Refrat Ibs

3
Programa de la asignatura de Investigación de Mercados. Coordinador Rubén Huertas 1. Función y proceso de la investigación de mercados. (R. Huertas) 1.1. La investigación de mercados frente al análisis de datos 1.2. Etapas de la investigación de mercados 1.3. Tipos de investigación: exploratoria, descriptiva y casual. 1.4. Métodos de recogida de datos, fundamentos de medición, muestreo y recopilación de datos. 2. Toma de decisiones en Marketing (J.Gil Lafuente) 2.1. Búsqueda de nuevos modelos matemáticos. 2.2. Trabajar en certeza e incertidumbre. 3. Diseños de investigación causales. (R. Huertas) 3.1. Evidencia de causalidad. 3.2. La experimentación como investigación causal. 3.3. La experimentación con modelos de elección discreta. 4. Definición de Marketing Experimental (R. Huertas) 4.1. Tipos de variables que se pueden utilizar 4.2. Técnicas empleadas para la experimentación 4.3. Tipos de diseño de experimentos: factoriales completos, fraccionados y en bloque 5. Análisis de datos de los modelos de elección discreta.(J. C. Gázquez) 5.1. Modelos logit básicos: MNL y MCI 5.2. Modelos logit anidados. 5.3. Criterios para analizar la bondad del ajuste en los modelos logit 5.4. Propiedad de Independencia de las Alternativas Irrelevantes 6. La heterogeneidad en los modelos de elección. (J. C. Gázquez) 6.1. Concepto y clasificación de heterogeneidad 6.2. Métodos orientados al análisis de la heterogeneidad observada 6.3. Métodos orientados al análisis de la heterogeneidad no observada 1

description

deskripsi bedah

Transcript of Refrat Ibs

Page 1: Refrat Ibs

IRRITABLE BOWEL SYNDROME (IBS)

LATAR BELAKANG

Irritable Bowel Syndrome (IBS) adalah gangguan fungsional gastrointestinal yang

dikarakteristik oleh nyeri abdominal dan perubahan pola kerja usus tanpa adanya

kelainan organik yang spesifik dan unik. Osler mengelompokkan batas kolitis mukosa

pada tahun 1892 ketika beliau menulis tentang gangguan mukorea dan kolik abdomen

dengan tingginya insiden pada pasien dengan psikopatologi (kelainan psikis). Sejak saat

itu, sindrom ini telah dihubungkan dengan istilah-istilah diantaranya spastik, iritasi dan

ketegangan kolon.

Secara tradisional, IBS merupakan diagnosa dari eklusi.Tidak terdapat motilitas

atau struktur tertentu yang terkait yang telah ditunjukkan secara konsisten, maka IBS

meninggalkan bekas tanda penyakit secara klinis. Manning dan perkumpulannya

menetapkan 6 kriteria untuk membedakan IBS dari Penyakit Organik Usus. Walaupun

riwayat penyakit merupakan hal yang penting, kriteria ini tidak sensitif (58%), tidak

spesifik (74%) dan kurang dapat dipercaya.

Kriteria Manning untuk membedakan IBS dari kelainan organik adalah seperti

dibawah ini:

Onset nyeri yang berhubungan dengan pergerakan usus yang lebih sering.

Onset nyeri yang berhubungan dengan berkurangnya pergerakan usus.

Nyeri yang mereda dengan defekasi

Tampak pembengkakan abdomen

Sensasi subjektif adanya pengosongan yang tidak tuntas > 25%...

Mukorea >25%..

Baru-baru ini, konsensus panel menciptakan dan kemudian memperbaharui

kriteria Roma untuk menyediakan standarisasi diagnosis bagi penelitian dan praktek

klinis.

Page 2: Refrat Ibs

Kriteria Roma III (2006) untuk menegakkan diagnosa IBS diperlukan diantaranya

pasien harus menderita nyeri perut atau rasa tidak nyaman pada perut yang berulang

setidaknya tiga hari dalam sebulan selama 3 bulan sebelumnya yang digabungkan dengan

2 atau lebih dari yang seperti di bawah ini:

Mereda dengan defekasi

Onset berhubungan dengan perubahan frekuensi buang air besar

Onset berhubungan dengan perubahan bentuk atau tampilan kotoran (feses).

Gejala yang mendukung antara lain:

Perubahan frekuensi buang air besar

Perubahan bentuk kotoran (BAB)

Perubahan alur kotoran (tidak dapat ditahan dan atau mendesak)

Mukorea

Pembengkakan abdomen atau keluhan subjektif pembengkakan perut.

