Refrat

22
REFERAT Oleh : Priambodo Ilham A (J500080088) KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 Cardio-renal syndrome Pembimbing: dr. Y.M. Agung Prihatiyanto Sp.PD

description

referat

Transcript of Refrat

REFERAT

Oleh : Priambodo Ilham A (J500080088)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

Cardio-renal syndrome

Pembimbing:dr. Y.M. Agung Prihatiyanto Sp.PD

Sejak tahun 1998, National Kidney

Foundation (NKF) di Amerika melaporkan

tingginya angka kejadian Penyakit

Kardio Vaskuler (CVD) yang terjadi pada

pasien Penyakit Ginjal Kronis (PGK).

Fried dkk (2003) melakukan penelitian

prospektif pada populasi, melaporkan

bahwa kematian akibat PKV pada

populasi dengan kadar kreatinin serum < 1.10 mg/dl adalah 11.3/1000/tahun

Meningkat menjadi 34.5/1000/tahun pada populasi dengan kadar kreatinin serum 1.5 -

1.69 mg/dl

Meningkat lagi menjadi

57.2/1000/tahun pada populasi dengan kadar

kreatinin serum > 1.70 mg/dl. Sehingga Fried dkk menentukan kadar kreatinin serum

<1.5 mg/dl sebagai batas normal

Menurut NHLBI : CRS adalah

penurunan fungsi ginjal yang

disebabkan oleh penurunan fungsi

jantung.

Menurut Scrier : CRS adalah

penurunan fungsi ginjal yang terjadi

pada gagal jantung

Menurut Scrier : penurunan fungsi

jantung akibat gagal ginjal

disebut sebagai "renocardiac syndrome"

Ronco dkk : suatu kondisi baik akut ataupun kronik dimana jantung ataupun ginjal

gagal mengkompensasi

gangguan fungsinya dan

berdampak pada gangguan fungsi organ lainnya

akibat sekunder dari penyakit sistemik yang mengganggu

keduanya sehingga terjadi siklus lingkaran berbahaya yang menyebabkan

kegagalan sistem sirkulasi

CRS diklasifikasikan ke dalam lima kategori, menurut etiologinya dan sifat alami dari keterkaitan jantung dan

ginjal

Acute Cardio-renal

Chronic Cardio-renal

Acute Reno-cardiac

Chronic Reno-cardiac

Secondary Cardiorenal

Penurunan fungsi jantung akut (acute cardiogenic shock atau ADHF-

acute coronary syndrome/ACS) yang menyebabkan acute kidney injury

(AKI)

Acute Cardio-renal

Penurunan fungsi jantung kronis (gagal jantung kongestif) yang

menyebabkan penyakit ginjal kronis(PGK)

Chronic Cardio-renal

Penurunan fungsi ginjal akut (iskemik atau glomerulonefritis)

menyebabkan gangguan jantung akut (aritmia,iskemia,infark)

Acute Reno-cardiac

Penurunan fungsi ginjal kronis (iskemik atau glomerulonefritis kronik)

menyebabkan gangguan jantung kronis (LVH/left ventricular

hypertrophy, gagal jantung)

Chronic Reno-cardiac

Kondisi sitemik (diabetes mellitus, sepsis) menyebabkan gangguan

kedua organ yang disebabkan penyakit sistemik kronik atau akut

Secondary Cardiorenal

Hipertensi

Diabetes melitus

Atherosklerosis

Sistim scoring prediksi terjadinya perburukan fungsi ginjal pada ADHF (Forman dkk, J Am Coll Cardiol 2004 :43: 61-67)

35 % dari penderita ADHF yang memiliki score ≥ 3 di prediksi akan mengalami perburukan fungsi ginjal selama

perawatan. Artinya bahwa bila seorang pasien ADHF mempunyai riwayat gagal jantung dan diabetes melitus dan

tekanan sistolik > 160 mmHg (score=3) dapat diprediksi bahwa 35 % diantaranya akan mengalami perburukan

fungsi ginjal , berapapun kadar kreatinin serum saat masuk.

