Rehabilitasi Medik

26
CASE REPORT RHEUMATOID ARTHRITIS Oleh: Aprilia Elisabet 0918011105 Pembimbing: dr. Sanjoto S., Sp. KFR KEPANITERAAN KLINIK INSTALASI REHABILITASI MEDIK

Transcript of Rehabilitasi Medik

Page 1: Rehabilitasi Medik

CASE REPORT

RHEUMATOID ARTHRITIS

Oleh:

Aprilia Elisabet

0918011105

Pembimbing:

dr. Sanjoto S., Sp. KFR

KEPANITERAAN KLINIK

INSTALASI REHABILITASI MEDIK

RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK

LAMPUNG

2013

Page 2: Rehabilitasi Medik

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : Ny. L

Usia : 49 th

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Kota Sepang, Bandar Lampung

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status : Sudah menikah

Suku : Palembang

Tanggal : 3 Juni 2013

II. Riwayat Penyakit

Keluhan Utama : kaku pada jari – jari tangan

Keluhan Tambahan : -

Riwayat perjalanan penyakit :

Pasien datang dengan keluhan sering mengalami kekakuan pada jari – jari tangan

pada kedua tangannya sejak ± 5 bulan yang lalu. Tangan terasa kaku terutama

pada dini hari yang berlangsung selama ± 2 jam. Awalnya pasien hanya

mengeluhkan terjadi pada tangan kiri, namun kemudian merambat hingga ke jari –

Page 3: Rehabilitasi Medik

jari tangan kanan. Pasien pun berobat ke dokter dan menjalani beberapa terapi

baik melalui obat – obatan, maupun rehabilitasi, contohnya melalui terapi parafin.

Tidak terdapat keluhan pada sendi lain. Tidak terdapat demam atau nyeri pada

sendi jari – jari tangan. Tidak terdapat keluhan kelainan pada kulit.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Terdapat riwayat darah tinggi sebelumnya, tidak terdapat riwayat kencing manis.

Terdapat riwayat nyeri pada telapak kaki kiri ± 2 bulan sebelum muncul keluhan

pada jari – jari tangan. Nyeri dirasakan terutama pada pagi hari, namun setelah

pemakaian obat, lama kelamaan nyeri berkurang dan menghilang.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Pasien menyangkal adanya keluhan seperti ini pada keluarga.

Riwayat Sosio Ekonomi :

Dalam kesehariannya, pasien merupakan ibu rumah tangga yang tinggal bersama

suami dan dua anaknya yang belum berkeluarga. Suaminya bekerja wiraswasta,

sehingga tenaga kerja dan keluarga mendapatkan jaminan kesehatan dari pihak

swasta yang memungkinkan kesehatan dalam keluarga terjamin. Pasien

melahirkan kedua anaknya dengan cara operasi. Pasien dapat digolongkan berasal

dari keluarga dengan ekonomi menengah ke atas.

Page 4: Rehabilitasi Medik

III. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : compos mentis, GCS E4M6V5 = 15

E4 = dapat membuka mata spontan

M6 = mengikuti perintah

V5 = orientasi baik

Status gizi : Baik

Kulit : Warna sawo matang, turgor kulit baik, ikterik (-)

Vital sign

TD : 130/90

Nadi : 92 x/menit

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,5o C

Kepala

Rambut : hitam beruban, tidak mudah dicabut

Mata : konjungtiva ananemis, sklera anikterik, pupil bulat di

sentral, isokor

Telinga : Bentuk simetris, liang lapang, membran timpani intak

Hidung : Septum tidak deviasi, sekret (-), cuping hidung (-)

Mulut : Bibir tidak kering, lidah tidak kotor, mukosa licin, tidak

berdeviasi

Leher : Deviasi trakea (-), Pembesaran KGB (-), Pembesaran

tiroid (-), JVP dalam batas normal

Page 5: Rehabilitasi Medik

Thoraks

Cor

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis tidak teraba

Perkusi : Batas Kanan : ICS IV garis parasternal kanan

Batas Kiri : ICS V garis midclavicula kiri

Batas Atas : ICS II garis parasternal kiri

Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler

Pulmo

Inspeksi : Pergerakan nafas kanan-kiri simetris

Palpasi : Fremitus taktil kanan-kiri simetris

Fremitus vokal kanan-kiri simetris

Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru

Auskultasi : suara nafas vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)

