Referat Tumor Laring

35
BAB 1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Tumor Laring dibagi menjadi 2 jenis besar yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak jarang ditemukan, sedangkan tumor ganas laring merupakan tumor yang terbanyak menyerang saluran pernapasan bagian atas. Tumor ganas laring cukup sering ditemukan di bagian Telinga Hidung Tenggorokan ( THT ). Sebagai gambaran, diluar negeri tumor ganas laring menempati urutan pertama dalam urutan keganasan di bidang THT, sedangkan di RSCM menempati urutan ketiga setelah karsinoma nasofaring, tumor ganas hidung dan sinus paranasal. 1,2 Etiologi pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan beberapa hal yang berhubungan erat dengan terjadinya keganasan laring yaitu : rokok, alkohol, sinar radioaktif, polusi udara radiasi leher dan asbestosis. Insiden tumor laring sangat berhubungan erat dengan kebiasaan merokok ,seperti juga meningkatnya kejadian tumor leher dan kepala 6x lebih sering pada perokok dibandingkan dengan yang tidak merokok.Risiko kematian pada tumor ganas laring berbanding lurus dengan meningkatnya konsumsi rokok, terlebih lagi bila disertai dengan konsumsi alkohol. 3 1

description

tumor laringe stase thé au

Transcript of Referat Tumor Laring

Page 1: Referat Tumor Laring

BAB 1

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Tumor Laring dibagi menjadi 2 jenis besar yaitu tumor jinak dan tumor ganas.

Tumor jinak jarang ditemukan, sedangkan tumor ganas laring merupakan tumor yang

terbanyak menyerang saluran pernapasan bagian atas. Tumor ganas laring cukup sering

ditemukan di bagian Telinga Hidung Tenggorokan ( THT ). Sebagai gambaran, diluar

negeri tumor ganas laring menempati urutan pertama dalam urutan keganasan di bidang

THT, sedangkan di RSCM menempati urutan ketiga setelah karsinoma nasofaring, tumor

ganas hidung dan sinus paranasal.1,2

Etiologi pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan beberapa hal

yang berhubungan erat dengan terjadinya keganasan laring yaitu : rokok, alkohol, sinar

radioaktif, polusi udara radiasi leher dan asbestosis. Insiden tumor laring sangat

berhubungan erat dengan kebiasaan merokok ,seperti juga meningkatnya kejadian tumor

leher dan kepala 6x lebih sering pada perokok dibandingkan dengan yang tidak

merokok.Risiko kematian pada tumor ganas laring berbanding lurus dengan

meningkatnya konsumsi rokok, terlebih lagi bila disertai dengan konsumsi alkohol.3

Salah satu akibat yang ditimbulkan dari tumor laring adalah terjadinya sumbatan

laring yang dapat berakibat kematian. Untuk itu diperlukan diagnosis dan

penatalaksanaan yang tepat dan sesuai dengan prinsip penanggulangan sumbatan laring,

yaitu menghilangkan penyebab sumbatan dengan cepat atau membuat jalan napas baru

yang dapat menjamin ventilasi.1,4

Untuk menegakkan diagnosa tumor ganas laring masih belum memuaskan, hal ini

disebabkan antara lain karena letaknya dan sulit untuk dicapai sehingga dijumpai bukan

pada stadium awal lagi. Biasanya pasien datang dalam keadaan yang sudah berat

sehingga hasil pengobatan yang diberikan kurang memuaskan. Yang terpenting pada

penanggulangan tumor ganas laring ialah diagnosa dini. 1,5

1

Page 2: Referat Tumor Laring

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI LARING

2.1.1. KERANGKA LARING

Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas. Batas atas

laring adalah aditus laring, batas bawahnya adalah batas kaudal kartilago krikoid.

Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang yaitu tulang hyoid, dan beberapa

buah tulang rawan. Tulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago epiglotis,

kartilago krikoid, kartilago aritenoid, kartilago kornikulata, kartilago tiroid. Kartilago

krikoid dihubungkan dengan kartilago tiroid oleh ligamentum krikotiroid. Terdapat

sepasang kartilago aritenoid yang terletak dekat permukaan belakang laring dan

membentuk sendi dengan kartilago krikoid, disebut artikulasi krikoaritenoid. Sepasang

kartilago kornikulata melekat pada kartilago aritenoid di daerah apex, sedangkan

sepasang kartilago kuneiformis terdapat di dalam lipatan ariepiglotik.Pada laring terdapat

2 buah sendi, yaitu artikulasi krikotiroid dan artikulasi krikoaritenoid.1,5

2

Page 3: Referat Tumor Laring

2.1.2. OTOT-OTOT LARING

Gerakan laring dilaksanakan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan otot-otot

intrinsik : 1,5,7

I.Otot-otot ekstrinsik laring :

1. Otot-otot Depressor :

- m. Omohyoid

- m. Sternohyoid

- m. Thyrohyoid

Otot-otot ini berfungsi menarik laring ke bawah.

