rekam medis.doc

50
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kenyamanan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum sebagaimana yang diamanatkan di dalam pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam dunia kedokteran arsip atau dokumen atau file sering disebut dengan istilah rekam medis. Rekam medis ini merupakan file-file tempat dimana keseluruhan keberadaan pasien beserta data-data yang dimilikinya termasuk jenis penyakitnya, tercatat atau terekam dalam file-file tersebut. Rekam medis ini merupakan suatu sistem pelayanan yang lebih efisien dan memungkinkan pengguna dapat memanfaatkan pelayanan yang diberikan dengan lebih efektif (Undang-undang Kesehatan, 2009). Seperti disebutkan diatas, bahwa rekam medis merupakan bagian dari arsip. Arsip merupakan salah cabang

description

adada

Transcript of rekam medis.doc

Page 1: rekam medis.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,

kenyamanan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur

kesejahteraan umum sebagaimana yang diamanatkan di dalam pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dalam dunia kedokteran arsip atau dokumen atau file sering disebut dengan

istilah rekam medis. Rekam medis ini merupakan file-file tempat dimana

keseluruhan keberadaan pasien beserta data-data yang dimilikinya termasuk jenis

penyakitnya, tercatat atau terekam dalam file-file tersebut. Rekam medis ini

merupakan suatu sistem pelayanan yang lebih efisien dan memungkinkan pengguna

dapat memanfaatkan pelayanan yang diberikan dengan lebih efektif (Undang-

undang Kesehatan, 2009).

Seperti disebutkan diatas, bahwa rekam medis merupakan bagian dari arsip.

Arsip merupakan salah cabang atau bagian dari Ilmu Perpustakaan. Arsip

merupakan naskah atau dokumen yang menggambarkan segala aktivitas yang telah

dilakukan oleh sebuah instansi dalam kurun waktu tertentu. Setiap rumah sakit

harus memiliki rekam medis sebagai suatu standar pelayanan sebuah instansi yang

bergerak dalam bidang kesehatan yang berguna dalam peningkatan kualitas rumah

sakit dalam memberikan pelayanan yang memuaskan terhadap seluruh pasien.

Page 2: rekam medis.doc

Keberadaan arsip memegang peranan yang cukup besar dalam penentuan

kebijakan dan pedoman kerja guna pencapaian visi misi sebuah instansi.

Rekam medis mempunyai peranan yang sangat penting untuk menunjang

tercapainya tertib administrasi dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan di

rumah sakit. Sebab suatu rekam medis berisikan catatan indifikasi pasien,

anamnese, pemeriksaan, diagnosa, pengobatan, tindakan dan pelayanan yang

diberikan kepada pasien selama pasien berobat/dirawat di rumah sakit, baik yang

terjadi dimasa lalu, masa kini maupun perkiraan yang akan terjadi dimasa

mendatang. Rekam medis adalah milik rumah sakit dan isinya merupakan milik

pasien yang harus di pelihara karena banyak pihak yang berkepentingan

membentuknya dan sangat bermanfaat bagi pasien, dokter dan rumah sakit itu

sendiri.

Melihat begitu pentingnya suatu rekam medis, perlu adanya pengelolaan

yang baik dan benar untuk mencapai keberhasilan tertib administrasi dalam

peningkatan mutu pelayanan rumah sakit kepada masyarakat. Dalam hal ini rumah

sakit bertanggung jawab untuk melindungi data yang ada di dalam rekam medis

terhadap kemungkinan hilangnya keterangan atau pemalsuan data yang ada di

dalamnya ataupun digunakan oleh orang yang tidak berhak, serta tidak boleh

dibawa keluar dari rumah sakit kecuali permintaan pengadilan dengan izin tertulis

dari direktur rumah sakit tersebut.

Pengelolaan rekam medis membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

baik. Petugas atau pegawai rekam medis pada setiap rumah sakit diharapkan adalah

orang-orang yang benar-benar mampu mengelola rekam medis baik fisik maupun isi

Page 3: rekam medis.doc

daripada rekam medis. Pegawai atau unit rekam medis merupakan unit vital dalam

pengelolaan, pemeliharaan, pelayanan, serta sampai proses pemusnahan rekam

medis. Pegawai rekam medis diharapkan dapat mengontrol siklus daripada rekam

medis yang merupakan milik dari setiap pasien rumah sakit tersebut.

Menurut Departemen Kesehatan RI., Pedoman Sistem Pencatatan Rumah

Sakit, rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang

identitas, anamnesa, penentuan fisik, laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan

tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat

inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat. Rekam

medis mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak hanya sekedar kegiatan

pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu sistem

penyelenggaraan rekam medis yaitu mulai pencatatan selama pasien mendapatkan

pelayanan medik, dilanjutkan dengan penanganan berkas rekam medis yang

meliputi penyelenggaraan penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat

penyimpanan untuk melayani permintaan/peminjaman apabila dari pasien atau

untuk keperluan lainnya (Depkes RI, 1994).

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) saat ini merupakan

kewajiban bagi masing-masing rumah sakit setelah ditetapkannya UU No 44 Tahun

2009 Tentang Rumah Sakit. Pada Bab XI Tentang Pencatatan dan Pelaporan,

khususnya Pasal 52 (1) disebutkan bahwa “Setiap Rumah Sakit wajib melakukan

pencatatan dan pelaporan tentang semua kegiatan penyelenggaraan Rumah Sakit

dalam bentuk Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit”. Sehingga kebutuhan

terhadap SIMRS adalah hal yang wajib, dikarenakan beberapa hal antara lain

Page 4: rekam medis.doc

dukungan penyediaan informasi yang cepat dan akurat, sebagai faktor penunjang

kinerja pelayanan rumah sakit, serta transparansi dalam bidang Keterbukaan

Informasi Publik (KIP) seperti yang diatur dalam UU No 14 Tahun 2008.

