REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the...

32
JURNAL PENELITIAN KUANTITATIF DIBIDANG ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN & ILMU MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856 9372, Fax: (021) 856 9340 LPMTL CENTER OF EXCELLENCE Email: [email protected], Website: www.stmt-trisakti.ac.id Judul Penelitian REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN MEMBANGUN: DIANTARA KEKUATAN DAN KELEMAHAN O l e h AMRIZAL Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi Trisakti Jakarta, February 2007

Transcript of REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the...

Page 1: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

JURNAL PENELITIAN KUANTITATIF DIBIDANG ILMU EKONOMI STUDI

PEMBANGUNAN & ILMU MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA

JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410

Telp: (021) 856 9372, Fax: (021) 856 9340 LPMTL CENTER OF EXCELLENCE Email: [email protected], Website: www.stmt-trisakti.ac.id

Judul Penelitian

REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN MEMBANGUN: DIANTARA KEKUATAN DAN KELEMAHAN

O

l

e

h

AMRIZAL

Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi Trisakti

Jakarta, February 2007

Page 2: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

2

2

KATA PENGANTAR

Membuat Karya Ilmiah atau melakukan penelitian sudah merupakan tugas pokok

yang harus dilakukan oleh staf pengajar suatu perguruan tinggi. Tugas ini dibuat dalam

rangka penyesuaian/persyaratan pengusulan Akreditasi Dosen atau jenjang kepangkatan

pada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN TRANSPOR TRISAKTI (STMT TRISAKTI)

Jakarta. Meskipun tugas ini sepertinya tidak lebih dari hanya sekedar suatu persyaratan

saja, namun penulis telah berfikir berkali-kali tentang isi tulisan singkat “Jurnal” yang

dibuat ini harus benar-benar dikaji secara ilmiah pula sesuai dengan namanya, dan inipun

sebatas kemampuan yang penulis miliki hingga saat ini.

Alasan lain kenapa karya ilmiah ini harus dibuat demikian adalah

berkemungkinan kalau sekarang batas kemampuan penulis hanya sebatas yang mampu

penulis buat seperti ini, maka mungkin suatu saat tulisan singkat “Jurnal” ini bisa lebih

disempurnakan kearah pendewasaan secara “up to data” untuk disajikan secara umum

melalui Jurnal-jurnal ekonomi, mediamasa dan lain sebagainya. Agaknya tidaklah terlalu

berkelebihan kalau penulis katakan bahwa data yang digunakan bukanlah data main-

mainan, akan tetapi merupakan data resmi publikasi pemerintah sesungguhnya serta

badan-badan resmi pemerintah dan lainnya, yang telah menghimpun: Data-data Makro

Ekonomi dan Pembangunan Indonesia dari masa kemasa dengan rentang waktu tahun

1960-2006 seperti: Pendapatan Nasional Indonesia, APBN, Neraca Pembayaran,

Kependudukan dan Tenaga Kerja dan lain sebagainya.

Kemudian sebagai upaya menjaga keilmiahan sajian tulisan singkat “Jurnal” yang

penulis buat ini diperlukan wadah akurasi “Ilmu Ekonomi Terapan” sebagai

penuntun/pembanding, yaitu suatu wadah yang mencontohkan berbagai corak maupun

topik bahasan tulisan para ahli ekonomi papan atas menampilkan karya ilmiahnya

melalui berbagai Jurnal ekonomi domestik maupun asing. Tulisan singkat “Jurnal” ini

belum pernah diterbitkan dan hanya digunakan sebagai publikasi kepustakaan STMT

TRISAKTI agar dapat dibaca oleh mahasiswa atau pembaca ilmiah lainya yang

barangkali punya kepentingan sama dengan penulis.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Ketua STMT TRISAKTI

Husni Hasan, A.MTrU, S.Sos, MM, bapak Puket I STMT TRISAKTI H. Andri

Warman, BSc, S.Sos.,MM dan Civitas Akademika lainnya STMT Trisakti yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu dalam kesempatan ini. Tidak terlupa salam yang

istimewa terhadap fihak DIKTI/Kopertis Wilayah III Jakarta tempat tujuan

penyesuaian/pengusulan Akreditasi Penulis untuk kedua kalinya, dan berbagai fihak yang

telah disibukkan atas penyesuaian/pengusulan akreditasi ini, demikian dan terima kasih.

Jakarta, February 2007

( Amrizal )

Page 3: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

3

3

ABSTRACT

World economic crisis on along 1980 – 1997 cannot call as first factor to

economic recession in Indonesia. The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru”

(1967) when we are developing our nation are finished by well as like as at 1982. The

longer economic depression in begun at 1998 when the “Era Reformasi” are beginning to

developing our nation. But the economic crisis on “Orde Baru” are influence, specially

for refunding fun and capital.

Now, Economic Depression on the “Economic Reformation” are default the

“Orde Baru” to manage macro economic by the macro economic tools or policy who they

have. The success of “Orde Baru” to take frame of the take-off in national developing is

easy with “Oil Booming” and the trust of foreign investor to loan for Indonesia. This

condition is not find on “Orde Reformasi” becauce the foreign investor are oriented for

pay of loan who are dead line now and Indonesian Government is pressured by foreign

investor and International Monetary Fun (IMF).

Upping Price Policy in oil, electric, transportation fee, taxess and selling the

BUMN for foreign investor is predicated that the Indonesian Government is difficullt to

find money and capital to developing. Economic growth on 1997 to 2002 is minus

0.000394 annual average. On 1999, economic growth is 4.0 % and on 2002 is 3.5 %.

Preferred by the experience of era “Orde Baru” to developed our macroeconomic, and we

hope to optimistic, economic crisis who present, can be we pass them by well, but this

not spesdly as like as with era “Orde Baru” and we hope too, the “Era Reformasi” can be

to minimize the economic distortion.

Page 4: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

4

4

ABSTRAK

Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama

terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan hingga dewasa ini. Krisis terberat

ketika menghadapi permulaan usaha-usaha pembangunan tahun 1967 telah dapat diatasi

dengan gemilang, begitu juga dengan yang terjadi pada awal tahun 1982. Kelesuan

ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai pula usaha

pembangunan era reformasi ekonomi. Bagaimanapun juga kecilnya pengaruh krisis

zaman ordebaru, maka pengaruhnya tetap ada, paling tidak sulitnya era reformasi

ekonomi menggali sumber pembiayaan pembangunan yang terakumulasi sebagai

pembentukan modal dan pertumbuhan ekonomi.

Kelesuan ekonomi yang melanda era reformasi ekonomi saat ini, sebagian

tersebab karena kurang berhasilnya ordebaru menata ekonomi dengan menggunakan

perangkat makroekonomi yang telah tersedia, mampunya ordebaru bercita-cita tinggal

landas tidak terlepas dari rezeki migas, kemudahan akan pinjaman luar negeri serta masih

percayanya pihak luar negeri mengucurkan dana ke Indonesia masalalu yang tidak

ditemui sekarang pada era reformasi ekonomi. Sekarang malahan pihak luar negeri

malahan terfokus kepada pengembalian utang luar negeri dari Indonesia yang telah jatuh

tempo, sehingga tidak heran negara Indonesia dibawah tekanan fihak asing dan IMF.

Terjadinya kebijaksanaan kenaikan harga yang menjulang tinggi sekarang diperkirakan

karena Indonesia berada pada kelangkaan dana dan pembentukan modal bagi pembiayaan

pembangunan. Pertumbuhan ekonomi yang mampu tercapai tahun 1997-2002 adalah

minus 0,000394 % rata-rata perhun. Tahun 1999 pertumbuhan ekonomi Indonesia

negatif diatas 4,0 % dan tahun 2002 sudah mencapai sekitar 3,5 %. Belajar dari keadaan

masa lalu dan dengan kepercayaan diri secara optimis, krisis ekonomi yang tengah

dihadapi sekarang akan dapat pula dilalui dengan selamat, meskipun tidak secepat era

pemerintahan ordebaru, paling tidak hendaklah mengansur kearah pengurangan distorsi

ekonomi.

Page 5: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

5

5

1. PENDAHULUAN

Dikatakan evaluasi karena mengingat kembali gerak gerik ekonomi masa lalu

sejak dimulainya Repelita I tahun 1969 era pemerintahan Ordebaru hingga lengsernya

Soeharto tahun 1998, berikutnya dilanjutkan oleh era pemerintahan Reformansi

Ekonomi: Bj Habibie, Gusdur dan sekarang Megawati Soekarnoputri. Sesuai dengan

data yang tersedia tahun 1969 s/d 2002 adalah persis sama selama 34 tahun Indonesia

membangun.

Apakah sebenarnya yang dihadapi ekonomi Indonesia dewasa ini ?. Dengan

mengetahui permasalahan yang sebenarnya, tidaklah begitu sukar untuk mengatasi

kelesuan ekonomi yang berlangsung dewasa ini. Namun demikian, untuk mengetahui

permasalahan itu sendiri tidaklah begitu mudah. Dalam beberapa hal, kita hanya

mengetahui sebahagian kecil saja dari permasalahan yang dihadapai. Berdasarkan

pengetahuan yang serba terbatas ini, dirumuskan kebijaksanaan ekonomi, yang dalam

banyak hal, kurang berhasil mengatasi kelesuan tersebut.

Banyak kalangan menganggap bahwa kebobrokan ekonomi selama era

pemerintahan reformasi disebabkan sebagai akibat tidak mampunya pemerintahan

ordebaru mengendalikan roda pembangunan selama masa kepemimpinannya. Paling

tidak ordebaru telah gagal mencapai era "terciptanya kerangka landasan bagi bangsa

Indonesia" yaitu berupa tinggal landas dengan runtunan janji dalam Pelita IV, Pelita V

bahkan hingga sampai pula pada Pelita VI yang telah lalu. Lebih pelak lagi bahwa

kegagalan pelaksanaan dan pengendalian ekonomi sekarang dikatakan tersebab karena

warisan suram masa lalu selama era pemerintahan ordebaru.

Ada istilah kuno yang kiranya dapat lebih dipopulerkan untuk masa-masa

sekarang “tiada gading yang tidak retak”, bagaimanapun juga gegalan mengatasi

kelesuan ekonomi yang terjadi semasa berlangsungnya ordebaru, tepatnya bermula

sekitar dasawarsa tahun 80-an disebabkan karena terjadinya Resesi ekonomi dunia.

Dengan terjadinya resesi tersebut, hingga minyak bumi dan juga komoditi non migas

lainnya menurun secara drastis. Penurunan harga ini telah menyebabkan pula terjadinya

penurunan penerimaan negara. Hal ini telah pula menyebabkan terjadinya penurunan

kemampuan penciptaan tabungan pemerintah, sehingga untuk pertama kalinya dalam

pemerintahan ordebaru Anggaran Pembangunan Negara menurun. Relevansi dari turunya

Anggaran Negara, disamping tabungan pemerintah telah turun dan telah merambah

kepada turunya Tabungan Domestik, Investasi, Pendapatan Nasional bahkan Laju

Pertumbuhan ekonomi secara serempak dan bersamaan turun secara drastis.

Dari dilematis resesi ekonomi dunia tersebut berbuntut pada Indonesia hinga pada

tahun 1982-1986 Indonesia mengalami masa Resesi Ekonomi. Selama masa tersebut

tidak terbilang banyaknya kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah untuk menanggulangi

dilema tersebut dan yang sangat berkesan sekali tahun 1983 diadakan kebijaksanaan

“Deregulasi dan Derebiroktisasi” kemudian September 1986 diadakan Kebijaksanan

“Devaluasi Rupiah Terhadap Dollar”. Ditandai dengan devaluasi rupiah tersebut barulah

Indonesia keluar dari masa resesi ekonomi, pada tahun 1987 Indonesia mulai kembali

menyesuaikan diri terhadap globalisasi ekonomi dunia. Dilema ekonomi yang terjadi

berupa “Resesi Ekonomi” adalah pukulan terberat yang membuat gagalnya atau tidak

terpenuhinya cita-cita bangsa untuk tinggal landas pada Pelita IV dan tidaklah heran

Page 6: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

6

6

kalau pemerintahan ordebaru masih ingin membuktikan cita-cita tersebut pada PelitaV

dan PelitaVI masih optimis akan terwujud…..sayang seribu kali sayang masyarakat sudah

naik pitam atas lamanya Soeharto memimpin negara ini hingga lengsernya soeharto tidak

terlepas pula sebagai akibat ketidakpuasan rakyat banyak.