2. Otot-otot Elevator :

- m. Myohyoid

- m. Geniohyoid

- m. Genioglossus

- m. Hyoglossus

- m. Digastric

- m. Stylohyoid

Otot-otot ini berfungsi menarik laring ke atas (elevasi).

II. Otot-otot intrinsik laring :

1. Adductor of the Vocal Cord (Constrictors) :

- m. Lateral Cricoarytenoid

- m. Thyroarytenoid

- m. Transverse Arytenoid

- m. Oblique Arytenoid

2. Abductor of the Vocal Cord (membuka laring) :

- m. Posterior Cricoarytenoid

3

Page 4: Referat Tumor Laring

3. Tensor of the Vocal Cord :

- m. Cricothyroid - m. Thyroarytenoid- m. Vocalis

2.1.3. RONGGA LARING

Batas atas rongga laring ialah aditus laring, batas bawahnya ialah bidang yang

melalui pinggir bawah kartilago krikoid. Batas depannya ialah permukaan belakang

epiglotis, tuberkulum epiglotis, ligamentum tiroepiglotik, sudut antara kedua belah

lamina kartilago tiroid dan arkus kartilago krikoid, batas belakangnya ialah m. aritenoid

transversus dan lamina kartilago krikoid.1,5

Pada laring terdapat pita suara asli ( plika vokalis ) dan pita suara palsu ( plika

ventrikularis ). Bidang antara plika vokalis kiri dan kanan disebut rima glotis, dan bidang

antara plika ventrikularis kiri dan kanan disebut rima vestibuli. Plika vokalis dan plika

ventrikularis membagi rongga laring dalam 3 bagian, yaitu : vestibulum

laring/supraglotik ( di atas plika ventrikularis ), glotik, dan subglotik ( di bawah plika

vokalis ).1,5

4

Page 5: Referat Tumor Laring

2.1.4. PERSARAFAN LARING

Laring dipersarafi oleh cabang-cabang nervus vagus, yaitu n. laringis superior dan

n. laringis inferior. N. laringis superior mempersarafi m. krikotiroid. N. laringis inferior

bercabang 2 menjadi ramus anterior dan ramus posterior. Ramus anterior mempersarafi

otot-otot intrinsik laring bagian lateral, ramus posterior mempersarafi otot-otot intrinsik

laring bagian superior.1,5

2.1.5. PENDARAHAN LARING

Pendarahan laring terdiri dari 2 cabang, yaitu :1,5

1. Arteri laringis superior, merupakan cabang dari arteri tiroid superior. Berjalan

melewati bagian belakang membran tirohioid dan menembus membran ini untuk berjalan

di submukosa dari dinding lateral dan lantai sinus piriformis untuk mendarahi mukosa

dan otot-otot laring.

2. Arteri laringis inferior, merupakan cabang arteri tiroid inferior. Berjalan ke belakang

sendi krikotiroid, lalu masuk laring melalui daerah pinggir bawah dari m. konstriktor

faring inferior dan mendarahi mukosa dan otot laring.

Vena laringis superior dan vena laringis inferior letaknya sejajar dengan a. laringis

superior dan inferior.

2.1.6. PEMBULUH LIMFA

Pembuluh limfa eferen dari golongan superior bergabung dengan kelenjar bagian

superior rantai servikal dalam. Pembuluh eferen dari golongan inferior bergabung dengan

kelenjar servikal dalam, dan beberapa menjalar sampai sejauh kelenjar supraklavikula.1,5

5

Page 6: Referat Tumor Laring

2.1.7 FISIOLOGI LARING

Laring berfungsi untuk :5,6,8

1. Proteksi

Yaitu mencegah makanan dan benda asing masuk ke dalam trakea dengan cara menutup

aditus laring dan rima glotis secara bersamaan.Terjadinya penutupan aditus laring karena

pengangkatan laring ke atas akibat kontraksi otot-otot ekstrinsik laring. Penutupan rima

glotis terjadi karena adduksi plika vokalis.

2. Respirasi

Yaitu dengan mengatur besar kecilnya rima glotis. Bila m. krikoaritenid posterior

berkontraksi akan menyebabkan prosessus vokalis kartilago aritenoid bergerak ke lateral,

sehingga rima glotis terbuka.

3. Fonasi

Yaitu dengan membuat suara serta menentukan tinggi rendahnya nada.tinggi rendahnya

nada diatur oleh peregangan plika vokalis. Bila plika vokalis dalam adduksi, maka m.

6

Page 7: Referat Tumor Laring

krikotiroid akan merotasikan kartilago tiroid ke bawah dan ke depan, menjauhi kartilago

aritenoid. Pada saat yang bersamaan m. krikoaritenoid posterior akan menahan atau

menarik kartilago aritenoid ke belakang. Plika vokalis kini dalam keadaan efektif untuk

berkontraksi. Sebaliknya kontraksi m. krikoaritenoid akan mendorong kartilago

krikoaritenoid ke depan, sehingga plika vokalis akan mengendor.Kontraksi serta

mengendornya plika vokalis akan menentukan tinggi rendahnya nada.