Kelengkapan pengisian rekam medis dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor, antara lain: (1) latar belakang pendidikan tenaga kesehatan, (2) masa kerja,

(3) pengetahuan mengenai rekam medis (manfaat, kegunaan,

pertanggungjawaban), (4) keterampilan, (5) motivasi, (6) alat kerja, (7) sarana kerja,

(8) waktu kerja, (9) pedoman tertulis, (10) kepatuhan terhadap pedoman

(Mufattikhatus S, 2007).

Pengetahuan dan sikap tenaga kesehatan tentang rekam medis akan

mempengaruhi pendayagunaan dan informasi yang terhimpun dalam rekam medis

untuk pengembangan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan (Sastrosmoro S,

2008).

Pengelolaan rekam medis RSU Meuraxa juga menggunakan standar-standar

yang harus dilaksanakan yang tertuang dalam suatu Buku Pedoman Rekam Medis

RSU Meuraxa menjadi acuan dalam melaksanakan tugas-tugas. Tanpa rekam medis

pasien tidak dapat dilayani berobat, oleh karena itu kecepatan dan ketepatannya

untuk sampai di tangan dokter yang memeriksa di poliklinik, sangat diharapkan.

Dengan demikian faktor keahlian sumber daya manusia merupakan hal yang sangat

menentukan untuk kelancaran pelayanan rekam medis.

Tetapi pada kenyataannya, rekam medis tersebut sering terlambat sampai di

poliklinik. Hal ini dapat diketahui dari keluhan pasien yang datang berobat jalan,

Mereka harus menunggu lama supaya dilayani dokter di poliklinik, karena rekam

Page 5: rekam medis.doc

medisnya belum sampai. Keluhan pasien akan adanya keterlambatan rekam medis

merupakan masalah dan tantangan bagi pengelola rekam medis untuk

meningkatkan kualitas pengelolaan rekam medis. Keterlambatan rekam medis ini

kemungkinan disebabkan oleh petugas rekam medis yang tidak memiliki

pengetahuan khusus dalam pengelolaan rekam medis dan perlu waktu pemulihan

seluruh rekam medis pasca gempa bumi yang terjadi. Pengelolaan rekam medis

perlu ditingkatkan lagi guna kepuasan pasien yang dilayani. Pengelolaan rekam

medis dimulai dari pengadaan rekam medis yang baru, penyimpanan, perawatan,

serta penggunaan rekam medis itu sendiri dalam memberikan pelayanan kepada

pasien.

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis ingin meneliti lebih jauh faktor-

faktor yang mempengaruhi keberhasilan rekam medis di Rumah Sakit Umum

Meuraxa.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah faktor-faktor pengetahuan, sikap, kinerja dan motivasi

petugas dapat mempengaruhi keberhasilan rekam medis di Rumah Sakit Umum

Meuraxa Banda Aceh tahun 2013.

1.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini hanya dibatasi pada beberapa variabel

pengetahuan, sikap, kinerja dan motivasi petugas dalam mempengaruhi

keberhasilan rekam medis di Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh tahun 2013.

Page 6: rekam medis.doc

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan rekam

medis di Rumah Sakit Umum Meuraxa tahun 2013

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui hubungan antara pengetahuan petugas dengan keberhasilan

rekam medis di Rumah Sakit Umum Meuraxa tahun 2013

2. Mengetahui hubungan antara sikap petugas dengan keberhasilan rekam

medis di Rumah Sakit Umum Meuraxa tahun 2013

3. Mengetahui hubungan antara kinerja petugas dengan keberhasilan rekam

medis di Rumah Sakit Umum Meuraxa tahun 2013

4. Mengetahui hubungan antara motivasi petugas dengan keberhasilan rekam

medis di Rumah Sakit Umum Meuraxa tahun 2013

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit Meuraxa untuk

meningkatkan kinerja stafnya sehingga dapat membuat rekam medis

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan

RI sebagai wujud dalam meningkatkan pelayanan kesehatan.

2. Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan penulis

dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan di

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Aceh.

3. Sebagai bahan informasi atau referensi bagi penelitian selanjutnya tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan rekam medis.

Page 7: rekam medis.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rekam Medis

2.1.1. Sejarah Rekam Medis

Sejarah rekam medis di mulai pada zaman batu (paleolithic) lebih kurang

2500SM dengan ditemukannya lukisan purba tentang trephinasi dan amputasi di

dinding gua di Spanyol, hal ini menunjukkan bahwa sejak zaman pra sejarah praktik

rekam medis dilakukan bersamaandengan praktik kedokteran (DepKes RI, 1997).

Praktik kedokteran secara ilmu pengetahuan modern dimulai sejak zaman

Hipocrates pada 460SM. Hipocrates sebagai bapak ilmu kedokteran banyak menulis

tentang pengobatan, observasi penelitian yang cermat dan sampai saat ini dianggap

benar. Hasil pemeriksaan pasiennya (rekam medis) hingga kini masih dapat dibaca

oleh para dokter sehinggakecermatan cara kerja Hipocrates dalam pengelolaan

rekam medisnya sangat menguntungkan para dokter sekarang (DepKes, 1997).

Pada tahun 1137, rekam medis pertama kali dilaksanakan di Rumah Sakit St.

Bathelomew di London. Di Indonesia, kegiatan pencatatan mulai dilakukan pada

masa pra kemerdekaan, hanya saja masih belum dilaksanakan dengan baik,

penataannya mengikuti sistem informasi yang benar. Dengan dikeluarkannya

Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1960, kepada semua petugas kesehatan

diwajibkan untuk menyimpan rahasia kedokteran, termasuk berkas rekam medis.

