REFRAT STASE RSOP-Dislokasi sendi panggul.docx

11
REFRAT STASE RSOP DISLOKASI SENDI PANGGUL OLEH KARENA TRAUMA OLEH: Emyke Fitria (G9911112062) Nafika Ikhwanudin (G99121031) Pembimbing: Anung Budi Satriadi, dr. SpOT (K) KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU BEDAH RS. DR. MOEWARDI – RS ORTHOPEDI. PROF. DR. dr. SOEHARSO

description

refrat koas rsop sama dr abs

Transcript of REFRAT STASE RSOP-Dislokasi sendi panggul.docx

Page 1: REFRAT STASE RSOP-Dislokasi sendi panggul.docx

REFRAT STASE RSOP

DISLOKASI SENDI PANGGUL OLEH KARENA TRAUMA

OLEH:

Emyke Fitria (G9911112062)

Nafika Ikhwanudin (G99121031)

Pembimbing: Anung Budi Satriadi, dr. SpOT (K)

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU BEDAH RS. DR.

MOEWARDI – RS ORTHOPEDI. PROF. DR. dr. SOEHARSO

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Page 2: REFRAT STASE RSOP-Dislokasi sendi panggul.docx

DISLOKASI

Dislokasi adalah pindahnya permukaan sentuh tulang yang menyusun sendi.

Cedera ini dihasilkan oleh gaya yang menyebabkan sendi melampaui batas normal

anatomisnya. Pindahnya ujung tulang yang incomplete disebut dislokasi tidak

sempurna atau subluxation. Karena fungsi ligament adalah juga untuk mencegah

perpindahan atau pergerakan sendi yang abnormal,semua sprains menghasilkan

beberapa derajat subluxation. Dislokasi yang komplit, atau luxation, terjadi saat ada

pemisahan yang komplit dari ujung tulang.1

DISLOKASI PINGGUL

Dislokasi pinggul traumatik hampir selalu disebabkan oleh trauma berenergi

tinggi. 2 Adanya cedera dislokasi menandakan bahwa ada gaya yang mencapai 90

pound / 396 Newton atau bahkan lebih pada mekanisme traumatik atau adanya

patologi yang mendasari yang menyebabkan ketidakstabilan sendi.3Penumpang yang

tidak menggunakan sabuk pengaman lebih memiliki resiko mengalaminya.

Mekanisme klasik untuk dislokasi posterior adalah pada cedera dashboard, yaitu

terjadi gaya yang menekan kepala femur melewati posterior acetabular rim saat lutut

yang terfleksi dan pinggul terhantam dashboard pada kecelakaan.4 Selain oleh

dashboard,dikatakan juga bahwa cedera ini bisa terjadi saat mekanisme

mengerem.5Dislokasi anterior dihasilkan dari rotasi eksternal dan abduksi panggul.

Kasus dislokasi posterior mendekati 90% kasus, sementara dislokasi anterior hanya

10%.2,3 Cedera nervus ischiadicus mungkin terjadi pada 10-20% kasus dan lebih dari

setengah pasien juga mengalami fraktur lain.

Pada pediatrik, dislokasi sendi mungkin terjadi pada gaya yang lebih

kecil 4 dan ada yang terjadi sesudah manuver senam dan jatuh dari posisi berdiri.

Pasien yang lebih tua atau pada penderita Sindrom Ehlers-Danlos atau down juga bisa

mengalami dislokasi pinggul dengan gaya traumatik yang lebih kecil.3

Secara khas, pasien dengan dislokasi pinggul posterior traumatik, nampak

dengan pemendekan ekstremitas bawah yang terjadi pada posisi fleksi pinggul,

adduksi, dan rotasi internal. Adanya caput femoris kadang-kadang dapat dipalpasi

pada bokong ipsilateral.3 Hal ini dapat diandalkan pada pasien dengan dislokasi

Page 3: REFRAT STASE RSOP-Dislokasi sendi panggul.docx

pinggul sederhana, kehadiran patah tulang pada femur ipsilateral atau pelvis dapat

secara dramatis mengubah posisi pasien yang ditunjukan pasien.

Meskipun jarang, dislokasi pinggul bisa menimbulkan komplikasi yang

berbahaya seperti avaskular necrosis caput femoris, kelumpuhan nervus ischiadicus

sementara atau permanen, myositis ossificans dan arthrosis degeneratif posttraumatik.

