Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone
-
Upload
fachrieayyub -
Category
Environment
-
view
0 -
download
0
description
Transcript of Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Teluk Bone
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone i
Tim Penyusun : Ir. H.Marzuki Ukkas, DEA
Suharto, S.Kel, M.Si
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone ii
PERATURAN BERSAMA GUBERNUR SULAWESI SELATAN
DAN GUBERNUR SULAWESI TENGGARA
NOMOR 26 TAHUN 2015
NOMOR 40 TAHUN 2015
TENTANG
PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KAWASAN TELUK BONE
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR SULAWESI SELATAN DAN GUBERNUR SULAWESI TENGGARA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka menindaklanjuti Perjanjian Kerjasama Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor: 202/VII/PEMPROV/2012 dan Nomor: 20 Tahun 2012 Tanggal 18 Juli 2012 tentang Pengelolaan dan Pengembangan Wilayah Terpadu Teluk Bone, maka perlu ada pengaturan untuk melakukan pengendalian bersama terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di kawasan Teluk Bone secara tepadu dan terkoordinasi;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bersama Gubernur Sulawesi Selatan dan Gubernur Sulawesi Tenggara tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kawasan Teluk Bone.
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1964 Tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Utara - Tengah dan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara Dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 47 Prp Tahun 1960 Tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Utara–Tengah dan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan-Tenggara (Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 1964 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2687);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone iii
3.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1999 tentang Perairan Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3647);
4.
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4401);
5. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);
6.
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5490);
7.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
8.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5578); sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5657);
9.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3816);
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone iv
10. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4761);
11.
12.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas Dan Wewenang serta
Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Wilayah Provinsi (Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 2010 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5107) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5209);
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerjasama Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 125);
13. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Perumusan Materi Muatan Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Dalam Peraturan Perundang-undangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 838);
14. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 10 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Laut Provinsi Sulawesi Tenggara (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2005 Nomor 10);
15. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
(Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2007 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 232);
16. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 4 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Provinsi Sulawesi Tenggara (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2008 Nomor 4) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 11 Tahun 2012 (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012 Nomor 11);
17. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis Daerah Dan Lembaga Lain Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008 Nomor 9) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 12 Tahun 2009 (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009 Nomor 12);
18. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 14 Tahun 2013 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2013 Nomor 14);
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone v
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN BERSAMA GUBERNUR TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KAWASAN TELUK BONE.
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bersama ini, yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Tenggara. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, dan
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara. 3. Gubernur adalah Gubernur Sulawesi Selatan dan Gubernur Sulawesi
Tenggara. 4. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota yang berada dalam Kawasan Teluk
Bone. 5. Kawasan Teluk Bone adalah wilayah yang meliputi pesisir dan laut Provinsi
Sulawesi Selatan yang terdiri atas Kabupaten Kepulauan Selayar, Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bone, Kabupaten Wajo, Kabupaten Luwu, Kota Palopo, Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Luwu Timur serta Provinsi Sulawesi Tenggara yang terdiri atas Kabupaten Kolaka Utara, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Bombana, Kabupaten Buton, Kabupaten Muna dan Kota Baubau.
6. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
7. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.
8. Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.
9. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh-menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.
10. Sumber daya alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan membentuk kesatuan ekosistem.
11. Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.
12. Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup adalah ukuran batas perubahan sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang dapat ditolerir oleh lingkungan hidup untuk dapat tetap melestarikan fungsinya.
13. Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
14. Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana serta kesinambungan
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone vi
ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya.
15. Kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari.
BAB II MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2 (1) Peraturan Bersama Gubernur ini dimaksudkan untuk:
a. sebagai instrumen pengelolaan Kawasan Teluk Bone secara bersama, terpadu, optimal, dan berkelanjutan;
b. mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lingkungan hidup, secara berkelanjutan dan mendorong peningkatan kesejahterakan masyarakat; dan
c. melakukan pengawasan, pengendalian dan pengamanan sumber daya lingkungan hidup secara terpadu terhadap potensi pengrusakan dan dampaknya, pemanfaatan yang tidak ramah lingkungan serta pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan ekosistem kawasan Teluk Bone.
(2) Tujuan Peraturan Bersama Gubernur ini yaitu :
a. mewujudkan keterpaduan, keselarasan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengelolaan lingkungan hidup secara efektif;
b. memberikan manfaat bersama bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan bersama yang berkelajutan; dan
c. melestarikan serta mengoptimalkan fungsi lingkungan hidup di Kawasan Teluk Bone.
BAB III KEWENANGAN PENGELOLAAN
Pasal 3
Pemerintah Daerah dan Kabupaten/Kota berwenang mengatur perlindungan dan pengelolaan sumber daya lingkungan hidup sesuai kedudukan dan kewenangan masing-masing.
BAB IV
KEWAJIBAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 4
1. Kewajiban Pemerintah Daerah meliputi:
a. memberikan rasa aman kepada masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan sumber daya lingkungan hidup;
b. mencegah terjadinya kesalahan dalam pemanfaatan sumber daya dan kerusakan lingkungan hidup;
c. melakukan penegakan hukum sesuai kedudukan dan kewenangan masing-masing;
d. menyediakan data dan informasi potensi sumber daya lingkungan hidup berbasis teknologi informatika;
e. memberikan kepastian terhadap pemanfaatan sumber daya lingkungan hidup
secara lestari dan berkelanjutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan;
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone vii
f. mendorong peluang kerjasama masyarakat, swasta, baik secara regional, nasional dan internasional sesuai kebutuhan dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
g. memberikan pelayanan perizinan terhadap pengelolaan sumber daya lingkungan hidup secara berkelanjutan di Kawasan Teluk Bone sesuai kedudukan dan kewenangan masing-masing.
BAB V
PELAKSANAAN
Pasal 5
Dalam rangka penyelenggaraan kewenangan dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4, Pemerintah Daerah melakukan kegiatan yaitu masing-masing :
a. perencanaan, penelitian, pengkajian dan pengembangan pengelolaan sumber daya lingkungan hidup secara berkelanjutan di Kawasan Teluk Bone;
b. pertukaran data dan informasi serta pemberdayaan pengelolaan sumber daya lingkungan hidup secara berkelanjutan di Kawasan Teluk Bone;
c. pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia dan teknologi berbasis teknologi informatika dalam pengelolaan sumber daya lingkungan hidup secara berkelanjutan di Kawasan Teluk Bone;
d. sosialisasi rutin kepada masyarakat terhadap peraturan terkait perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Kawasan Teluk Bone dengan melibatkan Kabupaten/Kota terkait;
e. secara berkala melakukan monitoring terpadu di Kawasan Teluk Bone oleh masing-masing Provinsi minimal setiap 6 (enam) bulan;
f. melakukan pertemuan dan koordinasi, evaluasi secara berkala minimal 1 (satu) kali dalam setahun;
g. penetapan bersama kawasan konservasi laut Daerah di Kawasan Teluk Bone;
h. peningkatan pengawasan lingkungan hidup secara bersama;
i. pengembangan dan pengawasan aktifitas pemanfaatan sumber daya lingkungan hidup di kawasan Teluk Bone dengan memperhatikan pembangunan berkelanjutan;
j. pengaturan dan pengendalian alat dan bahan yang digunakan dalam pemanfaatan sumber daya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
k. penetapan dan penilaian indikator, pendekatan berbasis ekosistem terhadap jaringan konservasi.
BAB VI PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 6
(1) Pemerintah Daerah mengikutsertakan masyarakat, perguruan tinggi dan pemangku kepentingan yang terkait dalam setiap kegiatan perencanaan dan pengelolaan sumber daya lingkungan hidup sesuai kebutuhan.
(2) Setiap kegiatan pengelolaan sumber daya lingkungan hidup yang dilakukan oleh masing-masing Pemerintah Daerah, seseorang dan/atau Badan Hukum, wajib memperhatikan kearifan lokal dan kebiasaan yang berlaku pada masyarakat setempat.
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone viii
BAB VII PENEGAKAN HUKUM
Pasal 7
(1) Pemerintah Daerah dapat melakukan penegakan hukum sesuai kedudukan dan kewenangan masing-masing.
(2) Dalam rangka pelaksanaan penegakan hukum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dikoordinasikan dengan Pemerintah Kabupaten/Kota setempat dan/atau Instansi lain terkait.
(3) Setiap orang atau Badan Hukum yang mengetahui terjadinya pelanggaran dan/atau perbuatan pidana dalam pengelolaan sumber daya lingkungan hidup di Kawasan Teluk Bone yang berkenaan kewenangan Pemerintah Daerah, wajib melaporkan kepada aparat yang berwenang atau Pemerintah Daerah bersangkutan.
(4) Dalam rangka pelaksanaan penegakan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), Pemerintah Daerah masing-masing membentuk Tim Terpadu yang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.
(5) Tim Terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri atas unsur :
a. Badan Lingkungan Hidup Daerah; b. Penyidik Pegawai Negeri Sipil Lingkungan Hidup; c. Polisi Perairan; d. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut; e. Kesatuan Pengawas Laut dan Pantai; f. Kejaksaan; g. Kelompok masyarakat pengawas; dan h. Unsur lain terkait sesuai kebutuhan.
BAB VIII PEMBIAYAAN
Pasal 8
(1) Biaya yang timbul sebagai akibat pelaksanaan Peraturan Bersama Gubernur ini dibebankan pada :
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah masing-masing; b. Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah Kabupaten/Kota; dan/atau c. Sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat
(2) Sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c, meliputi dukungan pembiayaan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
BAB IX
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 9
Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis pelaksanaan dari Peraturan Bersama Gubernur ini, diatur tersendiri oleh Gubernur sesuai kewenangan masing-masing dan berdasarkan peraturan perundang–undangan.
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone ix
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 10
Peraturan Bersama Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Bersama Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Tenggara.
Di tetapkan di Makassar pada tanggal 20 Mei 2015
GUBERNUR GUBERNUR SULAWESI TENGGARA, SULAWESI SELATAN, Ttd ttd NUR ALAM, SE, M.Si Dr.H. SYAHRUL YASIN LIMPO, SH, M.Si, MH Diundangkan di Makassar pada tanggal 20 Mei 2015 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN, ttd Ir. H. ABDUL LATIF, M.Si, M.M
Diundangkan di Kendari pada tanggal 22 Mei 2015 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA, ttd Dr. H. LUKMAN ABUNAWAS, SH, M.Si BERITA DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2015 NOMOR 26 BERITA DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015 NOMOR 40
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone x
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat,
Karunia, serta Taufik dan Hidayah-Nya sehingga Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dapat
menyusun Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup (RAPLH) Kawasan Teluk Bone ini.
Dokumen RAP-Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone ini merupakan kesatuan dokumen
perencanaan terpadu yang secara kompherensif memuat rencana ataupun program-program
lingkungan terhadap kabupaten yang ada di kawasan pesisir dan laut kawasan Teluk Bone.
Kehadiran dokumen RAPLH kawasan Teluk Bone ini diharapkan menjadi solusi dalam pengelolaan
permasalahan lingkungan melalui perencanaan dari berbagai sektor keilmuan secara terpadu.
Adanya perencanaan program lingkungan yang ada selama ini bersifat sektoral dan belum
mampu menjadi solusi terhadap berbagai permasalahan lingkungan pesisir di kawasan Teluk Bone
seperti degradasi ekosistem terumbu karang, lamun dan mangrove, kemiskinan dan pemukiman
kumuh, permasalahan sampah, penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan, erosi, abrasi dan
sedimentasi, konversi lahan tambak, pencemaran laut, penegakan hukum, tingkat pengetahuan dan
persepsi masyarakat terhadap lingkungan. Sedangkan pada sisi yang lain, harapan pemerintah
terhadap pengelolaan kawasan pesisir berkelanjutan menjadi tumpuan dalam meningkatkan
efektivitas pembangunan dan kesejahteraan masyarakat pesisir Teluk Bone. Oleh karenanya
kehadiran dokumen RAPLH ini menjadi penting.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak dan stakeholder yang telah membantu
dalam menyelesaikan dokumen Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup (RAPLH) kawasan
Teluk Bone ini. Semoga dokumen ini dapat membantu Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam
mewujudkan pembangunan di Bidang Lingkungan Hidup secara terpadu dan berkelanjutan pada
kawasan pesisir Teluk Bone dan menjadi pondasi dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat
Sulawesi Selatan.
Makassar, November 2016
Penyusun
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone xi
Daftar isi
Halaman
Kata Pengantar ..................................................................................................................................................... x
Daftar isi ............................................................................................................................................................... x
Daftar Gambar ................................................................................................................................................... xiii
Daftar Tabel ....................................................................................................................................................... xiv
BAB I. Pendahuluan ......................................................................................................................................... 1
2.1. Latar Belakang....................................................................................................................................... 1
2.2. Maksud dan Tujuan .............................................................................................................................. 2
2.3. Arahan Perencanaan dan Pemanfaatan ............................................................................................... 3
2.4. Ruang Lingkup ....................................................................................................................................... 4
BAB II. Tinjauan Wilayah Perencanaan ............................................................................................................ 5
2.1. Wilayah Geografi .................................................................................................................................. 5
2.2. Sumberdaya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ........................................................................................... 6
2.2.1. Kabupaten Luwu Timur ................................................................................................................. 6
2.2.2. Kabupaten Luwu Utara ............................................................................................................... 11
2.2.3. Kota Palopo ................................................................................................................................. 13
2.2.4. Kabupaten Luwu ......................................................................................................................... 17
2.2.5. Kabupaten Wajo ......................................................................................................................... 24
2.2.6. Kabupaten Bone ......................................................................................................................... 27
2.2.7. Kabupaten Sinjai ......................................................................................................................... 32
2.2.8. Kabupaten Bulukumba ............................................................................................................... 38
2.2.9. Kabupaten Selayar ...................................................................................................................... 40
BAB III. Proses Penyusunan Rencana Aksi ....................................................................................................... 47
3.1. Pembentukan Tim Teknis.................................................................................................................... 47
3.2. Identifikasi Isu Strategi........................................................................................................................ 47
3.3. FGD Penyusunan Rencana Aksi ........................................................................................................... 50
3.4. Konsultasi Publik ................................................................................................................................. 51
3.5. Penetapan Peraturan .......................................................................................................................... 51
BAB IV. Hubungan dengan Perencanaan Lain ................................................................................................. 52
4.1. Perencanaan Daerah yang Terkait ...................................................................................................... 52
4.2. Perencanaan RAPLH Teluk Bone ......................................................................................................... 52
BAB V. Program Kerja ..................................................................................................................................... 53
5.1. Ulasan Kegiatan Sebelumnya .............................................................................................................. 53
5.2. Pendekatan Rencana Aksi ................................................................................................................... 56
5.3. Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone ............................................................................................... 58
BAB VI. Pemantauan dan Evaluasi ................................................................................................................... 82
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone xii
6.1. Pemantauan ........................................................................................................................................ 82
6.2. Evaluasi ............................................................................................................................................... 82
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone xiii
Daftar Gambar Gambar Halaman
1. Hubungan Antar Dokumen Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkup Pesisir ........................... 4
2. Peta kabupaten yang ada di kawaasan Teluk Bone ....................................................................................... 5
3. Peta Administratif Kabupaten Luwu Timur .................................................................................................... 7
4. Sebaran Ekosistem di Kecamatan Malili dan Angkona .................................................................................. 8
5. Peta Administratif Kabupaten Luwu Utara .................................................................................................. 12
6. Peta Administratif Kabupaten Luwu ............................................................................................................ 19
7. Peta Administratif Kabupaten Wajo ............................................................................................................ 25
8. Peta Administratif Kabupaten Bone ............................................................................................................. 28
9. Peta Administratif Kabupaten Sinjai ............................................................................................................ 34
10. Peta Administratif Kabupaten Bulukumba ............................................................................................... 39
11. Peta Administratif Kabupaten Selayar ...................................................................................................... 40
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone xiv
Daftar Tabel Tabel Halaman
1. Aliran sungai di wilayah pesisir Kabupaten Luwu Timur .............................................................................. 7
2. Sebaran Penduduk di Pesisir Kabupaten Luwu Timur ................................................................................ 10
3. Luas Wilayah Kabupaten Luwu Utara dirinci per kecamatan ..................................................................... 11
4. Luas Wilayah Kota Palopo dirinci per kecamatan ...................................................................................... 14
5. Jumlah Penduduk Kota Palopo Tahun 2002 – 2010 ................................................................................... 15
6. Kepadatan Penduduk Kota Palopo Tahun 2010 ......................................................................................... 16
7. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kota Palopo Tahun 2010 ................................................ 17
8. Luas Wilayah dan banyaknya kecamatan di Kabupaten Luwu Tahun 2012 ............................................... 18
9. Jumlah dan Jenis Alat Penangkapan Ikan Tahun 2012 ............................................................................... 20
10. Kelompok Usaha Masyarakat Perikanan tahun 2012 ................................................................................. 20
11. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Luwu Tahun 2007 – 2011 ............................................ 22
12. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Luwu dirinci per kecamatan Tahun 2008 – 2009 .............. 22
13. Jumlah Penduduk Kabupaten Wajo ........................................................................................................... 26
14. Pertambahan Jumlah Penduduk 2012 - 2013 ............................................................................................ 26
15. Tingkat kerja 2013 - 2014 ........................................................................................................................... 27
16. Indikator Klimatologi Kabupaten Bone 2014 .............................................................................................. 29
17. Produksi Perikanan 2014 ............................................................................................................................ 29
18. Perubahan Jumlah Penduduk 2012 - 2014 ................................................................................................. 30
19. Tingkat Kerja 2012 - 2014 ........................................................................................................................... 31
20. Letak Geografis menurut kecamatan di Kabupaten Sinjai ......................................................................... 32
21. Jenis lamun di Kabupaten Sinjai ................................................................................................................. 35
22. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Sinjai tahun 2009............. 36
23. Komposisi Penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Sinjai tahun 2009. .......................................... 37
24. Kepadatan Penduduk dirinci menurut kecamatan di Kabupaten Sinjai, Tahun 2009 ............................... 37
25. Jumlah penduduk per kecamatan dan rata-rata kepadanya ...................................................................... 40
26. Data geografis dan Iklim Kabupaten Selayar .............................................................................................. 41
27. Perubahan wilayah administrasi di tahun 2014 - 2015 .............................................................................. 42
28. Luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Kepulauan selayar ............................................................. 42
29. Pertambahan Jumlah Penduduk 2014 - 2015 ............................................................................................ 43
30. Kelompok Tenaga Kerja 2013 - 2015 .......................................................................................................... 43
31. Produksi Perikanan 2014 - 2015 ................................................................................................................. 45
32. Ringkasan Program Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone ....................................................................... 58
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
1
BAB I. PENDAHULUAN
2.1. Latar Belakang
Pesisir merupakan wilayah peralihan antara laut dan daratan, ke arah darat mencakup
daerah yang masih terkena pengaruh air laut atau pasang surut, dan ke arah laut meliputi
daerah paparan benua (continental shelf).
Wilayah pesisir dapat diartikan sebagai
wilayah dimana daratan berbatasan dengan
lautan yaitu batas ke arah daratan meliputi
wilayah-wilayah yang tergenang air maupun
tidak tergenang air yang masih terpengaruh
oleh proses laut seperti pasang surut, angin
laut, dan intrusi garam. Sedangkan batas ke
arah lautan adalah daerah yang terpengaruhi
oleh proses-proses alami di daratan seperti sedimentasi dan kegiatan-kegiatan manusia di
daratan. Pada dasarnya kawasan pesisir merupakan batasan (interface) antara zona laut dan
darat yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi satu sama lain baik secara bio-geofisik
maupun sosial-ekonomi yang menyediakan barang dan jasa (goods and services) bagi
masyarakat pesisir dan pemanfaaatn lainya (beneficiaries).
Kawasan pesisir sebagai kawasan peralihan ekosistem darat dan laut yang saling
memengaruhi dimana kearah 12 mil dari garis pantai untuk provinsi dan sepertiga dari wilayah
laut untuk kabupaten kota dan ke arah darat batas administrasi kabupaten/kota dengan
karakteristik kearah darat dapat meliputi wilayah daratan baik kering mapun terendam air yang
masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut. Sementara ke arah laut perairan pesisir mencakup
wilayah terluar dari wilayah paparan benua yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alamiah
yang terjadi berasal dari darat.
Salah satu permasalahan yang butuh perhatian sangat besar hingga sekarang ialah
terkait masalah lingkungan. Banyaknya permasalahan lingkungan di wilayah pesisir seringkali
belum mendapat perhatian dan penanganan yang konkrit. Akibatnya lingkungan dari waktu ke
waktu terus mengalami degradasi. Pemanfaatan sumberdaya di wilayah pesisir, laut dan pulau
kecil yang tidak harmonis atau tidak terkelola dengan baik, pada akhirnya justru dapat
merugikan daerah dan masyarakat sendiri. Hal ini disebabkan karena karakterisitiknya yang
dinamis, berubah sesuai dengan peruntukannya dan memiliki ekosistem yang rentan
dengan kerusakan. Dampak pemanfaatan lahan pesisir yang dapat terjadi antara lain: abrasi
pantai, sedimentasi, pencemaran, banjir, permasalahan sampah dan pemukiman kumuh, serta
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
2
degradasi ekosistem pesisir khususnya mangrove, lamun, dan terumbu karang. Selain itu,
dijumpai ketidakharmonisan pemanfaatan ruang akibat pemanfaatan kawasan lindung untuk
budidaya yang dapat menimbulkan degradasi lingkungan dan konflik kepentingan antara
masyarakat, pemerintah daerah, dan stakeholders lain.
Berdasarkan Undang Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain.
Sebagai upaya mendukung pemanfaatan wilayah pesisir, laut dan pulau kecil secara
berkelanjutan, maka pemerintah berusaha melakukan pengaturan melalui kebijakan perundang-
undangan, yang beranjak dari undang-undang No. 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau kecil dalam hal ini konsen pada pengelolaan lingkungan di kawasan teluk
bone.
Teluk bone yang merupakan bagian dari tak terpisahkan dari kawasan pesisir Sulawesi
Selatan menyimpan potensi besar dan permasalahan lingkungan yang kompleks. Pentingnya
suatu pedoman pengelolaan sumberdaya pesisir dan pulau kecil menjadikan penyusunan
rencana aksi teluk bone dalam lingkup penyelesaian masalah dan isu-isu lingkungan pesisir dan
pulau-pulau kecil menjadi begitu penting untuk dilaksanakan.
Rencana Aksi pengelolaan lingkungan hidup kawasan teluk bone pada prinsipnya akan
membuat suatu jaringan dan pedoman lingkungan pesisir dan laut yang memuat suatu upaya
konkrit dalam penyelesaian masalah lingkungan dan aturan-aturan yang terkait dengan upaya
perlindungan ekosistem pesisir dan laut yang ada di kawasan teluk bone dalam rangka
menciptakan suatu keseimbangan antara kebutuhan-kebutuhan pembangunan dan konservasi.
Sehingga pada akhirnya, diharapkan akan memberikan manfaat dan kontribusi dalam
menciptakan lingkungan yang baik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir
kawasan teluk bone.