Empat pola usus mungkin dapat ditemukan pada IBS. Pola ini antara lain IBS-D

(predominan diare), IBS-C (predominan konstipasi), IBS-M ( campuran diare dan

konstipasi), dan IBS-A (bergantian antara diare dan konstipasi). Kegunaan subtipe-

subtipe ini masih terbantahkan. Tercatat, dalam 1 tahun, 75% pasien mangalami

perubahan subtipe, dan 29% bergantian antara IBS predominan konstipasi dan IBS

predominan diare.

Page 3: Refrat Ibs

DEFINISIIrritable Bowel Syndrome (IBS) adalah salah satu penyakit gastrointestinal

fungsional. Pengertian IBS sendiri adalah adanya nyeri perut, distensi dan gangguan pola

defikasi tanpa gangguan organik.

EPIDEMIOLOGIKejadian dari IBS mencapai 15 % dari penduduk Amerika, hal ini didasarkan

pada gejala yang sesuai dengan kriteria IBS. Kejadian IBS lebih banyak terjadi pada

perempuan dan mencapai 3 kali lebih besar dari laki-laki. Kepustakaan lain menyebutkan

bahwa angka prevalensi IBS bisa mencapai 3,6-21,8 % dari jumlah penduduk dengan

rata-rata 11 %.

ETIOLOGISampai saat ini tidak ada teori yang menyebutkan bahwa IBS disebabkan oleh

satu faktor saja. Penelitian-penelitian terakhir mengarah untuk membuat suatu model

terintegrasi sebagai penyebab dari IBS. Banyak faktor yang dapat menyebabkan

terjadinya IBS antara lain gangguan motilitas, intoleransi makanan, abnormalitas

sensoris, abnormalitas dari interaksi aksis brain-gut, hipersensitivitas viseral dan paska

infeksi usus. (1)

Awalnya, IBS diduga sebagai penyakit psikosomatik dan melibatkan factor

biologi dan pathogen yang tidak terbukti sampai tahun 1990an, suatu proses yang umum

terjadi dalam riwayat penyakit infeksi akut.(3)

Penyakit Psikosomatik

Faktor psikososial mempunyai peranan penting pada IBS. Hanya 15-50% orang

dewasa dengan gejala IBS memerlukan perhatian medis. Dibandingkan dengan pasien

disertai gejala IBS namun tidak memerlukan perhatian medis, pasien dengan gejala IBS

yang memerlukan perhatian medis memiliki frekuensi meningkat dalam diagnosis

Page 4: Refrat Ibs

psikiatri termasuk kelainan kepribadian, kecemasan, depresi, histeria dan somatisasi.

Pasien dengan gejala IBS yang tidak memerlukan perhatian medis tidak berbeda secara

psikologi dengan orang yang sehat. Untuk itu, meskipun faktor psikososial tidak

menimbulkan gejala IBS, namun dapat mempengaruhi respon pasien terhadap gejala.

Ketika penderita melaporkan distres gastrointestinal yang lebih berat, hal ini tidak

jelas apakah mereka sebenarnya menderita gejala yang lebih berat karena gangguan

kejiwaan mempengaruhi sensasi nyeri atau apakah mereka pernah menderita gejala

serupa namun dikeluhkan lebih berat. Disfungsi psikososial pada pasien IBS mungkin

bervariasi. Satu hipotesis mengatakan bahwa pasien IBS yang memerlukan perhatian

medis memiliki penyakit yang sudah terbiasa diderita sejak kecil. Pada beberapa kasus,

mungkin terdapat riwayat kekerasan fisik dan seksual saat kanak-kanak.(2)

Reaksi ImunPada akhir tahun 1990an, dimulai penelitian untuk mengidentifikasi perubahan

biokimia spesifik yang terdapat pada biopsi jaringan dan contoh serum dari pasien IBS

yang diduga gejala disebabkan oleh organik dibandingkan psikosomatik. Pada penelitian

ini teridentifikasi sitokin dan produk sekretorik dalam jaringan yang diambil dari pasien

IBS. Sitokin ini menimbulkan reaksi inflamasi dan berkaitan dengan respon imun tubuh.