Dislokasi pinggul posterior meregangkan dan memelintir arteri iliac external, femoris

comunis, dan circumflex sehingga terjadi perubahan aliran darah extraosseous.

Meskipun sirkulasi kontralateral dari pembuluh gluteal mungkin mempertahankan

aliran darah intraosseous, relokasi yang tertunda mungkin menghasilkan kerusakan

arteri yang progresif dan tertunda yang bisa menjadi osteonecrosis. 6

ANATOMI2

Page 4: REFRAT STASE RSOP-Dislokasi sendi panggul.docx

Kapsul sendi pinggul terdiri dari serat longitudinal yang tebal di samping

banyak kondensasi ligamentous yang lebih kuat (iliofemoral, ischiofemoral dan

pubofemoral). Selain itu, substansinya juga dikelilingi oleh massa otot. Hal tersebut

mneyebabkan dislokasi pinggul jarang terjadi kecuali dengan gaya yang benar-benar

besar.5 Empat puluh persen kepala femur ditutupi oleh tulang acetabulum dan labrum

meningkatkan penutupan dan kestabilan sendi. Nervus ischiadicus melewati secara

langsung bagian posterior sendi pinggul sehingga rentan pada cedera dislokasi

posterior.

KLASIFIKASI

Dislokasi panggul dilklasifikasikan berdasarkan hubungan kepala femur dan

acetabulum dan dengan adanya fraktur yang berhubungan.2

Dislokasi pinggul posterior dideskripsikan oleh Thompson dan Epstein: 7

Tipe I Dislokasi simple dengan atau tanpa fragment dinding posterior yang

tidak signifikan

Tipe II Dislokasi dengan fraktur tunggal yang besar dari rim posterior

acetabulum

Tipe III Dislokasi dengan fraktur comminuted rim, dengan atau tanpa fragmen

mayor yang besar

Tipe IV Dislokasi dengan fraktur acetabular floor

Tipe V Dislokasi dengan fraktur caput femoris

Dislokasi pinggul anterior dideskripsikan oleh klasifikasi Epstein: 2

Tipe I – Dislokasi superior (lokasi pubis dan subspinous)

A.      Tidak ada fraktur yang terkait

B.      Fraktur terkait atau impact caput femoris

C.      Frakture terkait acetabulum

Page 5: REFRAT STASE RSOP-Dislokasi sendi panggul.docx

Tipe II – Dislokasi inferior (lokasi obturator dan perineal)

A.      Tidak ada fraktur terkait

B.      Fraktur terkait atau impact caput femoris

C.      Fraktur terkait acetabulum

Deformitas klasik pada dislokasi pinggul posterior adalah fleksi pinggul, rotasi

internal, dan aduksi. Pasien mengalami sakit yang parah dan tidak bisa menggerakan

ekstremitas bawah yang terlibat.

DIAGNOSIS 2

Dislokasi sendi, tidak peduli apapun etiologinya, merupakan emergenci ortopedik

yang membutuhkan diagnosis, evaluasi dan perawatan segera. 3 Untuk menentukan

diagnosis, survei trauma penuh penting dilakukan. Uji neurovaskular termasuk

evaluasi nervus ischiadicus (bagian tibia paling sering terpengaruh) dan nervus/arteri

femoris perlu dilakukan.

Radiograph anteroposterior (AP) pelvis dan cross-table lateral pinggul penting

dilakukan. Kedua caput femoris mestinya muncul dalam ukuran yang sama. Pada AP,

jika caput femoris sisi yang terpengaruh tampak lebih besar, bisa dicurigai anterior.

Garis Shenton semestinya kontinyu. Saat dislokasi sendi didiagnosis melalui sinar X,

yang harus dilakukan adalah mengevaluasi sisa tungkai dan pelvis untuk meyakinkan

bahwa manuver reduksi tidak akan menyebabkan kerusakan lebih besar. Sebagai

contohnya, pada pelvis yang tidak stabil, kekuatan traksi yang besar mungkin

meningkatkan gangguan  pada pelvis dan menyebabkan mortalitas sekunder yang

lebih besar akibat perdarahan. Juga, fraktur collum femoris non-displaced, yang

ditemukan pada sinar X bisa distabilkan dengan cannulated screw sebelum reduksi

pinggul dengan anestesi general.

