Rehabilitasi Fisik Pada Kusta

30
Rehabilitasi Fisik pada Kusta Diterjemahkan dari: Physical rehabilitation Dalam Buku: Leprosy, edisi ketiga; bab 12, hal 165-180. Anthony Bryceson, MD FRCP & Roy E. Pfaltzgraff MD DSc(Hon). Oleh: Azhar Ramadan Nonci Pembimbing: dr. I.G.K Dharmada, Sp.KK (K) PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I

description

from leprosy - bryceson

Transcript of Rehabilitasi Fisik Pada Kusta

Page 1: Rehabilitasi Fisik Pada Kusta

Rehabilitasi Fisik pada KustaDiterjemahkan dari: Physical rehabilitation

Dalam Buku: Leprosy, edisi ketiga; bab 12, hal 165-180. Anthony Bryceson, MD FRCP & Roy E. Pfaltzgraff MD DSc(Hon).

Oleh:

Azhar Ramadan Nonci

Pembimbing:

dr. I.G.K Dharmada, Sp.KK (K)

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNUD/RS SANGLAH DENPASAR

2013

Page 2: Rehabilitasi Fisik Pada Kusta

1

Pada bab ini membahas tentang prosedur praktis yang mungkin diperlukan untuk

pasien yang mengalami cacat fisik pada kusta, terutama yang mengalami

kerusakan saraf. Kecacatan yang sangat parah merupakan masalah yang cukup

serius, namun insentif dan kesempatan seringkali lebih penting daripada

kemampuan fisik. Bahkan seorang yang mengalami cacat yang berat dan buta

masih bisa melakukan pekerjaan yang berguna. Penting secara psikologis bahwa

setelah rehabilitasi setiap pasien dapat menjadi jauh lebih mandiri.

PENCEGAHAN KECACATAN FISIK PADA KUSTA

Harus ditekankan lagi bahwa aspek paling penting pada penanganan kusta adalah

mencegah anestesia dan paralisis. Ini dapat dicapai dengan:

1. Diagnosis dini, sebelum terjadi kerusakan saraf yang persisten.

2. Pengobatan dini untuk mencegah kerusakan saraf.

3. Pengobatan secara rasional, dengan kewaspadaan pada pasien kusta tipe

borderline

4. Identifikasi segera mungkin dan pemberian pengobatan yang adekuat pada

reaksi yang melibatkan saraf dan mata.

Sebagai tambahan:

5. Meyakinkan pasien bahwa kecacatan dapat dicegah dan memberikan

edukasi terhadap tanda bahaya dari neuritis dan iridosiklitis.

PENANGANAN KECACATAN FISIK PADA KUSTA

Mengontrol adanya ulserasi

Ulserasi pada daerah plantar merupakan kondisisi disabilitas serius yang paling

sering terjadi pada pasien kusta dan merupakan masalah ekonomi yang penting

bagi pasien. Sangat penting untuk memahami proses terjadinya ulserasi pada

pasien kusta dan untuk mengingat bahwa penyebab utama terjadinya ulkus adalah

keadaan keluhan sebelum terjadi ulkus.

Pencegahan terjadinya ulkus

Ulserasi dan destruksi pada ekstremitas dapat dicegah. Pasien dapat diberikan

edukasi tentang perwatan saat terjadi kondisi anestesi, namun sebelumnya mereka

Page 3: Rehabilitasi Fisik Pada Kusta

1

harus dijelaskan tentang mengapa bisa terjadi gangguan sensibilitas. Sering sekali

pasien tidak dapat menerima bahwa memiliki kelainan.

Beberapa langkah yang harus dilakukan untuk membantu agar pasien

menjaga anggota tubuhnya yang mengalami anestesi antara lain:

Kita sebagai dokter atau pekerja kesehatan menunjukan perhatian

yang serius terhadap pasien. Menunjukan perhatian kepada pasien dalam hal

upaya pasien menjaga tubuhnya dari kecacatan terlepas dari ketidakmampuan

mereka dalam merasakan nyeri. Penting bagi pasien untuk tetap menjaga anggota

tubuh agar bebas dari ulkus, tapi tunjukan juga bahwa itu juga penting bagi kita

sebagai dokternya.

Memberikan edukasi pada pasien agar memperhatikan kedua tangan

dan kakinya, agar menyadari bahwa tangan dan kaki sebagai bagian dari

tubuhnya. Memberikan edukasi kepada pasien agar memperhatikan secara rutin

setiap hari terhadap kemungkinan adanya trauma dan merawatnya bila terjadi

cedera ringan.

Mengobati ulkus yang pertama kali terjadi secara teliti dan adekuat.

Dalam masa pengobatan, mengedukasi bahwa ulkus berikutnya tidak perlu terjadi.

Menunjukan kepada mereka terapi terbaik pada cedera adalah dengan

menggunakan splint mekanik untuk menggantikan metode splint terdahulu yang

disertai nyeri.

Membantu pasien untuk menentukan penyebab dari setiap cedera

yang terjadi. Jangan biarkan pasien meyakini bahwa ulkus itu terjadi akibat

langsung dari kusta. Apakah itu disebabkan oleh suatu gesekan, benturan,

tusukan, trauma panas atau luka bakar? Bagaimana dan kapan itu terjadi? Mereka

bisa mencegah terjadi cedera berikutnya hanya bila mereka telah memahami

mengapa cedera itu terjadi.