4. Refleks batuk

Benda asing yang telah masuk ke dalam trakea dapat dibatukkan keluar. Demikian juga

dengan bantuan batuk, sekret yang berasal dari paru dapat dikeluarkan.

5. Menelan

Laring membantu menelan melalui 3 mekanisme, yaitu gerakan laring bagian bawah ke

atas, menutup aditus laringis dan mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan

tidak masuk lagi ke dalam laring.

2.2 TUMOR JINAK LARING

Tumor jinak laring tidak banyak ditemukan, hanya kurang lebih 5% dari semua

jenis tumor laring.6,9,10

2.2.1 Papiloma

Merupakan tumor jinak laring yang paling sering ditemukan, dan dapat ditemukan

pada pasien usia muda ataupun dewasa. Kemungkinan penyebab dari papiloma laring

yaitu human papillomavirus (HPV) yang memiliki hubungan dengan perubahan

hormonal, papilloma sering ditemukan pada usia pubertas.

Papiloma dapat digolongkan dalam 2 jenis yaitu, Papiloma Laring Juvenil, dan

Papiloma Laring pada orang dewasa. Tipe Juvenil ditemukan pada anak, biasanya

berbentuk multipel, dan mengalami regresi pada saat dewasa. Tumor ini dapat tumbuh

pada pita suara bagian anterior atau daerah subglotik. Dapat pula tumbuh pada plika

ventrikularis atau aritenoid. Secara makroskopik bentuknya seperti buah murbei,

berwarna putih kelabu atau kemerahan. Jaringan tumor ini sangat rapuh, dan kalau

dipotong tidak menimbulkan perdarahan. Sifat yang menonjol dari tumor ini adalah

7

Page 8: Referat Tumor Laring

sering tumbuh kembali setelah dilakukan pengangkatan. Pada orang dewasa biasanya

berbentuk tunggal, dan biasanya berubah ke arah keganasan.

Gejala papiloma laring yang utama ialah suara parau. Terkadang terdapat pula

batuk, apabila tumor telah menutup rima glotis akan timbul gejala sesak napas dengan

stridor. Diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesis, gejala klinik, pemeriksaan laring,

biopsi serta pemeriksaan patologi anatomik.

Terapi pada papiloma laring merupakan ekstirpasi papiloma dengan bedah mikro

atau juga menggunakan sinar laser. Oleh karena itu sering muncul kembali, pada

sebagian kasus sudah tampak papilom yang mulai tumbuh lagi setelah dilakukan

ekstirpasi. Terapi definitif terhadap penyebabnya belum memuaskan, karena sampai saat

ini etiologi dari papiloma laring belum diketahui dengan pasti.

Pappiloma Laring

2.2.2 Kondroma

Kondtroma merupakan lesi yang pertumbuhannya lambat (Slow growing lession)

yang tersusun atas kartilago hialin. Lebih sering ditemukan pada Pria dibandingkan

dengan Wanita. Tempat paling sering ditemukannya kondroma adalah pada aspek

internal dari bagian posterior kartilago krikoid, thyroid, arytenoid, dan epiglotis.

8

Page 9: Referat Tumor Laring

Gejala klinis yang sering ditemukan adalah suara parau, dyspnea, disfagia dan

rasa penuh di daerah tenggorokan. Pada pemeriksaan dengan laringoskopi tampak massa

yang halus, lunak, berbentuk bulat atau modular, dan biasanya tertutup oleh mukosa yang

normal. Pemeriksaan imaging merupakaan pilihan yang tepat sebagai modalitas

diagnostik seperti laringogram dan laminogram, tumor akan tampak seperti gambaran

kalsifikasi pada foto x-ray.

Terapi pada kondroma yaitu tindakan eksisi pada tumor, thyrotomy dilakukan jika

letak tumor pada aspek anterior dari krikoid. Rekurensi sering ditemukan apabila tumor

tidak di angkat seluruhnya. Laringektomi total dilakukan pada rekurensi jika dibutuhkan.

2.2.3 Neurofibroma

Neurofibroma merupakan tumor yang jarang ditemukan, tumor ini berasal dari sel

Schwann. Pada umumnya tumor jenis ini tumbuh di sekitar aryepligotic fold. Jumlah

kasus pada wanita sebanyak 2:1.

2.2.4 Mioblastoma Sel Granuler

Mioblastoma diduga berasal dari jaringan neurogenik. Dapat ditemukan di semua

usia dan lebih sering ditemukan pada pria. Tumor ini sering ditemukan pada aspe

posterior dari plika vokalis atau aritenoid. Mioblastoma merupakan tumor yang

berukuran kecil, lembut, dan berwarna keabu-abuan. Mukosa biasanya menampakan

gambaran hiperplasia pseudoepitel. Gejala yang paling sering muncul adalah suara serak.

Terapi dari mioblastoma adalah eksisi menggunakan laringoskopi direk.

2.2.5 Adenoma

Adenoma merupakan tumor laring yang jarang ditemukan, berasal dari kelenjar

mukus. Tempat predileksinya di sekitar plika ventrikularis, Terapi yang digunakan pada

adenoma laring adalah eksisi tumor per oral, atau dengan thyrotomi.

