Refrat Mata

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toxoplasma gondii pertama kali ditemukan pada binatang mengerat, yakni Ctenodactylus gundi di suatu laboratorium di Tunisia dan seekor kelinci di laboratorium di Brazil pada tahun 1908. Pada tahun 1937 parasit ini ditemukan pada neonatus dengan ensefalitis. Walaupun transmisi intrauterin secara transplasenta telah diketahui, baru pada tahun 1970 daur hidup parasit ini menjadi jelas ketika ditemukannya daur seksual pada kucing. Setelah dikembangkan tes serologi yang sensitif pada tahun 1948, zat anti Toxoplasma gondii ditemukan kosmopolit, terutama di daerah dengan iklim panas dan lembab. 1 Infeksi Toxoplasma gondii pada mata disebut toksoplasmosis okuler. Infeksi dapat diperoleh secara kongenital maupun yang didapat setelah lahir. Penderita toksoplasmosis sering tidak memperlihatkan gejala yang khas sehingga sering sekali sulit dalam menegakkan diagnosa pada praktik dokter sehari-hari. Penyakit toksoplasmosis biasanya ditularkan oleh kucing dan anjing tetapi penyakit ini juga dapat menyerang hewan peliharaan lainnya seperti sapi, domba, dan babi. Untuk tertular Toxoplasma gondii tidak hanya dengan cara memelihara hewan-hewan yang telah disebutkan, tetapi juga dapat terjadi pada orang-orang yang gemar 1

Transcript of Refrat Mata

Page 1: Refrat Mata

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Toxoplasma gondii pertama kali ditemukan pada binatang mengerat, yakni

Ctenodactylus gundi di suatu laboratorium di Tunisia dan seekor kelinci di

laboratorium di Brazil pada tahun 1908. Pada tahun 1937 parasit ini ditemukan

pada neonatus dengan ensefalitis. Walaupun transmisi intrauterin secara

transplasenta telah diketahui, baru pada tahun 1970 daur hidup parasit ini menjadi

jelas ketika ditemukannya daur seksual pada kucing. Setelah dikembangkan tes

serologi yang sensitif pada tahun 1948, zat anti Toxoplasma gondii ditemukan

kosmopolit, terutama di daerah dengan iklim panas dan lembab.1

Infeksi Toxoplasma gondii pada mata disebut toksoplasmosis okuler. Infeksi

dapat diperoleh secara kongenital maupun yang didapat setelah lahir. Penderita

toksoplasmosis sering tidak memperlihatkan gejala yang khas sehingga sering

sekali sulit dalam menegakkan diagnosa pada praktik dokter sehari-hari. Penyakit

toksoplasmosis biasanya ditularkan oleh kucing dan anjing tetapi penyakit ini juga

dapat menyerang hewan peliharaan lainnya seperti sapi, domba, dan babi. Untuk

tertular Toxoplasma gondii tidak hanya dengan cara memelihara hewan-hewan

yang telah disebutkan, tetapi juga dapat terjadi pada orang-orang yang gemar

mengkonsumsi daging mentah atau daging setengah matang, sayur dan buah-

buahan yang terkontaminasi dengan agen penyebab toksoplasmosis.2

Toxoplasma gondii menginfeksi hingga sepertiga populasi dunia dan

bertanggung jawab untuk sebagian besar kasus uveitis. Di beberapa negara,

hampir 50% kasus uveitis posterior disebabkan oleh Toxoplasma gondii.

Prevelensi seroposif terus bertambah sesuai umur. Di Amerika serikat, 5-30%

penduduk dengan usia sekitar 20 tahunan dan juga 10-67 % penduduk yang

berumur lebih dari 50 tahunan dilaporkan memiliki antibodi antitoksoplasma.

Toksoplasmosis okuler dilaporkan paling sering terjadi pada usia 20-40 tahun.3

Di indonesia sendiri, kasus toxoplasmosis pada manusia berkisar antara 43-

88% sedangkan pada hewan berkisar antarata 6-70%. Pada awalnya,

toksoplasmosis dinyatakan hanya dapat mengakibatkan gejala klinis pada individu

1

Page 2: Refrat Mata

yang memiliki sistem imun yang lemah. Namun bukti-bukti yang ada dewasa ini

memperlihatkan bahwa pada individu yang imunokompeten (sistem imun dapat

berespon optimal) juga dapat menunjukkan gejala klinis. Hal ini disebabkan

patogenitas Toxoplasma gondii sangat variatif, tergantung klonet atau tipenya.

