Referat Tumor Tonsil Isi
-
Upload
tri-widiastuti -
Category
Documents
-
view
342 -
download
24
Transcript of Referat Tumor Tonsil Isi
BAB I
PENDAHULUAN
Jaringan limfoid membantu melindungi tubuh terhadap infeksi. Tenggorokan
memiliki tiga jenis tonsil: tonsil faringeal (adenoid) di bagian belakang tenggorokan, tonsil
palatina pada sisi tenggorokan, dan tonsil lingual pada dasar lidah.
Tumor tonsil palatina menempati urutan ketiga 10% dari tumor daerah orofaring.
Frekuansi yang paling banyak adalah karsinoma tonsil dan sarcoma tonsil. Tumor tonsil atau
yang lebih dikenal dengan kanker tonsil merupakan suatu keganasan yang terdapat di salah
satu dari tiga tipe tonsil pada tenggorokan. Tumor atau kanker tonsil paling sering terjadi
pada tonsil palatina, yang terletak di kedua sisi tenggorokan, meskipun dapat juga terjadi
pada tonsil faringeal, yang berada di belakang rongga hidung, atau di tonsil lingual, yang
pada bagian belakang lidah.(1)
Lebih dari 8.000 orang didiagnosis dengan kanker orofaring setiap tahun di Amerika
Serikat. Kanker amandel dianggap kanker yang paling umum dari daerah orofaring, yang
juga termasuk palatum mole dan dasar lidah. Laki-laki lebih sering dari perempuan yang
didiagnosis dengan kanker amandel. Penggunaan berat nikotin dan alkohol meningkatkan
risiko terkena kanker amandel.(2)
Kebanyakan tumor/kanker tonsil adalah karsinoma sel skuamosa yang muncul di
jaringan pada lapisan di mulut. Walaupun itu dapat kemungkinan untuk limfoma ( tipe
kanker sistem imun) untuk berkembang di tonsil. Merokok merupakan faktor resiko yang
sangat umum untuk kanker tonsil sel skuamosa. Alkohol juga merupakan faktor resiko,
kombinasi dari penggunaan merokok dan alkohol akan lebih meningkatkan resiko dibanding
yang tersendiri.(1)
1
BAB II
ANATOMI TONSIL
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan di tunjang oleh jaringan
ikat dengan kriptus di dalamnya.
Terdapat tiga macam tonsil yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatine dan tonsil
lingual yang ketiga-tiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin waldeyer. Tonsil
palatine yang biasanya disebut tonsil saja terletak didalam fosa tonsil. Pada kutub atas tonsil
sering kali di temukan celah intratonsil yang merupakan sisa kantong faring yang kedua.
Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah. Permukaan medial tonsil bentuknya
beraneka ragam dan mempunyai celah yang disebut kriptus. Epitel yang melapisi tonsil ialah
epitel skuamosa yang juga meliputi kriptus. Di dalam kriptus biasanya ditemukan leukosit,
limfosit, epitel yang terlepas, bakteri dan sisa makanan. Permukaan lateral tonsil melekat
pada fasia faring yang sering juga disebut kapsul tonsil. Kapsul ini tidak melekat erat pada
otot faring, sehingga muda dilakukan diseksi pada tonsilektomi.
Tonsil mendapat darah dari a. palatina minor, a. palatine asendens, cabang tonsil a.
maksila eksterna, a. faring asendens, dan a. lingualis dorsalis. (3)
Drainase vena terjadi melalui vena para tonsilar, dan pembuluh juga melewati ke
pleksus faringeal atau vena fasial.
Pembuluh limfatik dari amandel menembus fasia buccopharyngeal dan melewati ke
bagian nodul kelompok servical atas paling dalam, terutama untuk kelompok jugulodigastric.
Persarafan untuk tonsil adalah dari saraf glossopharingeus.(4)
2
BAB III
TUMOR TONSIL PALATINA
Definisi
Tumor tonsil atau yang lebih dikenal dengan kanker tonsil merupakan suatu
keganasan yang terdapat di salah satu dari tiga tipe tonsil pada tenggorokan. Tumor atau
kanker tonsil paling sering terjadi pada tonsil palatina, yang terletak di kedua sisi
tenggorokan, meskipun dapat juga terjadi pada tonsil faringeal, yang berada di belakang
rongga hidung, atau di tonsil lingual, yang pada bagian belakang lidah.
Kebanyakan tumor/kanker tonsil adalah karsinoma sel skuamosa yang muncul di
jaringan pada lapisan di mulut. Walaupun itu dapat kemungkinan untuk limfoma ( tipe
kanker sistem imun) untuk berkembang di tonsil. Merokok merupakan faktor resiko yang
sangat umum untuk kanker tonsil sel skuamos. Alkohol juga merupakan faktor resiko,
kombinasi dari penggunaan merokok dan alkohol akan lebih meningkatkan resiko dibanding
yang tersendiri.(1)
Epidemiologi
Keganasan pada tonsil adalah lebih dari 0,5% dari keganasan baru di Amerika Serikat
setiap tahun. Lebih dari 8.000 karsinoma orofaringeal didiagnosis di Amerika Serikat setiap
tahun. Angkatan Bersenjata Institut Patologi (AFIP) registri 1945-1976 telah menentukan
bahwa lebih dari 70% dari keganasan di wilayah ini adalah karsinoma sel skuamosa.