2.2.6 Hemangioma

Tumor ini lebih sering ditemukan pada anak-anak dibandingkan dengan orang

dewasa. Hemangioma sering ditemukan pada plika vokalis, regio subglotik, dan sinus

9

Page 10: Referat Tumor Laring

piriformis. Tatalaksana berupa eksisi jaringan tumor, menggunakan mikrolaringoskopi

dengan CO2 atau Laser YAG. Faringotomi lateral juga dapat dilakukan sebagai terapi

pada hemangioma.

2.2.7 Lipoma

Lipoma merupakan tumor submukosa yang jarang ditemukan, biasanya muncul

pada daerah aryepligottic fold, epiglotis, plika vokalis, dan dinding faring. Terapi untuk

lipoma adalah tindakan eksisi dengan cara lateral faringotomi.

2.2.8 Pseudoepitelial Hiperplasia

Merupakan perubahan epitel yang bersifat jinak, dan sering menyerupai jaringan

karsinoma. Sering disebabkan oleh tuberkulosis, sifilis, granular cell myoblastoma,

blastomikosis, papilary keratosis, dan radiasi.

2.3 KISTA LARING DAN TUMOR-LIKE LESSION

2.3.1 Retention Cyst

Kista ini sering ditemukan jika kelenjar mukus berlebihan. Tempat tempat yang

berpotensi terjadi kista antara lain plika ventrikularis, epiglotis, dan ariepiglotika. Terapi

pada kista retensi ini adalah pengangkatan menggunakan laringoskopi atau

marsupialisasi.11

2.3.2 Laringokel

Merupakan pembesaran yang berisi udara pada ventrikel, dibagi menjadi 3 tipe

yaitu :

1. Laringokel Eksterna : Bentuk yang paling sering ditemukan, kantungnya

mencakup bagian atas dari kartilago tiroid, dan membran tirohioid, dapat

tampak sebagai massa pada leher.

2. Laringokel Interna : Kantung terbatas pada kartilago tiroid

3. Tipe Campuran

10

Page 11: Referat Tumor Laring

Gambaran makroskopik dengen menggunakan laringoskopi direk berupa massa

yang bulging pada laring. Pemeriksaan penunjang yang bermakna adalah CT-Scan atau

MRI karena dapat melihat kelainan dan bentuk anatomis dengan baik untuk menunjang

dan membantu terapi.

2.4 TUMOR GANAS LARING

Tumor Ganas laring terbagi atas 3 bagian berdasarkan letaknya, yaitu : 2

a.Tumor Supraglotis: terbatas pada daerah mulai dari tepi atas epiglotis sampai batas atas

glotis termasuk pita suara palsu dan ventrikel laring.

b.Tumor Glotis : mengenai pita suara asli.

c.Tumor Subglotis : tumbuh lebih dari 10 mm dibawah tepi bebas pita suara asli sampai

batas inferior krikoid.

11

Page 12: Referat Tumor Laring

2.4.1 EPIDEMIOLOGI

Kekerapan tumor ganas laring di beberapa tempat di dunia ini berbeda-beda. Di

Amerika Serikat pada tahun 1973 – 1976 dilaporkan 8,5 kasus karsinoma laring

per 100.000 penduduk laki-laki dan 1,3 kasus karsinoma laring per 100.000 penduduk

perempuan. Tumor ganas laring lebih sering mengenai laki-laki dibanding perempuan

dengan perbandingan 5 : 1 dan terbanyak pada usia 56-69 tahun.2,3

Di RSUP H. Adam Malik Medan, Februari 1995 – Juni 2003 dijumpai 97 kasus

karsinoma laring dengan perbandingan laki dan perempuan 8 : 1. Usia penderita berkisar

antara 30 sampai 79 tahun. Dari Februari 1995 – Februari 2000, 28 orang diantaranya

telah dilakukan operasi laringektomi total.2

2.4.2 ETIOLOGI

Belum diketahui pasti penyebabnya, namun beberapa penelitian epidemiologi

menggambarkan beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko terjadinya tumor laring,

beberapa diantaranya yaitu :2,12,13

1. Umur

Insiden tumor ganas laring meningkat pada usia diatas 55 tahun.

2. Jenis kelamin

tumor laring 4x lebih sering mengenai laki-laki dibandingkan perempuan

3. Ras

Meningkat pada ras kulit hitam dibandingkan kulit putih

12

Page 13: Referat Tumor Laring

4. Merokok

Kebiasaan merokok meningkatkan resiko terjadinya tumor ganas laring

5. Alkohol

Orang yang mengkonsumsi alkohol berkemungkinan lebih besar terkena

tumor laring dibandingkan orang yang tidak mengkonsumsi alkohol.

6. Riwayat keganasan pada kepala dan leher

Satu dari empat orang yang pernah menderita tumor pada kepala dan leher

berisiko tinggi terkena untuk kedua kalinya.

