Referat Tht Suara Serak

28
1 BAB I PENDAHULUAN Suara serak bukanlah suatu penyakit melainkan gejala dari suatu penyakit, umumnya berhubungan dengan gangguan pita suara. Gangguan pita suara dapat terjadi karena adanya infeksi pada tenggorokkan, pemakaian suara yang berlebihan, pertumbuhan tumor pada pita suara, gangguan saraf pita suara, trauma pada leher akibat benturan dan infeksi paru-paru. Penyebab paling sering umumnya adalah infeksi pada tenggorokkan, biasanya karena infeksi saluran nafas atas, lesi jinak pita suara dan gangguan suara fungsional. Perlu diwaspadai apabila suara serak lebih dari 2 minggu harus segera diperiksakan untuk menilai gangguan pada pita suara. Penyebab lain yang perlu diwaspadai adalah tumor laring. 1 Tumor laring dapat ditemukan diberbagai belahan dunia dengan insiden yang bervariasi. The American Cancer Society melaporkan pada 2006 di Amerika tercatat ada 12.000 kasus baru dengan 4.740 kasus meninggal akibat tumor laring. Laporan dari WHO menyatakan 1,5 orang dari 100.000 penduduk meninggal karena tumor ganas ini. 2 Di Indonesia angka kekerapan tumor laring belum dapat dipastikan, namun diperkirakan mencapai 1% dari semua keganasan di bidang THT. Artinya, menempati

description

medical

Transcript of Referat Tht Suara Serak

Page 1: Referat Tht Suara Serak

1

BAB I

PENDAHULUAN

Suara serak bukanlah suatu penyakit melainkan gejala dari suatu penyakit,

umumnya berhubungan dengan gangguan pita suara. Gangguan pita suara dapat

terjadi karena adanya infeksi pada tenggorokkan, pemakaian suara yang

berlebihan, pertumbuhan tumor pada pita suara, gangguan saraf pita suara, trauma

pada leher akibat benturan dan infeksi paru-paru. Penyebab paling sering

umumnya adalah infeksi pada tenggorokkan, biasanya karena infeksi saluran

nafas atas, lesi jinak pita suara dan gangguan suara fungsional. Perlu diwaspadai

apabila suara serak lebih dari 2 minggu harus segera diperiksakan untuk menilai

gangguan pada pita suara. Penyebab lain yang perlu diwaspadai adalah tumor

laring.1

Tumor laring dapat ditemukan diberbagai belahan dunia dengan insiden

yang bervariasi. The American Cancer Society melaporkan pada 2006 di Amerika

tercatat ada 12.000 kasus baru dengan 4.740 kasus meninggal akibat tumor laring.

Laporan dari WHO menyatakan 1,5 orang dari 100.000 penduduk meninggal

karena tumor ganas ini.2

Di Indonesia angka kekerapan tumor laring belum dapat dipastikan,

namun diperkirakan mencapai 1% dari semua keganasan di bidang THT. Artinya,

menempati posisi ketiga tumor terbanyak di bidang THT, setalah tumor ganas

nasofaring, dan tumor ganas hidung dan sinus paranasal. Data Departemen

Patologi Anatomi FKUI/RSCM selama periode 2000-2005 ditemukan 3.344 kasus

tumor ganas di daerah kepala-leher, terbanyak kasus kanker nasofaring 948 kasus

(28,35 %) sedangkan tumor ganas laring sekitar 213 kasus (6,73%). Sekitar 60 %

keganasan laring ditemukan didaerah glotis, ada 35 % di supraglotis, dan 5 % di

subglotis.2

Page 2: Referat Tht Suara Serak

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Laring

Faring, laring, trakea dan paru-paru merupakan derivat foregut embrional

yang terbentuk sekitar 18 hari setelah konsepsi. Kemudian terbentuk alur faring

median yang berisi tanda pertama sistem pernafasan dan benih laring. Sulkus atau

alur laringotrakea menjadi nyata pada sekitar hari ke-21 kehidupan embrio.

Perluasan alur kearah kaudal merupakan primordial paru. Alur menjadi lebih

dalam dan berbentuk kantung dan kemudian menjadi dua lobus pada hari ke-27

atau ke-28. Bagian proksimal dari tuba yang membesar ini akan menjadi laring.