Melindungi kaki yang mengalami anestesi dengan menggunakan

sepatu. Kaki tidak akan bisa tetap bertahan bebas dari ulkus bila pasien tidak

menggunakan sepatu. Terdapat tiga prinsip dalam desain sepatu untuk pasien yang

mengalami kaki anestesi:

1. Sol sepatu bagian dalam yang lembut dan elastis, untuk melindungi

jaringan kulit yang rentan.

Page 4: Rehabilitasi Fisik Pada Kusta

1

2. Mencetak sol bagian dalam pada kaki untuk mendistribusikan beban badan

secara merata.

3. Sol bagian luar yang kuat untuk memberikan perlindungan dan juga untuk

mencegah shearing pada kaki yang mengalami kekakuan dan kelainan

deformitas.

Jenis sepatu mana yang diperlukan oleh setiap pasien ditentukan berdasarkan

derajat keparahan dari kelainan tersebut. Kondisi kaki dapat dipertimbangkan

untuk dibagi dalam empat kategori berdasarkan derajat keparahan dari kecacatan.

a. Kaki dengan risiko ringan. Kaki yang mengalami anestesi tanpa atau

disertai adanya skar yang minimal.

b. Kaki dengan risiko sedang. Kaki yang telah terdapat skar multipel dan di

beberapa tempat kehilangan jaringan lemak subkutan.

c. Kaki dengan risiko tinggi. Kaki yang telah terjadi suatu kelainan

deformitas ringan seperti telapak kaki datar, pemendekan atau hilangnya

jari.

d. Kaki yang tidak utuh. Kaki yang telah terjadi deformitas tulang seperti

tarsal disintegration, the ‘boat-shaped foot’ atau terjadi dislokasi ankle

a. Kaki dengan risiko ringan membutuhkan perlindungan dan keadaan yang

lembut. Suatu sol elastis tipis diletakkan pada sepatu yang telah diukur dengan

tepat mungkin dapat mengatasi masalah ringan, tetapi sol bagian dalam yang

tebal membuat friksi yang dapat mengakibatkan terjadinya ulserasi. Sandal

dapat dibuat dengan menggunakan sol dengan bahan yang kuat dan elastis

seperti ban kendaraan dan dengan sol karet mikroselular dengan ketebalan dari

1 sampai 1,5 cm dan dengan tingkat perlunakan yang bila ditekan dengan ibu

jari dan jari telunjuk dapat tertekan hingga setengah dari ketebalannya. Tali

sandal dapat dibuat dari bahan ban dalam bekas atau split cord pada ban dan

ujung dari tali sandal dijahit diantara dua lapisan sol tersebut pada celah sol

bagian luar (Gambar. 12.2). Jangan pernah menggunakan sandal yang

memakai bahan kawat dan paku.

b. Kaki dengan risiko sedang. Sebagai tambahan seperti yang telah dijelaskan

pada jenis kaki sebelumnya, sepatu sebaiknya mencetak ganjalan yang

biasanya dapat dilakukan dengan cara menambahkan suatu metatarsal bar dan

Page 5: Rehabilitasi Fisik Pada Kusta

1

pengganjal tumit kaki sehingga sebagian beban badan dipindahkan dari daerah

kaput metatarsal dan terdistribusi sampai area tumit. Sebagai alternatif

tambahan, cetakan dapat dibentuk dengan membuat sol bagian dalam setebal

1,25 cm dari bahan polyethylene (misalnya Plastazote Smith & Nephew) yang

tercetak langsung pada kaki. Pasien berdiri di atas lapisan Plastazote yang

telah dipanaskan sampai 1400 C dengan oven dan diletakkan diatas permukaan

yang keras. Alas kaki harus memiliki penahan tumit dan tali pengaman

sehingga kaki tetap dalam posisi yang tepat pada sol bagian dalam. (gambar.

12.3)

c. Kaki dengan risiko tinggi memerlukan sandal atau sebaiknya sepatu dengan

cetakan yang lebih tebal dan dengan sol yang kaku. Cetakan harus benar-benar

sesuai dengan kelainan kontur kaki. Pasien berdiri di atas Plastazole yang

dipanaskan dan diletakkan pada lapisan karet setebal 10-150 cm. sepatu ini

kemudian dibuat dibawah Plastazole dengan lapisan karet mikroselular. Sol

dari bahan kayu atau sol dari karet yang keras dipasang di sepatu. Plastazote

yang tecetak diletakkan pada sol kayu yang telah dipahat secara akurat agar

sesuai dengan permukaan bawah Plastazote. Bagian depan dari balok kayu

harus berbentuk seperti perahu untuk menyesuaikan gerakan mengayun karena

sol itu kaku. Sepatu ini bekerja baik untuk kaki yang mengalami deformitas

dan pemendekan (Gambar. 12.4).

d. Kaki yang tidak utuh sangat sulit untuk dilakukan rehabilitasi. Jika terdapat

suatu destruksi sub-talar atau dislokasi pergelangan kaki, kadang-kadang dapat

diperbaiki dengan arthrodesis. Jika suatu kaki plantigrade yang stabil dengan

jaringan telapak yang baik dapat dilakukan tindakan bedah dengan indikasi,

jenis kondisi kaki ini berubah ke jenis kaki risiko tinggi (tipe C). jika tidak,

tidak ada pilihan lain selain tindakan amputasi.