7. Pekerjaan

Pekerja-pekerja yang terpapar uap asam sulfat,nikel dan asbes akan beresiko

tinggi menderita tumor laring

8. Faktor-faktor lain seperti virus, makanan rendah vitamin A dan gastroesopha

geal reflux disease ( GERD ).

2.4.3 HISTOPATOLOGI

Karsinoma sel skuamosa meliputi 95 – 98% dari semua tumor ganas laring,

dengan derajat differensiasi yang berbeda-beda. Jenis lain yang jarang kita jumpai adalah

karsinoma anaplastik, pseudosarkoma, adenokarsinoma dan sarkoma.2

Karsinoma verukosa adalah satu tumor yang secara histologis kelihatannya jinak,

akan tetapi klinis ganas. Insidennya 1 – 2% dari seluruh tumor ganas laring, lebih banyak

mengenai pria dari wanita dengan perbandingan 3 : 1. Tumor tumbuh lambat tetapi dapat

membesar sehingga dapat menimbulkan kerusakan lokal yang luas. Tidak terjadi

metastase regional atau jauh. Pengobatannya dengan operasi, radioterapi tidak efektif dan

merupakan kontraindikasi. Prognosanya sangat baik.

Adenokarsinoma. Angka insidennya 1% dari seluruh tumor ganas laring. Sering

dari kelenjar mukus supraglotis dan subglotis dan tidak pernah dari glotis. Sering

bermetastase ke paru-paru dan hepar. Two years survival rate-nya sangat rendah.Terapi

yang dianjurkan adalah reseksi radikal dengan diseksi kelenjar limfe regional dan radiasi

pasca operasi.2

13

Page 14: Referat Tumor Laring

Kondrosarkoma, adalah tumor ganas yang berasal dari tulang rawan krikoid 70%,

tiroid 20% dan aritenoid 10%. Sering pada laki-laki 40 – 60 tahun. Terapi yang

dianjurkan adalah laringektomi total.2

2.4.4 GEJALA KLINIS DAN SUMBATAN LARING AKIBAT TUMOR LARING

Gejala klinis dari tumor ganas laring yaitu :13

a. Serak

Merupakan gejala utama karsinoma laring, merupakan gejala dini tumor pita

suara. Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring. Kualitas nada sangat

dipengaruhi oleh besar celah glotik, besar pita suara, ketajaman tepi pita suara, kecepatan

getaran, dan ketegangan pita suara.

Pada karsinoma laring,pita suara gagal berfungsi secara baik disebabkan oleh

ketidakaturan pita suara, oklusi atau penyempitan celah glotik, teserangnya otot-otot

vokalis, sendi dan ligamen krikoaritenoid, dan kadang-kadang menyerang saraf. Adanya

tumor di pita suara akan mengganggu gerak maupun getaran kedua pita suara tersebut.

Serak menyebabkan kualitas suara menjadi kasar, mengganggu, sumbang dan nadanya

lebih rendah dari biasa. Kadang-kadang bisa afoni karena nyeri, sumbatan jalan napas,

atau paralisis komplit.

Hubungan antara serak dengan tumor laring tergantung pada letak tumor. Apabila

tumor tumbuh pada pita suara asli, serak merupakan gejala dini dan menetap. Apabila

tumor tumbuh di daerah ventrikel laring, di bagian bawah plika ventrikularis atau di batas

inferior pita suara, serak akan timbul kemudian. Pada tumor supraglotis dan subglotis,

serak dapat merupakan gejala akhir atau tidak timbul sama sekali. Pada kelompok ini,

gejala pertama tidak khas dan subjektif, seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang

mengganjal di tenggorok. Tumor hipofaring jarang menimbulkan serak, kecuali tumor

eksentif. Fiksasi dan nyeri menimbulkan suara bergumam ( Hot potato voice ).

b. Dispnea dan stridor

Merupakan gejala yang disebabkan oleh sumbatan jalan napas dan dapat timbul

pada tiap tumor laring.Gejala ini disebabkan oleh gangguan jalan napas oleh massa

tumor, penumpukan kotoran atau sekret, maupun oleh fiksasi pita suara. Pada tumor

14

Page 15: Referat Tumor Laring

supraglotik atau transglotik terdapat kedua gejala tersebut. Sumbatan yang terjadi secara

perlahan-lahan dapat dikompensasi oleh pasien. Pada umumnya dispnea dan stridor

adalah tanda prognosis yang kurang baik.

c. Nyeri tenggorok

Keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam.

d. Disfagi

Merupakan ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring, dan sinus

piriformis. Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada tumor ganas post

krikoid. Rasa nyeri ketika menelan ( odinofagi )menandakan adanya tumor ganas lanjut

yang mengenai struktur ekstra laring.

e. Batuk dan hemoptisis

Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan

tertekannya hipofaring disertai sekret yang mengalir ke dalam laring. Hemoptisis sering

terjadi pada tumor glotik dan tumor supraglotik.

f. Gejala lain

Berupa nyeri alih di telinga ipsilateral, halitosis, batuk, hemoptisis dan penurunan

berat badan menandakan perluasan tumor ke luar laring atau metastasis jauh. Pembesaran

kelenjar getah bening dipertimbangkan sebagai metastasis tumor ganas yang

menunjukkan tumor pada stadium lanjut. Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang

disebabkan oleh komplikasi supurasi tumor yang menyerang kartilago tiroid dan

perikondrium.

