RELEVANSI PENDIDIKAN PEREMPUAN DALAM BUKU SARINAH...

101
RELEVANSI PENDIDIKAN PEREMPUAN DALAM BUKU SARINAH KARYA SOEKARNO DENGAN PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: Lilik Setyowasih NIM: 111-13-246 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

Transcript of RELEVANSI PENDIDIKAN PEREMPUAN DALAM BUKU SARINAH...

  • RELEVANSI PENDIDIKAN PEREMPUAN DALAM

    BUKU SARINAH KARYA SOEKARNO DENGAN

    PENDIDIKAN ISLAM

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan (S.Pd)

    Oleh:

    Lilik Setyowasih

    NIM: 111-13-246

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

    SALATIGA

    2017

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

  • vii

    MOTTO

    َواْسَتِعيُنوا بِالصَّْبِر َوالصَّالِة َوِإن ََّها َلَكِبيَرٌة ِإال َعَلى اْلَخاِشِعينَ

    Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan

    (mengerjakan) salat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh

    berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk ( Qs. Al-Baqarah: 45)

    Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan

    mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa

    kehilangan semangat.

    -Winston Chuchill-

  • viii

    PERSEMBAHAN

    Kedua orang tua saya bapak Riyanto dan ibu Muji Rahayu, yang telah

    memberikan dukungan moril maupun doa yang tiada henti untuk kesuksesan

    saya. Ucapan terima kasih saja takkan pernah cukup untuk membalas kebaikan

    orang tua, karena itu terimalah persembahan bakti dan cintaku untuk bapak dan

    ibuku.

    Kakak saya Watik Ariyanti dan Ery Pitono, yang selalu memberikan motivasi

    yang tiada hentinya kepada saya. Semoga menjadi kakak yang terbaik dalam

    hidupku. Dan adik saya Ika Purdiasari, yang merupakan motivator dalam

    hidupku, dukungan, kasih sayang dan doa yang tiada henti.

    Sahabat-sahabat saya Ani Rufaidah, Putri Laelatul Fauziah, Ani Erfiana, dan

    Gatot Tomy Pamungkas, terima kasih atas motivasi dan bantuan semoga tetap

    terjalin silaturrahmi yang tak pernah putus.

    Teman-teman angkatan 2013 yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima

    kasih atas kebersamaannya, bantuan, kritik dan saran semoga tetap terjalin

    silaturahmi yang tak pernah putus.

    Teman-teman PPL di MA AL-BIDAYAH, terima kasih atas kebersamaan selama

    PPL yang penuh dengan canda tawa, tangis, dan kasih sayang selama, semoga

    tetap terjalin silaturahmi yang tak pernah putus.

    Teman-teman KKN di Desa Sendang Rejo, terima kasih untuk canda tawa, tangis,

    dan kasih sayang, semoga tetap terjalin silaturahmi yang tak pernah putus.

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala

    limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pendidikan Perempuan menurut Soekarno”

    dapat diselesaikan. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad

    SAW, dan mudah-mudahan kita mendapat Syafa’atnya di hari kiamat. Amin.

    Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak dapat selesai tanpa kerja

    keras, semangat dan do’a, terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari

    berbagai pihak, dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati penulis

    menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

    Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga

    Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. ketua jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN

    Salatiga.

    Ibu Dr. Lilik Sriyanti, M.Si. selaku pembimbing yang telah banyak

    meluangkan banyak waktu dalam memberikan arahan, bimbingan kritik

    dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

    Bapak Imam Mas Arum, M.Pd. selaku Pembimbing Akademik yang telah

    memberikan pengarahan dan motivasi kepada penulis

    Bapak/ibu dosen dan seluruh karyawan IAIN yang telah memberikan

    pelayanan kepada penulis

  • x

  • xi

    ABSTRAK

    Setyowasih, lilik. 2017. Relevansi Pendidikan Perempuan dalam Buku Sarinah

    Karya Soekarno Dengan Pendidikan Islam. Skripsi. Jurusan Pendidikan

    Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan ilmu Keguruan. Institut Agama

    Islam Salatiga. Pembimbing: Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si.

    Kata Kunci: Pendidikan Perempuan, Menurut Soekarno

    Dalam sejarah, posisi perempuan berada di bawah kezaliman kaum laki-laki,

    tidak mendapatkan hak dan kedudukan yang sewajarnya dalam masyarakat, terutama

    hak untuk mendapatkan pendidikan. Masyarakat menganggap kaum perempuan

    adalah kaum yang lemah dan bodoh. Sehingga menjadikan pendidikan bagi

    perempuan menjadi terbatas. Dengan demikian, Soekarno mempunyai gagasan

    terhadap kaum perempuan untuk mendapatkan hak yang seharusnya diberikan, yaitu

    pendidikan. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahaui gagasan Soekarno

    terhadap pendidikan bagi perempuan. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam

    penelitian ini adalah 1) Bagaimana pendidikan perempuan menurut Soekarno 2)

    Bagaimana relevansi pendidikan perempuan menurut Soekarno dengan pendidikan

    Islam.

    Penelitian ini bersifat Library Research yaitu penelitian yang menggunakan

    cara untuk mendapatkan data dan informasi dengan memanfaatkan fasilitas yang ada

    diperpustakaan dengan menggunaka salah satu sumber, yaitu buku. Adapun sumber

    data menggunakan sumber data primer, yaitu: buku, “Sarinah Kewajiban Wanita

    dalam Perjuangan Republik Indonesia”. Dan sumber data sekunder, yaitu: buku,

    “Pendidikan di Mata Soekarno”.

    Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa pada tanggal 22

    Desember 1928 Soekarno menyampaikan pendapatnya tentang hak perempuan. Hak

    yang sama dengan laki-laki dalam masyarakat, yaitu pendidikan. Menurut Soekarno

    Pendidikan perempuan adalah pendidikan yang sama dengan kaum laki-laki, tidak

    ada perbedaan dalam jenis kelamin, kedudukan, status, dan umur. Relevansi

    pendidikan perempuan menurut Soekarno dengan pendidikan Islam terbagi menjadi

    empat, pertama pendidikan Islam dalam politik, kedua pendidikan Islam dalam

    pekerjaan, ketiga pendidikan Islam dalam keluarga, keempat pendidikan Islam dalam

    berhias diri. Keempat pendidikan Islam tersebut sesuai dengan ajaran Islam dan ayat

    Al-Qur’an bahwa perempuan juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan

    kaum laki-laki.Maka semakin jelaslah bahwa pendidikan perempuan menurut

    Soekarno sesuai dalam pendidikan Islam.

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

    HALAMAN BERLOGO ...................................................................................... ii

    HALAMAN NOTA PEMBIMBING ................................................................... iii

    HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................ v

    MOTTO ................................................................................................................. vi

    PERSEMBAHASAAN......................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii

    ABSTRAK ............................................................................................................ x

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii

    BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

    A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 7

    C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7

    D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7

    E. Kajian Pustaka yang Relevan ..................................................................... 9

    F. Definisi Operasional ..................................................................................... 10

    G. Metodologi Penelitian ................................................................................ 13

    H. Sistematika Penulisan ................................................................................ 16

  • xiii

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Gambar Cover Buku Sarinah

    2. Lembar Konsultasi Pembimbing

    3. Daftar Riwayat Hidup

    4. Surat Keterangan Kegiatan

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Di Indonesia, dapat dikatakan bahwa sejarah adalah milik kaum laki-laki.

    Tema-tema sentral dalam sejarah dipenuhi dengan tema sejarah politik dan militer

    yang erat kaitannya dengan masalah kekuasaan dan keperkasaan, yang dapat

    dikatakan milik kaum laki-laki. Corak sejarah yang androsentris seperti ini

    menempatkan perempuan hanya sebagai figuran. Keadaan ini memang tidak adil

    karena sesungguhnya perempuan dapat dipandang sebagai pribadi yang mandiri,

    yang bisa menggerakkan sejarah (Astuti, 2013: 138).

    Perjalanan sejarah banyak meninggalkan kesan fakta jika perempuan

    mempunyai peran penting. Peningkatan derajat kaum perempuan merupakan

    salah satu pokok dalam masalah kesejahteraan umum dan perkembangan

    kecerdasan penduduk Indonesia tidaklah kuat dan cepat apabila pendidikan kaum

    perempuannya diabaikan (Kartodirjo, 1977: 244). Apalagi pendidikan

    mempunyai peran penting dalam menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran

    rakyat termasuk memajukan peradapan suatu bangsa. Melalui pendidikan,

    manusia akan lebih mengenal diri, lingkungan dan perubahan yang terjadi

    disekitar. Jadi, dengan pendidikan manusia akan jauh lebih peduli dengan apa

    yang telah terjadi dan apa yang seharusnya terjadi.

    Pendidikan perempuan adalah suatu proses ditransfer ilmu kepada

    perempuan. Dimana pendidikan perempuan harus sama dengan pendidikan laki-

  • 2

    laki. Tidak ada perbedaan antara kaya dan miskin, jenis kelamin laki-laki maupun

    perempuan, semua memiliki hak yang sama untuk belajar, belajar merupakan

    suatu kewajiban yang diwajibkan oleh Islam atas setiap muslim laki-laki dan

    wanita (Al-Abrasyi, 1970:6).

    Pada zaman dulu, kaum perempuan selalu berada di bawah kezaliman

    kaum laki-laki, tidak memperoleh hak-hak menurut undang-undang dan tidak

    mendapatkan kedudukan dalam masyarakatsebagaimana yang sewajarnya

    diberikan kepada mereka. Perempuan sama sekali tidak mempunyai hak untuk

    mendapatkan pendidikan, perempuan harus tinggal dirumah dan tidak mempunyai

    andil dalam kehidupan masyarakat, dipaksa kawin dan bertindak, diwarisi dan

    tidak mewarisi, dikuasai dan tidak pernah menguasai (Nizar, 2011: 207).

    Perempuan Indonesia haruslah bersyukur kepada Allah Swt, karena jaman

    sekarang banyak perempuan Indonesia memiliki hak yang sama dengan laki-laki,

    dimana kaum perempuan diperbolehkan untuk mendapatkan pendidikan yang

    lebih tinggi dan mencapai kebebasan untuk berkarir dalam bidang apapun, baik

    dalam dunia bisnis maupun pemerintahan. Hal ini dapat dibuktikan dengan

    banyaknya anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang beranggotakan

    perempuan dibandingkan dengan kaum laki-laki, bahkan ribuan perempuan-

    perempuan Indonesia tidak mendekam di rumah, tetapi bekerja di luar rumah,

    seperti kantor-kantor, pabrik-pabrik, guru, dokter, wartawandan sebagainya.

    Bahkan saat ini banyak perempuan-perempuan Indonesia tidak ingin kalah

    dengan kaum laki-laki, agar mereka tidak dianggap sebagai kaum yang lemah dan

    tidak mempunyai keahlian seperti yang dimiliki laki-laki. Tetapi, disisi lain

  • 3

    perempuan juga tidak lupa untuk mengemban tugas perannya sebagai pengurus

    rumah tangga.

