Refrat Isi
-
Upload
ferisa-aprintha -
Category
Documents
-
view
72 -
download
1
Transcript of Refrat Isi
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Epidemiologi berasal dari perkataan Yunani, dimana epi- yang berarti
”permukaan, diatas, menimpa, atau tentang”, demos yang berarti ”orang, populasi,
penduduk, manusia” serta logos berarti “ilmu pengetahuan”. Secara etimologis,
epidemiologi berarti ilmu mengenai kejadian yang menimpa penduduk.1
Epidemiologi lahir berdasarkan dua asumsi dasar. Pertama, penyakit pada
populasi manusia tidak terjadi dan tersebar begitu saja secara acak. Kedua,
penyakit pada manusia sesungguhnya mempunyai faktor penyebab dan faktor
preventif yang dapat diidentifikasi melalui penelitian sistematik pada berbagai
populasi, tempat, dan waktu. Berdasarkan asumsi tersebut, epidemiologi dapat
didefinisikan sebagai ”ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan-
determinan frekuensi penyakit dan status kesehatan pada populasi manusia.1
Definisi tersebut mengisyaratkan bahwa epidemiologi pada dasarnya
merupakan ilmu empirik kuantitatif, yang banyak melibatkan pengamatan dan
pengukuran yang sistematik tentang frekuensi penyakit dan sejumlah faktor-faktor
yang dipelajari hubungannya dengan penyakit. Ukuran frekuensi penyakit
menunjukkan kepada besarnya masalah kesehatan yang terdapat pada kelompok
manusia atau masyarakat. Artinya bila dikaitkan dengan masalah penyakit
menunjukkan banyaknya kelompok masyarakat yang terserang penyakit.
Sehingga diharapkan dari hasil pengukuran epidemiologi akan didapat
1
pengetahuan yang bisa memberikan solusi, baik untuk pencegahan ataupun
penanggulanggannya.2,3
I.2. Permasalahan
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
bagaimana cara melakukan pengukuran epidemiologi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Cara mengukur frekuensi masalah kesehatan yang dapat dipergunakan
dalam Epidemiologi sangat beraneka ragam, karena tergantung dari macam
masalah kesehatan yang ingin diukur atau diteliti. Secara umum ukuran – ukuran
dalam epidemiologi dibagi menjadi 3, yaitu :3
a. Ukuran Frekuensi Penyakit
b. Ukuran Asosiasi
c. Ukuran Efek/Dampak
2.1. Ukuran Frekuensi Penyakit
Merefleksikan besar kejadian penyakit (morbiditas) atau kematian karena
penyakit (mortalitas) dalam suatu populasi. Ada 3 macam parameter matematis
yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara jumlah kejadian penyakit
dengan besarnya populasi dari mana kejadian penyakit terjadi. Parameter tersebut
adalah :1
a) Rasio
Rasio adalah nilai relatif yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai
kuantitatif yang pembilangnya tidak merupakan bagian dari penyebut. Rasio
dinyatakan dengan persamaan :
3
Numerator (pembilang)
------------------------------------------
Denominator (penyebut)
Contoh :
Jumlah kelahiran mati
----------------------------------------
Jumlah kelahiran hidup
b) Proporsi
Proporsi adalah perbandingan dua nilai kuantitatif yang pembilangnya
merupakan bagian dari penyebut. Dalam studi epidemiologi proporsi digunakan
untuk membandingkan suatu peristiwa (event) dengan jumlah penduduk yang
mungkin terkena peristiwa tersebut (population at risk). Nilai proporsi tidak
dibatasi oleh periode atau waktu (sekedar membandingkan). Nilai proporsi
biasanya dinyatakan dalam persen (%) atau permil (o/oo).