Kemudian pada tahun 1972 dengan surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 034/Birhup/1972, ada kejelasan bagirumah sakit menyangkut

Page 8: rekam medis.doc

kewajiban untuk menyelenggarakan rekam medis kesehatan.

Maksud dan tujuan dari peraturan-peraturan tersebut adalah agar

penyelenggaraan rekam medis dapat berjalandengan baik di institusi pelayanan

kesehatan termasuk rumah sakit. Kurun waktu 1972-1989 penyelenggaraan rekam

medis di rumah sakit belum berjalansebagaimana yang diharapkan melalui

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

749a/MENKES/PER/XV/1989 tentang rekam medis yang telah direvisi menjadi

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008

ini perlu dipertegas kembali tentang pengelolaan rekam medis yang merupakan

landasan hukum semua tenaga medis dan paramedis di rumah sakit yang terlibat di

dalam penyeenggaraan rekam medis di sarana pelayanan kesehatan (DepKes,

1997).

2.1.2. Pengertian Rekam Medis

Rekam medis menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 adalah berkas yang berisikan catatan dan

dokumen tentang identitas, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain

yang telah diberikan kepada pasien. Sedangkan menurut Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis/terekam

tentang identitas pasien, anamnesa, penentuan fisik, laboratorium, diagnosa segala

pelayanan dan tindakan yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik di

rawat jalan, rawat inap, dan gawat darurat.

Pengertian rekam medis menurut IFHRO (International Federation Health

Record Organization) adalah rekam medis berisi semua informasi mengenai pasien,

Page 9: rekam medis.doc

penyakit, pengobatan, dan rekaman yang didalamnya sesuai dengan urutan

pelayanan/perawatan. Rekam medis adalah berkas yang beisikan catatan dan

dokumen tentang identitas, anamnesis, diagnosis pengobatan, pemeriksaan,

pengobatan, tindakan, dan pelayanann lain yang diberikan kepada pasien pada

sarana pelayanan kesehatan meliputi pendaftaran pasien yang dimulai dari tempat

penerimaan pasien, kemudian bertanggung jawab untuk mengumpulkan,

menganalisa, mengolah, dan menjamin kelengkapan berkas rekam medis dari unit

rawat jalan, unit rawat inap, unit gawat darurat, dan unit penunjang lainnya (Hatta,

1985; Suwarti, 1999; Watson, 1992).

Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas tidak hanya sekedar

pencatatan, akan tetapi pengertian tersebut sebagai suatu sistem penyelenggaraan

rekam medis, sedangkan kegiatan pencatatannya sendiri hanya merupakan salah

satu kegiatan dari penyelenggaran rekam medis. Penyelenggaraan rekam medis

adalah proses kegiatan yang dimulai pada saat diterimanya pasien di rumah sakit,

diteruskan dengan kegiatanpencatatan data rekam medis selama mendapatkan

pelayanan medis dan dilanjutkan denganpenanganan dokumen rekam medis yang

meliputi penyelenggaraan, penyimpanan, dan pengeluaran dokumen dari rak

penyimpanan untuk melayani permintaan/peminjaman dari pasien atau untuk

keperluan lainnya.

2.1.3 Falsafah Rekam Medis

Proses pelayanannya diawali dengan identifikasi pasien baik jati diri maupun

perjalanan penyakit, pemeriksaan, pengobatan dan tindakan medis lainnya. Rekam

medis merupakan catatan (rekaman) yang harus dijaga kebersihannya dan

Page 10: rekam medis.doc

terbatasnya tenagakesehatan dan pasien-pasien serta memberikan kepastian biaya

yang harus dikeluarkan. Jadi falsafah rekam medis mencantum nilai-nilai aspek yang

dikenal dengan sebutan ALFREDS (Administrative, Legal, Financial, Research,

Education, Dokumentation, and Service) yaitu sebagai berikut :

a. Administrative(Aspek Administrasi)

Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya

menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai

tenaga medis dan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.

b. Legal(Aspek Hukum)

Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya

menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar

keadilan, dalam rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan

tanda bukti untuk menegakkan keadilan.

c. Financial(Aspek Keuangan)

Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya

menyangkut data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek

keuangan.

d. Research(Aspek Penelitian)

Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena isinya

menyangkut data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek

penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan.

e. Education(Aspek pendidikan)

Page 11: rekam medis.doc

Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya

menyangkut data/informasi tentang perkembangan kronologis dan

kegiatan pelayanan medik yang diberikan kepada pasien, infomasi tersebut

dipergunakan sebagai bahan referensi pengajaran bidang profesi pemakai.

f. Documentation(Aspek dokumentasi)

Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya

menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai

sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan Rumah Sakit.

g. Service(Aspek Medis)

Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai medik, karena catatan

tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan

pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada seorang pasien.

2.1.4 Manfaat Rekam Medis

Rekam medis memiliki banyak manfaat, di antaranya adalah:

a. Pengobatan Pasien

Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan

dan menganalisis penyakit serta merencanakan pengobatan, perawatan

dan tindakan medis yang harus diberikan kepada pasien.

b. Peningkatan Kualitas Pelayanan

Membuat Rekam Medis bagi penyelenggaraan praktik kedokteran dengan

jelas dan lengkap akan meningkatkan kualitaspelayanan untuk melindungi

tenaga medis dan untuk pencapaian kesehatan masyarakat yang optimal.

c. Pendidikan dan Penelitian

Page 12: rekam medis.doc

Rekam medis yang merupakan informasi perkembangan kronologis

penyakit, pelayanan medis, pengobatan dan tindakan medis, bermanfaat

untuk bahan informasi bagi perkembangan pengajaran dan penelitian di

bidang profesi kedokteran dan kedokteran gigi.

d. Pembiayaan

Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk

menetapkan pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada sarana

kesehatan. Catatan tersebut dapat dipakai sebagai bukti pembiayaan

kepada pasien.

e. Statistik Kesehatan

Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistikkesehatan,

khususnya untuk mempelajari perkembangan kesehatan masyarakat dan

untuk menentukan jumlah penderita pada penyakit-penyakit tertentu.

f. Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan Etik

Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga bermanfaat

dalam penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik (Manual Rekam

Medis, 2008).

