[REFKA] SCBA
-
Upload
ahmad-rahmat-ramadhan-tantu -
Category
Documents
-
view
15 -
download
0
description
Transcript of [REFKA] SCBA
REFLEKSI KASUS NOVEMBER 2015
PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN ATAS
Nama : Ahmad Rahmat Ramadhan
No. Stambuk : N 111 14 055
Pembimbing : dr. Amsyar Praja, Sp.A
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2015
2
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perdarahan saluran cerna merupakan salah satu masalah emergensi di bidang
gastroenterologi anak. Perdarahan saluran cerna akut pada anak baik berupa muntah
darah atau darah segar dari rektrum merupakan suatu keadaan yang menakutkan
anak dan orang tuanya meskipun jumlahnya sedikit. Perdarahan saluran cerna
merupakan 10-20% kasus yang dirujuk ke Gastroenterologi Anak. Perdarahan yang
terjadi umumnya bersifat akut, berbeda pada orang dewasa yang umumnya bersifat
kronis.1,2,3
Perdarahan saluran cerna atas jarang ditemukan pada anak. Berdasarkan data dari
Pediatric Endoscopy Database System-Clinical Outomes Research Initiative (PEDS
– CORI), Brabcoft menemukan 5% (327 dari 6337) kasus hematemesis. Insiden
perdarahan saluran cerna atas dilaporkan oleh El Mouzan sebesar 5% dengan umur
5-18 tahun. Perbandingan laki-laki dan perempuan sebesar 7 : 1 dengan keluhan
utama sebanyak 69% berupa sakit perut kronik, 21% dengan hematemesis melana
dan sisanya dengan Gejala muntah disertai sakit perut. Pada anak – anak yang
dirawat di intensive care unit,insiden perdarahan saluran cerna atas 6% - 25%.
Walaupun demikian kejadian perdarahan saluran cerna atas yang mengancam jiwa
hanya 0,4%. 3
Perdarahan gastrointestinal dibagi menjadi Perdarahan Saluran Cerna Bagian
Atas (SCBA) yaitu kehilangan darah dalam lumen pembuluh saluran cerna mulai
dari esofagus sampai dengan duodenum (proksimal dari Ligamentum Treitz ) dan
Perdarahan Saluran Cerna Bawah (SCBB) yang berasal dari daerah di bawah
ligamnetum treitz. Perdarahan saluran cerna pada anak dapat bermanifestasi berupa
muntah darah (hematemesis), keluarnya darah bewarna hitam dari rectum (melena),
tinja yang berdarah atau keluarnya darah segar melalui rectum
(hematochezia/enterorrhagia) dan darah samar di feses. 2,3,4
3
BAB II
REFLEKSI KASUS
Kasus
Identitas Pasien:
Nama : An. F
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 22 Agustus 2011 / 4 tahun 3 bulan
Tanggal Masuk : 22 November 2015
Alamat : Ds. Tambu
Keluhan Utama:
Muntah darah
Riwayat perjalanan penyakit:
Pasien anak laki-laki masuk rumah sakit dengan keluhan muntah darah yang
dialami sejak 1 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Pasien muntah berisi
makanan yang dikonsumsi diserati darah segar berwarna merah sebanyak 3 kali sejak
kemarin dan nyeri perut. Nafsu makan menurun, diikuti dengan buang air besar dengan
konsistensi tinja cair berwarna hitam 1 kali. Pasien sebelumnya tidak merasa demam,
batuk (-), sakit telinga (-), dan buang air kecil lancar.
Riwayat penyakit sebelumnya:
Satu minggu yang lalu pasien sempat di rawat di PUSKESMAS setempat
dengan kejang-demam >15 menit berulang, selama perawatan 3 hari pasien mengalami
muntah-berak dengan konsistensi cair >5 kali perhari, berawrna kuning, setelah itu
pasien sembuh. Setelah 2 hari tidak sakit pasien mengalami buang air besar berwarna
hitam dan sakit perut, kemudian pasien muntah darah.
4
Riwayat penyakit dalam keluarga:
Tidak ada di keluarga yang menderita penyakit yang sama.