2.2. Maksud dan Tujuan
Rencana aksi ini dmaksudkan sebagai dokumen implementasi dari rencana strategi yang
terkoordinasi antar beberapa komponen dan daerah yang terkait dengan pemanfaatan wilayah
teluk bone dengan mengacu pada pendekatan partisipatif masyarakat dalam mewujudkan
tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Adapun tujuan rencana aksi ini ialah :
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
3
1. Membangun kerangka konsep kegiatan/program antar sektor terkait yang disusun sesuai
dengan prinsip pengelolaan dan pemanfaatan, prioritas program, lokasi, alokasi anggaran
serta indikator pencapaian kegiatan di kawasan Teluk Bone.
2. Untuk mewadahi rencana stategis pengelolaan pesisir sulsel dengan rencana kegiatan
pembangunan daerah masing-masing kabupaten yang ada di kawasan teluk bone, dalam
hal ini melalui penyusunan rencana kerja.
3. Mensinergikan rencana kegiatan masing-masing kabupaten dalam pengelolaan wilayah
pesisir teluk bone.
4. Sebagai acuan yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD)
5. Acuan dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir dan pulau- pulau kecil ;
6. Sebagai pedoman untuk menjembatani koordinasi dan integrasi program- program
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil antar kabupaten yang ada di kawasan
Teluk Bone ;
7. Dasar pengendalian dan kontrak politik bagi masyarakat dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan untuk memantau pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil.
2.3. Arahan Perencanaan dan Pemanfaatan
Rencana Aksi Pengelolaan merupakan tindak lanjut Rencana Pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil Sulawesi Selatan yang memuat tujuan, sasaran, anggaran, dan
jadwal untuk satu atau beberapa tahun kedepan secara terkoordinasi untuk melaksanakan
berbagai kegiatan yang dilakukan oleh instansi pemerintah, pemerintah daerah, dan
pemangku kepentingan lainnya.
Arahan perencanaan dan pemanfaatan pengelolaan kawasan teluk bone berdasarkan
pada isu yang telah termaktub dalam Rencana Strategis Sulawesi Selatan, Lokasi kegiatan
dalam Rencana Aksi pengelolaan lingkungan hidup berada pada kawasan yang termuat dalam
Rencana Zonasi, sedangkan tata kelola setiap kegiatan yang termuat dalam Rencana Aksi
pengelolaan lingkungan hidup yang menyangkut kebijakan, prosedur dan tanggung jawab
dalam rangka pengambilan keputusan mengacu pada Rencana Pengelolaan yang juga telah
ditetapkan.
Berikut bagan alur arahan perencanaan sesuai dengan pedoman penyusunan rencana
aksi pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil seperti terlihat pada Gambar 1.
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
4
Gambar 1. Hubungan Antar Dokumen Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkup Pesisir
2.4. Ruang Lingkup
Penyusunan dokumen Rencana Aksi pengelolaan lingkungan hidup Teluk Bone ini
didasarkan pada data-data yang tersedia dalam dokumen Renstra PWP-3-K, RZWP-3-K di
daerah kawasan Teluk Bone. RAP Lingkungan Hidup Teluk Bone melingkupi seluruh Kawasan
P-3-K yang telah ditetapkan dalam rencana zonasi dan bagian dari kawasan Teluk Bone, serta
daerah yang berbatasan dengan Teluk Bone yang melingkupi :
1. Kawasan Lindung mencakup kawasan lindung mangrove, ekosistem padang lamun dan
ekosistem terumbu karang.
2. Kawasan Pemanfaatan Umum mencakup sub Zona Budidaya, Perikanan Tangkap
dan Wisata
3. Kawasan yang rawan abarasi/erosi dan sedimentasi serta rawan pencemaran pada
kawasan pesisir
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
5
BAB II. TINJAUAN WILAYAH PERENCANAAN
2.1. Wilayah Geografi
Teluk Bone merupakan cekungan yang terletak diantara dua lengan Pulau Sulawesi
yaitu lengan tenggara dan lengan selatan. Secara administratif Teluk Bone terletak antara dua
provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara Adminsitratif
Provinsi Sulawesi Selatan, meliputi kabupaten/kota yang berbatasan langsung laut Teluk Bone
dengan daratan pesisir timur Kab. Luwu Timur, Kab. Luwu Utara, Kota Palopo, Kab. Luwu, Kab.
Wajo, Kab. Bone, Kab. Sinjai Kab. Bulukumba dan, Kab. Kepulauan Selayar. Sedangkan
administratif dalam wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara, meliputi kabupaten/kota yang
berbatasan langsung laut Teluk Bone dengan daratan pesisir barat Kab. Kolaka Utara, Kab/Kota
Kolaka, Kab. Bombana, Perairan Teluk Bone sebelah selatan merupakan Laut Flores.
Gambar 2. Peta kabupaten yang ada di kawaasan teluk bone
Gambaran pengelolaan sesuai dengan kewenangan pemerintah provinsi dalam hal
pengelolaan wilayah yakni penentuan batas 12 mil ke arah laut dan batas kearah darat
ditetapkan pada wilayah terjauh dari garis pantai ke arah darat dengan kecamatan yang
terdekat dengan garis pantai.
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
6
2.2. Sumberdaya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
2.2.1. Kabupaten Luwu Timur
2.4.1.1. Deskripsi Umum
a. Letak Geografis dan Administratif
Secara geografis kabupaten Luwu Timur berada di sebelah selatan garis khatulistiwa
dengan posisi 2° 29’24” - 2° 51’ 33” Lintang Selatan dan 120° 57’ 16”-121° 22’ 46” Bujur
Timu. Luas wilayah Kabupaten Luwu Timur dari luas Provinsi Sulawesi Selatan meliputi
6.944,88 Km2 atau 11,14%. Kabupaten Luwu Timur dengan ibukota Malili merupakan
kabupaten yang berada timur di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Batasan wilayah
administrasif Kabupaten Luwu Timur meliputi :
Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan
Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tenggara dan Teluk
Bone
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Luwu Timur
Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah
Berdasarkan UU No. 7 Tahun 2003 pada tanggal 3 Mei 2003 Kabupaten Luwu Timur
diresmikan sebagai daerah otonom yang sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten
Luwu Utara. Peresmian Kabupaten Luwu Timur sampai tahun 2007 terdiri atas 11
kecamatan, 99 desa dan 3 Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT).dari 11 kecamatan tersebut
terbagi menjadi 99 desa dan 3 UPT (Unit Pemukiman Transmigrasi).
Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Towuti yaitu 1.820,48 km² atau
26,21% dan Kecamatan terkecil adalah Kecamatan Tomoni Timur yaitu 43,91 km² atau
0,63% dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang berada di pesisir
yakni Kecamatan Burau, Kecamatan Wotu, Kecamatan Angkona dan Kecamatan Malili.
Kabupaten Luwu Timur dialiri oleh beberapa sungai yang bermuara di pesisir.
Sungai-sungai yang mengalir di wilayah pesisir Kabupaten Luwu Timur disajikan pada
Tabel 3.1. Sumber air bersih yang dimanfaat masyarakat adalah air tanah dengan
memanfaatkan sumur gali dan sumur pompa. Kedalaman air tanah 1 - 15 meter. Khusus
di Kecamatan Malili telah tersedia sumber air dari PDAM.
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
7
Tabel 1 Aliran sungai di wilayah pesisir Kabupaten Luwu Timur
Kawasan Sepanjang pesisir banyak ditumbuhi hutan mangrove. Pantai Kabupaten Luwu
Timur tergolong datar dan landai. Substrat didominasi oleh lumpur, lumpur berbatu dan pasir
dengan kemiringan pantai tidak terlalau besar yaitu antara 0 – 0,3 derajat.
Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Luwu Timur
b. Ekosistem Pesisir
Sumberdaya pesisir Kabupaten Luwu Timur meliputi Ekosistem pesisir (Ekosistem
Mangrove, Padang Lamun, dan Terumbu Karang); Sumberdaya Ikan Karang (Kelimpahan);
Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya).
Ekosistem pesisir yang ditemukan di lokasi rencana antara lain berupa ekosistem
mangrove, ekosistem terumbu karang dan ekosisitem padang lamun. dari ketiga jenis
ekosistem tersebut, mangrove adalah salah satunya yang dapat ditemukan disepanjang
pesisir, meskipun kondisinya sudah banyak mengalami kerusakan. Sementara terumbu karang
Kecamatan Nama Sungai
Burau Lepa-lepa, Senggeni, Tawao, Lumbewe
Wotu Powosoi, Senggeni, Bambalu
Angkona Angkona, Langkara
Malili Malili, Ussu, Cerekang. Pongkeru
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
8
hanya dijumpai di beberapa lokasi saja. hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi hidrologi lokasi,
dimana terdapat beberapa sungai besar dan kecil yang bermuara di pantai dan mempengaruhi
kondisi perairan. Demikian pula halnya dengan padang lamun, dimana tidak semua wilayah
pantai dapat ditemukan ekosistem ini.
Gambar berikut menunjukkan sebaran-sebaran jenis ekosistem yang ada di sepanjang
pesisir lokasi rencana. Ekosistem lamun terlihat hanya terdapat di beberapa spot di pantai
Angkona, sementara terumbu karang hanya ditemukan di lokasi sekitar perairan pulau Bolu
poloe
Gambar 4. Sebaran Ekosistem di Kecamatan Malili dan Angkona
1. Ekosistem Mangrove
Hasil analisis citra satelit menunjukkan bahwa luas hutan mangrove disepanjang
pesisir Kabupaten Luwu Timur adalah 8672,4 hektar. Secara umum kondisi hutan
mangrove di Kabupaten Luwu Timur masih cukup bagus dengan kerapatan dan
keanekaragaman jenis yang tergolong tinggi dan tutupan tajuk dan akar pohon yang
sangat padat. Ekosistem Mangrove tersebar di 4 kecamatan pesisir Kabupaten Luwu
Timur yakni kecamatan malili, kecamatan Angkona, kecamatan Burau dan kecamatan
Wotu.
2. Ekosistem Padang Lamun
Sebaran ekosistem padang lamun di Kabupaten Luwu Timur berada di sekitar pantai,
meskipun demikian ekosistem lamun berkembang agak jauh dari garis pantai karena bentuk
pantainya yang landai. Ekosistem padang lamun di pesisir Kab. Luwu Timur umumnya
berkembang di daerah sub tidal (daerah yang selalu tergenang pada saat surut terendah) di
depan muara sungai dengan substrat pasir atau pasir berlumpur. Ekosistem lamun ditemukan di
perairan pantai Kecamatan Malili dan Angkona dengan hamparan padang lamunnya relatif kecil
dan sebarannya tidak merata dengan kondisi perairan yang cukup keruh.
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
9
Dari 12 jenis lamun yang menyebar di seluruh perairan Indonesia, ditemukan 7 jenis
yang hidup di lokasi, yaitu Enhalus acoroides, Thallasia hemprichii, Halodule uninervis,
Halophylla minor, Halophylla ovalis, Cymodocea serrulata dan Syringodium. Jenis E. acoroides
dan T. hemprichii merupakan jenis lamun yang memiliki sebaran yang luas dengan penutupan
yang tinggi.
3. Ekosistem Terumbu Karang
Terumbu karang di lokasi umumnya adalah tipe terumbu karang tepi (fringing reef).
Terumbu karang di lokasi menyebar hanya di beberapa spot pesisir di Kecamatan Malili, yakni
di sekitar periaran Pulau Bulu Poloe.
Pada beberapa daerah pengamatan kerusakan terumbu karang disebabkan oleh dua
faktor, yaitu faktor alami dan non-alami. Faktor alami seperti sedimentasi, predasi hewan
pemangsa karang (Achantaster, culcita, dan beberapa jenis ikan karang) serta bleaching
oleh perubahan suhu yang drastis. Faktor non-alami lebih banyak disebabkan oleh
penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan.
c. Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Luwu Timur (kondisi Desember 2008) berdasarkan
estimasi Hasil sensus Penduduk 2000 mencapai jumlah 241.617 jiwa dengan jumlah rumah
tangga sebanyak 56.197 Rumah Tangga. Penyebaran penduduk di tiap kecamatan kurang
merata. Kecamatan yang paling banyak jumlah penduduknya adalah Kecamatan Malili
sebesar 31.323 Jiwa (BPS Luwu Timur , 2009).
Kepadatan penduduk tahun 2008 di Luwu Timur masih kecil, hanya 35 jiwa per Km2.
Kecamatan yang paling padat adalah Kecamatan Tomoni Timur dengan kepadatan 274 Jiwa
per km2. Secara umum jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan, terlihat
dengan rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk Luwu Timur sebesar 107,26 yang artinya
setiap 100 perempuan di Luwu Timur terdapat 107 laki-laki (BPS Luwu Timur , 2009).
Berdasarkan komposisi kelompok umur mengindikasikan bahwa penduduk laki-laki dan
perempuan terbanyak berada di kelompok umur 0-4 tahun. Dan distribusinya
menunjukkan bahwa 34,43 % penduduk Luwu Timur berusia muda (umur 0-14 tahun),
61,50 % berusia produktif (15-64 tahun) dan 4,07 % usia tua (65 tahun ke atas). Sehingga
diperoleh rasio ketergantungan penduduk Luwu Timur 62,61, yang artinya setiap 100 penduduk
usia produktif menanggung 62-63 penduduk usia non produktif (BPS Luwu Timur , 2009).
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
10
Sebaran penduduk diwilayah pesisir Kabupaten Luwu Timur ditunjukkan pada tabel di
bawah ini,
Tabel 2. Sebaran Penduduk di Pesisir Kabupaten Luwu Timur
Sumber : Database Pesisir dan Laut Kabupaten Luwu Timur 2012
Konsentrasi penduduk terpusat di Kecamatan Malili yang memiliki jumlah penduduk
terbesar yakni 33.386, diikuti Kecamatan Burau sebanyak 31.726 jiwa, sedangkan Angkona dan
Wotu masing-masing memiliki jumlah penduduk 24.344 dan 29.153 jiwa.
Jumlah penduduk Kabupaten Luwu Timur yang bekerja adalah sebesar 86.464
jiwa. Jenis pekerjaan utama adalah sebagai petani yang mencapai 60,85 % dari jumlah
pekerja. Lapangan kerja lain yang berperan adalah sektor perdagangan 10,78%. Selebihnya
berada pada berbagai bidang jasa dan wiraswasta.
d. Kondisi Sosial-Budaya
Secara sosial budaya masyarakat Luwu Timur termasuk dalam kategori Masyarakat
yang terbuka. Keberadaan PT. INCO Tbk telah menggerakkan arus tenaga kerja dari luar
memasuki Luwu Timur, yang selanjutnya mempengaruhi nilai-nilai budaya masyarakat asli.
Aktifitas ekonomi masyarakat utamanya pada sektor pertanian, yakni tanaman padi dan
tanaman perkebunan. Sedangkan di wilayah pesisir, kegiatan ekonomi ditandai pula oleh sektor
perikanan, berupa perikanan budidaya dan perikanan tangkap.
Masyarakat memiliki keragaman budaya, baik yang berasal dari masyarakat setempat
maupun dari masyarakat pendatang, utamanya transmigran. Beberapa asal budaya masyarakat
yang berkembang di Luwu Timur antara lain Bugis, Makassar, Toraja Bali dan Jawa. Dalam
kegiatan bermasyarakat kesemua etnis ini saling, berbaur, meskipun secara umum
dipengaruhi oleh budaya Bugis, Jawa dan Bali.
Keanekaragaman masyarakat Luwu Timur didasari oleh beberapa proses mobilitas
penduduk. Dibukanya PT INCO Tbk di Soroako, Kecamatan Nuha, memiliki pengaruh yang
sangat besar. Selain itu, sejak masuknya transmigran dari Pulau Jawa dan Bali pada tahun
1970-an semakin mewarnai dinamika kehidupan masyarakat Luwu Timur.
No Kecamatan Laki-laki
(jiwa)
Perempuan
(jiwa)
Jumlah Rumah tangga
Jumlah (jiwa)
I Malili 17.298 16.092 6.782 33.386
2 Angkona 12.449 11.895 5.887 24.344
3 Burau 16.189 15.537 6.855 31.726
4 Wotu 14.840 14.313 6.505 29.153
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
11
2.2.2. Kabupaten Luwu Utara
2.2.2.1. Deskripsi Umum
a. Letak Geografis dan Administratif
Kabupaten Luwu Utara merupakan salah satu wilayah kabupaten yang berada di dalam
wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 14.447,56 Km2 dengan 11 (sebelas)
wilayah administrasi kecamatan yang meliputi Kecamatan Sabbang, Kecamatan Baebunta,
Kecamatan Limbong, Kecamatan Seko, Kecamatan Masamba, Kecamatan Rampi, Kecamatan
Malangke, Kecamatan Malangke Barat, Kecamatan Mappedeceng, Kecamatan Sukamaju dan
Kecamatan Bone Bone dengan jumlah 164 desa dan 4 kelurahan.
Kabupaten Luwu Utara secara geografis berada pada koordinat yaitu 2o30’45”–
2o37’30”LS dan 119o41’15”–121o43’11”. Adapun batasan administrasi Kota Palopo terdiri dari :
Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah;
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Luwu Timur;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Luwu dan Teluk Bone ;
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Mamuju dan Tator.
Adapun luas Kabupaten Luwu Utara diperinci menurut wilayah kecamatan dapat dilihat
pada tabel 3.
Tabel 3 Luas Wilayah kabupaten luwu utara Dirinci Per Kecamatan
No Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Presentase (%)
1 Sabbang 525.08 7
2 Baebunta 295.25 3.94
3 Malangke 350 4.67
4 Malangke Barat 93.75 1.25
5 Sukamaju 255.48 3.41
6 Bone-Bone 277.33 3.7
7 Masamba 1068.85 14.25
8 Mappedeceng 275.5 3.67
9 Rampi 1565.65 20.87
10 Limbong 685.5 9.15
11 Seko 2109.19 28.11
Jumlah 7501.58 100
Sumber: BPS Luwu Utara Tahun 2015
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
12
Gambar 5. Peta Administrasi Kabupaten Luwu Utara
b. Kepadatan Penduduk
Jumlah Penduduk Kabupaten Luwu Utara pada tahun 2011 data hasil Sensus penduduk
2011 tercatat 290.365 yang terdiri dari laki-laki sebanyak 146.312 jiwa dan perempuan
sebanyak 144.053 jiwa. Dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun 1,26 %. Pertumbuhan
penduduk setiap tahun terus meningkat harus menjadi perhatian pemerintah dalam
perencanaan pembangunannya. Jumlah penduduk tersebut terbagi habis kedalam 68.904
rumah tangga, dimana rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebanyak 4 jiwa. Kecamatan
Bone-bone merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar yaitu sebesar 46.364 jiwa.
Sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Rampi, sebesar 2.912 jiwa. Kepadatan penduduk
rata-rata di Luwu Utara sebesar 39 jiwa /Km².
c. Daerah Aliran Sungai
Pada umumnya kondisi hidrologi di Kabupaten Luwu Utara sangat berkaitan dengan tipe
iklim dan kondisi geologi yang ada. Kondisi hidrologi permukaan ditentukan oleh sungai-sungai
yang ada yang pada umumnya berdebit kecil, oleh karena sempitnya daerah aliran sungai
sebagai wilayah tadah hujan (cathmen area) dan sistem sungainya. Kondisi tersebut diatas
menyebabkan banyaknya aliran sungai yang terbentuk. Air tanah bebas (watertable
groundwater) dijumpai pada endapan aluvial dan endapan pantai. Kedalaman air tanah sangat
bervariasi yang tergantung pada keadaan dan jenis lapisan batuan.
Diwilayah wilayah Kabupaten Luwu Utara terdapat 8 (delapan) sungai besar yang
melintas diwilayah tersebut, dan sungai yang terpanjang adalah Sungai Rongkong dengan
panjang sekitar 108 Km dan melewati 3 kecamatan yaitu Kecamatan Sabbang, Baebunta, dan
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
13
Kecamatan Malangke. Sungai-sungai di wilayah Kabupaten Luwu Utara yang berfungsi sebagai
cathmen area.
d. Kondisi Sosial Budaya
Kabupaten Luwu Utara merupakan salah satu daerah dengan komposisi penduduk yang
multi etnis, agama dan budaya yang terdiri dari penduduk asli (Luwu), pendatang (Bugis,
Makassar dan Toraja). Dan para pendatang atas program pemerintah melalui transmigrasi
(Jawa, Bali, dan Lombok). Secara umum menyebar pada semua Kecamatan sedang para
pendatang menyebar pada dataran rendah yang subur dan daerah pesisir. Sementara
pendatang dari etnis Jawa, Bali dan Lombok terkonsetrasi pada 3 Kecamatan masing – masing
Kecamatan Bone – Bone, Sukamaju dan Mappedeceng dengan mata pencaharian mayoritas
bergerak pada sektor pertanian. Kemajemukan penduduk ini membawa konsekwensi dengan
terjadinya pembauran (Assimilasi) budaya dan social antar etnis, termasuk perkawinan,
pengalaman usaha perdangangan dan pertanian.
2.2.3. Kota Palopo
2.2.3.1. Deskripsi Umum
a. Letak Geografis dan Administratif
Kota Palopo merupakan salah satu wilayah kota administrasi yang berada di dalam
wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 258,17 Km2 dengan 9 (sembilan)
wilayah administrasi kecamatan yang meliputi Kecamatan Wara, Kecamatan Wara Utara,
Kecamatan Wara Selatan, Kecamatan Wara Timur, Kecamatan Wara Barat, Kecamatan
Sendana, Kecamatan Mungkajang, Kecamatan Bara dan Kecamatan Telluwanua dengan
jumlah 48 kelurahan.
Posisi Kota Palopo secara geografis berada pada koordinat 20 53’ 15’’ – 30 04’ 08’’
Lintang Selatan dan 1200 03’ 10’’ – 1200 14’ 34’’ Bujur Timur. Adapun batasan administrasi Kota
Palopo terdiri dari :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Luwu;
- Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone;
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Luwu; dan
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Toraja Utara.
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
14
Adapun luas Kota Palopo diperinci menurut wilayah kecamatan dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4. Luas Wilayah Kota Palopo Dirinci Per Kecamatan
No Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Presentase (%)
1. Wara Selatan 15,11 5,85
2. Sendana 35,05 13,58
3. Wara 3,97 1,54
4. Wara Timur 5,34 2,07
5. Mungkajang 37,50 14,52
6. Wara Utara 5,69 2,20
7. Bara 22,00 8,52
8. Telluwanua 35,75 13,85
9. Wara Barat 97,72 37,85
Jumlah 258,17 100,00
Sumber : RTRW Kota Palopo Tahun 2012
b. Kondisi Sosial Budaya
Masyarakat perkotaan umumnya bersifat heterogen atau mengalami pembauran antar
berbagai etnis dan budaya yang beragam, sehingga kultur masyarakat yang bersifat tradisional
mulai tertinggal oleh moderenisasi atau budaya-budaya moderen. Hal tersebut terjadi sebagai
akibat dari akumulasi pembentukan kota atau sifat kekotaan yang terjadi secara alamiah dan
sulit untuk dihindari, oleh karena berbagai kepentingan dan konflik masyarakat didalamnya.