Klonet atau tipe Toxoplasma gondii terkait dengan struktur populasi klonal

berdasar homologi dan kekerabatan genetiknya. Masing-masing tipe memiliki

kemampuan merusak, memodulasi sistem imun inang dan kemampuan

menghindar (evasi) dari sistem imun inang yang berbeda-beda.4

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari persentasi kasus ini sebagai berikut:

1. Mengetahui penyakit toksoplasmosis okuler.

2. Mengetahui dampak klinis yang disebabkan oleh penyakit

toksoplasmosis okuler.

3. Mengetahui terapi yang diberikan pada pasien dengan toksoplasmosis

okuler.

1.3 Manfaat

Memberikan pengetahuan lebih mendalam mengenai penyakit

toksoplasmosis okuler sehingga diharapakan mampu membantu menegakkan

diagnosis dan menentukan pilihan terapi yang ideal.

2

Page 3: Refrat Mata

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi

Mata merupakan struktur sferis yang berisi cairan. Mata dibungkus oleh tiga

lapisan. Dari luar ke dalam lapisan-lapisan tersebut terdiri dari: (1) sklera/kornea;

(2) iris, badan siliar dan koroid; (3) retina. Sebagian besar bola mata bagian

anterior dilapisi oleh jaringan ikat protektif yang kuat yang disebut dengan sklera.

Sklera lah yang membentuk bagian putih pada mata. Pada bagian paling anterior

terdapat kornea. Kornea merupakan lapisan terluar dari mata yang jernih dan

memiliki peranan penting dalam refraksi bola mata. Kornea merupakan media

transparan yang dilewati berkas-berkas cahaya yang menuju ke interior mata.5,6

Gambar 2.1 Anatomi mata

Lapisan tengah terdiri dari traktus uvealis yang terdiri atas iris, badan siliar

dan koroid. Bagian ini merupakan bagian vaskular tengah mata yang dilindungi

oleh sklera dan kornea. Iris merupakan perpanjangan dari korpus ciliaris dengan

apertura bulat yang terletak ditengah pupil. Iris merupakan cincin otot yang

berpigmen yang tampak di dalam aqueoues humor yang mengubah ukuran pupil

dengan cara berkontraksi sebagai reaksi atas adaptasi jumlah cahaya yang masuk.

Iris juga menentukan warna mata. Korpus ciliaris merupakan turunan khusus

lapisan siliaris di sebelah anterior. Korpus ciliaris membentuk suatu cincin yang

mengelilingi tepi luar lensa. Korpus ciliaris terus menerus membentuk aqueoues

3

Page 4: Refrat Mata

humor berupa cairan encer jernih. Cairan encer jernih ini akan memenuhi rongga

anterior, yakni ronggga antara kornea dan lensa.5,6

Pada bagian posterior dari traktus uvealis terdapat koroid. Koroid tersusun

atas tiga lapisan pembuluh darah koroid; besar, sedang dan kecil. Semakin dalam

pembuluh terletak di dalam koroid, maka lumen koroid akan semakin besar.

Pembuluh-pebuluh darah ini berperan dalam memberikan nutrisi kepada retina.

Selain itu koroid memiliki pigmen yang berfungsi mencengah terjadinya

penghamburan berkas cahaya di mata.5,6

Lapisan mata yang paling dalam adalah retina. Retina merupakan lembaran

jaringan saraf berlapis yang tipis dan semitransparan. Retina terdiri dari sebuah

lapisan berpigmen di sebelah luar dan sebuah lapisan bersaraf pada bagian dalam.

Retina mengandung sel batang dan sel kerucut yang merupakan fotoreseptor

pengubah energi cahaya menjadi impuls saraf. 6

Gambar 2.2 Retina

Ditengah-tengah retina posterior terdapat makula dengan diameter 5,5-6 mm

yang ditetapkan oleh para ahli anatomi sebagai daerah sentralis. Daerah ini secara

histologi merupaka daerah yang memiliki lapisan ganglion lebih dari satu lapis.