Contoh :
Jumlah kelahiran mati
----------------------------------------------------------------
Jumlah kelahiran hidup + kelahiran mati
c) Rate
Rate adalah ukuran proporsi yang memasukkan unsur periode waktu
pengamatan dalam denominatornya, dan merupakan bentuk lain dari proporsi
dimana ada hubungan antara pembilang dan penyebut, disamping ada elemen
waktu yang merupakan bagian intrinsik dari penyebut
4
Contoh :
Jumlah kejadian penyakit flu pada anak sekolah
--------------------------------------------------------------------------------
1000 anak sekolah selama selama periode 1 bulan
2.1.1 Untuk Mengukur Masalah Penyakit (Angka Kesakitan / Morbiditas)
Setiap gangguan di dalam fungsi maupun struktur tubuh seseorang dianggap
sebagai penyakit. Penyakit, sakit, cedera, gangguan dan sakit, semuanya
dikategorikan di dalam istilah tunggal “morbiditas”. Morbiditas merupakan
derajat sakit, cedera atau gangguan pada suatu populasi. Morbiditas juga
merupakan suatu penyimpangan dari status sehat dan sejahtera atau keberadaan
suatu kondisi sakit. Morbiditas juga mengacu pada angka kesakitan, yaitu jumlah
orang yang sakit dibandingkan dengan populasi tertentu yang sering kali
merupakan kelompok yang sehat atau kelompok yang beresiko. Di dalam
epidemiologi, ukuran utama morbiditas adalah angka insidensi & prevalensi dan
berbagai ukuran turunan dari kedua indikator tersebut. Setiap kejadian penyakit,
kondisi gangguan atau kesakitan dapat diukur dengan angka insidensi dan angka
prevalensi.2
a. Insidensi
Adalah gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang
ditemukan pada suatu waktu tertentu di satu kelompok masyarakat. Untuk dapat
menghitung angka insidensi suatu penyakit, sebelumnya harus diketahui terlebih
dahulu data tentang jumlah penderita baru. Jumlah penduduk yang mungkin
5
terkena penyakit baru (Population at Risk ). Secara umum angka insiden ini dapat
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :2,3
1). Incidence Rate
Yaitu jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu
jangka waktu tertentu (umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk
yang mungkin terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka waktu
yang bersangkutan. Yang dimaksud kasus baru adalah perubahan status dari sehat
menjadi sakit. Periode waktu adalah jumlah waktu yang diamati selama sehat
hingga menjadi sakit.
Rumus incidence rate :
Keterangan :
K = Konstanta (100%)
Contoh soal :
Pada suatu daerah dengan jumlah penduduk pada tanggal 1 juli 1986 sebanyak
100.000 orang rentan terhadap penyakit dan ditemukan laporan penderita baru
pada bulan Januari 50 orang, bulan Maret 100 orang, bulan Juni 150 orang, bulan
6
Jumlah Penderita BaruInsidensi Rate =
x K Jumlah Penduduk yg mungkin
terkena penyakit tersebut pada
pertengahan tahun
September 10 orang, dan bulan Desember 90 orang. Berapakah nilai insidensi rate
di daerah tersebut?
Manfaat Incidence Rate adalah :
Mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi.
Mengetahui resiko untuk terkena masalah kesehatan yang dihadapi.
Mengetahui beban tugas yang harus diselenggarakan oleh suatu fasilitas
pelayanan kesehatan.
2). Attack Rate
Yaitu jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu saat
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut
pada saat yang sama. Manfaat Attack Rate adalah memperkirakan derajat
serangan atau penularan suatu penyakit. Makin tinggi nilai AR, maka makin
tinggi pula kemampuan Penularan Penyakit tersebut.
Rumus yang digunakan :
7
50 + 100 + 150 + 10 + 90
Insidensi Rate = x 100%
100.000 =0,4 %
Jumlah penderita baru pada satu saatAttack Rate = x K
Jumlah penduduk yg mungkin terkena penyakit tersebut pada saat itu
Keterangan :
K = Konstanta (100%)
Contoh soal :
Lima ratus orang murid yang tercatat pada SD X ternyata 100 orang diantaranya
tiba-tiba menderita muntah berak setelah makan gado-gado dari kantin sekolah.
