,98 3.33 13 - 13

16 Bua 204,01 6.80 15 - 15

17 Walenrang 94,6 3.15 9 - 9

18 Walenrang Timur 63,65 2.12 8 - 8

19 Lamasi 42,2 1.41 10 - 10

20 Walenrang Utara 259,77 8.66 11 - 11

21 Walenrang Barat 247,13 8.24 6 - 6

22 Lamasi Timur 57,65 1.92 9 - 9

Jumlah 3000,25 100 227 - 227

Sumber : Kabupaten Luwu Dalam Angka Tahun 2010

Page 33: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

19

Peta Administrasi kabupaten Luwu disajikan pada gambar di bawah ini.

Gambar 6. Peta Administrasi Kabupaten Luwu

b. Ekosistem pesisir

Sebagai wilayah yang memiliki garis pantai yang cukup panjang, Kabupaten Luwu

merupakan bagian yang sangat strategis bagi pengelolaan kawasan Teluk Bone. Di sepanjang

garis pantai terdapat hutan mangrove yang terbentang luas, padang lamun dan beberapa

pulau-pulau kecil yang dikelilingi terumbuh karang. Konversi lahan mangrove menjadi

pertambakan intensif mendorong degradasi lingkungan pesisir yang cukup cepat. Selain itu

pertambahan penduduk dan pemukiman disekitar wilayah pesisir juga menjadi potret yang

dapat dilihat saat ini di kawasan pesisir Kabupaten Luwu.

Sumberdaya perikanan kabupaten Luwu terdiri atas perikanan laut dan perrikanan

darat. Total potensi lahan untuk kegiatan budidaya perikanan seluas 28.315 ha, terdiri atas

lahan tambak seluas 10.525 ha, lahan mina padi 2.711 ha, lahan kolam 79 ha, dan perairan

pantai 15.000 ha. Tingkat pemanfaatan lahan mencapai 12.743 ha, atau sekitar 45 persen dari

total potensi budidaya perikanan yang tersedia. Sumberdaya kelautan yang dimiliki Kabupaten

Luwu sangat potensial, meliputi wilayah laut seluas 800.000 ha dengan panjang garis pantai

116,16 km. berdasarkan data yang ada luas tutupan terumbu karang diperkirakan sekitar

17.310 ha, dengan estimasi persentase tutupan karang 10 persen dalam kondisi baik, 25

persen dalam kondisi sedang dan 65 persen dalam kondisi rusak. Wilayah perairan di

Kabupaten Luwu selain dimanfaatkan untuk perikanan tangkap, juga dimanfaatkan untuk usaha

budidaya rumput laut dan bagan ikan.

Page 34: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

20

Berikut data jumlah dan jenis alat tangkap yang umumnya digunakan nelayan kabupaten

luwu.

Tabel 9. Jumlah dan Jenis Alat Penangkapan Ikan Tahun 2012

NO.

KECAMATAN

PESISIR

JENIS ALAT

TANGGAK

BA

GA

N A

PU

NG

HU

HA

TE

JA

RIN

G IN

SA

NG

PA

NC

ING

PU

KA

T C

INC

IN

RA

WA

I T

ET

AP

PA

NC

ING

UL

UR

HA

ND

LIN

E

SE

RO

PU

KA

T

RA

JU

NG

AN

RA

WA

I D

AS

AR

PA

YA

NG

BU

BU

JU

MLA

H

1 LAROMPONG

SELATAN

32

58 150 7 7 65 41 2

1 20 383

2 LAROMPONG 44 40 51 93 40 268

3 SULI 2 180 46 146 144 73 591

4 BELOPA 5 37 213 1 25 26 3 310

5 BELOPA UTARA 26 75 1 12 114

6 KAMANRE 40 1 41

7 PONRANG SELATAN 73 165 19 257

8 PONRANG 20 16 145 25 206

9 BUA 104 210 3 43 143 5 19 20 547

10 WALENRANG

TIMUR

11

5

16

11 LAMASI TIMUR 15 3 18

JUMLAH 103 220 411 1263 11 77 209 387 7 3 20 40 2.751

Berikut ini adalah tabel kelompok usaha masyarakat perikanan yang ada di kabupaten luwu.

Tabel 10. Kelompok Usaha Masyarakat Perikanan tahun 2012

NO.

JENIS USAHA

JUMLAH

KELOMPOK

JUMLAH

ANGGOTA

1 Pembudidaya 453 6,647

2 Penangkapan 53 577

3 Pengolahan 43 470

4 Pemasaran 13 130

Jumlah 562 7,824

Tingkat pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan belum optimal, namun

demikian cara yang dilakukan oleh masyarakat pesisir dalam pemamfaatan sumberdaya

tersebut terkadang menggunakan cara-cara yang dapat merusak kelestarian sumberdaya yang

ada. Akitifitas tersebut antara lain penggunaan bahan peledak atau bahan pembius (sianida)

dalam penangkapan ikan, pengambila/penambangan batu karang dan perusak areal hutan

mangrove. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat kerusakan ekosistem pesisir dan laut yang

ada. olehnya itu Dinas Kelautan dan Perikanan mengambil langkah-langkah strategis dalam

Page 35: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

21

rangka pengamanan sumberdaya laut dan pesisir agar dapat dimanfaatkan secara bijaksana

dan berkelanjutan.

Upaya Pelaksanaan Pengamanan Sumberdaya Kelautan dan perikanan dimaksudkan

untuk memberi jaminan terhadap perlindungan dan pengendalian sumberdaya kelautan dan

perikanan dilakukan baik oleh badan usaha maupun oleh masyarakat umum agar terlaksana

secara aman dan bertanggung jawab. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah agar tercipta

keselarasan antara pengelola dan pemanfaatan sumberdaya secara optimal dengan upaya

pelestarian untuk menjamin ketersediaan sumberdaya alam perikanan dan kelautan yang dapat

dikelola dan dimanfaatkan secara berkesinambungan dan terus menerus guna mendukung laju

gerak pembangunan secara menyeluruh.

Sasaran penyelenggaraan pengamanan sumberdaya ikan ditujukan kepada masyarakat

maupun pengelola usaha dibidang perikanan dan jasa-jasa kelautan lainnya yang bergerak

dan atau berhubungan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap pengelolah dan

pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan. Ruang lingkup pengawasan tersebut dari

dua objek pengawasan yaitu :

a. Sumberdaya Ikan :

1. Kegiatan Penangkapan Ikan

2. Kegiatan Pembudidayaan ikan

b. Ekosistem Laut :

1. Mangrove, Estuari

2. terumbu Karang, Lamun

c. Pencemaran Laut

d. Kepadatan penduduk

Perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Luwu selama lima tahun terakhir

mengalami peningkatan, dimana berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS)

Kabupaten Luwu diketahui bahwa rata-rata pertambahan penduduk dalam lima tahun terakhir

yaitu dari tahun 2007- 2011 sebanyak 3.918 jiwa per-tahun. Laju pertumbuhan penduduk

dari tahun 2007 – 2011 mengalami peningkatan sebesar 1,04 persen, dengan jumlah penduduk

pada tahun sebelumnya sebesar 335.828 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel.

Secara umum, jumlah penduduk terbesar pada tahun 2011 terdapat di Kecamatan Bua

sebanyak 31,266 Jiwa sedangkan penduduk jumlah penduduk terendah terdapat di Kecamatan

Latimojong sebesar 5,512 Jiwa, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 12.

Page 36: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

22

Tabel 11. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Luwu Tahun 2007 – 2011

No

Tahun

Jumlah penduduk (jiwa)

Pertambahan (jiwa)

%

1 2007 320205 - - 2 2008 324229 4024 1.013 3 2009 328180 3951 1.012 4 2010 332428 4248 1.013 5 2011 335828 3400 1.010

Sumber: Kabupaten Luwu dalam angka 2012

Tabel 12. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Luwu Dirinci Per Kecamatan Tahun

2008 – 2009

No

Kecamatan

Tahun

2008 2009 2010 2011

1 Larompong 18,381 18,454 18,834 19,024

2 Larompong Selatan 16,267 15,623 15,800 15,959

3 Suli 19,115 18,420 18,479 18,665

4 Suli Barat 8,403 1,457 8,491 8,577

5 Belopa 10,850 14,707 14,812 14,961

6 Kamanre 13,356 11,123 11,238 11,351

7 Belopa Utara 11,634 14,410 14,545 14,691

8 Bajo 11,554 13,849 14,238 14,381

9 Bajo Barat 7,651 8,976 9,324 9,418

10 Bassesangtempe 15,265 13,908 14,115 14,257

11 Bassesangtempe Utara ** ** ** **

12 Latimojong 667 5,358 5,457 5,512

13 Bupon 16,113 14,377 14,451 14,596

14 Ponrang 22,683 25,866 26,114 26,377

15 Ponrang Selatan 20,774 23,664 23,744 23,983

16 Bua 27,533 30,288 30,955 31,266

17 Walenrang 19,220 17,283 17,433 17,608

18 Walenrang Timur 17,783 15,183 15,281 15,435

19 Lamasi 19,659 19,955 20,364 20,569

20 Walenrang Utara 18,528 17,331 17,744 17,923

21 Walenrang Barat 10,130 8,834 8,897 8,987

22 Lamasi Timur 12,653 12,114 12,166 12,288 Jumlah 318,219 321,180 332,482 335,828

Sumber : Kabupaten Luwu Dalam Angka Tahun 2012

e. Kondisi sosial-budaya

Perkembangan bidang pendidikan telah mewujudkan sejumlah pencapaian. Pada

tingkat SD, Angka Partisipasi Murni (APM) pada tahun 2007 mencapai 92,77% (diatas rata-

rata Provinsi yang sebesar 88,89%); Angka Partisipasi Kasar (APK) sebesar 97,13 (diatas rata-

rata Provinsi yang sebesar 95,25%); Angka Putus Sekolah sebanyak 1,79% (dibawah rata-

rata Provinsi yang sebesar 2,84%); rasio murid-guru sebesar 21 (lebih besar dari rata-rata

Page 37: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

23

Provinsi yang sebesar 17%);dan rasio-sekolah 190 (lebih besar dari rata-rata Provinsi yang

sebesar 161). Pada tingkat SLTP/Sederajat, APM sebesar 64,32% (diatas rata-rata Provinsi

yang sebesar 59,63%); APK mencapai 75,55% (diatas rata- rata Provinsi yang sebesar

71,23%); Angka Putus Sekolah sebanyak 1,22% (lebih rendah dari rata-rata Provinsi yang

sebanyak 2,99%); rasio murid-guru sebesar 13 (lebih tinggi dari rata-rata Provinsi yang sebesar

12); dan rasio murid-sekolah senilai 224 (lebih rendah dari rata-rata Provinsi yang senilai 248).

Pada tingkat SLTA/sederajat, APM sebesar 45,03% (lebih tinggi dari rata-rata Provinsi tang

sebesar 22,39%); APK sebesar 56,23% (di atas rata-rata Provinsi yang sebesar 30,48%);

Angka Putus Sekolah sebanyak 5,49% (dibawah rata- rata Provinsi yang sebesar 7,09%); dan

rasio murid-sekolah Sebesar 283 (lebih kecil rata-rata Provinsi yang sebesar 292). Sebagai

salah satu komponen dari IPM, indeks pendidikan Kabupaten Luwu berada pada tingkat cukup

tinggi dan mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir. Indeks pendidikan

Kabupaten Luwu tahun 2007 sebesar 78,09 (lebih tinggi rata-rata Provinsi yang sebesar 73,56

dan rata-rata nasional yang sebesar 77,84). Indeks ini pada tahun 2006 sama yakni

78,11, yang justru meningkat dari nilai 77,40 pada tahun 2004. Angka buta huruf

Kabupaten Luwu pada tahun 2007 sebesar

10,17% (rata-rata Provinsi sebesar 13,76%), naik dari 8,90% pada tahun 2004 (rata-rata

Provinsi sebesar 13,76%). Rata-rata lama bersekolah pada tahun 2007 sebesar 7,7 tahun

(ebih besar dari rata-rata Provinsi yang sebsar 7,23 tahun), naik dari 7,5 tahun pada tahun 2004

(rata-rata Provinsi sebesar 7,23 tahun) Pembangunan bidang Kesehatan telah

menghasilkan pencapaian berupa ketersediaan fasilitas kesehatan sebesar 4,2/10.000

penduduk pada tahun 2007 (lebih tinggi dari rata-rata Provinsi yang besarnya 2,6).

Angka ini meningkat dari tahun 2006 sebesar 3,4 (lebih tinggi dari rata-rata Provinsi yang

besarnya 2,4), pada tahun 2005 sebesar 0,4 (lebih rendah dari rata-rata Provinsi yang

besarnya 2,2), pada tahun 2004 sebesar 3,4 (lebih tinggi dari rata-rata Provinsi yang

besarnya 2,3) dan pada tahun 2003 sebesar 2,5 (lebih tinggi dari rata-rata Provinsi yang

besarnya 2,4). Tenaga kesehatan pada tahun 2007 Tersedia 17,6/10.000 penduduk (rata-rata

Provinsi 17,5/10.000 penduduk), pada tahun 2006 sebanyak 12,3 (rata-rata Provinsi 15,7),

tahun 2005 tersedia 12,8 (rata-rata Provinsi 15,0) tahun 2004 sebanyak 12,7 (rata-rata

Provinsi 10,8) dan tahun 2003 sebesar 9,6 (rata- rata Provinsi 8,6). Rasio dokter dengan fasilitas

kesehatan yakni Rumah Sakit/Puskesmas di Kabupaten Luwu berfluktuasi dalam lima tahuun

terakhir. Pada tahun 2007, rasio dokter dengan fasilitas kesehatan sebesar 0,4 (rata-rata

Provinsi 1,5) pada 2006 sebesar 0,2 (rata-rata Provinsi1,6), pada tahun 2005 sebesar 1,0 (rata-

rata Provinsi2,0), pada tahun 2004 sebesar 0,5 (rata-rata Provinsi 1,1) dan tahun 2003 sebesar

Page 38: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

24

0,2 (rata-rata Provinsi 0,9). Indeks Kesehatan Kabupaten Luwu pada tahun 2007 mencapai

78,17 (lebih tinggi dari rata-rata Provinsi sebesar 74,00 dan rata-rata Nasional yang sebesar

73,03). Angka ini meningkat terus dalam empat tahun terakhir, pada 2006 nilainya 78,17

(rata-rata Provinsi 73,67 dan rata-rata Nasional 72,44), pada tahun 2005 nilainya 78,00 (rata-

rata Provinsi 72,83 dan Nasional 71,81), pada tahun 2004 nilainya 78,00 (rata-rata Provinsi

72,83 dan rata-rata Nasional 71,00). Pada tahun 2007, IPM Kabupaten Luwu 72,46 (lebih tingg

dari IPM Sulawesi Selatan yang sebesar 69,62 dan IPM Nasional yang sebesar 70,65).

Pada tahun 2006, IPM Luwu sebesar 72,08 (IPM Provinsi 68,81 dan IPM Nasional 70,08);

pada tahun 2005 sebesar 71,83 (IPM Provinsi 68,14 dan Nasional 69,57) dan pada tahun

2004 sebesar 71,57 dimana IPM Provinsi saat itu 67,75 dan IPM Nasional 68,66. Masyarakat

Luwu memiliki keragaman kultural cukup tinggi terkait dengan beragamanya etnis. Selain etnis

Bugis-Luwu, juga berdiam etnis Bugis- Makassar, etnis Toraja, Jawa, Bajo dan lainnya.

Setiap etnis memiliki sistem nilai dan norma serta adat istiadat masing-masing. Di sisi lain,

modernisasi juga berlangsung, terutama dibalik perkembangan Kota Palopo yang memberi

pengaruh kepada masyarakat Luwu, juga interaksi dengan dunia luar yang lebih luas

termasuk melalui media massa dan elektronik, sehingga terjadi pertemuan dan perpaduan

antara sistem budaya masing-masing etnis dengan sistem budaya yang dibawa oleh

kemoderenan.