    Berbeda dengan masa lalu, dimana pendidikan menjadi suatu hal yang

    tidak penting bagi perempuan Indonesia. Hanya perempuan yang dari keluarga

    terhormat yang dapat mengenyam pendidikan, bukan cuma pendidikan saja yang

    dibatasi tetapi juga pekerjaan. Dulu, perempuan tidak diperbolehkan untuk

    bekerja diluar rumah, mereka harus melakukan pekerjaan rumah, seperti

    memasak, mencuci, dan membersihkan rumah. Menurut Nurani Soyomukti

    mengatakan, jaman dulu kaum laki-laki selalu diutamakan daripada kaum

    perempuan karena kaum laki-laki dianggap mempunyai kemampuan berpikir

    yang baik dan dianggap lebih layak untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan

    tenaga dan pikirannya. Sedangkan perempuan hanya dianggap sebagai budak,

    sehingga menyebabkan mereka harus terkurung dan terkucilkan (Soyomukti,

    2009: 9). Semua itu diperkuat dengan adanya budaya feodalisme yang

    menempatkan perempuan sebagai manusia kedua yang layak ditempatkan sebagai

    pelengkap, dimana perempuan dijadikan sebagai selir dan pembantu istana pada

    para tuan tanah, raja, dan bangsawan. Cara pandang feodal ini, tentunya juga

    melanggengkan cara pandang masyarakat terhadap perempuan, yang berakibat

    pada penindasan perempuan yang memalukan, para perempuan yang diserahkan

    kehormatannya pada penguasa-penguasa dan tentara-tentaranya. Bisa dilihat pada

    zaman penjajahan Jepang perempuan diperbudak untuk melampiaskan nafsu

    tentara Jepang dengan kerja romusha yang memakan banyak korban, darah, dan

    air mata). Apalagi dengan adanya budaya patriaki, yang menempatkan posisi laki-

  • 4

    laki lebih superior dibandingkan dengan perempuan, akhirnya telah menempatkan

    kaum perempuan pada situasi yang tidak menguntungkan. Dalam kondisi sepereti

    itu muncullah Soekarno untuk menyerukan perlunya persamaan hak dan adanya

    kesetaraan gender, juga mengajak kaum perempuan untuk mempejuangkan nasib

    mereka. Soekarno mengungkapkan didalam bukunya yang berjudul Sarinah,

    yaitu:

    “Berjuanglah, bangkitlah sehebat-hebatnya, sebab tiada orang lain dapat

    menolong wanita, melainkan wanita sendiri!” (Soekarno, 2010: 332).

    Perempuan adalah salah satu agent of change yang tidak bisa

    dipandang sebelah mata. Keberadaannya sangat menentukan peradapan suatu

    bangsa. Baik buruknya perempuan menjadi cerminan baik buruknya suatu

    bangsa. Sejarah pun telah mencatat nama-nama agung perempuan yang pernah

    dilahirkan di dunia ini. Hampir setiap negara memiliki perempuan-perempuan

    agung yang mampu menjadi perubahan bagi masyarakatnya, tidak terkecuali

    negara Indonesia (Astuti, 2013: 138). Tampilnya perempuan Indonesia

    disebabkan karena keresahannya melihat kondisi sosial disekitarnya yang tidak

    adil. Ketidakadilan dan kezaliman ini terlihat jelas ketika Indonesia berada

    dibawah cengkeraman penjajah, baik Portugis, Belanda, dan Jepang. Rakyat

    yang tertindas, kemiskinan yang merajalela, dan pembantaian semena-mena

    sehingga menyebabkan tampilnya perempuan-perempuan agung ke ranah publik.

    Sebagai seorang pemikir dan aktivis, Soekarno memiliki perhatian luas

    terhadap permasalahan-permasalahan bangsa, salah satunya adalah masalah

    perempuan, terutama dalam bidang pendidikan. Memang sejak lama Soekarno

  • 5

    memiliki perhatian khusus terhadap masalah perempuan. Ketika Soekarno Pidato

    dalam Kongres Kaum Ibu pada tanggal 22 Desember 1928, kemudian ia

    mengambil kesempatan ini untuk mengemukakan pendapatnya tentang

    perempuan. Kongres tersebut sangat penting dan merupakan satu-satunya

    kongres yang membahas persoalan perempuan, yang menyatakan bahwa

    pentingnya kesetaraan hak antara perempuan dan laki-laki untuk mewujudkan

    persatunan nasional. Soekarno menungkapkan didalam bukunya yang berjudul

    Sarinah, yaitu:

    “Hak dan kewajiban kaum laki-laki dan perempuan adalah sama, jika

    kaum laki-laki selalu ambil bagian dalam setiap aktivitas sosial

    kemasyarakatan, maka kaum perempuan juga memiliki hak dan

    kewajiban yang sama pula untuk ambil bagian di dalamnya, untuk

    mengangkat harkat dan derajat kaum perempuan, maka yang sangat

    krusial untuk dilakukan adalah pemberdayaan perempuan di segala

    aspek kehidupan, dan terutama adalah di bidang pendidikan”

    (Soekarno, 2010: 196).

    Rendahnya akses kaum perempuan ke dunia pendidikan, antara lain

    disebabkan oleh masih berkembangnya anggapan bahwa laki-laki adalah tulang

    punggung keluarga, dan merekalah yang lebih memperoleh pendidikan agar

    kelak mendapat pekerjaan yang layak. Sementara perempuan tidak memiliki

    tanggung jawab sebesar laki-laki dalam hal memperoleh pekerjaan dan

    memberikan nafkah kepada keluarga.

    Pada tahun 1946 ibu kota Indonesia pindah di Yogyakarta, Soekarno

    memberikan beberapa kursus-kursus informal bagi kader-kader politik Indonesia

    tentang topik perempuan. Materi-materi yang disampaikan dalam kursus-kursus

  • 6

    politik itulah yang kemudian dijadikan buku yang berjudul Sarinah, Kewadjiban

    Wanita dalam Perdjoangan Republik Indonesia. Sarinah merupakan nama

    seorang perempuan yang menjadi pembantu di keluarga Soekarno. Tetapi,

    Soekarno tidak memperlakukannya sebagai pembantu dan dimatanya Sarinah

    adalah orang yang sangat berjasa bagi pembentukan jiwa dan kepribadian

    dirinya, itulah sebabnya Soekarno sangat mengagumi sosok perempuan yang

    bernama Sarinah (Kurniawan, 2009: 153). Penghormatan Soekarno terhadap

    seorang Sarinah, menuntunnya pada satu cita-cita untuk memperjuangkan hak-

    hak kaum perempuan. Jadi, Soekarno ingin mengenang perempuan yang telah

    berjasa dalam merawatnya sejak kecil dengan melekatkan nama perempuan itu

    menjadi judul buku tersebut.

    Soekarno bukanlah seorang pemikir yang memfokuskan perhatian

    pada masalah perempuan. Namun, lewat pemikirannya yang tertuang dalam buku

    Sarinah, Soekarno berhasil meyakinkan rakyat bahwa dia adalah orang yang

    berpihak pada perempuan, terutama peran perempuan dalam kehidupan bangsa.

    Soekarno adalah tokoh masa lalu yang mampu berbicara banyak hal tentang

    situasi kehidupan sosial-politik yang tengah dihadapinya dan dihadapi

    negaranya, yaitu terutama rakyatnya.

    Berdasarkan latar belakang diatas, kemudian mendorong saya untuk

    meneliti pemikiran Soekarno tentang perempuan. Perempuan adalah ciptaan

    Tuhan yang dianugerahi potensi dan kemampuan untuk berperan dan bekerja

    sebagaimana laki-laki. Pendidikan sangat penting untuk perempuan agar

  • 7

    mendapat kesempatan mengembangkan jiwanya, mendapat pendidikan sekolah

    dan bekerja diluar rumah dalam bidang-bidang yang sesuai dengan bakatnya.

    Sehingga saya tertarik untuk meneliti lebih lanjut melalui skripsi ini yang

    berjudul “RELEVANSI PENDIDIKAN PEREMPUAN DALAM BUKU

    SARINAH KARYA SOEKARNO DENGAN PENDIDIKAN ISLAM”.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penulisan skripsi ini

    dapat saya rumuskan masalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana Pendidikan Perempuan menurut Ir. Soekarno?

    2. Bagaimana Relevansi Pendidikan Perempuan menurut Soekarno dengan

    Pendidikan Islam?

    C. Tujuan Penelitian

    Dalam penulisan skripsi ini, ada beberapa tujuan yang dapat diambil

    oleh penulis sesuai dengan rumusan masalah diatas, diantaranya:

    1. Untuk mengetahui Pendidikan Perempuan menurut Ir. Soekarno

    2. Untuk mengetahui Relevansi Pendidikan Perempuan menurut Soekarno

    dengan Pendidikan Islam.

    D. Manfaat Penelitian

    Dari hasil penelitian ini, diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut:

    1. Manfaat teoritik, adanya penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran

    serta tambahan wawasan pengetahuan pada para pembaca dalam pendidikan

    yang terkait dengan pendidikan perempuan menurut Soekarno

  • 8

    2. Manfaat praktik

    a. Untuk menjadikan anak bangsa bisa lebih bebas medapatkan pendidikan

    baik laki-laki maupun perempuan.

    b. Untuk menjadikan generasi masa depan yang unggul, inovatif, kreatif,

    mandiri sesuai dengan kemampuan zaman tanpa membedakan laki-laki

    maupun perempuan.

    c. Agar timbulnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan

    perempuan sebagaimana halnya bagi kaum laki-laki. Karena seorang

    perempuan mempunyai peranan yang sangat penting untuk anak dan

    keluarganya.

    E. Kajian Pustaka yang Relevan

    Untuk menghindari kesalah pahamanan dalam mengartikan, maka

    penulis akan mencoba memberikan sebuah penegasan istilah yang digunakan

    dalam penelitian ini. Dan akan lebih mudah setelah dijelaskan lebih lanjut secara

    terperinci sebagai berikut:

    1. Achmad Rois Wizda tahun 2009 jurusan Syari’ah berjudul “Pemikiran

    Soekarno Tentang Kemitrasejajaran Perempuan dan Laki-laki (Studi

    Konteks Analisis Dalam Buku Sarinah)” Universitas Islam Negeri Sunan

    Kalijaga Yogyakarta. Skripsi ini fokus membahas dalam kemitrasejajaran

    laki-laki dan perempuan dalam keluarga. Perbedaan antara skripsi ini dengan

    skripsi yang ditulis oleh peneliti adalah dalam skripsi ini lebih menekankan

    pada konsep kemitrasejajaran perempuan dan laki-laki dalam rumah tangga

    yang berperan dan kedudukan suami istri dalam memimpin keluarga,

  • 9

    sedangkan dalam skripsi yang ditulis oleh peneliti lebih menekankan tentang

    pemikiran Soekarno terkait dengan pendidikan yang menyoroti posisi

    perempuan. Dimana perempuan harus diberi kebebasan dan hak yang sama

    dengan laki-laki agar mereka dapat mengembangkan pemikirannya dan

    keahlian dalam bidang apapun, dengan demikian mereka dapat menciptakan,

    memperdayakan diri dan berkontribusi bagi kehidupan.

    2. Mahide Hayshfgal tahun 1996 jurusan Aqidah Filsafat berjuduul “Status dan

    Fungsi Wanita (Kajian atas Buku Sarinah)” Institut Agama Islam Negeri

    Sunan Kalijaga Yogyakarta. Skripsi ini membahas tentang status dan fungsi

    Wanita menurut Soekarno dalam keluarga. Dimana antara perempuan dan

    laki-laki terdapat kesetaraan, oleh karena itu perempuan dalam rumah tangga

    berkedudukan sebagai ibu dan berkewajiban menjalankan fungsi kodrati yang

    ada pada dirinya dengan penuh kemerdekaan memilih. Sedangkan, skripsi

    yang peneliti tulis membahas tentang pemikiran Soekarno dalam pendidikan

    perempuan yang harus sejajar dengan laki-laki, agar perempuan mempunyai

    kemampuan dan keahlian yang sama dengan laki-laki, dengan demikian

    perempuan-perempuan tidak dapat ditindas oleh kaum laki-laki.

    Dari beberapa literatur yang penulis temukan, belum ada penelitian

    pemikiran Soekarno tentang pendidikan perempuan. Soekarno yang berusaha

    untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan dan melepaskan dari belenggu

    tradisi, yang atas nama agama, telah mempersempit kebebasan kaum perempuan

    untuk mendapatkan peluang untuk maju sebagaimana peluang yang dimiliki laki-

  • 10

    laki. Berdasarkan hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk melakukan

    penelitian yang mengenai relevansi pendidikan perempuan dalam buku Sarinah

    karya Soekarno dengan pendidikan Islam.

    F. Definisi Operasional

    1. Pendidikan

    Pendidikan dapat diartikan sebagai Social Continuity of Life.

    Pendidikan sebagai upaya manusia dewasa dalam membimbing kepada yang

    belum dewasa untuk mencapai kedewasaan. Jadi, pendidikan dalam arti luas

    meliputi perbuatan atau usaha generasi tua untuk mengalihkan

    (melimpahkan) pengetahuan, pengalaman, kecakapan serta ketrampilannya

    kepada generasi muda, sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat

    memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah (Mansur, 2007:

    199).