2.1.5. Isi Rekam Medis

Isi rekam medis sesuai dengan Permenkes No. 269/MENKES/PER/III/2008

disesuaikan dengan kebutuhan pemakainya, khususnya lembar rekam medis rawat

inap berisi sebagai berikut:

a. Identitas pasien, terdiri dari nama lengkap pasien, umur, nama suami/ayah,

jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, nomor rekam medis, agama,

Page 13: rekam medis.doc

pekerjaan, nomor kartu penduduk, alamat, dan nomor telepon rumah

untuk memudahkan penyusunan dan penemuan kembali berkas rekam

medis.

b. Tahun kunjungan atau tahun dirawat terakhir, untuk mempermudah

mencari (mengklasifikasi) berkas rekam medis yang sudah tidak aktif.

c. Tanda (+) untuk pasien yang meninggal,ditulis dibelakang nama pasien

pada sampul luar depan dan berkasrekam medis pasien yang meninggal

menandakan bahwa berkas tersebut sudah tidak aktif.

d. Catatan mengenai data kesehatan pasien, meliputi penyebab sakit,

penentuan tindakan terapi, rehabilitasi, riwayat pasien dan keluarga,

riwayat sakit, peemriksaan fisik, perawatan dan terapi obat terakhir, hasil

konsultasi, dan lain-lain.

e. Perintah doter atau rencana perawatan, dokter menuliskan perkembangan

pasien, penemuan medis, rencana perawatan, hasil tes, dan kondisi umum

pasien. Perintah dokter ini harus diberi tanggal dan ditandatangani.

f. Catatan perkembangan, catatan ini mengindikasikan kondisi dan respon

pasien terhadap perawatan.

g. Penelusuran spesial atau pemeriksaan yang dilakukan seperti hasil

laboratorium, radiologi, patologi, dan lain-lain.

h. Catatan perawat dan diagram grafik, perawat mencatat semua

pengamatan, pengobatan, perawatan, dan pelayanan lain yang diberikan

kepada pasien.

Page 14: rekam medis.doc

i. Formulir operasi anestesi dan recovery, berisi persetujuan bedah, laporan

pra dan post anastesi, laporan operasi, dan laporan lain yang relevan.

j. Lembar kontrol istimewa seperti catatan/laporan persalinan, identitas bayi.

k. Ringkasan keluar/resume, berisi kondisipasien saat keluar, prognosis,

perawatan pasien kembali kontrol untuk follow up. Pada lembar depan

ditandatangani oleh dokter untukmenunjukkan tanggung jawab terhadap

informasi yang telah dituliskan.

l. Formulir informed consent atau formulir persetujuan tindakan medis yang

ditandatangani pasien atau suami atau ayah yang bersangkutan sebelum

dokter melakukan tindakan tertentu.

2.1.6 Mutu Rekam Medis

Rekam medis yang baik dapat pula mencerminkan mutu pelayanan

kesehatan yang diberikan (Payne, 1976;Huffman, 1990). Rekam medis yang

bermutu juga diperlukan untuk persiapan evaluasi dan audit medis terhadap

pelayanan medis secara retrospektif terhadap rekam medis. Tanpa dipenuhinya

syarat-syarat dari mutu rekam medis ini, maka tenaga medis maupun pihak rumah

sakit akan sukar membela diri di pengadilan bila terdapat tuntutan malpraktik oleh

pihak pasien.

Menurut Huffman (1990) dan Soejaga (1996), mutu rekam medis yang baik

adalah rekam medis yang memenuhi indikator-indikator mutu rekam medis sebagai

berikut :

a. Kelengkapan isian resume medis

Adapun uraian indikator-indikator kelengkapan isian resume medis

Page 15: rekam medis.doc

menurut Permenkes No. 269/MENKES/PER/III/2008 adalah sebagai berikut:

Identitas pasien

Tanggal dan waktu

Hasil anamnesis, mencakup sekurangya keluhan dan riwayat penyakit

Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis

Diagnosis

Rencana penatalaksanaan

Pengobatan dan/atau tindakan

Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik, dan

Persetujuan tindakan bila diperlukan

b. Keakuratan

Adalah ketepatan catatan rekam medis,dimana semua data pasien ditulis

dengan teliti, cermat, tepat, dan sesuai dengan keadaan sesungguhnya.

c. Tepat waktu

Rekam medis harus diisi dan setelah diisi harus dikembalikan ke bagian

rekam medis tepat waktu sesuai dengan peraturan yang ada.

d. Memenuhi persyaratan hukum

Rekam medis memenuhi persyaratan aspek hukum (Permenkes 269 Tahun

2008) yaitu :

Penulisan rekam medis tidak memakai pensil

Penghapusan tidak ada

Coretan, ralat sesuai dengan prosedur, tanggal, dan tanda tangan

Page 16: rekam medis.doc

Tulisan harus jelas dan terbaca

Ada tanda tangan oleh yang wajib menandatangani dan nama petugas

Ada tanggal dan waktu pemeriksaan tindakan

Ada lembar persetujuan

2.2. Rumah Sakit

Rumah sakit adalah organisasi unik karena merupakan paduan antara

organisasi padat teknologi, padat karya dan padat modal sehingga pengelolaan

rumah sakit menjadi disiplin ilmu tersendiri yang mengedepankan dua hal sekaligus,

yaitu teknologi dan perilaku manusia di dalam organisasi (Subanegara, 2005).