Kondisi ini dapat terlihat dari aktivitas keseharian penduduk kota, pudarnya kebiasaan budaya
dan adat istiadat tradisonal, sifat kekeluargaan terganti oleh individualisme yang tinggi,
penggunaan teknologi dan lain sebagainya.
Pada dasarnya masyarakat Kota Palopo terdiri dari berbagai etnis yang ada di Provinsi
Sulawesi Selatan, yang membawa adat dan budaya masing-masing, sehingga kultur dan
kebiasaan masyarakat Kota Palopo mengalami pembauran. Akan tetapi Kota Palopo masih
dapat dikategorikan sebagai kota kecil sehingga pembauran dan dampak urbanisasi dan
perubahan kultur masih dalam taraf pusat kota saja. Kultur budaya masyarakat yang masih
homogen terlihat pada daerah pinggiran Kota Palopo, hal tersebut dicirikan dari berbagai ragam
sifat tradisional masyarakat seperti bentuk bangunan perumahan, sifat kegotong royongan dan
kekeluargaan yang masih kuat, pengelolaan lahan dan industri masih secara tradisional (industri
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
15
rumah tangga), etika dan ritual budaya masih mewarnai kehidupan masyarakat pada pinggiran
kota.
c. Potensi Penduduk
Pertumbuhan penduduk merupakan perbandingan jumlah penduduk yang
memperlihatkan selisih jumlah setiap tahunnya. Pada dasarnya pertumbuhan penduduk
dipengaruhi oleh pertambahan secara alami yaitu faktor angka kelahiran yang lebih tinggi dari
angka kematian, selain itu juga dipengaruhi oleh perpindahan penduduk (migrasi masuk dan
keluar). Data perkembangan jumlah penduduk yang tersaji dalam sistem pendataan merupakan
akumulasi dari faktor-faktor tersebut.
Data pertumbuhan penduduk Kota Palopo dari Tahun 2002-2010 menunjukkan angka
peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah penduduk Kota Palopo tahun 2002 berjumlah 114.829
jiwa, sedangkan jumlah penduduk pada tahun 2010 mencapai 147.677 jiwa. Hal ini
menunjukkan adanya pertambahan jumlah penduduk sekitar 22.997 jiwa dengan rata-rata
tingkat pertumbuhan sekitar 3,12 % pertahun selama kurun waktu 9 tahun terakhir. Untuk lebih
jelasnya mengenai tingkat perkembangan jumlah penduduk Kota Palopo Tahun 2002-2010
dapat dilihat pada table berikut ini.
Tabel 5. Jumlah Penduduk Kota Palopo Tahun 2002 – 2010
No Tahun Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Perkembangan
(Jiwa)
1. 2002 114.829 1.780
2. 2003 120.812 5.983
3. 2004 125.734 3.922
4. 2005 127.804 2.070
5. 2006 133.990 6.186
6. 2007 137.595 3.605
7 2008 141.996 4.401
8. 2009 146.482 4.486
9. 2010 147.677 1.195
Sumber : Palopo Dalam Angka Tahun 2011
Sumber data yang diperoleh dibawah ini menunjukkan penduduk Kota Palopo pada
tahun 2010 terdistribusi pada 9 kecamatan. Masing-masing kecamatan memiliki tingkat
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
16
distribusi penduduk yang berbeda, sebagian besar penduduk terkonsentrasi di Kecamatan Wara
Timur dengan jumlah penduduk 30.997 jiwa dan Kecamatan Wara dengan jumlah penduduk
30.983 jiwa. Secara rinci distribusi dan kepadatan penduduk di Kota Palopo diuraikan pada
table dan pada gambar Peta Kepadatan Penduduk Kota Palopo berikut ini :
Tabel 6. Kepadatan Penduduk Kota Palopo Tahun 2010
No Kecamatan Jml.
Penduduk
(Jiwa)
Prosentase
(%)
Luas Wil.
(Km2)
Kepadatan
(Jiwa/Km2)
1. Wara Selatan 10. 124 6,86 15,11 950
2. Sendana 5.732 3,88 35,05 155
3. Wara 30.983 20,98 3,97 2.697
4. Wara Timur 30.997 20,98 5,34 2.566
5. Mungkajang 6.981 4,72 37,50 130
6. Wara Utara 19.006 12,86 5,69 1.796
7. Bara 22.750 15,41 22,00 974
8. Tellu Wanua 11.701 75,63 35,75 341
9. Wara Barat 9.403 6,37 97,72 174
J u m l a h 147.677 100,00 258,17 572
Sumber : BPS, Palopo Dalam Angka Tahun 2011
Tabel diatas menunjukkan tingkat kepadatan penduduk masing-masing kecamatan tidak
merata. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Wara, dengan jumlah
2.697 jiwa/Km2 , Kecamatan Wara Timur dengan kepadatan 2.566 jiwa/Km2, disusul Kecamatan
Wara Utara dengan jumlah 1.796 jiwa/Km2, sedangkan kepadatan terendah terdapat di
Kecamatan Mungkajang dengan tingkat kepadatan 130 jiwa/Km2 dan Kecamatan Sendana
angka kepadatan sebesar 155 jiwa/Km2 .
Berdasarkan data pada Tahun 2010 jumlah penduduk Kota Palopo menurut kelompok
umur diketahui bahwa kelompok umur terbanyak berada pada usia rata-rata penduduk adalah
15-19 tahun dengan jumlah terbanyak yakni 17.089 jiwa, sedangkan kelompok umur yang
termasuk dalam kategori usia sekolah yakni 5-24 tahun dengan jumlah 63.952 jiwa dan
tergolong usia produktif dengan usia 15-54 tahun dengan jumlah 89.420 jiwa, sedangkan yang
tergolong ke dalam usia tidak produktif lagi (55 tahun keatas) dengan jumlah 12.353 jiwa. Untuk
lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel
8 berikut ini.
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
17
Tabel 7.Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kota Palopo Tahun 2010 No. Kelompok
Umur (Usia)
Laki-Laki
(Jiwa)
Perempuan
(Jiwa)
Jumlah
(Jiwa)
Sek
Rasio
Persentase
(%)
1. 0 - 4 7897 7237 15.134 109,12 10,25
2. 5 - 9 7907 7503 15.410 105,38 10,43
3. 10 - 14 7817 7543 15.360 103,63 10,40
4. 15 - 19 7993 9096 17.089 87,87 11,57
5. 20 - 24 7248 8845 16.093 81,94 10,90
6. 25 - 29 6576 6839 13.415 96,15 9,08
7. 30 - 34 5717 5861 11.578 97,54 7,84
8. 35 - 39 5129 5099 10.228 100,59 6,93
9 40 - 44 4458 4500 8.958 99,07 6,07
10. 45 - 49 3335 3383 6.718 98,58 4,55
11. 50 - 54 2646 2695 5.341 98,18 3,62
12. 55 - 59 1906 1981 3.887 96,21 2,63
13. 60 - 64 1392 1596 2.988 87,22 2,02
14. 65+ 2256 3222 5.478 70,02 3,71
Jumlah 72277 75400 147.677 95,86 100,00
Sumber : BPS, Kota Palopo Dalam Angka Tahun 2011
2.2.4. Kabupaten Luwu
2.2.4.1. Deskripsi Umum
a. Letak Geografis dan Administratif
Ditinjau dari segi geografis, Kabupaten Luwu terletak di bagian utara Provinsi Sulawesi
Selatan, dimana posisi Kabupaten Luwu terletak 2º.34’.45” – 3º.30’.30” LS dan 120º.21’.15” –
121º.43’.11” BT. Secara administratif, Kabupaten Luwu memiliki batas sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Luwu Utara dan Kota Palopo
Sebelah Timur : Teluk Bone
Sebelah Selatan : Kota Polopo dan Kabupaten Wajo
Sebelah Barat : Kabupaten Tanah Toraja, Kabupaten Toraja Utara,
Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Sidrap.
Luas wilayah Kabupaten Luwu sebesar 15,25 persen dari total luas daratan Provinsi
Sulawesi Selatan yaitu sebesar 3.000,25 km2. Menurut ketinggian daerah, sebagian besar
wilayah Kabupaten Luwu berada pada ketinggian di atas 100 m. Luas wilayah yang berada
diatas 100 m tercatat sekitar 63,99 persen, sisanya sekitar 36,01 persen wilayahnya berada
pada ketinggian 0 – 100 m. Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
18
iklim dan perputaran/ pertemuan arus udara. Oleh karena itu, jumlah curah hujan beragam
menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Luwu selama
tahun 2014 berkisar 195,03 mm per bulan dan rata-rata hari hujannya 13,66 hari per bulan.
Kabupaten Luwu terbagi atas 22 wilayah kecamatan dan 227 Desa/Kelurahan
dimana Ibukota Kabupaten adalah Kota Belopa (terdiri dari Kecamatan Belopa dan Kecamatan
Belopa Utara). Kecamatan Latimojong merupakan kecamatan yang terluas jika dibandingkan
dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Luwu dengan luas 467,75 Km2 atau 15,59%.
Sedangkan wilayah kecamatan dengan luas yang paling kecil adalah Kecamatan Lamasi
dengan luas 42,2 Km2 atau 1,41 %. Perbandingan luas wilayah dan banyaknya kecamatan di
Kabupaten Luwu, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 8. Luas Wilayah dan Banyaknya Kecamatan Di Kabupaten Luwu Tahun 2012
No
Kecamatan
Luas (km2)
%
Banyaknya Desa/Kelurahan
Defenitif Persiapan Jumlah
1 Larompong 225,25 7.51 13 - 13
2 Larompomg Selatan 131 4.37 10 - 10
3 Suli 81,75 2.72 13 - 13
4 Suli Barat 153,5 5.12 8 - 8
5 Belopa 59,26 1.98 9 - 9
6 Kamanre 52,44 1.75 8 - 8
7 Belopa Utara 34,73 1.16 8 - 8
8 Bajo 68,52 2.28 12 - 12
9 Bajo Barat 66,3 2.21 9 - 9
10 Bassesangtempe 301 10.03 24 - 24
11 Bassesangtempe Utara ** ** ** - **
12 Latimojong 467,75 15.59 12 - 12
13 Bupon 182,67 6.09 10 - 10
14 Ponrang 107,09 3.57 10 - 10
15 Ponrang Selatan 99,98 3.33 13 - 13
16 Bua 204,01 6.80 15 - 15
17 Walenrang 94,6 3.15 9 - 9
18 Walenrang Timur 63,65 2.12 8 - 8
19 Lamasi 42,2 1.41 10 - 10
20 Walenrang Utara 259,77 8.66 11 - 11
21 Walenrang Barat 247,13 8.24 6 - 6
22 Lamasi Timur 57,65 1.92 9 - 9
Jumlah 3000,25 100 227 - 227
Sumber : Kabupaten Luwu Dalam Angka Tahun 2010
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
19
Peta Administrasi kabupaten Luwu disajikan pada gambar di bawah ini.
Gambar 6. Peta Administrasi Kabupaten Luwu
b. Ekosistem pesisir
Sebagai wilayah yang memiliki garis pantai yang cukup panjang, Kabupaten Luwu
merupakan bagian yang sangat strategis bagi pengelolaan kawasan Teluk Bone. Di sepanjang
garis pantai terdapat hutan mangrove yang terbentang luas, padang lamun dan beberapa
pulau-pulau kecil yang dikelilingi terumbuh karang. Konversi lahan mangrove menjadi
pertambakan intensif mendorong degradasi lingkungan pesisir yang cukup cepat. Selain itu
pertambahan penduduk dan pemukiman disekitar wilayah pesisir juga menjadi potret yang
dapat dilihat saat ini di kawasan pesisir Kabupaten Luwu.
Sumberdaya perikanan kabupaten Luwu terdiri atas perikanan laut dan perrikanan
darat. Total potensi lahan untuk kegiatan budidaya perikanan seluas 28.315 ha, terdiri atas
lahan tambak seluas 10.525 ha, lahan mina padi 2.711 ha, lahan kolam 79 ha, dan perairan
pantai 15.000 ha. Tingkat pemanfaatan lahan mencapai 12.743 ha, atau sekitar 45 persen dari
total potensi budidaya perikanan yang tersedia. Sumberdaya kelautan yang dimiliki Kabupaten
Luwu sangat potensial, meliputi wilayah laut seluas 800.000 ha dengan panjang garis pantai
116,16 km. berdasarkan data yang ada luas tutupan terumbu karang diperkirakan sekitar
17.310 ha, dengan estimasi persentase tutupan karang 10 persen dalam kondisi baik, 25
persen dalam kondisi sedang dan 65 persen dalam kondisi rusak. Wilayah perairan di
Kabupaten Luwu selain dimanfaatkan untuk perikanan tangkap, juga dimanfaatkan untuk usaha
budidaya rumput laut dan bagan ikan.
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
20
Berikut data jumlah dan jenis alat tangkap yang umumnya digunakan nelayan kabupaten
luwu.
Tabel 9. Jumlah dan Jenis Alat Penangkapan Ikan Tahun 2012
NO.
KECAMATAN
PESISIR
JENIS ALAT
TANGGAK
BA
GA
N A
PU
NG
HU
HA
TE
JA
RIN
G IN
SA
NG
PA
NC
ING
PU
KA
T C
INC
IN
RA
WA
I T
ET
AP
PA
NC
ING
UL
UR
HA
ND
LIN
E
SE
RO
PU
KA
T
RA
JU
NG
AN
RA
WA
I D
AS
AR
PA
YA
NG
BU
BU
JU
MLA
H
1 LAROMPONG
SELATAN
32
58 150 7 7 65 41 2
1 20 383
2 LAROMPONG 44 40 51 93 40 268
3 SULI 2 180 46 146 144 73 591
4 BELOPA 5 37 213 1 25 26 3 310
5 BELOPA UTARA 26 75 1 12 114
6 KAMANRE 40 1 41
7 PONRANG SELATAN 73 165 19 257
8 PONRANG 20 16 145 25 206
9 BUA 104 210 3 43 143 5 19 20 547
10 WALENRANG
TIMUR
11
5
16
11 LAMASI TIMUR 15 3 18
JUMLAH 103 220 411 1263 11 77 209 387 7 3 20 40 2.751
Berikut ini adalah tabel kelompok usaha masyarakat perikanan yang ada di kabupaten luwu.
Tabel 10. Kelompok Usaha Masyarakat Perikanan tahun 2012
NO.
JENIS USAHA
JUMLAH
KELOMPOK
JUMLAH
ANGGOTA
1 Pembudidaya 453 6,647
2 Penangkapan 53 577
3 Pengolahan 43 470
4 Pemasaran 13 130
Jumlah 562 7,824
Tingkat pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan belum optimal, namun
demikian cara yang dilakukan oleh masyarakat pesisir dalam pemamfaatan sumberdaya
tersebut terkadang menggunakan cara-cara yang dapat merusak kelestarian sumberdaya yang
ada. Akitifitas tersebut antara lain penggunaan bahan peledak atau bahan pembius (sianida)
dalam penangkapan ikan, pengambila/penambangan batu karang dan perusak areal hutan
mangrove. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat kerusakan ekosistem pesisir dan laut yang
ada. olehnya itu Dinas Kelautan dan Perikanan mengambil langkah-langkah strategis dalam
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
21
rangka pengamanan sumberdaya laut dan pesisir agar dapat dimanfaatkan secara bijaksana
dan berkelanjutan.
Upaya Pelaksanaan Pengamanan Sumberdaya Kelautan dan perikanan dimaksudkan
untuk memberi jaminan terhadap perlindungan dan pengendalian sumberdaya kelautan dan
perikanan dilakukan baik oleh badan usaha maupun oleh masyarakat umum agar terlaksana
secara aman dan bertanggung jawab. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah agar tercipta
keselarasan antara pengelola dan pemanfaatan sumberdaya secara optimal dengan upaya
pelestarian untuk menjamin ketersediaan sumberdaya alam perikanan dan kelautan yang dapat
dikelola dan dimanfaatkan secara berkesinambungan dan terus menerus guna mendukung laju
gerak pembangunan secara menyeluruh.
Sasaran penyelenggaraan pengamanan sumberdaya ikan ditujukan kepada masyarakat
maupun pengelola usaha dibidang perikanan dan jasa-jasa kelautan lainnya yang bergerak
dan atau berhubungan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap pengelolah dan
pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan. Ruang lingkup pengawasan tersebut dari
dua objek pengawasan yaitu :
a. Sumberdaya Ikan :
1. Kegiatan Penangkapan Ikan
2. Kegiatan Pembudidayaan ikan
b. Ekosistem Laut :
1. Mangrove, Estuari
2. terumbu Karang, Lamun
c. Pencemaran Laut
d. Kepadatan penduduk
Perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Luwu selama lima tahun terakhir
mengalami peningkatan, dimana berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Luwu diketahui bahwa rata-rata pertambahan penduduk dalam lima tahun terakhir
yaitu dari tahun 2007- 2011 sebanyak 3.918 jiwa per-tahun. Laju pertumbuhan penduduk
dari tahun 2007 – 2011 mengalami peningkatan sebesar 1,04 persen, dengan jumlah penduduk
pada tahun sebelumnya sebesar 335.828 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel.
Secara umum, jumlah penduduk terbesar pada tahun 2011 terdapat di Kecamatan Bua
sebanyak 31,266 Jiwa sedangkan penduduk jumlah penduduk terendah terdapat di Kecamatan
Latimojong sebesar 5,512 Jiwa, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 12.
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
22
Tabel 11. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Luwu Tahun 2007 – 2011
No
Tahun
Jumlah penduduk (jiwa)
Pertambahan (jiwa)
%
1 2007 320205 - - 2 2008 324229 4024 1.013 3 2009 328180 3951 1.012 4 2010 332428 4248 1.013 5 2011 335828 3400 1.010
Sumber: Kabupaten Luwu dalam angka 2012
Tabel 12. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Luwu Dirinci Per Kecamatan Tahun
2008 – 2009
No
Kecamatan
Tahun
2008 2009 2010 2011
1 Larompong 18,381 18,454 18,834 19,024
2 Larompong Selatan 16,267 15,623 15,800 15,959
3 Suli 19,115 18,420 18,479 18,665
4 Suli Barat 8,403 1,457 8,491 8,577
5 Belopa 10,850 14,707 14,812 14,961
6 Kamanre 13,356 11,123 11,238 11,351
7 Belopa Utara 11,634 14,410 14,545 14,691
8 Bajo 11,554 13,849 14,238 14,381
9 Bajo Barat 7,651 8,976 9,324 9,418
10 Bassesangtempe 15,265 13,908 14,115 14,257
11 Bassesangtempe Utara ** ** ** **
12 Latimojong 667 5,358 5,457 5,512
13 Bupon 16,113 14,377 14,451 14,596
14 Ponrang 22,683 25,866 26,114 26,377
15 Ponrang Selatan 20,774 23,664 23,744 23,983
16 Bua 27,533 30,288 30,955 31,266
17 Walenrang 19,220 17,283 17,433 17,608
18 Walenrang Timur 17,783 15,183 15,281 15,435
19 Lamasi 19,659 19,955 20,364 20,569
20 Walenrang Utara 18,528 17,331 17,744 17,923
21 Walenrang Barat 10,130 8,834 8,897 8,987
22 Lamasi Timur 12,653 12,114 12,166 12,288 Jumlah 318,219 321,180 332,482 335,828
Sumber : Kabupaten Luwu Dalam Angka Tahun 2012
e. Kondisi sosial-budaya
Perkembangan bidang pendidikan telah mewujudkan sejumlah pencapaian. Pada
tingkat SD, Angka Partisipasi Murni (APM) pada tahun 2007 mencapai 92,77% (diatas rata-
rata Provinsi yang sebesar 88,89%); Angka Partisipasi Kasar (APK) sebesar 97,13 (diatas rata-
rata Provinsi yang sebesar 95,25%); Angka Putus Sekolah sebanyak 1,79% (dibawah rata-
rata Provinsi yang sebesar 2,84%); rasio murid-guru sebesar 21 (lebih besar dari rata-rata
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
23
Provinsi yang sebesar 17%);dan rasio-sekolah 190 (lebih besar dari rata-rata Provinsi yang
sebesar 161). Pada tingkat SLTP/Sederajat, APM sebesar 64,32% (diatas rata-rata Provinsi
yang sebesar 59,63%); APK mencapai 75,55% (diatas rata- rata Provinsi yang sebesar
71,23%); Angka Putus Sekolah sebanyak 1,22% (lebih rendah dari rata-rata Provinsi yang
sebanyak 2,99%); rasio murid-guru sebesar 13 (lebih tinggi dari rata-rata Provinsi yang sebesar
12); dan rasio murid-sekolah senilai 224 (lebih rendah dari rata-rata Provinsi yang senilai 248).
Pada tingkat SLTA/sederajat, APM sebesar 45,03% (lebih tinggi dari rata-rata Provinsi tang
sebesar 22,39%); APK sebesar 56,23% (di atas rata-rata Provinsi yang sebesar 30,48%);
Angka Putus Sekolah sebanyak 5,49% (dibawah rata- rata Provinsi yang sebesar 7,09%); dan
rasio murid-sekolah Sebesar 283 (lebih kecil rata-rata Provinsi yang sebesar 292). Sebagai
salah satu komponen dari IPM, indeks pendidikan Kabupaten Luwu berada pada tingkat cukup
tinggi dan mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir. Indeks pendidikan
Kabupaten Luwu tahun 2007 sebesar 78,09 (lebih tinggi rata-rata Provinsi yang sebesar 73,56
dan rata-rata nasional yang sebesar 77,84). Indeks ini pada tahun 2006 sama yakni
78,11, yang justru meningkat dari nilai 77,40 pada tahun 2004. Angka buta huruf
Kabupaten Luwu pada tahun 2007 sebesar
10,17% (rata-rata Provinsi sebesar 13,76%), naik dari 8,90% pada tahun 2004 (rata-rata
Provinsi sebesar 13,76%). Rata-rata lama bersekolah pada tahun 2007 sebesar 7,7 tahun
(ebih besar dari rata-rata Provinsi yang sebsar 7,23 tahun), naik dari 7,5 tahun pada tahun 2004
(rata-rata Provinsi sebesar 7,23 tahun) Pembangunan bidang Kesehatan telah
menghasilkan pencapaian berupa ketersediaan fasilitas kesehatan sebesar 4,2/10.000
penduduk pada tahun 2007 (lebih tinggi dari rata-rata Provinsi yang besarnya 2,6).