Pada beberapa referensi terdapat pernyataan bahwa ;

Suatu penelitian menunjukkan bahwa biopsi usus dari pasien dengan IBS yang

predominan konstipasi mensekresi serotonin in-vitro yang lebih tinggi. Serotonin

berperan dalam mengatur motilitas dan cairan gastrointestinal, dan dapat terganggu

oleh beberapa penyakit dan infeksi.

Suatu penelitian terhadap hasil biopsi jaringan rektum dari pasien IBS menunjukkan

peningkatan struktur selular melibatkan produksi Sitokin Interleukin 1 Beta.

Suatu penelitian contoh darah dari pasien IBS teridentifikasi kenaikan kadar sitokin,

Tumor Necrosis Factor-alpha, Interleukin-1 dan Interleukin-6.

Suatu penelitian terhadap biopsi usus dari pasien IBS menunjukkan peningkatan

enzim protease yang digunakan tubuh untuk mencerna protein dan dengan agen

infeksius untuk melawan sistem imun host.

Page 5: Refrat Ibs

Suatu penelitian terhadap contoh darah dari pasien IBS ditemukan peningkatan

antibodi terhadap protozoa Blastocystis.(2)

Infeksi Aktif

Ada penelitian untuk membuktikan IBS yang disebabkan oleh infeksi aktif yang

belum pernah ditemukan. Baru-baru ini, suatu penelitian telah menemukan bahwa

antibiotik Rifaximin dapat menyembuhkan pasien IBS. Sementara beberapa peneliti

melihat ini sebagai bukti bahwa IBS berkaitan dengan agen yang tidak ditemui, yang lain

percaya bahwa terjadi pertumbuhan yang berlebihan dari flora usus dan antibiotik efektif

dalam menguranginya. Peneliti yang lain terfokus pada infeksi protozoa yang tidak

dikenali sebagai penyebab IBS.

Blastocystis merupakan organisme bersel tunggal yang pernah dilaporkan

menyebabkan gejala nyeri abdomen, konstipasi dan diare pada pasien bersamaan dengan

nyeri kepala dan depresi.Peneliti telah mencatat bahwa diagnostik klinik gagal untuk

mengidentifikasi infeksi dan Blastocystis mungkin tidak bereaksi terhadap obat-obat

antiprotozoa yang umum.((2)

PATOGENESISKelainan fundamental mungkin berkaitan dengan gangguan fungsi sensori dan

motor traktus gastrointestinal. Kelainan fungsional dari traktus gastrointestinal yang lain

seperti nyeri dada non-kardiak, dispepsia non-ulkus dan diskinesia billier. Kemiripan

antara kelainan dan IBS ini membuktikan bahwa mereka berbagi dalam mekanisme

patofisiologi. Gangguan kolon fungsional sering dihubungkan dengan stres. Meskipun

telah dilakukan penelitian yang luas,namun tidak ada bukti bahwa stres emosional

sebagai penyebab IBS, tapi pada beberapa pasien stres dapat memacu kambuhnya IBS.(2)

IBS sering diduga disebabkan oleh gangguan motilitas kolon karena karakteristik

gejala sama dengan disfungsi kolon dan nyeri abdomen yang sering berlokasi didaerah

kolon. Penemuan yang paling banyak pada pasien IBS adalah gangguan sensasi viseral.

Distensi Baloon pada rektum, kolon sigmoid atau usus kecil menyebabkan nyeri

abdomen pada pasien IBS. Sedikit dimengerti, bagaimanapun, baik tentang mekanisme

gangguan dalam sensasi nyeri ini atau kelainan fundamental yang terdapat pada reseptor

Page 6: Refrat Ibs

sensori dan neuron dalam dinding kolon atau pada sistem saraf pusat dimana sensasi

nyeri diproses dan mencapai kewaspadaan.(2)

Menifestai Klinik

Riwayat meticulus merupakan kunci diagnosis. Gejala yang sesuai dengan IBS

adalah sebgai berikut:

 Perubahan bowel habit  

Konstipasi: keluhan BAB keras, kecil-kecil, nyeri atau defekasi yang tidak teratur

dan dengan pemberian laxan gejala tidak berkurang

Diare: biasanya ditandai denagn volume yang sedikit dan defekasi yang sering

dan tidak dapat ditahan.