Riwayat sosial dan ekonomi:
Menengah ke bawah
Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan:
Pasien termasuk anak yang aktif dan sering bermain di lingkungan rumahnya
Riwayat kehamilan dan persalinan:
- Riwayat maternal : G4P3A0
- Riwayat persalinan : Normal, dibantu oleh bidan
- Berat Bayi Lahir : 3200 gram
Riwayat makanan
- Asi : 0 – 2 tahun
- Susu Formula : 2 – 3 tahun
- Nasi : 1 tahun
Riwayat imunisasi
Lengkap
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Komposmentis
Berat Badan : 15 kg
Tinggi Badan : 98 cm
Status Gizi : Gizi Baik (0) SD – (-1) SD
5
Tanda Vital
Suhu : 37,4 °C
Denyut Nadi : 96 x/menit
Respirasi : 23 x/menit
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Kulit : Ruam kemerahan (-), kering (-)
Kepala : Normocephal
Mata : konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-, edema palpebra (-)
Mulut : Sianosis (-)
Faring : hiperemis (-)
Tonsil : T1/T1
Telinga : sekret (-/-), nyeri tekan (-/-)
Hidung : rhinorrhea -/-, pernapasan cuping hidung (-)
Leher :
Kelenjar getah bening : Pembesaran Kelenjar Limfe (-)
Kelenjar tiroid : Pembesaran Kelenjar Tiroid (-)
Thorax
Paru
Inspeksi : Ekspansi paru simetris, Retraksi substernal -
Palpasi : Fokal fremitus simetris bilateral, massa (-)
Perkusi : Sonor +/+
Auskultasi : Bronkovesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
6
Jantung
Inspeksi : Denyut iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Denyut iktus kordis teraba pada SIC V lateral line
Midclavicularis sinistra
Perkusi : Batas Jantung kiri SIC 6 lateral linea midclavicularis.
Auskultasi : Bunyi Jantung I & II murni regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung kesan normal
Auskultasi : Peristaltik (+) Kesan menurun
Perkusi : timpani +
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+), tidak ada pembesaran hepar, lien,
ataupun massa
Punggung : deformitas (-)
Genitalia : Tidak ada kelainan.
EkstremitasAtas : Akral hangat +/+, Edema -/-
Ekstermitas Bawah : Akral hangat +/+, Edema -/-
Hasil pemeriksaan darah rutin
- Eritrosit : 3,64 x106/mm3
- Hemoglobin : 8,3 g/dL
- Hematokrit : 25,4 %
- MCV : 87 um3
- MCH : 27,4 pg
- MCHC : 31,5 g/dL
- Platelet : 620 x103/mm3
- Leukosit : 53,8 x103/mm3
7
Resume
Pasien anak laki-laki masuk rumah sakit dengan keluhan hematemesis sejak 1
hari yang lalu. Muntah berisi makanan yang dikonsumsi diserati darah segar berwarna
merah sebanyak 3 kali sejak kemarin dan nyeri perut. Nafsu makan menurun, diikuti
dengan buang air besar dengan konsistensi tinja cair berwarna hitam 1 kali.
Pemeriksaan klinis ditemukan denyut nadi : 96x/menit tekanan darah 100/60 mmHg,
respirasi : 20x/menit, suhu : 37,4°Celcius.
Pemeriksaan fisik ditemukan penurunan suara peristaltik usus dan nyeri tekan
epigastrium
- Pemeriksaan penunjang:
- Eritrosit : 3,64 x106/mm3
- Hemoglobin : 8,3 g/dL
- Hematokrit : 26,4 %
- Platelet : 620 x103/mm3
- Leukosit : 53,8 x103/mm3
Diagnosis
Anemia e.c perdarahan gastrointestinal atas + sepsis
Terapi
IVFD RL 14 tpm
Meropenem 2 x 250 mg
Dexamethason 3 x ½ ampul
Ranitidin 2 x ½ ampul
Anjuran pemeriksaan
- Kontrol darah rutin
- USG
8
FOLLOW UP
22 November 2015
S: Sakit ulu hati (+)
O: KU: Sakit sedang, Kompos Mentis
TTV: N: 112x/menit
R: 42x/menit
S: 37,4
TD: 100/60 mmHg
Pemeriksaan Fisik: Nyeri tekan epigastrik (+)
A: Anemia e.c. Perdarahan gastrointestinal atas + Sepsis
P: - IVFD Ringer Laktat 14 tpm
- Meropenem 2 x 250 mg
- Dexamethason 3 x ½ ampul
- Ranitidin 2 x ½ ampul
23 November 2015
S: Sakit ulu hati (+)
O: KU: Sakit sedang, Kompos Mentis
TTV: N: 124 x/menit
R: 32 x/menit
S: 36,6 derajat celcius
TD: 100/60 mmHg
Pemeriksaan Fisik: Nyeri tekan berkurang
Laboratorium darah rutin:WBC: 25,05 . Hb: 6,1 . Plt: 255
A: Anemia e.c. Perdarahan gastrointestinal atas + Sepsis
P: - IVFD Ringer Laktat 14 tetes/menit
- Meropenem 2 x 250 mg
- Dexamethason 3 x ½ ampul
- Ranitidin 2 x ½ ampul
9
BAB III
DISKUSI
Diagnosis didasarkan pada gejala klinis (anamnesis), pemeriksaan fisik, serta
pemeriksaan penunjang. Berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang maka pasien pada kasus ini didiagnosis anemia e.c. perdarahan saluran cerna
atas, dan sepsis. Namun pada refleksi kasus kali ini akan di bahas perdarahan saluran
cerna. 5
Perdarahan gastrointestinal dibagi menjadi Perdarahan Saluran Cerna Bagian
Atas (SCBA) yaitu kehilangan darah dalam lumen pembuluh saluran cerna mulai dari
esofagus sampai dengan duodenum (proksimal dari Ligamentum Treitz) dan Perdarahan
Saluran Cerna Bawah (SCBB) yang berasal dari daerah di bawah ligamnetum treitz.