American Hospital Associationdi tahun 1987 menyatakan bahwa rumah sakit

adalah suatu institusi yang fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan kepada

pasien (diagnostik dan terapeutik) untuk berbagai penyakit dan masalah kesehatan,

baik yang bersifat bedah maupun non bedah. Rumah sakit harus dibangun,

dilengkapi dan dipelihara dengan baik untuk menjamin kesehatan dan keselamatan

pasiennya dan harus menyediakan fasilitas yang lapang, tidak berdesak-desakan

dan terjamin sanitasinya bagi kesembuhan pasien (Aditama, 2003).

Massie dalam Aditama (2003) mengemukakan tiga ciri khas rumah sakit yang

membedakannya dengan industri lainnya, yaitu:

1. Kenyataan bahwa bahan baku dari industri jasa kesehatan adalah manusia.

Dalam industri rumah sakit, seyogyanya tujuan utamanya adalah melayani

kebutuhan manusia, bukan semata-mata menghasilkan produk degan proses

dan biaya yang seefisien mungkin. Unsur manusia perlu mendapat perhatian

Page 17: rekam medis.doc

dan tanggung jawab utama pengelola rumah sakit. Perbedaan ini

mempunyai dampak penting dalam manajemen, khususnya menyangkut

pertimbangan etika dan nilai kehidupan manusia.

2. Kenyataan bahwa dalam industri rumah sakit yang disebut sebagai

pelanggan (customer) tidak selalu mereka yang menerima pelayanan. Pasien

adalah mereka yang diobati di rumah sakit. Akan tetapi, kadang-kadang

bukan mereka sendiri yang menentukan di rumah sakit mana mereka harus

dirawat. Bagi karyawan ditentukan oleh kebijaksanaan kantornya. Jadi

jelaslah mereka yang diobati di suatu rumah sakit belum tentu kemauan

pasien. Selain itu, jenis tindakan medis yang akan dilakukan dan pengobatan

yang diberikan juga tidak tergantung pada pasiennya, tetapi tergantung dari

dokter yang merawatnya. Ini tentu amat berbeda dengan bisnis restoran di

mana si pelangganlah yang menentukan menunya yang akan dibeli.

3. Kenyataan menunjukkan bahwa pentingnya profesional tenaga kesehatan

termasuk dokter, perawat, ahli farmasi, fisioterapi, radiographer, ahli gizi

dan lain-lain. Para profesional ini sangat banyak sekali jumlahnya di rumah

sakit. Hal yang perlu mendapat perhatian adalah kenyataan bahwa para

profesional cenderung sangat otonom dan berdiri sendiri. Tidak jarang misi

kerjanya tidak sejalan dengan misi kerja manajemen organisasi secara

keseluruhan tetapi bekerja dengan standar profesi yang dianutnya.

Akibatnya ada kesan bahwa fungsi manajemen dianggap kurang penting.

Karakteristik merupakan sesuatu yang melekat pada diri seseorang yang

dapat dilihat dan dinilai (Ali, 2007).

Page 18: rekam medis.doc

2.3. Kinerja

2.3.1 Pengertian Kinerja

Menurut Ilyas (2001), kinerja adalah penampilan hasil karya personel dalam

suatu organisasi. Sedangkan, menurut Prawirosentono (1999), kinerja adalah hasil

kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu

organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam

rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak

melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Menurut Bernardin dkk (1998),

terdapat enam aspek yang dapat dinilai sebagai kriteria kinerja, yaitu: mutu

pekerjaan, kualitas pekerjaan, batas waktu, efektivitas biaya, inisiatif dan dampak

sosial. Sedangkan, menurut Asiad (2000), Faktor yang berhubungan dengan kinerja

adalah:

a. Faktor psikologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan

pegawai seperti minat, inteligensi, pendidikan, sikap terhadap kerja, bakat

dan keterampilan.

b. Faktor sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial

antara tenaga kerja dengan atasan maupun sesama pegawai.

Gibson (1997), menyatakan bahwa terdapat tiga kelompok variabel yang

mempengaruhi kinerja dan perilaku, yaitu:

a. Variabel individu, yang terdiri dari sub variabel kemampuan dan

keterampilan, fisik maupun mental, latar belakang keluarga, pengalaman,

tingkat sosial dan faktor demografis.

Page 19: rekam medis.doc

b. Variabel organisasi, terdiri sub variabel sumber daya, kepemimpinan,

imbalan, struktur dan disain pekerjaan.

c. Variabel psikologis, yang terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan

motivasi.

2.3.2 Strategi untuk Meningkatkan Kinerja

Menurut Schuller, dkk (1999), ada beberapa strategi untuk meningkatkan

kinerja karyawan di Mrs. Fields Incorporated, sebuah perusahaan penjualan kue,

yaitu:

a. Dorongan Positif (Positive Reinforcement)

Dorongan positif melibatkan penggunaan penghargaan positif untuk

meningkatkan terjadinya kinerja yang diinginkan. Dorongan ini didasarkan

pada dua prinsip fundamental: (1) orang berkinerja sesuai dengan cara yang

mereka pandang paling menguntungkan bagi mereka, dan (2) dengan

memberikan penghargaan yang semestinya, orang dimungkinkan

memperbaiki kinerjanya. Sistem dorongan positif dapat dirancang

berdasarkan prinsip-prinsip teori dorongan:

Lakukan audit kinerja

Audit kinerja mengkaji seberapa baik pekerjaan dilaksanakan.