Kenaikan kadar kreatinin serum > 0,3 mg/dl atau> 25 % dari kadar asalnya

Defenisi dan klasifikasi sindroma kardio renal (CRS menurut Liang dkk) tahun 2008

Cardiorenal Failure (ADHF)

Ringan : Gagal jantung + eGFR 30-59 cc/menit/ 1.73 m2

Sedang : Gagal jantung + eGFR 15-29 cc/menit/ 1.73 m2

Berat : Gagal jantung + eGFR <15 cc/menit/ 1.73 m2

Perburukan fungsi ginjal saat pengobatan untuk

ADHF

Resistensi Diuretik

Resistensi terhadap terapi diuretik, walaupun telah diberikan :

>80 mg furosemid / 6 jam

> 240 mg furosemid / hari

Infus furosemid secara kontinu

Kombinasi terapi diuretik(loop diuretic + tiazide + aldosterone antagonist)

Interaksi antara jantung dan ginjal: Dalam CRS, ada dua aspek

penting: yang pertama adalah urutan keterlibatan organ dan

yang kedua adalah sinyal. Aspek penting adalah kerangka waktu di

mana gangguannya akut atau kronis

Menetapkan tingkat keparahan penyakit, dan berpotensi

memprediksi hasil. Flowchart ini menjelaskan serangkaian kondisi yang menunjukkan bahwa pasien bisa bergerak dari satu jenis CRS

ke CRS jenis yang lain.

Proses patologis yang terjadi pada

jantung dapat menimbulkan penyakit ginjal

kronis atau gagal ginjal

akut

Proses patologis pada ginjal dapat

menimbulkan infark miokard, gagal jantung,

gangguan katup atau kematian

akibat gangguanjantung lain

Natriuritics peptides (ANP dan

BNP)

Berbagai faktor-faktor independen

nitric oxide

prostaglandin

natriuretic peptides

endothelin

interaksi antar organ jantung dan ginjal salah satunya adalah melalui

proses inflamasi

Weiner dkk (2008)

Interaksi antar organ antara jantung dan ginjal terjadi pada tingkat subselular melalui suatu jalur neurohormonal

aldosterone

endothelin

angiotensin II

vasopresin

norephinephrin

cytokines

Gagal jantung

B-type natriuretic peptide (BNP dan NT-proBNP) ditetapkan sebagai

alat diagnostik dalam ADHF dan merupakan prediktor independen

terhadap kejadian kardiovaskular dan mortalitas secara keseluruhan

dalam penyakit kritis, ACS, dan HF stabil.

Peptida natriuretik dan gagal jantung

Neutrophil gelatinase-associated lipocalin

Cystatin C

Kidney injury molecule-1

N-asetil-b-(D) glucosaminidase

Interleukin-18

Bioimpedance vector analysis

Biomarker Kerusakan Ginjal

Identifikasi dan antisipasi gangguan dan perburukan fungsi ginjal

Pendekatan pengelolaan sindrom kardiorenal

Optimalisasi terapi gagal jantung

Evaluasi struktur ginjal

Optimalisasi terapi diuretik

Terapi lain

Terapi lain

Dopamin dosis rendahKombinasi furosemide –

manitol

Kombinasi furosemide – albumin

Kombinasi furosemide – natrium hipertonik

Nesiritide Ultrafiltrasi

Antagonis vasopressin Antagonis adenosine

Berbagai derajat gangguan fungsi ginjal diketahui berhubungan dengan berbagai gangguan fungsi jantung, demikian pula

sebaliknya. Interaksi tersebut, atau dikenal sebagai disfungsi kardiorenal, akan saling memperburuk fungsi masing-masing organ

dan akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas.

Patofisiologi sindrom kardiorenal belum sepenuhnya dipahami, faktor-faktor

hemodinamik, neurohormonal, inflamasi, stres oksidatif, disfungsi endotel, dan

kemungkinan faktor-faktor lain, diduga turut berperan dalam terjadinya perburukan fungsi

ginjal dan jantung.