Referat Tumor Intraorbita Fix
-
Upload
trisna-yunita -
Category
Documents
-
view
121 -
download
18
Transcript of Referat Tumor Intraorbita Fix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Orbita merupakan struktur anatomi kompleks yang terdiri dari bola mata , jaringan
lemak, vascular, saraf , kelenjar dan jaringan ikat. Orbita dalam arti luas menjelaskan rongga
yang di dalamnya terdapat struktur penting untuk fungsi penglihatan yang dikelilingi oleh
arsitektur tulang yang melindunginya. Karena secara anatomi rongga orbita ini berukuran relatif
kecil dengan hanya sedikit ruang kosong, lesi intraorbita yang menyebabkan peningkatan volume
intraorbita akan dapat mengakibatkan proptosis bola mata dan dapat mempengaruhi fungsi
visual dan otot ekstraokular.
Semua strutur anatomi orbita bisa berkembang menjadi neoplasia. Invasi dari struktur
yang berdekatan, gangguan limfoproliferatif dan metastasis secara hematogen juga bisa
menyebabkan pertumbuhan tumor orbita sekunder.
Hemangioma kapiler adalah tumor jinak orbital yang paling sering ditemukan pada anak-
anak. Biasanya muncul sejak lahir atau pada usia 3 bulan pertama kehidupan dan berkembang
dengan pola pertumbuhan yang cepat. Rabhdomiosarkoma, suatu tumor mesenkimal, merupakan
tumor ganas orbital yang paling umum ditemukan pada anak-anak.Muncul pada usia kecil dari 2
tahun atau lebih besar dari 6 tahun. Jenis tumor ini memiliki predileksi di regio nasal superior
orbita. Sedangkan pada dewasa, hemangioma kavernosus dan meningioma adalah jenis yang
paling sering ditemukan.
Tumor intraorbita meningkatkan volume rongga orbita dan menyebabkan mass effect.
Turunnya ketajaman penglihatan, gangguan lapangan pandang, diplopia, gangguan motilitas otot
ekstraokuler, atau pupillary defect dapat terjadi akibat dari invasi atau kompresi oleh massa
tumor intraorbital. Gangguan fungsi kelopak mata, lagoftalmos dan disufungsi dari kelenjar
lakrimal bisa menyebabkan keratopathi, keratitis dan menipisnya kornea.
Kompleksitas structural orbita dan isinya menghadirkan sebuah tantangan dalam
pencitraan. Modalitas radiologi yang berkembang saat ini telah memungkinkan para klinisi
untuk mendapatkan informasi mengenai rongga orbita beserta isinya secara detail dan rinci.
Dulu, jauh sebelum, CT scan dan MRI berkembang, rontgenografi adalah modalitas yang paling
umum digunakan untuk mengevaluasi lesi yang diduga massa orbita. Namun rontgenografi ini
1
hanya bisa memberikan gambaran 1 dimensi dan tidak informatif untuk menilai jaringan lunak.
Sekarang dengan ditemukannya CT scan dan MRI, memungkinkan visualisasi yang lebih jelas
untuk melihat struktur tulang dan jaringan lunak secara 2D dan 3D. Selain Rontgen, CT scan dan
MRI, USG okular juga merupakana salah satu modalitas diagnostik yang sering digunakan. USG
terutama digunakan untuk menilai struktur anterior okular. USG Doppler dapat digunakan untuk
menilai vaskularisasi dan aliran darah orbita.
1.2 Batasan Masalah
Pembahasan referat ini dibatasi pada kasus tumor intraorbita dengan menekankan pada
aspek radiologis.
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan referat ini bertujuan menambah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai
tumor intraorbita dan juga sebagai salah satu syarat dalam menjalani kepaniteraan klinik di
bagian Radiologi RSUP Dr.M.Djamil Padang, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
1.4 Metode Penulisan
Referat ini menggunakan metode tinjauan kepustakaan yang merujuk pada berbagai
literatur.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Rongga Orbita
Orbita berbentuk suatu rongga yang secara skematis digambarkan sebagai piramida yang
berkonvergensi ke arah belakang. Puncaknya adalah foramen optikum, dan dasarnya menghadap
ke depan luar dan terbuka disebut aditus orbitae. Sedangkan dinding-dindingnya meliputi
dinding medial, dinding lateral, dinding atas (atap orbita), dan dinding bawah (dasar orbita).