Angka ini meningkat dari tahun 2006 sebesar 3,4 (lebih tinggi dari rata-rata Provinsi yang
besarnya 2,4), pada tahun 2005 sebesar 0,4 (lebih rendah dari rata-rata Provinsi yang
besarnya 2,2), pada tahun 2004 sebesar 3,4 (lebih tinggi dari rata-rata Provinsi yang
besarnya 2,3) dan pada tahun 2003 sebesar 2,5 (lebih tinggi dari rata-rata Provinsi yang
besarnya 2,4). Tenaga kesehatan pada tahun 2007 Tersedia 17,6/10.000 penduduk (rata-rata
Provinsi 17,5/10.000 penduduk), pada tahun 2006 sebanyak 12,3 (rata-rata Provinsi 15,7),
tahun 2005 tersedia 12,8 (rata-rata Provinsi 15,0) tahun 2004 sebanyak 12,7 (rata-rata
Provinsi 10,8) dan tahun 2003 sebesar 9,6 (rata- rata Provinsi 8,6). Rasio dokter dengan fasilitas
kesehatan yakni Rumah Sakit/Puskesmas di Kabupaten Luwu berfluktuasi dalam lima tahuun
terakhir. Pada tahun 2007, rasio dokter dengan fasilitas kesehatan sebesar 0,4 (rata-rata
Provinsi 1,5) pada 2006 sebesar 0,2 (rata-rata Provinsi1,6), pada tahun 2005 sebesar 1,0 (rata-
rata Provinsi2,0), pada tahun 2004 sebesar 0,5 (rata-rata Provinsi 1,1) dan tahun 2003 sebesar
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
24
0,2 (rata-rata Provinsi 0,9). Indeks Kesehatan Kabupaten Luwu pada tahun 2007 mencapai
78,17 (lebih tinggi dari rata-rata Provinsi sebesar 74,00 dan rata-rata Nasional yang sebesar
73,03). Angka ini meningkat terus dalam empat tahun terakhir, pada 2006 nilainya 78,17
(rata-rata Provinsi 73,67 dan rata-rata Nasional 72,44), pada tahun 2005 nilainya 78,00 (rata-
rata Provinsi 72,83 dan Nasional 71,81), pada tahun 2004 nilainya 78,00 (rata-rata Provinsi
72,83 dan rata-rata Nasional 71,00). Pada tahun 2007, IPM Kabupaten Luwu 72,46 (lebih tingg
dari IPM Sulawesi Selatan yang sebesar 69,62 dan IPM Nasional yang sebesar 70,65).
Pada tahun 2006, IPM Luwu sebesar 72,08 (IPM Provinsi 68,81 dan IPM Nasional 70,08);
pada tahun 2005 sebesar 71,83 (IPM Provinsi 68,14 dan Nasional 69,57) dan pada tahun
2004 sebesar 71,57 dimana IPM Provinsi saat itu 67,75 dan IPM Nasional 68,66. Masyarakat
Luwu memiliki keragaman kultural cukup tinggi terkait dengan beragamanya etnis. Selain etnis
Bugis-Luwu, juga berdiam etnis Bugis- Makassar, etnis Toraja, Jawa, Bajo dan lainnya.
Setiap etnis memiliki sistem nilai dan norma serta adat istiadat masing-masing. Di sisi lain,
modernisasi juga berlangsung, terutama dibalik perkembangan Kota Palopo yang memberi
pengaruh kepada masyarakat Luwu, juga interaksi dengan dunia luar yang lebih luas
termasuk melalui media massa dan elektronik, sehingga terjadi pertemuan dan perpaduan
antara sistem budaya masing-masing etnis dengan sistem budaya yang dibawa oleh
kemoderenan.
Dalam hal kehidupan beragama dan kesatuan bangsa, dibalik heterogenitas sosial
yang ada, juga berkembangkehidupan beragama diantara para pemeluknya yakni Islam yang
dominan, Protestan dan Katolik serta Hindu dan Budha, yang disaat ini cukup harmonis satu
satu sama lain, meskipun satu dekade sebelumnya konflik cukup sering terjadi, Aspek-aspek
persatuan dan Kesatuan bangsa juga terpengaruh oleh kompleksitas etnis yang ada berupa
adanya potensi kerawanan sosial. Sarana dabn Prasana kehidupan beragama relatif tersedia
untuk penganut masing-masing agama
2.2.5. Kabupaten Wajo
2.2.5.1. Deskripsi Umum
a. Letak Geografis dan Administratif
Kabupaten wajo terletak pada posisi 3039’-4016’ Lintang Selatan dan 119053’-120027
Bujur Timur, merupakan daerah yang terletak ditengah-tengah Propinsi Sulawesi Selatan dan
pada zone tengah yang merupakan suatu depresi yang memanjang pada arah laut tenggara
dan terakhir merupakan selat. Batas wilayah Kabupaten Wajo adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Luwu dan Kab. Sidenreng Rappang
Sebelah Timur : Teluk Bone
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
25
Sebelah Selatan : Kabupaten Bone dan Kabupaten Soppeng
Sebelah Barat : Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Sidrap Luas
Wilayahnya adalah 2.506,19 Km2 atau 4,01% dari luas Propinsi Sulawesi Selatan
dengan rincian Penggunaan lahan terdiri dari lahan sawah 87.975 ha (35,10%) dan lahan
kering 162.644 ha (64,90%). Sampai dengan akhir tahun 2011 wilayah Kabupaten Wajo
tidak mengalami pemekaran, yaitunya tetap terbagi menjadi 14 wilayah Kecamatan.
Selanjutnya dari keempat-belas wilayah Kecamatan tersebut, wilayahnya dibagi lagi menjadi
wilayahwilayah yang lebih kecil yang disebut desa atau kelurahan. Tetap sama dengan
kondisi pada tahun 2008, wilayah Kabupaten Wajo terbentuk dari 48 wilayah yang berstatus
Kelurahan dan 128 wilayah yang berstatus Desa. Jadi secara keseluruhan, wilayah
Kabupaten Wajo terbagi menjadi 176 desa/kelurahan. Masing-masing wilayah Kecamatan
tersebut mempunyai potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berbeda
meskipun perbedaan itu relatif kecil, sehingga pemanfaatan sumber-sumber yang ada relatif
sama untuk menunjang pertumbuhan pembangunan di wilayahnya.
Gambar 7. Peta administrasi kabupaten wajo
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
26
b. Ekosistem pesisir
c. Kepadatan penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Wajo tahun 2015 mencapai 404,5 ribu jiwa yang terdiri dari
192.387 laki-laki dan 212151 perempuan. Angka jumlah penduduk ini mengalami pertumbuhan
sekitar 1,31 persen dibanding tahun 2014. Secara umum jumlah penduduk perempuan di
Kabupaten Wajo masih lebih tinggi dibandingkan jumlah penduduk lakilaki. Hal ini juga dapat
ditunjukkan oleh angka sex ratio Kabupaten Wajo tahun 2015 sebesar 91, artinya untuk setiap
100 penduduk perempuan terdapat 91 penduduk laki-laki. Tingkat kepadatan penduduk Wajo
berada dalam angka wajar, tercatat sebanyak 161 penduduk menghuni setiap km2 wilayah
Wajo pada tahun 2015. Angka ini meningkat tipis dari tahun 2014 dengan kepadatan penduduk
sebesar 159 jiwa/km2.
Tabel 13. Jumlah Penduduk Kabupaten Wajo
Uraian 2014 2015
Jumlah Penduduk (jiwa) 399 287 404 538
Laki-laki 189 816 192 387
Perempuan 209 471 212 151
Laju Pertumbuhan Penduduk (%/ tahun) 0,84 1,31
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 159 161
Sex Ratio (L/P) 91 91
Rata-rata ART (jiwa/ruta) 4 4 Sumber : Wajo Dalam Angka, 2016
Jumlah penduduk Kabupaten Wajo tahun 2015 mencapai 404,5 ribu jiwa yang terdiri dari
192.387 laki-laki dan 212.151 perempuan. Angka jumlah penduduk ini mengalami pertumbuhan
sekitar 1,31 persen dibanding tahun 2014. Secara umum jumlah penduduk perempuan di
Kabupaten Wajo masih lebih tinggi dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Hal ini juga dapat
ditunjukkan oleh angka sex ratio Kabupaten Wajo tahun 2015 sebesar 91, artinya untuk setiap
100 penduduk perempuan terdapat 91 penduduk laki-laki. Tingkat kepadatan penduduk Wajo
berada dalam angka wajar, tercatat sebanyak 161 penduduk menghuni setiap km2 wilayah
Wajo pada tahun 2015. Angka ini meningkat tipis dari tahun 2014 dengan kepadatan penduduk
sebesar 159 jiwa/km2
Tabel 14. Pertambahan Jumlah Penduduk 2012 - 2013
Uraian 2012 2013
Jumlah Penduduk (jiwa) 399.287 404.538
Pertumbuhan Penduduk (%/tahun) 0,84 1,31
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 159 161
Sex Ratio (%) 91 91
Rata-rata ART (jiwa/ruta) 4 4
Sumber : Wajo dalam angka, 2016
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
27
Total penduduk usia kerja di Kabupaten Luwu Timur sebanyak 182.636 jiwa, sekitar
67,21 persen diantaranya termasuk dalam angkatan kerja. Sisanya (32,79%) merupakan
penduduk yang tergolong sebagai bukan angkatan kerja yaitu penduduk usia kerja yang
sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Pada tahun 2014, pertumbuhan angkatan kerja
lebih cepat daripada penduduk usia kerja (15 tahun keatas), sehingga TPAK naik menjadi 2,2%
dari tahun sebelumnya.
Tabel 15. Tingkat kerja 2013 - 2014
Indikator 2013 2014
TKK 93,72 91,88
TPT 6,28 8,12
TPAK 65,01 67,21
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan
2.2.6. Kabupaten Bone
2.2.6.1. Deskripsi Umum
a. Letak Geografis dan Administratif
Kabupaten Bone merupakan salah satu kabupaten yang terletak di pesisir timur Provinsi
Sulawesi Selatan dan berjarak sekitar 174 km dari kota Makassar. Luas wilayahnya sekitar
4.559 km2atau 9,78 persen dari luas Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah yang besar ini terbagi
menjadi 27 kecamatan dan 372 desa/kelurahan. Ibukota Kabupaten Bone adalah Watampone.
Secara geografis Kabupaten Bone berbatasan dengan wilayah-wilayah berikut:
- Sebelah Utara Berbatasan dengan Kabupaten Wajo
- Sebelah Timur Berbatasan dengan Teluk Bone Selatan
- Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kabupaten Sinjai dan Gowa
- Sebelah Barat Berbatasan dengan Kabupaten Maros, Pangkep, Barru
Secara astronomis Kabupaten Bone terletak pada posisi 4°13’- 5°6’ Lintang Selatan dan
antara 119°42’- 120°30’ Bujur Timur. Letaknya yang dekat dengan garis khatulistiwa menjadikan
Kabupaten Bone beriklim tropis.
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
28
Gambar 8. Peta Administratif Kabupaten Bone
Sepanjang tahun 2014, kelembaban udara berkisar antara 77 – 86 persen dengan suhu
udara 24,40C-27,6°C. Wilayah Kabupaten Bone terbagi menjadi dua tipe hujan: tipe hujan
Moonson dan tipe hujan lokal. Tipe hujan Moonson memiliki curah hujan tertinggi saat bertiup
angin monsun Asia yaitu bulan Januari dan Februari. Tipe ini mencakup wilayah Kabupaten
Bone bagian barat. Tipe kedua memiliki kriteria pola hujan terbalik dengan pola monsoon, yaitu
curah hujan tertinggi ter- jadi pada bulan Mei-Juni. Tipe ini mencakup sebagian besar wilayah
Kabupaten Bone. Selain kedua wilayah tersebut, terdapat juga wilayah peralihan, yaitu
Kecamatan Bontocani dan Kecamatan Libureng yang sebagian mengikuti wilayah barat dan
sebagian lagi mengikuti wilayah timur.
Jumlah curah hujan bulanan di Wilayah Bone bervariasi dengan rata-rata tahunan
sebesar 201,25 mm. Curah hujan tertinggi terjadi di bulan Juni yaitu 638 mm dengan banyaknya
hari hujan sebanyak 23 hari. Bagian timur Kabupaten Bone bertopografi pesisir menjadikan
Bone mempunyai garis pantai sepanjang 138 km dari arah selatan ke utara. Bagian barat dan
selatan terdapat pegunungan dan perbukitan yang celah-celahnya terdapat aliran sungai.
Pada tahun 2014, tercatat 194 sungai mengalir di Kabupaten Bone dan telah
dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian. Sungai yang terpanjang adalah Sungai Walanae yang
berhulu di Kecamatan Bontocani, mengalir melalui Kabupaten Soppeng hingga Danau Tempe di
Kabupaten Wajo, kemudian mengalir llagi masuk ke Bone hingga bermuara di Teluk Bone.
Panjang sungai tersebut mencapai 60 km khusus di wilayah Kabupaten Bone
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
29
Tabel 16. Indikator Klimatologi Kabupaten Bone 2014
Bulan Kelembaban
Udara (%)
Suhu Udara (0C) Curah Hujan
(mm)
Hari Hujan
(hari)
Januari 84 25,9 208 19
Februari 83 27,1 187 9
Maret 81 26,2 148 10
April 82 26,2 158 15
Mei 86 25,1 594 22
Juni 86 25 638 23
Juli 85 24,6 200 17
Agustus 84 24,5 194 13
September 80 24,4 0 0
Oktober 77 26,4 1 1
November 77 27,6 33 5
Desember 79 27,4 54 8
Sumber : BMKG, 2015
b. Ekosistem pesisir
Di bidang perikanan sangat ideal dengan potensi penangkapan ikan di sekitar Teluk
Bone dengan panjang pantai 127 Km sampai puluhan mil ke tengah laut, potensi perikanan di
Bone khususnya di Bone Selatan dapat kita rincikan menurut jenis produksinya.
Secara umum perekonomian Kabupaten Bone didominasi sektor pertanian, khususnya
sub sektor pertanian tanaman pangan, selanjutnya sub sektor perikanan, dan perkebunan.
Kabupaten Bone memiliki potensi dan produksi perikanan yang besar. Usaha perikanan terdiri
dari dua kegiatan yaitu penangkapan dan budidaya ikan. Produksi perikanan terbesar berasal
dari kegiatan budidaya ikan di laut, yaitu sebanyak 125.019,75 ton. Kegiatan budidaya yang
dilakukan di tambak juga menunjukkan hasil yang cukup besar, yaitu 115.650,91 ton.
Sementara kegiatan penangkapan ikan di laut menghasilkan produksi ikan sebesar 33.504 ton.
Tabel 17. Produksi Perikanan 2014
Lokasi Jenis Kegiatan Perikanan
Pengkapan Budidaya
Laut 33.504,00 33.504,00 125.019,75
Perairan Umum 137,30 6,00
Tambak - 115.650,91
Kolam - 405,30
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan, 2015
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
30
c. Kepadatan penduduk
Salah satu fenomena demografi yang tidak terelakkan adalah pertumbuhan penduduk.
Pertumbuhan penduduk menunjukkan penambahan jumlah penduduk karena kelahiran maupun
migrasi. Pada pertengahan tahun 2014 penduduk Kabupaten Bone sebanyak 738.515 jiwa,
meningkat dari tahun 2013 dengan laju pertumbuhan penduduk 0,60 persen. Jumlah tersebut
terdiri dari 352.081 penduduk laki-laki dan 386.434 penduduk perempuan. Dengan demikan,
rasio jenis kelamin adalah 91,11 persen yang berarti setiap 100 penduduk perempuan terdapat
91 hingga 92 penduduk laki-laki. Kabupaten Bone tergolong kabupaten yang besar dan luas di
Sulawesi Selatan. Rata-rata jumlah penduduk per km2 adalah 162 jiwa. Terkait dengan
perannya sebagai pusat pemerintahan, pendidikan, dan fasilitas publik lain, maka mayoritas
penduduk tinggal terpusat di ibukota kabupaten. Kepadatan penduduknya mencapai 1.111,78
jiwa per km2. Keberadaan penduduk dalam jumlah yang besar, seringkali dianggap sebagai
pemicu masalah-masalah kependudukan seperti kemiskinan dan pengangguran. Namun, dalam
tinjauan demografi, penting untuk melihat struktur umur penduduk. Penduduk usia produktif
yang besar dan berkualitas dapat berperan positif dalam pembangunan ekonomi.
Tabel 18. Perubahan Jumlah Penduduk 2012 - 2014
Uraian 2012 2013 2014
Jumlah Penduduk (jiwa)
Pertumbuhan Penduduk (%) 0,53 0,74 0,60
Kepadatan Penduduk
(jiwa/km2)
160 161 162
Sex Ratio (%) 91,25 90,98 91,11
Jumlah Rumah Tangga 163.621 166.136 167.130
Rata-rata ART (jiwa/ruta) 4,45 4,42 4,42
Sumber : BPS Kabupaten Bone, 2015
Penduduk merupakan aset pembangunan apabila dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Pemanfaatan jumlah penduduk bisa dilakukan dengan melihat seberapa besar penduduk yang
masuk pada kategori usia kerja, dan yang masuk pada angkatan kerja. Bila lapangan pekerjaan
yang ada sesuai dengan jumlah angkatan kerja maka diharapkan akan terjadi full employment
economics. Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional pada tahun 2014, terdapat
530.166 penduduk usia kerja. Dari jumlah tersebut, yang termasuk angkatan kerja sebanyak
338.988 jiwa. Dengan tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Bone adalah 63,94
persen. Semakin tinggi TPAK menunjukkan semakin tinggi pula pasokan tenaga kerja yang
tersedia untuk memproduksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Angkatan kerja
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
31
meliputi penduduk yang bekerja, sementara tidak bekerja, dan pengangguran. Tahun 2014,
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Bone sebesar 4,96 persen. TPT di wilayah
perkotaan (5,35 persen) tampak lebih tinggi dari wilayah perdesaan (4,88 persen). Kondisi ini
menunjukkan bahwa belum tersedia kesempatan kerja yang mampu menyerap angkatan kerja
secara optimal. Berdasarkan lapangan usaha, mayoritas penduduk bekerja di Kabupaten Bone
bekerja di sektor pertanian. Hal ini selaras dengan keadaan alam Bone yang merupakan basis
pertanian Sulawesi Selatan. Sektor kedua yang menyerap tenaga kerja terbanyak adalah
perdagangan (17,94 persen). Ditinjau dari jenis kelamin, terdapat perbedaan persebaran
lapangan usaha antara penduduk bekerja lakilaki dan perempuan. Sebagian besar penduduk
laki-laki bekerja di sektor pertanian dan lainnya. Sementara penduduk perempuan, sebagian
besar bekerja di sektor pertanian dan perdagangan.
Tabel 19. Tingkat Kerja 2012 - 2014
Indikator 2012 2013 2014
Bekerja 96,49 96,20 95,04
TPT 3,51 3,80 4,96
TPAK 64,84 63,30 63,94
Sumber : Survey Angkatan Kerja Nasional, 2014
d. Kondisi sosial-budaya
Kabupaten Bone adalah salah satu wilayah yang memiliki kekayaan budaya beraneka
ragam. Hal tersebut tidak lepas dari sejarah Kabupaten Bone yang merupakan salah satu
wilayah kerajaan besar di nusantara yang tentunya meninggalkan banyak kebudayaan dan adat
istiadat yang beberapa di antaranya masih bertahan hingga sekarang.
Keberadaan budaya-budaya lokal mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam
melandasi pembangunan sebuah wilayah. Nilai-nilai budaya lokal yang luhur tentunya akan
memberikan sumbangsih yang cukup baik dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan
pembangunan sehingga dampak-dampak negatif pembangunan dapat diminimalisir.
Seni dan budaya yang ada di Kabupaten Bone sangat dipengaruhi oleh budaya yang
ditinggalkan oleh Kerajaan Bone dan juga budaya Islam, hal ini dikarenakan mayoritas
penduduk Kabupaten Bone menganut agama islam.Peninggalan budaya yang ada di
Kabupaten Bone antara lain berupa masjid kuno, makam para tokoh,dan bangunan-bangunan
istana. Untuk menjaga kelestarian benda-benda yang menjadi cagar budaya di Kabupaten
Bone, pemerintah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata secara rutin melakukan kegiatan
perawatan terhadap situs-situs peninggalan budaya tersebut.
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
32
2.2.7. Kabupaten Sinjai
2.2.7.1. Deskripsi Umum
a. Letak Geografis dan Administratif
Letak geografis kecamatan pesisir Kabupaten Sinjai disajikan seperti pada tabel di
bawah ini :
Tabel 20. Letak Geografis Menurut Kecamatan di kabupaten Sinjai
Sedangkan batas-batas wilayah administrasi kecamatan pesisir Kabupaten Sinjai,
diuraikan di bawah ini;
Batas wilayah administrasi Kecamatan Sinjai Utara:
- Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bone;
- Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone;
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sinjai Timur, dan
- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Bulupoddo dan Kecamatan Sinjai
Tengah.
Kecamatan Sinjai Utara yang memiliki luas 22,67 km2 (2267 Ha) terdiri dari 6
Kelurahan defenitif. Panjang garis pantai sekitar 3,4 km, yang berada di antara muara sungai
Tangka dan muara sungai Mangottong. Kedua muara sungai tersebut merupakan batas
administrasi untuk daerah pesisir Kecamatan Sinjai Utara. Sungai Tangka menandai batas
dengan Kabupaten Bone, dan Sungai Mangottong sebagai batas Kecamatan Sinjai Utara dengan
Kecamatan Sinjai Timur.
Batas Wilayah Administrasi Kecamatan Sinjai Timur
- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sinjai Utara;
- Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone;
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tellu Limpoe, dan
- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sinjai Tengah dan Kecamatan Sinjai
Selatan
Kecamatan Sinjai Timur memiliki luas 48,27 km2 (4827 Ha) terdiri dari 13 desa. Panjang
garis pantai sekitar 12,8 km, yang berada di antara muara sungai Mangottong dan muara sungai
NO
Kecamatan
Posisi
Bujur Timur Lintang Selatan
1 Kecamatan Sinjai Utara 120° 12' 04.94" - 120° 17' 21.83" 05° 05' 15.00" - 05° 08' 27.99"
2 Kecamatan Sinjai Timur 120° 10' 48.81" - 120° 18' 46.89" 05° 06' 35.49" - 05° 14' 01.91"
3 Kecamatan Tellulimpoe 120° 08' 25.09" - 120° 20' 4.33" 05° 12' 49.98" - 05° 18' 39.42"
4 Kecamatan Pulau
Sembilan
120° 23' 10.97" - 120° 25' 38.91" 05° 02' 17.30" - 05° 07' 31.30"
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
33
Bua. Kedua muara sungai tersebut merupakan batas administrasi untuk daerah pesisir
Kecamatan Sinjai Timur. Sungai Mangottong menandai batas dengan Kecamatan Sinjai Utara,
dan Sungai Bua sebagai batas Kecamatan Sinjai Timur dengan Kecamatan Tellulimpoe. Selain
kedua muara sungai tersebut, terdapat satu muara sungai besar di sepanjang garis pantai
Kecamatan Sinjai Timur yakni Sungai Baringang yang menandai batas Desa Tongke Tongke
dengan Desa Panaikang. Ibukota pemerintahan Kecamatan Sinjai Timur terletak di Kelurahan
Mangarabombang yang berjarak 4 km dari pusak ibukota Kabupaten Sinjai.