Dalam hal kehidupan beragama dan kesatuan bangsa, dibalik heterogenitas sosial

yang ada, juga berkembangkehidupan beragama diantara para pemeluknya yakni Islam yang

dominan, Protestan dan Katolik serta Hindu dan Budha, yang disaat ini cukup harmonis satu

satu sama lain, meskipun satu dekade sebelumnya konflik cukup sering terjadi, Aspek-aspek

persatuan dan Kesatuan bangsa juga terpengaruh oleh kompleksitas etnis yang ada berupa

adanya potensi kerawanan sosial. Sarana dabn Prasana kehidupan beragama relatif tersedia

untuk penganut masing-masing agama

2.2.5. Kabupaten Wajo

2.2.5.1. Deskripsi Umum

a. Letak Geografis dan Administratif

Kabupaten wajo terletak pada posisi 3039’-4016’ Lintang Selatan dan 119053’-120027

Bujur Timur, merupakan daerah yang terletak ditengah-tengah Propinsi Sulawesi Selatan dan

pada zone tengah yang merupakan suatu depresi yang memanjang pada arah laut tenggara

dan terakhir merupakan selat. Batas wilayah Kabupaten Wajo adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Luwu dan Kab. Sidenreng Rappang

Sebelah Timur : Teluk Bone

Page 39: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

25

Sebelah Selatan : Kabupaten Bone dan Kabupaten Soppeng

Sebelah Barat : Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Sidrap Luas

Wilayahnya adalah 2.506,19 Km2 atau 4,01% dari luas Propinsi Sulawesi Selatan

dengan rincian Penggunaan lahan terdiri dari lahan sawah 87.975 ha (35,10%) dan lahan

kering 162.644 ha (64,90%). Sampai dengan akhir tahun 2011 wilayah Kabupaten Wajo

tidak mengalami pemekaran, yaitunya tetap terbagi menjadi 14 wilayah Kecamatan.

Selanjutnya dari keempat-belas wilayah Kecamatan tersebut, wilayahnya dibagi lagi menjadi

wilayahwilayah yang lebih kecil yang disebut desa atau kelurahan. Tetap sama dengan

kondisi pada tahun 2008, wilayah Kabupaten Wajo terbentuk dari 48 wilayah yang berstatus

Kelurahan dan 128 wilayah yang berstatus Desa. Jadi secara keseluruhan, wilayah

Kabupaten Wajo terbagi menjadi 176 desa/kelurahan. Masing-masing wilayah Kecamatan

tersebut mempunyai potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berbeda

meskipun perbedaan itu relatif kecil, sehingga pemanfaatan sumber-sumber yang ada relatif

sama untuk menunjang pertumbuhan pembangunan di wilayahnya.

Gambar 7. Peta administrasi kabupaten wajo

Page 40: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

26

b. Ekosistem pesisir

c. Kepadatan penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Wajo tahun 2015 mencapai 404,5 ribu jiwa yang terdiri dari

192.387 laki-laki dan 212151 perempuan. Angka jumlah penduduk ini mengalami pertumbuhan

sekitar 1,31 persen dibanding tahun 2014. Secara umum jumlah penduduk perempuan di

Kabupaten Wajo masih lebih tinggi dibandingkan jumlah penduduk lakilaki. Hal ini juga dapat

ditunjukkan oleh angka sex ratio Kabupaten Wajo tahun 2015 sebesar 91, artinya untuk setiap

100 penduduk perempuan terdapat 91 penduduk laki-laki. Tingkat kepadatan penduduk Wajo

berada dalam angka wajar, tercatat sebanyak 161 penduduk menghuni setiap km2 wilayah

Wajo pada tahun 2015. Angka ini meningkat tipis dari tahun 2014 dengan kepadatan penduduk

sebesar 159 jiwa/km2.

Tabel 13. Jumlah Penduduk Kabupaten Wajo

Uraian 2014 2015

Jumlah Penduduk (jiwa) 399 287 404 538

Laki-laki 189 816 192 387

Perempuan 209 471 212 151

Laju Pertumbuhan Penduduk (%/ tahun) 0,84 1,31

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 159 161

Sex Ratio (L/P) 91 91

Rata-rata ART (jiwa/ruta) 4 4 Sumber : Wajo Dalam Angka, 2016

Jumlah penduduk Kabupaten Wajo tahun 2015 mencapai 404,5 ribu jiwa yang terdiri dari

192.387 laki-laki dan 212.151 perempuan. Angka jumlah penduduk ini mengalami pertumbuhan

sekitar 1,31 persen dibanding tahun 2014. Secara umum jumlah penduduk perempuan di

Kabupaten Wajo masih lebih tinggi dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Hal ini juga dapat

ditunjukkan oleh angka sex ratio Kabupaten Wajo tahun 2015 sebesar 91, artinya untuk setiap

100 penduduk perempuan terdapat 91 penduduk laki-laki. Tingkat kepadatan penduduk Wajo

berada dalam angka wajar, tercatat sebanyak 161 penduduk menghuni setiap km2 wilayah

Wajo pada tahun 2015. Angka ini meningkat tipis dari tahun 2014 dengan kepadatan penduduk

sebesar 159 jiwa/km2

Tabel 14. Pertambahan Jumlah Penduduk 2012 - 2013

Uraian 2012 2013

Jumlah Penduduk (jiwa) 399.287 404.538

Pertumbuhan Penduduk (%/tahun) 0,84 1,31

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 159 161

Sex Ratio (%) 91 91

Rata-rata ART (jiwa/ruta) 4 4

Sumber : Wajo dalam angka, 2016

Page 41: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

27

Total penduduk usia kerja di Kabupaten Luwu Timur sebanyak 182.636 jiwa, sekitar

67,21 persen diantaranya termasuk dalam angkatan kerja. Sisanya (32,79%) merupakan

penduduk yang tergolong sebagai bukan angkatan kerja yaitu penduduk usia kerja yang

sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Pada tahun 2014, pertumbuhan angkatan kerja

lebih cepat daripada penduduk usia kerja (15 tahun keatas), sehingga TPAK naik menjadi 2,2%

dari tahun sebelumnya.

Tabel 15. Tingkat kerja 2013 - 2014

Indikator 2013 2014

TKK 93,72 91,88

TPT 6,28 8,12

TPAK 65,01 67,21

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan

2.2.6. Kabupaten Bone

2.2.6.1. Deskripsi Umum

a. Letak Geografis dan Administratif

Kabupaten Bone merupakan salah satu kabupaten yang terletak di pesisir timur Provinsi

Sulawesi Selatan dan berjarak sekitar 174 km dari kota Makassar. Luas wilayahnya sekitar

4.559 km2atau 9,78 persen dari luas Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah yang besar ini terbagi

menjadi 27 kecamatan dan 372 desa/kelurahan. Ibukota Kabupaten Bone adalah Watampone.

Secara geografis Kabupaten Bone berbatasan dengan wilayah-wilayah berikut:

- Sebelah Utara Berbatasan dengan Kabupaten Wajo

- Sebelah Timur Berbatasan dengan Teluk Bone Selatan

- Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kabupaten Sinjai dan Gowa

- Sebelah Barat Berbatasan dengan Kabupaten Maros, Pangkep, Barru

Secara astronomis Kabupaten Bone terletak pada posisi 4°13’- 5°6’ Lintang Selatan dan

antara 119°42’- 120°30’ Bujur Timur. Letaknya yang dekat dengan garis khatulistiwa menjadikan

Kabupaten Bone beriklim tropis.

Page 42: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

28

Gambar 8. Peta Administratif Kabupaten Bone

Sepanjang tahun 2014, kelembaban udara berkisar antara 77 – 86 persen dengan suhu

udara 24,40C-27,6°C. Wilayah Kabupaten Bone terbagi menjadi dua tipe hujan: tipe hujan

Moonson dan tipe hujan lokal. Tipe hujan Moonson memiliki curah hujan tertinggi saat bertiup

angin monsun Asia yaitu bulan Januari dan Februari. Tipe ini mencakup wilayah Kabupaten

Bone bagian barat. Tipe kedua memiliki kriteria pola hujan terbalik dengan pola monsoon, yaitu

curah hujan tertinggi ter- jadi pada bulan Mei-Juni. Tipe ini mencakup sebagian besar wilayah

Kabupaten Bone. Selain kedua wilayah tersebut, terdapat juga wilayah peralihan, yaitu

Kecamatan Bontocani dan Kecamatan Libureng yang sebagian mengikuti wilayah barat dan

sebagian lagi mengikuti wilayah timur.

Jumlah curah hujan bulanan di Wilayah Bone bervariasi dengan rata-rata tahunan

sebesar 201,25 mm. Curah hujan tertinggi terjadi di bulan Juni yaitu 638 mm dengan banyaknya

hari hujan sebanyak 23 hari. Bagian timur Kabupaten Bone bertopografi pesisir menjadikan

Bone mempunyai garis pantai sepanjang 138 km dari arah selatan ke utara. Bagian barat dan

selatan terdapat pegunungan dan perbukitan yang celah-celahnya terdapat aliran sungai.

Pada tahun 2014, tercatat 194 sungai mengalir di Kabupaten Bone dan telah

dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian. Sungai yang terpanjang adalah Sungai Walanae yang

berhulu di Kecamatan Bontocani, mengalir melalui Kabupaten Soppeng hingga Danau Tempe di

Kabupaten Wajo, kemudian mengalir llagi masuk ke Bone hingga bermuara di Teluk Bone.

Panjang sungai tersebut mencapai 60 km khusus di wilayah Kabupaten Bone

Page 43: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

29

Tabel 16. Indikator Klimatologi Kabupaten Bone 2014

Bulan Kelembaban

Udara (%)

Suhu Udara (0C) Curah Hujan

(mm)

Hari Hujan

(hari)

Januari 84 25,9 208 19

Februari 83 27,1 187 9

Maret 81 26,2 148 10

April 82 26,2 158 15

Mei 86 25,1 594 22

Juni 86 25 638 23

Juli 85 24,6 200 17

Agustus 84 24,5 194 13

September 80 24,4 0 0

Oktober 77 26,4 1 1

November 77 27,6 33 5

Desember 79 27,4 54 8

Sumber : BMKG, 2015

b. Ekosistem pesisir

Di bidang perikanan sangat ideal dengan potensi penangkapan ikan di sekitar Teluk

Bone dengan panjang pantai 127 Km sampai puluhan mil ke tengah laut, potensi perikanan di

Bone khususnya di Bone Selatan dapat kita rincikan menurut jenis produksinya.

Secara umum perekonomian Kabupaten Bone didominasi sektor pertanian, khususnya

sub sektor pertanian tanaman pangan, selanjutnya sub sektor perikanan, dan perkebunan.

Kabupaten Bone memiliki potensi dan produksi perikanan yang besar. Usaha perikanan terdiri

dari dua kegiatan yaitu penangkapan dan budidaya ikan. Produksi perikanan terbesar berasal

dari kegiatan budidaya ikan di laut, yaitu sebanyak 125.019,75 ton. Kegiatan budidaya yang

dilakukan di tambak juga menunjukkan hasil yang cukup besar, yaitu 115.650,91 ton.

Sementara kegiatan penangkapan ikan di laut menghasilkan produksi ikan sebesar 33.504 ton.

Tabel 17. Produksi Perikanan 2014

Lokasi Jenis Kegiatan Perikanan

Pengkapan Budidaya

Laut 33.504,00 33.504,00 125.019,75

Perairan Umum 137,30 6,00

Tambak - 115.650,91

Kolam - 405,30

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan, 2015

Page 44: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

30

c. Kepadatan penduduk

Salah satu fenomena demografi yang tidak terelakkan adalah pertumbuhan penduduk.

Pertumbuhan penduduk menunjukkan penambahan jumlah penduduk karena kelahiran maupun

migrasi. Pada pertengahan tahun 2014 penduduk Kabupaten Bone sebanyak 738.515 jiwa,

meningkat dari tahun 2013 dengan laju pertumbuhan penduduk 0,60 persen. Jumlah tersebut

terdiri dari 352.081 penduduk laki-laki dan 386.434 penduduk perempuan. Dengan demikan,

rasio jenis kelamin adalah 91,11 persen yang berarti setiap 100 penduduk perempuan terdapat

91 hingga 92 penduduk laki-laki. Kabupaten Bone tergolong kabupaten yang besar dan luas di

Sulawesi Selatan. Rata-rata jumlah penduduk per km2 adalah 162 jiwa. Terkait dengan

perannya sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, dan fasilitas publik lain, maka mayoritas

penduduk tinggal terpusat di ibukota kabupaten. Kepadatan penduduknya mencapai 1.111,78

jiwa per km2. Keberadaan penduduk dalam jumlah yang besar, seringkali dianggap sebagai

pemicu masalah-masalah kependudukan seperti kemiskinan dan pengangguran. Namun, dalam

tinjauan demografi, penting untuk melihat struktur umur penduduk. Penduduk usia produktif

yang besar dan berkualitas dapat berperan positif dalam pembangunan ekonomi.

Tabel 18. Perubahan Jumlah Penduduk 2012 - 2014

Uraian 2012 2013 2014

Jumlah Penduduk (jiwa)

Pertumbuhan Penduduk (%) 0,53 0,74 0,60

Kepadatan Penduduk

(jiwa/km2)

160 161 162

Sex Ratio (%) 91,25 90,98 91,11

Jumlah Rumah Tangga 163.621 166.136 167.130

Rata-rata ART (jiwa/ruta) 4,45 4,42 4,42

Sumber : BPS Kabupaten Bone, 2015

Penduduk merupakan aset pembangunan apabila dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Pemanfaatan jumlah penduduk bisa dilakukan dengan melihat seberapa besar penduduk yang

masuk pada kategori usia kerja, dan yang masuk pada angkatan kerja. Bila lapangan pekerjaan

yang ada sesuai dengan jumlah angkatan kerja maka diharapkan akan terjadi full employment

economics. Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional pada tahun 2014, terdapat

530.166 penduduk usia kerja. Dari jumlah tersebut, yang termasuk angkatan kerja sebanyak

338.988 jiwa. Dengan tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Bone adalah 63,94

persen. Semakin tinggi TPAK menunjukkan semakin tinggi pula pasokan tenaga kerja yang

tersedia untuk memproduksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Angkatan kerja

Page 45: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

31

meliputi penduduk yang bekerja, sementara tidak bekerja, dan pengangguran. Tahun 2014,

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Bone sebesar 4,96 persen. TPT di wilayah

perkotaan (5,35 persen) tampak lebih tinggi dari wilayah perdesaan (4,88 persen). Kondisi ini

menunjukkan bahwa belum tersedia kesempatan kerja yang mampu menyerap angkatan kerja

secara optimal. Berdasarkan lapangan usaha, mayoritas penduduk bekerja di Kabupaten Bone

bekerja di sektor pertanian. Hal ini selaras dengan keadaan alam Bone yang merupakan basis

pertanian Sulawesi Selatan. Sektor kedua yang menyerap tenaga kerja terbanyak adalah

perdagangan (17,94 persen). Ditinjau dari jenis kelamin, terdapat perbedaan persebaran

lapangan usaha antara penduduk bekerja lakilaki dan perempuan. Sebagian besar penduduk

laki-laki bekerja di sektor pertanian dan lainnya. Sementara penduduk perempuan, sebagian

besar bekerja di sektor pertanian dan perdagangan.

Tabel 19. Tingkat Kerja 2012 - 2014

Indikator 2012 2013 2014

Bekerja 96,49 96,20 95,04

TPT 3,51 3,80 4,96

TPAK 64,84 63,30 63,94

Sumber : Survey Angkatan Kerja Nasional, 2014

d. Kondisi sosial-budaya

Kabupaten Bone adalah salah satu wilayah yang memiliki kekayaan budaya beraneka

ragam. Hal tersebut tidak lepas dari sejarah Kabupaten Bone yang merupakan salah satu

wilayah kerajaan besar di nusantara yang tentunya meninggalkan banyak kebudayaan dan adat

istiadat yang beberapa di antaranya masih bertahan hingga sekarang.

Keberadaan budaya-budaya lokal mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

melandasi pembangunan sebuah wilayah. Nilai-nilai budaya lokal yang luhur tentunya akan

memberikan sumbangsih yang cukup baik dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan

pembangunan sehingga dampak-dampak negatif pembangunan dapat diminimalisir.