Perdarahan saluran cerna pada anak dapat bermanifestasi berupa muntah darah
(hematemesis), keluarnya darah bewarna hitam dari rectum (melena), tinja yang
berdarah atau keluarnya darah segar melalui rectum (hematochezia/enterorrhagia) dan
darah samar di feses. 2,3
Perdarahan saluran cerna atas jarang ditemukan pada anak. Berdasrkan data dari
Pedaitric Endoscopy Database System-Clinical Outomes Research Initiative (PEDS –
CORI), Brabcoft menemukan 5% (327 dari 6337) kasus hematemesis. Insiden
perdarahan saluran cerna atas dilaporkan oleh El Mouzan sebesar 5% dengan umur 5-
18 tahun. Perbandingan laki-laki dan perempuan sebesar 7 : 1 dengan keluhan utama
sebanyak 69% berupa sakit perut kronik, 21% dengan hematemesis melana dan sisanya
dengan Gejala muntah disertai sakit perut. Pada anak – anak yang dirawat di intensive
care unit,insiden perdarahan saluran cerna atas 6% - 25%. Walaupun demikian kejadian
perdarahan saluran cerna atas yang mengancam jiwa hanya 0,4%. 6
10
GIT ATAS
Periode
Neonatal Bayi Pra Sekolah Usia Sekolah
Tertelan darah
ibu
Tukak stress
Gastritis
hemoragik
Diatesis
perdarahan
Benda asing
Malformasi
vaskular
Gastritis
Esofagitis
Tukak stress
Syndrom Mallory
weiss
Stenosis pilorik
Malvormasi
vaskuler
Tukak stress
Gastritis
Esofagitis
Syndrom Mallory
weiss
Varises esofagus
Benda asing
Malformasi vaskuler
Tukak stres
Gastritis
Esofagitis
Tukak peptik
SindMallory Weiss
Varises esofagus
Banyak kemungkinan penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas pada buku
The Merck Manual of Patient Symptoms 7 :
1. Duodenal ulcer (20 – 30 %)
2. Gastric atau duodenal erosions (20 – 30 %)
3. Varices (15 – 20 %)
4. Gastric ulcer (10 – 20 %)
5. Mallory – Weiss tear (5 – 10 %)
6. Erosive esophagitis (5 – 10 %)
7. Angioma (5 – 10 %)
8. Arteriovenous malformation (< 5 %)
9. Gastrointestinal stromal tumors
Di Amerika Serikat, PUD (Peptic Ulcer Disease) dijumpai pada sekitar 4,5 juta
orang pada tahun 2011. Kira-kira 10 % dari populasi di Amerika Serikat memiliki
PUD. Dari sebahagian besar yang terinfeksi H pylori, prevalensinya pada orang usia
11
tua 20%. Hanya sekitar 10% dari orang muda memiliki infeksi H pylori; proporsi
orang-orang yang terinfeksi meningkat secara konstan dengan bertambahnya usia. 8
Secara keseluruhan, insidensi dari duodenal ulcers telah menurun pada 3-4 dekade
terkahir. Walaupun jumlah daripada simple gastric ulcer mengalami penurunan,
insidensi daripada complicated gastric ulcer dan opname tetap stabil, sebagian
dikarenakan penggunaan aspirin pada populasi usia tua. Jumlah pasien opname karena
PUD berkisar 30 pasien per 100,000 kasus. 8
Prevalensi kemunculan PUD berpindah dari yang predominant pada pria ke
frekuensi yang sama pada kedua jenis kelamin. Prevalensi berkisar 11-14 % pada pria
dan 8-11 % pada wanita. Sedangkan kaitan dengan usia, jumlah kemunculan ulcer
mengalami penurunan pada pria usia muda, khususnya untuk duodenal ulcer, dan
jumlah meningkat pada wanita usia tua. 8
Dari buku “Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology” dikatakan
bahwa hingga saat ini masih belum dipahami bagaimana terjadinya stress ulcer, tetapi
banyak dikaitkan dengan hipersekresi daripada asam pada beberapa pasien, mucosal
ischemia, dan alterasi pada mucus gastric. Berbagai macam pengobatan berperan
penting dalam perkembangan daripada penyakit peptic ulcer dan perdarahan saluran
cerna bahagian atas akut. Paling sering, aspirin dan NSAIDs dapat menyebabkan erosi
gastroduodenal atau ulcers, khususnya pada pasien lanjut usia. 9
Mallory- Weiss Tear muncul pada bagian distal esophagus di bagian