Untuk membuat sepatu dan sandal jangan menggunakan bahan dari paku dan

kawat, sebaiknya menggunakan lem dan jahitan dengan benang nylon. Bentuk

luar sepatu dapat bervariasi sesuai dengan bentuk umum. Pada keadaan-keadaan

tertentu beberapa bentuk sandal dan sepatu dapat digunakkan. Pada kondisi yang

lain suatu bentuk sepatu tertentu mungkin menunjukan bahwa pemiliknya

Page 6: Rehabilitasi Fisik Pada Kusta

1

menderita kusta, sehingga sepatu harus dibuat agar terlihat seperti sepatu biasa,

yang pada akhirnya membuat pembuatan menjadi lebih sulit.

Kaki drop foot merupakan kelainan anestesi yang berisiko terjadi ulserasi

yang parah pada kaki bagian depan. Dibutuhkan suatu tambahan pelindung kaki

pada sepatu (Gambar. 12.5) atau tindakan pemindahan posisi tendon.

Keadaan kaki yang rusak dengan skar yang cukup terlindungi secara

adekuat sehingga dapat mencegah terjadinya ulserasi selama satu atau dua tahun,

akan menunjukan suatu perbaikan yang signifikan menjadi normal. Jaringan parut

akan melunak dan menjadi lentur. Area yang tertekan akan terisi. Tulang yang

rapuh karena osteomilitis dan atrofi karena kurang gerak akan kembali normal dan

kalus akan menghilang total. Selanjutnya cukup menggunakan sepatu yang lebih

sederhana.

Kaki dan tangan anestesi serta fisura kering dapat dicegah dengan cara

merendam di air secara rutin setiap hari, kemudian setelah di basuh kering,

oleskan pelembab untuk mencegah penguapan air dari kulit. Fisura yang terjadi

diterapi dengan mengikis kalus yang tebal dengan pisau atau menggosok dengan

menggunakan batu apung untuk membuat kulit menjadi lembut sehingga fisura

dapat hilang.

Tangan yang kering, terbentuk kalus atau terjadi kelainan deformitas

membutuhkan pelindung pada saat bekerja. Ada yang menyarankan untuk

mengubah bentuk gagang pada alat kerja untuk mencegah cedera, tapi hal ini tidak

dapat diterima oleh semua pasien; beberapa pasien menolak untuk menggunakan

alat dengan bentuk yang berbeda. Cara lain yang lebih diterima pada beberapa

komunitas adalah menggunakan sarung tangan untuk kerja yang terbuat dari

kanvas.

Membatasi penggunaan anggota tubuh yang mengalami anestesi. Bagi

banyak orang dengan pekerjaan bercocok tanam membutuhkan penanganan ekstra

untuk kedua tangan dan kaki. Bekerja pada daerah pertanian dan sering

mengalami trauma pada saat bekerja akan meningkatkan risiko cedera. Pasien

membutuhkan penjelasan bagaimana cara mencegah dan mengatasi terjadinya

cedera. Pencegahannya antara lain penggunaan sarung tangan atau kain yang

dibalut pada gagang perkakas atau membatasi lama dan jenis pekerjaan. Pasien

Page 7: Rehabilitasi Fisik Pada Kusta

1

mungkin perlu untuk mencari jenis pekerjaan lain jika memungkinkan. Bila harus

melakukan perjalanan sebaiknya menggunakan cara transportasi lain selain

berjalan kaki. Seekor keledai mungkin lebih murah daripada sebuah sepeda dan

lebih menguntungkan.

Penanganan ulserasi

Ulserasi pada dasarnya disebabkan oleh faktor mekanik dan penanganannya pada

dasarnya juga secara mekanik dengan cara melindungi anggota tubuh secara

menyeluruh dari faktor mekanik itu.

Hal pertama yang terpenting adalah perawatan pada cedera yang

ringan. Setiap kondisi kulit yang rusak secara terbuka harus ditutup untuk

menghindari terjadinya infeksi sekunder dan dilakukan splint agar terjadi

penyembuhan.

Ulserasi dapat sembuh dengan imobilisasi. Setelah mengontrol

terjadinya infeksi sekunder, kaki segera diukur untuk membuat sepatu dan kaki

diimobilisasi dengn gips selama enam minggu. Gips digunakan pada kaki sensitif

yang membutuhkan perawatan khusus. Padding sebaiknya dipasang hanya pada

sekitar area malleoli hingga bagian depan pergelangan kaki. Sebuah felt strip

dipasang di depan tibia agar membuat mudah saat melepas. Lapisan tipis dari

plester digunakan pada kaki dan dicetak dengan cermat ke dalam setiap cekungan

hingga cetakan jadi. Kemudian datambahkan papan bagian belakang dan lapisan

yang memperkuat serta besi bohler atau sol alas kaki terbuat dari kayu dengan

bahan terbuat dari karet pada tumit yang terpasang. Ketika gips dilepas sepatu

telah siap digunakan.

Metode lainnya dari imobilisasi adalah dengan istirahat total dan kruk

ditambah penggunaan splint untuk mencegah pergerakan pada ulkus yang dekat

persendian. Jangan berjalan dengan menahan beban walaupun satu langkah

sampai telah terjadi penyembuhan total dan alas kaki yang sesuai telah tersedia.

Ketika pasien mulai berjalan, dia harus berjalan hanya pada jarak yang dekat

dengan langkah pendek untuk meminimalisir dari bahaya gesekan atau suatu skar

yang meradang.