Abdomen

Inspeksi : Cembung, simetris

Palpasi : Nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-) pada seluruh regio

Hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen, asites (-)

Auskultasi : Bising usus (+), 6 x/menit

Page 6: Rehabilitasi Medik

Lumbal (Flank Area)

Inspeksi : Simetris, jejas (-)

Palpasi : Nyeri tekan (-)

Perkusi : Nyeri ketok (-)

Auskultasi : Bruit a. Renalis (-)

Ekstremitas

Superior : atrofi (-/-), oedem (-/-), sianosis(-/-), turgor kulit baik,

sendi pada jari-jari tangan tampak hiperemis

Inferior : atrofi (-/-), oedem (-/-), sianosis(-/-), turgor kulit baik

Status Lokalis

Pada regio interphalanges sinistra didapatkan :

Rubor : Hiperemis (+)

Kalor : Teraba panas (-)

Dolor : Nyeri (-)

Tumor : Pembengkakan pada sendi interfalang (+) pada ibu jari

Fungsio lesa : Masih dapat digerakkan

Page 7: Rehabilitasi Medik

IV. Pemeriksaan Neurologis

Saraf cranialis (Kanan/Kiri)

N. Olfaktorius (N.I)

- Daya penciuman hidung : N/N

N. optikus (N.II)

- Ketajaman penglihatan : N/N

- Lapang pandang : N/N

- Tes warna : tidak dilakukan

- Fundus okuli : tidak dilakukan

N. okulomotorius (N.III) N. Troklearis (N.IV) N. Abdusen (N. VI)

Kelopak mata

- Ptosis : (-/-)

- Endoftalmus : (-/-)

- Exoftalmus : (-/-)

Pupil

- Ukuran : (3mm/3mm)

- Bentuk : (Bulat/Bulat)

- Simetris : Isokor

- Posisi : (Sentral/Sentral)

- Refleks cahaya langsung : (+/+)

- Refleks cahaya tidak langsung : (+/+)

Gerakan bola mata

- Medial, lateral : (+/+)

- Superior, inferior : (+/+)

Page 8: Rehabilitasi Medik

- Oblikus superior : (+/+)

- Oblikus inferior : (+/+)

- Refleks pupil akomodasi : (+/+)

- Refleks pupil konvergensi : (+/+)

N. Trigeminus (N.V)

Sensibilitas

- Ramus oftalmikus : (N/N)

- Ramus maksilaris : (N/N)

- Ramus mandibularis : (N/N)

Motorik

- M. Maseter dan M. tempolaris : (N/N)

- M. Pterigoideus lateralis : (N/N)

Refleks

- Kornea : tidak dilakukan

- Bersin : tidak dilakukan

N. Fasialis (N.VII)

Inspeksi wajah sewaktu

- Diam : simetris

- Tertawa : simetris

- Meringis : simetris

- Bersiul : simetris

- Menutup mata : simetris

Pasien disuruh untuk

- Mengerutkan dahi : simetris

Page 9: Rehabilitasi Medik

- Menutup mata kuat - kuat : simetris

- Mengembungkan pipi : simetris

Sensoris

- Pengecapan 2/3 depan lidah : tidak dilakukan

N. Akustikus (N.VIII)

N. koklearis

- Ketajaman pendengaran : (N/N)

- Tinitus : (-/-)

N. vestibularis

- Tes vertigo : Tidak dilakukan

- Nistagmus : (-/-)

N. Glossofaringeus (N.IX) dan N. Vagus (N.X)

- Suara bindeng : (-)

- Refleks batuk : tidak dilakukan

- Refleks muntah : tidak dilakukan

- Bradikardi/Takikardi : (-)

N. Asesorius (N.XI)

- M. Sternocleidomastoideus : (N/N)

- M. Trapezius : (N/N)

N. Hipoglossus (N.XII)

- Atrofi : (-)

- Deviasi : (-)

