Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010

19
REKOMENDASI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA ATAS LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN GUBERNUR SELAKU KEPALA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010 Sebagaimana diamanatkan dalam PP No. 3 Tahun 2007, bahwa rekomendasi DPRD atas LKPJ Kepala Daerah akhir tahun anggaran adalah berupa catatan-catatan strategis yang berisikan SARAN, MASUKAN, dan/atau KOREKSI terhadap penyelenggaraan urusan desentralisasi, tugas pembantuan, dan tugas umum pemerintahan. Adapun standar pemberian rekomendasi atas LKPJ Gubernur selaku Kepala Daerah tahun 2010 adalah kesesuaian dan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan baik itu dari aspek waktu, sistimatika dan ruang lingkup materi maupun aspek substansi materi. Peraturan perundang-undangan dimaksud antara lain UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, PP No. 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada DPRD, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat, PP No. 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, Perda No. 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, Perda No. 7 Tahun 2008 tentang RPJMD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2008 - 2013, Perda No. 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, APBD TA 2010 beserta perubahannya dan beberapa peraturan teknis lainnya yang relevan. Selanjutnya, rekomendasi DPRD atas LKPJ Gubernur Selaku Kepala Daerah atas Tahun Anggaran 2010 adalah sebagai berikut: I. Aspek Waktu, Sistematika dan Ruang Lingkup Materi Secara umum, DPRD memberikan apresiasi terhadap sistematika dan ruang lingkup materi, karena LKPJ TA 2010 telah dikemas sedemikian cukup baik, lebih baik dari LKPJ tahun-tahun sebelumnya.

description

 

Transcript of Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010

Page 1: Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010

REKOMENDASI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

ATAS LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN GUBERNUR

SELAKU KEPALA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010

Sebagaimana diamanatkan dalam PP No. 3 Tahun 2007, bahwa

rekomendasi DPRD atas LKPJ Kepala Daerah akhir tahun anggaran adalah

berupa catatan-catatan strategis yang berisikan SARAN, MASUKAN, dan/atau

KOREKSI terhadap penyelenggaraan urusan desentralisasi, tugas

pembantuan, dan tugas umum pemerintahan.

Adapun standar pemberian rekomendasi atas LKPJ Gubernur selaku

Kepala Daerah tahun 2010 adalah kesesuaian dan kepatuhan terhadap

ketentuan peraturan perundang-undangan baik itu dari aspek waktu,

sistimatika dan ruang lingkup materi maupun aspek substansi materi.

Peraturan perundang-undangan dimaksud antara lain UU No. 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, PP No. 3 Tahun 2007 tentang

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan

Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada DPRD, dan

Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada

Masyarakat, PP No. 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan, PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, Perda No. 2 Tahun 2008 tentang

Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah

Provinsi Sulawesi Tenggara, Perda No. 7 Tahun 2008 tentang RPJMD Provinsi

Sulawesi Tenggara Tahun 2008 - 2013, Perda No. 2 Tahun 2008 tentang

Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah

Provinsi Sulawesi Tenggara, APBD TA 2010 beserta perubahannya dan

beberapa peraturan teknis lainnya yang relevan.

Selanjutnya, rekomendasi DPRD atas LKPJ Gubernur Selaku Kepala

Daerah atas Tahun Anggaran 2010 adalah sebagai berikut:

I. Aspek Waktu, Sistematika dan Ruang Lingkup Materi

Secara umum, DPRD memberikan apresiasi terhadap sistematika

dan ruang lingkup materi, karena LKPJ TA 2010 telah dikemas sedemikian

cukup baik, lebih baik dari LKPJ tahun-tahun sebelumnya.

Page 2: Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010

1

Namun, izinkan kami menyampaikan beberapa hal yang menjadi SARAN,

MASUKAN dan/atau KOREKSI, yakni :

1. Penyampaian LKPJ yang sudah terlambat 2 (dua) bulan yakni pada 16

Mei 2011, yang semestinya menurut ketentuan dalam Pasal 17 ayat

(1) PP No. 3 Tahun 2007, LKPJ Akhir Tahun Anggaran disampaikan

kepada DPRD paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran

berakhir.

2. Materi urusan wajib dan urusan pilihan semestinya di urut sesuai

sistematika sebagaimana ketentuan dalam Pasal 3 ayat (2) dan ayat

(3) PP No. 3 Tahun 2007.

3. Materi urusan wajib bidang Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum,

Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan

Persandian, semestinya dipaparkan per Bagian/bidang, selanjutnya

diuraikan per SKPD dan per program. Misalnya : Bidang Otonomi

Daerah dilaksanakan Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Biro

Umum, Biro Hukum, Biro Ekonomi, selanjutnya dirincikan program-

programnya menyesuaikan bidang tersebut; Bidang Pemerintahan

Umum dilaksanakan oleh Biro Pemerintahan, dstnya, selanjutnya

diuraikan program-program yang sesuai dengan bidang tersebut.

Demikian selanjutnya, bidang-bidang lainnya menyesuaikan dirincikan

SKPD dan program-programnya sesuai bidang tersebut..

II. Aspek Substansi Materi

A. Penyelenggaraan Urusan Desentralisasi

Penyelenggaraan desentralisasi yang diamanatkan dalam UU No. 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, selain desentralisasi dibidang

politik yang diwujudkan dalam bentuk penyerahan kewenangan kepada

Daerah untuk memilih pemimpinnya sendiri, juga mensyaratkan

pembagian urusan pemerintahan termasuk pengelolaan sumber daya

nasional secara adil dan proporsional antara Pemerintah, Pemerintahan

Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota khususnya

urusan pemerintahan concurrent yakni urusan pemerintahan selain politik

luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional

serta agama, yang terdiri dari 26 (dua puluh enam) urusan wajib dan 8

(delapan) urusan pilihan.