Page 8: Rehabilitasi Fisik Pada Kusta

1

Jika seorang pasien harus berjalan sebelum ulkus sembuh sempurna dan

alas kakinya telah dibuat, ulkus harus ditutup dengan satu lapis plester yang

mengandung adhesive zinc oxide. Ulkus sering akan menyembuh. Kasa dressing

jangan digunakan dalam sepatu karena meningkatkan tekanan pada tempat yang

harus dilindungi.

Infeksi sekunder harus ditangani dengan antibiotik sistemik jika

lokasinya dalam dan parah. Terapi terbaik pada infeksi superfisial dengan

antiseptik topikal. Silver nitrate 0,5% dalam air, menunjukan hasil yang

memuaskan karena mencegah pertumbuhan semua organisme bahkan yang

resisten terhadap antibiotik. Solusio tersebut dapat dibuat dengan air keran jika

tidak ada kandungan mineral dalam air yang akan mempengaruhi silver. Dressing

harus diganti dua hari sekali dan ditutup dengan plastic film untuk mencegah

menjadi kering.

Debridemen. Semua jaringan mati atau kalus harus dibuang. Debridemen

paling baik dilakukan setelah kulit melunak setelah direndam dalam air.

Skin grafting. Ulkus plantar terutama yang sering kambuh berulang kali

atau terjadi skar yang luas dapat membaik secara signifikan dengan tindakan

eksisi lengkap pada area ulkus dan semua jaringan parut dengan dilakukan dengan

splint skin grafting. Keadaan tersebut akan menyediakan lapisan kulit yang lebih

baik untuk pertumbuhan jaringan subkutan daripada di lapisan kulit dengan

jaringan parut. Dengan sepatu pelindung dan perawatan pada bagian tubuh pasien

dengan tindakan seperti graft akan memberikan area cakupan yang baik dan tidak

cedera lagi.

Ulserasi rekuren pada kaki yang dirawat secara baik dicari adanya suatu

kelainan yang mendasari seperti bone spur, skar yang dalam atau rusaknya

jaringan subkutan yang adekuat terutama pada area kaput metatarsal. Bone spurs

dapat dihilangkan, jaringan skar dieksisi dan tendon dipindahkan untuk

memperbaiki clawing dari jari. Ulkus yang dalam dibawah calcaneum sulit untuk

sembuh. Ulkus dapat dihilangkan dengan insisi cara “fish mouth” disekitar batas

telapak kaki. Defek pada plantar dijahit dua lapis sebelum memasukan drain dan

menjahit luka secara “fish mouth”

Page 9: Rehabilitasi Fisik Pada Kusta

1

Pelaksanaan fisioterapi

Fisioterapi merupakan suatu bagian dasar dari penanganan medis dan bedah pada

kusta. Pada kusta, jika saraf terserang, edema dan eksudasi seluler menyebabkan

pembengkakan pada lapisan kulit yang relatif tidak fleksibel dan ini menyebabkan

terjadinya iskemi. Iskemi parsial menyebabkan neuropraksia atau kelemahan

konduksi. Jika iskemi berlangsung lama, saraf akan rusak, namun jika aliran darah

dapat mengisi pembuluh darah dengan cepat, saraf akan sembuh dan fungsi akan

kembali normal.

Fisioterapi dapat membantu dalam mempertahankan fisiologis organ dari

kelumpuhan otot dan mencegah atrofi, dan juga memperkuatnya selama masa

penyembuhan. Meskipun konduksi saraf dapat rusak atau melemah dalam waktu

yang lama, beberapa fungsi dapat kembali. Oleh karena itu fisioterapi merupakan

hal yang sangat penting dalam merawat otot-otot dan gerakan selama periode

paralisis. Fisioterapi harus dilakukan sesegera mungkin untuk mendapatkan hasil

yang baik.

Paralisis dapat dilakukan terapi dalam dua fase:

Fase ekspetasi ketika tidak tampak mulainya tanda penyembuhan.

Fase aktif ketika ketika terdapat kembalinya beberapa konduksi saraf.

Tujuan fisioterapi pada fase-fase ini adalah:

Fase ekspektasi

a) Untuk mencegah terjadinya kontraktur.

b) Untuk mencegah atrofi otot.

c) Untuk mencegah peregangan yang berlebihan pada otot yang paralisis.

Arti dari tercapainya tujuan ini adalah:

Menentukan keadaan fungsi saraf dan otot. Caranya dijelaskan pada

bab 10.

Gerakan pasif. Seluruh persendian yang terjadi imobilisasi akibat

paralisis digerakkan secara pasif sejauh rentang gerakan maksimal setiap hari.

Pijatan. Pijatan yang cukup terasa pada area otot yang sakit dapat

membantu menjaga sirkulasi dan tonus otot.

Stimulasi elektrik. Stimulasi faradic pada otot yang paralisis akan

membantu menjaga tonus dan mencegah atrofi dan dilakukan dua kali sehari.

Page 10: Rehabilitasi Fisik Pada Kusta

1

Splinting. Seluruh persendian yang tidak dapat dijaga dalam kondisi

berfungsi oleh pasien sebaiknya di splint untuk mencegah peregangan dari otot

yang paralisis dan pemendekan otot yang berlawanan.