Orbita terletak di kanan dan kiri basis nasi (pangkal hidung).
Tulang-tulang yang membentuk orbita berjumlah 7 buah, yaitu tulang frontal, tulang
zigoma, tulang sphenoid, tulang maksila, tulang etmoid, tulang nasal, dan tulang lakrima.
Antara dinding lateral (dinding temporal) dengan atap orbita terdapat fissura orbitalis superior.
Antara dinding lateral dengan dasar orbita terdapat fissura orbitalis inferior. Antara dinding
medial dengan atap orbita terdapat foramen ethmoidalis anterius dan posterius. Antara dinding
medial dengan dasar orbita terdapat fossa sacci lacrimalis.
Aditus orbitae berbentuk persegi empat dengan sudut-sudutnya membulat. Sisi-sisinya
dibedakan menjadi margo supraorbitalis, margo infraorbitalis, margo marginalis, dan margo
lateralis.
Volume orbita dewasa kira-kira 30 cc dan bola mata hanya menempati sekitar 1/5 bagian
ruangannya. Lemak dan otot menempati bagian terbesarnya.
Di dalam orbita, selain bola mata, juga terdapat otot-otot ekstraokuler, syaraf, pembuluh
darah, jaringan ikat, dan jaringan lemak, yang kesemuanya ini berguna untuk menyokong fungsi
3
mata. Orbita merupakan pelindung bola mata terhadap pengaruh dari dalam dan belakang,
sedangkan dari depan bola mata dilindungi oleh palpebra. Di sekitar orbita terdapat rongga-
rongga di dalam tulang-tulang tengkorak dan wajah, yang disebut sinus paranasalis.
Orbita berhubungan dengan sinus frontalis di atas, sinus maksilaris di bawah, dan sinus
ethmoidalis dan sphenoidalis di medial. Dasar orbita yang tipis mudah rusak oleh trauma
langsung terhadap bola mata, berakibat timbulnya fraktur “blow out” dengan herniasi isi orbita
ke dalam antrum maksilaris. Infeksi dalam sinus sphenoidalis dan ethmoidalis dapat mengikis
dinding medialnya yang setipis kertas (lamina papyracea) dan mengenai isi orbita. Defek pada
atapnya (misal, neurofibromatosis) dapat berakibat terlihatnya pulsasi pada bola mata yang
berasal dari otak.
2.2 Klasifikasi Tumor Intraorbita
Tumor intraorbita bisa berasal dari struktur didalam atau di sekitar rongga orbita. Berikut adalah
klasifikasi tumor intraorbita berdasarkan asal jaringan :
No Asal jaringan Jenis Tumor
1 Kelenjar lakrimal Adenoma pleomorfik
Karsinoma
2 Jaringan Limfoid Limfoma
3 Retina Retinoblastoma
Melanoma
4 Tulang Osteoma
Kista dermoid
Kista epidermoid
5 Selubung saraf optik Meningioma
6 Saraf optik Glioma
Neurofibroma
7 Jaringan Ikat Rhabdomiosarkoma
8 Metastasis melalui darah Dewasa:
Ca mammae
4
Ca bronchial
Anak-anak:
Neuroblastoma
Sarkoma Ewing
Leukemia
Tumor testikuler
2.2.1 Tumor yang berasal dari kelenjar lakrimal
2.2.2 Tumor yang berasal dari jaringan limfoid
2.2.3 Tumor yang berasal dari retina
2.2.4 Tumor yang berasal dari tulang orbita
2.2.5 Tumor yang berasal dari selubung saraf optik
2.2.6 Tumor yang berasal dari saraf optik
Glioma Nervus Optikus
Definisi
Glioma adalah tumor yang berasal dari sel-sel glia saraf. Sel glia merupakan sel yang berkaitan
erat dengan neuron, yang berfungsi sebagai pendukung struktur dan fungsi neuron, namun tidak
terlibat dalam fungsi penjalaran impuls. Dalam otak manusia, jumlah sel glia jauh lebih besar
daripada jumlah neuron. Perbandingan antara jumlah sel glia dan neuron ialah 10:1
Epidemiologi
Glioma merupakan tumor saraf optik yang paling sering ditemukan terutama pada anak-anak
(usia < 20 tahun). Tumor neuroglia ini dapat tumbuh di dalam orbita, intrakanalikular, atau
bagian saraf intrakranium, seringkali melibatkan khiasma optikum.