Tetapkan standar dan tujuan kinerja

Standar adalah tingkat minimum kinerja yang diterima, tujuan adalah

tingkat kinerja yang ditargetkan. Keduanya harus ditetapkan setelah

Page 20: rekam medis.doc

audit kinerja dan harus dikaitkan langsung dengan pekerjaan. Tujuan

dan standar harus dapat diukur dan dapat dicapai.

Berikan umpan balik kepada karyawan mengenai kinerjanya

Standar kinerja tidak efektif tanpa ukuran dan umpan balik terus

menerus. Umpan balik harus netral dan bahan evaluatif bersifat menilai

dan bila mungkin harus disampaikan secara langsung kepada karyawan,

bukan kepada penyelia. Umpan balik langsung yang tepat memberi

pengetahuan yang dibutuhkan pekerja untuk dipelajari. Umpan balik

memungkinkan pekerja mengetahui apakah kinerja mereka meningkat,

tetap sama atau bertambah buruk.

Beri karyawan pujian atau imbalan lain yang berkaitan langsung dengan

kinerja

Jika penghargaan berupa pujian, maka harus dinyatakan dalam bentuk

kuantitatif dan spesifik. Salah satu penghargaan yang umum adalah

uang. Meskipun uang sangat efektif sebagai motivator, banyak

organisasi sering tidak mampu menggunakannya. Walaupun begitu,

penghargaan lainnya sama efektifnya. Mereka memasukkan pujian dan

pengakuan berkaitan dengan perilaku pekerjaan spesifik, peluang untuk

memilih kegiatan, peluang untuk mengukur perbaikan kerja secara

pribadi dan peluang untuk mempengaruhi mitra kerja dan manajemen.

Penghargaan untuk kinerja tertentu harus diberikan sesegera mungkin

setelah perilaku itu berlangsung.

Page 21: rekam medis.doc

b. Program Disiplin Positif

Program ini memberi tanggung jawab perilaku karyawan di tangan karyawan

sendiri. Bagaimanapun, program ini memberitahu karyawan bahwa

perusahaan peduli dan akan tetap mempekerjakan karyawan selama ia

berkomitmen untuk bekerja dengan baik. Jika karyawan membuat komitmen

tersebut, perusahaan mempunyai karyawan yang baik. Jika karyawan

memutuskan untuk keluar, ia tidak punya alasan riil untuk menyalahkan

perusahaan.

c. Program Bantuan Karyawan

Program bantuan karyawan menolong karyawan mengatasi masalah-

masalah kronis pribadi yang menghambat kinerja dan kehadiran mereka di

tempat kerja.

d. Manajemen Pribadi

Manajemen pribadi (self management) adalah suatu pendekatan yang relatif

baru untuk mengatasi ketidaksesuaian kinerja. Manajemen pribadi

mengajari orang mengamati perilaku sendiri, membandingkan outputnya

dengan tujuannya, dan memberikan dorongan untuk menopang komitmen

pada tujuan dan kinerja.

2.4 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

Page 22: rekam medis.doc

dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Winkel (1996), pengetahuan mencakup akan hal-hal yang pernah

dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu dapat meliputi fakta, kaidah dan

prinsip, serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan,

digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau

mengenal kembali (recognition).

Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yakni:

Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya (recall) dan merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah.

Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secata benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

Aplikasi (aplication), diartikan sebagai kemampuan unutk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Sintesis (synthesis), menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru.

Page 23: rekam medis.doc

Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi (Notoadmodjo,

2003).

2.5 Sikap

Secara umum, sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk

berespons (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu.

Sikap mengandung penilaian emosional atau afektif (senang, benci, sedih dan

sebagainya), di samping komponen kognitif (pengetahuan tentang objek tersebut)

serta aspek konotif (kecenderungan bertindak) (Notoadmodjo, 2003). Sikap

seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek

tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 1997).

Berbagai tingkatan dalam sikap menurut Notoadmodjo (2003):

Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan objek.

Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi dari sikap tingkat tiga.

Bertanggung jawab (responsible)

Page 24: rekam medis.doc

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.6 Motivasi

Menurut kamus Bahasa Indonesia Modern, karangan Muhammad Ali, motif

diartikan sebagai sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan seseorang; dasar

pikiran dan pendapat; sesuatu yang menjadi pokok. Dari pengertian motif tersebut

dapat diturunkan pengertian motivasi sebagai sesuatu yang pokok, yang menjadi

dorongan bagi seseorang untuk bekerja (Arep dkk, 2003).

Secara singkat, manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan gairah

kerja, sehingga produktivitas kerja meningkat. Sementara itu, manfaat yang

diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan

dapat diselesaikan dengan tepat. Artinya, pekerjaan diselesaikan sesuai standar

yang benar dan dalam skala waktu yang sudah ditentukan, serta orang akan senang

melakukan pekerjaannya (Arep dkk, 2003).

Sesuatu yang dikerjakan karena ada motivasi yang mendorongnya akan

membuat orang senang melakukannya. Orangpun akan merasa dihargai/diakui. Hal

ini terjadi karena pekerjaannya itu betul-betul berharga bagi orang yang

termotivasi, orang akan bekerja keras. Hal ini dimaklumi karena dorongan yang

begitu tinggi untuk menghasilkan sesuai target yang mereka tetapkan. Kinerjanya

akan dipantau oleh individu yang bersangkutan dan tidak akan membutuhkan

terlalu banyak pengawasan, semangat juangnya akan tinggi. Hal ini akan

memberikan suasana bekerja yang bagus di semua bagian (Arep dkk, 2003).