Fase aktif

Tujuannya adalah untuk mengembalikan kekuatan otot seperti normal dan rentang

gerakan semaksimal mungkin. Arti dari tercapainya tujuan ini adalah:

1. Latihan bertahap secara hati-hati untuk menguatkan otot yang sakit.

2. Melatih kemampuan koordinasi gerakan agar pasien dapat kembali ke

pekerjaan dan kehidupan sebelumnya.

Pasien harus melakukan latihan sampai keluhan akut neuritis telah reda.

Latihan harus dilakukan selama tiga sampai lima sesi setiap harinya, pada setiap

latihan harus diulang 30 kali. Pasien dapat memulai dengan latihan pasif; pada

saat fungsi otot telah kembali baru dilakukan latihan aktif.

Tangan. Pada paralisis lumbrikalis, pasien yang dalam posisi duduk

meletakkan telapak tangannya pada paha atau meja dengan posisi menghadap atas

dan menggosok dengan tangan yang lain, dengan arah gosokkan dari telapak

tangan ke ujung jari, meregangkan sendi yang kaku dalam posisi ekstensi.

Pemberian sedikit minyak dapat membantu tetapi tidak terlalu penting.

Latihan aktif dilakukan dengan meletakkan tangan yang sakit pada posisi

yang sama namun telapak tangan ditekan dengan kuat oleh bagian pinggir ulnar

tangan yang lain. Pasien kemudian mencoba untuk meluruskan jari-jari tangan

yang kaku tersebut. Latihan ini dilakukan sampai sendi-sendi interfalang, dan juga

mencegah hiperekstensi pada sendi metakarpofalangeal.

Pada kerusakan saraf bagian tengah, selaput antara ibu jari dan jari

telunjuk diregangkan: pasien menggenggam ujung distal tulang metakarpal ibu

jari yang sakit dan menariknya menjauh dari jari. Tekanan tidak boleh dilakukan

pada falang karena hal ini akan meningkatkan kelemahan sendi.

Kaki. Pada seseorang dengan foot drop, satu latihan pasif yang membantu

meregangkan tendon Achilles adalah dengan cara berdiri tegak, menjaga kedua

kaki rata pada lantai dan menghadap dinding dengan jarak sekitar 70 cm. Dengan

kedua telapak tangan rata menyentuh dinding, lakukan ‘press-ups’ atau tekanan

mendorong pada posisi vertikal.

Page 11: Rehabilitasi Fisik Pada Kusta

1

Mata. Mula-mula pasien harus memijat kulit pada otot orbikularis okuli

dengan permukaan jari yang rata sebanyak 30 kali. Kemudian, melihat ke cermin,

ia harus berusaha untuk menutup mata sekuat mungkin.

Semua latihan ini dapat dilakukan pasien dengan hati-hati di rumah. Jika

akan dilakukan bedah rekronstruksi, pasien membutuhkan persiapan yang lebih

intensif di bagian fisioterapi.

Fisioterapi sebelum tindakan operasi

Tujuannya adalah untuk mengedukasi pasien mengenali gerakan otot-otot

individu. Banyak operasi rekonstruksi mewajibkan pasien untuk menggunakan

otot yang lain untuk mengganti otot yang lumpuh. Agar operasi dapat berhasil,

sebelum operasi dilaksanakan, pasien harus belajar untuk menggunakan otot itu

secara isolasi dari otot lain yang sinergi dan berlawanan fungsinya terhadap otot

tersebut. Ini menunjukan bahwa keberhasilan dari operasi tergantung dari

kemampuan gerakan ko-operatif dari pasien tersebut.

BEDAH REKRONTRUKSI PADA KUSTA

Pada bagian dari bab ini tidak akan menjelaskan teknik bedah secara rinci atau

menyiapkan orang untuk melakukan prosedur bedah tersebut. Referensi dengan

penjelasan yang rinci tentang teknik bedah pada kusta tercantum pada akhir bab

ini yang seharusnya dibaca oleh mereka yang berniat untuk melakukan rehabilitasi

bedah pada pasien kusta. Juga harus ditekankan bahwa banyak dari prosedur ini

hanya dapat dipelajari dengan baik pada pendidikan magang ilmu bedah dan harus

dilengkapi dengan asistensi pra dan pasca bedah dari fisioterapis terlatih atau

teknisis fisioterapi yang terlatih secara khusus untuk kusta.

Fakta bahwa tindakan bedah merupakan indikasi pada kusta merupakan

terjadinya beberapa kegagalan:

1. Gagal memberikan edukasi pada masyarakat tentang pentingnya

deteksi dini dan terapi yang aekuat.

2. Gagal dalam penanganan medis dan komplikasinya.

3. Gagal mengedukasi pasien bagaimana hidup dengan kondisi anestesi.

Page 12: Rehabilitasi Fisik Pada Kusta

1

Bagian dari anatomi pasien yang paling sering terkena adalah anggota

tubuh yang berfungsi sebagai alat bantu yang vital dan berhubungan dengan dunia

luar, antara lain tangan, kaki dan mata. Setiap cara dan tindakan harus dibuat

untuk melindungi bagian vital ini. Terdapat sedikit porsi untuk dilakukan bedah

dekstruktif dan mutilasi. Jari-jari dan tulang-tulang tangan dan kaki sebaiknya

hanya dihilangkan ketika penyakit pasien tidak dapat sembuh kembali dan

ekstremitas yang tidak dapat digunakan. Jika masih ada keraguan, ambil tindakan

konservatif dan konservasi. Kemudian berikan edukasi secara berkesinambungan

kepada pasien bagaimana menjaga dan melindungi ekstremitasnya.