Seni dan budaya yang ada di Kabupaten Bone sangat dipengaruhi oleh budaya yang

ditinggalkan oleh Kerajaan Bone dan juga budaya Islam, hal ini dikarenakan mayoritas

penduduk Kabupaten Bone menganut agama islam.Peninggalan budaya yang ada di

Kabupaten Bone antara lain berupa masjid kuno, makam para tokoh,dan bangunan-bangunan

istana. Untuk menjaga kelestarian benda-benda yang menjadi cagar budaya di Kabupaten

Bone, pemerintah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata secara rutin melakukan kegiatan

perawatan terhadap situs-situs peninggalan budaya tersebut.

Page 46: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

32

2.2.7. Kabupaten Sinjai

2.2.7.1. Deskripsi Umum

a. Letak Geografis dan Administratif

Letak geografis kecamatan pesisir Kabupaten Sinjai disajikan seperti pada tabel di

bawah ini :

Tabel 20. Letak Geografis Menurut Kecamatan di kabupaten Sinjai

Sedangkan batas-batas wilayah administrasi kecamatan pesisir Kabupaten Sinjai,

diuraikan di bawah ini;

Batas wilayah administrasi Kecamatan Sinjai Utara:

- Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bone;

- Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone;

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sinjai Timur, dan

- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Bulupoddo dan Kecamatan Sinjai

Tengah.

Kecamatan Sinjai Utara yang memiliki luas 22,67 km2 (2267 Ha) terdiri dari 6

Kelurahan defenitif. Panjang garis pantai sekitar 3,4 km, yang berada di antara muara sungai

Tangka dan muara sungai Mangottong. Kedua muara sungai tersebut merupakan batas

administrasi untuk daerah pesisir Kecamatan Sinjai Utara. Sungai Tangka menandai batas

dengan Kabupaten Bone, dan Sungai Mangottong sebagai batas Kecamatan Sinjai Utara dengan

Kecamatan Sinjai Timur.

Batas Wilayah Administrasi Kecamatan Sinjai Timur

- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sinjai Utara;

- Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone;

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tellu Limpoe, dan

- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sinjai Tengah dan Kecamatan Sinjai

Selatan

Kecamatan Sinjai Timur memiliki luas 48,27 km2 (4827 Ha) terdiri dari 13 desa. Panjang

garis pantai sekitar 12,8 km, yang berada di antara muara sungai Mangottong dan muara sungai

NO

Kecamatan

Posisi

Bujur Timur Lintang Selatan

1 Kecamatan Sinjai Utara 120° 12' 04.94" - 120° 17' 21.83" 05° 05' 15.00" - 05° 08' 27.99"

2 Kecamatan Sinjai Timur 120° 10' 48.81" - 120° 18' 46.89" 05° 06' 35.49" - 05° 14' 01.91"

3 Kecamatan Tellulimpoe 120° 08' 25.09" - 120° 20' 4.33" 05° 12' 49.98" - 05° 18' 39.42"

4 Kecamatan Pulau

Sembilan

120° 23' 10.97" - 120° 25' 38.91" 05° 02' 17.30" - 05° 07' 31.30"

Page 47: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

33

Bua. Kedua muara sungai tersebut merupakan batas administrasi untuk daerah pesisir

Kecamatan Sinjai Timur. Sungai Mangottong menandai batas dengan Kecamatan Sinjai Utara,

dan Sungai Bua sebagai batas Kecamatan Sinjai Timur dengan Kecamatan Tellulimpoe. Selain

kedua muara sungai tersebut, terdapat satu muara sungai besar di sepanjang garis pantai

Kecamatan Sinjai Timur yakni Sungai Baringang yang menandai batas Desa Tongke Tongke

dengan Desa Panaikang. Ibukota pemerintahan Kecamatan Sinjai Timur terletak di Kelurahan

Mangarabombang yang berjarak 4 km dari pusak ibukota Kabupaten Sinjai.

Batas Wilayah Administrasi Kecamatan Tellu Limpoe :

- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sinjai Timur;

- Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone;

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba, dan

- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sinjai Selatan.

Kecamatan Tellulimpoe memiliki luas 124,73 km2 (12473 Ha) terdiri dari 11 Desa.

Panjang garis pantai sekitar 7,5 km, yang berada di antara muara sungai Bua dan muara sungai

Lolisang. Kedua muara sungai tersebut merupakan batas administrasi untuk daerah pesisir

Kecamatan Tellulimpoe. Sungai Bua menandai batas dengan Kabupaten Bulukumba, dan

Sungai Lolisang sebagai batas dengan Kecamatan Sinjai Timur. Selain kedua muara sungai

tersebut, terdapat dua muara sungai kecil di sepanjang garis pantai Kecamatan Tellulimpoe yakni

Sungai Paranglohe dan Sungai Balampangi. Ibukota pemerintahan Kecamatan Tellulimpoe

terletak di Kelurahan Mananti yang berjarak 38 km dari pusak ibukota Kabupaten Sinjai.

Batas wilayah administrasi Kecamatan Pulau Sembilan :

- Sebelah utara berbatasan dengan wilayah perairan Teluk Bone Kabupaten

Bone;

- Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone;

- Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah perairan Teluk Bone Kabupaten

Sinjai, dan

- Sebelah barat berbatasan dengan wilayah perairan Teluk Bone Kabupaten

Bone.

Kecamatan Pulau Sembilan memiliki luas 7,55 km2 (755 Ha) terdiri dari 4 desa dengan

panjang garis pantai sekitar 17,36 km. Kecamatan Pulau Sembilan terdiri atas sembilan pulau

kecil dan beberapa gosong karang (patch reef) yang tenggelam pada saat air pasang maupun

surut. Delapan pulau yang berpenghuni bila diurut dari Selatan adalah: Burungloe, Liang-liang,

Kambuno, Kodingare, Katindoang, Batanglampe, Kanalo I, dan Kanalo II serta satu pulau tak

Page 48: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

34

berpenghuni, yaitu Larea-rea yang terletak di sebelah Selatan Pulau Katindoang. Sebuah gosong

yang telah ditumbuhi sebatang pohon adalah Gosong Lapoipoi yang terletak antara P.

Katindoang dan P. Batanglampe. Ibukota pemerintahan Kecamatan Pulau Sembilan terletak di

Desa Pulau Harapan (Pulau Kambuno) yang berjarak 12 km dari pusat ibukota Kabupaten Sinjai.

Peta administrasi kabupaten sinjai disajikan pada gambar dibawah ini :

Gambar 9. Peta Administrasi Kabupaten Sinjai

b. Ekosistem Pesisir

1. Mangrove

Mangrove di Kabupaten Sinjai dijumpai di ketiga kecamatan pesisir dengan luas

keseluruhan adalah 1157,5 Ha, meskipun demikian masih terdapat area mangrove dalam kondisi

kritis dengan luas 15 Ha yang berada di Kecamatan Tellulimpoe (Data dinas Kehutanan dan

Perkebunan Kabupaten Sinjai, tahun 2010). Ekosistem mangrove di Kecamatan Sinjai Utara

dan Sinjai Timur didominasi oleh Rhizopora sp. Kecamatan Sinjai Timur memiliki hutan mangrove

yang terluas yakni 802,5 Ha dengan vegetasi campuran antara spesies Rhizophora sp., Nypah

sp, Avicennia sp, dan Sonneratia sp. sedangkan mangrove di Sinjai Utara khususnya mangrove

sungai merupakan vegetasi campuran antara spesies Rhizophora sp., dan Nypah sp.

Sementara di pantai didominasi oleh Rhizopora sp.

2. Padang Lamun

Secara umum, Berdasarkan hasil interpretasi citra ALOS memperlihatkan penyebaran

padang lamun dominan berada di dalam wilayah Kecamatan Pulau Sembilan yang luasnya

mencapai 1277 Ha. Pengamatan padang lamun yang dilakukan di Kecamatan Sinjai Utara,

didapatkan 11 jenis lamun yang tersebar di pulau-pulau, namun hanya beberapa jenis yang

keberadaannya hampir dijumpai di setiap pulau, antara lain Cymodocea serrulata, Enhalus

acoroides, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium dan Thalassia hemprichii.

Beberapa jenis lainnya

Page 49: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

35

Dari keenam jenis lamun ini berasosiasi bersama membentuk padang lamun dari berbagai

habitat di rataan terumbu perairan Sinjai. Karakteristik rataan terumbu Sinjai didominasi oleh

asosiasi lamun, alga, dan karang serta organisme bentik lainnya. Beberapa jenis lainnya hanya

dijumpai pada pulau tertentu saja.

Tabel 21 jenis lamun di kabupaten sinjai

No Jenis Lamun

1 Cymodocea rotundata

2 Cymodocea serrulata

3 Enhalus acoroides

4 Halodule uninervis

5 Halophila ovalis

6 Halodule pinifolia

7 Halophila minor

8 Halophila decipiens

9 Syringodium isoetifolium

10 Thalassia hemprichii

11 Thalassodendron ciliatum

3. Terumbu Karang

Perairan Kabupaten Sinjai merupakan kawasan yang potensial untuk pertumbuhan

terumbu karang. Hal ini dapat dilihat dari tersebarnya daerah dangkalan terumbu karang di

perairan Kabupaten Sinjai dari Pulau Sembilan hingga Desa Patongko Kecamatan Tellu Limpoe.

Dari empat kecamatan pesisir di Kabupaten Sinjai, hanya perairan Kecamatan Sinjai Utara yang

tidak dijumpai adanya ekosistem terumbu karang.

Secara umum, Berdasarkan hasil interpretasi citra ALOS memperlihatkan penyebaran

terumbu karang dominan berada di dalam wilayah Kecamatan Pulau Sembilan yang luasnya

mencapai 3728,05 Ha. Sedangkan di Kecamatan Sinjai Timur tersebar di 14 dangkalan

terumbu (taka) dengan total luasan hanya sekitar 19,23 Ha, sementara di Kecamatan

Tellulimpoe tersebar di 7 dangkalan terumbu (taka) dengan luasan sekitar 72,61 Ha.

Dari hasil pengamatan langsung dengan menggunakan metode RRA untuk melihat kondisi

terumbu karang menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang umumnya telah mengalami

kerusakan. Persentase tutupan karang hidup berkisar antara 0 – 75 %, dengan kondisi kerusakan

karang yang dijumpai adalah pecahan karang (rubble), dan karang mati (dead coral).

c. Kepadatan Penduduk

Jumlah dan tingkat pertumbuhan penduduk dalam wilayah perencanaan merupakan

sebuah indikator yang penting untuk diketahui. Penduduk Kabupaten Sinjai hingga tahun 2009

berjumlah 228304 Jiwa yang tersebar tidak secara merata dalam 9 kecamatan. Kecamatan

Sinjai Utara dan Kecamatan Sinjai Selatan merupakan kecamatan yang jumlah penduduknya

Page 50: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

36

paling banyak dibandingkan kecamatan lainnya. Sedangkan kecamatan yang memiliki jumlah

penduduk terkecil adalah Kecamatan Pulau Sembilan.

Menurut jenis kelamin, penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan penduduk laki-

laki. Sebanyak 118079 jiwa (51,72 % dari penduduk Sinjai) merupakan penduduk perempuan

dan 110225 jiwa (48,28%) merupakan penduduk laki-laki. Dari data tersebut diketahui rasio

jenis kelamin 93,34 % yang berarti setiap 100 penduduk perempuan terdapat sekitar 93

penduduk laki-laki.

Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan penduduk rata-rata pertahun 0,37%. Terdapat

dua kecamatan yang memiliki laju pertumbuhan penduduk yang menurun yakni Kecamatan

Sinjai Utara dan Kecamatan Bulupoddo. Untuk lebih jelasnya sebagaimana pada tabel di

bawah ini.

Tabel 22. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Sinjai tahun 2009

No Kecamatan 2005 2009 Laju Pertumbuhan Penduduk

2005-2009 (%) Laki-laki Perempuan Total

(I) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Sinjai Barat 22840 11485 12112 23597 0,82

2 Sinjai Borong 15984 8344 8590 16934 1,45

3 Sinjai Selatan 35969 17985 19500 37485 1,04

4 Tellu Limpoe 31827 15851 16978 32829 0,78

5 Sinjai Timur 28168 14202 15566 29768 1,39

6 Sinjai Tengah 24106 13418 13620 27038 2,91

7 Sinjai Utara 38223 17818 19768 37586 (0,42)

8 Bulupoddo 15776 7399 8019 15418 (0,57)

9 Pulau Sembilan 7537 3723 3926 7649 0,37

Kabupaten Sinjai 220430 110225 118079 228304 0,88

Berdasarkan komposisi kelompok umur mengindikasikan bahwa penduduk laki laki dan

perempuan terbanyak berada di kelompok umur 10-14 tahun. Dilihat dari distribusinya

menunjukkan bahwa 32,87% penduduk Kabupaten Sinjai berusia muda (0 – 14 tahun), 61,79%

berusia produktif (15 – 64 tahun) dan 3,11% berusia lansia (65 tahun ke atas). Dari gambaran

tersebut diperoleh rasio ketergantungan penduduk Kabupaten Sinjai sebesar 171,77 yang

artinya setiap 100 penduduk usia produktif menanggung 177 usia non produktif.

Page 51: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

37

Tabel 23. Komposisi Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Sinjai tahun 2009. KELOMPOK UMUR JENIS KELAMIN JUMLAH

LAKI-LAKI PEREMPUAN

0 - 4 13084 12282 25366

5 - 9 12239 11388 23627

10 - 14 13528 12520 26048

15 - 19 11561 11676 23237

20 - 24 9451 10522 19973

25 - 29 9435 10658 20093

30 - 34 8042 9152 17194

35 - 39 7187 8174 15361

40 - 44 5918 6942 12860

45 - 49 4907 5549 10456

50 - 54 4087 4974 9061

55 - 59 3160 3801 6961

60 - 64 2534 3349 5883

>65 5092 110225 7092

JUMLAH 118079 12184 228304

Sumber : Sinjai Dalam Angka Tahun 2010

Kepadatan penduduk didapat dari hasil bagi antara luas lahan per jumlah penduduk

yang menempatinya. Jumlah penduduk di Kabupaten Sinjai tahun 2009 sebanyak 228304 jiwa

dengan luas wilayah 819,96 Km2, berarti rata-rata kepadatan penduduk sekitar 278 jiwa/ Km2.

Kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Sinjai Utara yang

merupakan Ibukota Kabupaten Sinjai. Kecamatan dengan tingkat kepadatan terendah adalah

Kecamatan Bulupoddo. Untuk lebih jelasnya mengenai kepadatan penduduk di Kabupaten

Sinjai sebagaimana pada tabel dibawah ini

Tabel 24. Kepadatan Penduduk Dirinci Menurut Kecamatan Di Kabupaten Sinjai, Tahun 2009

No Kecamatan Banyaknya Kepadatan Per Km2 Luas (Km2) Kepala

Keluarga Penduduk

(I) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Sinjai Barat 135,53 5796 23597 174

2 Sinjai Borong 66,97 4454 16934 253

3 Sinjai Selatan 131,99 9135 37485 284

4 Tellu Limpoe 147,30 7758 32829 223

5 Sinjai Timur 71,88 7302 29768 414

6 Sinjai Tengah 129,70 6551 27038 208

7 Sinjai Utara 29,57 8910 37586 1271

8 Bulupoddo 99,47 4565 15418 155

9 Pulau Sembilan 7,55 1840 7649 1013

Jumlah 819,96 56311 228304 278

Sumber : Sinjai Dalam Angka Tahun 2010

d. Kondisi Sosial Budaya

Secara umum, kehidupan masyarakat di Kabupaten Sinjai tidak jauh berbeda dengan

kehidupan masyarakat pesisir pada umumnya di Sulawesi Selatan. Daerah Sinjai yang

memanjang, mencakup daerah pegunungan dan pantai memberi arti tersendiri bagi masyarakat

Page 52: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

38

Sinjai. Karena itu pula kehidupan masyarakatnya selain sebagai petani sawah dan kebun, juga

sebagai nelayan dan petani tambak. Tani dan nelayan menjadi sumber penghasilan utama

penduduk Sinjai. Aktivitas mencari ikan yang dilakukan oleh masyarakat yang bermukim di

sekitar pantai dan pulau-pulau di wilayah rencana pada umumnya adalah sebagai nelayan

tangkap. Hanya sebagian kecil masyarakat melakukan aktivitas budidaya.

