REFORMASI INSTITUSI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN DAN...

19

Click here to load reader

description

BACA KETERENGAN HINGGA HABIS (jika ingin mendownload secara cuma-cuma)Beberapa bulan yang lalu, kebetulan ada event menarik dari Mahkamah Konstitusi, yaitu Debat MK 2015. Setiap universitas yang ingin ikut diwajibkan membuat Artikel Ilmiah mengenai bagaimana pendapat pro dan kontra mengenai kedudukan POLRI apabila ditempatkan di bawah Kementerian. Alhamdulillah universitas kami masuk dalam 24 besar region barat yang lolos, meskipun tidak sampai ke babak tingkat nasional. Artikel ini menghantarkan universitas kami untuk melaju kesana (tentunya ditambah dengan sedikit keberuntungan). Saya tau artikel ini masih banyak kekurangan, namun saya berharap artikel ini bisa menjadi bahan bacaan yang menarik bagi Anda dan menambah wawasan Anda.CATATAN: Apabila full version tidak ditampilkan scribd, Anda tidak perlu repot upload paper sebagai feedback untuk mendownload paper ini, cukup hubungi saya ke email:- [email protected] -,dengan permintaan bahwa anda butuh paper ini, pasti akan saya kirimkan dengan cuma-cuma kok. Saya bukan orang yang suka menyulitkan orang lain. Jangan khawatir.

Transcript of REFORMASI INSTITUSI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN DAN...

Page 1: REFORMASI INSTITUSI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT

REFORMASI INSTITUSI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

INDONESIA DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN DAN

KEPERCAYAAN MASYARAKAT

SHELA NATASHA

(1306200330)

KOMPETISI DEBAT KONSTITUSI 2015

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARAMEDAN

APRIL 2015

1

Page 2: REFORMASI INSTITUSI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT

SURAT PERNYATAAN

Saya bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Shela Natasha

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/13 November 1995

Program Studi : Ilmu Hukum

Fakultas : Hukum

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Judul Artikel Ilmiah : Reformasi Institusi Kepolisian Negara Republik

Indonesia Dalam Meningkatkan Pelayanan Dan

Kepercayaan Masyarakat

Dengan ini menyatakan bahwa Artikel Ilmiah yang saya sampaikan pada kegiatan

Debat Konstitusi 2015 ini adalah benar karya saya sendiri atau bukan merupakan

plagiasi.

Apabila di kemudian hari ditemukan bahwa Artikel Ilmiah yang saya sampaikan

bukan karya saya sendiri/plagiasi, saya bersedia menerima sanksi dalam bentuk

pembatalan keikutsertaan dalam Kompetisi Debat Konstitusi 2015.

Medan, 3 April 2015

Yang menyatakan

Shela Natasha

2

Page 3: REFORMASI INSTITUSI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN........................................................................................2

PENDAHULUAN...................................................................................................4

PEMBAHASAN......................................................................................................6

PENUTUP..............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

3

Page 4: REFORMASI INSTITUSI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT

PENDAHULUAN

Indonesia sebagai negara yang berkonsep welfare state (negara

kesejahteraan) mempunyai sebuah cita-cita yang pasti, yaitu mencapai

kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian,

negara tidak hanya sebagai “penjaga malam” yang tugasnya dibatasi seminimal

mungkin dan hanya berfokus pada penegakan hukum, melainkan juga

mencampuri kondisi sosial-ekonomi masyarakat Indonesia. Hal tersebut dilakukan

demi terwujudnya cita-cita tunggal untuk mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat

Indonesia. Indonesia pada dasarnya telah menunjukkan keseriusannya untuk

menjadi negara yang turut serta memperhatikan segala aspek kehidupan penduduk

Indonesia, seperti membentuk berbagai macam lembaga negara untuk menunjang

kinerja negara dalam mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

Lembaga negara di Indonesia pada dasarnya terbagi berdasarkan tugas

masing-masing, beberapa contohnya seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

yang masuk ke dalam lembaga legislatif, Mahkamah Agung (MA) sebagai

lembaga yudikatif, Presiden sebagai lembaga eksekutif, serta Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) sebagai lembaga eksaminatif. Selain, itu ada pula lembaga

konstitusional lainnya yang turut menopang beban negara dalam mewujudkan

kesejahteraan masyarakat, Tentara Nasional Indonesia (TNI) serta Kepolisian

Negara Republik Indonesia (selanjutnya disebut POLRI). Berbicara tentang

POLRI yang menanggungjawabi bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban

masyarakat (Jimly Asshiddiqie, 2006: 209), tentunya masih lekat dalam ingatan

dan goresan historikal bangsa Indonesia bahwa POLRI pernah didudukkan dalam

satu “kelas” dengan TNI dengan nama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

(ABRI). Namun, pada akhirnya Tentara Nasional Indonesia dan POLRI

dipisahkan berdasarkan Ketetapan Majelis Permusyawaratan rakyat No. VI/MPR-

RI/2000 tentang Pemisahan TNI dan POLRI. (Dewi Fortuna, dkk., 2004: 71)

Pemisahan yang dilakukan merupakan salah satu bentuk reformasi institusi

POLRI yang membawa dampak perubahan independensi POLRI dalam

melaksanakan tugasnya. Akan tetapi, meskipun POLRI hingga saat ini masih

menjadi lembaga yang independen dengan tugas tersendiri, tetap saja masih

4

Page 5: REFORMASI INSTITUSI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT

banyak penduduk Indonesia yang tidak mengetahui apa sebenarnya tugas POLRI.

Adapun POLRI berdasarkan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002

tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia menyebutkan bahwa tugas pokok

POLRI adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan

hukum, dan memberikan perlindungan, pegayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat. Meskipun demikian, ada pula penduduk Indonesia yang sadar akan

tugas POLRI tersebut, namun kebanyakan dari mereka dihadapkan pada

pandangan dimana POLRI dianggap belum mampu melayani masyarakat dalam

rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Tingkat kepercayaan

masyarakat pada kemampuan POLRI dalam memberikan pelayanan masyarakat

masih di bawah rata-rata dikarenakan masyarakat menganggap meskipun POLRI

telah menjadi independen, tetap saja ada pihak luar yang mengganggu

independensi POLRI, sehingga tentu akan menjadi suatu kegelisahan mengenai

dimana seharusnya POLRI didudukkan, apakah perlu dilakukan reformasi

institusi POLRI dengan meletakkan POLRI di bawah kementerian agar tugas

POLRI dalam memberi pelayanan pada masyarakat dapat lebih ditingkatkan

sehingga menambahkan kepercayaan atau tetap membiarkan POLRI pada

posisinya yang sekarang akan tetapi independensinya diperkuat agar tidak ada lagi

intervensi dari pihak luar pada POLRI. Inilah isu yang menarik untuk dibahas

sekarang, dimana perlu pemahaman yang mendalam agar kedepannya tidak

terdapat lagi kebimbangan mengenai posisi apa yang baik untuk POLRI di

Indonesia.

5

Page 6: REFORMASI INSTITUSI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT

PEMBAHASAN

Reposisi TNI dan POLRI mengembalikan posisi POLRI kembali ke

“khitah” tahun 1946-1959, yaitu bertanggung jawab langsung kepada Presiden

selaku Kepala Negara. (Dewi Fortuna, dkk., 2004: 71) Akan tetapi, ada banyak

hambatan dan tatangan yang dihadapi POLRI sehingga tingkat kepercayaan

masyarakat mengenai kemampuan POLRI dalam memberikan pelayanan pada

masyarakat itu sendiri menjadi turun. Kendatipun POLRI sudah lebih dari

setengah abad melayani bangsa Indonesia, itu tidak mengandung arti bahwa

POLRI sudah menjalankan tugasnya tanpa cacat. (Satjipto Rahardjo, 2007: 25)

Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap POLRI dipandang tidak stabil sehingga

pasti akan sulit mendapat jawaban yang pasti mengenai apakah masyarakat lebih

condong menginginkan POLRI berdiri sendiri atau berada di bawah naungan

Kementerian tertentu. Untuk itu akan dikupas di pembahasan ini mengenai

pendapat pro dan kontra mengenai kedudukan kepolisian di bawah kementerian

berdasarkan perspektif ekfektivitas tingkat kepercayaan masyarakat terhadap

pelayanan POLRI.