Dislokasi pinggul posterior bisa nampak pada film AP dengan adanya caput femoris di

luar dan di superior acetabulum. CT scan juga bisa digunakan untuk mendiagnosis dan

mendeskripsikan dislokasi anatomis dan mengidentifikasi fraktur fragment kecil. 3

Reduksi emergent tertutup (emergent closed reduction)pada dislokasi sendi traumatik,

diindikasikan untuk: 3

Page 6: REFRAT STASE RSOP-Dislokasi sendi panggul.docx

Dislokasi dengan atau tanpa defisit neurologis, saat tidak ada fraktur yang

berkaitan.

Dislokasi dengan fraktur yang berkaitan dengan defisit neural tidak terjadi

Reduksi tertutup, jika mungkin, sebaiknya dilakukan pada dasar perawatan karena

resiko osteonecrosis. Dengan mengabaikan arah dislokasi, reduksi bisa diusahakan

pada pasien dengan posisi terlentang dan penerapan traksi in-line. Anestesi umum

paling disarankan, meskipun begitu, reduksi tertutup lebih sering dilakukan di ruang

emergency. Ada beberapa metode yang dideskripsikan. Pada metode Allis, pembedah

segaris dengan peregang. Dengan menarik tepat di bawah lutut, traksi dilakukan

segaris dengan femur. Asisten menerapkan counter traction dengan mendorong ke

bawah kedua ASIS. Dengan meningkatkan traksi, pinggul difleksikan sampai 70⁰.

Aduksi, rotasi internal dan eksternal yang gentle pada pinggul membantu pinggul

melewati bibir acetabulum. Gaya berarah lateral juga bisa membantu. Ini bisa

diterapkan dengan tangan asisten pada paha atas, atau dengan lembaran yang dililitkan

di sekeliling kunci paha ipsilateral dan ditarik pada arah lateral dan superior.

Kestabilitasan sebaiknya diperiksa.

Reduksi tertutup diusahakan sebelum reduksi terbuka dengan pembedahan (open

surgical reduction).

Open surgical reduction biasanya diperlukan untuk dislokasi sendi dengan

fraktur dan defisit neurologis (fragment fraktur yang berpindah tempat

menekan saraf)

Jika open reduction tidak bisa dilakukan dengan segera,  usaha untuk

menghilangkan tekanan udara saraf dengan reduksi sebaiknya dilakukan.

Selain itu, open reduction diindikasikan jika reduksi tertutup tidak bisa dilaksanakan,

reduksi noncencentric, fraktur caput femori atau acetabulum yang membutuhkan

eksisi dan fraktur collum femoris ipsilateral.

Page 7: REFRAT STASE RSOP-Dislokasi sendi panggul.docx

DAFTAR PUSTAKA

1Booher JM, Thibodean GA. Athletic Injury Assesment: Athletic Related Trauma. 1st

Ed. Missouri College Publishing, 1985. P. 147-50.

2Torbert JT. Hip dislocations. Orthopaedia Main. In: Orthopaedia – Collaborative

Orthopaedic Knowledgebase. Created Feb 06, 2008 17:00, Last modified Feb 06,

2008 17:00 ver.1. Diakses 27-2-2013,

fromhttp://www.orthopaedia.com/display/Main/Hip+dislocations.

3Davenport, M D. Joint Rredution, Hip Dislocation, Posterior. Diunduh

dari http://emedicine.medscape.com/article/109225-overview. Diakses 27-2-2013

4Greenberg MI, Hendrickson, Silverberg M. Greenberg’s Text-Atlas of Emergency

Medicine: Hip Dislocation. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins, 2005. P. 515.

-googlebooks

5Whiting WC, Zernicke RF. Biomechanics of Musculoskeletal Injury: Lower

Extremity Injury. 2nd Ed. United States of America: Human Kinetics, 2008. P. 159.

6Chew FS, Roberts CC, Lalaji AP. Musculoskeletal Imaging: Pelvis. Philadelphia:

Lippincott Williams&Wilkins224, 2006.p. 234 -googlebooks

7Stannard JP, Schmidt AH, Kregor PJ. Surgical Treatment of Orthopaedic Trauma:

Classification.Jerman: Thieme, 2007. P.523 -googlebooks