BAB setelah makan

Perubahan kebiasaan sering terjadi. Gela yang dominan berbeda-beda dari setiap

pasien

 Abdominal pain

Nyeri dirasakan diffuse tanpa penjalaran. Lokasinya biasanya pada abdomen

bagian bawah terutama kuadran kiri bawah

Episode akut dan nyeri tajam diantara nyeri tumpul

Makna akan mencetuskan nyeri dan defekasi akan mengurangi nyeri

Nyeri diduga berasal dari timbunan gas pada daerah flexus spenicus . jika hal ini

terjadi maka harus dibedakan denagn nyeri dda anterior atau nyeri perut kanan

atas.

Page 7: Refrat Ibs

o Abdominal distension

o Pasien sering kali mengeluh kembung dan penuh.

o Pasien dengan IBS akan tampak peningkatan lingkar abdomen sepanjang hari,

dan dapat diperkiran

o Mucorrhea yang jernih atau berwarna putih jika etiologinya noninflamasi

o Gejala noncolon dan ekstraintestinal

o Secara epidemiologi berhubungan dengan dispepsia, heart burn, mual, muntah

dan disfungsi seksual (termasuk dispareunia dan penurunan libido), dan

peninhkatan frekuensi BAK dan urgency.

o Gejala memburuk pada saat menstruasi

o Fibromyalgia

o Gejala yang tidak tetap harus diwaspadai karena kemungkinan terdapat kelainan

organik. Gejala yang tidak berhubungan berkaitan denagn IBS adalah sebagai

berikut:

o Onset terjadi pada usia pertengahan atau lebih tua

o Gejala yang akut: IBS merupakan sindroma yang bersifat kronik

o Gejalanya progressif

o Nocturnal symptom

o Anorexia atau penurunan berat badan

o Demam

o Perdarahan perrectal

Page 8: Refrat Ibs

o Diare degan nyeri perut

o Steatorrhea

o Lactose intolerance

o Gluten intolerance

o Gejala yang berhubungan dengan sterss psikologik:

o Gejala ini akan tampak denag pertanyaan yang terliti

o Tekankan untuk menghindari faktor pencetus stress

Kriteria diagnosisDiagnosis IBS sendiri didasarkan pada consensus atau kesepakatan yang

tervalidasi dan tidak ada pemeriksaan penunjang khusus untuk menentukan diagnosis dari

IBS tersebut. Saat ini kriteria diagnosis yang digunakan adalah kriteria Rome III, kriteria

ini didasarkan pada adanya keluhan berupa rasa tidak nyaman atau nyeri yang

berlangsung sedikitnya 3 hari dalam sebulan selama 3 bulan terakhir, dan terdapat

sedikitnya 2 dari 3 hal berikut ini yaitu nyeri hilang dengan defekasi, perubahan

frekwensi defekasi, perubahan dari bentuk feses. (Tabel 1)

The Official 'Rome III' Diagnostic Criteria for IBS1

Recurrent abdominal pain or discomfort** at least 3 days per month in the last 3

months associated with 2 or more of the following:

1. It is relieved with defecation, and/or

2. Onset is associated with a change in frequency of stool, and/or

3. Onset is associated with a change in form (appearance) of stool.

*Discomfort means an uncomfortable sensation not described as pain.

Page 9: Refrat Ibs

Other symptoms that are not essential but support the diagnosis of IBS:

Abnormal stool frequency (greater than 3 bowel movements/day or less than 3

bowel movements/week)

Abnormal stool form (lumpy/hard or loose/watery stool)

Abnormal stool passage (straining, urgency, or feeling of incomplete

evacuation)

Passage of mucus

Bloating or feeling of abdominal distension

Nyeri atau rasa tidak nyaman pada abdomen yang dirasakan oleh pasien dengan

IBS biasanya selalu membawa pasien tersebut untuk mencari pertolongan dan tentunya

hal ini akan mengurangi kulitas hidup pasien tersebut, dan cenderung menjadi kurang

produktif. Diare juga gejala utama IBS yang selalu membawa pasien untuk datang ke

dokter, keluhan diare itu tentunya tidak menyenangkan. Keluhan konstipasi yang juga

menjadi keluhan utama pasien IBS tipe konstipasi biasanya disertai disertai kembung

serta rasa tidak nyaman di ulu hati.

Setelah melakukan anamnesis yang lengkap dan mencocokan dengan kriteria

yang ada, dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan

meliputi darah perifer lengkap. Biokimia darah serta pemeriksaan fungsi hati dan

pemeriksaan hormon tiroid pada pasien dengan gejala diare kronis yang menonjol.