Mayoritas penduduk Kabupaten Sinjai adalah beragama islam yakni 99,97% dari

penduduk sinjai atau sebanyak 228224 jiwa, dan hanya 0,3% merupakan penduduk non muslim

(kristen, hindu, dan budha). Sedangkan berdasarkan etnis, masyarakat Kabupaten Sinjai

didominasi etnis bugis. Sedangkan suku lainnya adalah makassar, bajoe, dan suku lainnya.

Untuk masyarakat suku bajoe umumnya dijumpai dan menetap di pulau-pulau sembilan. Hal ini

terkait dengan mata pencaharian utama mereka di laut.

2.2.8. Kabupaten Bulukumba

2.2.8.1. Deskripsi Umum

a. Letak Geografis dan Administratif

Kabupaten Bulukumba terletak di bagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan dan berjarak

153 Km dari Makassar (Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan). Luas wilayah Kabupaten

Bulukumba 1.154,67 Km2. Kabupaten Bulukumba terletak antara 05°20’ - 05°40’ LS dan

119°58’ - 120°28’ BT yang terdiri dari 10 Kecamatan dengan batas-batas yakni :

- Sebelah Utara berbatasan Kabupaten Sinjai;

- Sebelah Timur berbatasan Teluk Bone dan Pulau Selayar;

- Sebelah Selatan berbatasan Laut Flores;

- Sebelah Barat berbatasan Kabupaten Bantaeng.

berikut gambaran administratif kabupaten bulukumba disajikan pada gambar dibawah ini.

Page 53: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

39

Gambar 10. Peta Administratif kabupaten Bulukumba

b. Ekosistem Pesisir

c. Kepadatan Penduduk

Penduduk Kabupaten Bulukumba pada tahun 2011 tercatat sebanyak 398.531 jiwa

yang terdiri dari laki-laki 187.439 jiwa dan perempuan 211.092 jiwa. Penduduk tersebut tersebar

diseluruh desa/kelurahan dalam wilayah Kabupaten Bulukumba dengan kepadatan 345

jiwa/km2. Kecamatan terpadat adalah Kecamatan Ujung Bulu yaitu 3.360 jiwa/km2 dan yang

terjarang penduduknya adalah Kecamatan Kindang sekitar 202 jiwa/km2.

Dilihat dari perkembangan jumlah penduduk dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir

yaitu periode 2007-2011 terdapat peningkatan jumlah penduduk sebesar 0,79 %. Pada

tahun 2007 berdasarkan hasil pengolahan data dari Biro Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba

jumlah penduduk yang tercatat sebanyak 386.239 jiwa Penduduk Kabupaten Bulukumba yang

terdiri dari laki-laki 183.737 jiwa dan perempuan 202.502 jiwa.

Page 54: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

40

Tabel 25. Jumlah penduduk perkecamatan dan rata-rata kepadanya

KECAMATAN

JUMLAH PENDUDUK

LUAS (km2)

KEPADATAN PENDUDUK PER Km2

Gantarang 71.741 173,51 413

Ujung Bulu 48.518 14,44 3.360

Ujung Loe 26.964 96 276

Bonto Bahari 11.301 57 223

Bonto Tiro 7.999 40 294

Herlang 38.202 187 354

Kajang 22.920 222 368

Bulukumpa 27.861 320 299

Rilau Ale 117,53 117,53 324

Kindang 148,76 148,76 202

JUMLAH

2011 398.531 1.154.67 345

2010 395.268 1.154.67 342

2009 394.746 1.154.67 341

2008 390.543 1.154.67 338

2007 386.239 1.154.67 318

Sumber : Buku Bulukumba Dalam Angka tahun 2012

d. Kondisi Sosial-Budaya

2.2.9. Kabupaten Selayar

2.2.9.1. Deskripsi Umum

a. Letak Geografis dan Administratif

Kabupaten Kepulauan Selayar terletak antara 5°42' - 7°35' Lintang Selatan dan 120°15' -

122°30' Bujur Timur yang berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba dan Teluk Bone di sebelah

Utara, Laut Flores sebelah Timur, Laut Flores dan Selat Makassar sebelah Barat dan Propinsi

Nusa Tenggara Timur di sebelah Selatan.

Gambar 11. Peta Kabupaten Selayar

Page 55: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

41

Wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar tercatat 10.503,69 km2 dengan luas daratan

1.357,03 km2 dan luas lautan 9.146,66 km2 dengan panjang garis pantai 670 km. Hingga akhir

tahun 2015, wilayah tersebut secara administratif terbagi menjadi 11 Kecamatan, 7 Kelurahan

dan 81 desa. Sebagian besar desa di Kab. Kepulauan Selayar merupakan desa pesisir yang

jumlahnya mencapai 75 desa, lembah 2 desa, lereng 5 desa dan dataran 6 desa. Selain itu,

41% wilayah Kepulauan Selayar berada di luar pulau utama. Sementara itu tipe iklim di wilayah

ini termasuk tipe B dan C, musim hujan terjadi pada bulan November hingga Juni dan

sebaliknya musim kemarau pada bulan Agustus hingga September. Pada tahun 2015 terjadi

147 Hari Hujan dan memberikan 3.256 mm2 air hujan.

Tabel 26. Data geografis dan Iklim Kabupaten Selayar

Uraian Satuan 2015

Suhu Udara 0C

Max/Min 31,63/23,90

Rata-rata 27,04

Kecepatan Angin Knot

Max/min 9,58/2,00

Rata-rata 3,33

Kelembaban 0C

Max/min 48,16/95,83

Rata-rata 80,41

Hujan

Hari Hujan Hari 147

Curah Hujan mm2 3.256

Tekanan Udara mb 1.011

Penyinaran Matahari Jam 874

Sumber : BPS 2016

Pada tahun 2015, wilayah Kepulauan Selayar terbagi menjadi 11 kecamatan, 7

kelurahan dan 81 desa. Tidak ada pemekaran desa maupun satuan wilayah terkecil yang terjadi

pada tahun 2015. Semua satuan wilayah yang terbentuk di Kepulauan Selayar bertujuan agar

pelayanan administrasi bisa mencapai struktur daerah terkecil hingga level rukun tangga.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kepulauan Selayar tahun 2015 mencapai lebih dari 40 miliar

rupiah. Pajak dan retribusi daerah memberikan kontribusi sekitar 36,88%.

Page 56: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

42

Tabel 27. Perubahan wilayah administrasi di tahun 2014 - 2015

Wilayah Administrasi 2014 2015

Kecamatan 11 11

Desa 81 81

Kelurahan 7 7

Dusun 299 283

Lingkungan 40 27

RK 348 415

RT 515 519

Sumber : BPS 2016

Tabel 28. luas wilayah setiap kecamatan di kabupaten kepulauan selayar

NO KECAMATAN Luas Wilayah

1 Pasimarannu 195.33

2 Pasilambena 114.88

3 Pasimassunggu 131.8

4 Takabonerate 49.3

5 Pasimassunggu Timur

67.14

6 Bontosikuyu 248.22

7 Bontoharu 128.12

8 Benteng 24.63

9 Bontomanai 136.42

10 Bontomatene 193.05

11 Buki 68.14

TOTAL Kepulauan Selayar

1 357.03

b. Kepadatan penduduk

Dari total 130,199 penduduk di Kepulauan Selayar tahun 2015, Kecamatan Benteng

merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar, yaitu 24,414 jiwa. Sedangkan jumlah

penduduk terkecil adalah Kecamatan Buki dengan jumlah penduduk 6.353jiwa. Selama periode

2014-2015 laju pertumbuhan penduduk mengalami percepatan sebesar 1,13 %. Sedangkan

kepadatan penduduk setiap km² dihuni sebanyak 96 jiwa pada tahun 2015, naik 1 poin

dibanding tahun 2014.

Page 57: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

43

Tabel 29. Pertambahan jumlah penduduk 2014 - 2015

Uraian 2014 2015

Jumlah Penduduk 128.744 130.199

Pertumbuhan Penduduk (%) 1,34 1.13

Kepadatan Penduduk (jiwa/km²) 95 96

Sex Ratio (L/P) 92,35 92.57

Banyaknya Rumah Tangga 33.458 32.687

Rata-rata ART (jiwa/ruta) 4 4

Beban Ketergantungan (%) 58,25 57.73

Sumber : Kepulauan Selayar dalam angka, 2016

Dari total penduduk usia kerja (15 tahun ke atas), 60 % lebih termasuk dalam angkatan

kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dari tahun 2013-2015 mengalami fluktuasi.

Pada tahun 2015, Angkatan kerja di Kepulauan Selayar berdasarkan tingkat pendidikan,

tamatan SD ke bawah kontribusinya sebesar 56,49% , kemudian tamat SMP dan SMA sebesar

26,69% dan perguruan tinggi ( akademi / universitas ) 16,82% Pasar tenaga kerja Kepulauan

Selayar juga ditandai dengan tingginya angka kesempatan kerja. Hal ini dapat dilihat pada

tingginya persentase penduduk usia kerja yang bekerja besarnya mencapai lebih 99% pada

tahun 2015.

Tabel 30. Kelompok Kerja 2013 - 2015

Uraian 2013 2014 2015

TPAK (%) 61,11 60,60 67,64

Tingkat Pengangguran (%) 4,62 2,15 0,90

Bekerja (%) 95,38 97,85 99,10

Sektor Pertanian (%) 51,49 46,93 44,60

Sektor Jasa (%) 21,27 39,26 41,65

Sektor Perdagangan (%) 11,21 13,80 13,75

Tenaga Kerja Informal (%) 63,40 62,10 64,73

Tenaga Kerja Formal (%) 36,60 37,90 35,27

Sumber : Sakernas, 2015

Page 58: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

44

c. Potensi Sumberdaya Pesisir

1. Terumbu karang

Topografi pesisir Pulau Selayar pada bagian barat cenderung membentuk rataan yang

landai dengan jarak terumbu karang kearah pantai berada pada kisaran 500 m – 1000 m.

sedangkan pada bagian timur daerah pesisir di dominasi oleh pantai terjal dengan sedikit pantai

berpasir. Pada bagian timur ini topografi terumbu karang yang ditemukan didominasi oleh

terumbu karang drop off, dengan kedalaman perairan lebih dari 100 meter. Jarak terumbu

karang dengan pantai relatif lebih dekat < 50 m. Terumbu karang di kepulauan Selayar sebagian

besar didominasi oleh terumbu karang tepi, patch reef dan atoll. Atoll terbesar di Indonesia

ditemukan di kepulauan Selayar yaitu di lokasi Taman Nasional Takabonerate (PPG,2013)

Hamparan terumbu karang yang luas dan pulau-pulau kecilnya yang sangat potensial

membuat Kabupaten Selayar terkenal, salah satu ikon kabupaten maritimnya adalah karena di

kabupaten ini terdapat Taman Nasional Laut Taka Bonerate yang juga dikenal sebagai

Kepulauan Macan (LIPI-BAKOSURTANAL, 1996). Pantai yang indah tersebar di sepanjang

daratan utama dan pesisir pulau-pulau keci dengan sebaran terumbu karang yang berada pada

kedalaman 2-25 meter.

Kabupaten Selayar terdiri dari gugusan pulau dimana didalamnya terdapat pulau atol

terbesar di Indonesia. Terumbu karang di kabupaten ini teridentifiksi mencapai 33.313,86 Ha

dengan tutupan karang yang didominasi oleh bentuk koloni karang karang bulat (massif), karang

menjalar dan bercabang. Berdasarkan hasil penelitian LIPI 2015 kondisi terumbu karang

Kabupaten Selayar berada pada kondisi sedang hingga baik dimana persentase karang hidup

berada pada kisaran 7 – 50%. Dengan rata-rata persentase karang hidup adalah 30% (LIPI-

UNHAS, 2015). Terumbu karang yang sangat luas terutama di Kepulauan Macan (Taka

Bonerate), Taka Karumpa. Estimasi luasan terumbu karang kepulauan Selayar sekitar 896.77,7

Ha (Bapedalda Selayar, 2006). Jenis megabenthos yang banyak ditemukan di kepulauan

selayar adalah jenis Tridacna sp (LIPI-UNHAS, 2015)., Tridacna (giant clams) termasuk dalam

kelompok bivalvia berukuran besar yang hidup didaerah terumbu karang di perairan Indo

Pasifik. Masyarkat banyak memanfaatkan biota ini karena ukurannya yang besar dan mudah

didapatkan. Penurunan populasinya dialam mengakibatkan biota ini masuk dalam daftar CITES

(Sant, 1995). dan berukuran besarhidup di habitat terumbu karang di perairan tropis Indo Pasifik

dan merupakan kelompok Bivalvia yang berukuran besar dan telah dieksploitasi secara luas

sehingga populasinya di dunia semakin menurun sehingga sudah dimasukkan dalam daftar

CITES (Sant, 1995).

Page 59: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

45

2. Ekosistem Mangrove

Kabupaten Selayar memiliki ekosistem mangrove yang tersebar hanya dibeberapa

bagian pulau, terutama di pulau utama Selayar, dan Pulau Jampea. Jenis mangrove yang

ditemukan ada enam jenis, yaitu R. mucronata, R. apiculata, Avicennia marina, A. officinalis,

Sonneratia alba dan Bruguiera gymnorrhiza. R. Muconata ditemukan disemua stasiun.

Keanekaragaman mangrove dipengaruhi oleh faktor antropogenik dan faktor alami. Salah satu

faktor antropogenik yang banyak terjadi adalah penebangan pohon mangrove, sedangkan faktor

alami antara lain kondisi luasan pantai yang terbatas. Selain itu kondisi jenis substrat dasar

sangat mempengaruhi keanekaragaman mangrove. (Sulistiyowati, 2009)

3. Ekosistem Lamun

Tutupan lamun di Kabupaten Selayar berada pada kisaran 23.5% - 84.1% yang tersebar

hampir diseluruh perairan selayar kecuali di pantai timur Pulau Selayar. Di kepulauan selayar

ditemukan delapan jenis lamun yakni Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Enhalus

acoroides, Syringodium isetifolium, Halophila ovalis, Halodule pinifolia, Halodule uninervis dan

Thalassodendrom ciliatum. Walaupun jenis yang dominan adalah Thalassia hemprichii,

Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides dan Syringodium isetifolium, sedangkan jenis

Thalassodendrom ciliatum hanya ditemukan diperairan pulau Jampea

4. Sektor Perikanan

Di sektor perikanan, perikanan laut yang menjadi primadona dari sektor perikanan.

Produksinya mengalami kenaikan walau sedikit dimana pada tahun 2013 produksinya mencapai

28.573,2 ton maka di tahun 2014 ini menjadi 28.959,2 ton. Untuk perikanan budidaya

nampaknya mesti lebih diperhatikan. Hal ini selain untuk mengurangi eksploitasi perikanan laut

juga bisa menambah pendapatan rumah tangga. Budidaya diutamakan untuk komoditi unggulan

daerah seperti udang, lobster, dan ikan kerapu.

Tabel 31. Produksi Perikanan 2014 - 2015

Sektor 2014 2015

Perikanan (Ton)

Perikanan laut 28.959,20 24.155,80

Perairan Umum - -

Sumber : Kepuauan Selayar dalam angka, 2016

Untuk kegiatan perikanan, nelayan kabupaten ini umumnya skala kecil karena

didominasi oleh perahu tanpa motor dan motor tempel, yaitu perahu tanpa motor 1.041 unit,

perahu motor tempel 2.001 unit, perahu bermesin dalam 723 unit, dan kapal motor besar 570

Page 60: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

46

unit. Secara umum alat tangkap yang digunakan adalah bagan, jaring insang, perangkap

pancing.

d. Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi

Penduduk Kabupaten Kepulauan Selayar pada tahun 2007 berjumlah 117.860 jiwa yang

tersebar di 10 kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar di Kecamatan Benteng yaitu

sebanyak 18.174 orang. Penduduk kabupaten ini didominasi oleh 5 etnis, yaitu

Selayar/Makasar, Bajo, Bugis, Bonerate dan Buton.