Batas Wilayah Administrasi Kecamatan Tellu Limpoe :
- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sinjai Timur;
- Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone;
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba, dan
- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sinjai Selatan.
Kecamatan Tellulimpoe memiliki luas 124,73 km2 (12473 Ha) terdiri dari 11 Desa.
Panjang garis pantai sekitar 7,5 km, yang berada di antara muara sungai Bua dan muara sungai
Lolisang. Kedua muara sungai tersebut merupakan batas administrasi untuk daerah pesisir
Kecamatan Tellulimpoe. Sungai Bua menandai batas dengan Kabupaten Bulukumba, dan
Sungai Lolisang sebagai batas dengan Kecamatan Sinjai Timur. Selain kedua muara sungai
tersebut, terdapat dua muara sungai kecil di sepanjang garis pantai Kecamatan Tellulimpoe yakni
Sungai Paranglohe dan Sungai Balampangi. Ibukota pemerintahan Kecamatan Tellulimpoe
terletak di Kelurahan Mananti yang berjarak 38 km dari pusak ibukota Kabupaten Sinjai.
Batas wilayah administrasi Kecamatan Pulau Sembilan :
- Sebelah utara berbatasan dengan wilayah perairan Teluk Bone Kabupaten
Bone;
- Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone;
- Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah perairan Teluk Bone Kabupaten
Sinjai, dan
- Sebelah barat berbatasan dengan wilayah perairan Teluk Bone Kabupaten
Bone.
Kecamatan Pulau Sembilan memiliki luas 7,55 km2 (755 Ha) terdiri dari 4 desa dengan
panjang garis pantai sekitar 17,36 km. Kecamatan Pulau Sembilan terdiri atas sembilan pulau
kecil dan beberapa gosong karang (patch reef) yang tenggelam pada saat air pasang maupun
surut. Delapan pulau yang berpenghuni bila diurut dari Selatan adalah: Burungloe, Liang-liang,
Kambuno, Kodingare, Katindoang, Batanglampe, Kanalo I, dan Kanalo II serta satu pulau tak
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
34
berpenghuni, yaitu Larea-rea yang terletak di sebelah Selatan Pulau Katindoang. Sebuah gosong
yang telah ditumbuhi sebatang pohon adalah Gosong Lapoipoi yang terletak antara P.
Katindoang dan P. Batanglampe. Ibukota pemerintahan Kecamatan Pulau Sembilan terletak di
Desa Pulau Harapan (Pulau Kambuno) yang berjarak 12 km dari pusat ibukota Kabupaten Sinjai.
Peta administrasi kabupaten sinjai disajikan pada gambar dibawah ini :
Gambar 9. Peta Administrasi Kabupaten Sinjai
b. Ekosistem Pesisir
1. Mangrove
Mangrove di Kabupaten Sinjai dijumpai di ketiga kecamatan pesisir dengan luas
keseluruhan adalah 1157,5 Ha, meskipun demikian masih terdapat area mangrove dalam kondisi
kritis dengan luas 15 Ha yang berada di Kecamatan Tellulimpoe (Data dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten Sinjai, tahun 2010). Ekosistem mangrove di Kecamatan Sinjai Utara
dan Sinjai Timur didominasi oleh Rhizopora sp. Kecamatan Sinjai Timur memiliki hutan mangrove
yang terluas yakni 802,5 Ha dengan vegetasi campuran antara spesies Rhizophora sp., Nypah
sp, Avicennia sp, dan Sonneratia sp. sedangkan mangrove di Sinjai Utara khususnya mangrove
sungai merupakan vegetasi campuran antara spesies Rhizophora sp., dan Nypah sp.
Sementara di pantai didominasi oleh Rhizopora sp.
2. Padang Lamun
Secara umum, Berdasarkan hasil interpretasi citra ALOS memperlihatkan penyebaran
padang lamun dominan berada di dalam wilayah Kecamatan Pulau Sembilan yang luasnya
mencapai 1277 Ha. Pengamatan padang lamun yang dilakukan di Kecamatan Sinjai Utara,
didapatkan 11 jenis lamun yang tersebar di pulau-pulau, namun hanya beberapa jenis yang
keberadaannya hampir dijumpai di setiap pulau, antara lain Cymodocea serrulata, Enhalus
acoroides, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium dan Thalassia hemprichii.
Beberapa jenis lainnya
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
35
Dari keenam jenis lamun ini berasosiasi bersama membentuk padang lamun dari berbagai
habitat di rataan terumbu perairan Sinjai. Karakteristik rataan terumbu Sinjai didominasi oleh
asosiasi lamun, alga, dan karang serta organisme bentik lainnya. Beberapa jenis lainnya hanya
dijumpai pada pulau tertentu saja.
Tabel 21 jenis lamun di kabupaten sinjai
No Jenis Lamun
1 Cymodocea rotundata
2 Cymodocea serrulata
3 Enhalus acoroides
4 Halodule uninervis
5 Halophila ovalis
6 Halodule pinifolia
7 Halophila minor
8 Halophila decipiens
9 Syringodium isoetifolium
10 Thalassia hemprichii
11 Thalassodendron ciliatum
3. Terumbu Karang
Perairan Kabupaten Sinjai merupakan kawasan yang potensial untuk pertumbuhan
terumbu karang. Hal ini dapat dilihat dari tersebarnya daerah dangkalan terumbu karang di
perairan Kabupaten Sinjai dari Pulau Sembilan hingga Desa Patongko Kecamatan Tellu Limpoe.
Dari empat kecamatan pesisir di Kabupaten Sinjai, hanya perairan Kecamatan Sinjai Utara yang
tidak dijumpai adanya ekosistem terumbu karang.
Secara umum, Berdasarkan hasil interpretasi citra ALOS memperlihatkan penyebaran
terumbu karang dominan berada di dalam wilayah Kecamatan Pulau Sembilan yang luasnya
mencapai 3728,05 Ha. Sedangkan di Kecamatan Sinjai Timur tersebar di 14 dangkalan
terumbu (taka) dengan total luasan hanya sekitar 19,23 Ha, sementara di Kecamatan
Tellulimpoe tersebar di 7 dangkalan terumbu (taka) dengan luasan sekitar 72,61 Ha.
Dari hasil pengamatan langsung dengan menggunakan metode RRA untuk melihat kondisi
terumbu karang menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang umumnya telah mengalami
kerusakan. Persentase tutupan karang hidup berkisar antara 0 – 75 %, dengan kondisi kerusakan
karang yang dijumpai adalah pecahan karang (rubble), dan karang mati (dead coral).
c. Kepadatan Penduduk
Jumlah dan tingkat pertumbuhan penduduk dalam wilayah perencanaan merupakan
sebuah indikator yang penting untuk diketahui. Penduduk Kabupaten Sinjai hingga tahun 2009
berjumlah 228304 Jiwa yang tersebar tidak secara merata dalam 9 kecamatan. Kecamatan
Sinjai Utara dan Kecamatan Sinjai Selatan merupakan kecamatan yang jumlah penduduknya
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
36
paling banyak dibandingkan kecamatan lainnya. Sedangkan kecamatan yang memiliki jumlah
penduduk terkecil adalah Kecamatan Pulau Sembilan.
Menurut jenis kelamin, penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan penduduk laki-
laki. Sebanyak 118079 jiwa (51,72 % dari penduduk Sinjai) merupakan penduduk perempuan
dan 110225 jiwa (48,28%) merupakan penduduk laki-laki. Dari data tersebut diketahui rasio
jenis kelamin 93,34 % yang berarti setiap 100 penduduk perempuan terdapat sekitar 93
penduduk laki-laki.
Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan penduduk rata-rata pertahun 0,37%. Terdapat
dua kecamatan yang memiliki laju pertumbuhan penduduk yang menurun yakni Kecamatan
Sinjai Utara dan Kecamatan Bulupoddo. Untuk lebih jelasnya sebagaimana pada tabel di
bawah ini.
Tabel 22. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Sinjai tahun 2009
No Kecamatan 2005 2009 Laju Pertumbuhan Penduduk
2005-2009 (%) Laki-laki Perempuan Total
(I) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Sinjai Barat 22840 11485 12112 23597 0,82
2 Sinjai Borong 15984 8344 8590 16934 1,45
3 Sinjai Selatan 35969 17985 19500 37485 1,04
4 Tellu Limpoe 31827 15851 16978 32829 0,78
5 Sinjai Timur 28168 14202 15566 29768 1,39
6 Sinjai Tengah 24106 13418 13620 27038 2,91
7 Sinjai Utara 38223 17818 19768 37586 (0,42)
8 Bulupoddo 15776 7399 8019 15418 (0,57)
9 Pulau Sembilan 7537 3723 3926 7649 0,37
Kabupaten Sinjai 220430 110225 118079 228304 0,88
Berdasarkan komposisi kelompok umur mengindikasikan bahwa penduduk laki laki dan
perempuan terbanyak berada di kelompok umur 10-14 tahun. Dilihat dari distribusinya
menunjukkan bahwa 32,87% penduduk Kabupaten Sinjai berusia muda (0 – 14 tahun), 61,79%
berusia produktif (15 – 64 tahun) dan 3,11% berusia lansia (65 tahun ke atas). Dari gambaran
tersebut diperoleh rasio ketergantungan penduduk Kabupaten Sinjai sebesar 171,77 yang
artinya setiap 100 penduduk usia produktif menanggung 177 usia non produktif.
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
37
Tabel 23. Komposisi Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Sinjai tahun 2009. KELOMPOK UMUR JENIS KELAMIN JUMLAH
LAKI-LAKI PEREMPUAN
0 - 4 13084 12282 25366
5 - 9 12239 11388 23627
10 - 14 13528 12520 26048
15 - 19 11561 11676 23237
20 - 24 9451 10522 19973
25 - 29 9435 10658 20093
30 - 34 8042 9152 17194
35 - 39 7187 8174 15361
40 - 44 5918 6942 12860
45 - 49 4907 5549 10456
50 - 54 4087 4974 9061
55 - 59 3160 3801 6961
60 - 64 2534 3349 5883
>65 5092 110225 7092
JUMLAH 118079 12184 228304
Sumber : Sinjai Dalam Angka Tahun 2010
Kepadatan penduduk didapat dari hasil bagi antara luas lahan per jumlah penduduk
yang menempatinya. Jumlah penduduk di Kabupaten Sinjai tahun 2009 sebanyak 228304 jiwa
dengan luas wilayah 819,96 Km2, berarti rata-rata kepadatan penduduk sekitar 278 jiwa/ Km2.
Kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Sinjai Utara yang
merupakan Ibukota Kabupaten Sinjai. Kecamatan dengan tingkat kepadatan terendah adalah
Kecamatan Bulupoddo. Untuk lebih jelasnya mengenai kepadatan penduduk di Kabupaten
Sinjai sebagaimana pada tabel dibawah ini
Tabel 24. Kepadatan Penduduk Dirinci Menurut Kecamatan Di Kabupaten Sinjai, Tahun 2009
No Kecamatan Banyaknya Kepadatan Per Km2 Luas (Km2) Kepala
Keluarga Penduduk
(I) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Sinjai Barat 135,53 5796 23597 174
2 Sinjai Borong 66,97 4454 16934 253
3 Sinjai Selatan 131,99 9135 37485 284
4 Tellu Limpoe 147,30 7758 32829 223
5 Sinjai Timur 71,88 7302 29768 414
6 Sinjai Tengah 129,70 6551 27038 208
7 Sinjai Utara 29,57 8910 37586 1271
8 Bulupoddo 99,47 4565 15418 155
9 Pulau Sembilan 7,55 1840 7649 1013
Jumlah 819,96 56311 228304 278
Sumber : Sinjai Dalam Angka Tahun 2010
d. Kondisi Sosial Budaya
Secara umum, kehidupan masyarakat di Kabupaten Sinjai tidak jauh berbeda dengan
kehidupan masyarakat pesisir pada umumnya di Sulawesi Selatan. Daerah Sinjai yang
memanjang, mencakup daerah pegunungan dan pantai memberi arti tersendiri bagi masyarakat
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
38
Sinjai. Karena itu pula kehidupan masyarakatnya selain sebagai petani sawah dan kebun, juga
sebagai nelayan dan petani tambak. Tani dan nelayan menjadi sumber penghasilan utama
penduduk Sinjai. Aktivitas mencari ikan yang dilakukan oleh masyarakat yang bermukim di
sekitar pantai dan pulau-pulau di wilayah rencana pada umumnya adalah sebagai nelayan
tangkap. Hanya sebagian kecil masyarakat melakukan aktivitas budidaya.
Mayoritas penduduk Kabupaten Sinjai adalah beragama islam yakni 99,97% dari
penduduk sinjai atau sebanyak 228224 jiwa, dan hanya 0,3% merupakan penduduk non muslim
(kristen, hindu, dan budha). Sedangkan berdasarkan etnis, masyarakat Kabupaten Sinjai
didominasi etnis bugis. Sedangkan suku lainnya adalah makassar, bajoe, dan suku lainnya.
Untuk masyarakat suku bajoe umumnya dijumpai dan menetap di pulau-pulau sembilan. Hal ini
terkait dengan mata pencaharian utama mereka di laut.
2.2.8. Kabupaten Bulukumba
2.2.8.1. Deskripsi Umum
a. Letak Geografis dan Administratif
Kabupaten Bulukumba terletak di bagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan dan berjarak
153 Km dari Makassar (Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan). Luas wilayah Kabupaten
Bulukumba 1.154,67 Km2. Kabupaten Bulukumba terletak antara 05°20’ - 05°40’ LS dan
119°58’ - 120°28’ BT yang terdiri dari 10 Kecamatan dengan batas-batas yakni :
- Sebelah Utara berbatasan Kabupaten Sinjai;
- Sebelah Timur berbatasan Teluk Bone dan Pulau Selayar;
- Sebelah Selatan berbatasan Laut Flores;
- Sebelah Barat berbatasan Kabupaten Bantaeng.
berikut gambaran administratif kabupaten bulukumba disajikan pada gambar dibawah ini.
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
39
Gambar 10. Peta Administratif kabupaten Bulukumba
b. Ekosistem Pesisir
c. Kepadatan Penduduk
Penduduk Kabupaten Bulukumba pada tahun 2011 tercatat sebanyak 398.531 jiwa
yang terdiri dari laki-laki 187.439 jiwa dan perempuan 211.092 jiwa. Penduduk tersebut tersebar
diseluruh desa/kelurahan dalam wilayah Kabupaten Bulukumba dengan kepadatan 345
jiwa/km2. Kecamatan terpadat adalah Kecamatan Ujung Bulu yaitu 3.360 jiwa/km2 dan yang
terjarang penduduknya adalah Kecamatan Kindang sekitar 202 jiwa/km2.
Dilihat dari perkembangan jumlah penduduk dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir
yaitu periode 2007-2011 terdapat peningkatan jumlah penduduk sebesar 0,79 %. Pada
tahun 2007 berdasarkan hasil pengolahan data dari Biro Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba
jumlah penduduk yang tercatat sebanyak 386.239 jiwa Penduduk Kabupaten Bulukumba yang
terdiri dari laki-laki 183.737 jiwa dan perempuan 202.502 jiwa.
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
40
Tabel 25. Jumlah penduduk perkecamatan dan rata-rata kepadanya
KECAMATAN
JUMLAH PENDUDUK
LUAS (km2)
KEPADATAN PENDUDUK PER Km2
Gantarang 71.741 173,51 413
Ujung Bulu 48.518 14,44 3.360
Ujung Loe 26.964 96 276
Bonto Bahari 11.301 57 223
Bonto Tiro 7.999 40 294
Herlang 38.202 187 354
Kajang 22.920 222 368
Bulukumpa 27.861 320 299
Rilau Ale 117,53 117,53 324
Kindang 148,76 148,76 202
JUMLAH
2011 398.531 1.154.67 345
2010 395.268 1.154.67 342
2009 394.746 1.154.67 341
2008 390.543 1.154.67 338
2007 386.239 1.154.67 318
Sumber : Buku Bulukumba Dalam Angka tahun 2012
d. Kondisi Sosial-Budaya
2.2.9. Kabupaten Selayar
2.2.9.1. Deskripsi Umum
a. Letak Geografis dan Administratif
Kabupaten Kepulauan Selayar terletak antara 5°42' - 7°35' Lintang Selatan dan 120°15' -
122°30' Bujur Timur yang berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba dan Teluk Bone di sebelah
Utara, Laut Flores sebelah Timur, Laut Flores dan Selat Makassar sebelah Barat dan Propinsi
Nusa Tenggara Timur di sebelah Selatan.
Gambar 11. Peta Kabupaten Selayar
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
41
Wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar tercatat 10.503,69 km2 dengan luas daratan
1.357,03 km2 dan luas lautan 9.146,66 km2 dengan panjang garis pantai 670 km. Hingga akhir
tahun 2015, wilayah tersebut secara administratif terbagi menjadi 11 Kecamatan, 7 Kelurahan
dan 81 desa. Sebagian besar desa di Kab. Kepulauan Selayar merupakan desa pesisir yang
jumlahnya mencapai 75 desa, lembah 2 desa, lereng 5 desa dan dataran 6 desa. Selain itu,
41% wilayah Kepulauan Selayar berada di luar pulau utama. Sementara itu tipe iklim di wilayah
ini termasuk tipe B dan C, musim hujan terjadi pada bulan November hingga Juni dan
sebaliknya musim kemarau pada bulan Agustus hingga September. Pada tahun 2015 terjadi
147 Hari Hujan dan memberikan 3.256 mm2 air hujan.
Tabel 26. Data geografis dan Iklim Kabupaten Selayar
Uraian Satuan 2015
Suhu Udara 0C
Max/Min 31,63/23,90
Rata-rata 27,04
Kecepatan Angin Knot
Max/min 9,58/2,00
Rata-rata 3,33
Kelembaban 0C
Max/min 48,16/95,83
Rata-rata 80,41
Hujan
Hari Hujan Hari 147
Curah Hujan mm2 3.256
Tekanan Udara mb 1.011
Penyinaran Matahari Jam 874
Sumber : BPS 2016
Pada tahun 2015, wilayah Kepulauan Selayar terbagi menjadi 11 kecamatan, 7
kelurahan dan 81 desa. Tidak ada pemekaran desa maupun satuan wilayah terkecil yang terjadi
pada tahun 2015. Semua satuan wilayah yang terbentuk di Kepulauan Selayar bertujuan agar
pelayanan administrasi bisa mencapai struktur daerah terkecil hingga level rukun tangga.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kepulauan Selayar tahun 2015 mencapai lebih dari 40 miliar
rupiah. Pajak dan retribusi daerah memberikan kontribusi sekitar 36,88%.
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
42
Tabel 27. Perubahan wilayah administrasi di tahun 2014 - 2015
Wilayah Administrasi 2014 2015
Kecamatan 11 11
Desa 81 81
Kelurahan 7 7
Dusun 299 283
Lingkungan 40 27
RK 348 415
RT 515 519
Sumber : BPS 2016
Tabel 28. luas wilayah setiap kecamatan di kabupaten kepulauan selayar
NO KECAMATAN Luas Wilayah
1 Pasimarannu 195.33
2 Pasilambena 114.88
3 Pasimassunggu 131.8
4 Takabonerate 49.3
5 Pasimassunggu Timur
67.14
6 Bontosikuyu 248.22
7 Bontoharu 128.12
8 Benteng 24.63
9 Bontomanai 136.42
10 Bontomatene 193.05
11 Buki 68.14
TOTAL Kepulauan Selayar
1 357.03
b. Kepadatan penduduk
Dari total 130,199 penduduk di Kepulauan Selayar tahun 2015, Kecamatan Benteng
merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar, yaitu 24,414 jiwa. Sedangkan jumlah
penduduk terkecil adalah Kecamatan Buki dengan jumlah penduduk 6.353jiwa. Selama periode
2014-2015 laju pertumbuhan penduduk mengalami percepatan sebesar 1,13 %. Sedangkan
kepadatan penduduk setiap km² dihuni sebanyak 96 jiwa pada tahun 2015, naik 1 poin
dibanding tahun 2014.
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
43
Tabel 29. Pertambahan jumlah penduduk 2014 - 2015
Uraian 2014 2015
Jumlah Penduduk 128.744 130.199
Pertumbuhan Penduduk (%) 1,34 1.13
Kepadatan Penduduk (jiwa/km²) 95 96
Sex Ratio (L/P) 92,35 92.57
Banyaknya Rumah Tangga 33.458 32.687
Rata-rata ART (jiwa/ruta) 4 4
Beban Ketergantungan (%) 58,25 57.73
Sumber : Kepulauan Selayar dalam angka, 2016
Dari total penduduk usia kerja (15 tahun ke atas), 60 % lebih termasuk dalam angkatan
kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dari tahun 2013-2015 mengalami fluktuasi.
Pada tahun 2015, Angkatan kerja di Kepulauan Selayar berdasarkan tingkat pendidikan,
tamatan SD ke bawah kontribusinya sebesar 56,49% , kemudian tamat SMP dan SMA sebesar
26,69% dan perguruan tinggi ( akademi / universitas ) 16,82% Pasar tenaga kerja Kepulauan
Selayar juga ditandai dengan tingginya angka kesempatan kerja. Hal ini dapat dilihat pada
tingginya persentase penduduk usia kerja yang bekerja besarnya mencapai lebih 99% pada
tahun 2015.
Tabel 30. Kelompok Kerja 2013 - 2015
Uraian 2013 2014 2015
TPAK (%) 61,11 60,60 67,64
Tingkat Pengangguran (%) 4,62 2,15 0,90
Bekerja (%) 95,38 97,85 99,10
Sektor Pertanian (%) 51,49 46,93 44,60
Sektor Jasa (%) 21,27 39,26 41,65
Sektor Perdagangan (%) 11,21 13,80 13,75
Tenaga Kerja Informal (%) 63,40 62,10 64,73
Tenaga Kerja Formal (%) 36,60 37,90 35,27
Sumber : Sakernas, 2015
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
44
c. Potensi Sumberdaya Pesisir
1. Terumbu karang
Topografi pesisir Pulau Selayar pada bagian barat cenderung membentuk rataan yang
landai dengan jarak terumbu karang kearah pantai berada pada kisaran 500 m – 1000 m.
sedangkan pada bagian timur daerah pesisir di dominasi oleh pantai terjal dengan sedikit pantai
berpasir. Pada bagian timur ini topografi terumbu karang yang ditemukan didominasi oleh
terumbu karang drop off, dengan kedalaman perairan lebih dari 100 meter. Jarak terumbu
karang dengan pantai relatif lebih dekat < 50 m. Terumbu karang di kepulauan Selayar sebagian
besar didominasi oleh terumbu karang tepi, patch reef dan atoll. Atoll terbesar di Indonesia
ditemukan di kepulauan Selayar yaitu di lokasi Taman Nasional Takabonerate (PPG,2013)
Hamparan terumbu karang yang luas dan pulau-pulau kecilnya yang sangat potensial
membuat Kabupaten Selayar terkenal, salah satu ikon kabupaten maritimnya adalah karena di
kabupaten ini terdapat Taman Nasional Laut Taka Bonerate yang juga dikenal sebagai
Kepulauan Macan (LIPI-BAKOSURTANAL, 1996). Pantai yang indah tersebar di sepanjang
daratan utama dan pesisir pulau-pulau keci dengan sebaran terumbu karang yang berada pada
kedalaman 2-25 meter.