Pembesaran aritenoid dan lamina epitelial dapat dikenali menjelang 33 hari,

sedangkan kartilago, otot, dan sebagian besar pita suara terbentuk dalam tiga atau

empat minggu berikutnya. Hanya kartilago epiglotis yang tidak terbentuk hingga

masa midfetal. Gangguan perkembangan dapat berakibat berbagai kelainan yang

dapat didiagnosis melalui pemeriksaan laring secara langsung.3

Laring merupakan struktur kompleks yang telah berevolusi yang

menyatukan trakea dan bronkus dengan faring sebagai jalur aerodigestif umum.

Secara umum, laring dibagi menjadi tiga: supraglotis, glotis dan subglotis.

Supraglotis terdiri dari epiglotis, plika ariepiglotis, kartilago aritenoid, plika

vestibular (pita suara palsu) dan ventrikel laringeal. Glotis terdiri dari pita suara

atau plika vokalis. Daerah subglotik memanjang dari permukaan bawah pita suara

hingga kartilago krikoid. Ukuran, lokasi, konfigurasi, dan konsistensi struktur

laringeal, unik pada neonatus.3

Page 3: Referat Tht Suara Serak

3

Gambar 1. Anatomi laring5

Laring adalah organ khusus yang mempunyai sphincter pelindung pada

pintu masuk jalan nafas dan berfungsi dalam pembentukan suara. Diatas laring

terbuka ke dalam laringopharing dan dibawah laring berlanjut sebagai trakea.

Kerangka laring dibentuk oleh beberapa kartilago, dihubungkan oleh membran,

ligamentum, dan digerakkan oleh otot. Laring dilapisi oleh membran mukosa.6

Batas laring adalah aditus laring, sedangkan batas bawahnya adalah batas

kaudal kartilago krikoid. Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang yaitu

tulang hyoid dan beberapa buah tulang rawan. Tulang hyoid berbentuk seperti

huruf U yang permukaan atasnya dihubungkan dengan lidah, mandibula dan

tengkorak oleh tendo dan otot-otot. Sewaktu menelan, kontraksi otot-otot ini akan

menyebabkan laring tertarik keatas sedangkan bila laring diam maka otot-otot ini

bekerja untuk membuka mulut dan membantu menggerakkan lidah. Tulang rawan

yang menyusun laring adalah kartilago epiglottis, kartilago krikoid, kartilago

aritenoid, kartilago kornikulata, dan kartilago tiroid.6

Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan otot-otot

intrinsik. Otot ekstrinsik laring ada yang terletak suprahioid dan infrahioid. Otot

ekstrinsik terutama bekerja pada laring keseluruhan, sedangkan otot-otot intrinsik

menyebabkan gerak bagian-bagian laring sendiri. Otot-otot ekstrinsik laring yang

Page 4: Referat Tht Suara Serak

4

suprahioid berfungsi menarik laring ke bawah sedangkan yang infrahioid menarik

laring ke atas.3

Batas atas cavum laring ialah aditus laring, batas bawah ialah bidang yang

melalui pinggir bawah kartilago krikoid. Batas depan ialah permukaan belakang

epiglottis, tuberkulum epiglotik, ligamentum tiroepiglotik, sudut antara

keduabelah lamina kartilago tiroid dan arkus kartilago krikoid. Batas lateral ialah

membrane kuadraangularis, kartilago aritenoid, konus elastikus, dan arkus

kartilago krikoid sedangkan batas belakangnya ialah m. aritenoid transverses dan

lamina kartilago krikoid. Adanya lipatan mukosa pada ligamentum vocal dan

ligamentum ventrikulare maka terbentuk plika vokalis dan plika ventrikularis.

Bidang antara plika vokalis kanan dan kiri disebut rima glottis sedangkan antara

kedua plika ventrikularis disebut rima vestibule. Plika vokalis dan plika

ventrikularis membagi rongga laring dalam tiga bagian, yaitu vestibulum laring,

glotik dan subglotik.3

Laring dipersarafi oleh cabang-cabang n. vagus yaitu n. laringis superior

dan n.laringis inferior. Perdarahan laring terdiri dari 2 cabang yaitu a. laringis

superior dan a. laringis inferior.3

Gambar 2. Anatomi pita suara7

Page 5: Referat Tht Suara Serak

5

2.2 Fisiologi Laring

Laring berfungsi untuk proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi

serta fonasi. Pembentukan suara merupakan fungsi laring yang paling kompleks.