    Menurut (Purwanto,1998:10) Pendidikan ialah pimpinan yang

    diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak,

    dalampertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri

    dan bagi masyarakat. Maka pendidikan dapat diartikan sebagai suatu sistem

    sosial yang menjadikan keluarga dan sekolah berperan penting untuk

    membentuk generasi muda tidak hanya dari aspek intelektual saja tetapi juga

    dari aspek jasmani dan rohani sehingga akan terbentuk generasi muda

    penerus bangsa yang dapat mempertahankan budaya dan lingkungannya.

  • 11

    Dapat disimpulkan bahwa pendidikan secara umum dapat diartikan

    sebagai pengajaran, bimbingan, dan pembiasaan sehingga tujuan hidupnya

    lebih tertata. Namun, pendidikan disini juga tidak lupa menekankan arti

    penting moral yang tinggi sehingga akan tercipta manusia yang tidak hanya

    cakap namun juga beradap.

    2. Perempuan

    Dalam kamus Bahasa Indonesia disebutkan, perempuan adalah

    orang yang mempunyai puka, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak dan

    menyusui (Alwi, 2002:856). Adapun pengertian perempuan secara etimologi

    berasal dari kata empu yang artinya dihargai.

    Perempuan dalam Islam diibaratkan tiang negara, oleh karena itu

    bila wanitanya rusak maka rusaklah suatu negara. Perempuan merupakan

    satu soal masyarakat yang teramat penting. Dalam hal pendidikan, Islam

    tidak membeda-bedakan tua maupun muda, tanpa membedakan umur, tanpa

    membedakan dan melihat keunikan tabiat antar laki-laki dan wanita. Oleh

    karena itu, perempuan perlu diaktualisasikan, dikembangkan semua potensi

    yang ada agar bisa menjadi manusia yang mempunyai kepribadian utuh

    (kafah), karena dengan pendidikan, perkembangan individu akan menjadi

    mandiri.

    Jadi, pendidikan perempuan merupakan wahana untuk

    mengembangkan sumber daya manusia terutama bagi perempuan yang

    bernuansa ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta iman dan takwa

    (imtak), yaitu sumber daya manusia yang mampu menerapkan,

  • 12

    mengembangkan dan menguasai iptek dengan tetap dilandasi nilai-nilai

    agama, moral dan budaya luhur bangsa.

    3. Relevansi Pendidikan Perempuan menurut Ir. Soekarno dengan

    Pendidikan Islam

    Kaum perempuan harus menempatkan dirinya pada posisi yang

    lebih tinggi, setidaknya dalam konteks pendidikan. Ilmu pengetahuan harus

    dijadikan pegangan bagi kelompok perempuan karena mereka adalah guru

    yang paling pertama bagi anaknya kelak. Tugas perempuan yang cukup

    berat itulah yang mulia dimata Soekarno.

    Dengan kehadiran Islam telah dimulai satu tradisi bagi kaum

    perempuan dengan diberikannya kemerdekaan dan hak-hak mereka yang

    selama ini tidak pernah mereka dapatkan, derajat mereka terangkat sebagai

    manusia. Selain itu, dalam Islam terkandung unsur-unsur persamaan antara

    manusia, baik laki-laki dan perempuan maupun antarbangsa, suku, dan

    keturunannya yang merupakan tema utama sekaligus prinsip dalam ajaran

    Islam. Perbedaan yang diakui dalam Islam kemudian menjadi ukuran tinggi

    rendahnya seseorang, hanyalah nilai ibadah dan takwanya kepada Allah.

    Manusia dalam pandangan Islam baik laki-laki maupun perempuan memiliki

    kedudukan yang sama. Maka Islam juga tidak membedakan antara amal

    perbuatan yang dilakukan oleh laki-laki dengan perempuan.

    Dalam bidang pendidikan, Al-Qur’an dan Hadist memberikan

    pujian kepada siapa pun, termasuk kaum perempuan yang mampu

    meningkatkan prestasinya dalam ilmupengetahuan. Jelaslah bahwa

  • 13

    perempuan juga mendapatkan pendidikan dan pengajaran sama seperti laki-

    laki sehingga lahirlah orang-orang yang berintelektual dari kalangan

    perempuan. Posisi perempuan selalu berada pada ruang yang tidak memiliki

    posisi tawar tinggi, setidaknya di dalam rumah tangga atau kehidupan

    bermasyarakat.

    G. Metodologi Penelitian

    1. Jenis penelitian

    Penelitian skripsi ini termasuk jenis penelitian kepustakaan atau

    disebut Library Research yaitu penelitian yang menggunakan cara untuk

    mendapatkan data dan informasi dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di

    perpustakaan seperti buku, koran, majalah dan lain sebagainya (Mardalis,

    1996: 28)

    2. Sumber data

    Penelitian ini berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran

    penyajian laporan (Arikunto, 1987: 135). Sedangkan data-data tersebut dibagi

    menjadi dua, yaitu primer dan sekunder.

    a. Sumber Data Primer

    Sumber data primer adalah sumber data yang paling utama

    digunakan dan sesuai dengan permasalahan dalam peneliti ini. Adapun

    sumber data primer dalam penelitian ini, yaitu: Buku, “Sarinah

    Kewajiban Wanita dalam Perjuangan Republik Indonesia”, penulis

    Soekarno

    b. Sumber Data Sekunder

  • 14

    Sumber data sekunder adalah buku-buku, artikel, dan sumber

    data lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Diantara sumber tersebut,

    yaitu:

    1) Buku “Pendidikan di Mata Soekarno”, penulis Syamsul Kurniawan.

    2) Buku “Perempuan di Mata Soekarno”, penulis Nurani Soyomukti

    3) Buku “Dwitunggal Soekarno-Hatta Pahwalan Proklamator

    Kemerdekaan Indonesia”, penulis Tugiyono Ks, Sutrisno Kutoyo

    dan Ratna Evy

    4) Buku “Bung Karno Panglima Revolusi”, penulis Peter Kasenda.

    3. Metode Pengumpulan Data

    Data penelitian dicari dengan pendekatan Library Research, yaitu

    penelitian perpustakaan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

    a. Mengumpulkan buku-buku yang ada relevansinya dengan kajian

    permasalahan. Dalam hal ini penulis mengumpulkan buku-buku maupun

    data mengenai Soekarno dan Pendidikan Perempuan menurut Soekarno.

    b. Mengidentifikasi semua permasalahan yang berkaitan dengan penelitian.

    Setelah diperoleh data mengenai pendidikan perempuan menurut

    Soekarno, kemudian diidentifikasi berdasarkan rumusan masalah yang

    ingin dijawab oleh penulis.

    c. Menarik suatu kesimpulan sebagai hasil suatu penelitian tentang pokok

    permasalahan. Dari data-data yang telah diidentifikasi, maka penulis

    menarik kesimpulan mengenai pendidikan perempuan menurut

    Soekarno.

  • 15

    4. Analisis Data

    Untuk menganalisis data penulis menggunakan dua metode, yaitu:

    a. Metode Deskriptif

    Metode Deskriptif yaitu “perumusan filsafat tersembunyi

    dideskripsikan sedemikian rupa sehingga terus menerus ada referensi

    pada masalah konkret sedetail-detailnya” (Anton dan Achmadi, 1994:

    112). Penulis melakukan analisis data dengan metode deskripsi, yaitu

    menggambarkan pemikiran Soekarno tentang Pendidikan Perempuan.

    b. Metode Analisis

    Metode analisis (content analysis), yaitu menganalisis semua

    data yang telah didapatkan sehingga nantinya akan mendapatkan data

    yang akurat untuk ditulis dan dapat dikombinasikan sesuai dengan

    materi data yang dibutuhkan. Metode content analisis adalah suatu

    metode untuk mengungkapkan isi pemikiran tokoh yang diteliti

    (Nawawi, 1995:68). Soedjono memberikaan definisi content analysis

    adalah usaha untuk mengungkapkan isi buku yang menggambarkan

    situasi penulis dan masyarakatnya pada waktu itu ditulis (Soedjono,

    1999: 14).

    H. Sistematika Penulisan

    Dalam penyusunan skripsi ini secara menyeluruh terdapat lima bab untuk

    membahas Pendidikan Perempuan Menurut Soekarno. Adapun sistematika atau

    urutan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

  • 16

    Bab 1 Pendahuluan adalah bab pertama dari skripsi, Bab yang berisi: (1)

    latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat

    penelitian, (5) metode penelitian, (6) penegasan istilah dan (7) sistematika

    penulisan skripsi.

    Bab II biografi Ir. Soekarno, dalam bab ini berisi tentang, mengenai

    Perjalanan hidup Ir. Soekarno, masa kecil Ir. Soekarno, masa remaja Ir.

    Soekarno, pendidikan masa kecil Ir. Soekarno, pendidikan masa remaja Ir.

    Soekarno, penddikan masa dewasa Ir. Soekarno, dan gelar doctor Ir. Soekarno.

    Bab III deskripsi pemikiran, bab ini berisi tentang posisi perempuan pada

    masa Soekarno dan pendidikan perempuan menurut Soekarno dalam buku

    Sarinah.

    Bab IV pembahasan, Bab ini berisi tentang Relevansi Pendidikan

    Perempuan menurut Soekarno dalam pendidikan Islam, terdiri dari: (1)

    Pendidikan islam dalam politik, (2) Pendidikan islam dalam pekerjaan, (3)

    Pendidikan islam dalam keluarga, (4) Pendidikan islam dalam kecantikan.

    Bab V kesimpulan dan kritik saran, berisi kesimpulan dan kritik saran

  • 17

    BAB II

    BIOGRAFI Ir. SOEKARNO

    A. Perjalanan Hidup Ir. Soekarno

    Seokarno lahir pada Kamis Pon tanggal 18 sapar 1831 tahun saka,

    bertepatan dengan 6 juni 1901 di Lawang Sekateng Blitar, Surabaya. Saat fajar

    menyingsing, karena itu ia disebut sebagai Putra Sang Fajar. Hari lahirnya

    ditandai oleh angka serba enam, tanggal enam bulan enam. Bintangnya adalah

    Gemini, lambang kekembaran. Gemini adalah simbol kecerdesan dan memiliki

    banyak akal. Ia adalah anak kedua dari bapak dan ibunya. Kakak perempuan

    Soekarno adalah Sukarmini lahir dua tahun sebelumnya (Soyomukti, 2012: 13).

    Ayahnya bernama Raden Sukemi Sosrodiharjo, semasa hidupnya

    menjabat sebagai guru dan kepala sekolah. Ayah Bung Karno adalah keturunan

    raja-raja Kediri pada abad ke-12. Sosok ayah yang banyak memberikan ajaran

    kasih sayang dan cinta kasih terhadap sesama. Ayahnya adalah seorang pemegang

    teguh kearifan lokal Jawa yang berdasarkan semangat “welas asih” dan cinta

    kasih. Pak Sukemi adalah penganut Theosof, Beliau mengajarkan prinsip

    menyayangi makhluk hidup dalam perkataan “Tat Twan Asi, Tat Twam Asi”

    yang artinya “Dia adalah Aku dan Aku adalah Dia, Engkau adalah Aku dan Aku

    adalah Engkau” (Soyomukti, 2012: 15).

    Ibunya bernama Ida Ayu Nyoman Rai lebih dikenal dengan sebutan

    Idayu, ibunda Soekarno merupakan keturunan bangsawan Bali yang

  • 18

    menentang penjajahan Belanda. Raja Singaraja yang terakhir adalah paman

    Ibunda Bung Karno.

    Waktu kecil Soekarno diberi nama Koesnososro Soekarno. Tapi nasib

    malang menimpa Kusno. Ia dihadapkan pada kondisi yang sulit karena ia sering

    sakit-sakitan dan badannya menjadi kurus. Banyak sumber yang mengatakan

    bahwa Kusno terserang penyakit Thypus yang hebat sehingga kondisi

    kesehatannya melemah dan kondisi tersebut semakin parah saat dia menginjak

    usia 11 tahun. Selain itu, riwayat kesehatan Kusno saat kecil tidak hanya masalah

    Thypus namun tercatat penyakit lain yang dideritanya, diantaranya yaitu Malaria

    dan Disentri(Suseno, 2014: 15-16).

