Refleksi Diri Kegiatan Puskesmas Blok Hpk 114
-
Upload
muhammad-iqbal-anand -
Category
Documents
-
view
93 -
download
3
Transcript of Refleksi Diri Kegiatan Puskesmas Blok Hpk 114
1
REFLEKSI DIRI
Puskesmas adalah sarana kesehatan masyarakat yang diawasi langsung oleh
Pemerintah. Karena pelayanan yang cukup memadai dan dengan tarif yang cukup
murah tidak jarang masyarakat menjadikannya andalan dalam berbagai permasalahan
kesehatan. Dalam hal ini saya dan kelompok saya mendapatkan kesempatan untuk
dapat terjun langsung melihat pelayanan kesehatan di Puskesmas Kejaksan.
Puskesmas Kejaksan adalah sebuah pusat kesehatan masyarakat yang terletak di
kelurahan Kesenden, Kota Cirebon. Nama puskesmas ini diambil dari nama
kecamatannya yaitu Kecamatan Kejaksan. Puskesmas Kejaksan termasuk 1 dari 22
puskesmas yang ada di Kota Cirebon dan merupakan puskesmas yang sudah tua
dibandingkan dengan puskesmas lainnya karena telah berdiri sejak tahun 1998.
Puskesmas ini dipimpin oleh dr.Katibi, MKM.
Puskesmas terdiri dari beberapa ruangan, disebelah kiri pintu masuk terdapat
tangga dan loket pendaftaran, ditempat ini para pasien dapat mengambil nomor
antrian yang telah disediakan. Disebelah kanan pintu masuk terdapat balai
pengobatan umum diawasi langsung oleh dr.Wenty Prihantinah dan tedapat juga
ruang tindakan, dalam ruangan ini Ibu Neni lah yang mengawasi. Diseberang ruang
tindakan terdapat apotek dimana pasien dapat mengambil obat, Ibu Dyah, Ibu Dede
dan Ibu Ros adalah selaku penanggung jawab apotek dan mereka juga yang melayani
pasien yang ingin mengambil obat. Disebelah kiri apotek terdapat ruang konseling,
ruangan ini adalah tempat dimana pasien yang mengalami penyakit kronis dapat
berkonsultasi langsung dengan ahlinya. Diseberang ruang konseling terdapat
laboratorium kecil, lab ini menyediakan pemeriksaan gula darah, kolesterol, asam
urat, golongan darah dan pembuatan preparat. Jadi pasien tidak perlu repot-repot ke
laboratorium besar karena di puskesmas ini telah tersedia laboratorium, walaupun
kecil tetapi mempunyai manfaat yang sangat besar bagi masyarakat. Dan
2
disebelahnya terdapat poli gigi. Ruangan dilantai satu yang terakhir adalah ruangan
Kesehatan Ibu dan Anak atau yang biasa disingkat (KIA). Diruangan ini menangani
seputar kesehatan ibu dan anak dan yang mengawasi di ruangan ini adalah Ibu Retno
sebagai koordinator, Ibu Endang dan Ibu Atik.
Dilantai 2 Puskesmas terdapat ruang staf, ruang data, ruang imunisasi, poli
gigi dan ruang kepala puskesmas. Puskesmas Kejaksan buka jam 7 pagi hingga jam 2
siang. Puskesmas Kejaksan melayani berbagai pelayanan seperti : pengobatan
dasar/primer, tindakan medik umum, pemeriksaan kesehatan, pelayanan ,medis gigi,
pemeriksaan kehamilan, pelayanan KB, imunisasi, konsultasi kesehatan, layanan
RSBM, periksaan USG dan laboratorium. Puskesmas Kejaksan mengupayakan
pelayanan kesehatan dalam 2 tempat yaitu didalam gedung dan diluar gedung.
Didalam gedung contohnya adalah balai pengobatan umum, balai pengobatan gigi,
dan balai pengobatan kesehatan ibu dan anak. Sedangkan pelayanan diluar gedungnya
adalah posyandu balita dan posyandu lansia.