gastroesophageal junction. Perdarahan muncul ketika luka sobekan telah melibatkan
esophageal venous atau arterial plexus. Pasien dengan hipertensi portal dapat
meningkatkan resiko daripada perdarahan oleh Mallory-Weiss Tear dibandingkan
dengan pasien hipertensi non-portal. Sekitar 1000 pasien di University of California
Los Angeles datang ke ICU dengan perdarahan saluran cerna bahagian atas yang berat,
Mallory-Weiss Tear adalah diagnosis keempat yang menyebabkan perdarahan saluran
cerna bahagian atas, terhitung sekitar 5 % dari seluruh kasus. 9
12
Esophageal varices dan gastric varices adalah vena collateral yang berkembang
sebagai hasil dari hipertensi sistemik ataupun hipertensi segmental portal. Beberapa
penyebab dari hipertensi portal termasuk prehepatic thrombosis, penyakit hati, dan
penyakit postsinusoidal. Hepatitis B dan C serta penyakit alkoholic liver adalah
penyakit yang paling sering menimbulkan penyakit hipertensi portal intrahepatic di
Amerika Serikat. 9
Gejala klinis perdarahan saluran cerna:
Ada 3 gejala khas, yaitu: 7
1. Hematemesis
Muntah darah dan mengindikasikan adanya perdarahan saluran cerna atas, yang
berwarna coklat merah atau “coffee ground”.
2. Hematochezia
Keluarnya darah dari rectum yang diakibatkan perdarahan saluran cerna bahagian
bawah, tetapi dapat juga dikarenakan perdarahan saluran cerna bahagian atas yang
sudah berat.
3. Melena
Kotoran (feses) yang berwarna gelap yang dikarenakan kotoran bercampur asam
lambung; biasanya mengindikasikan perdarahan saluran cerna bahagian atas, atau
perdarahan daripada usus-usus ataupun colon bahagian kanan dapat juga menjadi
sumber lainnya.
Disertai gejala anemia, yaitu: pusing, syncope, angina atau dyspnea.10
Studi meta-analysis mendokumentasikan insidensi dari gejala klinis UGIB akut
sebagai berikut: Hematemesis - 40-50%, Melena - 70-80%, Hematochezia - 15-20%,
Hematochezia disertai melena - 90-98%, Syncope - 14.4%, Presyncope - 43.2%,
Dyspepsia - 18%, Nyeri epigastric - 41%, Heartburn - 21%, Diffuse nyeri abdominal
- 10%, Dysphagia - 5%, Berat badan turun - 12%, dan Jaundice - 5.2%. 11
Diagnosis dapat dibuat berdasarkan inspeksi muntahan pasien atau pemasangan
selang nasogastric (NGT, nasogastric tube) dan deteksi darah yang jelas terlihat; cairan
13
bercampur darah, atau “ampas kopi”’ Namun, aspirat perdarahan telah berhenti,
intermiten, atau tidak dapat dideteksi akibat spasme pilorik. 12
Pada semua pasien dengan perdarahan saluran gastrointestinal (GIT) perlu
dimasukkan pipa nasogastrik dengan melakukan aspirasi isi lambung. Hal ini terutama
penting apabila perdarahan tidak jelas. Tujuan dari tindakan ini adalah: 13
1. Menentukan tempat perdarahan.
2. Memperkirakan jumlah perdarahan dan apakah perdarahan telah berhenti.
Angiography dapat digunakan untuk mendiagnosa dan menatalaksana perdarahan
berat, khususnya ketika penyebab perdarahan tidak dapat ditentukan dengan
menggunakan endoskopi atas maupun bawah. 14
Conventional radiographic imaging biasanya tidak terlalu dibutuhkan pada pasien
dengan perdarahan saluran cerna tetapi adakalanya dapat memberikan beberapa
informasi penting. Misalnya pada CT scan; CT Scan dapat mengidentifikasi adanya
lesi massa, seperti tumor intra-abdominal ataupun abnormalitas pada usus yang
mungkin dapat menjadi sumber perdarahan. 14
Mempertahankan saluran nafas paten dan restorasi volume intravascular adalah
tujuan tata laksana awal. Infus kristaloid awal, sampai 30 mL/kg, dapat diikuti transfusi
darah O-negatif atau yang crossmatched jika diperlukan. Pasien dengan perdarahan
aktif memerlukan konsultasi emergensi untuk esofagogastroduodenoskopi (EGD).