Pemantauan suara dilakukan melalui umpan balik yang terdiri dari telinga

manusia dan suatu sistem dalam laring sendiri. Fungsi fonasi dengan membuat

suara serta menentukan tinggi rendahnya nada. Tinggi rendahnya nada diatur oleh

peregangan plika vokalis. Syarat suara nyaring yaitu anatomi korda vokalis

normal dan rata, fisiologis harus normal dan harus ada aliran udara yang cukup

kuat. 8,9,10

Terdapat 3 fase dalam berbicara: pulmonal (paru), laringeal (lariynx), dan

supraglotis/oral. Fase pulmonal menghasilkan aliran energi dengan inflasi dan

ekspulsi udara. Aktivitas ini memberikan kolom udara pada laring untuk fase

laringeal. Pada fase laringeal, pita suara bervibrasi pada frekuensi tertentu untuk

membentuk suara yang kemudian di modifikasi pada fase supraglotik/oral. Kata

(word) terbentuk sebagai aktivitas faring (tenggorok), lidah, bibir, dan gigi.

Disfungsi pada setiap stadium dapat menimbulkan perubahan suara, yang

mungkin saja di interpretasikan sebagai hoarseness oleh seseorang/penderita.11

Adapun perbedaan frekuensi suara dihasilkan oleh kombinasi kekuatan

ekspirasi paru dan perubahan panjang, lebar, elastisitas, dan ketegangan pita

suara. Otot adduktor laringeal adalah otot yang bertanggung jawab dalam

memodifikasi panjang pita suara. Akibat aktivitas otot ini, kedua pita suara akan

merapat (aproksimasi), dan tekanan dari udara yang bergerak menyebabkan

vibrasi dari pita suara yang elastik.11

Laring khususnya berperan sebagai penggetar (vibrator). Elemen yang

bergetar adalah pita suara. Pita suara menonjol dari dinding lateral laring ke arah

tengah dari glotis. pita suara ini diregangkan dan diatur posisinya oleh beberapa

otot spesifik pada laring itu sendiri. 12

Page 6: Referat Tht Suara Serak

6

Gambar 3. Fisiologi suara12

Gambar 12 B, menggambarkan pita suara. Selama pernapasan normal, pita

akan terbuka lebar agar aliran udara mudah lewat. Selama fonasi, pita menutup

bersama-sama sehingga aliran udara diantara mereka akan menghasilkan getaran

(vibrasi). Kuatnya getaran terutama ditentukan oleh derajat peregangan pita, juga

oleh bagaimana kerapatan pita satu sama lain dan oleh massa pada tepinya.12

Gambar 12 A, memperlihatkan irisan pita suara setelah mengangkat tepi

mukosanya. Tepat di sebelah dalam setiap pita terdapat ligamen elastik yang kuat

dan disebut ligamen vokalis. Ligamen ini melekat pada anterior dari kartilago

tiroid yang besar, yaitu kartilago yang menonjol dari permukaan anterior leher

dan (Adam’s Apple”). Di posterior,ligamen vokalis terlekat pada prosessus

vokalis dari kedua kartilago aritenoid. Kartilago tiroid dan kartilago aritenoid ini

kemudian berartikulasi pada bagian bawah dengan kartilago lain, yaitu kartilago

krikoid. 12

Pita suara dapat diregangkan oleh rotasi kartilago tiroid ke depan atau oleh

rotasi posterior dari kartilago aritenoid, yang diaktivasi oleh otot- otot dari

kartilago tiroid dan kartilago aritenoid menuju kartilago krikoid. Otot-otot yang

terletak di dalam pita suara di sebelah lateral ligament vokalis, yaitu otot

tiroaritenoid, dapat mendorong kartilago aritenoid ke arah kartilago tiroid dan,

oleh karena itu, melonggarkan pita suara. Pemisahan otot-otot ini juga dapat

Page 7: Referat Tht Suara Serak

7

mengubah bentuk dan massa pada tepi pita suara, menajamkannya untuk

menghasilkan bunyi dengan nada tinggi dan menumpulkannya untuk suara yang

lebih rendah (bass). Akhirnya, masih terdapat beberapa rangkaian lain dari otot

laryngeal kecil yang terletak di antara kartilago aritenoid dan kartilago krikoid,

yang dapat merotasikan kartilago ini ke arah dalam atau ke arah luar atau

mendorong dasarnya bersama-sama atau memisahkannya, untuk menghasilkan

berbagai konfigurasi pita suara.12

2.3 Suara serak (hoarseness)

Kelainan yang berasal dari fase oral dan fase paru tidak dianggap sebagai

hoarseness. True hoarseness atau suara serak yang sebenarnya, berasal dari

abnormalitas pada laring dan umumnya menghasilkan suara yang kasar (raspy

voice).11

Di bawah ini terdapat berbagai istilah untuk mengkarakteristikan

hoarseness atau

perubahan kualitas suara:11

1. Disfonia: digunakan untuk menggambaran perubahan umum kualitas suara

2. Diplofonia: Menggambarkan suara yang dibentuk oleh vibrasi pita suara

menghasilkan 2 frekuensi yang berbeda

3. Afonia: Terjadi jika tidak ada suara di hasilkan oleh pita suara. Ini sering

terjadi sekunder terhadap tidak adanya aliran udara melalui pita suara, atau

defisiensi dalam aproksimasi pita suara.