Dengan demikian, setiap urusan pemerintahan concurent terdapat

bagian urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah, Pemerintahan

Page 3: Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010

2

Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Pembagian

urusan concurrent ditentukan berdasarkan kriteria eksternalitas,

akuntabilitas, dan efisiensi dengan mempertimbangkan keserasian

hubungan antar tingkatan pemerintahan sebagaimana menjadi kehendak

Pasal 11 UU No. 32 Tahun 2004. Dan ini merupakan pelaksanaan

pembagian dan hubungan kewenangan antara Pemerintah, pemerintahan

daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota yang saling

terkait, tergantung, dan sinergis sebagai satu sistem pemerintahan.

Selanjutnya dalam Pasal 12 UU No. 32 Tahun 2004 menegaskan

bahwa penyerahan urusan pemerintahan kepada daerah disertai dengan

penyerahan sumber pendanaan, sarana dan prasarana serta personil

sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan. Dan semua sumber

pendanaan yang melekat pada setiap urusan pemerintahan yang

diserahkan kepada daerah, menjadi sumber keuangan daerah (APBD)

sejalan dengan prinsip money follow function yang mengandung makna,

pendanaan mengikuti fungsi sesuai dengan kewajiban dan tanggung jawab

masing-masing tingkatan pemerintahan.

Demikian halnya dengan pembentukan UU No. 33 Tahun 2004

dimaksudkan selain untuk mengurangi ketimpangan dan kesenjangan

sumber pendanaan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah dan

antar pemerintahan daerah juga untuk mendukung pendanaan atas

penyerehan urusan pemerintahan kepada daerah sebagaimana tersirat

dalam Pasal 6, Pasal 10 dan Pasal 39 undang-undang tersebut.

Namun, patut disayangkan, apa yang menjadi kehendak ketentuan

kedua undang-undang otonomi daerah tersebut diatas tidak diikuti dengan

komitmen dan konsistensi pemerintah utamanya Kementerian/Lembaga

yang menangani urusan pemerintahan concurrent.

Dan kenyataan ini tercermin dengan adanya beberapa kebijakan

Pemerintah antara lain :

1. Kehadiran Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan

Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, yang

diantaranya mengabaikan kehendak Pasal 11 UU No. 32/2004 dan hal

ini tercermin dengan dominannya kewenangan Pemerintah terhadap

bagian-bagian urusan pemerintahan yang memiliki nilai strategis

utamanya urusan pemerintahan dibidang Perhubungan, Pertambangan

dan Energi, Kehutanan, Pertanahan, Kelautan dan Perikanan.

Page 4: Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010

3

2. Masih adanya sumber pendanaan yang berasal dari APBN, yang

melekat di Kementrian/Lembaga untuk pendanaan program kegiatan

yang nyata-nyata merupakaan urusan pemerintahan yang telah

didesentralisasikan (diserahkan kepada daerah), namun dikemas

dengan berbagai istilah atau label seperti, dana dekonsentrasi, dana

pembantuan, dana penyesuaian, dana penguatan infrastruktur, dana

BOS, dana Stimulus, dana jamkesmas, dana PNPM Mandiri, dan

berbagai istilah lainnya yang jumlahnya sangat signifikan.

Dana-dana tersebut, semestinya dialokasikan melalui komponen dana

perimbangan yaitu Dana Alokasi Khusus (DAK) sehingga tercantum

dalam APBD masing-masing tingkatan pemerintahan daerah.

Kecuali itu, melalui DAK tersebut menjadi instrumen bagi pemerintah

dan DPR RI untuk menjaga keseimbangan fiskal dan mengurangi

kesenjangan sumber pendanaan antara pemerintahan daerah.

Rapat Paripurna Yang Berbahagia...

Sangat ironis jika di era otonomi daerah yang sudah memasuki

usianya yang lebih dari satu dekade ini masih saja ada sumber pendanaan

untuk membiayai program kegiatan yang nyata-nyata merupakan urusan

pemerintahan daerah tidak sepengatahuan/melibatkan DPRD sebagai salah

satu unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Dilain pihak , peraturan

perundang-undangan mengharuskan peran aktif DPRD bahkan

masyarakat dalam perencanaan, pelaksanan, dan pengawasannya.

Kondisi inilah yang menjadi kendala sekaligus hambatan bagi kita

sebagai penyelenggara pemerintahan daerah dalam rangka

penyelenggaraan urusan desentralisasi dan otonomi daerah yang

esensinya adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur

dan mengurus urusan pemerintahan dan masyarakat setempat menurut

prakarsa sendiiiri berdasarkan aspirasi masyarakat secara demokratis dan

bertanggung jawab.

Dengan demikian, DPRD menganggap tidak relevan dan keliru jika

permasalahan pengelolaan/peningkatan pendapatan daerah sebagaimana

dilaporkan dalam LKPJ (Hal. 55, 56, 57) yakni : 1) kurangnya dukungan

Pemerintah Kabupaten/kota terhadap pengelolaan Pendapatan Asli

Daerah; 2) Kurang harmonisnya dan kurang terjalinnya persamaan

presepsi dan tindakan antara pemerintah provinsi dan pemerintah

kabupaten/kota; 3) Masih tumpang tindihnya Peraturan Darerah

Page 5: Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010

4

Kabupaten/Kota dan Peraturan Daerah Provinsi menyangkut pendapatan

daerah; 4) Pengurusan bagi hasil dari Pemerintah pusat dilakukan secara

masing masing Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten Kota dan

5) Terdapat perubahan struktur organisasi (Dinas Pendapatan Daerah dan

aset daerah) namun tidak didukung dengan anggaran.