Ketika kami datang kami langsung disambut baik oleh para staf Puskesmas
Kejaksan dan diajak untuk menengok-nengok sebentar kondisi puskesmas setelah itu
kami dibawa ke ruang atas untuk mengikuti pembukaan yang dipimpin langsung oleh
dr.Katibi, MKM dan dr Sri Murdiyah Hidayati. dr Katibi menjelaskan secara rinci
tentang seluk beluk puskesmas ini. Beliau bercerita bahwa puskesmas di Kota
Cirebon ini minim akan tenaga medis yang kompeten. Beliau mengatakan bahwa
seharusnya setiap puskesmas itu memilik 1 dokter spesialis yang siap sedia melayani
pasien puskesmas. Namun kenyataanya di Kota Cirebon ini dokter-dokter spesialis
belum mau untuk mengabdikan hidupnya di puskesmas, mereka lebih memilih untuk
bekerja di rumah sakit swasta. Hal ini tentunya sangat tidak diinginkan, karena seperti
yang telah kita ketahui bahwa puskesmas itu adalah tempat rujukan pengobatan yang
murah dan memadai. Apabila para dokter spesialis mau untuk bergabung dengan
puskesmas tentunya pelayanan kesehatan akan semakin meningkat dan pundi-pundi
rupiah pun bertambah. Lalu beliau menjelaskan juga kepada kita bahwa di Kota
Cirebon ini setiap 1 kelurahan terdapat 1 puskesmas bila dihitung-hitung di Kota
3
Cirebon ini terdapat 22 kelurahan maka puskesmasnya pun berjumlah sekitar 22 juga.
Pada umumnya nama puskesmas tidak diambil berdasarkan nama kelurahannya
namun biasanya diambil sesuai nama khas dari daerah tersebut contohnya adalah
Puskesmas Nelayan yang terletak di kelurahan Kebon Baru kecamatan kejaksan, Kota
Cirebon.
Beliau menambahkan juga bahwa di Indonesia itu perbandingan antara dokter
dengan pasien itu sekitar 1: 2500. Ini berarti bahwa 1 dokter itu melayani sekitar 2500
pasien tetapi hal ini merupakan suatu perubahan dari sebelumnya yaitu 1:4000. Lalu
dr.Katibi, MKM menyerahkan sepenuhnya kepada dr.Sri Murdiyah Hidayati untuk
memandu kami berkeliling puskesmas. Beliau mengajak kami keliling-keliling
Puskesmas Kejaksan bahkan beliau juga mengajak kami untuk melihat kegiatan
posyandu balita dan posyandu lansia. Kami pun mengikuti kegiatan ini ke posyandu
terdekat, disitu kami melihat banyak sekali balita dan lansia yang antusias mengikuti
kegiatan posyandu. Dalam pelaksanannnya posyandu dibagi menjadi 2 bagian yaitu
khusus balita dan bayi dan khsus lansia. Pada posyandu balita dan bayi pertama-tama
bayi atau balita didaftarkan dulu kepada petugas posyandu yang bertugas lalu bayi
atau balita ditimbang dan kemudian diberi vitamin oleh petugas posyandu, agar bayi
atau balita tidak rewel petugas posyandu memberikannya bubur soup ayam. Hal ini
dilakukan semata-mata agar bayi atau balita tidak menangis dan agar mereka mau
kembali untuk posyandu bulan depan. Untuk posyandu balita ini secara rutin
diselenggarakan sebulan sekali agar kondisi balita atau bayi ini dapat terkontrol
dengan baik.
Sedangkan pada posyandu lansia, pasien yang datang berobat jauh lebih
banyak dari pada pasien balita atau bayi. Pasien lansia awalnya harus mendaftar dulu
pada petugas posyandu lansia setelah itu dilakukan tes fisik dasar seperti
menggunakan tensimeter untuk mengukur tekanan darah ketika jantung menguncup
dan mengembang. Setelah itu biasanya petugas posyandu menanyakan keluhan-
keluhan keseharian pasien seperti nyeri pada otot dan tulang, batuk dan pilek, serta
demam tinggi. Setelah itu pasien diberi obat sesuai dengan keluhan-keluhan lalu
4
pasien memperoleh puding agar pasien mau kembali lagi mengecek kesehatan di
posyandu tersebut bulan depan.
Tentu dalam melakukan semua tindakan tidaklah ada yang bisa sempurna apa
lagi dalam tindakan medis, kata sempurna tidaklah pernah terdengar sedikitpun
seperti pada pelayanan kesehatan masyarakat (puskesmas). Puskesmas walaupun
diawasi langsung oleh pemerintahan tetaplah selalu bisa melakukan kesalahan.