Begitu masuknya peralihan pemerintah ordebaru ke Reformasi Ekonomi saat

mulainya BJ Habibie sebagai Presiden syah ketiga di Indonsia, dilema krisis

multidimensi mewarnai tanah air secara besar-besaran. Khusus krisis dibidang ekonomi

telah terjadi “Ketidakseimbangan Kurs Rupiah terhadap Dollar yang sangat menjolok

sekali” dimana tahun 1998 mencapai US $ 1 = Rp 17.000,- dan nama krisis ekonomi

yang sangat berkesan sekali dipikiran kita semua lebih akrab dikenal sebagai “Krismon”.

Pada saat dimulainya era pemerintahan reformansi ala Habibie Indonesia bagaikan

tenggelam kejurang yang sangat dalam sekali, masih terikat dengan krisis yang multi

dimensional, Indonesia mengalami “Keterpurukkan Ekonomi”. Reaksi bangsa pada

umumnya atas keterpurukan ekonomi yang demikian itu telah pula menimbulkan krisis

baru yang bernama “Krisis Ketidakpercayaan” terhadap para pemimpin dan pejabat-

pejabat negara yang mengendalikan kemudi negara ini seolah-olah berlayar tanpa tujuan.

Disadari atau tidak masa membangun sudah berjalan cukup lama, harapan-

harapan masa lalu telah sirna dan hilang begitu saja, krisis demi krisis belum luput

dimata. Krisis yang sangat marak dan mewarnai tanah air semenjak era reformasi” adalah

“seringnya pemerintah mengambil kebijakan dibidang kenaikan Harga Migas, dan pada

Januari 2003 ini bukan hanya kenaikan harga Migas, akan tetapi berlanjut kepada

kenaikan Tarif Listrik dan Telepon”. Agaknya mungkin pula menjadi suatu catatan

penting bigi kita semua bahwa untuk pertama kali pemerintah terpaksa mengurungkan

niatnya “mencabut kembali buat sementara kebijakan yang telah diambil” oleh karena

ditentang masyarakat banyak.

Setelah lengsernya pemimpin ordebaru keadaan demi keadaan semakin hangat

menyelimuti bangsa yang selama ini tempaknya tenang dan tenteram saja. Partai politik

semakin banyak, pimpinan negara berganti dengan cepat sebelum habis masa jabatannya,

kesempatan kerja bagi rakyat banyak semakin sempit, pengangguran semakin bertambah,

jumlah penduduk semakin banyak, kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok semakin

menjulang tinggi “masyarakat hidup dalam pola ekonomi biaya tinggi”, asset penting

negara seperti Indosat terjual kepada negara asing.

Apakah ini yang dinamakan “krisis mutidimensional”?, pemerintah tampaknya

semakin kasak kusuk mencari sumber dana Anggaran pembangunan Negara semakin

defisit berkepanjangan, sektor pemerintah, khususnya penerimaan dalam negari yang

bersumber dari penerimaan Pajak dan penerimaan non pajak semakin menjadi sektor

primadona pemerintah saat ini oleh karena sektor masyarakat dunia usaha dan perbankan

dan bahkan sektor luar negeri tidak bisa diharapkan lagi. Kenapa hal seperti ini sampai

terjadi ? “Tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api!”

Sekarang kita kembali kepada permasalahan semula…Apakah memang krisis

ekonomi dunia atau kerungmampuan ordebaru mengendalikan negara yang dianggap

sebagai “kambing hitam” yang membuat terjadinya krisis ekonomi bekepanjangan di

Indonesia?. Mungkin Resesi ekonomi merupakan permasalahan, sebagaimana juga

halnya dengan negara-negara lainnya. Tetapi resesi, sebenarnya, merupakan sebahagian

dari permasalahan yang kita hadapi tersebut. Krisis ekonomi yang berkepanjangan itu

Page 7: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

7

7

disebabkan oleh “Kelangkaan Sumber Pembiayaan Pembangunan” yang disebabkan oleh

banyak hal pula.

2. KRISIS SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Ketajaman perumusan permasalahan akan merupakan kunci dari keberhasilan

pembangunan itu sendiri. Hal ini terlihat dengan jelas ketika kita memulai usaha-usaha

pembangunan, dalam pemerintahan ordebaru, menjelang akhir dasawarsa enampuluhan.

Dengan tepat dikemukakan bahwa permasahan yang dihadapi selama puluhan tahun

dalam pemerintahan ordelama adalah:

Ekonomi diabadikan kepada politik. Prinsip-prinsip ekonomi yang rasionil diabaikan. Akibat langsung dari

hal ini adalah kemerosotan ekonomi yang dibarengi dengan proses Hyper inflasi yang semakin gawat.

Kekurangan terasa dibanyak bidang, seperti pangan, tekstil dan alat-alat produksi, spare parts, bahan baku

dan lain-lain. Sistem irigasi, perkebunan, pertambangan, pabrik, jaringan jalan, listrik, air minum, kereta

api, landasan penerbangan, pelabuhan dan fasilitas telekomunikasi praktis terbengkalai (Replita 1969/70-

1973/74: Jilid I, hal 11).

Dengan memperhatikan masalah tersebut, langkah-langkah kebijaksanaan

pembangunan yang diambil pemerintah ordebaru adalah:

Menghentikan Proses kemerosotan ekonomi dan membenahi landasan yang sehat bagi pertumbuhan

ekonomi yang wajar. Untuk memungkinkan ini diperlukan terlebih dahulu pengendalian laju inflasi dan

usaha rehabilitasi ekonomi. Hanya apabila laju inflasi telah dapat dikendalikan dan suatu tingkat

rehabilitasi tercapai, barulah dapat diharapkan pulihnya kegiatan ekonomi yang wajar serta terbukanya kesempatan bagi peningkatan produksi (Repelita I, Ibid., h.13).

Inflasi yang tinggi dianggap merupakan musuh nomor satu pada waktu itu.

Pengalaman dimasa lampau ini telah menempatkan inflasi sebagai musuh nomor satu ,

dan ketakutan terhadap inflasi sedemikian besarnya, sehingga dalam hal-hal tertentu akan

dapat mengorbankan laju pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja.

Memangun tanpa inflasi bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Namun jalan yang

ditempuh Indonesia dalam mengatasi inflasi tersebut dikemukakan secara tepat oleh

Sandrum sebagai berikut:

A more appropriate method of controlling an inflation in LDC without sacrificing economic growth is to

given an adequate amount of assistance to deal with the balance of payment deficit over a longer period of

time. This was in fact, the approach followed by the IMF, in its assistance to Indonesia in the period 1966-

1968, which resulted in one of the most remarkable cases of the speedy control of inflation without reducing the rate of growth and, in fact, raising it (R.M Sandrum: 1983, h. 305).

Kebijaksanaan ekonomi diwaktu itu tetap dilanjutkan dengan pesat. Rendahnya

tingkat inflasi telah dimungkinkan berkat pinjaman luar negeri….yang merupakan pula

tabungan eksternal. Pinjaman luar negeri ini, pada dasarnya, harus merupakan pelengkap

terhadap tabungan pemerintah. Namun demikian, pengalaman selama tiga dasawarsa

belakangan ini, memperlihatkan bahwa pinjaman luar negeri, sebenarnya, telah

menggantikan peranan tabungan pemerintah. Kesukaran-kesukaran dalam meningkatkan

tabungan pemerintah, melalui peningkatan penerimaan non-migas, telah menyebabkan

perhatian lebih terfokus kepada usaha-usaha peningkatan pinjaman luar negeri.

Page 8: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

8

8

Baik kebijaksanaan fiskal maupun kebijaksanaan moneter waktu itu tidak

mendukung usaha-usaha untuk meningkatkan tabungan dalam negeri. Kemampuan

peningkatan tabungan pemerintah, meskipun meningkat dari 1,7 % menjadi 8,2 % selama

periode 1970-1983 dari PDB terutama terjadi karena pengaruh kenaikan penerimaan

pajak perseroan Migas. Pajak perseroan Migas tersebut, sebenarnya, bukanlah merupakan

penerimaan dari dalam negeri, tetapi merupakan Pajak yang dikenakan terhadap negara

konsumen. Ini berarti, peningkatan penerimaan pemerintah bukanlah disebabkan karena

tindakan-tindakan kebijaksanaan fiskal yang ketat tetapi semata-mata kerena kejadian

yang berada di luar ruang gerak kebijaksanaan fiskal.

Sebaliknya, kebijaksanaan fiskal dalam usaha peningkatan penerimaan

pemerintah diluar Migas juga tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Setidak-

tidaknya sampai akhir tahun 1983, tidak begitu heran apabila penerimaan dari sektor non-

migas menurun dari 8,5 % menjadi 6,7 % dari PDB selama periode yang sama.

Kemudian defisit Anggaran Belanja pemerintah pusat yang selalu ditutupi dengan

pinjaman luar negeri, telah pula menyebabkan usaha-usaha untuk meningkatkan

penerimaan dari sektor non-migas dianggap tidak begitu diperlukan. Pinjaman luar

negeri, telah meningkat dari 3,7 % menjadi 5,3 % dari PDB dalam periode yang sama.

Dampak peningkatan penerimaan pemerintah dari kenaikan harga Migas bukan saja

mempengaruhi penerimaan dari sektor diluar minyak bumi tetapi juga menurunkan usaha

peningkatan penerimaan asli pemerintah daerah. Defisit yang terjadi dalam Anggaran

Pemerintah Daerah selama ini ditutupi oleh bantuan keuangan dari pemerintah pusat.

Kebijaksanaan fiskal pemerintah daerah, sebagaimana halnya pemerintah pusat tidak pula

mendukung usaha-usaha peningkatan disatu pihak, dan tabungan pemerintah daerah

dilain pihak.

Dapat dikatakan, bahwa terdapat semacam kesalahan teknis pertama yang pernah

dilakukan pemerintah selama ordebaru, adalah mengabaikan peranan kebijaksanaan

fiskal selaku suatu alat untuk menghimpun tabungan pemerintah. Pada dasarnya kita

tidak melakukan usaha apa-apa selama dasawarsa tujuhpuluhan, mengingat rezeki

minyak bumi yang cukup besar. Kita lupa bahwa keadaan yang demikian itu tidak akan

mungkin berlangsung terus, sehingga ketika harga minyak bumi mulai menurun barulah

mulai dilakukan usaha-usaha untuk mengadakan reformasi perpajakan, dan tindakan ini

dapat dianggap terlambat.

Kebijaksanaan moneter, sebagaimana halnya juga dengan kebijaksanaan fiskal,

paling tidak sebelum 1 Juni 1983 tidak pula mendorong terciptanya tabungan masyarakat

melalui sektor perbankan dan lembaga-lembaga keuangan lainnya. Selama kurun waktu

1970-1983 jumlah tabungan masyarakat, baik tabungan dunia usaha maupun rumah

tangga (termasuk usaha-usaha rumah tangga) telah meningkat dri 9,6 % menjadi 20,2 %

dari PDB. Sebaliknya, tabungan masyarakat yang dapat diserap sektor perbankan telah

dapat mencapai sekitar sepertiga dari seluruh tabungan masyarakat tersebut.

Sehubungan dngan potensi tabungan masyarakat tersebut, agar tersalur ke wadah

resmi tidak pula dianggap gampang. Paling tidak, pertama menjadikan arah pola ekonomi

“non-biaya tinggi”, kemudian kemudahan-kemudahan masyarakat menjangkau pasar

uang tersebut yang disertai dengan tingkat bunga yang menarik sehingga dengan cara

yang demikian itu berarti peranan pasar uang non formal dapat digalakkan. Pengalaman

masa lalu itu, paling tidak sampai 1 Juni 1983 masih besarnya gap antara pasar uang

informal dengan pasar uang formal. Kemudian pada pasar uang formal, masih terdapat

Page 9: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

9

9

tingkat suku bunga yang kurang menggairahkan penabung. Disamping itu terdapat

anggapan bahwa petani miskin didaerah pedesaan tidak mempunyai kemampuan

menabung telah menyebabkan pasar uang formal atau yang terorganisir kurang menaruh

perhatian terhadap potensi yang terdapat didaerah pedesaan. Hal ini telah membuka

peluang yang lebih besar bagi pasar uang informal untuk memanfaatkan tabungan yang

terdapat di daerah pedesaan bagi keperluan petani-petani di daerah tersebut. Namun

demikian, tidak pula dapat dihindari bahwa suku bunga yang dikenakan bagi pemakaian

tabungan tersebut jauh lebih tinggi dibanding dengan suku bunga pasar uang formal.