Untuk itu, sebagai KOREKSI DPRD, bahwa permasalahan pokok yang

kita hadapi bersama terkait pengelolaan pendapatan daerah/penguatan

Keungan Daerah adalah :

1. Pembagian Urusan Pemerintahan yang diatur Dalam PP. 38 Tahun

2007, tidak sesuai dengan hakekat Pasal 11 UU. N0.32 Tahun 2004,

yang mana bagian-bagian urusan pemerintahan yeng memliki nilai

strategis yang dapat memberikan konstribusi bagi penguatan keuangan

daerah (Pajak dan Non tax) ditetapkan sebagai kewenangan

Pemerintah.

2. Urusan Pemerintahan yang telah didesentralisasikan sebagaimana

ditetapkan dalam PP No. 38/2007 belum disertai dengan penyerahan

sumber pendanaan dari Pemerintah sebagaimana diamanatkan dalam

Pasal 12 UU No. 32/2004 Jo. Pasal 10 dan Pasal 39 UU No. 33/2004

Selanjutnya, SARAN dan MASUKAN DPRD atas kedua masalah diatas

adalah:

1. Agar Pemerintah Daerah membangun kebersamaan dengan Pemerintah

daerah lainnya untuk memperjuangkan apa yang menjadi hak hak

daerah yang dimanatkan dalam ketentuan kedua undang-undang

otonomi daerah dimaksud.

2. Forum kebersamaan yang selama ini telah terjalin seperti asosiasi

gubernur, asosiasi DPRD, forum kerja sama regional Sulawesi dan

forum-forum lainnya sedianya mengangkat topik ini sebagai

permasalahan bersama dan kami dari DPRD bersedia memberikan

masukan lebih teknis, jika diperlukan.

Kecuali itu, harus pula diakui jika permasalahan yang dihadapi

berkenaan dengan pengelolaan pendapatan daerah diantaranya:

a. Belum disesuaikannya perda-perda yang berkaitan dengan retribusi

khususnya retribusi pemakaian kekayaan daerah yang tarifnya tidak

sesuai lagi dengan kondisi saat ini. Untuk itu diSARANkan agar segera

Page 6: Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010

5

mempersiapkan dan mengajukan rancangan perda dimaksud sebagai

pengganti/revisinya.

b. Masih adanya obyek-obyak pajak daerah yang belum dipungut secara

maksimal khususnya pajak kendaraan bermotor dan bea balik nomor

kendaraan bermotor terhadap kendaraaan bermotor yang berasal dari

luar daerah (Non DT) yang nyata-nyata barganti kepemilikannya atau

domisilinya yang banyak beroperasi didaerah ini. Untuk itu,

diSARANKAN agar pemerintah daerah melakukan koordinasi dengan

pihak Kepolisian selaku pelaksana pendaftaran kendaraaan bermotor

untuk menertibkan kendaraan bermotor dimaksud, sesuai dengan

ketentuan Pasal 182 PP No. 43/1993 tentang Kendaraan Dan

Pengemudi.

Selain itu perlu kita pahami pula bahwa asas otonomi yang kita

gunakan dalam rangka penyelenggaraan desentralisasi, sebagaimana

tersirat dalam pasal 22 ayat (3) UU No. 32/2004 tidak bersifat

absolut/mutlak sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintahan Daerah,

Oleh karena itu setiap kebijakan daerah (PERDA) dan/atau Kebijakan

Pemerintah Daerah (Peraturan/Keputusan Gubernur) dalam rangka

penyelenggaraan desentralisasi/urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan pemerintahan daerah, harus berpedoman pada norma,

standar, prosedur dan kriteria (NSPK) yang dditetapkan Pemerintah

sebagaimana tersirat dalam Pasal 136 dan 146 UU No. 32/2004 Jo. Pasal 9

PP No. 38/ 2007.

Untuk itu, SARAN dan MASUKAN DPRD atas hal ini, agar SKPD-SKPD

yang menyelenggarakan urusan desentralisas, sedianya menyiapkan

rumusan kebijakan teknis sesuai dengan bidang/urusan yang menjadi

tugasnya sebagaimana hal ini ditegaskan dalam PP No. 41 tahun 2007

yang mengatakan bahwa untuk melaksanakan tugasnya, Badan, Dinas,

dan Lembaga Teknis Daerah mempunyai fungsi merumuskan kebijakan

teknis sesuai dengan bidang yang menjadi tanggungjawabnya, yang

nantinya mewarnai kebijakan daerah dan/ atau kebijakan pemerintah

daerah sebegai piranti lunak pendukung (Dasar hukum) bagi SKPD yang

bersangkutan dalam malaksanakan tugasnya.

Apa yang telah diulas diawal tidak lain adalah agar kita sebagai

unsur-unsur penyelenggara pemerintahan daerah ini memiliki

Page 7: Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010

6

kesepahaman dalam memaknai penyelenggaran desentralisasi dan azas

otonomi termasuk permasalahan dan solusi yang menyertainya.

Selanjutnya, terhadap urusan desentralisasi yang menjadi

kewenangan Pemerintahan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah

dilaporkan dalam LKPJ kami tanggapi dengan pengklasifikasian. Pertama,

Program-program Yang Menjadi Pilar Bahteramas; Kedua, Program Yang

Realisasinya Kurang Maksimal, Namun Dianggap Tidak Memiliki

Permasalahan Signifikan; dan Ketiga, Urusan Desentralisasi Yang

Penanganannya Belum Maksimal.

1. PROGRAM-PROGRAM YANG MENJADI PILAR BAHTERAMAS

1) Biaya Operasional Pendidikan (BOP)

Kebijakan program pendidikan gratis melalui BOP diperuntukan untuk

membiayai 9 (sembilan) item kegiatan untuk jenjang pendidikan SD,

SMP/Sederajat, dan SMA/Sederajat.