4. Stridor: Mengindikasikan bising yang dihasilkan dari saluran penapasan atas

selama inspirasi dan/atau ekspirasi karena adanya obstruksi. Stridor menandai

keadaan emergensi, dan tidak dipertimbangkan sebagai hoarseness. Artinya

mungkin saja muncul bersamaan dengan hoarseness jika obstruksi terjadi di level

pita suara.

Suara serak dapat dibagi ke dalam 2 kategori, yaitu: onset akut dan onset

kronis. Onset akut lebih sering terjadi dan biasanya karena peradangan lokal pada

laring. Onset kronis (Laringitis kronis), dapat disebabkan refluks faringeal, polip

Page 8: Referat Tht Suara Serak

8

jinak, nodul pita suara, papilomatosis laring, tumor, defisit neurologis, ataupun

peradangan kronis sekunder karena asap rokok atau voice abuse. 11

Penyebab suara parau dapat bermacam-macam yang prinsipnya menimpa laring

dan sekitarnya. Penyebab suara serak dapat dibagi atas:10

1. Anatomi tidak normal

2. Fisiologi tidak normal, dibagi 2 yaitu:

2.1 Korda vokalis tidak dapat bergerak ke medial (paralise, fiksasi

aritenoid)

2.2 Korda vokalis tidak dapat merapat ke median (korda vokalis konkaf,

adanya halangan untuk merapat).

Penyebab suara serak tersering, yaitu: 11

· Laringitis akut viral

· Nodul pita suara, polip, kista, papiloma

· Paralisis pita suara

· Hipotiroidisme

· Rhinosinusitis

· Kanker laring

· Refluks laringofaringeal

· Tindakan Intubasi

· Alergi

Penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi suara dan menyebabkan

suara serak yaitu Hipotirodisme, Multiple sklerosis, Rematoid arthritis, Penyakit

Parkinson, Lupus sistemik, Wagener's granulomatosis, Miasenia Gravis,

Sarkoidosis, dan Amiloidosis.11

Radang laring dapat akut atau kronik. Radang akut biasanya disertai gejala

lain seperti demam, malaise, nyeri menelan atau nyeri bicara, batuk, disamping

suara parau. Kadang-kadang dapat terjadi sumbatan laring dengan gejala stridor

serta cekungan di epigastrium, sela iga dan sekitar klavikula. Radang kronik tidak

spesifik, dapat disebabkan oleh sinusitis kronik atau bronkitis kronik atau karena

penggunaan suara sperti berteriakteriak atau biasa bicara keras. Radang kronik

Page 9: Referat Tht Suara Serak

9

spesifik misalnya tuberkulosa dan lues. Gejala selain suara parau, terdapat juga

gejala penyakit penyebab lain atau penyakit yang menyertainya.11

Tumor laring dapat jinak atau ganas. Gejala tergantung dari lokasi tumor,

misalnya tumor pita suara segera timbul suara parau dan bila tumor tumbuh

menjadi besar menimbulkan sumbatan jalan nafas.8

Paralisis otot laring dapat disebabkan oleh gangguan persarafan baik

sentral maupun perifer dan biasanya paralisis motorik bersama dengan paralisis

sensorik. Kejadiannya dapat unilateral atau bilateral.8

Paralisis pita suara merupakan kelainan otot intrinsik laring yang sering

ditemukan dalam klinik. Tingkat pembukaan rima glottis dibedakan dalam 5

posisi pita suara yaitu median, para median, intermedian, abduksi ringan, dan

abduksi penuh. Menurut jenis otot yang terkena dikenal paralisis aduktor atau

paralisis abduktor atau paralisis tensor. Sedangkan penggolongan menurut jumlah

otot yang terkena dibagi atas paralisis sempurna atau tidak sempurna.8

Secara klinik paralisis otot laring dikenal unilateral midline paralisis,

unilateral incomplete paralysis, bilateral midline paralisis, bilateral incomplete