    Raden Sukemi yang menginginkan putranya menjadi seorang kesatria

    yang akan mengabdi tanah air. Ia mengubah nama Kusno menjadi Soekarno.

    Soekarno berasal dari Karna, yaitu seorang pahlawan terbesar dalam cerita

    Mahabarata, Karna adalah pejuang bagi negaranya dan seorang patriot yang

    sakti(Kasenda, 2014: 220).

    Soekarno memiliki Sembilan istri dan 13 anak, yaitu (1) Siti Oetari, (2)

    Inggit Ganarsih ibu angkat dari Ratna Djuami dan Kartika. (3) Fatmawati ibu dari

    Guntur Soekarnoputera, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputi,

    Sukmawati Soekarnoputeri dan Guruh Soekarnoputera. (4) Hartini ibu dari

    Muhammad Taufan Soekrnoputera, tetapi pada tahun 1986, dia telah meninggal

    dalam usia 30 tahun karena sakit kanker usus, dan Bayu Soekarnoputera. (5)

    Ratna Sari Dewi Soekarno ibu dari Karina Kartika Sari Dewi Soekarno. (6)

    Haryati ibu dari Ayu Gembirowati, (7) Yurike Sanger, (8)

  • 19

    Kartini Manoppo ibu dari Totok Suryawan, (9) Heldy Djafa(Susilo, 2008: 34-

    58).

    Selama hidupnya, Soekarno mempunyai beberapa orang terdekat yang

    mampu mempengaruhi kepribadian dan kemimpinannya. Di antara mereka ada

    yang mengajari tentang makna kasih sayang dan mengajarinya makna ketulusan

    sebuah persahabatan dan juga ada yang menjadi teman setia dalam perjuangan

    meraih kemerdekaan. Berikut beberapa orang yang terdekat Bung Karno, yaitu:

    (1) Sarinah, pengasuh sekaligus pembimbing: mengajari Bung Karno untuk

    mengenal cinta kasih tetapi bukan dalam pengertian jasmaniah dan mengajari

    untuk mencintai rakyat. (2) Oei Hong Kian, Dokter gigi yang murah hati: Seorang

    dokter gigi yang sering melayani kesehatan gigi Bung Karno dalam kondisi

    apapun, Oei Hong Kang selalu menunjukkan kesetiaannya pada Bung Karno,

    termasuk ketika ia sudah lengser dari jabatan sebagai presiden. (3) Arif, Supir

    Taksi dan Teman Sejati: Arif mengabdi menjadi sopir pribadi Bung Karno hingga

    tahun 1960-an. (4) HR. Rasuna Said, Teman pejuang kemerdekaan: Hubungan

    Bung Karno dengan Hajah Rangkoyo Rasuna Said dalam hal memperjuangkan

    kemerdekaan Indonesia sangatlah dekat. Ia mengawali kiprahnya dalam

    organisasi Sarekat Rakyat dan kemudian menjadi anggota Persatuan Muslim

    Indonesia (permi). (5) Kennedy, teman yang paling mengerti: John F. Kennedy

    adalah presiden Amerika Serikat pada periode 20 Januari 1961 sampai 22

    November 1963. Kennedy adalah satu-satunya presiden Amerika Serikat yang

    dapat mengerti dan menghormati Bung Karno sebagai sosok sahabat dan

    pemimpin sekaligus.

  • 20

    Keduanya juga mempunyai persamaan sifat, sama-sama gemar membaca dan

    menanyakan segala peristiwa. Kennedy juga memberikan bantuan kepada

    Indonesia berupa menyumbangkan 10 pesawat Hercules tipe B terdiri dari 8

    kargo dan 2 tanker, beras 37.000 ton, dan ratusan senjata selama perang perebutan

    Irian Barat. Tetapi, hubungan mereka harus berakhir di tahun 1963 karena

    terbunuhnya kennedy. (6) Fidel Castro, kawan terbaik: Fidel Castro merupakan

    Presiden Kuba yang anti Amerika. Ia juga menjalin persahabatan yang hangat

    dengan Bung Karno. Mereka juga mempunyai kemiripan sifat, yakni tidak pernah

    mau didikte Amerika. Salah satu peristiwa yang sempat menunjukkan kedekatan

    kedunya adalah pasca terjadinya peristiwa G30S/PKI di Indonesia (Islafatun,

    2013: 87-105).

    1. Masa Kecil Ir. Soekarno

    Sejak kecil, Soekarno memiliki kegemaran membaca buku.

    Perkenalannya dengan dunia buku pertama kali adalah saat ia sudah bisa

    membaca di umur 6 tahun. Jika ayahnya pulang dari mengajar dan membawa

    buku cerita tipis tentang cerita-cerita anak belanda, sejak itu Soekarno suka

    sekali membaca buku. Suatu saat ayahnya mengajak ke perpustakaan di

    tengah kota dan Soekarno melihat sebuah buku yang amat menarik judulnya

    “David Copperfield” karangan Charles Dickens, buku inilah yang kemudian

    membawa Soekarno pada kesukaan membaca dunia sastra(Suseno, 2014: 18).

    Dalam masa kanak-kanak Soekarno hidup bersama ayah bundanya

    serta neneknya di Tulungagung, Jawa Timur. Ketika masih

  • 21

    kecil Soekarno sering mendengar cerita-cerita kepahlawanan dari ibunya,

    sehingga berbagai kisah kepahlawanan itu ikut membina watak dan

    kepribadian Bung Karno.Waktu Soekarno masih kecil, ia merupakan anak

    yang pemberani dan suka berkelahi, tidak aneh bila sering pulang kerumah

    dengan muka bengkak-bengkak atau benjut karena dipukul temannya.

    Hebatnya lagi kalau berkelahi ia jarang kalah karena sifatnya yang

    pemberani. Sifat pemberaninya itu merupakan warisan dari kedua orang

    tuanya.

    Pada usia 10 tahun Soekarno suka bergaul dengan semua orang,

    bahkan di antara teman-temannya ia seakan-akan menjadi jago atau

    pemimpinnya.Ia adalah seorang anak yang prakarsa, sehingga ia sering

    menentukan permainan apa yang menjadi acara pada hari itu. Kalau

    Soekarno bermain jangkrik semua temannya pun juga bermain jangkrik,

    dalam berbagai permainan Soekarno selalu menang saat bermian seperti

    urusan memanjat pohon, berkelahi, mengumpulkan cap rokok dan cap cerutu.

    Pada umumnya Soekarno tetap seorang anak yang baik dan berjiwa

    pemimpin pada masa kecilnya, ia memang suka berkelahi tetapi dengan

    alasan yang jelas, seperti membela teman-temannya yang tidak kuat.

    Salah satu kesukaan Soekarno waktu kecil adalah menonton wayang.

    Dalam permainan wayang yang ia sukai adalah tokoh Bima, yang dilukiskan

    sebagai keadilan, pembela kebenaran, dan satria sejati.

  • 22

    Pahlawan Bima di dalam cerita wayang itu mempengaruhi jiwa Soekarno.

    Tokoh wayang Bima disebut Werkudara.

    Saat Soekarno berumur 6 tahun, ayahnya dipindahtugaskan untuk

    mengajar di Mojokerto, walaupun gaji ayahnya dinaikkan kehidupan

    ekonominya masih serba pas-pasan dan tak jauh berubah. Bahkan, dalam

    buku biografinya, Penyambung Lidah Rakyat, Bung Karno menamakan

    Mojokerto sebagai kota yang identik dengan “kesedihan di masa muda”. Ia

    dan orang tuanya tinggal di tempat yang kondisinya miskin. Dikisahkan,

    bahwa saat malam lebaran, anak-anak seusianya bergembira dengan bermain

    petasan, Bung Karno tidak bisa melakukan hal yang sama. Bahkan, pada saat

    Hari Lebaran Bung Karno hanya bisa berbaring di tempat tidurnya yang

    kecil, hatinya sedih karena teman-temannya diluar bersuka ria bermain

    petasan, sementara ia hanya berdiam diri dirumah, walaupun ia juga

    menginginkannya tetapi harapannya tidak terkabulkan karena kondisinya

    yang serba pas-pasan (Soyomukti, 2009: 58-59).

    Kehidupan Soekarno pada masa kecilnya masih serba pas-pasan,

    bahkan masih banyak kekurangan. Ibunda Soekarno seorang wanita yang ulet

    dan hemat, guna menghemat uang belanja seringkali Ibu Idayu tidak

    langsung membeli beras, tetapi membeli gabah. Tiap hari gabah itu ditumbuk

    di lesung supaya menjadi beras kemudian ditanak sampai matang. Seringkali

    Soekarno ikut membantu ibunya untuk menumbuk gabah, ia

    mengerjakkannya dengan hati yang sangat gembira.

  • 23

    Pada waktu kecil, Soekarno sudah akrab dengan rakyat kecil. Di

    rumah Soekarno lebih banyak diasuh oleh pembantu rumah tangga, bernama

    Mbok Sarinah. Mbok Sarinah ini mempunyai pengaruh besar pada jiwa

    Soekarno, ia pernah memberi nasihat pada Soekarno waktu masih kecil

    dengan kata-kata,

    “Karno, yang terutama harus engkau cintai adalah ibumu.

    Kemudian engkau harus pula mencintai rakyat jelata. Engkau harus

    mencintai manusia sesamanya” (Soyomukti, 2012: 90).

    Satu bagian di dalam riwayat hidup Soekarno, di zaman kanak-

    kanak yang menarik perhatian ialah perasaan belas kasih terhadap orang-

    orang yang hidup melarat, yang kemudian dinamakannya Kaum Marhaen. Ia

    suka bergaul dengan orang-orang yang miskin. Dari pergaulan itu ia menarik

    beberapa pelajaran dan kesan yang kemudian hari ternyata menentukan

    aliran peruangannya. Perhatian terhadap rakyat kecil ini atau Wong Cilik

    adalah pengaruh dari pegasuhannya yaitu Mbok Sarinah.

    2. Masa Remaja Ir. Soekarno

    Pada usia 14 tahun, Soekarno telah tamat dari Europesche Lagere

    School (ELS), kemudian ia meneruskan sekolahnya ke Hogere Burger Scool

    (HBS) di Surabaya. Selama bersekolah di Surabaya, ia tinggal di rumah

    H.U.S Tjokroaminoto. Selama Soekarno di rumah Haji Umar Said

    Tjokrominoto, ia membayar uang kost sebesar 11 gulden. Di tempat kostnya,

    Soekarno juga hidup sederhana, kamarnya sungguh sempit, tanpa jendela,

    hanya ada kursi dan meja belajar dari kayu,

  • 24

    gantungan baju dan tempat tidur sangat sederhana, lampunya juga hanya

    remang-remang dengan watt kecil. Orang tuanya tiap bulan hanya mengirim

    12,5 gulden. Jadi, uang saku Soekarno harus berhemat sehingga tidak pernah

    jalan-jalan di restoran, tidak pernah hidup berfoya-foya dan berhura-hura.

    Kadang-kadang Soekarno memang menonton bioskop, biasanya ia duduk di

    kelas belakang layar. Bagi yang karcisnya mahal disediakan tempat duduk di

    depan layar, tetapi ada juga karcis kelas kambing, yaitu di belakang layar.

    Pada saat Soekarno muda, di Indonesia belum ada orang yang

    memiliki sepeda motor, hanya ada sepeda yang merupakan harta kekayaan

    berharga. Pada masa itu ia belum mempunyai sepeda, seingga ia giat untuk

    menabung berbulan-bulan hanya untuk membeli sepeda tersebut. Kemudian

    tabungannya yang berbulan-bulan sudah terkumpul berjumlah 8 Rupiah dan

    cukup untuk membeli sepeda baru merk Fongers yang paling bermutu pada

    waktu itu.

    Pada suatu hari, Harsono putera Haji Umar Said Tjokroaminoto

    meminjam sepeda Soekarno tanpa izin terlebih dahulu pada pemiliknya.

    Tiba-tiba Harsono mengalami nasib yang sial, ia menabrak pohon sehingga

    sepeda itu bengkok-bengkok. Mula-mula ia berdiam diri karena takut.