Dibidang moneter sampai juni 1983, dapat dikatakan sebagai kesalahan yang

kedua, yaitu mengabaikan potensi tabungan masyarakat selaku sumber pembiayaan

pembangunan. Sebagaimana halnya dengan kebijaksanaan fiskal, deregulasi perbankan

yang diadakan pada tanggal 1 juni 1983 dapat pula dianggap terlambat.

Kemudian sehubungan masalah perdagangan luar negeri serta neraca

pembayaran, pada dasarnya “neraca perdagangan Indonsia” selalu surplus sebagaimana

halnya dengan APBN. Surplus yang terjadi tersebut sebagaian besar disebabkan karena

terjadinya kenaikan harga Migas selama dasawarsa tujuhpuluhan dan kurang

merefleksikan kenaikan kuantitas komoditi non-migas. Sebaliknya, tanpa Migas, neraca

perdagangan luar negeri Indonesia akan defisit.

Dengan terjadinya jumlah peningkatan penerimaan devisa yang cukup besar dari

sektor migas, perhatian terhadap usaha-usaha peningkatan ekspor non-migas menjadi

terabaikan. Walaupun terdapat langkah-langkah kearah itu, namun ekspor non-migas

lebih banyak dilakukan melalui subsidi ekspor yang tinggi, hal ini talah menyebabkan

ekspor komoditi non-migas tidak kompetitif untuk bersaing pada pasar luar negeri.

Adalah kesalahan yang ketiga telah dilakukan Indonesia yang kurang berhasil

memperluas dasar ekspor non-migas dimasa lampau.

Semua kita menyadari bahwa kondisi perekonomian berada dalam dilema yang

serba sulit. Namun demikian, tidaklah ada alasan untuk menuju kemasa depan gemilang,

dengan menjadikan keadaan masa lalu sebagai pelajaran. Proses ekonomi masih berjalan

ditanah air, masalah yang dihadapi banyak sekali ragamnya. Satu-satunya masa-masa

gemilang penyaluran aspirasi daerah yang telah lama ditunggu-tunggu daerah selama ini

telah dilakukan oleh pemerintah yaitu berupa “Otonomi Daerah”. Keberhasilan daerah

bagaimanapun juga adalah keberhasilan kita dan begitu juga sebaliknya kemunduran

daerah adalah bencana bagi kita semua. Tentang hasil daerah tersebut sampai saat ini

masih belum bisa dibaca oleh kacamata ekonomi, namun demikian, katakanlah

pemerintah pusat sebagai wasit, dan sementara itu hendaklah mencurahkan perhatian

kemasalah masa lalu, katakanlah “Belajar dari kesalahan”.

Dengan pengkajian ulang sekelumit perekonomian Indonesia masalalu dalam

kacamata menghadapi krisis demi krisis hingga terjadi sampai saat ini terungkap

beberapa kesalahan yang tidak terlihat selama ini. Dampak resesi yang mempengaruhi

Indonesia telah menyadarkan kita untuk tidak akan mengulanginya lagi, khususnya era

reformasi sekarang haruslah sangat mencermati, dan seandainya perhatian kurang

tercurah intuk itu, berarti seolah-olah “sipenderita akan mengulangi penyakit lamanya”.

Adapun kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan selama ini adalah sebagai berikut:

Page 10: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

10

10

1. Mengabaikan peranan kebijaksanaan fiskal selaku suatu alat untuk

menghimpun tabungan pemerintah.

2. Kurang memanfaatkan potensi tabungan masyarakat selaku sumber

pembiayaan pembangunan.

3. Kurang berhasil memperluas dasar ekspor non-migas.

4. Membiarkan terjadinya ekonomi biaya tinggi.

5. Melakukan perbankan dan lembaga keuangan negara lainnya selaku jawatan

pemerintah.

6. Kurang memperhatikan pengaruh perkembangan ekonomi dunia terhadap

perekonomian Indonsia.

7. Mengabaikan potensi pembangunan daerah di dalam kerangka pembangunan

nasional.

8. Mengabaikan peranan dunia usaha swasta dalam proses pembangunan.

9. Masih terdapatnya keinginan untuk meneruskan peranan birokrasi

pemerintahan sebagai alat pengatur perekonomian Indonsia.

10. Kurang memperhatikan potensi sektor informal dan penciptaan perluasan

kesempatan kerja yang layak.

3. MASALAH INVESTASI DAN PERMINTAAN

Pembentukan modal atau Investasi selalu dianggap sebagai kunci dari

keberhasilan usaha-usaha pembangunan. Bila sekiranya investasi meningkat, dengan

sendirinya, dianggap bahwa laju pertumbuhan ekonomi akan meningkat pula. Hal ini

akan dapat menaikan pendapatan per kapita. Bila ini terjadi maka pembangunan dapat

dianggap berhasil. Sebaliknya, bila sekiranya investasi menurun maka hal ini akan

dianggap sebagai pertanda yang kuarang baik bagi pembangunan negara yang

bersangkutan. Kita, sadari atau tidak, terpengaruh sekali oleh jalan pemikiran yang

demikian itu.

Pembentukan modal memang penting bagi usaha-usaha pembangunan. Tetapi

terjadinya pembentukan modal yang tinggi saja sudah dianggap sebagai keberhasilan

pembangunan, tidaklah tepat sama sekali. Pembangunan mengandung makna yang jauh

lebih luas dari sekedar pembentukan modal dan kenaikan pendapatan perkapita.

Pembangunan, pada dasarnya, mengandung pengertian terjadinya perubahan-perubahan

yang cukup mendasar dalam kehidupan masyarakat suatu negara sehingga masing-

masing merasa mempunyai hak dan kewajiban terhadap negara tersebut (Hendra Esmara:

PT Gramedia, 1986, h..65).

Dalam mengkaji situasi ekonomi Filipina dalam masa resesi menjelang

berakhirnya kekuasaan presiden Marcos, mengingatkan kita kepada alasan-alasan yang

kita kemukakan dahulu ketika melihat kegagalan semasa ordelama (Emmanuel S. D

Dios: Univ of Philipines, 1984, h.123). Sebaliknya komite ekonomi Singapura telah pula

mengkaji ulang kelemahan-kelemahan yang dihadapi Singapura dalam perspektif resesi

dimasa lalu. Kelemahan-kelemahan ini sebelumnya tidak begitu kelihatan, sebagaimana

yang juga kita alami sekarang ini. Tetapi dengan terjadinya pukulan resesi tersebut, mulai

kita dapat memahami beberapa permasalahan yang selama ini pada ordebaru terabaikan

sama sekali.

Page 11: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

11

11

Tabel 1 . PENGGUNAAN PDB, TABUNGAN, STOKS MODAL DAN

PERUBAHAN PENDAPATAN, TAHUN 1969-2002 ( Diperhitungkan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 )

Tabungan Stoks Investasi Nisbah PDB PDB Tab Dom Perubahan

Domestik Modal Bruto Modal Tahun Tahun PDB

Bruto Lalu Lalu

Tahun St Kt It ICOR Yt Yt-1 St-1 Yt

1969 1970 1971 1972 1973

1974 1975 1976 1977 1978 1979 1980 1981

1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997

1998 1999 2000 2001 2002

23166.6 26341.1 29154.9 33594.2 36491.2 37088.9 38003.0 39909.2 45990.7 48562.3 45129.9 46736.0 41931.7 40553.2 39394.0 46123.8 47972.2 56425.5 62228.3 68524.3 77528.2 80413.7 85410.7 97393.4

107060.7 116136.1 118696.3 123018.5 128353.2 90052.8 53089.0 37194.7 25964.5 14752.4

5984.0 114089.3 147457.6 133359.9 132264.4 225887.4 387262.8 302084.0 276174.0 362621.2 460422.5 364991.3 476797.0

1841736.7 1084185.6 649500.0

1823344.7 854971.2

1113578.5 994296.1 922660.5

1086256.9 1202446.0 1351493.6 1420747.6 1406140.4 1479616.3 1741453.8 3017130.9

-3588666.5 -4599277.8 9490936.1 6139311.7 6326589.3

5984.0 7959.0 9645.8

11482.8 13441.1

16022.5 18361.3 19462.9 22556.1 25957.6 27104.7 32223.0 35811.4

40464.6 43630.2 41004.9 43961.6 48008.9 50642.4 56478.6 64024.9

73355.6 78142.0 82001.5 86667.3 98589.0

112386.4 128698.6 134033.5

149527.8 166813.2 186096.8 207609.6 231609.2

0.087 1.542 1.863 1.540 1.372 2.177 3.555 2.594 2.178 2.655 3.173 2.293 2.770

10.466 5.913 3.319 9.092 4.024 5.003 4.213 3.638 3.994 4.134 4.364 4.308 3.965 3.855 4.202 6.957

-8.620 -11.448 23.160 14.475 14.370

68824.2 73985.5 79163.9 86622.5 96421.1

103782.5 108948.1 116450.8 126807.7 136584.8 145128.4 159181.7 172108.5

175974.8 183353.3 195709.0 200544.2 212475.3 222598.4 236004.1 253601.9

271968.1 290870.6 309659.1 329775.8 354640.8 383792.3 414419.1 433685.2

416337.8 401766.0 409801.3 424144.3 440261.8

0 68824.2 73985.5 79163.9 86622.5 96421.1

103782.5 108948.1 116450.8 126807.7 136584.8 145128.4 159181.7 172108.5 175974.8 183353.3 195709.0 200544.2 212475.3 222598.4 236004.1 253601.9 271968.1 290870.6 309659.1 329775.8 354640.8 383792.3 414419.1 433685.2 416337.8 401766.0 409801.3 424144.3

0 23166.6 26341.1 29154.9 33594.2 36491.2 37088.9 38003.0 39909.2 45990.7 48562.3 45129.9 46736.0 41931.7 40553.2 39394.0 46123.8 47972.2 56425.5 62228.3 68524.3 77528.2 80413.7 85410.7 97393.4

107060.7 116136.1 118696.3 123018.5 128353.2 90052.8 53089.0 37194.7 25964.5

68824.2 5161.3 5178.4 7458.5 9798.6 7361.4 5165.6 7502.8

10356.8 9777.2 8543.6

14053.3 12926.8 3866.3 7378.6

12355.7 4835.2

11931.0 10123.2 13405.6 17597.8 18366.2 18902.5 18788.5 20116.7 24865.0 29151.5 30626.8 19266.1

-17347.4 -14571.8

8035.3 14343.0 16117.5

Sumber: Diolah oleh penulis dari, Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia (Tabel-Tabel Pokok) dan Statistik

Ekonomi-Keuangan Indonesia, berbagai tahun penerbitan; Indikator Ekonomi, edisi Juli 1998 dan Maret 2002.

Keterangan: Data Tahun 2002 merupakan angka taksiran sementara.

Page 12: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

12

12

Kelemahan-kelemahan ekonomi singapura, sebagaimana dikemukakan Komite Ekonomi

Singapura, terdapat tiga faktor utama:

1. Masalah struktural yang dihadapi oleh beberapa industri utama Singapura

yang berkaitan dengan sektor-sektor pengolahan minyak bumi dan Maritim.

2. Hilangnya daya saing internasional dan semakin menciutnya laba perusahaan

di Singapura….hal ini terjadi sebagai akibat meningkatnya upah buruh yang

tidak disertai oleh kenaikan produktivitas.

3. Kelemahan permintaan dalam negeri, bukan saja disebabkan karena anjloknya

sektor bangunan, tetapi juga disebabkan karena semakin meningkatnya jumlah

tabungan nasional yang tidak dapat disalurkan kepada peluang-peluang

investasi domestik yang produktif (The Singapura Economy: 1986. H.46).

Walaupun kelemahan-kelemahan ini ditutupi dengan melakukan investasi besar-

besaran dalam sektor bangunan, namun usaha ini dapat dinilai gagal oleh pemerintah

Singapura. Bukan saja pembangunan sektor bangunan menjadi terlalu berkelebihan tetapi

juga menyalurkan investasi ke sektor ini dianggap sebagai “misallocation”. Tindakan

yang keliru ini, akhirnya lebih mempertajam permasalahan yang dihadapi Singapura.