paralisis, adductor paralisis, thyroarythenoid muscle paralysis, dan cricotyroid

muscle paralysis. 8

2.4 Diagnosis

Setiap keadaan yang menimbulkan gangguan dalam getaran, gangguan

dalam ketegangan serta gangguan dalam pendekatan kedua pita suarakiri dan

kanan akan menimbulkan suara parau. Walaupun suara parau hanya merupakan

gejala tetapi bila prosesnya berlangsung lama (kronik) keadaan ini dapat

merupakan tanda awal dari penyakit yang serius di daerah tenggorok, khususnya

laring. 8

Penentuan diagnosis dimulai dari anamnesa yang lengkap. Anamnesa meliputi

keluhan saat ini, riwayat keluhan sebelumnya yang berkaitan dengan keluhan

yang dialami sekarang. Pada disfonia dapat ditanyakan riwayat penggunaan suara

berlebih, riwayat trauma, dan riwayat penyakit sistemik. 13

Pemeriksaan klinik meliputi pemeriksaan umum (status generalis),

pemeriksaan THT termasuk pemeriksaan laring tak laingsung untuk melihat laring

Page 10: Referat Tht Suara Serak

10

melalui kaca laring, maupun pemeriksaan laring langsung dengan laringoskop

(atau dengan mikroskop). 8

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan meliputi pemeriksaan laboratorium

klinik, radiologik, mikrobiologik dan patologi anatomi. Pemeriksaan darah,

pemeriksaan leukositosis pada infeksi akut, BTA pada biakan laryngitis

tuberculosis, histopatologi untuk kasus tumor, dan CT scan pada karsinoma

laring. 8,13

2.5 Penatalaksanaan suara serak

Penatalaksanaan suara serak dilakukan setelah penyakit terdiagnosis. Sehingga

penatalaksaan dapat dilakukan secara tepat sesuai diagnosis. Penatalaksanaan

suara serak, yaitu: 13

1. Secara khusus yaitu eradikasi infeksi dan inflamasi

Pemberian obat antibiotika, antiinflamasi, anti TB pada laring TB dan

antasida

pada penyakit reflux gastro-esofagitis (GERD).

2. Koreksi bedah (phonosurgery)

a. Mikrolaringoskopi pada tumor jinak laring (vocal nodul,

thyroplasty, arytenoids adduction)

b. Laringektomi pada karsinoma laring

3. Rehabilitasi

· Terapi suara / wicara (oleh unit rehabilitasi medic). Tujuan:

- Memperbaiki kualitas suara (para paresis pita suara)

- Dapat berkomunikasi secara verbal (pada pasien pasca laringektomi)

LARINGITIS

Penatalaksanaan pada laringitis terbagi atas perawatan umum dan

perawatan khusus. Perawatan umum, yaitu: 14

1. Istirahat bicara dan bersuara selama 2-3 hari

2. Dianjurkan menghirup udara lembab

3. Menghindari iritasi pada faring dan laring, misalnya merokok, makan

pedas atau minum dingin

Page 11: Referat Tht Suara Serak

11

4. Penderita dapat berobat jalan. Bila ada sumbatan jalan nafas, penderita

harus dirawat terutama anak-anak

Perawatan khusus, yaitu: 14

1. Terapi medikamentosa

o Antibiotika golongan penisilin

o Anak 50 mg/kgBB dibagi dalam 3 dosis

o Dewasa 3x500 mg /hari

o Bila alergi terhadap penisilin dapat diberikan eritromisin atau

bactrim

o Kortikosteroid dapat diberikan untuk mengatasi edem laring

2. Terapi bedah

Tergantung pada stadium sumbatan laring. Pada anak bila terjadi gejala

sumbatan jalan nafas menurut klasifikasi Jackson, dilakukan terapi sebagai

berikut:15

Stadium I : Rawat, observasi, pemberian oksigen dan terapi adekuat

Stadium II-III : Trakheostomi

Stadium IV : Intubasi dan oksigenasi, kemudian dilanjutkan dengan

Trakeostomi Pada laringitis kronis penatalaksanaan yaitu menghindari dan

mengobati faktor-faktor penyebab dengan: 15

1. Istirahat bersuara (vocal rest), tidak banyak bicara atau bersuara keras

2. Antibiotika, bila terdapat tanda infeksi

3. Ekspektoran

Dapat pula dilakukan pengangkatan jaringan yang menebal dan polipoid

serta pemeriksaan patologi anatomik untuk menyingkirkan kemungkinan proses

spesifik dan keganasan. 14

Penatalaksanaan laringitis tuberkulosa, yaitu: 15

1. Anti-TB seperti streptomisin , asam paraamino salisilat dan rifampisin.

Jika timbul keluhan tinnitus atau vertigo, waspada terhadapat

kemungkinan intoksikasi obat.