Kondisi perekonomian kabupaten ini bertumpu pada beberapa sektor diantaranya

perikanan, peternakan, tanaman pangan dan perindustrian. Namun demikian, pertumbuhan

ekonomi berjalan lambat karena kurangnya akses transportasi yang menghubungkan dengan

daerah lain.

Secara umum, mata pencaharian penduduk Kabupaten Kepulauan Selayar didominasi

oleh sektor pertanian yaitu 26.285 orang, disusul jasa-jasa 12.177 orang, dan industri 5.341

orang. Namun demikian, mata pencaharian utama sebagian besar penduduk adalah sektor

perikanan dengan jenis usaha sebagai pengusaha hasil-hasil laut, pedagang ikan, penjual

bahan-bahan kebutuhan pokok, dan pengusaha pelayaran.

Page 61: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

47

BAB III. PROSES PENYUSUNAN RENCANA AKSI

3.1. Pembentukan Tim Teknis

Tahap awal penyusunan Rencana Aksi pengelolaan Teluk Bone adalah dengan

melakukan sosialisasi penyusunan Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone oleh Badan

Lingkungan Hidup Daerah dengan stakeholder yang terkait untuk membangun persamaan

persepsi, komitmen bersama serta identifikasi awal isu tentang pengelolaan wilayah pesisir dan

Laut kawasan Teluk Bone.

Dalam penyusunan Rencana Aksi pengelolaan Teluk Bone gubernur sesuai

kewenangannya membentuk tim teknis yang terdiri dari pejabat dinas yang membidangi dengan

anggota terdiri dari SKPD/ instansi terkait sesuai dengan kewenangan dominan dan

karakteristik daerah yang bersangkutan seperti dinas kelautan, Pariwisata dan Koperasi dll.

Bila memang dibutuhkan, anggota dari instansi terkait lainnya seperti Dinas Perhubungan,

Pertambangan, Perhubungan Laut, Kesehatan, dan Pendidikan Nasional sebagai anggota tim

teknis.

Tugas tim teknis dalam penyusunan Rencana Aksi pengelolaan Teluk Bone antara lain :

1. Menyusun Kerangka Acuan Kerja sebagai landasan bagi pengerjaan penyusunan

Rencana Aksi pengelolaan Teluk Bone yang setidaknya meliputi arahan maksud dan

tujuan penyusunan Rencana Aksi pengelolaan Teluk Bone, hal-hal strategis terkait

penyusunan Rencana Aksi pengelolaan Teluk Bone, dan arahan metodologi.

2. Mengkoordinasikan persiapan penyusunan Rencana Aksi pengelolaan Teluk Bone

bersama stakeholder yang terkait di daerah.

3. Melakukan inventarisasi berbagai isu dan permasalahan dalam penyusunan Rencana

Aksi pengelolaan Teluk Bone

4. Mengumpulkan data dan informasi dalam penyusunan Rencana Aksi pengelolaan

Teluk Bone Tahap Pembentukan Tim Teknis pada penyusunan Rencana Aksi

pengelolaan Teluk Bone dilakukan selama 1 (satu) bulan.

3.2. Identifikasi Isu Strategi

Proses ini akan mengidentifikasi dan memprioritaskan peluang yang paling layak baik

dari segi finansial maupun teknis untuk mencapai tujuan tertentu. Kegiatan yang bersifat

eksperimentil atau secara teknologi tidak terbukti atau duplikasi program pengembangan

komunitas sebaiknya tidak direkomendasikan untuk diterapkan. Beberapa ide yang inovatif

Page 62: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

48

lebih bernilai bila diawasi di lapangan (studi terpercaya) dan sebaiknya diklasifikasikan

sebagai proyek riset terapan dan dilaksanakan hanya oleh peneliti berkualitas.

Identifikasi isu strategis pula dimaksudkan untuk menemukan, mengumpulkan, meneliti,

mendaftarkan, mencatat data dan informasi terkait dengan berbagai permasalahan lingkungan

yang ada di kawasan teluk bone. Identifikasi ini diharapkan pula menjadi data awal dalam

pemecahan masalaha-masalah lingkungan yang ada. Adapaun issu strategis dan

permasalahan yang perlu mendapatkan perhatian di kawasan teluk bone berdasarkan kajian

awal dari berbagai sumber adalah :

1. Inventarisasi Data-Data Ekosistem Lingkungan

Belum adanya inventarisasi data spasial maupun temporal terkait permasalahan

ekosistem dan potensi SDA secara terpadu yang ada dikawasan teluk bone menjadikan

pengelolaan ekosistem dan pemecahan masalahan lingkungan menjadi tidak terintegrasi.

Sehingga terkadang upaya untuk penanggulangan masalah lingkungan tersebut menjadi

tidak terstruktur dan tidak dapat membedakan program-program yang belum dan telah

dilakukan. Oleh karenanya perlunya ada upaya untuk membuat database terkait kondisi

wilayah, kajian potensi SDA, tata kelola wilayah pesisir teluk bone dan kajian kerusakan

dan degradasi ekosistem di kawasan pesisir dan laut teluk bone.

2. Kerusakan DAS

Kerusakan DAS disebabkan oleh berbagai jenis penggunaan lahan di kawasan teluk

bone saat ini seperti penggunaan hutan, sawah, ladang, perkebunan, padang rumput,

semak belukar dan jenis lainnya yang membawa pengaruh terhadap kelestarian beberapa

Daerah Aliran Sungai (DAS), seperti: DAS Jeneberang, DAS Bila, dan DAS Walanae.

Penutupan vegetasi daerah aliran sungai saat ini diperkirakan 70 % dari luas total, tetapi

dilain pihak banjir masih terus terjadi di wilayah tersebut dan bahkan dampaknya

semakin luas dan semakin lama waktu genangannya. Hal ini mengindikasikan bahwa

kondisi penutupan lahan di wilayah hulu DAS telah mengalami kerusakan sebagai akibat

dari kegiatan perambahan hutan.

3. Banjir dan Kekeringan

Banjir merupakan merupakan masalah pokok yang terus menerus terjadi dan

intesitas terus meningkat yang perlu mendapat perhatian yang serius di Sulawesi Selatan.

Hal ini sangat meresahkan masyarakat terutama masyarakat yang bermukim di sekitar

sungai Jeneberang, Saddang, Bila, Walanae, Cendranae dan Sungai besar lainnya dengan

debit banjir setiap tahunnya semakin meningkat.

Page 63: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

49

4. Sedimentasi

Sedimentasi merupakan salah satu masalah pokok lingkungan hidup yang ada di

kawasan Teluk Bone. Dimana setiap tahun terjadi peningkatan sedimentasi di beberapa

sungai utama di wilayah ini yang cukup tinggi.

5. Pencemaran Air dan Udara

Pencemaran Air di kawasan teluk bone belakangan ini makin signifikan, hal ini

disebabkan oleh aktivitas manusia yang dilakukan tanpa memperhatikan lingkungan

sekitarnya. Sebagaimana kita ketahui bahwa Danau, Sungai lautan dan air tanah adalah

bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari

siklus hidrologi. Pencemaran air disebabkan oleh berbagai hal antara lain :

o Sampah organik seperti air comberan (Sewage) menyebabkan peningkatan

kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada

berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah seluruh ekosistem.

o Buangan limbah pabrik yang mengalir kesungai, dimana mengandung berbagai

macam polutan seperti bahan organik, neutrien, dan padatan tersuspensi.

Saat ini masalah pencemaran udara adalah merupakan isu yang sangat penting

mengingat meningkatnya aktivitas manusia yang setiap hari berpeluang untuk menciptakan

polusi udara yang sangat tinggi. Hal ini perlu kita sikapi bersama dengan cara menekan laju

pencemaran udara yang terjadi pada daerah kota dan daerah padat industri yang

menghasilkan zat di atas batas kewajaran. Gas-gas pencemar udara di antaranya CO, CO2,

NO, NO2, SO, SO2. Semakin banyak kendaraan bermotor dan alat-alat industri yang

mencemarkan lingkungan maka akan semakin parah pula pencemaran uadara yang terjadi,

kualitas Udara semakin memburuk di sebabkan semakin sempitnya lahan hijau atau

pepohonan di suatu daerah untuk itu perlu adanya peran serta pemerintah, pengusaha dan

masyarakat untuk dapat menyelesaikan permasalahan pencemaran udara di Sulawesi

Selatan.

6. Kerusakan ekosistem pesisir pantai

Kerusakan hutan mangrove di kawasan teluk bone disebabkan oleh lemahnya berbagai

faktor, antara lain kebijakan pemanfaatan wilayah pesisir, Kebijakan pengelolaan hutan

mangrove, penegakan hukum dan koordinasi antar sektor instansi terkait dalam

Page 64: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

50

pemanfaatan wilayah pesisir. Kerusakan terumbu karang di Sulsel telah menyebabkan

menurunnya populasi/produksi ikan di sepanjang pesisir pantai.

7. Persampahan

Saat ini masalah persampahan adalah sebuah issu penting yang memerlukan

penanganan secara tepat, dimana pola konsumsi masyarakat yang belum mengarah pada

pola-pola yang berwawasan lingkungan sehingga penggunaan kemasan berupa kertas,

kantong plastik, kaleng dan bahan-bahan lainnya masih tinggi. Hal ini menyebabkan

peningkatan jumlah timbunan sampah perkotaan, tetapi umumnya peningkatan jumlah

tersebut tidak diikuti oleh prasarana dan sarana persampahan yang memadai sehingga

sampah yang tidak tertangani menjadi sumber pencemaran.

8. Degradasi Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati di sulsel perlu dilestarikan melalui perlindungan dan

pemanfaatan secara berkelanjutan seperti yang amanatkan dalam UU No. 5 Tahun

1994 tentang Keanekaragaman Hayati. Keanekaragaman hayati terdiri dari komponen

gen, spesies dan ekosistem yang merupakan sumberdaya dan jasa bagi kehidupan umat

manusia.

9. Tata Kelola Kawasan Pemukiman

Buruknya penataan kawasan pemukiman dikawasan pesisir teluk bone menjadi

permasalahan tersendiri yang harus segera di atasi. Hal ini dikarenakan kondisi sanitasi,

tata kelola lingkungan yang baik menjadi salah satu faktor dalam menunjang kesehatan

masyarakat pesisir. Dengan kondisi lingkungan pemukiman yang baik maka tingkat

kesehatan, keindahan lingkungan kawasan pesisir teluk bone akan menjadi lebih baik.

10. Peningkatan Kualitas SDM

Pengembangan sumber daya manusia perlu dilakukan secara terencana dan

berkesinambungan. Agar pengembangan dapat dilaksanakan dengan baik, harus lebih

dahulu ditetapkan suatu program pengembangan sumber daya manusia. Progam

pengembangan sumber daya manusia hendaknya disusun secara cermat dan tepat.

Pengembangan haruslah bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis,

konseptual serta moral sumber daya manusia dalam memandang lingkungan. Sehingga

kesejahteraan masyarakat bisa tercapai.

3.3. FGD Penyusunan Rencana Aksi

Dokumen awal Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone selanjutnya dikonsultasikan

dengan para pemangku kepentingan melalui Focus Group Discussion (FGD) untuk dilakukan

Page 65: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

51

pengkajian guna mendapatkan feedback dan umpan balik dari sisi kualitas data, metodologi,

sistematika, substansi materi dan analisa data yang digunakan dalam rancangan Rencana Aksi

Pengelolaan Teluk Bone serta mendapatkan input yang baik berupa koreksi maupun

penambahan untuk rancangan Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone.

3.4. Konsultasi Publik

Hasil kajian rancangan Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone selanjtnya

dikonsultasikan kepada publik untuk mendapat masukan tanggapan, saran dan perbaikan

dari instansi terkait, LSM dan atau ORMAS dan masyarakat guna menghasilkan dokumen

Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone.

3.5. Penetapan Peraturan

Dokumen rencana aksi pengelolaan teluk bone ini ialah suatu bentuk dokumen formal

dan legal. Proses panjang yang telah dijalani dalam pembuatan dokumen rencana aksi ini ialah

mulai dari pembentukan tim teknis, Identifikasi isu-isu strategis, pembahasan dan perbaikan

dokumen yang dilakukan melalui FGD, diskusi formal dan informal sampai kepada pengesahan

dan penetapan aturan melalui SK. Gubernur No. 26 tahun 2015 dan No. 40 tahun 2015. Hingga

akhirnya tertanggal 20 mei 2015 penerbitan SK. Ini menjadi bentuk legal formal untuk

mengadopsi sistem perencanaan strategis dalam pengelolaan kawasan teluk bone.

Page 66: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

52

BAB IV. HUBUNGAN DENGAN PERENCANAAN LAIN

4.1. Perencanaan Daerah yang Terkait

Sistem perencanaan pembangunan did aerah-daerah harus dapat menjamin

keterpaduan seluruh satuan-satuan perencanaan, baik satuan perencanaan di tingkat

kabupaten/ kota, dan tingkat provinsi maupun satuan-satuan perencanaan sektoral. Keberadaan

rencana aksi teluk bone ini bukan untuk menyingkirkan program-program lingkungan yang telah

ada dalam satuan perangkat rencana kerja di tiap-tiap kabupaten/kota kawasan teluk bone.

Akan tetapi menjadi satu-kesatuan kolektif yang tak terpisahkan dan menjadi bagian dari

penjabaran pembangunan wilayah yang lebih sistematis yang merumuskan kebijakan

pengelolaan lingkungan hidup dengan sektor kepesisiran secara administratif dan spasial.

4.2. Perencanaan RAP Teluk Bone

Penyusunan Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone diarahkan pada penanganan

isu-isu yang termuat dalam Rencana Strategis BLHD Prov. Sulawesi Selatan. Lokasi kegiatan

Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone berada pada Kawasan yang telah ditetapkan yakni di

kawasan pesisir dan laut Teluk Bone yang mencakup 9 kabupaten/Kota, sedangkan tatakelola

setiap kegiatan yang termuat dalam Rencana Aksi ini terutama yang menyangkut kebijakan,

prosedur dan tanggung jawab dalam rangka pengoordinasian pengambilan keputusan

mengacu pada Rencana Pengelolaan Kawasan Teluk Bone yang juga telah ditetapkan.

Semua kegiatan yang ada dalam Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone ini mengacu

pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Rencana Zonasi dan rencana Tata

Ruang daerah dan diintegrasikan menjadi bagian dari kegiatan yang termuat dalam Rencana

Kerja Pendek Daerah.

Page 67: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

53

BAB V. PROGRAM KERJA

5.1. Ulasan Kegiatan Sebelumnya

Selama ini kegiatan program lingkungan lingkup kepesisiran seringkali dihadapkan pada

berbagi persoalan SDM, baik pada tataran pemerintah daerah maupun pada tingkatan

masyarakat lokal. Pada tataran pemerintah (pusat dan daerah) budaya birokrasi yang lebih

bersifat sektoral menjadi salah satu hambatan krusial yang mengarahkan model pengelolaan

lingkungan yang bersifat terpadu. Sehingga, diperlukan waktu yang cukup lama untuk merubah

perilaku budaya sektoral tersebut.

Kesiapan masyarakat, khususnya mereka yang tinggal diwilayah pesisir untuk

menerapkan pola model kegiatan berbasis lingkungan masih dihadapkan pada berbagai

persoalan-persoalan sosial-ekonomi yang sangat mendasar, antara lain : pendapatan rumah

tangga yang sangat rendah mengakibatkan daya beli terhadap kebutuhan-kebutuhan dasar

sangat terbatas, menjadikan mereka rentan melakukan ekploitasi sumberdaya yang bersifat

destruktif. Tingkat pendidikan yang rendah mengakibatkan rendahnya kemampuan mengadopsi

model-model pengelolaan yang dicontohkan serta terbatasnya kemampuan menerapkan dan

mereplikasi paket-paket teknologi yang diberikan. Keterbelakangan ini merupakan bagian dari

proses-proses sosial. Komunitas masyarakat yang memiliki persoalan-persoalan sosial ekonomi

yang awalnya berada di wilayah daratan-pegunungan dan daratan-perkotaan secara perlahan

mendiami wilayah pesisir. Ketertarikan komunitas ini diakibatkan adanya sumberdaya pesisir

yang dapat dimanfaatkan tanpa perlu memiliki.

