Refkas Dr Anto

41
REFLEKSI KASUS G 2 P 1 A 0 , 24 TAHUN, HAMIL 9 MINGGU MISSED ABORTION Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepanitraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Tugurejo Semarang Pembimbing : dr. A. Hardiyanto, SpOG Disusun Oleh : Maria Ulfah H2A010032 FAKULTAS KEDOKTERAN

Transcript of Refkas Dr Anto

REFLEKSI KASUS

G2P1A0, 24 TAHUN, HAMIL 9 MINGGU

MISSED ABORTIONDisusun Untuk Memenuhi Tugas Kepanitraan Klinik Obstetri dan Ginekologi

Rumah Sakit Tugurejo Semarang

Pembimbing :

dr. A. Hardiyanto, SpOG

Disusun Oleh :

Maria UlfahH2A010032FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2014

BAB I

PENDAHULUANKata abortus sering digunakan untuk dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Abortus itu sendiri didefinisikan sebagai terhentinya proses kehamilan yang sedang berlangsung sebelum mencapai umur 28 minggu atau sebelum janin mencapai berat 500 gram. Insiden abortus dipengarui oleh umur dan riwayat obstetrik seperti seperti kelahiran normal sebelumnya, riwayat abortus spontan, dan kelahiran dengan anak memiliki kelainan genetik. Frekuensi abortus diperkirakan sekitar 10-15 % dari semua kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu. Namun, frekuensi angka kejadian sebenarnya dapat lebih tinggi lagi karena banyak kejadian yang tidak dilaporkan. Delapan puluh persen kejadian abortus terjadi pada usia kehamilan sebelum 12 minggu. Hal ini banyak disebabkan karena kelainan pada kromosom.1-4Berdasarkan pengertiannya missed abortion merupakan abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 6 minggu atau lebih. Diagnosis missed abortion ditentukan berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang yang menunjukkan bahwa janin tidak memiliki tanda kehidupan serta perkembangan. Pada kondisi missed abortion janin tidak dapat dipertahankan lagi dan harus segera dikeluarkan dari rahim ibu karena dapat menyebabkan timbulnya berbagai komplikasi pada ibu 2,4BAB II

STATUS PASIEN2.1. IDENTITAS PASIENNama

: Ny. SUmur

: 24 tahunJenis Kelamin

: PerempuanAgama

: IslamPekerjaan

: Ibu Rumah TanggaPendidikan Terakhir: SMAAlamat

: Sri Kuncoro RT2/ RW2, SemarangTanggal masuk:18 November 2014No. CM

: 461691Biaya pengobatan: BPJS non PBINama Suami

: Tn. AUmur

: 30 thAlamat

: Sri Kuncoro RT2/ RW2, SemarangAgama

: IslamPekerjaan

: WiraswastaPendidikan Terakhir: SMA2.2. DAFTAR MASALAH

NoMasalah aktifTanggalNoMasalah pasifTanggal

1.G2P1A0, 24 tahun, hamil 9 minggu Missed abortion18-11-2014-

2.3. ANAMNESISAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis di Ruang Bougenvil tanggal 18 November 2014 Pukul: 13.30 WIBKeluhan utama: Keluhan keluar darah dari jalan lahir. Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien datang melalui poli kandungan dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir selama kurang lebih 1 minggu, awalnya darah berwarna coklat lalu menjadi kemerahan, 2 hari pertama darah keluar cukup banyak seperti saat haid namun kemudian berkurang, tidak nyeri perut, tidak keluar perongkolan dari jalan lahir, pasien sebelumnya sudah diperiksa urinnya dan hasil tes kehamilan positif.

Riwayat Haid Menarche: 12 tahun. Lama haid: 7 hari, siklus haid 28 hari. HPHT

: 20 September 2014 HPL

: 27 Juni 2015Riwayat MenikahPernikahan pertama, lama pernikahan 5 tahun.Riwayat Obstetri1. Anak I: Perempuan, lahir tahun 2010, persalinan secara spontan pervaginam dibantu bidan, usia kandungan aterm, BBL 2800 gram, kondisi saat ini sehat.2. Hamil iniRiwayat ANC Di bidan 2x Imunisasi TT : suntik TT 2x saat akan menikah dan hamil anak pertamaRiwayat KBMenggunakan KB suntik 1 bulan sejak anak pertama berusia 1 tahun hingga anak berusia 2 tahun.Perilaku Kesehatan