2. Istirahat suara

3. Trakeostomi bila timbul sumbatan jalan nafas

Page 12: Referat Tht Suara Serak

12

Penatalaksanaan laringitis sifilis yaitu dengan pemberian penisilin dosis tinggi

dalam jangka waktu lama.

NODUL VOKAL

Penanganan nodul vocal adalah istirahat suara dan tidak merokok. Pada

kasus yang persisten dapat dilakukan pengangkatan nodul dengan

mikrolaringoskopi. Setelah pengangkatan nodul, pasien harus istirahat suara

paling kurang 14 hari dan setelah itu terapi wicara untuk mencegah kekambuhan. 15

TUMOR LARING

Secara umum ada 3 jenis penanggulangan karsinoma laring yaitu

pembedahan, radiasi dan sitostatika, ataupun kombinasi. 16

1. Pembedahan

Tindakan operasi untuk keganasan laring terdiri dari :

Page 13: Referat Tht Suara Serak

13

a. Laringektomi

1. Laringektomi parsial

Laringektomi parsial diindikasikan untuk karsinoma laring stadium I yang tidak

memungkinkan dilakukan radiasi, dan tumor stadium II.

2. Laringektomi total

Tindakan pengangkatan seluruh struktur laring mulai dari batas atas (epiglotis dan

os hioid) sampai batas bawah cincin trakea.

b. Diseksi leher radikal

Tidak dilakukan pada tumor glotis stadium dini (T1 – T2) karena

kemungkinan metastase ke kelenjar limfe leher sangat rendah. Sedangkan tumor

supraglotis, subglotis dan tumor glotis stadium lanjut sering kali mengadakan

metastase ke kelenjar limfe leher sehingga perlu dilakukan tindakan diseksi leher.

Pembedahan ini tidak disarankan bila telah terdapat metastase jauh. Perawatan

pasca operatif, yaitu: 17

- Penderita makan melalui pipa hidung lambung selama 2 minggu, dilarang

menelan ludah.

- Pemberikan antibiotika

o Garamycin 80 mg IV/2x perhari selama 7 hari atau kedacillin atau clafucillin

o Metronidazol 3 x 500 mg

- Perawatan luka operasi dengan disertai balut tekan

2. Radioterapi

Radioterapi digunakan untuk mengobati tumor glotis dan supraglotis T1

dan T2 dengan hasil yang baik (angka kesembuhannya 90%). Keuntungan dengan

cara ini adalah laring tidak cedera sehingga suara masih dapat dipertahankan.

Dosis yang dianjurkan adalah 200 rad perhari sampai dosis total 6000 – 7000 rad.

adioterapi dengan dosis menengah telah pula dilakukan oleh Ogura, Som, Wang,

dkk, untuk tumor-tumor tertentu. Konsepnya adalah untuk memperoleh kerusakan

maksimal dari tumor tanpa kerusakan yang tidak dapat disembuhkan pada

Page 14: Referat Tht Suara Serak

14

jaringan yang melapisinya. Wang dan Schulz memberikan 4500–5000 rad selama

4–6 minggu diikuti dengan laringektomi total.16

3. Kemoterapi

Diberikan pada tumor stadium lanjut, sebagai terapi adjuvant ataupun

paliativ. Obat yang diberikan adalah cisplatinum 80–120 mg/m2 dan 5 FU 800–

1000 mg/m2. 16

4. Rehabilitasi

Rehabilitasi setelah operasi sangat penting karena telah diketahui bahwa

tumor ganas laring yang diterapi dengan seksama memiliki prognosis yang baik.

rehabilitasi mencakup Vocal Rehabilitation, Vocational Rehabilitation dan Social

Rehabilitation. 16

PARALISIS KORDA VOKALIS

Penatalaksanaan paralisis korda vokalis sensorik biasanya tidak ada.