Dengan demikian, bukan saja jumlah investasi yang penting, akan tetapi

komposisi investasi tersebut dianggap jauh lebih penting lagi. Sebaliknya bagi kita

Indonesia, kelihatannya jumlah investasi jauh lebih penting dibanding komposisi

investasi itu sendiri. Dari pengalaman masa lalu Singapura dan Fhilippine agaknya dapat

ditarik pula kesimpulan untuk pada mana dapat pula diterapkan kepada lapangan usaha

ekonomi atau sektor ekonomi Indonsia seperti sektor Pertanian, Industri dan Jasa-jasa

yang tengah berlangsung dewasa ini sesuai dengan rencana atau target-target yang telah

digariskan sebelumnya melalui konsep perencanaan pembangunan Indonesia sekarang.

Meskipun penerapan komposisi investasi tersebut mendapat halangan besar ditengah

sulitnya mengakumulasi sumber pembiayaan dan pembentukan modal atau investasi bagi

pembiayaan pembangunan, secara cermat yang sedikit tersebut boleh jadi suatu saat akan

perlahan-lahan akan membukit.

4. PENDEKATAN PENELITIAN

Pendapat ahli ekonomi kenamaan J.M Keynes sangat populer sekali dan hampir

seluruh negara menggunakan konsep tersebut. Versi lain yang merupakan kelanjutan

teori Keynes dalam hal pertumbuhan ekonomi seperti Harrod-Domar dan bahkan konsep

teori W.W Rostow yang menyangkut dengan tahap-tahap pembangunan, secara disadari

atau tidak, telah terjadi pada setiap negara baik negara maju, maupun negara

berkembang.

Tetapi bukan berarti bahwa setiap negara akan mengikuti tahap-tahap

pembangunan a la Rostow. Sebenarnya tidak ada satu negarapun yang akan mengikuti

langkah-langkah negara-negara lain dalam proses pembangunannya. Hal ini sangat

dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik ekonomi, sosial maupun politik. Tetapi pola pola

Page 13: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

13

13

pemikiran Rostow mengenai periode kritis dalam tahap tinggal landas telah

mempengaruhi pola pemikiran negara-negara berkembang dewasa ini ( Hendra Esmara:

1985, h.56 ).

Bahkan Rostow sendiri ketika diminta tanggapannya mengenai masalah masalah

ini, mengemukakan sebagai berikut: "I suspect that the widespread and continuing

interest in The Stages among economists in developing word stems from the fact that its

structure can be recognizably linked to the phenomena they see about them and the

problems they must try to solve from day to day in their societies" ( Meier, Gerald M and

Dudley Seers: 1984, h.237 ).

Kiranya adalah cukup beralasan apabila Benjamin Higgins berpendapat bahwa

konsep Rostow akan tetap dipergunakan sebagai kerangka berfikir di dalam ilmu

ekonomi pembangunan, No matter how critical Rostow's collegues mey be of his system,

his terminology is here to stay. The expressions, "The Take-off and "Self-Subtained

Growth" are thoroughly entrenched in the the literature, and will continue to be by

development economists ( Benjamin Higgins: 1968, h.186 ).

Istilah tinggal landas ini, walaupun dalam pengertian yang berbeda dengan

Rostow telah terdapat pula dalam GBHN. Selama ora pemerintahan ordebaru, sejak dari

akhir Pelita III sudah terdengar isu bahwasya Indonesia akan memasuki era "terciptanya

kerangka landasan bagi bangsa Indonesia" dalam Pelita IV, kemudian dimantapkan

landasan tersebut pada Pelita V, sehingga dalam Pelita VI bangsa Indonesia sudah benar-

benar dapat tinggal landas untuk memacu pembangunan menuju terwujudnya masyarakat

yang kita cita-citakan, ialah masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Sekarang sudah berkahir periode Pelita VI dan dalam periode ini Soeharto telah lengser

mei 1998 dan cita-cita yang telah bertubi-tubi era orde baru telah berkhir dan diganti

dengan pemerintah era reformasi, pemerintah maupun bangsa Indonesia menerima

warisan sang leluhur berupa Hutang Luar Negeri yang nyaris peringkat 3 didunia.

Tujuan penulisan ini adalah mencoba mencari permasalahan ekonomi yang

dihadapi Indonesia dewasa ini. Bertitik tolah dari permasahan tersebut, akan dikaji

berbagai usaha untuk mengatasi kelesuan ekonomi ini. Langkah-langkah ini tidak dapat

dilepaskan dari usaha-usaha pengkajian ulang perkembangan ekonomi yang telah terjadi

semasa ordebaru dan dilanjutkan kepada pengujian kemampuan usaha-usaha

pembangunan seperti yang digariskan dalam tahap-tahap pertumbuhan ekonomi ala

GBHN tempo dulu versi W.W Rostow untuk tiga kelompok pengkajian tahun 1969-1997,

tahun 1969-2002 dan tahun 1997-2002. Sebenarnya konsep tinggal landas tersebut

memang sudah berlalu dan untuk masa sekarang Indonesia cita-cita masih memerlukan

tenggang waktu puluhan tahun lagi kedepan. Walaupun demikian adanya, tujuan peper

ini adalah sekedar mengukur kemampuan atau katidakmampuan kita menelusuri konsep

Rostow. Dalam hal ini, kebutuhan tabungan bagi pembiayaan pembangunan langsung

diasenyelir menjadi sebagai Kebutuhan Investasi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi

yang tinggi serta dengan ukuran pertumbuhan ekonomi demikian sekaligus akan

diterapkan terhadap konsep Rostow untuk mencapai tinggal landas ( take-off ).

Page 14: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

14

14

5. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Perkembangan ekonomi suatu negara biasanya ditandai oleh besar atau kecilnya

pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Secara singkat pertumbuhan ekonomi adalah

proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, yaitu melihat bagaimana suatu

perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Tekanannya pada

perubahan atau perkembangan itu sendiri ( Boediono: 1982, h.1). Hal ini terlihat dengan

banyaknya gagasan untuk memonitor atau mengukur hasil-hasil pembangunan yang telah

dicapai, ukuran yang selama ini biasa dipergunakan adalah dengan pendapatan nasional

atau GNP (Hendra Esmara: 1982, h.155).

Pencapaian besarnya GNP tersebut membutuhkan sejumlah investasi yang besar

dalam tiap-tiap periode pembangunan. Oleh Keynes, Investasi tersebut merupakan stock

of capital, secara sederhana investasi tersebut berasal dari tabungan dan tabungan itu

sendiri diperoleh dari pendapatan yang tidak dikonsumsi, sehingga dari sudut penerimaan

( income side ), adalah merupakan sisa dari pendapatan yang tidak dikonsumsi ( J.M.

Keynes: 1967, h.63 ).

Pada umumnya lebih kurang sekitar 75 % dari pendapatan nasional suatu negara

digunakan untuk konsumsi masyarakat atau rumah tangga yang dimaksud, sehingga

sisanya sejumlah 25 % akan merupakan tabungan. Dengan demikian, bahwa besar

kecilnya tabungan ditentukan oleh pendapatan. Namun demikian, tidak pula seluruh

pendapatan yang tersisa menjadi tabungan secara aggregat ( menyeluruh ) tersebut akan

tersalur menjadi investasi bagi pembiayaan pembangunan, dan untuk kasus demikian

diperlukan semacam penelitian.

Seorang ahli ekonomi barat yang termashur seperti Simon Kuznet, menyatakan

bahwa banyak ilmu pengetahuan didasarkan pada suatu kumpulan pengetahuan diskriptif

dan pada pengukuran empiris sangat membuhtuhkan pengetahuan tentang ketepatan yang

dapat dipercayai (Simon Kuznets: 1981, h.7). Namun demikian, kitapun juga tidak boleh

terlalu terikat dengan suatu teori saja , sehingga untuk kontek penelitian di Indonesia

diperlukan suatu model makro yang mempengaruhi tabungan tersebut.

Khususnya mengenai analisa pendapatan, banyak dijabarkan oleh beberapa ahli

ekonomi setelah Keynes seperti analisa pendapatan melalui siklus hidup oleh A.Ando,

R.Brumberg dan F. Modigliani. Kemudian pendekatan Permanent Income oleh Milton

Friedman, Relative Income oleh J.S. Duesemberry dan lain sebagainya. Seiring dengan

tujuan demikian, maka dalam penelitian ini akan dicoba pula mengukur kondisi ekonomi

Indonesia dalam pencapaian Steady-State Growth yang menggunakan data nasional

Indonesia meliputi tahun 1969-2002.

6. PEMBENTUKAN MODEL DAN METODOLOGI

6.1. Pembentukan Model

Pada Umumnya sistem ekonomi suatu negara adalah terbuka. Namun demikian,

model ekonomi secara makro ada yang menyatakan ekonomi tertutup dan ekonomi

terbuka, ini dimaksudkan agar dalam penelitian ekonomi bahwa perekonomian lebih

dapat disederhanakan dalam perhitungan, sehingga dikenal pula dengan ekonomi dua

Page 15: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

15

15

sektor, tiga sektor dan empat sektor. Model makro keseimbangan ekonomi terbuka

adalah sebagai berikut:

A = C + I + G + ( X – M ) ( 1 )

Y = C + S + ( T – R ) ( 2 )

A = Y ( ... Aggregate, Demand = Supply ) ( 3 )

C + I + G + ( X – M ) = Y = C + S + ( T - R ) ( 4 )

( I + G + R ) - ( S + T ) = ( M – X ) ( 5 )

S - I = ( G + R - T ) + Nx ( 6 )

I = S + ( T - R - G ) - ( X – M ) ( 7 )

I = [ S + ( T - G ) - R ] + ( M – X ) ( 8 )

I + G + X = S + ( T - R ) + M ( 9 )

I + X = S + M ( 10 )

persamaan (10) merupakan keseimbangan ekonomi yang bersifat terbuka, kalau saja

ingin ditinjau identitas ekonomi yang dalam penyusunan model makro termasuk ekonomi

tiga sektor dan ekonomi dua sektor tidaklah terlalu sulit, sebagai asumsi untuk tiga

sektor, dimana ( X - M ) = 0 dan mungkin R = 0. Sedangkan untuk asumsi dua sektor

diasumsi G + ( X - M ) = 0 dan ( T - R ) = 0 dari persamaan (4), alhasil didapatkan

sebagai berikut:

St = It ( 11 )

St = Sh + Sg = It ( 12 )

St = Sh + Mt = It ( 13 )

persamaan (11), (12) dan (13) masing adalah ekonomi dua sektor, tiga sektor dan empat

sektor. Ketiga persamaan tersebut telah siap bila dijadikan kedalam fungsi berkut

sekaligus dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Teori ekonomi Keynes ini pada

umumnya merupakan fungsi dari pendapatan nasional dan bisa juga fungsi lain seperti

tabungan dengan tabungan tahun lalu dan investasi dengan tingkat bunga ( interest rate ).

Dalam versi pertumbuhan ekonomi, model sederhana Keynes tersebut dirobah oleh

Harrod-Domar yang menganalisis adanya hungan antara tabungan dengan modal sebagai

berikut ( Michael P. Todaro: 1977, h.65):

St = s Yt ( 14 )

It = Kt ( 15 )

Kt/ Yt = k ( 16 )

atau Kt / Yt = k ( 17 )

Yt/ Yt = s/k ( 18 )

Selainnya itu, khusus dalam penaksiran stok modal atau modal (capital), dimana modal

adalah Kt = k Yt atau Kt = k Yt dan It = Kt, sehingga k tersebut ditulis sebagai

Page 16: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

16

16

k = It / Yt ( 19 )

oleh karena antara investasi dan tabungan merupakan kembar siam yang tidak bisa

dipisahkan, maka secara otomatis tabungan besar kecilnya tergantung dengan pendapatan

dan begitu juga capital dengan pendapatan dan kedua merupakan fungsi dari pendapatan.