    Setelah Soekarno mengetahui, bahwa Harsono yang merusakkan sepeda

    barunya, ia menjadi sangat marah kemudian menendang pantatnya Harsono

    sampai menangis karena kesakitan. Setelah itu, Soekarno menjadi iba

    hatinya dan menyesali kelakuannya, lalu berdiam

  • 25

    diri dan giat menabung lagi, setelah tabungannya terkumpul ia membeli

    sepeda Fongers baru. Tetapi, sepeda barunya itu diberikan kepada Harsono

    Tjokroaminoto. Sementara sepedanya yang rusak sudah lama

    diperbaiki(Tugiyono, 2000: 9-10).

    Pada pertunjukkan wayang, tokoh yang menjadi idolanya adalah

    Bima atau Werkudara, sosok Bima merupakan pahlawan yang saleh dari

    tradisi Jawa. Selain Bima, Karna juga menjadi panutan Soekarno. Pada

    bioskop, Soekarno juga mempunyai tokoh idola, yaitu Norman Kerry.

    Bahkan ia juga pernah terpengaruh pada gaya sisiran rambut dan potongan

    kumis Norman Kerry, untuk beberapa waktu itu ia menyisir rambutnya dan

    membiarkan kumisnya tumbuh seperti model tokoh idolanya. Tetapi, masa

    puber itu hanya sebentar, ia kembali pada kepribadiannya. Rekreasi yang

    disukai Soekarno adalah suka berjalan kaki dan naik sepeda berkeliling kota

    dan masuk kampung keluar kampung, bahkan pernah bersepeda keliling

    Pulau Jawa pada masa mudanya(Kasenda, 2014: 219-220).

    Soekarno waktu muda tidak terlihat menyukai suatu cabang

    olahraga, seperti bermain bulu tangkis, tenis, sepak bola maupun catur dan

    bridge. Tetapi, ia sangat mementingkan olahraga aerobik alamiah, seperti

    berjalan kaki dan berenang di kali. Selain itu, ia juga sering berdarmawisata

    ke pegunungan, misalnya ke daerah Wlingi 20 km dari kota Blitar. Bahkan

    ketika tahun 1918,

  • 26

    ia pergi ke Wlingi tiba-tiba Gunung Kelud meletus, beruntung ia dan teman-

    temannya dapat terhindar dari bahaya bencana alam itu.

    Masih ada lagi kesukaan Soekarno yang jarang dimiliki teman-

    temannya, yaitu membaca buku. Ia seringkali meminjam dan membaca buku

    dari perpustakaan perkumpulan Theosofi. Ayahnya memang anggota

    Perkumpulan Theosofi, yaitu perkumpulan orang yang tekun mempelajari

    dan membahas berbagai aliran agama dan aliran spiritual yang hidup dalam

    masyarakat. Tentu saja, sebagian besar buku perpustakaan Theosofi terdiri

    dari buku humaniora, filsafat dan renungan kebatinan dari para pemikir dan

    filosof. Tidak ada buku tentang hiburan, roman, novel olahraga, dan hura-

    hura.

    Pada usia 16-18 tahun, Bung Karno sudah gemar membaca buku

    filsafat karena itu ia tidak asing dengan buah pikiran para ahli filsafah,

    seperti Rabindranath Tagore, Vivekananda, Mahatma Gandhi dan juga para

    tokoh keagamaan dan negarawan, seperti Martin Luther dan Sun Yat Sen.

    B. Pendidikan Ir. Soekarno

    1. Pendidikan Masa Kecil Ir. Soekarno

    Pada usia 6 tahun, Soekarno dimasukkan ke sekolah desa di

    Tulungagung. Waktu itu dia tidak kelihatan rajin pada saat di sekolahan,

    malahan ia termasuk murid yang pemalas, karena terganggu oleh cerita-cerita

    wayang. Kemudian ketika ayahnya dipindah di Mojokerto, ia pun

  • 27

    ikut pindah bersama ayahnya, di kota inilah ia meneruskan sekolahnya yang

    dipimpin oleh ayahnya.

    Pada usia 13 tahun, Soekarno telah lulus dari Sekolah Dasar

    Bumiputera. Ayahnya yang bercita-cita agar Soekarno dapat meneruskan

    pelajarannya ke sekolah menengah kemudian ke perguruan tinggi. Ayah

    Soekarno adalah seorang mantra guru atau kepala sekolah Bumiputera yang

    bercita-cita tinggi. Kalau Soekarno tamat sekolah dasar Bumiputera 5 tahun,

    pasti tidak dapat meneruskan pelajarannya karena tidak dapat berbahasa

    belanda. Karena itu Bapak Sukemi Sosrodihardjo meminta bantuan ibu guru

    bahasa Belanda, yaitu Juffrouw M.P. de La Riviere untuk mengajar bahasa

    Belanda pada Soekarno. Tiap hari ia belajar bahasa Belanda selama satu jam.

    Pada waktu yang singkat ia sudah pandai berbahasa Belanda.

    Sesudah itu ayah Soekarno membawanya ke Sekolah dasar Belanda

    atau Europesche Lagere School (ELS). Tetapi, bahasa Belanda Soekarno

    yang dipandang masih kurang oleh Kepala Sekolah belanda, terpaksa ia

    diharuskan kembali mengulang di kelas V sekolah belanda, bukannya duduk

    di kelas IV. Agar tidak melanggar batas usia, maka ayahnya menurunkan

    umur Soekarno menjadi berusia 12 tahun. Tentu hal tersebut tidak

    menyenangkan Soekarno tetapi apa boleh buat terpaksa ia menerima. Di

    Sekolah Dasar Belanda, Soekarno mempunyai banyak teman-teman kelas

    berbangsa Belanda dan juga keturunan Tionghoa. Di sini, ia mulai tampak

    kerajinannya, bahkan ia menjadi anak yang

  • 28

    terpandai sehingga di luar sekolah diambilnya pelajaran-pelajaran bahasa

    Perancis.

    2. Pendidikan Masa Remaja Ir. Soekrno

    Pada usia 14 tahun, Soekarno telah tamat ELS dan lulus Klein

    Ambtenaar Examen (Ujian Calon Pegawai Rendahan). Kemudian ia

    meneruskan sekolahnya ke HBS di Surabaya. HBS itu kependekan dari

    Hogere Burger School artinya sekolah bagi para warga kelas atas.

    Sebenarnya HBS itu sekolah menengah pertama dan sekaligus sekolah

    menengah umum. Lama belajarnya lima tahun dan tamatannya dapat

    meneruskan ke perguruan tinggi. Di sekolah tersebut semua bahasa Eropa

    modern, yaitu Inggris, Jerman dan Perancis serta bahasa klasik seperti bahasa

    latin. Selama bersekolah di surabaya, ia tinggal di rumah H.U.S.

    Tjokroaminoto yang pada waktu itu menjadi pemimpin Sarekat Islam.

    Ketika Soekarno belajar di HBS Surabaya, jumlah muridnya ada

    300 orang. Hanya 20 orang yang berbangsa Indonesia. Semua murid

    Indonesia diwajibkan memakai pakaian daerah. Waktu itu Soekarno juga

    selalu memakai kain batik dengan blangkon (tutup kepala) dan jas serta

    selop. Kalau ke sekolah ia selalu berjalan kaki, karena jaraknya hanya 1 km,

    ia adalah orang yang hemat, ia mampu menabung untuk membeli sepeda

    Fongers dua kali, yang satu untuk dirinya sendiri dan yang kedua kalinya

    diberikan kepada Harsono.

    Pergaulan antar murid di HBS itu ternyata tidak wajar dan tidak

    sehat. Sehingga anak-anak belandabersikap angkuh dan memandang

  • 29

    rendah terhadap murid pribumi atau Indonesia. Apalagi terhadap Soekarno

    yang tampak menonjol di antara kawan-kawannya,dimana ia mempunyai

    tubuh yang tegap dan tinggi dibandingkan kawan-kawannya, lagi pula

    Soekarno mempunyai keberanian.

    Selama bersekolah di HBS surabaya, ia tinggal di rumah (in de

    kost) Haji Umar Said Tjokroaminoto yang pada waktu itu menjadi pemimpin

    Sarekat Islam di kampong Peneleh, Surabaya. Rumah kost itu dikelola oleh

    Ibu Umar Said Tjokroaminoto, seorang wanita bangsawan dan puteri seorang

    patih. Di rumah itu juga banyak anak Indonseia yang kelak memainkan

    peranan dalam sejarah Indonesia, diantaranya Abikusno Tjokrosuyoso yang

    kemudian menjadi Menteri Pekerjan Umum dalam Kabinet RI yang pertama,

    Hermen Kartawisastra dan Alimin, pemimpin muda Sarekat Islam yang

    menjadi Komunis. Rumah Haji Umar Said Tjokroaminoto sering kali

    dikunjungi oleh pemimpin-pemimpin sarekat Islam yang lain, diantaranya

    Agus Salim, Suryopranoto, dan Abdul Muis (Tugiyono, 2000: 13).

    Haji Umar Said Tjokroaminoto mempunyai keyakinan pada

    Soekarno, bahwa ia kelak akan menjadi pemimpin bangsa, karena masih

    muda dan tumbuh jiwa pemimpin yang besar. Haji Umar Said Tjokroaminoto

    pernah berkata tentang Soekarno,

    “Ikutilah anak ini, dia akan mejadi pemimpin. Aku bangga karena

    telah memberinya tempat berteduh di rumahku” (Tugiyono, 2000:

    14)

  • 30

    Banyak orang yang mempunyai instuisi bahwa Soekarno akan

    menjadi pemimpin, diantaranya Nenek Bung Karno, Ibu Ida Ayu Nyoman

    Rai, Profesor Hartagh, guru bahasa Jerman Bung Karno di HBS, Dr.

    Douwes Dekker, dan Dr. Danudirja Setiabudhi. Bahkan hampir semua

    bangsa Indonesia pada zaman penjajahan, baik terang-terangan maupun

    tersembunyi dalam batin menaruh harapan besar bahwa kelak Bung Karno

    akan menjadi pemimpinnya.H.U.S Tjokroaminoto sendiri sering mengajak

    Bung Karno pergi untuk mengikuti rapat dan pertemuan politik. Bakat

    kepemimpinan Bung Karno makin tampak sejak ia duduk di bangku HBS.

    Pernah pada suatu waktu Bung Karno mengikuti pertemuan antar-pelajar,

    ketika itu ada seorang tokoh pelajar yang berbicara dan mengatakan, bahwa

    pelajar harus pandai dan menguasai bahasa belanda dengan baik. Rupanya

    Soekarno tidak sepaham dengan pendapat ini, tiba-tiba untuk pertama

    kalinya Soekarno naik ke meja dan berpidato dengan nada keras, Soekarno

    berkata,

    “Tidak betul itu, kita tidak mutlak harus pandai dan menguasai

    bahasa Belanda. Ingatlah, tanah Indonesia ini jauh lebih luas

    daripada negeri Belanda. Penduduknya juga jauh lebih banyak

    daripada bangsa Belanda, mengapa kita harus menguasai bahasa

    mereka”

    Kemudian Soekrno melanjutkan,

    “adalah lebih penting untuk mempelajari bahasa Melayu. Marilah

    kita kembangkan bahasa Melayu yang dapat mempersatukan

    berbagai kelompok bangsa di Nusantara” (Suseno, 2014: 56)

  • 31

    Apa yang diuraikan Soekarno itu menjadi bukti bahwa semangat

    kebangsaan atau nasionalisme sudah tumbuh dan berkembang pada dirinya

    sejak muda, kemudian Bahasa Melayu tersebut berkembang menjadi Bahasa

    Indonesia. H.U.S. Tjokroaminoto sangat tertarik pada pemuda ini, kelihatan

    dalam dirinya bakat untuk menjadi orang terkemuka di masa depan. Apalagi

    setelah Soekarno berpidato di muka rapat-rapat pemuda dengan suaranya

    yang lantang, gerak-geriknya yang menarik hati dan pilihan kata yang

    bersemangat, sehingga memperlihatkan tanda-tanda bahwa ia mempunyai

    bakat yang besar untuk menjadi ahli pidato.