Kabupaten Selayar terdiri dari gugusan pulau dimana didalamnya terdapat pulau atol
terbesar di Indonesia. Terumbu karang di kabupaten ini teridentifiksi mencapai 33.313,86 Ha
dengan tutupan karang yang didominasi oleh bentuk koloni karang karang bulat (massif), karang
menjalar dan bercabang. Berdasarkan hasil penelitian LIPI 2015 kondisi terumbu karang
Kabupaten Selayar berada pada kondisi sedang hingga baik dimana persentase karang hidup
berada pada kisaran 7 – 50%. Dengan rata-rata persentase karang hidup adalah 30% (LIPI-
UNHAS, 2015). Terumbu karang yang sangat luas terutama di Kepulauan Macan (Taka
Bonerate), Taka Karumpa. Estimasi luasan terumbu karang kepulauan Selayar sekitar 896.77,7
Ha (Bapedalda Selayar, 2006). Jenis megabenthos yang banyak ditemukan di kepulauan
selayar adalah jenis Tridacna sp (LIPI-UNHAS, 2015)., Tridacna (giant clams) termasuk dalam
kelompok bivalvia berukuran besar yang hidup didaerah terumbu karang di perairan Indo
Pasifik. Masyarkat banyak memanfaatkan biota ini karena ukurannya yang besar dan mudah
didapatkan. Penurunan populasinya dialam mengakibatkan biota ini masuk dalam daftar CITES
(Sant, 1995). dan berukuran besarhidup di habitat terumbu karang di perairan tropis Indo Pasifik
dan merupakan kelompok Bivalvia yang berukuran besar dan telah dieksploitasi secara luas
sehingga populasinya di dunia semakin menurun sehingga sudah dimasukkan dalam daftar
CITES (Sant, 1995).
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
45
2. Ekosistem Mangrove
Kabupaten Selayar memiliki ekosistem mangrove yang tersebar hanya dibeberapa
bagian pulau, terutama di pulau utama Selayar, dan Pulau Jampea. Jenis mangrove yang
ditemukan ada enam jenis, yaitu R. mucronata, R. apiculata, Avicennia marina, A. officinalis,
Sonneratia alba dan Bruguiera gymnorrhiza. R. Muconata ditemukan disemua stasiun.
Keanekaragaman mangrove dipengaruhi oleh faktor antropogenik dan faktor alami. Salah satu
faktor antropogenik yang banyak terjadi adalah penebangan pohon mangrove, sedangkan faktor
alami antara lain kondisi luasan pantai yang terbatas. Selain itu kondisi jenis substrat dasar
sangat mempengaruhi keanekaragaman mangrove. (Sulistiyowati, 2009)
3. Ekosistem Lamun
Tutupan lamun di Kabupaten Selayar berada pada kisaran 23.5% - 84.1% yang tersebar
hampir diseluruh perairan selayar kecuali di pantai timur Pulau Selayar. Di kepulauan selayar
ditemukan delapan jenis lamun yakni Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Enhalus
acoroides, Syringodium isetifolium, Halophila ovalis, Halodule pinifolia, Halodule uninervis dan
Thalassodendrom ciliatum. Walaupun jenis yang dominan adalah Thalassia hemprichii,
Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides dan Syringodium isetifolium, sedangkan jenis
Thalassodendrom ciliatum hanya ditemukan diperairan pulau Jampea
4. Sektor Perikanan
Di sektor perikanan, perikanan laut yang menjadi primadona dari sektor perikanan.
Produksinya mengalami kenaikan walau sedikit dimana pada tahun 2013 produksinya mencapai
28.573,2 ton maka di tahun 2014 ini menjadi 28.959,2 ton. Untuk perikanan budidaya
nampaknya mesti lebih diperhatikan. Hal ini selain untuk mengurangi eksploitasi perikanan laut
juga bisa menambah pendapatan rumah tangga. Budidaya diutamakan untuk komoditi unggulan
daerah seperti udang, lobster, dan ikan kerapu.
Tabel 31. Produksi Perikanan 2014 - 2015
Sektor 2014 2015
Perikanan (Ton)
Perikanan laut 28.959,20 24.155,80
Perairan Umum - -
Sumber : Kepuauan Selayar dalam angka, 2016
Untuk kegiatan perikanan, nelayan kabupaten ini umumnya skala kecil karena
didominasi oleh perahu tanpa motor dan motor tempel, yaitu perahu tanpa motor 1.041 unit,
perahu motor tempel 2.001 unit, perahu bermesin dalam 723 unit, dan kapal motor besar 570
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
46
unit. Secara umum alat tangkap yang digunakan adalah bagan, jaring insang, perangkap
pancing.
d. Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi
Penduduk Kabupaten Kepulauan Selayar pada tahun 2007 berjumlah 117.860 jiwa yang
tersebar di 10 kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar di Kecamatan Benteng yaitu
sebanyak 18.174 orang. Penduduk kabupaten ini didominasi oleh 5 etnis, yaitu
Selayar/Makasar, Bajo, Bugis, Bonerate dan Buton.
Kondisi perekonomian kabupaten ini bertumpu pada beberapa sektor diantaranya
perikanan, peternakan, tanaman pangan dan perindustrian. Namun demikian, pertumbuhan
ekonomi berjalan lambat karena kurangnya akses transportasi yang menghubungkan dengan
daerah lain.
Secara umum, mata pencaharian penduduk Kabupaten Kepulauan Selayar didominasi
oleh sektor pertanian yaitu 26.285 orang, disusul jasa-jasa 12.177 orang, dan industri 5.341
orang. Namun demikian, mata pencaharian utama sebagian besar penduduk adalah sektor
perikanan dengan jenis usaha sebagai pengusaha hasil-hasil laut, pedagang ikan, penjual
bahan-bahan kebutuhan pokok, dan pengusaha pelayaran.
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
47
BAB III. PROSES PENYUSUNAN RENCANA AKSI
3.1. Pembentukan Tim Teknis
Tahap awal penyusunan Rencana Aksi pengelolaan Teluk Bone adalah dengan
melakukan sosialisasi penyusunan Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone oleh Badan
Lingkungan Hidup Daerah dengan stakeholder yang terkait untuk membangun persamaan
persepsi, komitmen bersama serta identifikasi awal isu tentang pengelolaan wilayah pesisir dan
Laut kawasan Teluk Bone.
Dalam penyusunan Rencana Aksi pengelolaan Teluk Bone gubernur sesuai
kewenangannya membentuk tim teknis yang terdiri dari pejabat dinas yang membidangi dengan
anggota terdiri dari SKPD/ instansi terkait sesuai dengan kewenangan dominan dan
karakteristik daerah yang bersangkutan seperti dinas kelautan, Pariwisata dan Koperasi dll.
Bila memang dibutuhkan, anggota dari instansi terkait lainnya seperti Dinas Perhubungan,
Pertambangan, Perhubungan Laut, Kesehatan, dan Pendidikan Nasional sebagai anggota tim
teknis.
Tugas tim teknis dalam penyusunan Rencana Aksi pengelolaan Teluk Bone antara lain :
1. Menyusun Kerangka Acuan Kerja sebagai landasan bagi pengerjaan penyusunan
Rencana Aksi pengelolaan Teluk Bone yang setidaknya meliputi arahan maksud dan
tujuan penyusunan Rencana Aksi pengelolaan Teluk Bone, hal-hal strategis terkait
penyusunan Rencana Aksi pengelolaan Teluk Bone, dan arahan metodologi.
2. Mengkoordinasikan persiapan penyusunan Rencana Aksi pengelolaan Teluk Bone
bersama stakeholder yang terkait di daerah.
3. Melakukan inventarisasi berbagai isu dan permasalahan dalam penyusunan Rencana
Aksi pengelolaan Teluk Bone
4. Mengumpulkan data dan informasi dalam penyusunan Rencana Aksi pengelolaan
Teluk Bone Tahap Pembentukan Tim Teknis pada penyusunan Rencana Aksi
pengelolaan Teluk Bone dilakukan selama 1 (satu) bulan.
3.2. Identifikasi Isu Strategi
Proses ini akan mengidentifikasi dan memprioritaskan peluang yang paling layak baik
dari segi finansial maupun teknis untuk mencapai tujuan tertentu. Kegiatan yang bersifat
eksperimentil atau secara teknologi tidak terbukti atau duplikasi program pengembangan
komunitas sebaiknya tidak direkomendasikan untuk diterapkan. Beberapa ide yang inovatif
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
48
lebih bernilai bila diawasi di lapangan (studi terpercaya) dan sebaiknya diklasifikasikan
sebagai proyek riset terapan dan dilaksanakan hanya oleh peneliti berkualitas.
Identifikasi isu strategis pula dimaksudkan untuk menemukan, mengumpulkan, meneliti,
mendaftarkan, mencatat data dan informasi terkait dengan berbagai permasalahan lingkungan
yang ada di kawasan teluk bone. Identifikasi ini diharapkan pula menjadi data awal dalam
pemecahan masalaha-masalah lingkungan yang ada. Adapaun issu strategis dan
permasalahan yang perlu mendapatkan perhatian di kawasan teluk bone berdasarkan kajian
awal dari berbagai sumber adalah :
1. Inventarisasi Data-Data Ekosistem Lingkungan
Belum adanya inventarisasi data spasial maupun temporal terkait permasalahan
ekosistem dan potensi SDA secara terpadu yang ada dikawasan teluk bone menjadikan
pengelolaan ekosistem dan pemecahan masalahan lingkungan menjadi tidak terintegrasi.
Sehingga terkadang upaya untuk penanggulangan masalah lingkungan tersebut menjadi
tidak terstruktur dan tidak dapat membedakan program-program yang belum dan telah
dilakukan. Oleh karenanya perlunya ada upaya untuk membuat database terkait kondisi
wilayah, kajian potensi SDA, tata kelola wilayah pesisir teluk bone dan kajian kerusakan
dan degradasi ekosistem di kawasan pesisir dan laut teluk bone.
2. Kerusakan DAS
Kerusakan DAS disebabkan oleh berbagai jenis penggunaan lahan di kawasan teluk
bone saat ini seperti penggunaan hutan, sawah, ladang, perkebunan, padang rumput,
semak belukar dan jenis lainnya yang membawa pengaruh terhadap kelestarian beberapa
Daerah Aliran Sungai (DAS), seperti: DAS Jeneberang, DAS Bila, dan DAS Walanae.
Penutupan vegetasi daerah aliran sungai saat ini diperkirakan 70 % dari luas total, tetapi
dilain pihak banjir masih terus terjadi di wilayah tersebut dan bahkan dampaknya
semakin luas dan semakin lama waktu genangannya. Hal ini mengindikasikan bahwa
kondisi penutupan lahan di wilayah hulu DAS telah mengalami kerusakan sebagai akibat
dari kegiatan perambahan hutan.
3. Banjir dan Kekeringan
Banjir merupakan merupakan masalah pokok yang terus menerus terjadi dan
intesitas terus meningkat yang perlu mendapat perhatian yang serius di Sulawesi Selatan.
Hal ini sangat meresahkan masyarakat terutama masyarakat yang bermukim di sekitar
sungai Jeneberang, Saddang, Bila, Walanae, Cendranae dan Sungai besar lainnya dengan
debit banjir setiap tahunnya semakin meningkat.
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
49
4. Sedimentasi
Sedimentasi merupakan salah satu masalah pokok lingkungan hidup yang ada di
kawasan Teluk Bone. Dimana setiap tahun terjadi peningkatan sedimentasi di beberapa
sungai utama di wilayah ini yang cukup tinggi.
5. Pencemaran Air dan Udara
Pencemaran Air di kawasan teluk bone belakangan ini makin signifikan, hal ini
disebabkan oleh aktivitas manusia yang dilakukan tanpa memperhatikan lingkungan
sekitarnya. Sebagaimana kita ketahui bahwa Danau, Sungai lautan dan air tanah adalah
bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari
siklus hidrologi. Pencemaran air disebabkan oleh berbagai hal antara lain :
o Sampah organik seperti air comberan (Sewage) menyebabkan peningkatan
kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada
berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah seluruh ekosistem.
o Buangan limbah pabrik yang mengalir kesungai, dimana mengandung berbagai
macam polutan seperti bahan organik, neutrien, dan padatan tersuspensi.
Saat ini masalah pencemaran udara adalah merupakan isu yang sangat penting
mengingat meningkatnya aktivitas manusia yang setiap hari berpeluang untuk menciptakan
polusi udara yang sangat tinggi. Hal ini perlu kita sikapi bersama dengan cara menekan laju
pencemaran udara yang terjadi pada daerah kota dan daerah padat industri yang
menghasilkan zat di atas batas kewajaran. Gas-gas pencemar udara di antaranya CO, CO2,
NO, NO2, SO, SO2. Semakin banyak kendaraan bermotor dan alat-alat industri yang
mencemarkan lingkungan maka akan semakin parah pula pencemaran uadara yang terjadi,
kualitas Udara semakin memburuk di sebabkan semakin sempitnya lahan hijau atau
pepohonan di suatu daerah untuk itu perlu adanya peran serta pemerintah, pengusaha dan
masyarakat untuk dapat menyelesaikan permasalahan pencemaran udara di Sulawesi
Selatan.
6. Kerusakan ekosistem pesisir pantai
Kerusakan hutan mangrove di kawasan teluk bone disebabkan oleh lemahnya berbagai
faktor, antara lain kebijakan pemanfaatan wilayah pesisir, Kebijakan pengelolaan hutan
mangrove, penegakan hukum dan koordinasi antar sektor instansi terkait dalam
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
50
pemanfaatan wilayah pesisir. Kerusakan terumbu karang di Sulsel telah menyebabkan
menurunnya populasi/produksi ikan di sepanjang pesisir pantai.
7. Persampahan
Saat ini masalah persampahan adalah sebuah issu penting yang memerlukan
penanganan secara tepat, dimana pola konsumsi masyarakat yang belum mengarah pada
pola-pola yang berwawasan lingkungan sehingga penggunaan kemasan berupa kertas,
kantong plastik, kaleng dan bahan-bahan lainnya masih tinggi. Hal ini menyebabkan
peningkatan jumlah timbunan sampah perkotaan, tetapi umumnya peningkatan jumlah
tersebut tidak diikuti oleh prasarana dan sarana persampahan yang memadai sehingga
sampah yang tidak tertangani menjadi sumber pencemaran.
8. Degradasi Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati di sulsel perlu dilestarikan melalui perlindungan dan
pemanfaatan secara berkelanjutan seperti yang amanatkan dalam UU No. 5 Tahun
1994 tentang Keanekaragaman Hayati. Keanekaragaman hayati terdiri dari komponen
gen, spesies dan ekosistem yang merupakan sumberdaya dan jasa bagi kehidupan umat
manusia.
9. Tata Kelola Kawasan Pemukiman
Buruknya penataan kawasan pemukiman dikawasan pesisir teluk bone menjadi
permasalahan tersendiri yang harus segera di atasi. Hal ini dikarenakan kondisi sanitasi,
tata kelola lingkungan yang baik menjadi salah satu faktor dalam menunjang kesehatan
masyarakat pesisir. Dengan kondisi lingkungan pemukiman yang baik maka tingkat
kesehatan, keindahan lingkungan kawasan pesisir teluk bone akan menjadi lebih baik.
10. Peningkatan Kualitas SDM
Pengembangan sumber daya manusia perlu dilakukan secara terencana dan
berkesinambungan. Agar pengembangan dapat dilaksanakan dengan baik, harus lebih
dahulu ditetapkan suatu program pengembangan sumber daya manusia. Progam
pengembangan sumber daya manusia hendaknya disusun secara cermat dan tepat.
Pengembangan haruslah bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis,
konseptual serta moral sumber daya manusia dalam memandang lingkungan. Sehingga
kesejahteraan masyarakat bisa tercapai.
3.3. FGD Penyusunan Rencana Aksi
Dokumen awal Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone selanjutnya dikonsultasikan
dengan para pemangku kepentingan melalui Focus Group Discussion (FGD) untuk dilakukan
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
51
pengkajian guna mendapatkan feedback dan umpan balik dari sisi kualitas data, metodologi,
sistematika, substansi materi dan analisa data yang digunakan dalam rancangan Rencana Aksi
Pengelolaan Teluk Bone serta mendapatkan input yang baik berupa koreksi maupun
penambahan untuk rancangan Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone.
3.4. Konsultasi Publik
Hasil kajian rancangan Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone selanjtnya
dikonsultasikan kepada publik untuk mendapat masukan tanggapan, saran dan perbaikan
dari instansi terkait, LSM dan atau ORMAS dan masyarakat guna menghasilkan dokumen
Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone.
3.5. Penetapan Peraturan
Dokumen rencana aksi pengelolaan teluk bone ini ialah suatu bentuk dokumen formal
dan legal. Proses panjang yang telah dijalani dalam pembuatan dokumen rencana aksi ini ialah
mulai dari pembentukan tim teknis, Identifikasi isu-isu strategis, pembahasan dan perbaikan
dokumen yang dilakukan melalui FGD, diskusi formal dan informal sampai kepada pengesahan
dan penetapan aturan melalui SK. Gubernur No. 26 tahun 2015 dan No. 40 tahun 2015. Hingga
akhirnya tertanggal 20 mei 2015 penerbitan SK. Ini menjadi bentuk legal formal untuk
mengadopsi sistem perencanaan strategis dalam pengelolaan kawasan teluk bone.
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
52
BAB IV. HUBUNGAN DENGAN PERENCANAAN LAIN
4.1. Perencanaan Daerah yang Terkait
Sistem perencanaan pembangunan did aerah-daerah harus dapat menjamin
keterpaduan seluruh satuan-satuan perencanaan, baik satuan perencanaan di tingkat
kabupaten/ kota, dan tingkat provinsi maupun satuan-satuan perencanaan sektoral. Keberadaan
rencana aksi teluk bone ini bukan untuk menyingkirkan program-program lingkungan yang telah
ada dalam satuan perangkat rencana kerja di tiap-tiap kabupaten/kota kawasan teluk bone.
Akan tetapi menjadi satu-kesatuan kolektif yang tak terpisahkan dan menjadi bagian dari
penjabaran pembangunan wilayah yang lebih sistematis yang merumuskan kebijakan
pengelolaan lingkungan hidup dengan sektor kepesisiran secara administratif dan spasial.
4.2. Perencanaan RAP Teluk Bone
Penyusunan Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone diarahkan pada penanganan
isu-isu yang termuat dalam Rencana Strategis BLHD Prov. Sulawesi Selatan. Lokasi kegiatan
Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone berada pada Kawasan yang telah ditetapkan yakni di
kawasan pesisir dan laut Teluk Bone yang mencakup 9 kabupaten/Kota, sedangkan tatakelola
setiap kegiatan yang termuat dalam Rencana Aksi ini terutama yang menyangkut kebijakan,
prosedur dan tanggung jawab dalam rangka pengoordinasian pengambilan keputusan
mengacu pada Rencana Pengelolaan Kawasan Teluk Bone yang juga telah ditetapkan.
Semua kegiatan yang ada dalam Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone ini mengacu
pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Rencana Zonasi dan rencana Tata
Ruang daerah dan diintegrasikan menjadi bagian dari kegiatan yang termuat dalam Rencana
Kerja Pendek Daerah.
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
53
BAB V. PROGRAM KERJA
5.1. Ulasan Kegiatan Sebelumnya
Selama ini kegiatan program lingkungan lingkup kepesisiran seringkali dihadapkan pada
berbagi persoalan SDM, baik pada tataran pemerintah daerah maupun pada tingkatan
masyarakat lokal. Pada tataran pemerintah (pusat dan daerah) budaya birokrasi yang lebih
bersifat sektoral menjadi salah satu hambatan krusial yang mengarahkan model pengelolaan
lingkungan yang bersifat terpadu. Sehingga, diperlukan waktu yang cukup lama untuk merubah
perilaku budaya sektoral tersebut.
Kesiapan masyarakat, khususnya mereka yang tinggal diwilayah pesisir untuk
menerapkan pola model kegiatan berbasis lingkungan masih dihadapkan pada berbagai
persoalan-persoalan sosial-ekonomi yang sangat mendasar, antara lain : pendapatan rumah
tangga yang sangat rendah mengakibatkan daya beli terhadap kebutuhan-kebutuhan dasar
sangat terbatas, menjadikan mereka rentan melakukan ekploitasi sumberdaya yang bersifat
destruktif. Tingkat pendidikan yang rendah mengakibatkan rendahnya kemampuan mengadopsi
model-model pengelolaan yang dicontohkan serta terbatasnya kemampuan menerapkan dan
mereplikasi paket-paket teknologi yang diberikan. Keterbelakangan ini merupakan bagian dari
proses-proses sosial. Komunitas masyarakat yang memiliki persoalan-persoalan sosial ekonomi
yang awalnya berada di wilayah daratan-pegunungan dan daratan-perkotaan secara perlahan
mendiami wilayah pesisir. Ketertarikan komunitas ini diakibatkan adanya sumberdaya pesisir
yang dapat dimanfaatkan tanpa perlu memiliki.
Demikian sebaliknya, segmen masyarakat pesisir telah memiliki kualitas hidup yang lebih
baik, misalnya tingkat pendidikan membaik cenderung berurbanisasi dan meninggalkan wilayah
pesisir. Sehingga secara keseluruhan persoalan keterbelakangan sosial ekonomi masyarakat
pesisir seakan-akan membentuk suatu lingkaran setan. Oleh karena itu, persoalan penerapan
kegiatan lingkungan berbasis kepesisiran dan kelautan secara terpadu terletak pada
kemampuan SDM. Isu ini telah menjadi alasan yang melatarbelakangi berbagai proyek/program
yang berkaitan dengan program lingkungan tersebut. Setiap proyek/program seyogyanya
mempaketkan kualitas SDM, misalnya pendidikan dan latihan, lokakarya, dan seminar.
Selama ini kegiatan rencana aksi pengelolaan lingkungan di wilayah Sulawesi Selatan
dilakukan oleh pemerintah daerah dan lembaga-lembaga non-pemerintah. Implementasi
program-program yang difasilitasi oleh pemerintah daerah (PEMDA) dilakukan melalui suatu
perencanaan. Sebelum pemberlakuan UU. No. 25/2004, satuan perencanaan ini merupakan
konfilasi usulan-usulan program setiap sektor yang di evaluasi berdasarkan prioritas
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
54
pembangunan (arah Kebijakan Umum dan Renstrada), setelah tahun 2004, satuan
perencanaan daerah dijabarkan menjadi 3 dokumen, yaitu : (i) Perencanaan pembangunan
jangka panjang (ii) perencanaan pembangunan jangka menengah (5 tahun) (iii) rencana kerja
pemerintah daerah.