Untuk tujuan demikian baik tabungan mapun modal perlu dilakukan estimasi secara

serempak, yaitu guna mendapatkan besarnya pertumbuhan ekonomi dan fungsi tersebut

sebagai

St = -C + s Yt ( 20 )

Kt = K + k Yt-1 ( 21 )

maka perumusan Harrod-Domar pada persamaan (18) Yt/Yt = s/k ( adalah fungsi

jangka pendek pertumbuhan ekonomi dengan dana luar negeri ), dan dalam hal ini juga

bisa dilakukan dari pembagian koefisien hasil estimasi persamaan (20) dengan persamaan

(21). Tabungan adalah bagian pendapatan yang tidak dikonsumsi dan merupakan fungsi

dari pendapatan, Menurut definisi lainya, bahwa perubahan tabungan sama dengan

tabungan tahun t dikurangi tabungan tahun sebelumnya, yang dapat ditulis sebagai

berikut dalam bentuk:

St = St - St-1 ( 22 )

Untuk menentukannya berapa besarnya perubahan tabungan, dimisalkan bahwa jumlah

tabungan yang diinginkan pada tahun t adalah St*. Asumsi bahwa hubungan antara St*

dengan St mempunyai persyaratan sebagai berikut:

St = h ( S*t - St-1 = 1 ) ( 23 )

dimana ha merupakan faktor penyesuaian antara keinginan dan kenyataan yang nilainya

terletak antara Nol dan Satu ( 0 < ha < 1 ). Jika h = 1 maka St = S*t, akan tetapi jika

h = 0 maka St = 0. Apabila dari kedua persamaan diatas dilakukan subsitusi, yaitu

persamaan (25) disubsitusikan kedalam persamaan (24) dan anggap bahwa S*t/ Yt = a,

maka diperoleh:

St = ( 1 - h ) St-1 + ha Y t ( 24 )

Secara statistik analisis regresi persamaan (24) yang merupakan persamaan tabungan

jangka panjang ( tanpa konstanta ) memperlihatkan bahwa tabungan tahun t dipengaruhi

oleh tabungan tahun lalu dan perubahan pendapatan. Untuk menentukan berapa besarnya

kebutuhan tabungan sebagai tingkat investasi produktif dalam pembiayaan pembangunan,

sehingga pada hakekatnya tingkat kebutuhan tabungan tersebut dapat mencapai kondisi

Steady-state growth yang dirumuskan sebagai berikut

St/Yt = ha g / ( g + h ) ( 25 )

dimana, h = h1: h1 = MPS

Page 17: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

17

17

= s

= s (1- t) + t

= s (1- t) + m

Masing-masing h1 = MPS untuk analisa ekonomi dua sektor, tiga sektor dan empat

sektor antara lain harus memberikan hasil yang sama.

6.2. Metodologi

Metodologi yang hendak dibuat menyangkut dengan metode pengujian secara

statistik, dan uraian tersebut kiranya tidak perlu terlalu ditonjolkan, sehingan analisis

statistik yang diperlihatkan secara umum masing berdasarkan (24), (20) dan (21) yang

dalam bentuk fungsi sebagai berikut:

St = f ( St-1 , Yt , Ui ) ( 26 )

St = f ( Yt , Ui ) ( 27 )

Kt = f ( Yt-1 , Ui ) ( 28 )

Dimana Ct = Konsumsi masyarakat pada tahun t

G = Government expenditure

It = Investasi bruto tahun t

Xt = Ekspor barang-barang dan jasa-jasa tahun t

Mt = Impor barang-barang dan jasa-jasa tahun t

Tt = Penerimaan Pajak tahun t

R = Transfer payment

St = Perubahan Tabungan ( Domestic Saving ) pada tahun t

St = Tabungan tahun t

St-1 = Tabungan tahun t-1 (sebelumnya)

Yt = Produk Domestik Bruto tahun t

Yd = Pendapatan Disposibel tahun t

Yt = Perubahan Produk Domestik Bruto

Kt = Stok Modal (Capital Stock)

C, K = Constant (autonomous Consumption and Capital)

ha = Faktor penyesuaian antara keinginan kemampuan menabung.

h = Perbandingan/ rasio antara tabungan yang diinginkan dengan

pendapatan nasional.

A = Angka (ratio) antara tabungan yang diinginkan dengan

perubahan pendapatan nasional

k = Incremental Capital Output Ratio

c = Marginal Propensity to Consume

s = Marginal Propensity to Save

g = Rate of Growth ( % ).

0 < ha < 1 MPC + MPS = 1 APC + APS = 1

Page 18: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

18

18

Tabel 2: Hasil Pengujian Empiris Tabungan Dan Stoks Modal Jangka Pendek

Persamaan SE R2 R R2 F D-W

Tahun 1969-1997:

St = 615.5 + 0.982 St-1 + 0.322 Yt 3614.7 0.988 0.994 0.987 1078.8 1.191 S(ai): (0.022) (0.055) t(ai): (44.032) (5.825)

St = 1652.8 + 0.293 Yt 7310.0 0.949 0.974 0.948 506.9 0.0238

S(bi): (0.013) t(bi): (22.515)

Kt = -240140.0 + 5.871 Yt-1 360670.2 0.746 0.864 0.737 79.3 1.778

S(ci): (0.359) t(ci): (8.906)

Tahun 1969-2002:

St = -3161.9 + 0.928 St-1 + 0.603 Yt 8299.0 0.936 0.967 0.932 225.9 0.729 S(di): (0.045) (0.105) t(di): (20.806) (5.744)

St = 24070.5 + 0.148 Yt 26241.5 0.337 0.581 0.317 16.3 0.168

S(ei): (0.037)

t(ei): (4.036)

Kt = -298291.0 + 6.490 Yt-1 2310898.0 0.114 0.337 0.086 4.1 1.552 S(fi): (3.204) t(fi): (2.025)

Tahun 1997-2002:

St = -32221.5 + 1.120 St-1 + 1.162 Yt 1281.9 0.9995 0.9997 0.9991 2837.4 2.020 S(gi): (0.015) (0.041) t(gi): (74.676) (28.419)

St = 3885.0 + 0.129 Yt 48250.9 0.002 0.044 -0.248 0.008 0.844

S(hi): (1.483) t(hi): (0.087)

Kt = 1.4E+08 - 327.6 Yt-1 4936213.0 0.406 0.637 0.257 2.729 1.568

S(ii): (198.3) t(ii): (-1.652)

Sumber: Diperhitungkan oleh penulis dari data Tabel 1.

Page 19: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

19

19

7. PENEMUAN EMPIRIS DAN ANALISIS PERHITUNGAN

7.1. Pengujian Empiris

Berikut ini adalah hasil pengjian beberapa fungsi yang berhubungan dengan

persamaan (25) yang menjadi tofik penelitian dan interprestasi dari koefisien hasil

estimasi antara lain setelah dirobah kedalam bentuk fungsi jangka panjang akan dapat

digunakan untuk memperkirakan kebutuhan investasi produktif bagi pembiayaan

pembangunan Indonesia serta untuk menaksir ukuran tinggal landas ( take-off ), mampu

atau tidaknya menelusuri konsep W.W Rostow tersebut. Hasil estimasi yang dilakukan

sesuai dengan periode penelitian yang meliputi tahun 1969-1997, tahun 1969-2002 dan

tahun 1997-2002 dengan hasil pengujian tersebut pada tabel 2 .

Sebelum melakukan analisis pengujian, ada baiknya terlebih dahulu diketahui

bahwa estimasi dilakukan tiga tahap untuk satu permasalahan periode penelitian.

Hubungan korelasi untuk semua periode penelitian pada umumnya cukup kuat secara

statistik sebagaimana yang dapat dilihat pada tabel 2.

7.2. Hasil Perhitungan Kebutuhan Investasi

Pada bagian ini yang akan ditelusuri adalah jumlah kebutuhan tabungan yang

tersalur sebagai investasi produktif bagi pembiayaan pembangunan Indonesia.

Mengangkut dengan investasi, istilah produktif dimaksudkan sebagai "tingkat tabungan

jangka panjang" yang tercapai bersamaan tingkat pencapaian laju pertumbuhan ekonomi

suatu negara. Investasi produktif adalah sejumlah investasi atau tingkat investasi yang

benar-benar berperan sebagai pembiayaan pembangunan, dan menaikan pendapatan

melalui produktivitas dan menaikan pertumbuhan ekonomi. Berikut ini, sebagaimana

Tabel 3 adalah hasil perhitungan periode penelitian tahun 1969-1997, Tahun 1969-2002

dan tahun 1997-2002.

Dengan mempergunakan interprestasi antar koefisien regresi, maka hal yang menjadi

perhatian khusus antara lain: Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berhasil dicapai

selama tahun 1969-1997 adalah sebesar 5,0 % rata-rata per tahun. Sebenarnya laju

pertumbuhan ekonomi sebesar tersebut sudah cukup tinggi dicapai dan malahan lebih

besar dari pada rencana yang harus dicapai.

Meskipun pertumbuhan ekonomi sudah cukup tinggi, maka belum tentu jumlah

tabungan berarti sudah mantap dan demikian juga halnya dengan investasi. Ada asumsi

yang mungkin tidak pernah dipopulerkan dalam masyarakat, yaitu dari segi sumber

investasi tersebut. Dari informasi para ahli ekonomi selama ini telah dapat dimengerti

atau disimpulkan, dimana Indonesia dalam menggalakkan upaya pembangunan yang

cepat dan dengan mengeterapkan jalur pembangunan "rapid growth" dimana sumber

pembiayaan pembangunan telah nyata-nyata menggantungkan harapan pada dana luar

negeri capital inflows.

Disamping itu, bahwa apa yang telah diamanatkan GBHN "upaya pembangunan

yang semakin bertumpu pada kemampuan sendiri dicamkan hanya sebagai hiasan kata

Page 20: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

20

20

belaka, dengan demikian tidak mustahil kiranya baik sektor swasta maupun sektor

pemerintah dalam kontek tata ekonomi nasional menanggung hutang yang besar terhadap

luar negeri, alhasil baik neraca pembayaran maupun anggaran negara mengalami posisi

yang kritis sepanjang tahun dan perdagangan luar negeri ternyata juga tidak mantap

ditelusuri.

Tabel 3: HASIL PERHITUNGAN PERKIRAAN KEBUTUHAN INVESTASI

DARI FUNGSI REGRESI JANGKA PENJANG

Tahun 1969-1997:

St = ( 1 - h ) St-1 + ha Yt St = s Yt Kt = k Y t-1

= 0.982 St-1 + 0.322 Yt = 0.293 Yt = 5.871 Yt-1

dimana, h = 0.019 a = 16.947 s = 0.293 k = 5.871 g (%) = 0.050

St/Yt = hag / ( g + h ) = 0.233

Tahun 1969-2002:

St = ( 1 - h ) St-1 + ha Yt St = s Yt Kt = k Y t-1

= 0.928 St-1 + 0.603 Yt = 0.148 Yt = 6.490 Yt-1

dimana, h = 0.072 a = 8.375 s = 0.148 k = 6.490 g (%) = 0.023

St/Yt = hag / ( g + h ) = 0.146

Tahun 1997-2002:

St = ( 1 - h ) St-1 + ha Yt St = s Yt Kt = k Y t-1

= 1.120 St-1 + 1.162 Yt = 0.129 Yt = -327.6 Yt-1

dimana, h = -0.120 a = -9.683 s = 0.129 k = -327.6 g (%) = -0.000394

St/Yt = hag / ( g + h ) = 0.00380

Sumber: Diperhitungkan Oleh Penulis dari Tabel 2.

Alasan yang menguatkan hasil penelitian ini sebagaimana dapat dilihat dimana

terlalu jauh perbedaan antara MPS dengan nilai h berupa perbandingan atau rasio antara

tabungan yang diinginkan dengan pendapatan. Sedangkan tingkat kebutuhan tabungan

terhadap pendapatan adalah masih cukup tinggi yaitu sebesar 23,3 % rata-rata per tahun.

Tingginya nilai kebutuhan tabungan berarti menyatakan bahwa Indonesia mampu

melanjutkan pembangunannya. Hal yang sangat menarik dalam penelitian ini alalah

bahwa nilai h yang cukup besar dan malahan melebihi nilai h negara Taiwan yang

Page 21: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

21

21

bernilai 0.228 atau 22,8 % rata-rata setiap tahunnya. Dalam kenyataannya Indonesia tidak

dapat langsung disamakan dengan negara Taiwan. Negara seperti Taiwan tersebut adalah

negara NICs dan sektor perekonomiannya jauh lebih mantap dari Indonesia karena

mereka lebih banyak menikmati rembesan kemajuan yang dicapai Jepang akibat kedua

negara agak bertetangga dan ditambahkan pula Taiwan telah cukup lama memperdayakan

sumber daya manusianya (lihat Tabel 4).