Disisi lain, pemerintah pusat mencanangkan pendidikan gratis melalui

program BOS yang diperuntukan untuk membiayai 14 (empat belas)

item kegiatan untuk jenjang pendidikan SD dan SMP/Sederajat.

Ke-9 item kegiatan pembiayaan BOP diantaranya merupakan bagian

dari ke-14 item kegiatan pembiayaan BOS.

Masing-masing jenjang pemerintahan mengklaim pendidikan gratis,

namun realisasi BOP maupun BOS sama sekali tidak menggratiskan

para pelajar/siswa di jenjang pendidikan manapun.

DPRD akui, ada keringanan pembiayaan pendidikan ataupun sekolah

bagi pelajar/siswa, namun hal itu sama sekali tidak mengurangi

berbagai pungutan dan berbagai jenis pembiayaan oleh guru ataupun

pihak sekolah.

2) Pengobatan Gratis Rawat Inap Kelas III

Kebijakan program pengobatan gratis rawat inap kelas III

diperuntukan untuk warga miskin/kurang mampu.

Disisi lain, pemerintah pusat juga memiliki program serupa yakni

jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) berupa pengobatan

gratis rawat inap kelas III yang diperuntukan untuk 76 Juta

masyarakat miskin se Indonesia.

Page 8: Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010

7

3) Bantuan Keuangan (Block Grant) 100 juta per

desa/kelurahan/kecamatan

Sasaran dan tujuan program ini hampir serupa dengan program

pemerintah pusat yakni Program Pembangunan Infrastruktur

Pedesaan, PNPM Mandiri, dan lain sebagainya.

Implementasi program ini sampai dengan tahun ketiga (tahun 2010)

belum terealisasi 100 juta per desa/kelurahan/kecamatan.

Terhadap ketiga pilar Bahteramas, DPRD berpendapat :

1) Tiga kali LKPJ Gubernur, DPRD belum pernah memperoleh informasi

secara jelas dan komprehensif terkait kuantitas dan kualitas ketiga

pilar bahteramas tersebut.

Berapa pelajar/siswa termasuk guru-guru dan sekolah yang sudah

dibantu dengan program BOP?

Berapa jiwa/pasien masyarakat Sultra yang sudah dibantu dengan

program pengobatan gratis rawat inap kelas III?

Berapa desa/kelurahan/kecamatan yang sudah dibantu dengan

program block grant?

Data kuantitaif ini kami perlukan, guna kesinambungan program

melalui pengalokasiannya APBD. Informasi kualitatif juga kami

perlukan guna untuk mengukur indikator capaian ketiga program

dimaksud.

2) Ketiga pilar bahteramas secara kasat mata tumpang tindih dengan

program pemerintah pusat, baik sasaran maupun tujuan yang hendak

dicapai, sehingga target atau cita-cita pembangunan daerah ataupun

pembangunan nasional yakni mensejahterakan masyarakat melalui

pendidikan, kesehatan dan pembangunan infrastruktur terkesan

berjalan lambat atau tidak menunjukan perbaikan/perubahan yang

signifikan.

Untuk itu, SARAN dan MASUKAN DPRD adalah :

1) Agar SKPD-SKPD yang menangani program-program Bahteramas

berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah

kabupaten/kota terhadap pembagian urusan khususnya di bidang

pendidikan dan bidang kesehatan. Karena terkhusus kedua bidang

urusan ini, sasaran dan tujuannya menjadi kabur karena tumpang

tindihnya peruntukan pembiayaan.

Page 9: Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010

8

Hal ini dimaksudkan agar jelas dan kongkrit, sehingga disetiap tingkat

pemerintahan dapat diketahui capaian-capaian yang terukur yang

bukan saja secara kuantitatif tetapi juga kualitatif. Pencapaian terukur

ini juga dapat menjadi indikator keberhasilan pemerintahan daerah

yang bukan saja kepemimpinan gubernur dan wakil gubernur periode

2008-2013 tetapi juga peran DPRD periode 2009-20014 terhadap

pengelolaan urusan yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab kita

bersama terhadap rakyat.

Koordinasi dengan pemerintah pusat sedianya dapat disampaikan apa

yang menjadi hak pemerintahan daerah yaitu disetiap urusan yang

telah diserahkan (didesentralisasikan) melekat atasnya pendanaan,

sehingga pendanaan yang menjadi urusan/kewenangan

pemerintahan daerah dapat dialokasikan dalam bentuk Dana

Perimbangan sebagaimana amanat Pasal 12 UU No. 32 tahun 2004

dan Pasal 5 UU No. 33 Tahun 2004

2) Agar SKPD-SKPD yang mengelola dana BOS, dana Jamkesmas, dan

dana-dana dari pusat dalam bentuk apapun itu namanya, disetiap

pembahasan RAPBD menyertakan RKA Kementerian/Lembaga yang

memberikan/mengalokasikan dana tersebut, guna sinkronisasi

program pemerintah daerah dengan program pemerintah pusat dan

untuk menghindari penganggaran ganda.