15

Page 16: Referat Tumor Laring

Gejala Sumbatan laring

Gejala dan tanda sumbatan laring yang tampak adalah :4

1. Sesak napas ( dispnea ).

2. Stridor ( napas berbunyi ) yang terdengar pada waktu inspirasi.

3.Cekungan yang terdapat pada waktu inspirasi di suprasternal, epigastrium,

supraklavikula, interkostal. Cekungan itu terjadi sebagai upaya dari otot-otot pernafasan

untuk mendapatkan oksigen yang adekuat.

4. Gelisah karena pasien haus udara ( air hunger ).

5. Warna muka pucat dan terakhir menjadi sianosis karena hipoksia.

2.4.5 DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan :2

1. Anamnesis.

Didapatkan keluhan berupa suara serak, nafas berbunyi, sulit bernafas, nyeri

tenggorokkan, batuk berdarah, sulit menelan dan kadang – kadang ditemukan bau mulut,

penurunan berat badan.

2. Pemeriksaan THT rutin .

3. Laringoskopi direk.

Pemeriksaan ini untuk memastikan lokasi tumor dan menilai penyebaran tumor.

4. Radiologi foto polos leher dan thorak .

Foto toraks diperlukan unuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses

spesifik dan metastasis di paru.

5. Pemeriksaan radiologi khusus separti CT-Scan, MRI.

CT-Scan laring dapat memperlihatkan keadaan tumor dan laring lebih seksama,

misalnya penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah pre-epiglotis serta

metastasis kelenjar getah bening leher.

6. Pemeriksaan hispatologi dari biopsi laring sebagai diagnosa pasti.

Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologi anatomik dari bahan

biopsi laring dan biopsi jarum halus pada pembesaran kelenjar getah bening di leher. Dari

hasil patologi anatomik yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa.

16

Page 17: Referat Tumor Laring

Klasifikasi dan stadium tumor berdasarkan UICC 1988 :

1. Tumor primer ( T )

Supraglotis :

T is : tumor in situ

T 1 : tumor terdapat pada satu sisi suara atau pita suara palsu ( gerakan masih baik ).

T 2 : tumor telah meluas ke satu dan dua sisi daerah supraglotis dan glotis masih bisa

bergerak ( tidak terfiksir ).

T 3 : tumor terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau meluas ke daerah krikoid bagian

belakang, dinding medial dari sinus piriformis, dan kearah rongga pre-epiglotis.

T 4 : tumor sudah meluas ke luar laring, menginfiltrasi orofaring jaringan lunak pada

leher atau sudah merusak tulang rawan tiroid.

Glotis :

T is : tumor in situ.

T 1 : tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih baik,

atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior.

T 2 : tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat bergerak

atau sudah terfiksasi ( impaired mobility ).

T 3 : tumor meliputi laring dan pita suara sudah terfiksir.

T 4 : tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari

laring.

Subglotis :

T is : tumor in situ

T 1 : tumor terbatas pada subglotis .

T 2 : tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksasi.

T 3 : tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksasi.

T 4 : tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan keluar laring atau

dua-duanya.

2. Pembesaran kelenjar getah bening leher (N)

N x : kelenjar tidak teraba.

17

Page 18: Referat Tumor Laring

N 0 : secara klinis tidak teraba kelenjar. N 1 : klinis teraba kelenjar homolateral dengan diameter = 3 cm.

N 2 : klinis teraba kelenjar tunggal, ipsilateral dengan diameter 3 – 6 cm.

N 2a : klinis terdapat satu kelenjar ipsilateral dengan diameter > 3 cm dan tidak >6 cm.

N 2b : klinis terdapat kelenjar ipsilateral multipel dengan diameter tidak lebih dari 6 cm.

N 2c : metastasis bilateral atau kontralateral, diameter tidak lebih dari 6 cm.

N 3 : metastase kelenjar limfe lebih dari 6 cm.

3. Metastase jauh ( M )

Mx : tidak terdapat / terdeteksi.

M 0 : tidak ada metastase jauh.

M 1 : terdapat metastase jauh.

4. Stadium :

Stadium I : T1 N0 M0

Stadium II : T2 N0 M0

Stadium III : T3 N0 M0

T1/T2/T3 N1 M0

Stadium IV : T4 N0/N1 M0

T1/T2/T3/T4 N2/N3

T1/T2/T3/T4 N1/N2/N3 M1

2.4.6 DIAGNOSIS BANDING

Tumor ganas faring dapat dibanding dengan :

1. TBC laring

2. Sifilis laring

3. Tumor jinak laring

4. Penyakit kronis laring

18

Page 19: Referat Tumor Laring

2.4.7 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan tumor laring

Secara umum ada 3 jenis penanggulangan karsinoma laring, yaitu :14,15

1.Pembedahan

Tindakan operasi untuk keganasan laring terdiri dari :

1. Laringektomi   :

a. Laringektomi parsial

Laringektomi parsial diindikasikan untuk karsinoma laring stadium I yang tidak

memungkinkan dilakukan radiasi, dan tumor stadium II.

b. Laringektomi total

Adalah tindakan pengangkatan seluruh struktur laring mulai dari batas atas

( epiglotis dan os hioid ) sampai batas bawah cincin trakea.