Page 25: rekam medis.doc

2.5 Kerangka Teoritis

Pengetahuan

Tahu (know),

Memahami (comprehension)

Aplikasi (aplication)

Analisis (analysis)

Sintesis (synthesis)

Evaluasi (evaluation)

(Notoadmodjo, 2003)

Kinerja

Psikologis

Sosial

(Asiad, 2000)

Sikap

Menerima (receiving)

Merespons (responding)

Menghargai (valuing)

Bertanggung jawab (responsible)

(Notoadmodjo, 2003)

Motivasi

Dorongan bagi seseorang untuk

bekerja

Menciptakan gairah untuk

meningkatkan produktifitas kerja

(Arep, dkk. 2003)

Keberhasilan Rekam Medis

Page 26: rekam medis.doc

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berikut berdasarkan teori-teori yang dikemukakan oleh Mufattikhatus S

(2007), maka konsep penelitian digambarkan sebagai:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Variabel Penelitian

3.2.1. Variabel Independen (bebas) yaitu meliputi : pengetahuan, sikap, kinerja dan

motivasi

3.2.2. Variabel Dependen (terikat) yaitu keberhasilan rekam medis.

3.3. Definisi Operasional

Sikap

Keberhasilan Rekam Medis

Pengetahuan

Kinerja

Motivasi

Page 27: rekam medis.doc

No Variabel Defenisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Dependen1 Keberhasilan

rekam medisBerkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

Melihat Status

Buku Register

- Baik- Kurang baik

Ordinal

Independen2 Pengetahuan Hasil dari tahu, dan ini

terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu

Melihat Status/rekam medik

Buku Register/rekam medik

- Baik- Cukup- Rendah

Ordinal

3 Sikap Kecenderungan untuk berespons (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu.

Melihat Status/rekam medik

Buku Register/rekam medik

- Positif- Negatif

Ordinal

4 Kinerja Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi

Melihat Status/rekam medik

Buku Register/rekam medik

- Baik- Kurang baik

Ordinal

5 Motivasi Sesuatu yang pokok, yang menjadi dorongan bagi seseorang untuk bekerja

Melihat Status/rekam medik

Buku Register/rekam medik

- Tinggi- Renda

h

Ordinal

Page 28: rekam medis.doc

3.4. Cara Pengukuran Variabel

1. Rekam Medis

Baik : apabila dari hasil penelitian didapatkan nilai ≥ Mean

Kurang baik : apabila dari hasil penelitian didapatkan nilai < Mean

2. Pengetahuan

Tinggi : apabila dari hasil penelitian didapatkan nilai ≥ 76%

Cukup : apabila dari hasil penelitian didapatkan nilai 56% - 76%

Rendah : apabila dari hasil penelitian didapatkan nilai < 56%

3. Sikap

Postif : apabila dari hasil penelitian didapatkan nilai ≥ Mean

Negatif : apabila dari hasil penelitian didapatkan nilai < Mean

4. Motivasi

Tinggi : apabila dari hasil penelitian didapatkan nilai ≥ Mean

Rendah : apabila dari hasil penelitian didapatkan nilai < Mean

5. Kinerja

Baik : apabila dari hasil penelitian didapatkan nilai ≥ Mean

Kurang Baik : apabila dari hasil penelitian didapatkan nilai < Mean

3.5. Hipotesis Penelitian

1. Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan keberhasilan rekam

medis di Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013.

Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dengan keberhasilan rekam medis di

Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013.

2. Ho : Tidak ada hubungan antara sikap dengan keberhasilan rekam medis di

Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013.

Ha : Ada hubungan antara sikap dengan keberhasilan rekam medis di Rumah

Sakit Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013.

Page 29: rekam medis.doc

3. Ho : Tidak ada hubungan antara kinerja dengan keberhasilan rekam medis di

Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013.

Ha : Ada hubungan antara kinerja dengan keberhasilan rekam medis di Rumah

Sakit Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013.

4. Ho : Tidak ada hubungan antara motivasi dengan keberhasilan rekam medis di

Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013.

Ha : Ada hubungan antara motivasi dengan keberhasilan rekam medis di

Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh Tahun 2013.

Page 30: rekam medis.doc

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain Cross Sectional,

dimana penulis ingin mengetahui apakah hubungan antara pengetahuan, sikap,

kinerja dan motivasi dengan keberhasilan rekam medis di Rumah Sakit Meuraxa

Banda Aceh tahun 2013.

4.2. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Meuraxa Kota Banda Aceh.

4.3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April tahun 2013.

4.4.Populasi dan Sampel Penelitian

4.4.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah petugas rekam medis di Rumah Sakit

Umum Meuraxa tahun 2013.

4.4.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah petugas rekam medis di Rumah Sakit

Umum Meuraxa tahun 2013. Pengambilan sampel diambil secara total populasi

sampling yaitu semua populasi dalam penelitian ini akan dijadikan sebagai sampel.

Page 31: rekam medis.doc

4.5. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer yaitu data

tentang pengetahuan, sikap, kinerja dan motivasi petugas dalam mengisi rekam

medis di Rumah Sakit Umum Meuraxa tahun 2013, dan data sekunder yang berasal

dari bagian rekam medis Rumah Sakit Umum Meuraxa tahun 2013.

4.6. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara komputerisasi dengan mengikuti

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing, yaitu data yang telah dikumpulkan dan diperiksa

kebenarannya. Setelah terkumpul data di edit kembali sehingga dapat dilihat

dan diberi nilai

2. Coding, yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut macamnya

dengan memberi kode tertentu. Setelah diteliti masing-masing data diberi

kode baik dengan skor/angka ataupun dengan huruf.

3. Tabulating, yaitu data yang telah terkumpul ditabulasikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi. Setelah proses analisis selesai maka hasil

dibuat dalam bentuk tabel distribusi dan tabel silang.

4.7 Analisa data

Data yang diperoleh akan dianalisis secara bertahap sebagai berikut :

1. Analisis Univariat

Data dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui distribusi dari variabel-

variabel yang diteliti.