Makula lutea secara anatomis didefinisikan sebagai daerag berdiameter 3 mm

yang mengandung pigmen luteal kuning yang disebut xantofil. Daerah ini

memiliki ketajam yang tinggi karena memiliki banyak sel kerucut. Fovea

merupakan zona vaskular retina yang dikelilingi oleh makula dan terletak tepat

ditengah retina.5,6

Retina terdiri dari 10 lapisan. Lapisan retina dari dalam keluar yakni:

4

Page 5: Refrat Mata

1. Membran limitan interna

2. Lapisan serat saraf yang mengandung akson-akson sel ganglion yang berjalan

menuju nervus optikus.

3. Lapisan sel ganglion.

4. Lapisan fleksiform dalam.

5. Lapisan inti dalam.

6. Lapisan fleksiform luar.

7. Lapisan inti luar.

8. Membrana limitan luar.

9. Lapisan fotoreseptor.

10. Lapisan pigmen.6

Bagian dalam mata terdiri dari dua rongga berisi cairan yang dipidahkan

oleh sebuah lensa. Cairan tersebut jernih sehingga memungkinkan cahaya lewat

menembus mata melewati sklera menuju retina. Pada rongga bagian anterior

antara kornea dan lensa diisi oleh cairan aqueoues humor yang mengandung zat-

zat gizi untuk kornea dan lensa. Sementara pada bagian posterior antara lensa dan

retina mengandung semicairan mirip gel yang disebut vitreous humor yang

berperan dalam mempertahan bentuk bola mata agar tetap sferis.5

2.2 Toxoplasma Gondii

Toxoplama gondii adalah protozoa koksidia yang tersebar di seluruh dunia

yang menginfeksi banyak hewan dan burung tetapi tampaknya tidak menyebabkan

penyakit pada hewan tersebut. Pejamu adalah kucing dan kerabatnya dalam famili

Felidae.7 Toxoplasma gondii merupakan spesies dari Coccidia yang mirip dengan

Isospora. Dalam sel epitel usus halus kucing berlangsung daur aseksual

(skizogoni) dan daur seksual (gametogonia dan sporogonia) yang menghasilkan

ookista yang dikeluarkan bersama tinja. Ookista bentuknya lonjong dengan

ukuran 12,5 mikron menghasilkan 2 sporokista yang masing-masing mengandung

4 sporozoit. Bila ookista tertelan oleh mamalia lain atau burung (hospes

perantara), maka pada berbagai jaringan hospes perantara ini dibentuk kelompok

trofozoit yang membelah secara aktif yang disebut takizoit. Masa ini adalah masa

infeksi klinis menahun yang biasanya merupakan infeksi laten. Pada hospes

5

Page 6: Refrat Mata

perantara tidak dibentuk stadium seksual, tetapi terbentuknya stadium istirahat

yang disebut kista jaringan.1

Gambar 2.3 Toxoplasma gondii

Bila kucing sebagai hospes definitif memakan hospes perantara yang

terinfeksi, maka akan terbentuk lagi berbagai stadium seksual di dalam epitel usus

halus kucing. Bila hospes perantara mengandung kista jaringan Toxoplasma,

maka masa prepaten biasanya 5-10 hari. Bila ookista langsung terrtelan kucing,

maka masa prepaten menjadi 20-24 hari. Kucing lebih mudah terinfeksi kista

jaringan dari pada ookista. 1

Gambar 2.4 Daur hidup Toxoplasma gondii

Di berbagai jaringan tubuh kucing juga ditemukan trofozoit dan kista

jaringan. Pada manusia takizoit ditemukan pada infeksi akut dan dapat juga

6

Page 7: Refrat Mata

memasuki tiap sel yang berinti. Bentuk trakizoit menyerupai bulan sabit dengan

satu ujung yang runcing dan ujung lain yang agak membulat. Panjangnya 4-8

mikron dan mempunya 1 inti yang letaknya di tengah. Takizoit pada manusia

adalah parasit obligat intraselular.1

Takizoit berkembangbiak di dalam sel secara endodiogeni. Bila sel penuh

dengan takizoit, maka sel akan menjadi pecah dan takizoit akan memasuki sel-sel

disekitarnya atau difagisitosis oleh makrofag. Kista jaringan dibentuk di dalam sel

hospes bila takizoit yang membelah telah membentuk dinding. Ukuran kista juga

berbeda-beda. Kista kecil hanya mengandung beberapa organisme, sementara

kista besar dengan ukuran 200 mikron mampu mengandung ±3000 organisme.