Diagnosis IBS ditegakan jika keluhan sesuai Kriteria Rome III dan jika tidak ditemukan

kelainan organik lain. Sebagian besar kasus yang telah memenuhi Kriteria Rome III tanpa

gejala alarm seperti yang disebutkan diatas biasanya tidak ditemukan kelainan struktural.

Pada pasien IBS dengan dominasi keluhan diare, pemeriksaan kolonoskopi diikuti biopsy

mukosa kolon perlu dilakukan untuk menyingkirkan adanya colitis mikroskopik.

Selain criteria Rome III, secara praktis sering juga digunakan kriteria manning

yang lebih sederhana dan menitik beratkan pada keadaan onset nyeri antara lain adanya

buang air besar yang cair dan peningkatan frekuensi buang air besar saat timbulnya nyeri.

(Tabel 2). Dari masing-masing gejala yang terdapat pada Kriteria manning sebenarnya

mempunyai interpretasi masing-masing. Adanya feses cair serta frekuensi defekasi yang

meningkat pada saat nyeri menginterpretasikan bahwa terjadi perubahan fungsi intestinal.

Sedang adanya nyeri yang berkurang setelah defekasi menunjukan bahwa nyeri berasal

Page 10: Refrat Ibs

dari gastrointestinal bawah. Adanya kembung menunjukan bahwa kondisi sakit ini

agaknya bukan kelainan organik. Adanya rasa tidak lampias mengiterpretasikan bahwa

rectum irritable. Sedang adanya lendir pada saat defekasi menunjukan bahwa rektum

teriritasi.

Tabel 2. Kriteria manning2

Gejala yang sering didapat pada penderita IBS yaitu :

Feses cair pada saat nyeri

Frekuensi buang air besar yang bertambah pada saat nyeri

Nyeri berkurang setelah buang air besar

Tampak abdomen distensi

Dua gejala tambahan yang sering muncul pada pasien IBS :

Lendir pada saat buang air besar

Perasaan tidak lampias saat buang air besar

Pada beberapa keadaan IBS dibagi dalam beberapa subgrup sesuai dengan

keluhan dominan yang ada pada seseorang, pada subgrup IBS yang sering digunakan

membagi IBS menjadi 4 yaitu IBS predominant nyeri, IBS predominant diare, IBS

predominant konstipasi dan IBS alternating pattern ( table 3)

Table 3. subgroup IBS3

IBS predominant nyeri

Nyeri di fosa iliaka, tidak dapat dengan tegas menunjukan lokasi sakitnya

Nyeri dirasakan lebih dari 6 bulan

Nyeri hilang setelah defekasi

Nyeri meningkat jika stress dan selama menstruasi

Nyeri dirasakan persisten, jika kambuh terasa lebih sakit

IBS predominant diare

Diare pada pagi hari sering dengan urgensi

Biasanya disertai rasa sakit dan hilang setelah defekasi

IBS predominant konstipasi

Page 11: Refrat Ibs

Terutama wanita

Defekasi tidak lampias

Biasanya feses disertai lendir tanpa darah

IBS alternating pattern

Pola defekasi yang berubah-ubah; diare dan konstipasi

Sering feses keras dipagi hari diikuti dengan beberapa kali defekasi dan feses

menjadi cair pada sore hari.

Diffrential diagnosa

o Infammatory bowel diseaseo Lactose intolerance

Pemeriksaan Fisik

Pasien tampak sehat

Pasien kemungkinan tampak tegang dan cemas

Pasien mungkin datang dengan nyeri daerah sigmoid atao cord sigmoid

dapat teraba

PenatalaksanaanPenatalaksanaan pasien dengan IBS meliputi modifikasi diet, intervensi psikologi

dan farmakoterapi. Ketiga bentuk pengobatan ini harus berjalan bersamaan.

a. Diet

Modifikasi diet terutama untuk peningkatan konsumsi serat ditujukan pada IBS

dengan konstipasi. Di sisi lain pada pasien dengan IBS tipe diare konsumsi serat

dikurangi. Pada IBS tipe konstipasi peningkatan konsumsi serat juga disertai konsumsi

air yang meningkat dan aktivitas olah raga rutin.

Page 12: Refrat Ibs

Beberapa makanan dan minuman yang sering mencetuskan IBS antara lain

gandum, susu, kafein, bawang, coklat dan beberapa sayuran. Biasanya jika keluhan

menghilang setelah menghindari makanan dan minuman yang dicurigai sebagai pencetus

bisa dicoba untuk dikonsumsi lagi setelah 3 bulan dengan jumlah diberikan secara

bertahap.

b. Psikoterapi

Pasien dengan IBS biasanya mempunyai rasa cemas yang tinggi atas penyakitnya.