Page 32: rekam medis.doc

2. Analisis Bivariat

Analisa ini digunakan dengan menggunakan uji statistik chi square (X2).

Menurut Sutanto (2007) aturan yang berlaku pada uji chi square adalah :

a. Bila pada tabel 2 x 2 dijumpai nilai Expected (harapan) kurang dari 5,

maka yang digunakan adalah ”Fisher’s Exact Test”

b. Bila tabel 2 x 2 dan tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai sebaiknya

”Countinuity Correction (a)”

c. Bila tabelnya lebih dari 2 x 2, misalnya 3 x 2, 3 x 3 dan sebagainya, maka

digunakan uji ”Pearson Chi Square”

Analisa data dilakukan dengan komputerisasi menggunakan program SPSS

versi 17 untuk membuktikan hipotesis yaitu dengan ketentuan jika p value < 0,05

(Ho ditolak) sehingga disimpulkan Ha benar yang berarti ada hubungan yang

bermakna (Sutanto, 2007).

4.8 Penyajian Data

Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel silang serta

dinarasikan.

Page 33: rekam medis.doc

DAFTAR PUSTAKA

Tim Redaksi Pustaka Yustisia. Undang-Undang Kesehatan Dan Rumah Sakit 2009.

Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2010

Departemen Kesehatan RI, Pedoman Sistem Pencatatan Rumah Sakit (Rekam

Medis/Medical Record), 2009.

Sjamsuhidayat, 2006. Manual Rekam Medis, cetakan I. Konsil Kedokteran Indonesia.

Jakarta

Mufattikhatus S. Kelengkapan Pengisian dan Ketepatan waktu Pengembalian Rekam

Medis Ke Sub Bidang Rekam Medis dan Determinan Dominannya Penelitian

RSU Dr.Soetomo, 2007

Lumbantobing, Masrita. T, A, 2004. Analisis Pengaruh Karakteristik Individu,

Organisasi dan Psikologis Terhadap Kinerja Bidan di Desa dalam Pencatatan

Pelaporan Program KIA di Kabupaten Aceh Timur Tahun 2004, Tesis,

Program Studi AKK USU, Medan.

Megawati, 2005. Analisa Pengaruh Karakteristik Individu terhadap Kinerja Perawat

DI RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2004, Tesis, Program Studi IKM AKK USU,

Medan.

Arep, Ishak, dan Tanjung, Masri, 2003. Manajemen Motivasi, PT Grasindo, Jakarta.

Arikunto, S, 2002. Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.

Aditama, T, Y, 2003. Manajemen Administrasi Rumah Sakit, UI Press, Jakarta.

Asiad, M, 2000. Psikologi Industri. Edisi keempat, Liberty Yogyakarta, Yogyakarta.

Azwar, Azrul, 2003. Analisis Kuantitatif dan Kualitatif Rekam Medis dalam

Page 34: rekam medis.doc

Upaya Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan, Kumpulan Makalah

Seminar Nasional dalam Kongres dan Rakernas I-III PORMIKI, Jakarta.

Darma, Surya, 2005. Manajemen Kinerja: Falsafah, Teori dan Penerapannya,

Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Depkes RI, 2005. Indikator Kinerja Rumah Sakit, Direktorat Jenderal Pelayanan

Medik Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Foster, Bill dan Seeker, Karen. R, 2001. Pembinaan untuk Meningkatkan Kinerja

Karyawan, PPM, Jakarta.

Gafur, Kemala M, A. 2003. Pentingnya Peningkatan Profesionalisme Rekam Medis

dalam Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan, Kumpulan Makalah

Seminar Nasional dalam Kongres dan Rakernas I-III PORMIKI, Jakarta.

Gibson, Ivancevich dan Donnelly, 1997. Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses Jilid 1,

Erlangga, Jakarta.

Hutagalung, Hawanuddin, 2005. Kajian Pemanfaatan Rekam Medis Sebagai Bahan

Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran serta

Perencanaan di Rumah Sakit Santa Elizabeth Medan Tahun 2005, Tesis,

Program Studi AKK USU, Medan.

Ilyas, Y, 2001. Kinerja: Teori, Penilaian dan Penelitian, Fakultas Kesehatan

Masyarakat UI, Jakarta.

Lumbantobing, Masrita. T, A, 2004. Analisis Pengaruh Karakteristik Individu,

Organisasi dan Psikologis Terhadap Kinerja Bidan di Desa dalam Pencatatan

Pelaporan Program KIA di Kabupaten Aceh Timur Tahun 2004, Tesis,

Program Studi AKK USU, Medan.

Page 35: rekam medis.doc

Megawati, 2005. Analisa Pengaruh Karakteristik Individu terhadap Kinerja Perawat

DI RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2004, Tesis, Program Studi IKM AKK USU,

Medan.

Muchlas, 1998. Perilaku Organisasi Jilid 2 Edisi 1, Magister Manajemen Rumah Sakit

UGM, Yogyakarta.

Muhammad, 2003. Analisis Motivasi Kerja dan Hubungannya dengan Kinerja

Perawat di RSU Dr. Zainal Abidin Banda Aceh, Tesis, Program Studi IKM AKK

USU, Medan.

Notoadmodjo, Soekidjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta,

Jakarta.

Waruna, S. M, 2003. Analisis Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan

Kelengkapan Pencatatan Rekam Medis Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit

Santa Elisabeth Medan, Tesis, Program Magister Administrasi Rumah Sakit

USU, Medan.

Wilujeng, Sofia Lestari, 2008. Pengaruh Motivasi Ekstrinsik dan Motivasi Intrinsik

terhadap Kinerja Perawat (Studi Kasus Pada Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Semen Gresik), 2009.