Page 10: Rehabilitasi Medik

V. Diagnosis Banding

- Arthritis Reumatoid

- Arthritis Gout

- Osteoarthritis

VI. Diagnosis Kerja

Arthritis Reumatoid

VII.Penatalaksanaan

1. Medikamentosa

- Analgetik

- Kortikosteroid

2. Rehabilitasi

- Minimalisir gerakan sendi

- Latihan dan istirahat seimbang

- Okupasi terapi

- Fisioterapi : Parafin Bath

- Exercise : Peregangan

VIII. Pemeriksaan Anjuran

Pemeriksaan DL, CRP, cairan sendi

Page 11: Rehabilitasi Medik

IX. Prognosa

- Quo ad vitam : dubia et bonam

- Quo ad functionam : dubia et bonam

- Quo ad sanationam : dubia et bonam

Page 12: Rehabilitasi Medik
Page 13: Rehabilitasi Medik

TINJAUAN PUSTAKA

Rheumatoid Arthritis

1. Definisi

Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti

sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti

radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun

dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan,

sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan

kerusakan bagian dalam sendi. Rheumatoid arthritis adalah penyakit jaringan

penyambung sistemik dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi dari

membran sinovial dari sendi diartroidial.

2. Klasifikasi

Klasifikasi Rheumatoid Arthritis mengklasifikasikan rheumatoid arthritis

menjadi 4 tipe, yaitu:

1) Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda

dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit

dalam waktu 6 minggu.

2) Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda

dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit

dalam waktu 6 minggu.

3) Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda

dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit

dalam waktu 6 minggu.

Page 14: Rehabilitasi Medik

4) Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda

dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit

dalam waktu 3 bulan.

3. Etiologi

Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun

faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor

metabolik, dan infeksi virus.

4. Patofisiologi

Pada rheumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya)

terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan

enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen

sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya

pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan

menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan

sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena

serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya

elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot. Lamanya rheumatoid arthritis

berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya masa serangan dan tidak

adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama

dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu

terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus

menerus dan terjadi vaskulitis yang difus.

Page 15: Rehabilitasi Medik

5. Manifestasi Klinis

Gejala umum rheumatoid arthritis datang dan pergi, tergantung pada tingkat

peradangan jaringan. Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini aktif.

Ketika jaringan berhenti meradang, penyakit ini tidak aktif. Remisi dapat

terjadi secara spontan atau dengan pengobatan dan pada minggu-minggu

terakhir bisa bulan atau tahun. Selama remisi, gejala penyakit hilang dan

orang-orang pada umumnya merasa sehat ketika penyakit ini aktif lagi

(kambuh) ataupun gejala kembali.

Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi,

kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi dan

kekakuan. Otot dan kekauan sendi biasanya paling sering di pagi hari.

Disamping itu juga manifestasi klinis rheumatoid arthritis sangat bervariasi

dan biasanya mencerminkan stadium serta beratnya penyakit. Rasa nyeri,

pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi merupakan gambaran

klinis yang klasik untuk rheumatoid arthritis. Gejala sistemik dari rheumatoid

arthritis adalah mudah capek, lemah, lesu, takikardi, berat badan menurun,

anemia (Long, 1996). Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah :

mulai pada persendian kecil di tangan, pergelangan, dan kaki. Secara

progresif mengenai persendian, lutut, bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki,

tulang belakang serviks, dan temporomandibular. Awitan biasanya akut,

bilateral dan simetris. Persendian dapat teraba hangat, bengkak, kaku pada

pagi hari berlangsung selama lebih dari 30 menit. Deformitas tangan dan kaki

adalah hal yang umum. Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga

stadium yaitu :

Page 16: Rehabilitasi Medik

1. Stadium sinovitis

Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai

hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat,

bengkak dan kekakuan.

2. Stadium destruksi

Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga

pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.