Seperti halnya dalam mengurusi pasien yang menggunakan kartu jamkesda,
jamkesmas ataupun askes mereka selalu saja merasa bingung dengan metode-metode
yang harus mereka lalui ketika mereka sedang berobat di puskesmas dan hal ini juga
yang membuat mereka memilih untuk tidak menggunakan kartu jamkesda,
jamkesmas atau askes sama sekali. Seharusnya Pemerintah dapat mengantisipasinya
dengan kebijakan-kebijakan untuk mempermudah pasien yang sakit dengan kartu
kesehatan. Seperti halnya di Puskesmas Kejaksan, kesalahan-kesalahan memang
nyaris tidak ada karena pelayanannya yang sungguh luar biasa dan maksimal. Akan
tetapi ada beberapa hal kecil yang sering diabaikan dalam melayani pasien yaitu
prinsip 5S. 5S ini terdengar cukup mudah dan sepele tetapi apabila hal ini
ditinggalkan maka akan berdampak besar pada pasien. Seperti halnya petugas
kesehatan yg terkesan tidak ramah dan galak, hal ini dapat terlihat jelas dari ekspresi
wajahnya ketika melayani pasien. Kebanyakan dari mereka tidak menunjukkan
senyum sedikitpun kepada pasien padahal seperti yang kita ketahui bahwa 5S itu
adalah singkatan dari senyum, sapa, salam, sopan dan santun, apabila senyum saja
tidak bisa diterapkan, bagaimana dengan keempat poin yang lainnya?
Tentu masalah ini dianggap besar karena sebagian pasien nyaman itu bukan
karena kecerdasan ataupun kepandaian dokternya namun karena penyampaiannya dan
komunikasinya yang sangat mengena di hati para pasien dan inilah sebenarnya obat
yang paling manjur. Etika yang menurut saya yang harus diterapkan selanjutnya
adalah empati, hal ini belum terlihat di Puskesmas Kejaksan. Empati adalah sesuatu
yang sangat penting dalam interaksi dokter pasien. Tanpa empati pasien tidak akan
merasakan nyaman berada didekat dokter dan begitu juga dengan dokternya. Ketika
5
kami ikut ke posyandu kami pun melihat bahwa petugas posyandu itu mudah sekali
untuk berbaur dengan masyrakat sekitar hal ini terjadi karena adanya empati dari
petugas kesehatan tersebut.
Dalam melakukan kegiatan posyandu, petugas posyandu tersebut masih
melakukan beberapa kekeliruan contohnya dalam hal melakukan tensi. Petugas
posyandu melakukan tensi dengan menggunakan sphygnomanometer dan stetoskop
namun dalam penggunaannya kedua alat tersebut belum maksimal seperti
menggunakan stetoskop. Petugas posyandu menggunkan stetoskop untuk mengukur
denyut nadi pada lengan namun apa yang terjadi mereka menggunkan bagian
membran pada stetoskopnya seharusnya mereka menggunakan bagian bellnya.
Memang perbedaannya tidak jauh namun alangkah lebih baik menggunakna bellnya
karena bagian tersebut lebih peka dalam mendeteksi denyut nadi. Kesalahan juga
terjadi pada asisten pencatat data rekam medis di posyandunya dimana asisten
pencatat itu selalu saja ada yang terlewat dalam catatan rekam medisnya. Asisiten
tersebut sering melewatkan hasil pengukuran tensi yang menurut saya justru itulah
yang penting dan seharusnya dicatat. Dalam hal ini asisten kurang cekatan dalam
kontribusinya sebagai pencatat hasil rekam medis. Seperti yang telah kita ketahui
bahwa rekam medis itu adlah senjata rumah sakit atau puskesmas ketika pasien
menggugat di pengadilan. Apabila catatan tersebut tidak lengkap atau bahkan hilang
itu akan menjadi suatu permasalahan besar di pihak penyelenggara kesehatan karena
mereka tidak memiliki bukti yang valid.
Hal selanjutnya yang harus diperhatikan adalah tentang higienis kah suatu
peralatan medis. Ini terjadi ketika posyandu, petugas posyandu membiarkan obat-
obatan tersebut terbuka dan terkena angin seharusnya ini adalah sesuatu yang tidak
diperbolehkan dalam hal medis karena kuman, virus dan bakteri terdapat dimana-
mana apalagi ini adalah sebuah obat yang sekiranya berfungsi untuk menyembuhkan
seseorang yang sakit. Terbayanglah apabila obat tersebut justru malah menambah
penderitaan pasien. Dan para petugas posyandu tidak mencuci tangan dan memakai
handscoen padahal seblum melakukan sesuatu hendaknya kita selalu menjaga
6
kesehatan diri kita apalagi dalam tindakan medis, tidak seharusnya mereka seperti
itu. Mencuci tangan dan menggunakan handscoen dapat mencegah penularan
berbagai penyakit, virus, kuman dan bakteri yang terdapat dilingkungan sekitar kita.