2. PROGRAM YANG REALISASINYA KURANG MAKSIMAL, NAMUN DIANGGAP TIDAK ADA PERMASALAHAN YANG SIGNIFIKAN

DPRD menginventarisir ada 15 (lima belas) program di 6 (enam)

bidang urusan wajib yang realisasinya kurang maksimal, namun oleh

SKPD yang melaksanakan program-program tersebut dianggap tidak

ada permasalahan yang signifikan. Program-program dimaksud adalah :

1) Urusan Bidang Pendidikan oleh Dinas Pendidikan

a. Realiasi Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan hanya

86,94 persen dari anggaran 5,4 milyar rupiah lebih atau ada dana

sekitar 600 juta rupiah lebih yang tidak terserap.

b. Realisasi Program Pendidikan Menengah hanya 65,78 persen dari

anggaran 3,1 milyar rupiah lebih, atau ada dana sekitar 1 milyar

lebih yang tidak terserap

Page 10: Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010

9

c. Realisasi Program pendidikan luar biasa/PK dan PLK yang hanya

66,64 persen dari total dana 455 juta rupiah lebih atau ada dana

sekitar 100 juta rupiah lebih yang tidak terserap.

2) Urusan Bidang Kesehatan oleh Rumah Sakit Umum Daerah :

a. Realisasi Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana

Rumah Sakit/Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit Paru-Paru/Rumah

Sakit Mata yang hanya 36,57 persen dari total anggaran 19 milyar

lebih, atau ada dana sekitar 12 milyar kurang yang tidak terserap.

b. Realisasi Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah

Sakit/Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit Paru-Paru/Rumah Sakit Mata

yang hanya 67,33 persen dari total anggaran 1,3 milyar atau ada

sekitar 400 juta dana yang tidak terserap.

c. Realisasi Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

hanya 73,35 persen dari total dana 1,1 milyar lebih, atau ada

sekitar 300 juta dana yang tidak terserap.

3) Urusan Bidang Pekerjaan Umum oleh Dinas Pekerjaan Umum

a. Realisasi program Pembangunan Jalan dan Jembatan yang hanya

64,51 persen dari total dana 176 Milyar lebih atau ada dana

sekitar 63 Milyar yang tidak terserap.

b. Realisasi Program Pembangunan Turap/Talud/Bronjong nol persen

alias nihil dari total dana yang dialokasikan 23 juta lebih.

c. Realisasi Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan

hanya 47,80 persen dari total anggaran yang dialokasikan sebesar

19 milyar lebih atau ada sekitar 10 milyar dana yang tidak

terserap.

d. Realisasi Program Pengendalian Banjir yang hanya 64,02 persen

dari total dana 16 Milyar lebih atau ada dana sekitar 6 Milyar yang

tidak terserap.

e. Realisasi Program Rehab/Pnk. Kantor dan Gedung-Gedung Utama

Pemda Sulawesi Tenggara yang hanya 54,39 persen dari dana

yang dialokasikan sebesar 28 Milyar lebih atau ada dana sekitar 13

Milyar yang tidak terserap.

4) Urusan Bidang Perumahan oleh Dinas Pekerjaan Umum

Realisasi Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Lingkungan

Perumahan dan Pemukiman yang hanya 56,69 persen dari dana 8,4

milyar lebih atau ada dana sekitar 3,7 milyar rupiah lebih yang tidak

terserap.

Page 11: Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010

10

5) Urusan Bidang Penataan Ruang oleh :

a. Dinas Pekerjaan Umum, yaitu Realisasi Program Perencanaan Tata

Ruang yang hanya 68 persen dari anggaran 619 juta rupiah, atau

ada sekitar 180 juta dana yang tidak terserap.

b. Bappeda, yaitu Realisasi Program Perencanaan Tata Ruang

sekitar 84,84 persen dari total anggaran 3,7 milyar rupiah atau

ada sekitar 600 juta dana yang tidak terserap.

6) Urusan Bidang Perumahan oleh Dinas Pekerjaan Umum

Realisasi Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Lingkungan

Perumahan dan Pemukiman yang hanya 56,69 persen dari dana 8,4

milyar lebih atau ada dana sekitar 3,7 milyar rupiah lebih yang tidak

terserap.

Atas hal ini, KOREKSI DPRD adalah bahwa SKPD yang

melaksanakan program-program diatas, dan menganggap tidak ada

permasalahan yang signifikan telah keliru. Realisasi yang kurang

maksimal dalam impelemntasinya berarti menemui kendala atau

hambatan, sehingga apa yang menjadi target berupa sejumlah alokasi

dana dan bahkan tujuan program, tidak maksimal tercapai.

Realisasi program yang tidak maksimal bukan saja kurang

memanfaatkan dana yang sudah dialokasikan yang berarti menghambat

jalannya percepatan pembangunan, tetapi juga kami anggap

perencanaan program yang tidak matang, sekaligus pengabaian

terhadap kesepakatan yang telah kita tuangkan dalam APBD TA 2010.

Semestinya SKPD-SKPD yang melaksanakan program-program

yang realisasinya kurang maksimal tersebut, melaporkan lebih

komprehensif permasalahan dan tawaran solusi agar hal ini dapat

ditindaklanjuti dalam pembahasan RAPBD atau diforum-forum rapat

dewan lainnya, bukan menganggap tidak ada permasalahan yang

signifikan sebagaimana dilaporkan dalam LKPJ.

Selanjutnya, sebagai SARAN dan MASUKAN, agar pada

penyampaian LKPJ tahun anggaran berikutnya, program-program yang

realisasinya kurang maksimal sedianya dijelaskan secara kongkrit

permasalahan dan solusinya.

Page 12: Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010

11

3. URUSAN DESENTRALISASI YANG PENANGANANNYA BELUM MAKSIMAL

Ada tiga urusan desentralisasi yang menurut kami menjadi

unsur penting dan strategis dalam rangka menunjang keberhasilan

penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pelayanan publik, sehingga

perlu mendapat perhatian serius untuk dikelola sebaik mungkin yaitu

pengelolaan kepegawaian daerah, pengelolaan keuangan daerah,

pengelolaan barang darah. Ketiga hal tersebut, kami anggap dalam

perjalanannya sepanjang tahun 2010 belum menunjukan perubahan-

perubahan yang signifikan dalam arti perbaikan untuk kebaikan

pemerinthan daerah. Untuk itu, izinkan kami memberikan pendapat

sekaligus rekomendasi sebagai berikut:

a. Pengelolaan Pegawai Daerah

Salah satu komitmen pemerintah daerah yang telah disepakati DPRD

sebagaimana tertuang dalam RPJMD, yang juga merupakan salah

satu prioritas yang dituangkan dalam KUA PPAS pada setiap tahun

(2008, 2009, dan 2010) adalah reformasi birokrasi.