Karena biasanya rasa sakit di perut, BAB cair atau susah BAB itu datangnya tiba-tiba.

Penjelasan atas penyakit IBS dan meyakinkan bahwa IBS yang dialami pasien adalah

penyakit yang dapat diobati dan tidak membahayakan kehidupan merupakan kunci utama

keberhasilan pengobatan pasien.

Pasien-pasien dengan IBS harus selalu diingatkan untuk dapat mengendalikan

stresnya. Pasien diminta untuk tidak bekerja secara berlebihan dan mengenyampingkan

waktu istirahatnya, menyediakan waktu yang cukup untuk dapat melakukan BAB secara

teratur diluar waktu sibuk bekerja dan juga yang terpenting selama makan disediakan

waktu yang cukup agar makan tidak dalam ketegangan dan tidak terburu-buru. Olah raga

teratur merupakan kunci penting yang harus diperhatikan agar pasien dengan IBS dapat

menyesuaikan diri dengan keluhan-keluhan yang ada.

c. Obat-obatan

Obat yang diberikan terutama untuk menghilangkan gejala yang timbul antara lain

untuk mengatasi nyeri abdomen, mengatasi konstipasi, mengatasi diare dan obat ansietas.

Obat-obat ini biasanya diberikan secara kombinasi.

Untuk mengatasi nyeri abdomen sering digunakan antispasmodik yang

mempunyai efek antikolinergik dan lebih bermanfaat pada nyeri perut setelah makan,

tetapi umumnya kurang bermanfaat pada nyerimkronik disertai gejala konstipasi. Obat-

obatan yang sering dan sudah beredar di Indonesia antara lain mebeverine 3x135 mg,

hiosin N-butilbromida 3x10 mg, Chlordiazepoksid 5 mg/klidinium 2,5 mg 3x1 tab,

Page 13: Refrat Ibs

alverine 3x30 mg dan antispasmodik terbaru dan juga sudah digunakan di Indonesia

otolium bromida.

Untuk IBS konstipasi, laksatif osmotik seperti laktulosa, magnesiun hidroksida

terutama pada kasus-kasus dimana konsumsi tinggi serat tidak membantu mengatasi

konstipasi. Obat-obatan laksatif stimulan biasanya tidak digunakan karena akan

memperburuk rasa nyeri abdomen pasien. Tegaserod suatu 5-HT4 reseptor agonis, obat

IBS tipe konstipasi yang relatif baru, bekerja untuk meningkatkan akselerasi usus halus

dan meningkatkan sekresi cairan usus. Biasanya diberikan dengan dosis 2x6 mg selama

10-12 minggu.

Untuk IBS tipe diare beberapa obat juga dapat digunakan antara lain loperamid

dengan dosis 2-16 mg per hari.

Prognosis  

Sebagian besar penderita yang aktif, menunjukkan respons yang baik dengan

pemberian obat.

Pada penderita yang harus tirah baring lama, konstipasi akan menjadi masalah,

juga yang ?debilated? (cacat). 

Secara medik salama 6 bulan, dengan keadaan umum yang baik. Kolektomi.

biasanya hanya dicadangkan pada penderita dengan ? slow transit constipation ?

yang gagal diobati.

Daftar Pustaka

http://u Sudoyo W.Aru,Setiyohadi B., Alwi Irus, Simadibrata K.M., Setiati Siti,(2006).”Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam “, jilid 1, edisi IV. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta . Irritabel Bowel Syndrome, hal. 383-4.

Fauci, Braunwald, Isselbacher, Wilson, Martin, Kasper, Hauser, Longo (1998). “ Harrison’s Principles of Internal Medicine “,14th edition,The McGraw-Hill Companies,USA. Irritabel Bowel Syndrome, page 1646-7.

http://en.wikipedia.org/wiki/irritable_bowel_syndrome mmusalma.wordpress.com/2007/01/24/irritable-bowel-syndrome/

Page 14: Refrat Ibs

prognosis 1. http://www.emedicine.com/med/topic1190.htm#section~Clinical

2. http://en.wikipedia.org/wiki/Irritable_bowel_syndrome#Diagnosis 3. Buku Ilmu Penyakit Dalam