Penderita dapat diberikan obat neurotika atau methylcobalamin. 18

Penatalaksanaan paralisis korda vokalis motorik, terdiri dari pembedahan

dan terapi suara. Pada beberapa kasus, suara dapat kembali normal dalam satu

tahun tanpa pengobatan apapun. Oleh karena itu pada beberapa kasus, terapi

pembedahan ditunda selama satu tahun untuk memastikan suara dapat kembali

secara spontan atau tidak. Untuk sementara dilakukan terapi suara dengan tujuan

Page 15: Referat Tht Suara Serak

15

untuk memperkuat koda vokalis atau mengendalikan udara yang keluar saat

bicara. 19

Penatalaksanaan paralisis unilateral korda vokalis dengan tujuan membuat

korda yang paralisis ke tengah dan mengurangi jarak antara kedua korda sehingga

suara dapat keluar.

Terdapat 3 prosedur pembedahan yang sering digunakan, yaitu: 19,20,21

1. Medialisasi tiroplasty

Biasa dilakukan dengan local anastesi dan sedasi sehingga saat

pembedahan dapat mendapatkan suara pasien. Insisi dilakukan dileher dan

diperdalam sampai kartilago tiroid. Prostesis yang sering digunakan

menggunakan bahan silikon. Prostesis ini dimasukkan dan mendorong

korda yang paralisis ke tengah sehingga mengurangi jarak antara kedua

korda vokalis.

2. Aduksi arytenoids

Aduksi aritenoid yaitu dengan reposisi korda vokalis dan kartilago.

3. Injeksi korda vokalis

Dilakukan penyuntikan bahan pada korda vokalis. Bahan yang

paling seing digunakan disuntikkan yaitu Teflon. Bahan lain yaitu

kolagen, silikon, atau lemak tubuh. Penambahan materi ini dengan tujuan

untuk mengurangi jarak antara korda vokalis sehingga korda yang normal

dapat mendekati korda vokalis yang paralisis. Pada umumnya, bilateral

midline paralisis terjadi setelah operasi tiroid akibat cedera nervus

laringeus rekuren pada operasi tiroid dan bermanifestasi sebagai paralisis

plika vokalis bilateral yang berada pada linea mediana. Awalnya, pita

suara terletak pada posisi paramedian, sehingga terjadi gejala disfoni berat

walaupun tanpa obstruksi saluran napas. Setelah beberapa lama, pita suara

berpindah perlahan-lahan ke garis tengah dengan akibat perbaikan suara

namun terjadi sesak napas. Pada laringoskopi tidak langsung dan langsung

dapat terlihat kelumpuhan bilateral pita suara. Pada kasus yang bukan

disebabkan oleh trauma, fungsi satu atau kedua pita suara mungkin dapat

membaik secara spontan. Penyembuhan spontan lebih sulit jika

kelumpuhan disebabkan oleh trauma bedah atau cedera leher berat. Waktu

Page 16: Referat Tht Suara Serak

16

yang diperlukan sampai terjadinya peralihan sesak napas berat bervariasi

antara beberapa hari sampai 20 tahun. 20

Penanganan bervariasi tergantung pada gejala namun tujuan utamanya

adalah untuk menghilangkan sesak napas. Penatalaksanaan bilateral paralisis

harus dilakukan trakeotomi untuk membantu pernafasan. 19,22

BAB III

PENUTUP

Suara serak berasal dari abnormalitas pada laring dan umumnya

menghasilkan suara yang kasar. Suara serak dapat dibagi ke dalam 2 kategori,

yaitu: onset akut dan onset kronis. Onset akut lebih sering terjadi dan biasanya

karena peradangan lokal pada laring. Onset kronis, dapat disebabkan refluks

faringeal, polip jinak, nodul pita suara, papilomatosis laring, tumor, defisit

neurologis, ataupun peradangan kronis sekunder karena asap rokok.

Untuk menegakan diagnosis suatu penyakit dengan gajala suara serak

dapat diperoleh dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang

lainnya. Sehingga dapat diperoleh suatu diagnosis yang tepat.

Beberapa penatalaksanaan suara serak adalah secara khusus yaitu eradikasi

infeksi dan inflamasi, koreksi bedah (phonosurgery), atau rehabilitasi.

Penatalaksanaan suara serak dilakukan setelah penyakit terdiagnosis. Sehingga

penatalaksaan dapat dilakukan secara tepat sesuai diagnosis.

Page 17: Referat Tht Suara Serak

17

DAFTAR PUSTAKA

1. Diza, Miralza. Suara serak. [online] 2008. Available from:

http://d132a.wordpress.com

2. Hermani, Bambang. Keganasan laring [online] Desember 2007. Available

from:

www.majalah- farmacia .com

3. Banvetz JD. Gangguan laring jinak Dalam BOIES buku ajar penyakit TH

edisi 6. Jakarta: EGC, 1994.