Berapakah nilai Attack rate pada kasus di atas ?
3). Secondary Attack Rate
Adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang terjangkit pada serangan
kedua dibandingkan dengan jumlah penduduk dikurangi orang/penduduk yang
pernah terkena penyakit pada serangan pertama. Digunakan menghitung suatu
panyakit menular dan dalam suatu populasi yang kecil ( misalnya dalam Satu
Keluarga).
Rumus :
Keterangan :
8
100Attack Rate = x 100%
500 = 20 %
Jumlah penderita baru pada serangan keduaSecondary Attack Rate =
x K Jumlah penduduk –
Penduduk yg terkena serangan pertama
K = Konstanta (100%)
Contoh Soal :
Jumlah Penduduk 1000 orang, dilaporkan sbb : Bulan April 2005 terjangkit
penyakit X sebanyak 150 penderita.Bulan Agustus 2005 terjadi serangan penyakit
yang sama dengan penderita 250 orang.
Secondary Attack rate = 250 X 100 % = 29,41 %
1000-150
b. Prevalensi
Adalah gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang
ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu.
Pada perhitungan angka prevalensi digunakan jumlah seluruh penduduk tanpa
memperhitungkan orang / penduduk yang kebal atau penduduk dengan resiko
(Population at Risk). Sehingga dapat dikatakan bahwa angka prevalensi
sebenarnya bukan suatu rate yang murni, karena penduduk yang tidak mungkin
terkena penyakit juga dimasukkan dalam perhitungan. Prevalens tergantung pada
2 faktor: Berapa banyak jumlah orang yang telah sakit dan durasi/lamanya
penyakit. Secara umum nilai prevalen dibedakan menjadi 2, yaitu:1,2
1). Period Prevalen Rate
Yaitu jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada
suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan
jangka waktu yang bersangkutan. Nilai Periode Prevalen Rate hanya digunakan
9
untuk penyakit yang sulit diketahui saat munculnya, misalnya pada penyakit
Kanker dan Kelainan Jiwa.
Rumus :
Keterangan :
K = Konstanta (100%)
Contoh Soal :
Suatu kantor dengan jumlah karyawan sebanyak 100 orang, 20 orang diantaranya
sejak 2 bulan yang lalu tidak masuk kantor karena menderita penyakit A, dan
selanjutnya pada hari ini 30 orang lainnya terpaksa pulang karena juga menderita
penyakit A. Berapakah Period Prevalence Rate nya?
2). Point Prevalen Rate
Adalah jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu saat
dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu. Dapat dimanfaatkan untuk
mengetahui Mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Rumus :
10
Jumlah penderita lama & baruPeriod PR = x K
Jumlah penduduk pertengahan
20 + 30Period PR = x 100%
100 = 50%
Keterangan:
K = Konstanta (100%)
Contoh Soal :
Satu sekolah dengan murid sebanyak 100 orang, kemarin 5 orang menderita
penyakit campak dan hari ini 5 orang lainnya menderita penyakit campak.
Berapakah Point Prevalen Rate nya?
c. Hubungan antara Insidensi dan Prevalensi
Angka Prevalensi dipengaruhi oleh tingginya insidensi dan lamanya
sakit/durasi penyakit. Lamanya sakit/durasi penyakit adalah periode mulai
didiagnosanya penyakit sampai berakhirnya penyakit tersebut yaitu : sembuh,
mati ataupun kronis. Hubungan ketiga hal tersebut dabat dinyatakan dengan
rumus: P = I x D
P = Prevalensi
I = Insidensi
D = Lamanya Sakit
11
Jumlah penderita lama & baru pada saat tertentuPoint PR = x K
Jumlah penduduk saat itu
10Point PR = x 100%
100= 10%
Contoh soal :
Pada suatu wilayah X ditemukan pola perjalanan penyakit Y untuk bulan
Januari sampai Juni seperti diatas. Berapakah angka insiden & prevalen penyakit
Y tersebut untuk periode Februari sampai dengan Mei ?