    Soekarno kerap sekali menulis dalam Utusan Hindia yang

    dipimpin oleh Tjokroaminoto, di sinilah ia memakai nama Bima dalam

    tulisan-tulisannya, Kemudian ia memasuki Sarekat Islam. Ia juga tertarik

    pada ajaran agama Islam, ketika Kyai Haji Ahmad Dahlan ketua

    Persyarikatan Muhammadiyah dari Yogyakarta berkunjung ke rumah H.U.S

    Tjokroaminoto dan mengadakan dakwah, ia sangat terpesona oleh apa yang

    diuraikannya. Sejak pertemuannya dalam pengajian yang pertama itu,

    Soekarno kemudian menghadiri tabligh-tabligh Kyai Haji Ahmad Dahlan

    yang lain apabila sedang berdakwah di Surabaya.

    Pada tanggal 10 juni 1920, soekarno lulus dari HBS. Sesudah lulus

    dari Hogere Burger School, ia dan kawan-kawannya sepakat untuk

    melanjutkan pelajarannya ke perguruan tinggi ke negara Belanda. Tetapi,

  • 32

    Ibunda Bung Karno dengan tegas melarang, Soekarno tetap ingin pergi ke

    luar negeri dan berkata kepada Ibunya,

    “Apa salahnya bersekolah di lur negeri”

    Dengan cepat Ibunya bertanya,

    “Apa sebabnya Karno begitu ingin bersekolah di negeri Belanda?

    Apakah ingin memperoleh ilmu pengetahuan dan ijazah? Ataukah

    berharap dapat mengawini gadis Belanda?”

    Soekrno menjwab,

    “ingin mendapat ilmu pengetahuan dan ijazah.”

    Ibunya menjawab,

    “kalau begitu, belajar di sini, di Indonesia juga akan mendapat

    ilmu pengetahuan dan ijazah” (Susilo, 2016: 25)

    Maka Soekarno melepaskan niatnya untuk pergi ke negeri

    Belanda dan bersiap-siap pergi ke Bandung untuk menjadi mahasiswa

    Technische Hoge School(THS) yang sekarang dikenal sebagai ITB (Institut

    Teknologi Bandung).

    3. Pendidikan Masa Dewasa Ir. Soekarno

    Pada tahun 1920 Soekarno lulus pendidikan Hogere Burger School

    di Surabaya. Ia melanjutkan ke Technische Hoge School (sekarang ITB)

    dibandung. Ia mengambil jurusan teknik sipil. Di sana, ia tinggal di kediaman

    Haji Sanusi yang merupakan sahabat Tjokroaminoto dan masih termasuk

    anggota Sarekat Islam. Ketika di THS, ia juga aktif di berbagai kegitan,

    bersama Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo, dan Douwes Deker. Ia

    mendirikan sebuah organisasi National Indische Partij. Bung Karno adalah

  • 33

    seorang yang rajin belajar dan telah menyelesaikan studinya di banyak

    tempat, ternyata lebih banyak memperoleh ilmunya dengan cara mencari

    sendiri, baik berguru pada tokoh-tokoh yang berpengaruh maupun melalui

    buku-buku yang ia baca. Meskipun ia memiliki sekitar 26 gelar akademis di

    sepanjang hidupnya, namun gelar-gelar yang ia terima itu berupa doktor

    Honoris Causa (Islafatun, 2013: 28).

    Dia semakin pintar dan gemar membaca buku bahkan gemar

    membaca karya orang-orang besar dunia. Di antaranya, ia mengagumi

    Thomas Jefferson dengan Declaration of Independence yang ditulis tahun

    1776 (Suseno, 2014: 29). Pada 25 Mei 1926, Soekarno berhasil

    menyelesaikan studinya dan mendapatkan gelar Insinyur. Dengan gelar yang

    dimiliki, ia dinobatkan sebagai seorang ahli perancang bangunan, pekerja

    jalan raya, dan pegairan. Soekarno berkata,

    “Dengan dua orang kawan bangsa Indonesia yang berhasil

    bersama-sama denganku, maka pada tanggal 25 Mei 1926 aku

    memperoleh promosi dengan gelar “Ingenciur”. Ijazahku dalam

    jurusan teknik sipil menentukan, bahwa aku adalah seorang

    spesialis dalam pekerjaan jalan raya dan pengairan. Aku sekrang

    diberi hak untuk menuliskan namaku: Ir. Raden

    Soekarno”(Islafatun, 2013: 33)

    Setelah menyelesaikan studinya di THS, Soekarno tidak berhenti

    dari kiprah berorganisasi. Di tahun 1926, ia kembali mendirikan Algemene

    Studie Club yang didirikan oleh Dr. Soetomo. Organisasi inilah yang mejadi

    cikal bakal berdirinya Partai Nasional Indonesia tahun 1927 (Islafatun, 2013:

    34). Selain belajar tekun sebagai mahasiswa untuk mencapai gelar insinyur,

    ia juga bergerak di lapangan sosial dan politik.

  • 34

    Sementara itu, pergaulannya yang semakin meluas di kota Bandung menjadi

    pusat pergerakan nasional. Di kota Bandung, tempat berdiamnya Dr. Tjipto

    Mangunkusumo, Dr. Douwes Dekker kemudian menjadi Dr. Danudirdja

    Setiabudhi, Drs. Sosrokartono, dan kakak kandung Ibu Raden Ajeng Kartini

    juga menetap di Bandung. Demikian pula Abdul Muis dan Otto

    Iskandardinata dan Sutan Syahrir yang juga menetap di Bandung. Bung

    Karno juga mempunyai banyak teman mahasiswa yang sama-sama peduli

    pada nasib bangsanya, diantaranya ialah Iskaq dan Anwari. Sedangkan, Dr

    Tjipo Manngunkusomo yang lebih tua, lebih senior di panggil “sepku” atau

    my chief alias my boss oleh Bung Karno. Sep itu dari kata Chef bahasa

    belanda yang artinya sama dengan Chief. Kemudian Soekarno dan teman-

    temannya sepakat untuk membentuk suatu studi-klub seperti yang didirikan

    oleh Dr. Sutomo di Surabaya, yang berhasil mendirikan perkumpulan di

    antara kaum cendekiawan Indonesia dengan nama Indonesische Studie

    Club(Tugiyono, 2000: 22-23).

    Bung Karno kemudian aktif dalam kegiatan organisasi pemuda

    Tri Koro Darmo yang dibentuk sebagai organisasi dari Budi Oetomo. Pada

    tahun 1918, nama organisasi tersebut kemudian ia ganti menjadi Jong Java

    (pemuda jawa). Selain itu, kegemarannya dalam menulis kembali

    ditekuninya dengan aktif menulis di harian Oetoesan Hindia yang juga di

    pimpin oleh Tjokroaminoto(Islafatun, 2013: 32).

  • 35

    Pada akhirnya, di Bandung didirikan studi klub, bernama

    Generale Studie Club atau Algemeene Studie Club yang dipimpin oleh

    Soekarno dan didampingi oleh Iskaq dan Anwari. Menurut Bung Karno,

    Studie Club sebagai persiapan untuk membentuk partai politik yang

    berhaluan kebangsaan atau nasionalisme. Jadi, bukan berpaham marxisme

    atau komunisme dan islamisme.

    Pada tanggsal 25 Mei 1925, Soekarno dapat menyelesaikan

    studinya di THS setelah melalui perjuangan selama 5 tahun. Ia dapat lulus

    setelah membuat skripsi tentang perencanan sebuah pelabuhan, sejak itu

    nama resminya menjadi Ir. Soekarno kependekan dari Insinyur. Pencapaian

    gelar akademis bukan hanya kemenangan bagi Bung Karno pribadi, tetapi

    juga merupakan kemenangan bagi seluruh bangsa Indonesia terutama bagi

    pergerakan kemerdekaan nasional. Kemudian pada tanggal 26 Juli 1926

    membangun biro teknik bersama temannya untuk menopang

    ekonominya(Suseno, 2014: 21).

    C. Gelar Doctor Ir. Soekarno

    Kepintaran dan kejeniusan Soekarno juga bias dilihat dari 26 gelar

    Doktor Honoris Causa yang telah diterima Bung Karno Selama Hidupnya, 26

    gelar doktor tersebut, yaitu:

    a. Tanggal 30 januari 1951, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari Far Eastern

    University, Manila, Filipina.

    b. Tanggal 19 September 1952, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari Universitas

    Gajah Mada, Yogyakarta, Indonesia.

  • 36

    c. Tanggal 24 Mei 1956, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari Columbia

    University, New York, Amerika Serikat.

    d. Tanggal 27 Mei 1956, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari Michigan

    University, Michigan, Amerika Serikat.

    e. Tanggal 28 Juni 1956, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari Mc Gill

    University, Montreal, Kanada.

    f. Tanggal 23 Juni 1956, Doktor HC dalam Ilmu Teknik drai Berlin University,

    West Berlin, Jerman Barat.

    g. Tanggal 11 September 1956, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari

    Lomonosov University, Moskow, USSR (Uni Soviet).

    h. Tanggal 13 September 1956, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari Beograd

    University, Belgrado, Yugoslavia.

    i. Tanggal 23 September 1956, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari Karlova

    University, Praha, Cekoslovakia.

    j. Tanggal 27 April 1959, Doktor Hc dalam Ilmu Hukum dari Istanbul

    University, Istanbul, Turki.

    k. Tanggal 30 April 1959, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari Warsaw

    University, Warsawa, Polandia.

    l. Tanggal 20 Mei 1959, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari Brazil University,

    Ro de Jeneira, Brazillia.

    m. Tanggal 11 April 1960, Doktor HC dalam Ilmu Politik dari Sofia University,

    Sogia, Bulgaria.

  • 37

    n. Tanggal 13 April 1960, Doktor HC dalam Ilmu Politik dari Bucharest

    University, Bucharest, Rumania.

    o. Tanggal 17 April 1960, Doktor HC dalam Ilmu Mesin dari Budapest

    University, Budapest, Hungaria.

    p. Tanggal 24 April 1960, Doktor HC dalam Ilmu Filsafat dari Al-Azhar

    University, Kairo, Mesir.

    q. Tanggal 5 Mei 1960, Doktor Hc dalam Ilmu Sosial dan Politik dari La Paz

    University, La Paz, Bolivia.

    r. Tanggal 13 September 1962, Doktor HC dalam Ilmu Teknik dari Institut

    Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia.

    s. Tanggal 2 Febuari 1963, Doktor HC dalam Ilmu-ilmu Pengetahuan

    Kemasyarakatan dari University Indonesia.

    t. Tanggal 29 April 1963, Doktor HC dalam Ilmu-ilmu Pengetahuan Hukum,

    Politik dan Hubungan-hubungan Internasional dan Universitas Hasanuddin,

    Makasar, Indonesia.

    u. Tanggal 14 Januari 1964, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dan Politik dari

    Royal Khmre University, Phom Penh, Kamboja.

    v. Tanggal 2 Agustus 1964, Doktor HC dalam Ilmu Hukum dari University of

    the Philipiness, Manila, Filipina.

    w. Tanggal 3 November 1964, Doktor HC dalam Ilmu Pengetahuan Politik dari

    Universitas Pyongyang, Pyongyang, Korea Utara.

    x. Tanggal 2 Desember 1964, Doktor HC dalam Ilmu Ushuluddin Jurusan

    Dakwah dari Institut Agama Islm Negeri (IAIN) Jakarta, Indonesia.

  • 38

    y. Tanggal 23 Desember 1964, Doktor HC dalam Ilmu Sajarah dari University

    Padjadjaran, Bandung, Indonesia.

    z. Tanggal 3 Agstus 1965, Doktor HC dalam Ilmu Filsafat Ilmu Tuhiddari

    University Muhammadiyah, Jakarta, Inodonesia(Suseno, 2014: 30-33).