Merokok

: disangkal Minum-minuman beralkohol: disangkalRiwayat Penyakit Dahulu Riwayat Abortus

: disangkal

Riwayat Asma

: disangkal

Riwayat Hipertensi

: disangkal

Riwayat Diabetes melitus

: disangkal

Riwayat Penyakit jantung

: disangkal

Riwayat Alergi

: disangkal Riwayat ISK

: disangkal Riwayat penyakit selama kehamilan

: disangkal Riwayat penggunaan obat-obatan dan jamu: disangkal(hanya konsumsi vitamin bidan).Riwayat Penyakit Keluarga

Asma

: disangkal Hipertensi

: disangkal Riwayat Diabetes melitus: disangkal

Penyakit Jantung

: disangkal Alergi

: disangkal

Riwayat Sosial EkonomiPasien bekerja sebagai ibu rumah tangga, suami bekerja sebagai wiraswasta. Biaya pengobatan ditanggung BPJS non PBI. Kesan ekonomi cukup.2.4. PEMERIKSAAN FISIKPemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 18 November 2014 pada pukul 13.40 WIB. Keadaan Umum: Baik Kesadaran

: Komposmentis GCS

: 15 (E 4, V 5, M 6)

Tanda Vital

: Tekanan darah : 110/80 mmHg Nadi : 84x/menit, irama regular, isidantegangancukup Nafas : 20x/menit Suhu : 36,2oC (axiler)Status Internus Mata: Konjungtiva: anemis (-/-), hiperemis (-/-), ikterik (-/-); edem palpebra (-/-); pupil isokor 3mm/3mm Hidung: Nafas cuping (-), deformitas (-), sekret (-) Telinga: Serumen (-/-), nyeri ketok mastoid (-/-), nyeri tekan tragus (-/-) Mulut: Lembab (+), sianosis (-), stomatitis (-), hiperemis (-) Leher: Pembesaran limfonodi (-/-),pembesaran tiroid (-/-), hipertropi otot bantu pernafasan (-) Thorax

: Cor: Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak Palpasi: Ictus cordis teraba di ICS V LMCS, tak kuat angkat Perkusi: Batas atas jantung : ICS II linea parasternal sinistra Batas Pinggang jantung: ICS III linea parasternal sinistra Batas kiri bawah jantung : ICS V 2 cm medial linea mid clavicula sinistra Batas kanan bawah jantung: ICS IV linea sternalis dextra Auskultasi: Bunyi jantung I & II normal, bising (-),gallop (-) PulmoDextraSinistra

Depan

Inspeksi Palpasi Perkusi AuskultasiSimetris statis & dinamis, retraksi (-)Stem fremitus normal kanan = kiriSonor seluruh lapang paru

Suara dasar paru vesikuler (+), suara tambahan paru: wheezing (-), ronki(-)Simetris statis & dinamis, retraksi (-)

Stem fremitus normal kanan = kiriSonor seluruh lapang paru

Suara dasar paru vesikuler(+),suara tambahanparu: wheezing (-), ronki (-)

Belakang

Palpasi Perkusi

AuskultasiStem fremitus normal kanan = kiriSonor seluruh lapang paru

SD paru vesikuler (+), suara tambahan paru : wheezing (-), ronki (-)Stem fremitus normal kanan = kiri

Sonor seluruh lapang paru

SD paru vesikuler (+), suara tambahan paru: wheezing (-), ronki (-)

Abdomen: Inspeksi: datar, supel, linea nigra (+), striae gravidarum (-), bekas sc (-) Auskultasi: bising usus (+) normal (15x/menit) Perkusi: dalam batas normal Palpasi: dalam batas normal Genitalia : terdapat pengeluaran darah seperti haid, gumpalan (-), jaringan (-) Extermitas

SuperiorInferior

Edema

Varises

Reflek fisiologis

Reflek patologis -/-

-/-

+ normal

-/--/-

-/-

+ normal

-/-

Status obstetri

Pemeriksaan luar Abdomen :

Inspeksi : datar, supel, linea nigra(+), striae gravidarum (-), bekas sc (-) Palpasi: TFU sulit dinilai Pemeriksaan dalam : Vaginal Toucher:Fluxus (+) fluor (-)

Vulva/ Uretra/ Vagina: tidak ada kelainan

Portio: jempol tangan

CUT: sebesar telur bebek

AP/ CD: tidak ada kelainan Pemeriksaan laboratorium : 18 November 2014 Darah rutin