Indikasi bedah rekonstruksi

Bedah rekonstruksi yang memerlukan kemampuan kooperatif pra & pasca operasi

dari pasien, sebaiknya hanya dilakukan jika pasien ingin sekali mendapatkan

bantuan dan bertindak kooperatif.

Jika kortikosteroid telah dikonsumsi dalam 3 bulan sebelumnya oleh

pasien, mereka harus diberikan lagi selama beberapa hari hingga pelaksanaan

operasi.

Percobaan definitif dari pengobatan harus diberikan pada jangka waktu

yang cukup, sebelum mempertimbangan dilakukan tindakan operasi. Jika terapi

diberikan secara adekuat akan banyak mengembalikan fungsi otot yang

mengalami paralisis (lihat bab. 8). Kembalinya fungsi otot sering terjadi setelah

keadaan paralisis radial dan wrist drop. Fungsi otot yang diinervasi oleh saraf

ulnaris dan medianus jarang kembali baik, namun kadang-kadang dapat membaik

pada tahun pertama pengobatan fase reaksi. Drop foot dapat membaik dalam 18

bulan atau dapat lebih setelah awitan. Semakin muda usia pasien maka memiliki

prognosis lebih baik. Pasien berusia diatas 40 tahun jarang mengalami perbaikan

fungsi yang telah hilang.

Ketika fungsi otot membaik karena pengobatan medis dan fisioterapi,

hasilnya jauh lebih baik dibandingkan pasien yang melakukan bedah rekonstruksi

terbaik.

Page 13: Rehabilitasi Fisik Pada Kusta

1

Penggunaan klofasimin dengan cara kerja gandanya dalam penanganan

reaksi mengurangi indikasi tindakan bedah dan dapat menentukan kemungkinan

tindakan operasi lebih awal.

Prosedur bedah dapat dibagi secara fungsional dan kosmetik.

Prosedur untuk perbaikan fungsi

Wajah

Pembedahan merupakan satu-satunya cara pengobatan untuk entropion dan

trikiasis. Pada kusta menggunakan prosedur tetap.

Pada lagoftalmus biasanya menggunakan dua preosedur:

Tarsorrhaphy, atau penutupan parsial pada fisura palpebra (gambar. 12.6).

ini dapat dilakukan pada area lateral, medial atau keduanya dan mungkin dapat

sementara atau permanen. Tarsorrhaphy lateral adalah yang paling sederhana dan

paling efektif. Ini dilakukan dengan menghilangkan suatu lapisan kulit dan

konjungtiva pada pinggir alis yang tertarik di forniks lateral dan sepertiga tarsal

bawah. Kedua permukaan kulit yang terbuka dijahit untuk mendekatkan jarak

fisura palpebralis. Tarsorraphy medial harus dibatasi pada area medial dari

puncta. Hasil yang paling baik dengan cara Z-plasty. Tarsorraphy yang dilakukan

unilateral akan memberikan hasil yang kurang baik atau asimetris. Sedangkan jika

dilakukan bilateral hanya akan tampak sedikit saja perbedaannya.

Pemindahan otot temporalis. Tindakan ini merupakan suatu prosedur

dengan hasil yang lebih memuaskan daripada tarsorraphy dalam hal penutupan

aktif, tapi sayangnya hanya sedikit pasien memiliki insentif yang cukup untuk

menggunakannya dengan baik dan benar dan itu hanya menjadi suatu sling yang

statis. Selembar otot temporalis dialihkan dari bagian atas zygoma ke arah mata

dan perpanjangan dua fasia temporalis diarahkan untuk mengelilingi mata dan

ditautkan pada ligamentum palpebral medial. itu diaktifasi oleh lapisan otot ketika

otot temporalis berkontraksi. Jika lagoftalmus disertai dengan adanya anestesi

kornea, prosedur ini tidak memberikan hasil yang baik karena pasien tidak

menerima stimulus eksternal untuk berkedip dan dia juga tidak mungkin dapat

mengingat untuk berkedip. Sehingga lebih baik dilakukan tarssoraphy.

Page 14: Rehabilitasi Fisik Pada Kusta

1

Kelumpuhan saraf wajah dengan ketidakmampuan menutup mulut.

Suatu graft statis dari fasia lata atau tendon plantaris dapat digunakan untuk

menyangga bibir bagian bawah. Ini akan menjaga mulut tertutup dan dengan

demikian mencegah kehilangan gigi akibat kondisi kering pada gigi dan penyakit

periodontal sekunder serta juga nilai kosmetik.

Tangan.

Paralisis otot intrinsik pada tangan. Pada paralisis ulnaris umumnya

menggunakan dua prosedur cara untuk mengaktifkan gerakan fleksi dari sendi

matakarpofalangeal dan kelanjutan dari sendi interfalang:

1. Penggantian otot intrinsik dengan menggunakan pergelangan tangan

bagian radial ekstensor sebagai penggerak dan memanjangkannya dengan

graft tendon yang bebas dari otot palmaris atau plantaris atau dengan fasia

lata. Tendon yang dilakukan graft mengikuti alur gerak dari otot lumbrikal

dan ini dapat dilakukan pada bagian lateral dari perluasan dorsal tendon

ekstensor. Metode ini dilakukan pada tangan yang bergerak fleksibel.