Demikian sebaliknya, segmen masyarakat pesisir telah memiliki kualitas hidup yang lebih

baik, misalnya tingkat pendidikan membaik cenderung berurbanisasi dan meninggalkan wilayah

pesisir. Sehingga secara keseluruhan persoalan keterbelakangan sosial ekonomi masyarakat

pesisir seakan-akan membentuk suatu lingkaran setan. Oleh karena itu, persoalan penerapan

kegiatan lingkungan berbasis kepesisiran dan kelautan secara terpadu terletak pada

kemampuan SDM. Isu ini telah menjadi alasan yang melatarbelakangi berbagai proyek/program

yang berkaitan dengan program lingkungan tersebut. Setiap proyek/program seyogyanya

mempaketkan kualitas SDM, misalnya pendidikan dan latihan, lokakarya, dan seminar.

Selama ini kegiatan rencana aksi pengelolaan lingkungan di wilayah Sulawesi Selatan

dilakukan oleh pemerintah daerah dan lembaga-lembaga non-pemerintah. Implementasi

program-program yang difasilitasi oleh pemerintah daerah (PEMDA) dilakukan melalui suatu

perencanaan. Sebelum pemberlakuan UU. No. 25/2004, satuan perencanaan ini merupakan

konfilasi usulan-usulan program setiap sektor yang di evaluasi berdasarkan prioritas

Page 68: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

54

pembangunan (arah Kebijakan Umum dan Renstrada), setelah tahun 2004, satuan

perencanaan daerah dijabarkan menjadi 3 dokumen, yaitu : (i) Perencanaan pembangunan

jangka panjang (ii) perencanaan pembangunan jangka menengah (5 tahun) (iii) rencana kerja

pemerintah daerah.

Semua satuan perencanaan dikendalikan oleh sistem pendanaan. Pendanaan diperoleh

dari APBN, baik melalui anggaran pemerintah murni-maupun dari alokasi dana CSR dan

pendanaan APBD. Alokasi dana setiap program dari kegiatan yang bersumber dari APBN

dikucurkan melalui setiap instansi/ sektor yang bersangkutan, sementara program-program

yang bersifat multisektoral diluncurkan melalui Bappeda. Pendanaan program/kegiatan yang

bersumber dari pemerintah daerah dikoordinasi oleh Bappeda, setelah mendapat persetujuan

dari DPRD.

Sedangkan implementasi program lingkungan lingkup kepesisiran dan kelautan secara

terpadu yang difasilitasi oleh lembaga-lembaga non-pemerintah (LSM) biasanya dikendalikan

oleh perencanaan yang telah dipersiapkan oleh lembaga donor (Founding research). Sistem

perencanaan ini biasanya tidak terintegrasi dengan perencanaan yang telah ada di daerah.

Sehingga program-program atau kegiatan tidak terintegrasi dan saling bertumpuk.

Beberapa kelemahan yang terjadi pada pelaksanaan kegiatan/program lingkungan

kepesisiran selama ini yang dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran diantaranya :

1. Kegiatan/program kelautan dan kepesisiran dilakukan secara sektoral, tidak jarang

kegiatan yang sama dilakukan oleh beberapa instansi yang berbeda, misalnya

rehabilitasi mangrove melalui penanaman tegakan pada area kritis dilakukan oleh dinas

kehutanan, Bappeda, BLHD dan dinas kelautan dan perikanan. Kelemahan utama pada

kasus di atas adalah tidak adanya konsistensi dalam menggerakkan mandat dan

kewenangan setiap instansi yang membidangi rehabilitasi mangrove tersebut.

2. Implementasi kegiatan-kegiatan lingkungan lingkup kepesisiran dan kelautan sering

dilakukan secara eksklusif (masyarakat tertentu), akibatnya masyarakat lainnya tidak

memiliki akses terhadap kegiatan tersebut. Padahal aspirasi masyarakat yang tidak

terakomodasi ini justru merupakan representasi isu atau persoalan masyarakat itu.

Perencan dan pelaksana program khawatir melibatkan masyarakat dalam jumlah yang

besar karena keterbatasan biaya. Hal ini disebabkan karena sikap masyarakat terhadap

suatu proyek sering diidentikkan dengan umpan balik berupa materil seperti uang.

Menyikapi sikap masyarakat tersebut, desain kegiatan seharusnya diawali dengan

kegiatan-kegiatan yang dapat membangun sikap yang benar dan motivasi kuat untuk

berkontribusi pada pelaksanaan kegiatan nantinya.

Page 69: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

55

3. Beberapa kegiatan lingkungan lingkup kepesisiran yang terlaksana selama ini sering

dilakukan oleh pelaksana (individu/kelompok) yang tidak memiliki kapasitas yang relevan

dengan paket kegiatan tersebut. Hal ini disebabkan karena sistem seleksi tidak berjalan

optimal.

4. Sebagian besar kegiatan kepesisiran yang telah terlaksana selama ini hanya berupa

kegiatan percontohan (pilot project) yang dikemudian hari memerlukan inisiatif

masyarakat lokal untuk meneruskan secara mandiri, tetapi perencanaan proyek dan

pasca proyek tidak dipersipakan secara menyeluruh sehingga sebagian besar kegiatan

tersebut tidak berlanjut dan tidak tereplikasi, akibatnya manfaat (outcome) dan solusi

yang ingin dicapai dari kegiatan/program tersebut tidak tercapai. Seharusnya, masa

pasca proyek adalah periode dimana masyarakat masih perlu mendapatkan fasilitas dan

pendampingan sampai pada terbentuknya “kemandirian” dan kemampuan pengetahuan

5. Kontribusi pihak swasta pengusaha atau perusahaan dalam kegiatan lingkungan

kepesisiran hanya terfokus pada kegiatan-kegiatan ekonomi produktif (dimensi ekonomi)

sedangkan keberpihakan pada aspek lingkungan/konservasi masih sangat terbatas.

Kontribusi pihak-pihak pengusaha pada program konservasi seharusnya “difasilitasi”

oleh pemberlakuan peraturan dan penegakannya secara konsisten, diharapkan pada

akhirnya terbangun sikap dan kepedulian tinggi terhadap lingkungan (Enviromental

Responsive Attitude).

Page 70: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

56

5.2. Pendekatan Rencana Aksi

Dalam menyusun Rencana Aksi Pengelolaan lingkungan hidup kawasan teluk bone, ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu daya dukung sumberdaya dan lingkungan pesisir,

optimalisasi manfaat sumberdaya yang tersedia, kapasitas aparat pelaksana, keikutsertaan

masyarakat, keterlibatan dunia usaha dan kearifan lokal yang masih dianut oleh masyarakat

setempat.

Pendekatan program yang digunakan dalam penyusunan dokumen Rencana Aksi

pengelolaan lingkungan hidup kawasan teluk bone adalah :

1. Pendekatan Akomodatif, yaitu dokumen ini diharapkan memenuhi kebutuhan

berbagai pihak pengguna sumberdaya di daerah dalam hal pengelolaan sumberdaya

pesisir dan puau-pulau kecil selain itu kajian terhadap dokumen meliputi arah kebijakan

umum baik di tingkat regional maupun nasional.

2. Pendekatan Suportif, yaitu dokumen ini diharapkan mampu mendorong pembangunan

ekonomi masing-masing kabupaten di daerah sesuai dengan renstra-pengelolaan

lingkungan hidup.

e. Pendekatan Protektif, yaitu mengandung makna bahwa dokumen ini dapat

digunakan sebagai panduan arahan untuk melindungi wilayah pesisir dan laut

daerah, yang secara ekologis sangat penting, yaitu vegetasi mangrove, padang

lamun, terumbu karang, dan aspek-aspek lainnya tentang lingkungan pesisir.

f. Pendekatan Aspiratif, yaitu dokumen ini diharapkan mampu mengatasi konflik dalam

pemanfaatan sumberdaya pesisir dan potensi kerusakan sumberdaya.

Begitu banyak program dan kegiatan yang dapat dilakukan dalam pengelolaan wilayah

pesisir dan pulau-pulau namun karena keterbatasan beberapa hal yang membutuhkan

penanganan secara cepat sehingga diperlukan penyusunan rencana aksi skala priorotas.

Kriteria utama penentuan rencana Aksi adalah :

1. Berdayaguna, artinya kegiatan aksi dapat bermanfaat secara ekonomi, yang dapat

memberikan tambahan penghasilan bagi rumah tangga (income regenarating),

menciptakan lapangan kerja, berkonstribusi terhadap pendapatan asli daerah. Daya

dukung Lingkungan, artinya setiap kegiatan dalam rencana aksi tidak boleh melebihi dari

daya dukung lingkungan yang ada

2. Praktis, artinya aspek kesederhanaan harus menjadi salah satu pertimbangan.

Kesederhanaan memudahkan bagi masyarakat mengerti, melaksanakan dan mereplikasi

Page 71: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

57

pada tempat dan waktu yang berbeda. Akan tetapi kesederhanaan tidak mengurangi

porsi pencapaian tujuan dari kegiatan-kegiatan tersebut.

3. Kemampuan Pembiayaan, artinya program aksi seharusnya mempertimbangkan

kemampuan dan prioritas pembiayaan pemda (APBD). Sumber pembiayaan lainnya

(APBN dan Loan/grant) biasanya mensyaratkan kriteria dan kondisi tertentu sehingga

tidak secara otomatis dapat digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang telah

dirancang.

4. Terjangkau,artinya Rencana Aksi diharapkan dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat

dan tidak terbatas hanya pada kelompok masyarakat tertentu atau terhadap

pengelolan program secara langsung.

5. Keterbukaan, artinya setiap tahapan kegiatan mulai dari perencanaan, penetapan

hingga pelaksanaan serta evaluasinya dilaksanakan secara terbuka

6. Mengakomodasi Rencana Kerja SKPD, artinya Rencana Aksi disusun dengan menyesuaikan

rencana kerja yang telah dilaksanakan masing-masing SKPD terkait.

Page 72: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

58

5.3. Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone

Tabel 32 Ringkasan Program Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone NO. BIDANG

URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN

PENGEMBANGAN KEGIATAN

INDIKATOR KEBERHASILAN

LOKASI PAGU INDIKATIF

TAHUN 2017

TAHUN 2018

TAHUN 2019

TAHUN 2020

TAHUN 2021

SKPD PENANGGUNG

JAWAB

TARGET RP (JT)

TARGET RP (JT)

TARGET

RP (JT)

TARGET RP (JT)

TARGET RP (JT)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Strategi Operasional a.

Perencanaan, penelitian, pengkajian dan pengembangan pengelolaan sumber daya lingkungan hidup secara berkelanjutan di Kawasan Teluk Bone

1 Perencanaan penetapan kawasan hutan lindung dan konservasi laut

1. Membentuk area kawasan hutan lindung mangrove

Terbentuknya area kawasan hutan lindung mangrove

5 kab. Di kawasan Teluk Bone

Bulukumba 450 Kab. Bone 450 Kab. Wajo

450 Kab. Luwu 450 Kab. Luwu Utara

450 Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

2. Penetapan kawasan cagar perikanan

Terbentuknya kawasan cagar perikanan dalam menunjang sumberdaya perikanan berkelanjutan

3 kab. Di kawasan Teluk Bone

Sinjai, Luwu Timur, Selayar

1000 Sinjai, Luwu Timur, Selayar

500 Sinjai, Luwu Timur, Selayar

400 Sinjai, Luwu Timur, Selayar

400 Sinjai, Luwu Timur, Selayar

400 DKP/DINAS PENGELOLAAN LH

3. Penetapan Daerah perlindungan Laut

Telah ditetapkan Daerah perlindungan Laut

3 kab. Di kawasan Teluk Bone

Kota Palopo, Kab Luwu, Kab Wajo

1000 Kota Palopo, Kab Luwu, Kab Wajo

500 Kota Palopo, Kab Luwu, Kab Wajo

400 Kota Palopo, Kab Luwu, Kab Wajo

400 Kota Palopo, Kab Luwu, Kab Wajo

400 DKP/DINAS PENGELOLAAN LH

4. Penetapan Kawasan Daerah Perlindungan Lamun

Ditetapkannya Kawasan Daerah Perlindungan Lamun

3 kab. Di kawasan Teluk Bone

Luwu, Wajo, Palopo

Luwu, Wajo, Palopo

Luwu, Wajo, Palopo

Luwu, Wajo, Palopo

Luwu, Wajo, Palopo

DKP/DINAS PENGELOLAAN LH

Page 73: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

59

2 Penyusunan rencana kegiatan jangka 5 tahunan hutan Mangrove dan ekosistem pesisir dan laut

1. Pembuatan dokumen kegiatan tahunan

Tersusunya dokumen kegiatan tahunan melalui panduan rencana aksi pengelolaan lingkungan hidup kawasan teluk bone

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

1200 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

1200 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

1200

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

1200 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

1200 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

2. Pembuatan pedoman pelaksanaan kawasan hutan mangrove dan ekosistem laut

Tersusunya pembuatan pedoman pelaksanaan kawasan hutan mangrove dan ekosistem laut

Daerah pesisir sepanjang teluk bone

Bulukumba, Selayar

500 Sinjai, Bone,

500 Luwu, Palopo

500 Wajo 500 Luwu Utara, Luwu Timur

500 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

3 Pengelolaan kawasan ekosistem mangrove dan laut

1. Pembuatan aturan-aturan kecil dalam bentuk papan penyelia informasi di setiap desa/kecamatan P3K

Tersusunnya pembuatan aturan-aturan kecil dalam bentuk papan penyelia informasi di setiap desa/kecamatan P3K

Daerah pesisir sepanjang teluk bone

Luwu 150 Palopo, Wajo

150 Luwu Utara, Luwu Timur

150 Sinjai, Bone

150 Bulukumba, Selayar

150 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

2. Penyusunan peraturan daerah terkait pengelolaan kawasan mangrove dan ekosistem pesisir

Tersusunnya peraturan daerah terkait pengelolaan kawasan mangrove dan ekosistem pesisir

Daerah pesisir sepanjang teluk bone

Wajo, Palopo

200 Luwu Timur, Luwu Utara

200 Luwu 200 Bulukumba, Selayar

200 Sinjai, Bone

200 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

Page 74: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

60

3. Pelatihan dan konsultasi publik terkait pengelolaan kawasan mangrove dan ekosistem pesisir

Terlaksananya pelatihan dan konsultasi publik terkait pengelolaan kawasan mangrove dan ekosistem pesisir

Daerah pesisir sepanjang teluk bone

Wajo, Palopo

100 Luwu Timur, Luwu Utara

100 Luwu 50 Bulukumba, Selayar

100 Sinjai, Bone

100 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

Strategi Operasional b.