Hemoglobin: 12,50 g/%Hematokrit: 36,80 %Eritrosit: 5,08 jt/mmkLekosit

: 11,9 rb/mmkTrombosit: 309 rb/mmkMCV

: 72,40 FlMCH

: 24,60 pgMCHC

: 34,00 g/dl

Eosinofil: 0,08 %Basofil

: 0,30 %Neutrofil: 65,40 %Limfosit: 28,10 %Monosit: 5,40 % Kimia klinik

Glukosa sewaktu : 112 mg/dl Se-imun

HbsAg: non reaktif (-) USG:

Tampak janin satu intra uterin, letak mobile, FM (-), FHM (-), ukuran sesuai usia kehamilan 8w2d.

2.5. RESUME

Ny. S G2P1A0 24 tahun hamil 9 minggu datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir selama kurang lebih 1 minggu, awalnya darah berwarna coklat lalu menjadi kemerahan, 2 hari pertama darah keluar cukup banyak seperti saat haid namun kemudian berkurang, tidak nyeri perut, tidak keluar perongkolan dari jalan lahir, pasien sebelumnya sudah diperiksa urinnya dan hasil tes kehamilan positif. HPHT 20 September 2014. HPL 27 Juni 2015. Tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi 84x/ menit, irama regular, isi dan tegangan cukup, RR 20x/ menit, Suhu 36,2oC (axiler). Status internus dalam batas normal. Abdomen linea nigra (+), striae gravidarum (-), membuncit, datar, supel. Oue menutup, jaringan (-), USG tampak janin satu intra uterin, letak mobile, FM (-), FHM (-), ukuran sesuai usia kehamilan 8w2d.2.6. DIAGNOSIS SEMENTARA

G2P1A0 24 tahun hamil 9 mingguMissed Abortion2.7. DIAGNOSIS KERJA DAN SIKAP

1. Dx kerja:G2P1A0 24 tahun hamil 9 minggu, missed abortion2. Sikap : Pertahankan dan tingkatkan KU

Diet biasa

Rencana Program kuretase tanggal 19 November 2014 Ijin tindakan (informed consent)

Konsul anestesi

Pengawasan KU, TV, PPV3. Edukasi :

Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang missed abortus yang dialami pasien Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya bahwa pasien perlu dikuretase, bagaimana prosedur dan komplikasinya.2.8. LAPORAN OPERASI

Nama Operator

: dr. Diana H, Sp.OG/ dr CitraDiagnosis Pre operatif : G2P1A0, 24 tahun, hamil 9 minggu

Missed Abortion

Diagnosis Post operatif: P1A1, 24 tahun

Pasca curetase a/i Missed Abortion

Jaringan yang diexisi / insisi : sisa abortus

Nama/Macam operasi : Kuretase

Tanggal Operasi

: 19 November 2014 Langkah-langkah operasi:

1. Pasien tidur dengan posisi lithotomi di meja gynekologi dalam GA (General Anestesi)2. Asepsis dan antisepsis daerah tindakan dan sekitarnya

3. Pasang duk steril kecuali pada daerah tindakan

4. Kosongkan vesika urinaria

5. Pasang spekulum sims posterior lalu speculum sims anterior

6. Asepsis antisepsis portio dan sekitarnya7. Jepit portio dengan tenakulum pada arah jam 12

8. Dilakukan sondase 9 cm AF

9. Dilakukan kuretase dengan sendok kuret tajam terbesar yang dapat masuk10. Keluar jaringan 200 cc11. Lepas tenakulum lalu speculum sims12. Evaluasi: perdarahan (-) 13. Tindakan selesai

2.9. PERJALANAN PENYAKIT

Tanggal / jamPerjalanan penyakitPengobatan

Selasa

18-11-2014 15.00S : Keluar flek-flekO : KU : baik, composmentis

TV : TD : 120/80 mmHg

HR : 80 x/mnt

RR : 20 x/mnt

Suhu : 36,50C

Mata : conj. palpebra anemis -/- Thorax : cor/pulmo dbn Abdomen : datar, nyeri tekan (-), nyeri perut (-), supel Ekstremitas: edema - -

- -

Fluxus (+) fluor (-)V/U/V: tidak ada kelainanPortio: jempol tanganCUT: sebesar telur bebekAP/ CD: tidak ada kelainanBAK : (+)BAB : (+)Diagnosis :