1. POLRI di Bawah Kementerian

Apabila dipahami lebih dalam, dapat diketahui bahwa peletakan

kedudukan POLRI di bawah Kementerian adalah langkah yang tepat dan

tidak bertentangan sama sekali dengan Undang-Undang manapun, termasuk

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia maupun terhadap Undang-Undang Dasar 1945 yang membewahi

berbagai peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia. Pada

dasarnya di dalam Undang-Undang Kepolisian Negara Republik Indonesia

tepatnya pada Bab III tentang Susunan dan Kedudukan Kepolisian Negara

Republik Indonesia tidak ada pelarangan menganai reposisi kedudukan

POLRI. Undang-Undang tersebut hanya menyebutkan melalui Pasal 8 ayat

(1) Undang-Undang Kepolisian Negara Republik Indonesia bahwa

“Kepolisian Negara Republik Indonesia berada di bawah Presiden.” Hal

tersebut menunjukkan apabila POLRI didudukkan ke dalam Kementerian

yang notabene adalah pembantu Presiden bukan merupakan pelanggaran,

6

Page 7: REFORMASI INSTITUSI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT

karena pada dasarnya Kementerian masih berada langsung di bawah

Presiden sehingga meskipun berada di bawah kementerian, POLRI masih

bisa diatur oleh Presiden.

Selain menilik dari tidak adanya larangan Undang-Undang Kepolisian

Negara Republik Indonesia tersebut, kita juga harus menilik pada Undang-

Undang Dasar Tahun 1945 sebagai Staatsgrundgezets, dimana apabila

dilihat di dalam Pasal 30 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia, hanya disebutkan bahwa POLRI merupakan alat negara yang

menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat serta bertugas melindungi,

mengayomi, melayani masyarakat dan menegakkan hukum. Jadi, jelas tidak

ada sama sekali pelarangan peletakan kedudukan Kepolisian di bawah

Kementerian.

Kemudian, apabila dianalisis dari sudut pandang selain hukum,

POLRI yang kini tengah diragukan masyarakat dalam menjalankan

tugasnya, POLRI dianggap memerlukan “induk” yang jelas dan senantiasa

mengawasi setiap gerakannya agar POLRI dapat secara efektif memberikan

pelayanan kepada masyarakat, bukan hanya sekedar menegakkan hukum

saja. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan POLRI dalam

memberikan pelayanan masih naik-turun, karena pada POLRI masih

dianggap lemah dalam melayani masyarakat dan masih banyak stigma

negatif melekat pada diri POLRI. (Ahmad Setiyaji, 2010: 35) Untuk itu

perlu suatu lembaga lain yang menaungi POLRI di bawahnya agar tercapai

efektivitas dan kestabilan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap

pelayanan POLRI. Lembaga yang dianggap paling sempurna untuk menjadi

induk bagi POLRI adalah Kementerian yang dalam hal ini lebih difokuskan

lagi ke bidang khusus yang memang benar-benar dapat menaungi berbagai

institusi yang mengakomodir pertahanan dalam negeri. Pembentukan suatu

Kementerian baru yang khusus ini dilakukan agar tidak menganggu

pelaksanaan tugas dan wewenang Kementerian yang telah ada sebelumnya,

karena apabila dimasukkan suatu institusi lain ke dalam suatu lembaga,

tentunya perlu perombakan yang cukup mendalam sehingga dikhawatirkan

7

Page 8: REFORMASI INSTITUSI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT

akan mengganggu kinerja lembaga yang bersangkutan. Keurgensian

pembentukan suatu Kementerian khusus dirasakan sangat tinggi agar

terjamin suatu lembaga yang benar-benar hanya fokus menaungi dan

menjadi wadah pengontrol bagi institusi POLRI untuk melaksanakan

tugasnya dalam melayani masyarakat. Kementerian dianggap paling cocok

menjadi induk bagi POLRI karena Kementerian merupakan lembaga yang

secara langsung dibawahi oleh kepresidenan sehingga bisa menjamin bahwa

POLRI secara tidak langsung pun tetap berada di bawah Presiden. Peletakan

kedudukan Kepolisian di bawah Kementerian akan meminimalisir

kemungkinan penyalahgunaan yang menjurus pada perubahan POLRI yang

bukan lagi menjadi alat negara, melainkan menjadi alat pemerintah.

Bagaimanapun POLRI harus menjadi alat negara, bukan alat pemerintah,

serta bukan pula alat politik. (Denny Indrayana, 2008: 208)

Ada begitu banyak dampak positif apabila POLRI didudukkan di

bawah Kementerian karena Kementerian akan senantiasa melakukan kontrol

terhadap POLRI dalam melaksanakan administrasinya dalam melayani

masyarakat serta dengan adanya lembaga yang menaungi POLRI,

kemungkinan besar masyarakat akan mengembalikan kepercayaannya

kepada kinerja POLRI yang kini dibantu oleh Kementerian. Akan tetapi,

perlu dicatat bahwa meskipun POLRI didudukkan di bawah Kementerian,

kedudukan itu seyogianya hanya mempengaruhi hal-hal administratif saja

Kegiatan administratif dipilih untuk menjamin sempurnanya pelaksanaan

tugas POLRI dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat dan

menjalankan fungsinya sebagai kontrol sosial dalam masyarakat baik

preventif maupun represif. ((Satjipto Rahardjo, 2007: 25) Kementerian pada

hakikatnya tidak berhak mencampuri secara utuh hal-hal yang menyangkut

tentang Kepolisian, karena apabila Kementerian mencampuri secara utuh

urusan Kepolisian, maka tentunya tidak akan ada lagi independensi yang

Kepolisian miliki sehingga Kepolisian nantinya akan menjadi lembaga yang

tak lebih dari sekedar “kerbau yang dicucuk hidungnya” oleh Kementerian.

8

Page 9: REFORMASI INSTITUSI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT

Selain itu, perlu dicatat bahwa untuk menjaga independensi

Kepolisian meskipun tengah berada di bawah Kementerian, perlu dibentuk

suatu aturan khusus mengenai apa saja hal-hal dalam Kepolisian yang

menjadi wewenang Kementerian (dalam hal ini adalah hal administratif),

sehingga jelas apa saja batasan-batasan yang diberikan kepada Kementerian

sehingga independensi Kepolisian dapat tetap terjaga dan tidak terganggu

oleh wewenang yang diberikan kepada Kementerian sebagai induk dari

Kepolisian nantinya.

2. Menjaga Kemandirian Institusi POLRI

Peletakan kedudukan Kepolisian di bawah Kementerian meskipun tidak

bertentangan dengan aturan hukum manapun, tetap saja akan memberikan

dampak negatif jangka panjang apabila tidak dilaksanakan dengan matang.

Ada suatu keyakinan yang mendalam mengenai ketidaksiapan dan

ketidakcocokan Kementerian dalam menaungi Kepolisian, dimana dari segi

ketidaksiapan Kementerian dianggap sudah terlalu banyak membawahi

berbagai dinas-dinas yang ada di setiap tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