Secara histologis biasanya glioma optik merupakan lesi benigna. Pengaruh merugikannya
tergantung kepada lokasi dan pola pertumbuhan. Glioma ini jarang menunjukkan tanda-tanda
ganas. Glioma optik terjadi dengan frekuensi yang meningkat pada penderita neurofibromatosis.
Manifestasi klinis
5
Manifestasi klinis glioma optik intraorbital adalah kehilangan penglihatan unilateral, proptosis
dan deviasi mata, dapat juga ditemukan atrofi optik atau kongesti papil nervus optikus. Pada
glioma khiasma sering ditemukan defek lapangan pandang ( biasanya hemianopsia bilateral),
kenaikan tekanan intrakranial, edema papil atau atrofi optik, disfungsi hipothalamus, disfungsi
hipofisis, dan kadang-kadang nistagmus atau strabismus.
Glioma optik terjadi dengan frekuensi yang meningkat pada penderita neurofibromatosis.
Gambaran radiologi
CT scan orbita
.
CT scan menunjukkan massa solid fusiformis pada distribusi persarafan, dengan low
attenuation dan kalsifikasi pada area sentral.
Optic nerve glioma appears as diffuse enlargement of the left optic nerve
(arrows) in an 8-year-old girl.
6
Glioma saraf optik tampak sebagai pembesaran difus pada nervup otik kiri
(tanda panah).
Magnetic Resonance Imaging
Gambaran MRI pada anak perempuan usia 7 tahun dengan riwayat keluarga NF1 yang
mengalami kebutaan sejak usia 18 bulan. MRI T2-weighted transaxial menunjukkan
glioma saraf optic bilateral (tanda panah)
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan glioma optik meliputi pembedahan, radiasi dan kemoterapi). Bila tumor ini
terbatas intraorbital, intrakanalikular, atau bagian saraf prekhiasma, reseksi sering dilakukan,
terutama bila proptosis tidak terlalu tampak dengan kehilangan penglihatan sempurna atau
hampir sempurna di mata yang terkena. Bila khiasma terlibat, tindakan bedah tidak dianjurkan,
walaupun intervensi bedah untuk mengendalikan hidrosefalus dan kenaikan tekanan
intraakranium sekunder atau bahan untuk biopsi mungkin diperlukan.. Radioterapi dapat
mengubah pertumbuhan tumor. Kemoterapi masih dalam tahap penelitian.
(sumber : Nelson: Ilmu kesehatan anak, volume 3, hal 2189, pengarang Benheman Kliegma
Arvin)
2.2.7 Tumor yang berasal dari jaringan ikat
7
Rhabdomyosarcoma
Definisi
Rhabdomyosarcoma adalah sejenis kanker agresif yang timbul dari sel otot rangka primitif yang
disebut rhabdomyoblast.
Epidemiologi
Kanker ini biasanya ditemukan pada anak di bawah usia 15 tahun, terdapat di daerah kepala,
leher, mata, ekstremitas dan saluran genitourinari. Rhabdomiosarkoma pada orbita merupakan
10-20% dari seluruh kasus rhabdomiosarkoma. Pertumbuhan kanker ini umumnya relatif cepat
membesar, berkembang menjadi benjolan yang keras, dan bila digerakkan agak sukar dan dapat
menyebar ke organ tubuh lain seperti paru-paru, liver maupun tulang. Bila ukuran kanker sudah
begitu besar, maka akan menyebabkan borok dan pendarahan pada kulit di atasnya
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang paling umum adalah terdapatnya massa yang tidak nyeri. Rasa nyeri
dapat timbul jika pembesaran massa tumor sudah menyebabkan penekanan pada jaringan saraf
sekitarnya. Tumor primer di orbita biasanya didiagnosis pada awal perjalanan karena disertai
proptosis, edema periorbital. Ptosis dan penurunan tajam penglihatan.