Pasien tanpa perdarahan aktif dapat dipantau, diobservasi, dan mungkin dijadwalkan
untuk EGD. Intervensi selama EGD meliputi injeksi epinefrin submukosa,
skleroterapi, dan ligase pita. Jika tindakan ini gagal menghentikan perdarahan,
angiografi dengan embolisasi atau pembedahan mungkin diperlukan. Untuk pasien
yang diduga mengalami perdarahan varises, tata laksana medis dapat diberikan sambil
menunggu tindakan definitif. Oktreotid dapat digunakan untuk menurunkan tekanan
vena porta, dan pipa Sengstaken-Blakmore dapat dipasang sebagai tindakan sementara
untuk bertahan. 12
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Staf pengajar FKUI, 2005, Ilmu Kesehatan Anak (Edisi ketiga), Jakarta: FKUI.
2. Cerulli, Maurice A. MD, FACP, FACG, FASGE, AGAF. Upper Gastrointestinal
Bleeding. Update Dec 22, 2014. Medscape. Emedicine. Diakses melalui
(http://emedicine.medscape.com/article/187857-overview) pada tanggal 22
November 2015
3. Pongprasobchai S, Nimitvilai S, Chasawat J, Manatsathit S. Upper gastrointestinal
bleeding etiology score for predicting variceal and non-variceal bleeding.
World J Gastroenterol. 2009 Mar 7. 15(9):1099-104.
4. Juffrie M, Soenarto SSY, Oswari H, et al. 2010. Buku Ajar Gastroeneterologi-
Hepatologi Jilid 1. Cetakan 1. Penerbit: Badan Penerbit IDAI. Hal: 105-116
5. Kliegman, Robert M. et al. 2007. Nelson Textbook of Pediatrics 18th Edition.
Saunders Elsevier, Philadelphia: 1828 – 1928.
6. Syam, A.F., et al., 2005. The Causes of Upper Gastrointestinal Bleeding in The
National Referral Hospital: Evaluation on Upper Gastrointestinal Tract
Endoscopic Result in Five Years Period Vol 6 No.3. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Available from: www.ina-
jghe.com/?page=journal.download_abstract_process&id=183 (diakses pada
tanggal 22 November 2015)
7. Porter, R.S., et al., 2008. The Merck Manual of Patient Symptoms. USA: Merck
Research Laboratories.
8. Anand, B.S., 2011. Peptic Ulcer Disease, Bayler College of Medicine. Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/181753-overview#a0156
(diakses pada tanggal 22 November 2015)
9. Jutabha, R., et al. 2003. Acute Upper Gastrointestinal Bleeding. Dalam: Friedman,
S.L., et al. Current Diagnosis & Treatment in Gastroenterology 2 ed. USA:
McGraw-Hill Companies, 53 – 67.
15
10. Laine, L., 2008. Gastrointestinal Bleeding. Dalam: Fauci, A.S., et al. Harrison’s
Principles of Internal Medicine: 17th ed. Vol 1. USA: McGraw-Hill
Companies, 257 – 260.
11. Caestecker, J.d., 2011. Upper Gastrointestinal Bleeding Clinical Presentation,
Hahnemann University. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/187857-clinical#a0216 (Accesed 22
November 2015)
12. Dubey, S., 2008. Perdarahan Gastrointestinal Atas. Dalam: Greenberg, M.I., et
al. Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan Greenberg Vol 1. Jakarta: Penerbit
Erlangga, 275.
13. Soeprapto, P., et al., 2010. Kegawatdaruratan Gastrointestinal Dalam: Juffrie, M.,
et al. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi: 1st ed. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI, 27 – 50.
14. Savides, T.J., et al., 2010. Chapter 19: Gastrointestinal Bleeding. Dalam:
Feldman, M., et al. Sleisenger and Fordtran’s Gastrointestinal and Liver
Disease Pathophysiology/ Diagnosis/ Management 9th ed Vol 1. USA:
Saunders Elsevier