G2P1A0 24 tahun hamil 9 minggu,

missed abortion Infus RL 20 tpm

Ijin tindakan Konsul anestesi Di anjurkan ibu untuk istirahat

Diet biasa

Rencana kuretase tanggal 19-11-2014 Misoprostol tablet 2x1 (jam 22.00 dan jam 04.00) Pengawasan KU, TV, PPV

Rabu19-11-201411.00S : -O : KU : baik, composmentis

TV : TD : 100/70 mmHg

Nadi : 84 x/mnt

RR : 20 x/mnt

Suhu : 370C

Mata : conj. palpebra anemis -/-

Thorax : cor/pulmo dbn

Abdomen : datar, nyeri tekan (-)

Ekstremitas: edema - -

- -

Fluxus (-) fluor (-)

V/U/V: tidak ada kelainan

Portio: jempol tangan

CUT: sebesar telur bebek

AP/ CD: tidak ada kelainan

BAK : (+)BAB : (+)Diagnosis :

P1A1, 24 tahunPasca kuretase ai missed abortion Infus RL 20 tpm, habis ( lepas infus Metil ergometrin 3x1 tab

Amoxicillin 3x500mg

Asam mefenamat 3x500mg Pengawasan KU, TV, PPV

Kamis20-11-201406.00S : -O : KU : baik, composmentis

TV : TD : 110/70 mmHg

Nadi : 86 x/mnt

RR : 24 x/mnt

Suhu : 37,50C

Mata : conj. palpebra anemis -/-

Thorax : cor/pulmo dbn

Abdomen : datar, nyeri tekan (-)

Ekstremitas: edema - -

- -

Fluxus (-) fluor (-)

V/U/V: tidak ada kelainan

Portio: jempol tangan

CUT: sebesar telur bebek

AP/ CD: tidak ada kelainan

BAK : (+)BAB : (+)Diagnosis :

P1A1, 24 tahunPasca kuretase ai missed abortion Metil ergometrin 3x1 tab

Amoxicillin 3x500mg

Asam mefenamat 3x500mg

Pengawasan KU, TV, PPV Boleh pulang

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA3.1. Abortus3.1.1Definisi

Abortus adalah terhentinya proses kehamilan yang sedang berlangsung sebelum mencapai umur 28 minggu atau sebelum janin mencapai berat 500 gram.23.1.2Etiologi2-7Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor. Umumnya abortus didahului oleh kematian janin. Faktor-faktor yang berperan menyebabkan abortus diantaranya:

1. Faktor janin, kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah gangguan pertumbuhan zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus pada trimester pertama, yakni:a. Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio atau kelainan kromosom (monosomi, trisomi atau poliploidi)b. Embrio dengan kelainan lokalc. Abnormalitas pembentukan plasenta (hipoplasia trofoblas)2. Kelainan plasenta, misalnya endarteritis terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu, sehingga mengganggu pertumbuhan dan kematianjanin. Keadaan ini dapat terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun

3. Faktor maternala. Infeksi, infeksi maternal dapat membawa risiko bagi janin yang sedang berkembang, terutama pada akhir trimester pertama atau awal trimester kedua. Tidak diketahui penyebab kematian secara pasti, apakah janin yang menjadi terinfeksi ataukah karena toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme penyebabnya.Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan abortus diantaranya: Virus: rubella, sitomegalovirus, virus herpes simpleks, varicella zoster, vaccinia, campak, hepatitis, polio dan ensefalomielitis. Bakteri: Salmonella typhi Parasit: Toxoplasma gondii, Plasmodium.b. Penyakit vaskular: hipertensi vascularc. Kelainan endokrin, abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesterone tidak mencukupi atau pada penyakit disfungsi tiroid, defisiensi insulin.d. Faktor imunologis: ketidakcocokan (inkompabilitas) system HLA (Human Leukocyte Antigen)e. Trauma: jarang terjadi, umumnya abortus segera terjadi setelah trauma tersebut, misalnya trauma akibat pembedahan: Pengangkatan ovarium yang mengandung korpus luteum graviditatum sebelum minggu ke 8. Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus pada saat hamilf. Kelainan uterus: hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma submukosa), serviks inkompeten atau retroflexia uteri gravidi incarcerate.g. Faktor psikosomatik4. Faktor eksternala. Radiasi: dosis 1-10Rad bagi janin pada kehamilan 9 minggu pertama dapat merusak janin dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.b. Obat-obatan: antagons asam folat, antikoagulan, dan lain-lain. Sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan sebelum usia kehamilan 16 minggu, kecuali telah dibuktikan bahwa obat tersebut tidak membahayakan janin, atau untuk pengobatan ibu yang parah.c. Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan benzene.3.1.3 Patogenesis7Kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah ematian janin yang kemudian diikuti dengan perdarahan ke dalam desisdua basalis, lalu terjadi perubahan-perubahan nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut, dan akhirnya perdarahan pervaginam. Buah kehamilan terlepas seluruhnya atau sebagian yang diinterpretasikan sebagai benda asing dalam rongga rahim. Hal ini menyebabkan kontraksi uterus dimulai dans egera setelah itu terjadi pendorongan benda asing itu keluar rongga rahim (ekspulsi). Perlu diketahui bahwa pada abortus spontan, kematian embrio biasanya terjadi paling lama 2 minggu sebelum perdarahan. Oleh karena itu, pengobatan untuk mempertahankan janin tidak layak dilakukan jika telah terjadi perdarahan banyak karena abortus tidak dapat dihindari.