Kista jaringan dapat ditemukan di dalam hospes seumur hidup terutama di otak,

otot jantung dan otot lurik. Di otak kista yang ditemukan berbentuk bulat,

sementara di otot kista mengikuti sel otot.1,7

2.3 Definisi Toksoplasmosis Okuler

Toksoplasmosis okuler merupakan penyakit pada mata yang disebabkan

oleh infeksi protozoa yakni Toxoplasma gondii melalui perantara hewan dan

unggas.1,2,3,4,6,7,9,10 Toxoplasma gondii secara langsung dapat merusak sel dan

menyebabkan reaksi hipersensitivitas lokal yang dapat menimbulkan peradangan,

blokade pembuluh darah disekitarnya dan kematian sel di dekat kista yang rusak.7

1. Tokoplasmosis kongenital.

Infeksi Toxoplasma gondii yang terjadi selama masa kehamilan secara in

utero. Lebih dari sepertiga bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi

Toxoplasma gondii pada masa kehamilan terlebih lagi pada masa trimester

ke-3 akan terkena toksoplasmosis. 6,8

2. Toksoplasmosis dididapat.

Toksoplasmosis didapat biasanya terjadi pada dewasa muda. Penyebaran

protozoa ini dapat melalui hewan peliharaan seperti kucing dan anjing.

Selalin melalui hewan peliharaan, infeksi juga dapat terjadi pada mereka yang

gemar mengkonsumsi danging sapi, domba atau babi yang diolah setengah

matang atau dengan mengkonsumsi sayur-sayuran mentah yang

terkontaminasi oleh protozoa tersebut.4,6,8

7

Page 8: Refrat Mata

Kebanyakan toksoplasmosis okuler diperkirakan kongenital dengan

retinokoroiditis yang mengalami reaktivasi pada masa dewasa. Namun, sekarang

terdapat bukti bahwa toksoplasmosis sering merupakan penyakit didapat selama

terjadinya penyakit yang menyerupai demam glandular.12

2.4 Epidemiologi

Toksopalsmosis merupakan penyebab yang umum dari infeksi intraokuler

dan uveitis posterior pada seluruh pasien dengan immunokompeten di seluruh

dunia. Toxoplasmosis okuler bertanggung jawab pada 30-50% kasus uveitis

posterior di Amerika serikat. Prevelensi seroposif terus bertambah sesuai umur. Di

Amerika serikat, 5-30% penduduk dengan usia sekitar 20 tahunan dan juga 10-67

% penduduk yang berumur lebih dari 50 tahunan dilaporkan memiliki antibodi

antitoksoplasma. Toksoplasmosis okuler dilaporkan paling sering terjadi pada usia

20-40 tahun.3 Di indonesia sendiri, kasus toksoplasmosis pada manusia berkisar

antara 43-88% sedangkan pada hewan berkisar anrata 6-70%.3,4

2.5 Etiologi dan Patofisiologi

Toksoplasmosis okuler merupakan penyakit infeksi protozoa yang

disebakan oleh Toxoplasma gondii.1,2,3,4,6,7,9,10,11 Penyebaran infeksi protozoa ini

melalui tertelannya makan yang telah terkontaminasi dan juga secara kongenital.

Setelah invasi Toxoplasma gondii yang biasanya terjadi di usus, maka parasit akan

memasuki sel atau difagisitosis. Sebagian parasit akan mati akibat difagositosis,