Karsinoma sel skuamosa sekitar 3-4 kali lebih sering terjadi pada pria dibandingkan pada
wanita, dan mereka sebagian besar tumor yang berkembang dalam lebih dari dekade kelima
atau diatas used 50 tahun.
Limfoma tonsil adalah keganasan yang paling sering kedua di daerah ini. Lebih jarang
keganasan lainnya termasuk tumor kelenjar ludah kecil dan lesi metastasis.(5)
3
Etiologi
Menurut National Cancer Institute, didapatkan faktor risiko karsinoma sel skuamosa
termasuk merokok dan penyalahgunaan etanol (alcohol). Baru-baru ini, beberapa indikasi
menunjukkan bahwa etiologi virus juga harus dipertimbangkan.Walaupun virus Epstein-Barr
(EBV) adalah pertimbangan utama dalam karsinoma nasofaring, papilloma virus (HPV) telah
ditunjukkan sebagai lebih dari ancaman di daerah ini. Beberapa studi telah mengidentifikasi
indikasi adanya HPV pada sekitar 60% dari karsinoma tonsil. HPV adalah virus DNA double-
strain yang menginfeksi sel-sel epitel basaldan dapat ditemukan pada 36% dari karsinoma sel
skuamosa dari oropharing.
Bila amandel yang termasuk dalam studi daerah orofaringeal keseluruhan, faktor-
faktor risiko meliputi:
Diet kekurangan buah-buahan dan sayuran
Mengunyah sirih atau pinang
Infeksi HPV
Merokok
Mengkonsumsi alkohol
Orang-orang dengan human immunodeficiency virus (HIV) (6)
minum kortikosteroid, atau minum obat untuk transplantasi organ (1)
Manifestasi klinis
Kebanyakan pasien karsinoma tonsil hadir dalam keadaan penyakit lanjut karena lesi
awal biasanya tanpa gejala ketika kecil. Hal ini tidak biasa bagi rongga mulut dan leher untuk
dilupakan ketika mengevaluasi pasien dalam praktek umum, walaupun tumor kecil sesekali
ditemukan secara kebetulan oleh seorang dokter gigi atau dokter keluarga. Pasien juga
cenderung mengabaikan tumor kecil dengan harapan bahwa mereka spontan akan remisi.
Secara keseluruhan, gejala berkurang pada sekitar 67-77% dari pasien dengan tumor lebih besar dari 2
cm. dan sering dijumpai metastasis nodus regional.(7)
4
Tumor daerah tonsil bagian anterior sering muncul sebagai lesi datar dengan relatif
sedikit besar atau infiltrasi jaringan. Perkembangan penyakit mengarah ulcerasi dengan tumor
menonjol perbatasan yang tergulung dan berikutnya invasike palatoglossal. Tumor kemudian
dapat menyebar ke trigonum retromolar anterior, mukosa bukal, dan basis lidah, palatum mole
superior dan palatum durum posterior, atau ke dalam fosa tonsil posterior. Pertumbuhan tumor
dapat menyebabkan reffered otalgia atau rasa sakit akibat ulserasi atau infiltrasi jaringan
dalam. Pertumbuhan ke dalam mukosa bukal dan lemak bukal menyebabkan rasa penuh di
pipi, sementara perluasan lebih lanjut ke daerah pterygoid menyebabkan trismus. Potensi
untuk menyebar ke rahang bawah dengan invasi periosteum danterdapat rasa sakit, dan
menyebar tersebut bukan jarang ditemukan pada tumor besar. Keterlibatan lidah juga akan
menyebabkan rasa sakit dan gangguan mobilitas.
Diagnosis
Dari anamnesis akan didapatkan rasa nyeri waktu menelan (disfagia), rasa nyeri di
telinga (otalgia) karena nyeri alih (referred pain), kesulitan menelan (odinofagia)(8), merasa
ada benda asing,13 rasa nyeri di lidah dan gangguan gerakan lidah, kadang-kadang pasien tidak
bisa membuka mulut (trismus)
Pemeriksaan Penunjang.
- Laboratorium Fungsi hepar : Mengetahui fungsi hepar diperlukan untuk mengetahui
riwayat minum alkohol.
- Radiologi
i). CT scan leher, dengan atau tanpa kontras. Untuk menilai metastasis dan luas
tumor.
ii). MRI. Untuk menilai ukuran tumor dan invasi jaringan lunak.
iii). CT scan thorax. Untuk menilai metastasis khususnya ke daerah paru- paru.c.
- Biopsi Keganasan tonsil perlu diagnostik pasti dari patologi anatomi
untuk memastikan hal tersebut. Biopsi dilakukan langsung pada massa
tumor (insisional).