1.Insiden
kasus baru yang ditemukan pada periode Februari – Mei ialah :
A + D + E + F + G = 5
2. Prevalen
kasus lama dan baru untuk periode Februari – Mei ialah :
A + B + D + E + F + G + H= 7
Rumus hubungan insidensi dan prevalensi tersebut hanya berlaku jika
dipenuhi 2 syarat, yaitu :1,2
1. Nilai insidensi dalam waktu yang cukup lama bersifat konstan, tidak
menunjukkan perubahan yang mencolok.
2. Lama berlangsungnya suatu penyakit bersifat stabil : Tidak menunjukkan
perubahan yang terlalu mencolok.
12
d. Manfaat Insidensi dan Prevalensi
Angka insidensi dapat digunakan untuk mengukur angka kejadian penyakit.
Perubahan angka insidensi menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor
penyebab penyakit, yaitu fluktuasi alamiah dan program pencegahan.1
Bila fluktuasi alamiah dapat diabaikan maka penurunan insidensi
menunjukkan keberhasilan program pencegahan. Manfaat lain dari pengukuran
insidensi ialah :1
1. Ukuran insidensi banyak digunakan dalam penelitian epidemiologi untuk
mencari adanya asosiasi sebab-akibat
2. Ukuran insidensi dapat pula digunakan untuk mengadakan perbandingan
antara berbagai populasi dengan pemaparan yang berbeda
3. Ukuran insidensi dapat digunakan untuk mengukur besarnya resiko yang
ditimbulkan oleh determinan tertentu
Ukuran prevalensi suatu penyakit dapat digunakan untuk :1
1. Menggambarkan tingkat keberhasilan program pemberantasan penyakit
2. Penyusun perencanaan pelayanan kesehatan, misalnya penyediaan sarana
obat-obatan, tenaga dan ruangan
3. Menyatakan banyaknya kasus yang dapat didiagnosis
2.1.2 Untuk Mengukur Masalah Kematian ( Angka Kematian / Mortalitas )
Dewasa ini di seluruh dunia mulai muncul kepedulian terhadap ukuran
kesehatan masyarakat yang mencakup penggunaan bidang epidemiologi dalam
menelusuri penyakit dan mengkaji data populasi. Penelusuran terhadap berbagai
faktor yang mempengaruhi status kesehatan penduduk paling baik dilakukan
13
dengan menggunakan ukuran dan statistik yang distandardisasi, yang hasilnya
kemudian juga disajikan dalam tampilan yang distandardisasi.
Mortalitas merupakan istilah epidemiologi dan data statistik vital untuk kematian.
Dikalangan masyarakat kita, ada 3 hal umum yang menyebabkan kematian, yaitu :
a) Degenerasi organ vital & kondisi terkait.
b) Status penyakit.
c) Kematian akibat lingkungan atau masyarakat ( bunuh diri, kecelakaan,
pembunuhan, bencana alam, dsb.)
Macam – macam / jenis angka kematian (Mortality Rate/Mortality Ratio)
dalam Epidemiologi antara lain :1,3
a) Angka Kematian Kasar ( Crude Death Rate )
Adalah jumlah semua kematian yang ditemukan pada satu jangka waktu
(umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk pada pertengahan
waktu yang bersangkutan. Istilah crude digunakan karena setiap aspek kematian
tidak memperhitungkan usia, jenis kelamin, atau variabel lain.
Rumus :
Keterangan :
K= Konstanta (1000)
Contoh soal :
14
Jumlah seluruh kematianCDR = x K
Jumlah penduduk pertengahan
Dalam suatu wilayah diketahui bahwa jumlah penduduk pada pertengahan tahun
adalah 7.241.500 jiwa sedangkan jumlah kematiannya adalah 659.000. Hitunglah
angka kematian kasarnya! Jawab:
CDR = 659.000 x 1000 = 91 jiwa7.241.500
Jadi pada wilayah tersebut dalam setahun terdapat kematian sebesar 91/1000
orang.
b) Perinatal Mortality Rate (PMR) / Angka Kematian Perinatal (AKP)
PMR adalah jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan 28
minggu atau lebih ditambah dengan jumlah kematian bayi yang berumur kurang
dari 7 hari yang dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang
sama. ( WHO, 1981 ).