  • 39

    BAB III

    DESKRIPSI PEMIKIRAN

    A. Posisi Perempuan pada Masa Ir. Soekarno

    Dalam sejarah, perempuan merupakan kelompok yang tertindas,

    ketertindasan perempuan sangat meluas hampir seluruh masyarakat Indonesia,

    terutama pada masa Soekarno. Penindasan terhadap perempuan disebabkan oleh

    masyarakat perbudakan, feodal, kapitalisme, hingga patriaki. Masyarakat itulah

    yang membuat kaum perempuan mengalami ketertindasan. Ketertindasan yang

    menyebabkan kaum perempuan mengalami kesengsaraan sehingga membuat

    kaum perempuan berada pada posisi yang tidak menguntungkan. Soekarno

    mengungkapkan didalam bukunya yang berjudul Sarinah, yaitu:

    Saya bukan ahli fiqih. Tentunya agama Islam mempunyai hukum-hukum

    tertentu tentang perempuan. Tetapi saya mengetahui, bahwa di dalam

    masyarakat Islam, dulu, dan sekarang, ada beberapa aliran tentang posisi

    perempuan. Ada yang “kolot”, ada yang “modern”, ada yang “sedang”.

    Semuanya membawa dalil-dalilnya sendiri. Mana yang benar? Mana yang

    salah? (Soekarno, 2010: 9).

    Berbicara tentang masyarakat dulu dan sekarang pastinya berbeda,

    masyarakat dulu yang masih kuat dengan budaya kekolotannya membuat kaum

    laki-laki bertindak sewenangnya kepada perempuan, seperti mengurung

    perempuan di dalam rumah dan tidak diperbolehkan untuk keluar rumah, dimana

    mereka hanya berdiam diri di dalam rumah dan melayani suami, merawat anak,

    dan menjaga rumah, sebab itu sudah menjadi kewajibannya sebagai perempuan.

  • 40

    Keadaan yang dialami kaum perempuan dapat dicontohkan, seperti teman

    Soekarno yang sebagai guru sekolah di Bengkulu, ia mempunyai istri yang

    sangat dicintainya, akan tetapi ia tidak memperbolehkan istrinya untuk keluar

    rumah apalagi bertemu orang lain. Dengan demikian, membuat istrinya tidak

    menyukainya dan ia merasa bahwa dirinya terkurung. Soekarno mengungkapkan,

    Ternak masih melihat dunia-luaran, tetapi di beberapa daerah di Indonesia

    masih banyak Zubaida-Zubaida dan Saleha-Saleha yang dikurung antara

    dinding-dinding yang tinggi. Yang mereka lihat sehari-hari hanyalah

    suami dan anak, periuk nasi dan batu pipisan saja. Ya, sekali-sekali

    mereka boleh keluar, sekali-sekali, kalau sang suami mengizinkan

    (Soekarno, 2010: 8).

    Jadi, Menurut Soekarno adalah seorang laki-laki harus memberi

    kemerdekaan yang lebih kepada perempuan, karena perempuan bukanlah

    patung atau benda yang harus disimpan didalam rumah, tetapi sosok perempuan

    yang harus diperhatikan dan dimuliakan. Maka sebagai laki-laki harus memberi

    kebebasan perempuan untuk mendapatkan pengetahuan yang luas. Penindasan

    dan ketidakadilan yang dialami kaum perempuan semakin bertambah sehingga

    menyebabkan merosostnya kedudukan perempuan dalam masyarakat. Menurut

    Soekarno, masyarakat harusnya bersikap adil kepada perempuan, walaupun

    secara fisik perempuan dan laki-laki itu berbeda tetapi mempunyai posisi yang

    sama dan peran mereka sama-sama dibutuhkan untuk kemajuan bangsa

    Indonesia. Perempuan itu berbeda dengan laki-laki, namun juga sama dengan

    laki-laki. Ada kondisi umum yang menjadikan perempuan sama dengan laki-laki,

    namun ada pula kondisi khusus yang dimiliki perempuan yang membuatnya

  • 41

    berbeda, tetapi bukan berarti untuk dibedakan. Soekarno mengungkapkan

    didalam bukunya yang berjudul Sarinah, yaitu:

    Alangkah baiknya masyarakat yang sama adil di dalam hal ini. Yang

    sama adil pula di dalam segala hal yang lain-lain. Saya akui, adalah

    perbedaan yang fundamental antara laki-laki dan perempuan. Perempuan

    tidak sama dengan laki-laki, laki-laki tidak sama dengan perempuan. Itu

    tiap-tiap hidung mengetahuinya (Soekarno, 2010: 24).

    Selain itu perbedaan gender juga membuat kaum perempuan mengalami

    ketidakadilan dalam posisinya, posisi yang tidak adil dalam masyarakat.

    Masyarakat yang memandang bahwa peran dan kedudukan perempuan dan laki-

    laki itu berbeda. Sebab, kodrat perempuan adalah sebagai ibu maupun istri, yang

    sebagai penjaga rumah tangga, sedangkan laki-laki kodratnya sebagai pencari

    nafkah. Soekarno mengungkapkan didalam bukunya yang berjudul

    Sarinah,yaitu:

    Kodrat alam menetapkan perempuan dibawah laki-laki, sempurnakannlah

    perempuan itu untuk lebih sempurna mengabdi laki-laki! (Soekarno,

    2010: 153).

    Hanya dikarenakan kodrat perempuan adalah dalam wilayah domestik,

    membuat mereka harus tetap didialam rumah dan tidak diperbolehkan untuk

    keluar rumah, dengan demikian membuat kaum perempuan tidak memperoleh

    haknya untuk berperan aktif dalam ranah publik. Bangsa Indonesia tidak akan

    maju apabila posisi perempuan selalu direndahkan apalagi berada dibelakang.

    Menurut Muslhikhati (2004: 32) mengatakan, penyebab perempuan pada posisi

    terbelakang adalah salah perempuan sendiri, yaitu karena kebodohan dan sikap

    irasional mereka dalam berpegang teguh pada nilai-nilai tradisional (agama,

  • 42

    tradisi, dan budaya yang mengungkung perempuan dalam dunia domestik yang

    statis tidak produktif). Nilai-nilai tradisional inilah yang menyebabkan mereka

    tidak bisa bersaing secara adil dengan laki-laki. Soekarno mengungkapkan

    didalam bukunya yang berjudul Sarinah, yaitu:

    Tetapi, bagaimana wanita dapat ikut serta sehebat-hebatnya kalau wanita

    sendiri belum sadar, dan kalau pihak laki-laki emoh kepada ikut sertanya

    wanita itu, karena laki-laki sendiri masih dihinggapi oleh paham-paham

    kolot tentang wanita?(Soekarno, 2010: 238).

    Perempuan bukan pelayan atau sosok yang lebih rendah bagi laki-laki,

    melainkan partner yang harus bersama-sama berjuang untuk proyek pembebasan

    rakyat tertindas. Menurut Soekarno, menempatkan perempuan pada posisi yang

    setara dengan laki-laki itu penting, agar perempuan mendapatkan peluang untuk

    maju sebagaimana peluang yang telah didapatkan oleh kaum laki-laki. Maka dari

    itu, soal perempuan tidak boleh diabaikan dan disingkirkan, mereka harus lebih

    diperhatikan agar ketertindasan yang dialaminya dapat berakhir dengan baik.

    Soekarno mengungkapkan didalam bukunya yang berjudul Sarinah, yaitu:

    “Bahwa soal perempuan seluruhnya (juga dalam masyarakat Islam) masih

    harus dipecahkan. Masih satu “soal”. Atau, jikalau memakai perkataan

    Encik Ratna Sari: masih satu “dilema”, masih satu “soal yang pelik”.

    Sekali lagi, soal perempuan seluruhnya, dan bukan hanya misal tabir atau

    lain-lain soal yang kecil saja! Soal perempuan seluruhnya, posisi

    perempuan seluruhnya di dalam masyarakat, itulah yang harus mendapat

    perhatian sentral, itulah yang harus kita pikirkan dan pecahkan, agar

    posisi perempuan di dalam Republik Indonesia bisa kita susun

    sesempurna-sesempurnanya” (Soekarno, 2010: 10).

    Usaha yang harus ditempuh oleh kaum perempuan, agar terlepas dari

    kondisi yang dialaminya adalah dengan membangkitkan kesadaran pemikiran

    tentang kondisi yang menimpa mereka saat ini dengan cara melalui pendidikan,

  • 43

    dengan pendidikan kaum perempuan akan terbebas dari kondisi tersebut. Sebab,

    pendidikan dan pengajaran untuk perempuan adalah suatu hal yang perlu.

    Seorang perempuan tidak akan dapat menunaikan tugas kehidupannya baik di

    lingkungan sosial maupun keluarga, apabila tidak dibekali dengan pendidikan

    yang memadai.

    B. Pendidikan Perempuan menurut Soekarno dalam Buku Sarinah

    Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan

    kemampuan sikap dan bentuk tingkah lakunya dalam masyarakat. Dengan

    pendidikan manusia akan mendapatkan berbagai macam pengetahuan untuk

    bekal kehidupannya karena pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus

    di penuhi sepanjang hayat (Ihsan, 2005: 2). Sedangkan menurut Soekarno,

    pendidikaan menjadi prioritas utama untuk dilaksanakan oleh umat manusia baik

    laki-laki maupun perempuan, pendidikan merupakan kegiatan yanag pada

    kenyataannya menjadi faktor penentu bagi perkembangan umat manusia.

    Soekarno menyebut pendidikan karena ia menyadari bahwa di bidang ini

    perempuan masih sangat jauh tertinggal dibandingkan laki-laki. Kaum

    perempuan yang tidak mendapatkan haknya untuk menuntut ilmu, dimana

    mereka dikurung dan dikucilkan, sehingga membuat mereka tidak mendapatkan

    kesempatan untuk maju seperti laki-laki. Laki-laki yang lebih banyak

    memperoleh pendidikan dan lebih memperoleh ilmu dan pengetahuan, sehingga

    membuat laki-laki menjadi superior. Berbeda dengan perempuan, dimana

    perempuan tidak mendapatkan haknya untuk menuntut ilmu, sebab masyarakat

  • 44

    yang masih kuat dengan kekolotannya. Soekarno mengungkapkan didalam

    bukunya yang berjudul Sarinah, yaitu:

    Bahwa di dalam masyarakat sekarang kebanyakannya kaum laki-lakilah

    yang memegang obor ilmu pengetahuan dan falsafah dan politik. Benar

    sekali, di dalam masyarakat sekarang! Benar sekali: di dalam masyarakat

    sekarang ini, di mana laki-laki mendapat lebih banyak kesempatan buat

    menggeladi akal-pikirannya, maka kaum laki-lakilah yang kebanyakan

    menduduki tempat-tempat kemegahan ilmu dan pengetahuan. Di dalam

    masyarakat sekarang ini, di mana kaum perempuan banyak yang masih

    dikurung, banyak yang tidak dikasih kesempatan maju ke muka di

    lapangan masyarakat (Soekarno, 2010: 28).

    Ketertinggalan kaum perempuan dalam dunia pendidikan akan

    menyebabkan ilmu dan pengetahuannya membumbung ke udara, itu terjadi

    karena kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan untuk

    perempuan. Menurut Soekarno, hak dan kewajiban perempuan dan laki-laki itu

    sama, jika laki-laki dapat mengikuti segala aktivitas dalam masyarakat maka

    perempuan juga harus dilibatkan dalam aktivitas tersebut. Sebab, perempuan

    mempunyai peran yang penting bagi Indonesia. Penindasan terhadap kaum

    perempuan merupakan akibat dari masyarakat yang memperlakukan kaum

    perempuan tidak adil dan menganggap bahwa perempuan tugasnya bukan diluar

    rumah tetapi didalam rumah, sehingga tidak diperbolehkan untuk mengikuti

    aktiviats-aktivitas yang dilakukan laki-laki dan tidak diperbolehkan untuk

    berperan dalam ranah publik. Soekarno mengungkapkandidalam bukunya yang

    berjudul Sarinah, yaitu:

    Bahwa masyarakat sekarang ini di dalam hal ini tidak adil antara laki-laki

    dan perempuan. Laki-laki minta haknya menurut hukum alam, perempuan

    pun minta haknya menurut kodrat alam. Ditentang haknya menurut

    kodrat alam ini tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Tapi,

  • 45

    dari masyarakat sekarang, laki-laki nyata mendapat hak yang lebih, nyata

    mendapat kedudukan yang lebih menguntungkan (Soekarno, 2010: 23).