Tabel 4 : FUNGSI TABUNGAN JANGKA PANJANG INDONESIA DIBANDING

NEGARA LAIN DAN PERKIRAAN KEBUTUHAN TABUNGAN

Taksiran Nilai Growth Rate (%)

Negara 1-h ha h a 4 5 6 7

Brazil 0.859 0.592 0.141 4.19 0.131 0.155 0.177 0.214

[13.32] [3.35]

Costa Rica 0.715 0.819 0.249 3.58 0.123 0.149 0.173 0.217

[10.57] [40.66]

Israel 0.959 0.24 0.041 0.09 0.012 0.013 0.014 0.016

[9.56] [0.25]

Philippines 0.828 0.667 0.172 3.94 0.128 0.153 0.175 0.215

[17.55] [5.39]

Taiwan 0.772 0.779 0.228 3.42 0.116 0.14 0.163 0.202

[5.30] [2.56]

Indonesia *):

Tahun: 1969-1997 0.982 0.322 0.019 16.947 0.218 0.233 0.245 0.253

[44.032] [5.825]

1969-2002 0.928 0.603 0.072 8.375 0.215 0.247 0.274 0.297

[20.806] [5.744]

1997-2002 1.12 1.162 -0.12 -9.683 -0.581 -0.83 -1.162 -1.627

[74.676] [28.419]

Sumber : Heff, Nathaniel H. dan Kasuo Sato (1975), "A Simultaneous Equations Model of Saving in

Developing Countries", Journal of Political Economy, 83(b).

Catatan: *). Khusus untuk Indonesia dihitung oleh penulis untuk data periode tahun 1969-2002.

Page 22: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

22

22

Disamping itu, dari segi nilai a untuk Indonesia bernilai sebesar 16.947 dan nilai

ini juga besar. Dibanding dengan beberapa negara seperti Brazil, Costa Rica, Philippina

dan Taiwan, dimana Indonesia adalah paling unggul terkecuali negara Israel. Besarnya

nilai a tersebut memberikan indikasi bahwa proses penyesuaian antara tabungan yang

diharapkan dengan tabungan yang terjadi adalah jauh lebih cepat dibanding dengan

negara-negara lain tersebut, coba bandingkan untuk dua periode penelitian lainnya.

Selanjutnya, dengan asumsi bahwa St = A At* dimana At* adalah jumlah

kekayaan ( assets ) yang diharapkan, maka St*/Yt = A At*/Yt. Untuk kasus di Indonsia

oleh karena besarnya nilai a menunjukan pula bahwa besar pula rasio kekayaan yang

diinginkan terhadap pendapatan. Memang tidak dapat dipungkiri suatu negara miskin

atau hampir seluruh pendapatan tergunakan untuk pemenuhan konsumsi atau kondisi

yang dihadapi negara tersebut boleh dikatakan dengan apa yang disebut subsistence level

hingga hampir atau nyaris tidak ada pendapatan yang tersisa untuk tabungan, maka

negara demikian mempunyai hasrat konsumsi yang tinggi sekali, sehingga antara

keinginan menabung ( willingness to save ) menjadi bertolak belakang dengan

kemampuan menabung ( ability to save ).

Nampaknya Indonesia memerlukan tabungan yang sedikit lebih kecil dari pada

Taiwan. Agaknya, perbedaan kebutuhan ini dapat dijelaskan bahwa Taiwan boleh

dikatakan lebih baik ekonomi yang dimilikinya dan termasuk sebagai negara kelompok

NICs dengan sektor industrinya sangat memperbesar tabungan dan pendapatannya

selama ini. Sedangka Indonesia, upaya dan kemapuan mobilisasi tabungan tidak mantap.

Upaya pengingkatan tabungan lebih sering menghendaki melalui pengorbanan konsumsi

secara besar-besaran, dan sektor Industri dan tidak secerah di Taiwan.

8. KESIMPULAN

Krisis ekonomi dunia adalah sebagian dari masalah keterpurukan ekonomi

Indonesia yang yang dialami dewasa ini. Kekurangmampuan ordebaru mengendalikan

roda pembangunan selama ini, meski punya pengaruh, namun tidak dapat dianggap

sebagai kambing hitamnya, sebab bagaimanapun juga ordebaru telah terbukti memberi

perubahan besar Indonesia dari kelompok negara under-developing yang miskin menjadi

kelompok negara developing countries yang berpendapatan menengah. Disamping itu,

beberapa krisis ekonomi dunia yang berpengaruh selama ordebaru telah dapat

ditanggulangi walau belum sempurna sebagaimana yang diharapkan. Kesan yang paling

tidak bisa dilupakan adalah sempatnya ordebaru punya cita-cita tinggal landas, dan

kegagalan tinggal landas semata-mata tersebab hutang luar negeri yang banyak demi

pembangunan.

Penghalang utama bagi pembangunan negara-negara adalah masalah kekurangan

sumber-sumber pembiayaan pembangunan atau pembentukan modal yang dapat

dikerahkan sebagai Investasi bagi pembiayaan pembangunan. Dapat dikatakan suatu

kemampuan yang luar biasa era ordebaru sanggup meningkatkan modal secara besar-

besaran dari sumber dalam negeri plus luar negeri, dan sebaliknya adalah suatu

kelemahan ordebaru, selama mengalami reski minyak lupa akan pengembangan non-

Page 23: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

23

23

migas dan pengendalian beberapa kebijaksanaan makro ekonomi yang ada, dan yang

paling riskan sekali adalah kurang mengkaitkan antara rencana tinggal landas dengan

besarnya tumpukan hutang luar negeri.

Berkembangnya pola pemikiran akan upaya akumulasi modal untuk pembiayaan

pembangunan tidak dapat dilepaskan dari keberhasilan Marshall Plan didalam

membangun kembali eropah sebagai kehancuran perang dunia kedua, sehingga tidak

begitu heran kalau pola pemikiran demikian ingin pula untuk diterapkan pula terhadap

negara-negara sedang berkembang dan termasuk Indonesia. Bersamaan dengan itu

mengenai teori tahap-tahap pembangunan yang dikemukakan Rostow bahwa negara-

negara maju sekarang tersebut telah menempuh lima tahap pembangunan, yaitu: (1).

Tahap masyarakat tradisionil, (2). Tahap prakondisi untuk tinggal landas, (3). Tahap

tinggal landas, (4). Tahap menuju kedewasaan dan (5). Tahap Konsumsi massa yang

tinggi.

Diantaranya dari kelima tahap tersebut, maka tahap yang paling kritis adalah

tahap tinggal landas. Tahap kritis ini akan dapat dilalui apabila tingkat tabungan dan

investasi telah mampu mencapai antara 5 % sampai 10 % dari pendapatan nasional, dan

pola demikian ternyata terkait kuat dengan teori pertumbuhan ekonomi yang dipaparkan

Harrod-Domar. Dengan menerapkan konsep Rostow tersebut terhadap ekonomi dan

pembangunan di Indonesia, dimana pertumbuhan ekonomi yang dicapai selama eara

ordebaru adalah sebesar 5,0 % rata-rata per tahun. Pencapaian pertumbuhan ekonomi

sebesar ini, dimana Indonesia telah "memperuntukan" tabungan dalam negeri sebesar

23,3 % rata-rata per tahun dari pendapatan nasional. Sungguh hal yang sangat luar biasa

telah terjadi pada Indonesia masa ordebaru, walaupun telah memenuhi konsep Rostow

tersebut, namun belum dapat mencapai take-off. Rupanya masih ada pra-syarat lain yang

juga harus dipenuhi, yaitu pelaksanaan pembangunan harus mampu dilakukan tanpa

memperoleh "pinjaman lunak", dan telah dapat tumbuh dan berkembang atas kekuatan

sendiri atau menurut istilah Rostow "the take-off into self substained growth", yang harus

dipenuhi secara bersamaan.

Laju pertumbuhan ekonomi pada penelitian ekonomi Indonesia tahun 1969-2002

mengalami penurunan, oleh karena kondisi ekonomi tahun 1997-2002 merosot dengan

tajam. Sedangkan pertumbuhan ekonomi rata-rata yang terjadi selama era reformasi

ekonomi tahun 1997-2002 mengalami nilai minus secara rata-rata per tahun. Agaknya

“jauh panggang daripada api” bahwa era reformasi ekonomi untuk bercita-cita pula

mencapai tinggal landas sebagaimana yang telah dilakukan semasa ordebaru. Mekipun

demikian adanya, era reformasi tidak tertutup kemungkinan untuk melakukan perbaikan-

perbaikan ekonomi berdasarkan pengalaman negara maju serta negara lainnya yang

menjadi pembanding, dan yang terutama hendaklah lebih banyak belajar dari pengelaman

ekonomi Indonesia pada masa lampau..

Page 24: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

24

24

DAFTAR BACAAN

Boediono, "Teori Pertumbuhan ekonomi" BPFE Jogyakarta, 1982.

Heff, Nathaniel H. dan Kasuo Sato (1975). "A Simultaneous Equations Model of Saving

in Developing Countries". Jurnal of Political Economy, 83 (b).

Esmara, Hendra dkk, "Beberapa Indikator Pembangunan Indonesia" dalam Masyarakat

Indonesia, Tahun ke-IX, No.2, 1982.

_______________., "Politik Perencanaan Pembangunan: Teori, Kebijaksanaan Dan

Prospek", Pidato Pengukuhan Sebagai Guru Besar Perencanaan Pembangunan,

Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang: 27 Juli 1985.

Higgins, Benjamin., " Economic Development: Problems, Principles and Policies ( New

York: W.W. Norton & Company, Revised edition 1968 ).

Meier, Gerald M and Dudley Seers ( editor )., "Pioneers in Development" ( New York:

Oxford University Press, 1984 ).

Johnston, J., (1972). Economietric Methods, Mc Graw-Hill Kogakusa, Ltd., Tokyo.

J. Supranto., (1981). Metode Ramalan Kwantitatif Untuk Perencanaan, Jakarta,

Gramedia.

Michael P. Todaro, "Economics For Developing World" ( London: Longman Group

Limited, 1977).

Simon Kuznet, "Economic Growth of Nation", dalam Teori Ekonomi Dan Penerapannya

di Asia ( Gramedia: Jakarta, 1981).

Thee Kian Wie., (1980). Pembangunan Ekonomi dan Pemerataan, Jakarta, LP3ES.

Rencana Pembangunan Lima Tahun 1969/70-1973/74, Departemen Penerangan RI, Jilid

I, 1970).

R.M Sandrum, “Development Economic: A Framework for Analysis and Policy” (New

York: John Wiley & Sons, 1983).

Emmanuel S. De Dios (editor), An Analysis of the Philippine Economic Crisis (Quezon

City: Univ of The Philippine Press, 1984).

Report of Economic Committee, The Singapura Economy: New Direction (Singapura:

Ministry of trade & Industry, February 1986)

------+++++------

Cara paling Mudah Meng-unduh (Downloads) secara GRATIS sejumlah TULISAN ILMIAH Dalam bentuk Files PDF sebagai berikut:

Page 25: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

25

25

Daftar TULISAN ILMIAH Untuk PERGURUAN TINGGI, Terdiri:

Bidang UMUM: ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN

JURNAL PENELITIAN Kuantitatif, BUKU AJAR MODUL SOAL DAN

PEMECAHAN SOAL, BUKU TEKS, Laporan Hasil & Jurnal Hasil

Penelitian Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI, LAPORAN HASIL

& Jurnal Hasil Penelitian SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi

10 Macam Hasil Pegembangan KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

Penelitian Survey dari 5 Hasil Penelitian SURVEY.