Pertukaran data dan informasi serta pemberdayaan pengelolaan sumber daya lingkungan hidup secara berkelanjutan di Kawasan Teluk Bone

1 Pengelolaan data terpadu ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil

1. Pembuatan peta dan database kawasan hutan mangrove

Tersusunnya peta dan database kawasan hutan mangrove

Daerah pesisir sepanjang teluk bone

Sinjai, Bone

500 Selayar, Bulukumba

500 Luwu, Palopo

500 Luwu Utara, Luwu Timur

500 Wajo 400 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

2. Pembuatan peta dan database kawasan padang lamun

Tersusunnya peta dan database kawasan padang lamun

Daerah pesisir sepanjang teluk bone

Sinjai, Bone

500 Selayar, Bulukumba

500 Luwu, Palopo

500 Luwu Utara, Luwu Timur

500 Wajo 400 DKP/DINAS PENGELOLAAN LH

3. Pembuatan peta dan database kawasan terumbu karang

Tersusunnya peta dan database kawasan terumbu karang

Daerah pesisir sepanjang teluk bone

Sinjai, Bone

800 Selayar, Bulukumba

800 Luwu, Palopo

800 Luwu Utara, Luwu Timur

800 Wajo 400 DKP/DINAS PENGELOLAAN LH

4. Pengadaaan survei/kajian potensi dan ancaman lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone

Terlaksananya survei/kajian potensi dan ancaman lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone

Daerah pesisir sepanjang teluk bone

Luwu 450 Wajo, Palopo

900 Luwu Utara, Luwu Timur

900 Sinjai, Bone

900 Selayar, Bulukumba

900 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

5. Pembangunan pusat data dan spasial sumberdaya lingkungan hidup kawasan teluk bone

Terlaksananya pembangunan pusat data dan spasial sumberdaya lingkungan hidup kawasan teluk

Daerah pesisir sepanjang teluk bone

Bulukumba, Bone, Palopo, Luwu Timur

1600 Bulukumba, Bone, Palopo, Luwu Timur

1000 Bulukumba, Bone, Palopo, Luwu Timur

600 Bulukumba, Bone, Palopo, Luwu Timur

400 Bulukumba, Bone, Palopo, Luwu Timur

400 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

Page 75: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

61

bone

6. Pengembangan hasil database dan spasial pada outlet/daerah kabupaten

Terlaksananya pengembangan hasil database dan spasial pada outlet/daerah kabupaten

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

1000 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

1000 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

1000

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

1000 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

1000 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

Strategi Operasional c. :

Pengelolaan sumberdaya Mangrove berkelanjutan, peningkatan Kualitas SDM dan pengembangan potensi kawasan ekowisata Dalam Pengelolaan Hutan Mangrove lestari di Kawasan Teluk Bone

1 Pemulihan kawasan mangrove yang mengalami krisis

1. Penyusunan pedoman pelaksanaan rehabilitasi mangrove

Tersusunnya pedoman pelaksanaan rehabilitasi mangrove

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Luwu Utara, Luwu Timur

500 Luwu 250 Wajo, Palopo

500 Selayar, Bulukumba

500 Sinjai, Bone

500 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

2. Pelatihan teknik rehabilitasi bagi dinas/instansi terkait dan masyaraat

Terlaksananya pelatihan teknik rehabilitasi bagi dinas/instansi terkait dan masyaraat

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Luwu Utara, Luwu Timur

500 Luwu 250 Wajo, Palopo

500 Selayar, Bulukumba

500 Sinjai, Bone

500 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

3. Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi mangrove pada kawasan kritis

Terlaksananya kegiatan rehabilitasi mangrove pada kawasan kritis

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Luwu Utara, Luwu Timur

500 Luwu 250 Wajo, Palopo

500 Selayar, Bulukumba

500 Sinjai, Bone

500 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

Page 76: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

62

4. Pembuatan papan informasi dan sosialisasi aturan kawasan mangrove yang telah di rehabilitasi

adanya papan informasi dan Tersosialisasinya aturan kawasan mangrove yang telah di rehabilitasi

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Luwu Utara, Luwu Timur

250 Luwu 250 Wajo, Palopo

250 Selayar, Bulukumba

250 Sinjai, Bone

250 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

2 Pemberdayaan aparat dan dinas terkait serta masyarakat dalam pengelolaan ekosistem mangrove

1. Pembentukan kawasan hijau mangrove berbasis masyarakat

Terbentuknya kawasan hijau mangrove berbasis masyarakat

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Luwu Utara 500 Luwu 250 Wajo, Palopo

500 Selayar, Bulukumba

500 Sinjai, Bone

500 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

2. Pelatihan kader masyarakat pengelola mangrove

Dilakukannya pelatihan kader masyarakat pengelola mangrove

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Luwu Utara, Luwu Timur

500 Luwu 250 Wajo, Palopo

500 Selayar, Bulukumba

500 Sinjai, Bone

500 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

3. Pembentukan Kelompok penguatan kelembagaan Mangrove daerah (KKMD)

Dibentuknya Kelompok penguatan kelembagaan Mangrove daerah (KKMD)

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Luwu Utara, Luwu Timur

500 Luwu 250 Wajo, Palopo

500 Selayar, Bulukumba

500 Sinjai, Bone

500 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

4. Sosialisasi aturan perundang-undangan terkait pengelolaan hutan mangrove

Dilakukannya sosialisasi aturan perundang-undangan terkait pengelolaan hutan mangrove

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Luwu Utara, Luwu Timur

500 Luwu 250 Wajo, Palopo

500 Selayar, Bulukumba

500 Sinjai, Bone

500 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

3 Perencanaan dan pengkajian kawasan mangrove dalam pengembangan wisata

1. Mengadakan survei potensi kesesuaian mangrove sebagai kawasan ekowisata

Diadakannya survei potensi kesesuaian mangrove sebagai kawasan ekowisata

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Luwu Timur

450 Bulukumba 450 Wajo 450 Luwu Utara 450 Luwu 450 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

Page 77: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

63

2. Membuat peraturan daerah terkait mangrove sebagai kawasan ekowisata

Dibuatnya peraturan daerah terkait mangrove sebagai kawasan ekowisata

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Luwu Timur

450 Bulukumba 450 Wajo 450 Luwu Utara 450 Luwu 450 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

3. Sosialisasi kawasan ekowisata pada dinas terkait dan Masyarakat

Dilakukannya sosialisasi kawasan ekowisata pada dinas terkait dan Masyarakat

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Luwu Timur

450 Bulukumba 450 Wajo 450 Luwu Utara 450 Luwu 450 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

4. Pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana daerah mangrove sebagai kawasan ekowisata

Dilakukannya pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana daerah mangrove sebagai kawasan ekowisata

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Luwu Timur

1000 Bulukumba 1000 Wajo 1000

Luwu Utara 1000 Luwu 1000 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

5. Penetapan dan pencanangan kawasan ekowisata mangrove

Ditetapkannya dan dicanangkan kawasan ekowisata mangrove

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Luwu Timur

450 Bulukumba 450 Wajo 450 Luwu Utara 450 Luwu 450 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

Strategi Operasional d.

Pengelolaan sumberdaya & mengembalikan serta mempertahankan kawasan vital ekosistem pesisir (ekosistem lamun dan terumbu karang)

1 Pengurangan kerusakan padang lamun dan pengelolaan kawasan padang lamun

1. Rehabilitasi padang lamun yang mengalami kerusakan

Dilakukannya rehabilitasi padang lamun yang mengalami kerusakan

3 kab. Di kawasan Teluk Bone

Luwu, Wajo, Palopo

500 Luwu, Wajo, Palopo

500 Luwu, Wajo, Palopo

500 Luwu, Wajo, Palopo

500 Luwu, Wajo, Palopo

500 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

2. Penyusunan pedoman pelaksanaan kegiatan Daerah Perlindungan Laut (DPL) Ekosistem

Tersusunnya pedoman pelaksanaan kegiatan Daerah Perlindungan Laut (DPL)

3 kab. Di kawasan Teluk Bone

Luwu, Wajo, Palopo

500 Luwu, Wajo, Palopo

500 Luwu, Wajo, Palopo

500 Luwu, Wajo, Palopo

500 Luwu, Wajo, Palopo

500 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

Page 78: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

64

Lamun Ekosistem Lamun

3. Survey kondisi ekosistem lamun di kawasan teluk Bone

Dilakukannya survey kondisi ekosistem lamun di kawasan teluk Bone

3 kab. Di kawasan Teluk Bone

Luwu, Wajo, Palopo

500 Luwu, Wajo, Palopo

500 Luwu, Wajo, Palopo

500 Luwu, Wajo, Palopo

500 Luwu, Wajo, Palopo

500 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

4. Pembuatan peraturan daerah terkait DPL ekosistem padang Lamun

Dibuatnya peraturan daerah terkait DPL ekosistem padang Lamun

3 kab. Di kawasan Teluk Bone

Luwu, Wajo, Palopo

450 Luwu, Wajo, Palopo

450 Luwu, Wajo, Palopo

450 Luwu, Wajo, Palopo

450 Luwu, Wajo, Palopo

450 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

5. Pembentukan dan sosialisasi kawasan Daerah Perlindungan Laut (DPL-ekosistem padang Lamun)

Terbentuknya dan tersosialisasinya kawasan Daerah Perlindungan Laut (DPL-ekosistem padang Lamun)

3 kab. Di kawasan Teluk Bone

Luwu, Wajo, Palopo

450 Luwu, Wajo, Palopo

350 Luwu, Wajo, Palopo

300 Luwu, Wajo, Palopo

300 Luwu, Wajo, Palopo

300 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

6. Pembentukan kelompok masyarakat kawasan DPL ekosistem padang lamun

Terbentuknya kelompok masyarakat kawasan DPL ekosistem padang lamun

3 kab. Di kawasan Teluk Bone

Luwu, Wajo, Palopo

500 Luwu, Wajo, Palopo

400 Luwu, Wajo, Palopo

300 Luwu, Wajo, Palopo

300 Luwu, Wajo, Palopo

250 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

2 Pengurangan Laju kerusakan terumbu karang dan pengelolaan kawasan terumbu karang

1. Transplantasi Karang yang mengalami kerusakan

Dilakukannya transplantasi Karang yang mengalami kerusakan

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Sinjai 250 Selayar 250 Luwu 250 Bone 250 Bulukumba 250 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

Page 79: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

65

2. Penyusunan pedoman pelaksanaan kegiatan Daerah Perlindungan Laut (DPL) Ekosistem Terumbu Karang

Tersusunnya pedoman pelaksanaan kegiatan Daerah Perlindungan Laut (DPL) Ekosistem Terumbu Karang

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

400 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

400 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

400 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

400 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

400 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

3. Survey kondisi ekosistem terumbu karang di kawasan teluk Bone

Dilakukannya survey kondisi ekosistem terumbu karang di kawasan teluk Bone

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

1000 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

1000 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

1000

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

1000 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

1000 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

4. Pembuatan peraturan daerah terkait DPL ekosistem terumbu karang

Dibuatnya peraturan daerah terkait DPL ekosistem terumbu karang

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

400 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

400 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

400 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

400 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

400 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

5. Pemasangan tanda dan zona public awarness

Diadakannya tanda dan zona public awarness

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

450 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

450 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

450 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

450 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

450 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

6. Pembentukan dan sosialisasi kawasan Daerah Perlindungan Laut (DPL-ekosistem terumbu karang)

Terbentuknya kawasan dan dtersosialisasinya Daerah Perlindungan Laut (DPL-ekosistem terumbu karang)

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

400 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

400 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

300 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

300 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

300 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

Page 80: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

66

7. Pembentukan kelompok masyarakat pengawas dan pengelola kawasan DPL-Terumbu Karang Di teluk Bone

Terbentuknya kelompok masyarakat pengawas dan pengelola kawasan DPL-Terumbu Karang Di teluk Bone

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

500 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

500 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

500 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

500 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

500 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

8. Penguatan kapasitas SDM aparat dalam pengelolaan kawasan DPL

Terlaksananya peatihan kapasitas SDM aparat dalam pengelolaan kawasan DPL

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

450 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

450 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

450 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

450 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

450 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

9. Pengadaan fasilitas penunjang dalam pengawasan kawasan DPL-ekosistem terumbu karang di pesisir teluk bone

Diadakannya fasilitas penunjang dalam pengawasan kawasan DPL-ekosistem terumbu karang di pesisir teluk bone

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

800 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

800 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

800 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

800 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba

800 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

Strategi Operasional e.

Pemanfaatan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Untuk Pariwisata

1 Pengembangan kawasan ekosistem pulau-pulau kecil sebagai kawasan ekowisata bahari

1. Penyusunan Profil Wisata Pulau-pulau kecil

Penyusunan Profil Wisata Pulau-pulau kecil

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar 250 Bulukumba

250 Sinjai 250 Bone 250 Luwu 250 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

2. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan wisata bahari

Tersusunnya Rencana Induk Pengembangan wisata bahari

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar 250 Bulukumba

250 Sinjai 250 Bone 250 Luwu 250 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

Page 81: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

67

3. Inisiasi pilot projek wisata bahari

Dilakukannya inisiasi pilot projek wisata bahari

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar 250 Bulukumba

250 Sinjai 250 Bone 250 Luwu 250 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

4. Survei Potensi kawasan ekowisata bahari

Dilakukannya survei Potensi kawasan ekowisata bahari

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar 250 Bulukumba

250 Sinjai 250 Bone 250 Luwu 250 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

5. Pembuatan peraturan daerah kawasan wisata bahari

Dibuatnya peraturan daerah kawasan wisata bahari

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar 250 Bulukumba

250 Sinjai 250 Bone 250 Luwu 250 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

6. Peningkatan kepedulian masyarakat melalui diklat kepariwisataan

Dilakukaannya pelatihan peningkatan kepedulian masyarakat melalui diklat kepariwisataan

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar 250 Bulukumba

250 Sinjai 250 Bone 250 Luwu 250 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

7. Pengadaan/perbaikan sarana, prasarana, dan fasilitas penunjang dasar wisata bahari

Diadakannya dan dilakukannya perbaikan sarana, prasarana, dan fasilitas penunjang dasar wisata bahari

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar 250 Bulukumba

250 Sinjai 250 Bone 250 Luwu 250 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

8. Promosi dan up dating pariwisata bahari

Pengembangan Promosi dan up dating pariwisata bahari

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar 250 Bulukumba

250 Sinjai 250 Bone 250 Luwu 250 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

Page 82: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

68

Strategi Operasional f.

pengendalian erosi, abrasi, sedimentasi, pencemaran pada DAS, dan pesisir kawasan teluk bone akibat kegiatan alamiah dan aktivitas industry

1 Kajian tingkat lahan kritis, peningkatan laju erosi dan sedimentasi di Daerah Aliran Sungai dan wilayah pesisir kawasan teluk bone

1. Survei lahan kritis, erosi, sedimentasi pada daerah aliran sungai di kawasan teluk bone

Dilakukannya survei lahan kritis, erosi, sedimentasi pada daerah aliran sungai di kawasan teluk bone

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Bulukumba, Selayar, Sinjai, Palopo

600 Bulukumba, Selayar, Sinjai, Palopo

600 Bulukumba, Selayar, Sinjai, Palopo

600 Bulukumba, Selayar, Sinjai, Palopo

600 Bulukumba, Selayar, Sinjai, Palopo

600 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

2. Pemetaan kawasan lahan kritis, erosi pada Daerah Aliran Sungai

Dilakukannya pemetaan kawasan lahan kritis, erosi pada Daerah Aliran Sungai

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Bulukumba, Selayar, Sinjai, Palopo

600 Bulukumba, Selayar, Sinjai, Palopo

600 Bulukumba, Selayar, Sinjai, Palopo

600 Bulukumba, Selayar, Sinjai, Palopo

600 Bulukumba, Selayar, Sinjai, Palopo

600 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

2 Memperbaiki dan mempertahankan kualitas perairan pada kisaran standard baku mutu dan kelayakan pendukung produktivitas perairan

1. Monitoring kualitas perairan

Dilakukannya monitoring kualitas perairan

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

800 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

800 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

800 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

800 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

800 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

2. Pendataan kegiatan industri yang berpotensi dan telah melakukan pencemaran di kawasan Pesisir teluk bone

dilakukannya pendataan kegiatan industri yang berpotensi dan telah melakukan pencemaran di kawasan Pesisir teluk bone

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Luwu Timur

200 Luwu Timur, Palopo

200 Luwu Timur, Palopo

200 Luwu Timur, Palopo

200 Luwu Timur, Palopo

200 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

Page 83: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

69

3. Pengendalian bahan dan jumlah cemaran ke perairan oleh industri di kawasan pesisir

Dilakukannya Pengendalian bahan dan jumlah cemaran ke perairan oleh industri di kawasan pesisir

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

600 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

600 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

600 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

600 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

600 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

4. Pembentukan tim audit dan pengawas sistem "wash treatement"

terbentuknya tim audit dan pengawas sistem "wash treatement

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

450 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

450 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

450 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

450 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

450 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

3 Pengendalian abrasi dengan bangunan fisik

1. Pemasangan Breakwater

Dilakukanya Pemasangan Breakwater

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

2000 Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

2000 Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

2000

Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

2000 Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

2000 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

Page 84: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

70

Strategi Operasional g.