2. Pada tangan yang kaku, satu yang membutuhkan pertimbangan fisioterapi

pra-operasi, menggunakan tendon fleksor superfisial dari jari tengah atau

jari manis. Tendon dipisah menjadi empat dan dimasukkan kedalam

perluasan dorsal.

Pada paralisis saraf medianus yang diakibatkan hilangnya tarikan ibu

jari, tendon fleksor superfisial dari jari manis mengikuti alur ibu jari. Prosedur ini

mengembalikan fungsi menarik.

Kontraktur fleksi yang menetap pada jari. Arthrodesis merupakan

prosedur terbaik, biasanya pada sendi interfalang proksimal dan kadang distal.

Kerusakan parah pada semua saraf, ulnar, median dan radial jarang

terjadi, ini menguntungkan karena apabila ini terjadi sangat memperparah

kecacatan dan terdapat sedikit otot yang akan diganti untuk otot yang paralisis.

Wrist drop biasanya dapat dikoreksi dengan tiga cara pemindahan:

1. Tendon pronator teres ke dalam tendon ekstensor karpi radialis brevis

dan longus.

2. Tendon fleksor karpi radialis kedalam tendon ekstensor digitorum

komunis.

Page 15: Rehabilitasi Fisik Pada Kusta

1

3. Tendon palmaris ke dalam tendon fleksor polisis longus. Selanjutnya,

dapat dilakukan pemindahan otot intrinsik dengan tendon fleksor

superfisialis jari manis dan jari tengah pada kerusakan saraf ulnar dan

median. Kadang-kadang arthrodesis pada pergelangan tangan atau

sendi jari diperlukan karena gangguan adequate musculature.

Kaki

Drop foot. Ini merupakan kelainan deformitas kaki yang paling sering

membutuhkan bedah rekonstruksi. Prosedur tetapnya adalah memindahkan tendon

otot tibial posterior ke suatu insersi pada bagian dorsum kaki. Edukasi pra dan

pasca operasi cukup susah dan tindakannya sebaiknya hanya dilakukan ketika

terdapat fisioterapis dengan keahlian khusus.

Disintegrasi tulang tarsal. Pengobatannya lama dan dapat

mengecewakan jika tidak dilakukan perawatan teratur. Sendi diimobilisasi saat

berjalan dengan plester selama 9 bulan. Plester dilepas untuk latihan berjalan yang

dilakukan dengan sangat hati-hati. Gerakan jalan ditingkatkan secara bertahap

dengan bantuan perban elastis dengan disertai periode istirahat, selama tanda-

tanda inflamasi tidak muncul kembali.

Dengan penanganan yang salah atau pasien yang tidak kooperatif, pilihan

tindakannya mungkin hanya triple arthrodesis. Pada komplikasi kusta ini,

kesabaran lebih berguna dari pada hal yang lain.

Dislokasi atau deformitas yang menetap pada pergelangan kaki

dikoreksi dengan suatu irisan reseksi sendi, memperbaiki pada posisi yang tepat

untuk membuat telapak kaki menjadi rata dengan menempatkan pin Steinman

pada setiap sisi yang direseksi yang kemudian ditekan dengan kuat secara

bersamaan menggunakan klem eksternal dan dipertahankan sampai menyatu.

Clawing of toes yang sering tampak. Ini memberikan tekanan kuat untuk

mendesak kaput metatarsal. Koreksi jari yang baik adalah dengan melepaskan

ekstensor hallucis longus dari falang distal dan memasangnya pada kaput

metatarsal pertama dan dengan melakukan athrodesis sendi interfalang. Untuk jari

yang lain, tendon-tendon fleksor yang panjang dipindahkan ke bagian ekstensor

yang luas.

Page 16: Rehabilitasi Fisik Pada Kusta

1

Amputasi. Jika tidak ada kemungkinan membuat lengkung telapak kaki

yang kuat secara mekanis seperti pada kerusakan total dari talus atau kalkaneus,

tidak ada pilihan lain untuk dilakukan amputasi. Amputasi juga merupakan

indikasi ketika terjadi ulkus berkepanjangan yang disebabkan oleh adanya suatu

proses keganansan. Beberapa epitelioma derajat rendah dapat dieksisi dan

dilakukan graft pada kulit jika tidak mengenai struktur yang lebih dalam.

Keadaan stump harus selama mungkin, yang pada akhirnya dapat ditutup

dengan lapisan otot dan jaringan subkutan yang baik. Amputasi biasanya

dilakukan pada pertemuan antara bagian bawah dan sepertiga tengah kaki; namun

lokasinya dapat bervariasi, mislnya jika terdapat osteomielitis pada salah satu

tulang panjang.

Prosedur kosmetik

Prosedur kosmetik dilakukan untuk alasan sosial dan pendidikan, jika pasien tidak

melakukan ini dapat dijauhi masyarakat atau keluarga atau kesulitan mendapatkan

pekerjaan. Di beberapa negara di Asia hal ini sangat penting namun tidak begitu

penting di Afrika.

Wajah

Penggantian alis mata. Transplantasi rambut dari kulit kepala dengan

graft bebas atau pedikel.

Hidung yang kempis. Menyangga kontur hidung dengan suatu prostesis

atau bone graft strut, setelah dilakukan graft pada kulit untuk menggantikan

mukosa yang hancur.