Dan Didapatkan 10 Contoh/Bentuk PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF

Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI, termasuk 5 Proposal (Draft Hibah

DIKTI) Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 2009 s/d 2016

12 Contoh/Bentuk PROPOSAL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN

TRANSPORTASI 2014 s/d 2017

I. Bidang UMUM: ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN, Serta

Jurusan Terkait Bidang EKONOMI:

02 27 Jurnal Penelitian Kuantitatif TAHAP I to KOPTIS Wilayah III Jakarta Files: 003 01 Perspektif Ekonomi Indonesia Dalam satu tahap pembangunan Jangka Panjang

004 02 Analisis Fungsi Tabungan Indonesia: Pengujian Model Hipotesa Pendapatan Permanen

005 03 Expor Kommoditi Primer Pulau Sumatera Lamam Perdagangan Luar Negeri Indonesia

006 04 Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus Indonesia 1969-1994 007 05 Pekiraan Pembentukan Modal Di Indonesia

008 06 Kebijaksanaan Deregulasi Perbankan Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Di Indonesia

009 07 Instabilitas Perdagangan Luar Negeri Indonesia

010 08 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dan Ketergantungan Terhadap Dana Luar Negeri

011 09 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Diantara Modal Dan Tabungan

012 10 Pengukuran Kondisi Ekonomi Indonesia Dan Pencapaian Stedy-State Growth

013 11 Modal Asing Swasta Dan Pembentukan Investasi Produktif Dalam Pembiayaan Pembangunan

014 12 Trade-Off Antara Penerimaan Pajak Dan Kemampuan Menabung Masyarakat

015 13 Mobilisasi Tabungan Dan Investasi suatu Ekonomi Terbuka: Studi Kasus Indonesia 1969-1995

016 14 Pengaruh Pendapatan Permanen Dalam Pembentukan Tabungan

017 15 Peranan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

018 16 Analisis Fungsi Konsumsi Indonesia Dengan Pendapatan Permanen 019 17 Pembiayaan Ekonomi Dalam Negeri Diantara Keinginan Dan Kenyataan

020 18 Sektor Perdagangan Luar Negeri Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Kegiatan Ekonomi

021 19 Reformasi Kebijaksanaan Makro Dan Pengaruh Ekonomi Sektor Terbuka

022 20 Keseimbangan Pendapatan Nasional: Investasi Dan Sumber Pembiayaan Ekonomi

023 21 Analisis Pengaruh Pembentukan Tabungan Suatu Ekonomi Terbuka

024 22 Pengaruh Aliran Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembentukan Tabungan

025 23 Perkiraan Kebutuhan Investasi Dan Pengukuran Tinggal Landas

026 24 Kemampuan Pembentukan Modal Domestik: Sektor Pemerintah Dan Masyarakat

027 25 Prestasi Ekonomi Indonesia Dan Akumulasi Sumber Pembiayaan Pembangunan

028 26 Kualitas Pembangunan Ekonomi Indonesia Dan Dilema Ketergantungan Sumber Dana

029 27 Investasi Dan Pembiayaan Ekonomi Jangka Panjang Indonesia

Page 26: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

26

26

004 34 Jurnal Penelitian Kuantitatif TAHAP II to STMT Trisakti Files: 030 01 Standar Ukuran Tinggal Landas Perekonomian Suatu Negara

031 02 Pembentukan Modal Domestik Bruto Sektor Pemerintah Dan Masyarakat

032 03 Pembentukan Tabungan Dan Pembiayaa Ekonomi Jangka Panjang Indonesia

033 04 Prestasi Ekonomi Indonesia Dan Pencapaian Steady-State Growth

034 05 Aliran Modal Asing Swasta Dalam Pembentukan Investasi Produktif

035 06 Fungsi Konsumsi Dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Permanen 036 07 Pendapatan Permanen Dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Tabungan

037 08 Pengujian Model Tabungan Indonesia Dengan Hipotesa Pendapatan Permanen

038 09 Kebutuhan Tabungan Dan Sumber Pembiayaan Ekonomi Indonesia

039 10 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi: Trade-Off Antara Pajak Dan Tabungan

040 11 Aggregate Expenditre Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 3 Sektor)

041 12 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi Dalam Struktur Ekonomi Terbuka

042 13 Aggregate Expendiure Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 4 Sektor)

043 14 Pengaruh Sektor Perdagangan Luar Negeri Terhadap Aktivitas Ekonomi Indonesia

044 15 Aliran Modal Asing Dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembentukan Tabungan

045 16 Penafsiran Tingkat effisiensi Marginal Ekonomi Indonesia Dan Prakiraan Pembentukan Modal

046 17 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi Dalam Struktur Ekonomi Sederhana

047 18 Aggregate Expenditure Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 2 Sektor) 048 19 Pembentukan Modal Domestik Bruto Dan Ketergantungan Terhadap Sumber Dana

049 20 Prestasi Ekonomi Dan Indeks Instabilitas Sektor Perdangan Luar Negeri Indonesia

050 21 Model Makro Keseimbangan Agregatif Pembentukan Tabungan Dan Investasi

051 22 Expor Kommoditi Primer Dan Pertumbuhan Ekonomi Regional Pulau Sumatera

052 23 Konstribusi Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

053 24 Pengaruh Variabel-variabel Agregatif Terhadap Pembentukan Tabungan Dan Pendapatan

054 25 Pengembangan Sumber Pembiayaan Pembangunan Yang Semakin Bertumpu Pada

Kemampuan Sendiri

055 26 Pengembangan Instrumen Kebijaksanaan makro Terhadap Pembentukan Investasi Dan Pendapatan

056 27 Kebutuhan Tabungan Dan Pembentukan Investasi Produktif Bagi Pembiayaan Pembangunan

057 28 Pengaruh Ekspor Terhadap Pendapatan Nasional Dan Pertumbuhan Ekonomi 058 29 Pengaruh Deregulasi Perbankan Bidang Ekspor Terhadap Devisa Pendapatan Nasional

059 30 Aliran Dana Luar Negeri Di Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

060 31 Strategi Indonesia Dan Manajemen Pembentukan Modal Bagi Peningkatan Pendapatan Masyarakat

061 32 Manajemen Perdagangan Internasional Pengurangan Distorsi Ekonomi Pasca Seleksi

Aliran Dana Luar Negeri

062 33 Manajemen Perbankan Pasca Deregulasi Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Di Indonesia

063 34 Refleksi Ekonomi Indonesia Setelah 34 Tahun Membangun: Diantara Kekuatan Dan Kelemahan

005 10 BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Files: 064 01 BUKU AJAR Pengantar Teori Ekonomi

065 02 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Pengantar Teori Ekonomi

066 03 BUKU AJAR Teori Ekonomi 067 04 BUKU AJAR Ekonomi Pembangunan

068 05 BUKU AJAR Pengantar Ekonomi Mikro

069 06 BUKU AJAR Ekonomi Makro Perthitungan Pend Nasional

070 07 BUKU AJAR Teori Ekonomi Mikro

071 08 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Teori Ekonomi Mikro

073 09 BUKU AJAR Ekonomi Manajerial

074 10 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Ekonomi Manajerial

Page 27: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

27

27

II. PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 006 3 VERSI Teks Book EKO MANAJERIALPernah Disumbang ke DIKTI Dan Dikirim Ke USA File 075 01 Buku Teks 681h EKONOMI MANAJERIAL Dengan Fungsi Hasil Estimasi

Atau 075 01 EKONOMI MANAJERIAL Penerapan Konsep-Konsep Mikro Ekonomi Dengan Fungsi

Hasil Estimasi

File 076 02 Buku Teks 301h EKONOMI MANAJERIAL Dengan Fungsi Non-Estimasi

Atau 076 02 EKONOMI MANAJERIAL Penerapan Konsep-Konsep Mikro Ekonomi Dengan Fungsi

Non-Estimasi

File 077 03 Buku Teks 509h EKO MANAJERIAL TRANSPORTASI Dengan Fungsi Non-Estimasi

Atau 077 03 EKONOMI MANAJERIALTRANSPORTASI Penerapan Konsep Mikro Ekonomi Dalam Bisnis Transportasi Dengan Fungsi Non-Estimasi

File 078 Ringkasan Isi Dan Surat Menyurat Pengiriman 3 Teks Book EKO MANAJERIAL Ke USA

Atau 078 Request for Coop in Publishing 3 Text Books in MANAGERIAL ECONOMICS to The USA

Subject: Request for Cooperation in Publishing Text Books in MANAGERIAL

ECONOMICS: Application of Microeconomic Concepts Using Estimation

Result Function (242 halaman)

008 3 Jurnal Penelitian Kuantitatif PROFESIONAL Ilmu Ekonomi 2010 Files: 079 01 Evaluasi Ekonomi Indonesia di Era Pembangunan Berkelanjutan

080 02 Evaluasi Ekonomi 50 Tahun Indonesia Membangaun 081 03 Kebutuhan Tabungan Sebagai Sumber Pembiayaan Pembangunan Indonesia

009 4 Jurnal Penelitian Kuantitatif PROFESIONAL Ilmu Ekonomi 2012 Files: 082 01 Pengembangan Ekonomi Dan Pengaruh POLIIK Di Era Kepemimpinan INDONESIA

083 02 Prestasi Ekonomi INDONESIA Jangka Panjang Dan Pencapaian Kondisi STEADY-

STATE GROWTH

084 03 Perkiraan Kebutuhan Tabungan Bagi Target Pertumbuhan Ekonomi Yang Hendak Dicapai

085 04 Pengendalian Ekonomi Ditengah Ancaman Krisis Dan Dilema Keterbatasan Sumber

Pembiayaan Yang Salaing Trade-Off

010 4 Laporan Penelitian Kuantitatif MANAJEMEN TRANSPORTASI 2010 File 086 01 Laporan HASIL PENELITIAN Kuantitatif 72h Dibidang TRANSPORTASI DARAT 2010

Atau 086 01 Kebutuhan Investasi Produktif Dan Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Jalan Raya Di

Indonesia

File 087 02 Jurnal HASIL PENELITIAN Kuantitatif 18h Dibidang TRANSPORTASI DARAT 2010

Atau 087 02 Kebutuhan Investasi Produktif Dan Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Jalan Raya Di

Indonesia

File 088 03 Laporan HASIL PENELITIAN Kuantitatif 77h Dibidang TRANSPORTASI LAUT 2010 Atau 088 03 Produksi Jasa Angkutan Laut Indonesia Dan Akseleritas Pendapatan Nasional

File 089 04 Jurnal HASIL PENELITIAN Kuantitatif 18h Dibidang TRANSPORTASI LAUT 2010

Atau 089 04 Produksi Jasa Angkutan Laut Indonesia Dan Akseleritas Pendapatan Nasional

Page 28: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

28

28

011 3 Proposal P3M PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,Tahun 2010 File 090 01 Draft Proposal 21h Penelitian P3M MTD STMT Angkutan Jalan Raya DKI 2010

Atau 090 01 Kepadatan Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya Di DKI Jakarta: Trade off Antara Penguna

Kendaraan Pribadi Dan Umum

(Studi Kasus: Penerapan Konsep Slutsky’s Theorem, TE = SE + IE)

File 091 02 Draft Proposal 26h Penelitian P3M MTL STMT Faktor Produksi PT PELNI 2010 atau 091 02 Pengaruh Beberapa Faktor Produksi Terhadap Produksi PT PELNI

(Studi Kasus: Penerapan Konsep Production Isoquant, TO = SE + OE)

File 092 03 Draft Proposal 25h Penelitian P3M MTU STMT Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan 2010

atau 092 03 Penentuan Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan Dengan Arus Penumpang Jakarta-Ujung

Pandang

012 14 Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANAJEMEN TRANSPORTASI, Tahun 2011 File 093 01 Proposal 11h Produksi Jasa Angkutan Udara Indonesia 2011

Atau 093 01 Produksi Jasa Angkutan Udara Indonesia Dan Investasi Produktif Yang Diperlukan

File 094 02 Proposal 10h Jasa Angkutan Rel 2011

Atau 094 02 Menasionalisasikan Jasa Angkutan Rel Dan Investasi Yang Dibutuhkan

File 095 03 Proposal 11h Produktivitas Dan Produksi Jasa Angkutan KAI 2011

Atau 095 03 Produktivitas Dan Produksi Jasa Angkutan Kereta Api Indonesia

File 096 04 Proposal 11h Angkutan Pelayaran Antar Pulau Indonesia 2011

Atau 096 04 Angkutan Pelayaran Antar Pulau Dalam Wililayah Teritorial Indonesia

File 097 05 Proposal 12h Produksi Jasa Angkutan Udara Penerbangan Domestik 2011

Atau 097 05 Produksi Jasa Angk Udara Komersial Penerbangan Domestik

File 098 06 Proposal 12h Pengembangan Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau 2011

Atau 098 06 Pengembangan Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau Indonesia

File 099 07 Proposal 14h Usaha Jasa Angkutan Udara Pada Penerbangan Domestik 2011