Semua satuan perencanaan dikendalikan oleh sistem pendanaan. Pendanaan diperoleh
dari APBN, baik melalui anggaran pemerintah murni-maupun dari alokasi dana CSR dan
pendanaan APBD. Alokasi dana setiap program dari kegiatan yang bersumber dari APBN
dikucurkan melalui setiap instansi/ sektor yang bersangkutan, sementara program-program
yang bersifat multisektoral diluncurkan melalui Bappeda. Pendanaan program/kegiatan yang
bersumber dari pemerintah daerah dikoordinasi oleh Bappeda, setelah mendapat persetujuan
dari DPRD.
Sedangkan implementasi program lingkungan lingkup kepesisiran dan kelautan secara
terpadu yang difasilitasi oleh lembaga-lembaga non-pemerintah (LSM) biasanya dikendalikan
oleh perencanaan yang telah dipersiapkan oleh lembaga donor (Founding research). Sistem
perencanaan ini biasanya tidak terintegrasi dengan perencanaan yang telah ada di daerah.
Sehingga program-program atau kegiatan tidak terintegrasi dan saling bertumpuk.
Beberapa kelemahan yang terjadi pada pelaksanaan kegiatan/program lingkungan
kepesisiran selama ini yang dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran diantaranya :
1. Kegiatan/program kelautan dan kepesisiran dilakukan secara sektoral, tidak jarang
kegiatan yang sama dilakukan oleh beberapa instansi yang berbeda, misalnya
rehabilitasi mangrove melalui penanaman tegakan pada area kritis dilakukan oleh dinas
kehutanan, Bappeda, BLHD dan dinas kelautan dan perikanan. Kelemahan utama pada
kasus di atas adalah tidak adanya konsistensi dalam menggerakkan mandat dan
kewenangan setiap instansi yang membidangi rehabilitasi mangrove tersebut.
2. Implementasi kegiatan-kegiatan lingkungan lingkup kepesisiran dan kelautan sering
dilakukan secara eksklusif (masyarakat tertentu), akibatnya masyarakat lainnya tidak
memiliki akses terhadap kegiatan tersebut. Padahal aspirasi masyarakat yang tidak
terakomodasi ini justru merupakan representasi isu atau persoalan masyarakat itu.
Perencan dan pelaksana program khawatir melibatkan masyarakat dalam jumlah yang
besar karena keterbatasan biaya. Hal ini disebabkan karena sikap masyarakat terhadap
suatu proyek sering diidentikkan dengan umpan balik berupa materil seperti uang.
Menyikapi sikap masyarakat tersebut, desain kegiatan seharusnya diawali dengan
kegiatan-kegiatan yang dapat membangun sikap yang benar dan motivasi kuat untuk
berkontribusi pada pelaksanaan kegiatan nantinya.
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
55
3. Beberapa kegiatan lingkungan lingkup kepesisiran yang terlaksana selama ini sering
dilakukan oleh pelaksana (individu/kelompok) yang tidak memiliki kapasitas yang relevan
dengan paket kegiatan tersebut. Hal ini disebabkan karena sistem seleksi tidak berjalan
optimal.
4. Sebagian besar kegiatan kepesisiran yang telah terlaksana selama ini hanya berupa
kegiatan percontohan (pilot project) yang dikemudian hari memerlukan inisiatif
masyarakat lokal untuk meneruskan secara mandiri, tetapi perencanaan proyek dan
pasca proyek tidak dipersipakan secara menyeluruh sehingga sebagian besar kegiatan
tersebut tidak berlanjut dan tidak tereplikasi, akibatnya manfaat (outcome) dan solusi
yang ingin dicapai dari kegiatan/program tersebut tidak tercapai. Seharusnya, masa
pasca proyek adalah periode dimana masyarakat masih perlu mendapatkan fasilitas dan
pendampingan sampai pada terbentuknya “kemandirian” dan kemampuan pengetahuan
5. Kontribusi pihak swasta pengusaha atau perusahaan dalam kegiatan lingkungan
kepesisiran hanya terfokus pada kegiatan-kegiatan ekonomi produktif (dimensi ekonomi)
sedangkan keberpihakan pada aspek lingkungan/konservasi masih sangat terbatas.
Kontribusi pihak-pihak pengusaha pada program konservasi seharusnya “difasilitasi”
oleh pemberlakuan peraturan dan penegakannya secara konsisten, diharapkan pada
akhirnya terbangun sikap dan kepedulian tinggi terhadap lingkungan (Enviromental
Responsive Attitude).
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
56
5.2. Pendekatan Rencana Aksi
Dalam menyusun Rencana Aksi Pengelolaan lingkungan hidup kawasan teluk bone, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu daya dukung sumberdaya dan lingkungan pesisir,
optimalisasi manfaat sumberdaya yang tersedia, kapasitas aparat pelaksana, keikutsertaan
masyarakat, keterlibatan dunia usaha dan kearifan lokal yang masih dianut oleh masyarakat
setempat.
Pendekatan program yang digunakan dalam penyusunan dokumen Rencana Aksi
pengelolaan lingkungan hidup kawasan teluk bone adalah :
1. Pendekatan Akomodatif, yaitu dokumen ini diharapkan memenuhi kebutuhan
berbagai pihak pengguna sumberdaya di daerah dalam hal pengelolaan sumberdaya
pesisir dan puau-pulau kecil selain itu kajian terhadap dokumen meliputi arah kebijakan
umum baik di tingkat regional maupun nasional.
2. Pendekatan Suportif, yaitu dokumen ini diharapkan mampu mendorong pembangunan
ekonomi masing-masing kabupaten di daerah sesuai dengan renstra-pengelolaan
lingkungan hidup.
e. Pendekatan Protektif, yaitu mengandung makna bahwa dokumen ini dapat
digunakan sebagai panduan arahan untuk melindungi wilayah pesisir dan laut
daerah, yang secara ekologis sangat penting, yaitu vegetasi mangrove, padang
lamun, terumbu karang, dan aspek-aspek lainnya tentang lingkungan pesisir.
f. Pendekatan Aspiratif, yaitu dokumen ini diharapkan mampu mengatasi konflik dalam
pemanfaatan sumberdaya pesisir dan potensi kerusakan sumberdaya.
Begitu banyak program dan kegiatan yang dapat dilakukan dalam pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau namun karena keterbatasan beberapa hal yang membutuhkan
penanganan secara cepat sehingga diperlukan penyusunan rencana aksi skala priorotas.
Kriteria utama penentuan rencana Aksi adalah :
1. Berdayaguna, artinya kegiatan aksi dapat bermanfaat secara ekonomi, yang dapat
memberikan tambahan penghasilan bagi rumah tangga (income regenarating),
menciptakan lapangan kerja, berkonstribusi terhadap pendapatan asli daerah. Daya
dukung Lingkungan, artinya setiap kegiatan dalam rencana aksi tidak boleh melebihi dari
daya dukung lingkungan yang ada
2. Praktis, artinya aspek kesederhanaan harus menjadi salah satu pertimbangan.
Kesederhanaan memudahkan bagi masyarakat mengerti, melaksanakan dan mereplikasi
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
57
pada tempat dan waktu yang berbeda. Akan tetapi kesederhanaan tidak mengurangi
porsi pencapaian tujuan dari kegiatan-kegiatan tersebut.
3. Kemampuan Pembiayaan, artinya program aksi seharusnya mempertimbangkan
kemampuan dan prioritas pembiayaan pemda (APBD). Sumber pembiayaan lainnya
(APBN dan Loan/grant) biasanya mensyaratkan kriteria dan kondisi tertentu sehingga
tidak secara otomatis dapat digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang telah
dirancang.
4. Terjangkau,artinya Rencana Aksi diharapkan dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat
dan tidak terbatas hanya pada kelompok masyarakat tertentu atau terhadap
pengelolan program secara langsung.
5. Keterbukaan, artinya setiap tahapan kegiatan mulai dari perencanaan, penetapan
hingga pelaksanaan serta evaluasinya dilaksanakan secara terbuka
6. Mengakomodasi Rencana Kerja SKPD, artinya Rencana Aksi disusun dengan menyesuaikan
rencana kerja yang telah dilaksanakan masing-masing SKPD terkait.
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
58
5.3. Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone
Tabel 32 Ringkasan Program Rencana Aksi Pengelolaan Teluk Bone NO. BIDANG
URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN
PENGEMBANGAN KEGIATAN
INDIKATOR KEBERHASILAN
LOKASI PAGU INDIKATIF
TAHUN 2017
TAHUN 2018
TAHUN 2019
TAHUN 2020
TAHUN 2021
SKPD PENANGGUNG
JAWAB
TARGET RP (JT)
TARGET RP (JT)
TARGET
RP (JT)
TARGET RP (JT)
TARGET RP (JT)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Strategi Operasional a.
Perencanaan, penelitian, pengkajian dan pengembangan pengelolaan sumber daya lingkungan hidup secara berkelanjutan di Kawasan Teluk Bone
1 Perencanaan penetapan kawasan hutan lindung dan konservasi laut
1. Membentuk area kawasan hutan lindung mangrove
Terbentuknya area kawasan hutan lindung mangrove
5 kab. Di kawasan Teluk Bone
Bulukumba 450 Kab. Bone 450 Kab. Wajo
450 Kab. Luwu 450 Kab. Luwu Utara
450 Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
2. Penetapan kawasan cagar perikanan
Terbentuknya kawasan cagar perikanan dalam menunjang sumberdaya perikanan berkelanjutan
3 kab. Di kawasan Teluk Bone
Sinjai, Luwu Timur, Selayar
1000 Sinjai, Luwu Timur, Selayar
500 Sinjai, Luwu Timur, Selayar
400 Sinjai, Luwu Timur, Selayar
400 Sinjai, Luwu Timur, Selayar
400 DKP/DINAS PENGELOLAAN LH
3. Penetapan Daerah perlindungan Laut
Telah ditetapkan Daerah perlindungan Laut
3 kab. Di kawasan Teluk Bone
Kota Palopo, Kab Luwu, Kab Wajo
1000 Kota Palopo, Kab Luwu, Kab Wajo
500 Kota Palopo, Kab Luwu, Kab Wajo
400 Kota Palopo, Kab Luwu, Kab Wajo
400 Kota Palopo, Kab Luwu, Kab Wajo
400 DKP/DINAS PENGELOLAAN LH
4. Penetapan Kawasan Daerah Perlindungan Lamun
Ditetapkannya Kawasan Daerah Perlindungan Lamun
3 kab. Di kawasan Teluk Bone
Luwu, Wajo, Palopo
Luwu, Wajo, Palopo
Luwu, Wajo, Palopo
Luwu, Wajo, Palopo
Luwu, Wajo, Palopo
DKP/DINAS PENGELOLAAN LH
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
59
2 Penyusunan rencana kegiatan jangka 5 tahunan hutan Mangrove dan ekosistem pesisir dan laut
1. Pembuatan dokumen kegiatan tahunan
Tersusunya dokumen kegiatan tahunan melalui panduan rencana aksi pengelolaan lingkungan hidup kawasan teluk bone
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
1200 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
1200 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
1200
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
1200 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
1200 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
2. Pembuatan pedoman pelaksanaan kawasan hutan mangrove dan ekosistem laut
Tersusunya pembuatan pedoman pelaksanaan kawasan hutan mangrove dan ekosistem laut
Daerah pesisir sepanjang teluk bone
Bulukumba, Selayar
500 Sinjai, Bone,
500 Luwu, Palopo
500 Wajo 500 Luwu Utara, Luwu Timur
500 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
3 Pengelolaan kawasan ekosistem mangrove dan laut
1. Pembuatan aturan-aturan kecil dalam bentuk papan penyelia informasi di setiap desa/kecamatan P3K
Tersusunnya pembuatan aturan-aturan kecil dalam bentuk papan penyelia informasi di setiap desa/kecamatan P3K
Daerah pesisir sepanjang teluk bone
Luwu 150 Palopo, Wajo
150 Luwu Utara, Luwu Timur
150 Sinjai, Bone
150 Bulukumba, Selayar
150 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
2. Penyusunan peraturan daerah terkait pengelolaan kawasan mangrove dan ekosistem pesisir
Tersusunnya peraturan daerah terkait pengelolaan kawasan mangrove dan ekosistem pesisir
Daerah pesisir sepanjang teluk bone
Wajo, Palopo
200 Luwu Timur, Luwu Utara
200 Luwu 200 Bulukumba, Selayar
200 Sinjai, Bone
200 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
60
3. Pelatihan dan konsultasi publik terkait pengelolaan kawasan mangrove dan ekosistem pesisir
Terlaksananya pelatihan dan konsultasi publik terkait pengelolaan kawasan mangrove dan ekosistem pesisir
Daerah pesisir sepanjang teluk bone
Wajo, Palopo
100 Luwu Timur, Luwu Utara
100 Luwu 50 Bulukumba, Selayar
100 Sinjai, Bone
100 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
Strategi Operasional b.
Pertukaran data dan informasi serta pemberdayaan pengelolaan sumber daya lingkungan hidup secara berkelanjutan di Kawasan Teluk Bone
1 Pengelolaan data terpadu ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil
1. Pembuatan peta dan database kawasan hutan mangrove
Tersusunnya peta dan database kawasan hutan mangrove
Daerah pesisir sepanjang teluk bone
Sinjai, Bone
500 Selayar, Bulukumba
500 Luwu, Palopo
500 Luwu Utara, Luwu Timur
500 Wajo 400 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
2. Pembuatan peta dan database kawasan padang lamun
Tersusunnya peta dan database kawasan padang lamun
Daerah pesisir sepanjang teluk bone
Sinjai, Bone
500 Selayar, Bulukumba
500 Luwu, Palopo
500 Luwu Utara, Luwu Timur
500 Wajo 400 DKP/DINAS PENGELOLAAN LH
3. Pembuatan peta dan database kawasan terumbu karang
Tersusunnya peta dan database kawasan terumbu karang
Daerah pesisir sepanjang teluk bone
Sinjai, Bone
800 Selayar, Bulukumba
800 Luwu, Palopo
800 Luwu Utara, Luwu Timur
800 Wajo 400 DKP/DINAS PENGELOLAAN LH
4. Pengadaaan survei/kajian potensi dan ancaman lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone
Terlaksananya survei/kajian potensi dan ancaman lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone
Daerah pesisir sepanjang teluk bone
Luwu 450 Wajo, Palopo
900 Luwu Utara, Luwu Timur
900 Sinjai, Bone
900 Selayar, Bulukumba
900 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
5. Pembangunan pusat data dan spasial sumberdaya lingkungan hidup kawasan teluk bone
Terlaksananya pembangunan pusat data dan spasial sumberdaya lingkungan hidup kawasan teluk
Daerah pesisir sepanjang teluk bone
Bulukumba, Bone, Palopo, Luwu Timur
1600 Bulukumba, Bone, Palopo, Luwu Timur
1000 Bulukumba, Bone, Palopo, Luwu Timur
600 Bulukumba, Bone, Palopo, Luwu Timur
400 Bulukumba, Bone, Palopo, Luwu Timur
400 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
61
bone
6. Pengembangan hasil database dan spasial pada outlet/daerah kabupaten
Terlaksananya pengembangan hasil database dan spasial pada outlet/daerah kabupaten
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
1000 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
1000 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
1000
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
1000 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
1000 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
Strategi Operasional c. :
Pengelolaan sumberdaya Mangrove berkelanjutan, peningkatan Kualitas SDM dan pengembangan potensi kawasan ekowisata Dalam Pengelolaan Hutan Mangrove lestari di Kawasan Teluk Bone
1 Pemulihan kawasan mangrove yang mengalami krisis
1. Penyusunan pedoman pelaksanaan rehabilitasi mangrove
Tersusunnya pedoman pelaksanaan rehabilitasi mangrove
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Luwu Utara, Luwu Timur
500 Luwu 250 Wajo, Palopo
500 Selayar, Bulukumba
500 Sinjai, Bone
500 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
2. Pelatihan teknik rehabilitasi bagi dinas/instansi terkait dan masyaraat
Terlaksananya pelatihan teknik rehabilitasi bagi dinas/instansi terkait dan masyaraat
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Luwu Utara, Luwu Timur
500 Luwu 250 Wajo, Palopo
500 Selayar, Bulukumba
500 Sinjai, Bone
500 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
3. Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi mangrove pada kawasan kritis
Terlaksananya kegiatan rehabilitasi mangrove pada kawasan kritis
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Luwu Utara, Luwu Timur
500 Luwu 250 Wajo, Palopo
500 Selayar, Bulukumba
500 Sinjai, Bone
500 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
62
4. Pembuatan papan informasi dan sosialisasi aturan kawasan mangrove yang telah di rehabilitasi
adanya papan informasi dan Tersosialisasinya aturan kawasan mangrove yang telah di rehabilitasi
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Luwu Utara, Luwu Timur
250 Luwu 250 Wajo, Palopo
250 Selayar, Bulukumba
250 Sinjai, Bone
250 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
2 Pemberdayaan aparat dan dinas terkait serta masyarakat dalam pengelolaan ekosistem mangrove
1. Pembentukan kawasan hijau mangrove berbasis masyarakat
Terbentuknya kawasan hijau mangrove berbasis masyarakat
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Luwu Utara 500 Luwu 250 Wajo, Palopo
500 Selayar, Bulukumba
500 Sinjai, Bone
500 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
2. Pelatihan kader masyarakat pengelola mangrove
Dilakukannya pelatihan kader masyarakat pengelola mangrove
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Luwu Utara, Luwu Timur
500 Luwu 250 Wajo, Palopo
500 Selayar, Bulukumba
500 Sinjai, Bone
500 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
3. Pembentukan Kelompok penguatan kelembagaan Mangrove daerah (KKMD)
Dibentuknya Kelompok penguatan kelembagaan Mangrove daerah (KKMD)
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Luwu Utara, Luwu Timur
500 Luwu 250 Wajo, Palopo
500 Selayar, Bulukumba
500 Sinjai, Bone
500 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
4. Sosialisasi aturan perundang-undangan terkait pengelolaan hutan mangrove
Dilakukannya sosialisasi aturan perundang-undangan terkait pengelolaan hutan mangrove
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Luwu Utara, Luwu Timur
500 Luwu 250 Wajo, Palopo
500 Selayar, Bulukumba
500 Sinjai, Bone
500 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
3 Perencanaan dan pengkajian kawasan mangrove dalam pengembangan wisata
1. Mengadakan survei potensi kesesuaian mangrove sebagai kawasan ekowisata
Diadakannya survei potensi kesesuaian mangrove sebagai kawasan ekowisata
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Luwu Timur
450 Bulukumba 450 Wajo 450 Luwu Utara 450 Luwu 450 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
63
2. Membuat peraturan daerah terkait mangrove sebagai kawasan ekowisata
Dibuatnya peraturan daerah terkait mangrove sebagai kawasan ekowisata
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Luwu Timur
450 Bulukumba 450 Wajo 450 Luwu Utara 450 Luwu 450 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
3. Sosialisasi kawasan ekowisata pada dinas terkait dan Masyarakat
Dilakukannya sosialisasi kawasan ekowisata pada dinas terkait dan Masyarakat
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Luwu Timur
450 Bulukumba 450 Wajo 450 Luwu Utara 450 Luwu 450 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
4. Pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana daerah mangrove sebagai kawasan ekowisata
Dilakukannya pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana daerah mangrove sebagai kawasan ekowisata
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Luwu Timur
1000 Bulukumba 1000 Wajo 1000
Luwu Utara 1000 Luwu 1000 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
5. Penetapan dan pencanangan kawasan ekowisata mangrove
Ditetapkannya dan dicanangkan kawasan ekowisata mangrove
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Luwu Timur
450 Bulukumba 450 Wajo 450 Luwu Utara 450 Luwu 450 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
Strategi Operasional d.
Pengelolaan sumberdaya & mengembalikan serta mempertahankan kawasan vital ekosistem pesisir (ekosistem lamun dan terumbu karang)
1 Pengurangan kerusakan padang lamun dan pengelolaan kawasan padang lamun
1. Rehabilitasi padang lamun yang mengalami kerusakan
Dilakukannya rehabilitasi padang lamun yang mengalami kerusakan
3 kab. Di kawasan Teluk Bone
Luwu, Wajo, Palopo
500 Luwu, Wajo, Palopo
500 Luwu, Wajo, Palopo
500 Luwu, Wajo, Palopo
500 Luwu, Wajo, Palopo
500 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
2. Penyusunan pedoman pelaksanaan kegiatan Daerah Perlindungan Laut (DPL) Ekosistem
Tersusunnya pedoman pelaksanaan kegiatan Daerah Perlindungan Laut (DPL)
3 kab. Di kawasan Teluk Bone
Luwu, Wajo, Palopo
500 Luwu, Wajo, Palopo
500 Luwu, Wajo, Palopo
500 Luwu, Wajo, Palopo
500 Luwu, Wajo, Palopo
500 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
64
Lamun Ekosistem Lamun
3. Survey kondisi ekosistem lamun di kawasan teluk Bone
Dilakukannya survey kondisi ekosistem lamun di kawasan teluk Bone
3 kab. Di kawasan Teluk Bone
Luwu, Wajo, Palopo
500 Luwu, Wajo, Palopo
500 Luwu, Wajo, Palopo
500 Luwu, Wajo, Palopo
500 Luwu, Wajo, Palopo
500 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
4. Pembuatan peraturan daerah terkait DPL ekosistem padang Lamun
Dibuatnya peraturan daerah terkait DPL ekosistem padang Lamun
3 kab. Di kawasan Teluk Bone
Luwu, Wajo, Palopo
450 Luwu, Wajo, Palopo
450 Luwu, Wajo, Palopo
450 Luwu, Wajo, Palopo
450 Luwu, Wajo, Palopo
450 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
5. Pembentukan dan sosialisasi kawasan Daerah Perlindungan Laut (DPL-ekosistem padang Lamun)
Terbentuknya dan tersosialisasinya kawasan Daerah Perlindungan Laut (DPL-ekosistem padang Lamun)
3 kab. Di kawasan Teluk Bone
Luwu, Wajo, Palopo
450 Luwu, Wajo, Palopo
350 Luwu, Wajo, Palopo
300 Luwu, Wajo, Palopo
300 Luwu, Wajo, Palopo
300 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
6. Pembentukan kelompok masyarakat kawasan DPL ekosistem padang lamun
Terbentuknya kelompok masyarakat kawasan DPL ekosistem padang lamun
3 kab. Di kawasan Teluk Bone
Luwu, Wajo, Palopo
500 Luwu, Wajo, Palopo
400 Luwu, Wajo, Palopo
300 Luwu, Wajo, Palopo
300 Luwu, Wajo, Palopo
250 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
2 Pengurangan Laju kerusakan terumbu karang dan pengelolaan kawasan terumbu karang
1. Transplantasi Karang yang mengalami kerusakan
Dilakukannya transplantasi Karang yang mengalami kerusakan
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Sinjai 250 Selayar 250 Luwu 250 Bone 250 Bulukumba 250 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
65
2. Penyusunan pedoman pelaksanaan kegiatan Daerah Perlindungan Laut (DPL) Ekosistem Terumbu Karang
Tersusunnya pedoman pelaksanaan kegiatan Daerah Perlindungan Laut (DPL) Ekosistem Terumbu Karang
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
400 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
400 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
400 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
400 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
400 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
3. Survey kondisi ekosistem terumbu karang di kawasan teluk Bone
Dilakukannya survey kondisi ekosistem terumbu karang di kawasan teluk Bone
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
1000 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
1000 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
1000
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
1000 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
1000 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
4. Pembuatan peraturan daerah terkait DPL ekosistem terumbu karang
Dibuatnya peraturan daerah terkait DPL ekosistem terumbu karang
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
400 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
400 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
400 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
400 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
400 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
5. Pemasangan tanda dan zona public awarness
Diadakannya tanda dan zona public awarness
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
450 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
450 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
450 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
450 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
450 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
6. Pembentukan dan sosialisasi kawasan Daerah Perlindungan Laut (DPL-ekosistem terumbu karang)
Terbentuknya kawasan dan dtersosialisasinya Daerah Perlindungan Laut (DPL-ekosistem terumbu karang)
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
400 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
400 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
300 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
300 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
300 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
66
7. Pembentukan kelompok masyarakat pengawas dan pengelola kawasan DPL-Terumbu Karang Di teluk Bone
Terbentuknya kelompok masyarakat pengawas dan pengelola kawasan DPL-Terumbu Karang Di teluk Bone
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
500 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
500 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
500 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
500 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
500 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
8. Penguatan kapasitas SDM aparat dalam pengelolaan kawasan DPL
Terlaksananya peatihan kapasitas SDM aparat dalam pengelolaan kawasan DPL
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
450 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
450 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
450 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
450 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
450 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
9. Pengadaan fasilitas penunjang dalam pengawasan kawasan DPL-ekosistem terumbu karang di pesisir teluk bone
Diadakannya fasilitas penunjang dalam pengawasan kawasan DPL-ekosistem terumbu karang di pesisir teluk bone
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
800 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
800 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
800 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
800 Luwu, Wajo, Palopo, Bulukumba
800 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
Strategi Operasional e.