Esensi reformasi birokrasi dimaksud adalah penataan kembali,

memperbaiki dan membenahi seluruh komponen kelembagaan dan

manajemen kepegawaian demi mewujudkan birokrasi yang

professional dan berintegritas dalam rangka efisiensi dan efektivitas

penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pelayanan publik.

Komitmen reformasi birokrasi tersebut, sejalan pula dengan

ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam Keputusan Presiden

Nomor 159 Tahun 2000 tentang Pembentukan Badan Kepegawaian

daerah seperti halnya :

1) Pasal 1 nomor urut 3 yang menyebutkan bahwa manajemen

pegawai negeri sipil adalah keseluruhan upaya-upaya untuk

meningkatkan efisiensi dan efektivitas dan derajat profesionalisme

penyelenggaraan tugas yang meliputi perencanaan, pengadaan,

pengembangan, penempatan, promosi dan pemberhentian.

2) Pasal 3 dan Pasal 4 yang mengatakan bahwa BKD mempunyai

tugas pokok membantu gubernur dalam melaksanakan

manajemen PNSD yang mempunyai fungsi antara lain penyiapan

penyusunan peraturan perundang-undangan daerah di bidang

kepegawaian sesuai dengan standar, norma dan prosedur yang

Page 13: Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010

12

ditetapkan pemerintah dan penyiapan pelaksanaan pengangkatan,

kenaikan pangkat dan pemberhentian PNSD sesuai dengan norma,

standar, dan prosedur yang ditetapkan peraturan perundang-

undangan, dll.

Namun, harus diakui apa yang menjadi komitmen reformasi

birokrasi dan ketentuan manajemen kepegawaian yang

dkehendaki Kepres tersebut diatas, tidak diikuti dengan komitmen

pemerintah daerah dan ini tercermin dengan adanya beberapa

kebijakan seperti :

• Formasi dari pengadaan pegawai negeri sipil pada setiap tahun

yang belum sepenuhnya mengimplementasikan ketentuan-

ketentuan yang tertuang dalam PP No. 97 tahun 2000 tentang

Formasi PNS dan PP No. 98 tahun 2000 tentang Pengadaan

PNS seperti halnya Pasal 3 ayat (2) yang mengisyaratkan

formasi PNSD disusun oleh masing-masing SKPD setiap tahun

anggaran selanjutnya ditetapkan dengan peraturan gubernur,

dan formasi dimaksud disusun berdasarkan analisa kebutuhan

masing-masing SKPD.

• Pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian PNSD dari

dan dalam jabatan belum sepenuhnya mempedomani norma,

standar dan prosedur yang diisyaratkan dalam ketentuan-

ketentuan yang diatur dalam PP No. 100 tahun 2000

sebagaimana telah diubah dengan PP No. 13 Tahun 2002 serta

turunannya antara lain Keputusan Kepala BKN No. 43 Tahun

2001 tentang Standar Kompetensi Jabatan Struktural PNS.

Sebutlah standar kompetensi yang dipersyaratkan untuk

dipenuhi seoang PNS dalam jabatan struktural yaitu kompetensi

dasar yaitu kompetensi yang wajib dimiliki oleh setiap pejabat

struktural (DUK, Pendidikan Formal, dan Diklat

Penjenjangan/Kepemimpinan) juga kompetensi bidang yaitu

kompetensi yang diperlukan setiap pejabat struktural sesuai

dengan bidang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya,

yang parameternya adalah pengalaman kerja dalam menangani

bidang pekerjaannya dan diklat fungsional/kedinasan. Sebab

mustahil seorang PNS memiliki kecakapan dan kemampuan

teknis di bidangnya tanpa dipersiapkan.

Page 14: Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010

13

Terhadap hal-hal yang tidak dilaksanakan maksimal diatas, DPRD

MENYARANKAN agar SKPD sebagaimana amanat Kepres No. 159

Tahun 2000 yang bertugas terhadap manajemen kepegawaian

daerah yakni Badan Kepegawaian Daerah, untuk :

1) dengan sungguh-sungguh memperhatikan ketentuan peraturan

perundang-undangan terkait formasi pegawai negeri sipil antara

lain sebagaimana diatur dalam PP No. 97 Tahun 2000 termasuk

Keputusan Kepala BKN No. 26 Tahun 2004 tentang Ketentuan

Pelaksanaan Formasi Pegawai Negeri Sipil, yang mengisyaratkan

agar formasi pegawai negeri sipil disusun oleh masing-masing

SKPD sesuai dengan analisis kebutuhannya selanjutnya

ditetapkan dengan peraturan gubernur. Formasi kebutuhan

pegawai negeri sipil tersebut juga merupakan dokumen

pendukung dalam pengajuan RAPBD dalam rangka perencanaan

pengalokasian belanja pegawai.

2) dengan sungguh-sungguh memperhatikan ketentuan peraturan

perundang-undangan terkait pengadaan pegawai negeri sipil

antara lain sebagaimana diatur PP No. 98 Tahun 20002 termasuk

Keputusan Kepala BKN No. 11 Tahun 2002 tentang Ketentuan

Pelaksanaan Pengadaan Pegawai Negeri Sipil, yang

mengisyaratkan agar pegawai yang diadakan betul-betul memiliki

kecakapan, keahlian dan keterampilan guna efisiensi dan

efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah.