    Menurut Soekarno, perempuan tidak mendapatkan haknya dikarenakan

    masyarakat yang masih menganggap bahwa perempuan tidak perlu

    berpengetahuan luas dan berpendidikan tinggi, karena pada akhirnya perempuan

    akan kembali pada kodratnya yang sebenarnya, yaitu merawat anak dan menjaga

    rumah tangga. Tapi, itu tidak menjadi bukti bahwa kaum perempuan tidak berhak

    untuk menempuh pendidikan apalagi otak kaum perempuan itu kurang dari

    kwalitet otak kaum laki-laki, atau ketajaman otak perempuan kalah dengan

    ketajaman otak laki-laki. Walaupun kwalitetnya sama, ketajamanya sama,

    kemampuannya sama, kesempatan bekerjanya tidak sama, dan kesempatan

    berkembangnya tidak sama. Dengan demikian, itu dapat menjadi alasan bahwa

    itu terjadi karena kaum perempuan tidak dikasih kesempatan oleh masyarakat.

    Agar perempuan mendapatkan haknya yang sama dengan laki-laki dalam

    menuntut ilmu maupun ikut dalam aktivitas masyarakat. Maka, Pada 22

    Desember 1928, Kongres Ibu diadakan pertama kali, Soekarno mengambil

    kesempatan ini untuk mengemukakan pendapatnya tentang perempuan. Pada

    Kongres Kaum Ibu 1928 Soekarno mengungkapkan,

    Apakah kiranya sudah cukup, yang kaum ibu Indonesia menjadi sama

    haknya dengan kaum bapak Indonesia-hak kaum bapak Indonesia yang

    terikat-ikat ini? Apakah kiranya sudah cukup, yang kaum ibu Indonesia

    menjadi sama derajatnya dengan kaum bapak Indonesia, derajat kaum

    bapak Indonesia yang tak lebih daripada derajatnya orang jajahan, tak

    lebih daripada derajatnya putri negeri yang tak merdeka (Arivi, 2006: 25).

  • 46

    Dalam pidato tersebut, Soekarno menyerukan pendapatnya tentang

    perempuan, dimana Soekarno menginginkan agar adanya kesetaraaan antara

    perempuan dan laki-laki, dan memperjuangkan hak-hak perempuan untuk

    menempatkan kedudukannya di ranah publik secara setara dengan laki-laki.

    Tetapi, itu semakin mendapat banyak halangan, dikarenakan cara berpikir

    masyarakat yang menghendaki perempuan untuk kembali ke dalam rumah, sebab

    itu sudah menjadi kewajibannya yang tidak bisa diubah apalagi ditinggalkan.

    Soekarno menganggap, bahwa hal tersebut bukanlah masalah, walaupun kodrat

    perempuan sebagai ibu dan istri jika ingin menuntut ilmu itu bukan halangan

    bagi mereka, Karena menuntut ilmu dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa

    memandang status maupun jenis kelamin. Tetapi, dengan satu catatan kaum

    perempuan tidak keluar dari kodratnya sebagai perempuan. Soekarno

    mengungkapkan didalam bukunya yang berjudul Sarinah, yaitu:

    Sebab, meskipun dia sudah bekerja di masyarakat, yaitu bekerja sebagai

    produsen masyarakat di dalam pabrik atau di perusahaan lain, ia tetap

    seorang wanita, tetap ia seorang istri, tetap ia seorang ibu. Tetap ia ingin

    membahagiakan suaminya, tetap ia ingin membahagiakan anak-anaknya.

    Kewajiban terhadap suami dan anak ini, tak dapat dan tak mungkin ia

    lupakan (Soekarno, 2010: 80).

    Hak dan kewajiban perempuan dan laki-laki adalah sama. Jika laki-laki

    dapat menuntut ilmu maka perempuan juga dapat menuntut ilmu. Sebab,

    menuntut ilmu dapat dilakukan setiap manusia, kaya atau miskin, lemah atau

    kuat, bodoh atau pandai. Dengan mengutip seorang penulis bangsa timur,

    Soekarno mengungkapkan didalam bukunya yang berjudul Sarinah, yaitu:

  • 47

    Ia minta pendidikan bersama bagi pemuda dan pemudi, menuntut wanita

    diberi hak memasuki semua jabatan, mengemukakan hak yang sama bagi

    orang laki-laki dan perempuan (Soekarno, 2010: 185).

    Menurut Soekarno, pendidikan merupakan hal yang penting bagi

    perempuan sebab merekalah yang paling bertanggung jawab dalam mendidik

    anak-anaknya. Bagaimana mungkin perempuan mampu mendidik anaknya secara

    optimal apabila kondisi mereka sendiri sangat terbelakang. Bahkan pendidikan

    bagi perempuan sangat berguna karena dapat menciptakan hubungan yang saling

    menghargai dan memahami di antara laki-laki dan perempuan. Berkat adanya

    pendidikan, perempuan akan dapat membuat kehidupan rumah tangga semakin

    baik dan menjadikan keluarga lebih bahagia.

    Jadi, pendidikan bagi perempuan sangatlah penting, agar perempuan

    mempunyai kemampuan dan keahlian dalam berpikir sehingga dapat tersalurkan

    dalam keluarga ,aupun masyarakat. Hal tersebut dibuktikan pada zaman dulu, di

    bidang pertanian perempuan disebut sebagai manusia yang pertama mendapatkan

    ilmu bercocok tanam. Ilmu tersebut didapatkan ketika kaum laki-laki disibukkan

    dengan berburu di hutan, maka lambat laun terbukalah ingatan perempuan untuk

    bercocok tanam dengan menanam benih-benih sehingga menghasilkan berbagai

    makanan yang menjadi sumber kehidupan manusia. Bercocok tanam adalah

    sebagai sumber kehidupan manusia. Mulai sekarang perempuan menjadi

    makhluk yang penting dan berharga, sebab mereka sekarang sebagai pembuat

    bekal hidup, seperti ubi, jagung, dan lain-lain. Soekarno mengungkapkan

    didalam bukunya yang berjudul Sarinah, yaitu:

  • 48

    “Maka dia, perempuan, adalah berjasa besar kepada kemanusiaan sebagai

    makhluk yang pertama-tama mendapatkan ilmu bercocoktanam, yang

    sampai sekarang menjadi tiang penghidupan manusia di muka bumi. Dan

    bukan saja yang mendapatkan rahasia pertanian! Ia juga adalah pekerja

    pertanian yang pertama. Ia juga adalah petani yang pertama. Buat jasa ini

    saja kemanusiaan pentas mendirikan patung terima kasih bagi perempuan

    itu!” (Soekarno, 2010: 51).

    Perempuan bukanlah makhluk yang lemah akalnya dibanding laki-laki,

    bahkan sejarah sudah membuktikan bahwa perempuan lebih dulu berpikir

    dengan akalnya daripada laki-laki. Dialah yang memulai ilmu pengetahuan di

    dalam kemanusiaan, pengetahuan dan kemampuan perempuan lebih jauh tinggi

    daripada laki-laki, dengan kemampuan akalnya, ia bisa lebih kuat daripadaki-

    laki. Menurut Mansur (2007: 202) mengatakan, perempuan yang berwawasan

    luas, niscaya akan luas pula wawasannya sehingga dapat melakukan yang terbaik

    bagi kepentingan suami, anak-anaknya, tetangga dan agamanya. Menurut

    Soekarno, masyarakat harus memberi kesempatan kepada perempuan dalam

    menuntut ilmu. Agar perempuan dapat mengembangkan ide-idenya maupun

    bakatnya yang selama ini terpendam. Dengan ilmu tersebut membuat kaum

    perempuan dapat menciptakan berbagai macam kegiatan dengan cara mereka

    sendiri.

    Soekarno beranggapan bahwa zaman dulu kaum perempuan tidak

    selemah dan sebodoh kaum perempuan sekarang. Dulu, kaum perempuan adalah

    kaum yang cerdik dan tajam otaknya, lebar dan luas penglihatannya, ulet dan

    besar tenaganya, dan dapat menaklukkan kaum laki-laki. Bahkan zaman

    purbakala, pernah Sarinah menduduki takhta-takhta kerajaan, kepala suku,

  • 49

    menjadi panglima perang, menjadi ketua komunitas, hakim kepala rumah tangga,

    kepala agama, dan buku di Nippon saja Sarinah pernah berkuasa di dalam

    masyarakat.

    Maka dapat dikatakan bahwa perempuan itu bukanlah kaum yang lemah

    dan bodoh dibandingkan laki-laki, tidak sesuai jika masyarakat mengatakan

    perempuan itu akalnya kalah dengan laki-laki dan ketajaman otaknya kalah

    dengan laki-laki, sebab sudah dibuktikan dalam sejarah bahwa perempuan juga

    pernah menduduki tempat tertinggi dalam masyarakat. Tetapi anggapan itu

    dibantah oleh Professor Heymans dengan tegas, ia berkata “Menurut pendapat

    saya, kita tidak mempunyai hak sedikit pun, buat mengatakan, bahwa akal

    perempuan kalah dengan akal laki-laki”, Anggapan Professor Heymans tersebut

    mendapat dukungan oleh guru-guru. Hal tersebut juga dapat ditemukan ketika

    Soekarno menjadi murid di HBS, bahwa perempuan-perempuan yang

    dijumpainya tidak bodoh tetapi lebih cerdas dibandingkan laki-laki. Soekarno

    melihat bahwa laki-laki “lebih payah” ketika berlomba kepandaian dengan

    perempuan bahkan laki-laki juga sering “terpukul” oleh perempuan. Pada saat

    Soekarno menjadi guru di sekolah menengah, ia juga melihat bahwa murid-

    murid perempuannya tak pernah kalah dengan murid laki-laki.

    Jadi, menurut Soekarno, tidak sesuai jika orang-orang mengatakan kalau

    dalam ilmu pengetahuan kodrat perempuan berbeda dengan laki-laki dan dalam

    segala hal kalah dengan laki-laki, tidak sesuai pula jika orang-orang mengatakan

    bahwa laki-laki lebih layak untuk menduduki jabatan-jabatan masyarakat dan

  • 50

    menjadi kampiun-kampiun masyarakat sedangkan perempuan kodratnya hanya

    sebagai ibu dan istri yang bertugas didialam rumah, sehingga tidak layak untuk

    mengikuti segala aktivitas-aktivitas dalam masyarakat. Berdasarkan hal tersebut

    Soekarno mengungkapkan,

    Bahwa “sepanjang ingatan kita” perempuan selalu kerja dirumah, dan

    tidak di dalam masyarakat. Sebab perkataan yang demikian itu sama saja

    salahnya dengan perkataan, bahwa misalnya perempuan tua kodrat alam

    selalu rambutnya panjang, karena “sepanjang ingatan kita” kita belum

    pernah melihat perempuan yang tidak berambut panjang. Dan bukan saja

    tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan! Tidakkah di zaman yang akhir-

    akhir ini kita melihat dengan mata sendiri ribuan perempuan-perempuan

    Indonesia yang tidak mendekam dirumah tetapi bekerja di kantor-kantor,

    di pabrik-pabrik tenun, di pabrik-pabrik rokok, di pabrik-pabrik teh, di

    kebun-kebun the, menjadi kuli, menjadi mandor, menjadi klerk, menjadi

    komis, guru, dokter, wartawan dan lain-lain? (Soekarno, 2010: 35).

    Demikianlah pendapat Soekarno tentang pendidikan perempuan. Bahwa

    pendidikan itu sangat penting bagi manusia baik laki-laki maupun perempuan,

    tidak ada perbedaaan diantara mereka untuk memperoleh pendidikan. Hak dan

    kewajiban laki-laki dan perempuan adalah sama, bila laki-laki dapat menuntut

    ilmu dalam masyarakat maka perempuan juga harus sama dengan laki-laki.Kaum

    perempuan merupakan umat manusia yang sama dengan laki-laki, yang dipenuhi

    hasrat yang sama untuk mendapatkan kebebasan, kebebasan untuk mendapatkan

    haknya, Jika yang satu tidak dilibatkan maka tidak akan membawa kemajuan

    bangsa Indonesia.

  • 51

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    Menurut Muhammad Munir