2. Diseksi leher radikal

Tidak dilakukan pada tumor glotis stadium dini ( T1 – T2 ) karena

kemungkinan metastase ke kelenjar limfe leher sangat rendah. Sedangkan tumor

supraglotis, subglotis dan tumor glotis stadium lanjut sering kali mengadakan

metastase ke kelenjar limfe leher sehingga perlu dilakukan tindakan diseksi leher.

Pembedahan ini tidak disarankan bila telah terdapat metastase jauh.

2. Radioterapi

Radioterapi digunakan untuk mengobati tumor glotis dan supraglotis T1 dan T2

dengan hasil yang baik ( angka kesembuhannya 90% ). Keuntungan dengan cara ini

adalah laring tidak cedera sehingga suara masih dapat dipertahankan. Dosis yang

dianjurkan adalah 200 rad perhari sampai dosis total 6000 – 7000 rad.

Radioterapi dengan dosis menengah telah pula dilakukan oleh Ogura, Som,

Wang, dkk, untuk tumor-tumor tertentu. Konsepnya adalah untuk memperoleh kerusakan

maksimal dari tumor tanpa kerusakan yang tidak dapat disembuhkan pada jaringan yang

melapisinya. Wang dan Schulz memberikan 4500–5000 rad selama 4–6 minggu diikuti

dengan laringektomi total.

19

Page 20: Referat Tumor Laring

3. Kemoterapi17

Diberikan pada tumor stadium lanjut, sebagai terapi adjuvan ataupun

paliatif. Obat yang diberikan adalah cisplatinum 80–120 mg/m2 dan 5 FU 800–1000

mg/m2.

Rehabilitasi suara

Rehabilitasi setelah operasi sangat penting karena telah diketahui bahwa tumor

ganas laring yang diterapi dengan seksama memiliki prognosis yang baik. Setelah

laringektomi dilakukan rehabilitasi suara dengan pertolongan alat bantu suara yakni

vibrator yang ditempelkan didaerah submandibula atau menggunakan esophageal speech

dimana suara dihasilkan dari esofagus melalui proses belajar.1,2

Penatalaksanaan sumbatan laring

Dalam penanggulangan sumbatan laring prinsipnya diusahakan supaya jalan nafas

lancar kembali. Tindakan konservatif dengan medikamentosa dilakukan pada sumbatan

laring stadium 1. Tindakan operatif atau resusitasi yang dilakukan pada stadium 2 dan 3

yaitu intubasi endotrakea dan trakeostomi sedangkan krikotirotomi dilakukan pada

stadium 4.4

Intubasi endotrakea

Indikasi intubasi endotrakea yaitu 4:

1. Untuk mengatasi sumbatan saluran nafas atas

2. Membantu ventilasi

3. Memudahkan mengisap sekret dari traktus trakeobronkial

4. Mencegah aspirasi sekret di rongga mulut atau yang berasal dari lambung

20

Page 21: Referat Tumor Laring

Ukuran pipa endotrakea harus sesuai dengan ukuran trakea pasien dan umumnya untuk

dewasa dipakai yang diameter dalamnya 7 – 8,5 mm. Pipa endotrakea tidak boleh lebih

dari 6 hari dan selanjutnya dilakukan trakeostomi.

Trakeostomi

Merupakan tindakan membuat lubang pada dinding depan / anterior trakea untuk

bernafas. Menurut letak stroma, trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan letak yang

rendah dan batas letak ini adalah cincin trakea ke tiga. Indikasi trakeostomi yaitu 4:

1. Mengatasi obstruksi laring

2. Mengurangi ruang rugi di saluran nafas atas

3. Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus

4. Untuk memasang respirator

5. Untuk mengambil benda asing dari subglotis

Krikotirotomi

Krikotirotomi merupakan tindakan penyelamat pasien dalam keadaan gawat nafas

dengan cara membelah membran krikotiroid. Tindakan ini harus dikerjakan cepat

walaupun persiapannya darurat. Kontraindikasi krikotirotomi pada anak dibawah 12

tahun, tumor laring yang sudah meluas ke subglotis dan terdapat laringitis.4

2.4.8 PROGNOSIS

Tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan, lokasi tumor dan kecakapan

tenaga ahli. Secara umum dikatakan five years survival pada karsinoma laring stadium I

adalah 90 – 98%, stadium II adalah 75 – 85%, stadium III adalah 60 – 70% dan stadium

IV adalah 40 – 50%. Adanya metastase ke kelenjar limfe regional akan menurunkan five

years survival rate sebesar 50%.2

21

Page 22: Referat Tumor Laring

BAB 3

KESIMPULAN

Tumor laring secara garis besar dibagi menjadi dua jenis yaitu Tumor jinak dan

ganas, Tumor jinak jarang ditemukan dibandingkan dengan tumor ganas atau kanker.