3. Stadium deformitas

Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,

deformitas dan gangguan fungsi secara menetap. Keterbatasan fungsi sendi

dapat terjadi sekalipun stadium pada penyakit yang dini sebelum terjadi

perubahan tulang dan ketika terdapat reaksi inflamasi yang akut pada sendi-

sendi tersebut. Persendian yang teraba panas, membengkak, tidak mudah

digerakkan dan pasien cendrung menjaga atau melinddungi sendi tersebut

dengan imobilisasi. Imobilisasi dalam waktu yang lama dapat menimbulkan

kontraktur sehingga terjadi deformitas jaringan lunak. Deformitas dapat

disebabkan oleh ketidaksejajajaran sendi yang terjadi ketika sebuah tulang

tergeser terhadap lainnya dan menghilangkan rongga sendi. Adapun tanda

dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius terjadi pada lanjut usia,

yaitu: sendi terasa kaku pada pagi hari, bermula sakit dan kekakuan pada

daerah lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki, juga pada jari-jari,

mulai terlihat bengkak setelah beberapa bulan, bila diraba akan terasa hangat,

terjadi kemerahan dan terasa sakit/nyeri, bila sudah tidak tertahan dapat

menyebabkan demam, dapat terjadi berulang.

Page 17: Rehabilitasi Medik

6. Evaluasi Diagnostik

Beberapa faktor yang turut dalam memberikan kontribusi pada penegakan

diagnosis rheumatoid arthritis, yaitu nodul rheumatoid, inflamasi sendi yang

ditemukan pada saat palpasi dan hasil-hasil pemeriksaan laboratorium.

Pemeriksaaan laboratorium menunjukkan peninggian laju endap darah dan

factor rheumatoid yang positif sekitar 70%; pada awal penyakit faktor ini

negatif. Jumlah sel darah merah dan komplemen C4 menurun. Pemeriksaan

C-reaktifprotein (CRP) dan antibody antinukleus (ANA) dapat menunjukan

hasil yang positif. Artrosentesis akan memperlihatkan cairan sinovial yang

keruh, berwarna mirip susu atau kuning gelap dan mengandung banyak sel

inflamasi, seperti leukosit dan komplemen. Pemeriksaan sinar-X dilakukan

untuk membantu penegakan diagnosis dan memantau perjalanan penyakitnya.

Foto rongen akan memperlihatkan erosi tulang yang khas dan penyempitan

rongga sendi yang terjadi dalam perjalanan penyakit tersebut.

7. Penatalaksanaan

Terapi di mulai dengan pendidikan pasien mengenai penyakitnya dan

penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik antara

pasien dan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya.

Tanpa hubungan yang baik akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan

pasien untuk tetap berobat dalam suatu jangka waktu yang lama. Penanganan

medik pemberian salsilat atau NSAID (Non Steriodal Anti-Inflammatory

Drug) dalam dosis terapeutik. Kalau diberikan dalam dosis terapeutik yang

penuh, obat-obat ini akan memberikan efek anti inflamasi maupun analgesik.

Page 18: Rehabilitasi Medik

Namun pasien perlu diberitahukan untuk menggunakan obat menurut resep

dokter agar kadar obat yang konsisten dalam darah bisa dipertahankan

sehingga keefektifan obat anti-inflamasi tersebut dapat mencapai tingkat yang

optimal. Kecenderungan yang terdapat dalam penatalaksanaan rheumatoid

arthritis menuju pendekatan farmakologi yang lebih agresif pada stadium

penyakit yang lebih dini. Kesempatan bagi pengendalian gejala dan perbaikan

penatalaksanaan penyakit terdapat dalam dua tahun pertama awitan penyakit

tersebut. Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-

hari, sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air

hangat pergerakan sendi menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati,

kita juga bisa mencegah datangnya penyakit ini, seperti: tidak melakukan

olahraga secara berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga asupan

makanan selalu seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak

memakan ikan laut. Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama

yang mengandung Omega 3. Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat

efektif untuk memelihara persendian agar tetap lentur.

Page 19: Rehabilitasi Medik

DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo. 2009. Artritis Reumatoid. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Dalam:

Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. Edisi

V, Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam

FKUI.p.1050-1052.

Smeltzer, S. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 1.

Jakarta: EGC

http://ncbi.mlm.gov

http://repositoryusu.ac.id

http://medical.net.edu