3) dengan sungguh-sungguh memperhatikan ketentuan terkait

pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian pegawai negeri

sipil daerah dari dan dalam jabatan struktural antara lain sebagai

diatur dalam PP No. 100 tahun 2000 dan PP No. 13 Tahun 2002

termasuk difungsikannya BAPERJAKAT.

4) segera menyusun Standar Kompetensi Jabatan Struktural

sebagaimana diisyaratkan dalam Keputusan Kepala BKD No. 43

tahun 2001 dan Keputusan Kepala BKN No. 46 Tahun 2003

tentang pedoman pengusunan standar kompetensi jabatan

struktural PNS untuk ditetapkan dengan peraturan gubernur.

Page 15: Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010

14

b. Pengelolaan Keuangan Daerah

Pengelolaan keuangan daerah tidak terlepas dari peran tim anggaran

pemerintah daerah dalam menyiapkan RAPBD dengan menelaah

kesesuaian antara RKA-SKPD dengan KUA PPAS, prakiraan maju

yang telah disetujui tahun anggaran sebelumnya, dan dokumen

perencanaan lainnya, serta capaian kinerja, indikator kinerja, analisis

standar belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan

minimal.

Tidak sedikit kami menemukan dalam LKPJ bagian program/kegiatan

yang tidak semestinya menjadi beban APBD dan tidak sesuai dengan

tupoksi, antara lain :

1) Program/kegiatan yang kami anggap bukan merupakan urusan

desentralisasi sehingga tidak seharusnya menjadi beban APBD

seperti halnya, sosialisasi pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas

pembantuan yang melekat pada Biro Administrasi Pembangunan,

monitoring dan evaluasi dekonsentrasi dan tugas pembantuan

pada Biro Administrasi Pemerintahan, evaluasi perda-perda

kabupaten/kota di Biro Hukum, evaluasi perda APBD di Biro

Keuangan. Program/kegiatan tersebut semestinya menjadi beban

APBN sebagaimana diamanatkan dalam PP No. 7 Tahun 2008.

2) Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan

dengan salah satu kegiatannya penegakan peraturan perundang-

undangan daerah, yang outputnya adalah tersosialisasinya perda

dan pergub oleh Kantor Satpol PP. Kami anggap kegiatan ini tidak

sesuai tupoksi dan tidak rasional karena semestinya menjadi

tupoksi dan sudah dilaksanakan Biro Hukum. Disarankan agar

Kantor Satpol PP lebih berkonsentrasi pada program penegakan

peraturan daerah sebagaimana kehendak Pasal 148 UU No. 32

Tahun 2004 dibanding program-program terkait keamanan,

ketertiban dan ketentraman masyarakat yang sebagian kami lihat

di LKPJ tumpang tindih dengan program di Badan Kesbang.

Dan lain-lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu

Untuk itu, SARAN dan MASUKAN, agar TAPD dalam membahas RKA-

SKPD dengan sungguh-sungguh melakukan kajian/telaah

sebagaimana ketentuan dalam Pasal 41 ayat (3) PP No. 58 Tahun

2005

Page 16: Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010

15

c. Pengelolaan Barang Milik Daerah

Dari aspek kelembagaan terjadi tumpang tindih antar SKPD yaitu

Dinas Pendapatan dan Asset Daerah, Biro Umum Sekretariat Daerah

dan Dinas Pemuda dan Olahraga, dalam pengelolaan aset daerah,

khususnya barang daerah yang fungsinya bukan untuk menunjang

tugas pokok dan fungsi SKPD seperti Eks MTQ, Lapangan Lakidende,

Lapangan Golf, Kolam Renang KONI, dll.

Selain itu, harus pula diakui, pengelolaan barang milik daerah belum

sepenuhnya mempedomani ketentuan-ketentuan yang telah kita

sepakti dalam Perda No. 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Barang

Milik Daerah, mulai dalam hal perencanaan kebutuhan barang,

pengadaan barang, penerimaan dan penyaluran, penggunaan,

penatausahaan, pemanfaatan serta pengamanan, penilaian,

penghapusan sampai dengan pemindatanganan barang daerah,

Untuk itu, SARAN dan MASUKAN DPRD:

1) Segera dilakukan penataan kelembagaan yang dituangkan dalam

rancangan peraturan daerah.

2) Dalam pengelolaan barang milik daerah agar pemerintah daerah

secara sungguh-sungguh mengimplementasikan ketentuan-

ketentuan Perda No. 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Barang

Milik Daerah termasuk tindak lanjutnya dengan beberapa

peraturan gubernur seperti halnya peraturan gubernur tentang

standar sarana dan prasara pemerintah daerah dalam rangka

perencanaan barang daerah. Dan hal ini juga menjadi dokumen

pendukung dalam pembahasan RAPBD dalam rangka

pengalokasian belanja barang.

B. Penyelenggaraan Tugas Pembantuan

DPRD memberikan apresiasi atas informasi penyelenggaraan tugas

pembantuan yang disajikan dalam LKPJ yang sudah cukup jelas. Apresiasi

juga diberikan kepada SKPD-SKPD yang telah menangani bidang-bidang

yang diselenggarakan melalui program dan kegiatan Tugas Pembantuan

yang diterima, karena realisasinya sudah cukup baik (diatas rata-rata).

Page 17: Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010

16

Namun sebagai catatan berupa SARAN dan MASUKAN DPRD, agar

RKA-KL yang telah ditetapkan dalam bentuk satuan anggaran per satuan

kerja dalam rangka penyelenggaraan tugas pembantuan yang diterima

diberitahukan kepada DPRD pada saat pembahasan RAPBD sebagaimana

diamanatkan dalam Pasal 51 ayat (7) PP No. 7 Tahun 2008.