4. Ryan,Matthew. Surgical Treatment of Laringomalacia. University of

Texas Medical Branch. 2005.

5. Anonymous. Laryng (online) Available at www.academic kellog.cc.mi.us

6. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran edisi 6. Jakarta:

EGC, 2006.

7. Anonymous. Normal laryng (online) Available at

www.voiceandswallowing.com

8. Hermani B, Kartosoediro S. Suara parau dalam buku ajar ilmu penyakit

THT edisi ketiga. Jakarta: FKUI, 1997.

9. Cohen JI. Anatomi dan fisiologi laring dalam BOIES buku ajar penyakit

THT edisi . Jakarta: EGC, 1994.

Page 18: Referat Tht Suara Serak

18

10. Hajati, NL. Bahan kuliah laring. Banjarmasin: Bagian THT FK

UNLAM/RSUD Ulin.

11. Megantara, Imam. Suara serak [online] Agustus 2008. Available from:

http://imammegantara.blogspot.com

12. Anonymous. Fisiologi pengunyahan, penelanan dan bicara [online].

Available from:

http://www.scribd.com

13. Hermani, Bambang. Disfonia. Jakarta: Sub Divisi Laring Faring

Departemen THT FKUI/RSCM.

14. Hermani, Bambang. Laringitis akut dalam penatalaksanaan penyakit dan

kelainan THT edisi ketiga. Jakarta: FKUI.

15. Hadiwikarta, A. Laringitis kronis dalam penatalaksanaan penyakit dan

kelainan THT edisi ketiga. Jakarta: FKUI.

16. Haryuna TSH. Tumor ganas laring. Sumatera Utara: Bagian PA FK USU.

17. Munir M, Abdurrachman H. Tumor ganas laring dalam penatalaksanaan

penyakit dan kelainan THT edisi ketiga. Jakarta: FKUI.

18. Abdurrachman, Hartono. Paralisis laring dalam penatalaksanaan penyakit

dan kelainan THT edisi ketiga. Jakarta: FKUI.

19. NIDCD. Vocal cord paralysis [online]. Available from:

http://www.nidcd.nih.gov

20. Anonymous. Vocal fold paralysis [online]. Available from:

http://www.ent.ufl.edu

21. Mayo clinic. Treatment of vocal cord paralysis www.mayoclinic.com

22. Perkasa, FM. The management of bilateral midline. Departement THT FK

Universitas Hasanuddin Makassar [online]. Available from:

http://www.med.unhas.ac.id

Page 19: Referat Tht Suara Serak

19

ANATOMI7,8,9

Laring dibentuk oleh sebuah tulang di bagian atas dan beberapa tulang rawanyang

saling berhubungan satu sama lain dan diikat oleh otot intrinsik dan ekstrinsik

serta dilapisi oleh mukosa. 

Tulang dan tulang rawan laring yaitu :

os Hioid: terletak paling atas, berbentuk huruf “U”, mudah

diraba pada leher bagian depan. Pada kedua sisi tulang ini terdapat

prosesus longus dibagian belakang dan prosesus brevis bagian depan.

Permukaan bagian atas tulang ini melekat pada otot-otot lidah, mandibula

dan tengkorak.2.

Kartilago tiroid : merupakan tulang rawan laring yang terbesar, terdiri dari

dua lamina yang bersatu di bagian depan dan mengembang ke arah

belakang.

Kartilago Krikoid : terletak di belakang kartilago tiroid dan merupakan

tulang rawan paling bawah dari laring. Di setiap sisi

tulang rawan krikoid melekat ligamentum krikoaritenoid, otot

krikoaritenoid lateral dan di bagian belakang melekat

otot krikoaritenoid posterior.

Otot-otot laring terdiri dari 2 golongan besar, yaitu :

Otot-otot ekstrinsik :

Otot elevator :M. Milohioid, M. Geniohioid, M. Digrastikus

dan M. Stilohioid

Otot depressor :-M. Omohioid, M. Sternohioid dan M.

Tirohioid.

Otot-otot Intrinsik : Otot Adduktor dan Abduktor

M. Krikoaritenoid, M. Aritenoid oblique dan transversum

Otot yang mengatur tegangan ligamentum

vokalis :M. Tiroaritenoid, M. Vokalis, M. Krikotiroid

Otot yang mengatur pintu masuk laring :M. Ariepiglotik, M.

Tiroepiglotik.