Sebelum minggu ke 10, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan dengan lengkap. Hal ini disebabkan sebelum minggu ke 10 vili korialis belum menanamkan diri erat ke dalam desidua hingga telur mudah terlepas keseluruhannya. Antara minggu ke 10-12 korion tumbuh dengan cepat dan hubungan vili korialis dengan desidua makin erat hingga mulai saat tersebut sering sisa-sisa korion (plasenta) tertinggal kalau terjadi abortus.

Pengeluaran hasil konsepsi didasarkan 4 cara:

a. Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat dini, meninggalkan sisa desiduab. Kantong amnion dan isinya (fetus) didorong keluar, meninggalkan korion dan desidua.

c. Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan pendorongan janin ke luar, tetapi mempertahankan sisa amnion dan korion (hanya janin yang dikeluarkan)

d. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh.

Sebagian besar abortus termasuk dalam tiga tipe pertama, karena itu kuretase diperlukan untuk membersihkan uterus dan mencegah perdarahan atau infeksi lebih lanjut.

Abortus bentuk yang istimewa, seperti:

Telur kosong (blighted ovum) yang terbentuk hanya kantong amnion berisi air ketuban tanpa janin. Mola kruenta adalah telur yang dibungkus oleh darah kental. Mola kruenta terbentuk kalau abortus terjadi dengan lambat laun hingga darah sempat memebeku antara desidua dan korion. Kalau darah beku ini sudah seperti daging, disebut juga mola karnosa.

Mola tuberosa ialah telur yang memperlihatkan benjolan-benjolan, disebabkan oleh hematom-hematom antara amnion dan korion. Nasib janin yang mati bermacam-macam, kalau masih sangat kecil dapat diabsorbsi dan hilang. Kalau janin sudah agak besar, cairan amnion diabsorbsi hingga janin tertekan (foetus compressus)

Kadang-kadang janin menjadi kering dan mengalami mumifikasi hingga menyerupai perkamen (foetus papyraceus). Keadaan ini lebih sering terdapat pada kehamilan kembar (vanished twin). Mungkin juga janin yang sudah agak besar mengalami maserasi.

3.1.4 Klasifikasi abortus2,4,71. Abortus spontan

Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan faktor alamiah.2. Abortus provokatus

Abortus provokatus merupakan abortus yang sengaja dilakukan, baik dengan menggunakan alat-alat maupun obat-obatan. Abortus provokatus ini terbagi lagi menjadi :1. Abortus provokatus medisinalis

Abortus ini merupakan abortus yang sengaja dilakukan dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan nyawa ibu. Misalnya: penyakit jantung, hipertensi essensial, dan karsinoma serviks. Keputusan ini ditentukan oleh tim ahli yang terdiri dari dokter ahli kebidanan, penyakit dalam dan psikiatri atau psikolog.2. Abortus provokatus kriminalis