sebagian lain akan berkembangbiak di dalam sel hinggal sel-sel tersebut pecah

dan akan menyerang sel-sel lainnya. Dengan adanya parasit di dalam sel makrofag

dan limfosit, maka penyebaran secara hematogen dan limfogen ke seluruh tubuh

mudah terjadi. Parasitemia dapat berlangsung selama beberapa minggu.1

Toxoplasma gondii dapat menyerang semua organ dan jaringan tubuh

hospes kecuali sel darah merah. Hal ini disebabkan sel darah merah tidak

memiliki inti. Kerusakan yang terjadi pada jaringan tubuh dipengaruhi oleh usia,

virulensi strain Toxoplasma gondii, jumlah parasit dan organ yang diserang. Lesi

pada mata biasanya lebih berat dan permanen. Hal ini disebabkan oleh karena

jaringan mata memiliki kemampuan regenerasi yang buruk. Pada infeksi akut di

retina ditemukan reaksi peradangan fokal dengan edema dan infiltrasi leukosit

yang dapat menyebabkan kerusakan total dan pada proses penyembuhannya dapat

8

Page 9: Refrat Mata

menimbulkan jaringan sikatrik (jaringan parut) dengan atrofi retina dan koroid

disertai pigmentasi.1

Takizoit secara langsung menghancurkan sel dan memiliki predileksi untuk

sel paremkin dan sistem retikuloendotelia. Bila kista jaringan pecah dapat

menyebabkan reaksi hipersensitivitas lokal yang dapat menimbulkan peradangan,

blokade pembuluh darah disekitarnya dan kematian sel di dekat kista yang rusak.7

2.6 Diagnosa

Diagnosa toksoplasmosis okuler ditegak berdasarkan hasil anamnesa,

pemeriksaan oftalmologi dan uji laboratorium diagnostik. Biasanya pasien datang

dengan keluhan mata kabur.10

Gejala Klinis:

Kelainan biasanya unilateral.

Floater.

Penurunan tajam penglihatan.

Fotopobia.

Mata merah disertai nyeri pada pasien dengan uveitis anterior.

Terjadi peningkatan tekanan intraokuler.

Pada pasien dengan imunokompeten sering ditemukan sindrom limpadenopati,

meningoensepalitis dan eksatema.

Pada pasien dengan imunokompromais sering ditemukan abses serebral pada

hasil pemeriksaan MRI.8,9,10,12

Pemeriksaan Funduskopi:

Toksoplasmosis okuler primer: creamy-white focal necrotizing retinokoroiditis

yang aktif tanpa disertai jaringan sikatrik yang berpigmen akibat

retinokoroiditis.

Toksoplasmosis okuler rekuren: retinitis.

Dapat disertai dengan uveitis anterior tipe granuloma dan vitritis berat

Jarang disertai dengan papilitis dan selulitis orbita.8,12

9

Page 10: Refrat Mata

Gambar 2.5 Toksoplasma retinitis

Gambar 2.6 Lesi pada makula

Uji laboratorium Diagnosik:

1. Spesimen

Diagnosis toksoplasmosis akut dapat dipastikan bila menemukan takizoit

dalam biopsi otak atau sumsum tulang, cairan serebrospinal dan ventrikel,

darah dan spurum.

2. Pemeriksaan mikroskopik

Apusan dan potongan yang diwarnai dengan pewarnaan Giemsa atau

pewarnaan khusus lain seperti teknik Schiff periodik dapat memperlihatkan

organisme Toxoplasma gondii.

3. Serologi

Tes serologi dapat menunjang diagnosis toksoplasmosis. IgG terhadap

Toxoplasma gondii biasanya muncul pada 1-2 minggu setelah infeksi dan

biasanya menetap seumur hidup. Untuk memastikan diagnosa, tidak cukup

bila hanya sekali menemukan titer zat anti IgG Toxoplasmosis gondii yang

10

Page 11: Refrat Mata

tinggi. Hal ini disebabkan karena titer yang ditemukan pada tes tersebut dapat

ditemukan bertahun-tahun dalam tubuh seseorang. Diagnosa toksoplasma aku

dapat dibuat bila titer IgG meninggi secara bermakna pada pemeriksaan

kedua kali dengan jangka waktu 3 minggu atau lebih, atau bila ada konversi

dari negatif ke positif. Sementara IgM pada penderita dengan

imunokompromais biasanya tidak terdeteksi. Tes yang sering digunakan

untuk deteksi antibodi IgG dan IgM adalah ELISA.

4. PCR

Akhir-akhir ini mulai dikembangkan teknik PCR untuk mendeteksi DNA

parasit pada cairan tubuh dan jaringan. Dengan teknik ini dapat dibuat

diagnosis dini yang cepat dan tepat untuk toksoplasmosis.1,7,11

2.7 Penataksanaan

Tujuan:

1. Mengurangi durasi dan tingkat keparahan inflamasi.

2. Menurunkan faktor resiko kebutaan yang permanen dengan mengobati luka

retinokoroiditis.