Manfaat PMR adalah untuk menggambarkan keadaan kesehatan masyarakat
terutama kesehatan ibu hamil dan bayi. Faktor yang mempengaruhi tinggi
rendahnya PMR adalah :
1). Banyaknya Bayi BBLR
2). Status gizi ibu dan bayi
3). Keadaan social ekonomi
4). Penyakit infeksi, terutama ISPA
5). Pertolongan persalinan
Rumus :
15
Keterangan :
K = Konstanta 1000
Contoh soal :
c) Neonatal Mortality Rate ( NMR ) = Angka Kematian Neonatal (AKN)
Adalah jumlah kematian bayi berumur kurang dari 28 hari yang dicatat
selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Manfaat NMR
adalah untuk mengetahui :
1). Tinggi rendahnya usaha perawatan postnatal.
2). Program imunisasi.
3). Pertolongan persalinan.
4). Penyakit infeksi, terutama saluran napas bagian atas.
Rumus :
Keterangan :
K = Konstanta 1000
Contoh soal :
16
Jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan 28 minggu atau lebih +
Jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 7 hari yang dicatat selama 1 tahun
PMR = x K
Jumlah Bayi lahir hidup pada tahun yg sama
Jumlah kematian bayi umur kurang dari 28 hariNMR = x K
Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama
d) Infant Mortality Rate (IMR) / Angka Kematian Bayi ( AKB)
Adalah jumlah seluruh kematian bayi berumur kurang dari 1 tahun yang
dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Manfaat IMR adalah sebagai indikator yg sensitive terhadap derajat kesehatan
masyarakat.
Rumus :
Keterangan :
K = Konstanta 1000
Contoh soal :
e) Under Five Mortality Rate ( Ufmr ) / Angka Kematian Balita
Adalah jumlah kematian balita yang dicatat selama 1 tahun per 1000
penduduk balita pada tahun yang sama. Manfaat UFMR adalah untuk mengukur
status kesehatan bayi.
Rumus :
Keterangan :
K = Konstanta 100
17
Jumlah Seluruh kematian bayi dalam 1 tahunIMR = x K
Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama
Jumlah kematian balita yang dicatat dalam 1 tahunUFMR = x K
Jumlah penduduk balita pada tahun yang sama
Contoh soal :
f) Angka Kematian Pasca-Neonatal (Postneonatal Mortality Rate)
Angka kematian pascaneonatal diperlukan untuk menelusuri kematian di
Negara belum berkembang , terutama pada wilayah tempat bayi meninggal pada
tahun pertama kehidupannya akibat malnutrisi, defisiensi nutrisi, dan penyakit
infeksi.
Postneonatal Mortality Rate adalah kematian yang terjadi pada bayi usia 28
hari sampai 1 tahun per 1000 kelahiran hidup dalam satu tahun.
Rumus :
Keterangan :
K = Konstanta 1000
Contoh soal :
g) Angka Kematian Janin / Angka Lahir Mati (Fetal Death Rate)
Istilah kematian janin penggunaannya sama dengan istilah lahir mati.
Kematian janin adalah kematian yang terjadi akibat keluar atau dikeluarkannya
janin dari rahim, terlepas dari durasi kehamilannya. Jika bayi tidak bernafas atau
tidak menunjukkan tanda – tanda kehidupan saat lahir, bayi dinyatakan
meninggal. Tanda –tanda kehidupan biasanya ditentukan dari Pernapasan, Detak
Jantung, Detak Tali Pusat atau Gerakan Otot Volunter. Angka Kematian Janin
18
Jumlah kematian bayi umur 28 hari sampai dgn 1 tahunPostneonatal MR = x K
Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama
adalah proporsi jumlah kematian janin yang dikaitkan dengan jumlah kelahiran
pada periode waktu tertentu, biasanya 1 tahun.