Yaitu tindakan abortus yang tidak mempunyai alasan medis yang dapat dipertanggungjawabkan atau tanpa mempunyai arti medis yang bermakna. Abortus provokatus kriminalis berisiko menimbulkan komplikasi pada ibu berupa infeksi, infertilitas sekunder, hingga kematian.3.1.5 Menurut gambaran klinisnya abortus dibedakan menjadi:5,61. Abortus imminens (keguguran mengancam) yaitu abortus tingkat permulaan, dimana terjadi perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan sesuai umur kehamilan. Dalam hal ini, keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan antispasmodika serta istirahat.2. Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung) yaitu abortus yang sedang berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi dimana serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, ketuban teraba akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri, kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.3. Abortus inkomplit (keguguran tidak lengkap) yaitu jika hanya sebagian hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta, ostium terbuka teraba jaringan. Merupakan ancaman terjadi perdarahan.4. Abortus komplit artinya seluruh hasil konsepsi telah keluar sehingga rongga rahim kosong, ostium tertutup uterus lebih kecil dari umur kehamilan atau ostium terbuka kavum uteri kosong.5. Abortus habitualis adalah keadaan terjadinya abortus tiga kali berturut-turut atau lebih.6. Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi genital.7. Aborts septik adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman ataupun toksinnya kedalam peredaran darah atau peritonium.8. Missed abortion adalah abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 6 minggu atau lebih.

3.1.6Manifestasi Klinis 2,41. Amenore

2. Perdarahan pervaginam

3. Rasa mules atau keram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus4. Pemeriksaan ginekologi

a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada/ tidak jaringan konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva

b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/ tidak jaringan keluar dari ostium, ada/ tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium

c. Vagina Toucher : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum douglas, tidak menonjol dan tidak nyeri

3.1.7 Pemeriksaan penunjang2,41. Tes kehamilan : positif jika janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus

2. Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup

3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

3.1.8 Penatalaksanaan2,5,7,8Tatalaksana Umum

Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu).

Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik 8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.3. Abortus inkomplit Lakukan konseling.

Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan usia kehamilan kurang dari 16 minggu, gunakan jari atau forsep cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang mencuat dari serviks.

Jika perdarahan berat dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan evakuasi isi uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) adalah metode yang dianjurkan. Kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan bila AVM tidak tersedi. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu).

Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu pengeluaran hasil konsepsi.

Lakukan evaluasi tanda vital pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.

Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium.

Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.

4. Abortus komplit Tidak diperlukan evakuasi lagi.

Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional dan menawarkan kontrasepsi pasca keguguran.

Observasi keadaan ibu.

Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/ hari selama 2 minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah.

Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu.

3.2. Missed Abortion

Berdasarkan pengertiannya missed abortion merupakan abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 6 minggu atau lebih. Sekitar kematian janin kadang-kadang ada perdarahan pervaginam sedikit sehingga menimbulkan gambaran abortus iminens. Selanjutnya, rahim tidak membesar bahkan mengecil karena absorbs air ketuban dan maserasi janin. Buah dada mengecil kembali. Gejala-gejala lain yang penting tidak ada, hanya amenore berlangsung terus. Abortus spontan biasanya berlangsung selambat- lambatnya 6 minggu setelah janin meninggal.

Jika janin meninggal pada usia kehamilan yang masih muda sekali, janin akan lebih cepat dikeluarkan. Sebaliknya, kalau kematian janin terjadi pada usia kehamilan yang lebih tua maka retensi janin akan lebih lama.2,4,73.2.1 Dasar Diagnosis Missed Abortion2,7a. Anamnesis: perdarahan dapat terjadi atau tidak terjadi

b. Pemeriksaan obstetrik: fundus lebih kecil dari umur kehamilan dan bunyi jantung tidak ada

c. Pemeriksaan penunjang: USG, laboratorium (Hb, trombosit, fibrinogen, waktu perdarahan, waktu pembekuan dan waktu protrombin).

3.2.2 Tatalaksana Missed Abortion8 Lakukan konseling.

Jika usia kehamilan 12 minggu namun 8g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.

3.2.3 Komplikasi6 Terserapnya trofoblas substan ke dalam sirkulasi darah sehingga dapat menimbulkan gangguan pembekuan darah.

Saat melakukan kuretase dapat terjadi perforasi dan pascakuretase yang menyebabkan perdarahan

Bila pada abortus inkompletus terjadi perdarahan banyak dan segar, kemungkinan besar terjadi missed abortion dengan sudah terjadi gangguan pembekuan darah.

DAFTAR PUSTAKA1. Saifudin. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2. Manuaba, Ida Bagus Gede. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

3. Winkjosastro, H. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.4. Mochtar, Ruslam. 2010. Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta: EGC.5. Manuaba, Ida Bagus Gede. 2004. Penuntun Kepanitraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: EGC.6. Achadiat, Chrisdiono M. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.7. Editor: Sastrawinata, S. Martaadi, Soebrata D. Wirakusumah, FF. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi Edisi 2. Jakarta: EGC.8. WHO. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.29