3. Mencegah terjadinya kekambuhan.9

Dalam pemeberian pengobatan, perlu dipertimbangkan lesi-lesi yang dapat

mengganggu fungsi penglihatan, yakni:

1. Lesi pada makula, papilomakular, saraf penglihatan dan pembuluh-pembuluh

darah besar pada retina.

2. Vitritis yang disebabkan oleh vitreous fibrosis dan perlengketan retina.

3. Pada pasien dengan imunosupresi dimana penyembuhan lesi harus dilakukan

secara selektif.9

Medika mentosa:

Obat-obat yang diberikan:

1. Clindamycin 300 mg q.i.d selama 3-4 minggu.

2. Sulphadiazine 1 g q.i.d selama 3-4 minggu.

3. Pyrimethamine 25-50 mg per hari

4. Co-trimoxazol 960 mg b.d selama 4-6 minggu.

5. Atovaquanon 750 mg t.i.d

6. Azyhtromicyn 500 mg setiap hari.9,10

11

Page 12: Refrat Mata

Obat-obat tersebut dapat dikombinasikan:

1. Kombinasi pyrimethamine, sulphadiazine dan folinic acid.

2. Dapat ditambahkan dengan pemberian kortikosteroid pada hari ke-3.

3. Pilihan kombinasi alternatif: azythromicyn dengan pyrimethamine.

4. Pilihan terapi yang baru: atovaquanon.8

Laser / pembedahan:

1. Fotokoagulasi pada lesi neovaskular untuk mengurangi resiko hilangnya

visus.

2. Pada inflamasi membran vitreus dan membran epiretinal dilakukan pars plana

virektomi.8

2.8 Prognosis

Dalam suatu penelitian menyebutkan bahwa 40% pasien akan memiliki

ketajaman visual atau nilai visus 20/100 atau lebih buruk, dan 16% pasien

memiliki ketajaman visual antara 20/40 dan 20/80. Retinitis yang disebabkan

toxoplasma sering aktif kembali, dan tingkat kekambuhan 80% dalam waktu 5

tahun. Pasien dengan penyakit berulang lebih cenderung memiliki cacat visual

yang permanen.4

12

Page 13: Refrat Mata

BAB III

KESIMPULAN

Toksoplasmosis okuler merupakan penyakit pada mata yang disebabkan

oleh infeksi protozoa yakni Toxoplasma gondii melalui perantara hewan dan

unggas. Toksoplasmosis dapat ditularkan melalui in utero yang disebut dengan

toksoplasmosis kongenital dan adapula toksoplasmosis didapat biasa pada

dewasa muda. Toxoplasma gondii secara langsung dapat merusak sel dan

menyebabkan reaksi hipersensitivitas lokal yang dapat menimbulkan peradangan,

blokade pembuluh darah disekitarnya dan kematian sel di dekat kista yang rusak.

Diagnosa toksoplasmosis okuler ditegak berdasarkan hasil anamnesa,

pemeriksaan oftalmologi dan uji laboratorium diagnostik. Adapun tujuan terapi

yakni mengurangi durasi dan tingkat keparahan inflamasi, menurunkan faktor

resiko kebutaan yang permanen dengan mengobati luka retinokoroiditis dan

mencegah terjadinya kekambuhan. Ketepatan diagnosa dan pemberian terapi

sangat mempengaruhi prognosis.

13

Page 14: Refrat Mata

STATUS PASIEN POLIKLINIK MATA

I. IDENTITAS PENDERITA

1. Nama : T R

2. Umur : 27 tahun

3. Alamat : Peuniti

4. Jenis Kelamin : Laki-laki

5. Agama : Islam

6. Status Perkawinan : Belum Menikah

7. Suku : Aceh

8. Pekerjaan : Polri

9. Pendidikan Terakhir : SMA

10. Tanggal Pemeriksaan : 10 Oktober 2012

II. ANAMNESA

1. Keluhan Utama : Mata Kabur seperti berawan.

2. Keluhan Tambahan :

3. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan mata kabur seperti berawan sejak 16

hari yang lalu. Mata kabur tidak disertai mata merah, gatal, berair,

nyeri dan sekret. Pasien menyangkal adanya riwayat trauma. Riwayat

kontak dengan anjing (-), kucing (-), makan makanan setengah matang

seperti sate disangkal.