Tumor jinak laring yang paling sering dijumpai adalah Papilloma, dan Kondroma. Tumor

ganas laring merupakan tumor yang terbanyak menyerang saluran pernapasan

bagian atas. Karsinoma sel skuamosa secara histopatologi merupakan jenis terbanyak dari

tumor ganas laring. Gejala klinis yang paling umum dari tumor laring adalah suara parau

atau serak (hoarseness). Penatalaksanaan tumor ganas laring tergantung dari stadium

tumor saat didiagnosis. Diagnosis ditegakan melalui hasil anamnesis, pemeriksaan fisik

atau temuan pemeriksaan makroskopik, pencitraan (imaging), biopsi jaringan, dan

pemeriksaan histopatologis. Tumor laring dapat menyebabkan terjadinya sumbatan laring

yang dapat berakibat kematian. Prinsip penanggulangan sumbatan laring, yaitu

menghilangkan penyebab sumbatan dengan cepat atau membuat jalan napas baru yang

dapat menjamin ventilasi.

22

Page 23: Referat Tumor Laring

Daftar Pustaka

1. Castellanos PF, S[ector JG, Kaiser TN, Tumors of the Larynx and Laryngopharynx. In : Otorhinolaryngology head and neck surgery. Balenjjer JJ, Snow JB Eds. Fifteenth Edition. Baltimore, Philadelphia, Hongkong, London, Munich, Sidney, Tokyo. Lea & Febringer 1996 : p585-652.

2. Soepardi, Efiaty Arsyad, and Nurbaiti Iskandar. "Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala Leher." Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (2001).

3. Briger E and Smee RI. Early Glottic Cancer: Operative otolaryngology head and neck surgery. Myers E ed. Philadelphia. London, Toronto, Sidney, Tokyo. WB Saunders: 1977; p.403-15.

4. Eibling DE. Surgery for Glottic Carcinoma. In: Operative otolaryngology head and neck surgery. Myers E ed. Philadelphia. London, Toronto, Sidney, Tokyo. WB Saunders: 1977; p.416-43

5. Ballenger JJ, ed. Diseases of the Nose, Throat, and Ear. 13th Ed. Philadelphia: Lea & Febiger, 1984.

6. Paparella MM, Shumrick DA. Otolaryngology. Vols. I-III. Philadelphia: Saunders, 1980.

7. Hirano M. Phonosurgical anatomy of the larynx. In: Ford CN, Bless DN, eds. Phonosurgery: Assesment and Surgical Management of Voice Disorders. New York : Raven, 1991, p.25-41

8. Kirchner JA. Pressman and Kelemen’s Physiology of the Larynx. A Manual. Rochester, MN: American Academy of Otolaryngology, 1970

9. Quiney RE, Hall D, Croft CB. Laryngeal papillomatosis: Corellation between severity of disease and presence of HPV 6 and 11 detected by in situ DNA hybridization. J Clin Pathol. 1989;42:694-698.

10. Swerdlow RS, et al. Cartilaginous tumors of the larynx. Arch Otolaryngology. 1974; 100:269.

11. Acierno SP, Waldhausen JH. Congenital cervical cysts, sinuses and fistulae. Otolaryngol Clin North Am. 2007 Feb. 40(1):161-76, vii-viii.

12. Angouridakis N, Goudakos J, Karayannopoulou G, Triaridis S, Nikolaou A, Markou K. Primary neuroendocrine neoplasms of the larynx. A series of 4 cases reported and a review of the literature. Head Neck. Feb 6 2012;

23

Page 24: Referat Tumor Laring

13. Hoffman HT, Porter K, Karnell LH, Cooper JS, Weber RS, Langer CJ. Laryngeal cancer in the United States: changes in demographics, patterns of care, and survival. Laryngoscope. Sep 2006;116(9 Pt 2 Suppl 111):1-13.

14. Edge S, Byrd DR, Compton CC, Fritz AG, Greene FL, Trotti A. American Joint Comittee on Cancer - Head and Neck cancer staging 2007. 7th. Philadelphia: Springer; 2010:

15. Laccourreye O, Ishoo E, de Mones E, Garcia D, Kania R, Hans S. Supracricoid hemilaryngopharyngectomy in patients with invasive squamous cell carcinoma of the pyriform sinus. Part I: Technique, complications, and long-term functional outcome. Ann Otol Rhinol Laryngol. Jan 2005;114(1 Pt 1):25-34

16. Bonner JA, Harari PM, Giralt J, et al. Radiotherapy plus cetuximab for squamous-cell carcinoma of the head and neck. N Engl J Med. Feb 9 2006;354(6):567-78.

17. Zeitels SM, Vaughan CW, Domanowski GF. Endoscopic management of early supraglottic cancer. Ann Otol Rhinol Laryngol. Dec 1990;99(12):951-6.

24