Peletakan Kepolisian di bawah Kementerian tentunya akan menambah

masalah baru bagi Kementerian. Sedangkan dari segi ketidakcocokan,

Kementerian dianggap tidak memiliki wewenang sama sekali untuk

menaungi Kepolisian di bawahnya karena tidak ada aturan hukum yang

menyatakan secara tegas bahwa Kepolisian dapat diletakkan di bawah

kedudukan Kementerian. Adapun analisis dan pemahaman secara tersirat

saja tidak cukup kuat untuk menjadi dasar yang membolehkan Kementerian

untuk menaungi Kepolisian. Kalaupun dibentuk suatu Kementerian baru

yang khusus menaungi institusi-institusi yang berwenang menjaga

pertahanan dalam negeri, dimana POLRI termasuk di dalamnya, maka

tentunya hal tersebut malah akan menimbulkan isu politik, selain itu perlu

disadari pula bahwa membentuk suatu Kementerian baru bukanlah hal

mudah seperti membalikkan kedua telapak tangan.

9

Page 10: REFORMASI INSTITUSI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT

Jikalau peletakan kedudukan Kepolisian hanya diperuntukkan untuk

meningkatkan pelayanan POLRI kepada masyarakat, tentunya hal tersebut

akan menimbulkan berbagai dampak negatif, hambatan dan tantangan.

Peningkatan pelayanan POLRI pada dasarnya dapat ditingkatkan dengan

cara memperbaiki sistem administrasi POLRI secara langsung tanpa harus

meleteakkan kedudukan POLRI di bawah Kementerian. Perubahan

kedudukan itu hanya akan menghambat kinerja Kementerian dalam

membantu tugas pemerintah, karena akan perlu banyak aturan serta program

kerja baru yang dibentuk sehingga yang seharusnya Kementerian bisa

maksimal dalam melaksanakan tugas yang biasa dipikulnya menjadi pecah

konsentrasi dalam mengurusi Kepolisian yang rencananya akan masuk ke

bagiannya.

Reposisi Kepolisian di bawah Kementerian secara otomatis akan

mengganggu independensi Kepolisian. Pembatasan-pembatasan hanya

menjadi bayang-bayang semu yang setiap saat dapat dilanggar oleh

Kementerian, sehingga dikhawatirkan Kepolisian akan menjadi semakin

lemah di mata masyarakat karena sebagai lembaga yang independen,

seharusnya Kepolisian harus benar-benar mandiri dalam melaksanakan

segala urusannya, baik dalam hal administratif maupun hal-hal lainnya.

Cita-cita perbaikan urusan administratif dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat akan dilangkahi lebih jauh oleh Kementerian dan pada

akhirnya Kepolisian hanya akan menjadi alat pemerintah dan alat partai

politik, karena selain berada di bawah Kementerian, secara tidak langsung

Kepolisian juga berada di bawah Presiden.

Selain berbagai dampak negatif di atas, perlu disadari bahwa peletakan

kedudukan POLRI di bawah Kementerian akan menimbulkan kebingungan

mengenai dimana sebenarnya status kelembagaan POLRI, karena setelah

menjadi “anak buah” dari Kementerian, tentunya POLRI bukan lagi

termasuk di dalam lembaga independen di Indonesia karena sekalipun tidak

terusik semua hal tentang POLRI oleh Kementerian, tentu saja pengaturan

yang sedikit banyak dilakukan oleh Kementerian pada POLRI akan

10

Page 11: REFORMASI INSTITUSI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT

mengikis sedikit demi sedikit tingkat independensi POLRI sehingga pada

akhirnya independensi tersebut semakin tipis dan pada akhirnya akan habis.

Independensi Kepolisian perlu benar-benar dijaga sehingga institusi

POLRI hanya akan patuh kepada pimpinan negara dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. (Jenderal (Purn.) Sutarman, 2014) Kepolisian yang

terlalu banyak diatur oleh Kementerian dikhawatirkan akan semakin

kehilangan wibawa dan taringnya di mata masyarakat. Kepolisian akan

dianggap sebagai lembaga lemah yang hanya bisa menggantungkan dirinya

pada lembaga lain, sehingga pastinya tingkat kepercayaan masyarakat

terhadap pelayanan POLRI akan semakin turun setiap waktunya.