5
- Panendoskopi:Panendoskopi merupakan tindakan operatif endoskopi untuk
memastikandiagnosa dan staging dan mengetahui adanya synchronous primary tumor. Ini
meliputi laringoskopi direkta, esofagoskopi dan trakeo-bronkoskopi.(9)
Penatalaksanaan
Terapi radiasi atau operasi dapat efektif dalam mengobati kanker tonsil stadium awal,
dan kemoterapi dapat efektif dalam mengobati kanker tonsil lebih maju. Setelah pembedahan
untuk mengangkat jaringan kanker, bedah rekonstruksi dapat membantu memulihkan struktur
yang telah dihapus dan rehabilitasi dapat membantu Anda mempelajari kembali cara untuk
makan, menelan atau berbicara, jika diperlukan.
Tumor tonsil dianggap dioperasi ketika ada invasi dari otot pterygoideus lateral,
piring pterygoideus, dinding nasofaring lateral, dasar tengkorak, atau bungkus arteri karotis.
Metastase ke leher dianggap dioperasi ketika tumor melingkar melibatkan arteri karotid, jika
tumor menyerang otot-otot yang mendalam dari leher, invasi tulang punggung, tengkorak
invasi dasar, sindrom Horner, kelumpuhan saraf frenikus, atau brakialis pleksus invasi.
Bedah rekonstruksi mungkin diperlukan untuk pasien dengan tumor lanjut yang
mengalami cacat wajah, rahang atau leher setelah operasi pengangkatan tumor. Ahli bedah
plastik, otorhinolaryngologists, dan ahli bedah mulut dan rahang atas bekerja sama untuk
mengembalikan penampilan fisik muka, rahang atau leher dan penggunaan mulut.
Prognosis
Berhubungan dengan staging tumor saat didiagnosis. Makin besar tumor atau makin
lanjut staging tumornya, prognosis bertambah jelek. Dengan terdapatnya metastase, prognosis
lebih jelek. Kalau tumor sudah masuk ke dalam jaringan , prognosis menjadi lebih jelek dan
pada terapi sering harus diikutidengan diseksi leher.(10)
Survival rate selama 5 tahun pada pengobatan karsinoma tonsil berdasarkan staging
tumor yaitu :
Stage I = 80% stage III = 40%
Stage II = 70% stage IV = 30
6
BAB IV
PENUTUP
Karsinoma tonsil adalah keganasan kepala dan leher kedua yang paling banyak
setelah karsinoma laring di Amerika Serikat. Pada pemeriksaanhistopatologi 90-95% dari lesi
ini adalah karsinoma sel skuamosa. Secara umum,tembakau (rokok), alkohol, dan virus
(HPV) telah diidentifikasi sebagai faktor etiologi utama. Kebanyakan pasien karsinoma tonsil
datang sudah dalam keadaan stadium lanjut karena lesi awal biasanya tanpa gejala.Filosofi
dalam penatalaksanaan karsinoma tonsil yaitu penanganan pada tumor primer dan kelenjar
limfe regional karena meskipun tumor primer yang kecil tetap mempunyai resiko terjadinya
metastase ke kelenjar limfe regional. Prinsip penatalaksanaanya meliputi pembedahan,
radioterapi, atau kombinasi keduanya.Prognosis berhubungan dengan staging tumor saat
didiagnosis. Makin besar tumor atau makin lanjut staging tumornya, prognosis bertambah
jelek. Dengan terdapatnya metastase, prognosis lebih jelek. Kalau tumor sudah masuk ke
dalam jaringan, prognosis menjadi lebih jelek dan pada terapi sering harus diikuti dengan
diseksi leher.
7
Daftar Pustaka
1. Tonsil cancer. From: http://www.bettermedicine.com/article/tonsil-cancer
2. Tonsil cancer. From: http://www.mayoclinic.org/tonsil-cancer/
3. Endang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, Sinusitis, dalam Eviati, nurbaiti, editor,
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Balai
Penerbit FK UI, Jakarta, 2002,p.214.
4. Anatomy of Tonsil. From: http://www.drtbalu.co.in/tonsil.html
5. Malignant Tonsil Tumor Surgery.
From http://emedicine.medscape.com/article/848034-overview
6. Kokot, niels. Malignant Tumors of the Tonsil,Surgical Treatment.Available
from: www.emedicine.com Last update 10 Sep 2010. [Diakses tanggal 9 September
2011]
7. Guay, M, E., Laverty, R., 1995.Tonsillar carcinoma. Eur Arch
Otorhinolaryngol. 252:259-64
8. Hammerstedt, lalle. 2008.Tonsilar Cancer: Incidence, Prevalence of
HPV and Survival.Swedia : Karolinska Institutet
9. Kuhuwael, F, G., 2006. Penatalaksanaan Keganasan Kepala dan Leher.
Dexa Media19: 143-7.
10. Sjamsuhidajat, R., 2004.Neoplasma dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi
2.Jakarta: EGC pp 131-2.
8