Rumus :
Keterangan :
K = Konstanta umumnya 1000
Contoh soal :
h) Maternal Mortality Rate ( Mmr ) / Angka Kematian
Adalah jumlah kematian ibu sebagai akibat dari komplikasi kehamilan,
persalinan dan masa nifas dalam 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun
yang sama. Tinggi rendahnya MMR berkaitan dengan :
1). Sosial ekonomi
2). Kesehatan ibu sebelum hamil, bersalin dan nifas
3). Pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil
4). Pertolongan persalinan dan perawatan masa nifas
Rumus :
19
Jumlah kematian janin dlm periode tertentu (1 thn)Angka kematian Janin = x K
Total kematian janin + Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama
Keterangan :
K = Konstanta umumnya 1000
Contoh soal :
i) Age Spesific Mortality Rate ( ASMR / ASDR )
Manfaat ASMR/ASDR adalah :
1). Untuk mengetahui dan menggambarkan derajat kesehatan masyarakat dengan
melihat kematian tertinggi pada golongan umur.
2). Untuk membandingkan taraf kesehatan masyarakat di berbagai wilayah.
3). Untuk menghitung rata – rata harapan hidup.
Rumus :
Keterangan :
K = Konstanta umumnya 1000
dx = jumlah kematian yang dicatat dalam 1 tahun pada penduduk golongan umur
tertentu (x)
px= jumlah penduduk pertengahan tahun pada golongan umur tersebut (x)
Contoh soal :
j) Cause Spesific Mortality Rate ( CSMR )
20
Jumlah kematian ibu hamil, persalinan, nifas dalam 1 tahun MMR = x K
Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama
ASMR = dx x K px
Yaitu jumlah seluruh kematian karena satu sebab penyakit dalam satu
jangka waktu tertentu ( 1 tahun ) dibagi dengan jumlah penduduk yang mungkin
terkena penyakit tersebut.
Rumus :
Keterangan :
K = Konstanta umunnya 1000
Contoh soal :
k) Case Fatality Rate ( CFR )
Adalah perbandingan antara jumlah seluruh kematian karena satu penyebab
penyakit tertentu dalam 1 tahun dengan jumlah penderita penyakit tersebut pada
tahun yang sama. Digunakan untuk mengetahui penyakit –penyakit dengan
tingkat kematian yang tinggi.
Rumus :
Keterangan :
K = Konstanta 1000
Contoh soal :
21
Jumlah seluruh kematian karena penyakit tertentu.CSMR = x K Jumlah seluruh penderita yg mungkin terkena penyakit tertentu
Jumlah seluruh kematian karena penyakit tertentuCFR = x K
Jumlah seluruh penderita penyakit pd tahun yang sama
2.2. Ukuran Asosiasi
Merefleksiakan kekuatan atau besar asosiasi antara suatu eksposur/faktor
resiko dan kejadian suatu penyakit. Dimana untuk mengukur asosiasi dapat dilihat
dari ukuran rasio, yaitu : Risk Ratio, Odds Ratio, Insidence Density Ratio,
Prevalence Ratio 2,3
2.2.1 Risk Ratio (Rasio Resiko)
Risk Ratio adalah rasio dari dua resiko yang terpisah. Risk ration juga
disebut sebagai rasio insidensi kumulatif (cumulative incidence ratio) dan
berkaitan erat dengan rate ratio.2
Risk ratio = Probabilitas pajanan suatu penyakitProbabilitas suatu penyakit tanpa pajanan
2.2.2 Odds Ratio
Odds ratio adalah ratio dari kemungkinan terkena penyakit di antara
individu yang terpapar dibagi dengan kemungkinan terkena penyakit di antara
individu yang tidak terpapar.2
Odds ratio = Odds pemajan untuk kasusOdds pemajan untuk kontrol
22
Odds ratio =
acbd
=a x db xc
2.2.3 Insidence Density Ratio
Bila data didasarkan pada kasus-kasus insidens 2
RDI = Densitas insidens pada kelompok terpajanDensitas insidens pada kelompok tidak terpajan
2.2.4 Prevalence Ratio
Bila data didasarkan pada kasus-kasus prevalens 2
RP = Prevalens pada kelompok terpajanPrevalens pada kelompok tidak terpajan
2.3 Ukuran Efek/Dampak
Merefleksikan dampak suatu faktor pada frekuensi atau resiko dari suatu
masalah. Dimana untuk mengukur efek/dampak dapat dilihat dari : Attributable
Risk, Population Attributable Risk, Prevalence Fraction.2
2.3.1 Attributable Risk
Attributable Risk adalah angka penyakit pada orang yang terpajan yang
dapat secara langsung dihubungkan dengan pajanan dari penyakit tersebut.