Pemberitahuan ini oleh peraturan perundang-undangan dimaksudkan

untuk mensinkronisasikan kegiatan pemerintah yang didanai melalui APBN

dengan kegiatan yang menjadi urusan daerah yang akan didanai APBD.

Selanjutnya menjadi KOREKSI DPRD, tidak dilaporkannya dasar

hukum tugas pembantuan yang diterima berupa peraturan

menteri/pimpinan lembaga sebagaimana diisyaratkan dalam Pasal 39 ayat

(5) PP No. 7 Tahun 2008 yang berbunyi “ lingkup urusan pemerintahan

yang akan ditugaskan ditetapkan dalam peraturan menteri/pimpinan

lembaga”. Demikian pula tidak dilaporkannya peraturan gubernur

mengenai tim koordinasi sebagaimana amanat Pasal 42 PP No. 7 Tahun

2008.

Untuk itu, SARAN DPRD agar hal ini tidak berulang lagi, dan

kedepannya informasi penyelenggaraan tugas pembantuan lebih

sempurna lagi.

C. Tugas Umum Pemerintahan

Terhadap tugas umum pemerintahan, materi yang tersaji dalam

LKPJ kami anggap sudah cukup baik, Namun, ada beberapa hal yang

menjadi SARAN dan MASUKAN DPRD, yaitu :

Pertama, terkat koordinasi dengan instansi vertikal, agar pemerintah

daerah meningkatkan hubungan koordinasi dimaksud khususnya dengan

kepolisian dalam menangani konflik horizontal ditengah masyarakat kita,

ataupun penanganan aksi unjuk rasa dengan mengedepankan

pendekatan-pendekatan persuasif.

Kedua, terkait pembinaan batas wilayah, khususnya penanganan batas

wilayah antara Provinsi Sulawesi Tenggara dan Provinsi Sulawesi Tengah,

agar solusi yang sudah dijabarkan dalam LKPJ ditindaklanjuti

sebagaimana mestinya.

Ketiga, terkait pencegahan dan penanggulangan bencana, agar kiranya

pemerintah daerah juga berkonsentrasi terhadap upaya-upaya

pencegahan bencana khususnya bencana alam, antara lain dengan

pelestarian lingkungan melalui reboisasi, ataupun pemberian AMDAL

Page 18: Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010

17

sesuai dengan norma, standar, prosedur dan kriteria bagi industry

pertambangan atau usaha-usaha yang berhubungan dengan lingkungan

hidup.

Mengakhiri penyampaian rekomendasi ini, perkenankan kami

menyampaikan satu hal yang mungkin keluar dari substansi materi

rekomendasi, namun kami anggap perlu untuk disampaikan karena

merupakan aspirasi masyarakat yang harus ditindaklanjuti gubernur. Kita

ketahui bersama, pengelolaan pertambangan yang menjadi kewenangan

pemerintahan daerah kabupaten/kota saat ini, telah menimbulkan keresahan

di masyarakat kita, karena bukan saja berdampak pada penurunan nilai

ekologis, tetapi juga tidak berdampak signifikan pada kontribusi keuangan

daerah baik untuk daerah penghasil maupun bagi hasil untuk provinsi. Untuk

itu, DPRD mendorong gubernur untuk mengambil langkah-langkah strategis

dalam kedudukannya sebagai wakil pemerintarh pusat di daerah yang mana

hal ini diatur dalam Pasal PP No. 19 Tahun 2010, untuk mengoptimalkan

pelaksanaan fungsi pengawasan terhadap kebijakan pemerintahan daerah

kabupaten/kota yang berkaitan dengan perizinan pengelolaan pertambangan

di daerah yang kita cintai bersama ini.

Demikian rekomendasi DPRD sebagai aktualisasi dari fungsi check and

balances dari mitra, yang diharapkan mendapat perhatian dan respon positif

dari pemerintah daerah dalam perbaikan penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara. Akhirnya, terima kasih atas

perhantiannya dan mohon maaf atas kekurangannya.

Billahi Taufik Wal Hidayah

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh

Kendari, 9 Mei 2011

PANITIA KHUSUS PERUMUS REKOMENDASI DPRD ATAS LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN GUBERNUR

SELAKU KEPALA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PROVINSI SULAWESI TENGGARA,

1. L. M. Rusman Emba, ST Ketua

2. Drs. Sabaruddin Labamba, M.Si Wakil Ketua

3. Abdul Hasid Pedansa Sekretaris

4. Muddin Musa, SH Anggota

Page 19: Rekomendasi DPRD Sultra atas LKPJ Gubernur TA 2010

18

5. Drs. La Nika, M.Si Anggota

6. La Ode Muh. Marshudi Anggota

7. Firdaus Tahrir, SE., MM Anggota

8. Ir. Mardamin, M.Pd Anggota

9. Suwandi Andi, S.Sos Anggota

10. Nasrawaty Djufri, B.Sc Anggota

11. Ir. Rachmawati Badallah Anggota

12. Ir. Slamet Riadi Anggota

13. H. Syamsul Ibrahin, SE., M.Si Anggota

14. Drs. H. La ode Ndoloma, MM Anggota

15. H. Saharuddin B., SH Anggota

16. H. Soekarno, SH Anggota

17. Yaudu Salam Ajo, S.Pi Anggota

18. Drs. H. Abu Bakar Lagu Anggota

19. Ir. H. Achmad Sunarko Anggota

20. H. Abdul Rasyid Syawal, S.Pd Anggota

21. Drs. H. Ryha Madi Anggota