Peningkatan Fasilitas Umum & Penataan Kawasan Kumuh Masyarakat Pesisir Teluk Bone

1 Peningkatan Akses Jalan darat setiap daerah pesisir

1. Pembuatan jalan dan jembatan

Dilakukanya Pembuatan jalan dan jembatan

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

2500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

2500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

2500

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

2500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

2500 PU Bina Marga /DKP

2 Pengelolaan sampah pesisir dan pulau-pulau kecil

1. Sosialisasi tentang Sampah

Dilakukanya Sosialisasi tentang Sampah

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

2. Penyediaan sarana-prasarana Pengolah Sampah (tempat sampah, Motor pengangkut sampah) untuk masyarakat pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Disediakanya sarana-prasarana Pengolah Sampah (tempat sampah, Motor pengangkut sampah) untuk masyarakat pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

1000 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

1000 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

1000

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

1000 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

1000 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

Page 85: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

71

3. Pembuatan Video Kesadaran terhadap Sampah

Dibuatnya Video Kesadaran terhadap Sampah

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

350 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

350 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

350 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

350 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

350 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

4. Pembentukan bank sampah untuk masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil

Terbentuknya bank sampah untuk masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

3 Perbaikan Kualitas Sanitasi dan air bersih Masyarakat Pesisir & Kebersihan Lingkungan

1. Pembuatan WC dan Kamar Mandi Umum

Dilakukannya Pembuatan WC dan Kamar Mandi Umum

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

800 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

800 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

800 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

800 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

800 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

Page 86: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

72

2. Pembangunan penampungan air bersih dan sumur di setiap desa pesisir

Dilakukannya Pembangunan penampungan air bersih dan sumur di setiap desa pesisir

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

800 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

800 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

800 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

800 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

800 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

3. Penataan desa-desa pesisir dengan konsep "Green Village"

Dilakukannya Penataan desa-desa pesisir dengan konsep "Green Village"

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

450 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

450 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

450 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

450 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

450 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

4 Penataan Pemukiman Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kawasan Teluk Bone

1. Peningkatan sarana & prasarana Kesehatan (Puskesmas & Posyandu)

Dilakukannya Peningkatan sarana & prasarana Kesehatan (Puskesmas & Posyandu)

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba

600 Sinjai, Bone

600 Wajo, Luwu, Palopo

600 Luwu Utara 300 Luwu Timur

300 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

2. Penyuluhan Kesehatan Lingkungan

Dilakukannya Penyuluhan Kesehatan Lingkungan

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba

300 Sinjai, Bone

300 Wajo, Luwu, Palopo

350 Luwu Utara 200 Luwu Timur

200 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

Page 87: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

73

3. Bedah Kampung untuk Pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak, terjangkau dengan target pada masyarakat miskin dan berpendapatan rendah

Dilakukannya Bedah Kampung untuk Pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak, terjangkau dengan target pada masyarakat miskin dan berpendapatan rendah

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba

900 Sinjai, Bone

900 Wajo, Luwu, Palopo

1000

Luwu Utara 500 Luwu Timur

500 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH

Strategi Operasional h.

Pemberdayaan Masyaraat pesisir melalui Pengolahan sampah menjadi produk daur ulang Ramah Lingkungan

1 Peningkatan Kuaitas Sumberdaya Masyarakat Pesisir dalam Mengolah Sampah

1. Diklat Pengolahan Sampah

Dilakukannya Diklat Pengolahan Sampah

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone

400 Wajo, Luwu, Palopo,

400 Luwu Utara, Luwu Timur

400 DINAS PENGELOLAAN LH

2. Pembentukan Kelompok Binaan pengolahan produk sampah daur Ulang melalui " KOMPOS-Kelompok Olah sampah Masyarakat Pesisir"

Dilakukannya Pembentukan Kelompok Binaan pengolahan produk sampah daur Ulang melalui " KOMPOS-Kelompok Olah sampah Masyarakat Pesisir"

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone

400 Wajo, Luwu, Palopo

400 Luwu Utara, Luwu Timur

400 DINAS PENGELOLAAN LH

Page 88: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

74

3. Pendampingan Promosi Produk sampah daur Ulang ramah Lingkungan Melalui Pameran, Website dan Paket wisata

Dilakukannya Pendampingan Promosi Produk sampah daur Ulang ramah Lingkungan Melalui Pameran, Website dan Paket wisata

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone

400 Wajo, Luwu, Palopo

400 Luwu Utara, Luwu Timur

400 DINAS PENGELOLAAN LH

Strategi Operasional i.

Membangun Masyarakat Pesisir melalui Pendidikan berwawasan lingkungan

1 Terbangunnya wawasan dan kepedulian sejak dini terhadap kepesisiran dan lingkungan

1. Penyusunan kurikulum kepesisiran dan wawasan lingkungan pada tingkat SD, SMP, dan SMA

Dilakukannya Penyusunan kurikulum kepesisiran dan wawasan lingkungan pada tingkat SD, SMP, dan SMA

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba

400 Sinjai, Bone

400 Wajo, Luwu, Palopo

400 Luwu Utara 200 Luwu Timur

200 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

2. mengadakan Diklat bagi calon guru Lokal

Diadakannya Diklat bagi calon guru Lokal

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba

400 Sinjai, Bone

400 Wajo, Luwu, Palopo

400 Luwu Utara 200 Luwu Timur

200 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

3. Pemberian Akses Layanan Pendidikan melalui Pemberian Beasiswa bagi anak tidak mampu

Dilakukannya Pemberian Akses Layanan Pendidikan melalui Pemberian Beasiswa bagi anak tidak mampu

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

400 Sinjai, Bone

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone

400 Luwu Utara 300 Luwu Utara, Luwu Timur

300 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

4. pembuatan Brosur-brosur Kepesisiran dan wawasan Lingkungan

Dilakukannya pembuatan Brosur-brosur Kepesisiran dan wawasan

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk

Selayar, Bulukumba

300 Sinjai, Bone

300 Wajo, Luwu, Palopo

300 Luwu Utara 200 Luwu Timur

200 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

Page 89: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

75

Lingkungan bone

Strategi Operasional j.

formulasi kebijakan pengelolaan dan Pengembangan kemitraan melalui penguatan kerjasama dan isiniasi dengan berbagai stakholder pemerintah, swasta (Corporate Social Responsibility), LSM dalam upaya pelestarian Lingkungan

1 Pencanangan dan penerapan sistem pengelolaan ekosistem pesisir dan Pulau-Pulau Kecil secara terpadu di Kawasan Teluk Bone

1. Pilot Project Program Pengelolaan Ekosistem Pesisir dan Laut Terpadu multi stakeholder dan integrasi program MDGs Pesisir-CSR swasta

Dilakukannya Pilot Project Program Pengelolaan Ekosistem Pesisir dan Laut Terpadu multi stakeholder dan integrasi program MDGs Pesisir-CSR swasta

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

2. Penyusunan dan Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Dilakukannya Penyusunan dan Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

3. Pembentukan Badan Pengelolaan kawasn Teluk Bone

Dilakukannya Pembentukan Badan Pengelolaan kawasn Teluk Bone

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

Page 90: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

76

Timur

4. Penyusunan SOP/Pedoman Pelaksanaan dan JUKNIS dalam Perizinan Pengelolaan Kawasan Teluk Bone

Dilakukannya Penyusunan SOP/Pedoman Pelaksanaan dan JUKNIS dalam Perizinan Pengelolaan Kawasan Teluk Bone

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

6. Penyusunan dan Pembahasan Peraturan Daerah (Perda) Perizinan Usaha di Wilayah pesisir dan Laut Teluk Bone

Dilakukannya Penyusunan dan Pembahasan Peraturan Daerah (Perda) Perizinan Usaha di Wilayah pesisir dan Laut Teluk Bone

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

7. Penyediaan informasi publik mengenai Potensi lestari lingkungan dalam PWP3K

Dilakukannya Penyediaan informasi publik mengenai Potensi lestari lingkungan dalam PWP3K

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

Page 91: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

77

2 Penguatan Kualitas pemangku Kepentingan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyusunan, perencanaan, Pengelolaan, dan Pengawasan

1. Penyusunan dan pengesahan dokumen rencana Aksi Teluk Bone

Dilakukannya Penyusunan dan pengesahan dokumen rencana Aksi Teluk Bone

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

2. Penyusunan Rencana Pengembangan Zona

Dilakukannya Penyusunan Rencana Pengembangan Zona

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

3. Pengadaan DIKLAT penerapan dokumen rencana AKSI Teluk Bone bagi aparat/ perencana

Dilakukannya pengadaan DIKLAT penerapan dokumen rencana AKSI Teluk Bone bagi aparat/ perencana

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

Page 92: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

78

4. Pengadaan semiloka dan konsultasi publik dalam penerapan Rencana AKSI Teluk Bone terhadap Masyarakat

Dilakukannya pengadaan semiloka dan konsultasi publik dalam penerapan Rencana AKSI Teluk Bone terhadap Masyarakat

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

5. Seminar dan sosialisasi Konsep Rencana AKSI Teluk Bone kepada anggota legistlatif/eksekutif

Dilakukannya Seminar dan sosialisasi Konsep Rencana AKSI Teluk Bone kepada anggota legistlatif/eksekutif

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

6. Penguatan Kelembagaan pengelolaan rencana aksi teluk bone di tingkat kabupaten/kota

Dilakukannya Penguatan Kelembagaan pengelolaan rencana aksi teluk bone di tingkat kabupaten/kota

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

Page 93: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

79

Strategi Operasional k.

Optimalisasi Hasil Budidaya Tambak dan Perikanan Tangkap dan Pengendalian kerusakan

1 Peningkatan SDM, Nilai Kontribusi Budidaya Tambak ramah Lingkungan dan pengurangan Laju kerusakan Lingkungan

1. Sosialisai Tambak Ramah Lingkungan

Dilakukannya Sosialisai Tambak Ramah Lingkungan

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

600 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

600 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

600 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

600 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

600 DKP/DINAS PENGELOLAAN LH

2. Monitoring Penggunaan Pupuk dan Pestisida

Dilakukannya Monitoring Penggunaan Pupuk dan Pestisida

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

500 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

500 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

500 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

500 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

500 DKP/DINAS PENGELOLAAN LH

3. Pengendalian Konversi Hutan Mangrove Menjadi Lahan Tambak

Dilakukannya Pengendalian Konversi Hutan Mangrove Menjadi Lahan Tambak

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

500 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

500 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

500 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

500 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

500 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH

2 Peningkatan kapasitas SDM, Pengendalian Kerusakan Laut

1. Pengadaan Diklat tata-kelola Rumpon

Dilakukannya Pengadaan Diklat tata-kelola Rumpon

Daerah pesisir dan laut sepanjan

Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo,

600 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone,

600 Bulukumba, Sinjai, Bone,

600 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo,

600 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo,

600 DKP/DINAS PENGELOLAAN LH

Page 94: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

80

akibat Perikanan Tangkap

g teluk bone

Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

2. Pengadaan Diklat Penggunaan Alat Tangkap (GPS, Fish Finder,..)

Dilakukannya Pengadaan Diklat Penggunaan Alat Tangkap (GPS, Fish Finder,..)

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

600 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

600 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

600 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

600 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

600 DKP/DINAS PENGELOLAAN LH

3. Diklat Handling & Processing Hasil Tangkap

Dilakukannya Diklat Handling & Processing Hasil Tangkap

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

600 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

600 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

600 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

600 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

600 DKP/DINAS PENGELOLAAN LH

4. Sosialisasi Code Of Conduct Fisheries

Dilakukannya Sosialisasi Code Of Conduct Fisheries

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 DKP/DINAS PENGELOLAAN LH

Page 95: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |

81

5. Pengendalian Alat Tangkap Perusak Lingkungan (BOM, Racun, dll)

Dilakukannya Pengendalian Alat Tangkap Perusak Lingkungan (BOM, Racun, dll)

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

500 DKP/DINAS PENGELOLAAN LH

6. Operasi Patroli Ilegal Fishing

Dilakukannya Operasi Patroli Ilegal Fishing

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 DKP/DINAS PENGELOLAAN LH

7.Pengendalian Buangan Limbah Kapal

Dilakukannya Pengendalian Buangan Limbah Kapal

Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone

Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur

400 DKP/DINAS PENGELOLAAN LH

Page 96: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

82

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Teluk Bone 82

BAB VI. PEMANTAUAN DAN EVALUASI

6.1. Pemantauan

Untuk menjawab kebutuhan teknis di lapangan terutama pada masyarakat pesisir dan

penguatan kelembagaan maka perlu dilakukan pelatihan, baik yang bersifat keterampilan

maupun yang bersifat peningkatan kapabilitas pengelola, perencana dan pengguna.

Pelatihan keterampilan lebih ditujukan pada teknis pengelolaan sumberdaya yang

berimplikasi pada peningkatan produksi dan pendapatan. Dalam penguatan kelembagaan

lebih difokuskan pada pelatihan - pelatihan yang meningkatkan kapabilitas staf birokrat dalam

menganalisis data dan Informasi sumberdaya wilayah pesisir yang berorientasi pada

perencanaan ataupun pada peningkatan produksi dan pelayanan kepada masyarakat. Ada

berbagai pelatihan teknis kedinasan yang berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya

pesisir bisa dilakukan secara kontinu, seperti Teknik Pemetaan/Kartografi, GIS, Evaluasi

Lingkungan Pantai, AMDAL, Reefcheck, Metodologi Penelitian Terumbu Karang (MPTK),

Teknik Rehabilitasi Mangrove secara Ekologi (EMR) dan lain- lain.

Monitoring merupakan salah satu hal penting dalam pengelolaan sumberdaya pesisir

dan laut. Monitoring merupakan pemantauan yang bersifat pengawasan yang dilakukan

dengan tujuan agar program tersebut dapat berjalan sesuai dengan rencana awal yang telah

dirancang. Dengan adanya program tersebut dapat dimonitoring capaian-capaian program,

permasalahan yang ditemui di lapangan, terkumpulnya informasi yang baru sehingga

dapat dilakukan tindakan - tindakan pencegahan pada kegiatan yang tidak sesuai dengan

rencana awal. Program monitoring ini nantinya diharapkan dapat lebih mengoptimalkan

pengelolaan w i l a y a h pesisir dan laut teluk yang sudah diprogramkan.

6.2. Evaluasi

Semua program perencanaan dari tahap persiapan hingga pencapaian program

perlu proses review atau pengkajian yang mendalam menyangkut output dan outcome

program. Bahan evaluasi yang akan direview berasal dari rencana, temuan di lapangan dan

hasil monitoring. Hasil dari review akan memutuskan apakah rencana kegiatan yang diusulkan

masih relevan atau tidak, sehinggga perlu dilakukan amandemen (perubahan-perubahan) baik

pada program pokok itu sendiri maupun pada kegiatan-kegiatan yang dialokasikan di dalamnya.

Perubahan dan perkembangan yang terjadi di masyarakat yang tidak relevan lagi

dengan arahan yang terdapat dalam dokumen Rencana Pengelolaan ini maka perlu

diamandemen sesuai dengan kebutuhan. Pada saat mengamandemen dokumen Rencana

Page 97: Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone

83

Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Teluk Bone 83

Pengelolaan ini maka Tim Pengarah dan pengelola Proyek harus membahasnya bersama-sama

dengan instansi terkait.

Jangka waktu antara review disesuaikan dengan kebutuhan, terutama yang terkait

dengan adanya perubahan-perubahan radikal dalam tuntutan pembangunan yang

menginginkan segera dilakukannya perubahan dalam rencana strategis. Rencana Aksi

Pengelolaan Teluk Bone berlaku selama 1 (satu) – 5 tahun terhitung mulai sejak ditetapkan.

Pelaksanaan review dapat pula dilakukan ketika terjadi perubahan yang dinamis dalam konteks

politik, ekologi, dan sosial budaya masyarakat