4. Riwayat Penyakit Dahulu : Hipertensi Disangkal, Diabetes Mellitus

disangkal.

5. Riwayat Penyakit Keluarga : Disangkal.

6. Riwayat Penggunaan Obat : Disangkal.

III. STATUS INTERNUS

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Kompos Mentis

3. Tekanan Darah : Tidak Dinilai

4. Nadi : Tidak Dinilai

5. Pernafasan : Tidak Dinilai

14

Page 15: Refrat Mata

6. Suhu : Tidak Dinilai

7. Keadaan Gizi : Baik

IV. STATUS OFTALMOLOGIS

OD Penilaian OS

5/9, ph (-) Visus 5/5

Ortoforia Kedudukan Bola Mata Ortoforia

Baik ke segala arah Gerakan Bola Mata Baik ke segala arah

n/p Tekanan Intra Okular n/p

Tenang Palpebra superior Tenang

Tenang Palpebra Inferior Tenang

Tenang Konjungtiva Tarsal Superior Tenang

Tenang Konjungtiva Tarsal Inferior Tenang

Tenang Konjungtiva Bulbi Tenang

Jernih Kornea Jernih

Dalam COA Dalam

Bulat, sentral, reflek cahaya (+)

Pupil dan iris Bulat, sentral, reflek cahaya (+)

Jernih Lensa Jernih

Keruh, sel (+) Vitreus Jernih

Papil bulat, berbatas tegas, CDR 0,3 - 0,4 cm, aa/vv 2/3, reflek makula (+), sikatrik (+), infiltrat (+)

Retina

Papil bulat, berbatas tegas, CDR 0,3 - 0,4 cm, aa/vv 2/3, reflek makula

(+),

Hasil pemeriksaan funduskopi

15

Page 16: Refrat Mata

Hasil pemeriksaan funduskopi

VIII. DIAGNOSA

Diagnosa : Uveitis Posterior OD et Toxoplasmosis okuler

Diagnosis Banding :

1. Uveitis Posterior OD et Tuberculosis

IX. TERAPI

1. Bactrim 2 x 2 tab.

2. Prednison 1 mg/ kg bb (tappering off).

3. Ranitidin 2 x 1 tab.

XI. PROGNOSIS

- Qou ad vitam : bonam.

- Qou ad functionam : bonam.

- Qou ad sanactionam : bonam.

16

Page 17: Refrat Mata

DAFTAR PUSTAKA

1. Staf Pengajar FK UI. Parasitologi Kedokteran. Edisi ke-4. Jakarta: Penerbit FK UI. 2009.

2. Jones LA, Alexandere, Robert CW. Ocular Toxoplasmosis: In The Strom of The Eye. Parasite Immunology Journal. Glasgow, UK. 2006.

3. Commodaro AG, Rubens NB, Luiz VR, Cristine M, Claudio S, Miguel NB, Ruber B. Ocular Toxoplasmosis: An Update and Review of Literatur. Rio de janeiro: March 2009.

4. Didik T, Subekti, Nufida KA. Imunopatogenesis Toxoplasma gondii Berdasarkan Perbedaan Galur. FK USU. Medan: 2006.

5. Sherwood L. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sisterm. Edisi ke-2. Jakarta: EGC. 2006.

6. Riordan-eva P, John PW. Vaughan and Asbury Oftalmologi Umum. Edisi ke-17. Jakarta: EGC. 2008.

7. Jawetz, Melnick, Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi ke-23. Jakarta: EGC. 2004.

8. Wee-kiak L, Bobby CC, Kristine B, Daniel HS. Atlas of Inflammatory Eye Diseases. Singapore. 2007

9. Cooke C. Clinical Ophtalmology – An Asian Perspective. Singapore. April, 2007

10. Kanski J, Brad B. Clinical Oftalmology. Edisi ke-6. Oxford. 2007.

11. Calderaro A, Peruzzi S, Piccolo, Gorrini C, Montecchini, Rossi S, Chezzi C, Rettori G. Laboratory Diagnosis of Toxoplasma gondii Infection. International Journal of Medical Science. Italy. 2009.

12. James B, Chris C, Anthony B. Lecture Notes Oflatmology. Edisi ke-9. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2003.

17