Prosedur ini seharusnya tida boleh terlewatkan sedikitpun dan dalam situasi apapun.
Dalam melakukan informed consent memang petugas posyandu tidak
melakukan percakapan yang mengerucut pada perstujuan antar pasien dengan petugas
posyandu tetapi mereka berinteraksi dengan cara implied consent. Apa itu implied
consent ? Implied consent adalah salah satu metode dalam meminta persetujuan
dengan pasien dan pasien menjawab tidak dengan kata-kata melainkan dengan suatu
reaksi contohnya pabila petugas posyandu ingin melakukan pengukuran denyut nadi
(tensi), pasien tidak berkata apapun melainkan langsung mengulur tangannya dang
mengulung bajunya. Hal ini berarti pasien bersedia untuk melakukan proseur tensi.
Dan sedikit saja masukan untuk kegiatan posyandu ini bahwa seharusnya dalam
memberikan snack harus dipaskan dengan kondisi pasien juga contoh apabila terdapat
pasien yang menderita diabetes mellitus seharusnya jangan diberi puding atau
makanan yang bersifat manis-manis tetapi diberikan sesuatu yang sekiranya ridak
membuat pasien tersebut bertambah parah. Misalkan diberi souvenir seperti
gantungan kunci, magnet kulkas atau sticker. Selain lebih murah juga dapat
menurunkan kemungkinan untuk bertambah parahnya suatu penyakit.
Selain itu penataan puskesmasnya juga harus diperbaiki agar terlihat bersih
dan nyaman untuk pasien. Di Puskesmas Kejaksan masih terlihat beberapa ruangan
yang kumuh dan tidak tertata rapih seperti pada ruang pendaftaran. Apabila kita
masuk kedalam puskesmas dan melihat ruang pendaftaran yang kumuh dan terkesan
jorok seperti itu apakah kita masih mau untuk berobat kesana? Masyarakat pun
berpikir jika ruang pendaftarannya saja seperti itu bagaimana dengan ruang-ruangan
pemeriksaan yang lain yang harus selalu steril dan higienis. Jika kita melihat, ruang
pendaftaran dipenuhi oleh arsip rekam medis yang terbilang cukup berantakan. Dan
dilantai atas masih terdapat banyak debu-debu seperti tidak pernah dibersihkan dan
terdapat ruang kosong juga yang tidak terurus. Seharusnya ruang kosong tersebut
7
dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Tidak hanya kekuranga tetapi terdapat
juga keunggulan-keunggulan puskesmas Kejaksan dibandingkan dengan puskesmas
lainnya seperti terdapat jalur kusuh bagi orang-orang yang disfabel. Hal ini dapat
mempermudah orang yang memerlukan kursi roda untuk mendapatkan pelayanan di
puskesmas dan keunggulannya yang lain adalah tempatnya yang cukup rindang dan
asri sehingga terasa sejuk dan tidak panas apabila berada di puskesmas tersebut. Dan
juga tempatnya yang cukup strategis memudahkan akses menuju kesana. Dalam
pelayanannya, Puskesmas Kejaksan memiliki program RSBM setiap hari rabunya.
RSBM adalah kepanjangan dari Rumah Sakit Berbasis Masyarakat adalah suatu
program dimana masyrakat dapat langsung menemui para ahli dan dokter spesialis
untuk berkonsultasi maupun berobat. Puskesma Kejaksan menyediakan 3 dokter
spesialis yaitu dokter spesialis anak, dokter spesialis jantung dan dokter spesialis
kehamilan. Tentu dengan adanya program ini masyarakat tidak perlu lagi untuk
menhabiskan biaya besar ke Rumah Sakit untuk hanya sekedar berkonsultasi dan
berobat dengan ahlinya.
Untuk kedepannya saya akan mencoba untuk belajar dan berlatih lebih giat
lagi belajar pemeriksaan fisik dasar karena ini adalah suatu landasan dalam
melakukan kegiatan medis yang lainnya. Saya ingin belajar menggunakan tensi dan
stetoskop yang benar dan juga belajar berkomunikasi dengan pasien dan masyrakat
sekitar agar mereka pun nyaman dengan saya. Komunikasi pasien baik dengan
implied consent maupun expressed consent. Karena kenyamanan pasien merupakan
sesuatu yang penting dan harus dijaga dalam hubungan anatar pasien dengan dokter.
Dan saya juga harus memperhatikan kesehatan dan kebersihan diri saya sendiri agar
bisa menjadi contoh bagi pasien-pasien saya nanti.