Gambaran radiologi
8
Proyeksi Caldwell pada pasien rhabdomyosarcoma. Tampak keterlibatan rim orbital
superior (tanda panah) dengan erosi tulang yang menyebabkan diskontinuitas margin
orbital.
Gambaran CT scan dengan kontras pada anak laki-laki usia 13 tahun dengan
rhabdomyosarkoma embrional. Tampak massa isodens homogen di orbital kanan yang
menyebabkan proptosis.
Rhabdomyosarcoma in Pediatric Patients , M.Beth Mccarville, Sheri L.Spunt, American Journal of roentgenology
9
Rhabdomyosarkoma embrional pada anak perempuan usia 4 tahun dengan proptosis pada
mata kanan. MRI T1-weighted axial menunjukkan massa iso- hingga relatif sedikit
hypointense terhadap muskulus orbita.
Penatalaksanaan
a.Tumor yang resektabel
Dilakukan pembedahan radikal pada tuimor yang resektabel dengan syarat :
Tumor dapat diangkat semua dan batas sayatan bebas sel tumor ganas. Terdapat 2 macam
prosedur pembedahan yaitu:
Eksisi luas lokal : untuk G1 dan tumor masih terlokalisir
Eksisi luas radikal : untuk G3 dan tumor sudah menyebar regional/KGB
b.Tumor yang in-operabel : dapat dilakukan radioterapi dan kemoterapi.
10
Jenis Tumor Insiden Gejala Klinik Radiologi
Glioma saraf optik paling sering
ditemukan terutama
pada anak-anak (usia
< 20 tahun). Tumor
neuroglia ini dapat
tumbuh di dalam
orbita,
intrakanalikular, atau
bagian saraf
intrakranium,
seringkali melibatkan
khiasma optikum.
kehilangan
penglihatan unilateral,
proptosis dan deviasi
mata, dapat juga
ditemukan atrofi optik
atau kongesti papil
nervus optikus. Pada
glioma khiasma sering
ditemukan defek
lapangan pandang
( biasanya
hemianopsia
bilateral), kenaikan
tekanan intrakranial,
CT scan :
Tumor bisa tampak di
sepanjang jaras
penglihatan mulai
dari regio oksipitalis,
khiasma optikum dan
nervus optikus.
tampak penebalan
difus dari nervus
dengan undulasi atau
lobulasi ringan.
MRI:
Tampak pembesaran
11
edema papil atau
atrofi optik, disfungsi
hipothalamus,
disfungsi hipofisis,
dan kadang-kadang
nistagmus atau
strabismus.
dan penebalan dari
nervus. T1-weighted:
tampak massa yang
isointens terhadap
korteks dan
hipointens terhadap
substansia alba dan
orbital fat.
T2-weighted : tampak
massa dengan
gambaran isointens
hingga hiperintens
terhadap korteks dan
substansia alba.
Setelah pemberian
kontras tampak
intense enhacement.
Rhabdomiosarkoma biasanya ditemukan
pada anak di bawah
usia 15 tahun,
Rhabdomiosarkoma
pada orbita
merupakan 10-20%
dari seluruh kasus
rhabdomiosarkoma
klinis yang paling
umum adalah
terdapatnya massa
yang tidak nyeri. Rasa
nyeri dapat timbul
jika pembesaran
massa tumor sudah
menyebabkan
penekanan pada
Foto polos:
Proyeksi Caldwell
Tampak keterlibatan
rim orbital superior
dengan erosi tulang
yang menyebabkan
diskontinuitas margin
orbital.
CT scan :
12
jaringan saraf
sekitarnya. Tumor
primer di orbita
biasanya didiagnosis
pada awal perjalanan
karena disertai
proptosis, edema
periorbital. Ptosis dan
penurunan tajam
penglihatan.
Tampak massa
isodens homogen di
orbital yang
menyebabkan
pendorongan bola
mata ke anterior.
MRI :
MRI T1-weighted
axial menunjukkan
massa iso- hingga
relatif sedikit
hypointense terhadap
muskulus orbita.
13