11

Page 12: REFORMASI INSTITUSI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT

PENUTUP

Kepolisian sebagai lembaga independen di Indonesia harus tetap dijaga

independensinya agar tidak diintervensi oleh pihak manapun. Namun, pemerintah

mempunyai pekerjaan rumah pula untuk membenahi sistem administratif

Kepolisian agar Kepolisian mampu menjalankan tugasnya dalam rangka

memberikan pelayanan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Peletakan

kedudukan Kepolisian di bawah Kementerian (dalam hal ini suatu Kementerian

baru yang khusus) tidak menyalahi aturan manapun sehingga dapat dilakukan

dengan catatan berupa pembatasan-pembatasan sehingga urusan Kepolisian tidak

dikuasai secara utuh oleh Kementerian.

Adapun jika Kepolisian tetap diletakkan di bawah Kementerian, harus ada

aturan hukum yang benar-benar menjamin bahwa independensi Kepolisian tidak

akan terganggu. Pemerintah harus mempu bertindak tegas dalam setiap tindakan

Kementerian yang dapat mengikis independensi Kepolisian, karena apabila

Kepolisian kehilangan independensinya, maka efektivitas tingkat kepercayaan

masyarakat terhadap pelayanan POLRI akan menurun drastis.

Perbaikan administrasi kepolisian tanpa meletakkan kedudukan POLRI di

bawah Kementerian akan melahirkan dampak positif maupun dampak negatif.

Dampak negatifnya adalah pelaksanaannya akan memakan waktu yang lama dan

cenderung ke arah gagal karena tidak ada lembaga yang benar-benar menjadi

“induk” yang membatu perbaikannya. Namun, dampak positif yang dapat

diperoleh dengan perbaikan di tubuh POLRI secara langsung, akan meminimalisir

gangguan terhadap pelaksanaan pemerintahan yang tentunya akan pecah

konsentrasi ketika harus membentuk suatu Kementerian baru dengan tugas khusus

untuk menaungi Kepolisian beserta institusi-institusi lain yang turut menyokong

pertahanan dalam negeri.

Solusi paling tepat adalah membentuk aturan hukum yang benar-benar

secara total dapat membatasi gerak Kementerian khusus yang dibentuk dalam

menaungi POLRI sebelum memasukkan POLRI di bawah kedudukan

Kementerian sehingga independensi POLRI dapat tetap terjaga sehingga wibawa

POLRI akan tetap ada sekaligus efektivitas tingkat kepercayaan masyarakat

12

Page 13: REFORMASI INSTITUSI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT

terhadap pelayanan POLRI dapat senantiasa stabil melalui perbaikan administrasi

yang dilakukan oleh Kementerian.

13

Page 14: REFORMASI INSTITUSI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

Achmad Setiyaji. 2010. Mereka Menuduh Saya. Yogyakarta: Galangpress

Denny Indrayana. 2008. Negeri Para Mafioso: Hukum di Sarang Koruptor.

Jakarta: Kompas

Dewi Fortuna, dkk.. 2004. Relasi TNI-POLRI dalam Penanganan Keamanan

Dalam Negeri. Jurnal yang dipublikasikan dalam buku Pusat Penelitian

Politik: Quo Vadis Politik Indonesia

Jimly Asshiddiqie. 2006. Lembaga Negara Pasca Reformasi. Jakarta: Sekretariat

Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI

Satjipto Rahardjo. 2007. Membangun Polisi Sipil: Perspektif Hukum, Sosial, dan

Kemasyarakatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

B. Lain-lain

Pernyataan Jenderal (Purn.) Sutarman dalam wawancara dengan pers online

detik.com di Jalan RE. Martadinata I/1, Tanjung Priok Priuk, Jakarta Utara

pada hari Senin, 1 Desember 2014 yang dipublikasikan melalui

http://news.detik.com/read/2014/12/01/094459/2763669/10/ dengan judul

artikel “Kapolri Tolak POLRI di Bawah Kementerian: Polisi Harus

Independen”

14