Atau 099 07 Usaha Jasa Angkutan Udara Pada Penerbangan Domestik

File 100 08 Proposal 11h Utilitas Penumpang Pengguna Jasa Pelayaran Antar Pulau 2011

Atau 100 08 Utilitas Penumpang Pengguna Jasa Pelayaran Antar Pulau

File 101 09 Proposal 13h Angkutan Penumpang Udara Pada Penerbangan Domestik 2011

Atau 101 09 Angkutan Penumpang Udara Pada Penerbangan Domestik

File 102 10 Proposal 15h Angkutan Penumpang Dom Dan Trade off Antara Laut dan Udara 2011

Atau 102 10 Angkutan Penumpang Dom Dan Trade off Antara Laut dan Udara

File 103 11 Proposal 14h Kebutuhan Modal Pert Produksi Angkutan Udara Luar Negeri 2011

Atau 103 11 Kebutuhan Modal Pertumbuhan Produksi Angkutan Udara Luar Negeri

File 104 12 Proposal 12h Pengembangan Produksi Jasa Angkutan KAI 2011

Atau 104 12 Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Kereta Api Indonesia

File 105 13 Proposal 15h Angkutan Kargo Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan Dom 2011

Atau 105 13 Angkutan Kargo Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan Domestik

File 106 14 Proposal 12h Produksi Angkutan Kargo Udara penerbangan Internasional 2011 Atau 106 14 Produksi Angkutan Kargo Udara penerbangan Internasional

Page 29: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

29

29

10 Contoh PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI

013 5 CONTOH Hibah (Proposal DIKTI) Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 2009 -2016 File 107 01 Draf Hibah Kompetensi TAHAP 1 44h dgn Ir PRASAD TITA MM to DIKTI 2009

Atau 107 01 Analisis Pertambahan Pengguna Kendaraan Bermotor Roda Dua Dan Kepemilikan Mobil

Pribadi Di Jakarta

File 108 02 Draft Hibah Kompetensi 47h dgn PROF ERYUS To DIKTI 2010

Atau 108 02 Kepadatan Lalin Angkutan Jalan Raya Di DKI Jakarta Trade off Antara Peng Kend Pribadi

Dan Umum

File 109 03 Draft Hibah Kompetensi 51h dgn PROF HANANTO to DIKTI 2010

Atau 109 03 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PT PELNI

File 110 04 Draft Hibah Kompetensi 51h dgn PROF DIRK KOLEANGAN to DIKTI 2010

Atau 110 04 Penentuan Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan Dengan Arus Penumpang JAKARTA-

UJUNG PANDANG

File 111 05 Draft Hibah PRODUK TERAPAN 67h dgn Dr HUSNI HASAN to DIKTI 2016

Atau 111 05 Analisis Penentuan Tarif Angkut Dua Jasa Angk Penumpang Udara Dan Laut Rute

JAKARTA-UJUNG PANDANG

014 3 CONTOH Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,Tahun 2014 File 112 01 Proposal Penelitian P3M MTL 13h Angk Pelayaran Antar Pulau PT PELNI 2014

Atau 112 01 PENGEMBANGAN PRODUKSI ANGKUTAN PELAYARAN DI INDONESIA

File 113 02 Proposal Penelitian P3M MTD 15h Effisiensi Produktivitas Jasa Angk PT KAI 2014

Atau 113 02 TINGKAT EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS JASA ANGKUTAN KERETA API

INDONESIA

File 114 03 Proposal Penelitian P3M MTU 21h Kebutuhan Modal Angk Penerb Domestik 2014

Atau 114 03 KEBUTUHAN MODAL DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI ANGKUTAN

PENERBANGAN DOMESTIK

015 2 CONTOH Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,

Tahun 2017, Sedang Digarap File 115 01 Proposal Terpadu P3M 28h atau Analisis Trade-Off Antara MTL Dengan MTU 2017

Atau 115 01 Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan

Domestik Indonesia: Trade-off Antara Angkutan Laut Dan Udara

File 116 02 Proposal Penelitian P3M 22h Dibidang TRANPORTASI UDARA Luar Negeri 2017

Atau 116 02 KEBUTUHAN MODAL DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI ANGKUTAN UDARA

LUAR NEGERI

Page 30: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

30

30

III. PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 016 5 LAPORAN HASIL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANJEMEN TRANSPORTASI 2014-2017

File 117 01 Laporan HASIL PENELITIAN 375h Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014

Atau 117 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL

PURWAKARTA

File 118 02 Laporan HASIL PENELITIAN 147h PERUM DAMRI 2015 Atau 118 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan

Loyalitas Pelanggan

File 120 03 Laporan HASIL PENELITIAN 172h PT MAYASARI BAKTI 2016

Atau 120 03 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Thd

Keunggulan Bersaing Jasa Angk Mayasari Bakti

File 122 04 Laporan HASIL PENELITIAN 165h GARUDA INDONESIA 2016

Atau 122 04 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan

Domestik GIA Di Bandara Soeta

File 124 05 Laporan HASIL PENELITIAN 353h Kereta Api PATAS Purwakarta 2017 Atau 124 05 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS

PURWAKARTA

017 5 Jurnal HASIL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANJEMEN TRANSPORTASI 2014-2017 File 125 01 Jurnal HASIL PENELITIAN 41h Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014

Atau 125 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL

PURWAKARTA

File 126 02 Jurnal HASIL PENELITIAN 35h PERUM DAMRI 2015

Atau 126 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan

Loyalitas Pelanggan

File 128 03 Jurnal HASIL PENELITIAN 38h PT MAYASARI BAKTI 2016

Atau 128 03 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Thd

Keunggulan Bersaing Jasa Angk Mayasari Bakti

File 130 04 Jurnal HASIL PENELITIAN 36h GARUDA INDONESIA 2016

Atau 130 04 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan

Domestik GIA Di Bandara Soeta

File 132 05 Jurnal HASIL PENELITIAN 40h Kereta Api PATAS Purwakarta 2017

Atau 132 05 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS

PURWAKARTA

018 10 Macam Prediksi Pengembangan MODEL & KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Penelitian Survey

Files: 133 01 KA Eko Lokal Purwakarta 2014 20h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt 134 02 KA Eko Lokal Purwakarta 2014 23h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Panjang Alt

135 03 PERUM DAMRI 2015 15h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

136 04 Jurnal HASIL PENELITIAN PERUM DAMRI 2015 24h

137 05 Jurnal HASIL PENELITIAN Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014 30h

138 06 Jurnal HASIL PENELITIAN PT MAYASARI BAKTI 2016 31h

139 07 PT MAYASARI BAKTI 2016 19h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

140 08 Jurnal HASIL PENELITIAN GARUDA INDONESIA 2016 31h

141 09 PT GARUDA INDONESIA 2016 19h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

142 10 Jurnal HASIL PENELITIAN KA PATAS Purwakarta 2017 30h

Page 31: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

31

31

12 BUAH BENTUK PROPOSAL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI

019 6 Contoh Proposal PENELITIAN SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi 2014-2017 File 143 01 Proposal 21h KERETA API EKONOMI LOKAL PURWAKARTA 2014

Atau 143 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL

PURWAKARTA

File 144 02 Proposal 18h PERUM DAMRI 2015

Atau 144 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan

Loyalitas Pelanggan

File 145 03 Proposal 17h PERUM DAMRI Dgn KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

Atau 145 03 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan

Loyalitas Pelanggan

File 146 04 Proposal 28h Keunggulan Bersaing PT MAYASARI BAKTI 2016

Atau 146 04 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Terhadap

Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Mayasari Bakti

File 148 05 Proposal 28h Keunggulan Bersaing GARUDA INDONESIA 2016

Atau 148 05 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan

Domestik GIA Di Bandara Soeta

File 150 06 Proposal 27h KERETA API PATAS PURWAKARTA 2017

Atau 150 06 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS

PURWAKARTA

020 2 Contoh Proposal PENELITIAN SURVEY Hasil Pengembangan Model 2016 File 151 01 Proposal 33h Keunggulan Bersaing GARUDA INDONESIA 2016 dengan MODEL &

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

Atau 151 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan Domestik GIA Di Bandara Soeta

File 152 02 Proposal 26h Keunggulan Bersaing PT MAYASARI BAKTI 2016 dengan MODEL &

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

Atau 152 02 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Terhadap

Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Mayasari Bakti

021 2 Contoh Proposal Baru PENELITIAN SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi 2017 File 153 01 Proposal 30h Keunggulan Bersaing LION AIR GROUP 2017

Atau 153 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan Domestik LION AIR GROUP Di Bandara Soeta

File 154 02 Proposal 30h Keunggulan Bersainng TRANSJAKARTA 2017

Atau 154 02 Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing Dan Implikasinya Terhadap Loyalitas

Konssumen Jasa Angkutan Transjakarta

File 155 01 Proposal 30h Keunggulan Bersaing LION AIR GROUP 2017 dengan MODEL &

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

Atau 155 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan

Domestik LION AIR GROUP Di Bandara Soeta

File 156 02 Proposal 30h Keunggulan Bersainng TRANSJAKARTA 2017 dengan MODEL &

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

Atau 156 02 Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing Dan Implikasinya Terhadap Loyalitas

Konssumen Jasa Angkutan Transjakarta

Page 32: REFLEKSI EKONOMI INDONESIA SETELAH 34 TAHUN … · 2018. 9. 9. · The difficult crisis at the beginning of “Orde Baru” (1967) when we are developing our nation are finished by

32

32

Biasanya untuk mendapatkan sebuah TULISAN ILMIAH adalah secara kebetulan

didalam DOMAIN Google atau Bilamana sudah mengetahui judul TULISAN

ILMIAH tersebut cukup dengan menulis judul tersebut ke dalam Google dan akan

keluar TULISAN ILMIAH yang dimaksud.

KIAT CERDIK MEMBUAT TULISAN ILMIAH, dan sebagai langkah utama adalah

dengan cara Mengkoleksi sejumlah TULISAN ILMIAH yang akan berperan sebagai

MATERI PEMBANDING dengan MATERI YANG DIBUAT. Paling tidak agar

mengatahui bagaimana penyusunan MODEL & KERANGKA PEMIKIRAN

TEORITIS yang dibuat penulis lain. Selain bisa memperkuat “pondasi ilmiah” bahkan

juga memperkokoh “Kemampuan ilmiah” agar lebih mudah menyelesaikan berbagai

bentuk/beranekaragam Persoalan Ilmiah pada PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang

MANAJEMEN TRANSPORTASI maupun PENELITIAN SURVEY Dibidang

MANAJEMEN TRANSPORTASI. Tentunya sebagai langkah berikutnya adalah

Meng-unduh (Downloads) sebanyak mungkin TULISAN ILMIAH dari penulis lain atau Meng-unduh secara keseluruhan TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam File PDF

(pada posisi jumlah sekarang) sebagaimana tercantum dalam Lembaran Informasi, terkecuali TULISAN ILMIAH yang terdapat dalam kurung sebanyak 22 Files (hanya

bisa didapatkan melalui Email langsung dengan sejumlah harga tertentu yang disajikan

dalam sebuah Daftar Harga).

Ketentuan: Gantilah Lembaran Informasi (Daftar TULISAN ILMIAH yang disisipkan dalam wujud File PDF) menjadi (Daftar TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam File DOCUMENTS),

sehingga didapatkan sebuah File DOCUMENTS yang berisikan Daftar dari semua tulisan

ilmiah yang disusun oleh Amrizal.

Selanjutnya, dengan cara memasukan/menuliskan 000 Daftar Tulisan Ilmiah Amrizal

ke dalam Google, maka akan didapatkan sebuah File DOCUMENTS yang berisi Daftar

TULISAN ILMIAH tersebut, dengan contoh berikut:

Google 000 Daftar Tulisan Ilmiah Amrizal Cari

Adapun tujuan selanjutnya agar lebih leluasa/Mudah meng-unduh (Downloads)

keseluruhan TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam PDF (pada posisi jumlah sekarang),

cukup dengan cara meng-Copy masing-masing Nomor urut beserta nama file tersebut

ke dalam Google.

Diistilahkan dalam tanda petik “pada posisi jumlah sekarang” oleh karena posisi/jumlah

files PDF yang disajikan dalam Daftar TULISAN ILMIAH dapat berubah pada saat-saat

tertentu seiring dengan perjalanan waktu.......

-------- Jakarta, 14 September 2017--------