Pemanfaatan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Untuk Pariwisata
1 Pengembangan kawasan ekosistem pulau-pulau kecil sebagai kawasan ekowisata bahari
1. Penyusunan Profil Wisata Pulau-pulau kecil
Penyusunan Profil Wisata Pulau-pulau kecil
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar 250 Bulukumba
250 Sinjai 250 Bone 250 Luwu 250 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
2. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan wisata bahari
Tersusunnya Rencana Induk Pengembangan wisata bahari
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar 250 Bulukumba
250 Sinjai 250 Bone 250 Luwu 250 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
67
3. Inisiasi pilot projek wisata bahari
Dilakukannya inisiasi pilot projek wisata bahari
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar 250 Bulukumba
250 Sinjai 250 Bone 250 Luwu 250 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
4. Survei Potensi kawasan ekowisata bahari
Dilakukannya survei Potensi kawasan ekowisata bahari
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar 250 Bulukumba
250 Sinjai 250 Bone 250 Luwu 250 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
5. Pembuatan peraturan daerah kawasan wisata bahari
Dibuatnya peraturan daerah kawasan wisata bahari
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar 250 Bulukumba
250 Sinjai 250 Bone 250 Luwu 250 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
6. Peningkatan kepedulian masyarakat melalui diklat kepariwisataan
Dilakukaannya pelatihan peningkatan kepedulian masyarakat melalui diklat kepariwisataan
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar 250 Bulukumba
250 Sinjai 250 Bone 250 Luwu 250 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
7. Pengadaan/perbaikan sarana, prasarana, dan fasilitas penunjang dasar wisata bahari
Diadakannya dan dilakukannya perbaikan sarana, prasarana, dan fasilitas penunjang dasar wisata bahari
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar 250 Bulukumba
250 Sinjai 250 Bone 250 Luwu 250 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
8. Promosi dan up dating pariwisata bahari
Pengembangan Promosi dan up dating pariwisata bahari
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar 250 Bulukumba
250 Sinjai 250 Bone 250 Luwu 250 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
68
Strategi Operasional f.
pengendalian erosi, abrasi, sedimentasi, pencemaran pada DAS, dan pesisir kawasan teluk bone akibat kegiatan alamiah dan aktivitas industry
1 Kajian tingkat lahan kritis, peningkatan laju erosi dan sedimentasi di Daerah Aliran Sungai dan wilayah pesisir kawasan teluk bone
1. Survei lahan kritis, erosi, sedimentasi pada daerah aliran sungai di kawasan teluk bone
Dilakukannya survei lahan kritis, erosi, sedimentasi pada daerah aliran sungai di kawasan teluk bone
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Bulukumba, Selayar, Sinjai, Palopo
600 Bulukumba, Selayar, Sinjai, Palopo
600 Bulukumba, Selayar, Sinjai, Palopo
600 Bulukumba, Selayar, Sinjai, Palopo
600 Bulukumba, Selayar, Sinjai, Palopo
600 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
2. Pemetaan kawasan lahan kritis, erosi pada Daerah Aliran Sungai
Dilakukannya pemetaan kawasan lahan kritis, erosi pada Daerah Aliran Sungai
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Bulukumba, Selayar, Sinjai, Palopo
600 Bulukumba, Selayar, Sinjai, Palopo
600 Bulukumba, Selayar, Sinjai, Palopo
600 Bulukumba, Selayar, Sinjai, Palopo
600 Bulukumba, Selayar, Sinjai, Palopo
600 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
2 Memperbaiki dan mempertahankan kualitas perairan pada kisaran standard baku mutu dan kelayakan pendukung produktivitas perairan
1. Monitoring kualitas perairan
Dilakukannya monitoring kualitas perairan
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
800 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
800 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
800 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
800 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
800 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
2. Pendataan kegiatan industri yang berpotensi dan telah melakukan pencemaran di kawasan Pesisir teluk bone
dilakukannya pendataan kegiatan industri yang berpotensi dan telah melakukan pencemaran di kawasan Pesisir teluk bone
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Luwu Timur
200 Luwu Timur, Palopo
200 Luwu Timur, Palopo
200 Luwu Timur, Palopo
200 Luwu Timur, Palopo
200 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
69
3. Pengendalian bahan dan jumlah cemaran ke perairan oleh industri di kawasan pesisir
Dilakukannya Pengendalian bahan dan jumlah cemaran ke perairan oleh industri di kawasan pesisir
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
600 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
600 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
600 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
600 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
600 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
4. Pembentukan tim audit dan pengawas sistem "wash treatement"
terbentuknya tim audit dan pengawas sistem "wash treatement
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
450 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
450 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
450 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
450 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
450 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
3 Pengendalian abrasi dengan bangunan fisik
1. Pemasangan Breakwater
Dilakukanya Pemasangan Breakwater
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
2000 Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
2000 Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
2000
Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
2000 Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
2000 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
70
Strategi Operasional g.
Peningkatan Fasilitas Umum & Penataan Kawasan Kumuh Masyarakat Pesisir Teluk Bone
1 Peningkatan Akses Jalan darat setiap daerah pesisir
1. Pembuatan jalan dan jembatan
Dilakukanya Pembuatan jalan dan jembatan
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
2500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
2500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
2500
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
2500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
2500 PU Bina Marga /DKP
2 Pengelolaan sampah pesisir dan pulau-pulau kecil
1. Sosialisasi tentang Sampah
Dilakukanya Sosialisasi tentang Sampah
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
2. Penyediaan sarana-prasarana Pengolah Sampah (tempat sampah, Motor pengangkut sampah) untuk masyarakat pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Disediakanya sarana-prasarana Pengolah Sampah (tempat sampah, Motor pengangkut sampah) untuk masyarakat pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
1000 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
1000 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
1000
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
1000 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
1000 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
71
3. Pembuatan Video Kesadaran terhadap Sampah
Dibuatnya Video Kesadaran terhadap Sampah
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
350 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
350 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
350 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
350 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
350 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
4. Pembentukan bank sampah untuk masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil
Terbentuknya bank sampah untuk masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
3 Perbaikan Kualitas Sanitasi dan air bersih Masyarakat Pesisir & Kebersihan Lingkungan
1. Pembuatan WC dan Kamar Mandi Umum
Dilakukannya Pembuatan WC dan Kamar Mandi Umum
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
800 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
800 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
800 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
800 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
800 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
72
2. Pembangunan penampungan air bersih dan sumur di setiap desa pesisir
Dilakukannya Pembangunan penampungan air bersih dan sumur di setiap desa pesisir
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
800 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
800 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
800 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
800 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
800 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
3. Penataan desa-desa pesisir dengan konsep "Green Village"
Dilakukannya Penataan desa-desa pesisir dengan konsep "Green Village"
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
450 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
450 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
450 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
450 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
450 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
4 Penataan Pemukiman Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kawasan Teluk Bone
1. Peningkatan sarana & prasarana Kesehatan (Puskesmas & Posyandu)
Dilakukannya Peningkatan sarana & prasarana Kesehatan (Puskesmas & Posyandu)
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba
600 Sinjai, Bone
600 Wajo, Luwu, Palopo
600 Luwu Utara 300 Luwu Timur
300 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
2. Penyuluhan Kesehatan Lingkungan
Dilakukannya Penyuluhan Kesehatan Lingkungan
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba
300 Sinjai, Bone
300 Wajo, Luwu, Palopo
350 Luwu Utara 200 Luwu Timur
200 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
73
3. Bedah Kampung untuk Pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak, terjangkau dengan target pada masyarakat miskin dan berpendapatan rendah
Dilakukannya Bedah Kampung untuk Pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak, terjangkau dengan target pada masyarakat miskin dan berpendapatan rendah
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba
900 Sinjai, Bone
900 Wajo, Luwu, Palopo
1000
Luwu Utara 500 Luwu Timur
500 DKP /DINAS PENGELOLAAN LH
Strategi Operasional h.
Pemberdayaan Masyaraat pesisir melalui Pengolahan sampah menjadi produk daur ulang Ramah Lingkungan
1 Peningkatan Kuaitas Sumberdaya Masyarakat Pesisir dalam Mengolah Sampah
1. Diklat Pengolahan Sampah
Dilakukannya Diklat Pengolahan Sampah
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone
400 Wajo, Luwu, Palopo,
400 Luwu Utara, Luwu Timur
400 DINAS PENGELOLAAN LH
2. Pembentukan Kelompok Binaan pengolahan produk sampah daur Ulang melalui " KOMPOS-Kelompok Olah sampah Masyarakat Pesisir"
Dilakukannya Pembentukan Kelompok Binaan pengolahan produk sampah daur Ulang melalui " KOMPOS-Kelompok Olah sampah Masyarakat Pesisir"
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone
400 Wajo, Luwu, Palopo
400 Luwu Utara, Luwu Timur
400 DINAS PENGELOLAAN LH
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
74
3. Pendampingan Promosi Produk sampah daur Ulang ramah Lingkungan Melalui Pameran, Website dan Paket wisata
Dilakukannya Pendampingan Promosi Produk sampah daur Ulang ramah Lingkungan Melalui Pameran, Website dan Paket wisata
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone
400 Wajo, Luwu, Palopo
400 Luwu Utara, Luwu Timur
400 DINAS PENGELOLAAN LH
Strategi Operasional i.
Membangun Masyarakat Pesisir melalui Pendidikan berwawasan lingkungan
1 Terbangunnya wawasan dan kepedulian sejak dini terhadap kepesisiran dan lingkungan
1. Penyusunan kurikulum kepesisiran dan wawasan lingkungan pada tingkat SD, SMP, dan SMA
Dilakukannya Penyusunan kurikulum kepesisiran dan wawasan lingkungan pada tingkat SD, SMP, dan SMA
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba
400 Sinjai, Bone
400 Wajo, Luwu, Palopo
400 Luwu Utara 200 Luwu Timur
200 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
2. mengadakan Diklat bagi calon guru Lokal
Diadakannya Diklat bagi calon guru Lokal
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba
400 Sinjai, Bone
400 Wajo, Luwu, Palopo
400 Luwu Utara 200 Luwu Timur
200 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
3. Pemberian Akses Layanan Pendidikan melalui Pemberian Beasiswa bagi anak tidak mampu
Dilakukannya Pemberian Akses Layanan Pendidikan melalui Pemberian Beasiswa bagi anak tidak mampu
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
400 Sinjai, Bone
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone
400 Luwu Utara 300 Luwu Utara, Luwu Timur
300 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
4. pembuatan Brosur-brosur Kepesisiran dan wawasan Lingkungan
Dilakukannya pembuatan Brosur-brosur Kepesisiran dan wawasan
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk
Selayar, Bulukumba
300 Sinjai, Bone
300 Wajo, Luwu, Palopo
300 Luwu Utara 200 Luwu Timur
200 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
75
Lingkungan bone
Strategi Operasional j.
formulasi kebijakan pengelolaan dan Pengembangan kemitraan melalui penguatan kerjasama dan isiniasi dengan berbagai stakholder pemerintah, swasta (Corporate Social Responsibility), LSM dalam upaya pelestarian Lingkungan
1 Pencanangan dan penerapan sistem pengelolaan ekosistem pesisir dan Pulau-Pulau Kecil secara terpadu di Kawasan Teluk Bone
1. Pilot Project Program Pengelolaan Ekosistem Pesisir dan Laut Terpadu multi stakeholder dan integrasi program MDGs Pesisir-CSR swasta
Dilakukannya Pilot Project Program Pengelolaan Ekosistem Pesisir dan Laut Terpadu multi stakeholder dan integrasi program MDGs Pesisir-CSR swasta
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
2. Penyusunan dan Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Dilakukannya Penyusunan dan Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
3. Pembentukan Badan Pengelolaan kawasn Teluk Bone
Dilakukannya Pembentukan Badan Pengelolaan kawasn Teluk Bone
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
76
Timur
4. Penyusunan SOP/Pedoman Pelaksanaan dan JUKNIS dalam Perizinan Pengelolaan Kawasan Teluk Bone
Dilakukannya Penyusunan SOP/Pedoman Pelaksanaan dan JUKNIS dalam Perizinan Pengelolaan Kawasan Teluk Bone
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
6. Penyusunan dan Pembahasan Peraturan Daerah (Perda) Perizinan Usaha di Wilayah pesisir dan Laut Teluk Bone
Dilakukannya Penyusunan dan Pembahasan Peraturan Daerah (Perda) Perizinan Usaha di Wilayah pesisir dan Laut Teluk Bone
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
7. Penyediaan informasi publik mengenai Potensi lestari lingkungan dalam PWP3K
Dilakukannya Penyediaan informasi publik mengenai Potensi lestari lingkungan dalam PWP3K
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
77
2 Penguatan Kualitas pemangku Kepentingan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyusunan, perencanaan, Pengelolaan, dan Pengawasan
1. Penyusunan dan pengesahan dokumen rencana Aksi Teluk Bone
Dilakukannya Penyusunan dan pengesahan dokumen rencana Aksi Teluk Bone
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
2. Penyusunan Rencana Pengembangan Zona
Dilakukannya Penyusunan Rencana Pengembangan Zona
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
3. Pengadaan DIKLAT penerapan dokumen rencana AKSI Teluk Bone bagi aparat/ perencana
Dilakukannya pengadaan DIKLAT penerapan dokumen rencana AKSI Teluk Bone bagi aparat/ perencana
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
78
4. Pengadaan semiloka dan konsultasi publik dalam penerapan Rencana AKSI Teluk Bone terhadap Masyarakat
Dilakukannya pengadaan semiloka dan konsultasi publik dalam penerapan Rencana AKSI Teluk Bone terhadap Masyarakat
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
5. Seminar dan sosialisasi Konsep Rencana AKSI Teluk Bone kepada anggota legistlatif/eksekutif
Dilakukannya Seminar dan sosialisasi Konsep Rencana AKSI Teluk Bone kepada anggota legistlatif/eksekutif
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
6. Penguatan Kelembagaan pengelolaan rencana aksi teluk bone di tingkat kabupaten/kota
Dilakukannya Penguatan Kelembagaan pengelolaan rencana aksi teluk bone di tingkat kabupaten/kota
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
79
Strategi Operasional k.
Optimalisasi Hasil Budidaya Tambak dan Perikanan Tangkap dan Pengendalian kerusakan
1 Peningkatan SDM, Nilai Kontribusi Budidaya Tambak ramah Lingkungan dan pengurangan Laju kerusakan Lingkungan
1. Sosialisai Tambak Ramah Lingkungan
Dilakukannya Sosialisai Tambak Ramah Lingkungan
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
600 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
600 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
600 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
600 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
600 DKP/DINAS PENGELOLAAN LH
2. Monitoring Penggunaan Pupuk dan Pestisida
Dilakukannya Monitoring Penggunaan Pupuk dan Pestisida
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
500 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
500 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
500 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
500 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
500 DKP/DINAS PENGELOLAAN LH
3. Pengendalian Konversi Hutan Mangrove Menjadi Lahan Tambak
Dilakukannya Pengendalian Konversi Hutan Mangrove Menjadi Lahan Tambak
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
500 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
500 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
500 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
500 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
500 DKP/Dishut/DINAS PENGELOLAAN LH
2 Peningkatan kapasitas SDM, Pengendalian Kerusakan Laut
1. Pengadaan Diklat tata-kelola Rumpon
Dilakukannya Pengadaan Diklat tata-kelola Rumpon
Daerah pesisir dan laut sepanjan
Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo,
600 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone,
600 Bulukumba, Sinjai, Bone,
600 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo,
600 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo,
600 DKP/DINAS PENGELOLAAN LH
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
80
akibat Perikanan Tangkap
g teluk bone
Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
2. Pengadaan Diklat Penggunaan Alat Tangkap (GPS, Fish Finder,..)
Dilakukannya Pengadaan Diklat Penggunaan Alat Tangkap (GPS, Fish Finder,..)
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
600 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
600 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
600 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
600 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
600 DKP/DINAS PENGELOLAAN LH
3. Diklat Handling & Processing Hasil Tangkap
Dilakukannya Diklat Handling & Processing Hasil Tangkap
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
600 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
600 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
600 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
600 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
600 DKP/DINAS PENGELOLAAN LH
4. Sosialisasi Code Of Conduct Fisheries
Dilakukannya Sosialisasi Code Of Conduct Fisheries
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 DKP/DINAS PENGELOLAAN LH
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Teluk Bone |
81
5. Pengendalian Alat Tangkap Perusak Lingkungan (BOM, Racun, dll)
Dilakukannya Pengendalian Alat Tangkap Perusak Lingkungan (BOM, Racun, dll)
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
500 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
500 DKP/DINAS PENGELOLAAN LH
6. Operasi Patroli Ilegal Fishing
Dilakukannya Operasi Patroli Ilegal Fishing
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 DKP/DINAS PENGELOLAAN LH
7.Pengendalian Buangan Limbah Kapal
Dilakukannya Pengendalian Buangan Limbah Kapal
Daerah pesisir dan laut sepanjang teluk bone
Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur
400 DKP/DINAS PENGELOLAAN LH
82
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Teluk Bone 82
BAB VI. PEMANTAUAN DAN EVALUASI
6.1. Pemantauan
Untuk menjawab kebutuhan teknis di lapangan terutama pada masyarakat pesisir dan
penguatan kelembagaan maka perlu dilakukan pelatihan, baik yang bersifat keterampilan
maupun yang bersifat peningkatan kapabilitas pengelola, perencana dan pengguna.
Pelatihan keterampilan lebih ditujukan pada teknis pengelolaan sumberdaya yang
berimplikasi pada peningkatan produksi dan pendapatan. Dalam penguatan kelembagaan
lebih difokuskan pada pelatihan - pelatihan yang meningkatkan kapabilitas staf birokrat dalam
menganalisis data dan Informasi sumberdaya wilayah pesisir yang berorientasi pada
perencanaan ataupun pada peningkatan produksi dan pelayanan kepada masyarakat. Ada
berbagai pelatihan teknis kedinasan yang berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya
pesisir bisa dilakukan secara kontinu, seperti Teknik Pemetaan/Kartografi, GIS, Evaluasi
Lingkungan Pantai, AMDAL, Reefcheck, Metodologi Penelitian Terumbu Karang (MPTK),
Teknik Rehabilitasi Mangrove secara Ekologi (EMR) dan lain- lain.
Monitoring merupakan salah satu hal penting dalam pengelolaan sumberdaya pesisir
dan laut. Monitoring merupakan pemantauan yang bersifat pengawasan yang dilakukan
dengan tujuan agar program tersebut dapat berjalan sesuai dengan rencana awal yang telah
dirancang. Dengan adanya program tersebut dapat dimonitoring capaian-capaian program,
permasalahan yang ditemui di lapangan, terkumpulnya informasi yang baru sehingga
dapat dilakukan tindakan - tindakan pencegahan pada kegiatan yang tidak sesuai dengan
rencana awal. Program monitoring ini nantinya diharapkan dapat lebih mengoptimalkan
pengelolaan w i l a y a h pesisir dan laut teluk yang sudah diprogramkan.
6.2. Evaluasi
Semua program perencanaan dari tahap persiapan hingga pencapaian program
perlu proses review atau pengkajian yang mendalam menyangkut output dan outcome
program. Bahan evaluasi yang akan direview berasal dari rencana, temuan di lapangan dan
hasil monitoring. Hasil dari review akan memutuskan apakah rencana kegiatan yang diusulkan
masih relevan atau tidak, sehinggga perlu dilakukan amandemen (perubahan-perubahan) baik
pada program pokok itu sendiri maupun pada kegiatan-kegiatan yang dialokasikan di dalamnya.
Perubahan dan perkembangan yang terjadi di masyarakat yang tidak relevan lagi
dengan arahan yang terdapat dalam dokumen Rencana Pengelolaan ini maka perlu
diamandemen sesuai dengan kebutuhan. Pada saat mengamandemen dokumen Rencana
83
Rencana Aksi Pengelolaan Lingkungan Hidup Teluk Bone 83
Pengelolaan ini maka Tim Pengarah dan pengelola Proyek harus membahasnya bersama-sama
dengan instansi terkait.
Jangka waktu antara review disesuaikan dengan kebutuhan, terutama yang terkait
dengan adanya perubahan-perubahan radikal dalam tuntutan pembangunan yang
menginginkan segera dilakukannya perubahan dalam rencana strategis. Rencana Aksi
Pengelolaan Teluk Bone berlaku selama 1 (satu) – 5 tahun terhitung mulai sejak ditetapkan.
Pelaksanaan review dapat pula dilakukan ketika terjadi perubahan yang dinamis dalam konteks
politik, ekologi, dan sosial budaya masyarakat