AR% = Insidens(terpajan) − Insidens(tidak terpajan)Insidens(terpajan)
x100 %
2.3.2 Population Attributable Risk
Proporsi (atau fraksi) rate penyakit pada seluruh populasi yang mewakili
rate penyakit dalam kelompok terpajan.
PAR = Insidens(populasi) - Insidens(tidak terpajan)
23
2.3.3 Prevalence Fraction
Prevalence fraction adalah fraksi yang dicegah dalam populasi. Proporsi
jumlah beban penyakit dalam populasi yang telah dicegah oleh faktor eksposur
PF = Insidens(tidak terpajan) − Insidens(populasi)Insidens(tidak terpajan)
2.4 Sumber Kesalahan dalam Pengukuran
Dalam mengukur frekuensi masalah kesehatan dapat terjadi kesalahan –
kesalahan yang berasal dari 2 sumber yaitu :3
1) Kesalahan akibat penggunaan data yang tidak sesuai :
Menggunakan sumber data yang tidak representative :
Hanya data dari pelayanan kesehatan saja, padahal diketahui bahwa cakupan
pelayanan kesehatan sangat terbatas dan tidak semua masyarakat datang
berobat ke fasilitas pelayanan tersebut.
Memanfaatkan data dari hasil survey khusus yang pengambilan
respondennya tidak secara acak. ( tidak memenuhi syarat Randomisasi )
Memanfaatkan data dari hasil survey khusus yang sebagian respondenya
tidak memberikan jawaban ( drop out )
2) Kesalahan karena adanya faktor BIAS :
BIAS adalah adanya perbedaan antara hasil pengukuran dengan nilai
sebenarnya. Sumber BIAS :
a) Dari Pengumpul Data :
-Menggunakan alat ukur yang berbeda – beda / tidak standar
-Menggunakan teknik pengukuran yang berbeda
24
b) Dari Masyarakat :
-Adanya perbedaan persepsi masyarakat terhadap penyakit yang ditanyakan
-Adanya perbedaan respon terhadap alat / test yang dipergunakan.
BAB III
KESIMPULAN
Secara umum ukuran dalam epidemiologi terbagi menjadi 3, yaitu : ukuran
frekuensi penyakit, ukuran asosiasi dan ukuran efek/dampak. Ukuran frekuensi
penyakit untuk merefleksikan besar kejadian penyakit (morbiditas) atau kematian
karena penyakit (mortalitas) dalam suatu populasi, dimana untuk mengukur
frekuensi penyakit dapat diukur menggunakan angka insidensi dan angka
prevalensi. Ukuran asosiasi untuk merefleksiakan kekuatan atau besar asosiasi
antara suatu eksposur/faktor resiko dan kejadian suatu penyakit, untuk mengukur
asosiasi digunakan risk ratio dan odds ratio. Ukuran efek/dampak merefleksikan
dampak suatu faktor pada frekuensi atau resiko dari suatu masalah untuk
mengukur efek/dampak digunakan attributable risk, attributable risk population
dan prevalence fraction.
25