Pelenturan wajah dan cuping telinga. Tindakan bedah plastik sederhana

untuk membuang kulit yang berlebih.

Tangan

Di beberapa negara, atrofi intrinsik pada tangan merupakan stigma. Graft jaringan

atau injeksi foamed silicone rubber telah digunakan untuk mengisi lokasi yang

mengalami atrofi.

Page 17: Rehabilitasi Fisik Pada Kusta

1

Ginekomasti

Ginekomasti dapat menjadi stigma pada kusta dan membuat pasien menjadi malu.

Mastektomi sederhana dilakukan dengan suatu insisi pada tigaperempat lingkaran

mengelilingi tepi areola. Potongan kecil dari jaringan payudra disisakan segera

dibawah areola. Tindakan ini sederhana dan memberikan hasil yang memuaskan.

Prostetik

Prostetik yang paling banyak dibuthkan pasien kusta adalah kaki

tiruan/palsu untuk keadaan amputasi yang berlokasi dibawah lutut. Prostesis harus

dan menahan berat badan seluas mungkin permukaan area stump untuk

meminimalkan risiko dari tekanan yang tidak semestinya pada titik tertentu yang

akan menyebabkan ulserasi pada anggota badan yang mengalami anestesi.

Begitulah berharganya stump yang bisa tertutup lama.

Suatu teknik yang telah dikembangkan untuk membuat protesis di bawah

lutut, yang penggunaannya dilakukan pada saat dimana pelayanan prostetik

konvesional tidak tersedia. Ini sesuai untuk mereka yang menderita kusta dan juga

kondisi amputasi karena hal lain. Teknik ini menggunakan Plastazote sebagai

penggaris; prostesis tubuh dan soket terbuat dari epoksi resin. Soket dibuat

langsung pada stump pasien setelah Plastazote selesai dicetak. Ini suatu soket

total-kontak yang mirip dengan suatu soket tendon patela konvensional yang

menunjang soket. Membuat prostesis secara langsung pada anggota tubuh lebih

baik pada suatu plester model paris membuat prosedur lebih mudah, cepat dan

murah.

Tali karet terbuat dari bagian ban dalam mobil. Tali berjalan dari pinggir

postero-medial soket, melewati daerah poplitea, megelilingi kaki diatas patela dan

kembali melewati area poplitea ke pinggir potero-lateral. Ini memberikan

dukungan yang adekuat namun sudah memberikan mobilitas yang baik pada lutut.

Suatu kaki tidak ditambahkan karena akan meningkatkan bahaya. Dan ini

subyek untuk cepat menggunakan. Kebanyakan pasien menemukan cara yang

mudah untuk merawat kaki dengan lingkaran besar paak seperti akhir.

Page 18: Rehabilitasi Fisik Pada Kusta

1

I. PROTEKSI DAN ELASTISITAS

Gambar 12.2 Sandal untuk kaki risiko rendah

II. PROTEKSI, ELASTISITAS DAN CETAKAN

Gambar 12.3 Sandal untuk kaki risiko sedang

III. PROTEKSI, ELASTISITAS, CETAKAN DAN KEKAKUAN

Melindungi secara elastis dengan mendistribusikan beban

Lekukan pada area tertentu yang mengurangi beban saat berjalan

Penggunaan : sandal dengan tali

Penggunaan : sebuah sandal terbuka

Selama fase aktif berjalan, kaki tidak fleksi dan beban akan terus tersebar merata

sol dalam dari plastazote dan bakiak kayu yang dipahat akan men distribusi beban merata

Penggunaan: sandal dengan sol dari kulit dan tali, cetakan plastazote sol dalam, karet mikroseluler lunak sol tengah dan keras pada sol luar

Fleksibilitas yang terbatas pada sepatu mengurangi mobilitas kaki dan membantu mendistribusikan beban saat berjalan

Cetakan plastazote pada kontur telapak kaki membantu mendistribusikan beban

Gambar 12.4 Sandal untuk kaki risiko tinggi

Page 19: Rehabilitasi Fisik Pada Kusta

1

Gambar 12.1 klinik tangan dan kaki. Inspeksi kaki dan tangan yang mengalami anestesi setiap minggu untuk mendeteksi kerusakan awal dan memastikan bahwa sepatu disimpan dalam kondisi yang baik. Pasien diberikan edukasi untuk memeriksa sendiri tangan, kaki dan sepatu setiap hari.

Gambar 12.5 Penyangga pegas kaki untuk drooped foot. Untuk suatu sandal sederhana (gambar 12.2) ditambahkan dua batang baja yang dipasang pada suatu bantalan pelat baja pada bagian ujung atas, yang berputar pada ring logam di bagian ujung bawah. Sebuah per pegas dipasang dengan tali kulit agar menyangga sempurna

Gambar 12.6 Tarsorrhaphy lagoftalmus pada mata kanan. Tarsorrhaphy lateral: segitiga kulit yang diarsir, sepertiga lateral bagian bawah tarsal plate dan penghubung mukokutan dibawah bulu mata sepertiga lateral kelopak mata bagian atas dihilangkan. ACD dipotong dan A dijahit ke B. Tarsorrhaphy medial: dua flap bentuk-V (F&G) diangkat, kulit dan membran mukosa yang menghalangi dihilangkan dan flap diletakkan dan dijahit. Cara ini disebut Z-plasty. Puncta lakrimalis dibiarkan